• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan pabrik pengolahan lanjut pati sagu menggunakan SLP (Systematic Layout Planning)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan pabrik pengolahan lanjut pati sagu menggunakan SLP (Systematic Layout Planning)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Teklik Pertailian-AE2o0o' Bogor

PERANCANGAN PABRIK PENGOLAIIAN LANJUT

PATI

SAGU

MENGGTINAKAN

SLP

(Srysbmatic

Layout Planning)

Blrkit Adhinugrahar, Dedhi Saifrddinr, Sam Herodian'] Jurusan Teknik Pertanian InstitlLt Pe(anian Bogor

Kalnpus IPB Darmaga PO Box 220 Bogor 16002

Abstr.Lcl

Sneo ts DarcnliLt!

stat.h

whiclt

is

stitt not

rt

lJ

elploiled in htdanesia Al

present,

u

sago is

t^"ttfo^tZple

jttt

tn,p\.tot

patrs of Ildonesia

a dfor

the praductiau of sago Jlour. Q@lity of sago

seL!

il

rhe iontesric

naftet

k

sill udet

stlrndarcl

of

SNL The goaL af lhis research is ta design a saga ,rrn.,,srutp alatLt in

orlcr

^t prcduLe berrcr guality sd{a.

Beside tllal, reseatch's Soal is 10 sludJ about

',"r.

r-',"tt,,,,

Plnnt

(l.\iltt

con.\t:!

of

lal

out

and malerial

hatdling that

\rill

be

se

itl

saSo

,,ln,irrun

ut,,i"

\\'st,tntk

lot auLplttqntng (SLP) The saga processin| wiLl use saga starch

a'

tu\l

',itr',"tirawit

trpra.e\sedb)rsinenatriutnbitulrttasfoatladditfie

The rcsult

afltis

]eseatch is

ettgineering tlrawinS atLd lal aul drawtng

Keyrards; sala, processinS, Ptdnl design, syslenatic l(D'oul

Pla

nitS, foad additfue' engtnecrittt

(tra\'ing

I.

PENDAI.TULUAN

Sagu merupakan suatu suDber daya nasional yang sangat besar potensinya' namun secara

mendasar 6elum

cuk'p

digarap dengan

baik

Potensi Produksi sagu sangat besar' yaitu diperkrakan 5 ,rta

io"

*u

"aqu kering per

iahun

Terapi

realisasinya produksi dan pemanfaarannya tnasjh rendah

i.irr,

v'ritu se"kfta.:so rrbu ron per rahun atau hanya sekitar

7

% dari porensi yang ada. Artinya

ieiama

ini

lelil

darl 90 % produksi sagu terbuang percuma setiap tahun karena tidak sempal dipanen

Lrrena rtu Del,lane bisnr\ \agu canga'

balk

rSoekar(o el

all

laql)

fuatlta.

fari

.rou

)a'1g

d'hr\ilkan

pabriL-prbrik

sag'

tradision"l

di

Jndone"ia umunnia rnasih rendah. Contoltny"

^ntat" tain Uanyaknya

kotomn (bahan tain selain sagu)' brltiran-hutiran kasar

danbelwarnakecoklatan,Berdasalkanhasilpengujiankarakeristikmutuberbagaimacamsaguyang

Jiafrtan

oten Wita fuwita tahun 1997 diperoleh hasit bahwa hampir semua sagu komersial tersebul

;il..r;"1

dengan srandar yang berlaku di Indonesia, yairu

sNL

Hasil pengujian tersebut disajikan

"rJ

iuu"r r.

R"endahnya L:ualuas sagu komemial disebabkan oleh kurang inrensifoya budi daya dan i"n"oi^n^n rugu

..t,"

penerapan tekjlologi yang masih sederhana Penyebab lainnya adalah rendahnya

i.,riii".

