• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN11 TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN11 TANGERANG SELATAN"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh: NAHROWI

NIM: 208011000062

JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM

FAKUSTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah serta inayahnya Nya.penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ”ANALISIS MOTIVASI

BELAJAR SISWA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 11

TANGERANG SELATAN”. Tujuan dalam pembuatan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa yang

akan menempuh ujian akhir Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini dengan rendah hati disertai rasa tulus yang mendalam dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak. Bahrissalim, M.Ag., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak. Sapiuddin Siddiq, M.Ag., selaku Sekretaris dan penguji Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak. Drs. Masan AF, M.Pd, selaku dosen penguji Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

6. Para dosen dan seluruh staf, yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama mengikuti kegiatan kuliah di Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak. Rodani., selaku Kepala SMAN 11 Tangerang Selatan beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian skripsi serta banyak membantu dalam

memberikan data kepada penulis.

8. Ayah (alm) dan Ibunda tercinta yang tidak pernah bosan memberikan semangat dan bantuan baik moril maupun materil secara tulus dan ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Kakak tercinta Atikah , yang selalu memberikan motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat tercinta kebaikan kalian takkan pernah penulis lupakan.

11.Rekan-Rekan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhir kata penulis hanya berdo’a semoga mereka semua diberikan balasan yang setimpal oleh Allah SWT dan selalu sukses dalam cita-citanya, dan harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Jakarta, September 2013

(8)
(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN i

LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 7

C. Pebatasan Masalah 7

D. Perumusan Masalah 7

E. Tujuan Penelitian 7

F. Manfaat penelitian 7

BAB II DESKRIFSI TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teoritis 9

a. Motivasi 9

1. Pengertian Motivasi 9

2. Teori-teori Motivasi 10

3. Jenis-jenis Motivasi 11

4. Prinsip Motivasi 12

5. Fungsi Motivasi dalam Belajar 12

(10)

7. Cara Memotivasi Siswa 13

b. Belajar 14

1. Pengertian Belajar 14

2. Teori Belajar 15

3. Tujuan Belajar 16

4. Prinsip-Prinsip Belajar 16

5. Metode-Metode Belajar 17

6. Masalah-Masalah Belajar Internal dan Eksternal 18

c. Pendidikan Agama Islam 19

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam 19 2. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam 22 3. Fungsi Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam 24

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam 24

5. Pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi Peserta Didik 25

B. Hasil Penelitian Yang Relevan 26

C. Kerangka Berpikir 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian 29

B. Metode Penelitian 29

C. Populasi dan Sampel 29

D. Tehnik dan Pengumpulan Data 30

E. Instrumen Penelitian 31

F. Tehnik Pengolahan Data 32

(11)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum Sman 11 tangerang selatan 36 1. Latar Belakang Berdirinya SMAN 11 Tangerang Selatan 36

2. Visi dan Misi 37

3. Tujuan Sekolah 38

4. Identitas Kepala Sekolah 39

5. Daftar Nama Tenaga Pendidik 40

6. Peserta Didik 43

7. Keadaan Sarana dan Prasarana 46

8. Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran 47

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 52

C. Interpretasi Data 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 76

B. Saran 77

DAFTAR PUSTAKA 78

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator, dan Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa 31

Tabel 3.2 Kriteria penskoran Linkert 32

Tabel 3.3 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase 35

Tabel 4.1 Daftar Nama Tenaga Pendidik 40

Tabel 4.2 Daftar tenaga kependidikan 42

Tabel 4.3 Keadaan Siswa 44

Tabel 4.4 Keadaan Siswa yang Mengulang 45

Tabel 4.5 Keadaan Sarana dan Prasarana 46

Tabel 4.6 Keadaan Sarana dan Prasarana Penunjang 46

Tabel 4.7 Kelas X 48

Tabel 4.8 Kelas XI dan XII IPA/IPS 50

Tabel 4.9 Saya sangat perlu belajar PAI karena bermanfaat dalam kehidupan

sehari-hari 52

Tabel 4.10 Saya akan merasa bangga jika nilai PAI saya yang bagus 53 Tabel 4.11 Saya belajar PAI dahulu sebelum pelajaran PAI dimulai 53 Tabel 4.12 Saya yakin memperoleh nilai PAI yang bagus jika saya rajin belajar

54

Tabel 4.13 Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru sesegera mungkin 54 Tabel 4.14 Saya akan banyak membaca dan berlatih mengerjakan soal, demi

mendapat nilai PAI yang memuaskan 55

Tabel 4.15 Saya selalu mengerjakan tugas tepat waktu dan dikerjakan di rumah

55

Tabel 4.16 Dengan pengetahuan PAI yang saya miliki, saya lebih memahami

belajar PAI 56

Tabel 4.17 Setiap pelajaran PAI berlangsung, saya malas mengikuti pelajaran

(13)

Tabel 4.18 Saya tidak yakin akan memperoleh nilai PAI karena saya merasa sulit

dalam mempelajarinya 57

Tabel 4.19 Saya ingin nilai PAI saya bagus, tapi saya malas belajar 57 Tabel 4.20 Materi-materi pelajaran PAI yang diajarkan merasa membosankan 58 Tabel 4.21 Saya mudah menyerah apabila menghadapi sosl-soal yang tidak dapat

saya kerjakan 58

Tabel 4.22 Saya selalu melihat tugas teman, jika ada tugas PAI yang diberikan

guru 59

Tabel 4.23 Saya selalu memperhatiakan masalah-masalah yang ada kaitannya

dengan pelajaran PAI 59

Tabel 4.24 Dengan mengerjakan latihan soal-soal, saya lebih mengerti materi PAI

yang diajarkan 60

Tabel 4.25 Saya tidak akan merasa bangga, meskipun memperoleh nilai PAI yang

bagus 60

Tabel 4.26 Saya tidak ingin memperoleh nilai PAI yang terlalu tinggi karena bagi

saya itu sia-sia 61

Tabel 4.27 Saya merasa tidak tertuntut tanggung jawab terhadap tugas PAI yang

diberikan guru 61

Tabel 4.28 Saya tidak pernah belajar PAI di rumah 62 Tabel 4.29 Saya merasa ragu dengan nilai yang akan diperoleh dalam pelajaran

