TESIS MAGISTER
ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS
DI RS JEJARING DEPARTEMEN OBGIN FK USU
PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013
OLEH:
Chandran F Saragih
PEMBIMBING:
1. dr. M.Rhiza Z Tala,M.Ked (OG),SpOG.K
2. dr. Iman Helmi Effendi,M.Ked(OG).SpOG.K
PEMBANDING :
1. dr Makmur Sitepu,M.Ked (OG),SpOG.K
2. Dr.dr. M.Fidel Ganis Siregar,M.Ked(OG).K
3. dr. Johny Marpaung,M.Ked (OG),SpOG
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5
PEMBIMBING:
Dr. M.Rhiza Z Tala, M.Ked (OG), SpOG.K
Dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked (OG),
SpOG.K
PENYANGGAH :
Dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG.K
DR.dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG),
SpOG.K
Dr. Johny Marpaung, M.Ked (OG), SpOG
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
KATA PENGANTAR
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Master
Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa
saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih
jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya
tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah
perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Esa , karena
berkat dan RahmatNya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
“ ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS DI RS JEJARING DEPARTEMEN OBGIN FK USU PERIODE 2012-2013 ”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi –
tingginya kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan
2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Ketua Departemen Obstetri
dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr.dr M. Fidel Ganis
Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K),
Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
FK-USU Medan; Dr. M. Rhiza Z. Tala, SpOG (K), Sekretaris
Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU
Medan; Prof. Dr. M. Fauzie sahil, SpOG (K), Dr. Deri Edianto,
SpOG (K), Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Djafar
Siddik, SpOG (K); Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K);
Prof. DR. Dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K); Prof. Dr. R. Haryono
Roeshadi, SpOG (K); Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr.
Budi R. Hadibroto, SpOG (K); dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea,
SpOG (K); yang secara bersama-sama telah berkenan
menerima saya untuk mengikuti pendidikan dokter
spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
3. Ketua Divisi Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi dr Ichwanul
Adenin, M.Ked(OG), SpOG. K yang telah mengizinkan saya
untuk melakukan penelitian tentang ANALISA
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS DI RS JEJARING
DEPARTEMEN OBGIN FK USU PERIODE 2012-2013 .
4. dr.M. Rhiza Z Tala M Ked OG, SpOG (K) yang telah
memberikan pengarahan kepada saya dalam melakukan
penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing utama saya
bersama dengan dr Iman Helmi Effendi, M.Ked (OG), SpOG.K
yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk
membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini
hingga selesai.
5. dr.Makmur Sitepu, M.Ked (OG), SpOG.K, DR dr M.Fidel
M.Ked (OG),SpOG selaku penyanggah dan narasumber
yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu yang
sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi
penulisan tesis ini hingga selesai.
6. dr R ism an Kab a n, M . Ke d ( O G ) ,SpO G s ela ku Ba pak
Angk at saya se la m a m enj ala ni m a sa pendidikan, yang
telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan
nasehat yang bermanfaat kepada saya selama dalam pendidikan.
7. dr Ichwanul Adenin, M.Ked (OG), SpOG.K selaku pembimbing minirefarat magister saya yang berjudul “ Peran Saline Infusion Sonohysterography dan Sonohysterosalpingography pada Infertilitas Wanita ”.
8. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak
membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir
pendidikan. Semoga Allah SWT membalas budi baik guru-guru
saya.
9. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
11. Direktur RSU Sundari Medan beserta staf yang telah memberi
kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama
bertugas di Rumah Sakit tersebut.
12. Kepada seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat
saya sebutkan namanya satu persatu, Dokter muda,
bidan, paramedik, karyawan / karyawati di Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK-USU dan pasien pasien yang
telah ikut membantu dan bekerja sama dengan saya dalam
menjalani pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri
dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam malik.
Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Sembah sujud serta
terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada
kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, Ayahanda
Pdt Sarifin Saragih,MTh, dan Ibunda Rosmina Purba yang
telah membesarkan, membim bing, mendoakan, serta
mendidik saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang
dari sejak kecil hingga kini.
Kepada saudara saya : Jenry Doan Saragih,ST, Joy
Harisvan Saragih ST, Ari Gradsiado Saragih SH dan dr
Sondang Saragih terima kasih atas bantuan doa dan
dukungan kepada saya selama menjalani pendidikan.
Kepada seluruh Keluarga handai tolan yang tidak dapat
saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung
maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan
bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima kasih yang
Medan, Agustus
2014
Sem og a Tuha n Y ang M ah a Esa s e nant i asa m em ber i kan
r ahm at d an Ber k a t nya kep ada k it a semua.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar... i
Daftar Isi ... vi
Daftar Gambar... ... viii
Daftar Tabel ... ix
Daftar singkatan ... x
Abstrak... ... xi
Abstract... ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Rumusan masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Infertilitas ... 9
2.2. Epidemiologi ... 9
2.3. Etiologi ... 10
2.3.1 Faktor-faktor yang menyebabkan infertilitas... ... 13
2.3.1.1 Faktor Pria. ... 13
2.3.1.2 Faktor wanita ... 14
2.3.1.3 Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan ... 20
2.3.1.4 Faktor Gaya Hidup dan Lingkungan ... 20
2.3.1.5 Umur dan Infertilitas ... 22
2.3.2 Dampak Psikososial dan Budaya pada Wanita yang Mengalami Infertilitas ... 23
2.4 Diagnosis Infertilitas ... 24
2.5 Kerangka Konsep ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 31
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31 3.3. Subyek Penelitian ... 31
3.4. Teknik Sampling………. ... 31
3.5. Besar Sampel ... 31
3.7. Etika Penelitian... 33
3.8. Alur Penelitian... 34
3.9. Teknik Analisa Data... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Pembahasan... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... ... 54
5.2. Saran... ... 55
DAFTAR PUSTAKA... ... 56
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Faktor-faktor penyebab infertilitas... 13
Tabel 2. Kelainan fisik yang penting pada pemeriksaan infertilitas. 26
Tabel 3. Pemeriksaan Ovulasi... . 27
Tabel 4.1. Karakteristik pasangan...……… . 35
Tabel 4.2. Sebaran jenis infertilitas dan lama infertilitas... 38
Tabel 4.3. Sebaran frekuensi faktor-faktor penyebab infertilitas... 41
Tabel 4.4. Sebaran frekuensi hasil pemeriksaan USG dan HSG ... 45
Tabel 4.5. Sebaran frekuensi analisa sperma pasien infertil... 47
Tabel 4.6. Sebaran karakteristik umur, BMI, lama infertil berdasarkan jenis infertilitas... ... 48
Tabel 4.7.Sebaran faktor-faktor etiologi infertilitas berdasarkan jenis infertilitas... ... 50
DAFTAR SINGKATAN
ASRM American Society of Reproductive Medicine BMI Body Mass Index
ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS DI RS JEJARING
DEPARTEMEN OBGIN FK USU PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013
Saragih C F, M Rhiza ZT, Iman HE, Makmur S, M Fidel GS, Johny M
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Indonesia, Agustus 2014
ABSTRAK
Tujuan : Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab infertilitas dengan harapan dapat dilakukan pencegahan dan penurunan angka kejadian infertilitas
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan data retrospektif berupa data rekam medik pasien wanita infertil di Klinik Halim Fertility Center periode Januari 2012-Desember 2013, dengan variabel yang dicatat jenis infertilitas, usia, berat badan, tinggi badan, lama infertilitas dan faktor-faktor penyebab infertilitas berdasarkan diagnosa klinik,pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium
Hasil Penelitian : Hasil penelitian didapatkan 630 kasus infertil dengan kasus terbanyak infertilitas primer sebanyak 489 kasus (77,6 %). Kelompok usia yang paling sering mengalami infertilitas adalah kelompok usia 25-34 tahun dengan jumlah kasus 65,6 %. Faktor yang paling sering berperan adalah faktor pria yaitu sebanyak 219 kasus (34,8%). Gangguan ovulasi kasus yang paling banyak ditemukan pada infertilitas wanita dengan jumlah kasus 101 kasus(16 %). Dalam penelitian ini tidak ada perbedaan bermakna antara penyebab infertilitas dengan jenis infertilitas kecuali pada gangguan ovulasi.
