• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas Di RS Jejaring Departemen Obgin FK USU Periode Januari 2012-Desember 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas Di RS Jejaring Departemen Obgin FK USU Periode Januari 2012-Desember 2013"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS MAGISTER

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS

DI RS JEJARING DEPARTEMEN OBGIN FK USU

PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

OLEH:

Chandran F Saragih

PEMBIMBING:

1. dr. M.Rhiza Z Tala,M.Ked (OG),SpOG.K

2. dr. Iman Helmi Effendi,M.Ked(OG).SpOG.K

PEMBANDING :

1. dr Makmur Sitepu,M.Ked (OG),SpOG.K

2. Dr.dr. M.Fidel Ganis Siregar,M.Ked(OG).K

3. dr. Johny Marpaung,M.Ked (OG),SpOG

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

Dr. M.Rhiza Z Tala, M.Ked (OG), SpOG.K

Dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked (OG),

SpOG.K

PENYANGGAH :

Dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG.K

DR.dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG),

SpOG.K

Dr. Johny Marpaung, M.Ked (OG), SpOG

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister

(3)

KATA PENGANTAR

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Master

Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa

saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih

jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya

tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah

perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Esa , karena

berkat dan RahmatNya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS DI RS JEJARING DEPARTEMEN OBGIN FK USU PERIODE 2012-2013

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi –

tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan

2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Ketua Departemen Obstetri

dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr.dr M. Fidel Ganis

(4)

Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K),

Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan; Dr. M. Rhiza Z. Tala, SpOG (K), Sekretaris

Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan; Prof. Dr. M. Fauzie sahil, SpOG (K), Dr. Deri Edianto,

SpOG (K), Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Djafar

Siddik, SpOG (K); Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K);

Prof. DR. Dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K); Prof. Dr. R. Haryono

Roeshadi, SpOG (K); Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr.

Budi R. Hadibroto, SpOG (K); dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea,

SpOG (K); yang secara bersama-sama telah berkenan

menerima saya untuk mengikuti pendidikan dokter

spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

3. Ketua Divisi Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi dr Ichwanul

Adenin, M.Ked(OG), SpOG. K yang telah mengizinkan saya

untuk melakukan penelitian tentang ANALISA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS DI RS JEJARING

DEPARTEMEN OBGIN FK USU PERIODE 2012-2013 .

4. dr.M. Rhiza Z Tala M Ked OG, SpOG (K) yang telah

memberikan pengarahan kepada saya dalam melakukan

penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing utama saya

bersama dengan dr Iman Helmi Effendi, M.Ked (OG), SpOG.K

yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk

membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini

hingga selesai.

5. dr.Makmur Sitepu, M.Ked (OG), SpOG.K, DR dr M.Fidel

(5)

M.Ked (OG),SpOG selaku penyanggah dan narasumber

yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu yang

sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi

penulisan tesis ini hingga selesai.

6. dr R ism an Kab a n, M . Ke d ( O G ) ,SpO G s ela ku Ba pak

Angk at saya se la m a m enj ala ni m a sa pendidikan, yang

telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan

nasehat yang bermanfaat kepada saya selama dalam pendidikan.

7. dr Ichwanul Adenin, M.Ked (OG), SpOG.K selaku pembimbing minirefarat magister saya yang berjudul Peran Saline Infusion Sonohysterography dan Sonohysterosalpingography pada Infertilitas Wanita .

8. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak

membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir

pendidikan. Semoga Allah SWT membalas budi baik guru-guru

saya.

9. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

(6)

11. Direktur RSU Sundari Medan beserta staf yang telah memberi

kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama

bertugas di Rumah Sakit tersebut.

12. Kepada seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat

saya sebutkan namanya satu persatu, Dokter muda,

bidan, paramedik, karyawan / karyawati di Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK-USU dan pasien pasien yang

telah ikut membantu dan bekerja sama dengan saya dalam

menjalani pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri

dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam malik.

Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Sembah sujud serta

terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada

kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, Ayahanda

Pdt Sarifin Saragih,MTh, dan Ibunda Rosmina Purba yang

telah membesarkan, membim bing, mendoakan, serta

mendidik saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang

dari sejak kecil hingga kini.

Kepada saudara saya : Jenry Doan Saragih,ST, Joy

Harisvan Saragih ST, Ari Gradsiado Saragih SH dan dr

Sondang Saragih terima kasih atas bantuan doa dan

dukungan kepada saya selama menjalani pendidikan.

Kepada seluruh Keluarga handai tolan yang tidak dapat

saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung

maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan

bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima kasih yang

(7)

Medan, Agustus

2014

Sem og a Tuha n Y ang M ah a Esa s e nant i asa m em ber i kan

r ahm at d an Ber k a t nya kep ada k it a semua.

(8)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar... ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar singkatan ... x

Abstrak... ... xi

Abstract... ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Infertilitas ... 9

2.2. Epidemiologi ... 9

2.3. Etiologi ... 10

2.3.1 Faktor-faktor yang menyebabkan infertilitas... ... 13

2.3.1.1 Faktor Pria. ... 13

2.3.1.2 Faktor wanita ... 14

2.3.1.3 Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan ... 20

2.3.1.4 Faktor Gaya Hidup dan Lingkungan ... 20

2.3.1.5 Umur dan Infertilitas ... 22

2.3.2 Dampak Psikososial dan Budaya pada Wanita yang Mengalami Infertilitas ... 23

2.4 Diagnosis Infertilitas ... 24

2.5 Kerangka Konsep ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 31

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31 3.3. Subyek Penelitian ... 31

3.4. Teknik Sampling………. ... 31

3.5. Besar Sampel ... 31

(9)

3.7. Etika Penelitian... 33

3.8. Alur Penelitian... 34

3.9. Teknik Analisa Data... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Pembahasan... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... ... 54

5.2. Saran... ... 55

DAFTAR PUSTAKA... ... 56

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Faktor-faktor penyebab infertilitas... 13

Tabel 2. Kelainan fisik yang penting pada pemeriksaan infertilitas. 26

Tabel 3. Pemeriksaan Ovulasi... . 27

Tabel 4.1. Karakteristik pasangan...……… . 35

Tabel 4.2. Sebaran jenis infertilitas dan lama infertilitas... 38

Tabel 4.3. Sebaran frekuensi faktor-faktor penyebab infertilitas... 41

Tabel 4.4. Sebaran frekuensi hasil pemeriksaan USG dan HSG ... 45

Tabel 4.5. Sebaran frekuensi analisa sperma pasien infertil... 47

Tabel 4.6. Sebaran karakteristik umur, BMI, lama infertil berdasarkan jenis infertilitas... ... 48

Tabel 4.7.Sebaran faktor-faktor etiologi infertilitas berdasarkan jenis infertilitas... ... 50

(12)

DAFTAR SINGKATAN

ASRM American Society of Reproductive Medicine BMI Body Mass Index

(13)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS DI RS JEJARING

DEPARTEMEN OBGIN FK USU PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

Saragih C F, M Rhiza ZT, Iman HE, Makmur S, M Fidel GS, Johny M

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Indonesia, Agustus 2014

ABSTRAK

Tujuan : Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab infertilitas dengan harapan dapat dilakukan pencegahan dan penurunan angka kejadian infertilitas

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan data retrospektif berupa data rekam medik pasien wanita infertil di Klinik Halim Fertility Center periode Januari 2012-Desember 2013, dengan variabel yang dicatat jenis infertilitas, usia, berat badan, tinggi badan, lama infertilitas dan faktor-faktor penyebab infertilitas berdasarkan diagnosa klinik,pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium

Hasil Penelitian : Hasil penelitian didapatkan 630 kasus infertil dengan kasus terbanyak infertilitas primer sebanyak 489 kasus (77,6 %). Kelompok usia yang paling sering mengalami infertilitas adalah kelompok usia 25-34 tahun dengan jumlah kasus 65,6 %. Faktor yang paling sering berperan adalah faktor pria yaitu sebanyak 219 kasus (34,8%). Gangguan ovulasi kasus yang paling banyak ditemukan pada infertilitas wanita dengan jumlah kasus 101 kasus(16 %). Dalam penelitian ini tidak ada perbedaan bermakna antara penyebab infertilitas dengan jenis infertilitas kecuali pada gangguan ovulasi.

