IMPLEMENTASI METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING PADA RPA TRADISONAL
1Umar Hattam Nahdi, 2Ainul Haq, 3Riris Lindiawati Puspitasari
1,2Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Gunadarma, 3Fakultas Sains dan Teknologi , Universitas Al-Azhar Indonesia Jalan Margonda Raya No. 100 , Depok 16424, Jawa Barat
1[email protected], 2[email protected]3[email protected]
ABSTRAK
RPA (Rumah Potong Ayam) merupakan sebuah home industy yang bergerak dalam pemotongan ayam. Home industri ini terletak di jl.Parung-Bogor, desa jampang kec.parung kab.bogor. Saat ini kondisi UKM ini belum maksimal dalam hal jarak pemindahan bahan baku
(material handling) sehingga sering terjadi arus bolak balik yang dapat mengakibatkan proses
produksi terganggu. Salah satu metode perbaikan tata letak fasilitas yaitu metode systematic layout
planning (SLP). Systematic layout planning (SLP) adalah alat yang digunakan untuk mengatur tempat
kerja dipabrik dengan menempatkan area dengan frekuensi tinggi dan hubungan logis dekat satu sama lain. Proses ini memunginkan aliran bahan tercepat dalam memproses produk dengan biaya terendah dan penanganan paling sedikit (Muther,1984) Dengan metode ini diharapkan RPA (Rumah Potong Ayam) dapat meminimumkan biaya produksi.
Berdasarkan hasil analisis pada tata letak fasilitas dapat disimpulkan bahwa jarak perpindahan bahan total antar departemen pada tata letak awal sebesar 17,4 m, untuk jarak perpindahan bahan tata letak fasilitas usulan 1 pola zig-zag sebesar 20,883 m sedangkan untuk untuk jarak perpindahan bahan tata letak fasilitas usulan 2 pola U-Sheep sebesar 15,809 m. Ongkos Material Handling (OMH) pada tata letak fasilitas awal sebelum perbaikan sebesar Rp.909.996,36 per bulan, sedangkan ongkos material handling pada usulan 1 sebesar Rp. 1.044,145 per bulan, dan ongkos material handling pada usulan 2 sebesar Rp. 790.446,8382 per bulan. Tata letak fasilitas usulan 2 yaitu pola U-Sheep memiliki perpindahan yang lebih pendek dan memiliki ongkos material handling yang lebih baik dibandingkan tata letak awal dan tata letak usulan 1 pola Zig-zag karena dapat memangkas jarak perpindahan bahan dan ongkos material handling yang lebih kecil.
Kata Kunci: Tata Letak, UKM RPA Sederhana, Systematic Layout Planning.
ABSTRACT
RPA (Chicken Slaughterhouse) is a home industry engaged in slaughtering chickens. This home industry is located at Jl. Parung-Bogor, jampang village kec. Parung kab. Bogor. At present, the condition of UKM is not yet optimal in terms of distance of moving raw materials (material handling) so that alternating currents often occur which can result in disrupted production processes. One method for improving facility layout is the systematic layout planning (SLP) method. Systematic layout planning (SLP) is a tool used to manage workplaces in factories by placing high-frequency areas and close logical relationships with each other. This process allows the fastest material flow in processing products with the lowest cost and the least handling (Muther, 1984) With this method it is hoped that RPA (Chicken Slaughterhouse) can minimize production costs. Based on the analysis of the facility layout it can be concluded that the total material transfer distance between departments in the initial layout is 17.4 m, for the proposed facility 1 facility zig-zag pattern material displacement distance is 20,883 m while for the distance of material layout transfer facility proposal 2 U-Sheep pattern of 15,809 m. Material Handling (OMH) costs in the initial facility layout before repairs are Rp. 909,996.36 per month, while material handling costs in proposal 1 are Rp. 1,044,145 per month and the material handling fee in proposal 2 is Rp. 790,446,8382 per month. Proposed facility layout 2 is the U-Sheep pattern which has a shorter displacement and has a better material handling cost
compared to the initial layout and layout of proposed Zig-zag pattern 1 because it can cut the distance of material transfer and smaller material handling costs.
