• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ETNOPEDAGOGIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ETNOPEDAGOGIK."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Iim Siti Masyitoh, 2015

MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER

BERBASIS ETNOPEDAGOGIK

DISERTASI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Promovenda :

IIM SITI MASYITOH

0908044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Iim Siti Masyitoh, 2015

2015

MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER

BERBASIS ETNOPEDAGOGIK

Oleh Iim Siti Masyitoh

M.Si Universitas Padjadjaran, 2005

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Iim Siti Masyitoh 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Iim Siti Masyitoh, 2015

LEMBAR PENGESAHAN

IIM SITI MASYITOH (0908044)

MODEL HABITUASI

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ETNOPEDAGOGIK

Disetujui dan disahkan oleh panitia disertasi :

Promotor

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003

Ko-Promotor

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

Anggota Promotor

Dr. Elly Malihah, M.Si NIP. 198660425 199203 2 002

Mengetahui,

(4)

Iim Siti Masyitoh, 2015

(5)

Iim Siti Masyitoh, 2015

ABSTRAK

MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ETNOPEDAGOGIK

Iim Siti Masyitoh (0908044)

(6)

Iim Siti Masyitoh, 2015

perguruan tinggi dan perlu penelitian lanjutan untuk daerah lain di Indonesia untuk Model PKBET pada tingkat nasional.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Etnopedagogik, Pendidikan Kewarganegaraan. ABSTRACT

MODEL-BASED CHARACTER EDUCATION HABITUATION ETNOPEDAGOGIK

Iim Siti Masyitoh (0908044)

(7)

Iim Siti Masyitoh, 2015

(8)

Iim Siti Masyitoh, 2015 B. Identifikasi Masalah Penelitian………...……… C. Rumusan Masalah Penelitian ...

D. Tujuan Penelitian………

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian………..……… F. Struktur Organisasi Disertasi ... G. Paradigma Penelitian………...………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIRAN, DAN HIPOTESIS ...

A. Tinjauan Pustaka... 1. Perspektif Pengembangan Pendidikan Karakter dalam Konteks Pendidikan

Moral………

a. Konsep Karakter………...………

b. Karakter Bangsa…………...………

c. Pendidikan Karakter dan Pendidikan Karakter Bangsa………...……… d. PKn sebagai Pendidikan Karakter………...……….

e. Pengembangan Karakter……….……….

2. Menggagas Etnopedagogik Melalui Kearifan Lokal…………...… a. Urgensi Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik……...

(9)

Iim Siti Masyitoh, 2015

b. Pendekatan Etnopedagogik Sebagai Alternatif Landasan Praktik KTSP………... c. Integrasi Etnopedagogik Berbasis Kolaborasi Antar Bidang

Studi………...

d. Etnopedagogik Sunda sebagai “Community Civic-Based Education”... e. Kearifan Lokal dalam Membangun Karakter Bangsa... 3. Etnopedagogik Sunda Berbasis Nilai-Nilai Pancasila………...….……

a. Mobilitas Sosial pada Masyarakat Sunda……… b. Etnopedagogik Sunda Di Jawa Barat………..…

c. Tradisi Lisan Sunda………...………..

4. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Karakter………...………...… a. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan…………...……….. b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan………...……….. c. Kompetensi Kewarganegaraan ………..………. d. Pengaruh Tradisi di Masyarakat Terhadap Pendidikan………...……… 5. Teori Perkembangan Belajar………...………..

a. Teori Perkembangan dari Piaget……… b. Teori Free Discovery Learning dari Bruner…………..……… c. Teori Meaningful Learning dari Ausubel………..……….

d. Teori Belajar Vygotsky………..

6. Penelitian Terdahulu………..……….

B. Kerangka Pemikiran ... C. Hipotesis Penelitian ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...

(10)

Iim Siti Masyitoh, 2015

MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ETNOPEDAGOGIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Metode Penelitian………...

D. Definisi Konseptual dan Operasional ………

E. Teknik Pengumpulan Data……….………….

F. Variabel dan Fokus Penelitian………... G. Teknik Analisis Data………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………...………... A. Deskripsi Lokasi Penelitian………...

1. Lingkungan Sosial Budaya Kota Bandung... 2. Profil SMAN 20 Bandung... 3. Lingkungan Sosial Budaya Kabupaten Sumedang... 4. Profil SMAN 1 Cimalaka Kabupaten Sumedang...

B. Deskripsi Hasil Penelitian……….

1. Model Integrasi Nilai Tradisi Lisan Sunda Melalui Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik (PKBET) Untuk Pengembangan Kompetensi Kewarganegaraan ... 2. Pengembangan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model

Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik (Tradisi Lisan Sunda) dalam Pembelajaran... 3. Model Pengajaran Kolaboratif (Colaborative Teaching) dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik di Sekolah... 4. Implementasi Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis

Etnopedagogik di Lingkungan Sistem Budaya Sekolah di Jawa

Barat………...

(11)

Iim Siti Masyitoh, 2015

C.PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... ..

1. Temuan Tradisi Lisan, Seni Dan Budaya Sunda di Masyarakat: Integrasi dengan Tujuan Pengembangan Kompetensi Dasar Pendidikan

Kewarganegaraan... 2. Pengembangan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Model Pendidikan

Karakter Berbasis Etnopedagogik... 3. Model Koordinasi Guru-Guru Bidang Studi dalam Implementasi

Model Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik... 4. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik:

Integrasi Tradisi Lisan, Seni dan Budaya Sunda pada Lingkungan

Sistem Budaya Sekolah Di Jawa Barat... 5. Dampak Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik

(12)

Iim Siti Masyitoh, 2015

MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ETNOPEDAGOGIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

RIWAYAT HIDUP PENULIS…... LAMPIRAN...

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa... Tabel 2.2 Indikator Keberhasilan Pengembangan Karakter... Tabel 2.3 Kecakapan Intelektual dan Kecakapan Partisipasi... Tabel 2.4 Butir-Butir Kompetensi Kewarganegaraan dalam Rangka

Pendidikan Kewarganegaraan di Persekolahan... Tabel 2.5 Deskripsi Teori Belajar... Tabel 3.1 Lokasi Penelitian ... Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi ………...…..… Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas …………..……… Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel... Tabel 3.5 Teknik Analisis Data Pada Setiap Tahapan Penelitian………... Tabel 3.6 Klasifikasi Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi…………..………….. Tabel 3.7 Uji Normalitas Pretest-Postest……….…….. Tabel 3.8 Test of Homogeneity of Variance………….………. Tabel 3.9 Independent Samples Test………...………. Tabel 4.1 Kriteria Skor Rata-Rata... Tabel 4.2 Pandangan Siswa Terhadap Model PKBET dalam Pengembangan

Aspek “Civic Knowledge” Siswa di SMAN 14 Bandung……… Tabel 4.3 Pandangan Siswa Terhadap Model PKET dalam Pengembangan

(13)

Iim Siti Masyitoh, 2015

MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ETNOPEDAGOGIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aspek “Civic Disposition” Siswa di SMAN 14 Bandung………...……. Tabel 4.4 Pandangan Siswa Terhadap Model PKBET dalam Pengembangan

Aspek “Civic Skill” Siswa di SMAN 14 Bandung………..………. Tabel 4.5 Deskripsi Aspek Kompetensi pada Variabel Pendidikan Karakter

Berbasis Etnopedagogik (PKBET) di SMAN 14 Bandung... Tabel 4.6 Pandangan Siswa Terhadap Model PKBET dalam Pengembangan

Aspek “Civic Knowledge” Siswa di SMAN 1 Rancakalong...…………. Tabel 4.7 Pandangan Siswa Terhadap Model PKET dalam Pengembangan

Aspek “Civic Disposition” Siswa di SMAN 1 Rancakalong……… Tabel 4.8 Pandangan Siswa Terhadap Model PKBET dalam Pengembangan

Aspek “Civic Skill” Siswa di SMAN 1 Rancakalong…………....……. Tabel 4.9 Deskripsi Aspek Kompetensi pada Variabel Pendidikan Karakter

Berbasis Etnopedagogik (PKBET) di SMAN 1 Rancakalong ... Tabel 4.10 Capaian Rata-Rata Keseluruhan Pembelajaran melalui PKBET

di Dua Budaya Sekolah ... Tabel 4.11 Skor Gain Pembelajaran PKBET ……… Tabel 4.12 Contoh Implementasi Target Konsep Nilai, Norma, Moral dan

Nilai Karakter ……….………...…. Tabel 4.13 Pandangan Guru terhadap Nilai-Nilai di Sekitar Lingkungan Sekolah

dalam Dasar Pengembangan PKBET………..……….……….. Tabel 4.14 Pandangan Guru terhadap Nilai-Nilai Budaya Keluarga dalam Dasar

Pengembangan PKBET di Kota Bandung... Tabel 4.15 Pandangan Guru terhadap Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Setempat

dalam Dasar Pengembangan PKBET di Kota Bandung... Tabel 4.16 Pandangan Guru terhadap Sumber-Sumber Materi PKBET di Kota

Bandung... Tabel 4.17 Pandangan Guru terhadap Langkah-Langkah Perumusan Nilai-Nilai

dalam Materi PKBET di Kota Bandung...