(14)

THE ANALYSIS OF INFERTILITY ETIOLOGY FACTORS IN THE BRANCH

HOSPITAL OF OBGYN DEPARTEMENT MEDICAL FACULTY OF USU ON

JANUARY 2012-DECEMBER 2013 PERIOD

Departement of Obstetric and Gynecologic

Medical Faculty of Sumatera Utara

Indonesia, Agustus 2014

ABSTRACT

Purpose : To know the overview of infertility etiology factor with expectation to prevent and decrease the infertility incidence

Methods : this study was descriptive observational study with retrospective data in the form of infertile female patients medical record on January 2012-

December 2013 period, with variable record were kind of infertility, age, body

weight and height,time of infertility, etiology factor based on clinical

diagnostic,and laboratory examination result.

Results : From the study were found 630 women infertility cases with the frequent case was the primary infertility as many as 489 (77,6 %). The group age

that had most frequent infertility problem was the 25-34 years old group of age,

with 413 cases(65,6%). The most important etiology factors was male problem as

many as 219 cases(34,8 %). Disfunction of ovulation is a most important factor in

female problem was found 101 (16 %) cases. This study difference of the etiology

factor of infertility with the classified of infertility not found except ovarian

disfunction.

(15)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS DI RS JEJARING

DEPARTEMEN OBGIN FK USU PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

Saragih C F, M Rhiza ZT, Iman HE, Makmur S, M Fidel GS, Johny M

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Indonesia, Agustus 2014

ABSTRAK

Tujuan : Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab infertilitas dengan harapan dapat dilakukan pencegahan dan penurunan angka kejadian infertilitas

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan data retrospektif berupa data rekam medik pasien wanita infertil di Klinik Halim Fertility Center periode Januari 2012-Desember 2013, dengan variabel yang dicatat jenis infertilitas, usia, berat badan, tinggi badan, lama infertilitas dan faktor-faktor penyebab infertilitas berdasarkan diagnosa klinik,pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium

Hasil Penelitian : Hasil penelitian didapatkan 630 kasus infertil dengan kasus terbanyak infertilitas primer sebanyak 489 kasus (77,6 %). Kelompok usia yang paling sering mengalami infertilitas adalah kelompok usia 25-34 tahun dengan jumlah kasus 65,6 %. Faktor yang paling sering berperan adalah faktor pria yaitu sebanyak 219 kasus (34,8%). Gangguan ovulasi kasus yang paling banyak ditemukan pada infertilitas wanita dengan jumlah kasus 101 kasus(16 %). Dalam penelitian ini tidak ada perbedaan bermakna antara penyebab infertilitas dengan jenis infertilitas kecuali pada gangguan ovulasi.

(16)

THE ANALYSIS OF INFERTILITY ETIOLOGY FACTORS IN THE BRANCH

HOSPITAL OF OBGYN DEPARTEMENT MEDICAL FACULTY OF USU ON

JANUARY 2012-DECEMBER 2013 PERIOD

Departement of Obstetric and Gynecologic

Medical Faculty of Sumatera Utara

Indonesia, Agustus 2014

ABSTRACT

Purpose : To know the overview of infertility etiology factor with expectation to prevent and decrease the infertility incidence

Methods : this study was descriptive observational study with retrospective data in the form of infertile female patients medical record on January 2012-

December 2013 period, with variable record were kind of infertility, age, body

weight and height,time of infertility, etiology factor based on clinical

diagnostic,and laboratory examination result.

Results : From the study were found 630 women infertility cases with the frequent case was the primary infertility as many as 489 (77,6 %). The group age

that had most frequent infertility problem was the 25-34 years old group of age,

with 413 cases(65,6%). The most important etiology factors was male problem as

many as 219 cases(34,8 %). Disfunction of ovulation is a most important factor in

female problem was found 101 (16 %) cases. This study difference of the etiology

factor of infertility with the classified of infertility not found except ovarian

disfunction.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri

yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

teratur tanpa kontrasepsi, namun tidak berhasil memperoleh kehamilan.1 Infertilitas merupakan suatu krisis dalam kehidupan yang akan

berpengaruh kepada berbagai aspek kehidupan seseorang. Sangat

manusiawi dan normal bila pasangan infertilitas mempunyai perasaan

yang berpengaruh kepada kepercayaan diri dan citra diri. Lebih parah lagi

menurut The National Infertility Association menyebutkan beberapa gejala

yang dapat terjadi antara lain, timbul perasaan sedih, depresi atau putus

asa.

Memiliki anak penting bagi semua masyarakat di dunia dan

perkawinan merupakan salah satu sarana untuk mendapat keturunan.

Pada beberapa pasangan, impian untuk memiliki keturunan bukanlah

sesuatu yang mudah untuk diwujudkan. Memiliki anak yang baik dapat

merupakan kebanggan tersendiri dan secara ekonomi juga dianggap

menguntungkan sebagai investasi di masa tua. Anak mempunyai peranan

sosial yang cukup penting, keberadaan anak menyebabkan ikatan

keluarga menjadi kokoh tidak mudah goyah, anak merupakan sumber

motivasi keluarga menata masa depan lebih baik.

2

(18)

Prevalensi infertilitas yang tepat tidak diketahui dengan pasti,

sangat bervariasi tergantung keadaan geografis, budaya dan status

sosial negara tersebut.7

Sedangkan data infertilitas di seluruh dunia menurut Badan

Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) dan laporan lainnya ,

diperkirakan 8-12 % pasangan yang mengalami masalah infertilitas

selama masa reproduktif mereka. Jika delapan persen dari gambaran

global populasi maka sekitar 60-80 juta pasangan yang belum dikarunia

anak. Diperkirakan muncul sekitar 2 juta pasangan infertil baru setiap

tahun dan jumlah ini terus meningkat.

Kebiasaan masyarakat timur yang membicarakan

atau menganggap segala sesuatu yang berhubungan dengan seks itu

tabu dan privasi sehingga tidak layak untuk dibicarakan memberi

kontribusi terhadap kejadian infertilitas. Semakin banyaknya wanita karir

yang menikah pada usia lebih dewasa pada status sosial yang lebih tinggi

akan sangat mempengaruhi kesuburan seorang wanita.

3

Evers8 memperkirakan 10 – 15 % pasangan di negara-negara industri mengalami infertilitas. Tracey Bushnik9 dkk memperkirakan prevalensi infertilitas wanita di Kanada berada diantara angka 11,5 % -

15,7 %. Negara-negara Afrika prevalensi infertilitas berada di angka 9 % di

Gambia oleh Sudby dkk.10 Terdapat sekitar 11,8 % di Ghana oleh Geelhoed dkk11 , dan diantara 20-30% di Nigeria oleh Ebomoyi.12

Terdapat sedikit data mengenai infertilitas yang terjadi di Asia dan

(19)

kejadian yang dialami wanita pada masa reproduksi di negara Asia dan

Amerika latin berada diantara angka 8-12 % wanita.

Angka infertilitas di Indonesia yang dikemukan oleh Sumapraja

berkisar (12-15 %).13 Banyaknya pasangan infertilitas di Indonesia dapat di perhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak

mempunyai anak yang masih hidup. Menurut sensus penduduk terdapat

(12 %) baik di desa maupun di kota atau sekitar 3 juta pasangan infertil

tersebar di seluruh Indonesia, dari Jumlah tersebut terdapat perempuan

infertil 15% pada Usia 30-34 , 30 % pada usia 35-39, dan 64 % pada usia

40-44 tahun.

Berdasarkan jenis infertilitas, Samiha M dkk

13,14

15

melaporkan dari

215 pasangan yang infertil terdapat 172 kasus (80 %) pasangan yang

mengalami infertilitas primer dan 43 kasus( 20 %) pasangan yang

mengalami infertilitas sekunder. Mosher16

Secara global dapat disimpulkan penyebab terjadinya infertilitas

diakibatkan dari faktor laki-laki sekitar 30% meliputi kelainan pengeluaran

sperma, penyempitan saluran mani karena infeksi bawaan, faktor

immunologik/antibodi, antisperma, serta faktor gizi dan gangguan dari

perempuan 30% yang mempunyai masalah pada vagina, serviks, uterus,

kelainan pada tuba, ovarium dan pada peritoneum. gangguan dari

keduanya 30% dan yang tidak di ketahui sekitar 10%.

melaporkan dari semua

wanita yang mengalami infertilitas di Amerika Serikat, infertilitas primer

terdapat 65 % wanita dan infertilitas sekunder terdapat 35 % wanita.

