• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan dan Ketahanan terhadap Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek Phalaenopsis dengan Pemupukan dan Asam Salisilat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan dan Ketahanan terhadap Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek Phalaenopsis dengan Pemupukan dan Asam Salisilat"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAKIT BUSUK LUNAK PADA ANGGREK

Phalaenopsis

DENGAN PEMUPUKAN DAN

ASAM SALISILAT

REFA FIRGIYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Pertumbuhan dan Ketahanan terhadap Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek Phalaenopsis dengan Pemupukan dan Asam Salisilat” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

REFA FIRGIYANTO. Pertumbuhan dan Ketahanan terhadap Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek Phalaenopsis dengan Pemupukan dan Asam Salisilat. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ, DEWI SUKMA dan GIYANTO.

Pemeliharaan merupakan salah satu proses yang penting untuk memperoleh tanaman Phalaenopsis yang berkualitas tinggi. Tujuannya adalah agar tanaman tumbuh subur, sehat dan bebas penyakit. Salah satu penyakit utama pada anggrek Phalaenopsis adalah penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri Dickeya dadantii. Penggunaan varietas yang tahan, aplikasi pupuk NPK dan asam salisilat untuk peningkatan pertumbuhan dan ketahanan merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis ketahanan anggrek Phalaenopsis terhadap penyakit busuk lunak, mengetahui pengaruh pemberian pupuk NPK dan asam salisilat serta interaksi antara keduanya untuk pertumbuhan dan ketahanan anggrek Phalaenopsis terhadap penyakitbusuk lunak yang disebabkan oleh D. dadantii. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman dan Rumah Kaca Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor serta Rumah plastik Alam Sinar Sari Dramaga, Bogor. Perlakuan yang digunakan pada percobaan pertama adalah lima anggrek hibrida Phalaenopsis yaitu Phal. KHM 205, Phal. KHM 1126, Phal. KHM 1318, Phal. AMP 17, dan Phal. KHM 2249. Anggrek pembanding sebagai kontrol menggunakan anggrek Phal. amabilis dan Phal. amboinensis. Anggrek hibrida Phalaenopsis yang digunakan pada percobaan kedua yaitu Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205 dengan faktor pertama konsentrasi pupuk NPK yang terdiri atas konsentrasi 0, 1000 dan 2000 ppm. Faktor kedua yaitu konsentrasi asam salisilat yang terdiri atas konsentrasi 0, 5 dan 10 ppm.

Hasil uji ketahanan pada beberapa genotipe Phalaenopsis terhadap D. dadantii menunjukkan bahwa seluruh Phalaenopsis hibrida memiliki gejala busuk lunak setelah diinokulasi. Phal. KHM 2249 memiliki jumlah daun gugur yang paling rendah dan jumlah tanaman hidup yang tinggi sehingga terindikasi sebagai genotipe yang relatif tahan terhadap D. dadantii. Ketahanan tersebut diduga bersumber dari aktivitas peroksidase yang tinggi, ketebalan daun yang tipis dan kadar air yang rendah sehingga kurang sesuai untuk perkembangan patogen.

Pemupukan NPK menyebabkan peningkatan pertumbuhan Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205. Pemupukan NPK 1000 dan 2000 ppm menunjukkan hasil yang hampir sama pada seluruh variabel pertumbuhan. Asam salisilat tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Peningkatan konsentrasi pupuk NPK menurunkan ketahanan terhadap serangan patogen yang ditunjukkan oleh peningkatan luas gejala serangan dan jumlah daun gugur serta penurunan jumlah tanaman hidup pada kedua genotipe. Pemberian asam salisilat pada Phal. KHM 1318 belum mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit busuk lunak meskipun dapat meningkatkan aktivitas peroksidase pada genotipe tersebut. Perlakuan asam salisilat pada Phal. KHM 205 dapat menurunkan luas gejala serangan meskipun tidak meningkatkan aktivitas peroksidase.

(5)

REFA FIRGIYANTO. Growth and Soft Rot Disease Resistance on Phalaenopsis Orchid with Fertilization and Salicylic Acid Application. Supervised by SANDRA ARIFIN AZIZ, DEWI SUKMA and GIYANTO.

Maintaining is one of the important processes in Phalaenopsis plants cultivation to get high quality plants. Practically, it is aimed to promote plant grow quickly, healthy and free of diseases. One of main disease on Phalaenopsis is soft rot which caused by Dickeya dadantii bacteria. The use of resistant varieties, application of NPK fertilizers and salicylic acid for growth and resistance are alternatives that can be used to prevent the disease. The purposes of this study were to analyze the Phalaenopsis orchid resistance to soft rot diseases that caused by D. dadantii, determine the effect of NPK fertilizer and salicylic acid concentration as well as the interaction between them for growth and resistance to soft rot diseases caused by D. dadantii. The experiments were conducted at the Bacterial Plant Laboratory, Department of Plant Protection and Greenhouse Leuwikopo, Bogor Agriculture University and plastic house Alam Sinar Sari Dramaga, Bogor, Indonesia. The treatments used for the first experiment were five Phalaenopsis hybrids, namely Phal. KHM 205, Phal. KHM 1126, Phal. KHM 1318, Phal. AMP 17, and Phal. KHM 2249. Phal. amabilis and Phal. amboinensis used as control. Phalaenopsis hybrids used in the second experiment were Phal. KHM 1318 and Phal. KHM 205. The first factor was NPK concentration (0, 1000 and 2000 ppm) and the second one was the concentration of salicylic acid (0, 5 and 10 ppm).

The resistance test on some genotype of Phalaenopsis to D. dadantii showed that all Phalaenopsis hybrid had the symptoms of soft rot disease. Phal. KHM 2249 which had the lowest number of leaves reduction and the highest number of life plants after infection was indicated as resistance genotype relatively compared to others in the experiment. The resistance could be came from highest peroxidase activity, low leaf thickness and water content that were not appropriate for pathogen development.

The results in the second experiment showed that NPK fertilizer increased growth of Phal. KHM 1318 and Phal. KHM 205. NPK fertilization 1000 and 2000 ppm showed the same effects on all growth variables. Salicylic acid did not have significant effect in improving plant growth. The increased of NPK concentrations reduced plant resistance to soft rot disease which could be seen from increasing of disease symptoms area and the number of fallen leaves and decreasing of the number of life plants after soft root infection on both genotype. Salicylic acid application on Phal. KHM 1318 could not improve plant resistance to soft root although it increased peroxidase activities. Adversely on Phal. KHM 205, salicylic acid could decreased disease symptom area but did not increased peroxidase activity.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(7)

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TERHADAP

PENYAKIT BUSUK LUNAK PADA ANGGREK

Phalaenopsis

DENGAN PEMUPUKAN DAN

ASAM SALISILAT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

(8)
(9)
(10)
(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 sampai Maret 2015 ialah pertumbuhan dan ketahanan anggrek, dengan judul “Pertumbuhan dan Ketahanan terhadap Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek Phalaenopsis dengan Pemupukan dan Asam Salisilat”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-sebesarnya kepada:

1. Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz MS, Dr Dewi Sukma SP, MSi dan Dr Ir Giyanto MSi, selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan dukungan materi dan nonmateri bagi kesempurnaan penelitian dan tesis ini. 2. Keluarga tercinta Bapak Radim Rasto Miharjo, Ibu Tumirah dan keluarga besar

yaitu Mbah Sanmuhid, Mba Turyati, Mba Elis, Mas Pawit, Mas Warsitam, dan Vivi Zulfiyana atas doa, bantuan, dukungan, perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

3. Staf Anggrek Lele Green House IPB Dramaga, Laboratorium Bakteri, Mikro Teknik, Plant Molecular 2, Pasca Panen dan Kultur Jaringan 1 atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian.

4. Teman-teman Pascasarjana AGH 2012 dan 2013, rekan-rekan di laboratorium Bakteri Tanaman, Kultur Jaringan 1, Pasca Panen atas segala doa dan bantuan yang telah diberikan.

5. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi selaku pihak yang telah memberikan beasiswa BPPDN (Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri) selama penulis menempuh studi S2 di IPB.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan dan manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)

xv

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan 3

Hipotesis 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

PENGUJIAN KETAHANAN ANGGREK HIBRIDA Phalaenopsis TERHADAP PENYAKIT BUSUK LUNAK YANG

DISEBABKAN OLEH Dickeya dadantii 7

Pendahuluan 9

Bahan dan Metode 10

Hasil dan Pembahasan 13

Simpulan 20

Saran 20

PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BUSUK LUNAK PADA DUA GENOTIPE ANGGREK

Phalaenopsis DENGAN PEMUPUKAN DAN

ASAM SALISILAT 21

Pendahuluan 24

Bahan dan Metode 25

Hasil dan Pembahasan 28

Simpulan 45

PEMBAHASAN UMUM 47

SIMPULAN UMUM DAN SARAN 55

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 67

(14)

xvi

1. Hasil BLAST DNA bakteri pada pengujian Sekuensing DNA 15 2. Suhu, curah hujan, dan kelembaban pada saat pengujian 16 3. Luas gejala serangan yang disebabkan oleh D. dadantii pada anggrek

hibrida Phalaenopsis setelah diinokulasi dan dibandingkan dengan

genotipe pembanding 16

4. Aktivitas peroksidase, kadar air daun, pengurangan jumlah daun dan tanaman hidup pada anggrek hibrida Phalaenopsis dan genotipe

pembanding 18

5. Pertambahan kehijauan dan luas daun serta kehijauan dan luas daun tiga bulan setelah perlakuan pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205 29 6. Pertambahan panjang dan lebar daun kedua pada Phal. KHM 1318 dan

Phal. KHM 205 30

7. Pertambahan panjang dan lebar daun baru serta jumlah daun pada Phal.

KHM 1318 dan Phal. KHM 205 31

8. Panjang dan lebar daun kedua, panjang dan lebar daun baru tiga bulan setelah perlakuan pada Phal. KHM 1318 dan KHM 205 32 9. Jumlah dan tebal daun tiga bulan setelah perlakuan pada Phal. KHM 1318

dan Phal. KHM 205 33

10.Pertambahan tebal daun, total pertambahan tebal daun dan kadar air daun

pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205 34

11.Luas gejala serangan pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205 35 12.Pertambahan jumlah daun gugur, total jumlah daun gugur dan jumlah

tanaman hidup pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205 36 13.Kandungan protein, PAL dan aktivitas peroksidase dua hari setelah

inokulasi pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205 37 14.Hasil uji korelaksi kadar air dan total pertambahan tebal daun dengan

parameter penyakit pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205 49 15.Kadar air, total pertambahan tebal daun, luas gejala serangan dan jumlah

daun gugur pada kedua genotipe 50

16.Kadar air, total pertambahan tebal daun, luas gejala serangan serta jumlah

daun gugur pada kedua genotipe 52

17.Hasil uji korelaksi kandungan protein, PAL dan peroksidase dengan parameter penyakit pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205 53

DAFTAR GAMBAR

1. Alur diagram percobaan pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii pada anggrek hibrida Phalaenopsis dengan pemupukan dan asam salisilat 5 2. Hasil identifikasi bakteri pada beberapa tahapan antara lain yaitu (a) Uji

KOH dan (b) Reaksi hipersensitif pada daun tanaman tembakau 14 3. Hasil elektroforesis gel amplifikasi gen 16S-rRNA 14 4. Luas gejala serangan pada anggrek hibrida Phalaenopsis dan

(15)

xvii 6. Skema sederhana lintasan fenilpropanoid pada tumbuhan 44

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil rekapitulasi analisis data peubah pertumbuhan pada Phal. KHM

1318 dan Phal. KHM 205 68

2. Hasil rekapitulasi analisis data peubah penyakit pada Phal. KHM 1318

dan Phal. KHM 205 69

3. Persiapan contoh untuk analisis protein dan aktivitas PAL 69 4. Analisis protein (Metode Lowry 1951, Waterborg 2002) 70 5. Analisis aktivitas PAL (Dangcham et al. 2008) 70 6. Temperatur, curah hujan, kelembaban udara bulanan dan harian 71 7. Tetua dari genotipe Phalaenopsis hibrida dan gambar tanamannya 72 8. Analisis pensejajaran runutan nukleutida DNA Dickeya

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting di dunia dan di Indonesia, khususnya tanaman hias karena mempunyai nilai estetika tinggi (Tang dan Chen 2007). Luas panen anggrek di Indonesia pada tahun 2013 adalah 734 732 m2 (BPS 2014). Salah satu jenis anggrek yang paling banyak digemari dan dikembangkan oleh banyak orang yaitu anggrek Phalaenopsis (Chang et al. 2013). Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki berbagai jenis spesies anggrek Phalaenopsis, antara lain Phalaenopsis bellina, Phalaenopsis modesta dan Phalaenopsis amabilis.

Pemeliharaan merupakan salah satu proses yang penting dalam menjaga mutu dari tanaman anggrek karena apabila tidak ada pemeliharan tanaman anggrek yang lemah atau tumbuh tidak subur mudah terserang berbagai penyakit, terlebih apabila jaringan tersebut telah terluka akibat gigitan serangga atau luka karena sentuhan mekanis. Proses transportasi pada saat pengiriman yang tidak memenuhi standar dan perawatan yang tidak intensif setelah sampai ke kolektor atau pengguna akhir anggrek juga menjadi faktor pendukung munculnya penyakit. Penyakit utama pada anggrek yang hingga saat ini sulit dikendalikan antara lain penyakit layu dan busuk. Salah satu penyakit busuk lunak yang utama pada Phalaenopsis adalah yang disebabkan oleh bakteri Dickeya dadantii (syn. Erwinia chrysanthemi) (Perombelon dan Kelman 1980; Samson 2005; Fu dan Huang 2011). Bakteri patogen busuk lunak merupakan penyakit yang paling luas dan merusak pada berbagai tanaman termasuk anggrek di seluruh dunia (Joko et al. 2014).

Pencegahan serangan patogen busuk lunak umumnya mengandalkan penyemprotan pestisida secara kimiawi namun pengendalian ini sangat sulit karena efektivitas bakterisida sangat rendah, selain itu belum adanya bahan kimia yang efektif diaplikasikan di lapang untuk pengendalian penyakit tersebut. Pencegahan dan pengendalian yang efektif, efisien dan ramah lingkungan serta tidak mengganggu penampilan tanaman sangat dibutuhkan, antara lain melalui penggunaan varietas tahan, mengendalikan ketersediaan dan kualitas air, pencahayaan, aliran udara, suhu optimal dan mencegah kekurangan gizi bagi tanaman melalui pemupukan serta pemberian bahan penginduksi ketahanan (Wu et al. 2011).

Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu alternatif yang dapat diandalkan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tersebut. Percobaan pra-evaluasi yang dilakukan oleh Handayanti et al. (2006) pada populasi hibrida atau koleksi Phalaenopsis ditemukan adanya populasi nomor E2513 yang memiliki tiga genotipe yang tahan terhadap penyakit busuk lunak, sedangkan pada populasi nomor SK 17 terdapat adanya satu individu yang tahan.

(18)

al. 2010). Kandungan hara K dan Ca, misalnya berfungsi sebagai barier pertahanan fisik, apabila kandungan K dan Ca rendah maka tanaman mudah terserang penyakit. Rekomendasi pemupukan sampai saat ini masih belum optimal dan spesifik untuk tanaman anggrek, sehingga sulit diaplikasikan secara tepat untuk mendukung pertumbuhan anggrek yang baik. Pemberian pupuk dengan konsentrasi 200 ppm nitrogen (N), 20 ppm fosfor (P), dan 160 ppm kalium (K) dianggap cukup untuk pertumbuhan vegetatif anggrek bulan “Atien kaala” (Ying-Tung dan Konow 2007). Pemupukan juga berperan dalam peningkatan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Pemberian pupuk kandang 20 t/ha + kompos 10 t/ha + NPK 250 kg/ha dapat menekan intensitas serangan budok yang disebabkan oleh jamur Synchytrium pogostemonis sebesar 48.49% dan menghasilkan pertumbuhan tanaman Nilam lebih baik dibanding perlakuan lain (Burhanuddin dan Nurmansyah 2012).

Salah satu bahan kimia penginduksi ketahanan yaitu asam salisilat (SA) yang termasuk dalam kelompok senyawa fenolik yang banyak berperan dalam respon tanaman terhadap penyakit dan juga mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tanaman (Rivas et al. 2011). Aplikasi eksogen SA berperan dalam membangun System Acquired Resistance (SAR), sehingga meningkatkan ketahanan terhadap patogen (Wildermuth 2001). Infeksi penyakit juga menginduksi sintesis pathogenesis related protein (PR-protein) seperti peroksidase (Do et al. 2003). Peroksidase berperan dalam proses oksidasi dan polimerisasi prekursor pada proses biosintesis lignin yang berperan sebagai pertahanan fisik terhadap infeksi patogen pada tanaman. He et al. (2002) melaporkan bahwa induksi lignifikasi dinding sel dapat menghambat perkembangan dan invasi patogen secara fisik, memblokir penyebaran toksin dan enzim yang dikeluarkan oleh patogen, serta menghambat pasokan nutrisi yang dibutuhkan patogen. Perlakuan SA dengan konsentrasi 5 dan 10 ppm pada tanaman anggrek, menyebabkan lebih sedikitnya tanaman anggrek yang terkontaminasi pada saat perbanyakan di kultur jaringan. Pemberian SA juga menjadikan planlet tumbuh lebih baik sehingga mampu bertahan hidup walaupun media tumbuhnya terkontaminasi cendawan (Sulistiana dan Sukma 2014). Pemberian SA juga dapat berperan dalam peningkatan pertumbuhan antara lain pertumbuhan akar tanaman kedelai (Gutie´rrez et al. 1998).