"i.

uio

dLeunakan

ialam

pengolahan sagu' sebagian besar hdustri

sagu tradisional masill

r."ger*k'"

oi-,

,iu,

arn air

hLrjin daLam pengolahan sagu Apabila tidak diLakukan usaha-usaha

"""'iit"""

kualtt.as sdgu yang dhasilkan' maka akan sanga! merugikan karena produk tersebul tidak

lrour'U.rru,"*

di

pasur na"'oLrat terlebih lebih

dj

pasar internasional. Berdasarkan latar belakang ter5eout, nlalu Perlu o lakxkall J'alld

lcninfl"l.jr

klalila'

sd.u

bara

ying

dilakukan adalah melakukan pengolahan ladulan pati sagu

konersial

Untuk perlu

mengusahakair p"erancaigan

pabik

pengolahan lanjutan

pali

sagl! yang

baik

d'n

memeruhi l\'{alariss,a Jurusar Tekrik Pertanian, Fatela IPB

I Sral Pcngajar Jur[sar Tel"nik Pcr6nian Fatcta ]PB

(2)

Seminar Nasional Teknik Perlaniar AEr000, Bogor

persyaratan standar yang berlaku agar hlalitas sagu dapat lebih ditingkatkan lagi. Pel?Eang?n pabrik

pengolahan lanjutan pati sagu memerlukan perencanaan yang sistematis dari berbagi aspek- Selain

aoalisis secara ekonomi, perlu juga dilakukan perencanaan teknologi. Perencanaen telinologi tni -sala,i1 satunya adalah perencanaan fasititas. Perencaan fasilitas dapat dibagi menjadi linghrp tang lebjh kecil, yaitu perancangan lokasi pabrik dan desain fasilitas pabrik. Desain fasilitas Pabrik meliputi desain strullural, desain penempatan atau tata letak fasilitas dan desain penanganan b2harl.

Tabel 1. Data Hasil Pengujian Karakteristik Sagu Komersial Dari Bebempa Daerah Di Indonesia

No. Daerah Asal Kadar

AIr

(c")

Kadar Serat

v")

Derqiat Puiih (E")

Derajat

Ketrelusan (%)

Maluku (Saparua) 11.48 017 '76.5 77 05

2 Maluku ( Waenitu) 11.',76 0.43 74.4 87.5

3. MaluLu (Waeheru) tl.94 007 664 81.

il

Bogor (CibuluI) 15.92 028 '16.o 7t Q.1

5. NTB (Ampenar) 14.56 095 6',7.5 6S l9

6. Riau (Pekan Baru) 0.18 64.5 66 _16

1. Bandune 15 43 0.l3 81.0 .^l 06

8 Cirebon 14.15 0.3 r 90.0 99.80

9. Kediri 16.08 010 835 i6.t l

10. UJ unq Panddng 13 42 0.32 81.0 s4.97

11 Maluhr (Waesamu) 12.72 0.17 85.0

it.r0

r2. Maluku (Hunul) 14.30 0.37 820 6r.19

t3 Pulau Seranr (W:iepia) 050 87.5 L

14. Medan 20.32 0.16 't5.5 8t.9.1

l5 9.33 028

56;-Ra!a

1i4

0.29 '7',1.2 7t s6

Syarat SNi MrlG 13 Maks 0.1 llm 9i

Sxmber : wita Juwita (1997)

Peneiitian ini bertujuan untuk :

L

Mempetajariproses pengolahan lanjutan pati sagu

2.

Merancang sebLrah pabrik pengolahan lanjutan sagu.

Rancangan ini melipuii tata letak yang optimal dalam ruang produksi. Perancaog3n dibaasi dari

awal

sampai

akhir

proses pengolahan lanjutan

pati

sagu,

yaitu

daii

mulai

perendaDan,

pengadukan, pemisahan, pengayakan, pengeringan, penyaringan dan pengema$n Pengolahan Sagu

Pada prinsipnya, pengolahan pati sagu melibatkan beberapa tahapan proses. Tahapsn proses tersebut adalah persiapan bahan baku yang meliputi penebangan pohon sagu sampai sampai pengulitan

dan penrbelahan batang sagu, pemarutan dan pengadukan

altrr)

(bubur

pati).

penlaringan dan pengendapan pati sagu, dao yang terakhir adalah pengeringan pati sagu (Samad, 1993).

