• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan prestasi siswa dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah (studi kasus di SMA Darussalam Ciputat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan prestasi siswa dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah (studi kasus di SMA Darussalam Ciputat)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

ANI MAYRANI 106011003548

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TABIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Ani Mayrani 106011003548

Pendidikan Agama Islam

Perbedaan Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Perbedaan Latar Belakang Sekolah (Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)

Pembahasan skripsi ini dimaksudkan untuk: (1) mendeskripsikan bagaimana prestasi siswa di bidang Pendidikan Agama Islam ditinjau dari penguasaan materi PAI, kemampuan membaca Al Quran, dan sikap keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan beribadah, gaya hidup, dan moral, (2) mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP, (3) mendeskripsikan bagaimana solusi atau tindakan guru dalam mengoptimalkan prestasi siswa yang berbeda latar belakang sekolah antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP.

Permasalahan yang muncul adalah “Adakah perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP”. Berdasarkan permasalahan yang diajukan tersebut, maka hipotesis yang muncul adalah, Ha: “Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP”.Ho: “Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP”.

Untuk memecahkan permasalahan dan membuktikan hipotesis yang diajukan, penulis mengadakan penelitian di SMA Darussalam Ciputat dengan obyek penelitian adalah siswa kelas X dengan sampel berjumlah 30 orang siswa. Data-data diperoleh melalui angket, tes membaca Al Quran, dan tes hasil belajar PAI kemudian nilai-nilai tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis komparasional.

Ternyata Hipotesis Nihil (Ho) yang menyatakan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP, diterima. Hal ini memberikan pengertian bahwa asal sekolah pada satuan pendidikan yang berbeda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum, wr., wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, anugerah, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesesaikan

skripsi ini dengan judul “Perbedaan Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Perbedaan Latar Belakang Sekolah

(Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)”. Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian sarjana pada Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan,

bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawaroh, M.Ag., dosen pembimbing yang telah

memberikan pemikiran, pengarahan, petunjuk, serta perbaikan sehingga

(6)

iii

5. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., dosen penasehat akademik yang telah

membantu penulis baikberupa motivasi dan arahan dalam perkuliahan.

6. Seluruh dosen pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan

mengajar penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Seluruh staff akademik dan administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis selama

mengikuti kegiatan perkuliahan.

8. Pimpinan dan seluruh staf administrasi Perpustakaan Utama, Perpustakaan FITK

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meminjamkan

buku-buku yang penulis butuhkan sebagai referensi yang berkaitan denganskripsi ini.

9. Kepala SMA Darussalam Ciputat Bapak Marul Wa’id, S.Ag, Wakepsek/ Bidang

Kurikulum, Staf T.U, dan Bapak M. Yahya, S.Pd selaku guru Pendidikan

Agama Islam yang telah membantu dalampenelitian skripsi ini.

10.Secara khusus penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada keluarga tercinta khususnya Bapak, (alm) Ibu, saudara

kembarku Ina, teh Nia, teh Susi dan A’Ade, serta keponakan-keponakan kecilku yang telah banyak memberikan dorongan moril dan materil kepada

penulis.

11.Teman-teman seperjuangan PAI 2006 kelas B yang tidak bisa disebutkan

namanya satu persatu akan tetapi tanpa mengurangirasa hormat penulis.

12.Sahabat-sahabat tersayang : Irna Purnamasari, Dini Rahmawati, Dahria Daud,

Aminah Tuzuhriyah, Adhe Putri Iriyani, Aisyah, Dewi Priyandini, Siti

(7)

iv

13.Sahabat-sahabat terbaik di Bogor : Fuzy, Endah, Asri, Ina MJ, Euis, Neneng,

dan Emi. Terima kasih atas persahabatan yang indah.

14.Serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kelemahan dan

kekurangan baik dalam penyajian materi maupun pemberian analisisnya. Namun

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum, wr., wb.

Jakarta, Maret 2011

(8)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

1. Identifikasi Masalah ... 3

2. Pembatasan Masalah ... 3

3. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1. Tujuan Penelitian ... 4

2. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA A. Pendidikan Agama Islam ... 6

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 6

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 9

a. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 9

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 10

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 11

B. Prestasi Belajar ... 14

1. Pengertian Belajar ... 14

(9)

vi

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 16

4. Pengukuran Prestasi Belajar ... 17

5. Unsur-Unsur Kompetensi Prestasi Belajar PAI ... 18

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 25

D. Hipotesis ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27

B. Variabel Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 28

1. Tes ... 28

2. Angket atau Kuesioner ... 30

3. Wawancara ... 32

4. Observasi ... 32

5. Dokumentasi ... 32

E. Kalibrasi Instrumen ... 33

1. Uji Validitas Instrumen ... 33

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 35

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum tentang SMA Darussalam ... 40

1. Sejarah Berdiri SMA Darussalam ... 40

2. Visi dan Misi SMA Darussalam ... 41

3. Sarana dan Prasarana ... 41

4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ... 43

B. Penguasaan Materi Pendidikan agama Islam ... 45

(10)

vii

D. Sikap Keberagamaan Siswa ... 47

E. Analisis Perbedaan Latar Belakang Sekolah terhadap Penguasaan

Materi PAI, Kemampuan Membaca Al Quran, dan Sikap

Keberagamaan ... 48

F. Interpretasi Data ... 54

G. Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA

(11)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar PAI ... 29

Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Keberagamaan Siswa ... 31

Tabel 3 Perhitungan Uji Validitas ... 34

Tabel 4 Data Pengajar SMA Darussalam ... 43

Tabel 5 Data Karyawan SMA Darusalam ... 44

Tabel 6 Jumlah Siswa/I SMA Darusalam ... 44

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi PAI Siswa Asal MTs dan Siswa Asal SMP ... 46

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Membaca Al Quran Siswa Asal MTs dan Siswa Asal SMP ... 47

