• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola komunikasi perawat dan pasien rawat inap dalam pelayanan medis di rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola komunikasi perawat dan pasien rawat inap dalam pelayanan medis di rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DALAM PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Sos.I)

Disusun Oleh:

ARMILATUSSHOLIHAH

NIM : 107051003695

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DALAM PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Disusun Oleh:

ARMILATUS SHALIHAH NIM: 107051003283

Pembimbing:

Dra. Nurul Hidayati, MA Nip: 196903 22 199603 2 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

ABSTRAK

Armilatus Shalihah

Pola Komunikasi Perawat Dan Pasien Rawat Inap Dalam Pelayanan Medis Di Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hdayatullah Jakarta

Salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik fisik maupun psikis adalah kebutuhan akan kesehatan. Kesehatan memang sudah menjadi kebutuhan yang essensial untuk berbagai tujuan. Dengan kesehatan manusia dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa adanya hambatan. Rumah sakit sebagai wadah sosial yang hidup dalam bentuk organisasi merupakan wadah masyarakat, tempat hidup dan berkembang dengan hubungannya yang bersifat timbal balik. artinya bahwa rumah sakit dan masyarakat terdapat hubungan yang tak terpisahkan. Keduanya terdapat hubungan saling memberi dan saling menerima. Dalam proses hubungan timbal balik tersebut muncul sebuah komunikasi yang biasa terjadi antara perawat dengan pasien. Unsur yang paling penting dalam hubungan antara perawat dengan pasien dalam pelayanan medis adalah komunikasi. Dengan komunikasi, manusia menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat, sikap dan informasi kepada secara timbal balik.

Adapun Rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: bagaimana bentuk pola komunikasi Perawat dan pasien rawat inap dalam pelayanan medis di rumah sakit UIN Syarif jakarta dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh seorang Perawat dalam membangun sebuah komunikasi yang tepat guna dan efektif antara Perawat dan Pasien rawat inap? Dan adapun tujuan dalam penelitian ini skripsi ini adalah untuk memahami bentuk komunikasi yang terbangun antara perawat dan pasien dan memahami bentuk komunikasi dalam pelayann medis yang diberikan perawat di ruang rawat Rumah Sakit Syarif jakarta.

Metodologi dalam pembahasan skripsi ini menggunakan kualitatif yaitu melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan take gambar terhadap data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti masalah yang berkaitan dengan pola komunikasi perawat dan pasien dan pendekatannya, kemudian mengumpulkan, menyusun dan mengklasifikasikan data-data tersebut. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan menjelaskan bagaimana pola komunikasi antara Perawat dan Pasien rawat inap tersebut berlangsung. Dan pendekatan apa yang dilakukan seorang Perawat dalam melakukan pendekatan terhadap pasiennya agar komunikasi antara Perawat dan pasien dapat berlangsung secara efektif.

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan telah

memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat

tersusun dengan baik. Shalawat dan salam semoga seantiasa tercurah kepada

junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW.

Dalam persiapan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan skripsi

ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah membantu dan

membrikan dukungan, baik moril maupun materil, serta doa yang penuh ketulusan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar

Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan

Komunikasi Peyiaran Islam. Oleh karena itu, dalam ksempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. M. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku pembantu Dekan I, Drs. Mahmud Jalal, MA

selaku Pembantu Dekan II, Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan

III, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarrofah, MA sebagai Ketua dan Sekretaris

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

(5)

4. Ibu Dra. Nurul Hidayati, MA, selaku pembimbing yang banyak mengarahkan

dan memberikan petunjuk dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

5. Ibu Eni Evanti, selaku manager keperawatan yang telah mengizinkan penulis

untuk mengadakan penelitian di Rumah sakit tersebut. Dan Mbak Sugi Astuti,

selaku kepala ruang keperawatan lantai 03 Rumah sakit Syarif Hidayatullah

jakarta, Para Perawat dan Pasien rawat inap yang telah membantu dan dengan

sabar dan selalu mendampingi di lapangan dalam mengambil data, sehingga

apa yang dibutuhkan dapat tercapai sesuai kebutuhan dalam skripsi ini.

6. Terkhusus untuk kedua orang tuaku Abahku yang tersayang H. Ardani dan

Ibuku yang tercinta Hj. Khairiyah, adik-adikku tercinta dan terkasih Nadhira

Rizki Amalia dan Gurrotul Muazzalah yang telah memberikan motivasi,

dukungan, semangat, do‟a serta kasih sayang yang tiada henti kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh Staf UIN yang telah membantu penulis dalam pembuatan surat untuk

mendukung penelitian ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah ikhlas

memberikan ilmunya sebagai modal utama bagi penulis dalam menyusun

skripsi ini.

9. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

Perpustakaan Utama yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan

bahan-bahan sebagai rujukan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Seluruh Mahasiswa KPI angkatan 2007 khususnya kelas KPI A (KPI Yoyoi)

terima kasih kalian sudah hadir dalam hidupku, banyak warna dan keceriaan

(6)

semua tugas yang berhubungan dengan akademik. Dan untuk

sahabat-sahabatku Undurs : Farhah Khairiyah, Faizah Adhiyah Ali, Rizki Amelia,

Nuri Rahmah Fajria, Maria Ulfah, Fitroliah, Miranda Selvi Nasari, Rosyi

Nurrosyidah, Ayu, Fiqih Wulandari, Fitrah Qalbina, Agia Khumaisi, Hilda

Nurul Mawaddah, Uyun Khurul „Ain, Salmah, Camelia, Marfu‟ah, dan KKN

Crew 21 terima kasih untuk kebersamaan ini, banyak cerita, banyak kisah

yang manis yang tak mungkin dengan mudah dilupakan. Semoga persahabatan

kita akan abadi selamanya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang terbaik kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini Amiin, Jazakallahu khoiron katsiron.