Patokan yang digunakan dalam penentuan kelas mutu sagu adalah wama dan kadar air' Makin kering dan makin putih warna suatu pati sag!, maka kualitas dinilai makin tinggi. Salah sa.u faktor

penting dalam pengolahan sagu adalah kualitas air yang digunakan (Haryanto, i993).

Pengolahan lanjutan pati sagu dilakukan dengan beberapa perlakuan, dianhranla perendaman. pengadukan, pengendapan, pengeringan. penyaringan dan pengemasan. Periai{xan iersebut pada

prirsipnya sama sepeni pengolahan sagu menjadi lepung sagx, fetapi ada beberaPs modifikasi Misalnya pada pengeringan dilak'ukan secara lebih modern yaitu dengan menggunnkan

olen

aou pneundtjc drying.

Pada pengolahan lanjutan pati sagu ini dapat ditambahkan bahan kimia tellentu \'ang irerfungsi

sebagai pengawet alau pemutih pali. Bahan kimia yang sering digunakan dalan pengolirh3n sigu yaitu

sulfil

(Winarno, 1992 ddtaLn

Juwita,

1997). Natrium

bisulfit

(NaHSOr)

Inerupihn

Jenis bahan [image:2.595.71.523.153.419.2]
(3)

Seminar Nasional Teknik Pertanian-AB2ooo, Bogor tafibahan yang termasuk dalam kategori pengawet makanan. Fungsinya sebagai

anti

mikrobial,

berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal. Perenca[aan Tata Letak

Perencanaan tata letak adalah suanr perencanaan untuk nenentukan dan mengatur mesin dan

peralatan pada suatu tempat atau lokasi yzng paling baik, untuk memperoleh suatu aliran bahan yang

tercepat dengan biaya yang paling rendah dalam memproses suetLr produk, sejak dari pederimaan

bahan baku sampai dengan pengiriman produk aknir (Mauick dan Gaudreu, dalam Machfud daD Agung, 1989).

Tujuan utama peroncanaan

tata letak

yaitu

:

(1)

memudahkan proses manufaktur, (2) meminimur*an pemindahan barang. (3) memelihara keluwesan susunan dan operasi, (4) memelihara

perputaran barang setengah

jadi

yang

tinggi, (5)

menekan

nodal

tertanan pada peralatan, (6) menghemat pemakaian ruang bangunan,

(7)

meningkatkan kesangkilan tenaga kerja,

(8)

memberi

kemudahan. keselamatan ba€ii pegawai, dan memberi kenyamanan

dalan

melaksanakan pekerjaan

(Apple, 1990).

Tipe tata lelak fasilitas ditentukan oleh

tipe

operasj produksi atau tipe proses yang telah dileiapkan pada perancangan proses. Secara garis besar tjpe operasi produksi dapat digolongkan

menjadi dua keiompok yaitu

i

operasi yang bersifat relputus-putus dan operasi yang bersifat kontinyu.

Pengelompokan lersebut didasarkan atas derajat standarisasi produk dan volume output (Machfud dan

Asuns, 1989).

Menurut Machfud dan Agung (1989), proses sistematis unluk memecahkan masalah teta lelak adalah : (1) memformulasikan masalah. (2) menganalisis masalah,

(3)

mencari ahernatif penyelesaian,

(4) memi|h alternatif, dan (5) merinci spesifikasr alternatif perancangaD yang dipilih.

II.

BAIIAN

DAN METODE PEN.ELITIAN

Bahan yang digunakan adalah sampel lepung sagu asal Cirebon seberat 200

kg,

Natriuin Bisulfit (NaHSO3), gas LPG (bahan bakar

oven),

plastik ukuran 10 kg dan 1 kg. air bersih(air dari pompa dan

air

hasil pen)ulingan), data

daa

yang diperluLan dalam perhitungan desain teknik dan perencanaan tata letak.