Keywords: Layout. UKM RPA Sederhana, Systematic Layout Planning. PENDAHULUAN
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. (UU RI No. 7/1996
tentang pangan). Indonesia merupakan salah
satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat. Jenis makanan yang bergizi baik yaitu berasal dari produk hewani dan nabati. Salah satu produk makanan dari hewani yaitu daging ayam, konsumsi daging ayam menigkat paling pesat di banding dengan daging sapi maupun kambing Priyatno (2003).
Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang penting untuk kelancaran proses metabolism dalam tubuh. Semakin tingginya kebutuhan terhadap daging ayam dapat mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat persaingan industri produsen daging ayam itu tersebut.
Tingkat persaingan yang tinggi dalam industri ini akhirnya mengharuskan untuk menentukan strategi-strategi yang tepat agar dapat menjaga produktivitas sehingga keuntungan yang didapatkan pun dapat terus ditingkatkan. Salah satu cara atau strategi untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan mengatur tata letak fasilitas (Choiri dkk, 2015).
Tata letak sebagai kumpulan unsur-unsur fisik yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu. Sistem material handling yang kurang sistematis menjadi masalah yang cukup besar dan mengganggu kelancaran proses produksi sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan (Hadiguna, 2008). Sedangkan menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak yang baik adalah tata letak yang dapat menangani sistem material handling
secara menyeluruh. Tata letak pabrik ini meliputi perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan orang-orang yang bekerja pada masing-masing stasiun kerja. Jika disusun secara baik, maka operasi kerja menjadi lebih efektif dan efisien (Wignjosoebroto, 2009). Pada dasarnya tujuan utama perancangan tata letak adalah optimasi pengaturan fasilitas-fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produksi akan maksimal (Purnomo, 2004).
UKM RPA Sederhana merupakan sebuah home industy yang bergerak dalam pemotongan ayam. Home industri ini terletak di jl.Parung-Bogor, desa jampang kec.parung kab.Bogor. Saat ini kondisi UKM RPA Sederhana ini belum maksimal dalam hal jarak pemindahan bahan baku (material
handling) sehingga sering terjadi arus bolak
balik yang dapat mengakibatkan proses produksi terganggu. Salah satu metode perbaikan tata letak fasilitas yaitu metode
systematic layout planning (SLP). Systematic layout planning (SLP) adalah alat yang
digunakan untuk mengatur tempat kerja dipabrik dengan menempatkan area dengan frekuensi tinggi dan hubungan logis dekat satu sama lain. Proses ini memunginkan aliran bahan tercepat dalam memproses produk dengan biaya terendah dan penanganan paling sedikit (Muther,1984) Dengan metode ini diharapkan UKM RPA Sederhana dapat meminimumkan biaya produksi.
METODE PENELITIAN
Tahap awal dalam penelitian ini adalah melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan merupakan permulaan dan langkah awal dari seluruh rangkaian penelitian tugas akhir. Studi pendahuluan berisikan identifikasi masalah yaitu pengenalan masalah, studi lapangan yaitu pengangamatan secara langsung ke lapangan dan menentukan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Identifikasi masalah adalah langkah mengetahui permasalahan yang dihadapi UKM RPA Sederhana. Setelah mengetahui permasalahan dilakukan studi lapangan yaitu kegiatan mengumpulkan data secara langsung melalui pengamatan dan wawancara. Setelah itu perumusan masalah dan tujuan penelitian
dibuat agar penelitian lebih terarah dalam penyusunan.