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Sikap Keberagamaan Siswa Asal MTs dan Siswa Asal SMP ... 48

Tabel 10 Perhitungan untuk Memperoleh Mean dan Deviasi untuk Memperoleh Perbedaan Penguasaan Materi PAI ... 49

Tabel 11 Perhitungan untuk Memperoleh Mean dan Deviasi untuk Memperoleh Perbedaan Kemampuan Membaca Al Quran ... 50

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar mentransformasikan pengetahuan dan

keterampilan yang diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, jelas,

mantap, lengkap dan menyeluruh berdasarkan pemikiran rasional-obyektif

yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik bagi peranannya di masa

yang akan datang.1

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional disebutkan mengenai fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa. Sedang tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

1

(13)

Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan nasional yang telah

ditetapkan tersebut, maka Pendidikan Agama pada umumnya dan Pendidikan

Agama Islam pada khususnya sangat diperlukan dan mempunyai peranan

yang sangat penting. Dan untuk mencapai tujuan itu, maka pendidikan agama

wajib dimasukkan dalam kurikulum sekolah pada setiap jenis, jalur dan

jenjang pendidikan.

Pendidikan agama Islam di setiap sekolah, memiliki susunan

kurikulum yang berbeda sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang

pendidikannya. Pendidikan agama Islam di SMP berbeda dengan pendidikan

agama Islam di MTs. Pendidikan Agama Islam di MTs lebih banyak

dibandingkan Pendidikan Agama Islam di SMP. Mata pelajaran pendidikan

agama Islam yang dipelajari di SMP hanya dalam satu modul saja, sedang di

MTs mata pelajaran pendidikan agama Islam dibagi dalam beberapa sub

bidang studi, seperti Al Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh, dan

Bahasa Arab. Terlihat ada perbedaan antara MTs dengan SMP dalam beban

dan pengalaman belajar agama Islam.

Perbedaan kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara

MTs dengan SMP tersebut membawa pengaruh terhadap prestasi belajar

siswa, ditinjau dari penguasaan sejumlah pengetahuan atau materi pendidikan

Agama Islam, kemampuan membaca Al Quran, dan sikap keberagamaan

siswa yang meliputi: ketaatan dalam menjalankan ibadah, gaya hidup dan

moral.

Berdasarkan masalah tersebut, maka diperlukan langkah-langkah yang

jelas oleh guru untuk mengupayakan optimalisasi kemampuan siswa dalam

mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam sehingga siswa mendapat

prestasi belajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

telah ditetapkan. Berdasarkan indikasi masalah tersebut peneliti berminat

mengkaji dan menuangkan hasil penelitian ke dalam skripsi yang berjudul

(14)

B.

Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang terkait dalam penelitian ini,

maka identifikasi masalah yang diambil oleh peneliti adalah:

a. Adanya perbedaan beban dan pengalaman belajar pendidikan agama

Islam antara MTs dengan SMP

b. Adanya perbedaan prestasi belajar pendidikan agama Islam ditinjau dari

penguasaan materi PAI, kemampuan membaca Al Quran dan sikap

keberagamaan siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan

siswa yang berasal dari SMP.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, penelitian ini dibatasi

pada: Pengujian tingkat kemampuan siswa belajar pendidikan agama Islam

berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah antara siswa yang berasal dari

MTs dengan siswa yang berasal dari SMP ditinjau dari:

a. Kemampuan penguasaan materi pendidikan agama Islam

b. Kemampuan membaca Al Quran

c. Sikap keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan beribadah, gaya

hidup, dan moral

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana prestasi siswa di bidang Pendidikan Agama Islam ditinjau dari

penguasaan materi PAI, kemampuan membaca Al Quran dan sikap

keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan beribadah, gaya hidup, dan

(15)

b. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar

Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs

dengan siswa yang berasal dari SMP?

c. Bagaimana tindakan guru dalam mengoptimalkan prestasi siswa SMA

dalam pembelajaran PAI berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah

antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan bagaimana prestasi siswa di bidang Pendidikan

Agama Islam ditinjau dari penguasaan materi PAI, kemampuan membaca

Al Quran dan sikap keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan

beribadah, gaya hidup, dan moral.

b. Untuk mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara

prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang

berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP.

c. Untuk mendeskripsikan bagaimana solusi atau tindakan guru dalam

mengoptimalkan prestasi siswa SMA yang berbeda latar belakang

sekolah antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal

dari SMP

2.

Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis
(16)

b. Manfaat Praktis

 Bagi pendidik, dapat menjadi masukan yang berguna agar dalam mendidik siswa, perlakuannya terhadap siswa harus sesuai dengan

kemampuan dan tingkat pengetahuannya sehingga setiap siswa dapat

memahami materi yang diajarkan.

 Bagi siswa, dapat menjadi bahan masukan agar meningkatkan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan prestasi belajar

sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang memuaskan.

(17)

6

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESA

A.

Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha

manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, pendidikan atau

paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan

sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.

Ki Hajar Dewantara mengemukakan pengertian pendidikan sebagai

berikut: Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat

dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”1

Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

1

(18)

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan tersebut, maka

pendidikan dapat dipahami sebagai usaha sadar dan terencana untuk

menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak yang diberikan

oleh orang dewasa agar mendapat keselamatan dan kebahagiaan serta tercapai

suasana belajar dan proses pembelajaran aktif sehingga peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Zakiyah Daradjat mengemukakan pengertian pendidikan agama Islam

sebagai berikut: “Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina

dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam

secara menyeluruh dan pada akhirnya dapat menghayati dan mengamalkan

serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.”3

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk mengarahkan

pertumbuhan dan perkembangan anak dengan segala potensi yang

dianugerahkan oleh Allah kepadanya agar mampu mengemban amanat dan

tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengdiannya kepada

Allah.4

Hakekat pendidikan agama Islam menurut Muzayin Arifin yang

dikutip oleh Armai Arief dalam bukunya Reformasi Pendidikan Islam,

adalah: “Usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar

mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah

2

Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h. 5.

