BOGOR
FEBIOLA DIAH PRATIWI
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
BOGOR
FEBIOLA DIAH PRATIWI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
(Solanum torvum Swartz) di Kampung Gunung Leutik Ciampea Bogor.
Dibimbing oleh EDHI SANDRA dan AGUS HIKMAT.
Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik telah melakukan upaya pelestarian pemanfaatan tumbuhan takokak (Solanum torvum Swartz) melalui kegiatan pembudidayaan. Namun akibat rendahnya pemanfaatan tumbuhan takokak oleh masyarakat, keberadaan tumbuhan takokak kurang diperhatikan oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan tingkat pemusnahan terhadap tumbuhan takokak menjadi tinggi sehingga apabila kondisi ini terus berlangsung maka dikhawatirkan suatu saat tumbuhan ini akan mengalami kepunahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan buah takokak yang dilakukan masyarakat, mengetahui status dan kondisi tumbuhan takokak, mengukur produktivitas buah takokak, dan merumuskan program pengembangan tumbuhan takokak yang ada di Kampung Gunung Leutik Bogor.
Penelitian dilakukan di Kampung Gunung Leutik Ciampea Bogor mulai tanggal 08 April - 27 Mei 2012. Penelitian dilakukan terhadap tumbuhan takokak (Solanum torvum Swartz) di Kampung Gunung Leutik Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan panduan wawancara, observasi lapang, pemanenan terhadap 10 sampel tumbuhan takokak, dan studi literatur. Responden ditentukan secara purposive sampling. Jumlah responden sebanyak 20 orang yang terdiri atas 10 orang kader TOGA dan 10 orang warga bukan kader TOGA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pengolahan buah takokak yang dilakukan responden adalah dengan cara dimasak sebagai sayur dan tanpa mengalami pengolahan. Sedangkan cara penggunaan buah takokak dilakukan dengan cara dimakan. Responden memanfaatkan buah takokak yang bersumber dari tumbuhan takokak liar maupun budidaya yang ada di Kampung Gunung Leutik. Kelompok penyakit terbanyak yang diketahui responden dengan memanfaatkan buah takokak adalah prostat dan mata. Sebagian besar tumbuhan takokak yang ada di Kampung Gunung Leutik berada dalam kondisi tumbuh baik dan merupakan tanaman budidaya. Tumbuhan takokak mampu menghasilkan buah rata-rata sebanyak 1,14 kg/tumbuhan dalam sekali panen. Program pengembangan pemanfaatan buah takokak yang dapat dilakukan yaitu penguatan kelompok TOGA, penyuluhan pemanfaatan takokak, budidaya takokak, pembuatan simplisia, dan pemasaran takokak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara umum masyarakat Kampung Gunung Leutik belum memanfaatkan buah takokak walaupun sebagian besar tumbuhan takokak tumbuh baik dan merupakan tanaman budidaya. Produktivitas buah takokak di Kampung Gunung Leutik tergolong sedang, dan program pengembangan pemanfaatan buah takokak yang dapat dilakukan yaitu penguatan kelompok TOGA, penyuluhan pemanfaatan takokak, budidaya takokak, pembuatan simplisia, dan pemasaran takokak.
(Solanum torvum Swartz) in the Village of Gunung Leutik Ciampea Bogor.
Under supervision of EDHI SANDRA and AGUS HIKMAT.
The village of family Medicinal plants Conservation (TOGA) Gunung Leutik has made efforts to conserve on the utilization of takokak plant (Solanum Torvum
Swartz) through farming activities. However, due to the low on utilization of takokak plant by communities, the presence of plants takokak are less noticed by the people, it causes that the rate of destruction of takokak plants, so that if this condition continue to take place hence felt concerned about in a moment this plant will experience of destruction .This research aims to identify the use of fruit that has been done by villagers, to know the the condition of the takokak plants and to know the status and condition of takokak plant, to measure the productivity in takokak fruit, and to formulate development programs on takokak plants in the village of Gunung Leutik Bogor.
The research was conducted in the village of Gunung Leutik Bogor, starting from April to May 2 2012. It was conducted on takokak plants (Solanum torvum Swartz) in the village of Gunung Leutik Bogor. The data collecting was done by interview using the questionares, field observation, harvesting on 10 samples of the plants and literature studies. The respondents were chosen by the purposive sampling. The number of respondents are 20 citizens consisting of 10 from cadres and 10 from non cadres of TOGA.
The results showed that the way of processing takokak fruit conducted by the respondents was boiled as vegetables and without doing the steps of standard processing . While the way of usage on takokak is that the respondents eat directly. Respondents utilise takokak fruit from the source of plants that grow wildly or are from cultivating in the Village of Gunung Leutik Bogor. Most diseases that are known to use takokak fruit by respondents are for curing the problem of prostate and eyes. The condition of most takokak plants is growing well and growing as cultivation plants. Takokak plants can produce in the average of 1.14 kg/plant in one harvest. The development program of utilization of takokak fruits to do by strengthening of the TOGA, counseling on utilization of takokak to the general public, making simplicia and marketing on takokak. The conclusion of this research is in general community of Gunung Leutik Village have not use takokak fruit, although most of takokak plants grows well and is a cultivated plant. The productivity of takokak in the village of Gunung Leutik can be classified as medium, and the development program of utilization of takokak fruits to do by strengthening of the TOGA, counseling on utilization of takokak, making simplicia and marketing on takokak.
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pelestarian Pemanfaatan Buah Takokak (Solanum torvum Swartz) di Kampung Gunung Leutik Ciampea Bogor adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2012
Judul Skripsi : Pelestarian pemanfaatan buah takokak (Solanum torvum Swartz) di Kampung Gunung Leutik Ciampea Bogor
Nama : Febiola Diah Pratiwi
NIM : E34080032
Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ir. Edhi Sandra, M.Si Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F NIP. 19661019 199303 1002 NIP. 19620918 198903 1002
Mengetahui :
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 195809151984031003
Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunia dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelestarian Pemanfaatan Buah Takokak (Solanum torvum Swartz)
di Kampung Gunung Leutik Ciampea Bogor”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai pemanfaatan salah satu potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik Ciampea Bogor berupa tumbuhan takokak. Potensi tumbuhan takokak khususnya dalam bentuk buah takokak dan pemanfaatannya belum banyak diketahui masyarakat. Potensi buah takokak bukan hanya meliputi manfaat buah takokak yang diketahui untuk pengobatan, namun juga berbagai cara pemanfaatan buah takokak tersebut oleh masyarakat serta habitat tempat tumbuhan takokak tersebut tumbuh. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi suatu acuan bagi upaya pengembangan pemanfaatan buah takokak melalui program-program, sehingga buah takokak dapat lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Kampung Gunung Leutik Bogor khususnya.
Begitu besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan data tentang pemanfaatan buah takokak. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.
Bogor, September 2012
Febiola Diah Pratiwi dilahirkan di Bekasi, 7 Februari 1991. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs. Sugijanto dan Ibu Endang Purwati. Pendidikan formal ditempuh di TK Nurul Hidayah, SD Negeri Bekasi Jaya IX, MTs Negeri 1 Bekasi, dan SMA Korpri Bekasi. Pada tahun 2008, penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis menyadari banyak mengalami kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Namun dengan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan walaupun mungkin penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada :
1. Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si dan Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F atas bimbingannya selama penyusunan skripsi ini;
2. Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, M.Si selaku dosen penguji dan Bapak Dr. Ir. Harnios Arief, M.Sc selaku ketua siding atas kritik dan saran bagi perbaikan skripsi ini;
3. Kedua orang tua (Bapak Drs. Sugijanto dan Ibu Endang Purwati), yang merupakan motivasi terbesar dalam penyelesaian skripsi ini, serta kakak (Noviana Ika Prasetya) beserta keluarga, dan adik (Yunita Miftahanifah) atas segala dukungan yang diberikan;
4. Ibu Sekar, Ibu Imas, dan Bapak Yusuf selaku pengurus TOGA atas semua bantuan selama pengambilan data;
5. Masyarakat Kampung Gunung Leutik atas kesediaannya memberikan informasi yang dibutuhkan penulis;
6. Staf tata usaha serta pegawai perpustakaan Departemen Konservasi sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan bantuannya sehingga memudahkan penulis mendapatkan data-data yang dibutuhkan;
7. Teman-teman dan sahabat, Annieke stevani, Desty Sri Kurnia, Widya Prajawati, Siti Rayhani, Rima Febria, Dina Oktavia, Siti Munawaroh, Febbi Nurdia, Debora Fretty Marpaung, Nia Kurniasih, Kak Muhammad Yunus Ardian Saputra, Bang Ahmad Jamhari Rahmawan, Mbak Rahma Amalia, Winda Lukitasari, Aditya Alawiyah, dan Latifah Nuraini untuk kasih sayang, keceriaan, dan semangat yang diberikan;
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………. i
DAFTAR ISI………... ii
DAFTAR TABEL………... iv
DAFTAR GAMBAR………... DAFTAR LAMPIRAN………...
v vi BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang……….
1.2Tujuan………..