THE ANALYSIS OF INFERTILITY ETIOLOGY FACTORS IN THE BRANCH
HOSPITAL OF OBGYN DEPARTEMENT MEDICAL FACULTY OF USU ON
JANUARY 2012-DECEMBER 2013 PERIOD
Departement of Obstetric and Gynecologic
Medical Faculty of Sumatera Utara
Indonesia, Agustus 2014
ABSTRACT
Purpose : To know the overview of infertility etiology factor with expectation to prevent and decrease the infertility incidence
Methods : this study was descriptive observational study with retrospective data in the form of infertile female patients medical record on January 2012-
December 2013 period, with variable record were kind of infertility, age, body
weight and height,time of infertility, etiology factor based on clinical
diagnostic,and laboratory examination result.
Results : From the study were found 630 women infertility cases with the frequent case was the primary infertility as many as 489 (77,6 %). The group age
that had most frequent infertility problem was the 25-34 years old group of age,
with 413 cases(65,6%). The most important etiology factors was male problem as
many as 219 cases(34,8 %). Disfunction of ovulation is a most important factor in
female problem was found 101 (16 %) cases. This study difference of the etiology
factor of infertility with the classified of infertility not found except ovarian
disfunction.
ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS DI RS JEJARING
DEPARTEMEN OBGIN FK USU PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013
Saragih C F, M Rhiza ZT, Iman HE, Makmur S, M Fidel GS, Johny M
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Indonesia, Agustus 2014
ABSTRAK
Tujuan : Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab infertilitas dengan harapan dapat dilakukan pencegahan dan penurunan angka kejadian infertilitas
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan data retrospektif berupa data rekam medik pasien wanita infertil di Klinik Halim Fertility Center periode Januari 2012-Desember 2013, dengan variabel yang dicatat jenis infertilitas, usia, berat badan, tinggi badan, lama infertilitas dan faktor-faktor penyebab infertilitas berdasarkan diagnosa klinik,pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium
Hasil Penelitian : Hasil penelitian didapatkan 630 kasus infertil dengan kasus terbanyak infertilitas primer sebanyak 489 kasus (77,6 %). Kelompok usia yang paling sering mengalami infertilitas adalah kelompok usia 25-34 tahun dengan jumlah kasus 65,6 %. Faktor yang paling sering berperan adalah faktor pria yaitu sebanyak 219 kasus (34,8%). Gangguan ovulasi kasus yang paling banyak ditemukan pada infertilitas wanita dengan jumlah kasus 101 kasus(16 %). Dalam penelitian ini tidak ada perbedaan bermakna antara penyebab infertilitas dengan jenis infertilitas kecuali pada gangguan ovulasi.
THE ANALYSIS OF INFERTILITY ETIOLOGY FACTORS IN THE BRANCH
HOSPITAL OF OBGYN DEPARTEMENT MEDICAL FACULTY OF USU ON
JANUARY 2012-DECEMBER 2013 PERIOD
Departement of Obstetric and Gynecologic
Medical Faculty of Sumatera Utara
Indonesia, Agustus 2014
ABSTRACT
Purpose : To know the overview of infertility etiology factor with expectation to prevent and decrease the infertility incidence
Methods : this study was descriptive observational study with retrospective data in the form of infertile female patients medical record on January 2012-
December 2013 period, with variable record were kind of infertility, age, body
weight and height,time of infertility, etiology factor based on clinical
diagnostic,and laboratory examination result.
Results : From the study were found 630 women infertility cases with the frequent case was the primary infertility as many as 489 (77,6 %). The group age
that had most frequent infertility problem was the 25-34 years old group of age,
with 413 cases(65,6%). The most important etiology factors was male problem as
many as 219 cases(34,8 %). Disfunction of ovulation is a most important factor in
female problem was found 101 (16 %) cases. This study difference of the etiology
factor of infertility with the classified of infertility not found except ovarian
disfunction.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri
yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama
teratur tanpa kontrasepsi, namun tidak berhasil memperoleh kehamilan.1 Infertilitas merupakan suatu krisis dalam kehidupan yang akan
berpengaruh kepada berbagai aspek kehidupan seseorang. Sangat
manusiawi dan normal bila pasangan infertilitas mempunyai perasaan
yang berpengaruh kepada kepercayaan diri dan citra diri. Lebih parah lagi
menurut The National Infertility Association menyebutkan beberapa gejala
yang dapat terjadi antara lain, timbul perasaan sedih, depresi atau putus
asa.
Memiliki anak penting bagi semua masyarakat di dunia dan
perkawinan merupakan salah satu sarana untuk mendapat keturunan.
Pada beberapa pasangan, impian untuk memiliki keturunan bukanlah
sesuatu yang mudah untuk diwujudkan. Memiliki anak yang baik dapat
merupakan kebanggan tersendiri dan secara ekonomi juga dianggap
menguntungkan sebagai investasi di masa tua. Anak mempunyai peranan
sosial yang cukup penting, keberadaan anak menyebabkan ikatan
keluarga menjadi kokoh tidak mudah goyah, anak merupakan sumber
motivasi keluarga menata masa depan lebih baik.
2
Prevalensi infertilitas yang tepat tidak diketahui dengan pasti,
sangat bervariasi tergantung keadaan geografis, budaya dan status
sosial negara tersebut.7
Sedangkan data infertilitas di seluruh dunia menurut Badan
Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) dan laporan lainnya ,
diperkirakan 8-12 % pasangan yang mengalami masalah infertilitas
selama masa reproduktif mereka. Jika delapan persen dari gambaran
global populasi maka sekitar 60-80 juta pasangan yang belum dikarunia
anak. Diperkirakan muncul sekitar 2 juta pasangan infertil baru setiap
tahun dan jumlah ini terus meningkat.
Kebiasaan masyarakat timur yang membicarakan
atau menganggap segala sesuatu yang berhubungan dengan seks itu
tabu dan privasi sehingga tidak layak untuk dibicarakan memberi
kontribusi terhadap kejadian infertilitas. Semakin banyaknya wanita karir
yang menikah pada usia lebih dewasa pada status sosial yang lebih tinggi
akan sangat mempengaruhi kesuburan seorang wanita.
3
Evers8 memperkirakan 10 – 15 % pasangan di negara-negara industri mengalami infertilitas. Tracey Bushnik9 dkk memperkirakan prevalensi infertilitas wanita di Kanada berada diantara angka 11,5 % -
15,7 %. Negara-negara Afrika prevalensi infertilitas berada di angka 9 % di
Gambia oleh Sudby dkk.10 Terdapat sekitar 11,8 % di Ghana oleh Geelhoed dkk11 , dan diantara 20-30% di Nigeria oleh Ebomoyi.12
Terdapat sedikit data mengenai infertilitas yang terjadi di Asia dan
kejadian yang dialami wanita pada masa reproduksi di negara Asia dan
Amerika latin berada diantara angka 8-12 % wanita.
Angka infertilitas di Indonesia yang dikemukan oleh Sumapraja
berkisar (12-15 %).13 Banyaknya pasangan infertilitas di Indonesia dapat di perhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak
mempunyai anak yang masih hidup. Menurut sensus penduduk terdapat
(12 %) baik di desa maupun di kota atau sekitar 3 juta pasangan infertil
tersebar di seluruh Indonesia, dari Jumlah tersebut terdapat perempuan
infertil 15% pada Usia 30-34 , 30 % pada usia 35-39, dan 64 % pada usia
40-44 tahun.
Berdasarkan jenis infertilitas, Samiha M dkk
13,14
15
melaporkan dari
215 pasangan yang infertil terdapat 172 kasus (80 %) pasangan yang
mengalami infertilitas primer dan 43 kasus( 20 %) pasangan yang
mengalami infertilitas sekunder. Mosher16
Secara global dapat disimpulkan penyebab terjadinya infertilitas
diakibatkan dari faktor laki-laki sekitar 30% meliputi kelainan pengeluaran
sperma, penyempitan saluran mani karena infeksi bawaan, faktor
immunologik/antibodi, antisperma, serta faktor gizi dan gangguan dari
perempuan 30% yang mempunyai masalah pada vagina, serviks, uterus,
kelainan pada tuba, ovarium dan pada peritoneum. gangguan dari
keduanya 30% dan yang tidak di ketahui sekitar 10%.
melaporkan dari semua
wanita yang mengalami infertilitas di Amerika Serikat, infertilitas primer
terdapat 65 % wanita dan infertilitas sekunder terdapat 35 % wanita.
