(Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
ANI MAYRANI 106011003548
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TABIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
ABSTRAK
Ani Mayrani 106011003548
Pendidikan Agama Islam
Perbedaan Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Perbedaan Latar Belakang Sekolah (Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)
Pembahasan skripsi ini dimaksudkan untuk: (1) mendeskripsikan bagaimana prestasi siswa di bidang Pendidikan Agama Islam ditinjau dari penguasaan materi PAI, kemampuan membaca Al Quran, dan sikap keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan beribadah, gaya hidup, dan moral, (2) mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP, (3) mendeskripsikan bagaimana solusi atau tindakan guru dalam mengoptimalkan prestasi siswa yang berbeda latar belakang sekolah antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP.
Permasalahan yang muncul adalah “Adakah perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP”. Berdasarkan permasalahan yang diajukan tersebut, maka hipotesis yang muncul adalah, Ha: “Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP”.Ho: “Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP”.
Untuk memecahkan permasalahan dan membuktikan hipotesis yang diajukan, penulis mengadakan penelitian di SMA Darussalam Ciputat dengan obyek penelitian adalah siswa kelas X dengan sampel berjumlah 30 orang siswa. Data-data diperoleh melalui angket, tes membaca Al Quran, dan tes hasil belajar PAI kemudian nilai-nilai tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis komparasional.
Ternyata Hipotesis Nihil (Ho) yang menyatakan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP, diterima. Hal ini memberikan pengertian bahwa asal sekolah pada satuan pendidikan yang berbeda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum, wr., wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, anugerah, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesesaikan
skripsi ini dengan judul “Perbedaan Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Perbedaan Latar Belakang Sekolah
(Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)”. Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian sarjana pada Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan,
bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawaroh, M.Ag., dosen pembimbing yang telah
memberikan pemikiran, pengarahan, petunjuk, serta perbaikan sehingga
iii
5. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., dosen penasehat akademik yang telah
membantu penulis baikberupa motivasi dan arahan dalam perkuliahan.
6. Seluruh dosen pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan
mengajar penulis selama penulis menjadi mahasiswa.
7. Seluruh staff akademik dan administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis selama
mengikuti kegiatan perkuliahan.
8. Pimpinan dan seluruh staf administrasi Perpustakaan Utama, Perpustakaan FITK
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meminjamkan
buku-buku yang penulis butuhkan sebagai referensi yang berkaitan denganskripsi ini.
9. Kepala SMA Darussalam Ciputat Bapak Marul Wa’id, S.Ag, Wakepsek/ Bidang
Kurikulum, Staf T.U, dan Bapak M. Yahya, S.Pd selaku guru Pendidikan
Agama Islam yang telah membantu dalampenelitian skripsi ini.
10.Secara khusus penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada keluarga tercinta khususnya Bapak, (alm) Ibu, saudara
kembarku Ina, teh Nia, teh Susi dan A’Ade, serta keponakan-keponakan kecilku yang telah banyak memberikan dorongan moril dan materil kepada
penulis.
11.Teman-teman seperjuangan PAI 2006 kelas B yang tidak bisa disebutkan
namanya satu persatu akan tetapi tanpa mengurangirasa hormat penulis.
12.Sahabat-sahabat tersayang : Irna Purnamasari, Dini Rahmawati, Dahria Daud,
Aminah Tuzuhriyah, Adhe Putri Iriyani, Aisyah, Dewi Priyandini, Siti
iv
13.Sahabat-sahabat terbaik di Bogor : Fuzy, Endah, Asri, Ina MJ, Euis, Neneng,
dan Emi. Terima kasih atas persahabatan yang indah.
14.Serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan baik dalam penyajian materi maupun pemberian analisisnya. Namun
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum, wr., wb.
Jakarta, Maret 2011
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3
1. Identifikasi Masalah ... 3
2. Pembatasan Masalah ... 3
3. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
1. Tujuan Penelitian ... 4
2. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA A. Pendidikan Agama Islam ... 6
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 6
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 9
a. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 9
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 10
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 11
B. Prestasi Belajar ... 14
1. Pengertian Belajar ... 14
vi
3. Pengertian Prestasi Belajar ... 16
4. Pengukuran Prestasi Belajar ... 17
5. Unsur-Unsur Kompetensi Prestasi Belajar PAI ... 18
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 20
C. Kerangka Berpikir ... 25
D. Hipotesis ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27
B. Variabel Penelitian ... 27
C. Populasi dan Sampel ... 28
D. Instrumen Pengumpulan Data ... 28
1. Tes ... 28
2. Angket atau Kuesioner ... 30
3. Wawancara ... 32
4. Observasi ... 32
5. Dokumentasi ... 32
E. Kalibrasi Instrumen ... 33
1. Uji Validitas Instrumen ... 33
2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 35
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum tentang SMA Darussalam ... 40
1. Sejarah Berdiri SMA Darussalam ... 40
2. Visi dan Misi SMA Darussalam ... 41
3. Sarana dan Prasarana ... 41
4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ... 43
B. Penguasaan Materi Pendidikan agama Islam ... 45
vii
D. Sikap Keberagamaan Siswa ... 47
E. Analisis Perbedaan Latar Belakang Sekolah terhadap Penguasaan
Materi PAI, Kemampuan Membaca Al Quran, dan Sikap
Keberagamaan ... 48
F. Interpretasi Data ... 54
G. Keterbatasan Penelitian ... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar PAI ... 29
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Keberagamaan Siswa ... 31
Tabel 3 Perhitungan Uji Validitas ... 34
Tabel 4 Data Pengajar SMA Darussalam ... 43
Tabel 5 Data Karyawan SMA Darusalam ... 44
Tabel 6 Jumlah Siswa/I SMA Darusalam ... 44
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi PAI Siswa Asal MTs dan Siswa Asal SMP ... 46
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Membaca Al Quran Siswa Asal MTs dan Siswa Asal SMP ... 47
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Sikap Keberagamaan Siswa Asal MTs dan Siswa Asal SMP ... 48
Tabel 10 Perhitungan untuk Memperoleh Mean dan Deviasi untuk Memperoleh Perbedaan Penguasaan Materi PAI ... 49
Tabel 11 Perhitungan untuk Memperoleh Mean dan Deviasi untuk Memperoleh Perbedaan Kemampuan Membaca Al Quran ... 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar mentransformasikan pengetahuan dan
keterampilan yang diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, jelas,
mantap, lengkap dan menyeluruh berdasarkan pemikiran rasional-obyektif
yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik bagi peranannya di masa
yang akan datang.1
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan mengenai fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Sedang tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
1
Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan nasional yang telah
ditetapkan tersebut, maka Pendidikan Agama pada umumnya dan Pendidikan
Agama Islam pada khususnya sangat diperlukan dan mempunyai peranan
yang sangat penting. Dan untuk mencapai tujuan itu, maka pendidikan agama
wajib dimasukkan dalam kurikulum sekolah pada setiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan.
