• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan media pengenalan aksara Sunda melalui buku Barancang Wangun Aksara Sunda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan media pengenalan aksara Sunda melalui buku Barancang Wangun Aksara Sunda"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Curriculum Vitae

Personal Details

Full Name : Irfan Maulanasam

Nick Name : Irfan

Sex : Male

Place, Date of Birth : Sumedang, 12 May 1989 Nationality : Indonesia

Address : Komp. Gading Asri jl. Cendana blok B-09 karangtengah Cianjur

Mobile : 085624261611

Phone : -

E-mail : fan_alternatiflab@yahoo.co.id

Motivation : make it better from the best thing nowadays Educational Background

1995 – 2001 : Elementary School Peuteuycondong No.1, Cianjur 2001 – 2004 : Junior High School No.1, Tanjungsari

2004 – 2007 : Senior High School No.1, Cianjur

2007 – untill now : Visual Design Communication at the Indonesian Computer University (UNIKOM) 8th Grade (In graduation task) Informal Education

 Illustration Course in CV PROCESS CREATIVE

Formal Experience

 Member of extracurricular DKM, LSBD HI, and Painting SMAN 1 Cianjur  Junior Designer at CV.kultura

 Photographer at CV. Alternatiflaboratory

Informal Experience

 Illustrator in CREATIVE PROCESS, Bandung

 Participants NOMA ILLUSTRATION AWARD 2009, Germany  Exhibitor in Typography DKV 2009, Bandung

(5)

Riwayat hidup

Rincian pribadi

Nama Lengkap : Irfan Maulanasam

Nama Panggilan : Irfan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Sumedang, 12 Mei 1989

Kebangsaan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Status : Mahasiswa

Tinggi, Berat : 170 cm, 50 kg

Kesehatan : Sempurna

Agama : Islam

Alamat : komp.Gading Asri Jl.Cendana Blok B-09 Karangtengah, Cianjur

Hand Phone : 085624261611

Telepon : -

E-mail : fan_alternatiflab@yahoo.co.id

Motivasi Hidup : buat lebih baik dari yang terbaik sekarang Latar belakang pendidikan

1995 – 2001 : Sekolah Dasar Negeri Peuteuycondong 1, Cianjur

2001 – 2004 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungsari, Sumedang 2004 – 2007 : Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cianjur

2007 - sampai sekarang : Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Tingkat 8 (menyusun tugas Akhir)

Pendidikan Informal

 Kursus Ilustrasi di CV PROSES CREATIVE

Pengalaman Formal

 Anggota Ekstrakulikuler DKM, LSBD HI, dan Seni Rupa SMAN 1Cianjur  Junior Designer di CV.KULTURA

 Fotografer di CV. ALTERNATIFLABORATORY

Pengalaman Informal

 Illustrator di Biro Desain dan Periklanan PROCESS CREATIVE, Bandung  Peserta NOMA ILLUSTRATION AWARD 2009, Jerman

(6)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA PENGENALAN AKSARA

SUNDA

MELALUI BUKU “

RARANCANG WANGUN

AKSARA SUNDA

DK 38315 Tugas Akhir

Semester I 2012/2013

Oleh :

Irfan Maulanasam

51907094

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(7)

i

KATA PENGANTAR

Dalam ilmu sejarah, waktu dibagi dalam dua zaman. Yaitu zaman prasejarah dan zaman sejarah. Masa prasejarah ialah zaman dimana manusia belum menemukan tulisan dan menggunakannya untuk mencatat setuatu tentang kehidupan manusia. Sedangkan, Zaman sejarah ialah zaman dimana manusia sudah menemukan tulisan dan menuliskan sejarahnya sebagai bukti keberadaan manusia di alam bumi.

Sebagai media untuk menuliskan sejarah tersebut, mereka membuat dan menyusun aksara dengan Tata Aksara yang diatur dengan sedemikian rupa agar aksara tersebut bisa terus dituliskan dan diajarkan pada anak cucu dari kelompok manusia tersebut.

Sebagai bukti keberadaan adanya sekelompok manusia yang disebut masyarakat di suatu daerah. Bukti sejarah akan ditinggalkan oleh kelompok masyarakat tersebut sebagai bukti adanya kebudayaan di kelompok masyarakat tersebut. Aksara Sunda ialah warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang suku Sunda sebagai bukti bahwa kelompok masyarakat ini sudah memiliki peradaban yang tinggi dalam perkembangan budayanya. Namun akibat perkembangan kebudayaan yang terjadi di kelompok masyarakat tersebut, Aksara ini terkesan dilupakan oleh pemiliknya dan tidak dkenali sebagai warisan budaya yang dimiliki oleh pemiliknya.

Perubahan budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Sunda dalam hal Aksara Sunda sebagai warisan budaya yang menanamkan kearifan lokal dalam masyarakat Sunda, yang merupakan bahasan penelitian ini sebagai kearifan lokal yang ditanamkan dalam penyaring dari budaya asing yang masuk dalam kebudayaan sunda sehingga tidak kehilangan jati dirinya sebagai masyarakat Sunda di daerah Kota Bandung.

Ucapan terima kasih penulis berikan atas saran dan kritik yang membangun dan

(8)

bimbingannya sehingga laporan ini bisa rampung dan terselesaikan. Ucapan rasa

syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke Khadirat Allah SWT, karenaNya Lah

penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan segala jalan dan rezeki yang

diberikan kepada penulis selama ini.

Bandung, 5 Februari 2013

(9)

ii 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 3

1.3Fokus Masalah... 4

1.4Tujuan Perancangan ... 4

BAB II AKSARA SUNDA DI KALANGAN MASYARAKAT KOTA BANDUNG 2.1 Aksara Sunda ... 6

2.1.1 Komponen Aksara Sunda ... 6

2.1.2 Penggunaan Aksara Sunda Pada Saat Ini ... 9

2.1.3 Aksara Sunda dan Upaya Pengembangannya ... 9

2.2 Buku ... 14

2.2.1. Buku Interaktif ... 14

2.2.2. Buku ”Pop Up” ... 14

2.2.2.1. Jenis Buku Pop Up ... 15

2.3 Metode Analisis Bentuk Huruf Modern ... 16

2.3.1. Anatomi Huruf ... 16

2.3.2. Kelompok Huruf ... 16

2.3.1. Legibility pada Huruf ... 24

2.4 Segmentasi ... 25

(10)

BAB III

PERANCANGAN BUKU “RARANCANG WANGUN AKSARA SUNDA” SEBAGAI MEDIA PENGENALAN AKSARA SUNDA

3.1 Strategi Perancangan... 27

3.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 27

3.1.2 Tujuan Komunikasi ... 28

3.2 Strategi Kreatif ... 29

3.2.1 Referensi Visual ... 29

3.2.1.1 Referensi Visual ... 29

3.2.1.2 Referensi Layout ... 29

3.2.1.3 Warna ... 31

3.3 Strategi Media ... 31

3.3.1 Media Utama ... 31

3.3.1 Media Pembelajaran... 31

3.3.2 Media Pendukung ... 32

BAB IV TEKNIK PRODUKSI 4.1 Media Utama ... 34

4.1.1 Buku Rarancang Wangun Aksara Sunda...34

4.2 Media Pembelajaran... 35

4.2.1 Poster Kelompok Aksara ... 35

4.2.2 Kamus Praktis Aksara ... 36

4.2.3 Buku Sketsa “Ngararancang Wangun Aksara Sunda” ... 37

(11)
(12)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Atmamihardja. M, (1958), Sadjarah Sunda. Bandung: Ganaco N. V

Baidillah. I; Darsa. U. A; Abdurahman. I; Permadi. T; Gunardi. G; Suherman. A;

Ampera. T; Purba. H. S; Nugraha. D. T; Sutisna. D,(2008), Direktori Aksara

Sunda Untuk Unicode. Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Darsa. U. A; Suryani. E;Kusweri. U;Ruhimat. M; Wartini. T, (2007). Aksara

Sunda. Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Rustan, Surianto. (2011). Huruf Font Tipografi. Jakarta : Gramedia

PustakaUtama.

