• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MAKALAH SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan sebagai Laporan Penugasan

- CHANDRA DWI S 181151041 - CHEPY R F 181151042 - HANIF DENNY R 181151087 - RINALDI DWI 181151183 - SINTIYA DEWI 181151229

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI WASTUKANCANA PURWAKARTA 2021

Disusun Oleh :

(2)

b

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah berkat Allah SWT, yang telah memberikan Ridha dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini hingga selesai.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi syarat kurikulum perkuliahan yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Industri di perguruan tinggi Sekolah Tinggi Teknologi STT Wastukancana. Dalam menyusun Makalah, penulis mendapatkan informasi yang banyak dan tentunya sangat berarti terutama bagi kami sebagai penulis dan di harapkan dalam penyusunan ini semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca dan umumnya.

Selama pelaksanaan dan penulisan Makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan banyak pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Asep Hermawan , S.T., M.T. Selaku Dosen Mata Kuliah Perancangan Tata Letak Fasilitas di STT Wastukancana

Dalam penulisan Makalah ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan, namun hal itulah yang mendorong saya untuk berbuat lebih baik. Saya memohon maaf jika penulisan Makalah ini terdapat kesalahan, dan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Wassalammu’alaikum, Wr. Wb.

Purwakarta, 13 Oktober 2021 Penulis

Kelompok 3

(3)

c HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Penulisan ... 2

1.5 Tujuan ... 2

1.6 Manfaat ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1 Forecasting ... 4

2.2 Merencanakan urutan proses (OPC,MPPC) ... 7

2.3 Membuat Routing Sheet ... 11

2.4 Merencanakan luas lantai produksi ... 13

2.5 Menentukan luas gudang, organisasi perusahaan dan luas lantai penunjang produksi ... 15

2.6 Membuat From to Chart ... 19

2.7 Menghitung ongkos material handling ... 22

2.8 Membuat ARC ... 26

2.9 Membuat ARD dan AAD ... 28

2.10 Membuat Template ... 30

BAB III PENUTUP ... 33

3.1 Kesimpulan ... 33

3.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(4)

4 BAB I

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Defenisi Tata Letak Fasilitas adalah suatu tata cara pengaturan fasilitas produksi guna menunjang proses produksi (Sritomo, 1996).

Tata letak secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas-fasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi pada suatu sistem produksi (Purnomo, 2004). Tujuan perancangan tata letak fasilitas yaitu untuk menentukan bagaimana koordinasi dari setiap fasilitas produksi dan pendukungnya agar dapat diatur sedemikian rupa sehingga mampu mencapai titik efisiensi dan efektifitas proses produksi.

erancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan perlengkapan untuk operasi, dan semua peralatan yang digunakan dalam proses operasi. Salah satu tujuan dari perancangan tata letak fasilitas pabrik adalah penggunaan ruangan yang lebih efektif. Penggunaan ruangan akan efektif jika mesin-mesin fasilitas penunjang pabrik lainnya disusun atau diatur sedemikian rupa dengan mempertimbangkan jarak minimal antar mesin atau fasilitas produksi, dan aliran perpindahan material. Tata letak fasilitas

produksi yang baik sangat berperan dalam kegiatan proses produksi, dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, dapat memberikan kenyamanan dan keleluasaan gerak kepada para operator.

(5)

5 2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimkasud dengan Systematic layout planning dalam Perancangan Tata Letak Fasilitas?

3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut:

1. untuk mengetahui tentang Systematic Layout Planning dalam Perancangan Tata Letak Fasilitas.

4. Penulisan

Adapun metode penulisan makalah ini adalah dengan cara kajian pustaka dengan mencari sumber dari situs Internet.

5. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Systematic Layout Planning dalam Perancangan Tata Letak Fasilitas.

6. Manfaat

 Bagi Mahasiswa : Dapat menerapkan ilmu teknik industri yang telah dipelajari untuk diaplikasikan saat nanti bekerja.

 Bagi Pembaca : Untuk dijadikan sebagai sumber referensi guna mengembangkan Systematic layout Planning

 Bagi Universitas : Sebagai penambahan pustaka baru.

(6)

6 BAB II

PEMBAHASAN

Fasilitas dapat didefinisikan sebagai tempat berkumpulnya orang, material, mesin dll untuk mencapai suatu tujuan dari suatu industry barang atau jasa.

Perancangan fasilitas adalah proses membangun fasilitas sesuai dengan tujuan aktivitas, dimana perancangan fasilitas terbagi menjadi tiga bagian, yaitu perancangan fasilitas, perancangan tata letak fasilitas, dan perancangan system pemindahan bahan.

Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai kumpulan unsur-unsur fisik yang diatur mengikuti aturan logika tertentu. Tata letak fasilitas merupakan bagian perancangan fasilitas yang lebih focus pada pengaturan unsur-unsur fisik.

Perancangan Tata Letak Fasilitas (PTLF) adalah perencanaan yang terintegrasi dari aliran atau arus komponen-komponen suatu produk (barang atau jasa) didalam sebuah operasi, guna memperoleh interelasi yang paling efektif dan efisien antara pekerja, bahan, mesin dan peralatan serta penanganan dan

pemindahan bahan, barang setengah jadi dari bagian satu kebagian yang lainnya.

Secara garis besar tujuan utama menurut Sritomo (1992) adalah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi, aman, dan nyaman sehingga akan dapat digunakan untuk menaikkan moral kerja dan performa kerja dari operator.