Pendidikan agama Islam di setiap sekolah, memiliki susunan
kurikulum yang berbeda sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang
pendidikannya. Pendidikan agama Islam di SMP berbeda dengan pendidikan
agama Islam di MTs. Pendidikan Agama Islam di MTs lebih banyak
dibandingkan Pendidikan Agama Islam di SMP. Mata pelajaran pendidikan
agama Islam yang dipelajari di SMP hanya dalam satu modul saja, sedang di
MTs mata pelajaran pendidikan agama Islam dibagi dalam beberapa sub
bidang studi, seperti Al Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh, dan
Bahasa Arab. Terlihat ada perbedaan antara MTs dengan SMP dalam beban
dan pengalaman belajar agama Islam.
Perbedaan kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara
MTs dengan SMP tersebut membawa pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa, ditinjau dari penguasaan sejumlah pengetahuan atau materi pendidikan
Agama Islam, kemampuan membaca Al Quran, dan sikap keberagamaan
siswa yang meliputi: ketaatan dalam menjalankan ibadah, gaya hidup dan
moral.
Berdasarkan masalah tersebut, maka diperlukan langkah-langkah yang
jelas oleh guru untuk mengupayakan optimalisasi kemampuan siswa dalam
mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam sehingga siswa mendapat
prestasi belajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan. Berdasarkan indikasi masalah tersebut peneliti berminat
mengkaji dan menuangkan hasil penelitian ke dalam skripsi yang berjudul
B.
Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang terkait dalam penelitian ini,
maka identifikasi masalah yang diambil oleh peneliti adalah:
a. Adanya perbedaan beban dan pengalaman belajar pendidikan agama
Islam antara MTs dengan SMP
b. Adanya perbedaan prestasi belajar pendidikan agama Islam ditinjau dari
penguasaan materi PAI, kemampuan membaca Al Quran dan sikap
keberagamaan siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan
siswa yang berasal dari SMP.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, penelitian ini dibatasi
pada: Pengujian tingkat kemampuan siswa belajar pendidikan agama Islam
berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah antara siswa yang berasal dari
MTs dengan siswa yang berasal dari SMP ditinjau dari:
a. Kemampuan penguasaan materi pendidikan agama Islam
b. Kemampuan membaca Al Quran
c. Sikap keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan beribadah, gaya
hidup, dan moral
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana prestasi siswa di bidang Pendidikan Agama Islam ditinjau dari
penguasaan materi PAI, kemampuan membaca Al Quran dan sikap
keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan beribadah, gaya hidup, dan
b. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs
dengan siswa yang berasal dari SMP?
c. Bagaimana tindakan guru dalam mengoptimalkan prestasi siswa SMA
dalam pembelajaran PAI berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah
antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan bagaimana prestasi siswa di bidang Pendidikan
Agama Islam ditinjau dari penguasaan materi PAI, kemampuan membaca
Al Quran dan sikap keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan
beribadah, gaya hidup, dan moral.
b. Untuk mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang
berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP.
c. Untuk mendeskripsikan bagaimana solusi atau tindakan guru dalam
mengoptimalkan prestasi siswa SMA yang berbeda latar belakang
sekolah antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal
dari SMP
2.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritisb. Manfaat Praktis
Bagi pendidik, dapat menjadi masukan yang berguna agar dalam mendidik siswa, perlakuannya terhadap siswa harus sesuai dengan
kemampuan dan tingkat pengetahuannya sehingga setiap siswa dapat
memahami materi yang diajarkan.
Bagi siswa, dapat menjadi bahan masukan agar meningkatkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan prestasi belajar
sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang memuaskan.
6
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESA
A.
Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, pendidikan atau
paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan
sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
Ki Hajar Dewantara mengemukakan pengertian pendidikan sebagai
berikut: “Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”1
Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
1
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2
Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan tersebut, maka
pendidikan dapat dipahami sebagai usaha sadar dan terencana untuk
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak yang diberikan
oleh orang dewasa agar mendapat keselamatan dan kebahagiaan serta tercapai
suasana belajar dan proses pembelajaran aktif sehingga peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Zakiyah Daradjat mengemukakan pengertian pendidikan agama Islam
sebagai berikut: “Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina
dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
secara menyeluruh dan pada akhirnya dapat menghayati dan mengamalkan
serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.”3
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan segala potensi yang
dianugerahkan oleh Allah kepadanya agar mampu mengemban amanat dan
tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengdiannya kepada
Allah.4
Hakekat pendidikan agama Islam menurut Muzayin Arifin yang
dikutip oleh Armai Arief dalam bukunya Reformasi Pendidikan Islam,
adalah: “Usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar
mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah
2
Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h. 5.
