• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang ( Areca Catechu L ) 20% Dengan Waktu Perendaman Yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang ( Areca Catechu L ) 20% Dengan Waktu Perendaman Yang Berbeda"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 2. Kerangka Konsep

Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Komposisi Ekstrak Biji pinang 20%

Kekuatan impak

Flavonoid

Kerusakan Kimiawi

(2)

Lampiran 3. Pembuatan Ekstrak Biji pinang 20%

Rendam simplisia (serbuk biji pinang) dalam cairan etanol 96% selama 30 menit

Pindahkan massa sedikit demi sedikit sambil dituangi cairan etanol 96% sampai menetes ,perkolator ditutup dan dibiarkan 24 jam

Cairan ditambahkan berulang-ulang secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan etanol di atas simplisia. Penyaringan dihentikan hingga diperoleh ekstrak cair sebanyak 2,5 l

Ekstrak cair diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC dan dikeringkan hingga konsistensinya menjadi kental.

20 gr ekstrak biji pinang dilarutkan di dalam 100 ml aquades 1 kg biji pinang dikupas kemudian dicuci dibawah air mengalir

lalu ditimbang berat basah lalu dipotong iris-iris

Keringkan di lemari pengering 40 -50 0C lalu ditimbang berat kering

(3)

Lampiran 4. Alur Penelitian

Pembuatan Model Induk dari Logam 65 mm x 10 mm x 2,5

Penanaman dalam kuvet

Mould

Polimer dicampur dengan monomer dengan perbandingan 9 gr :3,6 ml sampai mencapai dough stage

Pengisian resin akrilik pada mould

Pengepresan kuvet

Analisis Data

Proses Kuring di waterbath pada suhu 74 0C selama 2 jam kemudian temperatur dinaikkan menjadi 100 0C selama 1 jam

(4)

Lampiran 5. Hasil SPSS Penelitian

*. This is a lower bound of the true significance.

Oneway Lower Bound Upper Bound

(5)

Between Groups 19.285 4 4.821 3.642 .018

kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice KJ. Phillips science of dental materials. 12th Ed. St. Louis: Saunders, 2013: 91-147.

2. Handajani S, Fitriani D, Tarida M. Pengaruh lama perendaman resin akrilik heat cured dalam jus buah kiwi (actinida deliciosa) terhadap kekuatan impak. Majalah Kesehatan FK UB 2013: 28-34.

3. Susilaningtyas W, Wati WP. Pengaruh lama perendaman resin akrilik heat cured dalam ekstrak rosela (hibiscuss sabdariffa).

4. Wahyuningtyas E. Pengaruh ekstrak Graptophyllum pictum terhadap pertumbuhan Candida albicans pada plat gigitiruan resin akrilik.Indonesia Journal of dentistry. 2008;15(3):187-191.

5. Kazanji NM. Evaluation of the effect of some denture cleansers on the color of acrylic resin denture base materials. Al-Rafidain Dent J. 2004;4(2):1812-1817.

6. David, Munadziroh E. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan disinfektan dan klorekshidin. Majalah kedokteran gigi. 2005: 36-40.

7. Yanti DD, dkk. Pengaruh Lama Perendaman Resin Akrilik Heat Cured Dalam Minuman Teh Hijau Terhadap Kekuatan Transversa. http://www. Old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gigi/majalah dian damai. Pdf. 31 agustus 2015.

(11)

9. Dharmautama M,Maruapey AM. Penggunaan pasta pembersih gigitiruan bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) dalam menghambat pertumbuhan

bakteri dan Candida Albicans pada gigitiruan.

03 september 2015.

10.Santoso S, Andini KR, da Asdyaksa H. Efektivitas Etanol Biji pinang (Areca Catechu L.) terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus mutans secara in

vitr

11.Sugianitri NK. Ekstrak biji buah pinang (areca catechu L) dapat menghambat pertumbuhan koloni cadida albicans secara in vitro pada resin akrilik heat cured. Thesis. Universitas Udayana. 2011: 1-80.

12.Yulineri T, dkk. Selenium dari Ekstrak biji dan akar Pinang (Areca catechu L.) yang difermentasi dengan konsorsium acetobacter-saccharomyces sebagai antiseptik obat kumur. Biodiversitas. 2006; 7(1):18-20.

13.Puspawati N. Uji aktivitas antibakteri etanolik biji pinang ( areca catechu L.) terhadap staphylococcus aureus ATCC 25923 dan pseudomonas aeruginosa

ATCC 2785. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas setiabudi. 2012: 1-7.

14.Kurniawan b,Aryana WF. Binahong (CassiaAlata L) as inhibitor of escherichiacoli growth. J Majority.2015;4(4):1-5.

15.Wulandari F, Rostiny, Soekabigono. Pengaruh lama perendaman resin akrilik heat cured dalam eugenol minyak kayu manis Terhadap kekuatan transversal. Journal of Prosthodontics. 2012;3(1):1-5.

16.Mccabe JF, Walls AW. Applied dental materials. 9th ed. UK: Blackwell Publishing, 2008: 110-23.

(12)

18.Van Noort R. Introduction to dental materials. 3rd ed. London: Mosby Elsevier, 2007: 216-222.

19.Fraunhofer JA. Dental materials at a glance. Maryland: Willey-Blackwell, 2010: 16-7.

20.Darvell BW. Materials science for dentistry. 9th ed. UK: Woodhead Publishing Limited, 2009: 1-36.

21.Powers J, Sakaguchi R. Restorative dental materials. 12th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2006: 52-88.

22. Van Noort R. Introduction to dental materials. 3rd ed. China: Mosby Elsevier, 2007:43-50.

23.Effendi C, Hapsari DN, Putriyanti AR. Pengaruh waktu perendaman resin akrilik heat cured dalam larutan Natrium Bicarbonat 0,5% terhadap kekuatan impak. Majalah kesehatan FKUB 2012 : 1-7.

24.Kortrakulkij K. Effect of denture cleanser on color stability and flexural strength of denture base materials. Faculty of Graduate Studies Mahidol University, 2008 ; 1-52.

25.Handajani S, Wulan KA, Fatma D. Pengaruh lama perendaman resin akrilik heat cured dalam larutan cabai rawit terhadap kekuatan impak. Majalah Kesehatan FK UB 2013: 44-51.

26.Wetwitayakung P, dkk. The study of antioxidant capacity in various parts of Areca catechu L. Naresuan University Journal. 2006;14(1):1-14.

27.Paracini A, Davi LR, Ribeiro N, Freitas R, Silva C, Oliveira H. Effect of denture cleansers on physical properties of heat-polymerized acrylic resin. J Prost Dent 2010;54(2): 78-83.

28.Susilaningtyas W, Wulan K, Saraswati R. Efek lama perendaman resin akrilik heat cured dalam larutan natrium hipoklorit 0,5% terhadap kekuatan impak. Majalah kesehatan FKUB 2012: 19-27.

29. Hanafiah KA. Rancangan percobaan. Jakarta: Rajawali pers, 2011: 8-11. 30.Foat F, Panza LHV, Garcia R, Cury A. Impact and flexural strength, and

(13)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories.

3.2 Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Post test with control group design.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian

1. Tempat Pembuatan Ekstrak Biji Pinang 20 % Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU

2. Pembuatan Sampel

Pembuatan sampel penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi USU.

