• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK MULIA SISWA MTS MUHAMMADIYAH CAMBAJAWAYA DESA SENGKA KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK MULIA SISWA MTS MUHAMMADIYAH CAMBAJAWAYA DESA SENGKA KABUPATEN GOWA"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh : JUSTIKA 105191103516

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M

(2)

ii

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK MULIA SISWA MTS MUHAMMADIYAH

CAMBAJAWAYA DESA SENGKA KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh : JUSTIKA 105191103516

KEPADA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

JUSTIKA, 105 191 103 516, 2020, Peranan Guru pendidikan agama Islam dalam penanaman nilai-nilai Akhlak mulia siswa Mts Muhammadiyah Cambajawaya desa sengka kabupaten Gowa. Di bimbing oleh Hj. Nurhaeni Ds, dan St. Rajiah Rusydi.

Tujuan dari Penelitian ini yaitu untuk mengetahui peranan Guru Pendidikan Agama Islam di Mts Muhammadiyah Cambajawaya, untuk mengetahui bagaimana penanaman nilai-nilai akhlak mulia siswa di Mts Muhammadiyah Cambajawaya, untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman nilai-nilai akhlak mulia siswa di Mts Muhammadiyah Cambajawaya.

Jenis Penelitian ini yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, sumber data dalam penelitian adalah Kepala sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Siswa di Mts Muhammadiyah Cambajawaya,. Instrument Penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi. Teknik analisi data yang digunakan adalah teknik deduktif,teknik induktif, dan teknik komparatif.

Hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwah peranan guru pendidikan agama Islam dalam penanaman nilai-nilai akhlak mulia pada siswa sangat besar dimana guru merupakan tauladan atau panutan bagi siswanya, memberi contoh yang baik atau akhlak mulia, senantiasa memberi nasehat setiap hari serta bekerjasama dengan orang tua siswa untuk mendukung segala aktivitas siswa baik di sekolah maupun di lingkungannya. Penanaman nilai-nilai akhlak mulia siswa Mts muhammadiyah cambajawaya dengan cara melakukan pembiasaan membaca doa sebelum dan sesudah belajar, Sholat dhuha, mengucapkan salam pada guru dan temannya serta rutin melaksanakan jum’at ibadah. Faktor pendukung penanaman nilai-nilai akhlak mulia siswa pada siswa yakni pertama dalam diri seorang siswa, kedua orang tua, guru, serta lingkungan masyarakat. Faktor penghambat dalam penanaman nilai-nilai akhlak mulia pada siswa yakni berasal dari lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat serta kurangnya pengawasan dari guru dan orang tua siswa.

Kata Kunci : Guru Pendidikan agama Islam, Akhlak Mulia Siswa

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur terpanjatkan atas kehadirat Allah Swt, Tuhan pencipta segala apa yang ada di muka bumi ini dan seluru isi alam, pencipta yang telah memberikan kenikmatan kepada kita, baik itu secara jasmani maupun rohani. Berkat rahmat dan Petunjuk-Nya pula, penulis dapat menyeselesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurah kepada pimpinan Islam yaitu nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah membimbing umat kearah yang lebih benar.

Tentunya penulis tidak lepas dari dukungan dan sumbangan pemikiran dari segenap pihak yang penulis rasakan saat ini jasa-jasanya yang di berikan secara tulus, ikhlas, baik material maupun spiritual dalam usaha mencari kesempurnaan dan manfaat skripsi ini, tak lupa penulis ungkap rasa terimah kasih yang sedalam- dalamnya kepada kedua orang tua tercinta yaitu Saparuddin dan Niar, yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang, dorongan semangat dan motivasi, setiap waktu bersujud dan berdoa demi kelancaran penulisan skripsi ini hingga tercapainya cita- cita penulis. Dan ucapan terimah kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. DR. H. Ambo Asse., M. Ag sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga tercapainya skripsi ini.

2. Bapak Drs. H.Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Amirah Mawardi S.Ag.M.Si sebagai ketua Prodi Pendidikan Agama Islam di fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dra. Hj Nurhaeni Ds, M.Pd dan Dra. St Rajiah Rusydi, M.Pd.I selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing dan memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat tersusun.

5. Bapak/ Ibu dosen Pendidikan Agama Islam Univesitas Muhammadiyah Makassar.

6. Bapak Zainuddin S.Pd.I selaku kepala sekolah di Mts Muhammadiyah Cambajawaya yang telah memberikan izin untuk penelitian.

7. Bapak/ Ibu Guru di Mts Muhammadiyah Cambajawaya

8. Teman dan sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

ix

9. Terakhir ucapan terimah kasih juga kepada mereka yang namanya tidak dapat di sebut oleh penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak membantu menyelesaikan skrispsi ini.

Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

Makassar, 12 Muharram 1442 H 31 Agustus 2020 Penulis

Justika

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING………... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN……… . vi

ABSTRAK ………. vii

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI………. .. x

DAFTAR TABEL………... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan penelitian ... 5

D. Manfaat penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Guru Pendidikan Agama Islam ... 8

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ... 8

2. Tugas dan peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 13

3. Kompotensi Guru Pendidikan Islam……… 19

B. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Mulia ... 23

1. Pengertian Akhlak Mulia ... 23

2. Ruang Lingkup Akhlak Mulia ... 24

3. Penanaman nilai-nilai akhlak Mulia... 27

4. Tujuan penanaman akhlak mulia ... 31

(11)

xi

5. Pentingnya Akhlak Mulia ... 32

6. Faktor Pendukung penanaman nilai-nilai Akhlak Mulia… 34 7. Faktor Penghambat penanaman nilai-nilai Akhlak Mulia . 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Lokasi dan objek Penelitian ... 38

C. Fokus Penelitian ... 38

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 39

E. Sumber data ... 39

F. Instrumen Penelitian... 40

G. Teknik Pengumpulan Data ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi lokasi penelitian………. 43

B. Peranan guru pendidikan agama Islam di Mts Muhammadiyah Cambajawaya……… 47

C. Penanaman nilai nilai akhlak mulia kepada siswa di Mts muhammadiyah Cambajawaya ………….……… ...50

D. Faktor pendukung dan penghambat guru pendidikan agama islam dalam penanaman nilai-nilai akhlak mulia kepada siswa di Mts Muhammadiyah Cambajawaya ……….... 53

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… 61

B. Saran……….. 62

DAFTAR PUSTAKA………. 63 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Sarana dan Prasarana………45 Tabel 4.2 Tenaga Pendidik Mts Muhammadiyah Cambajawaya……….. 46 Tabel 4.3 Peserta Didik Mts Muhammadiyah Cambajawaya ... 47

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya yang secara sengaja dan terarah untuk

“memanusiakan” manusia melalui suatu proses pendidikan, manusia dapat bertumbuh dan berkembang secara wajar dan “sempurna” sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia serta memelihara sekelilingnya secara baik dan bermanfaat.

Pendidikan juga suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.

Karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, yaitu potensi yang Allah Swt anugerahkan kepada setiap insan.

Dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas) pasal 1 ayat 1 bahwasanya pendidikan ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikih kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara. Dalam konteks ini pendidikan dapat dikatakan berhasil manakala dapat menjadikan peserta didik didalamnya untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya baik itu kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

1 Undang-undang Repuplik Indonesia No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, ( Yogyakarta : Bening, 2010), h.17

(14)

Pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan Islam, merupakan segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. Adapun ayat yang berkaitang dengan mengembangkan kemampuan manusia dalam QS. Al kahfi (18) :66

اًدْشُر َتْمِّلُع اَِّمِ ِنَمِّلَعُ ت ْنَأ ٰىَلَع َكُعِبَّتَأ ْلَه ٰىَسوُم ُهَل َلاَق

Terjemahnya :

Musa berkata kepadanya “bolehlah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu untuk menjadi) petunjuk ?”2

Kaitan ayat ini dengan aspek pendidikan bahwa seorang pendidik hendaknya menuntun anak didiknya. Dalam hal ini menerangkan bahwa peran seorang guru adalah sebagai fasilitator, pendamping dan yang lainnya. Peran tersebut dilakukan agar anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan oleh bangsa negara dan agamanya.

Guru Pendidikan Agama Islam merupakan seoarang yang memberikan pendidikan atau ilmu dalam bidang aspek keagamaan dalam membimbing anak kearah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak mulia, sehingga terjadi kesinambungan di dunia dan akhirat.

Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu, peranan guru tidak bisa digantikan oleh siapapun, karena guru

2 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahan, ( Bandung : CV Penerbit di Ponegoro, 2010), h. 293

(15)

merupakan salah satu faktor dalam menentukan dalam proses pembelajaran. Tugas yang paling utama adalah mengajar dan mendidik.

Akhlak merupakan buah yang dihasilkan proses penerapan ajaran agama yang meliputi sistem keyakinan (akidah), serta aturan dan hukum (syariah).

Terwujudnya Akhlak mulia ditengah-tengah masyarakat merupakan misi utama pembelajaran pendidikan agama Islam.3

Dengan akhlak yang mulia manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat. Begitu penting akhlak mulia bagi manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki Akhlak dan beliau telah mencontohkannya. Sebagaimana dalam QS.Al- Qalam (68) :4

قُلُخ ٰىَلَعَل َكَّنِإَو ميِظَع

Terjemahnya :

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung”4 Pada saat sekarang ini sedang marak-maraknya kita rasakan bersama baik yang kita masalah akhlak, moral dan etika sedang mengalami penurunan yang sangat buruk di negara kita terutama terjadi pada peserta didik. Hal ini ditandai dengan sering terjadinya kekerasan, tawuran antar pelajar, pornografi, narkotika dan bullying antar sesama teman dan masih banyak lagi dalam lingkungan formal dan non formal.

Berdasarkan observasi di Mts Muhammadiyah cambajawaya, siswa kurang mencerminkan Akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari di sekolah karena masih banyak yang tidak sesuai dengan tuntunan akhlak yang seharusnya di cerminkan

3 Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta : Amzah, 2015), h. 36

4 Kementrian Agama RI, Op.Cit, h. 68

(16)

siswa seperti, tidak menghormati guru, menganggu teman, saling membully, makan dan minum dengan berdiri, makan dan minum dengan tangan kiri dan merokok di luar sekolah dan lain lain.

Guru pendidikan agama islam dalam mengajarkan akhlak mulia dalam bentuk penyampaian materi nilai nilai akhlak mulia yang seharusnya dapat di aplikasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang terjadi karena kurangnya pemahaman siswa tentang bagaimana berakhlak mulia yang benar, baik dalam hal apapun seperti dalam hal makan dan minum yang sesuai akhlak sampai yang lebih luas seperti menghormati guru, menghargai teman dan saling membully. Maka dalam penelitian ini guru sangat memilikih peranan yan sangat penting dalam memberikan contoh atau teladan yang mencerminkan akhlak mulia kepada siswa.

Kualitas pendidikan dapat di lihat dari segi siswa yang mencerminkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan akhlak yang baik maka pendidikan akan berjalan dengan lancar karena siswa sudah memahami akhlak yang mulia yang mendukung proses pendidikan. Pendidikan akhlak merupakan usaha- usaha yang dilakukan oleh seseoarang untuk menanamkan nilai-nilai atau norma yang akhlak, serta mengamalkan norma-norma dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan akhlak bertujuan untuk memahamkan siswa untuk berperilaku sesuai dengan tuntunan syariat-syariat Islam.

Bagi siswa penanaman nilai-nilai akhlak mulia sangat penting karena dapat menambah pengetahuan siswa mengenai akhlak mulia yang harus di aplikasikan dalam kehidupannya karena merupakan suatu amalan yang di perintahkan Allah

(17)

Swt untuk berakhlak mulia sesuai dengan contoh yang telah diberikan oleh nabi Muhammad Saw mulai dari akhlak yang paling khusus sampai kepada cara berakhlak yang secara umum dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hal ini seharusnya guru pendidikan agama Islam memilikih peranan penting dalam penanaman akhlak mulia kepada siswa untuk mewujudkan siswa yang berakhlak mulia. Maka peneliti mengambil judul penelitian “Peranan Guru Pendidikan agama Islam dalam penanaman nilai-nilai akhlak mulia siswa di Mts Muhammadiyah Cambajawaya desa Sengka kabupaten Gowa”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis dapat mengemukakan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan Guru Pendidikan Agama Islam di MTs Muhammadiyah Cambajawaya desa Sengka Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana penanaman nilai-nilai Akhlak Mulia Siswa di Mts Muhammadiyah Cambajawaya desa Sengka Kabupaten Gowa ?

3. Bagaimana faktor-faktor Pendukung dan Penghambat peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam penanaman nilai-nilai Akhlak mulia siswa di Mts Muhammadiyah Cambajawaya desa Sengka Kabupaten Gowa ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian dengan mengacu pada rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah ;

(18)

1. Untuk mengetahui Peranan Guru Pendidikan Agama Islam di Mts Muhammadiyah Cambajawaya desa Sengka kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui penanaman nilai-nilai Akhlak Mulia Siswa di Mts Muhammadiyah Cambajawaya desa Sengka Kabupaten Gowa.

3. Untuk mengetahui faktor faktor Pendukung dan Penghambat Peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam penanaman nilai-nilai Akhlak Mulia siswa di Mts Muhammadiyah Cambajawaya desa Sengka Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat

bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan mengenai peranan guru pendidikan agama islam dalam penanaman nilai-nilai akhlak mulia siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak sekolah sebagai bahan masukan kepada pengelolah sekolah dalam pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan.

b. Bagi guru sebagai bahan masukan bahwa tugas guru bukanlah sekedar mentransfer ilmu kepada siswa melainkan menjadi seorang pembimbing pengarah pembina serta menjadi suri tauladan yang baik bagi siswa.

c. Bagi siswa memperoleh pengalaman langsung dengan adanya bimbingan dan arahan dari guru.

