• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI ENDOFIT PADA JARINGAN

MUDA TANAMAN GAHARU (Aquilaria malaccencis Lamk.)

SKRIPSI

Oleh :

RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS 081202040

BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI ENDOFIT PADA JARINGAN

MUDA TANAMAN GAHARU (Aquilaria malaccencis Lamk.)

SKRIPSI

Oleh:

RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS 081202040

BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.) Nama : Retno Ratih Wahyuningtias

NIM : 081202040

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Nelly Anna S.Hut, M.Si Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M. S

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRACT

RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS. Isolation and Identifying of Endophytic Fungi from Plant Tissues of Agarwood (Aquilaria malaccencis Lamk.). Under guidance of NELLY ANNA and EDY BATARA MULYA SIREGAR.

Endophytic fungi represent a group of fungi which can live in plant tissues with the have symbiosis of mutualism with their host. Research about endophytic fungi of agarwood have never been done previously in Indonesia. Intention of this research is to isolation, identifying, and comparing fungi endofit which live in plant tissues of agarwood ( A. malaccensis Lamk.). Sample which is to used is leaves, small branch, and root which is taken away from Desa Penungkiran Dusun II Durin Jangah Pancur Batu. Isolation and identifying has been done in Laboratorium Bioteknologi Hutan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, which is conducted from October – December 2012.

The result of this research showed that there are six isolat of endophytic fungi from root, that is Cladosporium sp1., Aspergillus sp1., Cladosporium sp3., Aspergillus sp2., Aspergillus sp3., dan Aspergillus sp4.; four isolat from leaves, that is Fusarium sp., Acremonium sp., Cladosporium sp4., dan Aspergillus sp5.; and one isolat from small branch, that is Cladosporium sp2. Marga Cladosporium has found in each plant tissues of agarwood which is isolated and Acremonium used to induce the agarwood is only found in just isolate leaf.

(5)

ABSTRAK

RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS. Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.). Di bawah bimbingan NELLY ANNA dan EDY BATARA MULYA SIREGAR.

Fungi endofit merupakan sekelompok fungi yang dapat hidup di dalam jaringan tanaman dengan bersimbiosis mutualisme dengan tanaman inangnya. Penelitian tentang fungi endofit pada gaharu belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan membandingkan fungi endofit yang hidup pada jaringan muda tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.). Sampel yang digunakan adalah daun, ranting muda dan akar yang diambil dari Desa Penungkiran Dusun II Durin Jangah Pancur Batu. Isolasi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hutan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukannya enam isolat fungi endofit pada akar, yaitu Cladosporium sp1., Aspergillus sp1., Cladosporium sp3., Aspergillus sp2., Aspergillus sp3., dan Aspergillus sp4.; empat isolat pada daun, yaitu Fusarium sp., Acremonium sp., Cladosporium sp4., dan Aspergillus sp5.; dan satu isolat pada ranting muda, yaitu Cladosporium sp2. Genus Cladosporium ditemukan pada setiap jaringan muda A. malaccensis Lamk. yang diisolasi dan Acremonium yang digunakan untuk menginduksi gaharu hanya ditemukan pada isolat daun saja.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Retno Ratih Wahyuningtias. Dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Juni

1989, anak pertama dari pasangan Sugiwahono dan M. Ningrum.

Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan di SD Al-Washliyah

Medan, pada tahun 2004 menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 16 Medan dan

pada tahun 2007 menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 12 Medan. Pada

tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara,

Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan, minat Budidaya Hutan melalui

jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti organisasi

Himpunan Mahasiswa Syiva (HIMAS) USU sebagai anggota, penulis juga

mengikuti Organisasi Badan Kenaziran Musholah (BKM) sebagai anggota seksi

publikasi dan dokumentasi. Penulis pernah menjadi asisten Praktikum

Bioteknologi Hutan pada tahun 2012. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan

Ekosistem Hutan (PEH) di Hutan Dataran Tinggi Gunung Sinabung dan Taman

Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk pada Juli 2010. Penulis melaksanakan

Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Banyumas Barat dari tanggal 1 Februari

sampai 1 Maret 2012.

Penulis melaksanakan penelitian pada bulan Oktober–Desember 2012 di

Laboratorium Bioteknologi Hutan dengan judul ”Isolasi dan Identifikasi Fungi

Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)” di

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul

dari skripsi ini adalah “Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan

Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jenis-jenis

fungi endofit yang hidup pada jaringan muda tanaman gaharu (A. malaccensis

Lamk.) serta membandingkan fungi-fungi tersebut. Skripsi ini diajukan untuk

melengkapi salah satu syarat menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi

Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Dengan segenap keikhlasan dan kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Sugiwahono dan Ibunda M. Ningrum

yang telah membesarkan penulis dengan segenap cinta kasih, pengertian,

pengorbanan serta do’a yang tiada terputus kepada penulis. Serta kepada

adik-adik tersayang (Ridho A. Kusuma, Rahma P. Kusuma, Raghilya P.

Kusuma dan Nila A. Nabila) atas dukungan moril kepada penulis.

2. Ibu Nelly Anna, S. Hut, M. Si dan Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya S, MS

selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan,

waktu, perhatian dan saran dalam penyelesaian penelitian dan

penyempurnaan skripsi ini.

3. Sahabat-sahabatku Eka Sri Mulyani, Lisdayani, Sri Wulandari, Deane P.

(8)

4. Teman-teman senasib seperjuangan di Laboratorium Bioteknologi Hutan

Mega B. Sianturi, Melva Gultom, Romasli Nadeak, Juliance Munthe,

Wahman Saragih dan Vera Wati Manullang, atas semua semangant dan canda

tawanya selama pelaksanaan penelitian.

5. Rekan-rekan stambuk 2008, terkhusus Budidaya Hutan 2008, atas

kebersamaannya selama mengikuti kegiatan perkuliahan dan praktikum yang

menyenangkan.

6. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari segi materi maupun tehnik penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi

ini. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi kita semua, sebagai dasar penelitian

selanjutnya dan menyumbangkan ilmu pengetahuan bagi kemajuan dunia

pendidikan khususnya dalam bidang kehutanan.

Medan, Januari 2013

(9)

DAFTAR ISI

Beberapa Jenis Fungi Endofit ... 6

Interaksi Fungi Endofit dengan Tanaman ... 8

Medium ... 11

Karakteristik Gaharu ... 13

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Bahan dan Alat Penelitian ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Pengambilan Sampel ... 15

Pembuatan Media PDA ... 16

Isolasi, Pemurnian dan Identifikasi Fungi Endofit ... 13

Dokumentasi ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Fungi Endofit ... 18

Identifikasi Fungi Endofit ... 22

Perbandingan Fungi Endofit dan Interaksinya dengan Tanaman ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Koloni Aspergillus sp5. setelah berumur 3 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B),

konidia (a), konidiofor (b), spora (c) ... 18

2. Kolo

ni Aspergillus sp2. setelah berumur 5 hari pada

media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a),

konidiofor (b), spora (c) ... 19 3. Koloni Cladosporium sp2. setelah berumur 5 hari pada

media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), spora (a),

konidiofor (b) ... 20 4. Koloni Fusarium sp. setelah berumur 7 hari pada

media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B),

konidiofor (a), makrokinidia (b) ... 20 5. Koloni Acremonium sp. setelah berumur 7 hari pada

media PDA dan bentuk mikroskopik (B),

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Hasil identifikasi makroskopis dan mikroskopis isolat fungi endofit dari jaringan daun, ranting muda dan akar

dari tanaman A. Malaccensis Lamk. ... 23 2. Kecepatan pertumbuhan dari isolasi fungi endofit pada

(12)

ABSTRACT

RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS. Isolation and Identifying of Endophytic Fungi from Plant Tissues of Agarwood (Aquilaria malaccencis Lamk.). Under guidance of NELLY ANNA and EDY BATARA MULYA SIREGAR.