(20)

Dengan angka infertilitas yang tinggi, maka harus diketahui apa

saja yang dapat mempengaruhi keadaan infertilitas . Berbagai faktor dapat

menyebabkan seorang wanita dan pria menjadi infertil. Penyebab seorang

wanita infertil dapat disebabkan oleh gangguan ovulasi yang sering

disebabkan oleh Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS), Primary Ovarian

Iinsufficiency (POI) yang sering muncul ketika wanita berumur lebih dari

40 tahun, terhalangnya tuba fallopi yang sering disebabkan oleh Pelvic

Inflammatory Disease (PID), endometriosis, pasca operasi kehamilan

ektopik, kelainan di uterus, dan uterine fibroid18

Menurut penelitian yang disampaikan oleh WHO, pasien yang

diteliti dari 33 pusat kesehatan di 25 negara termasuk didalamnya timur

dan barat Eropah, Canada, Australia, Scandinavia, Afrika, Asia, Amerika

Latin dan Mediterania diperoleh kesimpulan bahwa penyebab infertilitas

adalah gangguan fungsi ovarium 33 %, oklusi tuba dan perlengketan tuba

36 %, endometriosis 6 % dan 40 % tidak diketahui penyebabnya.

(persentase yang lebih dari 100 % karena penyebab infertilitas pada

wanita lebih dari satu penyebab). Terkhusus di Afrika diperoleh 80 %

wanita infertil karena oklusi dan perlengketan pada tuba yang disebabkan

oleh infeksi. Pada pria, varicocele menjadi penyebab infertilitas sebanyak

11 % pasien, infeksi dan gangguan jumlah sperma sebanyak 28 % pasien,

49 % kasus tidak diketahui penyebabnya.

Penyebab seorang wanita dan pria menjadi infertil juga dapat

disebabkan oleh faktor risiko yang meningkat yaitu gaya hidup yang tidak

terkontrol yang diterapkan sejak usia remaja. Faktor-faktor tersebut adalah

(21)

usia, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, stress, diet yang buruk,

olah raga berat, mengalami overweight ataupun underweight, penyakit

menular seksual, keadaan lingkungan yang buruk (polusi udara dan air),

juga masalah kesehatan yang berhubungan dengan perubahan

hormon.20,21

Penanganan pasangan yang infertil merupakan masalah medis

yang kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran,

sehingga memerlukan konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula.

Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertil

memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuh lagi terpaksa

menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligami atau

bercerai.22,23

Apabila kita perhatikan, banyak sekali faktor-faktor resiko yang

sebetulnya dapat dicegah untuk terjadinya infertilitas. Tujuan lebih lanjut

adalah mencegah terjadinya dampak dari infertil, khususnya dalam bidang

sosial. Melalui penelitian ini diharapkan bahwa wanita menyadari sejak

usia muda pentingnya menjaga kesehatan reproduksi untuk mencegah

timbulnya kasus wanita infertil.

Data mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

infertilitas pada seorang wanita di Indonesia umumnya dan di kota Medan

khususnya masih sangat sedikit. Sebagaimana yang telah dijelaskan

diatas bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infertiltas

berbeda di setiap negara dan daerah, karena tergantung letak geografis,

(22)

diharapkan pencegahan, penanganan dan pelayanan bagi kasus-kasus

infertilitas lebih dapat ditingkatkan dan dapat ditangani lebih komprehensip

sehingga penderitaan wanita yang mengalami infertilitas dapat dikurangi.

Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian terhadap faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya infertilitas di salah satu RS Jejaring

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yaitu Klinik Halim Fertility Center.

1.2. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas dimana infertilitas menjadi masalah

global dan faktor- faktor penyebab infertilitas berbeda di setiap negara

dan wilayah yang dipengaruhi keadaan geografis, sosial budaya dan gaya

hidup. Dan masih sedikitnya data-data mengenai penyebab infertilitas di

Indonesia umumnya dan Kota Medan khususnya. Memunculkan

pertanyaan faktor- faktor apakah yang menjadi penyebab infertiltas di

salah satu RS Jejaring Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yaitu Klinik Halim Fertility Center

Medan.

1.3. Tujuan Penelitian: Tujuan Umum:

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab infertilitas

di RS Jejaring Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

(23)

Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui jenis infertilitas di RS Jejaring Departemen

Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yaitu Klinik Halim Fertility Center

2. Untuk mengetahui kelompok usia wanita yang mengalami

infertilitas di RS Jejaring Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yaitu Halim

Fertility Center.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab

infertilitas di RS Jejaring Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yaitu Klinik

Halim Fertility Center.

4. Untuk mengetahui kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) yang

paling sering pada wanita infertil di RS Jejaring Departemen

Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yaitu Klinik Halim Fertility Center.

5. Untuk mengetahui gambaran (analisa) sperma pria yang

mengalami infertilitas di RS Jejaring Departemen Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

yaitu Klinik Halim Fertility Center.

6. Untuk mengetahui perbandingan faktor-faktor etilogi infertilitas

berdasarkan jenis infertilitas di RS Jejaring Departemen

Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

gambaran infertilitas di kota Medan. Hasil penelitian ini dapat dipakai

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infertilitas

Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1

tahun atau lebih dengan catatan pasangan tersebut melakukan hubungan

seksual secara teratur tanpa adanya pemakaian kontrasepsi.3 Mengingat faktor usia merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan

pengobatan, maka bagi perempuan berusia 35 tahun atau lebih tentu tidak

perlu harus menunggu selama 1 tahun. Minimal enam bulan sudah cukup

bagi pasien dengan masalah infertilitas untuk datang ke dokter untuk

melakukan pemeriksaan dasar.

WHO memberi batasan

24 3,25

1. Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita yang

telah berkeluarga meskipun hubungan seksual dilakukan secara

teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling

kurang 12 bulan.

:

2. Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan setelah

berusaha dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita

yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual secara teratur

tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah hamil.

2.2 Epidemiologi

Diperkirakan 85-90% pasangan yang menikah dalam satu tahun

(26)

akan mengalami kesulitan untuk menjadi hamil dan mereka ini lah yang

disebut sebagai pasangan infertil. Prevalensi infertilitas yang tepat tidak

diketahui dengan pasti, sangat bervariasi tergantung keadaan geografis,

budaya dan status sosial negara tersebut.

Di Amerika serikat persentase wanita infertil meningkat dari 8,4 %

pada tahun 1982 dan 1988 menurut National Survey of Family Growth

(NSFG) menjadi 10,2 % (6,2 juta) pada tahun 1995. Menurut penelitian

Stephen dan Chandra diperkirakan 6,3 juta wanita di Amerika menjadi

infertil dan diperkirakan akan meningkat menjadi 5,4-7,7 juta pada tahun

2025. Dalam suatu studi populasi dari tahun 2009-2012 diperkirakan akan

terdapat 12-24 % wanita infertil.

25,26

Al Akour dkk

27 28

melaporkan 155 (46,3%) wanita dengan infertilitas primer dan 180 (53,7%) wanita dengan infertilitas sekunder. Di Kuwait,

Ommu dan Omu29 melaporkan data infertiltas primer 65,7% dan 34,3 % wanita dengan infertilitas sekunder. Di Banglades, Akhter dkk30 dari 3184 wanita infertil, 61,9 % wanita dengan infertilitas primer dan 38 % wanita

dengan infertilitas sekunder. Di Jerman, Wischmann dkk31

2.3 Etiologi

dilaporkan 67,6 % wanita dengan infertilitas primer dan 32,4 % dengan infertilitas

sekunder.

Terdapat 5 faktor penyebab infertilitas yang mendasar , yaitu faktor

pasangan pria, faktor servikal, disfungsi ovulasi, adanya masalah pada

rahim, atau organ pelvis pasangan wanita ataupun keduanya dan

(27)

menjadi penyebab infertilitas 40 % dari faktor istri, 40 % faktor suami dan

20 % kombinasi dari keduanya.24 Greene CA33

Menurut penelitian yang disampaikan oleh WHO, pasien yang

diteliti dari 33 pusat kesehatan di 25 negara termasuk didalamnya timur

dan barat Eropah, Canada, Australia, Scandinavia, Afrika, Asia, Amerika

Latin dan Mediterania diperoleh kesimpulan bahwa penyebab infertilitas

adalah gangguan fungsi ovarium 33 %, oklusi tuba dan perlengketan tuba

36 %, endometriosis 6 % dan 40 % tidak diketahui penyebabnya.

yang menjadi penyebab

infertilitas adalah faktor tuba dan peritoneum 25-35 %, faktor pria 20-35 %,

faktor ovulasi 15-25 %, unexplained faktor 10-20 %, faktor serviks 3-5 %,

faktor lain(uterus, gaya hidup, BMI, toksin, aktivitas dll) 1-5 %.