Rumusan Masalah

Phalaenopsis merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi, oleh karena itu tanaman Phalaenopsis banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam maupun luar negeri dalam bentuk bunga potong dan tanaman pot. Peminatan yang tinggi tersebut menyebabkan diperlukan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas penyediaan tanaman Phalaenopsis yang lebih banyak serta berkesinambungan. Salah satu tahapan terpenting dari penyediaan tanaman anggrek yaitu pada saat vegetatif karena dapat menentukan bagaimana kualitas tanaman dan bunga yang nanti akan tumbuh pada fase selanjutnya. Tindakan budidaya dan pengaturan lingkungan yang lebih intensif menjadi perhatian pada fase tersebut karena dapat menciptakan tanaman yang subur sehingga tidak rentan terhadap serangan hama dan penyakit.

(19)

patogen tersebut antara lain terdapat adanya busuk lunak dengan aroma yang menyengat pada bagian yang terserang dan sifat serangannya cepat menyebar keseluruh bagian tanaman, oleh karena itu diperlukan adanya tindakan pencegahan dan pengendalian. Pencegahan dan pengendalian penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri secara umum dilakukan secara kimiawi, namun pengendalian ini masih belum optimal karena efektivitas bakterisida masih rendah. Hal tersebut menyebabkan dibutuhkannya alternatif pengendalian dan pencegahan yang lebih efektif dan efisien antara lain melalui penciptaan varietas tahan, pemupukan dan pemberian bahan kimia atau biologi yang dapat meningkatkan ketahanan.

Informasi tentang ketahanan anggrek terhadap penyakit busuk lunak pada Phalaenopsis melalui program pemulian tanaman masih belum banyak ditemukan, sehingga proses seleksi pada tahap awal diharapkan dapat menghasilkan bibit tanaman anggrek yang tahan terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh D. dadantii. Tanaman yang tidak tahan dari hasil seleksi kemudian diperbaiki ketahanannya melalui kegiatan pemupukan dan pemberian bahan penginduksi ketahanan.

Pemupukan yang berimbang dan sesuai dengan kebutuhan tanaman anggrek akan berpengaruh pada pertumbuhan dan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Hal tersebut disebabkan karena setiap tanaman memerlukan unsur hara makro seperti N, P dan K dalam jumlah tertentu untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Dorda (2009) melaporkan bahwa penyakit yang disebabkan oleh parasit fakultatif antara lain bakteri akan lebih merusak pada tanaman dengan kondisi kekurangan K. Pencegahan dan pengendalian berikutnya dilakukan dengan pemberian senyawa penginduksi ketahanan. Salah satu senyawa kimia yang digunakan yaitu SA. SA berfungsi sebagai molekul sinyal pada tanaman apabila ada serangan patogen disertai dengan induksi PR-protein yang dapat menghambat enzim hidrolisis perusak sel yang dihasilkan patogen. SA selain berperan sebagai bahan penginduksi juga berperan dalam pertumbuhan tanaman. Rivas et al. (2011) melaporkan bahwa pemberian SA pada konsentrasi yang rendah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sedangkan apabila konsentrasi tinggi akan dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji dan menganalisis ketahanan anggrek Phalaenopsis terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii.

2. Mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi pemupukan NPK (21-21-21) atau SA terhadap pertumbuhan dan ketahanan anggrek Phal. KHM 1318 (Sogo Yukidian) serta Phal. KHM 205 (Dtps. Ihsin New Girls KH5250) pada serangan patogen busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii. 3. Mengetahui pengaruh interaksi antara konsentrasi pemupukan NPK (21-21-21)

(20)

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat adanya tingkat ketahanan yang berbeda terhadap penyakit busuk

lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii pada beberapa genotipe anggrek Phalaenopsis.

2. Terdapat adanya pengaruh pemupukan NPK (21-21-21) atau SA terhadap pertumbuhan dan ketahanan anggrek Phal. KHM 1318 (Sogo Yukidian) serta Phal. KHM 205 (Dtps. Ihsin New Girls KH5250) pada serangan patogen busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii.

3. Terdapat adanya pengaruh interaksi antara pemupukan NPK (21-21-21) dan SA terhadap pertumbuhan dan ketahanan anggrek Phal. KHM 1318 (Sogo Yukidian) serta Phal. KHM 205 (Dtps. Ihsin New Girls KH5250) pada serangan patogen busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Mendapatkan informasi tingkat ketahanan pada beberapa genotipe terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii sehingga nantinya dapat digunakan sebagai informasi dalam pengembangan tanaman anggrek Phalaenopsis.

2. Mendapatkan konsentrasi pemupukan NPK (21-21-21) dan SA yang tepat, guna meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan terhadap serangan patogen busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii.

3. Mendapatkan informasi tentang mekanisme ketahanan pada tanaman anggrek Phalaenopsis terhadap serangan patogen busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii.

Ruang Lingkup Penelitian

(21)

Gambar 1 Alur diagram percobaan pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii pada anggrek hibrida Phalaenopsis dengan pemupukan dan asam salisilat.

Output:

Didapatkan informasi tingkat ketahanan yang berbeda pada beberapa

genotipe

Pengaruh pemupukan NPK dan asam salisilat terhadap

pertumbuhan

Output:

Didapatkan konsentrasi pemupukan NPK atau asam salisilat yang terbaik untuk peningkatan pertumbuhan dan ketahanan

penyakit

Output total:

Didapatkan genotipe yang tahan dan perbaikan peningkatan pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh

bakteri D. dadantii

Pengujian ketahanan anggrek Phalaenopsis terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh

bakteri D. dadantii

Genotipe Anggrek Phalaenopsis

Pengujian ketahanan penyakit busuk lunak pada dua genotipe

(22)
(23)

PENGUJIAN KETAHANAN ANGGREK HIBRIDA

Phalaenopsis

TERHADAP PENYAKIT BUSUK

LUNAK YANG DISEBABKAN OLEH

Dickeya dadantii

Abstrak

Anggrek Phalaenopsis adalah anggrek paling populer dan dibudidayakan oleh banyak orang. Penyakit utama pada Phalaenopsis diantaranya penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri Dickeya dadantii. Tujuan penelitian ini yaitu mempelajari ketahanan Phalaenopsis terhadap penyakit busuk lunak. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman dan Rumah Kaca Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor serta Rumah plastik Alam Sinar Sari Dramaga, Bogor dari bulan Juni 2014 sampai Februari 2015.Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah lima anggrek hibrida Phalaenopsis yaitu Phal. KHM 205, Phal. KHM 1126, Phal. KHM 1318, Phal. AMP 17, dan Phal. KHM 2249. Anggrek pembanding sebagai kontrol menggunakan spesies Phal. amabilis dan Phal. amboinensis. Pengujian ketahanan dilakukan dengan menginokulasi bakteri D. dadantii pada daun anggrek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis BLAST dari bakteri hasil isolasi merupakan bakteri D. dadantii dengan query coverage sebesar 91% dan identity sebesar 97%. Hasil pengujian ketahanan menunjukkan adanya gejala penyakit setelah diinokulasi pada seluruh Phalaenopsis hibrida. Phal. KHM 2249 memiliki luas gejala serangan yang cenderung lebih rendah yang didukung oleh aktivitas peroksidase yang tinggi, daun yang tipis dan kadar air yang rendah yang menyebabkan jumlah daun gugur yang lebih sedikit sehingga terindikasi sebagai genotipe yang relatif resisten terhadap penyakit busuk lunak.

(24)

RESISTANTCY TEST ON Phalaenopsis HYBRIDS

ORCHID TO SOFT ROT DISEASE CAUSED BY

Dickeya dadantii

Abstract

One of the most popular orchids genus and cultivated by people is Phalaenopsis. The main diseases of Phalaenopsis orchids in Indonesia is soft rot that caused by bacteria Dickeya dadantii. The purpose of this study was to identify bacteria cause soft rot diseases and to find the resistance of Phalaenopsis hybrid to soft rot disease. The experiment was conducted at Bacterial Plant Laboratory, Department of Plant Protection and Greenhouse Leuwikopo, Bogor Agriculture University and plastic house Alam Sinar Sari Dramaga, Bogor, Indonesia from June 2014 to February 2015. The experimental design was randomized block design with three replications. The treatments used were five hybrid phalaenopsis, namely Phal. KHM 205, Phal. KHM 1126, Phal. KHM 1318, Phal. AMP 17, and Phal. KHM 2249. Phal. amabilis and Phal. amboinensis used as control. The resistance testing performed by inoculating of bacteria D. dadantii on the orchids leaves.

The results showed that BLAST analysis confirm that the isolated bacteria from plants is D. dadantii, with query coverage about 91% and identity about 91%. The results of resistantcy test showed all Phalaenopsis hybrid have disease symptoms after inoculation. Phal. KHM 2249 tended to have a lower disease symptoms area, which maybe supported by high peroxidase activity, leaf thickness and low water content that cause the lower of fallen leaves number. Phal. KHM 2249 was indicated relatively as resistance genotype to soft root disease.