3
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan agama Islam Berbasisi Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004) h. 130
4
(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya.”5
Berdasarkan berbagai pandangan tersebut, maka pendidikan agama
Islam adalah suatu usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan fitrah (kemampuan dasar) peserta didik melalui ajaran Islam
dengan segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan
dan perkembangannya.
Pendidikan agama Islam di SMA diberikan dengan mengikuti
tuntunan bahwa agama Islam diajarkan kepada manusia dengan visi untuk
mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak
mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi
pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik
personal maupun sosial. Dengan adanya tuntunan tersebut, maka diharapkan
siswa memiliki kompetensi-kompetensi sesuai dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Adapun standar kompetensi lulusan mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA, sebagai berikut:6
a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
perkembangan remaja.
b. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial
ekonomi, dan budaya dalam tatanan global.
c. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial.
d. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat.
e. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang
lain.
5
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press Jakarta, 2005), Cet. 1, h. 20
6
f. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui
berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
g. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam
kehidupan sesuai dengan tuntunan agama
h. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara
bertanggung jawab
Dengan adanya standar kompetensi lulusan tersebut, pendidik
diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Peran semua unsur sekolah, orang
tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan
pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA.
2. Tujuan dan FungsiPendidikan Agama Islam a. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan agama
Islam tak terlepas dari eksistensi manusia hidup di dunia ini, yaitu dalam
rangka beribadah kepada Allah SWT.7 Sebagaimana firman Allah dalam surat
Ad-Dzariyat ayat 56.
د ْعيلّإ س إْا جْلا تْلخام
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (QS. 51:56)
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan agama Islam tersebut, maka
siswa dituntut untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam
sehingga menjadi manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta
senantiasa beribadah kepada Allah SWT.
Rumusan tujuan pendidikan agama Islam di atas mengandung
pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami
7
oleh peserta didik di lembaga pendidikan formal, dimulai dari tahapan
kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap ajaran
dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju
ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama
ke dalam diri peserta didik, dalam arti menghayati dan meyakininya.
Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan
dan keyakinan peserta didik menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan
dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan
afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri peserta didik dan
tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan
psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian
akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlak
mulia.8
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan
agama Islam adalah merealisasikan manusia muslim dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabadikan
diri kepada Allah dengan senantiasa selalu beribadah kepada-Nya.
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Secara umum, fungsi pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:9
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah yang telah ditanamkan lebih dahulu
dalam lingkungan keluarga.
2) Penanaman nilai ajaran Islam, sebagai pedoman hidup untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
8
Muhaimin, et. al, Paradigma Pendidikan Islam, : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. 1, h. 78-79
9
3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan
kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan
pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya.
6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan agama Islam secara umum,
sistem dan fungsionalnya.
7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang pendidikan agama Islam agar bakat tersebut
dapat berkembang secara optimal.
Dari uraian tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan Agama Islam merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT dan dapat menjadikan agama Islam sebagai pembekalan diri
peserta didik supaya mampu mengatasi suatu permasalahan keagamaan dalam
keluarga, dan juga dalam lingkungan sekolah sehingga dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Secara umum ruang lingkup Pendidikan agama Islam meliputi
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan
Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan
lingkungannya.10
10
Dari keempat ruang lingkup pendidikan agama Islam tersebut dapat
penulis jabarkan sebagai berikut :
a. Hubungan Manusia dengan Allah
Hubungan manusia dengan Allah merupakan hubungan yang vertikal
antara makhluk dengan sang khalik yang menempati prioritas utama dalam
pendidikan agama Islam. Pemeliharaan hubungan manusia dengan Allah
dapat dilakukan antara lain sebagai contoh, dengan:11
1) Beriman kepada Allah SWT,
2) Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan shalat, zakat,
puasa dan haji,
3) Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, dan
memanfaatkan semua pemberian Allah kepada manusia,
4) Bersabar menerima cobaan Allah,
5) Memohon ampun atas segala dosa dan bertobat.
b. Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia
Hubungan manusia dengan sesamanya merupakan hubungan
hotizontal antara manusia dengan manusia dalam kehidupan. Hubungan
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dapat dipelihara antara lain
dengan: (1) tolong menolong, (2) suka memaafkan kesalahan orang lain, (3)
menepati janji, (4) lapang dada, (5) menegakkan keadilan dengan berlaku adil
terhadap diri sendiri dan orang lain.
c. Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri
Agama Islam dalam pendidikannya memberikan didikan kepada
manusia agar selalu menghargai dirinya sendiri dengan mencegah semua
yang dapat membahayakan diri. Hal ini sesuai dengan ayat dalam surat At
Tahrim ayat 6.
11
اً ا ْم يلْه ْم سف ا ق ا ماء ي لا ا ي اي
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka” (QS. 66:6)
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dapat dilakukan dengan
senantiasa berlaku: (1) sabar, (2) pemaaf, (3) adil, (4) ikhlas, (5) berani, (6)
memegang amanah, (7) mawas diri.12
d. Hubungan Manusia dengan Alam
Dalam Islam telah diajarkan kepada manuisa untuk mengenal dan
mencintai alam semesta dan manusia dilarang untuk merusak apa yang telah
Allah ciptakan di bumi untuk kepentingan manusia. Hal ini ditegaskan Allah
dalam surat Qashas: 77.
