• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI BEBERAPA VARIETAS JERUK KEPROK

DATARAN RENDAH

SULEYMAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

SULEYMAN. Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi plasma nutfah jeruk berwarna kulit kuning ataupun jingga yang sesuai untuk dataran rendah. Karakterisasi dilakukan terhadap jeruk yang terdapat di Desa Padang Pangrapat dan Desa Rantau Panjang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, serta Desa Linggamanik, Kecamatan Cikelet, dan Desa Mekardaya, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut pada bulan Mei-Agustus 2012. Pengamatan merujuk pada buku Descriptors for Citrus (International Plant Genetic Resources Institute, 1999). Karakter jeruk yang diamati selanjutnya dibandingkan dengan karakter varietas yang telah dirilis oleh Departemen Pertanian, yaitu Keprok Borneo Prima (Kalimantan Timur), dan Keprok Garut (Garut). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jeruk yang diperoleh di Desa Padang Pangrapat dan Rantau Panjang tidak berbeda satu sama lain, namun berbeda dengan Keprok Borneo Prima. Jeruk yang diperoleh di Desa Linggamanik berbeda dengan Keprok Garut, sedangkan Jeruk yang diperoleh di Desa Mekardaya adalah Keprok Garut.

Kata kunci: dataran rendah, karakterisasi, Keprok Borneo Prima, Keprok Garut

ABSTRACT

SULEYMAN. Characterization of Some Lowland Mandarin Varieties. Supervised by ROEDHY POERWANTO.

The research was conducted to characterize germplasms of Mandarins which have orange or orange-yellow epicarp color that is well-adapted in lowlands. Characterization was conducted on citrus in Padang Pangrapat and Rantau Panjang Village, Paser Regency, East Kalimantan, and Linggamanik Village, Cikelet District and Mekardaya Village, Bayongbong District, Garut in May-August 2012. The observations were referring to Descriptors for Citrus (International Plant Genetic Resources Institute, 1999). The character of observed citrus were compared with the similar variety that have been released by the Ministry of Agriculture; namely Keprok Borneo Prima (East Kalimantan), and Keprok Garut (Garut). The results showed that the citrus obtained in Padang Pangrapat and Rantau Panjang Village were not different each other, but different from Keprok Borneo Prima. The citrus obtained at Linggamanik Village was different from Keprok Garut. The citrus obtained at Mekardaya Village was similar to Keprok Garut. .

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

KARAKTERISASI BEBERAPA VARIETAS JERUK KEPROK

DATARAN RENDAH

SULEYMAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah Nama : Suleyman

NIM : A24080069

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 ini ialah karakterisasi, dengan judul Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Riset dan Teknologi yang mendanai penelitian ini melalui hibah Program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (SINas) yang dihibahkan kepada Bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto (Kontrak Kerjasama No. 1.28/SEK/IRS/PPK/I/2012, Judul Penelitian: Pengembangan Jeruk Unggulan Indonesia Guna Pemenuhan Kebutuhan Gizi Masyarakat dan Penghematan Devisa Negara). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya selama ini serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang berkepentingan.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Taksonomi Jeruk (Citrus spp.) 3

Deskripsi 4

Karakter 4

METODE 6

Tempat dan Waktu 6

Bahan dan Alat 6

Prosedur Analisis Data 6

Pengamatan Karakter Tanaman 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Aspek Budidaya Jeruk Keprok 8

Komponen Utama Karakter Tanaman 10

Profil Klaster 12

Standar Kualitas OECD 13

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Variabel pembentuk komponen utama 10

Tabel 2 Keanggotaan klaster berdasarkan Klaster Hierarki dan K-Means

Klaster 11

Tabel 3 Perbandingan kualitas jeruk keprok yang diamati dengan standar

OECD 14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Perkembangan impor jeruk di Indonesia (BPS 2012) 1

Gambar 2 Dendogram Klaster Hierarki 11

Gambar 3 Profil klaster menggunakan analisis K-Means Klaster 13

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

20 000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

T dan diantaranya sebanyak 182 345 ton adalah buah jeruk (BPS 2012). Impor buah jeruk dari tahun 1999 hingga 2011 cenderung meningkat (Gambar 1). Salah satu kualitas jeruk yang belum bisa dipenuhi oleh produsen dalam negeri adalah warna kulit jeruk. Sebagian besar konsumen menyukai jeruk yang berwarna jingga, seperti jeruk mandarin dan jeruk impor lainnya. Riyanti (2005) menyatakan bahwa semakin jingga warna kulit buah jeruk, maka permintaan terhadap buah jeruk tersebut semakin meningkat. Untuk memenuhi keinginan konsumen terhadap warna kulit jeruk yang lebih menarik, maka perlu dikembangkan jeruk lokal dengan warna kulit jingga.