Tahap kedua yaitu studi literatur. Tahap studi literature merupakan tahapan penulis melakukan pencarian dari berbagai sumber tertulis baik berupa buku, jurnal dan juga mencari referensi yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Tahap ini terdiri dari teori systematic layout
planning dan penelitian terdahulu. Mencari
teori dari buku maupun jurnal yang berhubungan dengan systematic layout
planning. Dibutuhkan juga penelitian
terdahulu dalam penyusunan penulisan ini. Tahap ketiga dalam penelitian ini adalah proses pengumpulan data. Tahap pengumungpulan data ini sendiri terdiri dari beberapa tahapan yaitu data luas area produksi, jenis dan jumlah peralatan, waktu dan proses produksi dan jarak perpindahan bahan. Data luas area produksi merupakan data luas area bangunan dan departemen industri Ayam potong. Jenis dan jumlah peralatan adalah segala sesautu yang mendukung kegiatan produksi Ayam potong. Waktu dan proses produksi adalah waktu dan proses yang dilakukan dalam melakukan produksi pemotongan ayam. Jarak perpindahan bahan merupakan jarak bahan berpindah dari departemen satu ke departemen lainnya. Data-data yang dikumpulkan diperoleh dengan alat meteran dan wawancara langusung kepada pemilik dan karyawan industri Ayam potong.
Tahap selanjutnya adalah pembahasan yaitu mengolah data dengan metode systematic
layout planning. Setelah itu menghitung jarak
dan biaya perpindahan bahan. Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengumpulan data dilakukan perbaikan pada tata letak pada bagian produksi UKM RPA Sederhana dengan metode systematic layout planning. Dalam perbaikan tata letak menggunakan metode
systematic layout planning terdapat beberapa
tahapan yaitu pembuatan peta proses operasi dengan mesin dan peralatan yang digunakan, pembuatan acticity relationship chart,
pembuatan from to chart, from to chart inflow,
from to chart outflow, allocation relationship diagram dan menghitung kebutuhan setiap
area. Setelah itu menghitung jarak usulan satu dan jarak usulan dua, setelah diketahui jaraknya baru dapat diketahui biaya perpindahan bahan dari tata letak usulan perbaikan satu dan usulan perbaikan dua
Tahap terakhir merupakan tahap menganalisis, tahap ini berisikan tahap menganalisa perbandingan biaya perpindahan bahan sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan tata letak fasilitas. Perbandaingan yang dilakukan dengan membandingkan tata letak fasilitas usulan satu, tata letak usulan dua dan tata letak sebelum perbaikan. Analisis berisi detail perbandiangan dari jarak antar setiap area dan biaya perpindahan bahan dalam satu bulan pada tiap-tiap tata letak yang di usulkan maupun sebelum perbaikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tata Letak Awal Sebelum Perbaikan
UKM RPA Sederhana berdiri diatas lahan seluas 10,6 meter x 12,6 meter. Tata letak yang akan diperbaiki adalah seluruh luas UKM RPA Sederhana. Berikut gambar tata letak UKM RPA Sederhana.
Gambar 1. Tata Letak Awal UKM RPA Sederhana
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) Gambar 1. merupakan tata letak awal UKM RPA Sederhana sebelum perbaiakan. Dalam memproduksi ayam potong UKM RPA Sederhana terdapat 11 area dan fasilitas pendukung produksi yang terdiri dari area bahan baku, area penimbangan, area penyembelihan, area pencucian, area perebusan area pencabutan bulu, area pemotongan, area pengemasan, dan yang terakhir Kolam Ikan.
Jarak dan Biaya Perpindahan Bahan Biaya perpindahan bahan di pengaruhi oleh ongkos material handling per meter, jarak antar stasiun kerja yang berhubungan, dan frekuensi perpindahan yang terjadi. Berikut merupakan tata letak awal dengan ukuruan.
Gambar 2. Tata Letak Awal Sebelum
Perbaikan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) Gambar diatas merupakan layout awal sebelum perbaikan dengan perbandingan 1:100. Untuk menentukan jarak antar fasilitas produksi dibutuhkan sumbu X dan sumbu Y sebagai titik hitung untuk perpindahan jarak dari area satu ke area lainnya. Di sini dilakukan pengukuran jarak rectilinear.