1.3Manfaat………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioekologi Takokak (Solanum torvum Swartz)…………... 2.1.1 Morfologi dan taksonomi……… 2.1.2 Ekologi dan penyebaran……….. 2.2 Budidaya……….. 2.3 Sifat Organoleptik dan Efek Farmakologi/ Manfaat
Empirik………. 2.4 Kandungan Kimia……… 2.5 Kegunaan………. 2.6 Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat………... 2.6.1 Usaha pelestarian tumbuhan obat………... 2.6.2 Pemanfaatan tumbuhan obat………... 2.6.3 Prinsip pelestarian pemanfaatan……….. 2.6.4 Garis besar program pelestarian pemanfaatan
tumbuhan obat………. 2.7 Produktivitas Tanaman……… BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Letak dan Luas Kawasan………. 3.2 Topografi, Iklim, dan Tanah………
1 2 2
3 3 4 4
4 5 5 5 5 6 8
9 10
3.3 Kondisi Demografi, Sosial, dan Ekonomi………... 3.4 Keadaan Sarana dan Prasarana untuk Kesehatan…………. BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian……….. 4.2 Objek dan Alat………. 4.3 Metode Pengambilan Data………... 4.3.1 Jenis data yang dikumpulkan……….. 4.4 Prosedur Pengambilan Data………. 4.4.1 Pemanfaatan buah takokak……….. 4.4.2 Status dan kondisi tumbuhan takokak………. 4.4.3 Produktivitas buah takokak………. 4.4.4 Program-program pengembangan tumbuhan takokak yang telah dilakukan………... 4.5 Analisis Data……… 4.5.1 Kondisi tumbuhan takokak………. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………
5.1 Karakteristik Responden……….. 5.2 Pemanfaatan Buah Takokak………. 5.2.1 Karakteristik pemanfaatan buah takokak……… 5.2.2 Sumber pengetahuan pemanfaatan buah takokak sebagai buah yang berkhasiat obat……….. 5.3 Status dan Kondisi Tumbuhan Takokak……….. 5.4 Produktivitas Buah Takokak……… 5.5 Program Pengembangan Pemanfaatan Buah Takokak…… BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………...
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Pemanfaatan lahan/ penggunaan lahan di Desa Benteng……….. 13 2 Jumlah penduduk Desa Benteng……… 13 3 Jenis mata pencaharian penduduk Desa Benteng………... 14 4 Jumlah pemeluk agama di Desa Benteng………... 15 5 Cara pengolahan buah takokak oleh masyarakat Kampung
Gunung Leutik……… 22
6 Cara penggunaan buah takokak oleh masyarakat Kampung
Gunung Leutik……… 23
7 Sumber penyediaan buah takokak oleh masyarakat Kampung
Gunung Leutik Bogor………. 24
8 Distribusi buah takokak dari Kampung Gunung Leutik………… 25 9 Cara pengambilan/ pemanenan buah takokak oleh masyarakat
Kampung Gunung Leutik………... 25 10 Kelompok penyakit yang diketahui masyarakat dengan
memanfaatkan buah takokak……….. 27 11 Sumber pengetahuan mengenai buah takokak dan
pemanfaatannya oleh masyarakat Kampung Gunung Leutik…… 29 12 Status dan kondisi tumbuhan takokak di Kampung Gunung
Leutik Bogor……….. 32
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 2 3
4
5
6
7
Denah Desa Benteng, Kec. Ciampea, Kab. Bogor………. Perbandingan responden berdasarkan jenis kelamin……….. Buah takokak yang biasanya diolah masyarakat sebagai masakan……….. Tumbuhan takokak di Kampung Gunung Leutik Bogor. (a) tumbuhan takokak tumbuh liar (b) tumbuhan takokak budidaya... Tingkat pembudidayaan tumbuhan takokak oleh masyarakat Kampung Gunung Leutik Bogor……… Tingkat pemanfaatan dan pemahaman masyarakat mengenai buah takokak. (a) tingkat pemanfaatan buah takokak oleh masyarakat yang bukan merupakan kader TOGA dan (b) pengetahuan pemanfaatan buah takokak oleh masyarakat yang bukan merupakan kader TOGA………. Program pengembangan takokak di Kampung Gunung Leutik Ciampea Bogor………...
12 20
23
33
34
34
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1
2 3 4
5
Responden yang diambil dalam pengambilan data pemanfaatan buah takokak oleh masyarakat Kampung Gunung Leutik Bogor……… Panduan Wawancara Kader TOGA………... Panduan Wawancara Masyarakat Kampung Gn. Leutik……... Status dan Kondisi Tumbuhan Takokak di Kampung Gunung Leutik Bogor……….. Hasil panen buah takokak dari sepuluh sampel tumbuhan takokak di Kampung Gunung Leutik Bogor………..
47 48 50
51
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan obat. Keberadaan tumbuhan obat di Indonesia sebagian besar belum diketahui manfaat dan dampak positifnya bagi masyarakat, padahal masyarakat Indonesia sudah sejak lama menggunakan tumbuhan obat untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Salah satu tumbuhan obat tersebut yaitu Solanum torvum Swartz yang sering dikenal masyarakat sunda sebagai takokak.
Buah takokak (Solanum torvum Swartz.) umumnya digunakan sebagai sayur, tetapi tumbuhan ini juga memiliki khasiat obat, yakni sebagai obat untuk melancarkan sirkulasi darah, mencairkan darah beku, menghilangkan sakit (analgetik) dan menghilangkan batuk (antitusif) (Stevanie et al. 2007, Zuhud et al. 2003). Di wilayah Cina, takokak merupakan suatu obat herbal rakyat, yang digunakan sebagai obat penenang, pencernaan, haemostatic dan diuretik. Penelitian terhadap kandungan kimia buah takokak telah banyak dilakukan, dan dilaporkan bahwa buah takokak ini bersifat hepatotoksik dan antivirus (Yuan et al. 2011).
Selama ini tumbuhan takokak banyak tumbuh di hutan-hutan, di tepi sungai, di ladang, di kebun, kadang-kadang dibudidayakan di halaman. Tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah dengan karakteristik lahan yang tidak terlalu berair, ternaungi sedang atau tersinar matahari, dan pada ketinggian tempat 1-1800 mdpl (Heyne 1987, Zuhud et al. 2003).
Tumbuhan takokak merupakan tumbuhan obat potensial. Pengetahuan mengenai khasiat obat yang terkandung pada buah takokak belum banyak diketahui oleh masyarakat, dan penggunaan buah takokak sebagai bahan makanan belum banyak dilakukan karena masyarakat cenderung menggunakan leunca
(Solanum nigrum) yang lebih dikenal sebagai bahan makanan. Hal ini membuat
Kampung Gunung Leutik Ciampea Bogor telah dijadikan contoh sebagai Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) dengan melakukan upaya konservasi dan pengembangan tumbuhan obat keluarga. Salah satu tumbuhan obat keluarga yang menjadi unggulan di Kampung Gunung Leutik Bogor adalah takokak.
Upaya pelestarian pemanfaatan tumbuhan takokak dilakukan melalui pembudidayaan tumbuhan takokak oleh masyarakat di Kampung Gunung Leutik. Namun upaya pelestarian ini kurang berjalan dengan baik karena rendahnya pemanfaatan terhadap tumbuhan takokak oleh masyarakat. Selain itu akibat keberadaan tumbuhan takokak yang kurang diperhatikan oleh masyarakat menyebabkan tumbuhan takokak hanya dianggap sebagai tumbuhan pengganggu. Hal ini menyebabkan tingkat pemusnahan terhadap tumbuhan takokak menjadi tinggi, sehingga apabila kondisi ini terus berlangsung maka dikhawatirkan suatu saat tumbuhan ini akan mengalami kepunahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai berbagai aspek pelestarian pemanfaatan buah takokak oleh masyarakat di Kampung Gunung Leutik Bogor.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi pemanfaatan buah takokak yang telah dilakukan masyarakat Kampung Gunung Leutik Bogor
2. Mengetahui status dan kondisi tumbuhan takokak di Kampung Gunung Leutik Bogor
3. Mengukur produktivitas buah takokak di Kampung Gunung Leutik Bogor 4. Merumuskan program pengembangan tumbuhan takokak yang ada di
Kampung Gunung Leutik Bogor.