Gambar 1 Perkembangan impor jeruk di Indonesia (BPS 2012)

Beberapa varietas jeruk lokal ada yang berwarna kulit kuning mendekati jingga, terutama jeruk keprok, seperti Keprok Garut (Garut, Jawa Barat), Keprok Batu 55 (Malang, Jawa Timur), Keprok Brastepu (Karo, Sumatra Utara), Keprok Gayo (Aceh), dan Keprok Soe (NTT). Varietas-varietas jeruk keprok tersebut merupakan varietas yang sesuai untuk dibudidayakan di dataran tinggi, yaitu pada ketinggian di atas 700 mdpl. Varietas jeruk keprok yang sesuai untuk dibudidayakan di dataran rendah masih sangat terbatas jumlahnya. Misalnya Keprok Terigas (Sambas, Kalimantan Barat), Keprok Kacang (Solok, Sumatra Barat), dan Keprok Siompu (Siompu, Sulawesi Utara). Namun jeruk keprok yang sesuai untuk dataran rendah tersebut memiliki karakter warna kulit hijau (Balitjestro 2012).

(12)

2

sekarang terdapat beberapa varietas jeruk keprok dataran rendah yang dapat menghasilkan buah dengan warna kulit kuning mendekati jingga. Misalnya Keprok Madura (Pamekasan, Jawa Timur), Keprok Borneo Prima (Kutai Timur, Kalimantan Timur), Keprok Selayar (Pulau Selayar, Sulawesi Selatan), dan Keprok Tejakula (Buleleng, Bali) (Balitjestro 2012).

Indonesia memiliki banyak plasma nutfah. Banyak daerah yang memiliki jenis-jenis jeruk yang tidak diketahui asal-usulnya sehingga dianggap sebagai kultivar lokal (Sugiyarto dan Supriyanto 1992). Jenis-jenis jeruk yang tidak diketahui asal-usulnya tersebut perlu dideskripsikan. Terutama jeruk berwarna kulit kuning maupun jingga yang potensial untuk dikembangkan di dataran rendah. Selain itu, juga perlu dilakukan pengkoleksian varietas jeruk lokal dengan warna kulit kuning maupun jingga. Pendeskripsian jeruk tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui karakter jeruk yang akan dibudidayakan. Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat agronomi, karakter morfologi, serta karakter-karakter penting lainnya yang bernilai ekonomi atau merupakan penciri dari suatu varietas. Karakterisasi merupakan kegiatan penting dalam pengelolaan plasma nutfah yang digunakan untuk menyusun deskripsi suatu varietas dalam rangka seleksi pada program pemuliaan.

Karakterisasi perlu dilakukan pada jeruk yang tumbuh pada dataran rendah. Kemampuan tumbuh dan berbuah pada dataran rendah merupakan potensi besar dalam pengembangan jeruk di Indonesia. Luas area dataran rendah di Indonesia lebih dominan daripada dataran tinggi. Selain itu, dataran tinggi lebih banyak dialokasikan untuk kawasan konservasi dan kawasan penanaman komoditas lainnya. Kemampuan tumbuh dan berbuah pada dataran rendah akan memudahkan pengembangan varietas jeruk lokal pada area yang lebih luas, sehingga dapat menghasilkan produksi yang tinggi.

Jumlah produksi yang besar harus diimbangi dengan kualitas buah yang baik sehingga dapat diterima oleh pasar dan mampu bersaing dengan jeruk impor. Karakter buah yang diamati selanjutnya dibandingkan dengan standar kualitas buah jeruk yang ditetapkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Jika varietas jeruk yang diamati memenuhi standar kualitas OECD, maka varietas tersebut berpotensi untuk bersaing di pasar internasional.

Tujuan Penelitian

(13)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Jeruk (Citrus spp.)

Jeruk (Citrus spp.) merupakan anggota famili Rutaceae yang terdiri dari banyak spesies dan varietas yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Jeruk keprok yang terdapat di Indonesia antara lain; Keprok Kacang (Sumatra Barat), Keprok Batu 55 (Jawa Timur), Keprok Selayar (Sulawesi Selatan), Keprok Pulung (Jawa Timur), Keprok Keling (Sumatra Utara), Keprok Tawangmangu (Jawa Tengah), Keprok Tejakula (Bali), dan Keprok Madura (Jawa Timur) (Karsinah et al. 2002). Jeruk siam yang terdapat di Indonesia antara lain; Siam Pontianak, Siam Medan, Siam Banjar, Siam Kintamani, Siam Ponorogo, Siam Jember, dan Siam Mamuju (Martasari et al. 2012).

Menurut Reuther et al. (1967), taksonomi dari tanaman jeruk adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi : Embryophyta Siphonogama

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Archichlamydeae Ordo : Geraniales Subordo : Geraniineae

Famili : Rutaceae (suku jeruk-jerukan) Genus : Citrus

Para ahli taksonomi menyatakan bahwa Citrus termasuk pada Ordo Geraniales, famili Rutaceae, dan subfamili Aurantioideae. Rutaceae merupakan satu dari 12 famili pada subordo Geraniineae, dan Aurantioideae merupakan satu dari tujuh subfamili pada famili Rutaceae, yang meliputi spesies jeruk komersial dan beberapa genus penting lainnya (Nicolosi 2007).