Collin dkk

3,19 34

Roupa dkk

melaporkan dari 14.000 wanita yang di diagnosa

infertil, disebabkan oleh gangguan produksi oosit termasuk didalamnya

anovulasi atau oligoovulasi (27 %) , gangguan kualitas sperma sebanyak

(25 %), gangguan pada tuba (22 %), endometriosis (5 %), faktor uterus,

cervix (4 %), infertilitas yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya (17 %).

35

Di Amerika Serikat, dalam sebuah laporan disebutkan penyebab

infertilitas adalah anovulasi, penyakit pada tuba, faktor servix,

endometriosis dan idiopatik dengan persentase yang tidak tetap.

dari 110 wanita yang infertil, faktor-faktor yang

menjadi penyebab infertilitas adalah 27,4 % karena faktor tuba, 24,5 %

karena faktor yang bisa dijelaskan, 20 % karena faktor gangguan ovulasi,

9,1 % karena faktor uterus, 2,7 % karena gangguan fungsi seks, 2,7 %

karena faktor usia.

(28)

Penelitian yang dilakukan oleh Aggie37

Selama 20 tahun terakhir terdapat pergeseran penyebab infertilitas,

dari faktor ovarium dan uterus mengarah ke faktor tuba dan infertilitas

pria. Obstruksi dan kerusakan tuba menjadi penyebab 35% pasangan

infertil.

yang meneliti di RS

Immanuel Bandung , melaporkan bahwa yang menjadi faktor yang paling

berperan penyebab terjadinya infertilitas pada seorang wanita adalah

faktor tuba sebanyak 45,5 % wanita, dan gangguan patensi tuba adalah

penyebab gangguan ini.

Erica dkk

38

39, faktor pria penyebab infertilas sebanyak 35 % dan

faktor wanita sebanyak 65 %.

(29)

Berdasar jenis infertilitas, faktor-faktor penyebab infertilitas di

cantumkan di tabel dibawah ini :

Tabel 1 Faktor-faktor penyebab infertlitas berdasarkan jenis infertlitas

Penyebab infertil Infertil Primer(%) Infertil sekunder(%) Gangguan Ovulasi

Faktor Pria

Faktor Tuba

Endometriosis

Faktor tidak dijelaskan 20

25

15

10

30

15

20

40

5

20

Berdasarkan. Templeton dkk 40 Management of Infertlity for the MRCOG and beyond 2000

2.3.1 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Infertilitas 2.3.1.1 Faktor Pria 41

Penyebab infertilitas pada pria di bagi menjadi 3 kategori utama

yaitu : a. Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis

primer( hipergonadotropik hipogonadisme) yang disebabkan oleh faktor

genetik (sindrome Klinefelter, mikrodelesi kromosom Y) atau kerusakan

langsung lainnya terkait anatomi (crytorchidism,varikokel), infeksi (mumps

orchitis), atau gonadotoksin. Stimulasi gonadotropin yang tidak adekuat

yang disebabkan karena faktor genetik (isolated gonadotropin deficiency),

efek langsung maupun tidak langsung dari tumor hipotalamus atau

pituitari, atau penggunaan androgen eksogen, misalnya Danazol,

Metiltestoteron (penekanan pada sekresi gonadotropin) merupakan

penyebab lain dari produksi sperma yang buruk.

b. Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi antisperma,

(30)

ketidaknormalan biokimia, atau gangguan dengan perlengketan sperma

( ke zona pelusida) atau penetrasi.

c. Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya

vas deferens bilateral, atau sumbatan kongenital atau yang didapat

(acquired) pada epididimis atau duktus ejakulatorius (penanganan interil).

2.3.1.2 Faktor Wanita A. Gangguan ovulasi

Gangguan ovulasi jumlahnya sekitar 30-40% dari seluruh kasus

infertilitas wanita. Gangguan-gangguan ini umumnya sangat mudah

didiagnosis menjadi penyebab infertilitas. Karena ovulasi sangat berperan

dalam konsepsi, ovulasi harus dicatat sebagai bagian dari penilaian dasar

pasangan infertil.

Terjadinya anovulasi dapat disebabkan tidak ada atau sedikitnya

produksi gonadotropin releasing hormon (GnRH) oleh hipotalamus ( 40 %

kasus), sekresi hormon prolaktin oleh tumor hipopise (20 % kasus),

PCOS ( 30 % kasus), kegagalan ovarium dini (10%).

7

WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 4 kelas

7 5

1. Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipopise

(hipogonadotropin hipogonadism). Karakteristik dari kelas ini

adalah gonadotropin yang rendah, prolaktin normal, dan

rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10 % dari

seluruh kelainan ovulasi.

(31)

2. Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium

(normogonadotropin-normogonadism). Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan

pada gonadotropin namun estradiol normal. Anovulasi kelas

2 terjadi sekitar 85 % dari seluruh kasus kelainan ovulasi.

Manifestasi klinik kelainan kelompok ini adalah oligomenorea

atau amenorea yang banyak terjadi pada kasus PCOS.

Delapan puluh sampai sembilan puluh persen pasien PCOS

akan mengalami oligomenorea dan 30 % akan mengalami

amenorea.

3. Kelas 3 : Kegagalan ovarium ( hipogonadotropin

hipogonadism). Karakteristik kelainan ini adalah kadar

gonadotropin yang tinggi dengan kadar estradiol yang

rendah. Terjadi sekitar 4-5 % dari seluruh gangguan

ovulasi.Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi

akibat gangguan cadangan ovarium (premature ovarian

failure/diminisshed ovarian reserved).

4. Kelas 4 : Kelompok wanita yang mengalami gangguan

ovulasi akibat disfungsi ovarium, memiliki kadar prolaktin

yang tinggi (hiperprolaktinemia).

B. Kelainan Anatomis

Kelainan anatomis yang sering ditemukan berhubungan dengan

infertilitas adalah abnormalitas tuba fallopii dan peritoneum, faktor serviks,

(32)

1. Infertilitas faktor tuba dan peritoneum

Selama 20 tahun terakhir terdapat pergeseran penyebab infertilitas,

dari faktor ovarium dan uterus mengarah ke faktor tuba. Faktor tuba dan

peritoneum menjadi penyebab kasus infertilitas yang cukup banyak dan

merupakan diagnosis primer pada 30-40% pasangan infertil.39 Faktor tuba mencakup kerusakan atau obstruksi tuba fallopii, biasanya berhubungan

dengan penyakit peradangan panggul, pembedahan panggul atau tuba

sebelumnya.39 Adanya riwayat PID, abortus septik, ruptur apendiks, pembedahan tuba, atau kehamilan ektopik sebelumnya menjadi faktor

resiko besar untuk terjadinya kerusakan tuba. PID tidak diragukan lagi

menjadi penyebab utama infertilitas faktor tuba dan kehamilan ektopik.4,7 Studi klasik pada wanita dengan diagnosis PID setelah

dilaparoskopi menunjukkan bahwa resiko infertilitas tuba sekunder

meningkat seiring dengan jumlah dan tingkat keparahan infeksi panggul;

secara keseluruhan, insidensi berkisar pada 10-12% setelah 1 kali

menderita PID, 23-35% setelah 2 kali menderita PID, dan 54-75% setelah

menderita 3 kali episode akut PID.

42

Infeksi pelvis subklinik oleh Chlamydia Trachomatis yang

menyebabkan infertilitas karena faktor tuba. Meskipun banyak wanita

dengan penyakit tuba atau perlekatan pelvis tidak diketahui adanya

riwayat infeksi sebelumnya, terbukti kuat bahwa “silent infection” sekali

lagi merupakan penyebab yang paling sering. Penyebab lain faktor

infertilitas tuba adalah peradangan akibat endometriosis, Inflammatory

Bowel Disease, atau trauma pembedahan.