Jakarta, 19 September 2011

(7)

DAFTAR ISI

Abstrak......i

Kata Pengantar...ii

Daftar isi...v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan PerumusanMasalah...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...6

E. Tinjauan Pustaka ...6

F. MetodologiPenelitian...8

G. SistematikaPenulisan...16

BAB II : POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Pola Komunikasi...18

B. Hubungan Perawat dengan Pasien Rawat Inap Sebagai Bentuk Komunikasi Antar pribadi...32

(8)

B. Visi dan Misi Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta ...41

C. Visi dan Misi Bidang Keperawatan Rumah Sakit Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ...42

D. Fasilitas Rawat Inap Rumah sakit Syarif Jakarta ...43

BAB IV : ANALISIS POLA KOMUNIKASI PERAWAT TERHADAP PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UINIVERSITAS

ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

A. Komunikasi Dalam Keperawatan (Hubungan Perawat-Pasien)...50

B. Perawat-Pasien Rawat Inap Dalam Membangun Komunikasi Efektif...68

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan...72

B. Saran...74

DAFTAR PUSTAKA...76

(9)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 19 September 2011

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah sakit sebagai wadah sosial yang hidup dalam bentuk organisasi

merupakan wadah masyarakat, tempat hidup dan berkembang dengan

hubungannya yang bersifat timbal balik. Artinya bahwa rumah sakit dan

masyarakat terdapat hubungan yang tak terpisahkan. Keduanya terdapat hubungan

saling memberi dan saling menerima. Dalam proses hubungan timbal balik

tersebut muncul sebuah komunikasi yang biasa terjadi antara dokter dan

paramedis dengan pasien.1

Perawat adalah orang yang dididik menjadi tenaga paramedis untuk

menyelenggarakan perawatan orang sakit atau secara khusus untuk mendalami

bidang perawatan tertentu. Perawat merupakan salah satu komponen penting dan

strategis dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Profesi perawat diakui sebagai

bagian integrasi dari pelayanan kesehatan.

Ini artinya dalam pelayanan kesehatan, bahwa peran dan fungsi perawat

merupakan satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dan tidak bisa diabaikan

oleh tenaga kesehatan yang lainnya. Bahkan bila dilihat dari segi intensitas

interaksi dengan pasien, kelompok profesional perawat merupakan tenaga

kesehatan yang paling tinggi interaksinya.

1

Erik P. Eckholm, Masalah Kesehatan (Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit,

(11)

Dalam proses hubungan timbal balik tersebut muncul sebuah komunikasi

yang bisa terjadi antara perawat dan pasien. Dalam hubungan ini perawat

memberikan pelayanan medis pada pasien dan pasien diharapkan aktif ketika

dalam hubungan demi kesembuhan dan kebaikan diri sendiri, yang juga dapat

diistilahkan dengan konseling.

Unsur yang paling penting dalam hubungan antara dokter dan para medis

(perawat) dengan pasien dalam pelayanan medis adalah komunikasi. Komunikasi

itu sendiri merupakan kebutuhan kodrati manusia merupakan persyaratan mutlak

bagi perkembangan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Dengan

komunikasi, manusia menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat, sikap dan

informasi kepada secara timbal balik.

Komunikasi merupakan kegiatan kehidupan manusia yang dengan cara ini

membentuk kegiatan bersama dengan lainnya dimana-mana yang mempunyai

predikat zoon politicon (makhluk yang selalu hidup bersama).2 Pada dasarnya

komunikasi yang terbentuk dalam pelayanan medis adalah komunikasi antar

pribadi, tetapi kadang dokter dan perawat tidak menyadari bahwa pesan yang

mereka sampaikan pada saat memberikan pelayanan medis tidak dapat diterima

dengan baik oleh pasien karena aspek psikologis paling jadi pertimbangan,

dikarenakan cara berkomunikasi yag mereka gunakan kurang efektif.

Menerima pelayanan yang layak dan semestinya sesuai berdasarkan kode

etik dan norma-norma yang berlaku merupakan salah satu hak pasien sebagai

konsumen dari pengguna pelayanan jasa dari rumah sakit. Yakni pasien berhak

2

Komaruddin, Yooke Tjupamah S, Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah,

(12)

mendapatkan pelayanan yang disertai dengan keramahtamahan petugas kesehatan

salah satunya perawat. Perawat mempunyai peranan yang sangat besar, baik

dilihat dari interaksinya dengan pasien dan keluarganya maupun dilihat dari

keterlibatan pelayanan secara langsung kepada pasien. Meskipun dokter dan

paramedis (perawat) menganggap dirinya mengetahui aspek medis yang menjadi

spesialisasinya, tetapi kebanyak pasien, apalagi yang sangat percaya kepada

keahliannya, menganggap dokternya sebagai orang yang tahu tentang semuanya

dan dapat menjawab segala pertanyaan dan menyembuhkan segala penyakit.

Terlebih di negara-negara yang berkembang, dimana tingkat pendidikan dan

pengetahuan masyarakat tentang penyakit sangat terbatas.

Pasien yang sangat berterima kasih kepada dokternya akan menganggap

dokter tidak lagi sebatas sebagai hubungan profesional, melainkan menjadi

hubungan pribadi yang membaur. Dalam tugasnya dilapangan, seorang dokter dan

paramedis seperti perawat tidak hanya menghadapi masalah yang dihadapinya di

bangku kuliah, melainkan juga memecahkan segala masalah sosial dan

kemanusiaan. Masyarakat membedakan apakah keluhan yang dideritanya

merupakan masalah medis atau fisik ataukah karena masalah sosial. Tugas-tugas

dokter dan paramedis pun kadang-kadang memaksa mereka memperlakukan

pasiennya secara berbeda, tergantung dari tingkat sosial si pasien.3

Sukses dokter dan paramedis dalam menangani keluhan-keluhan

pasiennya tidak saja terletak pada hasil pendidikan dan kemahiran dalam bidang

kedokteranyya melainkan oleh unsur-unsur pribadi dan dokter serta paramedis itu

sendiri (seperti kecakapan empatik dan kemampuan berkomunikasi secara aktif

3

(13)

terhadap para pasiennya) dan harapan atau pandangan atau masyarakat yang

dilayaninya. 4

Dalam pengobatan terhadap pasiennya seorang dokter dibantu paramedis

(perawat). Perawat yang bertugas sebagai mitra kerja dalam melaksanakan

prakteknya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh dokter. Selain dari yang disebutkan

diatas, pelayanan yang diberikan oleh paramedis terhadap pasien sebelum

berkonsultasi dengan dokter haruslah dapat memberikan sugesti terhadap sang

pasien untuk mempercepat proses kesembuhan. Karena pelayanan yang baik

sangat mempengaruhi psikologis pasien. Karena sebagian besar rumah sakit di

negara kita belum lah memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien.

Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki bentuk pelayanan medis

yang berupa pelayanan yang meliputi perawatan dan pengobatan medis. Bentuk

pelayanan tersebut dikerjakan secara terpadu agar diperoleh hasil yang baik yaitu

menolong dan membina manusia seutuhnya dengan fitrahnya, baik secara fisik

maupun psikis.