Dengan angka infertilitas yang tinggi, maka harus diketahui apa
saja yang dapat mempengaruhi keadaan infertilitas . Berbagai faktor dapat
menyebabkan seorang wanita dan pria menjadi infertil. Penyebab seorang
wanita infertil dapat disebabkan oleh gangguan ovulasi yang sering
disebabkan oleh Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS), Primary Ovarian
Iinsufficiency (POI) yang sering muncul ketika wanita berumur lebih dari
40 tahun, terhalangnya tuba fallopi yang sering disebabkan oleh Pelvic
Inflammatory Disease (PID), endometriosis, pasca operasi kehamilan
ektopik, kelainan di uterus, dan uterine fibroid18
Menurut penelitian yang disampaikan oleh WHO, pasien yang
diteliti dari 33 pusat kesehatan di 25 negara termasuk didalamnya timur
dan barat Eropah, Canada, Australia, Scandinavia, Afrika, Asia, Amerika
Latin dan Mediterania diperoleh kesimpulan bahwa penyebab infertilitas
adalah gangguan fungsi ovarium 33 %, oklusi tuba dan perlengketan tuba
36 %, endometriosis 6 % dan 40 % tidak diketahui penyebabnya.
(persentase yang lebih dari 100 % karena penyebab infertilitas pada
wanita lebih dari satu penyebab). Terkhusus di Afrika diperoleh 80 %
wanita infertil karena oklusi dan perlengketan pada tuba yang disebabkan
oleh infeksi. Pada pria, varicocele menjadi penyebab infertilitas sebanyak
11 % pasien, infeksi dan gangguan jumlah sperma sebanyak 28 % pasien,
49 % kasus tidak diketahui penyebabnya.
Penyebab seorang wanita dan pria menjadi infertil juga dapat
disebabkan oleh faktor risiko yang meningkat yaitu gaya hidup yang tidak
terkontrol yang diterapkan sejak usia remaja. Faktor-faktor tersebut adalah
usia, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, stress, diet yang buruk,
olah raga berat, mengalami overweight ataupun underweight, penyakit
menular seksual, keadaan lingkungan yang buruk (polusi udara dan air),
juga masalah kesehatan yang berhubungan dengan perubahan
hormon.20,21
Penanganan pasangan yang infertil merupakan masalah medis
yang kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran,
sehingga memerlukan konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula.
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertil
memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuh lagi terpaksa
menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligami atau
bercerai.22,23
Apabila kita perhatikan, banyak sekali faktor-faktor resiko yang
sebetulnya dapat dicegah untuk terjadinya infertilitas. Tujuan lebih lanjut
adalah mencegah terjadinya dampak dari infertil, khususnya dalam bidang
sosial. Melalui penelitian ini diharapkan bahwa wanita menyadari sejak
usia muda pentingnya menjaga kesehatan reproduksi untuk mencegah
timbulnya kasus wanita infertil.
Data mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
infertilitas pada seorang wanita di Indonesia umumnya dan di kota Medan
khususnya masih sangat sedikit. Sebagaimana yang telah dijelaskan
diatas bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infertiltas
berbeda di setiap negara dan daerah, karena tergantung letak geografis,
diharapkan pencegahan, penanganan dan pelayanan bagi kasus-kasus
infertilitas lebih dapat ditingkatkan dan dapat ditangani lebih komprehensip
sehingga penderitaan wanita yang mengalami infertilitas dapat dikurangi.
Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian terhadap faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya infertilitas di salah satu RS Jejaring
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yaitu Klinik Halim Fertility Center.
1.2. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas dimana infertilitas menjadi masalah
global dan faktor- faktor penyebab infertilitas berbeda di setiap negara
dan wilayah yang dipengaruhi keadaan geografis, sosial budaya dan gaya
hidup. Dan masih sedikitnya data-data mengenai penyebab infertilitas di
Indonesia umumnya dan Kota Medan khususnya. Memunculkan
pertanyaan faktor- faktor apakah yang menjadi penyebab infertiltas di
salah satu RS Jejaring Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yaitu Klinik Halim Fertility Center
Medan.
1.3. Tujuan Penelitian: Tujuan Umum:
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab infertilitas
di RS Jejaring Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui jenis infertilitas di RS Jejaring Departemen
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yaitu Klinik Halim Fertility Center
2. Untuk mengetahui kelompok usia wanita yang mengalami
infertilitas di RS Jejaring Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yaitu Halim
Fertility Center.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab
infertilitas di RS Jejaring Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yaitu Klinik
Halim Fertility Center.
4. Untuk mengetahui kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
paling sering pada wanita infertil di RS Jejaring Departemen
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yaitu Klinik Halim Fertility Center.
5. Untuk mengetahui gambaran (analisa) sperma pria yang
mengalami infertilitas di RS Jejaring Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yaitu Klinik Halim Fertility Center.
6. Untuk mengetahui perbandingan faktor-faktor etilogi infertilitas
berdasarkan jenis infertilitas di RS Jejaring Departemen
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
gambaran infertilitas di kota Medan. Hasil penelitian ini dapat dipakai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1
tahun atau lebih dengan catatan pasangan tersebut melakukan hubungan
seksual secara teratur tanpa adanya pemakaian kontrasepsi.3 Mengingat faktor usia merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan
pengobatan, maka bagi perempuan berusia 35 tahun atau lebih tentu tidak
perlu harus menunggu selama 1 tahun. Minimal enam bulan sudah cukup
bagi pasien dengan masalah infertilitas untuk datang ke dokter untuk
melakukan pemeriksaan dasar.
WHO memberi batasan
24 3,25
1. Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita yang
telah berkeluarga meskipun hubungan seksual dilakukan secara
teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling
kurang 12 bulan.
:
2. Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan setelah
berusaha dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita
yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual secara teratur
tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah hamil.
2.2 Epidemiologi
Diperkirakan 85-90% pasangan yang menikah dalam satu tahun
akan mengalami kesulitan untuk menjadi hamil dan mereka ini lah yang
disebut sebagai pasangan infertil. Prevalensi infertilitas yang tepat tidak
diketahui dengan pasti, sangat bervariasi tergantung keadaan geografis,
budaya dan status sosial negara tersebut.
Di Amerika serikat persentase wanita infertil meningkat dari 8,4 %
pada tahun 1982 dan 1988 menurut National Survey of Family Growth
(NSFG) menjadi 10,2 % (6,2 juta) pada tahun 1995. Menurut penelitian
Stephen dan Chandra diperkirakan 6,3 juta wanita di Amerika menjadi
infertil dan diperkirakan akan meningkat menjadi 5,4-7,7 juta pada tahun
2025. Dalam suatu studi populasi dari tahun 2009-2012 diperkirakan akan
terdapat 12-24 % wanita infertil.
25,26
Al Akour dkk
27 28
melaporkan 155 (46,3%) wanita dengan infertilitas primer dan 180 (53,7%) wanita dengan infertilitas sekunder. Di Kuwait,
Ommu dan Omu29 melaporkan data infertiltas primer 65,7% dan 34,3 % wanita dengan infertilitas sekunder. Di Banglades, Akhter dkk30 dari 3184 wanita infertil, 61,9 % wanita dengan infertilitas primer dan 38 % wanita
dengan infertilitas sekunder. Di Jerman, Wischmann dkk31
2.3 Etiologi
dilaporkan 67,6 % wanita dengan infertilitas primer dan 32,4 % dengan infertilitas
sekunder.
