• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsekuensi dari modernisasi dan globalisasi adalah adanya perubahan dan tantangan yang terjadi di masyarakat. Untuk itu manusia dituntut mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat. Agar dapat serasi, selaras dan seimbang. Pengembangan kemanusiaan seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi dengan kemandirian matang. Kemampuan sosial yang menyejukkan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketakwaan yang dalam.1 Kenyataan yang sering dijumpai adalah keadaan pribadi yang kurang berkembang dan rapuh, kesusilaan dan moral yang rendah, keimanan dan ketakwaan yang dangkal. Selain itu banyak peserta didik yang kurang dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Mereka yang berbakat tidak dapat mengembangkan bakatnya, yang berkecerdasan tinggi kurang dapat optimal. Tingkat kenakalan remaja dan perkelahian pelajar yang semakin meningkat ini menunjukkan gejala kurang berkembangnya dimensi kesosialan dan kesusilaan mereka. Perubahan sosial yang terjadi dan makin kompleksnya keadaan masyarakat akan makin meningkatkan derajat rasa tidak aman bagi para remaja dan pemuda.

Dikaitkan dengan era globalisasi dan informasi yang digambarkan diatas, perubahan-perubahan yang dibawa oleh semangat globalisasi dan arus informasi akan lebih deras lagi menggoncang masyarakat dan sekolah, kampus dan tatanan kehidupan dalam segenap seginya. Akibat yang akan timbul adalah semakin banyaknya individu, anak-anak dan remaja peserta didik di sekolah, para pemuda serta warga masyarakat lainnya yang dihimpit

1

Prayitno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konselling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 25.

(2)

2

oleh berbagai tantangan dan ketidakpastian, terlempar dan terhempas oleh berbagai harapan dan keinginan yang tidak terpenuhi. Kehendak akan pengembangan secara optimal individualitas, sosialitas, moralitas dan religiositas dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya semakin mendapat tantangan.2

Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah seringkali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Halangan ini terlebih lagi disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terletak di luar sekolah. Dalam kaitan ini, permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan perkembangan dan mengatasi permasalahannya maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Di sinilah dirasakan perlunya pelayanan Bimbingan Konseling di samping kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas Bimbingan Konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka yang meliputi dimensi kemanusiaannya dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya.3

Oleh sebab itu menurut Dr.Hallen A, M.Pd,4 bahwa pada umumnya di dalam kegiatan pendidikan formal, sekurang-kurangnya ada tiga ruang lingkup kegiatan pendidikan, yaitu:

1. Bidang Instruksional dan Kurikulum.

Bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada peserta didik. Pada umumnya 2 Ibid, hlm. 27. 3 Ibid., hlm. 29. 4

Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 37-38.

(3)

3

bidang ini merupakan tanggung jawab utama staf pengajaran (staf edukatif).

2. Bidang Administrasi dan Kepemimpinan

Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut masalah-masalah administrasi dan kepemimpinan. Yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan dengan cara melakukan kegiatan secara efisien. Di dalam bidang ini terletak tanggung jawab dan otoritas proses-proses pendidikan yang pada umumya mencakup kegiatan-kegiatan seperti perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, pembagian tugas staf dan pengawasan (supervisi). Pada umumnya merupakan tanggungjawab pimpinan dan para petugas administrasi lainnya.

3. Bidang Pembinaan Pribadi

Bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan agar para peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan batiniah dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Bidang ini terasa penting sebab proses belajar hanya dapat berlangsung lancar dalam keadaan sejahtera sehat dan dalam suasana tahap perkembangan yang optimal.