1.3Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioekologi Takokak (Solanum Torvum Swartz)
2.1.1 Morfologi dan taksonomi
Takokak merupkan jenis tumbuhan obat yang memiliki nama daerah terong cepoka, terong pipit (Indonesia), takokak (sunda), terong cekoka, cemongkak, poka, terongan, cepoka, cong belut (jawa). Habitusnya berupa perdu yang seluruhnya dilapisi dengan bulu bintang yang putih kuning dengan tinggi 2-4 m. Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna kuning cokelat. Batang berbentuk bulat, berkayu, berwarna putih kotor atau keunguan, berduri tajam serta tegak, berbulu pada waktu muda. Cabang berbentuk bulat. Tanaman ini berdaun tunggal, tersebar, dan bertangkai. Panjang tangkai 1,5-10,5 cm, tangkai berbulu bintang rapat, sering mempunyai duri tempel. Helaian daun berbentuk bulat telur dengan ukuran 27-30 x 20-24 cm, bercangap, bersisi tidak seimbang, bagian pangkal runcing, bagian ujung runcing, bagian tepi rata, berwarna hijau pada permukaan atas. Ibu tulang daun menonjol di bagian bawah, berduri tempel, tulang daun sekunder menyirip. Perbungaan majemuk dengan bunga-bunga kantong yang putih berbentuk bintang, tangkai karangan bunga-bunga 0-0,5 cm, berbulu bintang padat, bertaju, berbintik ungu ketika kuncup. Kelopak berbulu, bertaju 5, runcing bintang, sisi luar berbulu bintang, bertaju 5, taju dihubungkan dengan selaput tipis. Benangsari berjumlah 5, bertangkai dengan panjang ± 1 cm. Kepala putik berwarna putih atau hijau. Buah bertipe buni, berbentuk bulat dengan diameter 12-15 mm, berwarna hijau ketika muda, dan jingga setelah tua. Biji berbentuk pipih, kecil, licin, dan berwarna kuning pucat (Heyne 1987, Zuhud et al. 2003).
Klasifikasi takokak berdasarkan Lawrence (1964) adalah sebagai berikut :
Divisi : Embryophyta Siphonogama Sub divisi : Angiospermae
Suku : Solanaceae Marga : Solanum
Jenis : Solanum torvum Swartz
2.1.2 Ekologi dan penyebaran
Tumbuhan ini banyak tumbuh di hutan-hutan, di tepi sungai, di ladang, di kebun, kadang-kadang dibudidayakan di halaman. Tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah dengan karakteristik lahan yang tidak terlalu berair, ternaungi sedang atau tersinar matahari, dan pada ketinggian tempat 1-1800 mdpl. Tumbuhan ini selalu tumbuh secara tersebar (Heyne 1987, Zuhud et al. 2003).
Tumbuhan ini berasal dari Amerika, kemudian tersebar luas ke wilayah Asia. Penyebaran tumbuhan ini di Indonesia meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Ambon, Maluku, Halmahera, Ternate, dan Irian Jaya (Zuhud et al. 2003).
2.2 Budidaya
Tumbuhan ini telah lama dibudidayakan. Tumbuhan ini mudah diperbanyak dengan biji, caranya dengan terlebih dahulu memilih benih dari buah yang segar dengan kondisi yang baik. Tanaman ini dapat disemaikan di persemaian terlebih dahulu atau langsung ditanam di lapangan. Pemeliharaan dilakukan dengan pemberian pupuk kandang atau pupuk organik yang telah masak, penyiraman secara teratur dan penyiangan gulma untuk membantu mempercepat pertumbuhan tanaman. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan atau pada akhir musim kemarau (Zuhud et al. 2003).
2.3 Sifat Organoleptik dan Efek Farmakologi/ Manfaat Empirik
samping kerusakan sel-sel atau jaringan hati dan sekitarnya akibat konsumsi suatu obat) dan antivirus (Yuan et al. 2011).
2.4 Kandungan Kimia
Akar tumbuhan takokak mengandung jurubin. Daun, bunga, dan buah tanaman takokak mengandung saponin dan haronoid. Daun dan bunga tanaman takokak juga mengandung neoklorogenin, panikulogenin, dan alkeloid. Selain itu buah tanaman takokak juga mengandung solosin, klorogenin, sisalagenon, tervogenin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vit. A, B1, dan C (Zuhud et al. 2003). Buah takokak mengandung alkaloid dan senyawa solasodina yang dapat digunakan sebagai substrat untuk produksi steroid penting dalam farmakologi (Amador et al. 2007).
2.5 Kegunaan
Buah takokak memiliki khasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, katimilmul, dan penambah nafsu makan. Sedangkan daun tanaman takokak memiliki khasiat sebagai obat jantung mengipas (kondisi jantung yang seakan bergoyang-goyang), sakit kepala, dan jantung berdebar (Zuhud et al. 2003). Hasil penelitian Bari et al. (2010) mengungkapkan bahwa kloroform dan ekstrak metanol akar S.torvum sangat aktif terhadap Streptococcus - β - haemolyticus, dan Vasin factum. Hasil analisis konsentrasi hambat minimum (KHM) menunjukkan bahwa ekstrak metanol pada akar dapat menghambat pertumbuhan bakteri bahkan pada konsentrasi rendah (64-128 μg mL-1).
2.6 Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat 2.6.1 Usaha pelestarian tumbuhan obat
ditempuh melalui dua cara, yaitu insitu dan eksitu (Sastrapradja & Sastrapradja 1990).
Secara insitu cara ini merupakan cara terbaik untuk mempertahankan spesies tumbuhan, sebab dengan cara ini evolusinya masih berjalan, yang memungkinkan pengadaptasian dengan perubahan-perubahan alaminya yang terjadi. Akan tetapi pengelolaan kawasan pelestarian insitu ini sulit, terutama di daerah padat penduduk. Secara eksitu, usaha pelestarian dilakukan di kebun koleksi, kebun botani, atau di kebun-kebun pribadi. Cara ini tidak dapat mengganti cara insitu, tetapi merupakan pelengkap yang terkadang perlu ditempuh (Sastrapradja & Sastrapradja 1990).
2.6.2 Pemanfaatan tumbuhan obat
Tumbuhan obat merupakan komponen penting dalam pengobatan tradisional yang telah digunakan sejak lama di Indonesia umumnya masyarakat yang bermukim di pedesaan yang telah akrab dengan tumbuhan obat. Tumbuhan obat tersebut digunakan oleh keluarga untuk penanggulangan pertama terhadap serangan penyakit sebelum mendapat pengobatan dari dukun atau puskesmas terdekat. Bahkan beberapa dukun cukup terampil dalam meramu beberapa jenis tumbuhan obat sehingga berkhasiat untuk pengobatan serta mahir pula bila diperlukan untuk menolong persalinan. Dukun ini adalah penduduk setempat, umumnya kaum ibu yang mempunyai pengalaman dalam cara pengobatan tradisional yang diperoleh dari nenek moyangnya (generasi terdahulu) yang diturunkan ke generasi sekarang serta tahu persis penggunaan tumbuhan obat itu dipakai tunggal atau langsung dikonsumsi baik dalam bentuk segar maupun diproses terlebih dahulu (Roemantyo & Wiriadinata. 1990).
secara ilmiah masih belum banyak diketahui. Selain manfaat yang dirasakan, penggunaan tumbuhan obat pun dilatarbelakangi sulitnya jangkauan fasilitas kesehatan, terutama di daerah-daerah pedesaan yang terpencil (Zein 2005).
Menurut Roemantyo dan Riswan (1989) diacu dalam Roemantyo dan Wiriadinata (1990) cara pengobatan tradisional pengolahannya sangat sederhana yaitu tumbuhan tersebut hanya direbus atau digunakan dalam bentuk segar untuk menanggulangi dan menjaga kesehatannya. Apabila cara ini tidak berhasil mereka lalu beralih kepada cara pengobatan modern. Cara ini masih mereka tempuh karena adanya kendala ekonomi keluarga yang pas-pasan serta di beberapa tempat masih belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang dimonitor oleh pemerintah.
Masyarakat pemanfaat tumbuhan obat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar berdasarkan intensitas pemanfaatan tumbuhan obat (Aliandi & Roemantyo 1994), yaitu :
(1). Kelompok pertama adalah kelompok masyarakat asli yang hanya menggunakan pengobatan tradisional, umumnya tinggal di pedesaan atau daerah terpencil yang tidak memiliki sarana dan prasarana kesehatan. Kelompok ini berusaha mencari sendiri pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit, sesuai dengan norma dan adat yang berlaku.
(2). Kelompok kedua adalah kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional dalam skala keluarga, umumnya tinggal di pedesaan yang memiliki sarana dan prasarana terbatas. Pada daerah ini sudah tersedia puskesmas, namun tenaga medis, peralatan, dan obat-obatan ada dalam jumlah dan kondisi terbatas. Selain itu kondisi ekonomi masyarakat pun umumnya masih rendah sehingga pengobatan tradisional merupakan alternatif dalam pemenuhan kesehatan masyarakat. Pada kelompok kedua ini, pemerintah telah memasyarakatkan TOGA (Tumbuhan Obat Keluarga). Program ini sesuai untuk kelompok masyarakat yang menggunakan tumbuhan obat dalam skala keluarga dan bertujuan untuk penanggulangan penyakit rakyat, perbaikan status gizi dan melestarikan sumberdaya alam hayati.
Suku-suku bangsa di Indonesia telah banyak memanfaatkan tumbuhan obat untuk kepentingan pengobatan tradisional. Pengetahuan yang dimiliki suku-suku tersebut mengenai pengobatan tradisional berbeda-beda, termasuk pengetahuan mengenai tumbuhan obat (Aliandi & Roemantyo 1994).