(7)

7 2.1 Forecasting

1. Definisi

forecasting atau peramalan merupakan metode untuk memperkirakan informasi yang bersifat prediktif dalam menentukan arah di masa depan dengan menggunakan data historis sebagai acuan.

Lebih lengkap, WIlliam Stevenson dalam bukunya Operation Management (2009) menjelaskan forecasting adalah dasar dalam menentukan arah keputusan perusahaan di masa depan. Lanjutnya, forecasting mampu

memberikan informasi terkait permintaan di masa depan yang bertujuan untuk menentukan kapasitas produksi, persediaan, budgeting, pengadaan barang dan jasa hingga rantai pasok. Hal ini juga ditegaskan oleh Satinder Mullick, dkk dalam tulisannya di Harvard Business Review. Mereka menjelaskan

forecasting merupakan alat untuk mengatasi segala jenis potensi masalah yang terjadi dari anomali permintaan baik musiman maupun perubahan ekonomi secara global. Tanpa peramalan, sulit bagi perusahaan untuk berkembang atau berhasil dalam menjalankan bisnis. Misalnya saja pandemi COVID-19 yang terjadi di akhir tahun 2019, perusahaan tentu memerlukan forecasting untuk menentukan arah bisnis agar tetap bertahan di tengah pandemi atau pasca- pandemi di masa depan.

2. Tujuan dan Fungsi Forecasting

Fungsi forecasting adalah sebagai pedoman untuk menentukan arah kebijakan dan keputusan perusahaan yang efektif dan efisien di masa depan.

a. Dengan fungsi tersebut, maka forecasting menjadi penting karena beberapa hal berikut:

b. Sebagai kajian bagi kebijakan perusahaan yang berlaku pada saat ini, masa lalu, serta sejauh mana pengaruhnya di masa depan.

c. Adanya time gap antara kebijakan dengan implementasinya.

d. Perusahaan memiliki acuan atau arah sehingga setiap kebijakan sejalan dengan tujuan perusahaan.

e. Memberikan solusi strategis apabila di masa depan menghadapi masalah yang berkaitan dengan bisnis.

(8)

8 f. Permintaan selalu saja menghadapi anomali atau perubahan dan

tentu bisa saja berbeda dari masa lalu dengan masa depan.

g. Menjaga stabilitas keuangan perusahaan.

3. Jenis – Jenis Forecasting a. Berdasarkan Waktu

Metode peramalan atau forecasting berdasarkan waktu peramalan terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Peramalan jangka panjang yaitu forecasting yang menggunakan analisis dengan waktu yang lebih panjang biasanya berlangsung selama dua tahun lebih.

2. Peramalan jangka menengah dengan waktu tiga bulan hingga dua tahun.

3. Peramalan jangka pendek yaitu dengan jangka waktu nol hingga tiga bulan.

b. Berdasarkan Fungsi dan Tujuan

Menurut Heizer dan Render dalam bukunya Operations Management (2009) menyatakan bahwa jenis forecasting terdiri dari economic forecasting, technological forecasting, dan demand forecasting.

c. Berdasarkan Ketersediaan Data

Seperti yang diketahui bahwa forecasting merupakan aktivitas estimasi kondisi yang berlangsung di masa depan berdasarkan data di masa lampau.

Namun tidak semua usaha atau kegiatan memiliki ketersediaan data yang cukup. Ketersediaan data ini yang akan menentukan bagaimana

forecasting bisa dilakukan.

(9)

9 Adapun jenis peramalan atau forecasting berdasarkan data adalah sebagai berikut:

1. Metode Kualitatif – Dimana perusahaan atau organisasi tidak memiliki data yang cukup untuk dianalisis. Hasil peramalan juga akan sangat subyektif karena hasil analisis berbeda-beda. Contoh metode kualitatif: Penyelidikan, wawancara, diskusi.

2. Metode Kuantitatif – Apabila perusahaan memiliki data yang cukup, maka sebaiknya metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Dimana dalam proses analisisnya menggunakan pendekatan data dan angka.

(10)

10 2.2 Merencakan urutan proses (OPC, MPPC)

OPERATION PROCESS CHART (OPC) Definisi OPC

Operation Process Chart adalah diagram yang menggambarkan langkah- langkah

proses pengerjaan material, mulai dari bahan baku (material) hingga menjadi komponen atau produk jadi.

OPC memuat informasi-

informasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut:

waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau mesin yang dipakai untuk memproses

material. Jadi, dalam suatu Operation Process Chart yang dicatat hanyalah kegiatan-

kegiatan operasi dan pemeriksaan, terkadang pada akhir operasi dicantumkan kegiatan penyimpanan.

Manfaat OPC

1. Untuk mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya, 2. Untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku,

3. Salah satu alat untuk menentukan tataletak pabrik,

4. Salah satu alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang berlaku, dan 5. Sebagai alat untuk latihan kerja.

Prinsip-prinsip Penyusunan OPC

1. Pada baris paling atas terdapat kepala peta “Operation Process Chart”, da n identifikasi lain: nama objek yang dipetakan, nama pembuat peta, tanggal dipetakan, cara lama atau cara sekarang, nomor peta, dan nomor gambar.

2. Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal, untuk me nunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.

3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya perubahan proses.

(11)

11 4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan, se suai

dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut, at au sesuai dengan proses yang terjadi.

5. Penomoran terhadap suatu kegiatan inspeksi diberikan secara tersendiri da n prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

6. Pada bagian bawah OPC dibuat ringkasan yang memuat informasi: jumlah operasi, jumlah inspeksi, serta jumlah waktu yang diperlukan.