(25)

Pendahuluan

Anggrek merupakan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi, baik sebagai bunga potong atau tanaman pot (Krisantini et al. 1999). Phalaenopsis adalah anggrek yang paling populer dan dibudidayakan di daerah tropis maupun subtropis diseluruh dunia (Chang et al. 2013). Phalaenopsis di Indonesia telah ditetapkan menjadi bunga nasional. Kelebihan Phalaenopsis dibandingkan anggrek yang lainnya yaitu warna dan bentuknya menarik, penampilannya bervariasi, serta waktu mekar bunga yang lebih lama. Phalaenopsis juga memiliki ketahanan dan kemampuan untuk berbunga walaupun dibawah kondisi kurang baik (Chang dan Susilo 2014).

Penyakit tanaman adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas anggrek Phalaenopsis. Perkembangan penyakit di Indonesia didukung oleh agroklimat yang memiliki iklim tropis basah dengan kondisi suhu dan kelembaban yang fluktuatif sehingga membantu penyebaran penyakit. Faktor perubahan iklim juga berpengaruh terhadap penyakit melalui pengaruhnya pada tingkat genom, seluler, proses fisiologi tanaman dan patogen (Garret et al. 2006).

Bakteri Dickeya dadantii (syn. Erwinia chrysanthemi) (Samson et al. 2005), merupakan salah satu penyebab penyakit busuk lunak pada anggrek termasuk Phalaenopsis (Fu dan Huang 2011; Muharam et al. 2012; Wu et al. 2011; Joko et al. 2014). Gejala penyakit karena D. dadantii disebabkan oleh disorganisasi dari dinding sel tanaman oleh satu set enzim ekstraseluler seperti pektinase, selulase dan protease yang menyebabkan daun menjadi lunak dan membusuk (Lee et al. 2006). Penularan patogen ini dapat melalui beberapa cara diantaranya infeksi antar tanaman, air, lubang alami, peralatan yang telah terinfeksi, dan serangga (Astuti 2004). D. dadantii dapat menyerang seluruh bagian tanaman pada berbagai fase pertumbuhan dan perkembangan. Serangan dapat meluas dengan cepat dan menyebabkan kematian pada tanaman anggrek apabila kondisi mendukung dengan kerusakan hingga 80% sampai 100%, terutama pada saat di pembibitan anggrek (Agrios 2005; Mcmillan 2007).

Pencegahan serangan patogen D. dadantii pada umumnya mengandalkan penyemprotan pestisida yang diaplikasikan secara intensif, namun pengendalian dengan cara tersebut membutuhkan biaya mahal dan dapat menyebabkan penurunan kualitas secara keseluruhan karena residu dari penyemprotan menempel pada permukaan daun maupun bunga (Handayati et al. 2004). Berdasarkan pertimbangan tersebut perlu dikembangkan alternatif pengendalian yang lebih murah, efisien dan ramah lingkungan serta tidak mengganggu kualitas tanaman. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu alternatif pengendalian yang dapat diperoleh melalui seleksi pada saat pembibitan. Tanaman yang tahan biasanya mengalami peningkatan aktivitas peroksidase apabila terkena penyakit. Peroksidase adalah enzim yang berperan dalam mengkatalis reaksi akhir dari pembentukan lignin dan fenol lainnya yang berkaitan dengan pertahanan tanaman untuk memperkuat dinding sel. Nilai aktivitas peroksidase berkisar 5 x 10-2

∆420/menit/mg protein sampai 1 x 10-1 ∆420/menit/mg protein pada tanaman Trichosanthes cucumerina var. anguina (Sukma et al. 2012) dan padi 1.05 x 10-3

(26)

al. 2013). Seleksi anggrek Phalaenopsis untuk perbaikan sifat ketahanan dilakukan baik terhadap kultivar lokal, spesies liar, maupun hibrida-hibrida yang berasal dari persilangan antara spesies (Rianawati 2010). Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasikan salah satu penyebab penyakit busuk lunak pada Phalaenopsis, menguji dan menganalisis ketahanan beberapa genotipe anggrek hibrida Phalaenopsis karena informasi karakter yang mendukung sifat ketahanan terhadap D. dadantii masih belum banyak dilaporkan.

Bahan dan Metode

Percobaan pertama telah dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, untuk penyiapan media dan isolasi bakteri kemudian pengujian ketahanan dilakukan di Rumah Kaca Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor dan Alam Sinar Sari Dramaga, Bogor dari bulan Juni 2014 sampai Februari 2015.

1. Penyediaan isolat bakteri

Bahan percobaan yang digunakan dalam penyediaan isolat bakteri yaitu bahan pembuatan media Casamino Acid Peptone Glucose Agar (CPG) semi selektif D. dadantii yaitu casamino acids 1 gL-1, peptone 10 gL-1, glucose 10 gL-1, agar 18 gL-1dan air steril 1 L. Bahan media Luria Bertani (LB) untuk hipersensitif tes yaitu tryptone 10 gL-1, yeast extract 5 gL-1, NaCl 10 gL-1,agar 15 gL-1dan air steril 1 L. Peralatan yang digunakan dalam penyediaan isolat antara lain cawan petri, pinset, oven, mesin Polymerase Chain Reaction (PCR), dan Transiluminator UV. Daun tanaman anggrek yang menunjukkan gejala busuk lunak yang diduga yang disebabkan oleh D. dadantii.

1.1 Isolasi dan uji Postulat Koch

Uji Postulat Koch dilakukan menurut Muharam et al. (2012), langkah yang pertama yaitu mencari daun tanaman anggrek yang menunjukkan gejala busuk lunak yang diduga karena D. dadantii. Bagian tanaman bergejala diisolasi dengan meletakkannya pada cawan Petri, kemudian dilakukan sterilisasi permukaan dengan menggunakan alkohol 70%, dan dibilas dengan air steril (+ 3 mL) kemudian dihancurkan atau dimaserasi dalam tabung reaksi. Bakteri D. dadantii yang berasal dari Phalaenopsis bergejala ditumbuhkan pada media semi selektif CPG untuk mendapatkan koloni tunggal.

(27)

1.2 Karakterisasi morfologi

Pengujian morfologi bakteri dilakukan dengan pengamatan langsung pada koloni bakteri murni yang sudah tumbuh pada media semi selektif bakteri D. dadantii seperti bentuk koloni, warna koloni, bentuk pinggiran, dan elevasi kemudian dibandingkan dengan literatur yang sudah ada.

1.3 Uji reaksi hipersensitif

Pengujian ini dilakukan dengan menginokulasikan suspensi bakteri yang telah ditumbuhkan pada media LB menggunakan jarum suntik pada tembakau varietas White barley. Pengamatan dilakukan 24 jam setelah inokulasi. Rekasi HR ditunjukkan dengan adanya reaksi nekrotik yang terlokalisir berwarna pucat atau dan merah perunggu.

1.4 Pengujian KOH

Pengujian KOH menggunakan metode Schaad et al. (2001), mencampurkan koloni bakteri dengan 2 tetes 3% KOH kemudian diangkat keatas dengan menggunakan jarum loop. Bakteri gram-negatif membentuk benang berlendir setelah pencampuran, sedangkan bakteri gram-positif tidak membentuk lendir atau suspensi encer.

1.5 Identifikasi dengan molekuler

(28)

2. Penyiapan bahan tanam

Anggrek yang digunakan adalah lima jenis anggrek hibrida Phalaenopsis yang berasal dari perbanyakan klonal yaitu terdiri dari Phal. KHM 205 (Dtps. Ihsin New Girls KH5250), Phal. KHM 1126 (Dtps. Ihsin Fireball KH 6586#1), Phal. KHM 1318 (Sogo Yukidian), Phal. AMP 17, dan Phal. KHM 2249 (Salu Peoker x Dtps. Ihsin Cappriccioco) yang ditumbuhkan pada media sphagnum moss (Lampiran 7). Anggrek pembanding sebagai kontrol yang digunakan yaitu Phal. amabilis dan Phal. amboinensis dengan umur 18 bulan setelah aklimatisasi. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman dan pemupukan NPK (32-10-10) diselingi dengan aplikasi pupuk organik cair (Multitonik) yang dilakukan setiap satu minggu sekali.

3. Uji ketahanan anggrek Phalaenopsis terhadap penyakit busuk lunak 3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah lima genotipe hibrida Phalaenopsis yang terdiri dari Phal. KHM 205 (Dtps. Ihsin New Girls KH5250), Phal. KHM 1126 (Dtps. Ihsin Fireball KH 6586#1), Phal. KHM 1318 (Sogo Yukidian), Phal. AMP 17, dan Phal. KHM 2249 (Salu Peoker x Dtps. Ihsin Cappriccioco) sehingga totalnya ada 15 unit percobaan dengan setiap unit percobaan terdiri dari lima tanaman sehingga total tanaman yang digunakan yaitu 75 tanaman. Kontrol yang digunakan yaitu spesies Phal. amabilis dan Phal. amboinensis yang masing-masing terdiri atas dua tanaman tanpa ulangan.