Jadi, yang dilakukan oleh seorang perawat ketika memberikan pelayanan

kepada pasiennya disamping melalui diagnosa obat yang disarankan oleh dokter,

perawat juga melakukan pendekatan-pendekatan yang mendukung proses

kesembuhan penyakit pasien secara pribadi dengan melakukan komunikasi secara

pribadi baik secara verbal maupun non verbal. 5

4

Solita Sarwono, Sosiologi Kesehatan, ( Beberapa Konsep Dan Aplikasinya), Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1997, h.42

5

(14)

Berdasarkan latar belakang di atas maka Penulis tertarik ingin membahas

masalah ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi

Perawat Dengan Pasien Rawat Inap Dalam Pelayanan Medis di Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Terbentuknya komunikasi yang baik dalam pelayanan kesehatan dari

perawat dan pasien rawat inap maka akan menghasilkan efek yang positif pada

diri sang pasien. Dalam hal ini Peneliti membatasi penelitian ini pada komunikasi

perawat atau paramedis dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien rawat inap di

ruang keperawatan kamar rawat rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: bagaimana bentuk pola

komunikasi Perawat dan pasien rawat inap di ruang perawatan lantai 03 Rumah

Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta? Dan

bagaimana upaya yang dilakukan oleh seorang Perawat dalam membangun sebuah

komunikasi yang efektif antara Perawat dan Pasien?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini skripsi ini adalah untuk memahami

bentuk pola komunikasi yang terbangun antara perawat dan pasien rawat inap dan

memahami bentuk komunikasi dalam pelayanan medis yang diberikan seorang

perawat dalam pelayanan terhadap pasien rawat inap untuk proses penyembuhan

penyakit di rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

(15)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan di bidang

komunikasi.

2. Secara Praktis, penelitian ini dilaksanakan dalam rangka merealisasikan Tri

Darma Perguruan tinggi.

3. Dapat menjadi acuan bagi para pembaca pada umumnya dan peneliti pada

khususnya untuk menjadi komunikator dan komunikan yang baik dalam sebuah

komunikasi terapeutik serta bisa menjadi bahan referensi tambahan dalam

penelitian selanjutnya.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah Penulis melakukan peninjauan dan menelusuri ada berapa

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan fakultas

dakwah dan komunikasi. Penulis mendapat inspirasi dari berbagai judul yang

sudah ada yang membahas seputar komunikasi kesehatan, diantaranya yaitu dari

saudari Susanti Annisa6, penelitiannya berisi tentang pola komunikasi dilihat dari

aspek-aspek komunikator dan komunikan yang dibatasi pada dokter klinik

Yasmin Medika Kampung Utan Ciputat dan enam orang pasien klinik

berdasarkan intensitas dalam melakukan kunjungan kembali ke klinik tersebut.

6

Susanti Annisa. Komunikasi Dokter Dan Pasien Dalam Pelayanan Medis Di Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah (RSSH) ,” Skripsi. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan

(16)

Penulis juga menemukan dari saudari Amelia7, ia meneliti tentang komunikasi

dokter dan pasien dalam proses penyembuhan pasien rehabilitasi napza di Rumah

Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dan pendekatannya. Selain itu penelitian ini

penulis mendapati skripsi juga dari saudara Musrih Khaerudin8, ia meneliti

tentang pola komunikasi yang dilakukan seorang pimpinan FKUB Kabupaten

Banyumas dalam meningkatkan kerukunan antar umat beragama.

Dikarenakan belum ada yang meneliti dan menganalisa tentang pola

komunikasi perawat dan pasien pada saat berinteraksi dalam pelayanan medis

dalam hal penyembuhan penyakit dan apa saja pendekatan-pendekatan yang

dilakukan seorang perawat dalam memberi pelayanan medis kepada pasiennya.

Maka penulis tertarik untuk meneliti judul tersebut, karena dalam dunia kesehatan

dan dunia komunikasi sangat berkaitan dan penting untuk di teliti agar dalam

proses penyembuhan yang diberikan oleh seorang dokter yang dibantu oleh

paramedis seperti perawat kepada pasiennya berjalan dengan baik.

7 Amelia,” Pelayanan Konseling Pada Rehabilitasi Pasien Napza Di Rumah Sakit

Ketergantungan Obat (RSKO), Skripsi. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Cibubur Jakarta Timur, 2010.

8

(17)

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan

kualitatif. Menurut Bagdan dan Taylor, pendekatan kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari oranr-orang dan perilaku dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar

individu tersebut secara utuh.9

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai

rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya

dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah,

baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai

dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk

dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat

manusia.10

Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti ingin mendeskripsikan,

memperoleh gambaran nyata dan menggali informasi yang jelas mengenai Pola

komunikasi Perawat dan Pasien dalam pelayanan medis di Rumah sakit

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

9

Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1991).,h,3.

10

(18)

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu

metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan

nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama menggunakan jenis

penelitian ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu

gejala tertentu.11

Metode deskriptif dapat diartikan pula sebagai upaya untuk melukiskan

variabel demi variabel, satu demi satu, sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek

penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lainnya) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pada umumnya

penelitian analisis deskriptif adalah penelitian non hipotesa sehingga dalam

langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesa.12

Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara

rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa

kondisi atau praktek-praktek yang berlaku, juga menentukan apa yang dilakukan

orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman

mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.13

11

Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengntar Metode Penelitian, (Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1, hal. 71

12

Dr. Suhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (jakarta; PT. Bina Aksara, 1985), cet. 2, hal. 139

13

(19)

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah untuk menguraikan,

memaparkan dan menggambarkan serinci mungkin program pelayanan medis bagi

pasien rawat inap di Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kamar Rawat Inap Rumah Sakit

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H. Djuanda

No.95 Ciputat – Tangerang Indonesia 15412 Phone (021) 7402718 (Hunting)

Mobile 0817-9125-960 Fax (021) 7493532 Email

humas@rssyarifhidayatullah.com Facebook rssyahid@gmail.com Twitter

@rssyahid.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan, mulai bulan Mei hingga bulan Juni 2011, kurang

lebih satu bulan lamanya peneliti melakukan penelitian, sebelumnya penulis telah

melakukan survei izin penelitian yang dilakukan pada tanggal 7 februari 2011.

4. Subjek, Informan dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pekerja sosial medis selaku pelaksana

pelayanan sosial medis (perawat) dan pasien rawat inap selaku penerima

(20)

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berupaya melakukan penelitian ini

dengan menggunakan sudut pandang orang-orang yang menjadi sumber data

primer penelitian ini, melalui interaksi dengan subjek penelitian terjadi secara

alamiah dan tidak memaksa, sehingga tindakan dan cara pandang subjek tidak

berubah.14

Oleh karenanya, peneliti menggambarkan tabel yang menjelaskan tentang

subjek penelitian.

Tabel 1.

Subjek Penelitian

No Subjek Penelitian Posisi

1 Gambaran Pelayanan Sosial Medis, hasil

yang telah dicapai serta faktor penghambat

Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi mengenai

situasi dan latar penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen dalam buku Metodologi

Penelitian Kualitatif karangan Moloeng, pemanfaatan Informan dalam penelitian

adalah agar dalam waktu yang singkat banyak informasi yang didapatkan.