2.6.3 Prinsip pelestarian pemanfaatan
Sampai saat ini spesies tumbuhan obat yang telah dimanfaatkan dalam skala ekonomis sebagian besar diambul langsung dari alam pada saat diperlukan.disamping itu diantara seluruh spesies tumbuhan obat baru sebagian kecil yang telah diteliti khasiat dan kandungan bahan aktifnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa pengembangan pemanfaatan tumbuhan obat mempunyai prospek yang baik. Namun demikian, pengembangan pemanfaatan ini harus didasarkan atas prinsip kelestarian hasil atau berorientasi pada ketersediaannya di alam, sehingga kesinambungan pemanfaatan tersebut akan terjamin.
Menurut Zuhud dan Haryanto (1990), prinsip pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat harus mencakup :
a. Upaya konservasi genetik (dan spesies) tumbuhan obat
b. Pengembangan pemanfaatan berdasarkan kemampuan alam untuk melakukan regenerasi
Kegiatan pemanenan langsung di alam harus sesuai dengan kemampuan alam untuk memproduksi populasi tumbuhan obat atau dengan kata lain jumlah panenan maksimum harus sama dengan riap maksimum yang akan dicapai pada saat populasi sama dengan setengah nilai daya dukung habitatnya (Zuhud & Haryanto 1990). Oleh karena itu pemanenan harus didukung dengan pengetahuan mengenai potensi tumbuhan obat di alam, bio-ekologinya serta dinamika populasinya.
c. Mengembangbiakkan tumbuhan obat di luar habitat aslinya untuk tujuan ekonomis dan konservasi eksitu melalui usaha penangkarannya
Penangkaran tumbuhan obat merupakan segala kegiatan yang bertujuan untuk memperbanyak populasi tumbuhan obat (yang belum dibudidayakan) dengan tetap mempertahankan kemurnian spesies maupun varietasnya, sehingga kelestarian spesies maupun varietas tersebut dapat dipertahankan (Zuhud & Haryanto 1990). Penangkaran tumbuhan obat dapat dilakukan untuk kepentingan ekonomi maupun konservasi.
Kegiatan utama penangkaran meliputi penelitian bioekologis jenis yang akan ditangkarkan, pengumpulan dan seleksi bibit, pengembangbiakan baik secara generatif maupun vegetatif, pemeliharaan dan pembesaran, pemanenan, seta pengembalian ke alam (restocking) untuk spesies endemik atau langka. Melalui usaha penangkaran spesies tumbuhan obat umumnya, khususnya yang langka/endemik, kegiatan pemanfaatan dapat dilakukan tanpa kekhawatiran akan ancaman kepunahan. Di samping itu usaha penangkaran merupakan langkah dari usaha pembudidayaan tumbuhan obat.
2.6.4 Garis besar program pelestarian pemanfaatan
Program pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar menurut tujuan utamanya (Zuhud & Haryanto 1991), yaitu:
(2). Penapisan spesies tumbuhan yang diduga mengandung bahan aktif yang bermanfaat.
Dua kelompok program ini memerlukan pendekatan yang berbeda, tetapi keduaya dapat dilaksanakan secara paralel.
Dalam peningkatan efisiensi pemanfaatan tumbuhan obat, pengetahuan mengenai bioekologi yang mencakup penyebaran, populasi, karakteristik tempat tumbuh, persyaratan ekologis yang diperlukan untuk hidupnya, hama dan penyakit potensial, fenologi dan perkembangbiakannya merupakan data dasar yang sangat penting. Sedangkan dalam penapisan tumbuhan obat yang diduga mengandung bahan aktif yang bermanfaat diperlukan data dasar mengenai aspek fisiologi dan metabolismenya.
2.7 Produktivitas Tanaman
Produktivitas tanaman berpengaruh terhadap produksi buah yang dihasilkan. Semakin meningkatnya produktivitas tanaman produksi buah akan semakin meningkat, begitu pula sebaliknya. Rendahnya produktivitas antara lain disebabkan oleh tata cara pemanenan yang kurang baik terhadap tanaman, belum berkembangnya teknik budidaya serta yang paling penting adalah terjadinya serangan pathogen penyebab penyakit. Selain penyakit, rendahnya produktivitas buah juga dapat disebabkan oleh serangan hama (Wahyuningsih 2009). Menurut Notodimedjo (1997) diacu dalam Hidayat (2005), Faktor penyebab rendahnya produktivitas tanaman, antara lain : kesuburan tanah rendah, kurang sinar matahari, iklim tidak cocok, pertumbuhan vegetatif yang dominan dan air tanah yang berlebihan (sukulen). Kekurangan sinar matahari dapat mempengaruhi terhambatnya pembungaan. Kekurangan cahaya matahari menyebabkan pohon tumbuhnya lebat dan dahan-dahan serta ranting-ranting terlalu rapat, sehingga bunga tidak muncul.
BAB III
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Letak dan Luas Kawasan
Desa Benteng adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 248,5 ha terdiri dari 7 RW (Rukun Warga) dan 39 RT (Rukun Tetangga). Desa Benteng terletak 1 km dari ibukota Kecamatan Ciampea, 40 km dari ibukota Kabupaten Bogor, 133 km dari ibukota propinsi dan 25 km dari ibukota negara. Desa Benteng di sebelah utara berbatasan dengan Desa Rancabungur, sebelah timur berbatasan dengan Kampus IPB Darmaga, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bojong Rangkas dan Desa Cibanteng, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Ciampea. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
3.2 Pemanfaatan Lahan/Penggunaan Tanah
Pemanfaatan lahan /penggunaan tanah di Desa Benteng meliputi pemukiman, bangunan, persawahan, perkebunan, pekarangan, dan taman. Pemanfaatan lahan/penggunaan tanah di Desa Benteng disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Pemanfaatan lahan/ penggunaan lahan di Desa Benteng
No Pemanfaatan lahan Luas (ha) 1 2 3 4 5 6 Pemukiman
a. Pemukiman KPR-BTN b. Pemukiman Umum Bangunan
a. Sekolah
b. Tempat Peribadatan c. Kuburan d. Jalan e. Perkantoran Persawahan Perkebunan Pekarangan Taman 11 90,4 2,5 3,5 42,5 4 4 82 - 48 10,5
Jumlah 248,5
Sumber: Desa Benteng (2010)
3.3 Kondisi Demografi, Sosial dan Ekonomi
Kondisi demografi, sosial dan ekonomi meliputi jumlah penduduk, mata pencaharian, tingkat pendidikan dan agama. Jumlah penduduk Kampung Gunung Leutik berdasarkan data monografi Desa Benteng tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah penduduk Desa Benteng
No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Jiwa)
1 2 Laki-laki Perempuan 6.302 5.910 Total 12.212* Keterangan: * = Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.929 KK
Sumber: Desa Benteng (2010)
setingkat SLTA dan ada juga yang menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.
Tabel 3. Jenis mata pencaharian pokok penduduk Desa Benteng
No Jenis Mata Pencaharian Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Petani Buruh tani
Buruh migran perempuan
Buruh migran laki-laki
PNS
Pengrajin industri rumah tangga
Pedagang keliling Peternak Montir Dokter swasta Bidan swasta Perawat swasta
Pembantu rumah tangga
TNI
POLRI
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
Pengacara
Dukun kampung terlatih
Jasa pengobatan alternatif
Dosen swasta
Karyawan perusahaan swasta
40 206 - 605 230 4 87 10 3 1 - 21 20 49 8 180 2 - 1 2 150 - 80 702 - 208 6 35 - - 3 2 13 68 - - 47 - 5 2 - 200
Sumber: Desa Benteng (2010)
Tabel 4. Jumlah pemeluk agama di Desa Benteng
No Agama Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) 1
2
3
4
5
6
Islam
Kristen
Katholik
Hindu
Budha
Konghucu
5456
392
355
74
132
166
4970
252
275
68
124
160
Sumber: Desa Benteng (2009) diacu dalam Rosmiati (2010)
3.4 Keadaan Sarana dan Prasarana untuk Kesehatan
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan mulai tanggal 08 April - 27 Mei 2012.
4.2 Objek dan Alat
Objek penelitian adalah spesies tumbuhan obat takokak (Solanum torvum Swartz). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :Tape recorder, kamera, panduan wawancara, neraca, dan alat tulis menulis.
4.3 Metode Pengambilan Data
4.3.1 Jenis data yang dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang akan dikumpulkan dikelompokkan ke dalam :
a. Pemanfaatan buah takokak oleh masyarakat di Kampung Gunung Leutik Bogor, meliputi sumber penyediaan buah takokak, cara pengambilan buah takokak, distribusi buah takokak dari Kampung Gunung Leutik Bogor, kegunaan buah takokak, dan cara pemanfaatan buah takokak.
b. Status dan kondisi tumbuhan takokak di Kampung Gunung Leutik Bogor. Status tumbuhan takokak diklasifikasikan menjadi liar dan budidaya. Sedangkan kondisi tumbuhan takokak merupakan tingkat kerawanan areal tempat tumbuh tumbuhan takokak.
c. Produktivitas buah takokak di Kampung Gunung Leutik Bogor, yaitu produksi buah takokak per tahun di Kampung Gunung Leutik Bogor.
d. Program-program pengembangan tumbuhan takokak yang telah dilakukan di Kampung Gunung Leutik Bogor.