Endophytic fungi represent a group of fungi which can live in plant tissues with the have symbiosis of mutualism with their host. Research about endophytic fungi of agarwood have never been done previously in Indonesia. Intention of this research is to isolation, identifying, and comparing fungi endofit which live in plant tissues of agarwood ( A. malaccensis Lamk.). Sample which is to used is leaves, small branch, and root which is taken away from Desa Penungkiran Dusun II Durin Jangah Pancur Batu. Isolation and identifying has been done in Laboratorium Bioteknologi Hutan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, which is conducted from October – December 2012.

The result of this research showed that there are six isolat of endophytic fungi from root, that is Cladosporium sp1., Aspergillus sp1., Cladosporium sp3., Aspergillus sp2., Aspergillus sp3., dan Aspergillus sp4.; four isolat from leaves, that is Fusarium sp., Acremonium sp., Cladosporium sp4., dan Aspergillus sp5.; and one isolat from small branch, that is Cladosporium sp2. Marga Cladosporium has found in each plant tissues of agarwood which is isolated and Acremonium used to induce the agarwood is only found in just isolate leaf.

(13)

ABSTRAK

RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS. Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.). Di bawah bimbingan NELLY ANNA dan EDY BATARA MULYA SIREGAR.

Fungi endofit merupakan sekelompok fungi yang dapat hidup di dalam jaringan tanaman dengan bersimbiosis mutualisme dengan tanaman inangnya. Penelitian tentang fungi endofit pada gaharu belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan membandingkan fungi endofit yang hidup pada jaringan muda tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.). Sampel yang digunakan adalah daun, ranting muda dan akar yang diambil dari Desa Penungkiran Dusun II Durin Jangah Pancur Batu. Isolasi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hutan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukannya enam isolat fungi endofit pada akar, yaitu Cladosporium sp1., Aspergillus sp1., Cladosporium sp3., Aspergillus sp2., Aspergillus sp3., dan Aspergillus sp4.; empat isolat pada daun, yaitu Fusarium sp., Acremonium sp., Cladosporium sp4., dan Aspergillus sp5.; dan satu isolat pada ranting muda, yaitu Cladosporium sp2. Genus Cladosporium ditemukan pada setiap jaringan muda A. malaccensis Lamk. yang diisolasi dan Acremonium yang digunakan untuk menginduksi gaharu hanya ditemukan pada isolat daun saja.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fungi endofit merupakan sekelompok fungi yang sebagian atau seluruh

hidupnya berada dalam jaringan tumbuhan hidup dan biasanya tidak merugikan

inangnya. Fungi-fungi endofit umumnya memproduksi metabolit sekunder yang

memiliki aktivitas biologis yang bermanfaat seperti misalnya senyawa-senyawa

anti kanker, anti virus atau anti bakteri (Noverita et al., 2009).

Hubungan antara fungi endofit dan tumbuhan inangnya merupakan suatu

bentuk hubungan simbiosis mutualisme, yaitu sebuah bentuk hubungan yang

saling menguntungkan. Fungi endofit dapat memperoleh nutrisi untuk melengkapi

siklus hidupnya dari tumbuhan inangnya, sebaliknya tumbuhan inang memperoleh

proteksi terhadap patogen tumbuhan dari senyawa yang dihasilkan fungi endofit.

Mikroorganisme tersebut memiliki peranan penting di dalam jaringan tanaman

inang yang memperlihatkan interaksi mutualistik, yaitu interaksi positif dengan

tanaman inangnya dan interaksi negatif terhadap hama serangga dan penyakit

tanaman (Prihatiningtias, 2006).

Dreyfuss dan Chapela (1994) memperkirakan sedikitnya ada satu juta

fungi endofit. Fungi endofit mampu melindungi tanaman inangnya melawan

serangan hama serangga, patogen dan pemakan tumbuhan. Sampai saat ini, hanya

sedikit tanaman yang telah diteliti memiliki fungi endofit dan potensinya untuk

menghasilkan senyawa bioaktif yaitu metabolisme sekunder. Fungi endofit yang

tinggal di dalam tumbuhan inang biasanya hidup dengan aman, tetapi fungi

(15)

satu peran penting dari fungi endofit adalah mendaur ulang gizi sebagai bahan

penting bagi kelangsungan hidup tanaman inang apabila tanaman inang akan

mulai mati atau sekarat (Strobel, 2002).

Baru-baru ini, fungi endofit telah dikenali sebagai sumber penghasil

senyawa metabolit sekunder aktif yang bermanfaat dalam bidang kedokteran,

yaitu sebagai anti kanker, anti mikrobial dan aktivitas lain, dan juga sebagai

sumber potensi utama dalam dunia industri dan agrokimia dalam menghasilkan

produk baru. Pemilihan tanaman inang adalah faktor penting untuk produksi dari

fungi endofit dan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan. De Souza et al.

(2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terpenoid dihasilkan dari fungi

endofit yang diisolasi dari tanaman inang dan dari aktivitas biologinya.

Nimnoi et al. (2010) menjelaskan bahwa endofit dapat tumbuh baik di

daerah sekitar perakaran tanaman pada tanaman A. crassna Pierre, hal ini

disebabkan karena fungi ini dapat dengan mudah menginduksi tanaman inang

melalui perakaran tanaman. Pada proses isolasinya diketahui bahwa

mikroorganisme ini tumbuh dengan baik pada media agar. Walaupun penelitian

tentang fungi endofit pada tanaman penghasil gaharu sudah pernah dilakukan

sebelumnya di Thailand, tetapi untuk di Indonesia sendiri penelitian sejenis belum

pernah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut melatar belakangi penulis untuk

melakukan penelitian mengenai keberadaan fungi endofit pada tanaman penghasil

(16)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan, yaitu:

1. Mengisolasi dan mengidentifikasi jenis-jenis fungi endofit yang hidup pada

jaringan muda tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.).

2. Membandingkan fungi endofit yang hidup pada jaringan muda tanaman

gaharu (A. malaccensis Lamk.).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Fungi Endofit

Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel

tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual

dan aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri,

karena cara mendapatkan makanannya berbeda dari organisme eukariotik lainnya,

yaitu melalui absorbsi. Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang

yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala, yaitu

miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi

menyerap nutrien dari lingkungan, dan miselium fertil yang berfungsi dalam

reproduksi (Gandjar et al., 1999).