Sedangkan menurut Neuman konsep sample dalam penelitian kualitatif berkaitan

erat dengan bagaimana memiliki informan atau situasi sosial yang dapat

14

(21)

memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai informasi-informasi

yang ada. Untuk memilih sampel informan lebih tepat dilakukan dengan sengaja

(purpose sampling). Dalam penelitian ini penulis memilih informan yang

berhubungan dengan pelayanan sosial medis, yaitu tiga orang pekerja sosial medis

dan lima orang pasien rawat inap. Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel

sebagai berikut:

Tabel 2

Theorythical Sampling

Informasi yang dicari Informan Jumlah

Gambaran pelayanan

Sedangkan objek penelitian ini adalah pelayanan sosial medis pasien rawat

(22)

5. Sumber data

Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh melalui hasil

observasi dan wawancara.

b. Data Sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari buku, majalah dan berbagai literatur

lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

6. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang peneliti pakai adalah tekhnik

pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data kualitatif berupa pengumpulan

data dalam bentuk kalimat, kata dan gambar.

Pelaksanaan tekhnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan :

a. Observasi atau pengamatan, yaitu pengamatan langsung kepada suatu obyek yang

diteliti.15 Peneliti menggunakan instrumen observasi dalam mengamati proses

pelayanan sosial medis yang dilakukan oleh pekerja sosial medis di ruang rawat

inap kamar pasien rawat inap lantai 03 Rumah sakit Syarif Jakarta.

b. Interview atau wawancara merupakan salah satu bentuk alat pengumpulan

informasi secara langsung tentang beberapa jenis data.16 Peneliti melakukan

15

Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, h. 162. 16

(23)

wawancara untuk memperoleh data yang diperlukan dan berhubungan dengan

tema yang peneliti ajukan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara

dengan berbagai sumber. Diantaranya dengan Pekerja medis seperti perawat

Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

sebanyak tiga orang dan pengambilan gambar pasien rawat inap ketika tindakan

berlangsung sebanyak lima orang.

c. Metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang tidak dapat

diperoleh dengan cara wawancara atau observasi. Tekhnik dokumentasi penulis

lakukan dengan cara menelaah buku-buku, majalah, artikel maupun

sumber-sumber yang berkaitan dengan pelayanan sosial medis di Rumah sakit Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap pasien rawat inap.

7. Tekhnik Analisa Data

Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan

mengurutkannya kedalam pola dan pengelompokkan data. Burhan Bungin dalam

bukunya Analisis Data Penelitian Kualitatif mengemukakan analisis data

merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dalam

analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan

masalah penelitian.17

Dalam proses analisis data penulis menelaah semua sumber data yang

tersedia, yang bersumber dari hasil wawancara dengan beberapa pihak seperti

pekerja sosial medis (perawat) dan pasien rawat inap. Pada tahap akhir dari

analisis data ini penulis mengecek keabsahan data yang ada, agar menghasilkan

17

(24)

data-data yang konkrit tentang pelayanan sosial medis yang dilakukan oleh

pekerja sosial medis (perawat) terhadap pasien rawat inap rumah Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Tekhnik Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan tekhnik

triangulasi. Tekhnik tringulasi merupakan tekhnik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan

atau pembanding terhadap pemeriksaan terhadap sumber lain.18 Dalam hal ini

penulis menggunakan pasien rawat inap yang dirawat di ruang rawat Rumah

sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai sumber

pengecekan keabsahan data yang penulis terima dari pekerja sosial medis

mengenai pelayanan sosial medis bagi pasien rawat inap.

9. Instrumen Dan Alat bantu

Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih banyak

bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrumen penelitian, peneliti dapat

senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan.

18

(25)

G. Sistematika Penulisan

Bagian ini menjelaskan pembagian bab secara keseluruhan, disertai uraian

singkat tentang isi masing-masing bab tersebut. Agar dapat dipahami lebih

mudah, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab 1: PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II : TINJAUAN TEORITIS

Adapun dalam bab ini dibahas tentang pengertian pola, macam-macam

pola komunikasi, lingkup komunikasi, pola komunikasi antar pribadi, dan

hubungan perawat dengan pasien sebagai bentuk komunikasi antar pribadi.

Bab III : GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Dalam bab ini akan dibahas tentang sejarah berdirinya Rumah Sakit

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, visi dan misi, jumlah

SDM yang mendukung berjalannya Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, perawat dan pasien dalam proses interaksi

penyembuhan penyakit di Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

(26)

Bab IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini mengemukakan bagaimana bentuk pola komunikasi Perawat dan

pasien rawat inap Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dan upaya yang dilakukan oleh seorang Perawat dalam membangun

sebuah komunikasi yang efektif antara Perawat dan Pasien.

Bab V : PENUTUP

Bab ini merupakan rangkaian akhir dari penulisan skripsi, yang berisi

kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian akhir dari penulisan skripsi, penulis

menyajikan daftar pustaka yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi ini

(27)

BAB II

POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN: TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian pola komunikasi

1. Pengertian Pola

Kata pola lomunikasi dibangun oleh dua suku kata yaitu pola dan

komunikasi. Pola dalam kamus Bahasa Indonesia memiliki beberapa makna yakni

sistem, cara atau bentuk yang tetap19. Akan akan tetapi dalam pembahasan ini

pola yang dimaksud ialah bentuk komunikasi yang terjadi dalam suatu

masyarakat.

Menurut Sereno dan Mortenson, yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam

bukunya Ilmu komunikasi Suatu Pengantar, suatu model komunikasi merupakan

deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi.

Simbol model mempersentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan

menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia “nyata”.20

Sedangkan B. Aubrey Fisher, seperti yang dilansir oleh Mulyana

menurutnya model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian

dari keseluruhan unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang

dijadikan model. Sedangkan model artinya ialah gambaran informal untuk

menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain model adalah teori yang

lebih disederhanakan. Model berguna untuk mengidentifikasi unsur-unsur

komunikasi dan bagaimana unrus-unsur tersebut berhubungan.

19

DEPDIKNAS, Kamus Besar bahasa Indonesia. h.778 20

(28)

Stewart L Tubbs dan Sylvia maoss dalam buku Human Communication

menguraikan adanya tiga model dalam komunikasi. Pertama model komunikasi

linear, yaitu adanya pandangan komunikasi satu arah (one way communication).

Dalam model ini komunikator memberikan stimulus dan komunikate memberikan

respon atau tanggapan yang diharapkan. Tanpa mengadakan interaksi seleksi dan

interpretasi. Model ini juga biasa disebut sebagai teori jarum hipodermik. Kedua

adalah interaksional, dalam model ini diperkenalkan adanya umpan balik (feed

back). Penerima melakukan seleksi, interpretasi, dan memberikan respon terhadap

pesan dari pengirim. Komunikasi dalam model ini dipertimbangkan sebagai

proses dua arah. Komunikator maupun komunikate memiliki peran ganda, dalam

arti waktu mereka menjadi sender, pada waktu lain mereka sebagai receiver.