Adapun kegiatan bimbingan konseling merupakan bidang pembinaan pribadi yang memfokuskan kegiatannya dalam membantu para peserta didik secara pribadi agar mereka dapat berhasil dalam proses kegiatan belajar. Lebih lanjut Hallen, A, M.Pd.5 menuturkan bahwa perbuatan belajar dapat menimbulkan berbagai masalah baik, yang berhubungan dengan peserta didik yang belajar maupun dengan pengajar/guru itu sendiri. Masalah belajar yang mungkin timbul di kalangan para peserta didik misalnya masalah pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang efektif dan efisien, menggunakan buku-buku referensi, cara belajar kelompok, bagaimana

5

(4)

4

mempersiapkan diri menghadapi ujian, memilih jurusan atau mata pelajaran yang cocok dengan minat dan bakat yang dimiliki dan lain sebagainya. Sedangkan di pihak pengajar masalah yang muncul adalah seperti bagaimana menciptakan suasana dan kondisi yang baik, sehingga perbuatan belajar dapat berhasil dengan baik, masalah memilih metode dan media yang tepat sesuai dengan jenis dan situasi belajar, membuat rencana belajar bagi para peserta didik. Menyesuaikan proses belajar dengan keunikan yang dimiliki para peserta didik, penilaian hasil belajar, diagnosa kesulitan belajar dan sebagainya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar muncul masalah-masalah terutama yang dialami oleh para peserta didik. Oleh karena itu sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar agar para peserta didik dapat berhasil dalam belajar dengan cara membantu para peserta didik dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul. Di sinilah letak pentingnya program pelayanan Bimbingan Konseling di sekolah untuk membantu para peserta didik agar mereka dapat berhasil belajar dengan memuaskan.

Di samping itu, tujuan6 Bimbingan Konseling di sekolah adalah membantu para peserta didik untuk mencapai tahap perkembangan yang optimal baik secara akademis, psikologis maupun sosial. Perkembangan yang optimal secara akademis bertujuan agar setiap peserta didik mencapai penyesuaian akademis secara memadai dan mencapai prestasi belajar secara optimal. Perkembangan optimal secara psikologis bertujuan mencapai perkembangan yang ditandai dengan kematangan dan kesehatan mental/ pribadi. Sedangkan perkembangan optimal dari segi sosial bertujuan agar peserta didik dapat mencapai penyesuaian diri dan memiliki ketrampilan diri dan memiliki ketrampilan sosial yang memadai.

6

(5)

5

Hal ini sebagaimana definisi dari Bimbingan Konseling itu sendiri, yaitu menurut Crow dan Crow yang ditulis oleh WS Winkel.7

Guidance is the assistance made available by personally qualified and adequately trained men or women to an individual of any age to help him manage his ownlife activities, develop his own points of view. Make his own decisions and Cary his own burdens.

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri dan menanggung bebannya sendiri.8

Sedangkan definisi konseling menurut Tolbert seperti yang ditulis oleh WS Winkel:9

Counseling is a personal, face to face relationship between two people in which the conselor by means of the relationship and his special competencies, provides a learning situation in Which the counselee, a normal sort of person, is helped to know himself and his present and possible future situations.

Adapun penjelasan definisi konseling menurut Prayitno mengutip pendapat Tolbert di atas, konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang, konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konselee dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang dan kemungkinan keadaan masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konselee dapat

7

W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: Grasindo, 1991), hlm. 16.

8

Prayitno dan Erman Anti, op. cit., hlm. 94.

9

(6)

6

belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.10

Sehingga dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling merupakan kegiatan layanan yang bertujuan membantu individu/seseorang membuat pilihan-pilihan penyesuaian-penyesuaian dan interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu. Dengan demikian seperti yang dikemukakan oleh Hallen11 bahwa melalui program pelayanan BK yang baik, maka setiap peserta didik diharapkan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga mereka dapat menemukan kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Dapat disimpulkan bahwa BK berusaha untuk dapat mempertemukan antara kemampuan individu dengan cita-citanya serta dengan situasi dan kebutuhan masyarakat.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembinaan pribadi peserta didik dengan baik tentunya diperlukan konsentrasi dan pelaksanaan Bimbingan Konseling di sekolah, konsentrasi dimaksudkan bahwa Bimbingan Konseling hendaknya dapat dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya, sehingga dapat mencapai tujuan.