Sihombing. D, (2001),Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Tinarbuko. S, (2009),Semiotika Komunikasi Visual (edisi revisi). Jogjakarta:

Jalasutra

Wawancara

Sinta Ridwan, pengelola AKSAKUN, Bandung

(13)

42 Situs

DepartemenPendidkan.KamusBesarBahasa Indonesia.Diaksespada26November

2011dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

(2008), Unpad Dukung Perwujudan Aksara Sunda Untuk Unicode.

Diaksespada8Februari 2011dari

http://www.unpad.ac.id/archives/2240

http://dkv-unpas.blogspot.com/2010/05/membaca-borobudur.html

http://koikoikoi.com/2009/10/my-sketchbook-feat-tommy-kane

Tugas Akhir:

Rahmat, Andi. (2008) Perancangan Huruf Latin Karakter Aksara Sunda

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa lepas dari kehidupan

bermasyarakat. Perbedaan didalam suatu kebersamaan kelompok masyarakat

menjadi sebuah fitur yang tak bisa lepas dari identitas dari satu individu

dalam sebuah kelompok masyarakat. Saat seseorang masuk dan hidup dalam

satu kelompok masyarakat, pertanyaan yang pertama akan ditanyakan

masyarakat ialah bagaimana identitas dari individu tersebut. Tentang

siapakah nama individu tersebut serta darimana ia berasal. Hal ini telah

menjadi pertanyaan yang lumrah dan telah menjadi kebiasaan dalam satu

kelompok masyarakat bila ada anggota baru yang masuk. Sebuah pertanyaan

yang mempertanyakan identitas seseorang. Identitas tersebut akan terlihat

dari bagaimana penampilan fisiknya, gaya bicara, cara bersikap, serta

legalitas dalam artian tanda pengenal sebagai identitas dari suatu individu.

Identitas secara tidak langsung juga mengarah pada suatu kebudayaan di

masyarakat. Hal ini menunjuk pada bagaimana orang berbicara, bagaimana

orang membaca dan menulis dengan bahasa daerahnya yang secara tidak

langsung mengidentifikasi identitas dari inidividu masyarakatnya. Perbedaan

dalam masyarakat indonesia merupakan kekayaan budaya yang tidak dimiliki

negara lain. Perbedaan kebudayaan menjadi identitas yang merupakan hal

yang bisa menyatukan juga sekaligus menyudutkan indonesia dalam hal

identitas kebangsaan. Kepentingan identitas dalam suatu kelompok

masyarakat sunda utamanya ialah juga memberi peranan pada pondasi dasar

terbentuk dan berkembangnya negara Indonesia. Hal ini yang menjadi

motivasi akan terbentuknya negara Indonesia dari sebuah perbedaan sehingga

bisa saling bahu membahu dalam membangun negara baik dari segi budaya

maupun lain hal sebagainya. Sehingga apabila salah satu budaya di negara

Indonesia hilang maka akan berkurang juga pondasi dalam membangun dan

(15)

2 sebagai identitas juga memerankan peranannya sebagai penyaring akan

pengaruh global terhadap hal-hal yang kurang baik dalam membangun dan

mengembangkan suatu negara. Sehingga kebudayaan-kebudayaan daerah

layak dijaga dan harus terus dilestarikan sehingga bisa memdukung dalam

pembangunan negara Indonesia ke arah yang lebih baik.

Bila dilihat secara kesejarahan orang Sunda. Yaitu salah satu dari sekian

banyak suku bangsa yang hidup di Indonesia. Suku bangsa Sunda bisa jadi

adalah suku bangsa yang pertama kali datang dan menempati wilayah negara

kepulauan Indonesia. Pada pemetaan jaman dahulu, adanya wilayah

kepulauan Sunda Besar serta kepulauan Sunda Kecil bisa

mengidentifikasikan bahwa Sunda telah lama menempati wilayah tersebut.

Kata Sunda Sendiri diambil dari bahasa Hindi yang berarti cahaya. Beberapa

Artefak sejarah seperti prasasti, naskah serta lain hal sebagainya yang

mendukung tentang bagaimana orang Sunda bisa disebut sebagai manusia

pertama yang hidup di wilayah Indonesia ialah aksara, orang Sunda telah

terbiasa memakai dan membaca tulis dalam setiap kegiatan pendokumetasian,

informasi, pemberitahuan dan lain hal sebagainya. Aksara Sunda sendiri

merupakan hasil pengadaptasian dari Aksara Pranagari yang berasal dari

wilayah India bagian utara. Kemunculan Aksara Sunda sendiri juga

bersamaan dengan kemunculan Aksara Bali, Bugis, Lampung, serta Aksara

lain yang bentuknya mengadaptasi dari Aksara Pallawa yang berasal kitab

suci umat hindu di India.

Realitas saat ini, Aksara Sunda yang menjadi warisan kebudayaan Indonesia

mulai hilang dan tidak terpakai di masyarakat karena adanya perubahan

kekuasaan politik di Indonesia. Sejalan dengan adanya aksara Sunda juga

dibarengi dengan kekuasaan pemerintah yang berkuasa saat itu, hal ini dapat

dilihat ketika aksara Sunda mulai jarang digunakan ketika intervensi budaya

Islam masuk ke dalam masyarakat Sunda. Hal ini juga membuat Aksara

Sunda tidak digunakan selama beberapa dekade dan tak pernah lagi dipakai

sebagai alat pendokumentasian budaya di masyarakat Sunda. Akan menjadi

(16)

aksara Arab, dan aksara Cacarakan (adaptasi bentuk aksara Jawa pada vokal

orang Sunda). Hal ini terjadi karena sejak dari jaman politik etis diberlakukan

di Indonesia, pemerintahan kolonial hanya mengajarkan aksara Latin dan

aksara Cacarakan. Hal ini juga dimanfaatkan belanda untuk membentuk

orang-orang yang sekolah menjadi pesuruh mereka dan tidak semua golongan

dapat bersekolah di sekolah formal saat itu. Sehingga tidak semua anak dapat

menikmati pendidikan yang layak saat itu.