Model yang ketiga adalah transaksional, komunikasi dipahami dalam konteks

hubungan diantara dua orang atau lebih.

Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif,

tidak ada satu pun yang tidak bisa dikomunikasikan. Satu komponen komunikasi

dengan komponen yang lainnya. Adapun yang dimaksud dengan model

komunikasi adalah gambaran sederhana dari proses komunikasi yang

memperlihatkan kata antara satu komponen komunikasi dengan komponen

lainnya. Adapun penyajian model dalam hal ini bertujuan untuk mempermudah

memahami proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam

suatu proses komunikasi.21

21

(29)

2. Macam-Macam Pola Komunikasi

Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi

ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau

sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar, berdasarkan situasi

komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai

berikut. Yaitu komunikasi pribadi (personal communication), komunikasi

kelompok (group communication), dan komunikasi massa (mass

communication).22

a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)

Komunikasi pribadi (personal communication) adalah komunikasi seputar

diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai

komunikan. Komunikasi pribadi terdiri dari dua jenis, yakni :

1. Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication), Komunikasi

intrapersonal menurut Sasa Djuarsa adalah proses komunikasi yang terjadi dalam

diri seseorang. Yang jadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya proses

pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan

inderanya.23

2. Komunikasi Antar pribadi (interpersonal Communication), Menurut Effendy,

yang dikutip oleh Alo Liliweri bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi

adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis

22

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Toeri dan Filsafat Komunikasi, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 57.

23

(30)

komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat,

atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.24

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi

antar pribadi paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini

dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi umumnya

berlangsung secara tatap muka (face to face). Asumsi dasar komunikasi antar

pribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi

tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima

pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi

komunikan menyenangkan atau positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi

komunikator bahwa komunikasinya berhasil. Menurut Gerald R. Miller dan Mark

Steinberg, ada tiga tingkatan analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi,

yaitu tingkat kultural, tingkat sosiologis dan tingkat psikologis.25

3. Komunikasi kelompok (group communication)

Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang

berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang

jumlahnya lebih dari dua orang. Dikatakan komunikasi kelompok karena :

a. Proses komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang

pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka.

24

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), cet.ke-2, h. 12.

25

(31)

b. Komunikasi berlangsung kontinu dan bisa dibedakan mana sumber dan mana

penerima. Hal ini menyebabkan komunikasi sangat terbatas sehingga umpan

baliknya juga tidak leluasa karena waktu terbatas dan khalayak relatif besar.

c. Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk

segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi kelompok kita mengenal seminar,

diskusi panel, pidato, rapat akbar, pentas seni tradisional di desa, pengarahan dan

ceramah dengan khalayak besar. Dengan kata lain komunikasi sosial antara

tempat, situasi dam sasarannya jelas.26

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyimpulakn bahwa komunikasi

kelompok adalah komunikasi yang terjadi pada saat jumlah komunikannya lebih

banyak daripada komunikasi pribadi, dan komunikasi tidak terjadi begitu saja,

semua telah terencana sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi terarah.

4. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass Communication) ialah

komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah)

atau elektronik (radio dan televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang

yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di

banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesannya bersifat umum, disampaikan

secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi

26

(32)

antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga

dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampikan media massa ini.27

Menurut Zulkarnaen Nasution dalam bukunya yang berjudul Sosiologi

Komunikasi Massa mengatakan bahwa komunikasi massa adalah proses

penyampaian pesan atau informasi yang ditujukan kepada khalayak massa dengan

karakteristik tertentu. Sedangkan media massa hanya sebagai salah satu

komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya proses yang

dimaksud.28

Definisi yang paling sederhana tetang komunikasi massa dirumuskan

Bitter yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat bahwa Komunikasi massa adalah

pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.

Untuk memahami komunikasi massa lebih jauh, dan yang membedakannya

dengan komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi, ada beberapa ciri

komuikasi massa yaitu :

a. Orang-orang yang ikut berkomunikasi atau menjadi komunikan (publik, khalayak,

audience) sangat banyak jumlahnya.

b. Audience/khalayak/publik yang terlibat komunikasi itu tersebar dimana-mana

(diberbagai wilayah/daerah). Seandainya pun berada disatu tempat, maka publik

atau audience ini sangat beraneka ragam.

c. Hal-hal yang disampaikan (topik yang dibicarakan) bersifat umum dan

menyangkut kepentingan orang banyak.

27

Jalaludin rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja rosdakarya, 2005), Cet. Ke-23, h. 188.

28

(33)

d. Besar kemungkinan tidak terdapat minat dan kepentingan yang sama diantara

masing-masing orang dikalangan publik atau audience.

e. Sebagian besar atau bahkan keseluruhan dari publik atau audience tidak saling

kenal.

Dengan demikian Penulis dapat menyimpulakn bahwa komunikasi massa

adalah komunikasi yang terjadi pada orang yang jumlahnya sangat banyak dengan

menggunakan media sebagai alat untuk mendukung proses komunikasinya.

1. Lingkup Komunikasi

Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari. Menelaah dan

meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkupnya dan

banyak dimensinya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan

konteksnya.

a. Sifat komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:

komunikasi verbal (verbal communication), meliputi komunikasi isan (oral

communication), dan komunikasi tulisan (written communication), komunikasi

nonverbal (nonverbal communication) antara lain komunikasi gial (gestural /body

communication) dan komunikasi gambar (pictorial communication), komunikasi

tatap muka (face to face communication) dan komunikasi bermedia (mediated

(34)

b. Tujuan komunikasi

Ditinjau dari tujuannya, komunikasi terbagi empat yaitu : social change,

yakni perubahan sosial. Seseorang mengadakan komunikasi dengan orang lain,

diharapkan adanya perubahan sosial dalam kehidupannya, seperti halnya

kehidupannya akan lebih baik dari sebelum berkomunikasi, attitude change,

perubahan sikap. Seseorang berkomunikasi juga ingin mengadakan perubahan

sikap yaitu opinion change, perubahan pendapat. Seseorang dalam berkomunikasi

mempunyai harapan untuk mengadakan perubahan pendapat dan behavior change

yaitu perubahan perilaku. Seseorang berkomunikasi juga ingin mengadakan

perubahan perilaku.

c. Tekhnik Komunikasi

Istilah tekhnik berasal dari bahasa Yunani : “technikos yang berarti

keterampilan atau keperigelan.29 Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang

dilakukan komunikator tekhnik komunikasi diklasifikasikan yaitu : komunikasi

informatif, yaitu memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta), kemudian

komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu

pesan informatif justru lebih berhasil dari pada persuasif, misalnya jika audiensi

adalah kalangan cendekiawan.