(14)

Iim Siti Masyitoh, 2015

MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ETNOPEDAGOGIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.18 Pandangan Guru terhadap Butir-Butir Karakter Budaya Berbasis Etnopedagogik dalam Pembelajaran di Kota Bandung... Tabel 4.19 Pandangan Guru terhadap Semua Mata Pelajaran dalam Mengemban

Misi PKBET di Kota Bandung... Tabel 4.20 Pandangan Guru terhadap Semua Kegiatan Ekstrakurikuler

Mengemban Misi PKBET di Kota Bandung... Tabel 4.21 Pandangan Guru terhadap Peran Kepala Sekolah serta Guru sebagai

Tauladan dan Orang Tua Siswa dalam Konteks PKBET di Kota Bandung... Tabel 4.22 Pandangan Guru terhadap Peran Kepala Sekolah serta Guru sebagai

Pengayom, Pengontrol, Pengendali dan Evaluator Siswa dalam

Konteks PKBET di Kota Bandung... Tabel 4.23 Pandangan Guru Tentang Sikap dan Perilaku atas Nilai-Nilai Karakter

Berbasis Etnopedagogik yang Dikehendaki di Kota Bandung... Tabel 4.24 Pandangan Guru terhadap Nilai-Nilai di Sekitar Lingkungan Sekolah

dalam Dasar Pengembangan PKBET di Kabupaten Sumedang... Tabel 4.25 Pandangan Guru terhadap Nilai-Nilai Budaya Keluarga dalam Dasar

Pengembangan PKBET di Kabupaten Sumedang... Tabel 4.26 Pandangan Guru terhadap Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Setempat

dalam Dasar Pengembangan PKBET di Kabupaten Sumedang... Tabel 4.27 Pandangan Guru terhadap Sumber-Sumber Materi PKBET

di Kabupaten Sumedang... Tabel 4.28 Pandangan Guru terhadap Langkah-Langkah Perumusan Nilai-Nilai

PKBET di Kabupaten Sumedang... Tabel 4.29 Pandangan Guru terhadap Butir-Butir PKBET dalam Pembelajaran

di Kabupaten Sumedang... Tabel 4.30 Pandangan Guru terhadap Semua Mata Pelajaran dalam Mengemban

(15)

Iim Siti Masyitoh, 2015

MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ETNOPEDAGOGIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.31 Pandangan terhadap Semua Kegiatan Ekstrakurikuler Mengemban Misi PKBET di Kabupaten Sumedang... Tabel 4.32 Pandangan Guru terhadap Peran Kepala Sekolah serta Guru sebagai

Tauladan dan Orang Tua Siswa dalam Konteks PKBET di Kabupaten Sumedang... Tabel 4.33 Pandangan Guru terhadap Peran Kepala Sekolah serta Guru sebagai

Pengayom, Pengontrol, Pengendali dan Evaluator Siswa dalam

Konteks PKBET di Kabupaten Sumedang... Tabel 4.34 Pandangan Guru Tentang Sikap dan Perilaku atas Nilai-Nilai Karakter

Berbasis Etnopedagogik yang Dikehendaki di Kabupaten Sumedang... Tabel. 4.35 Jadwal Pelaksanaan Open Lesson... Tabel 4.36 Kegiatan Pembelajaran di SMAN 20 Bandung... Tabel 4.37 Rancangan Target Nilai, Moral, Norma dalam Pembelajaran

Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik di SMAN 1 Cimalaka.... Tabel 4.38 Kegiatan Pembelajaran di SMAN 1 Cimalaka... Tabel 4.39 Kegiatan Pembelajaran di SMAN 14 Bandung... Tabel 4.40 Rancangan Target Nilai, Moral, Norma dalam Pembelajaran

Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik di SMAN 1

Rancakalong... Tabel 4.41 Kegiatan Pembelajaran di SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.42 Hasil Pengembangan Karakter Religius Siswa SMAN 14 Bandung... Tabel 4.43 Hasil Pengembangan Karakter Salam, Sapa dan Senyum SMAN 14

Bandung... Tabel 4.44 Hasil Pengembangan Karakter Jujur Siswa SMAN 14 Bandung... Tabel 4.45 Hasil Pengembangan Karakter Menghargai Perbedaan, Rukun dan

Damai Siswa SMAN 14 Bandung... Tabel 4.46 Hasil Pengembangan Menjunjung Nilai Kearifan Lokal Siswa SMAN

14 Bandung... Tabel 4.47 Hasil Pengembangan Karakter Disiplin Siswa SMAN 14 Bandung...

(16)

Iim Siti Masyitoh, 2015

MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ETNOPEDAGOGIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.48 Hasil Pengembangan Karakter Tanggung Jawab Siswa SMAN 14 Bandung... Tabel 4.49 Hasil Pengembangan Karakter Tekun Belajar dan Menghargai Prestasi Siswa SMAN 14 Bandung... Tabel 4.50 Hasil Pengembangan Karakter Bersahabat dan Saling Tolong

Menolong Siswa SMAN 14 Bandung... Tabel 4.51 Hasil Pengembangan Karakter Berani, Inovatif, dan Kreatif Siswa di

SMAN 14 Bandung……….………

Tabel 4.52 Hasil Pengembangan Karakter Religius Siswa SMAN 1 Rancakalong.. Tabel 4.53 Hasil Pengembangan Karakter Sopan Santun Siswa SMAN 1

Rancakalong... Tabel 4.54 Hasil Pengembangan Karakter Jujur Siswa SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.55 Hasil Pengembangan Karakter Menghargai Perbedaan, Rukun, dan

Damai Siswa SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.56 Hasil Pengembangan Karakter Menjunjung Nilai Kearifan Lokal Siswa

SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.57 Hasil Pengembangan Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.58 Hasil Pengembangan Karakter Tanggung Jawab Siswa SMAN 1

Rancakalong... Tabel 4.59 Hasil Pengembangan Karakter Tekun Belajar dan Menghargai Prestasi

Siswa SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.60 Hasil Pengembangan Bersahabat dan Saling Tolong Menolong

Siswa SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.61 Hasil Pengembangan Karakter Berani, Inovatif dan Kreatif Siswa

SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.62 Capaian Rata-Rata Keseluruhan Pengembangan Karakter Siswa

di Dua Budaya Sekolah ………

Tabel 4.63 Skor Gain Pengembangan Karakter Siswa ……….……….. Tabel 4.64 Korelasi Pre Test SMAN 14 Bandung...

(17)

Iim Siti Masyitoh, 2015

Tabel 4.65 Korelasi Post Test SMAN 14 Bandung... Tabel 4.66 Regresi Pre Test (Model Summary) SMAN 14 Bandung…... Tabel 4.67 Regresi Post Test (Model Summary) SMAN 14 Bandung... Tabel 4.68 Korelasi Pre Test (Model Summary) SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.69 Korelasi Post Test (Model Summary) SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.70 Regresi Pre Test (Model Summary) SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.71 Regresi Post Test (Model Summary) SMAN 1 Rancakalong... Tabel 4.72 Analisis Filosofis Ungkapan “Kudu Leuleus Jeujeur Liat Tali”... Tabel 4.73 Analisis Filosofis Ungkapan “Ngeduk Cikur Kudu Mihatur, Nyekel

Jahe Kudu Micarek, Ngagedag Kudu Beware”... Tabel 4.74 Analisis Filosofis Ungkapan “Nyuhunkeun Bobot Pangayom Timbang

Taraju”... Tabel 4.75 Analisis Filosofis Ungkapan “Ulah Balung Marebutkeun Tanpa Eusi” Tabel 4.76 Analisis Filosofis Ungkapan “Ulah Ngadu-Ngadu Raja Wisuna”... Tabel 4.77 Analisis Filosofis Ungkapan “Ulah Ngukur Baju Sasereg Awak”... Tabel 4.78 Analisis Filosofis Ungkapan “Ulah Nyieun Pucuk Girang”... Tabel 4.79 Analisis Filosofis Ungkapan “Ulah Papulur Memeh Mantun”... Tabel 4.80 Nilai yang Dikembangkan dalam Perencanaan Pendidikan Karakter

Berbasis Etnopedagogik... Tabel 4.81 Fokus Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis

(18)

Iim Siti Masyitoh, 2015

MODEL HABITUASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ETNOPEDAGOGIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Research and Development (R&D)

Model Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik (PKBET)…... Gambar 2.1 Konteks Mikro Pengembangan Karakter... Gambar 2.2 Komponen-Komponen Karakter... Gambar 2.3 Pengetahuan Moral (Moral Knowing)... Gambar 2.4 Tindakan Moral (Moral Action)...