Swingle dalam buku The Citrus Industry membagi subfamili Aurantioideae menjadi dua suku: Clauseneae dengan lima genus, dan Citreae dengan 28 genus termasuk Citrus dan beberapa genus terkait seperti Fortunella, Poncirus, Eremocitrus, Microcitrus dan Clymenia. Kondisi taksonomi pada famili, subfamili, genus, dan spesies dalam Aurantioideae cukup kontroversial, kompleks, dan terkadang membingungkan. Citrus dan beberapa genus terkait, berhibridisasi dengan mudah, dan hal ini telah terjadi di alam liar selama berabad-abad (Reuther et al. 1967).

(14)

4

(jeruk besar), 4) Citrus limon (jeruk lemon), 5) Citrus aurantifolia (jeruk nipis), 6) Citrus medica (sitrun), dan 7) Citrus paradisi (grapefruit) (Martasari 2008).

Deskripsi

Deskripsi morfologi jeruk keprok berdasarkan PROSEA (1992) yaitu: tanaman kecil (belum dewasa) biasanya berduri, cabang muda angular, sedangkan cabang yang lebih tua tidak berduri. Semua bagian memiliki kelenjar yang mengandung cairan aromatik. Daun sederhana, tidak majemuk, tipis. Petiol umumnya bersayap, menyatu atau terpisah dengan lembar daun. Lembar daun bergerigi atau halus, dengan sedikit hidatoda. Bunga tunggal, umumnya hermaprodit. Kelopak bunga berbentuk mangkuk, terdiri dari 4-5 bagian. Mahkota bunga terdiri atas 4-8 petal, namun pada umumnya hanya terdiri dari lima petal. Stamen berjumlah 4-10 kali lipat jumlah petal, namun pada umumnya empat kali jumlah petal. Buah hesperidium, kulit buah (epikarp) banyak mengandung kelenjar minyak. Bagian mesokarp kering dan berwarna putih. Endokarp terdiri dari beberapa juring yang mengandung vesikel. Vesikel mengandung banyak cairan yang manis, asam, atau pahit. Biji berwarna pucat, dan pada umumnya poliembrioni.

Jeruk keprok dalam dunia perdagangan dikenal sebagai Mandarin. Menurut klasifikasi secara hortikultura (Reuther et al. 1967), Mandarin terbagi ke dalam empat spesies:

1. “Common Mandarins” (Citrus reticulata Blanco). Pohon kecil berduri dengan ranting yang ramping. Daun lanset atau elips dengan ujung dan pangkal yang berbentuk meruncing. Bunga timbul secara tunggal atau bersamaan pada aksilar daun. Buah berbentuk membulat atau agak bulat dengan kulit yang tipis, mudah dikupas dan dipisahkan dari juring, serta berwarna oranye terang atau merah-oranye ketika sudah masak. Biji kecil dengan salah satu ujung yang melancip serta embryo berwarna hijau. 2. “King Mandarins” (Citrus nobilis Loureiro). Pohon tegak berduri atau

tanpa duri. Daun lebar berbentuk lanset. Tangkai daun agak panjang dengan sayap petiol yang sempit. Buah cukup besar. Kulit buah agak tebal dan agak sulit dikupas atau dipisahkan dari juring. Jumlah biji sedikit atau banyak. Jumlah juring antara 12-14.

3. “Satsuma Mandarins” (Citrus unshiu Marcovitch). Pohon biasanya memiliki cabang yang menyebar dengan ranting terkulai. Hampir tidak berduri. Daun lanset dengan tangkai yang panjang dan bersayap. Bunga memiliki serbuk sari yang steril.buah berwarna oranye, berukuran sedang, dan tanpa biji. Jumlah juring 10-12.

4. “Mediterranean Mandarins” (Citrus deliciosa Tenore). Pohon memiliki cabang yang terkulai, hampir tidak berduri. Daun berbentuk lanset. Buah berukuran sedang dan berbiji. Jumlah juring 10-12.

Karakter

(15)

5 karakter buah. Hal ini terkait erat dengan kualitas buah. Dari sisi produsen, karakter tanaman lebih banyak ditekankan pada adaptasi lingkungan tumbuh. OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) menerapkan standar kualitas jeruk untuk memenuhi permintaan konsumen terhadap jeruk yang berkualitas.

Standar kualitas yang diterapkan oleh OECD antara lain; batas minimal kandungan jus (33%), batas minimal warna oranye (sepertiga bagian kulit buah), batas minimal diameter buah (45 mm), dan batas minimal rasio gula/asam (6.5/1). Standar kualitas lainnya meliputi batas minimal kerusakan fisik buah (OECD, 2008).

Beberapa varietas jeruk lokal yang berpotensi untuk memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh OECD, antara lain Keprok Batu 55, Keprok Garut, dan Keprok Borneo Prima, dengan karakter sebagai berikut:

Keprok Batu 55 (dataran tinggi). Buah berbentuk bulat pendek atau agak bulat dengan ukuran rata-rata tinggi 5.7 cm, diameter 6.3 cm. Kulit buah matang berwarna kuning dan permukaannya halus. Ujung buah berlekuk dalam. Buah jeruk ini tidak berpusar buah. Ketebalan kulit rata-rata 2.3 mm. Daging buah bertekstur lunak dengan rasa manis. Buah mengandung banyak air. Berat buah rata-rata 123.3 g per buah. Biji berwarna krem dan berbentuk oval. Tiap buah memiliki kira-kira enam belas biji dengan ukuran rata-rata tinggi 10 mm, diameter 5 mm. Tanaman tumbuh berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi antara 2-8 m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batang bulat atau setengah bulat dan memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk sangat rindang. Dahan kecil dan letaknya berpencar tidak beraturan. Daun berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau lanset dengan pangkal tumpul dan ujung meruncing seperti tombak. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilat, sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan lebar 1.5-4 cm. Tangkai daun bersayap sangat sempit sehingga bisa dikatakan tidak bersayap (Direktorat Budidaya Tanaman Buah 2010).