Dalam prakteknya, pada umumnya pelaksanaan kegiatan Bimbingan Konseling di sekolah kurang dapat berperan sebagaimana mestinya oleh para siswa. Kebanyakan para siswa hanya berhubungan dengan Bimbingan Konseling ketika mereka dipanggil oleh guru Bimbingan Konseling karena mendapat teguran terhadap halangan yang dihadapi, misal keterlambatan membayar uang sekolah, atau mereka datang ke Bimbingan Konseling karena teguran melakukan berbagai pelanggaran peraturan sekolah. Misalnya datang terlambat, tidak berseragam, atau tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), halangan ini memberi kesan bahwa kegiatan

10

Prayitno dan Erman Anti, op. cit., hlm. 101.

11

(7)

7

Bimbingan Konseling hanya menangani siswa bermasalah saja. Atau lebih dapat dikatakan sebagai polisi sekolah, sehingga kegiatan Bimbingan Konseling terkesan bersifat kuratif saja padahal seharusnya Bimbingan Konseling selain bersifat kuratif juga bersifat preventif. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Bimo Walgito12 bahwa bimbingan konseling hendaknya bergerak secara operasional terutama dalam bidang preventif. Oleh karena itu bimbingan harus aktif kreatif konstruktif dan kontinue.

Oleh karena itu, harapan dalam penelitian ini dapat menjawab mengapa terjadi kekurang optimalan pelaksanaan Bimbingan Konseling di sekolah yang dalam artian mengapa siswa kurang memanfaatkan kegiatan Bimbingan Konseling di sekolah untuk membantu mengembangkan potensi dirinya. Penekanan kajian penelitian adalah bagaimana persepsi siswa tentang konsep kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah sehingga implikasi dari persepsi mereka adalah pemanfaatan kegiatan Bimbingan Konseling di sekolah.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian tentang arah dan maksud judul yang diangkat. Maka dipandang perlu untuk ditegaskan secara integral, supaya pembaca dapat memahami dengan jelas, seperti dibawah ini:

1. Persepsi Siswa

Persepsi berasal dari bahasa Inggris “perseption” yang berarti tanggapan.13 Menurut Williams Morris, Perception any insight intuition

12

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hlm. 37.

13

John M. Echols, Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta; Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 424.

(8)

8

or knowledge gained by perceiving. Persepsi yaitu wawasan, intuisi atau

pengetahuan yang diperoleh oleh perasaan.14

Sudarsono mendefinisikan persepsi sebagai kemampuan memahami atau menanggapi, pengamatan, pandangan. Proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu, biasanya dipakai dalam persepsi rasa bila benda yang kita ingat atau identifikasikan adalah objek yang mempengaruhi perasaan. Kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan memfokuskan dan sebagainya. Kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan, sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera kita.15 Sedangkan menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo persepsi adalah : “Proses dimana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera.”16

Dalam penelitian ini persepsi akan dilihat sejalan dengan teori struktural fungsional, yaitu pengalaman tentang obyek peristiwa/ hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan. Dengan demikian persepsi bukan aktifitas saraf yang mandiri, melainkan dipengaruhi oleh gejala psiko-sosial yang kompleks. Persepsi siswa yang dimaksud oleh penulis yaitu kesan yang dimiliki siswa, tanggapan dan pendapat terhadap obyek (Bimbingan Konseling).

14

William Morris, The American Heritage Dictionary of The English Language, (Boston, Houghton, Mifflin Company, 1981), hlm. 973.

15

Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 193.

16

Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), hlm. 343.

(9)

9

2. Bimbingan Konseling

Bimbingan konseling yang penulis maksud adalah bidang pembinaan pribadi siswa di dalam suatu sekolah yang kegiatannya adalah pelayanan bantuan terhadap pengembangan diri dan pemecahan masalah siswa. Istilah yang dulu dipakai adalah BP (Bimbingan Penyuluhan). 3. Implikasinya terhadap keaktifan Siswa dalam Proses Bimbingan

Konseling di MAN Kendal

Implikasi berasal dari Bahasa Inggris implication yang artinya maksud, pengertian atau keterlibatan.17 Implikasi terhadap keaktifan siswa dalam proses BK di MAN Kendal berarti keterlibatan dan keterkaitan siswa dengan proses BK. Dalam hal ini adalah bagaimana keaktifan siswa dalam memanfaatkan BK yang ada di MAN Kendal.