Fungi endofit merupakan mikroorganisme yang hidup dalam jaringan

tanaman dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman

tanpa membahayakan tanaman inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat

mengandung beberapa mikroba, salah satunya fungi endofit yang mampu

menghasilkan senyawa bioaktif atau metabolit sekunder sebagai akibat transfer

genetik dari tanaman inangnya ke dalam fungi endofit (Tan dan Zou, 2001).

Fungi endofit yang dihasilkan dari tumbuhan inang dapat menghasilkan

jenis isolat yang berbeda-beda dan bervariasi. Hal ini merupakan mekanisme

adaptasi dari endofit terhadap mikroekologi dan kondisi fisiologis yang spesifik

dari tumbuhan inang. Bahkan dari satu jaringan hidup suatu tumbuhan dapat

diisolasi lebih dari satu jenis fungi endofit (Noverita et al., 2009). Dari berbagai

(18)

yang berada di atas tanah, seperti daun, batang, kulit batang, tangkai daun, dan

alat reproduktif (Purwanto, 2011). Hal ini berhubungan dengan banyaknya

paparan sinar matahari yang diterima bagian tersebut (Faeth dan Fagan, 2002).

Beberapa fungi endofit hanya membentuk koloni di salah satu bagian dalam

jaringan tanaman, sehingga tidak semua jaringan tanaman yang ditanam secara

acak terjadi pertumbuhan fungi endofit (Johnston et al., 2006).

Asosiasi fungi endofit dengan tumbuhan inangnya, digolongkan dalam dua

kelompok, yaitu mutualisme konstitutif dan induktif. Mutualisme konstitutif

merupakan asosiasi yang erat antara fungi dengan tumbuhan terutama

rumput-rumputan. Pada kelompok ini fungi endofit menginfeksi ovula (benih) inang, dan

penyebarannya melalui benih serta organ penyerbukan inang. Mutualisme induktif

adalah asosiasi antara fungi dengan tumbuhan inang, yang penyebarannya terjadi

secara bebas melalui air dan udara. Jenis ini hanya menginfeksi bagian vegetatif

inang dan seringkali berada dalam keadaan metabolisme inaktif pada periode yang

cukup lama (Haniah, 2008).

Bukti yang menunjukkan bahwa endofit mempunyai peran dalam hasil

interaksi antara tanaman dan patogen menunjukan peningkatan pada beberapa

tahun terakhir. Mekanisme berbeda yang digunakan untuk menetralkan

pengembangan patogen telah diamati. Sebagai contoh, beberapa jenis endofit

dapat mempengaruhi mekanisme pertahanan tumbuhan yang menetralkan

serangan patogen, yang lain menghasilkan antibiotik yang menghalangi

pertumbuhan patogen, persaingan untuk ruang tanaman dan sumber daya juga

terjadi antara endofit dan patogen yang datang; akhirnya, beberapa parasit dari

(19)

tersedia untuk infeksi mungkin telah diduduki, atau endofit mungkin

memproduksi zona yang membatasi masuknya fungi lain. Infeksi endofit dapat

mengubah biokimia tanaman dengan cara mempengaruhi mekanisme pertahanan

terhadap patogen (Zabalgogeazcoa, 2008).

Beberapa Jenis Fungi Endofit

Aspergillus umum ditemukan di tanah, beberapa juga terdapat diisolasi

dari rizosfir tanaman. Secara mikroskopis Aspergillus mudah dikenali karena

memiliki konidiofor yang tegak, tidak bersepta, tidak bercabang dan ujung

konidiofor membengkak membentuk vesikel. Aspergillus yang diisolasi, secara

visual koloninya tampak memiliki lapisan basal berwarna putih hingga kuning

dengan lapisan konidiofor yang lebat berwarna coklat tua hingga hitam. Tangkai

konidiofor (stipe) tidak berornamentasi/berdinding halus dan berwarna transparan

(hialin). Kepala konidia berwarna hitam dan berbentuk bulat. Konidia berbentuk

bulat hingga semi bulat, berwarna coklat tua. Konidia terbentuk dari fialid yang

menumpang pada metula (tipe biseriate) dan membentuk formasi sikat melingkar

(radiate collumnar) (Ilyas, 2006).

Penicillium secara mikroskopis memiliki bentuk konidiofor yang khas.

Konidiofor muncul tegak dari miselium, sering membentuk sinnemata, dan

bercabang mendekati ujungnya. Ujung konidiofor memiliki sekumpulan fialid

dengan konidia berbentuk globus atau ovoid, tersusun membentuk rantai basipetal.

Secara makroskopis, kapang Fusarium memiliki bentuk miselium seperti kapas.

Miseliumnya tumbuh cepat dengan bercak-bercak berwarna merah muda,

abu-abu, atau kuning. Di bawah mikroskop, konidiofor Fusarium tampak bervariasi,

(20)

dasar konidia yaitu mikrokonidia dan makrokonidia, konidia berwarna transparan,

dan bersepta. Secara mikroskopis marga tersebut dapat dikenali dari bentuk

sporanya (makrokonidia) yang melengkung seperti bulan sabit dan memiliki sel

kaki (pedicellate) yang jelas (Ilyas, 2006).

Cunninghamella diperoleh dari rizosfir akar jagung, kacang tanah, tebu,

dan wortel. Secara makroskopis Cunninghamella memiliki miselium berwarna

putih, tumbuh cepat dalam kultur. Secara mikroskopis hifa Cunninghamella tidak

bersekat, konidiofor sederhana atau bercabang, ujung konidiofor menghasilkan

kepala konidia (sporangia) yang khas. Konidia berwarna bening, tersusun atas 1

sel, berbentuk globus (Gambar 1C). Kapang tersebut bersifat saprofit dan

merupakan kapang tanah yang umum (Barnett dan Hunter, 1998).

Trichoderma yaitu pada akar jagung dan tebu. Kapang Trichoderma

mudah dikenali secara visual dari pertumbuhan koloninya yang sangat cepat

dengan bantalan konidianya yang berwarna kehijauan. Kapang tersebut bersifat

saprofitik di tanah dan kayu yang membusuk, namun beberapa jenis bersifat

parasit pada kapang jamur lain (Barnett dan Hunter, 1998). Trichoderma yang

diisolasi memiliki miselia transparan, kemudian menjadi putih kehijauan, dan

selanjutnya berwarna hijau tua terutama pada bagian yang banyak konidianya.

Sebalik koloni tidak berwarna/transparan. Konidiofor bercabang membentuk

formasi piramida. Konidia transparan, berbentuk semibulat hingga oval, dan

terbentuk pada ujung-ujung fialid (Ilyas, 2006).

Ciri-ciri dari Fusarium sp. memiliki konidia hyaline yang terdiri dari dua

jenis yaitu makrokonidia berbentuk sabit, umumnya bersekat tiga, berukuran

(21)

terbentuk secara tunggal atau berangkai-rangkai, membentuk massa yang

berwarna putih atau merah jambu (Sunarmi, 2010).