Terdapat 5 faktor penyebab infertilitas yang mendasar , yaitu faktor
pasangan pria, faktor servikal, disfungsi ovulasi, adanya masalah pada
rahim, atau organ pelvis pasangan wanita ataupun keduanya dan
menjadi penyebab infertilitas 40 % dari faktor istri, 40 % faktor suami dan
20 % kombinasi dari keduanya.24 Greene CA33
Menurut penelitian yang disampaikan oleh WHO, pasien yang
diteliti dari 33 pusat kesehatan di 25 negara termasuk didalamnya timur
dan barat Eropah, Canada, Australia, Scandinavia, Afrika, Asia, Amerika
Latin dan Mediterania diperoleh kesimpulan bahwa penyebab infertilitas
adalah gangguan fungsi ovarium 33 %, oklusi tuba dan perlengketan tuba
36 %, endometriosis 6 % dan 40 % tidak diketahui penyebabnya.
yang menjadi penyebab
infertilitas adalah faktor tuba dan peritoneum 25-35 %, faktor pria 20-35 %,
faktor ovulasi 15-25 %, unexplained faktor 10-20 %, faktor serviks 3-5 %,
faktor lain(uterus, gaya hidup, BMI, toksin, aktivitas dll) 1-5 %.
Collin dkk
3,19 34
Roupa dkk
melaporkan dari 14.000 wanita yang di diagnosa
infertil, disebabkan oleh gangguan produksi oosit termasuk didalamnya
anovulasi atau oligoovulasi (27 %) , gangguan kualitas sperma sebanyak
(25 %), gangguan pada tuba (22 %), endometriosis (5 %), faktor uterus,
cervix (4 %), infertilitas yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya (17 %).
35
Di Amerika Serikat, dalam sebuah laporan disebutkan penyebab
infertilitas adalah anovulasi, penyakit pada tuba, faktor servix,
endometriosis dan idiopatik dengan persentase yang tidak tetap.
dari 110 wanita yang infertil, faktor-faktor yang
menjadi penyebab infertilitas adalah 27,4 % karena faktor tuba, 24,5 %
karena faktor yang bisa dijelaskan, 20 % karena faktor gangguan ovulasi,
9,1 % karena faktor uterus, 2,7 % karena gangguan fungsi seks, 2,7 %
karena faktor usia.
Penelitian yang dilakukan oleh Aggie37
Selama 20 tahun terakhir terdapat pergeseran penyebab infertilitas,
dari faktor ovarium dan uterus mengarah ke faktor tuba dan infertilitas
pria. Obstruksi dan kerusakan tuba menjadi penyebab 35% pasangan
infertil.
yang meneliti di RS
Immanuel Bandung , melaporkan bahwa yang menjadi faktor yang paling
berperan penyebab terjadinya infertilitas pada seorang wanita adalah
faktor tuba sebanyak 45,5 % wanita, dan gangguan patensi tuba adalah
penyebab gangguan ini.
Erica dkk
38
39, faktor pria penyebab infertilas sebanyak 35 % dan
faktor wanita sebanyak 65 %.
Berdasar jenis infertilitas, faktor-faktor penyebab infertilitas di
cantumkan di tabel dibawah ini :
Tabel 1 Faktor-faktor penyebab infertlitas berdasarkan jenis infertlitas
Penyebab infertil Infertil Primer(%) Infertil sekunder(%) Gangguan Ovulasi
Faktor Pria
Faktor Tuba
Endometriosis
Faktor tidak dijelaskan 20
25
15
10
30
15
20
40
5
20
Berdasarkan. Templeton dkk 40 Management of Infertlity for the MRCOG and beyond 2000
2.3.1 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Infertilitas 2.3.1.1 Faktor Pria 41
Penyebab infertilitas pada pria di bagi menjadi 3 kategori utama
yaitu : a. Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis
primer( hipergonadotropik hipogonadisme) yang disebabkan oleh faktor
genetik (sindrome Klinefelter, mikrodelesi kromosom Y) atau kerusakan
langsung lainnya terkait anatomi (crytorchidism,varikokel), infeksi (mumps
orchitis), atau gonadotoksin. Stimulasi gonadotropin yang tidak adekuat
yang disebabkan karena faktor genetik (isolated gonadotropin deficiency),
efek langsung maupun tidak langsung dari tumor hipotalamus atau
pituitari, atau penggunaan androgen eksogen, misalnya Danazol,
Metiltestoteron (penekanan pada sekresi gonadotropin) merupakan
penyebab lain dari produksi sperma yang buruk.
b. Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi antisperma,
ketidaknormalan biokimia, atau gangguan dengan perlengketan sperma
( ke zona pelusida) atau penetrasi.
c. Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya
vas deferens bilateral, atau sumbatan kongenital atau yang didapat
(acquired) pada epididimis atau duktus ejakulatorius (penanganan interil).
2.3.1.2 Faktor Wanita A. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi jumlahnya sekitar 30-40% dari seluruh kasus
infertilitas wanita. Gangguan-gangguan ini umumnya sangat mudah
didiagnosis menjadi penyebab infertilitas. Karena ovulasi sangat berperan
dalam konsepsi, ovulasi harus dicatat sebagai bagian dari penilaian dasar
pasangan infertil.
Terjadinya anovulasi dapat disebabkan tidak ada atau sedikitnya
produksi gonadotropin releasing hormon (GnRH) oleh hipotalamus ( 40 %
kasus), sekresi hormon prolaktin oleh tumor hipopise (20 % kasus),
PCOS ( 30 % kasus), kegagalan ovarium dini (10%).
7
WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 4 kelas
7 5
1. Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipopise
(hipogonadotropin hipogonadism). Karakteristik dari kelas ini
adalah gonadotropin yang rendah, prolaktin normal, dan
rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10 % dari
seluruh kelainan ovulasi.
2. Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium
(normogonadotropin-normogonadism). Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan
pada gonadotropin namun estradiol normal. Anovulasi kelas
2 terjadi sekitar 85 % dari seluruh kasus kelainan ovulasi.
Manifestasi klinik kelainan kelompok ini adalah oligomenorea
atau amenorea yang banyak terjadi pada kasus PCOS.
Delapan puluh sampai sembilan puluh persen pasien PCOS
akan mengalami oligomenorea dan 30 % akan mengalami
amenorea.
3. Kelas 3 : Kegagalan ovarium ( hipogonadotropin
hipogonadism). Karakteristik kelainan ini adalah kadar
gonadotropin yang tinggi dengan kadar estradiol yang
rendah. Terjadi sekitar 4-5 % dari seluruh gangguan
ovulasi.Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi
akibat gangguan cadangan ovarium (premature ovarian
failure/diminisshed ovarian reserved).
4. Kelas 4 : Kelompok wanita yang mengalami gangguan
ovulasi akibat disfungsi ovarium, memiliki kadar prolaktin
yang tinggi (hiperprolaktinemia).
B. Kelainan Anatomis
Kelainan anatomis yang sering ditemukan berhubungan dengan
infertilitas adalah abnormalitas tuba fallopii dan peritoneum, faktor serviks,
1. Infertilitas faktor tuba dan peritoneum
Selama 20 tahun terakhir terdapat pergeseran penyebab infertilitas,
dari faktor ovarium dan uterus mengarah ke faktor tuba. Faktor tuba dan
peritoneum menjadi penyebab kasus infertilitas yang cukup banyak dan
merupakan diagnosis primer pada 30-40% pasangan infertil.39 Faktor tuba mencakup kerusakan atau obstruksi tuba fallopii, biasanya berhubungan
dengan penyakit peradangan panggul, pembedahan panggul atau tuba
sebelumnya.39 Adanya riwayat PID, abortus septik, ruptur apendiks, pembedahan tuba, atau kehamilan ektopik sebelumnya menjadi faktor
resiko besar untuk terjadinya kerusakan tuba. PID tidak diragukan lagi
menjadi penyebab utama infertilitas faktor tuba dan kehamilan ektopik.4,7 Studi klasik pada wanita dengan diagnosis PID setelah
dilaparoskopi menunjukkan bahwa resiko infertilitas tuba sekunder
meningkat seiring dengan jumlah dan tingkat keparahan infeksi panggul;
secara keseluruhan, insidensi berkisar pada 10-12% setelah 1 kali
menderita PID, 23-35% setelah 2 kali menderita PID, dan 54-75% setelah
menderita 3 kali episode akut PID.