4.4 Prosedur Pengambilan Data
4.4.1 Pemanfaatan buah takokak
Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling atau teknik pemilihan responden dengan kriteria atau pertimbangan tertentu. Kriteria responden berkaitan dengan pemanfaatan buah takokak, yaitu terdapat dua jenis responden dalam pengambilan data pemanfaatan buah takokak oleh masyarakat Kampung Gunung Leutik, yaitu kader TOGA dan warga Kampung Gunung Leutik Bogor yang bukan merupakan kader TOGA.
Jumlah responden yang diambil dari warga Kampung Gunung Leutik Bogor yang bukan merupakan kader TOGA sama dengan jumlah seluruh kader TOGA yang ada di Kampung Gunung Leutik Bogor, yaitu sebanyak sepuluh orang. Hal ini dilakukan supaya mendapatkan data yang lebih valid dan terwakili.
Pemilihan responden warga Kampung Gunung Leutik Bogor yang bukan merupakan kader TOGA dilakukan dengan metode simple random sampling (pengambilan contoh acak sederhana) melalui pengundian terhadap nama-nama kepala keluarga di Kampung Gunung Leutik Bogor. Dalam metode simple random sampling, sampel diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian
atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Sedangkan responden yang merupakan kader TOGA diambil secara sensus.
Metode pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara secara mendalam (depth interview). Wawancara secara mendalam dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara yang berisi daftar pertanyaan mengenai sumber penyediaan buah takokak, cara pengambilan buah takokak, distribusi buah takokak dari Desa Gunung Leutik Bogor, kegunaan buah takokak, dan cara penggunaan buah takokak (Lampiran 2- Lampiran 3).
4.4.2 Status dan kondisi tumbuhan takokak
tumbuhan takokak yang ditanam dan tumbuh di sekitar tempat tinggal atau lingkungan masyarakat. Status tumbuhan takokak diklasifikasikan menjadi liar dan budidaya. Sedangkan kondisi tumbuhan takokak merupakan tingkat kerawanan areal tempat tumbuh tumbuhan takokak.
4.4.3 Produktivitas buah takokak
Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling atau teknik pemilihan responden dengan kriteria atau pertimbangan tertentu. Kriteria responden berkaitan dengan produktivitas buah takokak di Kampung Gunung Leutik yaitu responden merupakan seluruh kader TOGA Kampung Gunung Leutik.
Pengambilan data produktivitas buah takokak di Kampung Gunung Leutik Bogor dilakukan dengan wawancara secara mendalam (depth interview) kepada seluruh kader TOGA yang ada di Kampung Gunung Leutik Bogor dan pemanenan buah takokak terhadap sepuluh sampel tumbuhan takokak yang ada di Kampung Gunung Leutik Bogor. Wawancara secara mendalam dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara yang berisi daftar pertanyaan mengenai produksi buah takokak per tumbuhan di Kampung Gunung Leutik Bogor (Lampiran 2).
4.4.4 Program-program pengembangan tumbuhan takokak yang telah dilakukan
Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling atau teknik pemilihan responden dengan kriteria atau pertimbangan tertentu. Kriteria responden berkaitan dengan program-program pengembangan tumbuhan takokak yang telah dilakukan di Kampung Gunung Leutik yaitu responden merupakan seluruh kader TOGA Kampung Gunung Leutik.
4.5 Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi data pemanfaatan tumbuhan takokak (sumber penyediaan buah takokak, cara pengambilan buah takokak, distribusi buah takokak dari Desa Gunung Leutik Bogor, kegunaan buah takokak, dan cara penggunaan buah takokak), status dan kondisi tumbuhan takokak, produktivitas buah takokak, dan program pengembangan pemanfaatan tumbuhan takokak.
4.5.1 Status dan kondisi tumbuhan takokak
Persentase dari status dan kondisi tumbuhan dihitung untuk melihat banyaknya status dan kondisi tumbuhan takokak yang diperoleh dari hasil penelitian dan dinyatakan dalam persen (persentase). Hasil perhitungan akan memperlihatkan jumlah status tumbuhan terbanyak dan jumlah status tumbuhan yang paling sedikit serta jumlah kondisi tumbuhan terbanyak dan jumlah kondisi tumbuhan yang paling sedikit secara keseluruhan. Status tumbuhan dikelompokkan menjadi liar dan budidaya. Sedangkan kondisi tumbuhan dikelompokkan menjadi kondisi baik (tumbuh dan berkembang dengan baik di tempat yang aman), dan kondisi yang tidak baik (tumbuh dan berkembang kurang baik ditempat yang aman maupun rawan). Analisis status dan kondisi tumbuhan dilakukan melalui perhitungan dengan rumus :
1. Persen takokak budidaya = ∑ ∑ x 100%
2. Persen takokak KTB = ∑
∑ x100%
Keterangan : KTB = kondisi tumbuh baik, dengan kriteria :
1. Tumbuh ditempat yang aman dari gangguan manusia seperti injakan kaki dan aktivitas penebangan / pemotongan.
5.1 Karak Jumla 20 orang. buah tako TOGA da TOGA. R diambil se Bogor pemanfaat Berda lebih sedi Gambar 2 G Kisar takokak ol berumur 4 sedangkan buah tako dari kalan dan luasn umur. Int kteristik Re ah responde Terdapat okak (Solan an warga Ka Responden y ecara rando
yang buka tan buah tak asarkan dat
ikit diband .
Gambar 2 P ran umur re
leh respond 41-50 tahun n responden okak di Kam ngan separu nya pengeta
tensitas pe
HASIL
esponden en yang dia
dua jenis r num torvum
ampung Gu yang merup
m dari 424 an merup kokak oleh ta responde dingkan den
Perbanding esponden ter den juga leb n. Responde n tertua beru
mpung Gun h baya sam ahuan tenta emanfaatan
7
BAB
DAN PEM
ambil di sel responden d m Swartz) o unung Leuti
pakan selur kepala kelu pakan kade
masyarakat en pada Lam
ngan perem
an responde rbanyak yai ih banyak d en termuda
umur 76 tah nung Leutik mpai tua. Na ang buah ta
dan luasn 75% laki‐laki p
V
MBAHAS
luruh Kamp dalam peng oleh masya ik Bogor ya ruh kader T uarga warg er TOGA t disajikan pmpiran 1, J mpuan. Ha
en berdasark itu 41-50 ta diketahui da yang diwaw hun. Hal te k Bogor dim amun demik akokak tida nya penget 25% perempuan
SAN
pung Gunun gambilan da arakat, yait ang bukan m TOGA dana Kampung dalam pe pada Lampir
Jumlah resp al ini seper
kan jenis ke ahun dan pe an dilakukan wancarai be rsebut men manfaatkan kian intensi ak dipengar tahuan ma
ng Leutik a ata pemanf tu seluruh merupakan responden g Gunung L engambilan ran 1. ponden lak rti terlihat elamin. emanfaatan n oleh respo erumur 35 t nunjukkan b n oleh respo
itas pemanf ruhi dari ti asyarakat s
dipengaruhi oleh penyebaran informasi dari orang-orang yang dianggap lebih tahu khususnya mengenai khasiat buah takokak seperti penyuluh tumbuhan obat atau orang yang telah berpengalaman mengobati suatu penyakit dengan buah takokak.
Responden yang kebanyakan ibu rumah tangga berjumlah 13 orang (65% dari total responden). Hal ini dikerenakan responden tersebut lebih mudah ditemui. Responden yang memanfaatkan buah takokak umumnya untuk keperluan pribadi seperti pengobatan sendiri atau bahan sayur untuk dimasak.
Responden yang memanfaatakan buah takokak umumnya bukan responden dengan riwayat sakit. Akan tetapi responden yang memanfaatkan buah takokak umumnya mereka yang menggunakan buah takokak untuk dimasak sebagai sayur. Hal ini dikarenakan responden tersebut telah terbiasa mengkonsumsi buah takokak dengan cara diolah menjadi suatu masakan. Walaupun 65% responden mengetahui buah takokak merupakan buah berkhasiat obat, namun mereka lebih cenderung menggunakan buah takokak untuk dikonsumsi sebagai sayur.
Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar (SD), yaitu sebanyak 10 orang (50% dari total responden). Hal tersebut disebabkan adanya ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk melanjutkan sekolah karena masih rendahnya tingkat ekonomi masyarakat. Hal ini juga dapat dilihat dari mata pencaharian utama terbanyak dari kepala keluarga responden ialah buruh tani dengan mata pencaharian sampingan berupa pekerjaan serabutan, yaitu sebanyak 11 orang dengan rata-rata penghasilan/bulan sebesar Rp 1.000.000,00.