3.2 Inokulasi bakteri D. dadantii

Inokulasi bakteri dilakukan dengan menusuk daun anggrek kedua bagian atas dari tiap tanaman menggunakan tusuk gigi yang mengandung koloni bakteri D. dadantii sementara bagian bawah daun ditekan dengan jari. Pengamatan dilakukan selama masa inkubasi.

3.3 Peubah pengamatan penelitian

Peubah yang diamati yaitu masa inkubasi (waktu yang dibutuhkan dari inokulasi sampai muncul gejala awal penyakit), luas gejala serangan yang disebabkan oleh D. dadantii pada daun anggrek dengan rumus lingkaran yaitu

π

r

2

.

Peubah selanjutnya yaitu analisis aktivitas enzim peroksidase sebelum inokulasi, hari kedua setelah inokulasi dan dua bulan setelah inokulasi dengan metode Kar dan Mishra (1976); Pudjihartati et al. (2006); Sukma et al. (2008). Sebanyak 100 µl ekstrak protein jaringan ditambahkan ke dalam larutan 2.5 ml pirogalol 0.2 M, kemudian campuran tersebut ditambahkan dengan H2O2 (1%) sebanyak 250 µl. Nilai absorbansi larutan sesudah reaksi diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang λ 420 nm setiap 30 detik dalam periode 0–240 detik. Blanko campuran menggunakan larutan yang sama tetapi tanpa ekstrak protein sehingga sebagai pengganti ekstrak protein, ke dalam larutan blanko ditambahkan larutan penyangga fosfat. Aktivitas peroksidase dihitung sebagai peningkatan nilai absorbansi per satuan waktu per bobot protein

(29)

gugur dan prsentase jumlah tanaman hidup dua minggu setelah inokulasi serta kadar air daun dengan rumus:

Kadar air daun (%) = Bobot basah-Bobot kering Bobot basah x 100%

3.4 Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SAS (Statistical Analysis System) 9.1. Data dianalisis dengan analisis sidik ragam pada α 0.05 apabila terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan DMRT

pada α 0.05. Analisis data antara karakter masing-masing anggrek hibrida Phalaenopsis dengan karakter masing-masing genotipe pembanding sebagai kontrol dilakukan dengan menggunakan Uji t-student pada α 0.05 (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Hasil dan Pembahasan

1. Pengujian pada isolat bakteri 1.1 Isolasi dan uji Postulat Koch

Hasil uji patogenesitas sebagai salah satu rangkaian uji Postulat Koch menunjukkan adanya gejala penyakit yang tidak berbeda dengan gejala pada daun anggrek yang diisolasi sebelumnya. Gejala busuk lunak tersebut seperti munculnya bercak basah, berlendir atau busuk basah berair pada permukaan daun, berwarna cokelat basah, kemudian apabila ditekan dengan tangan akan mudah keluar cairan di dalam daun dengan koloni bakteri berwarna putih. Daun yang bergejala juga menimbulkan bau yang tidak enak dan daun mudah terlepas dari batang apabila serangan sudah semakin parah. Gejala tersebut juga sesuai dengan gejala pada hasil penelitian Snijder et al. (2004) dan Joko et al. (2014).

1.2 Karakter morfologi

Karakter morfologi koloni berdasarankan hasil percobaan menunjukkan warna putih atau kekuningan dengan koloni muda berbentuk melingkar, cembung, lembut dan tepinya yang tidak teratur tergantung pada kadar air dari media pertumbuhan. Hasil karakter morfologi bakteri D. dadantii yang diperoleh pada penelitian menunjukkan karakter yang sama seperti pada hasil penelitian Dickey (1979) dan Muharam et al. (2012).

1.3 Reaksi hipersensitif

(30)

Gambar 2 Hasil identifikasi bakteri pada beberapa tahapan antara lain yaitu (a) Uji KOH dan (b) Reaksi hipersensitif pada daun tanaman tembakau

1.4 Pengujian KOH

Hasil uji KOH menunjukkan adanya benang berlendir berwarna kuning yang dapat terangkat oleh loop (Gambar 2a). Hasil tersebut menunjukkan bahwa bakteri D. dadantii merupakan bakteri gram-negatif (Dickey 1979; Perombelon dan Kelman 1980; Boccara et al. 1988; Collmer dan Keen 1986; Lee et al. 2006; Kanesiro et al. 2008).

1.5Pengujian dengan molekuler

Hasil sekuensing DNA bakteri hasil PCR dengan program BLAST dalam situs (www.ncbi.nlm.nih.gov) menunjukkan isolat yang diperoleh adalah Dickeya dadantii strain CFBP 1269 16S ribosomal RNA gene (Gambar 3, Tabel 1 dan Lampiran 8).

Gambar 3 Hasil elektroforesis gel amplifikasi gen 16S-rRNA

Kondisi: 0.8 % gel agarosa Jumlah DNA ladder dimuat

per lajur: 0.2 µg Volume Sampel dimuat per

lajur: 1 µL setiap 1 kb DNA ladder (bp): 1500 2000 bp

500 bp 1000 bp

(31)

Tabel 1 Hasil BLAST DNA bakteri pada pengujian Sekuensing DNA

2. Tingkat ketahanan beberapa anggrek Phalaenopsis hibrida terhadap D. dadantii

Gejala penyakit muncul setelah 24 jam yang ditandai dengan bercak lunak berair atau berlendir pada permukaan daun setelah diinokulasi dan apabila ditekan dengan tangan cairan dalam daun akan dengan mudah keluar. Cairan tersebut berisi koloni bakteri berwarna putih disertai bau yang tidak enak. Gejala berkembang dengan cepat dalam waktu tiga hari dan menyebabkan hampir seluruh permukaan daun menunjukkan gejala serangan patogen penyebab penyakit busuk lunak (Gambar 3). Perkembangan gejala yang cepat juga ditemukan dalam waktu 24 jam pada penelitian Handayati et al. (2004) dan Rianawati (2010), serta dalam waktu 36 jam pada penelitian Fu dan Huang (2011).

(32)

Tabel 2 Suhu, curah hujan, dan kelembaban pada saat pengujian

Tanggal Inokulasi Temperatur (0 C) Curah Hujan (mm) Kelembaban (%)

8 Februari 2015 24.0 1.7 93

9 Februari 2015 22.9 16.9 98

10 Februari 2015 24.5 88.8 91

11 Februari 2015 23.7 - 90

Gejala serangan yang disebabkan oleh D. dadantii pada seluruh hibrida Phalaenopsis hibrida menunjukkan luas gejala yang tidak berbeda nyata, namun Phal. KHM 2249 menunjukkan adanya kecenderungan luasan yang lebih rendah 7.3 sampai 52.7% dan 31.8 sampai 45% dibandingkan Phalaenopsis hibrida lainnya pada 2 dan 3 hari setelah inokulasi (Tabel 3). Luas gejala serangan yang cenderung lebih rendah pada Phal. KHM 2249 diduga disebabkan juga karena adanya beberapa tanaman yang menunjukkan reaksi hipersensitif yang menghambat serangan patogen (Gambar 3f). Luas gejala serangan pada masing-masing anggrek hibrida Phalaenopsis dibandingkan dengan anggrek pembanding sebagai kontrol menunjukkan adanya luas gejala serangan yang lebih rendah pada Phal. KHM 2249 dibandingkan anggrek hibrida Phalaenopsis lainnya. Luas gejala serangan pada satu sampai dengan tiga hari setelah inokulasi pada Phal. KHM 2249 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan Phal. amabilis sebagai genotipe pembanding, namun menunjukkan adanya perbedaan dengan Phal. amboinensis. Phal. amboinensis menunjukkan luas gejala serangan yang paling rendah yang diduga karena adanya reaksi hipersensitif setelah diinokulasi (Gambar 3h). Hasil serupa ditemukan pada penelitian Handayati et al. (2004) dan Fu serta Huang (2011) yang menyatakan bahwa Phal. amboinensis bersifat tahan, sedangkan Phal. amabilis bersifat lebih peka terhadap penyakit busuk lunak. Penelitian yang dilakukan oleh Lee (1999) juga menjukkan adanya serangan patogen tersebut pada Dendrobium phalaenopsis dan Phalaenopsis sp.