Komunikasi persuasif, yaitu berisikan bujukan. Yakni membangkitkan

pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan

memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri

29

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar: (Bandung: Rosdakarya, 2007), h

(35)

(bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri.

Komunikasi instruktif/koersif, yaitu penyampaian pesan yang bersifat memaksa

dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila terlaksanakan. Bentuk yang terkenal

dari penyampaian model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang

menimbulkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik (khalayak).

Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, intruksi dan sebagainya.

Hubungan manusiawi, yaitu bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubugnan

manusiawi itu termasuk kedalam komunikasi antar personal (interpersonal

communication), sebab berlangsung pada umumnya antara lain dua orang secara

dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena action

oriented, mengandung kegiatan mengubah sikap, pendapat, atau perilaku

seseorang.

d. Fungsi komunikasi

Fungsi komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut yaitu: mass

information, yaitu memberi dan menerima informasi kepada khalayak. Tanpa

komunikasi informasi tidak dapat disampaikan dan diterima, mass education,

yaitu untuk memberi pedidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada

muridnya untuk menigkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai

keinginan untuk memberi pendidikan, mass persuasion, yaitu untuk

memnengaruhi.

Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang mencari

(36)

oleh amatir radio, televisi ataupun orang yang mempunyai profesional

menghibur.30

3. Ruang Lingkup Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam bahasa

Inggris berasal dari bahasa latin “communicasio” dan bersumber dari kata

communis yang berarti “sama”, maksudnya orang yang menyampaikan dan yang

menerina mempunyai persepsi yang sama tentang apa yang disampaikan.31

Sedang secara terminologi, para pakar komunikasi mengungkapkan

beberapa pengertian komunikasi, yaitu antara lain :

a. Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu.

b. Wilbur Schrame menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses saling berbagi atau

menggunakan informasi secara bersama dan pertalian para peserta dalam proses

informasi.

c. Sementara Harold Lasswell seorang profesor di Univeresitas Yale Amerika

Serikat yang dikutip oleh Djamaludin Abidin dalam buku “ Komunikasi dan

Bahasa Dakwah ”merumuskan bahwa komunikasi itu merupakan jawaban

terhadap Who says what to whom in which chanbel to whom with what effect

Djamaludin Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta:Gema Insani Press, (1966), h.16, dan Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek

(37)

menurut Dr. Lassewll, ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi ini

berjalan, yakni: Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender

(pengirim komunikasi), what (apa) yang kemudian disebut massege atau pesan

komunikasi, whom (siapa) yang kemudian disebut komunikan atau receiver

(khalayak), channel (media) apa yang kemudian disebut sarana atau media dan

effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak atau efek komunikasi

yang diimplikasikan dalam umpan balik.

Dari pengertian komunikasi secara terminologi tersebut memperlihatkan

bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang. Dimana orang menyatakan

sesuatu kepada orang lain. Adapun yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut

adalah manusia. Oleh karena itu komunikasi yang dimaksudkan pada umumnya

adalah “komunikasi manusia” atau human communication, yang sering pula

disitilahkan dengan komunikasi sosial, komunikasi antar pribadi atau komunikasi

kemasyarakatan.

Adapun unsur-unsur dari komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Komunikator

Komunikator adalah sebagai orang yang menyampaikan pesan kepada

komunikan yang memiliki fungsi sebagai encoding, yaitu orang memformulasikan

pesan-pesan atau informasi kepada orang lain. Kominikator juga dapat berupa

individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi

seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan lain sebagainya. Dalam proses

komunikasi ini, arus pesan tidak hanya datang dari satu arah saja, yaitu dari

(38)

Ini berarti komunikator dan komunikan bisa berganti pesan, yaitu yang tadinya

sebagai komunikator kemudian berperan sebagai komunikan karena komunikan

menyampaikan feedback kepada komunikator.

b. Pesan

Adapun yang dimaksud dengan pesan dalam proses komunikasi adalah

suatu informasi yang akan dikirim kepada si penerima pesan. Pesan ini dapat

berupa verbal maupun non verbal. Pesan dapat secara tertulis seperti surat, buku,

majalah, memo, sedangkan proses secara lisan dapat berupa percakapan tatap

muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan yang non verbal

dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.

Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai

kemampuan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan,

keyakinan, imbauan inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mengubah

sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar,

tetapi perlu diperhatikan dan diartikan kepada tujuan akhir dari komunikasi.

Adapun pesan dianggap berhasil disampaikan oleh komunikator harus

memenuhi syarat yaitu : pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik

sesuai dengan kebutuhan pembaca, pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat

dimengerti kedua belah pihak, dan pesan harus menraik minat dan kebutuhan

pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan. 32

32

(39)

c. Komunikan

Komunikan atau penerima pesan adalah orang uang menjadi sasaran dari

kegiatan komunikasi. Komunikan atau penerima pesan dapat bertindak sebagai

pribadi atau orang banyak.

Komunikan atau penerima pesan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :

individu yaitu ditujukan pada sasaran yang tunggal, group atau kelompok,

ditujukan pada group atau kelompok tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan

manusia yang mempunyai antar hubungan sosial yang nyata dan memperlihatkan

struktur yang nyata pula. Dalam hal ini group atau kelompok dibedakan menjadi

dua jenis yaitu : kelompok kecil (small group dan micro group) yaitu sejumlah

orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang

bersifat tatap muka (face to face meeting) dimana setiap anggota mendapat kesan

atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup terlihat sehingga baik pada

saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan lepada

masing-masing perorangan, kelompok besar (large group dan macro group)

misalkan sekumpulan orang banyak di sebuah lapangan yang sedang

mendengarkan radio atau ceramah dan organisasi yaitu suatu kumpulan (sistem)

individu yang bersama-sama melalui pembagian kerja yang berusaha mencapai

tujuan tertentu.33

d. Media

Yang dimaksud media disini adalah saluran yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam hal ini menyangkut

33

(40)

semua perlatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan

komunikasi. Tanpa saluran atau media, pesan-pesan tidak dapat menyebar secara

cepat dan luas.34

Dengan demikian media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media massa

dan media personal. Media massa digunakan dalam komunikasi apabila

komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, majalah,

radio, dan televisi. Sedangkan media personal yaitu seperti surat, telepon dan

telegram. Meskipun intensitas media personal kurang bila dibandingkan dengan

media massa, tetapi untuk kepentingan tertentu media personal tetap efektif,

karena itu banyak digunakan.

e. Efek

Efek atau hasil adalah akhir dari proses komunikasi. Yaitu sikap atau

tingkah laku orang sebagai komunikan sesuai atau tidak dengan yang diinginkan

oleh komunikator. Efek yang timbul dapat dikalsifikasikam menurut keadaannya,

yaitu : dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkam

dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya, dampak afektif adalah dampak

ini lebih tinggi kadarnya dari dampak kognitif. Pesan yang disampaikan oleh

komunikator ditujukan bukan sekedar komunikan tahu tapi bergerak hatinya,

menimbulkan perasaan tertentu dan dampak behavioral adalah dampak yang

timbul pada komunikan dalam perubahan perilaku, tindakan atau kegiatan.