3

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan agama Islam Berbasisi Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004) h. 130

4

(19)

(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal

pertumbuhan dan perkembangannya.”5

Berdasarkan berbagai pandangan tersebut, maka pendidikan agama

Islam adalah suatu usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan fitrah (kemampuan dasar) peserta didik melalui ajaran Islam

dengan segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya agar

senantiasa dapat memahami ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan

dan perkembangannya.

Pendidikan agama Islam di SMA diberikan dengan mengikuti

tuntunan bahwa agama Islam diajarkan kepada manusia dengan visi untuk

mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak

mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi

pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik

personal maupun sosial. Dengan adanya tuntunan tersebut, maka diharapkan

siswa memiliki kompetensi-kompetensi sesuai dengan standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Adapun standar kompetensi lulusan mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA, sebagai berikut:6

a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan

perkembangan remaja.

b. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial

ekonomi, dan budaya dalam tatanan global.

c. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial.

d. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

masyarakat.

e. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang

lain.

5

Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press Jakarta, 2005), Cet. 1, h. 20

6

(20)

f. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui

berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang

mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

g. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam

kehidupan sesuai dengan tuntunan agama

h. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara

bertanggung jawab

Dengan adanya standar kompetensi lulusan tersebut, pendidik

diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar. Peran semua unsur sekolah, orang

tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan

pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA.

2. Tujuan dan FungsiPendidikan Agama Islam a. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan agama

Islam tak terlepas dari eksistensi manusia hidup di dunia ini, yaitu dalam

rangka beribadah kepada Allah SWT.7 Sebagaimana firman Allah dalam surat

Ad-Dzariyat ayat 56.

د ْعيلّإ س إْا جْلا تْلخام

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku. (QS. 51:56)

Untuk merealisasikan tujuan pendidikan agama Islam tersebut, maka

siswa dituntut untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam

sehingga menjadi manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta

senantiasa beribadah kepada Allah SWT.

Rumusan tujuan pendidikan agama Islam di atas mengandung

pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami

7

(21)

oleh peserta didik di lembaga pendidikan formal, dimulai dari tahapan

kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap ajaran

dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju

ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama

ke dalam diri peserta didik, dalam arti menghayati dan meyakininya.

Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan

dan keyakinan peserta didik menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan

dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan

afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri peserta didik dan

tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan

psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian

akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlak

mulia.8

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan

agama Islam adalah merealisasikan manusia muslim dalam memahami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabadikan

diri kepada Allah dengan senantiasa selalu beribadah kepada-Nya.

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Secara umum, fungsi pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:9

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan

peserta didik kepada Allah yang telah ditanamkan lebih dahulu

dalam lingkungan keluarga.

2) Penanaman nilai ajaran Islam, sebagai pedoman hidup untuk

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

8

Muhaimin, et. al, Paradigma Pendidikan Islam, : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. 1, h. 78-79

9

(22)

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan

dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan

kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan

pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan

dirinya.

6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan agama Islam secara umum,

sistem dan fungsionalnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki

bakat khusus di bidang pendidikan agama Islam agar bakat tersebut

dapat berkembang secara optimal.

Dari uraian tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

pendidikan Agama Islam merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk

menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya beriman dan bertaqwa kepada

Allah SWT dan dapat menjadikan agama Islam sebagai pembekalan diri

peserta didik supaya mampu mengatasi suatu permasalahan keagamaan dalam

keluarga, dan juga dalam lingkungan sekolah sehingga dapat mengubah

lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Secara umum ruang lingkup Pendidikan agama Islam meliputi

keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan

Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia

dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan

lingkungannya.10

10

(23)

Dari keempat ruang lingkup pendidikan agama Islam tersebut dapat

penulis jabarkan sebagai berikut :

a. Hubungan Manusia dengan Allah

Hubungan manusia dengan Allah merupakan hubungan yang vertikal

antara makhluk dengan sang khalik yang menempati prioritas utama dalam

pendidikan agama Islam. Pemeliharaan hubungan manusia dengan Allah

dapat dilakukan antara lain sebagai contoh, dengan:11

1) Beriman kepada Allah SWT,

2) Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan shalat, zakat,

puasa dan haji,

3) Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, dan

memanfaatkan semua pemberian Allah kepada manusia,

4) Bersabar menerima cobaan Allah,

5) Memohon ampun atas segala dosa dan bertobat.

b. Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia

Hubungan manusia dengan sesamanya merupakan hubungan

hotizontal antara manusia dengan manusia dalam kehidupan. Hubungan

manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dapat dipelihara antara lain

dengan: (1) tolong menolong, (2) suka memaafkan kesalahan orang lain, (3)

menepati janji, (4) lapang dada, (5) menegakkan keadilan dengan berlaku adil

terhadap diri sendiri dan orang lain.

c. Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri

Agama Islam dalam pendidikannya memberikan didikan kepada

manusia agar selalu menghargai dirinya sendiri dengan mencegah semua

yang dapat membahayakan diri. Hal ini sesuai dengan ayat dalam surat At

Tahrim ayat 6.

11

(24)

اً ا ْم يلْه ْم سف ا ق ا ماء ي لا ا ي اي

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka” (QS. 66:6)

Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dapat dilakukan dengan

senantiasa berlaku: (1) sabar, (2) pemaaf, (3) adil, (4) ikhlas, (5) berani, (6)

memegang amanah, (7) mawas diri.12

d. Hubungan Manusia dengan Alam

Dalam Islam telah diajarkan kepada manuisa untuk mengenal dan

mencintai alam semesta dan manusia dilarang untuk merusak apa yang telah

Allah ciptakan di bumi untuk kepentingan manusia. Hal ini ditegaskan Allah

dalam surat Qashas: 77.