Interaksi Fungi Endofit dengan Tanaman

Fungi endofit bersifat simbiosis mutualisme dengan tanaman inangnya.

Manfaat yang diperoleh dari tanaman inang yakni meningkatkan laju

pertumbuhan tanaman inang, tahan terhadap serangan hama, penyakit dan

kekeringan. Selain itu, fungi endofit dapat membentu proses penyerapan unsur

hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis dan hasil fotosintesis

dapat digunakan oleh fungi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Hubungan yang erat antara fungi endofit dan tanaman inangnya yakni transfer

materi genetik satu dengan lainnya (Hidayahti, 2010).

Hubungan antara fungi endofit dan tumbuhan inang dapat terjadi melalui

infeksi yang tidak menimbulkan gejala penyakit sampai hubungan simbiosis

mutualisme. Mikroba endofit dalam jaringan tanaman memperoleh nutrisi dan

perlindungan dari inang, sebaliknya mikroba endofit membantu kehidupan inang

dengan cara memproduksi metabolit yang dibutuhkan inang tersebut. Tanaman

yang mengandung endofit sering tumbuh lebih cepat dari tanaman yang tidak

terinfeksi. Efek ini terjadi karena endofit memproduksi fitohormon seperti

indole-3-acetic acid (IAA), sitokinin, dan senyawa pemacu pertumbuhan lain. Selain itu

endofit dapat membantu inang dalam mengambil nutrisi seperti nitrogen dan

fosfor (Tan dan Zou, 2001).

Mikroba endofit juga mampu meningkatkan kemampuan adaptasi inang

terhadap stress lingkungan dan ketahanan terhadap fitopatogen, herbivora, cacing,

(22)

pada rerumputan biasanya menambah toleransi terhadap kekeringan

(Faeth dan Fagan, 2002).

Banyak endofit menginfeksi lokal bagian tanaman, yang terbatas pada

jaringan kecil tanaman. Hal ini didukung oleh fakta bahwa seringnya beberapa

spesies endofit menyembuhkan bagian berbeda dari tanaman yang sama. Dalam

kontrasnya, spesies Neotyphodium dan Epichlöe secara sistematis menginfeksi

ruang interseluler dari daun, batang reproduktif, dan benih dari tanaman inangnya.

Endofit dapat menginfeksi tanaman dengan pertolongan transmisi horizontal,

ketika inokulumnya diangkut ke bagian tanaman lain, atau secara vertikal ketika

endofit menginfeksi benih dari tanaman yang terinfeksi. Studi membuktikan

bahwa hasil dari serangan beberapa patogen mungkin tergantung pada asosiasi

endofit dengan inangnya. Oleh karena itu, sekumpulan jenis endofit ditentukan

oleh kehadiran organisme dengan aplikasi potensial untuk mengendalikan

penyakit pada jenis tanaman yang sama. Oleh karenanya, endofit mungkin

memiliki suatu peranan penting dalam adaptasinya tumbuhan kepada kondisi

lingkungan tertentu. Sebagai tambahan, mereka menghadirkan suatu kelompok

organisme dengan potensi sangat baik yang diaplikasikan untuk meningkatkan

dan mengendalikan penyakit tanaman. Beberapa contoh yang sudah (yaitu

Neotyphodium dan Epichlöe menyebar di hamparan rumput dan makanan hewan

dari beberapa rerumputan), aplikasi lain mungkin akan nampak di masa datang

(Zabalgogeazcoa, 2008).

Kemampuan mikroba endofit memproduksi senyawa metabolit sekunder

sesuai dengan tanaman inangnya merupakan peluang yang sangat besar dan dapat

(23)

diisolasi dari tanaman inangnya tersebut. Sehingga apabila endofit yang diisolasi

dari suatu tanaman obat dapat menghasilkan alkaloid atau metabolit sekunder

sama dengan tanaman aslinya atau bahkan dalam jumlah yang lebih tinggi, maka

kita tidak perlu menebang tanaman aslinya untuk diambil sebagai simplisia, yang

kemungkinan besar memerlukan puluhan tahun untuk dapat dipanen. Beberapa

diantaranya adalah (Strobel et al, 2002):

1. Mikroba endofit yang menghasilkan antibiotika. Cryptocandin adalah

antifungi yang dihasilkan oleh mikroba endofit Cryptosporiopsis quercina

yang berhasil diisolasi dari tanaman obat Tripterigeum wilfordii, dan

berhasiat sebagai antijamur yang patogen terhadap manusia yaitu Candida

albicans dan Trichopyton spp.

2. Mikroba endofit yang menghasilkan metabolit sebagai antikanker. Paclitaxel

dan derivatnya merupakan zat yang berkhasiat sebagai antikanker yang

pertama kali ditemukan yang diproduksi oleh mikroba endofit. Paclitaxel

merupakan senyawa diterpenoid yang didapatkan dalam tanaman Taxus.

Senyawa yang dapat mempengaruhi molekul tubulin dalam proses

pembelahan sel-sel kanker ini, umumnya diproduksi oleh endofit

Pestalotiopsis microspora, yang diisolasi dari tanaman Taxus andreanae, T.

brevifolia, dan T. wallichiana. Saat ini beberapa jenis endofit lainnya telah

dapat diisolasi dari berbagai jenis Taxus dan didapatkan berbagai senyawa

yang berhasiat sebagai antitumor. Demikian pula upaya untuk sintesisnya

telah berhasil dilakukan.

3. Endofit yang memproduksi antioksidan. Pestacin dan isopestacin merupakan

(24)

berhasil diisolasi dari tanaman Terminalia morobensis, yang tumbuh di Papua

New Guinea. Baik pestacin ataupun isopestacin berhasiat sebagai

antioksidan, dimana aktivitas ini diduga karena struktur molekulnya mirip

dengan flavonoid.

Medium yang digunakan

Secara umum, harus tersedia semua nutrien yang dibutuhkan oleh mikroba

untuk memperoleh energi, pertumbuhan, bahan pembentuk sel dan biosintesis

produk. Dalam pemeriksaan laboratorium mikrobiologi penggunaan media sangat

penting untuk isolasi, identifikasi maupun diferensiasi. Media merupakan

kumpulan zat makanan (nutrisi) yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba

dengan syarat-syarat tertentu.

1. Medium umum untuk mengisolasi fungi umumnya menggunakan Potato

Dextrose Agar (PDA), Malt Extract Agar (MEA), Czapek Dox Agar (CDA),

Carrot Agar (CA), Oat Meal Agar (OA), Dichloran Rose Bengal

Chloramphenicol Agar (DRBC), Taoge Extract 6% Sucrose Agar (TEA).

2. Medium khusus mempunyai komposisi yang khusus sesuai dengan fungi

yang akan diisolasi. Ada yang dapat dibuat sendiri ada yang sudah tersedia

komersial.

(Gandjar et al, 2006).