سْح ايْدلا م ي سْتّ خأْا ادلا ها اتاء يف غتْبا
ّحيّ ها إ ْ أْا يف داسفْلا غْتّ ْيلإ ها سْح
يدسْف ْلا
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. 28:77)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya ruang lingkup
PAI meliputi tiga aspek yaitu: Aqidah (Keimanan), Akhlak (Ihsan) dan
Syariah (Keislaman). Ketiga aspek tersebut dikembangkan dalam materi
pelajaran, maka secara operasional dalam KTSP materi PAI dapat
dikelompokkan dalam lima aspek, diantaranya:
12
a. Al-Qur’an dan Hadits
b. Aqidah
c. Akhlak
d. Fiqih
e. Tarikh (sejarah Islam). 13
B.
Prestasi Belajar
1. Pengertian BelajarBelajar adalah modifikasi dan memperteguh kelakuan melalui
pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of
behavior through experiencing).14 Menurut pengertian ini, belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Dapat
dikatakan bahwa orang yang belajar tidak sama keadaannya dengan sebelum
ia melakukan perbuatan belajar itu.
Hilgard mengatakan: “Learning is the process by which an activity
originates or is changed through training procedure (whether in the
laboratory or in natural environment) as distringuished from changes by
factor not attributable to training”. Belajar adalah proses mencari ilmu
pengetahuan yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran
dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan dalam diri.15
Dari pengertian-pengertian belajar yang telah di kemukakan tersebut,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri
seseorang
b. Belajar yang sebaik-baiknya yaitu melalui proses pengalaman.
13
Muhaimin, et. al, Paradigma Pendidikan Islam…, h. 79
14
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Ed. 1, Cet. 5, h. 36
15
c. Hasil dari belajar pada pokoknya adalah memperoleh
informasi/pengetahuan, yang didapat melalui proses pembelajaran dan
latihan.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut, maka tujuan dari
belajar selain memperoleh pengetahuan juga bertujuan untuk perubahan
tingkah laku. Untuk mengetahui apakah tujuan dari belajar itu telah
benar-benar tecapai dan sampai dimanakah hasil belajar yang diinginkan telah
tecapai, maka diperlukan alat yang dapat dipercayai, yaitu dengan
mengadakan evaluasi.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), seperti dikutip oleh Sukardi, evaluasi dilakukan dalam rangka: “Pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaran pendidikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan.”16
Evaluasi dapat memunginkan kita untuk:17
1. Mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa apakah mereka telah
merealisasikan tujuan yang telah ditentukan
2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan, sehingga tindakan
perbaikan yang cocok dapat diadakan
3. Memutuskan tingkat pencapaian siswa, dalam hal kesuksesan mereka
mencapai tujuan yang telah disepakati
4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi
mengajar yang ia gunakan, agar kelebihan dan kekurangan strategi
mengajar tersebut dapat ditentukan
5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran, dan
menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan.
16
M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan:Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta:Bumi Akasara, 2009), Ed. 1, Cet. 3, h. 1
17
Dengan diadakannya evaluasi maka akan diperoleh hasil belajar atau
biasa disebut sebagai prestasi belajar. Dengan adanya prestasi belajar,
siswa-siswa akan mengetahui hal-hal yang penting, yaitu siswa-siswa akan mengetahui
kelemahan-kelemahannya dan juga kekuatan-kekuatannya, dengan begitu ia
pun dapat memikirkan apa yang dapat harus dilakukannya untuk menghadapi
kesulitan-kesulitan belajar sehingga ia dapat memperbaikinya di waktu
mendatang agar memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
2. Indikator Belajar
Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar
merupakan sebuah ukuran atas proses pembelajaran. Apabila merujuk pada
rumusan operasional keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil
apabila diikuti ciri-ciri:18
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu maupun kelompok
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (TPK) telah
dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok
c. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial
mengantarkan materi tahap berikutnya.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan indikator bagi berkualitas atau tidaknya
suatu proses pendidikan. Menurut S. Nasution dalam bukunya Didaktik
Asas-Asas Mengajar, disebutkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan
pengetahuan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan
siswa.19
18
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar:Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 113
19
Dalam pengertian lain, prestasi belajar adalah seperangkat nilai yang
diperoleh peserta didik melalui evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk skor
dengan menggunakan simbol baik berupa angka, huruf ataupun kata.
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan
pengetahuan, kebiasaan, sikap, pengertian, dan penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran yang diperoleh melalui evaluasi yang dinyatakan dalam
bentuk skor dengan menggunakan simbol baik berupa angka, huruf ataupun
kata dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah
mencapai kompetensi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah ditetapkan setelah siswa mengikuti kegiatan belajar.
4. Pengukuran Prestasi Belajar
Pengukuran adalah proses pengumpulan data yang diperlukan dalam
rangka memberikan judgment yakni berupa keputusan terhadap sesuatu.20
Untuk melakukan pengukuran diperlukan suatu alat yang biasa disebut
dengan alat penilaian. Alat penilaian belajar pada umumya menggunakan tes.
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.21
Tes yang digunakan dalam pembelajaran, khususnya untuk mengukur
ketercapaian kompetensi, digunakan tes sebagai berikut:
a. Tes awal, tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai oleh
peserta didik.
b. Tes akhir, tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah semua materi pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta
didik.
20
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), Ed. 1, Cet. 1, h. 337
21
c. Tes diagnostik, yaitu tes yang dilaksanakan untuk melaksanakan secara
tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata
pelajaran tertentu dan menetapkan cara mengatasi kesukaran atau
kesulitan belajar tersebut.22
d. Tes formatif, yang disajikan di tengah program pendidikan yang
bertujuan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik. Berdasarkan
hasil tes itu, pendidik dan peserta didik dapat mengetahui apa yang perlu
dijelaskan kembali agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran
lebih baik.23
e. Tes sumatif, berarti tes yang ditujukan untuk mengukur daya serap siswa
terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu
semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk
menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu
periode belajar tertentu.24
Dalam praktiknya, tes yang digunakan untuk mengukur tercapai atau
tidaknya kompetensi yang telah ditetapkan, digunakan Ujian Tengah
Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).