(19)

d. Bagi peneliti sebagai bahan pembanding bagi mahasiswa atau peneliti lainnya yang ingin meneliti topik atau permasalahan yang sama tentang peranan seseorang guru pendidikan agama islam yang baik

(20)

8 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian guru pendidikan agama Islam

Dalam Kamus besar bahasa Indonesia guru adalah orang yang pekerjaannya (mata penjaharian, profesinya) mengajar.5 Mujtahid dalam bukunya yang berjudul

“Pengembangan Profesi Guru”, definisi guru adalah orang yang pekerjaan, mata pencaharian, atau profesinya mengajar.6 Kemudian Sri Minarti mengutip pendapat ahli bahasa Belanda, J.E.C. Gericke dan T. Roorda, yang menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa sansekerta yang artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat, dan pengajar.7

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

Kemudian guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu tidak harus di lembaga pendidikan formal tetapi bisa juga di mesjid atau mushola di rumah dan sebagainya.8

Sementara Supardi dalam bukunya yang berjudul “Kinerja Guru”

menjelaskan pengertian guru menurut undang-undang Republik Indonesia Bab 1 Pasal 1 Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah jalur pendidikan formal.9

5 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, cet II, 2017), h. 377.

6 Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru ( Malang : UIN Maliki Pres, 2011), h. 33

7Sri Miniarti, Ilmu Pendidikan Islam; fakta teoritis-filosofis dan Aplikatif-Normatif (Jakarta:

Amzah, 2013), h. 107-108

8 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam Interaksi Edukatif; suatu pendekatan Teoritis Psikologi, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h.33

9 Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 8

(21)

Literature kependidikan Islam, banyak sekali kata-kata yang mengacu pada pengertian guru seperti murabbi mu’allim dan muaddib. Ketiga kata tersebut memiliki fungsi penggunaan yang berbeda-beda.10Menurut para ahli bahasa, kata murabbi berasal dari kata rabba yurabbi yang berarti membimbing, mengurus, mengasuh, dan mendidik. Sementara kata mu’allim merupakan bentuk isim fa’il dari ‘allama yu’allimu yang biasa diterjemahkan mengajar atau mengajarkan.11 Dengan demikian allama disini diterjemahkan dengan mengajar. Selanjutnya istilah muaddib berasal dari akar kata addaba yuaddibu yang artinya mendidik.12

Di samping itu, seorang guru juga biasa disebut sebagai ustadż.

Menurut Muhaimin, kata ustadż mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengembang tugasnya, dan dikatakan professional apabila pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang hidup di masa depan.13

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tugas guru adalah suatu pekerjaaan yang menuntut untuk memilikih sikap komitmen untuk melaksanakan tugas untuk mengajarkan kepada peserta didik.

Kemudian selain yang telah dipaparkan di atas, dalam bahasa Arab guru juga sering disebut dengan mudarris yang merupakan isim fa’il dari darrasa, dan

10 Sri Miniarti, Op.cit, h.108

11 Heri Gunawan, Pendidikan Islam; kajian teoritis dan Pemikiran tokoh (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.163

12 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia,( Jakarta :PT Mahmud Yunus Wa Dzuriyyah, 2010), h.39

13 Muhamin, Wacana Pendidikan Islam, ( Surabaya :PSAPM,2014), h. 209-210

(22)

berasal dari kata darasa yang berarti meninggalkan bekas maksudnya guru mempunyai tugas dan kewajiban membuat bekas dalam jiwa peserta didik. Bekas itu merupakan hasil pembelajaran yang berwujud perubahan perilaku sikap dan penambahan atau pengembangan ilmu pengetahuan .14

Menurut Muhammad Muntahibun Nafis, guru adalah bapak ruhani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Oleh karena itu, guru memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam sebagaimana dinyatakan dalam beberapa teks, di antaranya disebutkan: “Tinta seorang ilmuwan (yang menjadi guru) lebih berharga ketimbang darah para syuhada”.

Muhammad Muntahibun Nafis juga mengutip pendapat Al-Syauki yang menempatkan guru setingkat dengan derajat seorang rasul. Dia bersyair:

Berdiri dan hormatilah guru. dan berilah penghargaan, seorang guru hampir saja merupakan seorang rasul”.15

Kemudian, Abidin Ibnu Rusn mengutip pendapat Al-Ghazali yang menyatakan bahwa profesi keguruan merupakan profesi yang paling mulia dan paling agung dibanding dengan profesi yang lain. Al -Ghazali berkata: Seorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, dialah yang dinamakan orang besar di bawah kolong langit ini. Ia bagai matahari yang mencahayai orang lain, sedangkan dia sendiri pun bercahaya. Ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain, ia sendiri pun harum.”16

Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik, yang berarti pula pengetahuan tentang mendidik atau pemeliharaan (latihan-latihan, dan sebagainya) badan, latihan dan sebagainya.

Dalam bahasa Arab, para pakar pendidikan pada umumnya menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan. Ahmad Faud Al-Ahwani, Ali khalil Abu Al’ainan, Muhammad Athiyah Al abrasy dan Muhammad Munir Mursyi, misalnya

14 Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi, ( pesan-pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, ( Jakarta : Amzah, 2013).h. 63

15 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, ( Yogyakarta :Teras. 2011), h. 88

16 Abin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Gazali tentang Pendidikan Islam ( Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2009 h. 63-64

(23)

menggunakan kata tarbiyah dalam arti pendidikan. Adapun pengertian pendidikan dari segi istilah kita dapat merujuk dari berbagai sumber yang diberikan para ahli pendidikan. Dalam undang-undang sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 2 Th.1989 ) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

Adapun pengertian Islam secara bahasa Arab adalah Aslama, yuslimi, islaman yang berarti berserah diri, patuh, dan tunduk. Kata aslama pada mulanya berasal dari salima, yang berarti selamat, sentosa dan damai.

Dengan pengertian demikian, secara harfiah Islam dapat diartikan patuh, tunduk, berserah diri (kepada Allah) untuk mencapai keselamatan.17

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, karena manusia saat dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun. Pendidikan merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia, bagaimana komunitas manusia memerlukan pendidikan. Maka dalam arti umum, kejadian dan komunitas tersebut akan ditentukan oleh aktivitas pendidikan didalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.

Menurut Jaluluddin bagi lingkungan masyarakat yang masih sederhana pendidikan dilakukan langsung oleh para orang tua. Pendidikan akan dinilai rampung bila anak mereka sudah menginjak usia dewasa, siap untuk berumah tangga dan mampu mandiri setelah menguasai sejumlah keterampilan praktis sesuai dengan tuntunan dari kebutuhan hidup dimasyarakat lingkungan. Makin sederhana masyarakatnya, makin sedikit tuntutan kebutuhan akan keterampilan yang perlu dikuasainya.

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberikan awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan”

(hal, cara dan sebagainya). Kata pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu Peadagogos yaitu pergaulan dengan anak-anak. Dalam Peadagogosa dan seorang pelayang atau bujang pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya menjemput ke dan dari anak-anak sekolah. Peadagogos

17 Abuddin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.333-338

(24)

berasal dari kata peados (anak) dan agoge (saya membimbing, memimping).