Rincian Biaya Tenaga Kerja
Tabel Rincian Biaya Tenaga Kerja Jumlah Produksi Per- Hari (kg)/(Ekor) 50 Ekor Biaya Tenaga kerja Per-Hari (Rp) Rp 300000 Jumlah Tenaga Kerja Per-Hari 2 Durasi Kerja Per-Hari (Jam) 3 Jam
Rincian Biaya Tenaga Kerja
(Sumber: UKM RPA Sederhana, 2019)
Biaya tenaga kerja dalam sehari sebesar Rp 300.000. Produksi UKM RPA Sederhana sehari 50 ekor ukuran 1,8-2 kg . Jumlah tenaga kerja pada UKM RPA Sederhana itu sendiri berjumlah 2 orang. Jam kerjanya adalah 3 jam dari jam 6 pagi sampai jam 9 pagi.
OMH Tataletak Awal
Tabel 1. Total Biaya Perpindahan Bahan Per Hari
Dari Ke Alat Angkut OMH/Meter Frekuensi Jarak (Meter) Total OMH
1B 2 10 1.75 Rp 2916.655 2 3 10 1.65 Rp 2749.989 3 4 10 6.075 Rp 10124.960 4 5 10 1.05 Rp 1749.993 5 6 10 1.75 Rp 2916.655 6 7 10 4.225 Rp 7041.639 7 8 10 1.7 Rp 2833.322 Rp 30333.212 Manusia Rp 166.666
Total OMH per Hari
(Sumber : Pengolahan Data, 2019)
Biaya tenaga kerja per menit adalah Rp. 1666,66. Biaya perpindahan bahan (manusia) adalah Rp. 166,666 per meter. Dengan total OMH sebesar = Rp. 2916,655. Sehingga ongkos material handiling (OMH) per bulan adalah sebesar Rp. 909.996,36 Systematic Layout Planning
Berikut ini merupakan diagram alir tahapan untuk perbaikan tata letak menggnakan metode systematic layout
planning
Data Masukan dan Aktivitas
Diagram Hubungan Aktivitas dan Aliran
Aliran Material Hubungan Aktivitas
Diagram Hubungan Jarak Antar Ruangan Kebutuhan Luas
Area Luas Area yang Tersedia
Perancangan Alternatif Tata Letak Fasilitas
Modifikasi Batasan Praktis
Evaluasi
Gambar 3. Diagram alir Systematic Layout Planning
(Sumber: Sritomo, 2009)
Tahap awal untuk berbaikan tata letak fasilitas yaitu menyiapkan data tata letak awal seperti aliran material, jarak atau ukuran antar area produksi yang akan diperbaiki, biaya perpindahan tata letak sebelum perbaikan.
Tahap kedua yaitu mengetahui kebutuhan luas area produksi. Kebutuhan ini dirincikan dari setiap area produksi satu per satu guna perbaikan tata letak fasilitas.
Tahap selanjutnya yaitu membuat
activity relationship chart (ARC). ARC
area. ARC berguna untuk mengetaui tingkat kepentingan kedekatan suatu area ke area lainnya. Dari ARC ini didapatkan tabel kerja bantu dan tabel skala prioritas.
Tahap selanjutnya adalah membuat
activity relationship diagram (ARD). ARD ini
merupakan diagram hubungan aktifitas antar area. Pembutan ARD ini berdasarkan tabel skala prioritas lalu baru diabuat ARD dengan dua usulan layout.
Tahap kelima merupakan perancangan alternatif tata letak. Perancangan ini berdasarkan ARD yang telah dibuat sebelumnya lalau di tentukan detail ukuran area dengan memperhatikan kelonggaran mesin atau fasilitas dan kelonggaran manusia/operator. Dari ukuran yang telah ditentukan barulah bisa mengetahui biaya perpindahan antar area produksi usulan.
Tahap terakhir yaitu analisis perbandingan. Tahap ini adalah tahapan menganalisa jarak perpindahan antar area produksi tata letak awal dengan usulan 1 dan usulan 2. Dari analisis ini barulah diketahui mana yang lebih baik dalam perpindahan material.