Pengajaran aksara Sunda pada zaman dahulu yaitu pada saat kerajaan Hindu

juga tidak seperti sekarang ini. Aksara Sunda pada saat itu hanya dipelajari

oleh beberapa golongan tertentu saja. Hal ini sejalan dengan fungsi seorang

individu di hadapan masyarakat, aksara Sunda hanya dipelajari dari golongan

kerajaan dan kerabat-kerabat kerajaan yang membutuhkan aksara sebagai alat

perekam atau dokumentasi. Pada saat itu aksara sangat disakralkan dan tidak

semua orang dapat membacanya. Mereka yang tidak mengerti bagaimana

cara membaca begitu mensakralkan apapun yang berhubungan dengan aksara

tersebut tanpa mengetahui apa yang mereka jaga. Hal ini bisa jadi juga

menjadi penyebab kenapa aksara Sunda tidak begitu dikenal semua golongan

masyarakat. Bila melihat pada zaman sekarang, dimana kebebasan informasi

begitu dijunjung tinggi dan tidak ada lagi pembatasan golongan dalam satu

lingkup masyarakat. Hal ini memberikan kebebasan kepada individu apakah

mereka memiliki keinginan untuk mempelajari aksara Sunda tersebut atau

tidak. Karena mati hidupnya aksara tidak akan jauh bergantung kepada

orang-orang yang mau menjaga dan memelihara serta melestarikan aksara

tersebut sebagai warisan budaya yang menjadi identitas dan penyaring

terhadap budaya luar yang kurang baik.

Perhatian masyarakat terhadap aksara Sunda sendiri menjadi kurang karena

secara tidak langsung telah hilang dari kebiasaan masyarakatnya dalam

mengggunakan aksara Sunda sebagai alat dokumentasi. Aksara Sunda

menjadi berubah nilainya menjadi sebuah bagian dari identitas bangsa Sunda.

Karena pembiasaan diri masyarakat terhadap pendokumentasian lebih banyak

(17)

4 dan aksara Arab/pegon yang tidak lain merupakan intervensi dari kekuasaan

politik yang kuat pada jamannya.

Hal yang menyangkut tentang pembendaharaan serta pengajaran aksara

Sunda lebih mengedepankan bagaimana cara menyusun, menulis, serta

membaca aksara Sunda. Namun hal yang paling sederhana dalam

mempelajari aksara seperti bagaimana membedakan karakter aksara serta

mengidentifikasi aksara tersebut masih jarang dikemukakan dan

diaplikasikan secara langsung dalam pembelajarannya sendiri. Sehingga

terjadi suatu ganjalan dimana aksara Sunda menjadi seakan lebih sulit untuk

dipelajari karena bentuk karakter yang hampir sama satu sama lain. Belum

lagi ditambah dengan penambahan karakter-karakter baru yang sebelumnya

tidak ditemukan dalam karakter aksara Sunda Kuna. Penghafalan karakter

aksara Sunda menjadi lebih sulit dilakukan apabila tidak adanya pembahasan

tentang perbedaan karakter aksara yang satu dengan yang lain karena hal ini

tidak kurang menjadi ilmu dasar dalam mengidentifikasi bentuk aksara baik

pada saat membaca atau menulis.

1.2. Identifikasi Masalah

 Perubahan nilai Aksara Sunda dalam masyarakat berpengaruh terhadap

kepedulian masyarakat Sunda dalam menjaga dan melestarikan

budayanya.

 Pola pendidikan jaman dahulu (Jaman Kerajaan Hindu Budha)

mempengaruhi masyarakat sunda saat itu dalam mengenali dan

mempelajari Aksara Sunda hanya pada lingkungan terbatas sehingga

menimbulkan self destruction (kehancuran yang disebabkan dari faktor

internal), dimana Aksara hanya dipelajari oleh kalangan terbatas sehingga

hanya sebagian dari masyarakatnya yang bisa dan mengerti bagaimana

cara membaca dan menulis Aksara Sunda karena bergantung pada

kebutuhan anggota masyarakat tersebut terhadap Aksara Sunda.

 Aksara Sunda baku masih kurang dieksplorasi sehingga masih jarang

(18)

kurangnya minat masyarakat terhadap Aksara Sunda dalam merekayasa

bentuk rupa Aksara Sunda Baku sehingga hal tersebut juga menjadi

alasan kenapa Aksara Sunda jarang digunakan oleh banyak kalangan

masyarakat.

 Eksistensi suatu kelompok masyarakat dilihat dari identitas suatu

kelompok masyarakat tersebut di lingkungan masyarakatnya, hal ini

dimaksudkan pada suatu kelompok masyarakat yang memerlukan

eksistensi sehingga diakui keberadaannya dan memiliki kedudukan yang

bisa dibedakan dengan yang lain

 Pengenalan kembali aksara Sunda kepada masyarakat Sunda menjadi absurd (tidak tentu tujuan yang akan dicapai) karena perubahan bentuk

dan fungsi Aksara tersebut, dimana Aksara Sunda sekarang tampil hanya

sebagai bagian dari dekorasi. Melainkan pada jaman keemasannya,

Aksara Sunda menjadi bahasa tulis yang dipakai dan dijaga

keberadaannya meskipun hanya pada kalangan terbatas karena unsur

sakral yang terdapat didalamnya. Bentuknya sendiri menjadi berbeda

sehingga orang-orang yang telah bisa dan mengerti aksara Sunda zaman

dahulu (Zaman kerajaan Hindu Budha) harus mempelajari kembali aksara

Sunda yang baru, hal ini juga memberikan pekerjaan baru kepada

masyarakatnya baik yang tidak tahu maupun yang telah mengerti aksara

Sunda karena bentuk juga mempengaruhi bagaimana cara membaca

Aksara tersebut.

1.3. Fokus Permasalahan

Menjelaskan bagaimana membedakan karakter aksara Sunda dengan metode

(19)

6 1.4. Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan ini ialah:

 Bagaimana masyarakat sunda terbiasa untuk melihat dan mengenal

Aksara Sunda

 Alternatif cara pengenalan dan membedakan Karakter Bentuk Aksara

Sunda baku terhadap masyarakat Sunda

 Bagaimana masyarakat sunda bisa berbangga hati dengan warisan

budayanya yaitu Aksara Sunda

 Membuat pembiasaan diri terhadap Aksara Sunda melalui hal yang

disukai masyarakatnya

 Penguatan kearifan lokal dalam menghargai warisan budaya sebagai

upaya penyaringan terhadap pengaruh globalisasi dan identitasnya

dengan cara yang disesuaikan dengan peradaban sekarang

 Pengembangan bentuk Aksara Sunda sebagai upaya pelestarian

(20)

BAB II

AKSARA SUNDA DI KALANGAN MASYARAKAT KOTA BANDUNG

2.1.Aksara Sunda

Aksara Sunda merupakan bahasa tulis yang dipakai oleh suku bangsa

Sunda dalam merekam sesuatu. Aksara Sunda dipakai sebagai alat perekam atas

ide dan hasil kebudayaan masyarakat sebelum adanya alat perekam seperti

kamera video.

Aksara yang merupakan alat perekam dari bahasa verbal yang dipakai

oleh sekelompok manusia untuk menyampaikan informasi atau pesan dari satu

individu kepada individu lainnya ataupun dari satu individu ke kelompok

maupun sebagainya. Aksara dibuat berdasarkan bahasa verbal yang digunakan

sekelompok orang dalam berinteraksi antar manusia.

