• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komposisi Media dan Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe Putih Besar (Zingiber officinale Rosc.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Komposisi Media dan Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe Putih Besar (Zingiber officinale Rosc.)"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN PACLOBUTRAZOL

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN JAHE

PUTIH BESAR (

Zingiber officinale

Rosc.)

OLEH

SATRIO TUNGGUL PRATOMO

A24060721

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN PACLOBUTRAZOL

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN JAHE

PUTIH BESAR (

Zingiber officinale

Rosc.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Satrio Tunggul Pratomo

A24060721

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

iii

RINGKASAN

SATRIO TUNGGUL PRATOMO. Pengaruh Komposisi Media dan

Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe Putih Besar

(Zingiber officinale Rosc.) (Di bawah bimbingan ENDAH RETNO PALUPI

dan MELATI).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari waktu aplikasi paclobutrazol yang tepat serta jenis media yang dapat menginduksi pembungaan tanaman jahe. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 hingga April 2011 di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Cimanggu, Bogor.

Bahan tanam yang digunakan adalah rimpang jahe putih besar var. Cimanggu-1 berukuran 50-60 gram yang telah disemai di dalam media coco peat hingga berumur 1 bulan. Bahan yang digunakan untuk menginduksi pembungaan adalah paclobutrazol 100 ppm. Bahan untuk pembuatan media adalah tanah, pasir, dan pupuk kandang.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktor. Faktor pertama adalah jenis media, terdiri dari media I (M1) tanah:pasir:pupuk kandang (1:1:1), media II (M2) tanah:pupuk kandang (1:1), media III (M3) pasir:pupuk kandang (1:1), dan media IV (M4) tanah. Faktor kedua adalah waktu aplikasi paclobutrazol dengan konsentrasi 100 ppm, terdiri dari kontrol (tanpa pemberian paclobutrazol), 2 bulan setelah tanam (BST), 3 BST, dan 4 BST.

(4)

iv Jenis media tanam belum secara nyata mampu menginduksi pembungaan jahe, namun secara umum media tanah:pasir:pupuk kandang menghasilkan pertumbuhan generatif (jumlah spika, diameter spika, panjang spika, panjang tangkai spika, jumlah braktea, dan waktu muncul spika) yang cenderung lebih baik daripada jenis media lainnya. Jenis media justru berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan vegetatif jahe seperti ditunjukkan peubah tinggi tunas pada media tanah lebih lambat pertumbuhannya dibandingkan ketiga media lainnya.

(5)

v

Judul :PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN

PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PEMBUNGAAN JAHE PUTIH BESAR (Zingiber officinale

Rosc.)

Nama : Satrio Tunggul Pratomo

NRP : A24060721

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc. Dra. Melati, M.Si.

NIP. 19580518 198903 2002 NIP. 19680516 199803 2001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr

NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Juni 1988. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Sutardi dan Ibu Suwarti.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Kebayoran Lama Utara 11 Pagi Jakarta Selatan pada tahun 2000. Penulis melanjutkan studi di SLTP Negeri 161 Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Selanjutnya penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri 29 Jakarta pada tahun 2006. Selama menjalani pendidikan di SMA, penulis aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler Basket dan Rohis (Rohani Islam) serta menjadi Ketua Pelaksana Pesantren Kilat (Peskil) Ramadhan pada tahun 2005.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian ini dengan baik.

Penelitian mengenai pertumbuhan dan pembungaan pembungaan jahe putih besar (Zingiber officinale Rosc.) dilakukan karena terdorong oleh keinginan untuk mengetahui pengaruh komposisi media dan paclobutrazol yang dapat mempercepat dan memperbanyak munculnya bunga jahe.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. dan Dra. Melati, MSi. sebagai pembimbing skripsi yang memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Dr. Syarifah Iis Aisyah, Msc. Agr. selaku pembimbing akademik dan Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku pembimbing akademik pengganti atas bimbingan dan arahan selama penulis menempuh studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

3. Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi. selaku dosen penguji atas masukan, saran, dan perbaikan dalam penulisan skripsi.

4. Papah dan Mamah tercinta atas dorongan, do‟a, dan kasih sayang. 5. Adik penulis Bram, Pras, dan Annisa atas dukungan yang diberikan. 6. Seluruh staff karyawan serta pekerja kebun UPBS Balittro dan KP

Cimanggu yang telah menyediakan tempat dan sarana selama penulis melakukan penelitian.

7. Ismail Saleh, Piyut, Bestarina Rahma Lestari, Dita Nurul Latifah, Kak Arif‟41, Erwin Syahputra, dan Bayu Sheftian atas bimbingan singkat selama penulis menyelesaikan tugas akhir.

8. Keluarga besar Agronomi dan Hortikultura angkatan 43 atas semangat, kerjasama, dan persahabatan yang terus terjalin.

(8)

10.Bestarina Rahma Lestari, SPt. atas cambukan semangat, bimbingan singkat, dan dorongan selama penulis menyelesaikan tugas akhir.

11.Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu kelancaran dalam penelitian dan penulisan tugas akhir penulis.

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dalam upaya pelestarian tanaman jahe selanjutnya.

Bogor, Juni 2012

(9)

ix

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) ... 4

(10)

x

DAFTAR TABEL

1. Persyaratan mutu kebun benih (rimpang) untuk kelas Benih

Pokok (BP) dan Benih Sebar (BR) ... 5 2. Persyaratan mutu benih (rimpang) kelas Benih Pokok (BP) dan

Benih Sebar (BR) yang siap tanam ... 6 3. Rekapitulasi hasil analisis pengaruh media tanam dan waktu

aplikasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan tajuk tanaman ... 15 4. Pengaruh media tanam terhadap tinggi tunas jahe (cm) pada 8 –

28 MST ... 16 5. Pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe

(cm) pada 8 – 28 MST ... 18 6. Pengaruh interaksi waktu aplikasi paclobutrazol dan jenis media

terhadap diameter tunas jahe (mm)... 19 7. Pengaruh media tanam terhadap jumlah daun jahe (helai) pada 8

– 28 MST ... 22

8. Pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol terhadap jumlah daun

jahe (helai) pada 8 – 28 MST ... 23 9. Pengaruh interaksi waktu aplikasi paclobutrazol dan jenis media

terhadap jumlah tunas jahe ... 24 10. Rekapitulasi hasil analisis pengaruh media tanam dan waktu

aplikasi paclobutrazol terhadap rimpang jahe ... 26 11. Pengaruh interaksi waktu aplikasi paclobutrazol dan jenis media

terhadap bobot rimpang jahe (g) ... 27 12. Pengaruh interaksi waktu aplikasi paclobutrazol dan jenis media

terhadap ketebalan rimpang jahe (mm) ... 29 13. Persentase rumpun menghasilkan tunas generatif (%) ... 30 14. Rekapitulasi hasil analisis pengaruh media tanam dan waktu

aplikasi paclobutrazol terhadap karakter pembungaan jahe ... 31 15. Pengaruh jenis media dan waktu aplikasi paclobutrazol terhadap

karakter pembungaan jahe (jumlah spika per rumpun, diameter spika, panjang spika, panjang tangkai spika, jumlah braktea per

spika, dan waktu muncul spika)... 33

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

1. Persiapan media tanam: a) Media dicampur sesuai perlakuan dengan perbandingan 1:1; b) Pengisian polybag dan penyusunan

denah rancangan acak kelompok. ... 12 2. Spika jahe ... 29 3. Pembungaan jahe: a). Perbedaan tunas generatif dan vegetatif,

b). Tunas generatif yang tumbuh langsung dari rimpang, c).

Tunas generatif yang tumbuh dari tunas vegetatif. ... 30 4. Spika meluruh sebelum berkembang secara maksimal. ... 32 5. Bunga jahe: a). Satu bunga mekar pada satu spika, b). Dua bunga

mekar pada satu spika, c). Bunga mekar tidak sempurna. ... 35

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Curah hujan di Kebun Percobaan Cimanggu pada bulan Agustus

2010 – April 2011 ... 43 2. Pengaruh media tanam terhadap diameter tunas jahe (mm) pada

8 – 28 MST ... 43 3. Pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol terhadap diameter tunas

jahe (mm) pada 8 – 28 MST ... 44 4. Pengaruh media tanam terhadap jumlah tunas jahe pada 8 – 28

MST ... 44 5. Pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol terhadap jumlah tunas

jahe pada 8 – 28 MST ... 45 6. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe pada 8 MST... 45 7. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe pada 10 MST... 45 8. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe pada 12 MST... 46 9. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe pada 14 MST... 46 10. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe pada 16 MST... 46 11. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe pada 18 MST... 46 12. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe pada 20 MST... 47 13. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe pada 22 MST... 47 14. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe pada 24 MST... 47 15. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe pada 26 MST... 47 16. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe pada 28 MST... 48 17. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter tunas jahe pada 8 MST ... 48 18. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter tunas jahe pada 10 MST ... 48

(13)

19. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter tunas jahe pada 12 MST ... 48 20. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter tunas jahe pada 14 MST ... 49 21. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter tunas jahe pada 16 MST ... 49 22. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter tunas jahe pada 18 MST ... 49 23. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter tunas jahe pada 20 MST ... 49 24. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter tunas jahe pada 22 MST ... 50 25. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter tunas jahe pada 24 MST ... 50 26. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter tunas jahe pada 26 MST ... 50 27. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter tunas jahe pada 28 MST ... 50 28. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah daun jahe pada 8 MST ... 51 29. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah daun jahe pada 10 MST ... 51 30. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah daun jahe pada 12 MST ... 51 31. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah daun jahe pada 14 MST ... 51 32. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah daun jahe pada 16 MST ... 52 33. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah daun jahe pada 18 MST ... 52 34. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah daun jahe pada 20 MST ... 52 35. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah daun jahe pada 22 MST ... 52 36. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah daun jahe pada 24 MST ... 53 37. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah daun jahe pada 26 MST ... 53 38. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

(14)

39. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah tunas jahe pada 8 MST ... 53 40. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah tunas jahe pada 10 MST ... 54 41. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah tunas jahe pada 12 MST ... 54 42. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah tunas jahe pada 14 MST ... 54 43. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah tunas jahe pada 16 MST ... 54 44. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah tunas jahe pada 18 MST ... 55 45. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah tunas jahe pada 20 MST ... 55 46. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah tunas jahe pada 22 MST ... 55 47. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah tunas jahe pada 24 MST ... 55 48. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah tunas jahe pada 26 MST ... 56 49. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah tunas jahe pada 28 MST ... 56 50. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap bobot rimpang jahe ... 56 51. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap ketebalan rimpang jahe ... 56 52. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah spika jahe... 57 53. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap diameter spika jahe ... 57 54. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap panjang spika jahe ... 57 55. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap panjang tangkai spika jahe ... 57 56. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap jumlah braktea/spika jahe ... 58 57. Hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) telah banyak dimanfaatkan masyarakat Indonesia. Selain sebagai bumbu dapur, jahe juga banyak digunakan sebagai obat tradisional seperti obat antiinflamasi, obat nyeri sendi dan otot karena reumatik, tonikum, obat batuk, dan lain-lain. Manfaat lain dari jahe yang sering digunakan masyarakat adalah aroma dan rasa yang sering ditambahkan pada makanan atau minuman. Selain itu, jahe juga diproduksi untuk memenuhi permintaan luar negeri. Ekspor jahe dilakukan dalam bentuk jahe segar, jahe kering, asinan jahe (salted ginger), dan minyak atsiri (Syukur, 2002).

Banyaknya manfaat jahe membuat permintaan terhadap komoditas tersebut di Indonesia cukup tinggi. Permintaan jahe sebagai bumbu dapur dari pasar domestik Indonesia dapat mencapai 30 000 ton/tahun (Syukur, 2002). Permintaan jahe di pasar domestik juga terjadi untuk pembuatan obat tradisional. Rata-rata permintaan jahe antara tahun 1990 – 1998 mencapai 294,83 ton simplisia atau setara dengan 1 474,17 ton jahe segar (Dirjen Perkebunan, 1999). Selain itu, permintaan jahe dari industri obat tradisional (IOT) mencapai 5 000 ton/tahun (Pusat Studi Biofarmaka IPB, 2010).

Peningkatan permintaan jahe setiap tahunnya mendorong peningkatan produksi. Produksi jahe di Indonesia terus meningkat dari tahun 2005 sampai 2007 yaitu masing-masing sebesar 125 386,5 ton, 177 137,95 ton, dan 178 502,5 ton (Badan Pusat Statistik, 2005 – 2007). Luas panen jahe juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 6 175,24 ha, 8 904,2 ha, dan 9 965,2 ha (Dirjen Hortikultura, 2008).

(16)

Penyakit tular benih juga menjadi masalah di dalam perbenihan jahe. Serangan penyakit layu bakteri dapat menggagalkan panen hingga 90%. Patogen yang menyebabkan penyakit ini adalah bakteri Pseudomonas solanacearum. Patogen ini dapat bertahan di dalam sisa tanaman sakit maupun pada benih jahe (Syukur, 2002). Penyakit lain yang menjadi permasalahan adalah busuk rimpang. Penyakit ini disebabkan oleh patogen Fusarium oxysporium sp zingiberi atau Rhizoctonia sp. dan dapat mengakibatkan kerusakan tanaman jahe hingga 66,67% (Soesanto et al., 2005). Selain itu, terdapat penyakit bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Phyllosticta zingiberi.

Ukuran benih jahe yang besar/voluminous menyebabkan kesulitan dalam penanganan terutama dalam pengepakan dan transportasi. Benih jahe juga tidak bisa disimpan dalam waktu yang lama. Menurut penelitian Sukarman dalam Hasanah dan Rusmin (2006) penyimpanan rimpang/benih jahe terbaik dilakukan pada ruangan dingin dengan kelembaban 70 – 80% dengan penyusutan bobot rimpang terendah yaitu 4,76%. Namun, cara tersebut menjadi tidak efisien apabila diterapkan kepada petani karena biaya yang dibutuhkan lebih besar.

Kondisi tersebut menyebabkan perlunya metode lain dalam menghasilkan benih jahe. Penyediaan benih jahe secara in vitro pada media MS dan BA tidak menunjukkan hasil yang positif. Akumulasi etilen di dalam botol menyebabkan daun menguning sehingga viabilitas benih menurun (Syahid dan Mariska, 1997). Perbanyakan menggunakan biji jahe merupakan metode alternatif yang diharapkan mampu menjawab permasalahan tersebut. Meskipun perbanyakan menggunakan biji merupakan cara yang umum untuk memproduksi tanaman, namun hal tersebut tidak digunakan pada jahe karena tanaman jahe jarang berbunga.

(17)

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menginduksi pembungaan tanaman jahe.

2. Mempelajari waktu aplikasi yang tepat untuk menginduksi pembungaan jahe.

3. Mempelajari jenis media yang dapat menginduksi pembungaan tanaman jahe.

Hipotesis

Hipotesis yang mendasari penelitian ini adalah:

1. Waktu aplikasi paclobutrazol yang tepat dapat menginduksi pembungaan. 2. Jenis media yang tepat dapat menginduksi pembungaan.

(18)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Klasifikasi dan Manfaat Jahe

Tanaman jahe termasuk ke dalam famili Zingiberaceae. Tanaman ini memiliki rimpang (rhizoma), bertulang daun menyirip atau sejajar, serta pelepah daun yang saling membalut secara vertikal membentuk batang semu (Tjitrosoepomo, 1994). Jahe dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya yaitu jahe putih/kuning besar (jahe gajah atau jahe badak), jahe putih kecil (jahe sunti), dan jahe merah (Paimin dan Murhananto, 1999). Balittro telah melepas varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1) dengan potensi produksi 17 – 37 ton/ha (Rostiana et al., 2009).

Rimpang jahe mengandung 1-3% minyak atsiri yang terdiri atas fulandren, d-kamfen, zingiberen, dan zingiberon (Tjitrosoepomo, 1994). Kandungan lain yang terkandung di dalam rimpang jahe adalah zingiberol berupa minyak atsiri serta senyawa oleoresin (dengan komponen zingerol, zingerone, shogoal, resin, asiri), dan pati. Jahe segar dan kering banyak digunakan sebagai pemberi aroma. Jahe muda digunakan sebagai lalab, jahe asin, sirup, atau jahe kristal. Sebagai obat tradisional, jahe sering digunakan untuk mengatasi influenza, batuk, luka lecet dan luka tikam, dan gigitan ular, selain itu, jahe dapat digunakan sebagai obat penambah nafsu makan, memperkuat lambung, dan memperbaiki pencernaan (Paimin dan Murhananto, 1999). Jahe yang mengandung gingerol dapat dimanfaatkan sebagai obat antiinflamasi, obat nyeri sendi dan otot karena reumatik, tonikum, serta obat batuk (Syukur, 2002).

Budidaya dan Perbanyakan Jahe

(19)

diberikan 2 – 4 minggu setelah tanam dan pupuk buatan Urea 400 – 600 kg/ha, SP-36 300 – 400 kg/ha, dan KCl 300 – 400 kg/ha. Pemeliharaan yang dilakukan berupa penyiangan gulma, penyulaman, pembumbunan, dan pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) (Rostiana et al., 2009). Sistem penanaman yang umum digunakan adalah monokultur atau tumpangsari dengan jagung, kacang tanah, bawang merah, cabai rawit, ketela pohon, mentimun, dan lain lain tergantung iklim, selera, dan harga pasar (Paimin dan Murhananto, 1999).