Secara sketsa, prinsip-prinsip pembuatan OPC dapat dilihat pada Gambar 5.

Berikut ini

penjelasan untuk tiap proses operasi yang digunakan pada OPC.

MPPC (Multi Product Process Chart)

MPPC (Multi Product Process Chart) adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan untuk masing-masing komponen yang akan diproduksi. Peta MPPC juga

(12)

12 dapat berguna sebagai gambaran umum yang berkaitan dengan langkah-langkah pengerjaan dari setiap produk yang ada pada waktu proses tertentu sehingga diperoleh informasi tentang kesamaan proses dari setiap produk dengan yang lainya. Berdasarkan MPPC juga dapat diketahui aliran balik (backtracking) dan pola aliran yang tidak sesuai dengan urutan proses (Lutfah Ariana, 2005).

Informasi yang dapat diperoleh dari MPPC ini adalah jumlah aktual mesin yang dibutuhkan. Terdapat ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam MPPC, diantaranya adalah pembulatan ke atas jika angka di belakang koma dibagi dengan angka didepan koma jika lebih besar dari 0,1 maka dilakukan pembulatan ke atas. Ketentuan lainnya adalah pembulatan ke bawah jika angka di belakang koma lebih kecil dari 0,1 dan jika jumlah mesin teoritis lebih kecil dari satu maka dibulatkan menjadi 1 (http://library.binus.ac.id).

Biasanya Multi Product Process Chart sangat berguna sebagai petunjuk teman kerja dalam suatu proses produksi dan terdapat pula kegunaan lainnya. Fungsi lain dari MPPC diantaranya adalah untuk menghitung jumlah mesin atau mesin teoritis, untuk keperluan membuat setiap komponen, menentukan jumlah mesin setiap unit dan jumlah operator (Harahap,2006).

Peta proses produksi darab ialah suatu diagram yang menggambarkan aliran atau urutan operasi kerja tiap elemen produk disetiap mesin atau stasiun kerja (Wignjosoebroto, 2000).

(13)

13 Dengan membuat diagram ini dapat diperoleh gambaran umum mengenai tata letak mesin atau fasilitas produksi yang seharusnya dirancang. Berdasarkan peta tersebut akan dapat dipelajari dan dianalisis dua hal yang memiliki pengaruh yang cukup nayta dalam perancangan tata letak seperti: Aliran balik dimana hal ini ditunjukkan dengan adanya ”aliran balik” akibat fasilitas produksi tidak ditempatkan sesuai dengan urutan prosesnya, dan pengelompokkan pola aliran yaitu pengelompokkan komponen yang memiliki urutan proses pengerjaan dan menggunakan mesin yang sama.

(14)

14 2.3 Membuat Routing Sheet

Routing Sheet

Pengurutan produksi (routing sheet) adalah tabulasi langkah-langkah yang dicakup dalam memproduksi komponen tertentu dan rincian yang perlu dari hal- hal yang berkaitan. Pengurutan produksi menjadi tulang punggung kegiatan produksi yang merupakan pengumpulan kembali semua data yang

dikembangkan oleh rekayasawan proses dan alat komunikasi pokok antara rekayasawan produk dan orang produksi. Routing sheet ini sering disebut juga dengan lembar proses atau lembar operasi (Apple, 1990).

Routing sheet berguna untuk menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan dan untuk menghitung jumlah part yang harus dipersiapkan dalam usaha

memperoleh sejumlah produk yang diinginkan. Data yang diperlukan dalam perhitungan routing sheet ini adalah urutan operasi dari setiap komponen, nama atau jenis peralatan yang digunakan, persentase scrap dan efesiensi pabrik.

Urutan operasi pada routing sheet ini didasarkan pada urutan operasi yang ada pada peta proses operasi. Informasi-informasi yang diperoleh dari

perhitungan routing sheet adalah dapat mengetahui kapasitas alat teorits, jumlah unit yang disiapkan, produk dengan efesiensi serta jumlah mesin teoritis (http://library.binus.ac.id).

Lembar urutan proses atau lembar operasi adalah tabulasi langkah-langkah yang dicakup dalam memproduksi komponen tertentu dan rincian yang perlu dari hal- hal yang berkaitan (Apple, 1990). Lembar urutan proses terutama ditujukan untuk mengetahui jumlah mesin atau peralatan produksi yang diperlukan dalam memenuhi jumlah produksi yang diinginkan dengan memperhatikan persentase bahan baku yang terbuang, kapasitas mesin atau peralatan dan efisiensi

departemen atau pabrik.

(15)

15 Cara pengisian tabel urutan proses, yaitu untuk kolom (1), kolom (2) dan, kolom (3) menggunakan data yang ada pada peta proses operasi. Kolom (4) terlebih dahulu mengisi jumlah produk akhir yang diingikan pada akhir aktivitas, kemudian untuk pengisisan kolom (5) persentasi buangan, berdasarkan pada peta proses operasi. Pada kolom (6) diisi dengan jumlah produk yang harus disiapkan pada awal aktivitas dengan memperhitungkan % buangan yang pada aktivitas yang bersangkutan.

Sedangkan kolom (7) yaitu efesiensi mesin, faktor efesiensi kerja mesin yang disebabkan adanya persiapan mesin sebelum digunakan, waktu perbaikan, maupun hal-hal lain yang menyebabkan terjadinya waktu tunggu, dimana harga umum yang diambil dalam hal ini berkisar antara 0,8-0,9 (Wignjosoebroto, 2000).