Keprok Garut (dataran tinggi). Buah berbentuk bulat dengan permukaan yang halus. Ukuran buah rata-rata tinggi 5.6 cm, diameter 5.9 cm. Ujung buah bulat dan tidak memiliki pusar buah. Tangkai buah pendek. Kulit buah matang berwarna kuning dengan ketebalan 3 mm. Daging buah bertekstur lunak dan berair banyak dengan rasa yang manis. Setiap buah rata-rata berbobot 62.5-70 g. Jumlah biji sekitar tujuh per buah dengan ukuran rata-rata tinggi 8 mm, diameter 4 mm. Permukaan biji halus dengan urat biji yang hampir tidak tampak. Biji berwarna krem dan berbentuk oval. Tanaman tumbuh berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi antara 2-8 m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batang bulat atau setengah bulat dan memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk sangat rindang. Dahan kecil dan letaknya berpencar tidak beraturan. Daun berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau lanset dengan pangkal tumpul dan ujung meruncing seperti tombak. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilat, sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan lebar 1.5-4 cm. Tangkai daunnya bersayap sangat sempit sehingga bisa dikatakan tidak bersayap (Direktorat Budidaya Tanaman Buah 2010).

(16)

6

dalam. Pangkal buah berkonde. Buah jeruk ini tidak berpusar buah. Ketebalan kulit rata-rata 3.5 mm. Daging buah bertekstur lunak dengan rasa manis. Buah mengandung jus 19.79-26.24%. Berat buah antara 60-290 gram per buah. Biji berwarna krem dan berbentuk oval. Tiap buah memiliki 7-22 biji dengan ukuran panjang 11-12 mm, diameter 6-7 mm. Tanaman tumbuh berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi rata-rata 3.5 m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batang bulat atau setengah bulat dan memiliki tajuk menjulang dengan percabangan yang rapat mengarah ke atas. Daun berbentuk jorong dengan tepi beringgit dan ujung meruncing. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilat, sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 8.2-9.6 cm dan lebar 3.5-5.0 cm. Panjang tangkai daun 1.2-2.5 cm bersayap sangat sempit sehingga bisa dikatakan tidak bersayap (Direktorat Budidaya Tanaman Buah 2010).

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai dengan Februari 2013, di laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Baranangsiang. Buah jeruk diperoleh dari tanaman jeruk yang ditanam oleh petani jeruk di Garut, dan Kalimantan Timur.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh bagian tanaman jeruk yang langsung diamati di lahan, serta buah jeruk untuk diamati di laboratorium. Alat yang digunakan adalah GPS (Global Positioning System untuk menentukan posisi serta ketinggian tempat), jangka sorong, penetrometer, refractometer, colormeter, satu set alat titrasi asam dan titrasi vitamin C, timbangan, kamera, Munsell Color Charts for Plant Tissues, serta mikroskop.

Prosedur Analisis Data

(17)

7

Pengamatan Karakter Tanaman

Pengamatan merujuk pada buku Descriptors for Citrus (International Plant Genetic Resources Institute, 1999). Karakter yang diamati adalah :

A. Karakter tajuk, meliputi diameter batang utama, permukaan batang, serta bentuk kanopi.

1. Diameter batang utama diukur pada 20cm ke atas dan 20cm ke bawah dari garis okulasi.

2. Permukaan batang diamati secara visual serta diraba dengan tangan. 3. Bentuk kanopi diamati secara visual.

B. Karakter daun, meliputi warna daun (adaksial dan abaksial), bentuk lamina, panjang daun, lebar daun, ketebalan daun, serta bentuk petiol.

1. Warna daun diamati pada bagian adaksial dan abaksial dengan Munsell Color Charts for Plant Tissues.

2. Bentuk lamina diamati secara visual.

3. Panjang daun diamati pada pangkal petiol sampai ujung lamina dengan jangka sorong.

4. Lebar daun diamati pada bagian terlebar dari daun dengan jangka sorong.

5. Ketebalan daun diamati pada bagian tertebal dari daun, tetapi bukan pada tulang daun. Pengamatan dengan menggunakan jangka sorong. 6. Bentuk petiol diamati secara visual.

C. Karakter bunga, meliputi panjang tangkai bunga, diameter kelopak, tipe bunga, warna bunga, warna anther, jumlah petal, panjang petal, lebar petal, jumlah stamen, dan viabilitas polen.