42
Infeksi pelvis subklinik oleh Chlamydia Trachomatis yang
menyebabkan infertilitas karena faktor tuba. Meskipun banyak wanita
dengan penyakit tuba atau perlekatan pelvis tidak diketahui adanya
riwayat infeksi sebelumnya, terbukti kuat bahwa “silent infection” sekali
lagi merupakan penyebab yang paling sering. Penyebab lain faktor
infertilitas tuba adalah peradangan akibat endometriosis, Inflammatory
Bowel Disease, atau trauma pembedahan.
2. Faktor Serviks
Faktor serviks berjumlah tidak lebih dari 5 % penyebab infertilitas
secara keseluruhan. Tes klasik untuk evaluasi peran potensial faktor
serviks pada infertilitas adalah Post Coital Test (PCT). Dibuat untuk
menilai kualitas mukus serviks, adanya sperma dan jumlah sperma motil
pada saluran genitalia wanita setelah koitus, serta interaksi antara mukus
serviks dan sperma.
Serviks berfungsi sebagai barier terhadap mikrobiologi infeksius
dan merupakan saluran sperma ke dalam uterus. Serviks akan memberi
respon secara immunologis bila bertemu dengan mikrobiologi infeksius
namun tidak memberi respon secara immunologik bila bertemu dengan
antigen permukaan spermatozoa.
7
17
Kelainan Serviks yang dapat menyebabkan infertilitas adalah
17
:
1. Perkembangan serviks yang abnormal sehingga dapat
mencegah migrasi sperma
2. Tumor serviks (polip,mioma) dapat menutupi saluran sperma
atau menimbulkan discharge yang mengganggu
spermatozoa.
atau tidak mampu
mempertahankan produk kehamilan
3. Servisitis yang menghasilkan asam atau sekresi purulen
yang bersifat toksin terhadap spermatozoa.
Streptococcus,staphylococcus,gonococcus, tricomonas dan
3. Infertilitas karena faktor Uterus
Kelainan Uterus yang menyebabkan infertilitas antara lain :
1. Septum Uteri7
Hal ini dapat menghambat maturasi normal embrio karena kapasitas
uterus yang kecil. Septum uteri menurut tingkatan berdasarkan
ukuran septum dibagi menjadi 3 kelompok yakni :
- Stadium I : 0-1 cm
- Stadium II : 1-3 cm
- Stadium III : >3 cm
2. Mioma Uteri.
Saat ini, mioma uteri dapat dikaitkan dengan infertilitas pada
5-10% perempuan, dan mungkin menjadi satu-satunya penyebab
infertilitas pada 2-3%, tergantung lokasi, jumlah dan besar dari
mioma itu sendiri.
4
Mioma khususnya mioma submukosa mungkin
mempengaruhi transportasi gamet dengan cara menghalangi ostium
tuba. Pembesaran dari rahim dan distorsi dari kontur uterus mungkin
mempengaruhi implantasi, menyebabkan disfungsional kontraktilitas
uterus, yang pada gilirannya bisa mengganggu dengan migrasi
sperma, transportasi sel telur atau mengganggu nidas
3. Kelainan endometrium, seperti adanya polip, endometritis,
hiperplasia dan perlengketean intrauterin (Sindroma Asherman).
Dalam 1 penelitian yang melibatkan grup wanita infertil
cm), keluaran IVF pada wanita yang diterapi (sebelumnya dilakukan
polipektomi histeroskopi) dan yang tidak diterapi tidak berbeda.
Prevalensi polip pada wanita infertil, ditaksir dari rentetan kasus
dengan temuan diagnostik histeroskopi sekitar 3 – 5%.7
Sindroma Asherman terjadi oleh karena dilakukannya dilatasi dan
kuretase yang merupakan blind procedure sehingga terjadi
intrauterine scar dan akhirnya menjadi sinekhia intrauterin.
Bozdag dkk, mengatakan bahwa penyebab utama dari sindroma Asherman adalah dilakukannya dilatasi dan kuretrade yang mana
merupakan blind method, yang secara respektif persentase insiden
terjadinya sindroma Asherman akibat kuretase adalah 14-36 %.
D. Endometriosis
42
Endometriosis klasik tampak sebagai pigmen hitam-kebiruan
seperti lesi( “powder-burn”) pada permukaan kandung kemih, ovarium,
tuba falopi, kantong rekto-uterina, dan usus besar. Endometriosis non
klasik tampak seperti lesi dan vesikel merah, coklat atau putih.
Endometriosis berat dengan kerusakan tuba falopi dan ovarium
menyebabkan adhesi atau munculnya endometrioma, merupakan
penyebab infertilitas. Selain itu pada endometriosis yang ringanpun
dapat menyebabkan infertilitas melalui beberapa mekanisme, yaitu : 44
1. Produksi prostaglandin sehingga mempengaruhi motilitas tuba atau
dan fungsi korpus luteum.
2. Melalui makrofag peritoneum, ditemukan peningkatan aktifitas
3. Dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan folikel, disfungsi ovulasi
dan kegagalan perkembangan embrio
2.3.1.3 Infertlitas yang tidak dapat dijelaskan (Unexplained Infertility)
Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan merupakan keadaan kurang
normal dari distribusi efisiensi reproduksi atau abnormal dari fungsi
sperma atau oosit, fertilisasi, implantasi, atau perkembangan preembrio
yang tidak dapat terdeteksi dengan metode evaluasi standard. 34,45
Unexplained Infertility dapat diartikan sebagai ketidak mampuan
untuk hamil setelah 1 tahun tanpa ditemukannya suatu abnormalitas
menggunakan prosedur pemeriksaan ginekologis rutin. Insidensi
infertilitas ini berkisar dari 10% sampai paling tinggi 30% di antara
populasi infertil, tergantung dari kriteria diagnostik yang digunakan.
Minimal, diagnosis infertilitas tak teridentifikasi menunjukkan analisis
semen yang normal, bukti objektif adanya ovulasi, rongga uterus yang
normal, serta patensi tuba bilateral. Sebelumnya, diharapkan hasil PCT
yang positif dan penanggalan endometrium “in phase”, tetapi kriteria ini
tidak lagi digunakan
Infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh beberapa faktor-
faktor resiko antara lain:
2.3.1.4 Faktor gaya hidup dan lingkungan
Dapat dimengerti, semua pasangan, terutama pasangan infertil,
maksimal agar mendapat kehamilan. Gaya hidup dan faktor lingkungan
dapat mempengaruhi fertilitas dan harus dipertimbangkan dan
dibicarakan.46 Hampir 62% wanita Amerika kelebihan berat badan dan lainnya 33% obesitas. Kelebihan berat badan didefininsikan dengan
indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari 25; dan yang besar dari 30
disebut obesitas.47 Abnormalitas dari sekresi GnRH dan gonadotropin relatif sering pada berat badan lebih, obesitas dan yang berat badan
kurang (BMI kurang dari 17). Hubungan antara BMI dan kesuburan pada
pria belum diteliti secara rinci.
Frekuensi obesitas pada wanita dengan anovulasi dan suatu
ovarium polikistik telah dilaporkan adalah berkisar dari 35% hingga 60%.
Obesitas berkaitan dengan tiga perubahan yang mengganggu ovulasi
normal dan penurunan berat badan akan memperbaiki tiga keadaan
tersebut :
47
a. Peningkatan aromatisasi perifer dari androgen menjadi
estrogen.
47
b. Penurunan kadar glubulin pengikat hormon seks (Sex
Hormone Binding Globulin [SHBG], menghasilkan
peningkatan kadar estradiol dan testosteron bebas.
c. Peningkatan kadar insulin yang dapat merangsang produksi
androgen oleh jaringan stroma ovarium
Beberapa hal yang dapat dikontrol pasangan adalah
penyalahgunaan zat; merokok adalah yang terpenting. Banyak yang tidak
kesuburan dan kehamilan.48 Motivasi pasangan untuk memaksimalkan ferlititas mereka memberikan kesempatan emas untuk mendidik mereka
dan menetapkan strategi penghentian rokok.