Perhitungan kolom (8) produksi mesin/ jam adalah hasil produksi dalam satu jam (kapasitas/jam), yaitu kapasitas alat teoritis/jam menunjukkan jumlah unit komponen yang dapat diproses oleh alat atau mesin dalam jangka waktu kerja yang tersedia. Kolom (9) adalah jumlah mesin teoritis yang dapat dihitung dengan rumus:

(16)

16 2.4 Merencakan Luas Lantai Produksi

Luas lantai produksi digunakan untuk mengetahui luas lahan yang akan digunakan dalam perencanaan tata letak fasilitas dan perusahaan yang akan didirikan.

Perhitungan luas lantai produksi dimulai dari luas kebutuhan lahan sampai perkantoran dengan memperhatikan segala fasilitas pendukungnya. dalam melakukan suatu perencanaan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan,

dibutuhkan beberapa kebutuhan luas lantai untuk kegiatan produksi pabrik yang akan didirikan, serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. dengan demikian perlu dihitung berapa luas lantai yang disiapkan, terutama untuk kegiatan bagian produksi. perhitungan luas lantai ini didasarkan pada bahan baku yang akan disiapkan. berdasarkan hal tersebut maka akan didapat luas lantai receiving

gudang bahan baku model tumpukan dan rak. tumpukan digunakan untuk material yang rata-rata mempunyai dimensi yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk dimasukan kedalam suatu wadahtempat tertentu. sedangkan untuk material yang menggunakan model penyimpanan menggunakan rak, digunakan untuk material yang berdimensi kecil. Dalam menghitung kebutuhan luas lantai, dilibatkan pula masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan lainnya yang akan memepengaruhi terhadap luas lantai tersebut, yaitu:

 Alat angkut

 Cara pengangkutan

 Cara penyimpanan bahan baku ditumpuk atau dirak

 Aliran bahan Pada semua hal diatas harus diperhitungkan dalam penentuan luas lantai dengan menambah harga allowance kelonggaran tertentu. Dengan demikian perlu dihitung beberapa luas lantai yang disiapkan, terutama untuk kegiatan bagian produksi yang didasarkan pada:

 Bahan baku yang akan disiapkan.

 Mesin atau peralatan yang digunakan.

 Barang jadi yang dihasilkan.

Tujuan menghitung luas lantai adalah untuk memperkirakan kebutuhan luas lantai bagian produksi, yang meliputi:

 Receiving gudang bahan baku model tumpukan dan rak.

 Pabrikasi dan assembling mesin dan peralatan.

(17)

17

 Shipping gudang barang jadi untuk kemasan isi dan kemasan kosong.

Keguanaan luas lantai adalah saat digunakan dalam membantu untuk perhitungan ongkos material handling OMH antar Departemen, sesuai dengan luas lantai hasil perhitungan.

1. Luas lantai gudang bahan baku receiving Luas lantai gudang bahan baku Receiving adalah luas lantai yang dipergunakan untuk menyimpan bahan baku atau material yang akan digunakan dalam produksi. Luas lantai gudang bahan baku terbagi menjadi dua model, yaitu model Tumpukan dan model Rak. Untuk memberi gambaran dari cara penyimpanan bahan baku digudang, maaka diperlukan gambar bagaimana cara penyimpanan material tersebut baik model Tumpukan maupun model Rak, sehingga luas lantai yang dipakai sesuai dengan hasil perhitungan. Ruangan gambar yang dibuat harus memberi penjelasan mengenai:

 Tinggi memuat berapa tumpuk.

 Lebar memuat berapa tumpuk.

 Panjang memuat berapa tumpuk.

(18)

18 2.5 Menentukan luas gudang, Organisasi preusahaan dan luas lantai

penunjang produksi

Menentukan luas gudang

Supaya anda bisa tahu seberapa baik kita menggunakan luas penyimpanan warehouse, kita harus menghitung total kapasitas penyimpanan gedung lebih dulu.

Kesalahan yang sering terjadi adalah perhitungan yang dibuat hanyalah

menghitung luas seluruh fasilitas dan sudah, berhenti di situ. Tapi, angka tersebut belumlah memperhitungkan luas di dalam gedung yang tidak bisa digunakan untuk menyimpan produk. Jadi, kita harus membuat perhitungan tambahan untuk mendapatkan angka yang akurat mengenai total kapasitas penyimpanan gudang.

Menentukan organisasi perusahaan

Membangun struktur organisasi dengan efektif, tak hanya tugas tim HR dan manajemen saja. Namun sebagai tim HR, Anda berperan dalam

menyampaikan pesan kepada para karyawan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Bagaimana caranya?

1. Mendefinisikan dengan jelas

Agar struktur organisasi bisa efektif, Anda harus mendefinisikan jabatan, tugas, dan tanggung jawab dengan jelas. Semakin jelas mendefinisikan pekerjaan seorang karyawan, besar kemungkinan ia mampu mencapai kinerja yang diharapkan.

2. Pemimpin menjadi role model

Struktur organisasi akan efektif jika para pemimpin memberikan contoh kerja nyata kepada para karyawannya. Sehingga pastikan pemimpin menjadi role model dengan menunjukkan bagaimana bekerja untuk mencapai tujuan yang sama.

3. Menetapkan aturan

Tetapkan aturan bagi semua karyawan dan buat pula aturan untuk karyawan yang bekerja di kantor dan di lapangan. Cara ini akan meminimalkan kesalahpahaman dan kebingungan ketika bekerja.