2.1.1. Komponen Aksara Sunda Aksara Swara:

Gambar 2.1 Aksara Swara

(sumber : Direktori Aksara Sunda Untuk unicode, 2008)  Aksara Ngalagena:

Gambar 2.2 Aksara Ngalagena

(21)

8  Tanda Vokalisasi:

Tabel 2.1 Tanda Vokalisasi

(sumber :Direktori Aksara Sunda untuk Unicode 2008)

Angka:

Gambar 2.3 Angka Ngalagena

(sumber : Direktori Aksara Sunda Untuk unicode, 2008)

 Pungtuasi (Tanda Baca)

Pungtuasi atau tanda baca yang dipakai untuk melengkapi

penggunaan aksara Sunda dalam penulisan suatu kalimat,

alinea,maupun wacana dilakukan dengan mengadopsi semua tanda

baca yang berlaku pada sistem tata tulis huruf Latin. Tanda baca yang

(22)

( - ), tanda kurung (()), dan sebagainya. Ukuran fisik tanda baca

disesuaikan dengan ukuran fisik aksara Sunda. Sementara itu yang

berkaitan dengannama predikat atau gelar, baik gelar akademis

maupun gelar keagamaan penulisannya tetap menggunakan sistem

tata tulis dengan huruf Latin yang berlaku saat ini.

2.1.2. Penggunaan Aksara Sunda Pada Saat Ini

Aksara Sunda saat ini mulai diajarkan kepada masyarakat luas

dan dipakai dalam beberapa aplikasi seperti pakaian (kaos Oblong),

pengumuman acara baik konser musik maupun acara lainnya, atau

benda lainnya yang mudah dalam pengaplikasiannya.

Pengajaran Aksara Sunda kepada masyarakat dilakukan baik

secara Formal maupun Informal.

 Secara Formal Aksara Sunda diajarkan kepada pelajar dari mulai tingkat Sekolah Dasar sampai dengan tingkat Sekolah Menengah

Atas yang dimasukan dalam mata pelajaran Mulok(Muatan

Lokal) sejak tahun 2007.

 Secara informal Aksara Sunda dipelajari dan disebarkan dengan

berbagai media, baik elektronik maupun media cetak. Dalam

media elektronik Aksara Sunda diajarkan melalui acara belajar

Aksara Sunda yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta di

kota Bandung. Selain itu, pembelajaran Aksara sunda bisa kita

unduh secara bebas di situs-situs penggiat aksara Sunda.

2.1.3. Aksara Sunda dan Upaya Pengembangannya

Masyarakat Jawa Barat (tatar Pasundan) pernah menggunakan

sejumlah aksara. Hal itu berarti bahwa sejak lama (sekitar 16 abad

silam) masyarakat yang tinggal di daerah ini termasuk kelompok

yang beraksara. Untuk menentukan satu dari jenis-jenis aksara yang

(23)

10 (a) pemakaian aksara untuk merekam bahasa Sunda; (b) rentang

waktu pemakaian; (c) luas wilayah pemakaian; (d) kesederhanaan

bentuk sehingga mudah ditiru; dan (e) kemungkinan untuk dijadikan

sebagai salah satu lambang jati diri orang Sunda.

Dalam upaya melestarikan dan mengembangkan identitas serta

kebanggaan Masyarakat Jawa Barat terhadap kebudayaannya sendiri,

Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat telah mengeluarkan

Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 tahun 1996 tentang bahasa, sastra,

dan Aksara Sunda. Perda Nomor 6 tahun 1996 dilatarbelakangi oleh

Keputusan Presiden No. 082/B/1991 tanggal 24 juli 1991. (Darsa

.U.A ,2006)

Sebagai tindak lanjut dari adanya Perda tersebut maka

dilaksanakanlah lokakarya pada tanggal 21 Oktober 1997 bertempat

di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Kampus Fakultas Sastra

Unpad Jatinangor yang menghasilkan beberapa kesimpulan antara

lain:

A. Berdasarkan data sejarah, di Jawa Barat telah digunakan 7 (tujuh)

jenis aksara, yaitu aksara-aksara: Pallawa, Pranagari, Sunda Kuno,

Jawa (Carakan), Arab (Pegon), Cacarakan, dan Latin. Ketujuh

selama 2 abad), dan huruf Latin (akhir abad ke-19 hingga sekarang;

(24)

B. Kriteria yang seharusnya digunakan untuk menentukan jenis aksara

yang disebut Aksara Sunda sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 1996, yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat adalah rumusan

tentang Aksara Sunda dalam Perda tersebut. Rumusan dimaksud

berbunyi, Aksara Sunda adalah sistem ortografi hasil kreasi

masyarakat Jawa Barat yang meliputi aksara dan sistem

pengaksaraan untuk menuliskan bahasa Sunda(Pasal 1 nomor k.).

C. Ditinjau dari sudut bentuk aksara (sederhana), rentang waktu dan

luas wilayah pemakaian (lama dan luas wilayah pemakaiannya),

fungsi (merekam bahasa Sunda), hukum (Keputusan Presiden No.

082/B/1991 tanggal 24 Juli 1991 dan Perda No. 6 tahun 1996),

tingkat aktivitas kreasi pemakai (tinggi 63 presentase hasil kreasi

masyarakat Sunda), dan tingkat kemungkinan dijadikan lambang

jatidiri dan kebanggaan orang Sunda/Jawa Barat (tinggi), maka

aksara yang sesuai dengan rumusan Perda No. 6 tahun 1996 adalah

jenis aksara yang tampak masih dipakai pada abad ke-14 Masehi

hingga abad ke-18 Masehi yang disebut Aksara Sunda Kuno. Sejak

sekarang jenis aksara tersebut disepakati untuk dinamai Aksara

Sunda (tanpa tambahan kata Kuno).

D. Berhubung dengan Aksara Sunda itu dapat dibedakan atas beberapa

variasi sesuai dengan bahan tulisannya (batu, logam, kulit, daun,

pisau pangot, tinta, pahat, palu), masa pemakaiannya, serta

perkembangan penguasaan teknik dan kecerdasan manusianya, maka

perlu ditentukan satu variasi yang dapat dijadikan aksara yang baku.

Berdasarkan kelengkapan aksara dan sistem pengaksaraannya serta

kepraktisan untuk menuliskannya dewasa ini, Aksara Sunda variasi

yang ditulis pada naskah yang seyogyanya ditetapkan sebagai Aksara

(25)

12 E. Penamaan aksara Cacarakan menjadi Aksara Sunda berasal dari buku karangan G.J. Grashuis berjudul “Handleiding voor Aanleren van het Soendaneesch Letterschrift” (Buku Petunjuk untuk Belajar

Aksara Sunda) yang terbit tahun 1860 dan berisi pedoman untuk

menuliskan bahasa Sunda dengan menggunakan aksara Cacarakan.

Dalam perkembangannya, oleh karena itu, aksara Cacarakan disebut

pula Aksara Sunda. Jadi penamaan tersebut dimulai oleh Grashuis,

seorang Belanda yang mempelajari dan menulis buku tentang bahasa

Sunda. Penamaan selanjutnya oleh orang Sunda sesungguhnya merupakan “salah kaprah”, karena penamaan yang benar adalah aksara Cacarakan, sesuai dengan bentuknya meniru dari aksara

Carakan (aksara Jawa). Dalam hal aksara Cacarakan persentase hasil

kreasi orang Sunda hanya sebesar 10%, yakni berupa pengurangan

aksara dan sistem pengaksaraannya sesuai kekhasan lafal/bunyi

bahasa Sunda yang jumlahnya sedikit saja.