Perkataan yang mulanya berarti “rendah” (pelayan, bujang) sekarang dipakai untuk pekerjaan mulia. Peadagog ( Pendidik atau ahli didik) adalah seseorang yang tugasnya membimbing anak. sedangkan pekerjaan membimbing disebut peadagogis.18

Secara terminologi banyak sekali istilah pendidikan yang dikemukakan oleh para tokoh pendidikan Indonesia adalah sebagai berikut;

a. Ahmad D. Marimba menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Marimba menekankan pengertian pendidikan pada pengembangan jasmani dan rohani menuju kesempurnaannya, sehingga terbina kepribadian yang utama, suatu kepribadian yang seluruh aspeknya sempurna dan seimbang. Untuk mewujudkan kesempurnaan tersebut dibutuhkan bimbingan yang serius dan sistematis dari pendidik.

b. Hasan Langgulung, mengemukakan bahwa “pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi pertama; dari sudut pandangan masyarakat; kedua, dari sudut pandangan individu. Dari segi pandangan masyarakat pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dan generasi tua kegenerasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan, dengan kata lain masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi kegenerasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara. Dilihat dari segi pandangan individu, Pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi.19

Pendidikan Secara bahasa ada tiga kata yang digunakan. Ketiga kata tersebut, yaitu (1) “at-tarbiyah, (2) “al-ta’lim” dan “al-ta’dib”. Ketiga kata tersebut mengandung makna yang amat dalam, menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dengan hubungannya dengan Tuhan selain berkaitan satu sama lain.20

Pendidikan Islam menurut istilah yang dirumuskan pakar pendidikan Islam, sesuai dengan perspektif masing-masing, diantara adalah;

a. Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa tarbiyah adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya,

18 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta :Kalam Mulia, cet ke- XII ,2015), h. 28-30

19 Ibid, h.31.

20 Ibid, h.33.

(25)

halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan dan tulisan. Abrasy menekankan pendidikan pencapaian kesempurnaan dan kebahagiaan hidup.

b. Hasan Langgulung mengatakan, bahwa “pendidikan Islam adalah proses penyiapan generasi mudah untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan, dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal didunia dan memetik hasilnya diakhirat. Langgulung menekankan pendidikan Islam pada mempersiapkan genesi muda dengan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam, untuk mampu berusaha diatas dunia dan memetik hasilnya diakhirat.21

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa guru pendidikan agama islam merupakan seorang yang melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang di bekali dengan pengetahuan untuk diberikan kepada siswa dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan pendidikan.

2. Tugas dan peran Guru Pendidikan Agama Islam

Guru harus menampilkan pribadinya sebagai cendekiawan (scolar) dan sekaligus sebagai pengajar (teacher).

a. Guru sebagai pengajar dan juga sebagai pendidik dan juga sebagai pendidik.

Guru harus menampilkan pribadinya sebagai ilmuwan sebagai dan sekaligus sebagai pendidik.

b. Guru sebagai pengajar, pendidik, dan juga agar pembaruan dan pembangunan masyarakat. Artinya guru diharapkan dapat menampilkan pribadinya sebagai pengajar dan pendidik siswanya dalam berbagai situasi (individual dan kelompok dalam kelas, formal, non formal, serta informal) sesuai dengan keragaman karakteristik dan kondisi objektif siswa dengan kontekstual, lebih luas lagi sebagai penggerak dan pelopor dan pembaharuan dan perubahan masyarakat di mana berada.

21 Ibid ,h. 36.

(26)

c. Guru yang berkewenangan berganda sebagai pendidik profesional dengan keahlian lain selain pendidikan. Kemungkinan terjadinya perkembangan dan perubahan tuntutan dan persyaratan kerja yang dinamis dalam era globalisasi mendatang, maka tenaga guru harus siap secara luwes kemungkinan alih fungsi atau lebih profesi (jika dihendaki ), ide dasarnya adalah untuk memberi peluang alternatif bagi tenaga kependidikan untuk meraih taraf dan martabat hidup yang layak, tanpa berpotensi mengurangi makna dan martabat potensi guru, sehingga para guru sudah siap menghadapi persaingan penawaran jasa pelayanan profesional di masa mendatang.22

Sementara itu Abd. Rahman Getteng dalam buku menjadi Guru professional dan beretika, mengungkapkan bahwa ada tiga jenis tugas guru yakni;

a) Tugas dalam bidang profesi b) Tugas kemanusiaan, dan.

c) Tugas dalam bidang kemasyarakatan.23

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa guru tidak hanya memilikih tugas sebagai pengajar, pendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa tetapi untuk mencerdaskan manusia serta menjalin hubungan dengan lingkungan untuk bekerja sama dalam proses pendidikan di sekolah.

Tugas Guru dalam bidang profesinya meliputi mendidik, mengajar, melatih, mendidik ialah upaya untuk meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan manusia, terlebih cara modern saat ini, nilai-nilai agama dan budaya yang konstruktif mengalami pergeseran dari waktu kewaktu sering dengan

22 Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung, Alfabeta , Cet. IV, 2011), h. 39

23 Abd Rahman Getteng, Menjadi Guru Profesional dan beretika (Yogyakarta : Graha Buku , Cet- VI, 2011 ), h.21.

(27)

hemogini nilai-nilai budaya deskruktif yang menggerus sendi-sendi kehidupan manusia saat ini. Di sinilah guru dalam mendidik sangat dibutuhkan dimana dengan pendidikan yang dilakukan diharapkan mampu mengantisipasi atau paling tidak menyaring nilai-nilai yang datang dari luar.

Adapun tugas guru dalam pendidikan Islam dapat dijabarkan sebagai berikut;

1) Menyampaikan ilmu sampaikan apa yang bersumber dari walaupun satu ayat”. (hadis Nabi). Dalam hal ini pendidik bertugas mengisi otak peserta didik (kognitif) seseorang. Seseorang pendidik (guru) tidak boleh menyembunyikan ilmunya agar tidak diketahui orang lain, menyampaikan ilmu itu kewajiban orang yang lain. Menyampaikan ilmu adalah kewajiban orang yang berpengetahuan.

2) Menanamkan nilai-nilai. Disekeliling manusia terdapat nilai-nilai, baik nilai baik maupun buruk. Tugas pendidiklah memperkenalkan mana nilai yang baik tersebut seperti jujur,benar, dermawan, sabar, tanggung jawab, peduli, dan empati serta menerapkannya dalam kehidupan peserta didik lewat praktik pengalaman yang diartikan kepada mereka.

Pada tataran ini sipendidik mengisi hati peserta didik, sehingga lahir kecerdasan emosionalnya.

3) Melatihkan keterampilan hidup, pendidik juga bertugas untuk melatihkan kemahiran hidup, mengisi tangan peserta didik dengan satu atau beberapa keterampilan yang dapat digunakannya sebagai bekal hidupnya.24

Adapun kompotensi serta kemampuan yang diharapkan bagi lulusan pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut ;

1) Mampu melaksanakan program pengajaran bidang studi pendidikan agama Islam.

2) Mampu mengajar bidang study pendidikan agama Islam disekolah dan diluar sekolah.

3) Mampu membimbing peserta didik dalam kehidupan beragama.

4) Mampu menganalisis masalah-masalah yang muncul dalam proses belajar mengajar.

5) Mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang muncul dalam proses belajar mengajar.

24 Haidar Putra, Daulay, Pendidikan Islam dalam perspektif filsafat (Jakarta :Prana de Media Group, Cet- II, 2016), h. 106

(28)

6) Menjadi bagi peserta didik dan masyarakat dalam pengalaman ajaran agama Islam mampu mengedentifikasi potensi masyarakat untuk digerakkan dalam bidang pendidikan25

Guru harus menyadari bahwa manusia adalah sosok yang sangat mudah dalam menerima perubahan. Oleh karena itu seorang guru harus terus berkembang dan menjadi orang yang kompoten dalam profesinya. Kemudian kriteria untuk menjadi guru menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen diatur pada bab IV bagian kesatu yang meliputi memiliki kualifikasi pendidikan minimal sarjana pendidikan (SI dan diploma IV), Memiliki kompotensi (pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial), memiliki sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan Nasional.26

Sebelum memasuki pembahasan tentang peran guru pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu kita ketahui pengertian dari peran tersebut. Menurut kamus besar bahasa Indonesia ‘peran’ adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.27 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran adalah sesuatu yang dilakukan dengan seseorang dalam suatu ruang lingkup atau peristiwa.

Seorang guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya karena guru memiliki peranan penting dalam suatu proses pembelajaran selain dari pada itu guru juga memiliki peran yang sangat

25Akmal Hawi, Kompotensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta :Rajawali Pers, 2014), h.79-84

26YasaratodoWau ,Profesi Pendidikan (Medan :Unimed Press, 2017 ), h.16

27 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta :Balai Pustaka, 2017) ,h. 75.

(29)

banyak yaitu pengajar, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana pembelajaran,supervisor, motivator, dan sebagai evaluator.28

Rusman dalam bukunya dalam mengelompokkan peranan guru berkaitan dengan kompetensi guru menjadi 8 bagian yaitu:

a) Guru melakukan diagnosis terhadap perilaku awal siswa. Pada dasarnya guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswanya dalam proses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk mengenal lebih dekat kepribadian para siswanya.

b) Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran adalah membuat suatu persiapan sebelum melakukan pembelajaran.

c) Guru melaksanakan proses pelajaran. Peran guru yang ketiga ini merupakan peran yang sangat penting karena disinilah interaksi pembelajaran dilaksanakan. Sesuatu yang dapat diperoleh siswa dan mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti akhlak merupakan hasil dari pembelajaran.

d) Guru sebagai pelaksana administrasi sekolah.

e) Guru sebagai komunikator. Peran seorang Guru dalam kegiatan inti ini menyangkut proses penyampaian imformasi baik kepada dirinya, kepada anak didiknya, kepada atasannya, kepada orang tua murid juga kepada masyarakat pada umumnya.

f) Guru mampu mengembangkan keterampilan diri, setiap guru harus mampu mengembangkan keterampilan pribadinya dengan terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena jika tidak demikian maka guru akan ketinggalan zaman dan kemungkinan pada akhirnya akan sulit membawa dan mengarahkan anak didik kepada masa dimana dia akan menjalani kehidupan.

g) Guru dapat mengembangkan potensi anak. Guru dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri siswanya. Karena dari potensi itulah guru dapat menyiapkan strategi pembelajaran yang cocok dengan potensi yang dimilikih anak.

h) Guru sebagai pengembang kurikulum disekolah. Peran guru dalam hal ini adalah karena implementasi kurikulum yang sesungguhnya terjadi pada saat proses belajar-mengajar, dan gurulah yang melakukan proses tersebut.29

28Rusman, Model-model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.58.

29Ibid, h. 59-65.

(30)

Berdasarkan penjelasan diatas, Peran Guru berkaitan dengan kompotensi Guru merupakan kemampuan yang harus di milikih guru dalam proses pembelajaran baik dalam kelas maupun diluar pembelajaran dikelas dalam berinteraksi dengan siswa dan lingkungan sekolah.

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran penting, peran guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, televise, tape recorder, internet, komputer maupun teknologi paling modern. Banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan keteladanan, yang diharapkan hasil proses pembelajaran yang tidak dapat dicapai kecuali pendidik. Sebagaimana dalam QS. Al Baqarah (2) :129

َةَمْكِْلْاَو َباَتِكْلا ُمُهُمِّلَعُ يَو َكِتاَيآ ْمِهْيَلَع وُلْ تَ ي ْمُهْ نِم ًلًوُسَر ْمِهيِف ْثَعْ باَو اَنَّ بَر ِّكَزُ يَو ُميِكَْلْاُزيِزَعْلاَتْ نَأَكَّنِإ ْمِهي

Terjemahnya ;

Ya tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dan kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-kitab dan hikmah serta mensucikan mereka, sesungguhnya engkau maha perkasa lagi maha bijaksanah. 30

Berdasarkan firman Allah Swt diatas, Al Nahlawi menyimpulkan bahwa tugas pokok (peran utama) guru dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut ;

1) Tugas pensucian. Guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt, menjauhkannya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap pada fitrahnya.

2) Tugas pengajaran. Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk di terjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.31

30 Kementerian Agaman RI, Op.Cit, h. 2

31 Ramayulis.Op.cit, h.123-125

(31)

3. Kompotensi Guru Pendidikan Agama Islam

Untuk menjadi guru yang profesional tidaklah mudah karena harus memiliki berbagai kompetensi keguruan. Menurut Syaiful Sagala kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan.32 Di dalam undang-undang republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Pasal 10 menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.33

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik, yang meliputi:

1) Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan peserta didik.

2) Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

3) Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif.

4) Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan.

5) Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.34

32 Syaiful Sagala, kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidikan, ( Bandung : Alfabeta, 2009), h.29.

33 Undang-undang Guru dan Dosen ( UU RI No.14 Th .2005), (Jakarta :Sinar Grafika, 2010), h. 9

34 Syaiful Segala, op.cit , h. 32

(32)

Berdasarkan penjelasan diatas kompotensi pedagogik merupakan kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan mengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian terkait dengan penampilan sosok guru sebagai individu yang mempunyai kedisiplinan, berpenampilan baik, bertanggung jawab, memiliki komitmen, dan menjadi teladan. Menurut Usman yang dikutip oleh Syaiful Sagala, kompetensi kepribadian meliputi:

a) Kemampuan mengembangkan kepribadian.

b) Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi.

c) Kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.35

Berdasarkan penjelasan diatas, maka kompotensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, dan stabil dan menjadi teladan bagi peserta didik, tenaga kependidikan, orang Tua/ wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Kompetensi sosial menurut Slamet PH sebagaimana dijelaskan oleh Syaifudin Sagala antara lain:

a) Memahami dan menghargai perbedaan (respek) serta memiliki kemampuan mengelola konflik.

b) Melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat, kepala sekolah, dan pihak-pihak terkait lainnya.