5. Unsur-Unsur Kompetensi Prestasi Belajar PAI
Adapun unsur-unsur kompetensi prestasi belajar siswa di bidang
Pendidikan Agama Islam pada prinsipnya adalah pengungkapan segala hasil
belajar yang meliputi segenap ranah psikologis, yakni ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
22
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan…, h. 144
23
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar …,h. 78
24
a. Ranah Kognitif
Aspek prestasi yang mencakup pada kognitif meliputi:25
1) Pengetahuan, merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah
dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori, yang meyangkut
informasi yang bermanfaat.
2) Pemahaman, yaitu kemampuan untuk menguasai pengertian.
3) Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan bahan yang telah
dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata.
4) Analisis, yaitu kemampuan untuk merinci bahan menjadi
bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami.
5) Sintesis, yaitu kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian
menjadi suatu keseluruhan baru, yang menitik beratkan pada tingkah
laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru.
6) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk mempertimbangkan nilai bahan
untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria
eksternal.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif ini oleh Krathwohl, Bloom dan Masia ditaksonomi menjadi
lebih rinci lagi didalam lima jenjang, yaitu:26
1) Penerimaan, yaitu suatu keadaan sadar, kemauan untuk menerima,
perhatian terpilih.
2) Sambutan, yaitu suatu sikap terbuka ke arah sambutan, kemauan
untuk merespon, kepuasan yang timbul karena sambutan.
3) Menilai, yaitu penerimaan nilai-nilai, preferensi terhadap suatu nilai,
membuat kesepakatan sehubungan dengan nilai.
4) Organisasi, yaitu suatu konseptualisasi tentang suatu nilai, suatu
organisasi dari suatu sistem nilai.
25
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran …, h. 80
26
5) Karakterisasi dengan suatu kompleks nilai, yaitu suatu formasi
mengenai perangkat umum, suatu manifestasi daripada lompleks
nilai.
Berdasarkan jenjang tersebut dapat dikatakan bahwa tahapan afeksi
merupakan proses terjadinya internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam
diri peserta didik, dalam arti menghayati dan meyakini ajaran agama.
c. Ranah Psikomotor
Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak dalam mengamalkan dan menaati ajaran
Islam setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, contohnya
membiasakan perilaku husnuzhan dan mempraktikkan adab dalam
berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu dalam
kehidupan sehari-hari.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) maupun faktor
yang berasal dari luar individu (eksternal). Menurut Yudhi Munadi dalam
bukunya yang berjudul Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru,
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut terdiri: Kondisi
fisiologis, psikologis (intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan
motivasi, kognitif dan daya nalar), kondisi lingkungan (alam dan sosial),
faktor instrumental (kurikulum, sarana dan fasilitas, guru).27
Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa, diantaranya:
27
a. Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, terdiri dari kondisi fisik dan panca
indera,28 seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan
capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya
akan membantu dalam proses dan prestasi belajar siswa. Siswa yang
kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya
cenderung cepat lelah dan capek, cepat mengantuk dan akhirnya tidak
mudah dalam menerima pelajaran.
Disamping kondisi diatas, merupakan hal yang penting juga
memperhatikan kondisi pancaindera. Dengan memahami kelbihan dan
kelemahan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau
pengalaman akan mempermudah dalam memilih dan menetukan jenis
rangsangan atau stimulus dalam proses belajar.
2) Faktor Psikologis
Faktor kedua dari faktor intenal adalah faktor psikologis. Setiap
siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, dan
tentunya hal ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar
masing-masing siswa. Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan
diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan
motivasi, dan kognitif dan daya nalar.
Pertama intelegensi, Garret mengemukakan definisi intelegensi
sebagai berikut:“Intellegence, includes at least the abilities demanded in
the solution of problems wich require the comprehension and use of
symbols Artinya, intelegensi itu setidak-tidaknya mencakup
kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang
memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.”29
28
Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), Cet. 2, h. 89
29
Kedua, perhatian, yaitu keaktifan jiwa yang tertuju pada suatu
obyek. Untuk dapat menjamin prestasi belajar yang baik, maka siswa
harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menari perhatian siswa,
bila tidak maka perhatian siswa tidak akan terarah pada obyek yang
sedang dipelajarinya.
Ketiga, minat dan bakat. Minat diartikan sebagai kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan kegiatan belajar. Bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi
kecakapan yang nyata setelah melalui proses belajar dan berlatih.
Keempat, motif dan motivasi. Motif diartikan sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam setiap diri
manusia pada umumnya mempunyai dua macam motif, yaitu motif yang
sudah ada dalam diri seseorang yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa
ada pengaruh dari luar, disebut intrinsic motive. Motif lainnya adalah
motif yang datang dari luar, yakni karena ada pengaruh situasi
lingkungannya, motif ini disebut extrinsic motive. Motivasi adalah
usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga seseorang mau
melakukan sesuatu.30
Kelima, kognitif dan daya nalar. Pembahasan mengenai ini meliputi
tiga hal, diantaranya, persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah
penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dala lingkungannya.
Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari
bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau. Berpikir adalah
proses dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Jadi yang
membedakan satu siswa dengan siswa lainnya adalah kadar kekuatan
daya nalarnya.31
30
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar…, h. 73
31
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan prestasi belajar
siswa. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat
berupa lingkungan sosial.32 Lingkungan alam, misalnya keadaan suhu,
kelembaban, dan sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang
memiliki ventilasi udara kurang tentunya akan berbeda belajar di pagi
hari yang udaranya masih segar dengan ruangan yang cukup mendukung.
Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal
lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa.
Hirik pikuk lingkungan sosial seperti, suara mesin pabrik, lalu lintas,
gemuruhnya pasar dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses
dan prestasi belajar siswa.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan prestasi belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum,
sarana dan prasarana dan guru, yang jelas sangat besar pengaruhya dalam
proses dan prestasi belajar siswa karena faktor instrumental inilah yang
menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akar terjadi di dalam
diri si pelajar.33
Salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap prestasi belajar
siswa adalah guru. Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh
potensinya, baik potensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Guru
juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya
32
Zikri Neni Iska, Psikologi…, h. 89
33
agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi
peserta didik. Oleh sebab itu guru diharuskan memiliki beberapa
kompetensi, diantaranya kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
kompetensi profesional agar siswa memperoleh hasil belajar terbaik
sesuai harapan. Selain itu dalam rangka mengoptimalkan prestasi siswa,
guru dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan belajar pendidikan
agama Islam dengan jalan mengefektifkan proses pembelajaran.
Tindakan guru dalam mengatasi masalah ini adalah sebagai berikut:34
1. Guru harus mampu menyusun perencanaan pembelajaran yang bijak.
Setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan
pembelajaran yang baik, antara lain, kebutuhan-kebutuhan siswa,
tujuan-tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi yang relevan
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan kriteria evaluasi.
2. Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan
siswa-siswanya. Seorang guru harus mengetahui teori-teori komunikasi
yang efektif, karena tidak akan terlalu bermanfaat ilmu yang
dikuasai guru kalau dia tidak mampu mengkomunikasikannya pada
siswa secara baik.
3. Guru harus mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang
membelajarkan. Guru tidak bisa mengontrol intensitas siswa dalam
menyerap bahan-bahan pelajaran, untuk itulah guru sebaiknya terus
mengubah dan mengembangkan strategi agar mampu membuat
siswa-siswanya belajar.
4. Guru harus mampu menguasai kelas. Dalam hai ini, guru harus
mengenali benar siswa-siswanya sesuai dengan kemampuan siswa
dengan menggunakan berbagai pendekatan pedagogis yang mampu
34
menciptakan suasana tenang, penuh keceriaan dan motivasi untuk
belajar.
5. Guru harus mampu melakukan evaluasi secara benar. Seorang guru
yang baik, tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan
pembelajaran, kemampuan mengembangkan proses pembelajaran,
penguasaannya terhadap bahan ajar, serta kemampuan peguasaan
kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi
terhadap pencapaian kompetensi siswa, yang sangat menentukan
dalam konteks perencanaan berikutnya.
C.
Kerangka Berpikir
Pendidikan agama Islam merupakan pengetahuan yang penting untuk
membentuk moral siswa menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Oleh sebab itu, pendidikan agama Islam wajib dimasukkan dalam kurikulum
sekolah pada setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan
Pendidikan agama Islam di setiap sekolah, memiliki susunan
kurikulum yang berbeda sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang
pendidikannya. Pendidikan agama Islam di MTs berbeda dengan pendidikan
agama Islam di, SMP misalnya, siswa MTs memperoleh pelajaran agama
lebih banyak dibandingkan siswa SMP. Hal ini disebabkan karena pelajaran
agama Islam yang dipelajari di SMP hanya dalam satu modul saja, sedang di
MTs mata pelajaran agama Islam dibagi dalam beberapa sub bidang studi,
seperti Al Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh, dan Bahasa Arab. Terlihat ada perbedaan antara MTs dengan SMP dalam beban dan
pengalaman belajar agama Islam.
Perbedaan kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara
MTs dengan SMP tersebut membawa pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa, ditinjau dari penguasaan sejumlah pengetahuan atau materi pendidikan
siswa yang meliputi: ketaatan dalam menjalankan ibadah, gaya hidup dan
moral.
Dalam hal ini persoalan yang dihadapi guru sangat realistis, bahwa
siswa dalam kelasnya memiliki keragaman dalam kemampuan belajar, baik
dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan belajar maupun pengalaman
belajar sebelumnya. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yang jelas untuk
mengupayakan optimalisasi kemampuan siswa dalam mengikuti
pembelajaran pendidikan agama Islam sehingga siswa mendapat prestasi
belajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
D.
Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara yang mungkin benar
atau mungkin juga salah terhadap permasalahan yang diajukan dalam
penelitian.35 Hipotesis akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima
jika fakta membenarkannya. Terdapat dua hipotesis yang hendak diujikan
kebenarannya pada penelitian ini, yakni:
a. Hipotesis Alternatif
Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan
siswa yang berasal dari SMP
b. Hipotesis Nihil
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari
MTs dengan siswa yang berasal dari SMP
35
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan analisis komparasional, yaitu membandingkan
prestasi belajar siswa berdasarkan perbedaan latar belakang pendidikan
formalnya.
B.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek
pengamatan penelitian.1 Sesuai dengan permasalahan yang sudah
dirumuskan, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang menentukan
arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat.2 Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel bebas (X) adalah: Prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam siswa SMA yang berasal dari MTs.
1
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. 2, h. 144
2
b. Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat
(Y) adalah prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA yang
berasal dari SMP.
C.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup
penelitian.3 Jadi pada dasarnya populasi merupakan keseluruhan obyek
penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa
kelas X1, X2, dan X3 SMA Darussalam Ciputat yang berjumlah 96 siswa.
Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan
individu penelitian.4 Dalam menentukan sampel penelitian ini, penulis
menggunakan teknik cluster random sampling. Berdasarkan teknik
pengambilan sampel tersebut, maka dari kelas X1, X2, dan X3 diambil
sampel berdasarkan asal sekolah antara siswa asal SMP dan siswa asal MTs
sebanyak 30 siswa dengan siswa lulusan SMP berjumlah 15 dan siswa
lulusan MTs berjumlah 15.
D.
Instrumen Pengumpulan Data
1. TesTes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.5
Terdapat dua tes dalam penelitian ini, tes yang pertama dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan membaca Al-Quran. Tes yang kedua dimaksudkan
untuk mengetahui kemampuan penguasaan materi pendidikan agama Islam
yang telah diperoleh siswa pada suatu kegiatan belajar mengajar dalam satu
3
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 250
4
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian…, h. 250
5
kurun waktu tertentu. Jumlah soal dalam tes hasil belajar adalah 25 butir yang
berbentuk pilihan ganda dengan empat alternatif pilihan jawaban (a, b, c, dan
d). Adapun instrumen tes hasil belajar yang peneliti buat mengacu pada
[image:40.595.111.526.111.744.2]kisi-kisi sebagai berikut:
Tabel 1
Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa yang Berasal dari SMP dan Siswa yang Berasal dari MTs
No Variabel Materi Indikator No. Item
1. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
1. 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna
1.1 Menyebutkan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna
1, 2, 3
1.2 Menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna
4, 5, 6
1.3 Menjabarkan 10 sifat Allah ke dalam sifat manusia 7 2. Perilaku Husnuzhan 2.1 Menyebutkan pengertian perilaku husnuzhan 8 2.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap Allah, diri sendiri dan sesama
manusia
9, 10, 11, 12 3. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Demokrasi 3.1 Menyebutkan arti Q.S. Ali Imran: 159 dan Asy-Syura: 38
13, 14, 15, 16,17
3.2 Menerapkan ilmu tajwid Q.S. Ali Imran: 159 dan Asy-Syura: 38
3.3 Menyimpulkan kandungan isi Q.S. Ali Imran: 159 dan Asy-Syura: 38
21, 20
3.4 Menjelaskan
arti demokrasi 22
4. Iman kepada Malaikat
4.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada Malaikat
23
4.2 Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat
24
4.3 Menjelaskan fungsi beriman pada malaikat
25
Jumlah Soal 25
2. Angket atau Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara
penyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula
oleh responden.6 Jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket
tertutup, yaitu angket yang telah memiliki alternatif jawaban yang tinggal
dipilih oleh responden. Angket yang disebarkan kepada responden terdiri dari
25 item pertanyaan. Kuesioner dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang sikap keberagamaan siswa yamg meliputi:
ketaatan beribadah, gaya hidup, dan moral siswa dengan menggunakan
aletrnatif jawaban yang disediakan yaitu:
1. Selalu, apabila pernyataannya berulang–ulang dirasakan dan tidak pernah
tidak dirasakan responden.
2. Sering, apabila pernyataannya berulang–ulang dirasakan dan pernah suatu
kali tidak dirasakan responden.
3. Kadang–kadang, apabila responden tidak dapat menentukan dengan pasti.
6
4. Tidak pernah, apabila pernyataan tersebut tidak pernah dirasakan
responden.
Adapun peskoran terhadap alternatif jawaban tersebut dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Apabila pernyataan bersifat pernyataan positif, maka penskorannya adalah:
a. Selalu diberi skor 4
b. Sering diberi skor 3
c. Kadang – kadang diberi skor 2
d. Tidak pernah diberi skor 1
2. Apabila pernyataan bersifat negatif, maka penskorannya adalah:
a. Selalu diberi skor 1
b. Sering diberi skor 2
c. Kadang – kadang diberi skor 3
d. Tidak pernah diberi skor 4
Instrumen angket yang peneliti buat mengacu pada kisi-kisi sebagai
[image:42.595.116.520.65.761.2]berikut:
Tabel 2
Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Keberagamaan Siswa SMA antara siswa asal MTs dengan siswa asal SMP
Dimensi Indikator Nomor Butir Jumlah
(+) (-)
1. Ketaatan 1.1. Melaksanakan shalat
wajib dan sunnah 1, 2, 3 4 4
1.2. Membaca Al Quran 5 - 1
1.3. Melaksanakan puasa
Ramadhan dan sunnah 6, 7 8 3
2. Gaya
hidup 2.1 Kedisiplinan di sekolah
9, 10,
11, 12 13 5
2.2 Kedisiplinan di rumah 14, 15 16 3
3. Moral 3.1 Sopan santun dan tata krama di sekolah dan di rumah
19, 20 17,
3.2 Bersikap jujur 22 23 2
3.3 Memaafkan kesalahan
orang lain 24 - 1
3.4 Menolong sesama
teman 25 - 1
Jumlah Soal 25
3. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.7 Dalam
penelitian ini, yang diwawancarai adalah guru Pendidikan Agama Islam guna
mengungkapkan data mengenai bagaimana guru memberikan layanan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan kompetensi guru dalam
mengupayakan optimalisasi prestasi siswa berdasarkan perbedaan latar
belakang sekolah.
4. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung.8 Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi
langsung yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke SMA
Darussalam Ciputat.
5. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
[image:43.595.114.524.76.617.2]menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik. Pada intinya, metode dokumenter adalah metode
7
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian…, h. 179
8
yang digunakan untuk menelusuri data historis.9 Dalam penelitian ini,
dokumentasinya berupa dokumentasi profil sekolah, daftar guru, karyawan
dan siswa, dan fasilitas yang dimiliki oleh SMA Darussalam.
E.