Beberapa kriteria yang biasa digunakan dalam pengklasifikasian media

adalah komposisi kimia, bagian fisika dan kegunaannya. Sebenarnya, setiap media

dibuat untuk penggunaan tertentu dan sebab itulah karakteristik kimia dan fisika

harus disesuaikan dengan penggunaan dan fungsinya. Berdasarkan kegunaannya,

(25)

1. Media biasa. Media ini dilengkapi dengan kompleks material-material dasar

tanaman atau hewan seperti ekstrak ragi, ekstrak gandum, pepton dan lainnya,

dan semuanya berperan dalam perkembangan dan pemeliharaan dari perluasan

perkembangan fungi.

2. Media penyubur. Media ini dipersiapkan menggnakan media biasa dengan

beberapa bahan khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari beberapa

bagian terpilih dari suatu organisme untuk pertumbuhannya.

3. Media terpilih. Media ini memudahkan proses isolasi dari jaringan-jaringan

organisme atau spesies dari beberapa inokulum. Seperti media yang berisi

material yang menghambat semua pertumbuhan organisme kecuali

pertumbuhan dari organisme yang ingin untuk ditumbuhkan.

4. Media diferensial. Bahan tambahan dengan reaksi kimia khusus, media ini

membantu dalam proses diferensiasi antara berbagai jenis organisme atas dasar

pertahanan yang ditunjukkan pada pola pertumbuhannya. Akan tetapi, media

ini sering digunakan pada penelitian bakteriologi.

5. Media uji. Media tipe ini bekerja lebih spesifik untuk pengujian vitamin, asam

amino, antibiotik, disinfektan, dan susunan lainnya.

6. Media biokimia. Seperti media yang umum digunakan dalam proses

diferensiasi mikroorganisme yang berbasis pada aktivitas biokimianya dan

hal-hal yang membantu dalam proses metabolismenya.

(26)

Karakteristik Tanaman Gaharu

Gaharu (A. malaccensis Lamk.) merupakan salah satu komoditi Hasil

Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dihasilkan oleh beberapa spesies pohon gaharu.

Proses pembentukan gubal pada gaharu hingga saat ini masih harus diteliti.

Gaharu terbentuk sebagai respon pohon gaharu (Aquilaria spp.) terhadap infeksi

patogen yang mengakibatkan keluarnya resin. Resin yang terbentuk tidak

dikeluarkan dari pohon, melainkan disimpan dalam jaringan kayu, sehingga

jaringan kayu yang putih dan bertekstur halus berubah menjadi gelap dan keras.

Gaharu dibentuk sebagai akibat infeksi cendawan. Acremonium sp. dan Fusarium

sp. adalah cendawan yang sering dipergunakan untuk induksi pembentukan gubal.

Kedua cendawan ini sering diisolasi dari satu gejala gubal (Rahayu et al, 2009).

Taksonomi tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) adalah :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Sub Class : Dialypetale

Ordo : Myrtales

Family : Thymeleaceae

Genus : Aquilaria

Species : Aquilaria malaccensis Lamk.

(Tarigan, 2004).

Tinggi tanaman mencapai 40-60 m dan diameter 60 cm. Kulit kayu muda

(27)

lebih tua dengan warna yang keputih-putihan. Kayu tanpa resin berwarna putih,

ringan dan lembut, ketika kayu memiliki resin menjadi lebih keras, berwarna

gelap dan berat. Susunan daunnya alternate, berbentuk elips, lebarnya 3-3,5 cm

dan panjangnya 6-8 cm dengan 12-18 daun pasang setiap ranting. Susunan

bunganya terminal atau axillary. Bunga bersifat hermaprodit, dengan panjang

lebih dari 5 mm, harum, dan berwarna hijau kekuningan atau putih kekuningan

(Adelina, 2004).

Pohon gaharu dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis pada ketinggian

beberapa meter hingga 750 meter di atas permukaan laut. Jenis Aquilaria tumbuh

baik pada jenis tanah Ultisol atau Inceptisol, dengan tekstur lempung berpasir,

drainase sedang sampai baik, iklim A-B, kelembaban 80%, suhu 220-280C, curah

hujan 2000-4000 mm per tahun. Pohon penghasil gaharu tidak baik tumbuh di

tanah tergenang, rawa, ketebalan solum tanah kurang dari 50 cm, pasir kwarsa, pH

(28)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2012.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hutan, Program Studi

Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun, ranting muda dan

akar dari tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.) yang memiliki umur di bawah 2

tahun, media PDA, alkohol 70%, spirtus, clorox, kertas label.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laminar Air Flow

Cabinet (LAFC), otoklaf, cawan petri, jarum ose, bunsen, pinset, scalpel, pinset,

erlenmeyer, mikroskop, kaca preparat dan cover glass.

Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan Sampel

Sampel penelitian diperoleh dari Desa Penungkiran Dusun II Durin Jangah

Pancur Batu. Bagian tanaman A. malaccensis yang diambil meliputi daun, ranting

muda dan akar.

Pembuatan Media PDA

Timbang 19,5 gr serbuk media PDA, masukkan ke dalam erlenmeyer 500

mL kemudian tambahkan akuades hingga 500 mL. Tutup erlenmeyer dengan

(29)

larut. Sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Pada saat akan

dipakai, panaskan dan cairkan dahulu media PDA padat di atas kompor.

Dinginkan dalam suhu kamar hingga suhunya mencapai + 40oC, segera tuang

secara aseptis ke dalam cawan petri sebanyak + 10 mL. Biarkan media PDA

dalam cawan petri menjadi dingin dan memadat sebelum digunakan.

Isolasi, Pemurnian, dan Identifikasi Fungi Endofit

Fungi endofit diisolasi dari akar, ranting muda dan daun tanaman A.

malaccensis. Sterilisasi permukaan pada ketiga eksplan dilakukan dengan

menggunakan clorox 2% selama 2 menit sebanyak tiga kali, kemudian dibilas

dengan menggunakan aquadest steril sebanyak tiga kali. Setelah dilakukan

sterilisasi permukaan, akar, ranting muda dan daun A. malaccensis

dipotong-potong sepanjang 1,0 - 1,5 cm. Kemudian diletakkan pada cawan petri yang

berisi media Potato Dextrose Agar (PDA) yang telah diberi antibiotik untuk

menghindari kontaminasi oleh bakteri

Fungi yang tumbuh, masing-masing dipindahkan ke dalam cawan petri

yang berisi media PDA dan diinkubasi pada suhu 250C, kemudian diberi tanda.

Fungi endofit yang telah tumbuh pada media isolasi PDA kemudian secara

bertahap dimurnikan satu persatu. Masing-masing isolat murni fungi endofit yang

diperoleh kemudian dipindahkan ke dalam media PDA dalam cawan Petri.

Pemurnian ini bertujuan untuk memisahkan koloni endofit dengan morfologi

berbeda untuk dijadikan isolat tersendiri. Pengamatan morfologi dilakukan

kembali setelah inkubasi selama 5-7 hari, dan apabila masih ditemukan

(30)

kembali sampai diperoleh isolat murni. Fungi endofit diinkubasi pada suhu kamar

selama 3-5 hari sesuai dengan pertumbuhannya.