35 Ibid, h. 34

(33)

c) Membangun kerja tim (teamwork) yang kompak, cerdas, dinamis, dan lincah.

d) Melaksanakan komunikasi (oral, tertulis, tergambar) secara efektif dan menyenangkan dengan seluruh warga sekolah, orang tua peserta didik, dengan kesadaran sepenuhnya bahwa masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab terhadap kemajuan pembelajaran.

e) Melakukan prinsip-prinsip tata kelolah yang baik (partisipasi, penegakan hukum dan profesionalisme).36

Berdasarkan Penjelasan diatas, maka kompotensi Sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan semua orang yang ada dilingkungan smasyarakat disekolah dan saling berinteraksi antara satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan.

d. Kompotensi Profesioanal

Kompotensi professional berkaitan dengan bidang studi, menurut, syaifuddin Segala terdiri dari;

a) Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar.

b) Memahami standar kompotensi dan standar isi mata pelajaran serta bahan ajar yang ada dalam kurikulum.

c) Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar.

d) Memahami hubungan konsep antara mata pelajaran terkait.

e) Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.37 Berdasarkan penjelasan diatas maka kompotensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

36Ibid, h.38

37Ibid, h. 38-40

(34)

Menurut Muhibbin Syah (2004), adalah sepuluh kompotensi dasar yang harus dimiliki guru dalam meningkatkan keberhasilan belajar mengajar, sebagai berikut ;

1) Menguasai bahan, yang meliputi

a) Menguasai bidang study dalam kurikulum sekolah b) Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi 2) Mengelolah program belajar mengajar yang meliputi ;

a) Merumuskan tujuan instruksional

b) Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar c) Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat.

d) Melaksanakan program belajar-mengajar.

e) Mengenal kemampuan anak didik

f) Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.

3) Mengelolah kelas, meliputi

a. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang sesuai 4) Menggunakan media atau sumber belajar

5) Menguasai landasan-landasan pendidikan.

6) Mengelolah interaksi belajar mengajar

7) Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran

8) Mengenal fungsi program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.

9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi.

10) Memahami prinsipi-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.38

Berdasarkan penjelasan diatas, maka kompotensi dasar yang di milikih guru dalam meningkat keberhasilan hasil belajar mengajar adalah menguasai bahan, mengelolah program belajar mengajar dan mengelolah dan media dan menguasai semua landasan-landasan pendidikan.

38 Pupuh Faturrohman, M Sobri Sutikno, Stategi Belajar Mengajar; Melalui penanaman konsepumum dan Islami ( Bandung; :PT Refika Aditama, cet ke-7, 2017), h.45-46

(35)

B. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Mulia 1. Pengertian Akhlak Mulia

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata Khulk. Khulk didalam kamus munjid berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat.39Akhlak dapat juga dipahami sebagai prinsip dan landasan atau metode yang ditentukan oleh wahyu untuk mengatur seluruh perilaku atau hubungan antara seseorang dengan orang lain sehingga tujuan kewujudannya didunia dapat dicapai dengan sempurna. Sebagaimana dengan QS.Al-Ahzab (33) :21

ِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِهَّللا ِلوُسَر ِفِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل َو َرِخ ْلْا َمْوَ يْلاَو َهَّللا وُجْرَ ي َناَك ْنَم

اًرَِِك َهَّللا َرَكَذَ

Terjemahnya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.40

Berikut beberapa defenisi Akhlak menurut istilah yang diutarakan oleh para ahli dalam bidangnya masing-masing.

a. Menurut Miqdad Yaljan akhlak adalah setiap tingkah laku yang mulia, yang dilakukan oleh manusia dengan kemauan yang mulia dan untuk tujuan yang mulia pula. Sedangkan mulia dalam kehidupannya secara lahir dan batin, sesuai dengan dirinya sendiri dan juga sesuai dengan orang lain.

b. Menurut Ahmad Khamis; Akhlak adalah ajaran, sekumpulan, peraturan dan ketetapan, baik secara lisan ataupun tulisan yang berkenaan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak sehingga dengan setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan itu menjadikannya sebagai manusia yang baik.

39 Asmaran AS, Pengantar Study Akhlak (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,cet ke-III, 2002), h.1

40 Kementrian Agama RI, Op.Cit, h.33

(36)

c. Menurut Al-Gazhali; Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa dalam menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dilakukan tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan.41

Berdasarkan penjelasan diatas maka akhlak merupakan segala tingkah laku yang telah diatur dalam Islam kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya paksaan tetapi langsung dari dalam diri seseorang .

Akhlak menurut bahasa adalah perangai,tingkah laku, tabiat. Namun secara istilah makna akhlak adalah tata cara pergaulan atau bagaimana seorang hamba berhubungan dengan Allah sebagai khaliknya, dan bagaimana seorang hamba bergaul dengan sesama manusia lainnya.42Menurut Al-Gazali, berakhlak mulia atau terpuji artinya “menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam islam serta menjauhkan diri dari perbuatan yang tercelah tersebut kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik melakukannya dan mencintainya.43

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa akhlak mulia adalah perilaku manusia yang ditunjukan oleh sifat-sifat dan gerak kehidupannya sehari-hari. Manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial, tidak berhenti-henti dari perilaku. Setiap hari perilaku manusia dapat berubah-ubah meskipun manusia dapat membuat perencanaan untuk secara rutin.

Penting untuk direnungkan manusia dalam menjalankan kehidupan ini tentang

41Muhammad Abdurrahman, Akhlak; menjadi seoerang Muslim berakhlak mulia, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2016), h.6-7

42 Ibid, h. 8

43 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Study Akhlak ( Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 158.

(37)

terminologi yang hitam-putih mengenai perilaku mulia dan buruk mengenai akhlak mulia dan tercela.

Manusia wajib mengerti dan memahami makna baik dan buruk, sesuatu yang baik menurut Allah Swt. Demikian juga sebaliknya, sesuatu yang buruk menurut manusia belum tentu buruk di mata Allah Swt. Hal tersebut dapat dialami oleh seluruh manusia karena pada dasarnya akal pikiran manusia dan kemampuan intelegensinya sangat terbatas.44

Akhlak yang mulia yang sesuai dengan ajaran Allah Swt, diantaranya sebagai berikut:

1) Beriman kepada Allah Swt.

2) Beriman kepada malaikat-malaikat Allah Swt.

3) Beriman kepada kitab-kitab Allah Swt.

4) Beriman kepada Rasul Allah Swt.

5) Beriman kepada qadha dan qadhar yang baik maupun yang buruk.

6) Mendirikan shalat.

7) Berpuasa sebulan penuh di bulan ramadhan.

8) Membayar zakat 9) Memelihara aurat.

10) Menepati janji 11) Cinta damai.

12) Mengajak kepada yang ma’ruf.

13) Mencegah yang mungkar 14) Menjagah batas aturan Allah 15) Bersikap rendah hati.

16) Menjawab pertanyaan orang dengan baik.

17) Berdo’a agar dijauhkan neraka dan sebagai.45

44Beni Ahmad Saebeni, Abdul Khamid, Ilmu Akhlak ( Bandung :CV Pustaka Setia, cet II 2012), h.205

45Zulkifli Tamin, Afrizal Nazir, Akhlak yang Mulia; Bimbingan Akhlak sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw, (Bandung; Erlangga, 2015),h.187-188.