3. Perendaman sampel dalam inkubator.

Perendaman sampel dalam inkubator dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU (Laboratorium infeksius).

4. Pengujian kekuatan impak

Pengujian kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian (FMIPA) USU.

3.3.2 Waktu Penelitian

(14)

3.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.4.1 Sampel Penelitian

Adapun sampel penelitian ini adalah lempeng resin akrilik polimerisasi panas dengan ukuran sampel adalah 65 mm x 10 mm x 2,5 mm sesuai ADA specification

no.12.2,28

Gambar 4. Bentuk dan ukuran sampel

3.4.2 Besar Sampel Penelitian

Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi bedasarkan rumus Frederer:29

Keterangan:

t: Jumlah perlakuan r: Jumlah ulangan

Dalam penelitian ini, terdapat 5 kelompok perlakuan yaitu resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan ekstrak biji pinang selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam serta satu kelompok kontrol (tanpa perendaman), Maka t = 5 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:

( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 ( 5– 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15

(15)

4( r – 1 ) ≥ 15 4r – 4 ≥ 15 4r ≥ 15 + 4 r ≥ 4,75 r = 5

Dari perhitungan diatas didapat jumlah sampel minimum untuk masing-masing kelompok adalah 5, dalam penelitian ini diambil besar sampel 6 buah untuk masing-masing kelompok perlakuan.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Bebas

Waktu perendaman Resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam.

3.5.2 Variabel Tergantung

Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.

3.5.3 Variabel Terkendali

1. Jenis resin akrilik polimerisasi panas. 2. Ukuran sampel 65 mm x 10 mm x 2,5 mm.

3. Perbandingan powder dan liquid resin akrilik polimerisasi panas (polimer 9 gr : monomer 3,6 ml ).

4. Rasio gips dan air sesuai takaran pabrik 200 gr : 100 ml. 5. Suhu penggodokan ( proses kuring ).

6. Suhu perendaman (37 ͦ C).

7. Kecepatan pemolisan (bur frasser 500 rpm) 8. Waktu pemolisan (5 menit)

(16)

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Kecepatan pengadukan resin akrilik. 2. Kecepatan pengadukan gips.

3. Tekanan pengepressan kuvet.

3.6 Kriteria Sampel 3.6.1 Kriteria Inklusi

1. Sampel berbentuk balok dengan ukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm. 2. Sampel terpolis licin dan mengkilat.

3.6.2 Kriteria Ekslusi

1. Sampel terdapat poreus.

2. Sampel terkontaminasi bahan lain (sampel kotor). 3. Sampel retak.

3.7 Definisi Operational

1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan basis gigitiruan yang terbentuk melalui pencampuran bubuk yang mengandung polimer dan cairan yang mengandung monomer yang polimerisasinya melalui pemanasan.

2. Waktu perendaman adalah perendaman sampel resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam.

3. Larutan Ekstrak biji pinang 20% adalah biji pinang yang telah diekstrak dari simplisia (serbuk biji pinang) secara perkolator disertai pengadukan dengan pelarut etanol 96% dengan konsentrasi 20% dengan cara 20 gr ekstrak biji pinang dilarutkan dalam 100 ml aquades.

(17)

3.8 Alat dan Bahan penelitian 3.8.1 Alat Penelitian

1. Master plat berukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm.

Gambar 5. Master plat 65 mm x 10 mm x 2,5 mm

2. Rubber bowl dan spatula pengaduk. 3. Kuvet (Smic, China®).

4. Pot Akrilik.

5. Alat press manual.

6. Waterbath (Schutzart DIN 40050- IP 20, Germany®).

Gambar 6. Waterbath

(18)

9. Mikromotor (Strong, Korea).

Gambar 7. Mikromotor 10.Bur Frasser.

11.Kertas pasir no: 600, 800, 1000.

12.Emery.

13.Pinset dan Lekron.

14. Inkubator. (Memmert)

Gambar 8. Inkubator

15.Alat Uji Kekuatan Impak Charpy (Amslerotto Walpret Werke GBHM, Germany)

(19)

16.Wadah perendaman yang terbuat dari plastik. 17. Plastik selopan.

18.Timbangan (Kenmaster, China)

19.Lemari pengering dengan suhu 40-50o C 20.Blender (Miyako, Japan)

21.Perkolator

Gambar 10. Perkolator

22.Vacuum rotary evaporator

(20)

3.8.2 Bahan Penelitian

a. Resin Akrilik Polimerisasi Panas (QC-20, England) b. Gips tipe 2 (Super Gips)

c. Biji Pinang

Gambar 12. Biji pinang d. Etanol 96%

e. Aquades

3.9 Prosedur Penelitian 3.9.1 Pembuatan Master Plat

Master plat dibuat dari logam stainless steel ditempah dengan ukuran 65 mm x10 mm x 2,5 mm2,28 sebanyak 3 buah.

3.9.2 Pembuatan Mould

1. Membuat adonan gips keras dengan perbandingan terhadap air 200 gr : 100 ml.

2. Adonan diaduk dengan spatula dan dipastikan semua tercampur homogen. 3. Adonan gips yang telah homogen dimasukan kedalam kuvet bawah yang telah disiapkan sambil digetarkan. (Gambar 13.a).

(21)

(a) (b)

Gambar 13. Adonan gips yang telah homogen dalam kuvet bawah (a), master

plat diletakan sama rata dengan permukaan gips (b).

5. Gips dibiarkan mengeras ± 15-20 menit sampai panas gips hilang.

6. Setelah gips mengeras, permukaan atas gips dan master plat diolesi dengan vaselin. Kuvet bagian atas disatukan dengan kuvet bawah dan diisi dengan adonan

gips (perbandingan gips dan air 200 gram : 100 ml), kemudian kuvet ditutup dan dipastikan kuvet atas dan bawah berkontak dengan rapat.

7. Setelah gips pada kuvet atas mengeras, kuvet dibuka dan master plat dikeluarkan dengan perlahan, sehingga didapat hasil cetakan mould yang sesuai dengan master plat. (Gambar 14.a)

8. Kuvet dicor dengan menggunakan air panas untuk menghilangkan sisa vaselin pada permukaan gips.

3.9.3 Pembuatan Sampel Resin Akrilik Polimerisasi Panas

1. Mould diolesi dengan could mould seal sebagai separating medium. (Gambar 14.b)

(a) (b)

(22)

2. Polimer dan monomer diaduk perlahan dalam pot akrilik dengan perbandingan polimer 9 gr : monomer 3,6 ml hingga homogen dan mencapai fase dough. Pada tahap ini adonan tidak akan lengket lagi bila disentuh dengan tangan ataupun spatula.

3. Setelah mencapai fase dough, adonan dimasukan ke dalam mould, kemudian tutup dengan plastik selopan dan kuvet atas dipasangkan. (Gambar 15.a).

4. Kuvet di-press hingga kencang (proof press), kemudian kuvet yang telah di-press dibuka kembali. Kelebihan akrilik dibersihkan dan dibuang kemudian kuvet ditutup kembali.

5. Kuvet ditekan kembali menggunakan press manual sampai bagian kuvet atas dan bawah berkontak rapat (final press). (Gambar 15.b).

(a) (b)

Gambar 15. Plastik selopan yang diletakan diatas mould yang telah diisi resin akrilik polimerisasi panas (a), pengepressan kuvet (b).