Bentuk lain penyalahgunaan zat juga dapat mempengaruhi
infertilitas. Marijuana menghambat sekresi dari GnRH dan dapat menekan
fungsi reproduksi dari pria dan wanita.
48
46
Pada wanita, marijuana dapat
menganggu fungsi ovulasi. Pengunaan kokain dapat merusak
spermatogenesis dan berkaitan dengan peningkatan resiko penyakit tuba.
Konsumsi alkohol yang berat pada wanita biasa menurunkan fertilitas;
pada pria telah dikaitkan dengan penurunan kualitas semen dan impoten.
Asupan alkohol dalam jumlah yang sedang juga mengurangi fekundabilits,
walaupun hasil penelitian masih bertentangan. Pada pria dan wanita,
walau pada jumlah yang sedang, konsumsi alkohol berkaitan dengan
angka kehamilan yang lebih rendah dengan ART. Penelitian tidak berhasil
memastikan dampak buruk kafein (lebih dari 250mg/hari, 2 minuman
standard) terhadap fertilitas, walaupun kadar yang lebih tinggi dapat
meperlambat kehamilan atau meningkatkan terhentinya kehamilan.
Data yang ada menunjukkan bahwa dampak merokok pada
fertilitas bergantung dosis. Mekanisme yang terlibat dapat meliputi
akselerasi deplesi folicular, abnormal siklus atau mutugenesis gamet atau
embrio yang diinduksi oleh toxin pada rokok. Hubungan kausal antara
rokok dan infertilitas wanita belum dilakukan. Penelitian menunjukkan 13%
wanita infértil berhubungan dengan rokok.
4,46
2.3.1.5 Umur dan Infertilitas Wanita
Penelitian mengenai fertilitas pada populasi Hutterite menunjukan
kesuburan menurun sesuai dengan pertambahan umur. Dimana angka
fertilitas rendah 2,4%,11% wanita tidak melahirkan anak setelah umur 34,
33% infertil pada umur 40, dan 87% infertil pada umur 45.
Dengan meningkatnya usia, semakin sulit pula untuk mendapatkan
anak. Usia 20-24 tahun fertilitas wanita mencapai 100 %, Usia 30-34
tahun, fertilitas wanita 85 %. Usia 35-39 tahun fertilitas wanita tinggal 60
%. Pada usia 40-44 tahun fertilitas wanita tinggal 25 %.
4,25
17
2.3.2 Dampak Sosial Budaya pada Perempuan yang Mengalami Infertilitas
Pada tingkat sosial, dalam banyak kebudayaan infertilitas
berhubungan dengan stigma sosial dan merupakan sesuatu hal tabu
untuk dibicarakan, pasangan yang tidak bisa mempunyai anak, dianggap
melanggar norma-norma sosial yang dapat mengakibatkan perceraian,
sehingga pasangan yang subur kemungkinan memiliki anak dengan
pasangan barunya.
Pada kebudayaan Afrika, perempuan harus menangguang beban
kemunduran reproduksi, penyebab kegagalan reproduksi termasuk
masalah infertilitas, kesedihan, frustasi, tekanan perkawinan, stigma sosial
dan beberapa kasus yang mengancam jiwa. Infertilitas di budaya Afrika
dihubungkan juga dengan domain kehidupan sosial, termasuk
kekerabatan, warisan, pola perceraian dan status ekonomi.
48
Dampak psikologis yang dialami menyangkut kondisi internal,
hubungan interpersonal dan seksual suami istri. Berdasarkan beberapa
penelitian mengungkapkan bahwa infertilitas yang dialami oleh seorang
istri akan menimbulkan dampak psikologis yang cukup berat. Dampak
psikologis yang dialami yaitu munculnya perasaan frustasi, depresi,
isolasi, marah, dan rasa bersalah perasaan tidak sempurna dan kurang
berarti. Selain itu infertilitas berdampak buruk terhadap hubungan suami
istri. Mereka menjadi jauh satu sama lainnya, hubungan menjadi kurang
harmonis, kehidupan seks antara suami tidak lagi hangat dan mesra.50
2.4. Diagnosis Infertilitas
Investigasi infertilitas biasanya segera dilakukan ketika pasangan
datang untuk konsultasi pertama kali. Jika pasangan telah melakukan
usaha untuk memperoleh kehamilan selama kurang dari 1 tahun, maka
pengajuan beberapa pertanyaan guna memastikan permasalahan utama
sangatlah bermanfaat, pertanyaan yang dapat diajukan antara lain
mengenai ketidakteraturan siklus menstruasi, riwayat adanya bedah
pelvis, atau orkidopeksi yang tidak bisa dihindari. Jika riwayat medis
pasangan hasilnya normal, maka pasien harus diberi penjelasan
mengenai harapan peluang kehamilan kumulatif selama satu periode
waktu dan investigasi sebaiknya ditunda sampai pasangan telah
a. Tahap Pertama (Fase I)
1. Pemeriksaan riwayat infertilitas (anamnesis).
Anamnesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari penyebab
infertilitas pada wanita. Faktor-faktor penting yang berkaitan dengan
infertilitas yang harus ditanyakan kepada pasien adalah mengenai usia
pasien, riwayat kehamilan sebelumnya, panjang siklus haid, riwayat
penyakit sebelumnya dan sekarang, riwayat operasi, frekuensi koitus dan
waktu koitus.
Perlu juga diketahui pola hidup dari pasien mengenai alkohol,
merokok dan stress. Hal ini semua dapat mempengaruhi terjadinya
infertilitas.
2. Pemeriksaan fisik
5,14
Penghitungan indeks massa tubuh (Body Mass Index (BMI))
dihitung dari tinggi dan berat badan (kg/m2) – kisaran normal BMI adalah
20-25 kg/m2. Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat
memberikan petunjuk mengenai penyakit sistemik ataupun masalah
endokrin .
Wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur dan tampilan
fisik obesitas mungkin saja berhubungan dengan diagnosis SOPK. Pada
umumnya wanita dengan tampilan overweight atau obesitas mengalami
kelainan berupa resistensi insulin atau bahkan sindroma metabolik..
Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal sebaiknya diamati.
4
Tabel 2 Kelainan Fisik yang Penting pada Pemeriksaan Infertilitas Wanita
Kelainan fisik yang penting pada pemeriksaan infertilitas wanita 22
• Ciri-ciri gangguan endokrin - Jerawat, hirsutisme, kebotakan - Acanthosis nigrican
- Virilisasi
- Gangguan lapang pandang - Gondok, ciri penyakit tiroid • BMI
• Tekanan Darah
• Persyaratan Kesehatan untuk tindakan anestesi • Urinalisis
• Pemeriksaan payudara: benjolan, galakthorrhea • Dapat dilakukan Cervical smear jika diperlukan
• Pemeriksaan abdominal: massa, luka, striae, hirsutisme
• Pemeriksaan pelvis - Perkembangan kelainan/anomali - Nodul endometriosis vaginal
- Adanya rasa sakit ketika disentuh (tenderness)
- Mobilitas uterus - Massa
- Endocervical swab
- Pemeriksaan rectal jika diperlukan
3. Penilaian ovulasi
Penentuan penyebab infertilitas merupakan kunci pengobatan
karena hal tersebut akan menghasilkan laju kehamilan kumulatif yang
menyerupai laju kehamilan pada wanita normal di usia yang sama.
Sangatlah penting untuk memastikan apakah ovulasi terjadi (Tabel 3).
Cara yang optimal untuk mengukur ovulasi pada wanita yang memiliki
siklus menstruasi yang tidak teratur adalah dengan mengkombinasikan
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (luteinizing hormone) pada
fase folikular dan progesteron pada fase luteal.
Tabel 3 Pemeriksaan Ovulasi 22
4. Uji pasca senggama (UPS)
Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana tetapi dapat
memberi informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah
serviks. UPS dilakukan 2 – 3 hari sebelum perkiraan ovulasi
dimana “spin barkeit” dari getah serviks mencapai 5 cm atau lebih.