Peta Proses Operasi
Gambar 4. Peta Proses Operasi (Sumber: Pengolahan Data, 2019)
Activity Relationship Chart
Pengukuran dengan menggunakan
Activity Relationship Chart (ARC) merupakan
teknik yang digunakan untuk menganalisa hubunga antar aktivitas yang ada. Derajat Kedekatan yang ditampilkan berdasarkan pengamatan dan wawancara langsung dengan pemilik UKM RPA Sederhana. Berikut
merupakan Activity Relationship Chart (ARC) bagian produksi pada UKM RPA Sederhana.
Gambar 5. Activity Relationship Chart (ARC) (Sumber: Pengolahan Data, 2019)
From To Chart (FTC), Inflow, Outflow dan Tabel Skala Prioritas (TSP)
Tabel 2. From To Chart (FTC)
FROM/TO 1B 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL 1B 2916.655 2916.655 2 2749.989 2749.989 3 10124.96 10124.96 4 1749.993 1749.993 5 2916.655 2916.655 6 7041.639 7041.639 7 2833.322 2833.322 8 0 TOTAL 2916.655 2749.989 10124.96 1749.993 2916.655 7041.639 2833.322 30333.212
(Sumber : Pengolahan Data, 2019) Tabel 3. Inflow FROM/TO 1B 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL 1B 1 1 2 1 1 3 1 1 4 1 1 5 1 1 6 1 1 7 1 1 8 0 TOTAL 1 1 1 1 1 1 1 7
(Sumber : Pengolahan Data, 2019)
Tabel 4 Outflow FROM/TO 1B 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL 1B 1 1 2 1 1 3 1 1 4 1 1 5 1 1 6 1 1 7 1 1 8 0 TOTAL 1 1 1 1 1 1 1 7
Tabel 5. Skala Prioritas
Prioritas I Area Bahan Baku 1B 1B 2
Area Penimbangan 2 3
Area Pemotongan 3 4
Area Pencucian 4 5
Area Perebusan 5 6
Area Pencabutan Bulu 6 7
Area Pemotongan 7 8
Area Pengemasan 8 Area Kolam Ikan K
Kode Stasiun Kerja/ Area
(Sumber : Pengolahan Data, 2019)
Allocation Relationship Diagram (ARD) Tahap selanjutnya adalah menentukan
Allocation Relationship Diagram (ARD) atau
diagram keterkaitan kegiatan. ARD dibuat berdasarkan tingkat prioritas kedekatan sehingga diharapkan ongkos handling
minimum. Inputan dari Allocation Relationship Diagram adalah tabel skala prioritas , jadi
yang menempati prioritas pertama pada pada tabel skala prioritas harus di dekatkan letaknya lalu diikuti priritas berikutnya. Usulan yang dibuat yaitu pola aliran zig-zag dan pola aliran
u-shaped. Berikut merupakan Allocation Relationship Diagram pola aliran zig-zag dan u-shaped .
Gambar 6. ARD Usulan 1 Pola Zig-Zag (Sumber : Pengolahan Data, 2019)
Gambar 7. ARD Usulan 2 Pola U-Shaped (Sumber : Pengolahan Data, 2019)
Perhitungan Kebutuhan Luas Area Perbaikan
Untuk setiap mesin atau fasilitas pendukung digunakan toleransi 0,75-1 meter pada setiap sisi mesin dan untuk kelonggaran operator (allowance) sebesar 50%.
Kebutuhan luas area bahan baku 1 adalah kandang yang berukuran 5,9 m x 2,2 m = 12,98 . Kelonggaran operator sebesar 50 % sehingga kebutuhan luas area bahan baku menjadi. 19,47
Kebutuhan luas area penimbangan adalah timbangan yang berukuran 0,3m x 0,3 m=0,9 dan ditambah dengan kotak ayam yang berukuran 1,5m x 1m = 1,5 menjadi 2,4 . Kelonggaran operator sebesar 50% sehingga kebutuhan luas area penimbangan menjadi 3,6
Kebutuhan luas area penyembelihan, di dalam area penyembelihan terdapat ember besar berukuran 1,5m x 1m = 1,5 Kelonggaran operator sebesar 50% sehingga kebutuhan luas area penyembelihan menjadi 2,25
Kebutuhan luas area pencucian, di dalam area pencucian terdapat drum air dengan ukuran sebesar 1,05m x 0,7m = 0,735
.Kelonggaran operator sebesar 50% sehingga kebutuhan luas area pencucian menjadi. 1.102
Kebutuhan luas area perebusan , di dalam area perebusan terdapat tungku perebusan berukuran 1,05m x 0,7m = 0,735
ukuran ditambahkan 0,75 pada setiap sisi kompor menjadi 1,8m x 1,7m = 3,06 .