سْح ايْدلا م ي سْتّ خأْا ادلا ها اتاء يف غتْبا

ّحيّ ها إ ْ أْا يف داسفْلا غْتّ ْيلإ ها سْح

يدسْف ْلا

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu

dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)

sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu

berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. 28:77)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya ruang lingkup

PAI meliputi tiga aspek yaitu: Aqidah (Keimanan), Akhlak (Ihsan) dan

Syariah (Keislaman). Ketiga aspek tersebut dikembangkan dalam materi

pelajaran, maka secara operasional dalam KTSP materi PAI dapat

dikelompokkan dalam lima aspek, diantaranya:

12

(25)

a. Al-Qur’an dan Hadits

b. Aqidah

c. Akhlak

d. Fiqih

e. Tarikh (sejarah Islam). 13

B.

Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah modifikasi dan memperteguh kelakuan melalui

pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of

behavior through experiencing).14 Menurut pengertian ini, belajar merupakan

suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang. Belajar bukan

hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Dapat

dikatakan bahwa orang yang belajar tidak sama keadaannya dengan sebelum

ia melakukan perbuatan belajar itu.

Hilgard mengatakan: “Learning is the process by which an activity

originates or is changed through training procedure (whether in the

laboratory or in natural environment) as distringuished from changes by

factor not attributable to training”. Belajar adalah proses mencari ilmu

pengetahuan yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran

dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan dalam diri.15

Dari pengertian-pengertian belajar yang telah di kemukakan tersebut,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

a. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri

seseorang

b. Belajar yang sebaik-baiknya yaitu melalui proses pengalaman.

13

Muhaimin, et. al, Paradigma Pendidikan Islam…, h. 79

14

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Ed. 1, Cet. 5, h. 36

15

(26)

c. Hasil dari belajar pada pokoknya adalah memperoleh

informasi/pengetahuan, yang didapat melalui proses pembelajaran dan

latihan.

Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut, maka tujuan dari

belajar selain memperoleh pengetahuan juga bertujuan untuk perubahan

tingkah laku. Untuk mengetahui apakah tujuan dari belajar itu telah

benar-benar tecapai dan sampai dimanakah hasil belajar yang diinginkan telah

tecapai, maka diperlukan alat yang dapat dipercayai, yaitu dengan

mengadakan evaluasi.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), seperti dikutip oleh Sukardi, evaluasi dilakukan dalam rangka: “Pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaran pendidikan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan.”16

Evaluasi dapat memunginkan kita untuk:17

1. Mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa apakah mereka telah

merealisasikan tujuan yang telah ditentukan

2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan, sehingga tindakan

perbaikan yang cocok dapat diadakan

3. Memutuskan tingkat pencapaian siswa, dalam hal kesuksesan mereka

mencapai tujuan yang telah disepakati

4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi

mengajar yang ia gunakan, agar kelebihan dan kekurangan strategi

mengajar tersebut dapat ditentukan

5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran, dan

menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan.

16

M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan:Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta:Bumi Akasara, 2009), Ed. 1, Cet. 3, h. 1

17

(27)

Dengan diadakannya evaluasi maka akan diperoleh hasil belajar atau

biasa disebut sebagai prestasi belajar. Dengan adanya prestasi belajar,

siswa-siswa akan mengetahui hal-hal yang penting, yaitu siswa-siswa akan mengetahui

kelemahan-kelemahannya dan juga kekuatan-kekuatannya, dengan begitu ia

pun dapat memikirkan apa yang dapat harus dilakukannya untuk menghadapi

kesulitan-kesulitan belajar sehingga ia dapat memperbaikinya di waktu

mendatang agar memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.

2. Indikator Belajar

Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar

merupakan sebuah ukuran atas proses pembelajaran. Apabila merujuk pada

rumusan operasional keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil

apabila diikuti ciri-ciri:18

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individu maupun kelompok

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (TPK) telah

dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok

c. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial

mengantarkan materi tahap berikutnya.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan indikator bagi berkualitas atau tidaknya

suatu proses pendidikan. Menurut S. Nasution dalam bukunya Didaktik

Asas-Asas Mengajar, disebutkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan

pengetahuan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan

siswa.19

18

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar:Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 113

19

(28)

Dalam pengertian lain, prestasi belajar adalah seperangkat nilai yang

diperoleh peserta didik melalui evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk skor

dengan menggunakan simbol baik berupa angka, huruf ataupun kata.

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan

pengetahuan, kebiasaan, sikap, pengertian, dan penguasaan siswa terhadap

materi pelajaran yang diperoleh melalui evaluasi yang dinyatakan dalam

bentuk skor dengan menggunakan simbol baik berupa angka, huruf ataupun

kata dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah

mencapai kompetensi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang telah ditetapkan setelah siswa mengikuti kegiatan belajar.

4. Pengukuran Prestasi Belajar

Pengukuran adalah proses pengumpulan data yang diperlukan dalam

rangka memberikan judgment yakni berupa keputusan terhadap sesuatu.20

Untuk melakukan pengukuran diperlukan suatu alat yang biasa disebut

dengan alat penilaian. Alat penilaian belajar pada umumya menggunakan tes.

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan,

kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.21

Tes yang digunakan dalam pembelajaran, khususnya untuk mengukur

ketercapaian kompetensi, digunakan tes sebagai berikut:

a. Tes awal, tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh

mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai oleh

peserta didik.

b. Tes akhir, tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah semua materi pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta

didik.