Alar yang digunakan anmra lain mesin pengolah pati (siarch line) yang terdiri aias vibraaing screen, srarch

milk

tank dan bak penampung, oven (pengering), ayakan 100 mesh, hammer

nili.

timbangan digital, sebuah komputer PC P

II

300 C, srop watch, , dan progam Auto Cad 2000.

Penelitian ini diiaLnkan dengan langkah langkah sebagaj berikut :

i.

Studi pustaka, pengumpulan dala dan informasi tentang perancangan pabrik pengolahan lanjukn

pati sagu.

2.

Pengujian kandungan sampel

pati

sagu sebelum pengolahan lanjutan- Pengujian dilakukan di laborarorium Pengawasan Mutu Jurusan Teknologi Industri Pertanian IPB. Paramerer yang diuji

adalah kadar air, kadar abu, TPC. Seiat Kasar, Total Asam, Derajat Putih dan Derajar Kehalusan.

Metode pengujian disesuaikan berdasarkan metode yang diterapkan SNI.

3.

Pengolahan lanjutan

pati

sagu Pengolahan

ini

berupa perendanan, penyaritgan, pengadukan, pencucian dan pengendapan, penjemuran, pengerin8an, pengayakan dan pengemasan. Perlak_uan

terhadap tepung sagu dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengolahan lanjutan tanpa Natrium Bisulfit

dan pengolahan lanjutan dengan bahan tambahan Natrium Bisulfit 1500 ppm .

4.

Pengujian kandungan sampel

pati

sagu sesudah pengolahan lanjutan- Pengujian dilakukan di

laboratorium Pengawasan Mutu Jurusan Teknologi Industri Perlanian

lPB.

Parameter yang diuji

adalah kadar air, kadar abu, TPC. Serat Kasar, Total Asam, Derajat Putih dan Derajat Kehalusan.

Metode pengujian disesuaikan berdasarkan melode yang diteiapkan SNL

5.

Penyusunan tata letak dengan SLP (.t).rfe,?atic Layout Platltlitig)

Prosedur peranca[gan dengan pendekatan SLP secara garis besar dapat di]ihat pada gambar

(4)

Semindr Nasional Teknik Penenian-AE2000, Bogor

Pemasukan Dala dan Aktivitas

Tabel 2. Hasil Uji Kandungan Pati Sebelum Pergolaharl

Larjut

I Kadar Air v, 11.03 M,rts I

l

2. Kadlr Abu % 0.5i Maks 0 5

3

Kolo

/{

4i

x lOa

Mrts

106

4. Kadar Serat Ka$r a/, 0.'71 Mdts 0.I

5. Tot,rl Asam Scora

NaOlter

lr1g 0.120 Mal(S

6 Detuirt PutilL 78.5

Derajat Kchahsan (100 nesh) .1, 78 ii

Mi

9a [image:4.595.65.465.48.476.2]

Sullllrer: Labonloriunr TIN tPD (2000)

Gambar L Perencanaan Tala Lctak Sccara Sistematis

(Thompkisn dan

Wlte.

1984)

III.

I{ASIL

DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian kandung.n pati sagu sebelum dan sesudah proses peigolahan lel;ut disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Dari kedua tabel tersebut drperoleh hasil bah!\,a mutu Fati sagu sesudah

proses pengolahar Jauh lebih baik dari pada mutu pati sagu sebelun pelgolahar L

lut

Selain itu

mutu hasii pcngolahan larjut sudai tnemenuli slandar SNl.

Aliran Bahan Keterkaitan

Akiviirs

Diagram Ketcrkaitan

Allivitas

Dirsranr Kcrcrk:ir.n Anrar Ruanc

Pdl1iDlbangan \'lodifikasi

Menlbuat Altematif Rancangan

[image:4.595.71.473.571.738.2]
(5)