1. Panjang tangkai bunga diamati pada pangkal tangkai bunga sampai pangkal kelopak diukur menggunakan jangka sorong.

2. Diameter kelopak diamati pada bagian terlebar dari kelopak dengan menggunakan jangka sorong.

3. Tipe bunga diamati secara visual (jantan, betina, atau hermaprodit). 4. Warna bunga diamati dengan menggunakan Munsell Color Charts for

Plant Tissues.

5. Warna anther diamati secara visual. 6. Jumlah petal diamati secara visual.

7. Panjang petal diukur dengan menggunakan jangka sorong.

8. Lebar petal diukur pada bagian terlebar dari petal. Pengamatan dengan menggunakan jangka sorong.

9. Jumlah stamen diamati secara visual.

10.Viabilitas polen dengan mengecambahkan polen terlebih dahulu, kemudian diamati secara visual dengan mikroskop.

(18)

8

1. Buah dipanen dengan menggunakan gunting kemudian diberi label sesuai dengan nomor tanaman yang diamati.

2. Berat buah dan berat kulit buah diukur dengan timbangan digital. 3. Berat bagian buah yang dapat dimakan (edible portion) diperoleh

dengan perhitungan : berat buah – (berat kulit + berat biji).

4. Diameter buah diukur pada bagian ekuator terlebar dari buah dengan menggunakan jangka sorong.

5. Panjang buah diukur pada bagian membujur dari buah. Pengamatan dengan menggunakan jangka sorong.

6. Bentuk buah, bentuk pangkal buah, bentuk ujung buah, dan bentuk juring diamati secara visual.

7. Indeks warna epikarp, indeks warna daging buah, dan indeks warna jus diukur dengan menggunakan colormeter.

8. Ketebalan epikarp diukur pada bagian tertebal dari epikarp dengan menggunakan jangka sorong.

9. Ketebalan mesokarp diukur pada bagian tertebal dari mesokarp dengan menggunakan jangka sorong.

10.Warna albedo diamati secara visual.

11.Kekerasan buah dan kekerasan daging buah diukur dengan menggunakan penetrometer.

12.Tekstur permukaan buah dan tekstur daging buah diamati secara visual dan rabaan.

13.Panjang dan ketebalan vesikel diukur dengan menggunakan jangka sorong.

14.Kandungan jus diamati dengan memeras buah dan mengukurnya dengan gelas ukur.

15.TSS diamati dengan menggunakan refractometer.

16.TAT diamati dengan titrasi jus menggunakan NaOH 0.1 M.

17.Kadar vitamin C diamati dengan titrasi jus menggunakan Iodin 0.01 N. E. Karakter biji, meliputi jumlah biji, berat biji, bentuk biji, tekstur

permukaan biji, warna biji, warna kotiledon, dan embrioni biji. 1. Jumlah biji, bentuk biji, dan warna biji diamati secara visual. 2. Tektur permukaan biji diamati secara visual dan rabaan. 3. Warna kotiledon diamati secara visual.

4. Embrioni biji diamati dengan mengecambahkan biji dan menghitung jumlah kecambah pada tiap biji.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Budidaya Jeruk Keprok

(19)

9

Jeruk Keprok Garut Dataran Rendah (GR)

Bibit jeruk yang digunakan adalah bibit okulasi. Pohon jeruk keprok ditanam bersama dengan jeruk siam dan pohon cengkeh. Pohon cengkeh dan jeruk ditanam berseling dengan jarak 4.5m x 4.5m, sehingga jarak antar jeruk 9m x 9m. Pemangkasan hanya dilakukan saat pembentukan tajuk. Saat tajuk sudah terbentuk dengan pola 1-3-9, tidak dilakukan pemangkasan pemeliharaan sehingga banyak terdapat tunas air. Pupuk kandang hanya digunakan saat awal penanaman, selanjutnya jarang dilakukan pemupukan. Pengairan tanaman tergantung pada hujan. Pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman tidak dilakukan, meskipun hama lalat buah sangat merugikan. Panen dilakukan dengan memetik buah secara langsung, tidak menggunakan gunting. Buah yang telah dipanen tidak dibersihkan, hanya disortir secara manual berdasarkan jenis buah (siam dan keprok) dan berdasarkan ukuran buah. Buah dikemas dalam peti kayu yang pada bagian dalamnya dilapisi dengan daun pisang yang telah kering.

Jeruk Keprok Garut Dataran Tinggi (GT)

Bibit jeruk yang digunakan adalah bibit okulasi. Pohon jeruk keprok ditanam bersama dengan jeruk siam. Jarak tanam 5m x 4m. Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tajuk dengan pola 1-3-9, serta dilakukan pemangkasan pemeliharaan untuk menghilangkan tunas air. Pupuk kandang digunakan saat awal penanaman, selanjutnya dilakukan pemupukan dengan mengkombinasikan pupuk kandang dan pupuk anorganik. Pupuk kandang diaplikasikan setelah panen bersama dengan pupuk NPK dan kapur. Pada saat mulai berbunga, diaplikasikan pupuk NPK dengan dosis P dan K yang lebih tinggi. Pengairan tanaman tergantung pada hujan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan hanya ketika gangguan tersebut sangat merugikan. Panen dilakukan dengan memetik buah secara langsung, tidak menggunakan gunting. Buah yang telah dipanen tidak dibersihkan, hanya disortir secara manual berdasarkan jenis buah (siam dan keprok) dan berdasarkan ukuran buah. Buah dikemas di dalam kardus.