Beberapa hama penting yang sering menyerang tanaman jahe adalah kepik (Epilahra sp.) yang menyerang daun, ulat penggerek akar (Dichorcrotis puntiferalis), lalat rimpang (Eumerus figurans Walker dan Mimegrala baktcoeruleifrons), dan lalat gudang yang bersifat saprofagus (Lamprolonchase sp. dan Chaetonerius sp.). Selain hama, penyakit yang sering menyerang jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium sp. zingiberi atau Rhizoctonia sp. (Paimin dan Murhananto, 1999). Penyakit utama yang sering menyerang jahe adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum (Syukur, 2002).

Rimpang yang digunakan sebagai benih berasal dari tanaman yang telah berumur 9 – 12 bulan. Kebutuhan benih jahe putih kecil adalah 1 – 1,5 ton/ha, jahe putih besar adalah 2 – 3 ton/ha untuk panen tua dengan populasi 40 000 tanaman/ha atau 4 – 6 ton/ha untuk panen muda dengan populasi 80 000 tanaman/ha (Paimin dan Murhananto, 1999). Persyaratan kebun benih jahe yang baik memiliki kemurnian varietas ≥ 98% dan tidak terserang OPT terbawa benih (Tabel 1). Benih jahe yang berkualitas memiliki kadar air ≥ 70%, kemurnian benih ≥ 98%, dan daya berkecambah ≥ 80%. Benih yang digunakan berkisar antara 40 – 60 gram untuk jahe putih besar dan 15 – 30 gram untuk jahe putih kecil dan jahe merah serta memiliki dua mata tunas atau lebih (Tabel 2).

Tabel 1. Persyaratan mutu kebun benih (rimpang) untuk kelas Benih Pokok (BP) dan Benih Sebar (BR)

No Jenis spesifikasi Persyaratan

(20)

Tabel 2. Persyaratan mutu benih (rimpang) kelas Benih Pokok (BP) dan Benih Sebar (BR) yang siap tanam

No Jenis spesifikasi Satuan Persyaratan

BP BR rhizome. Spika terdiri atas braktea yang saling tersusun, braktea tersebut menghasilkan bunga tunggal yang muncul melalui sebuah axil. Setiap bunga memiliki petal berbentuk tabung kecil yang melebar ke atas menjadi tiga cuping. Pembungaan tidak sering terjadi, pembungaan mungkin terjadi karena faktor iklim dan panjang hari (Ravindran et al., 2005). Pucuk bunga berkembang selama 20 sampai 25 hari dari inisiasi pucuk hingga mekar penuh dan membutuhkan waktu 23 hingga 28 hari agar bunga mekar sempurna dalam sebuah spika (Jayachandran et al. dalam Ravindran et al., 2005). Selanjutnya Melati (2010) menambahkan bahwa masa berbunga jahe berkisar antara 4 – 7 BST dan dipengaruhi oleh ketinggian tempat, suhu, dan kelembaban lingkungan, sedangkan waktu yang dibutuhkan mulai dari inisiasi bunga sampai bunga berkisar antara 70 – 80 hari. Oktaviani (2009) menyatakan bahwa pada Zingiberaceae genus Alpinia (A. purpurata “Kusuma” dan A. purpurara “Bethari”) terkadang tumbuh dua bunga pada satu braktea, namun keduanya tidak mekar bersamaan.

Paclobutrazol

(21)

Senyawa ini memiliki nama kimia (2RS,3RD)-1-[(4-chlorphenyl)methyl]-a-(1,1-dimethyl-ethyl)-1H-1,2,4-triazole-1-ethanol dengan rumus emphiris C15H20CIN3O (Cochran et al., 1993). Paclobutrazol menghambat pertumbuhan tanaman dengan cara mencegah sintetis giberelin (Wattimena, 1988). Terhambatnya sintesis giberelin menyebabkan pertumbuhan vegetatif melambat sehingga terjadi penumpukan hasil fotosintesis yang berakibat terjadinya induksi pembungaan (Kulkarni et al., 2006).

Kulkarni et al. (2006) menyatakan metode aplikasi paclobutrazol yang terbaik adalah dengan mencampur sejumlah paclobutrazol sesuai kebutuhan dengan 1 liter air kemudian menyiramkannya langsung ke media di sekitar batang tanaman. Santiasrini (2009) melaporkan aplikasi paclobutrazol dengan konsentrasi 100, 200, 300, dan 400 ppm melalui daun maupun media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu muncul bunga gloksinia (Sinningia speciosa Pink). Akan tetapi, aplikasi melalui daun berpengaruh pada diameter bunga dan jumlah bunga.

Beberapa penelitian lain mengenai penggunaan paclobutrazol dapat menunjukkan hasil yang berbeda berdasarkan waktu aplikasi, maupun konsentrasi. Penelitian Thohirah et al. (2005) menunjukkan hasil bahwa aplikasi paclobutrazol pada umur 4 MST melalui media dengan konsentrasi 20 mg/l dapat mengontrol pertumbuhan dan meningkatkan nilai komersial jahe hias Curcuma roscoeana dengan cara menghambat tinggi tanaman dan panjang tangkai spika, meningkatkan kepekatan warna daun, dan mempercepat kemunculan spika. Aplikasi paclobutrazol dengan konsentrasi 40 mg/l melalui perendaman rimpang sebelum ditanam selama 30 menit dan pengeringan selama 20 menit dapat menghasilkan tanaman jahe hias Curcuma alismatifolia yang komersial dengan cara menghambat tinggi tanaman dan panjang tangkai spika, mempercepat kemunculan spika, dan meningkatkan jumlah daun, klorofil, dan kadar fotosintesis.

(22)

paclobutrazol yaitu selama 188 HSP (Lestari, 2005). Aplikasi paclobutrazol pada satu minggu setelah transplanting melalui media di sekitar batang dengan konsentrasi 16 mg/tanaman pada tanaman bunga matahari (Helianthus annuus L.) kultivar „Hallo‟ menyebabkan tertundanya pembungaan hingga 3 hari yaitu 26 HST (hari setelah tanam) dibandingkan dengan tanaman kontrol yaitu 23 HST (Rani, 2006).

Yasin (2009) melaporkan bahwa perlakuan paclobutrazol 90 ppm yang diaplikasikan awal periode vegetatif (2 MST) pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum) yang ditanam di dalam polybag mengakibatkan tanaman menghasilkan jumlah bunga dan jumlah buah paling sedikit serta bobot buah lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi paclobutrazol. Damayanti (2009) melaporkan bahwa Ptilotus latifolius yang ditanam pada suhu 25/10oC dengan konsentrasi paclobutrazol 25 mg/l dan 50 mg/l, dosis 5 ml/tanaman yang diaplikasikan pada 2 MST dapat mengendalikan tinggi tanaman tanpa menghambat pembungaan. Sebaliknya, pada Gomphrena leontopiodes dengan konsentrasi paclobutrazol 25-200 mg/l pada dosis yang sama tidak menginduksi pembungaan.

Melati (2010) melaporkan bahwa penambahan paclobutrazol 100 ppm pada jahe putih besar berumur 4 BST dapat meningkatkan jumlah spika/rumpun sebanyak 122,2 % (menjadi 3,4 spika) dibandingkan kontrol, cenderung mempercepat kemunculan spika, dan memperpanjang waktu pembungaan.

Media Tanam

(23)

sebesar 40,43% dan kapasitas tukar kation (KTK) cukup tinggi sebesar 58,12 (Cmol (+)Kg-1, bereaksi netral, cukup terombak, dan mengandung unsur Fe, Mn, Zn, dan Cu (Indrasari dan Syukur, 2006).

Pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha pada tanaman abaca (Musa textilis Nee.) memberikan hasil yang tinggi pada tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun dibandingkan dengan takaran pupuk kandang sebanyak 5, 10, 15, dan 25 ton/ha (Muslihat, 2003). Pemberian pupuk kandang sapi hingga 30 ton/ha pada tanaman jagung yang ditanam pada tanah Ultisol yang dikapur masih meningkatkan kandungan bahan organik, Zn jaringan tanaman, berat segar maupun berat kering akar (Indrasari dan Syukur, 2006). Penambahan pupuk organik memberikan respon yang positif terhadap bobot rimpang jahe. Komposisi media paling baik untuk pertumbuhan dan produksi jahe adalah top soil : pupuk kandang : pasir dengan perbandingan 3:1:1 (Lesmana, 2008).

(24)

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cimanggu, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Cimanggu, Bogor dengan ketinggian tempat 240 mdpl. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juli 2010 hingga April 2011.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah rimpang jahe putih besar berukuran 50-60 gram yang telah disemai di dalam media coco peat hingga berumur satu bulan. Rimpang yang dibutuhkan sebanyak 192 rimpang. Paclobutrazol yang digunakan pada konsentrasi 100 ppm, sedangkan bahan untuk pembuatan media adalah tanah, pasir, dan pupuk kandang. Penanaman dilakukan dalam polybag berukuran 60x60 yang diisi media sebanyak 24 kg.

Bahan lain yang digunakan adalah pupuk anorganik (Urea 3 kg, SP-36 2 kg, KCl 2 kg), Basamid-G, Dithane 45, Furadan, dan Decis. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah jangka sorong, meteran, gelas ukur, sprayer, timbangan, dan alat budidaya pertanian.