Kelonggaran operator sebesar 50% sehingga kebutuhan luas area pencetakan menjadi 4,59 Kebutuhan luas area pencabutan bulu, di dalam area pencabutan bulu terdapat mesin pencabut bulu yang berukuran 1,05m x 0,7m = 0,735 ukuran ditambahkan 0,75 pada setiap sisi mesin menjadi 1,8m x 1,7m = 3,06
. Kelonggaran operator sebesar 50% sehingga kebutuhan luas area pencabutan bulu menjadi 4,59
Kebutuhan luas area pemotongan, pada area ini terdapat talenan 0,6m x 0,5m = 0,3 , dan ember berjumlah 2 buah dengan ukuran 0,8 m x 0,8 m = 1,28 dikalikan dengan jumlah menjadi 2,56 lalu ditambahkan dengan luas talenan menjadi 2,86
. Kelonggaran operator sebesar 50% sehingga kebutuhan luas area pemotongan menjadi 4,29
Kebutuhan luas area pengemasan, pada area pengemasan berukuran 2,1 m x 1,4 m = 2,94 . Kelonggaran operator sebesar 50% sehingga kebutuhan luas area bahan jadi menjad 4,41
Kebutuhan untuk kolam ikan tidak diubah dikarnakan ada beberapa factor lain, area kolam ikan dengan luas 4,2 m x 3,1 m = 13,02
Area Alocation Diagram (AAD) dan OMH Perbaikan
Langkah selanjutnya adalah membuat
area alocation diagram (AAD). Dalam
membuat area alocation diagram perlu memperhatikan kebutuhan luas setiap area dengan kelonggaran mesin dan kelonggaran operator dan perlu juga memperhatikan tabel skala prioritas yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut merupakan area
alocation diagram usulan 1 dengan pola
zig-zag.
Gambar 8. AAD Usulan 1 Pola Zig-Zag (Sumber : Pengolahan Data, 2019) Tabel 6. Perhitungan Jarak dan OMH Usulan 1
Dari Ke Alat Angkut OMH/Meter Frekuensi Jarak (Meter) Total OMH
1B 2 10 9.844 Rp 16406.601 2 3 10 1.403 Rp 2338.324 3 4 10 1.051 Rp 1751.660 4 5 10 1.826 Rp 3043.321 5 6 10 2.11 Rp 3516.653 6 7 10 2.494 Rp 4156.650 7 8 10 2.155 Rp 3591.652 Rp 34804.861 Manusia Rp 166.666
Total OMH per Hari
(Sumber : Pengolahan Data, 2019)
Total ongkos material handling (OMH) adalah sebesar Rp. 16406,601 dengan ongkos material handling (OMH) per bulan adalah Rp. 1.044.145,823
Setelah mengetahui OMH perbulan dari usulan 1 dengan pola aliran zig-zag, langkah selanjutnya adalah mengetahui area
allocation diagram pola aliran u-shape.
Berikut merupakan AAD dengan pola aliran u-shape.