6. Baut kuvet dipasang dan dikunci untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah agar beradaptasi dengan baik.

7.Proses curing.

3.9.4 Curing (Pemanasan)

(23)

air di dalam waterbath diturunkan hingga mencapai suhu ruangan agar kuvet yang berisi sampel dapat dikeluarkan dari waterbath. Kemudian kuvet dikeluarkan dari

waterbath dan biarkan dingin dalam suhu ruangan hingga sampel dapat dikeluarkan dari mould dan dapat dipoles. Proses curing yang tidak baik akan berpengaruh pada sampel yang dihasilkan hingga mempengaruhi uji yang akan dilakukan pada sampel tersebut.1

3.9.5 Penyelesaian Akhir (Poles)

Sample dirapikan menggunakan bur fraser dengan kecepatan 500 rpm dan dipoles dengan menggunakan kertas pasir water proof nomor 600 , 800 dan 1000 masing-masing selama 5 menit dan dilanjutkan dengan kertas emery. Kemudian sampel dicuci dengan air dan diberi nomor menggunakan spidol pada bagian ujung plat akrilik untuk memberi tanda pada masing-masing sampel sesuai dengan waktu perendaman. Pemolesan ini bertujuan untuk mendapatkan sampel resin akrilik polimerisasi panas dengan kontur yang rata, licin, mengkilat dan tidak poreus.

Gambar 16. Lempeng resin akrilik polimerisasi panas yang telah selesai dipoles

3.9.6 Pembuatan Ekstrak Biji Pinang 3.9.6.1 Pengumpulan Biji Pinang

(24)

3.9.6.2 Pengolahan Biji Pinang

1. Satu kilogram buah pinang dikupas dan diambil bijinya kemudian dicuci dibawah air mengalir hingga bersih dan tiriskan, lalu ditimbang berat basah, lalu potong dengan diiris-iris.

2. Kemudian keringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50 0C.

3. Biji pinang dianggap kering apabila sudah rapuh, lalu ditimbang berat kering. (Gambar 17.a)

4. Selanjutnya diserbukkan dengan menggunakan blender dan didapat serbuk serbuk halus (simplisia) sebanyak 250 gr lalu disimpan dalam wadah plastik di tempat yang terlindung dari cahaya sebelum digunakan. (Gambar 17.b)

(a) (b)

Gambar 17. Penimbangan berat kering biji pinang (a), Penimbangan simplisia biji pinang (b).

3.9.6.3 Pembuatan Ekstrak Biji Pinang 20%

1. Simplisia yang dihasilkan tersebut diletakkan di dalam wadah kaca dan direndam di dalam etanol 96% sebanyak 500 ml sampai seluruh permukaan simplisia menjadi basah. Massa tersebut disimpan dan kemudian dibiarkan sekurang-kurangnya selama 30 menit. (Gambar 18.a)

(25)

(a) (b)

Gambar 18. Simplisia diletakkan dalam wadah kaca selama 30 menit (a), Perkolasi (b)

3. Ekstrak cair diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC dan dikeringkan hingga konsistensinya menjadi kental.( Gambar 19.a)

4. Untuk mendapatkan ekstrak biji pinang 20% maka dilakukan pegenceran larutan ekstrak pinang dengan aquades sebanyak 20 gr ekstrak biji pinang dilarutkan aquades sampai dengan 100 ml. (Gambar 19.b)

Ekstrak 20% = 20 ��

100 �� x 100 gr = 20 gr

(a) (b)

Gambar 19. Ekstrak kental biji pinang (a), Larutan ekstrak biji pinang 20% (b)

3.9.7 Perendaman Sampel dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang 20%

1. Kelompok kontrol.

(26)

2. Perendaman sampel dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam. Sebanyak 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas dimasukan ke dalam wadah perendaman. Kemudian isi wadah perendaman dengan 100 ml larutan ekstrak biji pinang 20% dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 ͦC. Biarkan selama 2 jam, kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air, dikeringkan diatas kertas tissue. Kemudian dilakukan uji kekuatan impak.

3. Perendaman sampel dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 4 jam. Sebanyak 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas dimasukan ke dalam wadah perendaman . Kemudian isi wadah perendaman dengan 100 ml larutan ekstrak biji pinang 20% dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 ͦC. Biarkan selama 4 jam, kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air, dikeringkan diatas kertas tissue. Kemudian dilakukan uji kekuatan impak.

4. Perendaman sampel dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 6 jam. Sebanyak 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas dimasukan ke dalam wadah perendaman. Kemudian isi wadah perendaman dengan 100 ml larutan ekstrak biji pinang 20% dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 ͦC. Biarkan selama 6 jam, kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air, dikeringkan diatas kertas tissue. Kemudian dilakukan uji kekuatan impak.

(27)

(a) (b)

Gambar 20. Sampel yang diletakan dalam wadah perendaman berisi larutan ekstrak biji pinang 20% (a), wadah perendaman yang dimasukan kedalam inkubator

3.9.8 Uji Kekuatan Impak

Pengukuran kekuatan impak dengan alat Uji Kekuatan Impak Charpy impact test (Gambar 21.a) Sampel ditempatkan dengan posisi horizontal dan bertumpu pada kedua ujung alat penguji kemudian lengan pemukul pada alat penguji dikunci. Setelah itu lengan pemukul dilepaskan dan lengan pemukul membentur sampel hingga patah. Energi yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak.30 (Gambar 21.b).

(a) (b)

Gambar 21. Alat Uji Kekuatan Impak Charpy impact test (a), Sampel diletakkan pada posisinya (b)

3.10 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji One Way Anova

(28)
(29)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Pengukuran Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang 20%

Pada penelitian ini kekuatan impak didapat dengan cara memberikan energi yang menyebabkan patahnya sampel resin akrilik polimerisasi panas menggunakan alat Uji Kekuatan Impak Charpy impact test dinyatan dalam satuan Joule/mm2.

Nilai kekuatan dan rata-rata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan kelompok perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam , 6 jam dan 8 jam dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

(30)

Tabel 2. Nilai rata-rata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan kelompok perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam , 6 jam dan 8 jam

Pada tabel 2 terlihat rata-rata dan standar deviasi kekuatan Impak kelompok kontrol adalah 8,667 ± 0,653 x 10-3 J/mm2, rata-rata dan standar deviasi kekuatan Impak kelompok perendaman 2 jam adalah 8,133 ± 0,864 x 10-3 J/mm2, rata- rata dan standar deviasi kekuatan Impak kelompok perendaman 4 jam adalah 8,000 ± 1,102 x 10-3 J/mm2, rata- rata dan standar deviasi kekuatan impak kelompok perendaman 6 jam adalah 7,333 ± 1,400 x 10-3 J/mm2, sedangkan rata-rata dan standar deviasi kekuatan Impak kelompok perendaman 8 jam adalah 6,333 ± 1,505 x 10-3 J/mm2.

Pada penelitian ini terlihat bahwa nilai rata-rata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% memiliki nilai lebih rendah dibanding nilai rata-rata kekuatan impak kelompok kontrol (Gambar 22).

Gambar 22. Grafik nilai rata-rata kekuatan impak kelompok kontrol dan kelompok

perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam ,4 jam ,

(31)

Hasil uji kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% ini menunjukan bahwa semakin lama perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% maka semakin berkurang nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.