Metode Penelitian

(25)

Model linier yang digunakan pada percobaan ini adalah: Yijk = µ + ui + αj + βk + (αβ)jk + εijk dimana

Yijk : nilai pengamatan akibat jenis media ke-j, waktu aplikasi paclobutrazol ke-k, dan ulangan ke-i

µ : nilai rataan umum

ui : ulangan ke-i, (i = 1,2,3,4)

αj : pengaruh jenis media ke-j, (j = 1,2,3,4)

βk : pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol ke-k, (k = 0,1,2,3)

αβjk : interaksi antara pengaruh jenis media ke-j dengan waktu aplikasi paclobutrazol ke-k

εijk : galat percobaan

Percobaan ini dilakukan dengan wadah polybag dimana masing-masing polybag merupakan satuan pengamatan dari perlakuan jenis media yang dikombinasikan dengan waktu aplikasi paclobutrazol. Setiap kombinasi perlakuan tersebut diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 64 satuan percobaan. Setiap ulangan terdiri atas tiga tanaman sehingga terdapat 192 tanaman.

Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1. Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan empat macam, yaitu: media I tanah:pasir:pupuk kandang (1:1:1); media II tanah:pupuk kandang (1:1); media III pasir:pupuk kandang (1:1); dan media IV tanah (Gambar 1a). Setiap satu polybag berisi 24 kg media. Polybag yang telah terisi media kemudian disusun berdasarkan denah Rancangan Acak Kelompok yang telah ditentukan (Gambar 1b).

2. Penanaman Rimpang jahe

(26)

rimpang/polybag dengan posisi mata tunas mengarah ke atas. Setiap polybag diberi Furadan dengan dosis 5 gram/rimpang untuk mengendalikan rayap. Setelah seluruh rimpang ditanam, Dithane 45 diberikan dengan konsentrasi 2 gram/liter, volume siram sebanyak 1,5 liter/polybag untuk mencegah pertumbuhan cendawan pada media.

Gambar 1. Persiapan media tanam: a) Media dicampur sesuai perlakuan dengan perbandingan 1:1; b) Pengisian polybag dan penyusunan denah rancangan acak kelompok.

3. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan meliputi: pemasangan mulsa plastik di bawah polybag, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, khusus untuk hama belalang dilakukan penyemprotan dengan Decis dengan interval waktu 10 hari, penyiangan gulma, dan pemupukan pada tiga bulan pertama sesuai prosedur (SOP) budidaya jahe dari BALITTRO yaitu pada bulan pertama diberi Urea sebanyak 6,4 gram/polybag, SP-36 sebanyak 12,8 gram/polybag, KCl sebanyak 12,8 gram/polybag, bulan kedua diberi Urea sebanyak 6,4 gram/polybag, dan bulan ketiga Urea sebanyak 6,4 gram/polybag (Rostiana et al, 2009).

4. Aplikasi Paclobutrazol

Paclobutrazol 100 ppm diaplikasikan sesuai dengan waktu aplikasi yang terdiri dari kontrol (tanpa pemberian paclobutrazol), 2 BST, 3 BST, dan 4 BST dengan volume siram 500 ml per polybag. Paclobutrazol tersebut diaplikasikan dengan cara disiramkan secara langsung di sekitar rimpang. Aplikasi tersebut diulang setiap dua minggu sekali sehingga total lima kali aplikasi.

(27)

5. Pengamatan

Pengamatan dibagi menjadi dua, yaitu pengamatan pada fase vegetatif dan pengamatan pada fase generatif. Pengamatan pada fase vegetatif dilakukan setiap dua minggu, sedangkan fase generatif dilakukan setiap tiga hari sejak munculnya tunas generatif (spika) hingga panen.

6. Panen

Panen rimpang dilakukan pada saat tanaman jahe telah berumur sembilan bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar tanaman jahe dari dalam polybag untuk diambil rimpangnya. Rimpang jahe kemudian dibersihkan dari sisa media yang masih melekat.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif tanaman jahe yang terdiri atas:

1. Jumlah tunas: banyaknya tunas yang tumbuh pada ruas rimpang jahe, dihitung setiap dua minggu pada 8-28 minggu setelah tanam (MST).

2. Tinggi tunas: tinggi daun yang diukur 5 cm dari rimpang, diukur setiap dua minggu pada 8-28 MST.

3. Diameter tunas: diameter tunas diukur 5 cm dari rimpang, diukur setiap dua minggu pada 8-28 MST.

4. Jumlah daun: daun pada satu tunas, dihitung setiap dua minggu pada 8-28 MST.

5. Bobot rimpang: ditimbang setelah pemanenan rimpang yaitu pada saat tanaman jahe berumur 9 bulan.

6. Ketebalan rimpang: rimpang sekunder diukur dengan menggunakan jangka sorong.

7. Pembungaan jahe, dengan peubah yang diamati sebagai berikut: a. Waktu pemunculan spika; diamati pada saat spika pertama muncul.

(28)

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Curah hujan rata-rata harian selama bulan Agustus – Oktober 2010 berturut-turut sebesar 25 mm, 24 mm, dan 23 mm. Curah hujan rata-rata harian turun pada bulan November dan Desember 2010 menjadi 12 mm dan 9,5 mm sedangkan pada bulan Januari – April 2011 berturut-turut sebesar 11 mm, 6,5 mm, 12 mm, dan 14 mm. Jumlah hari hujan pada bulan Agustus – Desember 2010 rata-rata 23 – 27 hari hujan sedangkan bulan Januari – April 2011 rata-rata 14 – 17 hari hujan (Lampiran 1).

Tanaman jahe yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas Cimanggu-1 yang berumur 1 bulan di persemaian serta tinggi seragam yang didapat dengan cara menyeleksi benih di persemaian. Pengamatan pertumbuhan vegetatif dan generatif jahe dimulai sejak tanaman berumur 2 bulan sampai 9 bulan. Pemanenan rimpang jahe dilakukan setelah tanaman berumur 9 bulan yang ditandai dengan luruhnya tunas jahe. Pada tahap tersebut dilakukan penimbangan bobot dan pengukuran tebal rimpang.

Organisme pengganggu tanaman (OPT) mulai muncul pada saat tanaman jahe berumur 3 BST, umumnya menyerang bagian tunas dan daun jahe. Beberapa OPT yang berhasil diidentifikasi menyerang tanaman jahe dalam penelitian ini adalah Phyllosticta zingiberi, Pseudomonas solanacearum, Fusarium oxysporium sp zingiberi, ulat penggerek daun, dan walang sangit. Penanganan serangan OPT dilakukan melalui penyemprotan dan penyiraman pestisida kimia. Tanaman yang mati karena serangan OPT disulam dengan tanaman cadangan yang memiliki umur serta perlakuan yang sama dengan tanaman utama.

Pertumbuhan Tajuk Tanaman Jahe

(29)

Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis pengaruh media tanam dan waktu aplikasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan tajuk tanaman

Peubah F-Hitung KK (%)

(30)

Hasil rekapitulasi tersebut juga menunjukkan adanya pengaruh tunggal perlakuan media tanam dan waktu aplikasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan vegetatif jahe. Pengaruh media tanam terhadap tinggi tunas terjadi saat 8 – 22 MST lebih kuat daripada pengaruh interaksi kedua perlakuan. Jumlah daun dipengaruhi media tanam hanya pada 14 dan 16 MST. Waktu aplikasi paclobutrazol memberikan pengaruh terhadap tinggi tunas pada 12 dan 24 MST, diameter tunas pada 26 MST, jumlah daun pada 10 MST dan 24 – 28 MST, serta jumlah tunas pada 8 – 22 MST.

Secara umum tanaman jahe memiliki pertumbuhan yang relatif seragam. Pengaruh interaksi kedua perlakuan hanya nyata terhadap diameter tunas dan jumlah tunas pada awal pertumbuhan tanaman.

Tinggi Tunas Jahe

Hasil pengamatan tinggi tunas menunjukkan bahwa perlakuan media tanam memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 8 MST – 22 MST. Tinggi tunas dari tanaman pada media tanah lebih pendek dibandingkan tiga media yang lain pada 10 – 22 MST, sedangkan pada 24 – 28 MST keempat media memberikan pengaruh yang sama terhadap tinggi tunas (Tabel 4).

Tabel 4. Pengaruh media tanam terhadap tinggi tunas jahe (cm) pada 8 – 28 MST Umur tanaman (MST) Media tanam

M1 M2 M3 M4

8 37.85ab 39.14a 38.49a 35.24b 10 49.29a 49.25a 48.02a 43.73b 12 54.98a 55.86a 52.79a 46.80b 14 61.12a 61.72a 57.41a 51.84b 16 65.42a 66.55a 62.74a 55.79b 18 66.54a 67.75a 63.67a 57.99b 20 67.99a 68.47a 64.82a 58.49b 22 68.47a 69.80a 65.34ab 60.19b

24 66.07 71.36 66.10 63.28

26 67.61 69.23 66.24 60.14

28 68.10 69.50 66.71 60.46

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf 5%.