15 31 44 45 46 47 48

(19)

Iim Siti Masyitoh, 2015

Gambar 2.5 Perasaan Moral (Moral Feeling)... Gambar 2.6 Landasan Pengembangan Karakter... Gambar 2.7 Pendekatan yang Komprehensif Terhadap Nilai dan

Pendidikan Karakter... Gambar 2.8 Proses Penerapan Kebudayaan... Gambar 2.9 Civic Culture sebagai Karakter Bangsa dan Peradaban Demokrasi…... Gambar 2.10 Kerangka Pemikiran ... Gambar 2.11 One Group Pretest-Posttest Design………..…... Gambar 3.1 Tahapan Penyusunan Model Konseptual Pengembangan Pendidikan

Karakter Berbasis Etnopedagogik... Gambar 3.2 Alur Tahapan Penelitian dan Pengembangan Model…... Gambar 3.3 Alur Langkah Penelitian... Gambar 4.1 Nilai-Nilai SPBS sebagai Rujukan Utama Proses Character

Building……….

Gambar 4.2 Sumedang Puseur Budaya Sunda Sebagai Persemaian Tokoh Sunda yang Unggul……….…... Gambar 4.3 Capaian Rata-Rata Setiap Dimensi dalam Variabel X (PKBET)

di SMAN 14 Bandung ... Gambar 4.4 Capaian Rata-Rata Setiap Dimensi dalam Variabel X (PKBET)

di SMAN 1 Rancakalong Kabupaten Sumedang ... Gambar 4.5 Model Integrasi Tradisi Lisan Sunda dalam Keseluruhan Aktivitas

Sekolah ... Gambar 4.6 Jaringan Target Konsep, Nilai, Norma, Moral……...…………...…. Gambar 4.7 Evaluasi Model Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik…….… Gambar 4.8. Pengembangan Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter

Berbasis Etnopedagogik... 182

(20)

Iim Siti Masyitoh, 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Praktik Pendidikan Nasional Indonesia tengah menghadapi persoalan yang berkaitan dengan peningkatan mutu di samping tetap menuntaskan aspek pemerataan dan relevansi pendidikan. Untuk memperbaiki hal tersebut, program-program khusus diselenggarakan, terutama dalam rangka menghadapi tuntutan persaingan global yang memerlukan daya saing tinggi. Kondisi ini semakin terasa dengan berkembangnya pendekatan-pendekatan formal yang cenderung semakin kuat dalam mengatasi masalah pendidikan. Pendekatan ekonomi dan teknologi informasi semakin memerlukan partner bukan semata-mata diperlukan sesuai dengan perkembangan kemajuan zaman, melainkan untuk keseimbangan hidup melalui pendekatan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga pencarian alternatif pemecahan lebih mencapai sasaran.

Esensi pendidikan sejatinya membangun kesadaran individu terhadap hakikat kehidupan. Hakikat hidup manusia tersebut diperoleh dari terbinanya jati diri kemanusiaan secara utuh antara pengembangan pendidikan yang didasarkan pada ilmu-ilmu kemanusiaan, ilmu-ilmu ekonomi dan teknologi informasi. Kajian terhadap ilmu-ilmu kemanusiaan kalah intensif dibandingkan dengan ilmu ekonomi maupun teknologi, padahal ilmu-ilmu kemanusiaan menduduki tempat sentral dalam proses pembangunan. Sebagian besar penyimpangan dalam pembangunan terjadi karena pengabaian ilmu kemanusiaan (Alwasilah, 2009, hlm. 1).

(21)

berujung pada disintegrasi bangsa menghiasi kehidupan Indonesia sehari-hari. Hal ini tersebut menjadi kekhawatiran tersendiri bagi bangsa Indonesia sehingga yang menjadi fokus permasalahannya adalah minimnya pengembangan ilmu kemanusiaan di kancah dunia pendidikan.

Survei nasional terbaru menunjukkan sebagian dari 10.000 siswa SMA mengaku pernah mencuri sesuatu di pertokoan, studi terbaru ditemukan bahwa 22% siswa kelas lima SD pernah mabuk dan menggunakan mariyuana. Diagnosis hiperaktivitas dan kesulitan belajar meningkat 700 %, angka bunuh diri remaja meningkat 300 %, dan depresi meningkat 1000 %. Statistik tersebut menegaskan bahwa kekuatan moral yang diperlukan oleh anak-anak untuk menjaga adab mereka dalam menghadapi dekadensi moral yang ada saat ini telah hilang (Borba, 2008, hlm. 11). Angka tersebut menunjukkan jumlah yang sangat drastis dari tahun ke tahun yang disebabkan bertambahnya perilaku negatif yang bermunculan sehingga menjadi dampak yang signifikan terhadap kemajuan bangsa.

(22)

alat, dan 1,7% memukul dengan senjata tajam, dan merebaknya katak-kata kasar serta buruk (penggunaan bahasa prokem di kalangan remaja)

Krisis identitas manusia modern tersebut disebabkan oleh kemajuan teknologi dan transformasi sosial (Tilaar, 2002, hlm. 34). Pengaruh teknologi informasi telah mengubah tingkah laku modern yang mengikis budaya lokal, seperti merebaknya konsumerisme, budaya massa dan kekerasan, konsentrasi kekuasaan premanisme mulai dari kalangan bawah sampai petinggi negeri, semakin terdiferensiasinya masyarakat yang berlapis-lapis, sebagai bentuk “krisis identitas manusia”.

Keinginan manusia untuk mengglobal dan keinginan untuk kembali mencari identitas diri menjadi polarisasi dua kekuatan yang harus digabungkan. Di satu pihak, nasionalisme yang saat ini sedang dicanangkan dalam membangun masyarakat kewargaan melalui bangunan negara bangsa (nation state) akan digerus oleh persatuan global (global state). Sementara itu, di lain pihak, orang mulai merasakan bahwa harga diri sebagai budaya kearifan yang dimiliki akan sulit tergantikan begitu saja oleh budaya global. Sejak sepuluh tahun yang lalu, Huntington mengatakan bahwa masa depan bukan lagi dikuasai oleh ikatan-ikatan politik dalam arti negara bangsa (nation state), tetapi ikatan-ikatan primordial, seperti agama (religion) dan kebudayaan (culture) (Huntington, 1991, hlm. 22).

Problematika yang dipaparkan sebelumnya bermuara pada problem ekstrinsik yang terjadi di dunia pendidikan. Selain problem ekstrinsik tersebut terdapat pula problem intrinsik yang berkenaan dengan kurikulum, metodologi, tenaga kependidikan, instrumen pendidikan, problem ekstrinsik berkenaan dengan dampak globalisasi, kepentingan politik, sosial ekonomi, demografi, dan lain-lain. Tentunya memerlukan jawaban konkret komprehensif dalam membangun sistem pendidikan dengan paradigma dan orientasi pendidikan sebagai strategi kultural yang membawa supremasi nilai serta pendidikan pada aspek pragmatis teknis. Dalam hal ini perlu dikembangkan pendidikan dengan kearifan lokal.

(23)

penuangan pengetahuan belaka (pouring) seperti halnya pada pendidikan di masa lalu, melainkan lebih daripada itu karena merupakan tranformasi dimana selain pintar secara nalar juga tidak nihil dari pengembangan sikap dan kepribadian, cerdas otak, sekaligus cerdas watak (Alwasilah, 2009, hlm. 35).

Masalah pendidikan sendiri bukan hanya merupakan permasalahan yang hanya dapat diselesaikan oleh pendidikan formal saja, melainkan harus menjangkau permasalahan yang terkonsentrasi pada pendidikan informal dan nonformal, agar tidak terabaikan satu sama lain karena keseluruhan bidang pendidikan merupakan masalah sosial budaya yang tumbuh dalam latar belakang budaya bangsa. Dalam hal ini, diperlukan kajian yang menempatkan masalah pendidikan sinergis antara pendidikan formal, informal, dan nonformal.

Amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menghendaki Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia bahwa:

… untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …

Pernyataan tersebut tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk mengimplementasikan amanat tersebut, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang berfungsi:

... mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(24)

mengenai hakikat pendidikan sebagai bagian dari kehidupan bangsa. Dalam visi Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014 dimana memprogramkan terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional Indonesia yang cerdas dan komprehensif serta bermakna di antaranya cerdas spiritual, emosional, intelektual, dan kinestetis (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010).

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, pendidikan dapat menggunakan pendekatan berbasis budaya. Cara yang dapat ditempuh yaitu melalui pendidikan formal di sekolah yang harus menitikberatkan pendewasaan peserta didik berdasarkan lingkungan budaya. Untuk memperkenalkan peserta didik pada lingkungan budaya, sekolah dapat menempuhnya dengan melakukan kajian-kajian/penelitian-penelitian berbasis lingkungan budaya untuk menemukan transformasi nilai-nilai tradisi karakter “etnis” sebagai fondasi membangun nasionalisme secara buttom up. Pendekatan pendidikan ini yaitu etnopedagogik yang mana etnopedagogik merupakan wahana untuk mengungkap permasalahan kependidikan yang saat ini lebih berbasis budaya barat menuju pendekatan pendidikan yang berbasis kebudayaan lokal.

Realitas menunjukkan, dalam modernisasi pendidikan di Indonesia saat ini masih bercermin pada buku dan penelitian masyarakat yang berkebudayaan Barat. Maraknya perkembangan etnonasionalisme serta perlunya mengembangkan identitas bangsa Indonesia, maka ilmu pendidikan yang berorientasi kepada kebudayaan Indonesia yang beragam merupakan suatu kebutuhan mendesak (Tilaar, 2002, hlm. 93). Hendaknya melalui kajian atau penelitian-penelitian yang berbasis etnopedagogik diharapkan terbina generasi penerus yang diangkat dari akar budaya sendiri sebagai masukan dalam upaya mengembangkan kompetensi kewarganegaraan meliputi (1) “civic knowledge”, (2) “civic disposition”, dan (3)

“civic skill”.

(25)

mereka dapat menghayati budayanya dan dirinya sendiri. Dalam hal ini, sekolah sebagai lembaga pendidikan sangat strategis dijadikan sebagai pusat budaya yang menjadi wahana pusat budaya, sebagai agen pembaharu (agent of change) untuk memproduksi nilai-nilai budaya kearifan lokal sebagai modal sosial (social capital) masyarakat Indonesia yang dinamis (Tilaar, 2002, hlm. 53).

Kebudayaan yang berubah terus menerus, dengan sendirinya akan menyebabkan ilmu pendidikan dengan kebudayaan sebagai fondasinya berpengaruh terhadap praktik pendidikan dalam upaya mengembangkan sikap toleransi masyarakat demokrasi yang cenderung melahirkan etnonasionalisme. Model pendidikan yang potensial mengembangkan kohesi sosial yaitu sebagai berikut:

1. Model pendidikan inter-kultural. Model ini menekankan kepada eksistensi budaya-budaya atau sub-sub budaya yang ada. Dalam rangka pengembangan kohesi sosial, maka yang diperlukan ialah kegiatan interaksi budaya.

2. Model pendidikan trans-kultural. Model ini mencari bentuk-bentuk universalitas dari budaya-budaya yang ada. Model ini telah diterapkan pada masa orde baru.

3. Model pendidikan multikultural. Model ini popular di masa reformasi, menekankan pada keragaman budaya di mana setiap budaya diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang dan dipelihara (Tilaar, 2002, hlm. 23).

(26)

di daerah, di mana daerah diberi kewenangan untuk menambah kriteria sendiri yang cocok bagi perkembangan pendidikan di daerahnya (Strauss, 2000, hlm. 56). Solusi Kemendiknas yang saat ini sedang digulirkan berkenaan dengan pendidikan karakter diharapkan mampu mengatasi keterpurukan bangsa yang sedang terjadi baik di lingkup kapasitas pendidikan dasar, menengah, maupun perguruan tinggi, baik dalam lingkup pendidikan informal, formal, maupun nonformal. Oleh karena itu, sekolah sebagai satuan pendidikan tingkat dasar dan sebagai organisasi praktis pendidikan perlu nilai menjadikan diri sebagai sarana bukan hanya sebagai pembina karakter di lingkup intern sekolah saja, tetapi perlu mengintegrasikan nilai-nilai budaya lingkungan di mana sekolah berada dengan melibatkan peran serta orang tua, dunia kerja, dunia industri, pemerintah daerah, dan lembaga-lembaga penelitian.

Aplikasi pendidikan berbasis budaya (etnopedagogik) relevan dengan pengembangan pendidikan karakter bangsa yang sedang dicanangkan karena berkaitan dengan proses humanisasi dalam praktis pendidikan, di mana proses humanisasi tidak berlangsung tanpa kebudayaan. Humanis Indonesia yang dikembangkan sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai filsafat manusia Indonesia karena Pancasila digali dari kebudayaan Indonesia.

(27)

Dengan kata lain, Pendidikan Kewarganegaraan dibangun melalui pendekatan budaya dan kearifan lokal dalam bingkai Indonesia.

Sebagai bahan perenungan, dapat dianalisis secara umum di dunia bahwa Amerika dan negara-negara belahan dunia utara menjadi negara maju karena front row spirit-nya, Jepang menjadi negara super power dalam bidang ekonomi karena busidho nya, Korea maju menjadi salah satu negara adidaya ekonomi dunia karena skema saemaul undong movement-nya, Cina mengalami pertumbuhan ekonomi yang mengesankan karena Konfusianisme-nya, Malaysia mulai merangkak menjadi negara maju karena progressive mind nya atau truly Asia nya. Dengan kata lain, sebuah negara bisa tumbuh secara signifikan apabila bertumpu pada “spiritualitas” berbasis budaya (Tim Pemerintah Kota Bandung, 2009). Pendidikan baik di tingkat persekolahan maupun perguruan tinggi harus mampu melahirkan anggota masyarakat yang memiliki pandangan yang luas tentang nilai-nilai kebudayaannya sendiri sebagai subbudaya dari masyarakat Indonesia yang beranekaragam.

Pada tingkat persekolahan, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan wahana untuk pengembangan karakter bangsa. Pancasila sebagai soko utama pendidikan politik kenegaraan dan hukum merupakan substansi yang dijadikan standar isi dalam penyusunan kurikulum. Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan karakter bangsa yaitu berupaya mencanangkan tidak hanya dari sisi kecerdasan kewarganegaraan (civic knowledge) yang akan dibinakan pada peserta didik, tetapi juga tanggung jawab kewarganegaraan (civic disposition) dan keterampilan serta partisipasi kewarganegaraan (civic skill) dalam membangun manusia Indonesia yang seutuhnya, yang memiliki cinta tanah air dan bangsanya, tidak hanya tahu dan sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia, tetapi mampu memanfaatkan hak dan kewajibannya tersebut secara proporsional, sehat, wajar dan halal untuk kepentingan dirinya dan orang banyak.

(28)

mengakibatkan terjadinya disintegrasi akan terjawab. Melalui pendekatan belajar revolusi sosiocultural yang dikembangkan Vygotsky (1983, hlm. 134) didasarkan pada pandangan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, bukan sekadar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky disebut juga pendekatan co-konstruktivisme.

Vygotsky mengaitkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, anak hendaknya memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalu belajar dan berkembang (Budiningsih, 2005, hlm. 107). Guru perlu menyediakan bantuan dalam kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya (helps/cognitive scaffolding) misalnya melalui bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang lain atau teman yang lebih berkompetensi. Bentuk pembelajaran kooperatif-kolaboratif serta pembelajaran kontekstual sangat tepat, sehingga diperlukan pemahaman yang tepat terhadap karakteristik siswa dan budaya di mana siswa belajar dari lingkungan budaya masyarakat di mana mereka belajar.

(29)

Penjelasan tentang tradisi lisan Sunda mencerminkan nilai-nilai moral yang biasa dilakukan orang tua terdahulu pada masyarakat Sunda untuk membina karakter anak-anaknya agar perilaku dalam hidupnya senantiasa berakhlak mulia. Tradisi lisan Sunda sebagai salah satu bentuk kecerdasan sosial pendidik di masyarakat Sunda berbasis karakter (budaya) menanamkan nilai-nilai karakter berdasarkan 18 karakter yang diusung Kementrian Pendidikan Nasional seperti (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab (Kemendiknas, 2010).