4.2 Pengaruh Perendaman dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang 20% terhadap Kekuatan Impak

Dalam menganalisis data hasil penelitian ini sebelum dilakukan uji One Way Anova ( p ≤ 0,05), terlebih dahulu data yang sudah ditabulasi akan dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk ( p > 0,05) dan uji homogenitas menggunakan uji Levene ( p > 0,05) sehingga didapatkan hasil bahwa data penelitian ini terdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu dapat dilakukan uji One Way Anova ( p ≤ 0,05 ), untuk membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok perendaman dan uji Least Significant Difference ( p ≤ 0,05 ) untuk melihat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perendaman. Hasil uji statistik selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.

Tabel 3. Hasil Uji One Way Anova kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam , 4 jam ,6 jam dan 8 jam

Sum of Square df Mean Square F Sig.

Between Groups 19,258 4 4,821 3,642 0,018

Within Groups 33,093 25 1,324

Total 52,379 29

(32)

Untuk mengetahui pasangan kelompok mana yang berbeda bermakna, maka dilakukan uji post hoc dengan menggunakan uji Least Significant Difference (LSD).

Tabel 4. Hasil Uji Least Significant Difference ( p ≤ 0,05 ) kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam.

No. Kelompok Mean Difference Signifikansi (p)

1. Kontrol - 2 jam

* ada perbedaan yang signifikan setelah diuji dengan uji Least Significant Difference (LSD) dengan p ≤ 0,05.

Pada tabel 4 dapat dilihat dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 2 jam adalah p = 0,430 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 2 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 4 jam adalah p = 0,325 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 4 jam.

(33)

= 0,056 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 6 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 8 jam adalah p = 0,002 (p < 0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 8 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 2 jam dengan kelompok perendaman 4 jam adalah p = 0,843 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 2 jam dengan kelompok perendaman 4 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 2 jam dengan kelompok perendaman 6 jam adalah p = 0,240 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok 2 jam perendaman dengan kelompok perendaman 6 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 2 jam dengan kelompok perendaman 8 jam adalah p = 0,012 (p < 0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 2 jam dengan kelompok perendaman 8 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 4 jam dengan kelompok perendaman 6 jam adalah p = 0,325 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok 4 jam perendaman dengan kelompok perendaman 6 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 4 jam dengan kelompok perendaman 8 jam adalah p = 0,019 (p < 0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 4 jam dengan kelompok perendaman 8 jam.

(34)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil uji menggunakan One Way Anova menunjukan adanya perbedaan kekuatan impak yang signifikan antar kelompok kontrol (tanpa perendaman) dan kelompok perlakuan (perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20%). Sedangkan pada uji LSD tidak ada perbedaan yang signifikan pada kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam dengan p = 0,430 (p > 0,05), pada perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 4 jam dengan p = 0,325 (p > 0,05) , pada perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 6 jam dengan p = 0,056 (p > 0,05), namun terdapat perbedaan yang signifikan pada kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 8 jam dengan p = 0,002 (p < 0,05). Kelompok perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 8 jam memiliki rata-rata kekuatan impak paling rendah yakni 6,333 x 10-3 J/mm2. Artinya, perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 8 jam menyebabkan penurunan kekuatan impak paling tinggi. Sedangkan kelompok kontrol memiliki rata-rata kekuatan impak 8,667 x 10-3 J/mm2,kelompok perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam memiliki rata-rata kekuatan impak 8,133 x 10-3 J/mm2, kelompok perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 4 jam memiliki rata-rata kekuatan impak 8,000 x 10-3 J/mm2, kelompok perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% 6 jam memiliki rata-rata kekuatan impak 7,333 x 10-3 J/mm2, maka disimpulkan bahwa rata-rata kekuatan impak kelompok perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam, dan 6 tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol. Sehingga berdasarkan hasil penelitian LSD dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20%, maka kekuatan impak semakin menurun.

(35)

Bahan resin akrilik mempunyai sifat menyerap air secara perlahan dalam jangka waktu tertentu dan mekanisme penyerapan melalui difusi molekul air sesuai dengan hukum difusi. Difusi diduga terjadi di antara makromolekul, hal ini akan memisahkan makromolekul yang satu dengan yang lain, akibatnya kekuatan resin akrilik berkurang. Terjadinya penyerapan air dalam resin akrilik merupakan salah satu faktor penyebab penurunan kekuatan impak pada resin akrilik.6,7

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handajani S, dkk (2013) lama perendaman resin akrilik heat cured dalam jus buah kiwi (mengandung senyawa fenol) berpengaruh terhadap kekutan impak, semakin lama resin akrilik heat cured direndam dalam jus buah kiwi maka semakin menurun kekuatan impaknya. Hal ini disebabkan karena flavonoid (senyawa fenol) bila berkontak dengan resin akrilik menyebabkan kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik. Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai menyebabkan kerusakan kimiawi dan terjadi pemutusan rantai panjang polimer resin akrilik resin akrilik. Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran pada permukaan resin akrilik sehingga dapat menyebabkan retak atau crazing dan penurunan kekuatan serta kekerasan.2,3

(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Semakin lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan ekstrak biji pinang 20% maka semakin menurun kekuatan impaknya.

2. Terdapat perbedaan kekuatan impak yang signifikan pada lempeng resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 8 jam namun tidak ada perbedaan kekuatan impak yang signifikan pada lempeng resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam dan 6 jam.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan desinfektan ekstrak biji pinang dengan konsentrasi dan waktu perendaman yang berbeda-beda terhadap kekuatan impak lempeng resin akrilik polimerisasi panas.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak biji pinang terhadap stabilitas warna resin akrilik polimerisasi panas.

(37)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik 2.1.1 Pengertian

Resin akrilik adalah bahan termoplastik yang padat, keras dan transparan, dimana bahan ini mengandung resin poli (metil metakrilat). Resin akrilik merupakan turunan dari etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya.

Gambar 1. Rumus struktur resin akrilik

Ada dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi. Satu kelompok adalah turunan asam akrilik, CH=CHCOOH dan kelompok lain dari asam metakrrilik CH2=C(CH3)COOH.1,15-17

2.1.2 Jenis Resin Akrilik 1,17-19

Berdasarkan proses polimerisasi, resin akrilik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi, dan resin akrilik polimerisasi panas.

1. Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin acrylic) adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang dapat dilihat. Resin akrilik polimerisasi sinar sendiri terdiri dari matriks uretan dimetilmetakrilat, microfine silica, dan

(38)

menggunakan sinar tampak sebagai aktivator. Polimerisasi terjadi didalam suatu unit kuring khusus yang menggunakan lampu halogen dengan panjang cahaya 400-500 nm selama kira-kira 10 menit.

2. Resin akrilik swapolimerisasi (self/cold cured resin acrylic) merupakan resin akrilik yang mengalami polimerisasi pada suhu kamar. Resin akrilik swpolimerisasi mengandung aktivator kimia yang berfungsi untuk mengaktifkan benzoil peroksida yang terdapat didalam polimer sehingga dapat terjadi proses polimerisasi. Aktivator kimia yang biasa digunakan adalah amina tersier, contohnya adalah dimetil paratoluidin. Kekuatan resin akrilik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna yang kurang baik, dan jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak daripada monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas.

3. Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic) adalah jenis resin akrilik yang selama proses polimerisasinya memerlukan energi termal sebagai pengaktivasi agar polimerisasi berjalan sempurna. Energi termal yang dibutuhkan bisa diperoleh melalui perendaman dalam air atau oven gelombang mikro (microwave).1 Peningkatan temperatur selama proses polimerisasi memberikan pengaruh nyata pada karakteristik fisik resin akrilik. Temperatur selama proses polimerisasi dalam waterbath harus konstan pada suhu 74℃ selama 2 jam dan dilanjutkan 100 ℃ selama 1 jam.

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa gigitiruan dibuat menggunakan resin poli(metil metakrilat) yang bersifat transparan, tidak bewarna dan padat. Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan polimer yang paling banyak digunakan saat ini dan proses polimerisasinya menggunakan energi panas. Energi termal (panas) yang dibutuhkan selama proses polimerisasi bisa didapatkan dengan menggunakan pemanasan air dalam waterbath

(39)

2.2.1 Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan. Unsur-unsur yang terdapat dalam bubuk dan cairan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut:

1.Bubuk mengandung :17,18,19

a. Polimer : polimetilmetakrilat sebagai unsur utama dalam bubuk resin akrilik polimerisasi panas.

b. Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5 %.

c. Reduces Translucency : titanium dioksida.

d. Pewarna yang dapat disesuaikan dengan rongga mulut 1%.

e. Fiber : serat nilon atau serat akrilik.

2. Cairan mengandung :17,18,19

a. Monomer: methylmethacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap.

b. Stabilisator: 0,006% inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang polimerisasi selama penyimpanan.

c. Cross linking agent: 2% ethylene glycol dimetacrylate, untuk menyambung dua molekul polimer sehingga menjadi rantai yang panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik.

d. Plasticizer : dibutil pthalat.

2.2.2 Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memanipulasi resin akrilik polimerisasi panas yaitu :1,16,19

a. Perbandingan bubuk (polimer) dan cairan (monomer)

(40)

polimerisasi akan bergranula, tetapi jika monomer terlalu banyak akan menyebabkan waktu untuk mencapai fase dough (konsistensi) akan semakin lama, hal ini membuat timbulnya porositas pada resin akrilik.

b. Proses pencampuran bubuk dan cairan

Untuk mendapatkan hasil polimerisasi yang diinginkan maka resin akrilik harus melalui 5 tahap pada saat pencampuran diantaranya :

1. Tahap I ( Wet sand stage)

Pada tahap ini polimer dan monomer bertahap bercampur membentuk endapan. Monomer bertahap akan meresap kedalam polimer membentuk suatu fluid

yang tidak bersatu. Selama tahap ini, sedikit atau tidak ada interaksi pada tingkat molekuler. Butiran butiran polimer tetap tidak berubah dan konsistensi adukan masih kasar dan berbentuk butiran.

2. Tahap II ( Sticky stage)

Pada tahap ini monomer akan mulai meresap atau masuk kedalam permukaan polimer. Rantai polimer akan terdispersi dalam cairan monomer. Rantai polimer ini akan melepaskan ikatan sehingga meningkatkan kekentalan dari adukan. Pada tahap ini adukan akan berserat berbentuk benang dan akan lengket bila disentuh ataupun ditarik.

3. Tahap III (Dough/gel stage)

Pada tahap ini campuran akan lebih halus dan homogen. Adukan tidak akan lengket lagi bila disentuh dengan tangan ataupun spatula. Pada tahap ini adukan siap dibentuk dan dimasukan kedalam mould.

4. Tahap IV (Rubbery stage)

Pada tahap ini monomer tidak ada lagi yang tersisa, karena monomer telah bersatu meresap sempurna dengan polimer dan sebagian monomer menguap. Massa pada tahap ini sudah berbentuk plastik dan tidak dapat lagi dibentuk dan dimasukan kedalam mould.

5. Tahap V (Stiff stage)

(41)

c. Mengaplikasikan bahan separator pada mould (Mould lining)

Setelah master plat dikeluarkan dari mould, hasil cetakan master plat harus diolesi bahan separator (could mold seal) untuk menghindari merembesnya monomer sisa kedalam mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan lempeng yang kasar, selain itu pengaplikasian bahan separator ini juga bermanfaat untuk menghindari perlekatan resin akrilik pada bahan mould saat di buka dan mencegah masuknya air dari mould ke dalam resin akrilik.1

d.Pengisian resin akrilik (Packing)

Packing merupakan proses mengisian resin akrilik kedalam rongga mould di kuvet. Mould dalam kuvet harus terisi sempurna saat proses polimerisasi resin akrilik berlangsung. Jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu banyak atau berlebih ini disebut dengan overpacking, hal ini menyebabkan basis gigitiruan menjadi lebih tebal serta merubah posisi elemen gigitiruan. Sebaliknya jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu sedikit ini disebut dengan

underpacking, hal ini dapat menyebabkan basis gigitiruan menjadi poreus. Maka dari itu saat pengisian resin akrilik kedalam mould harus diperhatikan dimana mould harus terisi penuh. Saat proses pengepressan pastikan kuvet mendapat tekanan yang perlahan sampai kuvet atas dan kuvet bawah berkontak rapat.

e. Proses curing

Kuvet yang berisi resin akrilik polimerisasi panas dilakukan proses curing

secara konvensional dimulai dari suhu kamar hingga pencapai temperatur 740C dan dipertahankan selama 2 jam kemudian suhu dinaikan 1000C dan dibiarkan selama 1 jam.

2.2.3 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas 2.2.3.1 Sifat Kimia

a. Penyerapan air

(42)

lagi dapat menempati posisi diantara rantai polimer. Air yang diserap menimbulkan efek pada sifat dari resin akrilik tersebut.16

b. Solubilitas

Meskipun bahan resin akrilik polimerisasi panas dapat larut dalam berbagai bahan pelarut, namun bahan resin akrilik umumnya tidak dapat larut dalam cairan rongga mulut. 16

2.2.3.2 Sifat Biologis

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat biologis seperti biokompatibel yaitu bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat beradaptasi dengan mukosa rongga mulut, tidak beracun dan tidak larut dalam saliva.16

2.2.3.3 Sifat Fisis

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat fisis seperti konduktivitas termal sebesar 6 x 10-4 cal/sec/cm2 dan koefisien termal ekspansi sebesar 80 ppmoC.16

2.2.3.4 Sifat Mekanis

Sifat mekanis yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas adalah:16,20 1. Kekuatan fatique

Kekuatan fatique adalah kekuatan suatu bahan yang mengalami stress

berulang diatas proporsional limit yang menyebabkan bahan tersebut menjadi patah.20 2. Kekuatan transversal

Kekuatan transversal atau kekuatan fleksural adalah beban yang diberikan pada sebuah bahan berbentuk batang yang bertumpu pada kedua ujungnya, dimana beban diberikan ditengah-tengah bahan tersebut.20 Selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Hasil yang diperoleh akan dimasukan kedalam rumus kekuatan transversal. Kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 85,47 Mpa.

3. Kekuatan impak

(43)

Kekuatan impak yang diperlukan oleh resin akrilik polimerisasi panas sebagai basis gigitiruan adalah 2 x 10-3 J/mm. Kekuatan impak minimal basis gigitiruan resin akrilik heat cured adalah sebesar 10 kg/cm.25 Terdapat dua tipe alat untuk menguji kekuatan impak yaitu uji Izod dan uji Charpy. Pada alat penguji Izod sampel dijepit secara vertikal pada salah satu ujungnya. Sedangkan pada alat uji Charpy kedua ujung sampel diletakan pada posisi horizontal yang bertumpu pada ujung alat penguji.