(31)

Pada 26 – 28 MST, tinggi tunas pada semua tanaman tidak berubah. Hal ini memberi indikasi bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman sudah berhenti. Tajuk tanaman secara perlahan akan luruh dan pada saat seluruh tajuk sudah luruh, panen dilaksanakan (Paimin dan Murhananto, 1999). Secara umum, tinggi tanaman maksimum dalam penelitian ini lebih rendah daripada yang diperoleh Lesmana (2008) yang menyatakan bahwa rataan tunas jahe tertinggi terjadi pada 8 bulan setelah tanam (BST) dengan media tanah:pasir:pupuk kandang dengan perbandingan 3:1:1 sebesar 73,61 cm.

Pertumbuhan tinggi tunas jahe pada media tanah lebih lambat dibandingkan dengan tiga perlakuan media yang lain. Hal tersebut diduga karena rendahnya unsur hara yang terkandung pada media tanah sehingga pertumbuhan tanaman jahe tidak maksimum. Penambahan pupuk kandang pada ketiga media yang lain menyebabkan terjadinya peningkatan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan vegetatif tanaman jahe.

Penelitian Muslihat (2003) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang dengan komposisi yang tepat menjadikan tanah seimbang secara fisik, kimia maupun biologi, berpengaruh terhadap porositas, aerasi dan persediaan air dalam tanah, membentuk agregat tanah yang mantap, menyerap bahan yang bersifat racun seperti alumunium (Al), besi (Fe), dan mangan (Mn) serta meningkatkan pH tanah, dan memperkaya mikro organisme dalam tanah. Kondisi tersebut dapat menunjang ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman sehingga tanaman tumbuh dengan subur.

(32)

Pada waktu tanaman berumur 24 MST, pengaruh waktu penyiraman paclobutrazol 4 BST menghasilkan tunas yang terendah yaitu 62,26 cm. Penyiraman paclobutrazol pada 2 BST menghasilkan tunas lebih tinggi yaitu 69,70 cm dan tidak berbeda nyata dengan tanaman kontrol setinggi 69,53 cm, sedangakan penyiraman paclobutrazol pada 3 BST menghasilkan tunas setinggi 65,31 cm.

Tabel 5. Pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe (cm) pada 8 – 28 MST

Umur tanaman (MST) Waktu aplikasi paclobutrazol Kontrol 2 BST 3 BST 4 BST

8 36.56 37.73* 39.40 37.02

10 45.63 48.87 48.96 46.83

12 48.76b 54.42a 54.50a* 52.75a

14 58.87 59.19 57.53 56.48

16 63.35 64.52 61.69 60.93*

18 65.57 65.78 62.89 61.71

20 66.94 65.76 64.06 63.01

22 68.46 67.99 63.62 63.74

24 69.53a 69.70a 65.31ab 62.26b

26 68.75 67.22 64.98 62.26

28 69.11 67.68 65.28 62.70

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. BST: bulan setelah tanam. *

Waktu aplikasi paclobutrazol dimulai.

Pada saat tanaman berumur 24 MST, pertumbuhan vegetatif jahe mulai berhenti yang ditandai dengan peluruhan tunas. Diduga akibat penyiraman paclobutrazol 4 BST pertumbuhan tunas terhenti lebih awal dibandingkan lainnya.

(33)

tinggi tunas. Pertambahan tinggi tanaman kontrol mencapai 19,32 cm sedangkan pertambahan tinggi tanaman dengan paclobutrazol 100 ppm mencapai 14,27 cm.

Diameter Tunas Jahe

Interaksi waktu aplikasi paclobutrazol dan jenis media menunjukkan penambahan diameter hingga umur 12 MST kemudian mengalami penyusutan pada pengamatan selanjutnya sampai akhir pengamatan (Tabel 6). Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi penyusutan diameter jahe pada penelitian ini, yaitu 1) peluruhan tunas yang diakibatkan serangan layu bakteri atau busuk rimpang, 2) lapisan terluar dari tunas mengering dan mengelupas.

(34)

3 BST 9,65Aab 10,08ABa 10,15Aa 9,05Bb

Kontrol 8,94Aab 8,76Ab 9,01Aab 10,04Aa 2 BST 8,99Aa 9,33Aa 9,35Aa 8,49Ba 3 BST 9,07Aa 9,27Aa 9,18Aa 8,62Ba 4 BST 9,00Aab 9,47Aa 8,01Bab 7,85Bb

24 MST

Kontrol 8,75Aab 8,45Bb 8,88ABab 9,90Aa 2 BST 8,76Aab 9,17ABab 9,60Aa 8,44Bb Keterangan: Nilai yang diikuti huruf kapital pada kolom (jenis media) yang sama atau huruf kecil

pada baris (waktu aplikasi paclobutrazol) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

(35)

Menurut Melati (2010) meningkatnya umur tanaman (5,5 – 7,5 BST) akan menyebabkan lapisan terluar dari batang semu (tunas) jahe mengering dan mengelupas sehingga ukuran diameter akan menyusut.

Pengaruh interaksi waktu aplikasi paclobutrazol dan jenis media terhadap diameter tunas terjadi pada umur tanaman 10 – 16 MST dan 20 – 28 MST (Tabel 6). Pada 10 MST aplikasi paclobutrazol yang telah dilakukan hanya pada 2 BST (dengan dua kali aplikasi), sedang perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol 3 BST dan 4 BST belum dilaksanakan. Oleh karena itu perbedaan diameter tunas lebih disebabkan oleh pengaruh media.

Menurut Effendi dan Emmyzar (1997) tanaman jahe memerlukan banyak unsur hara selama pertumbuhan. Untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tanah sebagai media harus mampu menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan sehingga diperlukan pemupukan yang dalam hal ini adalah pupuk kandang.

Hasil pengamatan pada minggu-minggu selanjutnya menunjukkan bahwa pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol lebih nyata pada media tanah (M4) dibandingkan media lainnya. Hal ini diduga karena kandungan hara dari pupuk kandang yang terdapat pada media cukup untuk mempertahankan perkembangan diameter tunas daripada efek penghambatan pertumbuhan dari paclobutrazol. Hasil penelitian Melati (2010) menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol dengan komposisi 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm pada waktu 4 BST tidak menghambat penambahan diameter tunas jahe dari awal aplikasi sampai akhir pengamatan.

Jumlah Daun

Jumlah daun jahe menunjukkan perbedaan nyata antara media tanah dan tiga media tanam lainnya (Tabel 7), beda nyata tersebut terjadi pada 14 MST dan 16 MST. Pada 14 MST beda nyata terjadi antara media tanah dengan media tanah:pasir:pupuk kandang dan tanah:pupuk kandang sedangkan pada 16 MST beda nyata terjadi antara media tanah dengan media tanah:pupuk kandang dan pasir:pupuk kandang.

(36)

pada media tanah:pupuk kandang sebanyak 20,54 helai. Seperti halnya dengan pertumbuhan tinggi tunas jahe, diduga rendahnya jumlah daun jahe yang merupakan penyusun tunas juga dipengaruhi oleh rendahnya unsur hara yang terkandung pada media tanah.

Jumlah daun jahe meningkat seiring dengan bertambahnya umur jahe. Bertambahnya jumlah helai daun tersebut juga seiring dengan pertumbuhan tinggi tunas jahe sebab tunas jahe sebenarnya adalah batang semu yang tumbuh di atas permukaan tanah dan merupakan kumpulan helai daun jahe yang terus bertambah. Tabel 7. Pengaruh media tanam terhadap jumlah daun jahe (helai) pada 8 – 28

MST

Umur tanaman (MST) Media tanam

M1 M2 M3 M4

8 10.13 9.98 10.04 9.40

10 12.86 12.94 13.17 12.00

12 16.21 16.38 15.92 15.12

14 18.92a 18.96a 17.81ab 16.25b 16 19.75ab 20.54a 20.02a 18.63b

18 20.25 21.04 19.67 19.33

20 22.31 22.58 21.50 20.69

22 24.02 24.12 23.00 21.79

24 22.67 23.87 23.27 22.41

26 21.69 22.75 22.13 21.12

28 22.41 23.17 22.76 21.61

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf 5%.

M1: tanah:pasir:pupuk kandang (1:1:1); M2: tanah:pupuk kandang (1:1); M3: pasir:pupuk kandang (1:1); M4: tanah.

Ajijah et al. (1997) menjelaskan bahwa tunas jahe berbentuk bulat (teres), tegak, tidak bercabang, tersusun dari lembaran-lembaran pelepah daun, tingginya dapat mencapai 1 meter (30 – 100 cm).

(37)

belum dilaksanakan. Pada pengamatan 24, 26, dan 28 MST aplikasi paclobutrazol telah diselesaikan pada semua tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi paclobutrazol yang dimulai pada 4 BST (16 MST) cenderung menurunkan jumlah daun. Penurunan jumlah daun tersebut diduga karena fase pertumbuhan tanaman sudah melambat, sehingga pemberian paclobutrazol akan lebih memperlambat pertambahan jumlah daun (Tabel 8).