F. Ditinjau dari sudut kebudayaan, Aksara Sunda merupakan salah satu

bagian dari kebudayaan Sunda. Oleh karena itu, pemasyarakatannya

hendaknya dikaitkan dengan upaya pemeliharaan kebudayaan Sunda

secara keseluruhan. Berdasarkan pandangan ini, maka

pemasyarakatan Aksara Sunda memiliki kaitan dan ruang lingkup

yang luas, seluas kehidupan manusia dan masyarakat Sunda, manusia

dan masyarakat Jawa Barat umumnya. Pemasyarakatan Aksara

Sunda berkaitan erat dengan pemeliharaan bahasa Sunda, pengajaran

bahasa Sunda di sekolah, dan aspek-aspek kehidupan lainnya dari

masyarakat di Jawa Barat, di Indonesia umumnya, baik unsur

kehidupan tradisional maupun kehidupan modern sekarang ini dan di

masa yang akan datang.

G. Pemasyarakatan Aksara Sunda hendaknya dilakukan secara bertahap

(26)

oleh masyarakat Sunda. Tahapan pemasyarakatan aksara dimaksud

adalah:

a. Tahap Pawanohan (Pengenalan Kembali)

Pada tahap ini Aksara Sunda diperkenalkan kepada kelompok

masyarakat dan lembaga yang nantinya dapat menyebarluaskan

ke kalangan yang lebih luas.

b. Tahap Palomaan (Membiasakan)

Pada tahap ini diusahakan agar masyarakat Sunda merasa loma

atau terbiasa dan akrab dengan Aksara Sunda.

c. Tahap Pangagulan (Lambang Kebanggaan)

Pada tahap ini diupayakan agar Aksara Sunda menjadi keagulan

atau kebanggaan rakyat Jawa Barat, dan Indonesia umumnya,

bahwa telah dapat berkomunikasi tertulis dengan menggunakan

Aksara Sunda.

d. Tahap Pamibandaan (Rasa Memiliki)

Suatu tahap ketika masyarakat Sunda sudah menganggap Aksara

Sunda sebagai milik bersama.

Selanjutnya mengenai keberadaan dan fungsi Aksara Sunda

dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa Barat, umumnya

masyarakat Sunda, dewasa ini dan masa datang dikukuhkan dan

disyahkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Jawa Barat No. 434/SK.614-Dis.PK/99 mengenai

Pembakuan Aksara Sunda. Adapun Perda nomor 6 tahun 1996

tersebut kini sudah disesuaikan lagi dengan situasi dan kondisi saat

ini menjadi “Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun

2003” Tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara

Daerah.“yang diikuti dengan petunjuk pelaksanaan dalam SK Gubernur Jawa Barat Nomer 3 Tahun 2004. (Aksara Sunda, dinas

(27)

14 2.2.Buku

Buku adalah media informasi yang seringkali dipakai oleh masyarakat

sebagai bagian dari pendokumentasian ilmu pengetahuan. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) buku mempunyai arti yaitu lembar kertas yang

berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan menurut Jennings, buku juga

adalah sebuah benda yang nyata, yang memiliki 3 dimensi. Buku adalah sebuah

objek fisik, sebuah kumpulan yang bertindak sebagai sistem pencarian

informasi. Ia harus dibaca, karena itu informasi di dalamnya harus dapat

diterima dan dimengerti. (The Complete Guide to Advance Illustration and

Design, h.134).

2.2.1. Buku Interaktif

Buku interaktif merupakan buku yang berisikan kumpulan

informasi yang disesuaikan dengan faktor psikologis dan sosial yang

harus memiliki nilai kreatif sehingga informasi tersebut dapat lebih

hidup dan dikembangkan oleh pengguna

2.2.2. Buku “Pop Up

buku pop up menurut Jackson yaitu merupakan buku yang

memiliki bagian yang dapat bergerak atau berunsur tiga dimensi.

Dahulunya digunakan untuk media pembelajaran sains atau ilmiah

namun saat ini berkembang menjadi bersifat hiburan yang

menyenangkan, selain itu buku ini memberikan visualisasi cerita yang

lebih menarik dengan tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki

dimensi. Gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau

bagiannya digeser hingga bagian yang dapat berubah bentuk. Buku ini

juga memberikan kejutan-kejutan dalam setiap halamannya yang dapat

mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka. Jenis cerita yang

disampaikan dalam buku pop-up bisa sangat beragam mulai dari ilmu

pengetahuan seperti pengenalan hewan, geografis suatu Negara,

kebudayaan, sejarah, kegiatan keagamaan, hingga cerita seperti

(28)

dengan Ernest Nister atau Louis Giraud sebagai penemunya, sampai

akhirnya pada tahun 1920 Louis Giraud bekerja pada Departemen Buku

Daily Express dan memproduksi buku pop up anak-anak pada setiap

tahun-nya. Kelebihan Pop up dalam sebuah buku cerita adalah mampu

membuat dimensi pada visual setiap adegan, sehingga dapat lebih

menarik minat si pembaca dengan adanya kejutan-kejutan pada bentuk

visual yang dihadirkan.

2.2.2.1. Jenis Buku Pop Up

Menurut Paul Jakcson dalam bukunya Pop Up Book,

buku pop up memiliki banyak jenis seperti transformations,

tunnel books, volvelles, flaps, pull-tabs, pop-outs, pull-downs

dan masih banyak lagi. Setiap jenis pop up ini mempunyai cara

kerja yang berbeda pula. Dari banyak jenis tersebut terdapat

tiga bentuk yang banyak dipakai dalam pembuatan buku pop up

yaitu transformations, tunnel books, dan volvelles,

a. Transformations

Transformasi menunjukan bagian vertikal dan saling menutupi

antara bagian atas dan bagian bawah satu sama lain

b. Volvelles

Kertas konstruksi dengan bagian – bagian yang berputar.

c. pull-tabs

Kertas konstruksi dengan bagian – bagian yang bisa

beruntuknya dengan menarik salah satu kenob pada slot

tertentu. d. Tunnel Books

Disebut juga terowongan buku, terdiri dari serangkaian

halaman buku yang terikat dan dilihat melalui lubang penutup.

Bukaan dari setiap halaman memungkinkan pembaca dapat

melihat keseluruhan buku ke belakang dan gambar dari setiap

halaman saling melengkapi sehingga membentuk sebuah

(29)

16 2.3. Metode Analisis Bentuk Huruf Modern

Setiap bentuk huruf memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf „m‟ dengan „p‟ atau „C‟ dengan „Q‟. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara

komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi

dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada „pattern seeking‟ dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gamabar dapat dianalsisi

dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dan teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau „membaca‟ sebuah gambar diperluakan adanya kontras atara ruang positif yang disebut dengan

figure dan ruang negatif yang disbut dengan ground (Sihombing, 2001)

Gambar 2.4 Figure and Ground “

(sumber: Dokumentasi pribadi)

2.3.1. Anatomi Huruf

Huruf memiliki berbagai organ yang berbeda, seluruh

komponen dari satu huruf merupakan identifikasi visual yang dapat

membedakan antara huruf yang satu dengan yang lain.