Rumusan umum mengenai “Civic knowledge” atau “Civic Intellegency” dalam Massachussets Institute of Technology Encyclopedia of Cognitive Sciences" didefinisikan sebagai intelegensi atau kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri, memilih dan mengembangkan lingkungannya, dimana intelegensi berkenaan dengan tiga kemampuan yaitu: (1) adaptasi, (2) konstruktif dan (3) selektif (Tilaar, 2002, hlm. 448). Tanpa lingkungan, budaya, dan alam, maka manusia tidak bisa berkembang. Manusia beradaptasi lalu mengkonstruksi dan menseleksi lingkungan yang diinginkannya. Sebagai makhluk berbudaya dan membentuk masyarakat budaya. Intelegensi manusia hanya mempunyai arti di dalam lingkungan budayanya. Melepaskan manusia dari lingkungan budaya nyata berarti mencabut manusia dari kehidupan nyatanya. Civic intelligence/ civic knowledge dirumuskan sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui dan menghayati hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat, serta mentransformasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai tersebut bersumber dari moral dan etika yang transendental. Oleh karena itu, civic knowledge merupakan kemampuan rasional, emosional, dan spiritual seorang warga masyarakat yang berbudaya.

(30)

pada pendidikan indoktrinasi berbentuk ideologi Pancasila. Hal ini disebabkan, terjadinya peniadaan tempat bagi diskursus atau kebebasan interpretasi (Tilaar, 2002, hlm. 452). Pendidikan yang digunakan lebih menekankan pada pendekatan intelektual dengan asumsi nilai-nilai dapat dihapus yang diharapkan dapat diwujudkan dalam tingkah laku, namun kenyataannya dalam praktek mewujudkan apa yang diketahui tidak diwujudkan dalam perbuatan. Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru ini perlu membelajarkan peserta didik dengan pendekatan ciri intelegensi taraf tinggi yang mengutamakan proses "learning by doing" dan "learning by experience". Peserta didik melakoni semua nilai-nilai yang dipelajarinya di sekolah dari masyarakat, di masyarakat, dan untuk masyarakat melalui kegiatan ekstrakurikuler, intrakurikuler, atau ko-kurikuler secara kolaboratif antar bidang studi berbasis budaya dan karakter bangsa dalam lingkup masyarakat daerah di mana sekolah berada.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan karakter pun mengandung misi tujuan nasional merupakan mata pelajaran wajib di tingkat persekolahan. Kerangka sistematik Pendidikan Kewarganegaran (PKn) dibangun atas dasar paradigma baru sebagai berikut :

1. Secara kurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.

2. Secara teoretis memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor (civic knowledge, civic disposition, dan civic skill) atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara. 3. Secara programatik menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai

(content embedding values) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tumpuan hidup bagi warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara (Budimansyah, 2008, hlm. 180).

(31)

tingkat persekolahan secara programatik perlu mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experience). Perubahan struktur dan lunturnya nilai-nilai kekeluargaan, sikap gotong royong, serta merebaknya kejahatan, munculnya organisasi-organisasi dan geng-geng seperti geng motor, kelompok-kelompok solidaritas yang menyimpang diantara pelajar, yang disebabkan oleh lemahnya social capital (modal sosial) mendorong pakar-pakar pendidikan di tingkat akademisi, birokrasi dan praktisi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk mengkaji ulang paradigma pendidikan dan pembelajaran yang menjadi acuan selama ini.

Permasalahan-permasalahan sosial saat ini walaupun sepenuhnya bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidikan, tetapi kontribusi untuk membangun sumber daya manusia sebagai social capital sangat besar dan pendidikan seharusnya menjadi panglima. Kenyataan tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan memfokuskan pada penelitian yang berjudul “Model Habituasi Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Merujuk latar belakang masalah di atas, ternyata banyak faktor yang mempengaruhi permasalahan sosial budaya khususnya di persekolahan. Rendahnya muatan nilai-nilai budaya lokal setempat yang dijadikan emban misi setiap sekolah meyakinkan bahwa melalui etnopedagogik mampu mengembangkan karakter siswa. Terlebih melalui etnopedagogik diasumsikan dapat mengembangkan identitas kedaerahan (local genius) tanpa mengindahkan sikap nasionalisme bangsa. Pembaharuan pendidikan karakter melalui pendekatan etnopedagogik merupakan wahana penting dalam mereformasi pembelajaran yang bersifat konvensional menjadi pembelajaran yang efektif, menyenangkan dan bermakna.

(32)

pembentukkan karakter siswa khususnya dalam pembelajaran PKn di persekolahan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Secara umum permasalahan penelitian ini dirumuskan: “Bagaimana pengembangan pendidikan karakter berbasis etnopedagogik sebagai model habituasi tradisi lisan Sunda di dua lingkungan sistem budaya sekolah di Jawa Barat, berpengaruh terhadap pengembangan karakter siswa”. Agar masalah penelitian ini lebih terinci, maka dijabarkanlah ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana model pengintegrasian tradisi lisan Sunda yang ada di lingkungan masyarakat dimana sekolah berada terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan?

2. Bagaimana merancang RPP model pendidikan karakter berbasis etnopedagogik yang dikembangkan guru-guru di sekolah?

3. Bagaimana pengajaran kolaboratif (colaborative teaching) yang dilakukan guru dalam mengintegrasikan tradisi lisan Sunda dengan bidang studi yang relevan di lingkungan sekolah?

4. Bagaimana penerapan model pendidikan karakter berbasis etnopedagogik tradisi lisan Sunda pada dua budaya sekolah di Jawa Barat?

5. Bagaimana dampak pengembangan model pendidikan karakter berbasis etnopedagogik terhadap pembentukan karakter siswa?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(33)

2. Merancang secara dokumentasi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan guru-guru di sekolah uji coba model.

3. Menggambarkan pengajaran kolaboratif (colaborative teaching) yang dilakukan guru dalam mengintegrasikan tradisi lisan Sunda dengan bidang studi yang relevan di lingkungan sekolah.

4. Menggambarkan implementasi model pendidikan karakter berbasis etnopedagogik tradisi lisan Sunda yang diterapkan di lingkungan sistem budaya sekolah di Jawa Barat.

5. Mengetahui dampak penggunaan pendidikan karakter berbasis etnopedagogik terhadap pembentukan karakter siswa.

E.Manfaat/Signifikansi Penelitian

Signifikansi secara teoretis melalui penelitian ini akan memberikan sumbangan yang nantinya akan:

1. Menghasilkan suatu model pengembangan pendidikan karakter yang dibangun atas dasar nilai-nilai tradisi budaya kearifan lokal, dan tradisi masyarakat di mana sekolah berada.

2. Memperkuat gagasan UPI sebagai LPTK tentang “etnopedagogik“ yang akan menunjang tujuan pendidikan nasional yang berjati diri Indonesia serta berakar pada nilai-nilai agama, dan kebudayaan nasional yang berbasis kearifan lokal dan tanggap terhadap tuntutan zaman.

3. Penguatan secara konseptual-teoretis tentang perencanaan pembelajaran PKn di sekolah sebagai salah satu pilar dalam pendidikan karakter bangsa.

Signifikansi secara praktis, temuan penelitian ini diharapkan dapat:

1. Membantu setiap satuan pendidikan (sekolah) dalam memberikan makna lebih dan memanfaatkan peluang mata pelajaran muatan lokal yang berbasis tradisi lisan Sunda yang ada di lingkungan sekolah berada.

(34)

3. Model pengembangan yang adaptif, inovatif, dan skillfull berbasis tradisi budaya di mana peserta didik berada diharapkan mampu mendukung sikap “pro-sosial“ mereka sehingga sikap agresivitas yang menjadi ciri remaja saat ini yang mengarah pada dekadensi moral dapat tersalurkan secara positif.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Untuk perolehan gambaran disertasi ini, penulis memberikan struktur organisasi penelitian secara sistematis sehingga memudahkan pembaca dalam memahami disertasi ini. Penelitian ini terdiri atas lima bab, di antaranya: (1) bab pertama berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, struktur organisasi disertasi, paradigma penelitian, serta lokasi dan sasaran penelitian; (2) bab dua berupa kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian; (3) bab tiga meliputi lokasi penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi konseptual dan operasional, prosedur penelitian, instrumen penelitian, variabel dan fokus penelitian, dan teknik analisis data; (4) bab empat mencakup deskripsi lokasi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, dan (5) bab lima meliputi kesimpulan, implikasi, rekomendasi dan dalil-dalil.