Kekuatan impak menggunakan sampel dengan ukuran tertentu yang diletakkan pada alat penguji dengan lengan pemukul yang dapat diayun. Pemukul tersebut kemudian diayunkan dan membentur sampel hingga sampel patah. Selanjutnya energi (E) yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak. 25

Rumus kekuatan impak :

Keterangan :

I = Kekuatan impak (J/mm2) E = Energi (Joule)

b = Lebar batang uji (mm) d = Tebal batang uji (mm)

2.2.4 Keuntungan dan kerugian Resin Akrilik Polimerisasi 2.2.4.1 Keuntungan2-7

1. Relatif murah. 2. Warna yang stabil.

3. Tidak mengiritasi mukosa mulut. 4. Tidak larut dalam cairan mulut. 5. Mudah dimanipulasi.

6. Perubahan dimensi yang rendah. I = E

(44)

7. Tidak toksik. 8. Estetis.

2.2.4.2 Kerugian2,3,6,7

1. Daya tahan fatik rendah 2. Konduktivitas rendah 3. Kekuatan fleksural rendah 4. Tidak tahan abrasi.

5. Monomer sisa dapat menimbulkan reaksi alergi.

2.3 Bahan Pembersih Gigi Tiruan 2.3.1 Pengertian

Bahan pembersih gigitiruan dapat berupa krim, pasta, gel atau larutan yang dibuat untuk membersihkan gigitiruan penuh atau gigitiruan sebagian lepasan. Bahan pembersih gigitiruan yang efektif harus mempunyai kemampuan untuk menghilangkan lapisan plak bakteri dan mencegahnya terbentuk kembali serta memiliki kemampuan untuk menghilangkan debris makanan, kalkulus, dan stain.26

2.3.2 Klasifikasi

Saat ini ada beberapa metode alternatif untuk membersihkan protesa gigitiruan. Adapun cara untuk membersihkan basis gigitiruan adalah dengan:

2.3.2.1 Mekanis

Pembersihan secara mekanik dilakukan dengan menggunakan sikat gigi atau alat ultrasonic cleaner. Pembersihan secara mekanik terbukti efektif dapat menghilangkan plak, tetapi jika terlalu sering dilakukan dan dalam waktu yang berulang dapat menyebabkan keausan pada basis gigitiruan resin akrilik yang menyebabkan hilangnya retensi pada basis gigitiruan.27

2.3.2.2 Kemis

(45)

1. Effervesen Peroksida

Pembersihan secara kimia dilakukan dengan merendaman basis gigitiruan dalam larutan tablet effervescent pembersih gigitiruan. Penggunaan tablet pembersih gigitiruan terbukti efektif dan efisien untuk membunuh bakteri dan jamur. Tablet

effervescent mengandung senyawa kimia berupa karbondioksida (CO2) yang menimbulkan terbentuknya gelembung gas saat tablet dimasukan kedalam air.27

2. Alkalin Hipoklorit

Alkalin hipoklorit merupakan bahan pembersih yang efektif dalam menghilangkan plak dan mempunyai efek dalam mencegah pembentukan kalkulus. Alkalin hipoklorit terbagi antara lain: Dentural (Martindale Pharmaceutical, Romford Essex, Inggris), Milton (procter And Gambler Ltd, Egham Surrey, Inggris)9

3. Desinfektan

Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, serta untuk membunuh dan menurunkan jumlah koloni mikroorganisme. Salah satu contoh desinfektan sintetis adalah klorheksidin (Smithkline Beecham Consumer Heatlhcare, Brentoford, Inggris) yang alami contohnya ekstrak biji pinang, lerak dan daun sirih yang memiliki khasiat antiseptik dan desinfektan9

4. Enzim

Penggunaan enzim proteolitik dapat menghidrolisis protein plak gigitiruan yaitu protein pelikel dan matriks interseluler sehingga susunan plak menjadi rusak dan plak terlepas dari gigitiruan. Bahan pembersih golongan enzim adalah Poliden (Glaxo Smith Kline, Irlandia)9

Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis dan dikenal sebagai biokatalisator.9

2.3.2.3 Mekanis Kemis

(46)

gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Namun penggunaan alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk atau tablet pembersih untuk meningkatkan efektivitas pembersihan.27

2.4 Biji Pinang

(47)

Gambar 2. Buah pinang

Budidaya tanaman ini dilakukan dengan cara menanam bijinya yang sudah cukup masak. Sebelumnya biji itu disemai dan ditanam di plastik (polybag). Saat masih kecil, tanaman pinang bisa digunakan sebagai penghias di dalam rumah. Ketika batangnya sudah makin besar, sebaiknya ditanam di luar rumah. Pinang memiliki nama yang berbeda di sejumlah daerah. Di daerah Jawa Barat, orang menyebutnya jambe, penang atau wohan. Di daerah Sumatera, ada yang mengenalnya sebagai pinang, pineng, pineung, batang mayang, batang bongkah, batang pining, batang pinang, dan boni.11

Tanaman Pinang (Areca catechu L) telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu, khususnya buahnya yang digunakan untuk campuran makan sirih dan merupakan tanaman penghasil zat samak. Orang yang makan buah pinang diyakini memiliki gigi yang kuat meski usia telah lanjut. Pengobatan dengan buah tanaman ini sudah cukup terkenal sejak zaman dulu. Biji pinang bisa untuk mengobati beri-beri, cacingan, perut kembung, luka, diare, batuk berdahak, sakit gigi, bisul, eksema, sariawan, menguatkan gigi (digunakan bersama daun sirih dan kapur), juga sebagai obat sakit kulit, disentri, batu ginjal, menghindari penyakit gigi dan vitalitas seksual.13

(48)

ekstrak biji dan akar pinang tersebut terbukti lebih efektif dalam menghasilkan zona hambat bakteri streptococcus mutans, sehingga ekstrak biji pinang cocok untuk digunakan sebagai obat kumur alami.12 Hasil penelitian Ni Kadek menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dalam waktu 2 jam, 6 jam dan 8 jam paling efektif dalam menurunkan jumlah koloni candida albicans sehingga ekstrak biji pinang ini cocok digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan11

2.5. Mekanisme Pengaruh Ekstrak Biji Pinang Terhadap Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Ekstrak biji pinang mengandung alkaloid seperti arekolin, arekolidine, guvakolin, guvasine, isoguvasine dan proantosidine, yaitu tanin yang termasuk dalam golongan flavonoid. Tanin tidak hanya untuk efek penguat gigi tetapi juga digunakan untuk perlindungan dan mempunyai daya antiseptik.10 Senyawa antijamur umumnya dijumpai pada golongan senyawa saponin, fenolat, flavonoid, terpenoid, steroid dan alkaloid dimana biji pinang mengandung senyawa-senyawa tersebut sehingga biji pinang memiliki sifat desinfektan.

Flavonoid merupakan golongan fenol. Polifenol dapat bereaksi dengan resin akrilik. Fenol bila berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik. Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai menyebabkan kerusakan kimiawi resin akrilik. Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran pada permukaan resin akrilik sehingga menyebabkan retak atau crazing dan penurunan kekuatan, kekerasan serta penurunan kekuatan impak.2,3 Berikut rumus struktur dari fenol.