(38)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka akhlak yang mulia merupakan semua perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang telah diatur oleh Islam semua peraturan akhlak mulia yang patut dilakukan.

2. Ruang Lingkup Akhlak Mulia

Akhlak menempatkan pembahasannya dalam semua lini upaya usaha manusia untuk berperilaku mahmudah dan mazmumah seluruh gerak-gerik manusia baik dan buruk merupakan cakupan pembahasan ilmu akhlak itulah sebabnya akhlak memasuki ranah ilmu pengetahuan ilmu-ilmu sosial seperti politik ekonomi sosiologi antropologi sejarah komunikasi dan sebagainya menempatkan jati diri ilmu itu adanya nilai-nilai. Nilai-nilai itu adalah akhlak apakah mulia atau buruk.

Demikian pula ilmu-ilmu eksatta, kimia, fisika, biologi, dan matematika mesti memiliki nilai akhlak. Untuk itu apapun ilmu pengetahuan dan teknologi mesti memiliki akhlak.46

a. Akhlak terhadap Allah Swt merupakan akhlak yang paling tinggi derajatnya. Sebab akhlak yang lainnya merupakan menjadi dasar akhlak yang lainnya merupakan dasar akhlak kepada Allah terlebih dahulu.

b. Akhlak kepada Rasulullah Saw. Nabi Muhammad adalah Rasul utusan Allah Swt yang terakhir. Dialah iman dan rasul. Pada dirinya melekat keteladanan bagi umat manusia, dialah induk akhlak islami.

46 Nasharuddin ,Akhlak; Ciri Manusia Paripurna (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada ,2015), h. 213

(39)

c. Akhlak terhadap diri sendiri. Cakupan akhlak terhadap diri sendiri adalah semua yang menyangkut persoalan yang melekat pada diri sendiri, baik secara rohaniyah maupun secara jasmaniyah.

d. Akhlak terhadap orang tua sangat patut di kedepankan karena jasa-jasa keduanya tidak mungkin dapat dibalas yang setara dengannya.47

e. Akhlak bertetangga, seorang muslim tidak membiarkan tetangganya dalam keadaan genting, kemiskinan, dan kelaparan.48

3. Penanaman Nilai-nilai Akhlak Mulia

Mengingat bahwa penanaman sikap dan nilai-nilai hidup merupakan proses maka hal ini dapat diberikan melalui pendidikan formal yang direncanakan dan dirancang secara matang. Direncanakan dan dirancang tentang nilai-nilai apa saja yang akan diperkenalkan, metode dan kegiatan yang dilakukan untuk menawarkan dan menanamkan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa harus dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan perkembangan kejiwaan anak.49

Secara rinci uraian akhlak mengenai nilai-nilai akhlak mulia adalah sebagai berikut ;

a. Ikhlas

Ikhlas berarti bermaksud menjadikan Allah Swt sebagai satu-satunya Tuhan.

Sikap taat dimaksudkan adalah taqarrub kepada Allah Swt, mengesampingkan dari

47 Muhammad Abdurrahman, op.cit. h.134

48 Ibid, h.207

49 Nurul Zuriah, pendidikan Moral dan budi Pekerti Perspektif perubahan menggagas platform pendidikan budi pekerti secara kontekstual dan futuristic, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2011), Cet ke III, h.38

(40)

makhluk, apakah itu memperoleh tujuan ataupun penghormatan dari manusia ataupun konotasi kehendak selain taqarrub kepada Allah Swt semata. Dapat dikatakan keikhlasan berarti menyucikan amal-amal perbuatan dari campur tangan makhluk. Dikatakan juga keikhlasan berarti melindungi diri sendiri dari urusan individu-individu manusia.

b. Sabar

Perkataan sabar berasal dari bahasa arab shabr, yang berarti habs (menahan) dan tiap-tiap orang yang menahan sesuatu. Maka ia sungguh telah bersabar. Berarti pula, naqid al-jaza kekusahan atau bersedih hati atau “habs al-nafs ’ind al- jiza”(menahan jiwa jika mengalami kegelisan/ kerisauhan). Sabar berarti pula tunduk sepatuhnya dengan tanpa syarat tentang kehendak Allah Swt, dengan menerima apa setiap waktu tak terbagi. Sabar adalah kebaikan utama karena memerlukan ketundukan total dan sadar.

c. Tawakkal

Tawakkal berarti menyerahkan keputusan segala perkara ikhtiar dan usaha kepada Tuhan semesta alam. Dia yang kuat dan kuasa kita lemah dan tak berdaya.

Tawakkal berarti pula yakin terhadap ketentuan yang telah diputuskan dan tidak tergantung pada putusan manusia. Menyerahkan segala urusan setelah melalui proses usaha maksimal kepada Allah Swt dan ridha dari semua bagian yang telah diberikan Allah Swt sehingga merasa tenang dan tentram.

d. Istikamah

Istikamah adalah keteguhan yaitu keutuhan spiritual dihadapan seluruh peristiwa baik manifestasi keindahan ilahi atau keagunan ilahi. Istiqamah adalah

(41)

berkumpulnya antara melaksanakan ketaatan kepada Allah swt dan upaya menjauhi maksiat. Lawan dari istiqomah adalah bengkok/tidak lurus yaitu melewatinya seorang hamba dalam menempuh jalan ibadah dengan petunjuk syara’ dan aqal.

Dalam tafsir misbah M Quraish shihab memberikan imformasi sebagai berikut istikamah adalah lurus.

e. Ridha.

Ridha dari segi bahasa arab adalah yuridha-yardharida yang berarti puas.

Disinilah sikap ridha diartikan dengan menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa atau tertekan. Ridha diartikan sebagai keridhaan dan kepuasaan serta penerimaan tulus atas ketentuan Ilahi.

f. Amanah

Amanah adalah lawannya adalah khianah ialah membenarkan terhadap apa yang yang didengarkannya dan tidak mendustakannya sesuatu melalui ketaatan beribadah menjagah titipan dan kepercayaan. Amanah juga merupakan niat yang diyakini manusia melalui ucapan lisan sebagai pembenaran iman dan melaksanakan semua yang diwajibkannya. Amanah yaitu sifat yang dapat dipercaya, jujur dan terhindar dari khianah.

g. Syukur

Kata syukur terambil dari kata syakara yang maknanya berkisar antara pujian atau kebaikan. Syukur manusia kepada allah swt dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerah-Nya disertai dengan ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta kepada-Nya dan

(42)

dorongan untuk memuji-Nya dengan ucapan sambil melaksanakan yang dikehendaki-Nya dari penganugerahan itu. As-syukr bearti pengetahuan tentang kebajikan dan berusaha untuk menumbuhkannya. Syukur merupakan bagian dari sifat Allah Swt dan nama-Nya mempunyai arti bahwa Allah swt membersihkan terhadap amal pada hambanya yang melakukan amal sedikit dengan melipat gandakan sebagai balasan terhadap mereka.

h. Takwah

Dalam istilah bahasa indonesia takwah berarti terpeliharanya sifat untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Dalam tafsir Al-Azhar Hamkah memberikan penjelasan mengenai takwah ini sebagai berikut: kalimat takwah di ambil dari rumpun kata wikayah artinya memelihara. Memelihara hubungan baik dengan tuhan.