(19)

19 4. Mempermudah komunikasi

Untuk mengefektifkan struktur organisasi, dorong pimpinan per divisi untuk mengambil keputusan untuk divisinya. Sehingga keputusan diambil lebih cepat dan bertanggung jawab atas keberhasilan divisi.

5. Memantau proses kerja

Selanjutnya, Anda dan tim bisa memantau proses kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Jika ada masalah antar karyawan, bantu mereka untuk menyelesaikannya.

6. Menganalisis

Tim Anda perlu menganalisis selama struktur organisasi diterapkan. Anda juga perlu memberitahu karyawan yang terlibat (misal pemimpin tim) dan membebaskannya untuk menganalisis pengalaman.

Menentukan luas lantai penunjang produksi

Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri.

Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi mengenai tata letak pabrik.

Wignjosoebroto, 2009 mengatakan bahwa “tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi”.

Adapun kegunaan dari pengaturan tata letak pabrik adalah untuk memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer maupun permanen, personal pekerja dan sebagainya. Wignjosoebroto, 2009

menambahkan “dalam tata letak pabrik ada dua hal yang diatur letaknya, yaitu pengaturan mesin (mechine layout) dan pengaturan departemen (department layout) yang ada di pabrik”.

Luas lantai digunakan untuk mengetahui luas lahan yang akan digunakan dalam perencanaan tata letak fasilitas dan perusahaan yang akan didirikan.

Perhitungan luas lantai produksi dimulai dari luas kebutuhan lahan sampai perkantoran dengan memperhatikan segala fasilitas pendukungnya.

Dalam melakukan suatu perencanaan tata letak fasilitas dan pemindahan

(20)

20 bahan, dibutuhkan beberapa kebutuhan luas lantai untuk kegiatan produksi pabrik yang akan didirikan, serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Dengan demikian perlu dihitung berapa luas lantai yang disiapkan, terutama untuk kegiatan bagian produksi. Perhitungan luas lantai ini didasarkan pada bahan baku yang akan disiapkan. Berdasarkan hal tersebut maka akan didapat luas lantai receiving (gudang bahan baku) model tumpukan dan rak. Tumpukan digunakan untuk material yang rata-rata mempunyai dimensi yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk dimasukan kedalam suatu wadah atau tempat tertentu. Sedangkan untuk material yang menggunakan model penyimpanan menggunakan rak, digunakan untuk material yang berdimensi kecil (Hadiguna, 2008).

Dalam menghitung kebutuhan luas lantai, dilibatkan pula masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan lainnya yang akan memepengaruhi terhadap luas lantai tersebut, yaitu:

1. Alat angkut

2. Cara pengangkutan

3. Cara penyimpanan bahan baku (ditumpuk atau dirak) 4. Aliran bahan

Menurut Hadiguna, 2008 hal diatas harus diperhitungkan dalam penentuan luas lantai dengan menambah harga Allowance (kelonggaran) tertentu.

Dengan demikian perlu dihitung beberapa luas lantai yang disiapkan, terutama untuk kegiatan bagian produksi yang didasarkan pada:

1. Bahan baku yang akan disiapkan 2. Mesin atau peralatan yang digunakan 3. Barang jadi yang dihasilkan

Tujuan dan Kegunaan Luas Lantai

Luas lantai memiliki beberapa tujuan dan kegunaan yang sangat berguna untuk perencanaan tata letak fasilitas. Tujuan menghitung luas lantai adalah untuk memperkirakan kebutuhan luas lantai bagian produksi, yang meliputi:

1. Receiving (Gudang bahan baku model Tumpukan dan Rak) 2. Pabrikasi dan Assembling (Mesin dan Peralatan)

(21)

21 3. Shipping (Gudang barang jadi untuk kemasan isi dan kemasan kosong) Keguanaan luas lantai adalah saat digunakan dalam membantu untuk perhitungan ongkos materialhandling (OMH) antar Departemen, sesuai dengan luas lantai hasil perhitungan (kk.mercubuana.ac.id).

(22)

22 2.6 Membuat From to Chart

From to chart (FTC) adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi. From to chart merupakan adaptasi dari mileage chart yang umumnya dijumpai pada suatu peta perjalanan (road map), sehingga menunjukan total berat beban. From to chart (FTC) kadang-kadang disebut sebagai trip frequency

chart atau Travel Chart adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi. Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi dimana banyak item yang mengalir melalui suatu area seperti job shop, bengkel permesinan, kantor dan lain-lain (Wignjosoebroto, 2000).

From to chart (FTC) merupakan salah satu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi. From to chart (FTC) merupakan adaptasi dari mileage chart yang umum dijumpai pada suatu peta perjalanan, angka-angka yang terdapat dalam suatu from to chart akan menunjukan total dari berat beban yag harus dipindahkan, jarak perpindahan, volume atau kombinasi dari faktor biaya dan biasanya diisi dengan biaya total dari material handling untuk tiap-tiap perpindahan yang terjadi (Unikom, 2011).

From to chart (FTC) adalah salah satu kebanyakan teknik sekarang ini yang digunakan dalam layout dan kerja tranfor perusahaan, hal ini terutama membantu dimana kebanyakan catatan aliran melalui suatu tempat, seperti bengkel kerja, bengkel mesin besar, kantor atau fasilitas lain (Harahap, 2006).

From to chart juga dikenal sebagai travel chart atau cross chart, umunya terdiri dari besaran-besaran aliran material antara dua bagunan departemen atau mesin.