Seninar Nasional Teknik Pertanim 482000. Bogor

Tabel 3. Hasil Uji Kandungar Pati Sesudah PenSolahan Lanjut

No Parameter Satuan

IIrsil

SM

B3 B4

% 11.2 12,34 M:ks 13

? Kadar Abu % 0,13 0,08 Maks 0,3

Kadar Seral Kasar % 0.0589 0.080 Maks 0,1

ml 1N NaOH/10ogr

0.1 0,35

5 Deraia! Keputilun % 82.0 7',1,3

6 Derajar Kehalusrn % 99 99 Min 95

7 Kandungan Pari % 88,08 821.05

8 l otal Plare Counl Koloni/gr 2 t0j

brt04

N,laks 106

he|

I ihdr.rornrm TIN r20()0

Keterangan

:

83 r Pati sag! dengan penambahan Natrium Bisulfit 1500 ppm

84 : Pati sagu tanpa penanbahan Nalrium Bjsuifit 1500 ppm

Perancangan nta letak pabrik pengoiahan sagu ladutan dilakukan dengan melahrkan analisis

keterkaitan

ankr;klivitas

yang terja{.1i

dalan

industri pengolahan sagu

lanjulan.

Hasii dari analisis

tersebul akan menjadi dasar dalam perancangan tata lenk pabrik secara menyeluruh'

Derajat h;bungan akivitas tersebut diberj ianda sandi sebagai

berilxll

E

I

O U

X

Absolutely Decessary (mullak)

Bspecially inponant (sanga! pelrting)

lnportant (penting)

Ordinary (biesa)

Unimpofl ant (tidak penting)

Undesirable (harus be{auhan)

Bagan keterkaitan antar kegiatan dalam pabrik pengolahan sagu lanjut yang diperoleh dibuat

berdasarkan alasan sebagai berikut:

Sandi

Alasen

I

Urutan kerj:

2

Penggunaan ruangan Yang sama

3

Penggunaan Pekerja Yang sama

4

Pelakanaan keria Yang seruPa

5

Efisiensi jarak, waktu dan kerja

6

Debu, bising dan asap

7

Kebersihan. kesehatan dan kenyananan

8

Kemudahan melakukan Pengawasan

9

AdanYa Pencatatan secara ulrum

10

Adanya komunikasi/kontak kertas kerja

Dengan melihat alasan dan derajat keterkaitan antar kegiatan dalam penSolahan sagu lanjutan'

maka diteroleh bagam keterkaitan antar kegiatan pengolahan saSu lanjutan sebagai berikrtl

[image:5.595.87.490.62.286.2]
(6)

Seminar Nasional Teknik Pedanian-A82000, Bogor 9,5

u6

$'o't

1,4J02,3 I E

x

A:l

I:lo

X:-O:2,3,4,5.6,a,9,\

-

I:?,8,9 \,2,4,5

10 x:

ll

3,6 E A u o I.10

X: ll Ei-O:1,2,3,5,1,4

U:.1,2,3,10

J

X:1I

0:7,8,9

E

AI

t10

usx

OE

li.165432

A:2,1,4

l

Ur3,4,5 6,10 O:9 11

l:-

X:-

E:-A:

lJ

u;4tIo

2 o:6J,e 9,ll

l:'

X:-

E:-

I:-A:24

x:-U:1,5 O:5,7,8,9,10,1)

A:3,tli

.9,t0

l:-

E-

t:-4:4

x:s,t,lo [image:6.595.98.483.50.328.2]

U:6

1l O:1,2,3,1.8 Gambar 1. Bagan kete,-kaitan aDtar kegiat3n.

Dari bagan keterkaitan tersebut, dibuat diagrarn keterkailan antar aktivitas sebagai be.ikut:

Keterangan:

I.

Gudang bahan baku

2.

Gudang bahan penrbantu

3.

Ruang produksi

Garnbar

2.

Diagram keterkaitan antar

aktivitas-Dari Gambar 2 dapat diperoleh bentuk tata letak dari pabrik pengolaban sagu laqiutan.

4.

Kantor, Musholla, dan WC

5.

Gudang produk iadi

6-

Genset burrer. dan bergkel
(7)

Seminrr Nasional Teknjk Pertsdan-A82000, Bogor

Ganibar

3.