5.2 Pemanfaatan Buah Takokak
5.2.1 Karakteristik pemanfaatan buah takokak
spesies atau beberapa spesies tumbuhan obat siap digunakan (Rahayu 2011). Menurut Roosita et al. (2011) cara pengolahan tumbuhan obat dari bahan segar merupakan proses terpenting dalam pegobatan secara herbal. Cara pengolahan buah takokak yang dilakukan responden di Kampung Gunung Leutik adalah dengan cara dimasak sebagai sayur. Selain itu buah takokak juga digunakan tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu atau dimanfaatkan secara langsung, yaitu dengan cara dimakan langsung. Sebanyak 50% responden mengolah buah takokak dengan cara dimasak untuk dikonsumsi sebagai sayur, Sebanyak 5% responden memanfaatkan buah takokak tanpa dilakukan pengolahan, dan 30% responden memanfaatkan buah takokak dengan cara dimasak untuk dikonsumsi sebagai sayur dan tanpa dilakukan pengolahan. Sedangkan 15% responden tidak memanfaatkan buah takokak. Cara pengolahan buah takokak oleh responden disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Cara pengolahan buah takokak oleh responden di Kampung Gunung Leutik Bogor
Cara pengolahan Kader Toga (orang) Bukan kader TOGA
(orang)
Presentase (%)
di sayur 3 7 50
tanpa pengolahan 1 - 5
di sayur dan tanpa pengolahan
6 - 30
tidak memanfaatkan - 3 15
Responden umumnya mengolah buah takokak dengan cara di masak sebagai sayur. Cara pengolahan yang demikian dilakukan oleh responden selain untuk dibuat masakan yang enak juga untuk memelihara kesehatan tubuh. Sedangkan sebagian kecil responden memanfaatkan buah takokak tanpa dilakukan pengolahan dengan cara dimakan mentah untuk pengobatan suatu penyakit. Menurut sebagian kecil responden tersebut, untuk pengobatan suatu penyakit lebih baik mengkonsumsi buah takokak dengan cara dimakan mentah. Hal ini disebabkan karena dalam buah takokak yang masih mentah dan baru dipetik masih terdapat getah buah yang juga sangat bermanfaat untuk mengobati suatu penyakit.
penggunaan secara oral atau dimasukan ke dalam tubuh penderita, cara
penggunaan pada bagian luar tubuh penderita, cara penggunaan dengan
memandikan penderita dengan air atau uap dari ramuan tumbuhan obat dan
gabungan dua atau beberapa cara penggunaan tersebut. Cara penggunaan spesies
tumbuhan obat atau ramuan tumbuhan obat secara oral/dimasukkan kedalam
tubuh penderita, yaitu dengan cara diminum dan dimakan. Cara penggunaan pada
bagian luar tubuh penderita dilakukan dengan cara dibalurkan, dioleskan dan
ditempelkan/ dikompreskan. Cara penggunaan buah takokak yang dilakukan oleh
responden adalah dengan cara dimakan. Cara penggunaan dengan cara dimakan
dilakukan dengan cara dimakan langsung dan dimakan setelah menjadi suatu
masakan. Cara penggunaan buah takokak oleh responden di Kampung Gunung
Leutik disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Cara penggunaan buah takokak oleh responden di Kampung Gunung Leutik
Cara penggunaan Kader TOGA (orang) Bukan kader TOGA (orang)
Presentase (%)
dimakan mentah 1 - 5
di tumis 1 2 15
di sayur santan 2 5 35
dimakan mentah dan di sayur santan
6 - 30
tidak menggunakan - 3 15
Gambar 3 Buah takokak yang biasanya diolah masyarakat sebagai masakan.
Cara penggunaan tumbuhan obat umumnya dipengaruhi oleh manfaat spesies
tumbuhan obat tersebut untuk pengobatan dan bagian organ tubuh yang akan
diobati. Sedangkan cara pengolahan cenderung dilakukan sesuai dengan kesukaan
atau selera pengguna, namun tetap menunjang cara penggunan yang akan
dilakukan. Cara penggunaan buah takokak dengan cara dimakan digunakan untuk
buah takokak yang cenderung kepada pengobatan untuk mengobati
penyakit-penyakit pada organ dalam.
Responden memanfaatkan buah takokak yang bersumber dari tumbuhan
takokak yang ada di Kampung Gunung Leutik, baik tumbuhan takokak yang
tumbuh liar di wilayah Kampung Gunung Leutik maupun tumbuhan takokak yang
dibudidayakan oleh masyarakat. Sumber penyediaan buah takokak oleh responden
di Kampung Gunung Leutik Bogor disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7 Sumber penyediaan buah takokak oleh responden di Kampung Gunung Leutik Bogor
Sumber Penyediaan Kader Toga (orang) Bukan kader TOGA (orang)
Presentase (%)
tumbuhan takokak liar 9 5 70 tumbuhan takokak
budidaya
1 2 15
Berdasarkan data pada Tabel 7, umumnya responden memperoleh buah
takokak dari tumbuhan takokak liar yang ada di Kampung Gunung Leutik.
Sebanyak 70% responden memperoleh buah takokak dari tumbuhan takokak liar
yang ada di Kampung Gunung Leutik. Sebanyak 15% responden memperoleh
buah takokak dari tumbuhan takokak budidaya yang ada di Kampung Gunung
Leutik. Sedangkan 15% responden tidak memanfaatkan buah takokak. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar responden tidak membudidayakan tumbuhan
takokak sehingga apabila membutuhkan buah takokak masyarakat cenderung
mengambilnya dari tumbuhan takokak liar yang ada di Kampung Gunung Leutik.
Tumbuhan takokak di Kampung Gunung leutik yang masih mencukupi kebutuhan
pemanfaatan oleh masyarakat membuat masyarakat tidak perlu bersusah payah
dalam mencari buah takokak di luar Kampung Gunung leutik.
Buah takokak yang berasal dari Kampung Gunung Leutik didistribusikan ke
tempat lain yaitu ke pasar, kepada tukang sayur keliling, dan kepada orang-orang
yang sengaja memesan. Distribusi buah takokak dari Kampung Gunung Leutik
Tabel 8 Distribusi buah takokak dari Kampung Gunung Leutik
Distribusi Kader Toga (orang) Bukan kader TOGA (orang)
Presentase (%)
orang yang sengaja memesan
- 10 50
tukang sayur keliling, dan orang yang sengaja memesan
2 - 10
pasar, dan orang yang 3 - 15 sengaja memesan
pasar, tukang sayur keliling, dan orang yang sengaja memesan
5
-
25
Berdasarkan data pada Tabel 8, sebagian besar buah takokak yang berasal
dari Kampung Gunung Leutik didistribusikan kepada orang yang sengaja
memesan. Akan tetapi permintaan terhadap buah takokak tidak rutin. Tukang
sayur yang akan menjual buah takokak keliling kampung ataupun yang akan
menjualnya ke pasar hanya akan memesan buah takokak dari Kampung Gunung
Leutik jika ada pesanan dari pelanggannya. Sedangkan orang-orang yang sengaja
memesan langsung ke Kampung Gunung Leutik umumnya mereka yang akan
memanfaatkan buah takokak untuk keperluan pengobatan. Jumlah pesanan buah
takokak dari Kampung Gunung leutik pun tidak menentu, umumnya antara 1-4
kg/ pesanan.
Cara pengambilan/ pemanenan buah takokak oleh responden dilakukan
dengan dua cara yaitu digunting dan dipetik menggunakan tangan. Sebesar 55%
responden memanen buah takokak dengan cara digunting. Sebesar 30% responden
memanen buah takokak dengan cara dipetik menggunakan tangan. Sedangkan
15% responden tidak melakukan pemanenan buah takokak. Cara pengambilan/
pemanenan buah takokak oleh responden di kampung Gunung Leutik disajikan
pada Tabel 9.
Tabel 9 Cara pengambilan/ pemanenan buah takokak oleh responden di Kampung Gunung Leutik
Cara pemanenan Kader Toga (orang) Bukan kader TOGA (orang)
Presentase (%)
di gunting 10 1 55
di petik - 6 30
tidak melakukan pemanenan
- 3 15
[image:40.595.108.516.105.252.2]Berdasarkan data pada Tabel 9, umumnya responden memanen buah takokak
dengan cara digunting. Responden yang memanen buah takokak dengan cara
digunting adalah responden yang merupakan kader TOGA serta responden bukan
kader TOGA yang telah mendapatkan penyuluhan mengenai buah takokak dan
pemanfaatanya dari kader TOGA. Sedangkan responden yang memanen buah
takokak dengan cara dipetik adalah responden yang bukan merupakan kader
TOGA yang belum pernah mendapatkan penyuluhan mengenai buah takokak dan
pemanfaatanya. Pemanenan buah takokak dengan cara digunting merupakan
pemanenan buah takokak secara lestari. Karakteristik tangkai buah takokak yang
keras menyebabkan buah takokak yang dipanen dengan cara dipetik menggunakan
tangan akan merusak batang tumbuhan takokak karena buah takokak yang dipetik
tersebut akan mengupas kulit luar batang tumbuhan takokak. Oleh sebab itu cara
pemanenan yang baik adalah dengan cara digunting. Responden yang merupakan
kader TOGA mempunyai pengetahuan tentang buah takokak yang lebih luas
dibandingkan responden yang bukan merupakan kader TOGA karena mereka
telah mendapatkan berbagai penyuluhan dan pelatihan dari berbagai pihak, seperti
dari Institut Pertanian Bogor. Sedangkan responden yang bukan merupakan kader
TOGA umumnya belum mendapatkan penyuluhan terkait buah takokak dari kader
TOGA sehingga intensitas pemanfaatan dan pengetahuan masyarakat yang bukan
merupakan kader TOGA mengenai buah takokak masih rendah.