(33)

2. Faktor Serviks

Faktor serviks berjumlah tidak lebih dari 5 % penyebab infertilitas

secara keseluruhan. Tes klasik untuk evaluasi peran potensial faktor

serviks pada infertilitas adalah Post Coital Test (PCT). Dibuat untuk

menilai kualitas mukus serviks, adanya sperma dan jumlah sperma motil

pada saluran genitalia wanita setelah koitus, serta interaksi antara mukus

serviks dan sperma.

Serviks berfungsi sebagai barier terhadap mikrobiologi infeksius

dan merupakan saluran sperma ke dalam uterus. Serviks akan memberi

respon secara immunologis bila bertemu dengan mikrobiologi infeksius

namun tidak memberi respon secara immunologik bila bertemu dengan

antigen permukaan spermatozoa.

7

17

Kelainan Serviks yang dapat menyebabkan infertilitas adalah

17

:

1. Perkembangan serviks yang abnormal sehingga dapat

mencegah migrasi sperma

2. Tumor serviks (polip,mioma) dapat menutupi saluran sperma

atau menimbulkan discharge yang mengganggu

spermatozoa.

atau tidak mampu

mempertahankan produk kehamilan

3. Servisitis yang menghasilkan asam atau sekresi purulen

yang bersifat toksin terhadap spermatozoa.

Streptococcus,staphylococcus,gonococcus, tricomonas dan

(34)

3. Infertilitas karena faktor Uterus

Kelainan Uterus yang menyebabkan infertilitas antara lain :

1. Septum Uteri7

Hal ini dapat menghambat maturasi normal embrio karena kapasitas

uterus yang kecil. Septum uteri menurut tingkatan berdasarkan

ukuran septum dibagi menjadi 3 kelompok yakni :

- Stadium I : 0-1 cm

- Stadium II : 1-3 cm

- Stadium III : >3 cm

2. Mioma Uteri.

Saat ini, mioma uteri dapat dikaitkan dengan infertilitas pada

5-10% perempuan, dan mungkin menjadi satu-satunya penyebab

infertilitas pada 2-3%, tergantung lokasi, jumlah dan besar dari

mioma itu sendiri.

4

Mioma khususnya mioma submukosa mungkin

mempengaruhi transportasi gamet dengan cara menghalangi ostium

tuba. Pembesaran dari rahim dan distorsi dari kontur uterus mungkin

mempengaruhi implantasi, menyebabkan disfungsional kontraktilitas

uterus, yang pada gilirannya bisa mengganggu dengan migrasi

sperma, transportasi sel telur atau mengganggu nidas

3. Kelainan endometrium, seperti adanya polip, endometritis,

hiperplasia dan perlengketean intrauterin (Sindroma Asherman).

Dalam 1 penelitian yang melibatkan grup wanita infertil

(35)

cm), keluaran IVF pada wanita yang diterapi (sebelumnya dilakukan

polipektomi histeroskopi) dan yang tidak diterapi tidak berbeda.

Prevalensi polip pada wanita infertil, ditaksir dari rentetan kasus

dengan temuan diagnostik histeroskopi sekitar 3 – 5%.7

Sindroma Asherman terjadi oleh karena dilakukannya dilatasi dan

kuretase yang merupakan blind procedure sehingga terjadi

intrauterine scar dan akhirnya menjadi sinekhia intrauterin.

Bozdag dkk, mengatakan bahwa penyebab utama dari sindroma Asherman adalah dilakukannya dilatasi dan kuretrade yang mana

merupakan blind method, yang secara respektif persentase insiden

terjadinya sindroma Asherman akibat kuretase adalah 14-36 %.

D. Endometriosis

42

Endometriosis klasik tampak sebagai pigmen hitam-kebiruan

seperti lesi( “powder-burn”) pada permukaan kandung kemih, ovarium,

tuba falopi, kantong rekto-uterina, dan usus besar. Endometriosis non

klasik tampak seperti lesi dan vesikel merah, coklat atau putih.

Endometriosis berat dengan kerusakan tuba falopi dan ovarium

menyebabkan adhesi atau munculnya endometrioma, merupakan

penyebab infertilitas. Selain itu pada endometriosis yang ringanpun

dapat menyebabkan infertilitas melalui beberapa mekanisme, yaitu : 44

1. Produksi prostaglandin sehingga mempengaruhi motilitas tuba atau

dan fungsi korpus luteum.

2. Melalui makrofag peritoneum, ditemukan peningkatan aktifitas

(36)

3. Dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan folikel, disfungsi ovulasi

dan kegagalan perkembangan embrio

2.3.1.3 Infertlitas yang tidak dapat dijelaskan (Unexplained Infertility)

Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan merupakan keadaan kurang

normal dari distribusi efisiensi reproduksi atau abnormal dari fungsi

sperma atau oosit, fertilisasi, implantasi, atau perkembangan preembrio

yang tidak dapat terdeteksi dengan metode evaluasi standard. 34,45

Unexplained Infertility dapat diartikan sebagai ketidak mampuan

untuk hamil setelah 1 tahun tanpa ditemukannya suatu abnormalitas

menggunakan prosedur pemeriksaan ginekologis rutin. Insidensi

infertilitas ini berkisar dari 10% sampai paling tinggi 30% di antara

populasi infertil, tergantung dari kriteria diagnostik yang digunakan.

Minimal, diagnosis infertilitas tak teridentifikasi menunjukkan analisis

semen yang normal, bukti objektif adanya ovulasi, rongga uterus yang

normal, serta patensi tuba bilateral. Sebelumnya, diharapkan hasil PCT

yang positif dan penanggalan endometrium “in phase”, tetapi kriteria ini

tidak lagi digunakan

Infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh beberapa faktor-

faktor resiko antara lain:

2.3.1.4 Faktor gaya hidup dan lingkungan

Dapat dimengerti, semua pasangan, terutama pasangan infertil,

(37)

maksimal agar mendapat kehamilan. Gaya hidup dan faktor lingkungan

dapat mempengaruhi fertilitas dan harus dipertimbangkan dan

dibicarakan.46 Hampir 62% wanita Amerika kelebihan berat badan dan lainnya 33% obesitas. Kelebihan berat badan didefininsikan dengan

indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari 25; dan yang besar dari 30

disebut obesitas.47 Abnormalitas dari sekresi GnRH dan gonadotropin relatif sering pada berat badan lebih, obesitas dan yang berat badan

kurang (BMI kurang dari 17). Hubungan antara BMI dan kesuburan pada

pria belum diteliti secara rinci.

Frekuensi obesitas pada wanita dengan anovulasi dan suatu

ovarium polikistik telah dilaporkan adalah berkisar dari 35% hingga 60%.

Obesitas berkaitan dengan tiga perubahan yang mengganggu ovulasi

normal dan penurunan berat badan akan memperbaiki tiga keadaan

tersebut :

47

a. Peningkatan aromatisasi perifer dari androgen menjadi

estrogen.

47

b. Penurunan kadar glubulin pengikat hormon seks (Sex

Hormone Binding Globulin [SHBG], menghasilkan

peningkatan kadar estradiol dan testosteron bebas.

c. Peningkatan kadar insulin yang dapat merangsang produksi

androgen oleh jaringan stroma ovarium

Beberapa hal yang dapat dikontrol pasangan adalah

penyalahgunaan zat; merokok adalah yang terpenting. Banyak yang tidak

(38)

kesuburan dan kehamilan.48 Motivasi pasangan untuk memaksimalkan ferlititas mereka memberikan kesempatan emas untuk mendidik mereka

dan menetapkan strategi penghentian rokok.

Bentuk lain penyalahgunaan zat juga dapat mempengaruhi

infertilitas. Marijuana menghambat sekresi dari GnRH dan dapat menekan

fungsi reproduksi dari pria dan wanita.

48

46

Pada wanita, marijuana dapat

menganggu fungsi ovulasi. Pengunaan kokain dapat merusak

spermatogenesis dan berkaitan dengan peningkatan resiko penyakit tuba.

Konsumsi alkohol yang berat pada wanita biasa menurunkan fertilitas;

pada pria telah dikaitkan dengan penurunan kualitas semen dan impoten.

Asupan alkohol dalam jumlah yang sedang juga mengurangi fekundabilits,

walaupun hasil penelitian masih bertentangan. Pada pria dan wanita,

walau pada jumlah yang sedang, konsumsi alkohol berkaitan dengan

angka kehamilan yang lebih rendah dengan ART. Penelitian tidak berhasil

memastikan dampak buruk kafein (lebih dari 250mg/hari, 2 minuman

standard) terhadap fertilitas, walaupun kadar yang lebih tinggi dapat

meperlambat kehamilan atau meningkatkan terhentinya kehamilan.