Gambar 9. AAD Usulan 2 Pola U-Shape (Sumber : Pengolahan Data, 2019)
Tabel 7. Perhitungan Jarak dan OMH Usulan 2 Dari Ke Alat Angkut OMH/Meter Frekuensi Jarak (Meter) Total OMH
1B 2 10 4.733 Rp 7888.302 2 3 10 1.627 Rp 2711.656 3 4 10 1.838 Rp 3063.321 4 5 10 1.051 Rp 1751.660 5 6 10 2.225 Rp 3708.319 6 7 10 2.19 Rp 3649.985 7 8 10 2.145 Rp 3574.986 Rp 26348.228 Manusia Rp 166.666
Total OMH per Hari
(Sumber : Pengolahan Data, 2019)
Total ongkos material handling
(OMH) adalah Rp. 7888,302 dengan OMH per bulan sebesarRp. 790.446.8382
Analisis Perbandingan Usulan Perbaikan Tata Letak dengan Tata Letak Awal UKM RPA Sederhana
Tahapan paling terakhir yaitu tahap analisis, setelah mengetahui jarak dan biaya perpindahan bahan/OMH dari setiap tata letak yang diusulkan. Tahap analisis ini merupakan tahapan membandingkan tata letak usulan 1 dengan pola zig-zag, usulan 2 dengan pola
u-shape dan tata letak awal UKM RPA
Sederhana tanpa pola aliran. Berikut merupakan tabel perbandingannya.
Tabel 8. Perbandingan Tata Letak Awal dan Usulan
(Sumber : Pengolahan Data, 2019
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis pada tata letak fasilitas dapat disimpulkan bahwa : 1. Ongkos Material Handling (OMH) pada
tata letak fasilitas awal sebelum perbaikan sebesar Rp.909.996,36 per bulan,
sedangkan ongkos material handling pada usulan 1 sebesar Rp. 1.044,145 per bulan, dan ongkos material handling pada usulan 2 sebesar Rp. 790.446,8382 per bulan. jarak perpindahan bahan total antar departemen pada tata letak awal sebesar 17,4 m, untuk jarak perpindahan bahan tata letak fasilitas usulan 1 pola zig-zag sebesar 20,883 m sedangkan untuk untuk jarak perpindahan bahan tata letak fasilitas usulan 2 pola
U-Sheep sebesar 15,809 m.
2. Tata letak fasilitas usulan 2 yaitu pola
U-Sheep memiliki perpindahan yang lebih
pendek dan memiliki ongkos material
handling yang lebih baik dibandingkan tata
letak awal dan tata letak usulan 1 pola Zig-zag karena dapat memangkas jarak perpindahan bahan dan ongkos material
handling yang lebih kecil.
SARAN
Kebutuhan penelitian lebih lanjut sangat penting untuk menyempurnakan penulisan tugas akhir ini. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk
memperbaiki tata letak ini, antaralain aspek sosial, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek ergonomis. Penambahan analisis aspek tersebut diharapkan dapat membantu perbaikan pada tata letak fasilitas untuk UKM RPA Sederhana dalam melakukan aktivitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Apple, James M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga. Bandung: ITB.Azwar, Saifuddin. (1999). Reliabilitas dan validitas: Seri pengukuran Psikologi. Yogyakarta: Sigma Alpha.
Agnes, 2016. “Praktik Penyembelihan dan Pengolahan Ayam di Rumah Potong Ayam Desa Panduran Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar (Tinjauan Undang-undang No.33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal)”. Institut Agama Islam Negeri Tulung Agung.
Ari, Nugroho,. 2019 “Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas (Studi kasus Usaha Kecil Menengah Tahu AKM” Universitas Gunadarma.
Cundara., dkk 2017. “Usulan Perbaikan Material Handling Dengan Menggunakan Systematic Layout Planning (SLP)” Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina.
Murtidjo, B. A. 1992. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta. Purnomo, Hari (2004), Perencanaan Dan
Perancangan Fasilitas, Graha Ilmu, Rahman, Arief (2010). Definisi dan Kriteria
UKM mrnurut Lembaga dan Negara Asing [Online]. Tersedia :http://www.gerilaku.web.id/news/crit
eria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm. [15 April 2019) Rasyaf. 2007. Beternak Ayam Broiler.
Penerbit PT Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta
Sutalaksana, I. Z. Teknik Perancangan Sistem Kerja. 2006.
Lembaga Penerbit : Guna Widya Surabaya
Tompkins, J. A., et al. (2003). “Facilities Planning”. 3rd ed. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Wignjosoebroto, Sritomo., 2009, “Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”, Guna Widya, Surabaya
Yuwanta, T. 2004. Dasar ternak Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.