C. Permasalahan

Dari beberapa penjelasan di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi siswa MAN Kendal tentang Bimbingan Konseling di sekolah?

2. Mengapa siswa MAN Kendal mempunyai persepsi demikian?

3. Bagaimana implikasinya terhadap keaktifan siswa dalam proses Bimbingan Konseling di MAN Kendal?

D. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa MAN Kendal tentang

Bimbingan Konseling di Sekolah.

17

WJS Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), hlm. 221.

(10)

10

2. Untuk mengetahui mengapa siswa MAN Kendal mempunyai persepsi demikian.

3. Untuk mengetahui implikasi dari persepsi siswa tentang Bimbingan Konseling di sekolah yaitu pada bagaimana keaktifan siswa dalam proses Bimbingan Konseling di MAN Kendal.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat bermanfaat baik bagi peneliti, guru Bimbingan Konseling, maupun bagi para siswa.

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengalaman tentang bimbingan konseling di sekolah hingga dapat menjadi masukan dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling.

2. Bagi guru Bimbingan Konseling dapat memberi informasi tentang persepsi siswa tentang Bimbingan Konseling sehingga dapat melakukan kegiatan evaluasi sehingga dapat mencari alternatif pemecahan solusi bagi peningkatan kualitas bimbingan konseling di sekolah sebagai kegiatan pembinaan pribadi siswa untuk mencapai akhlak mulia/pribadi yang utuh sebagai bagian dari tujuan Pendidikan Agama Islam.

3. Bagi siswa dapat memberi informasi tentang hakikat bimbingan konseling sehingga mereka memiliki pemahaman yang benar tentang Bimbingan Konseling sehingga dapat memanfaatkan dengan baik.

F. Kajian Pustaka

Penelitian atau kajian tentang Bimbingan dan Konseling telah banyak dilakukan, hal ini dikarenakan Bimbingan dan Konseling, baik teori maupun praktek pelayanannya, bersifat dinamis dan berkembang, seiring dengan berkembangnya ilmu-ilmu yang memberikan sumbangan dan seiring pula dengan perkembangan budaya manusia pendukung pelayanan Bimbingan dan Konseling itu. Dengan maksud dan tujuan melalui penelitian

(11)

11

suatu teori dan praktik bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan, keefektifan, keefisienannya di lapangan. Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan antara lain :

1. Urgensi bimbingan dan konseling dalam pendidikan agama Islam (Studi kasus di SMUN I Pegandon Kendal. (Skripsi yang ditulis oleh Alfian, Arief Mahmudi).18

Skripsi ini membahas tentang urgensi bimbingan dan konseling dalam pendidikan agama Islam dari penelitian tersebut dikemukakan bahwa keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah mempunyai peranan penting dalam rangka membantu pencapaian hasil yang optimal dalam pendidikan agama Islam. Oleh karena itu dengan pentingnya bimbingan dan konseling dalam pendidikan agama Islam maka guru agama harus mengadakan kerja sama dengan guru bimbingan dan konseling. Hubungan ini dapat diartikan sebagai hubungan saling menerima dan saling memberi antara guru agama dan konselor. Dengan ini maka permasalahan yang timbul dapat segera dicari solusinya.

2. Keaktifan konselee dalam bimbingan dan konseling pengaruhnya terhadap kemampuan peserta didik dalam mengatasi masalah di SMUN I Batang. (Skripsi yang ditulis oleh Winarsih).19

Skripsi ini membahas tentang pengaruh keaktifan konselee dalam bimbingan dan konseling terhadap kemampuan peserta didik dalam mengatasi masalah di SMA N I Subah Batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara keaktifan

18

Alfian Arief Mahmudi, Urgensi Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan Agama

Islam (Studi Kasus di SMU N 1 Pegandon Kendal), (Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo, 2001).