Sebagian kecil responden telah mengetahui bahwa buah takokak adalah buah
yang memiliki khasiat obat. Terdapat 11 kelompok penyakit yang diobati
responden dengan memanfaatkan buah takokak yaitu, Prostat, mata, asam urat,
sakit pinggang, diabet basah, penambah stamina tubuh, benjolan-benjolan, darah
tinggi, lemah sahwat, pertumbuhan sel-sel tulang, dan reumatik. Kelompok
penyakit yang diketahui responden dengan memanfaatkan buah takokak disajikan
Tabel 10 Kelompok penyakit yang diketahui responden dengan memanfaatkan buah takokak
Kelompok penyakit Kader TOGA (orang)
Bukan kader TOGA (orang)
Presentase (%)
asam urat, prostat mata, sakit pinggang.
1 - 5
prostat, mata, diabet basah.
1 - 5
prostat, mata, sakit pinggang, benjolan-benjolan.
2 - 10
prostat, mata. 3 - 15
prostat, mata, sakit pinggang.
2 - 10
prostat, mata, penambah stamina tubuh.
1 - 5
penambah stamina tubuh, Pertumbuhan sel-sel tulang, lemah sahwat, reumatik, prostat, mata.
- 1 5
darah tinggi. - 2 10
Berdasarkan data pada Tabel 10, kelompok penyakit prostat dan mata
merupakan kelompok penyakit yang umumnya menjadi kelompok penyakit
terbanyak yang diketahui responden dengan memanfaatkan buah takokak. Tim
Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
telah melakukan penyuluhan kepada kader TOGA mengenai khasiat buah takokak
yang mampu menyembuhkan penyakit prostat dan mata, sehingga khasiat buah
takokak yang mampu menyembuhnkan penyakit prostat dan mata umumnya
hanya diketahui oleh kader TOGA dan perwakilan warga yang mendapat
penyuluhan dari kader TOGA yang berjumlah 1 orang dari total responden yang
diambil. Sementara responden yang bukan merupakan kader TOGA yang belum
mendapat penyuluhan hanya 2 orang yang mengetahui khasiat buah takokak
sebagai obat. Mereka hanya mengetahui khasiat buah takokak tersebut melalui
pengalaman dan informasi turun temurun.
Buah takokak yang dimanfaatkan responden diharapkan dapat menjadi
alternatif pengobatan bagi responden selain obat kimia, khususnya untuk penyakit
yang banyak diderita responden. Takokak sebagai tumbuhan obat untuk
menjadi alternatif pengobatan untuk masyarakat yang biasa memanfaatkannya,
tetapi juga dapat dimanfaatkan masyarakat Kampung Gunung Leutik lainnya.
Buah takokak dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit
sehingga buah takokak merupakan buah yang mengandung khasiat yang banyak.
Menurut Zuhud et al. (2003) buah takokak bermanfaat untuk melancarkan
sirkulasi darah, menghilangkan darah beku, menghilangkan sakit, menghilangkan batuk, sebagai obat tekanan darah tinggi, dan penambah nafsu makan. Selain itu buah takokak merupakan suatu obat herbal rakyat, yang digunakan sebagai obat penenang, pencernaan, haemostatic dan diuretik. Penelitian terhadap kandungan kimia buah tanaman Solanum torvum telah banyak dilakukan, dan dilaporkan bahwa tanaman ini bersifat hepatotoksik dan antivirus (Yuan et al. 2011).
Menurut Zuhud et al. (2003), buah tanaman takokak mengandung solosin, klorogenin, sisalagenon, tervogenin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vit. A, B1, dan C. Buah takokak juga mengandung alkaloid dan senyawa solasodina yang dapat digunakan sebagai substrat untuk produksi steroid penting dalam farmakologi (Amador et al. 2007). Namun rendahnya pemanfaatan buah takokak di Kampung Gunung Leutik selain disebabkan oleh rasa dari buah takokak yang
kurang enak sehingga masyarakat cenderung menggunakan leunca (Solanum
nigrum) sebagai sayur, juga karena belum ada penyuluhan secara menyeluruh
kepada masyarakat mengenai khasiat buah takokak sehingga masyarakat yang
bukan merupakan kader TOGA sebagian besar belum mengerti mengenai khasiat
buah takokak sebagai obat.
Jika buah takokak tersebut dimanfaatkan masyarakat secara maksimal, maka
buah takokak akan menjadi alternatif pengobatan yang murah, mudah, dan relatif
aman. Mudah karena tumbuhan takokak tumbuh dan dapat ditemukan di sekitar
lingkungan masyarakat dan masyarakat dapat mengolahnya sendiri di rumah.
Biaya pengolahan buah takokak tersebut akan jauh lebih murah dibandingkan
pengobatan dengan obat kimia. Selain itu obat tradisional yang cenderung tidak
5.2.2 Sumber pengetahuan pemanfaatan buah takokak sebagai buah yang
berkhasiat obat
Terdapat tiga sumber pengetahuan responden dalam pemanfaatan buah
takokak untuk pengobatan. Sumber-sumber pengetahuan mengenai buah takokak
dan pemanfaatannya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Sumber pengetahuan mengenai buah takokak dan pemanfaatannya sebagai obat oleh responden di Kampung Gunung Leutik
Sumber pengetahuan Kader TOGA (orang) Bukan kader TOGA (orang)
Presentase (%)
penyuluh 3 - 15
turun-temurun, dan kerabat
- 2 10
penyuluh dan turun temurun
7 1 40
tidak mengetahui - 7 35
Berdasarkan data pada Tabel 11, sumber pengetahuan melalui informasi dari
penyuluh dan secara turun temurun mengenai buah takokak dan pemanfaatannya
merupakan sumber pengetahuan terbanyak yang didapatkan responden.
Berdasarkan hasil wawancara, sumber pengetahuan melalui informasi dari
penyuluh diperoleh melalui penyuluh tumbuhan obat seperti oleh Tim Bagian
Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor serta para kader TOGA yang melakukan penyuluhan kepada perwakilan
warga dari tiap RT. Persentase sumber pengetahuan tersebut yaitu sebesar 40%.
Hal ini mengindikasikan bahwa hampir separuh pengetahuan mengenai buah
takokak dan pemanfaatannya berasal dari pengetahuan melalui informasi dari
penyuluh dan secara turun temurun. Zuhud dan Yuniarsih (1995) menyatakan
bahwa pengetahuan dan pengalaman masyarakat mengenai pemanfaatan
keanekaragaman tumbuhan obat sangat berharga sekali bagi kegiatan
pengembangan penelitian yang lebih lanjut, khususnya obat fitofarmatik yang
telah teruji manfaat dan khasiatnya.
Responden yang memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan buah takokak
sebagai buah yang berkhasiat obat melalui penyuluh adalah responden yang
merupakan kader TOGA serta perwakilan warga yang mendapatkan penyuluhan
dari kader TOGA, sehingga sebagian besar responden yang bukan merupakan
kader TOGA tidak mengetahui manfaat buah takokak sebagai buah yang
sebagai buah yang berkhasiat obat yang belum dilakukan secara menyeluruh
kepada masyarakat yang bukan merupakan kader TOGA. Hal ini menyebabkan
sampai saat ini responden yang bukan merupakan kader TOGA banyak yang
belum mengerti mengenai khasiat obat yang terkandung di dalam buah takokak,
Sehingga umumnya responden tersebut hanya mengetahui manfaat dari buah
takokak adalah sebagai sayur tidak sebagai buah berkhasiat obat. Selain itu
dengan rasa buah takokak yang kurang enak membuat masyarakat enggan untuk
memanfaatkannya, sehingga pemanfaatan buah takokak oleh masyarakat
Kampung Gunung Leutik menjadi rendah.
Responden yang mengetahui mengenai pemanfaatan buah takokak sebagai
buah berkhasiat obat secara turun temurun dan melalui kerabat tidak terlalu
banyak. Hal tersebut disebabkan karena rendahnya pemanfaatan buah takokak
yang dilakukan oleh orang tua atau leluhur responden, sehingga mereka masih
memegang dan melaksanakan pengetahuan yang diajarkan oleh orang tua atau
leluhurnya dalam pemanfaatan buah takokak, meskipun intensitas
pemanfaatannya tidak sebanyak dahulu. Menurut Rahayu et al. (2006), pewarisan
pengetahuan lokal ke generasi muda tidak berlangsung baik terutama pengetahuan
tumbuhan obat tradisional. Faktor peningkatan kesehatan dari pemerintah
merupakan salah satu penyebab terjadinya erosi pengetahuan tumbuhan obat
tradisional.
Penyebaran informasi kepada masyarakat dilakukan oleh warga yang telah
mendapatkan penyuluhan dari kader TOGA. Menurut salah satu responden yaitu
masyarakat yang merupakan kader TOGA, ia mendapatkan pengetahuan
pemanfaatan buah takokak sebagai buah berkhasiat obat melalui penyuluhan.