Tabel 8. Pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol terhadap jumlah daun jahe (helai) pada 8 – 28 MST

Umur tanaman (MST) Waktu aplikasi paclobutrazol Kontrol 2 BST 3 BST 4 BST 8 9.44 9.67* 10.42 10.02 10 12.17b 12.25b 13.42a 13.13ab 12 15.56 15.69 16.49* 15.90

14 18.33 17.37 18.31 17.92

16 20.48 20.08 19.58 18.79*

18 20.98 20.65 19.48 19.19

20 22.73 22.29 21.37 20.69

22 23.90 23.96 23.33 21.75

24 23.49a 23.91a 23.34a 21.47b 26 23.39a 22.78a 21.67ab 19.86b 28 24.05a 23.36a 22.06ab 20.47b Keterangan: Nilai yang diikuti huruf dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

pada uji DMRT pada taraf 5%. BST: bulan setelah tanam. *

Waktu aplikasi paclobutrazol dimulai.

Jumlah Tunas

(38)

satu kali saja. Hasil pengamatan ini lebih tinggi daripada yang diperoleh Lesmana (2008) yang menyatakan bahwa rataan jumlah tunas jahe tertinggi terjadi saat 8 bulan setelah tanam (BST) pada komposisi media tanah:pasir:pupuk kandang dengan perbandingan 3:1:1 sebesar 6,50 tunas.

Tabel 9. Pengaruh interaksi waktu aplikasi paclobutrazol dan jenis media terhadap jumlah tunas jahe

Waktu Aplikasi Jenis Media

M1 M2 M3 M4

8 MST

Kontrol 5,67Cab 7,50Aa 7,17Bab 5,08Bb 2 BST 11,75Aa 9,50Aab 7,83ABb 8,42Ab 3 BST 8,25Ba 9,25Aa 10,17Aa 8,00Aa 4 BST 9,75ABa 9,92Aa 10,50Aa 6,67ABb

10 MST

Kontrol 7,34Cab 9,67Ba 8,75Bab 6,84Bb 2 BST 17,17Aa 14,84Aab 11,00ABb 10,67Ab 3 BST 11,67Ba 13,08ABa 14,75Aa 11,25Aa 4 BST 14,17ABa 14,75Aa 14,75Aa 8,33ABb

12 MST

Kontrol 10,00Ca 12,42Ba 11,25Ba 9,50Ba 2 BST 21,17Aa 19,42Aab 14,09ABb 13,33Ab 3 BST 14,42Ba 19,17Aa 17,92Aa 13,50Aa 4 BST 17,75Ba 20,50Aa 17,92Aa 9,92ABb

14 MST

Kontrol 11,17Cb 15,92Ba 11,67Bab 12,08Aab 2 BST 22,00Aa 22,08Aa 16,42ABab 15,58Ab 3 BST 15,33Ba 18,58ABa 18,84Aa 15,75Aa 4 BST 19,50Aa 21,25ABa 17,84Aa 12,00Ab

16 MST

Kontrol 13,75Db 18,17Aa 15,25Aab 12,50Ab 2 BST 26,50Aa 22,34Aab 17,84Abc 15,25Ac 3 BST 17,83Ca 23,42Aa 22,67Aa 15,50Aa 4 BST 22,42Bb 25,50Aa 20,42Aab 11,84Ab

18 MST

(39)

2 BST 23,25Aa 22,08Aab 16,08ABbc 14,09ABc 3 BST 16,25Ba 19,50Aa 21,75Aa 15,25Aa 4 BST 20,75Aa 22,00Aa 17,75ABa 10,42Bb

20 MST

Kontrol 12,59Ca 16,92Aa 14,04Aa 11,92ABa 2 BST 20,83Aa 21,00Aa 15,25Aab 13,25ABb

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf kapital dan kolom (jenis media) yang sama atau huruf kecil dan baris (waktu aplikasi paclobutrazol) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

M1: tanah:pasir:pupuk kandang (1:1:1); M2: tanah:pupuk kandang (1:1); M3: pasir:pupuk kandang (1:1); M4: tanah.

(40)

kali aplikasi penambahan paclobutrazol yaitu dengan memperlambat tumbuhnya tunas baru. Sampai akhir pengamatan jumlah tunas tertinggi terdapat pada kontrol sebanyak 20 tunas dan terendah terdapat pada perlakuan 100 ppm sebanyak 15 tunas.

Pada waktu pengamatan 18 MST mulai terjadi penurunan jumlah tunas hingga akhir pengamatan yang disebabkan oleh serangan layu bakteri dan busuk rimpang. Penyakit layu bakteri menyebabkan batang mudah dilepas/dicabut dari bagian rimpang dan apabila potongan pangkal tunas dipijit dengan tangan akan keluar eksudat bakteri berwarna putih susu. Penyakit busuk rimpang selain menyebabkan rimpang menjadi busuk, gejala lainnya adalah tunas jahe yang menjadi layu dan mengering (Supriadi et al., 1997).

Pertumbuhan Rimpang Jahe

Pertumbuhan rimpang mencakup bobot dan ketebalan rimpang. Hasil rekapitulasi menunjukkan bahwa interaksi media tanam dengan waktu aplikasi paclobutrazol berpengaruh terhadap bobot rimpang dan ketebalan rimpang. Pengaruh tunggal perlakuan menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang namun tidak pada ketebalan rimpang, sedangkan waktu aplikasi paclobutrazol tidak berpengaruh terhadap kedua parameter (Tabel 10). Tabel 10. Rekapitulasi hasil analisis pengaruh media tanam dan waktu aplikasi

paclobutrazol terhadap rimpang jahe

Peubah F-Hitung KK (%)

Media tanam Waktu aplikasi Interaksi Rimpang jahe

Bobot rimpang ** tn * 25.3

Ketebalan rimpang tn tn * 8.49

Keterangan: tn (tidak nyata), * (nyata pada α=5%), ** (nyata pada α=1%), KK (koefisien keragaman)

Bobot Rimpang Jahe

(41)

baik dengan atau tanpa perlakuan paclobutrazol pada 2 BST, 3 BST maupun 4 BST, sedangkan nilai bobot rimpang jahe terendah diperoleh dari tanaman dengan media tanah dan waktu aplikasi paclobutrazol 4 BST sebesar 342,22 gram.

Tabel 11. Pengaruh interaksi waktu aplikasi paclobutrazol dan jenis media terhadap bobot rimpang jahe (g)

Waktu aplikasi Jenis media

M1 M2 M3 M4

Kontrol 446.96Ba 628.75Aa 402.50Aa 594.79Aa 2 BST 835.00Aa 761.67Aa 550.92Ab 360.67Bb 3 BST 518.33Ba 741.25Aa 614.59Aa 524.58Aa 4 BST 565.21Bab 701.58Aa 478.67Abc 342.22Bc Keterangan: Nilai yang diikuti huruf kapital dan kolom (jenis media) yang sama atau huruf kecil

dan baris (waktu aplikasi paclobutrazol) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. M1: tanah:pasir:pupuk kandang (1:1:1); M2: tanah:pupuk kandang (1:1); M3: pasir:pupuk kandang (1:1); M4: tanah.

Bobot rimpang yang diperoleh dari tanaman dengan media tanah:pasir:pupuk kandang sebesar 446,96 gram (Tabel 11), lebih besar dibandingkan hasil yang diperoleh Lesmana (2008) dengan media yang sama sebesar 104,05 gram. Perbedaan bobot rimpang tersebut diduga karena perbedaan komposisi media yang digunakan. Media tanah:pasir:pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 digunakan dalam penelitian ini, sedangkan Lesmana menggunakan perbandingan 3:1:1. Proporsi tanah yang besar akan menyebabkan media menjadi padat sehingga rimpang jahe akan sulit berkembang. Selain itu, perbedaan bobot rimpang diduga disebabkan oleh perbedaan jumlah tunas yang dihasilkan. Jumlah tunas yang dihasilkan pada penelitian ini sebanyak 13,75 tunas (Tabel 9) dua kali lebih banyak dibandingkan penelitian Lesmana sebanyak 6,50 tunas. Tunas yang lebih banyak akan menghasilkan rimpang yang lebih besar.

(42)

meningkatkan produksi rimpang dan produksi tertinggi terdapat pada tanaman jahe yang memiliki lebih dari 6 tunas.

Pada media yang mengandung pupuk kandang, pemberian paclobutrazol cenderung meningkatkan bobot rimpang. Hal ini diduga sebagai pengaruh tidak langsung pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Disamping itu, Penambahan pasir membuat media lebih poros dan menghasilkan media berdrainase dan beraerasi yang lebih baik sehingga rimpang mudah berkembang. Effendi dan Moko (1997) menyatakan bahwa untuk pertumbuhan jahe diperlukan kondisi media yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase, dan beraerasi baik.