G.Paradigma Penelitian

(35)

Gambar 1.1

Paradigma Penelitian Research and Development (R&D) Model Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik (PKBET)

(36)
(37)

Iim Siti Masyitoh, 2015

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di dua sekolah yaitu: pertama, SMA Negeri 20 Bandung sebagai sampel uji coba produk awal dan SMA Negeri 14 Bandung sebagai sampel uji terbatas yang berkarakteristik lokasi sekolah di pusat kota dengan kriteria lingkungan sekolah bersifat lebih heterogen. Heterogen dari sisi latar belakang social budaya Kesundaannya, mayoritas peserta didik berasal dari beberapa suku yang berbeda. Kedua, SMA Negeri 1 Cimalaka Kabupaten Sumedang Jawa Barat sebagai sampel uji produk awal dan SMA Negeri 1 Rancakalong Kabupaten Sumedang Jawa Barat sebagai sampel uji terbatas yang diprediksi berdasarkan hasil observasi pendahuluan memiliki karakteristik homogen. Homogen dari sisi latar belakang social budaya, seluruh peserta didik berasal dari suku/etnis yang sama. Subjek penelitian adalah sumberdaya pendidikan yang ada di sekolah, guru, peserta didik, maupun satuan pendukung budaya sekolah yang bersangkutan. Berikut penjelasan lebih lanjut dapat dilihat ke dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian Status Kategori

SMAN 20 Bandung Uji coba produk awal Sekolah heterogen SMAN 1 Cimalaka

Kabupaten Sumedang

Uji coba produk awal Sekolah homogen

SMAN 14 Bandung Uji coba terbatas Sekolah heterogen SMAN 1 Rancakalong

Kabupaten Sumedang

Uji coba terbatas Sekolah homogen

(38)

yang memuat dan relevan untuk mengintegrasikan tradisi lisan Sunda berdasarkan target konsep, nilai, moral, dan norma. Sekolah-sekolah yang dijadikan dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 20 Kota Bandung dan SMAN 1 Cimalaka Sumedang. Kemudian untuk menentukan hasil perbaikan diujicobakan secara terbatas di SMAN 14 Bandung dan SMAN 1 Rancakalong sehingga menghasilkan diseminasi hasil penelitian.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan (Research and Development/R&D) yang telah dikembangkan oleh Borg dan Gall (1989, hlm. 772) dalam Educational Research and Development biasa juga disebut Research Based Development. “Educational Research and Development is a process used to develop and validate educational products”. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Adapun yang dimaksud dengan produk dalam konteks ini adalah tidak selalu berbentuk hardware (buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas dan laboratorium), tetapi bisa juga perangkat lunak (software) seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model- model pendidikan, pembelajaran pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll.

(39)

Pengembangan model pendidikan karakter berbasis etnopedagogik dilaksanakan melalui dua bentuk kegiatan, yaitu; (1) explorasi yang bersifat kualitatif, dan (2) implementatif bersifat kuantitatif (Nasution, 1988, hlm. 12).. Kegiatan eksplorasi secara kualitatif digunakan dengan asumsi bahwa dunia, realitas dan peristiwa yang terjadi sebagai obyek suatu studi tentang perilaku manusia dan fenomena sosial, seharusnya dipandang dengan cara bermacam-macam dan oleh orang yang berbeda-beda, serta dipahami melalui pendekatan humanistik. Sedangkan tahap implementatif pada pelaksanaan model pendidikan karakter berbasis etnopedagogik dalam persekolahan. Penerapan Research and Development dalam penelitian ini bertujuan selain untuk memberikan perubahan, juga untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi guru, serta untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di persekolahan.

Prosedur penelitian ini diawali dengan mengadakan studi pendahuluan pada dua sekolah yang memiliki karakteristik berbeda di Jawa Barat yang berkaitan dengan pembelajaran PKn dan pengembangan karakter peserta didik. Fokus penelitian ditentukan setelah melakukan studi pendahuluan di sekolah tersebut. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan secara sistematis mengusung langkah-langkah Borg dan Gall (1989, hlm. 24) yang mengemukakan bahwa terdapat sepuluh tahapan penelitian research and development yang dapat dirinci sebagai berikut:

(40)

2. Planning (perencanaan). Pada tahapan ini peneliti menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas. Dalam hal ini sebagai lanjutan tahapn pertama, dilakukan “open lesson” untuk mendapatkan informasi tentang paradigm guru dan pihak sekolah melalui instrumen skala sikap pola Likert terhadap rencana pengembangan pendidikan karakter berbasis etnopedagogik yang peneliti pilih salah satunya di sekolah SMAN 20 Bandung yang mewakili ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sekolah di pusat Kota Bandung yang berdekatan dengan berbagai sarana prasarana pendukung seperti “Masjid Istiqomah, Taman Pramuka, dan berbagai lembaga lain karena lokasi wilayah sekolah cukup terbatas. b. Selama 3 tahun mengikuti program lesson study

Dari tampilan setiap open lesson disepakati guru PKn dan berbagai guru lain seperti guru Seni Budaya, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris bahwa di skolah tersebut sudah ada pola koordinasi/kolaboratif secara informal. Oleh karena itu, pihak guru berusaha untuk mengintensifkan kegiatan tersebut secara formal guna membangun karakter pendidik yang berdampak positif terhadap karakter peserta didik. Dari praktik pembelajaran di sekolah tersebut berlangsunglah pemotretan model sebagai berikut:

a. Di SMAN 20 Bandung pembelajaran PKn sudah berbasis multimedia interaktif.

b. Peserta didik menjalani pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler yang sangat variatif mulai dari pengembangan karakter religius, social dan unjuk kerja dan produk pembelajaran berbasis seni budaya.

c. Drama/role playing menjadi pola habituasi belajar yang dijadikan aktivitas belajar yang dipraktikan sarana ujian praktik bagi kelas XII.

(41)

pendahuluan. Hasil wawancara dari model yang dipotret dan diujicoba, diobservasi dan disusun model konseptual bahwa disetiap tujuan pembelajaran harus didasarkan pada penjabaran materi bahan ajar. Berdasarkan target konsep nilai moral dan norma, penegasan membangun karakter akademik peserta didik oleh sajian penjelasan guru yang demokratis.

4. Preliminary field testing (pengujian lapangan pendahuluan). Pada tahapan ini peneliti melakukan validasi terhadap model konseptual yang telah dibuat dan melakukan uji coba skala terbatas terhadap pengembangan model awal. Analisa yang digunakan adalah hasil wawancara dan dari model yang diujicobakan, observasi langsung ke lapangan selanjutnya model konseptual yang diujicobakan. Uji cona ini dilaksanakan di SMAN 20 Bandung yang heterogen sekaligus sebagai sekolah potret dan SMAN 1 Cimalaka sebagai sekolah yang homogen.

5. Main product revision (revisi produk operasional). Pada tahapan ini peneliti memperbaiki atau menyempurnakan produk hasil uji coba skala terbatas. 6. Main product testing (uji lapangan utama). Pada tahapan ini peneliti

melakukan uji coba lapangan dalam skala yang lebih luas dari model pendidikan karakter berbasis etnopedagogik (PKBET) yang telah direvisi sebelumnya.

7. Operational product revision (revisi produk operasional). Pada tahapan ini peneliti menyempurnakan produk hasil uji lapangan.

8. Operational field testing (uji lapangan operasional). Pada tahap ini peneliti melakukan uji coba eksperimen lapangan secara operasional dan terinci tentang model PKBET dengan skala yang lebih luas. Data yang diperoleh dianalisa dengan cara melakukan wawancara, menyebarkan angket dan observasi langsung.

9. Final product revision (revisi produk akhir). Pada tahap ini peneliti melakukan revisi akhir terhadap model yang sudah diujicobakan sehingga model tersebut dapat terimplementasikan.

(42)

dikembangkan ini diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran untuk membentuk karakter peserta didik. Diseminasi dilakukan dengan cara melakukan seminar pembelajaran, dialog dengan teman sejawat dan penulisan dalam jurnal ilmiah (Borg dan Gall, 1989, hlm. 24).

Berdasarkan langkah-langkah dari Borg and Gall dilakukan beberapa penyesuaian dengan situasi dan kondisi di lapangan, tahap-tahap penelitian dan pengembangan ini dapat disederhanakan dengan mengacu pada desain perbaikan/ modifikasi dari Sukmadinata (2007, hlm. 184-189) ke dalam tiga langkah pokok, yaitu :” (1) pendahuluan, (2) pengembangan model, (3) uji coba model”. Hasil modifikasi Sukmadinata tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyusun tahapan penelitian. Oleh karena itu, tahapan penelitian pendidikan karakter berbasis etnopedagogik ini disusun sebagai berikut.