Jeruk Keprok Paser, Desa Padang Pangrapat (PP)

Bibit jeruk yang digunakan adalah bibit okulasi. Pohon jeruk keprok ditanam bersama dengan jeruk siam. Jarak tanam 4.5m x 4.5m. Tidak dilakukan pemangkasan baik untuk pembentukan tajuk maupun untuk menghilangkan tunas air. Pemupukan hanya menggunakan pupuk anorganik, NPK. Pupuk NPK diaplikasikan setelah panen. Pengairan tanaman tergantung pada hujan, namun tanaman sering terendam banjir. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan ketika terjadi gangguan. Panen dilakukan dengan memetik buah secara langsung, tidak menggunakan gunting. Buah yang telah dipanen tidak dibersihkan, hanya disortir secara manual berdasarkan jenis buah (siam dan keprok) dan berdasarkan ukuran buah. Buah dikemas di dalam keranjang.

Jeruk Keprok Paser, Desa Rantau Panjang (RP)

(20)

10

menggunakan pupuk NPK yang diaplikasikan saat berbunga dan setelah panen. Pengairan tanaman tergantung pada hujan, namun tanaman sering terendam banjir. Pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan karena selama ini gangguan hanya berasal dari thrips dan jamur, hal tersebut tidak merugikan. Panen dilakukan dengan memetik buah secara langsung, tidak menggunakan gunting. Buah yang telah dipanen tidak dibersihkan, hanya disortir secara manual berdasarkan jenis buah (siam dan keprok), namun tidak disortir berdasarkan ukuran buah. Buah dikemas di dalam keranjang.

Komponen Utama Karakter Tanaman

Karakter yang menentukan pengelompokan pada analisis klaster ditentukan dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor dengan metode Analisis Komponen Utama (AKU) digunakan untuk (1) identifikasi variabel baru yang mendasari data variabel ganda, (2) mengurangi banyaknya dimensi variabel yang banyak dan saling berkorelasi menjadi variabel baru yang tidak berkorelasi dengan mempertahankan keragaman pada himpunan data, dan (3) menghilangkan variabel asal yang mempunyai sumbangan informasi yang relatif kecil (Supranto 2004). Pada SPSS, banyaknya komponen utama yang dipilih yaitu apabila nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy) lebih dari 0.5 (Santoso 2010).

Jumlah variabel kuantitatif yang diamati yaitu sebanyak 25 variabel. Analisis faktor yang digunakan dapat mereduksi jumlah variabel yang diamati menjadi hanya 14 variabel yang dikelompokkan ke dalam tiga faktor yang terbentuk. Rata-rata nilai komunalitas variabel terhadap faktor yang terbentuk yaitu 0.808 yang berarti 80.8% varian dari tiap variabel bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Faktor yang terbentuk yaitu Faktor 1, Faktor 2, dan Faktor 3 (Tabel 1). Ketiga faktor yang terbentuk selanjutnya dianalisis dengan metode Klaster Hierarki dan K-Means Klaster.

Tabel 1 Variabel pembentuk komponen utama

Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3

Diameter buah (0.738) Panjang daun (0.645) Berat buah (0.679) Panjang buah (0.734) Indeks warna daging buah (0.888) Jumlah juring (0.878) Tebal mesokarp (0.686) Kekerasan daging buah (-0.961) Berat kulit (0.809) Kandungan jus (0.850) Diameter axis (0.792)

Jumlah biji (0.827) Total asam tertitrasi (-0.974)

Edible portion (0.714)

Nilai yang tertera pada tabel diatas adalah factor loading yang telah dirotasi. Nilai factor loading tersebut menunjukkan korelasi antara variabel dengan faktor yang terbentuk.

(21)

11 (klaster digabung pada skala 14%). Berdasarkan jarak penggabungan tersebut, maka pengklasteran dengan empat klaster adalah pemecahan yang tepat.

Gambar 2 Dendogram Klaster Hierarki. Dissimilarity 14%. Jeruk Keprok dari Desa Rantau Panjang (RP), Jeruk Keprok dari Desa Padang Pangrapat (PP), Borneo Prima (BP), Jeruk Keprok dari Desa Linggamanik Garut dataran rendah (GR), Jeruk Keprok dari Desa Mekardaya Garut dataran tinggi (GT).