PAI 62

Tabel 4.30 Saya akan merasa puas jika berhasil mengerjakan soal-soal 63 Tabel 4.31 Saya selalu menyerahkan tugas kepada teman yang lebih rajin 63 Tabel 4.32 Saya tidak perlu belajar PAI karena tidak bermanfa’at bagi kehidupan

sehari-hari 64

Tabel 4.33 Saya akan selalu belajar lebih giat lagi agar saya memperoleh nilai PAI

yang memuaskan 64

Tabel 4.34 Latihan soal-soal PAI yang saya kerjakan, terasa menyulitkan dan

membosankan 65

(14)

Tabel 4.36 Saya akan merasa senang jika mendapat nilai atas tugas yang saya

kerjakan dengan baik 66

Tabel 4.37 saya yakin akan mendapat nilai PAI yang bagus jika saya banyak

membaca dan memahami 66

Tabel 4.38 Saya akan merasa bangga jika pengetahuan PAI saya bertambah 67 Tabel 4.39 saya selalu mengerjakan tugas agama Islam yang diberikan guru 67 Tabel 4.40 Saya tidak senang, jika guru memberikan tugas agama Islam 68 Tabel 4.41 Saya rajin mengerjakan soal-soal latihan materi agama Islam 68

Tabel 4.42 Dengan pengtahuan agam Islam yang saya miliki, saya merasa lebih baik untuk membaca buku-buku agama Islam 69 Tabel 4.43 Saya tidak sesegera mungkin mengerjakan tugas agama Islam yang

diberikan guru karena saya malas mengerjakannya 69 Tabel 4.44 Skor Jawaban Responden dan Persentasi Butir 71

(15)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul, Analisis Motivasi Pembelajaran Siswa terhadap Pendidikan Agama Islam di SMAN 11 Tangerang Selatan disusun oleh Nahrowi, NIM.208011000062, Jurusan pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 23 April 2013

(16)

Pembimbing

Ahmad Irfan Mufid, MA NIP. 19740318 200312 1002

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pendidikan agama dijadikan jalan khusus untuk mencapai tujuan pendidikan agar dapat membentuk manusia yang berkepribadian muslim yaitu agar mempunyai moral dan mental yang sesuai dengan ajaran Islam, membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, dan dapat menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

“Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi untuk menghormati agama lain dalam

1

(18)

hubungannya dalam kerukunan antar umat beragama hingga terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa”.2

Pendidikan Islam merupakan amanat yang harus dikenalkan oleh suatu generasi ke generasi berikutnya, terutama dari orang tua atau pendidik kepada anak-anak dan murid-muridnya. Dan kecelakaanlah yang akan menimpa orang yang menghianati pendidikan agama Islam 3. Untuk itu pendidikan agama Islam adalah dasar yang harus diperkenalkan kepada anak-anak sebelum anak tersebut belajar yang lainya.

Manusia merupakan mahluk yang paling tinggi dan paling mulia yang diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, sebagai firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 70:

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut

mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang

baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas

kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S. Al-Isra :70)4

Demikian pula, Agama Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi.

Salah satu di antara ajaran Islam tersebut adalah, mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan. Karena menurut ajaran Islam, pendidikan adalah juga merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak yang harus dipenuhi, demi mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

2

Abdul Majid, Diyan Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kopetensi

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 3, h. 130.

3

Abdurrahman An-Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat

(Jakarta: Gema Insani Pers, 1995), Cet. 1, h.26. 4

(19)

Dengan pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dan kehidupannya.

Lebih-lebih Islam adalah merupakan agama ilmu dan agama akal. Karena Islam selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan menuntut ilmu pengetahuan, agar dengan demikian mereka bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, dapat menyelami hakikat alam, dapat menganalisa segala pengalaman yang dialami oleh umat-umat yang telah lalu dengan pandangan ahli-ahli filsafat yang menyebutkan manusia mahluk Homo Sapien, yaitu segala mahluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu

pengetehuan, dan dengan dasar itu manusia ingin selalu mengetahuai dengan apa yang ada di sekitarnya. Bertolak dari itu pula manusia dapat dididik dan diajar.

Apabila kita memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, maka nyatalah bahwa Allah telah menekankan perlunya belajar baca tulis dan belajar ilmu pengetahuan.

Firman Alllah dalam surat Al-Alaq ayat 1-5.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.(2)

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (4)

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (5)5

Islam di samping menekankan kepada umatnya untuk belajar juga menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmu kepada orang lain. Jadi Islam mewajibkan umatnya belajar dan mengajar.

Surat At-Taubah ayat 122.

5

(20)

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka

beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang

agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka

telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

(122)6

Dalam hal belajar menuntut ilmu, Islam tidak membedakan laki-laki dan perempuan, sebagai sabda Nabi Muhammad SAW:

(رلا دبع نبا هاو

)

.

ِّك ىلَع ةَضيِرف ِمْلعْلا ُبلط

َو ٍملْسُم

ةَملْسُم

“Menuntut ilmu pengetahuan itu adalah kewajiban bagi setiap muslim pria dan awanita. (HR. Ibnu Abdil Bar).

Tanpa ada perbedaan, Agama Islam menganjurkan setiap laki-laki belajar serta menggunakan ilmu yang di milikinya serta berjihad untuk menyebarkan ilmu tersebut. Islam tidak saja mencukupkan pada anjuran supaya belajar, bahkan menghendaki supaya seseorang itu terus melakukan pembahasan.7

“Belajar adalah perubahan tingkah laku berkat latihan dan pengalaman. Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan di mana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tak dapat di tentukan sebelumnya”.8

“Manusia tidak hanya mempelajari bahasa, ilmu pengetahuan, profesi maupun keahlian tertentu saja. Sesungguhnya dia juga mempelajari berbagai macam tradisi, etika, moral dan kepribadian, oleh karena itu, belajar memiliki peran penting dalam kehidupan manusia”.9

“Sikap minat dan motivasi merupakan faktor internal psikologis yang sangat berperan dalam proses belajar. Seseorang siswa akan mau dan tekun

6

Muzayyin Arifin, Ibid, h. 99.

7

Muhmmad Athiyah Al-Abrasi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, h. 47.

8

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 8, h. 154.