Pengamatan dilakukan terhadap kecepatan pertumbuhan, warna koloni,

konidiofor dan spora yang dihasilkan. Selanjutnya diidentifikasi menggunakan

buku identifikasi fungi Gandjar et al (1999).

Dokumentasi

Biakan fungi kemudian didokumentasi untuk menunjukkan strukturnya,

dokumentasi dilakukan terhadap satu biakan atau lebih untuk membandingkan

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi Fungi Endofit

Media dan substrat yang digunakan mempengaruhi pertumbuhan fungi

selain pengaruh dari kelembaban dan suhu lingkungan di sekitarnya. Bilgrami dan

Verma (1981) menyatakan ada beberapa media yang dikelompokkan berdasarkan

kegunaannya, salah satunya adalah media penyubur. Media ini dipersiapkan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi dari beberapa bagian terpilih dari suatu

mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, pemilihan media sangat

diperlukan untuk mendukung pertumbuhan fungi endofit ini. Dalam Purwanto

(2011) juga dijelaskan bahwa fungi ini hidup di atas tanah, seperti daun, batang,

tangkai daun, dan alat reproduksi. Karena endofit berasosiasi secara mutualisme

dengan tumbuhan inangnya. Zabalgogeazcoa (2008) menjelaskan bahwa infeksi

dari endofit dapat mempengaruhi mekanisme pertahanan tumbuhan yang

menetralkan serangan patogen dengan cara mengubah biokimia tanaman. Selain

itu juga menghasilkan antibiotik yang menghalangi pertumbuhan patogen.

A B

c

a

b

(32)

Koloni Aspergillus sp5. ini berwarna putih pada media PDA dan berubah

menjadi hitam ketika konidia terbentuk. Pada Gambar 1 (A) terlihat bahwa warna

koloni sudah mulai menghitam, hal tersebut disebabkan karena konidia sudah

terbentuk dengan perincian kepala konidia berbentuk bulat dan berwarna hitam

seperti yang terlihat pada Gambar 1 (B). Jenis Aspergillus ini dalam proses

pertumbuhannya membutuhkan oksigen yang cukup atau dalam kondisi yang

aerobik, hal ini yang menyebabkan Aspergillus dapat tumbuh dengan cepat.

Menurut Ilyas (2006) Aspergillus yang diisolasi, secara visual koloninya tampak

memiliki lapisan dasar berwarna putih dengan lapisan konidiofor yang lebat

berwarna hitam. Aspergillus ini secara mikroskopis juga mudah dikenali karena

memiliki konidiofor yang tegak, tidak bersepta, tidak bercabang dan ujung

konidiofor membengkak membentuk vesikel.

A B

b

a

c

Gambar 2. Koloni Aspergillus sp2. setelah berumur 5 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), konidiofor (b), spora (c)

Bila dilihat secara makroskopis, koloni dari Aspergillus sp2. ini memiliki

koloni berwarna hijau kebiruan karena lebatnya konidiofor yang panjang-panjang.

Pada Gambar 2 (B) terlihat bahwa spesies ini memiliki konidofor yang tegak dan

(33)

agak sedikit lambat dari spesies Aspergillus yang lainnya seperti spesies

Aspergillus sp5.

A B

a

b

Gambar 3. Koloni Cladosporium sp2. setelah berumur 5 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), spora (a), konidiofor (b)

Koloni Cladosporium sp2. seperti yang terlihat pada Gambar 3 (A) ini

berwarna hijau tua redup yang memiliki penampakan seperti beludru dan seperti

tepung karena banyaknya konidia yang terbentuk. Spora yang dihasilkan seperti

yang terlihat pada Gambar 3 (B) berbentuk bulat dan membentuk rantai panjang

yang bergerombol. Spesies ini umumnya ditemukan pada tanaman baik yang

masih hidup ataupun pada tanaman yang sudah mati. Beberapa spesies ada yang

bersifat patogen, beberapa bersifat parasit pada tanaman dan beberapa merupakan

kelompok fungi.

A B

a

b

(34)

Karakteristik dari Fusarium sp. berupa struktur tubuhnya yang memiliki

miselium yang bercabang dan bersepta. Makrokonidia di bentuk dari fialin,

memiliki struktur tubuh halus serta berbentuk silindris dan terdiri dari 2 atau

lebih sel yang memiliki dinding sel tabal. Mikrokonidia umumnya terdiri 1-3 sel,

berbentuk bulat atau silinder, tersusun menjadi rantai atau gumpalan. Koloninya

berwarna putih seperti yang terlihat pada Gambar 4 (A), dan memiliki konidiofor

yang semula tidak bercabang tetapi kemudian bercabang seperti pada Gambar 4

(B).

A B

a

b

Gambar 5. Koloni Acremonium sp. setelah berumur 7 hari pada media PDA dan bentuk mikroskopik (B), konidiofor (a), spora (b)

Pada Gambar 5 (A) terlihat bahwa Acremonium sp. ini memiliki warna

koloni putih sampai kekuningan, miselium seperti kapas dan tebal di tengah

koloni. Konidiofornya seringkali bercabang seperti yang terlihat pada Gambar 5

(B), pertumbuhan koloninya juga lambat. Genus ini dapat diisolasi dari jaringan

tanaman dan juga dari tanah, Acremonium sp. juga berperan dalam pembentukan

gubal gaharu seperti halnya Fusarium sp. Menurut Rahayu et al (2009)

Acremonium sp. dan Fusarium sp. adalah fungi yang berperan dalam induksi

pembentukan gubal gaharu, biasanya diisolasi dari salah satu gejala gubal.

(35)

sehingga tidak semua jaringan tanaman yang ditanam secara acak terjadi

pertumbuhan fungi endofit.

Identifikasi Fungi Endofit

Fungi endofit merupakan sekelompok fungi yang dapat hidup di dalam

jaringan tanaman dengan bersimbiosis mutualisme dengan tanaman inangnya.

Seperti yang dikatakan oleh Tan dan Zou (2001) bahwa setiap tanaman tingkat

tinggi dapat mengandung beberapa mikroba salah satunya adalah fungi endofit

yang mampu menghasilkan senyawa metabolit sekunder. Penelitian ini

menggunakan beberapa jaringan muda dari tanaman A. malaccensis Lamk.,

seperti daun, ranting muda, dan akar. Dari penggunaan beberapa sampel tanaman

A. malaccensis Lamk. dihasilkan lebih dari satu jenis isolat yang berbeda-beda

dan bervariasi. Noverita et al (2009) mengatakan bahwa yang menyebabkan jenis

isolat yang berbeda tersebut adalah karena adanya mekanisme adaptasi dari

endofit terhadap mikroekologi dan kondisi fisiologis spesifik dari tumbuhan

inang.

Hasil isolasi fungi endofit dari beberapa sampel (daun, ranting dan akar)

diperoleh sebanyak 11 isolat disajikan pada Tabel. 1. Dari 11 isolat diperoleh

sebanyak empat genus fungi, yaitu dengan perincian genus Aspergillus, Fusarium,

Acremonium, dan Cladosporium. Pada jaringan ranting muda hanya terdapat satu

isolat, setelah diidentifikasi didapatkan genus Cladosporium. Untuk jaringan pada

daun didapatkan sebanyak empat isolat fungi, setelah diidentifikasi didapatkan

ada empat macam genus yaitu Fusarium, Acremonium, Cladosporium, dan

(36)

diidentifikasi didapatkan dua jenis genus yaitu Cladosporium dan Aspergillus.