Pengambilan getah serviks dari kanalis endo-serviks
dilakukan setelah 2 – 12 jam senggama. Pemeriksaan dilakukan di
bawah mikroskop. UPS dikatakan positif, bila ditemukan paling
sedikit 5 sperma perlapangan pandang besar (LPB). UPS dapat
memberikan gambaran tentang kualitas sperma, fungsi getah
serviks dan keramahan getah serviks terhadap sperma.22
Tanda siklus ovulasi
• Ovulasi dipastikan terjadi bila kehamilan terjadi
• Siklus teratur dengan variasi siklus tidak lebih dari 2 hari – 95% kemungkinan besar mengalami ovulasi.
• Serum progesteron pertengahan luteal (mid-luteal) > 30 nmol/L • Pemantauan folikulogenesesis dan ovulasi dengan ultrasound • Deteksi lonjakan LH (LH surge) pada urine
• Suhu tubuh basal (Basal Body Temperature/BBT) (penuh tekanan) • Mittelschmerz
• Penipisan mukus servik
b. Tahap Kedua (Fase II)
Histerosalpingografi (HSG)
Infertilitas tuba didiagnosa sekitar 15%-50% pada pasangan
subfertil. Histerosalpingografi sinar-X (HSG) memberikan gambar
rongga uterus dan tuba Fallopi. HSG merupakan uji pendahuluan
yang paling sederhana untuk menggambarkan rongga uterus dan
tuba Fallopi dan sedikit komplikasi. Pada tahap ini dilakukan
pemeriksaan HSG untuk menilai patensi tuba.22
Pada suatu metaanalisis dari 20 studi yang membandingkan
HSG dan laparoskopi ditemukan bahwa sensitivitas dan
spesivisitas HSG untuk patensi tuba secara berturut-turut adalah
0.65 dan 0.83.
22
Gambar 2 Hasil pemeriksaan histerosonografi (A) Hydrosalping bilateral
(B) Tuba Paten
Hysterosalpingo-contrast sonography (HyCoSy)
Saat ini HSG menggunakan ultrasonografi dan medium
kontrasultrasound yang mengandung mikropartikel galaktosa mungkin
Prosedur sebaiknya dilakukan dalam cara dan waktu yang sama di dalam
siklus seperti pada HSG konvensional. Tidak hanya patensi tuba saja
yang dapat diperiksa tetapi juga sebelum diinjeksikan agen kontras,
ultrasound dapat memvisualisasikan morfologi ovarium dan abnormalitas
jaringan lunak, seperti fibroid atau kelainan cacat bawaan uterus dan
servik.
c. Tahap Ketiga (Fase III)
22
Laparoskopi
Akhir-akhir ini laparoskopi dianggap cara terbaik untuk menilai
fungsi tuba falopi. Laparoskopi memberikan gambaran panoramik
terhadap anatomi reproduktif panggul dan pembesaran dari permukaan
uterus, ovarium, tuba, dan peritoneum. Oleh karenanya, laparoskopi dapat
mengidentifikasi penyakit oklusif tuba yang lebih ringan (aglutinasi fimbria,
fimosis), adhesi pelvis atau adneksa, serta endometriosis yang dapat
mempengaruhi fertilitas yang tidak terdeteksi oleh HSG.22
2.5 Kerangka Konsep
Infertilitas 1. Infertilitas Primer 2. Infertilitas Sekunder
1. Faktor Pria (tunggal) 2. Faktor wanita (tunggal) - Faktor Gangguan Ovulasi - Faktor Tuba
- Faktor Uterus - Faktor serviks 3 Multi faktor (wanita)
4 .Multi Faktor (wanita dan pria
5. Faktor yang tidak dapat dijelaskan(Unexplained)
USIA KebiasaanMerokok,alkohol
Aktifitas IMT> Normal
Lingkungan (Toksin)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif melalui pendekatan metode
pengumpulan data dari rekam medik di salah satu RS jejaring
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU yaitu Klinik Halim Fertility
Center
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu RS Jejaring Departemen
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yaitu Klinik Halim Fertility Center. Waktu Penelitian mulai bulan
Mei-Agustus 2014.
3.3 Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah semua pasangan yang
didiagnosis dengan infertil yang pernah berkunjung ke Klinik Halim Fertility
Center periode 1 Januari 2012-31 Desember 2013 .
3.4. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling, semua
catatan medis pasien yang berobat untuk infertilitasnya selama rentang
waktu 1 Januari 2012- 31 Desember 2013 diteliti dan dimasukkan dalam
3.5 Besar Sampel
Semua pasien yang berobat karena infertilitasnya dan menjalani
prosedur pemeriksaan di salah satu RS jejaring Departemen Obstetri
dan Ginekologi FK USU yaitu Klinik Halim Fertility Center Medan.
3.6 Definisi Operasional
1. Lama infertilitas dihitung dalam tahun, yang dihitung mulai saat
tanggal menikah sampai saat pemeriksaan.
2. Penyebab infertilitas dibedakan menjadi infertilitas karena Faktor
wanita (tunggal) yaitu (faktor tuba, faktor gangguan ovulasi, faktor
serviks, faktor uterus, endometriosis), faktor pria, tidak dapat
dijelaskan/unexplained, multifaktor wanita dan pria, multifaktor
wanita saja (lebih dari satu penyebab) dan faktor-faktor diatas
dipengaruhi oleh umur, BMI.
3. Jenis Infertilitas dibedakan menjadi infertilitas primer dan infertilitas
sekunder
- Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita
yang sudah berkeluarga meskipun hubungan seksual
dilakukan secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk
selang waktu paling kurang 12 bulan
- Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan setelah
berusaha dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang
wanita yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual
secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi
4. Usia adalah usia penderita ketika didiagnosa mengalami infertilitas.
Cara ukur adalah observasi. Alat ukur adalah dengan
menggunakan rekam medis. Hasil Ukur adalah adalah
dikelompokkan sebagai :
1. ≤ 25 tahun
2. 25-34 tahun
3. 35-44 tahun
4. > 44 tahun
5. Indeks massa tubuh berdasarkan perhitungan adalah berat badan
(kilogram) dibagi tinggi badan (meter) pangkat dua. Hasil ukur
dikelompokkan menurut kriteria WHO.
Kategori
51
IMT(kg/m2)/m2)
Underweight < 18,5
Normoweight 18,5-24,9
Overweight >25-29,9
Obesity ≥ 30
3.7. Etika Penelitian 1. Anonymity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data
2. Confidentiality
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
3.8. Alur Penelitian
3.9 Teknik Analisa Data
Analisa data berdasarkan data yang dikumpulkan melalui data
sekunder yang dikumpulkan melalui rekam medik pasien yang berobat
dari Januari 2012- Desember 2013. Data disajikan dalam bentuk
tabel-tabel distribusi frekuensi lalu dianalisa untuk mengetahui faktor- faktor
yang menyebabkan terjadinya infertilitas , kemudian dilakukan analisa
untuk mengetahui faktor-faktor apa yang paling berpengaruh terhadap
terjadinya infertilitas primer dan sekunder
Data Rekam Medis Wanita Infertil
Pencatatan karakteristik pasien dan faktor-faktor penyebab infertilitas
Tabulasi data ke dalam tabel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan
mengumpulkan data-data dari rekam medis pasien di salah satu RS
jejaring Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU yaitu Halim Fertility
Center mulai periode 1 Januari 2012 sampai dengan Desember 2013.
Dalam periode waktu tersebut diatas, dijumpai sebanyak 630
pasien yang infertil yang diikut sertakan dalam penelitian ini. Gambaran
karakteristik pasien infertil ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel 1 Karakteristik pasangan wanita
Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%) Usia
usia ini merupakan puncak kesuburan wanita. Siap secara fisik maupun
mental. Sehingga dalam upayanya untuk memperoleh keturunan
memperoleh kegagalan menyebabkan banyak wanita pada rentang usia
seperti ini datang ke klinik untuk mengetahui penyebab dari infertilitasnya.
Kemudian diikuti kelompok usia 35-44 tahun sebanyak 30,6 % dan yang
paling rendah pada usia diatas 44 tahun.
Penelitian mengenai fertilitas menunjukkan bahwa kesuburan
menurun sesuai dengan bertambahnya umur. Sebanyak 11% wanita tidak
melahirkan anak setelah umur 34 tahun, 33 % infertil pada umur 40 tahun,
dan 87 % infertil pada umur 45 tahun walaupun tanpa kontrasepsi.