Tabel 3 Luas gejala serangan yang disebabkan oleh D. dadantii pada anggrek hibrida Phalaenopsis setelah diinokulasi dan dibandingkan dengan genotipe pembanding

Keterangan: tn= tidak berbeda nyata berdasarkan uji F pada α = 5%, B =berbeda nyata dengan

(33)

Gambar 4 Luas gejala serangan pada anggrek hibrida Phalaenopsis dan Phalaenopsis spesies pada satu sampai dengan tiga hari setelah inokulasi yaitu (a) Phal. KHM 205, (b) Phal. KHM 1126, (c) Phal. KHM 1318, (d) Phal. AMP 17, (e) Phal. KHM 2249 (f) Phal. KHM 2249 yang menunjukkan hipersensitif, (g) Phal. amabilis, (h) Phal. amboinensis. Angka 1 = 24 jam, 2 = 48 jam dan 3 = 72 jam setelah inokulasi

(g1) (g3)

(h1) (h2) (h3)

(e1) (e2) (e3)

(f1) (f3)

(a1) (a2) (a3)

(b1) (b2) (b3

)

(c1) (c2) (c3)

(d1) (d2) (d3)

(f2)

(34)

Hasil percobaan menunjukkan aktivitas peroksidase pada anggrek hibrida Phalaenopsis sebelum inokulasi dan dua bulan setelah inokulasi tidak terdeteksi adanya aktivitas, namun pada dua hari setelah inokulasi menunjukkan adanya peningkatan aktivitas peroksidase (Tabel 4). Phal. KHM 2249 menunjukkan adanya aktivitas peroksidase yang lebih tinggi sebesar 66.5 sampai 100% dibandingkan Phal. KHM 205, Phal. KHM 1126 dan Phal. KHM 1318, namun tidak berbeda dengan Phal. AMP 17. Phal. KHM 2249 menunjukkan adanya hasil yang berbeda nyata dengan anggrek pembanding yang diduga menunjukkan reaksi hipersensitif (Tabel 4). Respon hipersensitif merupakan bentuk kematian sel yang sering dikaitkan dengan ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen dengan adanya intermediet oksigen reaktif dan respon fluks ion proksimal (Morel dan Dangl 1997). Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas peroksidase meningkat ketika ada serangan patogen. Peroksidase merupakan suatu kelompok PR9-protein yang terakumulasi pada saat tanaman sakit dan ekspresinya dapat diakibatkan karena terinfeksi patogen atau lingkungan yang kurang menguntungkan (Zhou et al. 1999; Gulen et al. 2008; Almagro et al. 2009). Pudjihartati et al. (2006) melaporkan bahwa, adanya peningkatan aktivitas peroksidase yang memiliki kemungkinan untuk meningkatkan daya tahan terhadap infeksi S. rolfsii pada tanaman kacang. Daun yang menunjukkan reaksi hipersensitif diduga mengalami penurunan aktivitas peroksidasenya dua hari setelah inokulasi, karena tanaman sudah mampu mengendalikan patogen sehingga cekaman gangguan metabolisme akibat aktivitas patogen secara fisiologis lebih rendah yang berpengaruh pada penurunan aktivitas peroksidasenya (Tabel 4).

Tabel 4 Aktivitas peroksidase, kadar air daun, pengurangan jumlah daun dan tanaman hidup pada anggrek hibrida Phalaenopsis dan genotipe pembanding

Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5%, A = berbeda nyata dengan

Phal. amabilis pada Uji t-student α = 5%, dan B = berbeda nyata dengan Phal. amboinensis pada Uji t-student α = 5%, tn= tidak berbeda nyata berdasarkan uji F pada α = 5%, HSI (Hari setelah inokulasi).

(35)

lainnya (Tabel 4 dan Gambar 4). Kadar air daun yang lebih tinggi terdapat pada Phal. KHM 1318 (Tabel 4). Kadar air yang tinggi menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap serangan patogen (Rianawati 2010). Bakteri dapat tumbuh dengan cepat mengikuti aliran air (Handayati et al. 2004). Hal tersebut juga terlihat dari luas serangan yang cenderung lebih tinggi pada Phalaenopsis hibrida yang memiliki daun tebal dengan kadar air yang tinggi. Perkembangan bakteri D. dadantii pada anggrek Phalaenopsis dan pada anggrek pembanding dipengaruhi juga oleh kelembapan udara, mekanisme ketahanan tanaman, dan jenis anggrek (Muharam et al. 2012).

Perkembangan penyakit busuk lunak ditandai dengan membusuknya seluruh daun tanaman sehingga daun luruh atau gugur dan jumlah daun menjadi berkurang. Jumlah daun gugur terendah pada Phalaenopsis hibrida terdapat pada Phal. KHM 2249 dengan presentase jumlah daun gugur lebih rendah 39.84% sampai 58.54% dibandingkan Phalaenopsis hibrida lainnya dan tidak berbeda dengan Phal. amabilis. Jumlah daun gugur Phal. KHM 2249 masih lebih tinggi dibandingkan Phal. amboinensis yang diduga menunjukkan reaksi hipersensitif (Tabel 4).

Gambar 5 Ketebalan daun anggrek Phalaenopsis

(36)

Simpulan

Bakteri hasil isolasi berdasarkan identifikasi secaar morfologi dan molekuler terbukti adalah bakteri D. dadantii. Seluruh genotipe Phalaenopsis hibrida yang diinokulasi dengan bakteri D. dadantii menunjukkan gejala penyakit busuk lunak. Phal. KHM 2249 memiliki luas gejala serangan yang cenderung lebih rendah yang didukung oleh aktivitas peroksidase yang tinggi, tebal daun yang tipis dan kadar air yang rendah yang menyebabkan rendahnya penurunan jumlah daun gugur.

Saran

(37)

PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TERHADAP

PENYAKIT BUSUK LUNAK PADA DUA GENOTIPE

ANGGREK

Phalaenopsis

DENGAN PEMUPUKAN

DAN ASAM SALISILAT

Abstrak

Phalaenopsis adalah salah satu anggrek yang paling penting dalam pasar komersial dengan wilayah persebaran pada daerah tropik dan subtropik. Penyakit utama yang ditemukan pada anggrek Phalaenopsis diantaranya busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri Dickeya dadantii. Alternatif pencegahan penyakit ini antara lain dengan pemupukan berimbang dan pertambahan bahan penginduksi ketahanan seperti asam salisilat. Percobaan ini terdiri atas dua percobaan terpisah yaitu pengaruh pemupukan dan asam salisilat terhadap pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit busuk lunak pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi pemupukan NPK (21-21-21) atau asam salisilat serta interaksi antara keduanya untuk peningkatan pertumbuhan anggrek dan ketahanan terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh D. dadantii. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman dan Rumah Kaca Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor serta Rumah plastik Alam Sinar Sari Dramaga, Bogor dari bulan Agustus 2014 sampai Maret 2015. Rancangan penelitian yang digunakan pada masing-masing percobaan yaitu rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Faktor pertama konsentrasi pemupukan NPK yang terdiri atas konsentrasi 0, 1000 dan 2000 ppm. Faktor kedua yaitu konsentrasi asam salisilat yang terdiri atas konsentrasi 0, 5 dan 10 ppm.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemupukan NPK pada Phal. KHM 1318 berperan dalam meningkatkan kehijauan dan luas daun, panjang dan lebar daun kedua pada tiga bulan setelah perlakuan, panjang dan lebar daun baru, jumlah dan tebal daun pada dua dan tiga bulan setelah perlakuan serta total pertambahan tebal daun selama perlakuan. Pemupukan NPK pada Phal. KHM 205 berperan dalam meningkatkan pertambahan kehijauan daun, panjang daun kedua setelah dua bulan perlakuan, panjang dan lebar daun baru, jumlah daun tiga bulan setelah perlakuan, tebal daun dua bulan setelah perlakuan, total pertambahan tebal daun dan kadar air tiga bulan setelah perlakuan. Pemupukan NPK pada Phal. KHM 205 juga berperan dalam meningkatkan luas daun, panjang daun kedua, panjang dan lebar daun baru, jumlah daun pada tiga bulan setelah perlakuan. Pemberian SA juga berperan dalam meningkatkan tebal daun pada Phal. KHM 1318 dan panjang serta lebar daun kedua pada Phal. KHM 205.

(38)

belum mampu menurunkan jumlah daun gugur. Pemupukan NPK dan SA meningkatkan jumlah aktivitas peroksidase pada Phal. KHM 1318.

Kata kunci: Kadar air, luas gejala, tebal daun, peroksidase

GROWTH AND SOFT ROT DISEASE RESISTANCE ON TWO

GENOTYPES Phalaenopsis

ORCHID WITH FERTILIZATION

AND SALICYLIC ACID APPLICATION

Abstract

Phalaenopsis is one of the most important orchid in the commercial market with the distribution area in the tropics and subtropics. The main diseases found in Phalaenopsis include soft rot caused by bacteria D. dadantii. Alternative prevention of this disease used balanced fertilization and the addition of resistance inducers such as salicylic acid. The research consisted of two separate experiments namely the effect of fertilization and salicylic acid on the growth and resistantcy of soft rot disease on Phal. KHM 1318 and Phal. KHM 205. The purpose of this research is to find the effect of the concentration of NPK fertilizer (21-21-21) or salicylic acid and the interaction between them to increase growth and resistancy from soft rot disease caused by D. dadantii. The experimental was conducted at the Bacterial Plant Laboratory, Department of Plant Protection and Greenhouse Leuwikopo, Bogor Agriculture University and plastic house Alam Sinar Sari Dramaga, Bogor, Indonesia from August 2014 to March 2015. The experimental design in each experiment was a randomized block design with three replications. The first factor was NPK concentration i.e. 0, 1000 and 2000 ppm. The second factor was the concentration of salicylic acid i.e. 0, 5 and 10 ppm.