20

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), Ed. 1, Cet. 1, h. 337

21

(29)

c. Tes diagnostik, yaitu tes yang dilaksanakan untuk melaksanakan secara

tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata

pelajaran tertentu dan menetapkan cara mengatasi kesukaran atau

kesulitan belajar tersebut.22

d. Tes formatif, yang disajikan di tengah program pendidikan yang

bertujuan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik. Berdasarkan

hasil tes itu, pendidik dan peserta didik dapat mengetahui apa yang perlu

dijelaskan kembali agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran

lebih baik.23

e. Tes sumatif, berarti tes yang ditujukan untuk mengukur daya serap siswa

terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu

semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk

menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu

periode belajar tertentu.24

Dalam praktiknya, tes yang digunakan untuk mengukur tercapai atau

tidaknya kompetensi yang telah ditetapkan, digunakan Ujian Tengah

Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).

5. Unsur-Unsur Kompetensi Prestasi Belajar PAI

Adapun unsur-unsur kompetensi prestasi belajar siswa di bidang

Pendidikan Agama Islam pada prinsipnya adalah pengungkapan segala hasil

belajar yang meliputi segenap ranah psikologis, yakni ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

22

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan…, h. 144

23

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar …,h. 78

24

(30)

a. Ranah Kognitif

Aspek prestasi yang mencakup pada kognitif meliputi:25

1) Pengetahuan, merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah

dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori, yang meyangkut

informasi yang bermanfaat.

2) Pemahaman, yaitu kemampuan untuk menguasai pengertian.

3) Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan bahan yang telah

dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata.

4) Analisis, yaitu kemampuan untuk merinci bahan menjadi

bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami.

5) Sintesis, yaitu kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian

menjadi suatu keseluruhan baru, yang menitik beratkan pada tingkah

laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru.

6) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk mempertimbangkan nilai bahan

untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria

eksternal.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Ranah afektif ini oleh Krathwohl, Bloom dan Masia ditaksonomi menjadi

lebih rinci lagi didalam lima jenjang, yaitu:26

1) Penerimaan, yaitu suatu keadaan sadar, kemauan untuk menerima,

perhatian terpilih.

2) Sambutan, yaitu suatu sikap terbuka ke arah sambutan, kemauan

untuk merespon, kepuasan yang timbul karena sambutan.

3) Menilai, yaitu penerimaan nilai-nilai, preferensi terhadap suatu nilai,

membuat kesepakatan sehubungan dengan nilai.

4) Organisasi, yaitu suatu konseptualisasi tentang suatu nilai, suatu

organisasi dari suatu sistem nilai.

25

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran …, h. 80

26

(31)

5) Karakterisasi dengan suatu kompleks nilai, yaitu suatu formasi

mengenai perangkat umum, suatu manifestasi daripada lompleks

nilai.

Berdasarkan jenjang tersebut dapat dikatakan bahwa tahapan afeksi

merupakan proses terjadinya internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam

diri peserta didik, dalam arti menghayati dan meyakini ajaran agama.

c. Ranah Psikomotor

Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) atau kemampuan bertindak dalam mengamalkan dan menaati ajaran

Islam setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, contohnya

membiasakan perilaku husnuzhan dan mempraktikkan adab dalam

berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu dalam

kehidupan sehari-hari.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor,

baik faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) maupun faktor

yang berasal dari luar individu (eksternal). Menurut Yudhi Munadi dalam

bukunya yang berjudul Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru,

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut terdiri: Kondisi

fisiologis, psikologis (intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan

motivasi, kognitif dan daya nalar), kondisi lingkungan (alam dan sosial),

faktor instrumental (kurikulum, sarana dan fasilitas, guru).27

Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

siswa, diantaranya:

27

(32)

a. Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, terdiri dari kondisi fisik dan panca

indera,28 seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan

capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya

akan membantu dalam proses dan prestasi belajar siswa. Siswa yang

kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya

cenderung cepat lelah dan capek, cepat mengantuk dan akhirnya tidak

mudah dalam menerima pelajaran.

Disamping kondisi diatas, merupakan hal yang penting juga

memperhatikan kondisi pancaindera. Dengan memahami kelbihan dan

kelemahan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau

pengalaman akan mempermudah dalam memilih dan menetukan jenis

rangsangan atau stimulus dalam proses belajar.

2) Faktor Psikologis

Faktor kedua dari faktor intenal adalah faktor psikologis. Setiap

siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, dan

tentunya hal ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar

masing-masing siswa. Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan

diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan

motivasi, dan kognitif dan daya nalar.

Pertama intelegensi, Garret mengemukakan definisi intelegensi

sebagai berikut:“Intellegence, includes at least the abilities demanded in

the solution of problems wich require the comprehension and use of

symbols Artinya, intelegensi itu setidak-tidaknya mencakup

kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang

memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.”29

28

Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), Cet. 2, h. 89

29

(33)

Kedua, perhatian, yaitu keaktifan jiwa yang tertuju pada suatu

obyek. Untuk dapat menjamin prestasi belajar yang baik, maka siswa

harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menari perhatian siswa,

bila tidak maka perhatian siswa tidak akan terarah pada obyek yang

sedang dipelajarinya.

Ketiga, minat dan bakat. Minat diartikan sebagai kecenderungan

yang tetap untuk memperhatikan kegiatan belajar. Bakat adalah

kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi

kecakapan yang nyata setelah melalui proses belajar dan berlatih.

Keempat, motif dan motivasi. Motif diartikan sebagai daya upaya

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam setiap diri

manusia pada umumnya mempunyai dua macam motif, yaitu motif yang

sudah ada dalam diri seseorang yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa

ada pengaruh dari luar, disebut intrinsic motive. Motif lainnya adalah

motif yang datang dari luar, yakni karena ada pengaruh situasi

lingkungannya, motif ini disebut extrinsic motive. Motivasi adalah

usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga seseorang mau

melakukan sesuatu.30

Kelima, kognitif dan daya nalar. Pembahasan mengenai ini meliputi

tiga hal, diantaranya, persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah

penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dala lingkungannya.

Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari

bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau. Berpikir adalah

proses dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Jadi yang

membedakan satu siswa dengan siswa lainnya adalah kadar kekuatan

daya nalarnya.31

30

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar…, h. 73

31

(34)

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan prestasi belajar

siswa. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat

berupa lingkungan sosial.32 Lingkungan alam, misalnya keadaan suhu,

kelembaban, dan sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang

memiliki ventilasi udara kurang tentunya akan berbeda belajar di pagi

hari yang udaranya masih segar dengan ruangan yang cukup mendukung.

Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal

lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa.

Hirik pikuk lingkungan sosial seperti, suara mesin pabrik, lalu lintas,

gemuruhnya pasar dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses

dan prestasi belajar siswa.

2) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan prestasi belajar yang

diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum,

sarana dan prasarana dan guru, yang jelas sangat besar pengaruhya dalam

proses dan prestasi belajar siswa karena faktor instrumental inilah yang

menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akar terjadi di dalam

diri si pelajar.33

Salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap prestasi belajar

siswa adalah guru. Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung

jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh

potensinya, baik potensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Guru

juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan

pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya

32

Zikri Neni Iska, Psikologi…, h. 89

33

(35)

agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam

memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi

peserta didik. Oleh sebab itu guru diharuskan memiliki beberapa

kompetensi, diantaranya kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

kompetensi profesional agar siswa memperoleh hasil belajar terbaik

sesuai harapan. Selain itu dalam rangka mengoptimalkan prestasi siswa,

guru dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan belajar pendidikan

agama Islam dengan jalan mengefektifkan proses pembelajaran.

Tindakan guru dalam mengatasi masalah ini adalah sebagai berikut:34

1. Guru harus mampu menyusun perencanaan pembelajaran yang bijak.

Setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan

pembelajaran yang baik, antara lain, kebutuhan-kebutuhan siswa,

tujuan-tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi yang relevan

digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan kriteria evaluasi.

2. Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan

siswa-siswanya. Seorang guru harus mengetahui teori-teori komunikasi

yang efektif, karena tidak akan terlalu bermanfaat ilmu yang

dikuasai guru kalau dia tidak mampu mengkomunikasikannya pada

siswa secara baik.

3. Guru harus mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang

membelajarkan. Guru tidak bisa mengontrol intensitas siswa dalam

menyerap bahan-bahan pelajaran, untuk itulah guru sebaiknya terus

mengubah dan mengembangkan strategi agar mampu membuat

siswa-siswanya belajar.

4. Guru harus mampu menguasai kelas. Dalam hai ini, guru harus

mengenali benar siswa-siswanya sesuai dengan kemampuan siswa

dengan menggunakan berbagai pendekatan pedagogis yang mampu

34

(36)

menciptakan suasana tenang, penuh keceriaan dan motivasi untuk

belajar.

5. Guru harus mampu melakukan evaluasi secara benar. Seorang guru

yang baik, tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan

pembelajaran, kemampuan mengembangkan proses pembelajaran,

penguasaannya terhadap bahan ajar, serta kemampuan peguasaan

kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi

terhadap pencapaian kompetensi siswa, yang sangat menentukan

dalam konteks perencanaan berikutnya.

C.

Kerangka Berpikir

Pendidikan agama Islam merupakan pengetahuan yang penting untuk

membentuk moral siswa menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Oleh sebab itu, pendidikan agama Islam wajib dimasukkan dalam kurikulum

sekolah pada setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan

Pendidikan agama Islam di setiap sekolah, memiliki susunan

kurikulum yang berbeda sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang

pendidikannya. Pendidikan agama Islam di MTs berbeda dengan pendidikan

agama Islam di, SMP misalnya, siswa MTs memperoleh pelajaran agama

lebih banyak dibandingkan siswa SMP. Hal ini disebabkan karena pelajaran

agama Islam yang dipelajari di SMP hanya dalam satu modul saja, sedang di

MTs mata pelajaran agama Islam dibagi dalam beberapa sub bidang studi,

seperti Al Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh, dan Bahasa Arab. Terlihat ada perbedaan antara MTs dengan SMP dalam beban dan

pengalaman belajar agama Islam.

Perbedaan kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara

MTs dengan SMP tersebut membawa pengaruh terhadap prestasi belajar

siswa, ditinjau dari penguasaan sejumlah pengetahuan atau materi pendidikan

(37)

siswa yang meliputi: ketaatan dalam menjalankan ibadah, gaya hidup dan

moral.

Dalam hal ini persoalan yang dihadapi guru sangat realistis, bahwa

siswa dalam kelasnya memiliki keragaman dalam kemampuan belajar, baik

dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan belajar maupun pengalaman

belajar sebelumnya. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yang jelas untuk

mengupayakan optimalisasi kemampuan siswa dalam mengikuti

pembelajaran pendidikan agama Islam sehingga siswa mendapat prestasi

belajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah

ditetapkan.

D.

Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara yang mungkin benar

atau mungkin juga salah terhadap permasalahan yang diajukan dalam

penelitian.35 Hipotesis akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima

jika fakta membenarkannya. Terdapat dua hipotesis yang hendak diujikan

kebenarannya pada penelitian ini, yakni:

a. Hipotesis Alternatif

Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan

Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan

siswa yang berasal dari SMP

b. Hipotesis Nihil

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar

Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari

MTs dengan siswa yang berasal dari SMP

35

(38)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan pendekatan kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan analisis komparasional, yaitu membandingkan

prestasi belajar siswa berdasarkan perbedaan latar belakang pendidikan

formalnya.

B.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek

pengamatan penelitian.1 Sesuai dengan permasalahan yang sudah

dirumuskan, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang menentukan

arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat.2 Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel bebas (X) adalah: Prestasi belajar Pendidikan

Agama Islam siswa SMA yang berasal dari MTs.