Peta from to chart memberikan informasi mengenai jumlah perjalanan material handling antara dua pusat aktifitas dan total jarak material handling. Flow to chart dibagi menjadi dua yatu from to chart inflow dan from to chart

outflow. From to chart inflow merupakan koefisien atas ongkos pada from to chart dilihat dari ongkos yang masuk ke suatu mesin. Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam perhitungan untuk from to chart inflow (Harahap, 2006).

(23)

23 From to chart outflow merupakan koefisien atas ongkos pada from to chart dilihat dari ongkos yang keluar dari suatu mesin. Berikut ini merupakan rumus yang digunakan dalam perhitungan untuk from to chart outflow adalah sebagai berikut (Harahap, 2006).

From to chart biasanya sangat berguna apabila barang yang mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak, seperti misalnya di bengkel, kantor, dan lain-lain. Juga berguna apabila keterkaitan terjadi antara beberapa kegiatan dan jika diinginkan adanya penyusunan kegiatan optimum. Kegunaan from to chart antara lain adalah untuk menganalisis perpindahan bahan, sebagai perencanaan pola aliran,

penentuan lokasi kegiatan, pemendekan jarak perjalanan selama proses, perbandingan pola aliran atau letak pengganti, penukuran efisiensi pola aliran, perinupaan perpindahan bahan, menunjukan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lanya, menunjukan volume perpindahan antar kegiatan, menunjukan keterkaitan lintas produksi, menujukan masalah kemungkinan antara beberapa produk, komponen, barang, bahan, dan lain sebagainya (Binus, 2004).

From to chart atau peta dari ke- secara umum mempunyai beberapa keuntungan dan kegunaan yaitu menganalisa perpindahan bahan, perencanaan pola aliran, mengukur effesiensi pola aliran, menunjukkan ketergantungan suatu aktivitas dengan aktivitas lainnya, merencanakan hubungan antara sejumlah produk, bagian, item dan lainnya, menggambarkan jumlah hubungan antara aktivitas dan pergerakkan diantaranya, memperpendek jarak perjalanan dalam suatu proses (Apple, 1990).

(24)

24 2.7 Menghitung Ongkos Material Handling

Material handling adalah salah satu jenis transportasi (pengangkutan) yang dilakukan dalam perusahaan industri, yang artinya memindahkan bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi, dari tempat asal ke tempat tujuan yang telah ditetapkan. Pemindahan material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang terbaik untuk memindahkan material dari satu tempat proses produksi ke tempat proses produksi yang lain.

Kegiatan material handling adalah kegiatan yang tidak produktif, karena pada kegiatan ini bahan tidak mendapat perubahan bentuk atau perubahan nilai, sehingga sebenarnya akan mengurangi kegiatan yang tidak efektif dan mencari ongkos material handling terkecil. Menghilangkan transportasi, tidaklah mungkin dilakukan, maka caranya adalah dengan melakukan hand off, yaitu menekan jumlah ongkos yang digunakan untuk biaya transportasi. Menekan jumlah ongkos transportasi dapat dilakukan dengan cara menghapus langkah transportasi,

mekanisasi, atau meminimasi jarak.

Di dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan (material handling) merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Pentingnya masalah pemindahan bahan ini karena tujuan utama dari pemindahan bahan berhubungan langsung dengan suatu cakupan yang luas yang berurusan dengan efisiensi produksi menyeluruh.

Ongkos material handling adalah suatu ongkos yang timbul akibat adanya aktivitas material dari satu mesin ke mesin lain atau dari suatu departemen ke departemen lain yang besarnya ditentukan pada satuan tertentu. Satuannya adalah rupiah/meter gerakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan ongkos material handling adalah alat angkut yang digunakan, jarak pengangkutan dan cara pengangkutannya.

Sedangkan tujuan dibuatnya perencanaan material handling adalah : a. Meningkatkan kapasitas

b. Memperbaiki kondisi kerja

c. Memperbaiki pelayanan kepada konsumen

(25)

25 d. Meningkatkan kelengkapan dan kegunaan ruangan

e. Mengurangi ongkos

Pada dasarnya setelah ditentukan alat angkut serta jarak untuk setiap

pengangkutan, maka ongkos material handling dapat segera diketahui, dimana:

Total OMH = Ongkos alat angkut per meter gerakan x jarak tempuh pengangkutan

Untuk mencari ongkos per periode waktu tertentu, dapat dihitung dengan menambahkan frekuensi pengangkutan per satuan waktu yang diinginkan.

Misalnya untuk menghitung OMH dalam 1 hari kerja adalah:

Total OMH = Ongkos alat angkut per meter gerakan x jarak tempuh pengangkutan x frekuensi pengangkutan dalam 1 hari.

Contoh Perhitungan OMH

Dua peralatan material handling, hand truck dan forklift digunakan untuk memindahkan produk A dan B. Pilih dari peralatan tersebut yang lebih hemat untuk dipakai, jika karakterisasi produk dan spesifikasi peralatan adalah sbb:

Langkah 1 Menentukan kapasitas peralatan

Produk A:

handtruck =

forklift =

(26)

26 Produk B:

handtruck =

forklift =

Langkah 2 Menentukan frekuensi perpindahan Produk A dengan handtruck/hari

Produk B dengan handtruck/hari = 260/4= 65 kali Produk A dengan forklift/hari = 230/256 = 1 kali Produk B dengan forklift/hari 260/8 =33 kali

Langkah 3 Menentukan biaya pemindahan Handtruck :

[(frekuensiproduk A x biaya load/unload)+(OMH/m x jarak

perpindahanproduk A)] + [(frekuensiproduk B x biaya load/unload)+(OMH/m x jarak perpindahanproduk B)] =