Pupuk kandang membuat media menjadi lebih gembur serta memiliki unsur hara yang cukup untuk pembesaran rimpang jahe. Muhammad dan Sudiarto (1997) menyatakan bahwa pupuk kandang diperlukan untuk pertanaman jahe dalam jumlah besar karena perkembangan rimpang memerlukan tingkat kegemburan tanah yang cukup tinggi. Tanpa pemberian pupuk kandang, produksi rimpang akan rendah dengan mutu yang kurang baik.

Ketebalan Rimpang

Rata-rata ketebalan rimpang jahe yang dihasilkan berkisar antara 22,26 mm sampai 27,92 mm (Tabel 12). Ketebalan rimpang jahe tertinggi diperoleh dari tanaman pada media tanah:pupuk kandang dengan waktu aplikasi paclobutrazol 2 BST sebesar 27,92 mm, sedangkan rimpang yang tipis diperoleh dari tanaman dengan media tanah dan diberi pacloburazol pada 3 BST sebesar 22,26 mm.

(43)

Hasil pengamatan ini juga menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol pada tanaman yang ditanam di media tanah cenderung menurunkan ketebalan rimpang. Tabel 12. Pengaruh interaksi waktu aplikasi paclobutrazol dan jenis media

terhadap ketebalan rimpang jahe (mm)

Waktu aplikasi Jenis media

M1 M2 M3 M4

Kontrol 24.77Aa 26.19Aa 26.90Aa 27.17Aa 2 BST 25.15Aab 27.92Aa 24.97Aab 22.62Bb 3 BST 26.14Aa 24.49Aab 26.75Aa 22.26Bb 4 BST 24.14Aa 25.99Aa 24.18Aa 24.70ABa Keterangan: Nilai yang diikuti huruf kapital dan kolom (jenis media) yang sama atau huruf kecil

dan baris (waktu aplikasi paclobutrazol) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

M1: tanah:pasir:pupuk kandang (1:1:1); M2: tanah:pupuk kandang (1:1); M3: pasir:pupuk kandang (1:1); M4: tanah

Pembungaan Jahe

Pertumbuhan generatif tanaman jahe ditandai dengan kemunculan spika. Spika merupakan tunas generatif berbentuk silinder yang terdiri dari daun pelindung bunga (braktea) (Ajijah et al., 1997; Ravindran et al., 2005). Di dalam braktea tersebut terdapat calon bunga yang berwarna putih (Gambar 2).

Gambar 2. Spika jahe

Umumnya tunas generatif muncul dari rimpang akan tetapi ada tunas generatif yang muncul sebagai perkembangan dari tunas vegetatif. Pertumbuhan tunas generatif langsung dari rimpang dapat dilihat dari bentuknya yang lebih besar dibandingkan dengan tunas vegetatif, ujung tunas generatif membulat sedangkan tunas vegetatif meruncing (Gambar 3).

Calon bunga Braktea

Spika

(44)

Gambar 3. Pembungaan jahe: a). Perbedaan tunas generatif dan vegetatif, b). Tunas generatif yang tumbuh langsung dari rimpang, c). Tunas generatif yang tumbuh dari tunas vegetatif.

Secara umum persentase rumpun menghasilkan tunas generatif pada kombinasi perlakuan jenis media dan waktu aplikasi paclobutrazol berkisar antara 8,3 – 25% (Tabel 13). Persentase rumpun menghasilkan tunas generatif yang tinggi diperoleh dari kombinasi perlakuan tanah:pasir:pupuk kandang dan waktu aplikasi paclobutrazol 4 BST yaitu sebesar 25%. Tingginya persentase rumpun yang menghasilkan tunas generatif pada kombinasi perlakuan tersebut tidak dapat diklarifikasi penyebabnya, karena peubah pertumbuhan yang diamati tidak menunjukkan adanya kecenderungan yang konsisten (lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang lain). Hal ini diduga disebabkan oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini, misalkan intensitas cahaya terkait dengan tata letak perlakuan.

Tabel 13. Persentase rumpun menghasilkan tunas generatif (%)* Waktu aplikasi

Keterangan: M1: tanah:pasir:pupuk kandang; M2: tanah:pupuk kandang; M3: pasir:pupuk kandang; M4: tanah. T0: kontrol; T1: aplikasi paclobutrazol 2 BST; T2: aplikasi paclobutrazol 3 BST; T3: aplikasi paclobutrazol 4 BST. *: data tidak diolah

Interaksi antara media tanam dan waktu aplikasi paclobutrazol tidak berpengaruh terhadap seluruh karakter pembungaan jahe (jumlah spika/rumpun, diameter spika, panjang spika, panjang tangkai spika, jumlah braktea, dan waktu muncul spika). Pengaruh tunggal perlakuan media tanam dan waktu aplikasi paclobutrazol juga tidak terjadi pada seluruh karakter pembungaan (Tabel 14).

a b c

Tunas generatif

Tunas generatif Tunas generatif

(45)

Tabel 14. Rekapitulasi hasil analisis pengaruh media tanam dan waktu aplikasi paclobutrazol terhadap karakter pembungaan jahe

Peubah F-Hitung KK (%)

Media tanam Waktu aplikasi Interaksi

Pembungaan

Keterangan: tn (tidak nyata), * (nyata pada α=5%), ** (nyata pada α=1%), KK (koefisien keragaman)

Tabel 15 menunjukkan perlakuan media dan waktu aplikasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah spika per rumpun yang dihasilkan. Media tanah:pasir:pupuk kandang menghasilkan jumlah spika yang tidak berbeda nyata dengan tiga media lainnya. Perlakuan paclobutrazol pada waktu yang berbeda juga tidak mempengaruhi jumlah spika per rumpun yang dihasilkan.

Spika cenderung dihasilkan tanaman yang terletak di pinggir blok penelitian. Selain komposisi media dan pemberian paclobutrazol, pembungaan jahe diduga dipengaruhi oleh suhu lingkungan yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan spika. Menurut penelitian Melati (2010) tanaman jahe yang berada di tengah rumah kaca cenderung memiliki bunga yang sedikit dibandingkan tanaman jahe yang berada di pinggir. Suhu yang tinggi di dalam rumah kaca menyebabkan inisiasi bunga terganggu sehingga tunas generatif tidak berkembang.

(46)

Gambar 4. Spika meluruh sebelum berkembang secara maksimal.

Ada kecenderungan bahwa dengan bertambahnya umur tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol maka semakin kecil spika yang dihasilkan. Pemberian paclobutrazol juga cenderung menghasilkan tangkai spika yang lebih pendek dibandingkan kontrol, diduga karena pengaruh paclobutrazol yang menghambat pertumbuhan. Dengan semakin bertambahnya umur tanaman, aplikasi paclobutrazol cenderung memperkecil spika sebagaimana ditunjukkan dengan menurunnya jumlah braktea per spika. Karena bunga akan muncul dari masing-masing braktea, maka menurunnya jumlah braktea per spika juga akan menurunkan jumlah bunga yang dihasilkan.

(47)

33 Tabel 15. Pengaruh jenis media dan waktu aplikasi paclobutrazol terhadap karakter pembungaan jahe (jumlah spika per rumpun, diameter

spika, panjang spika, panjang tangkai spika, jumlah braktea per spika, dan waktu muncul spika) Perlakuan Jumlah

spika*)

Diameter spika (mm)

Panjang spika (cm)

Tinggi spika

(cm) Jumlah braktea

Waktu muncul spika (MST)

Jenis media

M1 2,18 19,89 5,51 14,56ab 19,06 17,43

M2 1,53 19,03 5,05 9,70b 18,00 20,33

M3 1,79 19,56 5,85 16,17a 18,42 22,00

M4 1,41 19,42 5,21 14,69ab 18,25 23,00

Rata-rata 1,73 19,48 5,41 - 18,43 20,69

Waktu aplikasi paclobutrazol

Kontrol 2,27 20,50 5,77 15,58 21,54 23,20

2 BST 1,79 20,17 5,83 13,33 19,30 22,00

3 BST 2,01 19,14 5,10 13,32 17,47 18,33

4 BST 1,42 18,92 5,19 13,39 16,71 18,00

Rata-rata 1,87 19,68 5,47 13,91 18,76 20,38

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf 5%. M1: tanah:pasir:pupuk kandang (1:1:1); M2: tanah:pupuk kandang (1:1); M3: pasir:pupuk kandang (1:1); M4: tanah. BST: bulan setelah tanam. *): data ditransformasi.

(48)

34 Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa aplikasi paclobutrazol menghasilkan pertumbuhan generatif yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Tanaman kontrol justru memiliki pertumbuhan generatif yang cenderung lebih baik. Jumlah braktea merupakan parameter yang diharapkan mengalami penambahan karena bunga jahe tumbuh pada setiap braktea, namun pemberian paclobutrazol menghasilkan jumlah braktea yang cenderung lebih sedikit.