Data yang ada menunjukkan bahwa dampak merokok pada

fertilitas bergantung dosis. Mekanisme yang terlibat dapat meliputi

akselerasi deplesi folicular, abnormal siklus atau mutugenesis gamet atau

embrio yang diinduksi oleh toxin pada rokok. Hubungan kausal antara

rokok dan infertilitas wanita belum dilakukan. Penelitian menunjukkan 13%

wanita infértil berhubungan dengan rokok.

4,46

(39)

2.3.1.5 Umur dan Infertilitas Wanita

Penelitian mengenai fertilitas pada populasi Hutterite menunjukan

kesuburan menurun sesuai dengan pertambahan umur. Dimana angka

fertilitas rendah 2,4%,11% wanita tidak melahirkan anak setelah umur 34,

33% infertil pada umur 40, dan 87% infertil pada umur 45.

Dengan meningkatnya usia, semakin sulit pula untuk mendapatkan

anak. Usia 20-24 tahun fertilitas wanita mencapai 100 %, Usia 30-34

tahun, fertilitas wanita 85 %. Usia 35-39 tahun fertilitas wanita tinggal 60

%. Pada usia 40-44 tahun fertilitas wanita tinggal 25 %.

4,25

17

2.3.2 Dampak Sosial Budaya pada Perempuan yang Mengalami Infertilitas

Pada tingkat sosial, dalam banyak kebudayaan infertilitas

berhubungan dengan stigma sosial dan merupakan sesuatu hal tabu

untuk dibicarakan, pasangan yang tidak bisa mempunyai anak, dianggap

melanggar norma-norma sosial yang dapat mengakibatkan perceraian,

sehingga pasangan yang subur kemungkinan memiliki anak dengan

pasangan barunya.

Pada kebudayaan Afrika, perempuan harus menangguang beban

kemunduran reproduksi, penyebab kegagalan reproduksi termasuk

masalah infertilitas, kesedihan, frustasi, tekanan perkawinan, stigma sosial

dan beberapa kasus yang mengancam jiwa. Infertilitas di budaya Afrika

dihubungkan juga dengan domain kehidupan sosial, termasuk

kekerabatan, warisan, pola perceraian dan status ekonomi.

48

(40)

Dampak psikologis yang dialami menyangkut kondisi internal,

hubungan interpersonal dan seksual suami istri. Berdasarkan beberapa

penelitian mengungkapkan bahwa infertilitas yang dialami oleh seorang

istri akan menimbulkan dampak psikologis yang cukup berat. Dampak

psikologis yang dialami yaitu munculnya perasaan frustasi, depresi,

isolasi, marah, dan rasa bersalah perasaan tidak sempurna dan kurang

berarti. Selain itu infertilitas berdampak buruk terhadap hubungan suami

istri. Mereka menjadi jauh satu sama lainnya, hubungan menjadi kurang

harmonis, kehidupan seks antara suami tidak lagi hangat dan mesra.50

2.4. Diagnosis Infertilitas

Investigasi infertilitas biasanya segera dilakukan ketika pasangan

datang untuk konsultasi pertama kali. Jika pasangan telah melakukan

usaha untuk memperoleh kehamilan selama kurang dari 1 tahun, maka

pengajuan beberapa pertanyaan guna memastikan permasalahan utama

sangatlah bermanfaat, pertanyaan yang dapat diajukan antara lain

mengenai ketidakteraturan siklus menstruasi, riwayat adanya bedah

pelvis, atau orkidopeksi yang tidak bisa dihindari. Jika riwayat medis

pasangan hasilnya normal, maka pasien harus diberi penjelasan

mengenai harapan peluang kehamilan kumulatif selama satu periode

waktu dan investigasi sebaiknya ditunda sampai pasangan telah

(41)

a. Tahap Pertama (Fase I)

1. Pemeriksaan riwayat infertilitas (anamnesis).

Anamnesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari penyebab

infertilitas pada wanita. Faktor-faktor penting yang berkaitan dengan

infertilitas yang harus ditanyakan kepada pasien adalah mengenai usia

pasien, riwayat kehamilan sebelumnya, panjang siklus haid, riwayat

penyakit sebelumnya dan sekarang, riwayat operasi, frekuensi koitus dan

waktu koitus.

Perlu juga diketahui pola hidup dari pasien mengenai alkohol,

merokok dan stress. Hal ini semua dapat mempengaruhi terjadinya

infertilitas.

2. Pemeriksaan fisik

5,14

Penghitungan indeks massa tubuh (Body Mass Index (BMI))

dihitung dari tinggi dan berat badan (kg/m2) – kisaran normal BMI adalah

20-25 kg/m2. Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat

memberikan petunjuk mengenai penyakit sistemik ataupun masalah

endokrin .

Wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur dan tampilan

fisik obesitas mungkin saja berhubungan dengan diagnosis SOPK. Pada

umumnya wanita dengan tampilan overweight atau obesitas mengalami

kelainan berupa resistensi insulin atau bahkan sindroma metabolik..

Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal sebaiknya diamati.

4

(42)

Tabel 2 Kelainan Fisik yang Penting pada Pemeriksaan Infertilitas Wanita

Kelainan fisik yang penting pada pemeriksaan infertilitas wanita 22

Ciri-ciri gangguan endokrin - Jerawat, hirsutisme, kebotakan - Acanthosis nigrican

- Virilisasi

- Gangguan lapang pandang - Gondok, ciri penyakit tiroid • BMI

Tekanan Darah

Persyaratan Kesehatan untuk tindakan anestesi Urinalisis

Pemeriksaan payudara: benjolan, galakthorrhea Dapat dilakukan Cervical smear jika diperlukan

Pemeriksaan abdominal: massa, luka, striae, hirsutisme

Pemeriksaan pelvis - Perkembangan kelainan/anomali - Nodul endometriosis vaginal

- Adanya rasa sakit ketika disentuh (tenderness)

- Mobilitas uterus - Massa

- Endocervical swab

- Pemeriksaan rectal jika diperlukan

3. Penilaian ovulasi

Penentuan penyebab infertilitas merupakan kunci pengobatan

karena hal tersebut akan menghasilkan laju kehamilan kumulatif yang

menyerupai laju kehamilan pada wanita normal di usia yang sama.

Sangatlah penting untuk memastikan apakah ovulasi terjadi (Tabel 3).

Cara yang optimal untuk mengukur ovulasi pada wanita yang memiliki

siklus menstruasi yang tidak teratur adalah dengan mengkombinasikan

(43)

FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (luteinizing hormone) pada

fase folikular dan progesteron pada fase luteal.

Tabel 3 Pemeriksaan Ovulasi 22

4. Uji pasca senggama (UPS)

Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana tetapi dapat

memberi informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah

serviks. UPS dilakukan 2 – 3 hari sebelum perkiraan ovulasi

dimana “spin barkeit” dari getah serviks mencapai 5 cm atau lebih.

Pengambilan getah serviks dari kanalis endo-serviks

dilakukan setelah 2 – 12 jam senggama. Pemeriksaan dilakukan di

bawah mikroskop. UPS dikatakan positif, bila ditemukan paling

sedikit 5 sperma perlapangan pandang besar (LPB). UPS dapat

memberikan gambaran tentang kualitas sperma, fungsi getah

serviks dan keramahan getah serviks terhadap sperma.22

Tanda siklus ovulasi

Ovulasi dipastikan terjadi bila kehamilan terjadi

• Siklus teratur dengan variasi siklus tidak lebih dari 2 hari – 95% kemungkinan besar mengalami ovulasi.

• Serum progesteron pertengahan luteal (mid-luteal) > 30 nmol/L • Pemantauan folikulogenesesis dan ovulasi dengan ultrasound • Deteksi lonjakan LH (LH surge) pada urine

• Suhu tubuh basal (Basal Body Temperature/BBT) (penuh tekanan) • Mittelschmerz

• Penipisan mukus servik

(44)

b. Tahap Kedua (Fase II)

Histerosalpingografi (HSG)

Infertilitas tuba didiagnosa sekitar 15%-50% pada pasangan

subfertil. Histerosalpingografi sinar-X (HSG) memberikan gambar

rongga uterus dan tuba Fallopi. HSG merupakan uji pendahuluan

yang paling sederhana untuk menggambarkan rongga uterus dan

tuba Fallopi dan sedikit komplikasi. Pada tahap ini dilakukan

pemeriksaan HSG untuk menilai patensi tuba.22

Pada suatu metaanalisis dari 20 studi yang membandingkan

HSG dan laparoskopi ditemukan bahwa sensitivitas dan

spesivisitas HSG untuk patensi tuba secara berturut-turut adalah

0.65 dan 0.83.