[(1 x Rp.50000)+(Rp.1500 x 150m)] +

[(65 x Rp.50000)+(Rp.1500/m x 75m)] = Rp. 3.637.500,- Forklift :

[(1 x Rp.25000)+(Rp.7500 x 150m)] +

[(33 x Rp.25000)+(Rp.7500/m x 75m)] = Rp.2.537.500,-

(27)

27 2.7 Membuat ARC

Dalam industri pada umumnya terdapat sejumlah kegiatan atau aktivitas yang menunjang jalannya suatu industri. Setiap kegiatan atau aktivitas tersebut saling berhubungan (berinteraksi) antara satu dengan lainnya, dan yang paling penting diketahui bahwa setiap kegiatan tersebut membutuhkan tempat untuk

melaksanakannya. Aktifitas atau kegiatan tersebut diatas dapat berupa aktivitas produksi, administrasi, assembling, inventory, dll.

Sebagaimana diketahui diatas bahwa setiap kegiatan atau aktifitas tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya ditinjau dari beberapa kriteria, maka dalam perencanaan tata letak pabrik harus dilakukan penganalisaan yang optimal.

Teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar aktifitas yang ada adalah Activity Relationship Chart.

TUJUAN

Secara umum Peta Hubungan Kegiatan dapat didefinisikan sebagai berikut, yaitu teknik ideal untuk merencanakan keterakitan antara setiap kelompok kegiatan yang saling berkaitan. ARC ini akan berhubungan dengan struktur organisasi dan tabel-tabel perjitungan Luas Lantai.

Tujuan utama ARC adalah agar dapat diketahui hubungan kedekatan dari setiap kelompok kegiatan dalam hal ini organisasi pabrik.

FUNGSI ARC

Fungsi ARC dan kegunaannya adalah :

1. Penyusunan urutan dari pusat kerja atau departemen dalam suatu kantor.

2. Lokasi kegiatan dalam suatu usaha pelaa\yanan.

3. Lokasi Pusat kerja dalam operasi perawatan atau dalam perbaikan 4. Menunjukan hubungan suatu kegiatan yang lainnya, serta alasannya.

5. Memeperoleh suatu landasan bagi penyusunan daerah selanjunya Teknik ARC

Teknik penganalisaan menggunakan ARC dikemukakan oleh Richard Muthe, adalah sebagai berikut :

(28)

28 1. Hubungan antar aktifitas ditunjukkan dengan tingkat kepentingan hubungan antar aktifitas tersebut yang dikonversikan dalam bentuk huruf, sebagai berikut : No. TINGKAT KEPENTINGAN KODE WARNA

1 MUTLAK PENTING A MERAH 2 PENTING TERTENTU E KUNING 3 PENTING I HIJAU

4 BIASA O BIRU

5 TIDAK PENTING U PUTIH 6 TIDAK DIINGINKAN X COKL

1. Alasan untuk menyatakan tingkat kepentingan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan catatan yang sama

2. Menggunakan personil yang sama 3. Menggunakan ruang yang sama 4. Tingkat hubungan personil 5. Tingkat hubungan kertas kerja 6. Urutan aliran kertas

7. Melakukan aliran kerja yang sama

8. Menggunakan peralatan dan fasilitas yang sama 9. Ribut, kotor, getaran, debu, dan lain-lain

10. Lain-lain yang mungkin perlu

(29)

29 2.9 Membuat ARD dan AAD

ARD

Activity Relationship Diagram (ARD) adalah diagram hubungan antaraktivitas (departemen/mesin) berdasarkan tingkat prioritas kedekatan, sehingga diharapkan ongkos handling minimum. Dasar untuk ARD yaitu TSP. Jadi yang menempati prioritas pertama pada TSP harus didekatkan letaknya lalu diikuti prioritas berikutnya.

AAD

Area Alocation Diagram merupakan lanjutan dari ARC. Dimana dalam ARC telah diketahui kesimpulan tingkat kepentingan antar aktivitas dengan demikian berarti bahwa ada sebagian aktivitas harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan ada juga sebaliknya. Atau dapat dikatakan bahwa hubungan antar aktivitas

mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata letak aktivitas tersebut. Kedekatan tata letak aktivitas tersebut ditentukan dalam bentuk Area Alocation Diagram. Adapun dasar pertimbangan dalam prosedur pengaloaksian area ini adalah sebagai berikut :

• Aliran produksi, material, peralatan

• ARC, informasi aliran, aliran personil, hubungan fisikal

• Tempat yang dibutuhkan

• ARD

AAD ini merupakan lanjutan penganalisaan tata letak setelah ARC, maka sesuai dengan persoalan ARC diatas maka dapat dibuat AAD-nya.

AAD merupakan Template secara global informasi yang dapat dilihat hanya pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat dilihat pada template yang merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan perencanaan tata letak pabrik.

tujuan dari AAD adalah untuk merancang penyusunan unit-unit ruangan yang diperlukan setiap kegiatan kerja secara menyeluruh dengan cara seefisien mungkin

(30)

30 2.10 Membuat Template

Template merupakan suatu gambaran yang telah jelas dari tata letak pabrik yang akan dibuat dan merupakan gambaran detail dari AAD yang telah dibuat.

Informasi yang dapat dilihat pada Template : 1. Tata letak kantor dan peralatannya

2. Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana olah raga, dan lain-lain.