34

(41)

f. Umpan Balik

Umpan balik (feed back) adalah tanggapan atau reaksi dari penerima

kepada pengirim. Kemudian dapat pula timbul tanggapan atau reaksi kembali dari

pengirim kepada penerima. Maka terjadilah komunikasi timbal balik. Dengan

adanya umpan balik inilah yang menjadikan komunikasi menjadi dinamis.

Umpan balik memainkan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia

menentukan kelanjutan atau berkentinya komunikasi yang dilancarkan. Oleh

karena itu, umpan balik bisa bersifat positif dann dapat pula bersifat negatif.

Umpan balik positif adalah tanggapan atau respon serta reaksi komunikan yang

menyenangkan komunikatornya sehingga berjalan lancar. Sebaliknya umpan balik

negatif adalah tanggapan komunikator yang tidak meyenangkan komunikatornya

sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.

B. Hubungan Perawat Dengan Pasien Rawat Inap sebagai Pola Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial di mana

orang-orang yang terlihat didalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan

oleh Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam buku Komunikasi Antar

Pribadi, bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari

seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan

umpan balik yang langsung.

Berdasarkan definisi diatas, komunikasi antar pribadi dapat beralangsung

antara dua orang, misalnya antara penyaji makalah dengan seorang peserta

(42)

supaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang

dialogism berupa percakapan. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan

ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti

apakah komunikasinya itu positif atau negatif komunikan untuk bertanya

seluas-seluasnya. Asumsi dasar komunikasi antar pribadi adalah bahwa setiap orang

yang berkomunikasi akan membuat perilaku tetang efek atau perilaku

komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan

reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan

atau positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi komunikator bahwa

komunikasinya berhasil. Menurut Gerald R. Miller dan Mark Steinberg ada tiga

analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi, yaitu analisis tingkat kultural,

tingkat sosiologis dan tingkat psikologis.

Komunikasi interpersonal merupakan rangkaian tindakan kejadian, dan

kegiatan yang terjadi secara terus menerus, tidak statis tapi bersifat dinamis. Hal

ini berarti segala yang tercakup dalam komunikasi interpersonal selalu dalam

keadaan berubah baik pada pelaku komunikasi, pesan, situasi, mupun

lingkungannya. Komunikasi interpersonal juga menyangkut aspek-aspek isi pesan

dan hubungan antarpribadi, melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi dan

bagaimana hubungan dengan partner.

Dalam komunikasi interpersonal dilakukan pemahaman komunikasi dan

hubungan ini terpersonal karena dalam komunikasi interpersonal individu

mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, orang lain

(43)

komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individu-individu menggunakan

sebagai pedoman dan bahan informasi untuk bertindak dan berperilaku.35

Suasana yang menggambarkan komunikasi perawat dengan pasien

(komunikasi terapeutik) adalah apabila dalam berkomunikasi dengan klien

(pasien) perawat mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi pasien yang

sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilakn serta keluhan yang

dirasakan. Gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan masalah

keperawatan dan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan keluhan dan

masalah keperawatan yang sedang dialami klien (pasien) atau bisa dikatakan

bahwa tindakan keperawatan tepat sasaran sehingga membantu mempercepat

proses kesembuhan.

Menurut As Homby (1974) yang dikutip oleh Nurjanah 1 (2001)

mengatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang

menggambarkan bahwa dalam menjalani proses komunikasi ini, seorang perawat

melakukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah keperawatan,

menetukan rencana tindakan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan

maksimal apabila terjadi proses evaluasi yang semuanya itu bisa dicapai dengan

maksimal apabila terjadi proses komunikasi yang efektif dan intensif. Hubungan

take and give antara perawat dan pasien menggambarkan hubungan memberi dan

menerima.36

35

Zulkarnaen Nasution, Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan

(Jakarta:Ekonomi UI, 1990) h. 28 36

(44)

Hubungan antara perawat dengan pasien dapat dikategorikan menurut

intensitas harmoni atau adanya konflik antara kedua pihak. Menurut Persons yang

dikutip oleh Solita Sarwono dalam buku Sosiologi Kesehatan, meskipun keduanya

mempunyai tujuan yang sama, yaitu kesembuhan si pasien, hubungan antara

perawat dengan pasien bersifat simetris (seimbang).

Dalam melakukan perannya perawat sebagai seorang yang memiliki

kompetensi untuk membantu seorang dokter dalam mengobati orang yang sakit,

dokter dibantu seorang perawat melaksanakan beberapa fungsi utama yaitu

menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien, membina

interaksi dengan pasien luas dan membaur, atau terbatas pada fungsinya sebagai

dokter, melibatkan emosi/perasaannya atau bersikap netral dalam hubungannya

dengan pasien. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama,

dan memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya.

Dalam hal ini, dokter yang dibantu seorang perawat mempunyai

kedudukan yang lebih kuat atau tinggi pengetahuannya di bidang medis,

sedangkan si pasien biasanya awam dalam bidang itu serta sangat membutuhkan

pertolongan dokter. Akan tetapi semua itu tidak akan berhasil pula tanpa dibantu

tenaga medis lainnya seperti perawat rumah sakit. Pada dasarnya ada tiga dasar

hubungan perawat dengan pasien yaitu:

a. Pola dasar hubungan aktif-pasif

Secara historis, hubungan ini paling dikenal dan merupakan pola klasik

sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik yaitu sejak zaman Hipokrates,

(45)

dalam kondisi yang bereaksi atau turut berperan serta dalam relasi itu. Dalam hal

ini pasien benar-benar merupakan obyek yang hanya menerima apa saja yang

diberikan kepadanya.