The results showed that NPK fertilization on Phal. KHM 1318 had role in increasing the greenness and leaf area, length and width of the second leaf on three months after the treatment, length and width of new leaf, number and thickness of leaves in two and three months after treatment as well as total added of leaf thickness. NPK Fertilization on Phal. KHM 205 had role in increasing the greenness of leaves, length of the second of leaf on two months after treatment, length and width of new leaf, leaves number three months after treatment, thickness leaves two months after treatment, total added of leaf thickness, as well as water content of three months after treatment. NPK fertilization on Phal. KHM 205 also had role in improving leaf area, length of the second leaf, length and width of the new leaf, as well as number of leaves in three months after treatment. SA had role in increasing the thickness of leaf on Phal. KHM 1318. SA also had role in increasing length and width of the second leaf on Phal. KHM 205.

(39)

of leaf fall on Phal. KHM 1318, while giving SA on Phal. KHM 205 reduced the disease symptoms area on three and four days after inoculation but has not been able to reduce the amount of leaf fall. The increasing of NPK fertilization and SA concentrations had role in increased the amount of peroxidase activity at Phal. KHM 1318.

(40)

Pendahuluan

Phalaenopsis adalah salah satu anggrek yang paling penting dalam pasar komersial (Chang et al. 2013). Wilayah persebaran Phalaenopsis terdapat pada daerah tropik dan subtropik seperti Vietnam, Burma, Thailand, Malaysia, Indonesia dan Papua Nugini. Phalaenopsis relatif cepat berbunga dengan warna yang beragam yang tersusun rapi di sepanjang tangkai bunga. Phalaenopsis memiliki batang yang pendek dan merupakan tanaman monopodial (Christenson 2001). Phalaenopsis terdiri atas Phalaenopsis spesies dan hibrida yang merupakan hasil persilangan antar anggrek. Karakteristik Phalaenopsis hibrida berbeda dengan spesies, seperti jumlah bunga yang relatif lebih banyak karena tangkai bunga lebih panjang, warna bunga lebih menarik, ukuran bunga lebih besar dan daya tahan mekar bunga lebih lama.

Penyakit merupakan salah satu faktor terpenting dalam budidaya anggrek Phalaenopsis. Penyakit utama pada Phalaenopsis antara lain penyakit busuk lunak yang disebakan oleh bakteri Dickeya dadantii. Penyakit busuk lunak ditandai dengan maserasi jaringan tanaman pada dinding sel tanaman karena serangkaian depolymerizing enzim seperti pektinase, selulase, dan protease yang berkembang dengan cepat (Beaulieu dan Gijsegem 1990). Perkembangan serangan patogen yang cepat tersebut menyebabkan dibutuhkannya alternatif pengendalian yang lebih tepat, efektif dan efisien selain mengunakan pestisida kimiawi.

Pemupukan yang tepat dan seimbang pada tanaman Phalaenopsis adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Timothy et al. 2010). Aplikasi pupuk pada tanaman anggrek akan menyebabkan percepatan fase generatif dan meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama serta patogen (Rodrigues et al. 2010). Konsentrasi pupuk yang sesuai kebutuhan menyebabkan hara yang dibutuhkan tanaman anggrek Phalaenopsis dalam keadaan yang tercukupi karena Phalaenopsis adalah salah satu jenis anggrek yang merespon lebih lambat untuk pemupukan (Hew dan Yong 2004). Kandungan hara tanaman juga sangat berpengaruh terhadap infeksi hama dan patogen (Timothy et al. 2010). Pemupukan NPK 2 gL-1 setiap dua kali seminggu pada daun dan permukaan media tanam dengan menggunakan sprayer dalam volume semprot 0.8-1.5 ml per tanaman selama 120 hari memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium sp. (Suradinata et al. 2012). Adanya pertumbuhan yang baik ini diharapkan mampu berkorelasi positif dengan peningkatan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen seperti pemberian pupuk NPK pada tanaman padi yang dapat menurunkan intensitas penyakit bercak daun cokelat dari 57.81% menjadi 32.05% dan penyakit bercak bergaris dari 8.55% menjadi 2.48% (Abdulrachman dan Yulianto 2001).

(41)

organisme penganggu tumbuhan melalui tanaman resisten belum memberikan hasil maksimal yang disebabkan ragam genetik ketahanan tanaman anggrek belum banyak diketahui. Induksi ketahanan dapat dilakukan melalui aplikasi agensia hayati (seperti Rhizobacteria dan non patogen) dan senyawa kimia (sintetik dan nabati) (Walter et al. 2005). Dua fungsi utama senyawa kimia yang diberikan untuk peningkatan ketahanan tanaman adalah melalui penguatan fisik tanaman seperti penebalan dinding sel dan melalui sintesis senyawa kimia yang berperan dalam proses ketahanan tanaman seperti pembentukan senyawa fitoaleksin, antioksidan dan flavonoid (Spann dan Schumann 2010). Aplikasi formula ekstrak tanaman dan SA mampu mengurangi perkembangan penyakit layu bakteri (Hartati 2012). Aplikasi SA selain berperan dalam peningkatan ketahanan juga perperan sebagai hormon pertumbuhan. Rivas et al. (2011), melaporkan adanya transgen atau mutasi gen dari fungsi efek SA pada pertumbuhan fenotipe CPR1 dengan akumulasi 2 sampai 200 kali lipat dari jumlah SA tipe liar yang menyebabkan daun menjadi lebih berwarna hijau gelap dibandingkan dengan tipe liarnya yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Tujuan dari percobaan ini yaitu mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi pemupukan NPK (21-21-21) dan SA serta interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan dan ketahanan penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205.

Bahan dan Metode

Percobaan ini terdiri atas dua percobaan terpisah yaitu pengaruh pemupukan NPK dan SA terhadap pertumbuhan dan ketahanan penyakit busuk lunak pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205 yang merupakan saran dari percobaan pertama. Phal. KHM 1318 merupakan genotipe yang cenderung memiliki gejala penyakit busuk lunak yang tinggi sedangkan Phal. KHM 205 cenderung memiliki gejala penyakit busuk lunak yang lebih rendah dibandingkan Phal. KHM 1318 berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya anggrek. Hal tersebut juga didukung dari hasil percobaan pertama yaitu pada Phal. KHM 1318 yang memiliki jumlah daun gugur dan jumlah tanaman hidup terendah, sedangkan Phal. KHM 205 merupakan genotipe yang memiliki jumlah daun gugur yang lebih lebih rendah dan jumlah tanaman hidup yang lebih tinggi dibandingkan Phal. KHM 1318.

Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Tanaman, Institut Pertanian Bogor, untuk penyiapan bakteri. Pengujian ketahanan dilakukan di Rumah Kaca Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor dan Alam Sinar Sari Dramaga dari bulan Agustus 2014 sampai Maret 2015.

1. Penyediaan isolat D. dadantii dan bibit anggrek

(42)

2. Uji ketahanan Anggrek hibrida Phalaenopsis terhadap bakteri D. dadantii

2.1 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan pada masing-masing percobaan yaitu rancangan acak kelompok lengkap dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu konsentrasi pemupukan NPK (21-21-21) yang terdiri atas 0, 1000 dan 2000 ppm dan faktor kedua yaitu konsentrasi SA yang terdiri atas 0, 5 dan 10 ppm. Total kombinasi antar perlakuan adalah sembilan perlakuan. Setiap unit percobaan terdiri atas lima tanaman. Total tanaman yang digunakan pada masing-masing percobaan seluruhnya berjumlah 135 tanaman. Model linier rancangan perlakuan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) secara umum dapat dituliskan sebagai berikut:

Yijk = µ + iI + j + ( )ij + ρk + ijk

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor konsentrasi pemupukan NPK taraf ke-i, faktor konsentrasi SA taraf ke-j dan kelompok ke-k

µ = Rataan umum

i = Pengaruh perlakuan konsentrasi pemupukan NPK ke-i, i=1, 2,3 j = Pengaruh perlakuan konsentrasi SA ke-j, j=1, 2, 3

( )ij =Komponen interaksi dari faktor konsentrasi pemupukan NPK taraf ke-i dan konsentrasi SA taraf ke-j

ρk = Pengaruh kelompok ke-k

�ijk = Pengaruh acak yang menyebar normal

2.2 Pemberian Pupuk NPK dan Asam Salisilat

Pengaplikasian pupuk dan SA pada kedua percobaan dilakukan setiap satu minggu sekali, aplikasi dimulai pada bulan September 2014 sampai Februari 2015. Pemberian pupuk dan SA dilakukan dengan cara menyemprotkan ke seluruh daun dan media tanam menggunakan hand sprayer sampai basah dan menetes. Pemberian berhenti satu minggu sebelum inokulasi.