9

(21)

belajar atau tidak sangat tergantung pada sikap, minat dan motivasi yang ada pada dirinya”.10

“Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi”.11

“Guru sejak merencanakan kegiatan pembelajaran sudah memikirkan prilakunya terhadap siswa sehingga dapat menarik perhatian dan menimbulkan motivasi siswa dan tidak berhenti pada rencana pembelajaran nya. Sedangkan siswa dituntut selalu aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya”.12

Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang di harapkan dan di tetapkan dalam kurikulum sekolah.13

Dalam hal ini guru menempati posisi yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Sebagai pengajar guru seyogyanya membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima dan memahami serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu guru harus memotivasi siswa agar senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (3) yang berbunyi: “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”.

10

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 2007), Cet. 3, h. 83.

11

(22)

Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, jarang sekali seorang guru mengetahui siswanya mempunyai motivasi atau tidak dalam mempelajari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang sedang diajarkannya. Sehingga pada saat ujian berlangsung terdapat beberapa siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut. Jika terdapat siswa yang kurang termotivasi belajar maka secara langsung dapat mempengaruhi kepada hasil belajarnya.

Pada akhirnya, guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik

yang mempunyai potensi beragam. Untuk itu, pembelajaran hendaknya lebih diarahkan pada proses belajar kreatif dengan menggunakan (proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) maupun proses berpikir konvergen (proses berpikir mencari jawaban tunggal yang paling tepat) dalam kontek ini guru lebih banyak berperan sebagai fasilator dari pada pengarah yang menentukan segala-galanya bagi peserta didik. Sebagai fasilator guru lebih banyak mendorong peserta didik (motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru. Guru harus lebih terbuka gagasan peserta didik dan lebih berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.14

Dari hasil pengamatan di SMAN 11 Tangerang Selatan, di dapatkan hasil bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang sedang berlangsung, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, tidak mencatat materi pelajaran, bahkan ada yang bercanda dan bermain dan sebagainya. Oleh karena itu masalah pokok yang dihadapi mengenai belajar adalah bahwa proses belajar tidak dapat diamati secara langsung dan kesulitan untuk menentukan kepada terjadinya perubahan tingkah laku tersebut setelah dilakukan penilaian. Itulah sebabnya pengotrolan proses belajar dapat dilakukan bila proses belajar tersebut telah

direncanakan dan disain sistem belajar secara cermat.

14

Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran

(23)

Berdasarkan situasi tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMAN 11 Tangerang Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Dari hasil pengamatan selama pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berlangsung di SMAN 11 Tangerang Selatan, didapat identifikasi bahwa :

1. Banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran PAI

2. Siswa kurang termotivasi dan bermain ketika pelajaran Pendidikan Agama Islam.

3. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada analisis seberapa besar motivasi belajar Pendidikan Agama Islam.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMAN 11 Tangerang Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui motivasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 11Tangerang Selatan.

F. Manfaat Penelitian

(24)

1. Bagi siswa, memberikan pengalaman tentang pentingnya motivasi belajar terhadap konsep Pendidikan Agama Islam dan senantiasa meningkatkan pengetahuan tentang Pendidika Agama Islam.

2. Bagi guru, memberikan informasi kepada guru tentang motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa sehingga guru senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan berbagai metode yang efektifdan relevan.

3. Bagi sekolah, di peroleh informasi mengenai motivasi belajar siswa

dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

(25)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. MOTIVASI

1. Pengertian Motivasi

Motif berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti menggerakan.1

Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang “mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar”.2

Kata motivasi diartikan dari kata motivation yang berarti daya batin atau dorongan.3

Dalam kamus besar bahasa indonesia, istilah motivasi (motif) adalah

“sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang; dasar pikiran atau pendapat sesuatu yang menjadi pokok”.4

“Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya perilaku seseorang kearah suatu tujuan tertentu. Motivasi berkaitan dengan

1

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 49.

2

Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 80

3

Jhon M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2005), h. 386.

4

(26)

dengan apa yang di inginkan manusia (tujuan), mengapa ia menginginkan hal tersebut (motif), dan bagaimana ia mencapai tujuan tersebut (proses)”.5

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai motivasi yang telah dikutip dari beberapa sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan atau usaha yang menggerakan, mengarah dan menjaga tingkah laku seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan dan arah tertentu.

2. Teori-Teori Motivasi a) Teori Hedonisme

Hedonisme suatu aliran dalam filsafat yang memandang dalam tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi.

b) Teori Naluri

Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan hawa nafsu pokok disebut juga naluri yaitu:

1. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri 2. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri

3. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan / mempertahankan jenis Menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan

c) Teori Reaksi yang dipelajari

Teori ini memandang bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, melainkan berdasarkan tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat tersebut. oleh karena itu di sebut juga dengan teori lingkungan kebudayaan.

d) Teori Daya Pendorong

Teori daya pendorong merupakan perpaduan dari teori naluri dan teori reaksi yang dipelajari. Daya dorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan kekuatan luas terhadap suatu arah yang umum.

5

(27)

e) Teori kebutuhan

Teori ini beranggapan beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis.6

3. Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi instristik dan motivasi ekstrintik :

a) Motivasi instriktik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu tanpa adanya rangsangan dari luar.

b) Motivasi ekstrintik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor eksternal yang memiliki daya dorong motivasional.7

Para ahli mengadakan pembagian jenis-jenis motivasi menurut teorinya masing-masing. Dari teori ini, dapat diajukan tiga pendekatan untuk menentukan jenis-jenis motivasi, yaitu:

1. Pendekatan kebutuhan

Abrahahm H. Maslow melihat motivasi dari segi kebutuhan manusia yaitu:

a. Kebutuhan pisiologis, kebutuhan primer yang harus dipenuhi dahulu, yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang dan tempat berlindung. b. Kebutuhan keamanan, baik keamanan batin maupun keamanan barang

atau benda.

c. Kebutuhan pungsional, yang terdiri dari kebutuhan yang diterima orang lain, perasaan dihormati, kebutuhan untuk berprestasi, dan kebutuhan berpartisipasi.

d. Kebutuhan berprestise, yaitu kebutuhan yang erat hubungannya dengan status seseorang.

2. Pendekatan fungsional, pendekatan ini berdasarkan pada konsep-konsep motivasi, yaitu: penggerak, harapan dan insentif.

6

M . Ngalim Purwanto, Op Cit , h. 74-76.