1. Tahap 1: Studi pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan tahapan awal untuk mengumpulkan berbagai data, fakta dan informasi sebagai bahan untuk mengembangkan model pendidikan pengembangan karakter berbasis etnopedagogik.

a. Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan guna mengetahui seberapa penting pengembangan pendidikan karakter berbasis etnopedagogik, serta untuk mengetahui fakta di lapangan mengenai apakah pengembangan pendidikan karakter berbasis etnopedagogik itu merupakan hal yang penting bagi pendidikan dan apakah hasil dari model pengembangan pendidikan karakter berbasis etnopedagogik ini mempunya kemungkinan untuk dikembangkan. b. Studi literatur

Studi literatur dilaksanakan guna mengumpulkan temuan/riset dan informasi lain yang berhubungan dengan model pengembangan pendidikan karakter berbasis etnopedagogik. Hasil studi ini akan dijadikan landasan konseptual, sehingga model yang dikembangkan akan memiliki landasan teoritis yang memadai.

(43)

Studi lapangan dilaksanakan untuk mencari dan merumuskan data empiris yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Studi lapangan ini dilaksanakan di SMAN 20 Bandung dan SMAN 1 Cimalaka dengan aspek: (1). Penerapan pendidikan karakter di SMAN 20 Bandung dan SMAN 1 Cimalaka (2). Tradisi lisan, seni dan budaya Sunda yang ada di lingkungan SMAN 20 Bandung dan SMAN 1 Cimalaka. (3). Pengetahuan peserta didik mengenai Tradisi Lisan, seni dan budaya Sunda yang ada di lingkungan SMAN 20 Bandung dan SMAN 1 Cimalaka. (4) Model pewarisan Tradisi Lisan, seni dan budaya sunda yang ada di lingkungan SMAN 20 Bandung dan SMAN 1 Cimalaka. (5) Model RPP yang dikembangkan di SMAN 20 Bandung dan SMAN 1 Cimalaka.

2. Tahap 2: Penyusunan model pengembangan pendidikan karakter

berbasis etnopedagogik.

Setelah melaksanakan studi lapangan terhadap SMAN 20 Bandung dan SMAN 1 Cimalaka khususnya tentang pengembangan pendidikan karakter, pengembangan RPP, tradisi lisan seni dan budaya sunda yang terdapat di lingkungan SMAN 20 Bandung dan SMAN 1 Cimalaka, pengetahuan peserta didik tentang tradisi lisan seni dan budaya sunda yang terdapat di lingkungan SMAN 20 Bandung dan SMAN 1 Cimalaka, dan ekstrakurikuler yang ada di kedua sekolah tersebut. Tahap ini merupakan hasil dari tahap 1 berupa hasil studi lapangan dengan metode kualitatif jenis studi kasus.

3. Tahap 3: Penyusunan model konseptual pengembangan pendidikan

karakter berbasis etnopedagogik.

(44)

Gambar 3.1

Tahapan Penyusunan Model Konseptual Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik

Sumber: Diolah Peneliti, 2013

4. Tahap 4: uji coba model pengembangan pendidikan karakter berbasis

etnopedagogik

Model yang dihasilkan pada tahap 3, walaupun sudah memiliki pijakan teoritis dan empirik yang memadai. Oleh karena itu model ini memerlukan ujicoba secara empirik. Berdasarkan hasil koordinasi dan identifikasi dengan

Kurikuler Memposisikan feed back dan evaluasi sebagai satu kesatuan dalam pengembangan pendidikan karakter berbasis etnopedagogik

di sekolah

Identifikasi tradisi lisan Sunda yang ada di lingkungan SMAN 20 Bandung dan SMAN 1

Cimalaka

Memposisikan sekolah dalam setting pengembangan pendidikan karakter berbasis

(45)

pihak-pihak terkait, maka ditetapkan lokasi uji coba produk awal yang akan dilakukan di SMAN 20 Bandung dan SMAN 1 Cimalaka. Kemudian dilakukan uji coba terbatas pada dua lingkungan sekolah yang berbeda yaitu SMAN 14 Bandung dan SMAN 1 Rancakalong dengan metode yang digunakan dalam tahap uji coba ini adalah Quasi experiment dengan desain One Group Pretest-Posttest Design (McMillan dan Schumacher, 2001, Fraenkel dan Wallen, 1993) sebagai berikut :

Group Pretest Perlakuan Posttest

A 0 X 0

Waktu

Langkah-langkah kegiatan penelitian pengembangan akan nampak sebagaimana dalam bagan di bawah ini

Gambar 3.2

Alur Tahapan Penelitian dan Pengembangan Model Sumber : Gabungan adopsi (Gall dan Borg, 1989; Sukmadinata, 2005)

5. Tahap 5 : model sosialisasi

Hasil penelitian merupakan salah satu model pengembangan pendidikan karakter berbasis etnopedagogik yang diharapkan dapat diimplementasikan di

(46)

sekolah sebagai upaya mengembangkan karakter peserta didik yang sesuai dengan kearifan lokal serta nilai-nilai luhur yang ada di sekitarnya. Tahapan penelitian seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya di susun ke dalam bagan penelitian yang tampak pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Alur Langkah Penelitian

C. Metode Penelitian

Pengembangan model konseptual pendidikan karakter berbasis etnopedagogik

TAHAP 3

Uji coba produk awal pengembangan pendidikan karakter berbasis etnopedagogik

Uji coba terbatas Model pengembangan pendidikan karakter berbasis etnopedagogik

konseptual

(47)

Metode yang digunakan dalam desain penelitian dan pengembangan ini bervariasi dikarenakan kebutuhan hasil penelitian dan hipotesis yang dirumuskan sebelumnya bervariasi. Adapun metode penelitian yang diambil di antaranya (1) metode deskriptif; (2) metode eksperimen; dan (3) metode korelasional. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. (Sujana dan Ibrahim, 1989, hlm. 65). Metode deskriptif dipilih ketika menggambarkan kualitatif hasil penelitian secara komprehensif.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002) adalah cara penyajian pelajaran, di mana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Rasional digunakannya metode eksperimen karena memberikan peserta didik kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.sedangkan metode eksperimen dipilih untuk menerangkan hasil perbandingan capaian implementasi model pendidikan karakter berbasis etnopedagogik dalam pembelajaran PKn antara pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest).

Selain itu, untuk mengetahui dampak pembentukan karakter peserta didik setelah mengimplementasikan model pendidikan karakter berbasis etnopedagogik dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan metode korelasional. Alasan digunakan metode korelasional karena instrument yang digunakan terhadap variabel karakter peserta didik diujikan kepada peserta didik setelah mengimplementasikan model pendidikan karakter berbasis etnopedagogik.

D. Definisi Konseptual dan Operasional

(48)

1. Karakter

Karakter berasal dari Yunani, charassein yang berarti mengukir sehingga terbentuk sebuah pola. Mempunyai akhlak mulia adalah tidak secara otomatis dimiliki oleh setiap manusia begitu ia dilahirkan, tetapi memerlukan proses panjang melalui pengasuhan dan pendidikan (proses “pengukiran”). Dalam bahasa Arab, istilah karakter mirip dengan akhlak (akar kata khuluk), yaitu tabiat atau kebiasaan melakukan hal yang baik. Akhlak adalah tingkah laku seseorang yang berasal dari hati yang baik (Megawangi, 2004, hlm. 25). Dalam pengertian harfiah, karakter mempunyai makna psikologis atau sifat kejiwaan karena terkait dengan kepribadian, akhlak atau budi pekerti, tabiat, watak, dan sifat kualitas yang membedakan seseorang dengan yang lain.

Dalam hal ini, karakter berkaitan dengan sikap dan perilaku seseorang karena dilihat dari bagaimana sesorang berbudi pekerti dan berperilaku. Kementerian Pendidikan Nasional mendefenisikan karakter sebagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka karakter dikategorikan sebagai perilaku yang baik artinya sesuai dengan niat yang baik, pikiran baik, dan tindakan yang baik sehingga menimbulkan pengaruh yang baik bagi lingkungannya tersebut.

Secara operasional, karakter didefinisikan sebagai perilaku keseharian yang relatif menetap yang meliputi 18 karakter, yaitu (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010).