i. Tolong-menolong

Kalimat ta’awun pada ayat diatas terambil dari pokok kata (masdar) mu’awanah yang berarti bertolong-tolong, bantu membantu diperintahkan hidup bertolong-tolongan dalam membina al-birru yaitu segala macam ragam maksud yang berfaedah yang didasarkan kepada menegakkan takwah; yaitu memperat hubungan dengan tuhan.

j. Tobat

At-taubah dari segi bahasa bearti “ar-ruju ‘an adzdzamb atau kembali dari perbuatan dosa” sedangkan menurut pengertian syara’ at-taubata dalahar’ruju ‘an

(43)

al-af’al al-madzmumahila al-manduha atau kembali melakukan perbuatan tercela menuju perbuatan terpuji.50

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis menyimpulkan uraian akhlak merupakan semua contoh perilaku akhlak mulia yang mencerminkan cara berperilaku sesuai dengan tuntunan Allah Swt kepada setiap manusia untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan manusia lainnya.

4. Tujuan penanaman nilai-nilai Akhlak Mulia

Tujuan pertama dalam mempelajari akhlak karena Akhlaklah Nabi Muhammad Saw diutus. Shalat dapat memperbaiki akhlak sedekah dapat memperbaiki akhlak anda, puasa juga dapat merenovasi akhlak anda dan puncak tertinggi akhlak adalah ibadah haji. Akhlak terlupakan dalam lini kehidupan manusia, dan inilah yang dapat membedakan antara manusia dengan makhluk lain seperti binatang. Akhlak diperlukan oleh manusia karena mereka memiliki akal pikiran, naluri atau insting untuk berbuat sesuatu dan mengembangkan diri.

Generasi muda sekarang sudah terlalu jauh terlibat dalam pergaulan bebas, mereka kebanyakan tidak tahu itu tidak melanggar tata karma islam generasi muda sekarang banyak yang sudah kecanduan narkotik obat terlarang ganja, sabu-sabu, putau dan sejenisnya bahkan tidak sedikit menjadi pengedar barang tersebut. Tetapi masih banyak orang di antara mereka jika ditanya menjawab jika menkomusumsi narkoba tidak haram karena dulu orangtua mereka sering menggunakannya. Orang- orang sekarang sukar sekali diketahui yang mana orang yang terlibat dalam korupsi, sebab kebanyakan mereka belum pernah secara mendetail menerima pelajaran atau

50 Otong surasman, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta :Erlangga, 2016),h. 91-107

(44)

bimbingan apa korupsi itu semua orang tidak tahu bahwa semua tindakan itu adalah melanggar akhlak.51

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan penanaman akhlak mulia ini untuk menjadikan manusia yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari dengan membedakan akhlak mulia dan akhlak tercela.

5. Pentingnya Akhlak Mulia

Rasulullah Saw selalu bergembira dan berakhlak mulia. Lemah lembut dan tutur katanya tidak kasar dan idak keras suaranya tidak berkata keji tidak mencela bukan seorang pemuji selalu mengabaikan hal-hal yang tidak beliau sukai, dan beliau tidak pernah putus asa. Beliau telah meninggalkan untuk dirinya sendiri tiga perkara: meninggalkan riya, meninggalkan sikap berlebih-lebihan, dan meninggalkan sesuatu yang tidak bemanfaat baginya. Dan telah meninggalkan untuk orang lain perkara tidak mencela seseorang dan tidak menghinanya, tidak membuka aibnya, dan tidak berbicara kecuali dengan perkara-perkara yang diharapkan pahalanya.52

Akhlak lebih utama dari sholat, puasa, do’a, dzikir, haji dan lain-lain karena tujuan utama setiap ibadah adalah memperbaiki akhlak. Jika tidak maka seluruh aktivitas ibadah hanyalah sia-sia karena tidak memiliki mekanisme yang benar.

Setiap ibadah itu mempunyai tata kramanya sendiri. Islam sebuah agama yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia secara komperensif, dan bahkan akhlaklah sebagai identitas bangsa yang paling penting terutama bermuamalah

51 Muhammad Abdurrahman Op.cit, h.20-21

52 Syaik Syafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah perjalanan hidup Rasullah Saw : dari kelahiran hingga detik-detik terakhir, ( Jakarta Darusallam, 2001), h.726.

(45)

dengan seluruh manusia dijagat raya ini. Jika seorang berakhlak mulia sudah pasti shalatnya bagus dan diterimah Allah jika akhlaknya baik maka ia akan menjaga puasanya, kalau seseorang berakhlak mulia maka doanya akan diterima karena dia mempunyai akhlak bagaimana berdoa atau menghambakan diri kepada allah Swt.

Kemudian kalau sesorang sesorang memiliki akhlak mulia maka dia akan diterimah dzikirnya dan ibadah hajinya karena dia akan melakukannya sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul bagaimana akhlak dalam berzikir dan juga akhlak dalam menjalankan ibadah haji.53

Shalat itu dapat memperbaiki akhlak seseorang dan dapat menjadi benteng agar tidak terjerumus dalam lembah kehinaan dan kekejian. Sebagaimana dalam QS. Al-Ankabut (29) : 45

َة َلََّصلا ِمِقَأَو ِباَتِكْلا َنِم َكْيَلِإ َيِحوُأ اَم ُلْتا َشْحَفْلا ِنَع ىَهْ نَ ت َة َلََّصلا َّنِإ

ِرَكنُمْلاَو ا

﴿ َنوُعَ نْصَت اَم ُمَلْعَ ي ُهَّللاَو ُرَ بْكَأ ِهَّللا ُرْكِذَلَو ٥٤

Terjemahnya ;

Bacalah kitab Al-Qur’an yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya Shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah lain), Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.54

Bukankah ini menjadi pertanda bahwa dengan mendirikan shalat kita dapat menjaga akhlak sehingga kita sebagai pelaku shalat, maka kita terbentengi dari pekerjaan tercela dan amoral.55Untuk mengantisipasi kerusakan Akhlak dan tersebarnya maksiat di seluruh penjuru negeri maka keseriusan penguasa sangat

53 Muhammad Abdurrahman, Op.cit., h. 15

54 Kementrian Agama RI, Op.Cit. h.29

55 Muhammad Abdurrahman, Op.Cit.,h.16

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan internal yang menjadi kekuatan KRB adalah (1) pusat konservasi ex-situ , (2) panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami, (3) KRB memiliki aksesbilitas tinggi

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Berdasarkan data pada tabel 3 di atas terlihat bahwa ada 14 jenis tumbuhan yang dinyatakan dapat digunakan sebagai bahan pada praktikum sistem transportasi

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Biaya penggabungan usaha adalah keseluruhan nilai wajar (pada tanggal pertukaran) dari aset yang diperoleh, liabilitas yang terjadi atau yang ditanggung dan instrumen

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

pipa pada proses produksi yang berasal dari unit kerja PPL

Dilihat dari kenyataannya, walau- pun sebagian besar penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam namun per- kembangan pasar modal yang berbasis syariah dapat