7

(28)

3. Pendekatan deskriptif, masalah motivasi ditinjau dari pengertian-pengertian deskriptif yang menunjuk pada kejadian-kejadian yang dapat diamati dan hubungan matematik. Masalah motivasi ini dilihat berdasarkan kegunaan dalam rangka mengendalikan tingkah laku manusia.8

4. Prinsip-Prinsip Motivasi

Beberapa prinsif yang ada di dalam motivasi:

a) Peserta didik mempunyai prinsip yang berbeda-beda sesuai dengan

pengaruh lingkungan internal dan eksternal.

b) Pengalaman belajar masa lalu yang sesuai dan dikaitkan dengan pengalaman belajar yang baru akan menumbuh kembangkan motivasi belajar peserta didik.

c) Motivasi belajar akan berkembang jika disertai pujian dari pada hukuman.

d) Motivasi instrinsik peserta didik dalam belajar akan lebih baik dari pada motivasi ekstrisik, meskipun keduanya saling menguatkan. e) Motivasi belajar yang satu dapat merambah kepada motivasi yang

lain.

f) Motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai dengan tujuan yang jelas.9

5. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi sangat berperan dalam proses belajar dan dengan motivasi itu pulalah hasil belajar siswa kemungkinan akan terwujud. Siswa yang dalam belajarnya mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena adanya ketiga fungsi motivasi

sebagai berikut:

a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai suatu tujuan.

8

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), Cet. 10, h. 111-112.

9

(29)

b. Penentu arah pembuat yakni kearah yang hendak dicapai

c. Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah pada tujuan yang ingin dicapainya.10

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Ali Imraon (1996) mengemukakan enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran yaitu :

1. Cita-cita / aspirasi pembelajaran. 2. Kemampuan pembelajaran. 3. Kondisi pembelajaran.

4. Kondisi lingkungan pembelajaran.

5. Unsur-unsur dinamis belajar / pembelajaran. 6. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran.11

7. Cara Memotivasi Siswa

Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang mendorong, menggerakan, dan kegiatan belajar. Di bawah beberapa prisif belajar dan motivasi:

1. Kebermaknaan

Siswa akan suka dan termotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya.

2. Modelling

Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya.

3. Komunikasi Terbuka

Siswa akan suka bila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa.

4. Prasyarat

Apa yang dipelajari oleh siswa mungkin merupakan faktor penting yang menentukan berhasil atau gagalnya siswa belajar.

5. Novelti

10

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan,(Jakrta: Pedoman Ilmu Jaya ,1995), h.86. 11

(30)

Siswa akan lebih senang bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (novelty) atau masih asing.

6. Latihan/Praktek yang Aktif dan Bermanfaat

Siswa akan lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam latihan atau praktek untuk mencapai tujuan pengajaran. 7. Latihan Terbagi

Siswa lebih senang jika latihan dibagi-bagi menjadi kurun waktu yang pendek.

8. Kurangi Secara Sistematik Paksaan Belajar

Pada waktu mulai belajar, siswa perlu diberikan paksaan atau pemompaan.

9. Kondisi yang menyenangkan

siswa lebih senang melanjutkan belajarnya jika pengajaran menyenangkan. 12.

Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar siswa tinggi, seorang guru menurut Winkel (1991) dan Dimyati (1994) hendaknya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Seorang guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar. Guru pada prinsipnya harus memandang bahwa dengan kehadiran siswa di kelas merupakan suatu motinasi belajar yang datang dari siswa.

2. Guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran. Dalam hal belajar seorang siswa terkadang dapat terhambat oleh berbagai permasalahan.

3. Guru mengoptimalisasikan pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa. 13

B. BELAJAR

1. Pengertian Belajar

“Secara umum belajar merupakan tahapan perubahan secara tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”1.14

12

Oemar Hamalik, op. cit. h. 156-161. 13

(31)

Belajar ialah perubahan prilaku dan pribadi.15

“Belajar merupakan suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.16

Hilgari dan bower, dalam buku Theorises of Learning (1975) mengemukakan:

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang(misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).17

Berdasarkan beberapa definisi yang telah di uraikan di atas, secara umum belajar dapat dipahami bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.18

2. Teori Belajar

a. Aliran Behavioristik

Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimuls dan respon (Gredler, 1986: 42). Menurut behaviorisme reaksi yang begitu komplek akan menimbulkan tingkah laku.

b. Aliran Kognitif

Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan proses berfikiryang sangkat komplek. Menurut teori ini ilmu

14

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 68.

15

Syaiful Salaga, Konsepdan Makna Pengajaran, (Bandung: Alpabeta, 2010), Cet. 8 h.50.

16

W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi,2004), h.59.

17

M. Ngalim Purwanto, op. cit, h. 84.

18

(32)

pengetahuan dibangun dalam seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dalam lingkungan dengan lingkungan.

c. Aliran Humanistis

Proses belajar harus bermuara pada amnesia itu sendiri. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar secara apa adanya, wajar kalau teori ini sangat bersifat elektik. Teori apa pun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia dapat tercapai.19

3. Tujuan Belajar

Setiap manusia dimana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-cita tentunya harus belajar dengan giat, untuk mencapai cita-cita tidak bisa dengan bermalas-malas, tetapi harus rajin, gigih dan tekun belajar. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan:

a. Belajar adalah suatu usaha. Perbuatan yang dilakukan secara sunggunh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang ada yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indera, otak dan angota tubuh lainya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti inteligensi, bakat, motivasi, minat, dan sebagainya.

b. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara tingkah laku.

c. Belajar bertujuan mengubah dari yang buruk menjadi yang baik.

d. Belajar bertujuan mengubah sikap, dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang dan sebagainya.

e. Belajar bertujuan dapat mengubah ketrampilan.

f. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.20

19

Yatim Riyanto, op. cit, h. 6-17.

20

(33)

4. Prinsip-Prinsip Belajar

a. Kematangan Jasmani dan Rohani

Salah satu prinsif utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang harus dipelajarinya. b. Memiliki Kesiapan

Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar.

c. Memahami Tujuan

Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuanya, kearah mana tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya.

d. Memiliki Kesungguhan

orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakanya. e. Ulangan dan Latihan

Prinsip yang tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan.21

5. Metode-Metode Belajar

Belajar merupakan suatu usaha untuk mendapatkan pengetahuan baru, dengan menggunakan suatu metode tertentu. Untuk melaksanakan suatu metode tersebut Allah telah membekali manusia dengan alat (indera), dimana dengan perangkat tersebut diharapkan kelak mampu menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur kepadaNya dengan penuh kesabaran.