22

Gambar 2 Hasil pemeriksaan histerosonografi (A) Hydrosalping bilateral

(B) Tuba Paten

Hysterosalpingo-contrast sonography (HyCoSy)

Saat ini HSG menggunakan ultrasonografi dan medium

kontrasultrasound yang mengandung mikropartikel galaktosa mungkin

(45)

Prosedur sebaiknya dilakukan dalam cara dan waktu yang sama di dalam

siklus seperti pada HSG konvensional. Tidak hanya patensi tuba saja

yang dapat diperiksa tetapi juga sebelum diinjeksikan agen kontras,

ultrasound dapat memvisualisasikan morfologi ovarium dan abnormalitas

jaringan lunak, seperti fibroid atau kelainan cacat bawaan uterus dan

servik.

c. Tahap Ketiga (Fase III)

22

Laparoskopi

Akhir-akhir ini laparoskopi dianggap cara terbaik untuk menilai

fungsi tuba falopi. Laparoskopi memberikan gambaran panoramik

terhadap anatomi reproduktif panggul dan pembesaran dari permukaan

uterus, ovarium, tuba, dan peritoneum. Oleh karenanya, laparoskopi dapat

mengidentifikasi penyakit oklusif tuba yang lebih ringan (aglutinasi fimbria,

fimosis), adhesi pelvis atau adneksa, serta endometriosis yang dapat

mempengaruhi fertilitas yang tidak terdeteksi oleh HSG.22

(46)

2.5 Kerangka Konsep

Infertilitas 1. Infertilitas Primer 2. Infertilitas Sekunder

1. Faktor Pria (tunggal) 2. Faktor wanita (tunggal) - Faktor Gangguan Ovulasi - Faktor Tuba

- Faktor Uterus - Faktor serviks 3 Multi faktor (wanita)

4 .Multi Faktor (wanita dan pria

5. Faktor yang tidak dapat dijelaskan(Unexplained)

USIA KebiasaanMerokok,alkohol

Aktifitas IMT> Normal

Lingkungan (Toksin)

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif melalui pendekatan metode

pengumpulan data dari rekam medik di salah satu RS jejaring

Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU yaitu Klinik Halim Fertility

Center

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu RS Jejaring Departemen

Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

yaitu Klinik Halim Fertility Center. Waktu Penelitian mulai bulan

Mei-Agustus 2014.

3.3 Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah semua pasangan yang

didiagnosis dengan infertil yang pernah berkunjung ke Klinik Halim Fertility

Center periode 1 Januari 2012-31 Desember 2013 .

3.4. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling, semua

catatan medis pasien yang berobat untuk infertilitasnya selama rentang

waktu 1 Januari 2012- 31 Desember 2013 diteliti dan dimasukkan dalam

(48)

3.5 Besar Sampel

Semua pasien yang berobat karena infertilitasnya dan menjalani

prosedur pemeriksaan di salah satu RS jejaring Departemen Obstetri

dan Ginekologi FK USU yaitu Klinik Halim Fertility Center Medan.

3.6 Definisi Operasional

1. Lama infertilitas dihitung dalam tahun, yang dihitung mulai saat

tanggal menikah sampai saat pemeriksaan.

2. Penyebab infertilitas dibedakan menjadi infertilitas karena Faktor

wanita (tunggal) yaitu (faktor tuba, faktor gangguan ovulasi, faktor

serviks, faktor uterus, endometriosis), faktor pria, tidak dapat

dijelaskan/unexplained, multifaktor wanita dan pria, multifaktor

wanita saja (lebih dari satu penyebab) dan faktor-faktor diatas

dipengaruhi oleh umur, BMI.

3. Jenis Infertilitas dibedakan menjadi infertilitas primer dan infertilitas

sekunder

- Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita

yang sudah berkeluarga meskipun hubungan seksual

dilakukan secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk

selang waktu paling kurang 12 bulan

- Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan setelah

berusaha dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang

wanita yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual

secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi

(49)

4. Usia adalah usia penderita ketika didiagnosa mengalami infertilitas.

Cara ukur adalah observasi. Alat ukur adalah dengan

menggunakan rekam medis. Hasil Ukur adalah adalah

dikelompokkan sebagai :

1. ≤ 25 tahun

2. 25-34 tahun

3. 35-44 tahun

4. > 44 tahun

5. Indeks massa tubuh berdasarkan perhitungan adalah berat badan

(kilogram) dibagi tinggi badan (meter) pangkat dua. Hasil ukur

dikelompokkan menurut kriteria WHO.

Kategori

51

IMT(kg/m2)/m2)

Underweight < 18,5

Normoweight 18,5-24,9

Overweight >25-29,9

Obesity ≥ 30

3.7. Etika Penelitian 1. Anonymity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

2. Confidentiality

Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

(50)

3.8. Alur Penelitian

3.9 Teknik Analisa Data

Analisa data berdasarkan data yang dikumpulkan melalui data

sekunder yang dikumpulkan melalui rekam medik pasien yang berobat

dari Januari 2012- Desember 2013. Data disajikan dalam bentuk

tabel-tabel distribusi frekuensi lalu dianalisa untuk mengetahui faktor- faktor

yang menyebabkan terjadinya infertilitas , kemudian dilakukan analisa

untuk mengetahui faktor-faktor apa yang paling berpengaruh terhadap

terjadinya infertilitas primer dan sekunder

Data Rekam Medis Wanita Infertil

Pencatatan karakteristik pasien dan faktor-faktor penyebab infertilitas

Tabulasi data ke dalam tabel

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan

mengumpulkan data-data dari rekam medis pasien di salah satu RS

jejaring Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU yaitu Halim Fertility

Center mulai periode 1 Januari 2012 sampai dengan Desember 2013.

Dalam periode waktu tersebut diatas, dijumpai sebanyak 630

pasien yang infertil yang diikut sertakan dalam penelitian ini. Gambaran

karakteristik pasien infertil ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel 1 Karakteristik pasangan wanita

Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%) Usia

(52)

usia ini merupakan puncak kesuburan wanita. Siap secara fisik maupun

mental. Sehingga dalam upayanya untuk memperoleh keturunan

memperoleh kegagalan menyebabkan banyak wanita pada rentang usia

seperti ini datang ke klinik untuk mengetahui penyebab dari infertilitasnya.

Kemudian diikuti kelompok usia 35-44 tahun sebanyak 30,6 % dan yang

paling rendah pada usia diatas 44 tahun.

Penelitian mengenai fertilitas menunjukkan bahwa kesuburan

menurun sesuai dengan bertambahnya umur. Sebanyak 11% wanita tidak

melahirkan anak setelah umur 34 tahun, 33 % infertil pada umur 40 tahun,

dan 87 % infertil pada umur 45 tahun walaupun tanpa kontrasepsi.

Boivin dkk

51 2

dari 3583 wanita dari 14 penelitian yang telah

dilakukan, umur wanita yang paling banyak mengalami infertilitas pada

rentang usia 29,7-36,8 tahun. Angka infertilitas di Indonesia yang

dikemukan oleh Sumapraja berkisar (12-15 %).13 Kuwait, Ommu dan Omu29 92, 9 % wanita yang infertil berada pada rentang waktu 19-39 tahun.

Banyaknya pasangan infertilitas di Indonesia dapat di perhitungkan

dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak

yang masih hidup. Menurut sensus penduduk terdapat (12 %) baik di desa

maupun di kota atau sekitar 3 juta pasangan infertil tersebar di seluruh

Indonesia, dari Jumlah tersebut terdapat perempuan infertil 15% pada

(53)

selama > 12 bulan secara teratur dan tanpa menggunakan alat

kontrasepsi.

Tingginya infertilitas pada usia reproduksi yang berkunjung ke klinik

hal ini disebabkan karena pada masa usia seperti inilah banyak pasangan

ingin memperoleh kehamilan. Secara teori ini adalah puncak reproduksi

seorang wanita sehingga ketika kehamilan tidak didapatkan berarti hal ini

menunjukkan adanya gangguan atau masalah dalam fungsi reproduksi

kedua pasangan.