Cladosporium juga terdapat pada jaringan ranting muda dan pada daun.

Tabel.1. Hasil identifikasi makroskopis dan mikroskopis isolat fungi endofit dari jaringan daun, ranting muda dan akar dari tanaman A. Malaccensis Lamk.

Identifikasi

No. Sampel Makroskopis Mikroskopis Hasil Identifikasi

(37)

Genus Aspergillus lebih sering ditemukan pada sampel jaringan akar yaitu

dengan ditemukannya empat (4) jenis spesies yang berbeda. Hal tersebut

disebabkan karena umumnya Aspergillus lebih sering di daerah rhizosfir (daerah

sekitar perakaran tanaman) dan memiliki persebaran yang lebih luas. Seperti yang

dikemukakan Ilyas (2006) bahwa Aspergillus biasanya ditemukan di tanah dan

juga dapat diisolasi dari daerah rhizosfir.

Tabel. 2. Kecepatan pertumbuhan dari isolasi fungi endofit pada jaringan daun, ranting muda, dan akar.

No. Sampel Muncul Hari Ke-

Keterangan: DT=daun tua, DM=daun muda, B=ranting muda, A=akar

Bila dilihat dari kecepatan tumbuhnya dapat disimpulkan bahwa fungi ini

tumbuh dengan sangat cepat pada media PDA, dengan rata-rata kecepatan

tumbuhnya adalah 3 hari. Pada Tabel. 2. dapat dilihat bahwa sampel pada jaringan

akar yang ditanam pada media PDA lebih cepat tumbuh daripada sampel pada

jaringan daun dan ranting muda. Walaupun semua sampel ditanam pada hari dan

tanggal yang sama, namun menunjukkan kecepatan pertumbuhan yang berbeda.

Sampel pada jaringan akar pertumbuhan koloninya lebih cepat yang dapat dilihat

pada hari pertama munculnya fungi.

Hal tersebut disebabkan karena umumnya mikrorganisme termasuk fungi

dapat tumbuh dengan subur pada media PDA karena PDA mengandung ekstrak

kentang yang merupakan salah satu sumber karbohidrat. Seperti yang dikatakan

(38)

oleh Gandjar (2006), nutrisi pada media tumbuh dapat dimanfaatkan apabila fungi

sudah mengekskresi enzim yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari

substrat menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Bila fungi tidak dapat

menghasilkan enzim yang sesuai dengan komposisi substratnya maka dengan

sendirinya fungi tersebut tidak dapat memanfaatkan nutrisi yang terdapat dalam

substrat tersebut.

Perbandingan Fungi Endofit dan Interaksinya dengan Tanaman

Cladosporium merupakan genus yang ditemukan pada setiap jaringan

tanaman A. malaccensis Lamk. yang diisolasi, hal tersebut disebabkan karena

umumnya endofit ditemukan pada jaringan tanaman seperti daun, batang, dan

akar. Dalam penelitiannya Faeth dan Fagan (2010) menjelaskan bahwa

keberadaan fungi endofit pada jaringan tanaman berhubungan dengan banyaknya

paparan sinar matahari yang diterima oleh bagian tanaman tersebut. Cladosporium

yang diisolasi dari daun dan ranting muda mulai menunjukkan pertumbuhan pada

hari ke-3, sedangkan pada akar hari ke-2 setelah penanaman mulai menunjukkan

pertumbuhannya. Untuk pengamatan secara mikroskopis, Cladosporium yang

berhasil diidentifikasi konidianya berbentuk bulat dan membentuk seperti rantai.

Dari 11 isolat yang didapatkan, empat genus diantaranya ditemukan pada

sampel dari jaringan daun seperti yang terlihat pada Tabel 1. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa genus Aspergillus memiliki penyebaran yang merata, tidak

hanya di daerah sekitar perakaran tanaman saja namun pada daun juga bisa

ditemukannya genus ini. Nimnoi et al (2010) dalam penelitiannya menjelaskan

bahwa fungi endofit ini dapat tumbuh dengan baik di daerah sekitar perakaran

(39)

hanya terdapat pada daun, batang, kulit batang, tangkai daun dan alat reproduktif.

Hubungan antara fungi endofit ini dengan inangnya bersifat simbiosis

mutualisme, dimana endofit memperoleh nutrisi untuk melengkapi kebutuhan

hidupnya dan tumbuhan inangnya mendapatkan perlindungan dari serangan

patogen dengan senyawa yang dihasilkan oleh fungi endofit tersebut.

Dalam penelitiannya Tan dan Zou (2001) menjelaskan bahwa endofit dan

tumbuhan inangnya memiliki hubungan yang terjadi melalui infeksi yang tidak

menimbulkan gejala penyakit sampai pada hubungan simbiosis mutualisme.

Bentuk simbiosis mutualisme tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman

yang terinfeksi umumnya lebih cepat dari tanaman yang tidak terinfeksi. Efek

tersebut terjadi karena endofit memproduksi fitohormon dan senyawa

pertumbuhan lain sehingga memacu pertumbuhannya. Selain itu, emdofit juga

membantu inangnya dalam mengambil nutrisi yang diperlukannya. Sedangkan

endofit dalam jaringan tanaman memperoleh nutrisi dan perlindungan dari

inangnya dengan cara memproduksi metabolit yang dibutuhkan inang tersebut.

Oleh karena itu, maka terbentuklah gaharu pada tanaman A. malaccensis Lamk.

Seperti yang diungkapkan Rahayu et al (2009) bahwa pembentukan gaharu

merupakan respon terhadap infeksi patogen yang mengakibatkan keluarnya resin

yang tersimpan dalam jaringan kayu sehingga jaringan tersebut mengalami

perubahan tekstur dari putih dan halus menjadi gelap dan keras.

Selain itu, endofit juga dapat meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman

yang diinfeksinya terhadap serangan patogen dan ketahanan terhadap stres

lingkungan. Seperti yang diungkapkan Faeth and Fagan (2002), bahwa endofit

(40)

lingkungan dan ketahanan terhadap fitopatogen, herbivora, cacing, serangga

pemakan, serta bakteri dan fungi patogen.

Fungi endofit dan tanaman inangnya memiliki hubungan yang saling

menguntungkan. Salah satu keuntungan yang didapat adalah bahwa endofit ini

mampu memproduksi senyawa metabolit sekunder yang dibutuhkan tanaman

inangnya dalam mekanismenya melawan serangan patogen, hama penyakit dan

stres lingkungan. Dalam penelitiannya, Hidayahti (2010) menyatakan bahwa fungi

endofit bersifat simbiosis mutualisme dengan tanaman inangnya. Beberapa

manfaat yang diperoleh adalah meningkatkan laju pertumbuhan tanaman inang,

memiliki ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, serta ketahanan

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Endofit yang diisolasi dari jaringan muda tanaman A. malaccensis Lamk.

ditemukan sebanyak 4 genus yaitu Aspergillus, Acremonium, Fusarium dan

Cladosporium.