Menurut Muhammad Toumy al-Syahbany metode mengajar bermakna sebagai kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran ciri ciri perkembangan murid-muridnya.

Dalam al-Qur’an disebutkan tentang metode belajar pembiasaan,

bimbingan dan keteladanan yaitu:

1. Pembiasaan, para pendidik selaku manusia pendahulunya diharapkan memberikan perintah, larangan, etika, akhlak untuk kemudian didengar oleh anak untuk kemudian ia simpan sebagai bekal pada tahap

21 Ibid,

(34)

perkembangan berikutnya. Pembiasaan merupakan suatu upaya pengulangan untuk suatu tujuan tertentu. Dari ungkapan tersebut, maka dapat dipahami bahwa penerapan metode pembiasaan diterapkan disemua pendidikan, hampir dipastikan akan lahir generasi-generasi yang memeiliki kepribadian yang mantap.

2. Bimbingan

Bimbingan membutuhkan suatu arahan yang lebih dalam yang dilakukan secara intentif terhadap suatu pembiasaan dengan harapan meningkatkan

efektivitas materi pembiasaan pada pemahaman peserta didik.

3. Teladan

Yaitu suatu upaya untuk membumikan segenap teori yang dipelajari kedalam diri seorang pendidik, yang tadinya hanya berupa goresan tinta atau pikiran menjadi terintegrasi dengan prilaku keseharian. Uraian ini dapat disimpulkan keutamaan ahlak yang dimanifestasikan dalam keteladanan yang baik, adalah faktor yang terpenting dalam upaya yang memberikan pengaruh terhadap hati dan jiwa.

4. Metode nasihat

Metode ini dapat membukakan mata anak-anak hakikat sesuatudan mendorongnya menuju situasi yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak ayat Al Qur’an yang mengisyaratkan penggunaan metode ini dalam proses pendidikan. Diantaranay ucapan Lukman kepada anaknya:

ۚ

Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi,

(35)

akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha

Halus lagi Maha Mengetahui.(Q.S Lukman:16. 22

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa nasihat hendaknya disampaikan dengan cara menyentuh hati, itu tidak mudah, akan tetapi, dengan panutan atau keteladanan serta keikhlasan dan berulang-ulang, akhirnya nasihat itu akan dirasakan menyentuh hati pendengarnya.

6. Masalah-Masalah Belajar Internal dan Eksternal

Secara umum, kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar, kondisi itu pertama, lingkungan fisik yang ada dalam proses dan di sekitar proses pembelajaran memberi pengaruh bagi proses belajar, kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan emberi pengaruh dalam proses pembelajaran siswa. Oleh karena itu belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang timbul dalam diri siswa baik kondisi jasmani maupun rohani siswa. Adapun faktor internal dibedakan menjadi faktor fisiologis dan psikologis:

4. Faktor fisiologis adalah sesuatu yng kondisi yang berhubungan dengan keadaan jasmani.

5. Faktor psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa. Faktor psikologis dapat ditinjau dari aspek, intelegensi, dan motivasi.

b. Faktor Eksternal

Faktor ekternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Fakktor ekternal dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Faktor sosial yaitu lingkungan keluarga, guru dan masyarakat.

2. Faktor non sosial yaitu sarana dan prasarana sekolah, waktu belajar, rumah alam.23

22

Fadhilah dkk, op. cit, h. 87-91. 23

(36)

C. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum penulis mengemukakan pengertian pendidikan agama Islam terlebih dahulu penulis akan kemukakan pendidikan agama Islam secara terpisah ditinjau dari segi etimologi dan terminologi.

Kata “pendidikan” merupakan kata benda dan kata dasarnya adalah

“didik” dan kemudian mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pendidikan artinya “proses pengubahan sikap atau tata

laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.24

Menurut al-Gojali pendidikan merupakan “ibadah dan upaya peningkatan kualitas diri. Pendidikan yang baik merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapat kebahagiaan dunia-akhirat”.25

Mortimer J, Adler pendidikan yaitu:

“Proses dengan mana semua kemampuan manusia bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik”.26

Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto merumuskan pendidikan

adalah “sebagai suatu usaha orng dewasa untuk membimbing dan

mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik, baik dalam

bentuk formal dan non formal”.27

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2010), Cet. 5, h. 13.

27

(37)

Menurut Hasan Langgulung, pendidikan dalam arti luas adalah, “usaha untuk mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalamsuata masyarakat”.28

Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab I pasal I menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta

ketrampilan yang dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.29

Lebih lengkap lagi pengertian pendidikan diungkapkan oleh seorang tokoh pendidikan yang sangat mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan yaitu pendapat Ki Hajar Dewantara yang mengartikan pendidikan dalam bukunya. Hasbullah memeparkan bahwa pendidikan adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.30

Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan bantuan yang diberikan oleh si pendidik dalam membantu perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar bertanggung jawab dan dapat memenuhi pungsi hidupnya serta menghantarkan anak pada cita-cita yang diharapkan.

Pengertian pendidikan ajaran Islam adalah usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan segala potensi yang dianugrahkan Allah kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengabdian kepada Allah Swt.31

28

Jalaludin, Usman Said, Filsapat Pendidikan Islam (Konsep dan Perkembangan Pemikiran), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), Cet. 3, h.12.

29

Indonesia, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI ( Jakarta: 2006), h. 5.

30

Ahmad D. Marimba, Penghantar Filsafat Islam, (Bandung,: PT AI-Ma’arif, 1989), Cet. 6, h. 19.

31

(38)

Abdul Rahman an-Nawawi (1989:41) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah “penataan individu dan sosial dapat menyebabkan seseorang tunduk

ta’at pada Islam dan menerapkannya secara sempurna di adalam kehidupan

individu dan masyarakat”. Menurut Oemar Mumammad al-Toumy al-al-Syaebani dalam Arifin menyatakan bahwa pendidikan dalam Arifin Menyatakan (1987:16) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah “usaha mengubah tingkah laku induvidu dilandasi oleh nilai-nilai islami dalam kehidupan pribadinyaatau kehidupan kemasyarakatan nyadan kehidupan dalam sekitarnyamelalui proses

kependidikan”.32

Menurut Muhammad Fadil al-Djamaly, pendidikan Islam adalah

“proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya” (pengaruh dari luar).