19

Winarsih, Keaktifan Konselee Dalam Bimbingan dan Konseling Pengaruhnya

Terhadap Kemampuan Peserta Didik Dalam Mengatasi Masalah di SMU N 1 Batang (Semarang :

(12)

12

konselee dalam bimbingan dan konseling terhadap kemampuan peserta didik dalam mengatasi masalah.

3. Peranan pembimbing dalam meningkatkan kemandirian belajar peserta didik di SMU N 08 Semarang. (Skripsi oleh Khoirudin).20

Dalam skripsi ini dibahas mengenai peranan guru pembimbing dalam meningkatkan kemandirian guru pembimbing mempunyai pengaruh positif terhadap kemandirian belajar siswa. Oleh karena itu keberadaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah diperlukan terutama yang berkaitan dengan aktifitas belajar siswa, seperti murid belajar dengan rutin dan mengerjakan PR yang diberikan oleh guru dengan mandiri dan perlu ditingkatkan lagi dalam segi pelayanannya. Untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa maka guru pembimbing haruslah senantiasa meningkatkan profesionalitas dalam memberikan layanan kepada siswa terutama dalam fungsinya, sebagai fasilitator, konselor dan motivator terhadap proses belajar mengajar.

4. Pengaruh layanan konseling individu terhadap pencegahan kenakalan peserta didik di MTsN Pekalongan tahun ajaran 2001/2002. (Skripsi oleh Siti Nok Chalimah).21

Skripsi ini membahas tentang pengaruh layanan konseling individu terhadap pencegahan kenakalan peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara layanan bimbingan dan konseling terhadap pencegahan kenakalan peserta didik di MTsN Pekalongan. Artinya layanan konseling individu yang dilaksanakan secara sungguh-sungguh dapat mencegah kenakalan peserta didik di MTsN Pekalongan.

20

Khoirudin, Peranan Pembimbing Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Peserta

Didik di SMU N 08 Semarang (Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2001).

21

Siti Nok Chalimah, Pengaruh Layanan Konseling Individu Terhadap Pencegahan

Kenakalan Peserta Didik di MTs N Pekalongan Tahun Ajaran 2001/2002, (Semarang : Fakultas

(13)

13

5. Konsep bimbingan dan konseling dalam surat Al-Insyirah dan penerapannya dalam memecahkan masalah belajar (Skripsi oleh Darti Murdliyati)22.

Skripsi ini membahas tentang konsep bimbingan dan konseling dalam surah Al-Insyirah dan penerapannya dalam memecahkan masalah belajar. Konsep bimbingan dan konseling dari hasil kajian surah Al-Insyirah menurut skripsi ini adalah proses pencegahan yang dilakukan oleh seorang pembimbing yang diasumsikan selalu berperan sebagai pihak yang kuat atau lebih dewasa terhadap individu akan timbulnya masalah, termasuk di dalamnya proses optimalisasi potensi. Sedangkan konseling adalah proses bimbingan yang dilakukan dengan metode konsultasi untuk memecahkan masalah yang menghambat kegiatan belajar individu. Adapun penerapannya dengan menggunakan prinsip operasional bimbingan konseling, yaitu :

- Memberi petunjuk/ bimbingan tentang cara penyelesaian masalah - Menanamkan optimis

- Menanamkan tanggung jawab - Memberi punishment dan motivasi - Memberi arahan

Masih banyak lagi penelitian dan kajian tentang bimbingan dan konseling yang tidak bisa penulis uraikan di sini. Bertitik tolak dari beberapa penelitian di atas penulis tertarik untuk membahas tentang permasalahan yang terjadi dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Adapun penelitian ini tentang persepsi siswa MAN Kendal tentang bimbingan konseling dan implikasinya dalam pelaksanaan bimbingan konseling di MAN Kendal.