Tata ]etak alal

produki

dalam

pabik

pengolahan sagu lanjutan Kelemngan:

1.

B;k pengadukan dan

perendaman

4

PneuffLtltic Dryin8

2. Separator

5.

Pengemasan

3. Sentrifugator

Ruang Pengemasan

N.

KESIMPLILAN

Pati sagu irasil pengolahan lanjutan mutunya jauh lebih baik daripada pati sag! sebelum hasil pengolahan.

Kidar

air patiiagu sesudah pengolahan 12 % sedangkan sebelumya l'7

%

Derajat

pulil

patisrgu

.esudrh pengolahal

82

%

sedaogkan sebelumnya

78,5%'

Detujat kehalusan sesudah

pengolahan 99%, sedangkan sebelurnnya 78,8 %.

' '

Tata letak ruant dahm pabrik pengolahan pati sagu lafljutan terdiri atas gldang bahan baku' gudang bahan pendukung, gldang produk, kantor, dan

bengkel-Tata leiak aiat

din

mesin diiam ruang

produki

terdiri atas bak pengadukan dan perendaman'

separalor, sentrifugator , pneumotic dryin?' dan alat pengemasan '

V.

DAFTAR

PUSTAI'{

Apple, J.

M.

lgg}.

Tata letak

Pabik

dan Pefiindahan Baha,- Tqrjemahan- Penerbit ITB' Bandung' Echols, J.

M.

dan Shadily

H.

1994. Kamui

Inl|is

tndo,??sld Penerbit Gramedia, Jakarta'

Ermawati, W-

L

199'7. Penguiiak Karakteistik Mutu dan Pefiaikan Proses PenSolahan Pati Sagu' Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian'

IPB-Haryanto, B dan PalUioiiP- 1992. Patensi dan Pemanfaatat

S48'

Penerbit Kanisius' Yogyakarta Jones, J. C. and Atiia

E.

lgg3. The Engineering Des[gn Process Johl'Wiley

&

Sons lnc' New York
(8)

Seminff Nasional Teknik Pe anian-A82000, Bogor

Soekado,

S.T.,

L.

Puspawardhani dan

M.

Armelia. 1991. Peningkatan

Nilai

Tambah Tepung Sagu Dengan Proses Modifikasi

Pati Untuk

Bahan Dasar

Indushi

Pangan

Dan

Non

Pangan-Ilporan

Penelitian. Fateta IPB, Bogor.

Gambar

Tabel 1. Data Hasil Pengujian Karakteristik Sagu Komersial Dari Bebempa Daerah Di Indonesia
Gambar L Perencanaan Tala Lctak Sccara SistematisWlte.
Tabel 3. Hasil Uji Kandungar Pati Sesudah PenSolahan Lanjut
Gambar 1. Bagan kete,-kaitan aDtar kegiat3n.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan tata letak menggunakan SLP memberikan pengaruh terhadap pengurangan biaya material handling sebesar 62.98% dari tata letak

Hukum Kirchoff I (Hukum Arus) dan Hukum Kirchoff II (Hukum Tegangan) merupakan dasar untuk menganalisis semua rangkaian listrik, sehingga dari Hukum Kirchoff

Analisis tingkat kekeringan dan kebasahan dengan menggunakan Index SPI, akumulasi curah hujan tiga bulan Juni - Agustus 2013 di Propinsi Jawa Timur pada umumnya sebagian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap IFR (Internet Financial Reporting) pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI

Redisain layout dilakukan dengan menggunakan metodologi Systematic Layout Planning (SLP) dan pola aliran bahan yang sesuai dengan rekomendasi layout adalah pola aliran

Pendekatan yang digunakan pada perancangan ulang tata letak fasilitas pabrik adalah dengan menggunakan pendekatan Systematic Layout Planning (SLP) yang dapat dikategorikan ke

Penggunakan metode Systematic Layout Planning (SLP) di perusahaan palm oil agro industry juga menghasilkan alternatif layout dengan momen perpindahan lebih kecil dari

chart atau Travel Chart adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi.. Teknik ini