Secara sosial, hubungan ini bukanlah hubungan yang sempurna, karena

hubungan satu arah yaitu perawat kepada pasien, sehingga pihak yang lain tidak

dapat melakukan fungsi dan peran yang aktif. Dalam keadaan tertentu, memang

pasien tidak dapat berbuat sesuatu, hanya berlaku sebagai recipient atau penerima

belaka, seperti pada waktu pasien diberi amnesti atau narkose ketika pasien dalam

keadaan tidak sadar atau koma pada waktu pasien diberi pertolongan darurat

setelah kecelakaan.

b. Pola dasar hubungan membimbing-kerja sama

Pola dasar ini ditemukan pada sebagian besar hubungan pasien dengan

perawat, yakni bila keadaan penyakit pasien tidak terlalu berat, misalnya penyakit

infeksi dan berbagai penyakit akut lainnya. Dalam hal ini walaupun pasien sakit,

ia tetap sadar dan tetap memiliki perasaan dan kemauan sendiri.

c. Pola dasar hubungan saling berperan serta

Secara filosofis, pola ini berdasarkan pada pendapat bahwa semua manusia

memiliki hak dan martabat yang sama. Hubungan ini lebih berdasar pada struktur

sosial yang demokratis dan yang merupakan perjuangan hidup bagi sebagian besar

umat manusia sepanjang masa.

Pola hubungan ini terjadi antar perawat dengan pasien yang ingin

(46)

up). Dalam hubungan semacam ini, pasien dapat menceritakan pengalamannya

sendiri berkaitan dengan penyakitnya dan pengobatan yang tepat.

Pada hakekatnya, hubungan antara perawat dengan pasien tidak dapat

terjadi tanpa melalui komunikasi, termasuk dalam pelayanan medis. Komunikasi

merupakan proses timbal balik yang berkesinambungan yang menyangkut dua

pihak.

Pihak-pihak yang bersangkutan secara bergantian berperan menjadi

informasi (pembicara) dan penerima informasi (penerima). Secara umum, dalam

berkomunikasi orang berusaha menyampaikan pandangan, perasaan dan

harapannya kepada orang lain. Komunikasi ini terjadi antara dua individu, antar

kelompok atau antar individu dan kelompok. Hal-hal seperti ini dapat

menimbulkan kerancuan dalam proses komunikasi, sehingga pesan yang ingin

disampaikan oleh kedua belah pihak tidak dapat mencapai sasaran seperti yang

diharapkan.

Menurut Persons yang dikutip oleh Solita Sarwono dalam buku Sosiologi

Kesehatan, bahwa antara Perawat dengan pasien sukar terjalin komunikasi, sebab

biasanya pasien berada dalam situasi emoisonal seperti sakit, bingung, takut,

depresi, atau bahkan pasien itu sudah tidak dapat berkomunikasi lagi karena

dalam keadaan tidak sadar.

Berdasarkan keterangan tersebut, jelas terlihat bahwa hubungan perawat

dengan pasien dapat berbeda-beda sifatnya dan untuk setiap model diperlukan

(47)

memperhitungkan hal ini, maka komunikasi dengan pasien tentu tidak efektif dan

tidak optimal.

Hal-hal yang dapat menghambat komunikasi antara dokter dan paramedis

(perawat) dengan pasien, antara lain adalah:

a. Penggunaan simbol (istilah-sitilah medis atau ilmiah yang diartikan secara

berbeda atau sama sekali tidak dimengerti oleh pasien).

b. Pseudo-Komunikasi (tetap berkomunikasi dengan lancar padahal sebenarnya

pasien tidak sepenuhnya mengerti atau mempunyai persepsi yang berbeda tentang

apa yang dibicarakan).

Karakter-karakter tenaga medis yang tidak tepat sehingga dapat

menghambat komunikasinya dengan masyarakat (pasien), antara lain perbedaan

status sosial, harapan masyarakat terhadap kemampuan dokter serta kecendrungan

sikap otoriter, terutama dalam rangka mengatasi penyebaran penyakit akut. Selain

itu, di Indonesia sering kali perawat ditempatkan di daerah yang keadaan sosial,

budayanya, tidak sama dengan latar belakang sosial budaya dokter dan perawat

itu.

Dengan demikian kesulitan berkomunikasi bertambah, sebab tenaga medis

tidak menguasai bahasa setempat dan tidak mengenal budaya disana. Untuk itu

diperlukan kamauan untuk memperlajari bahasa dan budaya setempat, agar

perawat dan dokter tidak dianggap orang asing oleh penduduk asli dan supaya

(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta

Bagaimanapun juga adanya Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta tidak

terlepas dari perjuangan mahasiswa IAIN yang sadar akan pentingnya kesehatan

dalam mewujudkan cita-citanya yang implementasikan dengan mendirikan sebuah

balai pengobatan, corp kesehatan mahasiswa. Perubahan Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) menjadi sebuah Universitas Islam Negeri Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan. Adanya tuntutan masyarakat serta tingginya persaingan dalam

jasa kesehatan merupakan energi yang mendorong pengembangan institusi

kesehatan yang sebelumnya berbentuk poliklinik menjadi sebuah rumah sakit

yang saat ini bernama Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hal ini dimungkinkan mengingat kinerja manajemen yang terus meningkat

sejak tahun 1990. Rumah sakit Syarif Hidayatullah dibawahi oleh Yayasan Syarif

Hidayatullah Jakarta yang memiliki fugsi sosial namun tetap menjaga kualitas.37

Dalam rangka menunjang keberhasilan pelayanan medis yang ditangani

oleh para dokter dan spesialis serta para perawat maka kelengkapan fasilitas

merupakan salah satu faktor penting yang harus disediakan, rumah sakit kini hadir

dengan fasilitas yang semakin baik dan lengkap. Sumber daya manusia

merupakan aset yang sangat berharga, oleh karenanya Rumah sakit Syarif

37

Company Profile, RS.Syariif Hidayatullah Jakarta, 2010

Gambar

Tabel 1. Subjek Penelitian
Tabel 2 Theorythical Sampling
Gambar (Take Gambar Melalui Video) Perawat Dan Pasien Dalam Tindakan
Gambar II .  Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, Melly Trio Anitha, Sri Suwartiningsih, Yafet Pradikatama

Hubungan Persepsi Perilaku Caring Perawat dengan Loyalitas Pasien Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Paru Jember; Melinda Rahman, 092310101069; 2014: 135 halaman; Program

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh komunikasi efektif terhadap kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Wijayakusuma (DKT) purwokerto.. adalah

Penelitian ini berjudul Komunikasi Antarpribadi Pasien dan Perawat (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Komunikasi Antarpribadi Pasien Rawat Inap dan Perawat di Rumah Sakit

Dari hasil data peneliti di Rumah Sakit Cahaya Ujung Tanjung menunjukkan bahwa perawat pelaksana diruang rawat inap Rumah Sakit Cahaya Ujung Tanjung memiliki

Untuk mengetahui hubungan Komuniasi Antar Pribadi Perawat dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kondosapata Mamasa, diuji dengan menggunakan

Faktor yang memengaruhi tingkat kepuasan konsumen civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap kantin unit usaha Dharma Wanita UIN Syarif Hidayatullah

Judul Penelitian : Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul dan Rumah Sakit Umum HKBP Balige. Nama