3. Tata letak bagian produksi, misalnya receiving, pabrikasi, assembling, shipping.

4. Aliran setiap material, mulai dari receiving sampai dengan shipping TEMPLATE

Template merupakan suatu gambaran yang lebih jelas dari tata letak pabrik yang akan dibuat dan merupakan gambaran detail dari Area Allocation Diagram (AAD)yang telah dibuat. Informasi yang dapat dilihat pada templateadalah sebagai berikut

1. Tata letak kantor dan peralatannya.

2. Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, seperti:

• Mushola

• Jalan

• Tempat parkir kendaraan bermotor

• Gudang

• Pelayanan kesehatan

3. Tata letak bagian produksi, misalnya:

• Receiving

• Pabrikasi

• Assembling

• Shipping

4. Aliran setiap material, mulai dari receiving hingga shipping.

5. Distribusi material terhadap setiap mesin sesuai dengan jumlah mesin yang dibutuhkan.

Ada beberapa bentuk pola aliran yang terdapat pada tata letak fasilitas suatu pabrik, yang sangat bergantung dari macam produk yang dihasilkannya. Beberapa

(31)

31 bentuk pola aliran tersebut adalah:

1. Bentuk garis lurus, digunakan untuk produksi yang pendek proses produksinya dan relatif sederhana.

2. Bentuk tak tentu (odd-angel), dimana ruangan sangat terbatas, atau tataletak mesin yang memerlukan pendekatan dengan mesin lainnya yang tak tentu.

3. Bentuk huruf “U” , digunakan bila produk yang dibuat mulai dari bahan bakuhingga barang jadi dalam satu ruangan dengan pintu masuk dan keluar dari arah yang sama.

4. Bentuk lingkaran, dipakai bila produk harus kembali ke tempat awal proses atau pemakaian proses yang berulang.

5. Bentuk zig-zag, dipakai bila dengan garis lurus ternyata menjadi sangat panjangsedangkan tempat yang dimiliki tidak memungkinkan.

Apabila luas tanah yang ada atau tersedia dibatasi atau terbatas makasebagai pemecahan masalah tersebut adalah dengan mengefisiensikan luastanah yang tersedia untuk pemanfaatan penempatan fasilitas, produksi dan perkantoran.

Adanya pemisahan lantai antara bagian perkantoran dan produksi merupakan jalan keluar yang terbaik, yaitu dengan mengikuti syarat-syarat sebagai berikut:

1. Untuk template dengan satu lantai (single Floor) Untuk penempatan tataletak antara bagian produksi, pelayanan (service) dan perkantoranditempatkan dalam satu lantai jika luas lahan yang tersedia masih mencukupi dan memungkinkan.

2. Untuk template dengan dua lantai atau lebih (Multi Floor) Penempatan tataletak fasilitas antara bagian produksi, pelayanan (service) dan perkantoranmengalami pemisahan tata letak. Biasanya untuk bagian produksi ditempatkan pada bagian pertama agar memudahkan handling dan material maupun loading dari container ke receiving dan dari shipping ke container. Template jenis ini adalah sebagai solusi jika luas tanah yang tersedia tidak mencukupi.

(32)

32 BAB III

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Systematic layout planning (SLP) adalah alat yang digunakan untuk mengatur tempat kerja dipabrik dengan menempatkan area dengan frekuensi tinggi dan hubungan logis dekat satu sama lain.

3.2 Saran

Dari makalah yang telah dibuat ini, Kami selaku penulis sangat

mengharapkan agar tulisan kami ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan referensi untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

 https://www.rusdionoconsulting.com/forecasting/

 https://scmguide.com/cara-menghitung-luas-kapasitas-utilisasi-

warehouse/#Cara_menghitung_total_kapasitas_penyimpanan_warehouse

 https://id.hrnote.asia/orgdevelopment/good-organization-structure-200915/

 https://joe-proudly-present.blogspot.com/2013/01/perencanaan-luas-lantai- pabrik.html

 https://rendragunadarma.blogspot.com/2013/09/perancangan-tata-letak- fasilitas.html?m=1

 https://okesofyan.wordpress.com/2011/11/13/arc-aad-dan-templet/

Referensi

Dokumen terkait

: Perbaikan Tata Letak Bagian Produksi dengan Menggunakan Pendekatan Keseimbangan Lintasan dan Metode Systematic Layout Planning (SLP) pada

FTC atau From To Chart yang kadang disebut juga travel chart, adalah sebuah teknik konvensional yang seacara umum digunakan dalam perencanaan pabrik dan material handling dalam suatu

Fokus penelitian adalah pada perancangan tata letak pada klaster industri hilir kelapa sawit di Kawasan Sei Mangkei dengan potensi kapasitas industri berdasar bahan

Dalam melakukan perencanaan tata letak fasilitas pabrik dan pemindahan bahan, dibutuhkan beberapa kebutuhan luas lantai untuk kegiatan produksi pabrik yang akan

Tahap awal untuk berbaikan tata letak fasilitas yaitu menyiapkan data tata letak awal seperti aliran material, jarak atau ukuran antar area produksi yang akan diperbaiki, biaya

Perencanaan fasilitas memiliki pengaruh yang sangat besar pada sebuah proses produksi. Penelitian akan dimulai dari lantai produksi untuk mengamati tata letak

Luas lantai produksi digunakan untuk mengetahui luas lahan yang akan digunakan dalam perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dari perusahaan yang akan

Karenanya akan dilakukan pengkajian ulang pada tata letak fasilitas pada pabrik dengan memperhitungkan jarak antar departemen, total jarak perpindahan material dalam satu aliran