Tabel 2 Keanggotaan klaster berdasarkan Klaster Hierarki dan K-Means Klaster Keanggotaan klaster (Klaster Hierarki) Keanggotaan

klaster (K-Means Klaster) Tanamana Jumlah klaster

6 5 4 3 2 Tanamana Klaster

1: PP_1 1 1 1 1 1 PP_1 1

2: PP_2 2 2 1 1 1 PP_2 1

3: PP_3 1 1 1 1 1 PP_3 1

4: PP_4 1 1 1 1 1 PP_4 1

5: PP_5 1 1 1 1 1 PP_5 1

6: RP_1 1 1 1 1 1 RP_1 1

7: RP_2 3 2 1 1 1 RP_2 1

8: RP_3 1 1 1 1 1 RP_3 1

9: RP_4 2 2 1 1 1 RP_4 1

(22)

12 Keprok dari Desa Mekardaya Garut dataran tinggi (GT).

Pengklasteran dengan metode K-Means Klaster menggunakan empat klaster menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan metode Klaster Hierarki. Pada Klaster Hierarki, 60% anggota BP (Jeruk Keprok Borneo Prima) tergabung dalam klaster yang sama dengan PP (jeruk keprok dari Padang Pangrapat) dan RP (jeruk keprok dari Rantau Panjang), sedangkan pada K-Means Klaster, hanya 30% anggota Jeruk Keprok Borneo Prima tergabung dalam klaster yang sama dengan jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang (Tabel 2).

Berdasarkan dua metode analisis klaster, jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang tergabung dalam satu klaster, sehingga jeruk keprok dari dua lahan tersebut adalah sama. Jika dibandingkan dengan varietas Borneo Prima, jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang berbeda dengan varietas Borneo Prima meskipun terdapat kemiripan karena sebagian anggota Jeruk Keprok Borneo Prima termasuk dalam klaster yang sama dengan jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang.

Profil Klaster

(23)
(24)

14

Tabel 3 Perbandingan kualitas jeruk keprok yang diamati dengan standar OECD

Karakter OECD

Angka dengan warna kuning berarti belum memenuhi standar minimum OECD.

Pada Tabel 3, Warna kulit menggunakan satuan C.C.I (Citrus Colour Index). Nilai index warna 3-7 berarti epikarp berwarna kuning. Nilai index warna lebih dari 7 berarti epikarp berwarna jingga (Jiménez et al. 1981). Kelima jeruk tersebut memiliki potensi untuk memenuhi standar kualitas OECD.

Jeruk keprok yang diperoleh di Kabupaten Garut dan di Kabupaten Paser tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan. Praktik budidaya yang tidak memperhatikan kualitas buah pun mampu menghasilkan buah yang dapat memenuhi standar kualitas OECD dari segi kadar jus, PTT, warna kulit (Lampiran 2), tekstur kulit, bentuk buah, dan diameter buah. Jika praktik budidaya dilakukan dengan baik, tentu akan menghasilkan buah yang lebih berkualitas.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(25)

15

Saran

Jeruk Keprok Garut dataran rendah, Jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang, serta Borneo Prima perlu dikembangkan untuk area dataran rendah. Jeruk Keprok Garut dataran rendah, serta Jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang berpotensi untuk didaftarkan sebagai varietas baru. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kekerabatan antara Jeruk Keprok Garut dataran tinggi dan Jeruk Keprok Garut dataran rendah, serta kekerabatan antara jeruk keprok dari Padang Pangrapat, jeruk keprok dari Rantau Panjang, dan Jeruk Keprok Borneo Prima dengan menggunakan penanda molekuler DNA.

DAFTAR PUSTAKA

[Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2012. Varietas Jeruk Unggulan Nasional. Batu. Jawa Timur [ID]: Balitjestro.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data Ekspor Impor. http://www.bps.go.id. [dinduh 6 Juli 2012].

Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2010. Profil Jeruk Keprok. Jakarta [ID]: Direktorat Budidaya Tanaman Buah.

[IPGRI] International Plant Genetic Resources Institute. 1999. Descriptors for Citrus. Italy [IT]: IPGRI.

Jiménez CMJ, Cuquerella J, Martínez JJM. 1981. Determination of a color index for citrus fruit degreening. Di dalam: Matsumoto K, editor. Proceedings of the International Society of Citriculture. Volume 2. International Citrus Congress; 1981 November 9-12; Tokyo, Japan. Tokyo [JP]: International Society of Citriculture. hlm 750-753.

Karsinah, Sudarsono, Setyobudi L, Aswidinnoor H. 2002. Keragaman Genetik Plasma Nutfah Jeruk Berdasarkan Ananlisis Penanda RAPD. Di dalam: Jurnal Bioteknologi Pertanian. Volume 7 No. 1 2002. hlm 8-16.

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 464/Kpts/SR.120/9/2007. Pelepasan Jeruk Keprok Borneo Prima Sebagai Varietas Unggul.

Martasari C, Mulyanto H. 2008. Teknik Identifikasi Varietas Jeruk. Di dalam: Jurnal Iptek Hortikultura No. 4 Agustus 2008. Jakarta [ID]: Badan Litbang Hortikultura.

Martasari C, Supriyanto A, Hardiyanto, Agisimanto D. 2012. Keragaman Jeruk Siam Indonesia. [Diunduh 19 April 2012]. Tersedia pada: http://citrusbreeding. wordpress.com/2012/04/19/keragaman-jeruk-siam-indonesia.

Nicolosi E. 2007. Origin and Taxonomy. Di dalam: Citrus; Genetics, Breeding, and Biotechnology. Iqrar AK, editor. UK: Biddles Ltd. Kings Lynn.

[OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2008. International Standards for Fruits and Vegetables; Citrus Fruits. Paris [FR]: OECD.

(26)

16

Riyanti. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Buah Jeruk [Skripsi]. Jakarta [ID]: Universitas Mercu Buana.

Santoso S. 2010. Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta [ID]: PT Elex Media Komputindo.

Sugiyarto M, Supriyanto A. 1992. Pemuliaan Tanaman Jeruk. Di dalam: Kasno A, Dahlan M, Hasnam, editor. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman IPPTI Komisariat Daerah Jawa Timur; 1992 Agustus 27-28; Malang, Indonesia. Malang [ID]: Balai Penelitian Tanaman Pangan. hlm 92-106.

Supranto J. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta [ID]: PT Rineka Cipta.

Suryana A, Suyamto, Supriyanto A, Agustian A, Triwiratno A, Winarno M. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Jakarta [ID]: Badan Litbang Pertanian.

Verheij EWM, Coronel RE. 1992. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA). Volume 2. Edible Fruits and Nuts. Bogor [ID]: Prosea Foundation.

Lampiran 1 Deskripsi jeruk keprok yang diamati

Deskripsi

Topografi Datar (0-1%) Berbukit

(16-30%) Datar (0-1%) Datar (0-1%) -

Bentuk lahan Berbukit Berbukit Datar Datar -

pH tanah 6 5 - 6 5 5 - 6 -

Pengairan Tadah hujan Tadah hujan Tadah hujan Tadah hujan -

(27)

17

Lalat buah Tanah masam,

lalat buah

pohon Ellipsoid Ellipsoid Spreading Spreading Ellipsoid

Percabangan Erect Erect Erect Erect Erect

Kerapatan jumlah cabang

Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat

Duri Tidak

berduri Tidak berduri Tidak berduri Tidak berduri

Tidak

abaksial Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda

Variegata Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Bentuk daun Elliptic Elliptic Elliptic Elliptic Elliptic

Panjang

Tepi daun Entire Entire Entire Entire Ondulate

Bentuk sayap

petiol Obdeltate Obdeltate Obdeltate Obdeltate Obdeltate

Lebar sayap

petiol Sempit Sempit Sempit Sempit Sempit

Buah

Bulan mulai

berbunga Desember November Oktober Januari & Juli

Mei & November Bulan selesai

berbunga Januari Desember November

Februari &

Agustus -

Tanggal mulai berbuah

April Januari Desember Februari &

(28)

18

Bentuk buah Spheroid Spheroid Spheroid Spheroid Spheroid

Bentuk

pangkal buah Convex Truncate Truncate Truncate Convex

Bentuk ujung

buah Rounded Truncate Truncate Truncate Depressed

Tekstur

(29)

19

Seragam Tidak Seragam Tidak Seragam Tidak Seragam -

Ketebalan dinding juring

Tipis Tipis Tipis Tipis -

Axis Semi-hollow Semi-hollow Semi-hollow Semi-hollow -

Bentuk

daging buah Fleshy Fleshy Fleshy Fleshy Fleshy

Panjang

vesikel [mm] 8.850 9.590 11.880 11.750 -

Ketebalan

vesikel 2.660 3.700 3.850 4.030 -

Biji

Bentuk biji Clavate Clavate Clavate Clavate Clavate

Tekstur

(30)

20

(31)

21 Lampiran 2 Gambar varietas jeruk keprok yang diamati (lanjutan)

(32)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan tanggal 13 Desember 1989 dari ayah Syakib Arsalan dan ibu Fahimah. Penulis adalah putra keempat dari empat bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pekalongan dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi program sarjana di Institut Pertanian Bogor, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Gambar

Tabel 1  Variabel pembentuk komponen utama
Gambar 2   Dendogram Klaster Hierarki. Dissimilarity 14%. Jeruk Keprok dari
Gambar 3 menunjukkan profil klaster dengan metode K-Means klaster.
Tabel 3  Perbandingan kualitas jeruk keprok yang diamati dengan standar OECD

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2012 yang terlihat keselarasan realisasi fisik dan realisasi dana yang mencapai realisasi target 91,67

I n no event shall Cer t ified Lye be liable for any claim s, losses, or dam ages of any t hird part y or for lost profit s or any special, indirect , incident al, consequent

6 Dalam penelitian ini peneliti akan mengeksplorasi data kualitatif yang terkait dengan dari mana data dapat.. diperoleh, adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian

Seluruh Dosen Fakultas Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yang telah memberikan seluruh ilmu yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi

Wawancara keenam dilakukan dengan AP (dayak) dilaksanakan pada hari jumat tanggal 27 november 2015, pada pukul 14.15- 15.22 hasil wawancara yang dilakukan dengan AP, AP sangat

Serangan teroris terhadap WTC pada 11 September 2001 menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah dunia, karena peristiwa itu menjadi tragedi yang berdimensi

keterampilan sosial) terhadap motivasi belajar siswa kelas XI pada mata. pelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Tulungagung Tahun

Yaitu dengan penyediaan terminal penumpang Bandar Udara Abdul Rachman Saleh Malang untuk sipil atau umum dan setidaknya dapat melayani penerbangan domestik yang memiliki