Berikut ini adalah terminologi yang umum digunakan dalam

(30)

Gambar 2.5 Anatomi Huruf

(sumber :dokumentasi pribadi)

Baseline

Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian

terbawah dari setiap huruf besar.

Capline

Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian

terbawah dari bagian teratas dari setiap huruf besar.

Meanline

Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian

terbawah dari bagian teratas dari badan setiap huruf kecil.

x-Height

Jarak ketinggian dari Baseline sampai ke Meanline.x-Height

merupakantinggi dari badan huruf kecil. Cara yang termudah

(31)

18 Ascender

Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada diantara

meanline dan capline.

Descender

Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada diantara

dibawah baseline.

Setiap individu huruf, angka, dan tanda baca dalam tipografi

disebut sebagai character. Seluruh character secara optis rata dengan

baseline. Tnggi dari badan huruf kecil secara optis rata dengan

x-height. Setiap character apakah huruf besar atau kecil memiliki batang

(stem) yang pada bagian ujung-ujungnya dapat ditemukan beberapa

garis akhir sebagai penutup yang disebut terminal.

Gambar 2.9 bagian Stem dan terminal dalam karakter Aksara Sunda

(32)

Gambar 2.10 bagian stroke dan serif dalam karakter Aksara Sunda (Sumber : Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir “Perancangan

Huruf Latin karakter Aksara Sunda”, 2008)

Garis pembuka dan penutup dari stroke disebut serif. Huruf yang

tidak memiliki serif disebut sebagai sans serif.

Nama huruf-huruf serif misalnya, Times New Roman, Adobe

Gramond Pro, Bodoni, dsb.

Nama huruf sans serif misalnya, Arial, Helvetica, Franklin Ghotic

Book, Microsoft San Serif, dsb.

Huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis (stroke) yang

terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar (basic stroke) dan

(33)

20 Gambar 2.11 bagian-bagian Stroke dalam karakter Aksara Sunda (Sumber : Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir “Perancangan

Huruf Latin karakter Aksara Sunda”, 2008)

2.3.2. Kelompok Huruf

Garis dasar yang mendominasi struktur huruf dalam

alfabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu :  Tegak lengkung

Gambar 2.12 pengelompokan huruf latin tegak lengkung (Sumber : Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir “Perancangan

(34)

 Tegak Miring

Gambar 2.13 pengelompokan huruf latin tegak miring (Sumber : Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir “Perancangan

Huruf Latin karakter Aksara Sunda”, 2008)

 Tegak - Lengkung

Gambar 2.14 pengelompokan huruf latin tegak lengkung

(35)

22  Garis lengkung

Gambar 2.15 pengelompokan huruf latin lengkung

(Sumber : Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir “Perancangan Huruf Latin karakter Aksara Sunda”, 2008)

Pengelompokan aksara Sunda berdasarkan bentuk yang hampir

sama dapat dibagi 10 kelompok, yaitu :

Garis lengkung bersudut.

Gambar 2.16 kelompok garis lengkung bersudut

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.17 kelompok garis lurus miring bersudut

(36)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.18 kelompok garis lurus miring bersudut

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lengkung miring bersudut

Gambar 2.19 kelompok garis lengkung miring bersudut

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring lengkung bersudut

 Gambar 2.20 kelompok garis lurus miring lengkung bersudut

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.21 kelompok garis lurus miring bersudut

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.17 Bentuk Aksara Sunda

(37)

24  Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.17 Bentuk Aksara Sunda

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.17 Bentuk Aksara Sunda

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.17 Bentuk Aksara Sunda

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

2.3.3. Legibility pada Huruf

Legibility pada huruf memiliki pengertian suatu kualitas dari huruf

dalam tingkat kemudahannya untuk dibaca yang dipelajari dalam ilmu

tipografi. Tingkat keterbacaan dari huruf tergantung kepada tampilan

bentuk fisik huruf itu sendiri. Walaupun huruf dipotong dengan

ekstrim hingga bagian tertentupun tetap masih bisa dikenali. Legibility

menentukan tingkat keterbacaan huruf dalam kondisi yang sulit,

seperti saat digerakkan dalam kecepatan tinggi, cahaya remang, dan

(38)

Contoh dari pengujian legibility : Huruf “C”Huruf “G”

Gambar 2.23 legibility huruf modern

(Sumber : Tipografi Dalam desain grafis, 2007)

Setiap huruf memiliki identifikasi visual yang berupa

garis-garis inti di wilayah-wilayah tertentu yang terstruktur dalam setiap

fisik huruf.

2.4. Segmentasi

2.4.1. Segmentasi Target Audiens

Target Audiens dari perancangan media informasi yaitu :

1. Demografis

Jenis kelamin : Laki-laki dan Perempuan

Usia : 14-24 tahun

Pendidikan : SMP-SMA-kuliah awal

Sosial Ekonomi : Menengah ke atas

2. Geografis

(39)

26 3. Psikografis

Aktif :

Senang bertanya dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama Labil:

Masih mudah terpengaruh pada keadaan lingkungan dan

omongan orang sekitar.

Narsis:

Suka memperlihatkan diri pada publik dalam hal popularitas

dan kreatif dalam mengidentifikasikan diri di kelompok

masyarakat Hedonis

Mencari kesenangan dalam hidup tanpa memikirkan yang

lain

Kreatif :

Mengolah benda-benda disekitarnya menjadi media ekspresi. Terbuka pada hal baru:

Sering mencoba-coba hal yang belum pernah dilakukan atau

dirasakan

Memiliki penilaian sendiri:

Cenderung mengorientasikan diri pada nilai-nilai yang masih

belum kukuh dan tetap di masyarakat dan mencoba sesuatu

diluar batas

Senang bermain bersama:

Selalu melakukan aktifitas bersama teman-temannya

(40)

BAB III

PERANCANGAN BUKU “RARANCANG WANGUN AKSARA SUNDA” SEBAGAI MEDIA PENGENALAN AKSARA SUNDA

3.1 Strategi Perancangan

Perancangan buku “Rarancang Wangun Aksara Sunda” adalah alternatif

media dari pembelajaran Aksara Sunda yang biasanya lebih mengajarkan cara

membaca dan menulis Aksara Sunda tanpa disertai dengan bagaimana cara

membedakan antara karakter satu dengan yang lain. sedangkan hal yang paling

awal atau mendasar dalam belajar membaca ialah bagaimana mengenali dan

membedakan beberapa karakter sehingga audiens bisa membaca aksara tersebut

walau masih belum mahir atau secara fasih bisa membaca aksara tersebut.

media ini dirancang bukan sebagai media belajar membaca dan menulis aksara

Sunda melainkan lebih kepada bagaimana Audiens dituntut untuk berinteraksi

secara langsung sehingga mengetahui apa yang membedakan karakter aksara

satu dengan Aksara yang lain.

Dari pemaparan diatas, dapat digambarkan bahwa perancangan buku “Rarancang Wangun Aksara Sunda” yang perancangannya diawali dengan dasar pengenalan Aksara Sunda dalam bentuk eksperimen interaktif, yang

artinya ialah memanfaatkan persamaan bentuk dasar aksara sunda yang

direkayasa sedemikian rupa dengan menggunakan menggunakan sistem tertentu

sehingga menimbulkan interaksi terhadap audiens dalam pembentukan satu

persatu dari karakter Aksara Sunda tersebut.