(49)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resin aklirik adalah material termoplastik yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat. Resin aklirik merupakan derivat dari asam akrilat.1 Resin akrilik merupakan suatu polimer yang mempunyai peranan penting dalam pembuatan gigi tiruan lepasan, reparasi gigi tiruan dan protesa maksilofasial.2,3 Lebih dari 95% basis gigitiruan dibuat dari resin akrilik.4 Resin akrilik telah digunakan di bidang kedokteran gigi sejak tahun 1946 sebagai basis gigi tiruan yang terbuat dari polimer atau kopolimer metil metakrilat.2

(50)

untuk mengatasi gigi tiruan jika mengalami tekanan tiba-tiba, misalnya jatuh pada permukaan yang keras.2

Gigi tiruan resin akrilik selalu berkontak langsung dengan saliva, makanan dan minuman di dalam rongga mulut. Hal ini mengakibatkan terbentuknya akumulasi plak, karang gigi dan stain pada basis gigitiruan. Akumulasi plak yang berlebihan pada protesa gigitiruan dapat mengakibatkan inflamasi pada mukosa palatal rongga mulut yang dikarenakan oleh denture stomatitis. Faktor yang menyebabkan denture stomatitis adalah Candida albicans, infeksi bakteri, alergi, faktor psikologis, kurangnya kebersihan gigi tiruan, aliran saliva dan nutrisi.4,9

Saat ini ada beberapa metode alternatif untuk membersihkan protesa gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis dan kimia. Pembersihan secara mekanis menggunakan sikat gigi. sedangkan pembersihan secara kimia dengan merendam gigi tiruan dalam larutan desinfektan, alkali peroksida, alkali hipoklorit dan enzim.4 Upaya untuk mengatasi kenaikan jumlah flora mulut akibat pemakaian gigitiruan dilakukan dengan cara pembersihan gigitiruan dengan merendamnya dalam larutan desinfektan untuk menghindari kontaminasi bakteri dan jamur.4,9

Bahan alami herbal saat ini menjadi pilihan alternatif pengobatan karena mudah didapat dan harga yang relatif murah. Selain itu efek samping lebih sedikit bila dibandingkan dengan obat farmasetik. Bahan herbal yang banyak digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan karies antara lain, sirih, teh dan siwak yang telah banyak diteliti memiliki sifat antibakteri. Biji pinang juga merupakan salah satu bahan herbal yang familier, mudah didapat, memiliki sifat antibakteri serta dijadikan sebagai bahan desinfeksi tradisional.4,10

(51)

yang berkhasiat untuk menguatkan gigi. Air Rebusan biji pinang juga digunakan sebagai obat kumur dan penguat gigi.11,12 Tanin tidak hanya berefek untuk penguat gigi tapi juga digunakan untuk perlindungan karena mempunyai daya antiseptik. Tanin digunakan juga untuk pengobatan luka bakar dengan cara mempresipitasikan protein disamping memiliki daya antimikrobanya.4,10,13

Biji pinang (Areca catechu L) mengandung alkaloid seperti arecoline, arecolidine, arecaine, guvacoline, guvacine, homoarecoline, dan isoguvacine serta

proantosianin. yaitu suatu tanin terkondensasi yang termasuk dalam golongan

flavonoid.10 Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai antiinflamasi, antibakteri, analgesik, antioksidan.14 Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol, fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid dan kuinon fenolik yang memiliki sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri, dan jamur.2,4,14 Senyawa flavanoid memiliki dua fungsi fisiologi tertentu, yaitu sebagai bahan kimia untuk mengatasi serangan penyakit (sebagai antibakteri) dan anti virus bagi tanaman. Para peneliti lain juga menyatakan pendapat sehubungan dengan mekanisme kerja dari flavonoid dalam menghambat pertumbuhan bakteri, antara lain bahwa flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri. Manfaat lain dari flavanoid adalah melindungi struktur sel tubuh. Flavanoid mengandung senyawa fenol. Fenol merupakan sejenis alkohol bersifat asam sehingga disebut juga asam karbolat. Fenol memiliki kemampuan mendenaturasi protein dan merusak dinding sel bakteri. Pengaruh senyawa fenol terhadap Candida albicans adalah dengan cara

mendenaturasi ikatan protein sel, sehingga membran sel menjadi lisis.14 Fenol dapat bereaksi dengan resin akrilik. Fenol bila berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik. Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan terjadi pemutusan rantai panjang polimer resin akrilik sehingga mengakibatkan perusakan secara kimia menyebabkan retak atau crazing, penurunan kekuatan dan kekerasan.2,4

(52)

F,dkk (2012) fenol dalam pembersih gigitiruan desinfektan eugenol minyak kayu manis tidak memberikan penurunan yang signifikan terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.15 Susilaningtyas W,dkk (2011) mendapatkan bahwa setelah direndam dalam ekstrak rosela (Hibiscus sabdariffa) yang mengandung fenol terdapat penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.3 Damai D (2011) mendapatkan bahwa fenol dalam minuman teh hijau tidak mempengaruhi kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.7 Yulineri T, dkk (2006) menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang dan akar pinang berpotensi sebagai antiseptik obat kumur karena efektivitas ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans menghasilkan zona hambat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tiga buah jenis obat kumur komersial.12 Sugianitri NK (2011) melakukan penelitian terhadap resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang (Areca catechu L) dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20% dengan waktu perendaman 2 jam, 6 jam, dan 8 jam. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dalam perendaman 2 jam, 6 jam dan 8 jam paling efektif dalam menurunkan jumlah koloni candida albicans sehingga ekstrak biji pinang ini cocok digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan.11

Dari pemaparan di atas peneliti ingin mengevaluasi mengenai kekuatan impak lempeng resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam dalam larutan ekstrak biji pinang 20% dengan waktu perendaaman yang berbeda.

1.2Permasalahan

Apakah ada perbedaan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam.

1.3 Tujuan Penelitian

(53)

1.4 Hipotesis Penelitian

Tidak ada perbedaan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendam dalam ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah mengenai pengaruh larutan ekstak biji pinang terhadap kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas sebagai bahan basis gigi tiruan.

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu material kedokteran gigi, khususnya mengenai resin akrilik polimerisasi panas.