Berdasarkan kelompok BMI, tabel diatas menggambarkan bahwa

kelompok normoweight memiliki frekuensi terbesar sebanyak (54,8 %)

kemudian diikuti kelompok overweight sebanyak (30 %) , kelompok

obesity sebanyak (11,7 %) dan yang paling sedikit pada kelompok

underweight 22 orang (3,5%). Hasil ini hampir sama dengan penelitian

yang dilakukan oleh Aggie37

Beberapa kebiasaan individu (gaya hidup) dianggap sebagai faktor

resiko terjadinya infertilitas, seperti konsumsi alkohol dan kebiasaan

merokok. Kebiasaan merokok akan berpengaruh terhadap infertilitas

seorang wanita dimana rokok dianggap berpengaruh dalam proses

folikulogenesis pada saat implantasi,pada proses steroidogenesis,

perkembangan implantasi embrio, disfungsi tuba fallopi, aliran darah ke

uterus dan aktivitas miometrium.

yang meneliti di RS Immanuel Bandung

yang paling banyak termasuk kedalam kategori normoweight yaitu

sebanyak 63 kasus (56%) dari 112 pasien yang diteliti.

52

Selain faktor gaya hidup diatas faktor

(54)

berasal dari lingkungan dan zat kimia dari lingkungan pekerjaan

merupakan faktor resiko terjadinya infertilitas.

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa peran berat badan

mempengaruhi infertilitas seorang wanita. Dimana abnormalitas dari

sekresi GnRH relatif sering pada berat badan yang lebih, obesitas dan

berat berat badan yang kurang..Namun berat badan bukanlah faktor

resiko yang paling berperan membuat seorang wanita menjadi infertil.

53

Tabel 4.2 Sebaran jenis infertilitas dan lama infertilitas

Jumlah (n) Persentase (%) Jenis infertilitas

Infertilitas Primer Infertilitas Sekunder

Lama Infertilitas ≤ 3 tahun

> 3 tahun

489 141

245 385

77,6 22,4

38,9 61,1

Total 630

Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis diagnosa infertilitas yang terbanyak adalah infertilitas primer sebanyak 489 orang (77,6 %) dan

infertilitas sekunder sebanyak 141 orang (22,4%).

Gunnel dkk menyebutkan bahwa wanita yang mengalami

infertilitas primer sebanyak (50 %) akan bekunjung ke dokter untuk

memeriksakan dirinya dan hanya (34 %) wanita yang mengalami

(55)

Hal ini hampir sama dengan penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya. Samiha M dkk15 melaporkan dari 215 pasangan yang infertil terdapat 172 kasus(80 %) pasangan yang mengalami infertilitas primer

dan 43 kasus( 20 %) pasangan yang mengalami infertilitas sekunder.

Mosher16 melaporkan dari semua wanita yang mengalami infertilitas di Amerika Serikat, infertilitas primer terdapat 65 % wanita dan infertilitas

sekunder terdapat 35 % wanita. Di Kuwait, Ommu dan Omu29 melaporkan data infertiltas primer 65,7% dan 34,3 % wanita dengan infertilitas

sekunder. Di Banglades, Akhter dkk30 dari 3184 wanita infertil, 61,9 % wanita dengan infertilitas primer dan 38 % wanita dengan infertilitas

sekunder. Di Jerman, Wischmann dkk31

Penelitian yang dilakukan oleh Aggie

dilaporkan 67,6 % wanita dengan infertilitas primer dan 32,4 % dengan infertilitas sekunder.

37

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa infertilitas primer merupakan

kasus yang paling banyak datang untuk memeriksakan gangguan fungsi

reproduksinya. Karena kebutuhan hadirnya seorang anak merupakan hal

yang sangat penting dalam pasangan yang sudah menikah, sehingga

ketika kehadiran seorang anak belum didapatkan hal ini menimbulkan

kekhawatiran akan terganggunya fungsi reproduksi kedua pasangan yang

meyebabkan mereka datang ke dokter. Supaya keinginan mereka untuk yang meneliti di RS

Immanuel Bandung dari 112 pasien wanita yang mengalami infertilitas,

kasus infertilitas primer sebanyak 70,5 % dan infertilitas sekunder

(56)

kenapa infertilitas primer banyak ditemukan pada berbagai penelitian yang

sudah ada.

Sedikit bertolak belakang dengan hasil yang diperoleh oleh Al

Akour dkk28

Berdasarkan sebaran lamanya infertilitas yang dialami, pasien

yang telah mengalami infertilitas selama kurang atau sama dengan 3

tahun sebanyak 245 pasien (38,9 %) dan lama infertilitas lebih dari 3

tahun sebanyak 385 kasus (61,1 %).

melaporkan 155 (46,3%) wanita dengan infertilitas primer dan 180 (53,7%) wanita dengan infertilitas sekunder. Hal ini disebabkan

tingginya angka infeksi menular seksual sehingga fungsi tuba yang pada

awalnya bagus karena periode infeksi yang berulang akan menggangu

fungsinya. Sehingga yang tadinya sudah punya anak, dan ingin memiliki

anak lagi akan memperoleh kegagalan jika fungsi dari tubanya sudah

mengalami gangguan.

Hal yang hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Al

Akour dkk28

Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan

kehamilan menunjukkan bahwa 32,7 % hamil dalam satu bulan pertama,

57 % dalam 3 bulan, 72,7 % dalam 6 bulan, 85,4 % dalam 12 bulan dan

93,4 % dalam 24 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan,

makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter

baru mengganggap ada masalah infertilitas jika pasangan yang ingin melaporkan hasil penelitiannya dari 335 wanita yang diteliti durasi infertilitas < 2 tahun sebanyak (43,6 %) dan durasi ≥ 2 tahun

(57)

punya anak itu telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan lebih

dari 12 bulan bahkan menunggu hingga 24 bulan .

Hasil diatas dapat menginformasikan bahwa semakin lama seorang

wanita tidak memperoleh keturunan maka kecendrungan untuk

mangalami infertilitas akan semakin tinggi karena selayaknya seorang

wanita yang telah menikah paling lama 2 tahun setelah menikah lebih dari

90 % akan hamil dan jika tidak maka patut dicurigai adanya gangguan

dalam fungsi reproduksinya.

40

Tabel 4.3 Sebaran frekuensi faktor-faktor penyebab infertilitas Penyebab Infertilitas Jumlah (n) Persentase (%) Faktor wanita (tunggal)

Faktor tuba

Multi faktor (wanita)

Multi faktor (wanita dan

pria)

Tabel diatas menunjukkan bahwa penyebab infertilitas yang paling

banyak adalah faktor pria (34,8 %) kemudian berturut-turut multi faktor

(wanita dan pria) (17,5 %), gangguan ovulasi (16%), unexplained infertility

(11,4 %), faktor tuba (10,3 %), faktor uterus (6,5 %) , multifaktor (wanita)

Gambar

Gambar. 1 (A) Penyebab infertilitas diantara kedua pasangan,(B) Penyebab infertilitas pada wanita
Tabel 1  Faktor-faktor penyebab infertlitas berdasarkan jenis infertlitas
Tabel 2 Kelainan Fisik yang Penting pada Pemeriksaan Infertilitas
Gambar 2 Hasil pemeriksaan histerosonografi (A) Hydrosalping bilateral
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan data retrospektif berupa data rekam medik pasien hemorrhoid di Rumah Sakit Immanuel Bandung

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan data retrospektif berupa data rekam medik penderita infark miokardium rawat inap di Rumah Sakit

Penelitian ini merupakan non eksperimental yang bersifat retrospektif deskriptif, data rekam medik periode tahun 2014 pasien stroke iskemik/infark rawat inap di salah satu

Metode:Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif dengan desain cross sectional menggunakan data rekam medik seluruh penderita kista ovarium jinak yang

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan retrospektif terhadap data rekam medik pasien ulkus dekubitus yang menjalani tirah

Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif menggunakan data rekam medik pasien baru dan lama dengan diagnosis kandidosis intertriginosa yang berobat di Poliklinik Kulit dan

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan data retrospektif berupa data rekam medik pasien dermatitis kontak di Rumah Sakit Immanuel

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan retrospektif terhadap data rekam medik pasien ulkus dekubitus yang menjalani tirah