3.1.1 Pendekatan Komunikasi

Komunikasi merupakan penyampaian pesan atau informasi yang

dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, pada hakekatnya

komunikasi adalah suatu perencanaan untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Wiryanto dalam ilmu pengantar komunikasi (2004,5)

menerangkan bahwa istilah komunikasi mengandung makna

(41)

28 bahasa latin, yaitu commonicato yang berarti umum atau bersama-sama

(common).

Strategi komunikasi dapat diartikan sebagai perencanaan untuk mencapai

suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan strategi komunikasi yang baik,

diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sehingga

menghasilkan suatu komunikasi yang efektif. Komunikasi yang baik

adalah terjadinya hubungan yang baik antara komunikator (orang yang

menyampaikan informasi) dengan target komunikasi yang disertai

adanya suatu tindakan.

Dalam hal ini, strategi komunikasi yang dilakukan adalah dengan cara

mempersuasikan Aksara Sunda sebagai objek yang menarik untuk dilihat

dan dapat digunakan dengan mudah saat menulis maupun membaca.

3.1.2 Tujuan Komunikasi

Tujuan dari perancangan media informasi ini ialah mengajak target

audiens yaitu remaja untuk belajar mengenal aksara Sunda.. Sifat-sifat

yang menunjang media pengenalan aksara Sunda ini antara lain:

Informatif :

Memberi pesan yang jelas, lengkap dan mudah dimengerti oleh target

audiens serta dibantu oleh penggunaan media pendukung agar target

audien dapat mengetahui informasi lebih lengkap dan jelas.  Persuasif :

Pesan yang disampaikan bersifat untuk mempengaruhi dan mengajak

target audien untuk mengikuti maksud dari media edukasi ini.

Komunikatif :

Pesan yang disampaikan kepada komunikan memberikan kesan dan

pemahaman makna yang sama dengan makna pesan yang disampaikan

komunikator.

Edukatif:

Pesan yang disampaikan dapat menambah keilmuan, dan memberi

(42)

3.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang dilakukan ialah untuk kepentingan perancangan media

pengenalan Aksara Sunda dilakukan pendekatan informasi dalam bentuk

puzzle dimana Audiensmelihat dan bisa menggerakkan gambar sehingga

tercipta karakter berbeda satu dengan yang lain.

3.2.1. Referensi Visual

Dalam Sebuah media informasi yang akan dirancang diperlukan

sebuah referensi visual untuk memberikan gambaran lebih jelas

tentang rancangan media informasi yang akan dibuat yang antara

lain :

3.2.1.1. Referensi Visual

1. Buku “Volveles” pertama

Buku dengan bentuk tiga dimensional dimana

halamannya bisa diputar dengan cara memakai poros

dalam lingkaran yang disisipkan di halaman buku.

Gambar 3.1 first volvenes book

(sumber : http://www.markhiner.co.uk.htm)

3.2.1.2. Referensi Layout

Layout atau yang biasa disebut tata letak dari media

informasi memiliki peranan penting agar pesan yang akan

(43)

30 jelas. Referensi layout yang diambil berdasarkan gagasan

visual adalah sebagai berikut:

1. Tommy Kane

Pemilihan layout gambar yang sederhana dimana ilustrasi

dengan tulisan menyatu dalam satu kesatuan.

Gambar 3.3 Ilustrasi tommy Kane

(Sumber: http://koikoikoi.com/2009/10/my-sketchbook-feat-tommy-kane)

(44)

3.2.1.3. Warna

Pemilihan warna disesuaikan kepada karakter anak yang

menyukai warna terang dan hangat.

C: 0 m: 95

Strategi media dipilih berdasarkan kebutuhan media informasi yang akan

dibuat, dalam hal ini media informasi dibagi dalam dua bagian. Yaitu:

3.3.1 Media Utama

Media utama ialah media informasi yang dirancang sebagai

perantara utama dalam informasi yang akan disampaikan kepada

target audiens.

Rancangan yang akan dibuat sebagai media utama ialah buku “Rarancang Wangun Aksara Sunda” dimana buku tersebut merupakan kumpulan dari setiap bentuk karakter Aksara Sunda yang

direkayasa sedemikian rupa sehingga audiens bisa membedakan

karakter aksara satu dengan yang lainnya dari mulai pembentukkan

awal aksara tersebut.

3.3.2 Media pembelajaran

Media pembelajaran ialah media pendamping dalam pembelajaran

Aksara Sunda sebagai media berkelanjutan untuk lebih memahami

Aksara Sunda tersebut

(45)

32 Buku sketsa ini ialah sebuah buku yang didalamnya memuat

tentang karakter Aksara sunda. Buku ini selain digunakan untuk

melatih kepekaan Audiens dalam melatih kepekaan terhadap

Aksara Sunda sehingga bisa lebih cepat membedakannya. Dalam

hal ini, buku tersebut tidak hanya berisi tentang bagaimana

menulis Aksara Sunda juga terdapat halaman yang dilengkapi

dengan Gridline serta bentuk aksara tersebut dengan sederhana

sehingga diharapkan antusiasme Audiens terhadap Aksara Sunda

semakin bertambah. Karena, selain diajarkan cara menulis mereka

juga bisa merekayasa Aksara Sunda sesuai keinginan mereka

sendiri.  Poster Aksara

Ialah poster berbentuk persegi panjang yang dibuat secara vertikal

dengan warna hitam putih menyerupai poster yang digunakan

untuk mengetes mata. Aksara Sunda diurutkan dari nomor satu

sampai dengan sepuluh dengan mempergunakan Aksara sunda

bada bagian depan dan dibelakangnya terdapat nama aksara

tersebut yang ditulis mempergunakan Aksara Latin

 Kamus Praktis

Ialah kamus sederhana yang memaparkan bagaimana bentuk dan

cara menulis Aksara Sunda dilengkapi tanda baca dan bilangan.

Dalam hal ini kamus tersebut dapat dimasukan kedalam saku

sehingga mudah untuk dibawa dan digunakan dengan cepat.

3.3.3 Media Pendukung

Media pendukung ialah media terpilih yang digunakan untuk

membantu menyebarkan serta memberi informasi tentang buku

Rarancang Wangun Aksara Sunda. Berikut jenis-media yang terpilih

(46)

 Poster

Poster merupakan media yang memiliki jangkauan yang luas dan sangat efektif untuk menarik perhatian target audiens, karena penempatannya bisa dimana saja dan lebih efektif untuk menyampaikan pesan.