(54)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resin aklirik adalah material termoplastik yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat. Resin aklirik merupakan derivat dari asam akrilat.1 Resin akrilik merupakan suatu polimer yang mempunyai peranan penting dalam pembuatan gigi tiruan lepasan, reparasi gigi tiruan dan protesa maksilofasial.2,3 Lebih dari 95% basis gigitiruan dibuat dari resin akrilik.4 Resin akrilik telah digunakan di bidang kedokteran gigi sejak tahun 1946 sebagai basis gigi tiruan yang terbuat dari polimer atau kopolimer metil metakrilat.2

(55)

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI

PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN

EKSTRAK BIJI PINANG (

Areca catechu L

) 20%

DENGAN WAKTU PERENDAMAN

YANG BERBEDA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SARADILA BENAZIA Nim : 120600164

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(56)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2016

Saradila Benazia

Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman dalam

Larutan Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L) 20% dengan Waktu Perendaman yang

Berbeda

xii + 44 halaman

Sejak tahun 1946, resin akrilik selalu menjadi pilihan utama untuk membuat

basis gigitiruan sampai dengan sekarang ini. Untuk membersihkan mikroorganisme

yang menempel pada lempeng resin akrilik digunakan bahan desinfektan. Biji pinang

merupakan salah satu bahan herbal yang dapat dijadikan sebagai desinfeksi

tradisional karena mengandung senyawa flavonoid yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri. Resin akrilik bila berkontak dengan flavonoid (senyawa fenol)

dapat menyebabkan crazing dan penurunan kekuatan impak. Tujuan penelitian ini

adalah untuk melihat perbedaan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas

setelah dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20%. Sampel

penelitian ini adalah resin akrilik polimerisasi panas berbentuk balok dengan ukuran

65mm x 10mm x 2,5mm sebanyak 6 sampel untuk masing-masing kelompok. Sampel

direndam dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2, 4, 6 dan 8 jam dalam

(57)

menggunakan uji ANOVA satu arah dan post hoc LSD. Hasil penelitian ini

menunjukkan tidak ada perbedaan kekuatan impak yang signifikan pada lempeng

resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam ekstrak biji pinang 20%

dan kontrol selama 2 jam dengan p = 0,430 (p > 0,05), selama 4 jam dengan p =

0,325 (p > 0,05), selama 6 jam dengan p = 0,056 (p > 0,05) dan pada perendaman 8

jam terdapat perbedaan signifikan dengan p = 0,002 (p < 0,05). Dapat disimpulkan

hasil penelitian ini yaitu lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam

larutan ekstrak biji pinang 20% berpengaruh terhadap kekuatan impak resin akrilik

polimerisasi panas. Semakin lama perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20%

maka semakin menurun kekuatan impaknya.

(58)

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI

PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN

EKSTRAK BIJI PINANG (

Areca catechu L

) 20%

DENGAN WAKTU PERENDAMAN

YANG BERBEDA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SARADILA BENAZIA Nim : 120600164

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(59)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skirpsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 28 Juni 2016

Pembimbing : Tanda tangan

Lasminda Syafiar,drg.,M.Kes ...

(60)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 28 Juni 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar,drg.,M.Kes

ANGGOTA : 1. Sumadhi, drg., PhD

(61)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa tak bosan-bosannya penulis panjatkan karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Dr.H.Mulkan Karim dan Ibunda Dra.Hj. Siti Silahun Dalillah dan kepada suami tercinta M. Fadli Habibie,SH.MH yang telah memberikan segala yang dibutuhkan penulis mulai dari doa, motivasi, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materil yang tiada putus-putusnya. Kepada ketiga kakak tersayang, Akhmad Ben Bella Khan, Havez Velayati Khameney dan Phiky Rezita Sharani penulis juga berterima kasih banyak atas segala semangat dan motivasi yang diberikan. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr.Trelia Boel,drg,M.Kes,Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak sekali waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis selama proses penulisan skripsi ini.

3. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

4. Lisna Unita,drg.,M.Kes. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan semangat dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan.

(62)

6. Prof. Dr. Harry Agusnar,M.Sc.,M.Phil. selaku kepala Laboratorium Penelitian Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses pengukuran kekuatan impak.

7. dr. Sri Amelia, M.Kes selaku kepala laboratorium infeksius terpadu FK Universitas Sumatera Utara atas izin penggunaan fasilitas selama penelitian berlangsung.

8. Maya Fitria, SKM, M.Kes, yang telah membantu penulis dalam analisis statistik untuk data penelitian di Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memohon maaf apabila terdapat kesalahan. Penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat, khususnya di bidang kedokteran gigi.

Medan, 28 Juni 2016 Penulis,

(63)

DAFTAR ISI

2.2.1 Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 8

2.2.2 Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 8

2.2.3 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 10

2.2.3.1 Sifat Kimia ... 10

2.2.3.2 Sifat Biologis ... 11

2.2.3.3 Sifat Fisis ... 11

(64)

2.2.4.1 Keuntungan ... 12

(65)

3.9.4 Curing (Pemanasan) ... 27

3.9.5 Penyelesaian Akhir ( Poles) ... 28

3.9.6 Pembuatan Ekstrak Biji Pinang ... 28

3.9.6.1 Pengumpulan Biji Pinang ... 28

3.9.6.2 Pengolahan Biji Pinang ... 29

3.9.6.3 Pembuatan Ekstrak Biji Pinang 20% ... 29

3.9.7 Perendaman Sampel dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang ... 31

3.9.8 Uji Kekuatan Impak ... 32

3.10 Analisis Data ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengukuran Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas setelah Perendaman dalam Larutan Ekstrak Biji pinang 20% ... 34

4.2 Pengaruh Perendaman dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang 20% terhadap Kekuatan Impak ... 36

BAB 5 PEMBAHASAN ... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA

(66)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20%

selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam ... 34

2. Nilai rata-rata kekuatan impak dan standar deviasi resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan kelompok perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam , 6 jam dan

8 jam ... 35

3. Hasil Uji One Way Anova ( p ≤ 0,05 ) kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam , 4 jam ,6 jam dan

8 jam ... 36

4. Hasil Uji Least Significant Difference ( p ≤ 0,05 ) kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4

(67)

DAFTAR GAMBAR

13.Adonan gips yang telah homogen dalam kuvet bawah (a), master plat diletakan sama rata dengan permukaan gips (b) ... 26

14.Mould (a), pengolesan Could mould seal pada mould (b) ... 26

15.Plastik selopan yang diletakan diatas mould yang telah diisi resin akrilik polimerisasi panas (a), pengepressan kuvet (b) ... 27

16.Lempeng resin akrilik polimerisasi panas yang telah selesai dipoles……… ... 28

17.Penimbangan berat kering biji pinang (a), Penimbangan simplisia biji pinang (b)………... 29

(68)

20.Sampel yang diletakan dalam wadah perendaman berisi larutan ekstrak biji pinang 20% (a), wadah perendaman yang dimasukan

kedalam inkubator……….. 32

21.Alat Uji Kekuatan Impak Charpy impact test (a),Sampel

diletakkan pada posisinya (b). ... 32 22.Grafik nilai rata-rata kekuatan impak kelompok kontrol dan

kelompok perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20%

(69)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kerangka Teori 2. Kerangka Konsep

3. Pembuatan ekstrak biji pinang 4. Alur Penelitian

5. Lampiran data SPSS

6. Surat Keterangan Penelitian di Laboratorium Terpadu FK USU

Gambar

Gambar 4. Bentuk dan ukuran sampel
Gambar 6. Waterbath
Gambar 7. Mikromotor
Gambar 10. Perkolator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan kopi dan teh terhadap kekuatan

Maka dapat disimpulkan terdapat perubahan warna yang signifikan pada resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan tablet effervescent pembersih gigitiruan

Maka dapat disimpulkan terdapat perubahan warna yang signifikan pada resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan tablet effervescent pembersih gigitiruan

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DENGAN PENAMBAHAN 0,3% , 0,6% DAN 0,9%

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM

4.1 Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Penambahan Serat Kaca dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil dengan Metode Perendaman dan

Hasil Uji Mann-Whitney Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Penambahan Serat Kaca 1% Antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Dua Hari setelah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal basis resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman minuman beralkohol (cap tikus) dan aquades,