1

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. 2, h. 144

2

(39)

b. Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang dipengaruhi

oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat

(Y) adalah prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA yang

berasal dari SMP.

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup

penelitian.3 Jadi pada dasarnya populasi merupakan keseluruhan obyek

penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa

kelas X1, X2, dan X3 SMA Darussalam Ciputat yang berjumlah 96 siswa.

Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan

individu penelitian.4 Dalam menentukan sampel penelitian ini, penulis

menggunakan teknik cluster random sampling. Berdasarkan teknik

pengambilan sampel tersebut, maka dari kelas X1, X2, dan X3 diambil

sampel berdasarkan asal sekolah antara siswa asal SMP dan siswa asal MTs

sebanyak 30 siswa dengan siswa lulusan SMP berjumlah 15 dan siswa

lulusan MTs berjumlah 15.

D.

Instrumen Pengumpulan Data

1. Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan,

kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.5

Terdapat dua tes dalam penelitian ini, tes yang pertama dimaksudkan untuk

mengetahui kemampuan membaca Al-Quran. Tes yang kedua dimaksudkan

untuk mengetahui kemampuan penguasaan materi pendidikan agama Islam

yang telah diperoleh siswa pada suatu kegiatan belajar mengajar dalam satu

3

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 250

4

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian…, h. 250

5

(40)

kurun waktu tertentu. Jumlah soal dalam tes hasil belajar adalah 25 butir yang

berbentuk pilihan ganda dengan empat alternatif pilihan jawaban (a, b, c, dan

d). Adapun instrumen tes hasil belajar yang peneliti buat mengacu pada

[image:40.595.111.526.111.744.2]

kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 1

Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa yang Berasal dari SMP dan Siswa yang Berasal dari MTs

No Variabel Materi Indikator No. Item

1. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

1. 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna

1.1 Menyebutkan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna

1, 2, 3

1.2 Menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna

4, 5, 6

1.3 Menjabarkan 10 sifat Allah ke dalam sifat manusia 7 2. Perilaku Husnuzhan 2.1 Menyebutkan pengertian perilaku husnuzhan 8 2.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap Allah, diri sendiri dan sesama

manusia

9, 10, 11, 12 3. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Demokrasi 3.1 Menyebutkan arti Q.S. Ali Imran: 159 dan Asy-Syura: 38

13, 14, 15, 16,17

3.2 Menerapkan ilmu tajwid Q.S. Ali Imran: 159 dan Asy-Syura: 38

(41)

3.3 Menyimpulkan kandungan isi Q.S. Ali Imran: 159 dan Asy-Syura: 38

21, 20

3.4 Menjelaskan

arti demokrasi 22

4. Iman kepada Malaikat

4.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada Malaikat

23

4.2 Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat

24

4.3 Menjelaskan fungsi beriman pada malaikat

25

Jumlah Soal 25

2. Angket atau Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara

penyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula

oleh responden.6 Jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket

tertutup, yaitu angket yang telah memiliki alternatif jawaban yang tinggal

dipilih oleh responden. Angket yang disebarkan kepada responden terdiri dari

25 item pertanyaan. Kuesioner dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh informasi tentang sikap keberagamaan siswa yamg meliputi:

ketaatan beribadah, gaya hidup, dan moral siswa dengan menggunakan

aletrnatif jawaban yang disediakan yaitu:

1. Selalu, apabila pernyataannya berulang–ulang dirasakan dan tidak pernah

tidak dirasakan responden.

2. Sering, apabila pernyataannya berulang–ulang dirasakan dan pernah suatu

kali tidak dirasakan responden.

3. Kadang–kadang, apabila responden tidak dapat menentukan dengan pasti.

6

(42)

4. Tidak pernah, apabila pernyataan tersebut tidak pernah dirasakan

responden.

Adapun peskoran terhadap alternatif jawaban tersebut dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Apabila pernyataan bersifat pernyataan positif, maka penskorannya adalah:

a. Selalu diberi skor 4

b. Sering diberi skor 3

c. Kadang – kadang diberi skor 2

d. Tidak pernah diberi skor 1

2. Apabila pernyataan bersifat negatif, maka penskorannya adalah:

a. Selalu diberi skor 1

b. Sering diberi skor 2

c. Kadang – kadang diberi skor 3

d. Tidak pernah diberi skor 4

Instrumen angket yang peneliti buat mengacu pada kisi-kisi sebagai

[image:42.595.116.520.65.761.2]

berikut:

Tabel 2

Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Keberagamaan Siswa SMA antara siswa asal MTs dengan siswa asal SMP

Dimensi Indikator Nomor Butir Jumlah

(+) (-)

1. Ketaatan 1.1. Melaksanakan shalat

wajib dan sunnah 1, 2, 3 4 4

1.2. Membaca Al Quran 5 - 1

1.3. Melaksanakan puasa

Ramadhan dan sunnah 6, 7 8 3

2. Gaya

hidup 2.1 Kedisiplinan di sekolah

9, 10,

11, 12 13 5

2.2 Kedisiplinan di rumah 14, 15 16 3

3. Moral 3.1 Sopan santun dan tata krama di sekolah dan di rumah

19, 20 17,

(43)

3.2 Bersikap jujur 22 23 2

3.3 Memaafkan kesalahan

orang lain 24 - 1

3.4 Menolong sesama

teman 25 - 1

Jumlah Soal 25

3. Wawancara

Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.7 Dalam

penelitian ini, yang diwawancarai adalah guru Pendidikan Agama Islam guna

mengungkapkan data mengenai bagaimana guru memberikan layanan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan kompetensi guru dalam

mengupayakan optimalisasi prestasi siswa berdasarkan perbedaan latar

belakang sekolah.

4. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung.8 Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi

langsung yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke SMA

Darussalam Ciputat.