2. Cladosporium ditemukan di setiap jaringan tanaman A. malaccensis Lamk.

yang diisolasi.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih mengekplorasi lagi fungi

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, N. 2004. Seed Leaflet. Forest and Landscape Denmark.

Azevedo, J.L., Pereira J.O., Araujo W.L. Plant Biotechnology Enveronmental Biotechnology, Endophytic Microorganism: A Review in Insect Control and Recent Advences on Tropical Plants. Electronic Journal of Biotechnology, Universidad Catolica de Valparaiso, Chile, ISSN: 0717-3458 Vol. 3 No. 1. Barnett, H.L. and B.B. Hunter. 1998. Illustrated marga of imperfect fungi. 4th ed.

USA: Prentice-Hall, Inc.

Bilgrami, K.S., dan Verma, R.N. 1981. Physiology of Fungi.

De Souza, J. J., I. V. C. Vieira, E. R. Filho and R. B. Filho. 2011. Terpenoids from Endophytic Fungi. Molecules 2011, 16, 10604-10618; doi:10.3390/molecules161210604.

Faeth, S.H. and Fagan, W.F., 2002, Fungal endophytes : common host plant symbionts but uncommon mutualists, Integrative and Comparative Biology,

42, 360-368.

Gandjar, I., R. A. Samson, Karin van den Tweel-Vermeulen dan A. Oetari. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, A. Oetari. 2006. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Haniah, M. 2008. Isolasi Jamur Endofit dari Daun Sirih (Piper betle L.) sebagai Antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Candida albicans. UIN Malang.

Hidayahti, N. 2010. Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit pada Umbi Bawang Putih (Allium sativum) sebagai Penghasil Senyawa Antibakteri terhadap Bakteri Streptococcus mutans dan Escherichia coli. Universitas Islam Negeri Malang (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Ilyas, M. 2006. Isolasi dan Identifikasi Kapang pada Relung Rizosfir Tanaman di Kawasan Cagar Alam Gunung Mutis, Nusa Tenggara Timur. BIODIVERSITAS Vol. 7, No.3, Juli 2006, hal. 216-220.

Johnston, P.R., Sutherland, P.W., dan Joshee,S. 2006. Visualising endophytic fungi within leaves by detection of (1/3)-ß-D-glucans in fungal cell walls, Mycologist, 20, 159-162.

(43)

Noverita, D. Fitria dan E. Sinaga. 2009. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Jamur Endofit dari Darun dan Rimpang Zingiber ottensi Val. Jurnal Farmasi Indonesia Vol.4 No. Juli 2009:171-176.

Prihatiningtias, W. 2006. Mikroba Endofit, Sumber Penghasil Antibiotik Yang Potensial. Fakultas Farmasi UGM.

Purwanto. 2011. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Penghambat Polimerisasi HEM dari Fungi Endofit Tanaman Artemisia annua L. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rahayu, G., Santoso, H., dan Wulandari, E. 2009. Efektifitas dan Interaksi Acremonium sp. dan Fusarium sp. dalam Pembentukan Gubal Gaharu pada Aquilaria microcarpa Baill. IPB. Bogor.

Rauf, A. 2009. Profil Arboretum USU 2006-2008. USU Press. Medan.

Strobel, G. A. 2002. Microbial Gifts from Rain Forest. Can. J. Plant Pathol. 24: 14-20.

Sunarmi, N. 2010. Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang sebagai Anti Jamur (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan Anti Bakteri (Ralstonia solanacaerum). Universitas Islam Negeri Malang (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Tan, R. X dan Zou, W. X. 2001. Endophytes: A Rich Source Of Functional

Metabolites. Institute of Functional Biomolecule, School of Life Sciences, Nanjing University, Nanjing.

Tarigan, K. 2004. Profil Pengusahaan (Budidaya) Gaharu. Departemen Kehutanan, Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan. Jakarta.

(44)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengamatan akhir fungi endofit yang diisolasi

A B

Gambar 1. Fungi endofit yang ditemukan pada sample DT2 yang dilihat secara makroskopis (A) dan secara mikroskopis (B)

A B

Gambar 2. Fungi endofit yang ditemukan pada sample A2 yang dilihat secara makroskopis (A) dan secara mikroskopis (B)

A B

(45)

A B

Gambar 4. Fungi endofit yang ditemukan pada sample A1a yang dilihat secara makroskopis (A) dan secara mikroskopis (B)

A B

Gambar 5. Fungi endofit yang ditemukan pada sample B3 yang dilihat secara makroskopis (A) dan secara mikroskopis (B)

A B

(46)

A B

Gambar 7. Fungi endofit yang ditemukan pada sample DT1a yang dilihat secara makroskopis (A) dan secara mikroskopis (B)

A B

Gambar 8. Fungi endofit yang ditemukan pada sample A2 yang dilihat secara makroskopis (A) dan secara mikroskopis (B)

A B

(47)

A B

Gambar 10. Fungi endofit yang ditemukan pada sample A1b yang dilihat secara makroskopis (A) dan secara mikroskopis (B)

A B

Gambar

Gambar 1. Koloni Aspergillus sp5. setelah berumur 3 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), konidiofor (b), spora (c)
Gambar 2. Koloni Aspergillus sp2. setelah berumur 5 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), konidiofor (b), spora (c)
Gambar 3. Koloni Cladosporium sp2. setelah berumur 5 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), spora (a), konidiofor (b)
Gambar 5. Koloni Acremonium sp. setelah berumur 7 hari pada media PDA dan bentuk mikroskopik (B), konidiofor (a), spora (b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

This study are intended to answer the research questions about what extent do students of SMPN 11 Mataram on Eighth Grade in academic year 2015/2016 under stand

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya, yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan sehingga penyusunan Skripsi yang berjudul ”

Pelaksanaan pertanggungjawaban para pihak dalam perjanjian Ngadas sapi dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat bersama dalam bentuk lisan, dan adanya

Whereas the most frequently that the students use in indirect strategies was meta-cognitive strategy with 17.5 % or 7 students use this strategy, followed by social strategy

Latar Belakang: Beberapa tahun terakhir ini, air beroksigen dalam kemasan semakin banyak dijumpai di pasar bebas. Iklan-iklan yang mengemukakan kelebihan produk

Perangkat Wi-Fi sebenarnya tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN, tetapi juga di jaringan Wireless Metropolitan Area Network (WMAN).Karena perangkat dengan standar teknis

Penilaian arsip merupakan kegiatan mengevaluasi nilai guna informasi yang ada di dalam arsip. Kegiatan ini penting untuk menentukan jadwal penyimpanan atau retensi arsip yang menjadi

Seperti seseorang yang ingin menghapus sebuah kesalahan yang amat ia sesali, makanan tersebut menjadi tanda maaf dan rasa ingin menjalin hubungan yang lebih baik