Namun ia juga melakukan penyebarluasan informasi tersebut melalui penyebaran
dari mulut ke mulut sehingga masyarakat pun yang akhirnya mengetahui khasiat
buah takokak mulai memanfaatkannya. Masyarakat mudah terpengaruh oleh
perilaku, pemikiran, dan perasaan warga lain dalam lingkungan masyarakat
tersebut atau oleh masyarakat lainnya terhadap suatu hal, karena seringkali
interaksi dalam dan antar masyarakat bersifat persuasif. Dalam hal pemanfaatan
buah takokak, warga ikut menggunakan buah takokak karena mendapat saran dari
dekatnya hubungan warga dalam suatu masyarakat atau dengan masyarakat
lainnya.
Penyebarluasan informasi pada masyarakat sekitar kawasan perlu dilakukan
terus menerus dengan pendekatan yang baik dan mampu menggerakkan minat
masyarakat. Oleh karenanya dibutuhkan petugas penyuluh yang menguasai
permasalahannya (Wibowo et al. 1991). Kegiatan pengembangan plasma nutfah
di Kampung Gunung Leutik merupakan kegiatan yang relatif baru sehingga
masyarakat perlu mendapatkan bimbingan teknis dalam hal penanaman,
pemeliharaan, pemanenan yang baik, dan bahkan mungkin sampai penanganan
dan pemrosesan pasca panen. Disamping itu untuk peningkatan dan keterampilan
masyarakat perlu pula adanya kursus/latihan yang berkaitan dengan masalah
tersebut agar tujuan pengembangan plasma nutfah tersebut dapat berhasil
(Wibowo et al. 1991).
5.3 Status dan Kondisi Tumbuhan Takokak
Tumbuhan takokak merupakan salah satu tumbuhan obat yang masuk ke
dalam program perbanyakan tumbuhan obat ketika awal berdirinya Kampung
Konservasi TOGA Gunung Leutik. Kondisi tumbuhan takokak yang ada di
Kampung Gunung Leutik saat ini sudah banyak yang dibabat dan kurang terurus.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat yang bukan merupakan
kader TOGA tidak mengetahui khasiat buah takokak sebagai obat dan rendahnya
pemanfaatan buah takokak oleh masyarakat Kampung Gunung Leutik sehingga
keberadaan tumbuhan takokak di Kampung Gunung Leutik kurang diperhatikan.
Selain itu rendahnya pemanfaatan buah takokak oleh masyarakat disebabkan
karena rasa buah takokak yang kurang enak sehingga masyarakat kurang
menyukai buah takokak untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Masyarakat
Kampung Gunung Leutik yang sudah mengetahui khasiat buah takokak sebagai
obat yaitu masyarakat yang merupakan kader TOGA dan sebagian kecil
masyarakat yang bukan merupakan kader TOGA. Sebagian kecil masyarakat
tersebut mengetahui khasiat buah takokak sebagai obat melalui penyuluh dari
kader TOGA, kerabat, dan informasi secara turun temurun.
Jumlah tumbuhan takokak yang ada di kampung Gunung leutik adalah 375
takokak tersebut tersebar di tiap RT, mulai RT 01 hingga RT 06. Berdasarkan
jumlah dan penyebaran tumbuhan takokak tersebut maka tumbuhan takokak di
Kampung Gunung Leutik memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan.
Sebagian besar tumbuhan takokak yang ada di Kampung Gunung Leutik
berada dalam kondisi tumbuh baik dan dengan status tanaman budidaya. Status
dan kondisi tumbuhan takokak di Kampung Gunung Leutik Bogor disajikan pada
Tabel 12.
Tabel 12 Status dan kondisi tumbuhan takokak di Kampung Gunung Leutik Bogor
Status Kondisi
Aman Rawan Persentase
(%) Tumbuh baik
(tumbuhan)
Tumbuh kurang baik (tumbuhan)
Tumbuh baik (tumbuhan)
Tumbuh kurang baik (tumbuhan)
liar 3 10 131 13 41.87
budidaya 213 5 - - 58.13
Persentase(%) 57.6 4 34.93 3.47
Berdasarkan data pada Tabel 12, sebesar 57,60% tumbuhan takokak yang ada
di Kampung Gunung Leutik berada dalam kondisi tumbuh baik di daerah yang
aman. Artinya, lebih dari separuh tumbuhan takokak yang ada di Kampung
Gunung Leutik tumbuh di daerah yang aman dari gangguan manusia seperti
injakan kaki dan aktivitas manusia lainnya, serta sehat (bebas dari hama dan
penyakit). Sebesar 58,13% tumbuhan takokak yang ada di Kampung Gunung
Leutik merupakan tanaman hasil budidaya.
Upaya budidaya tumbuhan takokak hanya dilakukan secara pribadi oleh
beberapa responden yang telah mengerti khasiat buah takokak dan mempunyai
lahan yang cukup untuk melakukan kegiatan budidaya tumbuhan takokak.
Tumbuhan takokak yang dibudidayakan oleh salah satu responden yang
merupakan kader TOGA mencapai 200 tanaman (Gambar 4b). Responden
tersebut menanam anakan tumbuhan takokak yang berada di sekitar tumbuhan
takokak yang tumbuh liar di kebun miliknya. Anakan tumbuhan takokak tersebut
ditanam di polybag dengan ukuran 10 cm x 15 cm. Perawatan yang diberikan
ialah dengan menggunakan media dari campuran top soil, arang sekam, dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1:2:3 sebagai nutrisi bagi tumbuhan takokak
dilakukan penanaman. Sebelum melakukan penanaman dilakukan persiapan
media tanam. Langkah-langkah dalam persiapan media tanam yaitu:
1. Pembuatan lubang tanam dengan ukuran 30 cm x 30 cm, dengan kedalaman
yang disesuaikan.
2. Masukan campuran arang sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2
sampai setengah lubang tanam.
3. Lubang tanam didiamkan tanpa ditutup selama satu minggu.
4. Setelah satu minggu takokak yang masih dalam polybag ditanam di lubang
tanam tersebut.
5. Dilakukan penyiraman rutin.
(a) (b)
Gambar 4 Tumbuhan takokak di Kampung Gunung Leutik Bogor. (a) tumbuhan takokak tumbuh liar (b) tumbuhan takokak budidaya.
Walaupun tumbuhan takokak yang ada di Kampung Gunung Leutik sebagian
besar merupakan tanaman budidaya dan berada dalam kondisi aman, akan tetapi
hanya sebagian kecil responden yang melakukan upaya pembudidayaan tumbuhan
takokak yaitu sebesar 25% responden (Gambar 5), sehingga tumbuhan takokak
yang merupakan tanaman budidaya dan berada dalam kondisi aman hanya
tumbuhan takokak milik warga yang membudidayakannya yang salah satunya
adalah masyarakat yang merupakan kader TOGA. Responden yang bukan
merupakan kader TOGA yang melakukan upaya budidaya tumbuhan takokak
melakukan pembudidayaan dengan cara menanam bibit tumbuhan takokak di
Gambar 5 Sebes memanfaa 70% masy pemanfaat Gambar 6
Gambar 6
Deng
TOGA be
mengenai
takokak d
hanya di
Tingkat pe Gunung L sar 60% m
atkan dan m
yarakat yan
tan buah ta
.
6 Tingkat takokak bukan buah ta gan kondisi elum mema pemanfaat dinilai tidak
ianggap s 60% mema mengo tidak m mengo embudidaya Leutik Bogo masyarakat mengolah bu
ng bukan me
akokak khus
(a)
t pemanfaat k. (a) tingka merupakan akokak oleh
sebagian
anfaatkan da
tan buah ta
k penting d
sebagai tu membud 40 nfaatkan dan olah memanfaatka olah aan tumbuh or. yang buk uah takokak erupakan ka susnya seba
tan dan pe at pemanfaa kader TOG h responden besar respo an mengola akokak khu
di mata ma
umbuhan p 75% idayakan t 0% n dan han takokak kan merup
k sebagai m
ader TOGA
agai obat. H
(b)
emahaman atan buah ta
GA dan (b) yang bukan
onden yang
ah buah tak
ususnya seb asyarakat se pengganggu 25% tidak membud 70% menge oleh masya pakan kade masakan sam
A belum me
Hal ini sepe
responden akokak oleh ) pengetahu n merupaka
g bukan m
kokak serta
bagai obat
ehingga tum
u oleh m didayakan 3 % rti belum m arakat Kamp er TOGA
mpai saat in
engerti men
erti terlihat
mengenai h responden uan pemanf an kader TO
merupakan k
keberadaannyapun kurang diperhatikan, akibatnya tingkat pemusnahan tumbuhan
di Kampung Gunung Leutik menjadi tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka
keberadaan dan pemanfaatan tumbuhan takokak memiliki keterancaman yang
tinggi untuk punah. Oleh sebab itu upaya penyuluhan mengenai buah takokak dan
pemanfaatannya sangat perlu dilakukan segera agar masyarakat yang bukan
merupakan kader TOGA juga mengerti dan mulai melestarikan serta
memanfaatkan buah takokak. Hal ini sesuai dengan pernyataan dePadua et al. <