22

Darti Murdliyati, Konsep Bimbingan dan Konseling Dalam Surat Al-Insyirah dan Penerapannya dalam Memecahkan Masalah Belajar. (Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1999).

(14)

14

Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa dalam skripsi ini lebih cenderung untuk mencari bagaimana persepsi siswa tentang bimbingan dan konseling dan pelaksanaan bimbingan dan konseling di MAN Kendal yang merupakan implikasi dari persepsi siswa. Dapat dikatakan bahwa penelitian ini mencari tahu mengapa pemanfaatan siswa terhadap bimbingan konseling di sekolah kurang optimal.

G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moloeng23 mengatakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis/ lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Sedangkan dilihat dari sudut sesuatu penelitian dapat memberikan informasi, penelitian deskriptif ini menghasilkan hasil penelitian yang tarafnya dalam memeberikan penjelasan mengenai gejala yang diteliti paling rendah. Sebab penelitian ini tidak berusaha untuk mengetahui atau menjelaskan sebab akibat, melainkan hanya sekedar menghasilkan keterangan yang menggambarkan ciri-ciri gelaja saja.24

Oleh sebab itu dalam penelitian ini tidak hendak dibuktikan bagaimana pengaruh secara statistik, melainkan deskripsi verbal. Dengan menguraikan aspek-aspek yang terkait dan deskripsi verbal akan diperoleh gambaran yang komprehensif tentang persepsi itu sendiri.

23

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), hlm.3

24

Tatang M. Amirin, Menyusun Rencara Penelitian, (Jakarta : CV. Rajawali, 1990), hlm. 118.

(15)

15

2. Fokus dan Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengemukakan fokus dan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

a. Persepsi siswa tentang bimbingan konseling yang meliputi: Konsep dasar bimbingan konseling, peranan BK di sekolah, fungsi BK, tujuan BK, prinsip BK dan pola umum BK di sekolah.

b. Pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah yang meliputi: Survei kegiatan layanan BK dalam bentuk pola umum yaitu:

• Bimbingan pribadi, sosial, belajar, karier.

• Layanan orientasi, layanan penyuluhan, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan informasi, layanan pembelajaran, layanan bimbingan kelompok.

• Instrumentasi BK, konferensi kasus, alih tangan kasus. • Himpunan data, kunjungan rumah.

3. Sumber Data

Berkaitan dengan permasalahan yang peneliti angkat, maka sumber data ini dibagi menjadi dua macam yaitu:

a. Data Kepustakaan

Data ini diperoleh dari kajian kepusatakaan dari buku-buku dan karya ilmiah yang berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling sebagai acuan dasar teoritis.

b. Data Lapangan

Data lapangan diperoleh dari informan, dalam hal ini meliputi objek individu, gejala kejadian yang mencakup proses Bimbingan Konseling dan siswa di Madrasah Aliyah Negeri Kendal. Data akan dikumpulkan dengan jumlah responden tidak terbatas sampai didapatkan jawaban yang berulang.

(16)

16

4. Pengumpulan Data

Metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara bebas terpimpin (interview).

Metode interview adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.25 Sedangkan Nana Sudjana dan Ibrahim mengatakan bahwa wawancara dan kuesioner sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu/ responden.26

Menurut Lexy J. Moleong, mengatakan bahwa : “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.”27 Dengan demikian metode interview adalah komunikasi verbal antara peneliti dengan subjek untuk mendapatkan suatu keterangan. Informasi yang didapat dari angket ditndaklanjuti dengan cross check melalui wawancara dan pengamatan. Dengan demikian metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang persepsi siswa mengenai BK sebagai alat untuk memperkuat validitas informasi dari informan, mendapatkan data dari guru BK di sekolah.

25

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), hlm. 145.

26 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 102.