Pendapat ini didasarkan atas firman Allah dalam Surat Ar-Rum 30 dan An-Nahl ayat 78 sebagai berikut:

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu.(Q.S.ar-Rum: 30)

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati(an-Nahl:78)

Menurut Arifin bahwa pendidikan agama Islam “adalah pendidikan

melalui ajaran-ajaran Islam. Yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan yang mencakup seluruh aspek

32

(39)

yang dibutuhkan oleh seorang hamba Allah, sebagaimana Islam menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi”. 33

Menurut Zakiyah Darajat bahwa, pendidikan agama Islam adalah pendidikan malalui ajaran-ajaran Islam, yaitu “berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islamyang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di

akhirat.”34

2. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pendikdikan agam Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut zuhairini dan dkk, dapat ditijau dari berbagai segi: a. Dasar yuridis/hukum

Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung menjadi pegangan dalam melaksanakan agama islam disekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri tiga macam yaitu:

1. Dasar ideal, yaitu dasar falsapah negara pancasila, sila pertama: ketuhanan yang maha Esa.

2. Dasar strukulral/konstitusional, yitu UUD 45dalam bab XI pasal 29 ayat 1dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha Esa: 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

3. Segi Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam yaitu:

a. Q.S. Al-Nahl 125: serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan

33

.M. Arifin,. Ilmu Pedidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara 2006 ), edisi revisi, h. 10

34

(40)

hikmah dan pelajaran yang baik.

b. Q.S. Al-Imran 104: dan hendaklah diantar kamu ada segolongan umat

yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan

mencegah dari yang mungkar.

c. Al-Hadist: sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit.

4. Aspek Psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan

kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh zuhairi dkk (1983:25) bahwa semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan Nya. 5. Dasar operasional yaitu, undang-undang SNP/No.19 Tahun 2005 dan

undang-undang No. 14 Tahun 2005.35

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berpungsi sebagai berikut:

1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup dunia dan di akhirat.

3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial adn dapat mengubah

lingkungannyan sesuai dengan ajaran agama Islam.

35

(41)

4. Perbaiakan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkunganya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembanganya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya.

7. Penyaluaran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.36

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam di sekolah/madarasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang berkembang dalam keimanan, ketakwaanya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan jenjang penidikan yang lebih tinggi (Kurikulum PAI: 2002).

Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuail keberhasilan hidup (hasanah) didunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.37

Kongres se-Dunia Ke II tentang Pendidikan Agama Islam tahun 1980 di

Islamabad, menyatakan bahwa :

(42)

(intelektual), diri manusia yang rasional, perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek akal, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik individual maupun kolektif dan mendorong semua aspek untuk berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan, pendidikan muslim terletak pada perwujudan kedudukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas maupun seluruh umat manusia.38

5. Pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi Peserta Didik

Manusia lahir tidak mengetahui satu apaun, tetapi ia dianugrahi oleh Allah SWT panca indera, pikiran, dan rasa sebagai modal untuk menerima ilmu pengetahuan, memiliki ketrampilan dan mendapatkan sikap tertentu melalui proses kematangan belajar terlebih dahulu. Mengenai pentingnya belajar menurut A. R. Shaleh dan Soependi Soeryadinata (1971:9): “anak manusia tumbuh dan berkembang, baik pikiran, rasa kemauan, sikap dan tingkah lakunya. Dengan demikian sangat pital adanya faktor belajar”.

Untuk mencapai hal yang dinginkan itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah maupun pendidikan dimasyarakat. Jadi, pendidikan agama Islam adalah ihtiyar manusia dengan jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama.39

38

Nizar dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoristis dan Praktis

(Ciputat Pers 2002) Cet. I, h. 37-38. 39Ibid,

(43)

D. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian mengenai motivasi belajar, telah banyak dilakukan antara lain :

Djarudin, Kusnadi dan Riri Fatmasari (2006) telah melakukan penelitian penerapan strategi penbelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar sosial, dan hasilnya motivasi selama pembelajaran yang menggunakan langkah-langkah pemecahan maslah mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai

siklus ketiga.

Norlia Abdul Azis. T. Subahan M. meerah, lilia Halim dan Kasimah Osman telah melakukan tentang hubungan antara motivasi, gaya pembelajaran dengan pencapaian matematik tambahan pelajar tingkatan 4.

(44)

1. KERANGKA BERFIKIR

Dipengaruhi

Dipengaruhi

Cara Membangkitkan Motivasi belajar siswa

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Prosess Belajar Prosess Belajar

1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal

3. Faktor Pendekatan Belajar

a. Motivasi b. Intelegensi

c. Sikap

d. Minat

1.Faktor Internal a.Kebutuhan b.kegelisahan c.Perhatian 2.Faktor Eksternal a.Penghargaan b.Dorongan

1) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar

2) menjelaskan secara kongkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran

3) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang di capai anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di kemudian hari

4) Membentuk kebiasaan belajar yang baik

(45)

Dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa merupakan sentral dalam proses pendidikan. Mereka adalah sumber daya manusia yang harus dikembangkan potensinya. Dari proses belajar, akan diperoleh hasil belajar.

Hasil belajar akan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor internal , dan faktor eksternal.

Motivasi belajar siswa merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar siswa . Motivasi belajar yang tinggi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal seperti kebutuhan, kegelisahan dan perhatian, serta

faktor eksternal seperti penghargaan, dorongan dan ancama. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa diperlukan penerapan strategi belajar oleh guru.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu adn Tempat Penelitian

Bulan Desember 2012-Januari 2013 Semester II dan Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian dilakukan di SMAN 11 Tangerang Selatan, Jln. Sumatera I Gg Alpukat Rt. 002/06 Rawa Lele Jombang.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu mendeskripsikan data apa adanya dan menganalisis data angket siswa dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kuantitatif.