(49)

Pendidikan karakter menitikberatkan pada tahap pembentukan seorang individu menuju kepribadian (personality) yang lebih baik (Foerster dalam Kosoema, 2007, hlm. 42-43). Hal ini dipengaruhi oleh tiga komponen karakter yaitu (1) pengetahuan tentang moral (moral knowing), (2) perasaan (moral feeling), dan (3) perilaku bermoral (moral behavior) (Lickona, 1991, hlm. 53). Ketiga komponen karakter tersebut sangat diperlukan pada masyarakat yang heterogen dengan diferensiasi latar belakang sosial budaya dan agama, terbentuk suatu nilai yang dijadikan sebagai common values (nilai-nilai yang dijunjung tinggi bersama).

Pendidikan karakter didefinisikan sebagai istilah yang mengacu kepada upaya-upaya untuk membantu orang-orang memahami akan mengembangkan dasar bertindak sesuai dengan nilai-nilai etikal budi pekerti agar mereka dapat memberikan penilaian mana yang benar dan salah serta dapat mengembangkan atau mempromosikan apa yang mereka yakini sebagai nilai-nilai yang benar dalam kondisi apapun, terutama dari tekanan eksternal yang tidak memiliki alasan yang kuat (Kalidjernih, 2010, hlm. 35). Pendidikan karakter mengajarkan perilaku/ kebiasaan cara berpikir dan membantu seorang individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dalam penelitian ini, pendidikan karakter adalah usaha sadar dalam pembentukan serangkaian sikap, perilaku, motivasi, aspek perasaan, dan kebiasaan warga negara yang sesuai dengan kaidah moral baik terdiri atas kebaikan pengetahuan (knowing the good), mencintai atau menginginkan kebaikan (loving or desiring the good) dan melakukan kebaikan (acting the good). Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Adapun karakteristiknya adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku) melalui pendidikan di masyarakat.

(50)

Fakta pendidikan saat ini yaitu proses sosio-kultural, artinya adanya pengujian kritis peran budaya dalam kehidupan yang sangat diperlukan untuk memahami dan mengontrol proses edukatif terlepas bagaimana pendidikan didefinisikan dari perspektif budaya, sehingga pendidikan dipandang bermakna deliberatif. Maka, setiap masyarakat berusaha mentransmisikan dan mengabadikan gagasan kehidupan yang baik yang berasal dari kehidupan masyarakat yang fundamental yang berkenaan dengan hakekat dunia, pengetahuan, dan nilai. Keyakinan tersebut bervariasi dalam setiap masyarakat dan budaya (Alwasilah, 2009, hlm. 16).

Etnopedagogik sebagai pendekatan yang menekankan pada pendekatan kultural. Sentralistik pendidikan yang menanamkan kesadaran akan nilai modernitas tentang semangat keseragaman diharapkan tidak menghilangkan keunikan peserta didik sebagai manusia dengan fitrahnya yang “unik”, dengan etnopedagogik (pendekatan pendidikan yang menekankan pada pendekatan budaya) peserta didik mengetahui kekuatan yang membuat ia sebagai manusia melakukan sesuatu dengan potensi yang dimilikinya yaitu dengan budayanya yang menjadi jati dirinya. Etnopedagogik berusaha menggali “core value” sebagai kearifan lokal (local genius) beserta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam lingkungan budaya dimana sekolah itu berada tempat di mana peserta didik menimba ilmu.

4. Pendidikan Karakter Berbasis Etnopedagogik

Pendidikan karakter berbasis etnopedagogik adalah pendidikan modern yang diarahkan pada pembinaan karakter peserta didik, berusaha mengadopsi dua tipe antara pola pendidikan konvensional dan modern yang bertumpu pada proses pertumbuhan peserta didik baik pertumbuhan fisik maupun psikisnya sehingga peserta didik mampu mempertahankan jati dirinya di era yang serba kompleks, dinamis, dan global.

(51)

pada pola partisispasi masyarakat, sehingga menghasilkan manusia-manusia yang tanpa pribadi dimana hanya akan menjadi robot-robot teknologi global tanpa moral dan tanggung jawab. Pola pendidikan modern diharapkan dapat membangun manusia-manusia yang memiliki identitas serta ikut serta secara aktif dalam pembangunan Indonesia. Maka dari itu, pendidikan karakter yang dikembangkan oleh PKn berdasarkan pada penyeragaman identitas nasional yang dibangun baik secara top down maupun secara buttom up dari keberagaman budaya (keunikan dan kearifan lokal).

5. Etnopedagogik Sunda

Etnopedagogik Sunda didefinisikan sebagai pendekatan pendidikan yang ada pada tradisi masyarakat Sunda di Jawa Barat sebagai salah satu wilayah pembagian hukum adat di Indonesia yang mendukung falsafah pancasila sebagai ideologi bangsa dan pandangan hidup yang menjadi komitmen bangsa Indonesia (Vollenhoven, 1990, hlm. 83). Dukungan masyarakat Sunda diwujudkan dalam tradisi lisan, seni dan budaya yang ada di lingkungan masyarakat Sunda di Jawa Barat yang sudah teridentifikasi berdasarkan hasil penelitian “Kanwil Depdikbud Provinsi Jawa Barat” sebagai dokumentasi dan juga yang tercermin sebagai pandangan hidup orang sunda yang sudah terdokumentasi berdasarkan hasil penelitian Ekadjati (1984) juga yang didasarkan pada Program Kota Bandung yang menjadi wilayah “lokasi penelitian” dalam visi “Bandung Agamis, Landasan, Pendekatan, Indikasi dan Program Aksi” dalam tema warna lokal Bandung agamis yang didasarkan pada pemeliharaan akar budaya lokal dalam kerangka nilai Sunda.

6. Habituasi

(52)

learning experience). Sementara itu, dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi (persistent-life situation), dan penguatan (reinforcement) yang memungkinkan peserta didik membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi melalui intervensi (Budimansyah, 2010, hlm. 56).

Habituasi dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi dimana kita sudah terbiasa dengan suatu stimulus sehingga lama-lama kita makin kurang memberikan perhatian pada stimulus tersebut. Proses yang terjadi di dalamnya berlangsung setahap demi setahap. Oleh karena itu, habituasi dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembiasaan pembinaan karakter itu berlangsung baik yang didasarkan pada pengintegrasian dalam proses pembelajaran baik dalam manajemen budaya sekolah maupun pada pembinaan kepeserta didikan di sekolah tempat penelitian.

7. Nilai Tradisi Lisan Sunda

Makna tradisi lisan Sunda dalam penelitian ini adalah ungkapan tradisi Sunda yang sudah diteliti oleh Kemendikbud dan telah terdokumentasi serta merupakan kekayaan batin orang Sunda sebagai bagian dari budaya bangsa Indonesia yang diungkapkan melalui bahasa sebagai alat komunikasi melalui ungkapan seni budaya yang berfungsi sebagai alat komunikasi gestural yang diharapkan dapar diintegrasikan dalam perencanaan proses pembelajaran terutama dalam mencapai tujuan yang berdimensi affective (bernuansa karakter).

Gambar

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian
Gambar 3.1  Tahapan Penyusunan Model Konseptual Pengembangan Pendidikan Karakter
Gambar 3.2 Alur Tahapan Penelitian dan Pengembangan Model
Gambar 3.3 Alur Langkah Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini difokuskan pada dua mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang dilaksanakan pada tiga jenis Sekolah

a. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa Dalam kegiatan pra-penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bangil pada dua kelas X yakni kelas X-D dan kelas X-F dimana

SD unggulan di Kota Bandung dengan intervening pengembangan diri siswa sebesar 0,317 atau sekitar 31,7%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.(4) Terdapat pengaruh

SD unggulan di Kota Bandung dengan intervening pengembangan diri siswa sebesar 0,317 atau sekitar 31,7%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.(4) Terdapat pengaruh

Penilaian pendidikan karakter berbasis budaya sekolah tidak sekedar menilai keterlaksanaan program/rencana aksi kegiatan pendidikan karakter yang dilaksanakan di

1) Implementasi pendidikan karakter berbasis budaya sekolah untuk memperkokoh jati diri bangsa di SMAN 5 Bandung dilakukan dengan cara, yaitu (1) menekankan pada

Secara keseluruhan tujuan penelitian yang terbagi dalam tiga tahun ini, yakni: (1) Tahun pertama bertujuan untuk mengidentifikasi pola-pola insersi budaya Barat pada

Faktor penghambat penguatan pendidikan karakter religius siswa berbasis budaya sekolah Faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan pembiasaan apel pagi dan jum’at berkah adalah 1