Boivin dkk
51 2
dari 3583 wanita dari 14 penelitian yang telah
dilakukan, umur wanita yang paling banyak mengalami infertilitas pada
rentang usia 29,7-36,8 tahun. Angka infertilitas di Indonesia yang
dikemukan oleh Sumapraja berkisar (12-15 %).13 Kuwait, Ommu dan Omu29 92, 9 % wanita yang infertil berada pada rentang waktu 19-39 tahun.
Banyaknya pasangan infertilitas di Indonesia dapat di perhitungkan
dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak
yang masih hidup. Menurut sensus penduduk terdapat (12 %) baik di desa
maupun di kota atau sekitar 3 juta pasangan infertil tersebar di seluruh
Indonesia, dari Jumlah tersebut terdapat perempuan infertil 15% pada
selama > 12 bulan secara teratur dan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi.
Tingginya infertilitas pada usia reproduksi yang berkunjung ke klinik
hal ini disebabkan karena pada masa usia seperti inilah banyak pasangan
ingin memperoleh kehamilan. Secara teori ini adalah puncak reproduksi
seorang wanita sehingga ketika kehamilan tidak didapatkan berarti hal ini
menunjukkan adanya gangguan atau masalah dalam fungsi reproduksi
kedua pasangan.
Berdasarkan kelompok BMI, tabel diatas menggambarkan bahwa
kelompok normoweight memiliki frekuensi terbesar sebanyak (54,8 %)
kemudian diikuti kelompok overweight sebanyak (30 %) , kelompok
obesity sebanyak (11,7 %) dan yang paling sedikit pada kelompok
underweight 22 orang (3,5%). Hasil ini hampir sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Aggie37
Beberapa kebiasaan individu (gaya hidup) dianggap sebagai faktor
resiko terjadinya infertilitas, seperti konsumsi alkohol dan kebiasaan
merokok. Kebiasaan merokok akan berpengaruh terhadap infertilitas
seorang wanita dimana rokok dianggap berpengaruh dalam proses
folikulogenesis pada saat implantasi,pada proses steroidogenesis,
perkembangan implantasi embrio, disfungsi tuba fallopi, aliran darah ke
uterus dan aktivitas miometrium.
yang meneliti di RS Immanuel Bandung
yang paling banyak termasuk kedalam kategori normoweight yaitu
sebanyak 63 kasus (56%) dari 112 pasien yang diteliti.
52
Selain faktor gaya hidup diatas faktor
berasal dari lingkungan dan zat kimia dari lingkungan pekerjaan
merupakan faktor resiko terjadinya infertilitas.
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa peran berat badan
mempengaruhi infertilitas seorang wanita. Dimana abnormalitas dari
sekresi GnRH relatif sering pada berat badan yang lebih, obesitas dan
berat berat badan yang kurang..Namun berat badan bukanlah faktor
resiko yang paling berperan membuat seorang wanita menjadi infertil.
53
Tabel 4.2 Sebaran jenis infertilitas dan lama infertilitas
Jumlah (n) Persentase (%) Jenis infertilitas
Infertilitas Primer Infertilitas Sekunder
Lama Infertilitas ≤ 3 tahun
> 3 tahun
489 141
245 385
77,6 22,4
38,9 61,1
Total 630
Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis diagnosa infertilitas yang terbanyak adalah infertilitas primer sebanyak 489 orang (77,6 %) dan
infertilitas sekunder sebanyak 141 orang (22,4%).
Gunnel dkk menyebutkan bahwa wanita yang mengalami
infertilitas primer sebanyak (50 %) akan bekunjung ke dokter untuk
memeriksakan dirinya dan hanya (34 %) wanita yang mengalami
Hal ini hampir sama dengan penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya. Samiha M dkk15 melaporkan dari 215 pasangan yang infertil terdapat 172 kasus(80 %) pasangan yang mengalami infertilitas primer
dan 43 kasus( 20 %) pasangan yang mengalami infertilitas sekunder.
Mosher16 melaporkan dari semua wanita yang mengalami infertilitas di Amerika Serikat, infertilitas primer terdapat 65 % wanita dan infertilitas
sekunder terdapat 35 % wanita. Di Kuwait, Ommu dan Omu29 melaporkan data infertiltas primer 65,7% dan 34,3 % wanita dengan infertilitas
sekunder. Di Banglades, Akhter dkk30 dari 3184 wanita infertil, 61,9 % wanita dengan infertilitas primer dan 38 % wanita dengan infertilitas
sekunder. Di Jerman, Wischmann dkk31
Penelitian yang dilakukan oleh Aggie
dilaporkan 67,6 % wanita dengan infertilitas primer dan 32,4 % dengan infertilitas sekunder.
37
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa infertilitas primer merupakan
kasus yang paling banyak datang untuk memeriksakan gangguan fungsi
reproduksinya. Karena kebutuhan hadirnya seorang anak merupakan hal
yang sangat penting dalam pasangan yang sudah menikah, sehingga
ketika kehadiran seorang anak belum didapatkan hal ini menimbulkan
kekhawatiran akan terganggunya fungsi reproduksi kedua pasangan yang
meyebabkan mereka datang ke dokter. Supaya keinginan mereka untuk yang meneliti di RS
Immanuel Bandung dari 112 pasien wanita yang mengalami infertilitas,
kasus infertilitas primer sebanyak 70,5 % dan infertilitas sekunder
kenapa infertilitas primer banyak ditemukan pada berbagai penelitian yang
sudah ada.
Sedikit bertolak belakang dengan hasil yang diperoleh oleh Al
Akour dkk28
Berdasarkan sebaran lamanya infertilitas yang dialami, pasien
yang telah mengalami infertilitas selama kurang atau sama dengan 3
tahun sebanyak 245 pasien (38,9 %) dan lama infertilitas lebih dari 3
tahun sebanyak 385 kasus (61,1 %).
melaporkan 155 (46,3%) wanita dengan infertilitas primer dan 180 (53,7%) wanita dengan infertilitas sekunder. Hal ini disebabkan
tingginya angka infeksi menular seksual sehingga fungsi tuba yang pada
awalnya bagus karena periode infeksi yang berulang akan menggangu
fungsinya. Sehingga yang tadinya sudah punya anak, dan ingin memiliki
anak lagi akan memperoleh kegagalan jika fungsi dari tubanya sudah
mengalami gangguan.
Hal yang hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Al
Akour dkk28
Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan
kehamilan menunjukkan bahwa 32,7 % hamil dalam satu bulan pertama,
57 % dalam 3 bulan, 72,7 % dalam 6 bulan, 85,4 % dalam 12 bulan dan
93,4 % dalam 24 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan,
makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter
baru mengganggap ada masalah infertilitas jika pasangan yang ingin melaporkan hasil penelitiannya dari 335 wanita yang diteliti durasi infertilitas < 2 tahun sebanyak (43,6 %) dan durasi ≥ 2 tahun
punya anak itu telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan lebih
dari 12 bulan bahkan menunggu hingga 24 bulan .
Hasil diatas dapat menginformasikan bahwa semakin lama seorang
wanita tidak memperoleh keturunan maka kecendrungan untuk
mangalami infertilitas akan semakin tinggi karena selayaknya seorang
wanita yang telah menikah paling lama 2 tahun setelah menikah lebih dari
90 % akan hamil dan jika tidak maka patut dicurigai adanya gangguan
dalam fungsi reproduksinya.
40
Tabel 4.3 Sebaran frekuensi faktor-faktor penyebab infertilitas Penyebab Infertilitas Jumlah (n) Persentase (%) Faktor wanita (tunggal)
Faktor tuba
Multi faktor (wanita)
Multi faktor (wanita dan
pria)
Tabel diatas menunjukkan bahwa penyebab infertilitas yang paling
banyak adalah faktor pria (34,8 %) kemudian berturut-turut multi faktor
(wanita dan pria) (17,5 %), gangguan ovulasi (16%), unexplained infertility
(11,4 %), faktor tuba (10,3 %), faktor uterus (6,5 %) , multifaktor (wanita)