C. Populasi dan Sampel

(47)

semua anggota kumpulan yang menjadi jawaban terbaik dari permasalahan tersebut.1

a. Populasi target: seluruh siswa SMAN 11 Tangerang Selatan yang berjumlah 505 siswa.

b. Populasi terjangkau: siswa kelas XI yang terdiri dari 3 (tiga) kelas yang berjumlah 91 siswa di SMAN 11 Tangerang Selatan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

c. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI yang terdiri

dari 3 (tiga) kelas dengan jumlah siswa sebanyak 91 orang, dan orang yang dijadikan sampel 49 orang siswa sekitar 54% dari jumlah populasi

Tehnik pengambilan sampel menggunakan dengan sampling ramdom sederhana (simple random sampling).

D. Tehnik dan Pengumpulan Data a. Observasi

Sebagai alat pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Jadi dalam penelitian ini peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap masalah yang diselidiki, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran PAI, dan data observasi ini hanya sebagai data tambahan tidak menjadi penentu hasil. b. Angket

Dalam penelitian ini, tehnik pengumpulan datanya bersifat kuisioner atau angket skala motivasi siswa. Tujuan penggunaan kuisioner dalam kegiatan pengajaran adalah untuk memperoleh mengenai latar belakang siswa sebagai bahan dalam menganalisis tingkah laku hasil dan proses belajarnya

yang dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya, untuk memperoleh

1

(48)

data bahan sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program belajar mengajar.2

Kuisioner skala motivasi digunakan siswa ini digunakan untuk mengukur bagaimanakah motivasi belajar siswa dalam pelajaran PAI siswa kelas XI SMAN 11 Tangerang Selatan tahun ajaran 2012/2013.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalan penelitian ini berupa kuisioner skala

motivasi belajar siswa yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tertulis 35 item. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis dalam penyusunan skala motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

1. Menentukan variabel yang akan diteliti, yaitu motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran PAI di SMAN 11 Tangerang Selatan.

2. Menentukan dimensi dan indikator dari variabel. 3. Menyusun skala motivasi.

4. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang disertai alternatif jawaban yaitu dengan menggunakan skala likert dengan empat jawaban alternatif yaitu sangat setuju(SS), setuju(S), tidak setuju(TS), dan sangat tidak setuju(STS)

Tabel 3.1 Indikator dan Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa

Indikator No. Item Jumlah

(+) (-) a. Kebutuhan

b. Keyakinan diri

(49)

g. Tanggung jawab terhadap tugas

F. Tehnik Pengolahan Data

Untuk memudahkan dalam mengelola data, data dari hasil kuisioner atau angket penulis menggunakan tehnik sebagai berikut:

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang dikumpulkan.

2. Skoring, yaitu memeriksa nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Pensekoran Likert

No Alternatif jawaban Skor

Untuk pilihan (+) Untuk pilihan (-)

1. Sangat Setuju (SS) 4 1

2. Setuju (S) 3 2

3. Tidak Setuju (TS) 2 3

4. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Dari data hasil kuisioner atau angket pada umumnya dicari frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif yang ada pada setiap soal. Frekuensi yang paling tinggi ditafsirkan sebagai kecendrungan jawaban alat ukur tersebut.sebaiknya frekuensi yang paling rendah dapat ditafsirkan sebagai kecendrungan jawaban yang tidak mengambarkan pendapat kebanyakan responden. Kuesioner atau angket yang telah disi oleh siswa terhadap setiap pertanyaan tersebut. Data diolah dengan mencari presentase jawaban yang paling banyak atau modus jawaban siswa.3

3 Ibid

(50)

Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil angket diolah dengan dicari presentasinya dan dianalisis. Persentase dihitung dengan rumus:

P = x 100%

Keterangan

S : jawaban siswa terhadap pertanyaan (skor rata-rata) N : jumlah siswa

P : angka poresentase.4

G. Tehnik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interrprestasikan agar data yang telah terkumpul dapat dianalisis dan diambil kesimpulan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengukur bagaimana dan seberapa besarkah motivasi belajar PAI di SMAN 11 Tangerang Selatan.

Dengan menggunakan skala sikap, peneliti mengumpulkan data dan membuat kriteria intrerpretasi data sebagai berikut:

- Motivasi belajar PAI siswa tinggi - Motivasi belajar PAI siswa sedang - Motivasi belajar PAI siswa rendah

 Kriteria diatas diperoleh dengan tehnik analisis data sebagai berikut:

1. Menghitung skor tertinggi

Skor tertinggi = jumlah butir soal x skor butir tertinggi (sangat setuju) 2. Menghitung skor terendah

Skor terendah = jumlah butir soal x skor butir terrendah (sangat tidak setuju)

3. Menentukan angka persentase tertinggi

x 100%

4

(51)

4. Menentukan angka persentase terendah

x 100%

5. Menentukan Rentang = angka persentase - angka persentase terendah

6. Menentukan interval =

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut selanjutnya skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan tabel kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kriteria Analisis Deskriptif Persentase

No Interval Kriteria

1. 76 – 100 Tinggi

2. 51 – 75 Sedang

3 25 – 50 Rendah

7. Persentase butir

x 100

 Penarikan kesimpulan diperoleh dengan menggunakan rumus:

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM SMAN 11 KOTA TANGERANG SELATAN 1. Latar Belakang Berdirinya SMAN 11 Tangerang Selatan

SMA Negeri 6 Ciputat didirikan pada tanggal 27 Juni 2006, dengan

Keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Tangerang mengeluarkan Nomor:421/Kep.208-Huk/2006 yang berisi tentang pendirian sekolah negeri baru dikecamatan Ciputat. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa tanggal 27 Juni 2006 sebagai hari lahirnya SMA Negeri 6 Ciputat .

Sebagai sekolah baru , tentu saja SMA Negeri 6 Ciputat belum memiliki gedung sendiri. Untuk sementara SMA Negeri 6 Ciputat melaksanakan kegiatan Pembelajaran di SMP Negeri 3 Ciputat (sekarang SMPN 6 Kota Tangerang Selatan) yang terletak di Jalan Sumatera I Komplek Villa Bintaro Indah Desa Jombang, Ciputat Tangerang 15414.