27

(17)

17

b. Metode Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.28 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling di sekolah.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis.29 Sedangkan menurut Koentjaraningrat dokumentasi yaitu kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan.30 Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang berupa dokumen penting dan arsip. Catatan harian, surat-surat yang berhubungan dengan pelaksanaan BK di sekolah.

d. Metode Angket

Menurut Suharsimi metode angket adalah metode pengumpulan data dengan cara menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.31 Metode ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu metode kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang persepsi siswa tentang BK di sekolah, adapun angket kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka dan tertutup. Metode ini sebagai penjajakan awal guna mendapatkan

28

Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, Jilid II, (Yogyakarta : Andi Offset, 2002), Cet. 27, hlm. 146.

29

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 149.

30

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 47.

31

(18)

18

informasi umum tentang hal-hal yang berkaitan dengan diri responden.

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis non statistik yaitu analisis deskriptif kualitatif. Karena data yang diwujudkan dalam skripsi ini bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.32 Dalam analisis data ini penulis akan mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang berkaitan dengan persepsi siswa tentang BK dan pelaksanaan BK di sekolah. Dalam metode ini tidak diarahkan pada jumlah dan kuantitas data tetapi sifat dan makna yang terkandung pada masing-masing bagian data.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Secara garis besar, sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, meliputi : Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi.

Bab II : Landasan Teori, mengenai Persepsi Siswa tentang Bimbingan Konseling, yang terdiri atas:

A. Persepsi Siswa

1. Pengertian Persepsi

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi 3. Proses Terjadinya Persepsi.

4. Pengertian Siswa

32

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 64.

(19)

19

B. Bimbingan Konseling

1. Pengertian/ Konsep Dasar Bimbingan Konseling 2. Asas-asas dan Prinsip Bimbingan dan Konseling 3. Tujuan Bimbingan Konseling

4. Peranan Bimbingan Konseling di Sekolah 5. Fungsi Bimbingan Konseling

6. Pola Umum Bimbingan Konseling di Sekolah Bab III : Laporan Hasil Penelitian, meliputi:

A. Deskripsi Umum Madrasah Aliyah Negeri Kendal, meliputi: Tinjauan Historis, Letak Geografis, Keadaan Guru dan Karyawan, Keadaan Siswa, Struktur Organisasi.

B. Data Khusus Persepsi Siswa MAN Kendal tentang Bimbingan Konseling.

C. Data Khusus Pelaksanaan Bimbingan Konseling di MAN Kendal.

Bab IV : Deskripsi Analisis tentang Persepsi Siswa MAN Kendal tentang Bimbingan Konseling dan Implikasinya terhadap Keraktifan Siswa dalam Proses Bimbingan Konseling di MA Negeri Kendal.

BAB V : Penutup, meliputi : A. Simpulan B. Saran-saran C. Kata Penutup DAFTAR PUSTAKA

(20)

20

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Penggunaan Beberapa Warna Cahaya Lampu Terhadap Perkembangan Kumbang Beras Sitophilus oryzae (L.) (Dibimbing oleh.. EFFENDY

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan multimedia pembelajaran interaktif penginderaan jauh berpengaruh terhadap hasil belajar, dimana hasil yang diperoleh

Jadi nilai ekonomi kayu bakar keseluruhan yang dimanfaatkan Desa Kuta rayat selama satu tahun dari 30 jumlah responden yang menggunakan kayu bakar adalah

Pembanding 10 ton jerami dengan 5 ton pupuk kandang ayam per hektar yang diberi 0.4 pupuk kandang per hektar per hektar yang dicairkan sebagai dekomposer berpotensi

Maksud saya, supaya Saudara menyampaikan yang dipandang penting untuk disampaikan saja. Kalau itu kan sudah ada semua di sini, ya. Gimana ? Petitumnya saja bagaimana?

Suatu tugas yang diperintahkan dalam lebar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainnya (Majid, 2011: 176). LKS memuat kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk

bersedia untuk memberikan informasi yang dibutuhkan atau dengan kata lain, anggota populasi yang paling mudah diperoleh dipilih sebagai subjek sampel.. Keunggulan dari teknik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Proses pembelajaran menggambar motif batik telah mencakup komponen-komponen pembelajaran, meliputi: (a) Tujuan pembelajaran