Kalibrasi Instrumen
Sebelum instrumen penelitian digunakan pada sampel, terlebih dahulu
dilakukan uji coba. Hal ini dilakukan agar kepercayaan kita kuat terhadap
data yang diperoleh dari penggunaan instrumen. Hal ini dilakukan sebelum
instrumen digunakan pada sampel penelitian.
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid
apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.10 Tes
yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran
agama Islam adalah tes objektif, maka pengujian validitasnya menggunakan
rumus korelasi point biseral dengan menggunakan rumus sebagai berikut:11
r
pbi =Q P SDt
Mt Mp
Keterangan:
r
pbi = Korelasi point biseralMp = Mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai peserta tes yang
menjawab betul
Mt = Mean skor total, yang berhasil dicapai oleh peserta tes
SDt = Standar deviasi dari skor
P = Proporsi test yang menjawab betul terhadap item yang sedang diuji
validitas itemnya
9
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif…, h. 144
10
Husaini Usman, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. 1, h. 287 11
Q = Proporsi test yang menjawab salah terhadap item yang sedang diuji
validitas itemnya
Kriteria pengujian:
Jika r tabel > r hitung = soal tidak valid
Jika r tabel < r hitung = soal valid
Hasil perhitungan validitas instrumen penelitian yang diujikan pada 30
siswa adalah sebagai berikut :
[image:45.595.113.521.93.720.2]
Tabel 3
Perhitungan Uji Validitas
No. Item Mp Mt SDt P Q rpbi Status
1 14.8 14.1 1,81 0.56 0.44 0.435 V
2 14.6 14.1 1,81 0.5 0.5 0.5 V
3 14.86 14.1 1,81 0.5 0.5 0.419 V
4 15.8 14.1 1,81 0.23 0.77 0.530 V
5 14.9 14.1 1,81 0.43 0.57 0.382 V
6 15.5 14.1 1,81 0.23 0.77 0.443 V
7 14.52 14.1 1,81 0.7 0.3 0.367 V
8 14.47 14.1 1,81 0.76 0.24 0.363 V 9 14.15 14.1 1,81 0.66 0.34 0.037 IN
10 14.8 14.1 1,81 0.56 0.44 0.449 V
11 14.3 14.1 1,81 0.76 0.24 0.061 IN
12 15.1 14.1 1,81 0.5 0.5 0.570 V
13 14.53 14.1 1,81 0.86 0.14 0.580 V
14 15 14.1 1,81 0.16 0.84 0.367 V
15 14.21 14.1 1,81 0.63 0.37 0.475 V 16 15.57 14.1 1,81 0.23 0.77 0.443 V
17 15.13 14.1 1,81 0.5 0.5 0.569 V
18 14.42 14.1 1,81 0.7 0.3 0.369 V
19 14.54 14.1 1,81 0.8 0.2 0.486 V
20 14.5 14.1 1,81 0.53 0.47 0.445 V
21 14.7 14.1 1,81 0.6 0.4 0.405 V
22 14.72 14.1 1,81 0.36 0.64 0.419 V
23 14 14.1 1,81 0.5 0.5 -0.05 IN
24 14.25 14.1 1,81 0.8 0.2 0.165 IN
Berdasarkan hasil uji coba kepada 30 responden yang terdiri dari 25
butir pertanyaan, maka dapat dinyatakan bahwa soal yang valid sebanyak 20
soal karena rpbi>rtabel=0.361, sedang yang tidak valid sebanyak 5 soal,
diantaranya nomor 9, 11, 23, 24, dan nomor 25 karena nilai
rpbi<rtabel=0.361.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan/keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya. Uji ini dilakukan dengan rumus Kuder
Richadson atau yang dikenal dengan KR-20 yaitu:12
r
11 =
21 1 2 1 st Q P st n n Keterangan:
r
11 = Koefisien reliabilitas tesn = Banyaknya butir soal St² = Varian total
P = Proporsi testee yang menjawab benar
Q = Proporsi testee yang menjawab salah
P1Q1 = Jumlah dari hasil perkalian antara P dan Q
Selanjutnya untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien
reliabilitas tes pada umumnya merujuk pada kriteria reliabilitas sebagai
berikut:13
0.20 – 0.40 = reliabilitas rendah
0.40 – 0.70 = reliabilitas sedang
0.70 – 0.90 = reliabilitas tinggi
0.90 – 1.00 = reliabilitas sangat tinggi
12
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), h. 254
13
Adapun hasil perhitungan reliabilitas tes hasil belajar pendidikan
agama Islam yang diujikan pada 30 siswa adalah sebagai berikut :
Dari tabel perhitungan (lihat lampiran 3) diketahui :
N = 30
312
Xt 3364 2
Xt
PQ3.66N Xt St
2 2
2xt diperoleh dengan rumus :
2 2 2 N Xt Xt xt= 3364 -
2 30 312
= 3364 – 108.16
= 3255.8 Selanjutnya : 5 . 108 30 8 . 3255 2
2
N xt St
Akhirnya kita peroleh:
2 1 1 2 11 1 St Q P St n n r 0 . 1 96 . 0 05 . 1 5 . 108 66 . 3 5 . 108 1 20 20 xBerdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa
reliabilitas soal tes hasil belajar pendidikan agama Islam memiliki reliabilitas
yang sangat tinggi karena 1,0 berada pada kriteria berikut:
F.
Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Setelah data-data yang diperlukan telah diperoleh, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Langkah awal yaitu melakukan
pengolahan dan analisis data dari angket, tes membaca Al Quran dan tes hasil
belajar agama Islam yang telah diperoleh. Dalam mengolah data tersebut
peneliti menggunakan rumus distribusi frekuensi yaitu:14
% 100 x N
f P
Keterangan :
P = Presentase yang d