Pada tahun pertama berdiri (2006/2007) SMA Negeri 6 Ciputat menerima siswa baru sejumlah 160 siswa yang dibagi dalam 4 rombongan belajar, sedangkan pada tahun kedua (2007/2008) diterima sejumlah 96 siswa yang dibagi dalam 3 rombongan belajar. Staf pengajar pada tahun pertama banyak didatangkan dari SMA Negeri 2 Ciputat sebagai sekolah pembinanya.1

1

(53)

Pada tanggal 8 Pebruari 2008, SMAN 6 Ciputat pindah ke gedung baru yang terletak di Kelurahan Jombang Ds. Rawa Lele , Kec. Ciputat. Sejak saat itu alamat SMAN 6 Ciputat mengalami perubahan yaitu : Jl Sumatera I gg. Alpukat Rt. 002/06 Rawa Lele, kel. Jombang kec. Ciputat. Pada tahun pelajaran 2008/2009 SMAN 6 Ciputat menerima 98 siswa (3 kelas). Pada tahun pelajaran 2009/2010 SMAN 6 Ciputat menerima 62 siswa (2 kelas). Pada tahun pelajaran 2010/2011 SMAN 6 Ciputat menerima 67 siswa (2 kelas). Pada tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 6 Ciputat menerima 98 siswa (3 kelas).

Seiring berdirinya Kota Tangerang Selatan yang memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang, maka bulan Juni 2009 terjadi pula perubahan nama SMA Negeri 6 Ciputat menjadi SMA Negeri 11 Kota Tangerang Selatan.

Latar Belakang Berdirinya SMAN 11 Tangerang Selatan Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan sekolah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, cerdas, terampil, kuat kepribadian serta dapat membangun diri sendiri dan bangsa.

menghasilkan lulusan yang memiliki integritas, berwawasan dan bermoral serta mampu bersaing dengan dunia global, serta memiliki kepribadian berakhlak mulia, berketrampilan untuk hidup mandiri dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

2. Visi Dan Misi Visi Sekolah

SMA Negeri 11 Kota Tangerang Selatan, unggul dalam IMTAQ, IPTEK, Ekstra Kurikuler, Santun dalam bersikap dan tepat dalam bertindak, berpikir

kreatif, inovatif sehingga melahirkan Generasi Muda yang berkwalitas dan berguna bagi Masyarakat, Bangsa dan Negara.2

2Ibid

(54)

Misi Sekolah

a. Meningkatkan Iman dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Meningkatkan kompetensi dan prestasi siswa dalam IMTAQ, IPTEK

dan Ekstrakurikuler.

c. Mewujudkan komunitas sekolah sebagai Institusi Pendidikan yang kondusif.

d. Membina dan meningkatkan kepekaan, kepedulian sosial, baik terhadap warga sekolah maupun terhadap lingkungan masyarakat.

e. Membuka diri terhadap perubahan dan kemajuan dalam berbagai aspekkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk perubahan globalisasi.

f. Membentuk kulture/budaya lingkungan bersih, sehat. menyenangkan, kekeluargaan tinggi sebagai wadah untuk mengembangkan kreativitas. g. Mewujudkan ketrampilan (life skill) siswa dalam komunitas global yang dapat diberdayakan dikemudian hari.Menciptakan lingkungan yang bersih, hijau, nyaman serta aman.

3. Tujuan Sekolah

a. Tujuan jangka pendek

Pada akhir tahun pelajaran 2012/2013 tujuan yang ingin dicapai :

1. Sekolah mampu meraih prestasi akademik dan non akademik di tingkat Kota;

2. Kegiatan siswa lebih mencerminkan penguasaan Iptek dan pengalaman Imtaq serta Olahraga;

3. Sarana pembelajaran semakin reprensif; 4. 75 % kualitas dan kreativitas guru meningkat;

5. Program pengembangan sekolah semakin terarah.3

(55)

b. Tujuan jangka menengah

Untuk tiga tahun kedepan tahun 2013/2014 tujuan yang ingin dicapai : 1. Peningkatan prestasi akademik dan non akademik terbaik di kota; 2. Penguasaan Iptek dan pengalaman Imtaq serta Olahraga;

3. Penambahan sarana pembelajaran yang representatif; 4. Peningkatan kualitas dan kreativitas guru terukur.

c. Tujuan jangka panjang

1. Pada akhir tahun pelajaran 2014/2015 dapat meningkatkan prestasi dalam perolehan rata-rata nilai UAN untuk Tiga Mata Pelajaran Umum yaitu : Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan Tiga Mata Pelajaran IPA yaitu: Fisika, Biologi dan Kimia serta Tiga Mata Pelajaran IPS yaitu : Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi.

2. Memiliki kelompok siswa yang dapat menjuarai lomba sains di tingkat Provinsi;

3. Memiliki tim olahraga yang handal dan mampu menjuarai tingkat Kota dan atau Provinsi;

4. Memiliki kelompok-kelompok seni yang berprestasi di tingkat Kota; 5. Pada akhir tahun pelajaran 2012/2013 mempunyai siswa yang mahir

mengoperasikan teknologi informasi dan komunikasi sebanyak 80 %; 6. Terselenggaranya kegiatan keagamaan dalam rangka mempertebal

keimanan dan ketaqwaan.4

4. Identitas Kepala Sekolah Nama Lengkap : Drs. RODANI

NIP :19640105 198811 1001

Pendidikan Terakhir : S1/A.IV

Jurusan : PendidikanFisika

Email : dedenrodani2@gmail.com No. HP : 0813102214055

4Ibid

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Indikator dan Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa
 Tabel 3.2 Kriteria Pensekoran Likert
Tabel 3.3 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase
+7

Referensi

Dokumen terkait

Definisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik itu adalah merupakan motivasi yang timbul karena adanya dorongan dari luar individu yang tidak secara mutlak

Guru merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat berperan, karena guru itulah yang akan bertanggung jawab dalam upaya membina dan membimbing perilaku anak

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional , (Bandung: PT.. Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan

Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luas diri siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kekurang beresan dalam belajar..

Motivasi siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat timbul dari luar diri siswa/ motivasi ekstrinsik (Uzer Usman, 2008). Motivasi instrinsik

Faktor ini yang disebut faktor intern, maksudnya faktor yang timbul dari dalam siswa itu sendiri. Dari faktor ini dapat melihat kemungkinan yang terjadi yang menjadi penghambat

2013), hal.. apabila ancaman dari luar tersebut semakin kecil. 5) Apabila ancaman kepada diri peserta didik rendah, pengalaman bisa diperoleh dengan melakukan berbagai cara yang

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang fungsi dan aktif tanpa rangsangan dari luar karena individu tersebut sudah memiliki dorongan dan tujuan dari dalam dirinya