Thohirah et al. (2005) melaporkan bahwa pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi 10 dan 20 mg/l yang diaplikasikan pada tanaman Curcuma roscoeana membuat spika memendek berturut-turut 5,98% dan 32,05% dibandingkan tanaman kontrol. Paclobutrazol dengan konsentrasi 40 mg/l yang diaplikasikan pada tanaman Curcuma alismatifolia memperpendek spika sebesar 21,9%.

Waktu muncul spika juga tidak dipengaruhi oleh jenis media, waktu aplikasi paclobutrazol atau interaksi keduanya (Tabel 15). Walaupun secara statistik tidak nyata akan tetapi perbedaan satu interval pada waktu muncul spika menunjukkan waktu satu minggu sehingga cukup signifikan pada penerapan di lapangan sebab perbedaan waktu tersebut sangat berpengaruh pada waktu kematangan spika yang menandai waktu muncul bunga pada spika.

Media tanah:pupuk kandang merupakan tolok ukur yang digunakan untuk mengetahui waktu muncul spika jahe pada umumnya sebab media tersebut merupakan media yang telah direkomendasikan oleh BALITTRO dan merupakan media yang umum dipakai oleh petani untuk menanam jahe. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spika dari tanaman pada media tanah:pasir:pupuk kandang muncul lebih awal yaitu pada 17,43 MST, sedangkan tanaman pada media tanah menghasilkan spika paling akhir, yaitu pada 23 MST. Diduga komposisi antara tanah, pasir, dan pupuk kandang menghasilkan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif jahe. Tanah dan pupuk kandang menyediakan hara yang cukup bagi pertumbuhan jahe, sedangkan pasir menghasilkan kondisi media yang poros sehingga sirkulasi air dan udara pada media menjadi lebih baik, dan pertumbuhan tanaman lebih optimal.

(49)

diulang yang kedua kalinya, spika sudah muncul. Meskipun demikian perlakuan tetap diulang setiap dua minggu sampai lima kali pemberian paclobutrazol.

Lutfinto (2005) menyatakan bahwa tanaman jeruk kumkuat nagami (Fortunella margarita Lour.) yang diberi paclobutrazol dengan dosis 100 mg dan 200 mg rata-rata berbunga empat minggu lebih cepat dibandingkan dengan tanaman kontrol, yaitu pada 6 – 7 minggu setelah perlakuan. Melati (2010) mengaplikasikan paclobutrazol pada jahe putih besar dan menunjukkan hasil bahwa tanaman yang diaplikasikan paclobutrazol 100 ppm pada 4 BST menunjukkan waktu muncul spika yang lebih cepat satu minggu dibandingkan tanaman kontrol.

Bunga jahe pertama akan mekar setelah spika tumbuh maksimum. Waktu yang dibutuhkan spika untuk tumbuh hingga siap menghasilkan bunga umumnya 30 hari sejak spika muncul. Selama penelitian berlangsung, waktu mekar bunga jahe berubah-ubah berkisar antara pukul 13.22 – 18.01, dengan suhu yang terukur pada saat bunga mekar berkisar antara 25 – 370C dan kelembaban udara 61% - >100%. Bunga yang sudah mekar hanya bertahan beberapa jam saja. Pada umumnya bunga akan layu kemudian luruh satu hari setelah bunga mekar sempurna.

Bunga yang mekar dalam satu spika dapat berjumlah satu hingga dua pada waktu yang hampir bersamaan. Ada juga bunga yang tidak mekar sempurna yaitu calix membuka maksimum tetapi corolla tidak membuka (mekar) sampai bunga tersebut luruh (Gambar 5). Kondisi bunga yang tidak mekar sempurna diduga disebabkan oleh suhu udara yang terlalu tinggi di tempat penelitian.

Gambar 5. Bunga jahe: a). Satu bunga mekar pada satu spika, b). Dua bunga mekar pada satu spika, c). Bunga mekar tidak sempurna.

(50)
(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kombinasi perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol dan jenis media tanam tidak dapat meningkatkan pembungaan tanaman jahe tetapi mempengaruhi pertumbuhan tunas. Namun demikian tanaman jahe yang ditanam pada media tanah:pupuk kandang (1:1) menghasilkan bobot rimpang yang tinggi dengan atau tanpa aplikasi paclobutrazol pada 2 BST, 3 BST maupun 4 BST. Tebal rimpang menurun jika tanaman jahe yang ditanam pada media tanah diberi perlakuan paclobutrazol pada 2 atau 3 BST.

Paclobutrazol yang diaplikasikan pada 4 BST dengan konsentrasi 100 ppm dan diulang lima kali dengan interval 2 minggu dapat menghambat pertumbuhan tanaman jahe. Aplikasi paclobutrazol pada 2 BST, 3 BST, dan 4 BST tidak meningkatkan pembungaan, akan tetapi cenderung mempercepat munculnya spika.

Media tanam yang mengandung pupuk kandang dapat meningkatkan pertumbuhan tunas, sedangkan media tanah:pasir:pupuk kandang mempercepat muncul spika, 3 – 6 minggu lebih cepat daripada tiga media lainnya. Perlakuan media tidak meningkatkan pembungaan tanaman jahe.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh suhu terhadap pembungaan jahe.

Ucapan Terima Kasih

(52)

38

DAFTAR PUSTAKA

Ajijah, N., B. Martono, N. Bermawie, dan E.A. Hadad. 1997. Botani dan karakteristik, hlm. 10-17. Dalam D. Sitepu, Sudiarto, N. Bermawie, Supriadi, D. Soetopo, SMD. Rosita, Hermani, A.M. Rivai (Eds.). Monograf No. 3 Jahe. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.

Aminah, S. 1995. Pengaruh Bobot Benih dan Jumlah Tunas terhadap Produksi Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Varietas Badak. Skripsi. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 30 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia Jilid I : Ekspor 2005. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia Jilid I : Ekspor 2006. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia Jilid I : Ekspor 2007. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia Nomor 01-7153-2006 tentang Benih Jahe (Zingiber officinale L.) Kelas Benih Pokok (BP) dan Benih Sebar (BR). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. 21 hlm. Cochran, R.C., J. Gee, P. Leung, J.R. Sanborn, J.P. Frank, N.R. Reed, K.F.

Pfeifer, J.P. Schreider. 1993. Paclobutrazol (Bonzi®), Risk Characterization Document. Medical Toxicology and Worker Health and Safety Branches, Department of Pesticide Regulation, California Environmental Protection Agency. California. 57 pages.

Damayanti, A. 2009. Efek Perlakuan Suhu dan Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Ptilotus latifolius dan Gomphrena leontopiodes. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Petanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hlm.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Luas Panen Tanaman Biofarmaka di Indonesia Periode 2003 – 2007. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [29 April 2010].

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Rekapitulasi Laporan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Biofarmaka di Indonesia Tahun 2007 (Angka Tetap). http://www.hortikultura.deptan.go.id. [29 April 2010]. Direktorat Jenderal Perkebunan. 1999. Statistik Perkebunan Indonesia: Jahe.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.

Efendi, D. 1994. Studi Stimulasi Pembungaan Mangga (Mangifera indica L. cv. Arumanis) dengan Kalium Nitrat dan Paclobutrazol. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Tabel 2. Persyaratan mutu benih (rimpang) kelas Benih Pokok (BP) dan  Benih Sebar (BR) yang siap tanam
Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis pengaruh media tanam dan waktu aplikasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan tajuk tanaman
Tabel 4. Pengaruh media tanam terhadap tinggi tunas jahe (cm) pada 8 – 28 MST
Tabel 5. Pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol terhadap tinggi tunas jahe (cm)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana yang termuat dalam Permen Hub Nomor 41 Tahun 2001 di dalam babnya mengatur mengenai Kedudukan, tugas, fungsi dan klasifikasi, susunan organisasi, kelompok

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penambahan minyak atsiri jahe merah pada edible coating yang diaplikasikan pada fillet ikan patin

Mancanegara, hal ini di karenakan situs yang ditemukan Arkeolog tahun 1860 Cornet D.Groot memiliki keterkaitan dengan kerajaan Sriwijaya dan pada tahun 2014 di

Oleh karena itu proyek ini adalah bertujuan untuk membuat sebuah prototype yang artistik dari sebuah sistem lighting panggung ataupun multimedia yang terdiri dari sebuah LED

Oleh karena itu, kami membuat sebuah acara bertajuk Peluncuran Akbar IKM UI 2020 untuk memperkenalkan nilai, visi, dan misi serta fungsionaris dari tiga Lembaga Kemahasiswaan

Tindakan kekerasan merupakan suatu aktivitas kelompok atau individu, yang disebut kekerasan individu atau kolektif, istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan perilaku baik

Perencana pengengembangan hutan rakyat yang dilakukan di desa adalah keinginan kepala desa dengan masyarakat Labuan toposo untuk merehabilitasi lahan dan untuk mata

Silaturahim ةملكلا silaturahim يه و ةيبرعلا ةملكلا نم ةذوخأم .ميحرلا ةّلص ذه و ةبارقلا عم وأ سانلا نم لبح وه و يلصاا ىع ا نم اهانعم رغتت ا ةملكلا.. Jama’ah ةملكلا