 Hand Bag

Ialah sebuah tas yang terbuat dari kertas sebagai package dari

paket pembelian buku “rarancang Aksara Sunda”

 Pembatas Buku

Sebagai souvenir yang dibagi dalam tiga bagian waktu dengan

copywriting yang berbeda yang mengingatkan tentang berkreasi

 Stiker

Sebagai media publikasi juga sebagai souvenir keberadaan media

buku rarancang Aksara Sunda

 Flyer

Sebagai media penyebaran informasi tentang kemana mencari

buku Rarancang Wangun Aksara Sunda

 Mini Banner

Sebagai media informasi yang singkat dalam menjelaskan buku “Rarancang Wangun Aksara Sunda”

 Display

Ialah rak tempat menyimpan buku sekaligus sebagai tempat

(47)

34 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1. Media Utama

4.1.1 Buku Rarancang Wangun Aksara Sunda

Media utama adalah buku. Buku ini berisi tentang pengenalan dan

cara membedakan bentuk aksara. Materi buku menggunakan metode

pembelajaran abjad, yaitu dengan dengan teknik memutar,

menumpuk dan menggeser. Bentuk halaman dibagi dalam tiga

bagian yang dibedakan dengan warna. Karakter aksara dibuat dengan

cara memotong dan membolongi bidang kertas dalam tahap manual,

proses awal ialah dengan membuat bentuk aksara menggunakan

program grafis Coreldraw X5 dan kemudian dicetak serta dipotong

dengan alat pemotong setelah dibuat garis potongnya secara digital.

untuk layout ditata dengan menggunakan software Corel Draw X5.

Buku dicetak dengan menggunakan teknik printing, cutting dan

finishing dengan jilid hard Cover dan ditutup dengan jaket buku

dengan bahan kalkir. Konsep cover buku, background berwarna

hitam terlihat elegan dan kuat namun dibungkus dengan cover luar

yang dibuat transparan sebagai bagian dari konsep konstruksi bentuk

aksara Sunda. Cover dalam berwarna hitam gelap bertekstur sebagai

(48)

Gambar 4.1 Buku Mengenal Huruf & Angka

BukuRarancang Wangun Aksara Sunda

Ukuran : 16 cm x 16 cm x 2,5 cm

Bahan : canson grain paper 210gsm

Teknik Produksi : cetak separasi, cutting dantempel

4.2. Media pembelajaran

Media pembelajaran digunakan sebagai media utama dalam mengenalkan

karakter bentuk aksara Sunda. Media-media pendukung dibuat sederhana

dan bersih tanpa banyak ornamen yang dipakai selain aksara dan warna

sebagai pembeda bentuk karakter.

4.2.1 Poster kelompok Aksara

Poster kelompok aksara ialah poster yang memaparkan bentuk

karakter aksara berdasar kelompok bentuk-bentuk aksara Sunda yang

memiliki kemiripan bentuk satu sama lain. Poster ini dibentuk mirip

dengan test mata. Hal ini dilakukan sebagai variasi kerumitan bentuk

(49)

36 sampai dengan bentuk aksara yang banyak memiliki kerumitan

dengan bentuk aksara lain. Sehingga audiens dapat mengenal aksara

tersebut dan membedakan aksara tersebut dengan melihat ciri –ciri

anatomi aksara tersebut berdasar dari kelompok bentuk aksara yang

telah dibuat.

Gambar 4.2 Poster Kelompok aksara

Poster Kelompok Aksara

Ukuran : 500 mm x 200 mm

Bahan : sintetic Paper 210gsm

Teknik Produksi : cetak dan cutting

4.2.2 Kamus Praktis Aksara

Kamus praktis aksara merupakan media pembelajaran sederhana

dimana aksara dibuat dengan pengelompokan berdasarkan lambang

bunyi serta tanda baca yang digunakan untuk menuliskan aksara

Sunda. Pengelompokan dipisahkan berdasarkan warna dan disertai

(50)

Gambar 4.3 Kamus Praktis Aksara

Kamus Praktis Aksara

Ukuran : 420 x 200 mm

Bahan : Art Paper

Teknik Produksi: Cetak Separasi

4.2.3 Buku Sketsa “Ngararancang Wangun Aksara Sunda”

Buku “Ngararancang Wangun Aksara Sunda” dibuat sebagai pendamping dari media Utama yaitu buku “Rarancang Wangun Aksara Sunda yang diharapkan sebagai media eksplorasi Bentuk aksara dan sebagai media

latihan dalam menulis atau menggambar aksara Sunda.

Gambar 4.4 Buku Sketsa

Buku Sketsa

Ukuran : 14.8 cm x 21 cm

Bahan : cover Kalkir, isi HVS 100 gsm dan HVS 200 gsm

(51)

38 4.3. Media Pendukung

Media pendukung digunakan sebagai media pengingat. Media ini cukup

efektif karena media ini termasuk media yang bias dibawa kemana-mana

dan pada umumnya sering digunakan oleh target audiens.

4.3.1 Pembatas Buku

Pembatas buku digunakan sebagai media pengingat yang

ditempatkan bersama buku “Ngararancang Aksara Sunda”. Bentuk

persegi panjang dengan tiga varian visual.

Gambar 4.5 Pembatas Buku

Pembatas Buku

Ukuran : 105 mm x 15 mm

Bahan : Canson 210 gsm

Teknik Produksi: Cetak Separasi

4.3.2 Stiker

Stiker digunakan sebagai souvenir saat pembeliaan buku (media

utama)

Gambar 4.6 Stiker

Stiker

Ukuran : 100 mm x 40 mm

Bahan : Stiker chromo 150 gsm

(52)

4.3.3 HandBag

Handbag dipakai sebagai media packaging pada saat pembelian

buku rarancang wangun aksara sunda

Gambar 4.6 Handbag

HandBag

Ukuran : 100 mm x 40 mm

Bahan : Stiker chromo 150 gsm

(53)

40 4.4. Media Promosi

Media Promosi digunakan sebagai media pemberitahuan. Media ini dibuat

berdasarkan kebutuhan akan target audiens.

4.4.1. Poster

Poster dibuat berdasarkan kebutuhan pemberitahuan bahwa ada buku

yang membahas tentang aksara Sunda.

Gambar 4.7 Poster

Poster

Ukuran : 597 mm x 420 mm

Bahan : syntetic paper 150 gsm

Gambar

Gambar 2.1 Aksara Swara
Tabel 2.1 Tanda Vokalisasi
Gambar 2.4 Figure and Ground “
Gambar 2.5 Anatomi Huruf
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pola arus di perairan Pantai Muara Kamal Jakarta Utara pada saat pasang mengarah dari barat laut ke selatan, sedangkan pada saat

Adanya motivasi intrinsik pada diri anak tersebut untuk memasuki sekolah futsal akan semakin meningkatkan kemampuannya dan keterlampilannya, karena dengan faktor motivasi

1.18 Personil Inti Personil Inti Personil Inti Personil Inti adalah tenaga ahli atau tenaga teknis yang akan ditempatkan secara penuh sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

Pada setiap selesai menyusun daftar satu Kabupaten/Kotamadya diadakan rekapitulasi tanah yang telah diredistribusikan (untuk Buku A dan Buku B lihat lampiran IV)..

Berdasarkan pengamatan struktur mikro tersebut, dominannya fasa bainit yang terbentuk menunjukkan base spesimen ini lebih keras dibandingkan dengan base spesimen pada Gambar

Bojong Menteng Indah RA-01, Rawa Lumbu Pemilik: Mrs Hermina Silaen. Data

]I4s'cn*$pitsb4.P{gcnbdisdi suligrm Pded ddm

Mahasiswa, khususnya mahasiswa yang berada pada kategori baik dan kurang baik bahkan mahasiswa yang berada pada kategori cukup, hendaknya berusaha untuk memperbaiki serta