2.3 Inokulasi bakteri D. dadantii

Inokulasi bakteri dilakukan dengan menusuk daun kedua bagian atas dari tiap tanaman dengan tusuk gigi yang mengandung koloni bakteri D. dadantii sementara bagian bawah daun ditekan dengan jari. Pengamatan gejala dilakukan selama masa inkubasi.

2.4 Peubah pengamatan penelitian

(43)

pengamatan terakhir dengan tebal daun pada saat pengamatan sebelumnya. Total pertambahan tebal daun dengan menjumlahkan pertambahan tebal daun dua dan tiga bulan setelah perlakuan. Pertambahannya jumlah daun dihitung per tanaman dengan cara mengurangi jumlah daun (daun yang sudah membuka sempurna) pada saat pengamatan terakhir dengan jumlah daun pada saat pengamatan sebelumnya. Pertambahan panjang serta lebar daun baru dengan cara mengurangi panjang dan lebar daun baru pada saat akhir penelitian dengan panjang dan lebar daun baru pada saat pengamatan sebelumnya. Pengukuran luas daun menggunakan Li-cor 3000 c dan pengukuran kehijauan daun manggunakan SPAD pada daun kedua atas pada saat awal dan akhir pengamatan atau sebelum inokulasi bakteri. Pertambahan luas dan kehijauan daun dengan cara mengurangi luas dan kehijauan daun pada akhir penelitian dengan luas dan kehijauan daun pada pengamatan sebelumnya. Peubah penyakit yang diamati pada kedua percobaan setelah inokulasi yaitu masa inkubasi (waktu dari awal inokulasi hingga timbulnya gejala pada anggrek), luas gejala serangan (%) dengan rumus:

Luas gejala serangan (%) = Luas gejala busuk lunak pada setiap daun

Total luas daun pada daun yang bergajala

x

100%

Peubah selanjutnya yaitu pertambahan jumlah daun gugur dua minggu setelah inokulasi dan empat minggu setelah inokulasi dengan cara mengurangi jumlah daun pada saat pengamatan terakhir dengan jumlah daun gugur pada saat pengamatan sebelumnya. Total jumlah daun gugur dihitung dengan cara menjumlahkan pertambahan jumlah daun gugur dua dan empat minggu setelah inokulasi, jumlah tanaman hidup empat minggu setelah inokulasi, dan kadar air daun tiga bulan setelah perlakuan dengan rumus:

Kadar air daun (%) = Bobot basah-Bobot kering

Bobot basah x 100%

Analisis berikutnya yaitu aktivitas peroksidase. Daun diambil dua hari setelah inokulasi bakteri D. dadantii. Analisis aktivitas enzim peroksidase menurut Kar dan Mishra (1976); Pudjihartati et al. (2006); Sukma et al. (2008). Sebanyak 100 µl ekstrak protein jaringan ditambahkan ke dalam larutan 2.5 ml pirogalol 0.2 M, kemudian campuran tersebut ditambahkan dengan H2O2 (1%) sebanyak 250 µl. Nilai absorbansi larutan sesudah reaksi diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang λ 420 nm setiap 30 detik dalam periode 0–240 detik. Blanko campuran menggunakan larutan yang sama tetapi tanpa ekstrak protein sehingga sebagai pengganti ekstrak protein, ke dalam larutan blanko ditambahkan larutan penyangga fosfat. Aktivitas peroksidase dihitung sebagai peningkatan nilai absorbansi per satuan waktu per bobot protein

(44)

dalam Waterborg (2002), sedangkan analisis PAL menggunakan metode Dangcham et al. (2008) (Lampiran 3, 4 dan 5).

2.5 Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SAS (Statistical Analysis System). Data dianalisis dengan analisis ragam pada α 0.05 apabila terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan DMRT pada α 0.05 (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Hasil dan Pembahasan

1. Hasil percobaan

Hasil rekapitulasi analisis data (Lampiran 1 dan 2), menunjukkan bahwa pemupukan NPK berpengaruh nyata meningkatkan pertambahan kehijauan daun, luas daun, panjang dan lebar daun kedua tiga bulan setelah perlakuan, panjang dan lebar daun baru tiga bulan setelah perlakuan, jumlah daun, tebal daun pada dua dan tiga bulan setelah perlakuan serta total pertambahan tebal daun pada Phal. KHM 1318. Pemupukan NPK pada Phal. KHM 1318 juga berpengaruh dalam meningkatkan luas daun, panjang daun kedua, panjang dan lebar daun baru, jumlah daun dan tebal daun pada tiga bulan setelah perlakuan. Pemupukan NPK pada Phal. KHM 205 berpengaruh meningkatkan pertambahan kehijauan daun, panjang daun kedua dua bulan setelah perlakuan, panjang dan lebar daun baru serta jumlah daun, tebal daun dua bulan setelah perlakuan, total pertambahan tebal daun dan kadar air daun tiga bulan setelah perlakuan. Pemupukan NPK pada Phal. KHM 205 juga berpengaruh dalam meningkatkan luas daun, panjang daun kedua dan daun baru, lebar daun baru serta jumlah daun tiga bulan setelah perlakuan. Pemberian SA pada Phal. 1318 hanya berpengaruh dalam meningkatkan tebal daun setelah tiga bulan perlakuan, sedangkan pemberian SA pada Phal. KHM 205 hanya berpengaruh dalam meningkatkan panjang dan lebar daun kedua setelah tiga bulan perlakuan.

(45)

1.1 Pertumbuhan anggrek Phalaenopsis

Tabel 5 Pertambahan kehijauan dan luas daun serta kehijauan dan luas daun tiga bulan setelah perlakuan pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205

Perlakuan

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5%. ** = berbeda nyata berdasarkan uji F pada α = 1%, * = berbeda nyata berdasarkan uji F pada α = 5% dan tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji F pada α = 5% pada kolom yang sama.

(46)

Pertambahan panjang dan lebar daun kedua pada Phal. KHM 1318 tidak menunjukkan adanya perbedaan pada dua bulan setelah perlakuan, sedangkan pengaruh pemupukan NPK mulai menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pertambahan panjang dan lebar daun kedua pada tiga bulan setelah perlakuan. Pertambahan panjang daun kedua yang lebih baik didapatkan pada pemupukan NPK 2000 ppm dengan nilai sebesar 76.84 dan 40.74% dibandingkan pemupukan NPK 0 dan 1000 ppm. Pertambahan lebar daun kedua yang lebih baik pada tiga bulan setelah perlakuan diperoleh pada pemupukan NPK 1000 dan 2000 ppm dengan pertambahan lebar sebesar 70 dan 75.67% dibandingkan pemupukan NPK 0 ppm (Tabel 6). Pertambahan panjang daun kedua pada Phal. KHM 205, hasil yang lebih baik didapatkan pada pemupukan NPK 1000 dan 2000 ppm dengan peningkatan pertambahan sebesar 46.8 dan 56.4% dibandingkan pemupukan NPK 0 ppm pada dua bulan setelah perlakuan. Pertambahan panjang daun kedua pada tiga bulan setelah perlakuan dan pertambahan lebar daun kedua dua serta tiga bulan setelah perlakuan tidak menunjukkan adanya perbedaan antar pemupukan NPK (Tabel 6).

Tabel 6 Pertambahan panjang dan lebar daun kedua pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205

Gambar

Gambar 1  Alur diagram percobaan pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit
Gambar 2 Hasil identifikasi bakteri pada beberapa tahapan antara lain yaitu (a) Uji
Tabel 1 Hasil BLAST DNA bakteri pada pengujian Sekuensing DNA
Tabel 2 Suhu, curah hujan, dan kelembaban pada saat pengujian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ditinjau dari aspek teknis saja dapat direkomendasikan bahwa Simulasi II adalah alternatif penangganan yang tepat dalam menanggulangi banjir yang terjadi pada

Laba diperoleh dari : pendapatan usaha dikurangi dengan : beban usaha, bagian rugi (laba) bersih perusahaan, beban bunga, beban lain-lain bersih, pajak dan hak

Dalam kesempatan ini akan hadir juga Rektor Universitas Surabaya, Ketua Yayasan, dosen, mahasiswa, mitra rumah sakit pendidikan, serta beberapa dokter dan profesor yang

Bagi investor yang berani untuk mengambil risiko besar guna mendapatkan abnormal return saham dapat melakukan investasi pada perusahaan sub sektor perbankan karena dari hasil

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “ Optimalisasi Pertumbuhan Tunas Kentang (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola Kembang dengan Perbandingan Auksin dan Sitokinin

Pengamatan keparahan penyakit blas dilakukan terhadap tanaman padi dari saat benih mulai tumbuh hingga menunjukkan gejala bercak daun berbentuk belah ketupat..

Lebih lanjut Nonji (1987) mengatakan bahwa teripang dapat dijumpai tidak hanya di perairan dangkal, ada juga yang hidup di laut dalam, Teripang hidup sebagai

Pengaruh yang dijelaskan oleh variabel pengaruh variabel pendapatan, biaya, aktiva dan hutang secara terhadap Laba PDAM sebesar 0,998 atau 99,8 % sisanya dijelaskan oleh