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

[image:43.595.114.524.76.617.2]

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik. Pada intinya, metode dokumenter adalah metode

7

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian…, h. 179

8

(44)

yang digunakan untuk menelusuri data historis.9 Dalam penelitian ini,

dokumentasinya berupa dokumentasi profil sekolah, daftar guru, karyawan

dan siswa, dan fasilitas yang dimiliki oleh SMA Darussalam.

E.

Kalibrasi Instrumen

Sebelum instrumen penelitian digunakan pada sampel, terlebih dahulu

dilakukan uji coba. Hal ini dilakukan agar kepercayaan kita kuat terhadap

data yang diperoleh dari penggunaan instrumen. Hal ini dilakukan sebelum

instrumen digunakan pada sampel penelitian.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid

apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.10 Tes

yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran

agama Islam adalah tes objektif, maka pengujian validitasnya menggunakan

rumus korelasi point biseral dengan menggunakan rumus sebagai berikut:11

r

pbi =

Q P SDt

Mt Mp

Keterangan:

r

pbi = Korelasi point biseral

Mp = Mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai peserta tes yang

menjawab betul

Mt = Mean skor total, yang berhasil dicapai oleh peserta tes

SDt = Standar deviasi dari skor

P = Proporsi test yang menjawab betul terhadap item yang sedang diuji

validitas itemnya

9

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif…, h. 144

10

Husaini Usman, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. 1, h. 287 11

(45)

Q = Proporsi test yang menjawab salah terhadap item yang sedang diuji

validitas itemnya

Kriteria pengujian:

Jika r tabel > r hitung = soal tidak valid

Jika r tabel < r hitung = soal valid

Hasil perhitungan validitas instrumen penelitian yang diujikan pada 30

siswa adalah sebagai berikut :

[image:45.595.113.521.93.720.2]

Tabel 3

Perhitungan Uji Validitas

No. Item Mp Mt SDt P Q rpbi Status

1 14.8 14.1 1,81 0.56 0.44 0.435 V

2 14.6 14.1 1,81 0.5 0.5 0.5 V

3 14.86 14.1 1,81 0.5 0.5 0.419 V

4 15.8 14.1 1,81 0.23 0.77 0.530 V

5 14.9 14.1 1,81 0.43 0.57 0.382 V

6 15.5 14.1 1,81 0.23 0.77 0.443 V

7 14.52 14.1 1,81 0.7 0.3 0.367 V

8 14.47 14.1 1,81 0.76 0.24 0.363 V 9 14.15 14.1 1,81 0.66 0.34 0.037 IN

10 14.8 14.1 1,81 0.56 0.44 0.449 V

11 14.3 14.1 1,81 0.76 0.24 0.061 IN

12 15.1 14.1 1,81 0.5 0.5 0.570 V

13 14.53 14.1 1,81 0.86 0.14 0.580 V

14 15 14.1 1,81 0.16 0.84 0.367 V

15 14.21 14.1 1,81 0.63 0.37 0.475 V 16 15.57 14.1 1,81 0.23 0.77 0.443 V

17 15.13 14.1 1,81 0.5 0.5 0.569 V

18 14.42 14.1 1,81 0.7 0.3 0.369 V

19 14.54 14.1 1,81 0.8 0.2 0.486 V

20 14.5 14.1 1,81 0.53 0.47 0.445 V

21 14.7 14.1 1,81 0.6 0.4 0.405 V

22 14.72 14.1 1,81 0.36 0.64 0.419 V

23 14 14.1 1,81 0.5 0.5 -0.05 IN

24 14.25 14.1 1,81 0.8 0.2 0.165 IN

(46)

Berdasarkan hasil uji coba kepada 30 responden yang terdiri dari 25

butir pertanyaan, maka dapat dinyatakan bahwa soal yang valid sebanyak 20

soal karena rpbi>rtabel=0.361, sedang yang tidak valid sebanyak 5 soal,

diantaranya nomor 9, 11, 23, 24, dan nomor 25 karena nilai

rpbi<rtabel=0.361.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan/keajegan alat tersebut

dalam menilai apa yang dinilainya. Uji ini dilakukan dengan rumus Kuder

Richadson atau yang dikenal dengan KR-20 yaitu:12

r

11 =

              

2

1 1 2 1 st Q P st n n Keterangan:

r

11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir soal St² = Varian total

P = Proporsi testee yang menjawab benar

Q = Proporsi testee yang menjawab salah

P1Q1 = Jumlah dari hasil perkalian antara P dan Q

Selanjutnya untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien

reliabilitas tes pada umumnya merujuk pada kriteria reliabilitas sebagai

berikut:13

0.20 – 0.40 = reliabilitas rendah

0.40 – 0.70 = reliabilitas sedang

0.70 – 0.90 = reliabilitas tinggi

0.90 – 1.00 = reliabilitas sangat tinggi

12

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), h. 254

13

(47)

Adapun hasil perhitungan reliabilitas tes hasil belajar pendidikan

agama Islam yang diujikan pada 30 siswa adalah sebagai berikut :

Dari tabel perhitungan (lihat lampiran 3) diketahui :

N = 30

312 

Xt 3364 2

Xt

PQ3.66

N Xt St

2 2

2

xt diperoleh dengan rumus :

         2 2 2 N Xt Xt xt

= 3364 -

2 30 312      

= 3364 – 108.16

= 3255.8 Selanjutnya : 5 . 108 30 8 . 3255 2

2 

 

N xt St

Akhirnya kita peroleh:

               

2 1 1 2 11 1 St Q P St n n r 0 . 1 96 . 0 05 . 1 5 . 108 66 . 3 5 . 108 1 20 20                  x

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa

reliabilitas soal tes hasil belajar pendidikan agama Islam memiliki reliabilitas

yang sangat tinggi karena 1,0 berada pada kriteria berikut:

(48)

F.

Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data-data yang diperlukan telah diperoleh, maka langkah

selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Langkah awal yaitu melakukan

pengolahan dan analisis data dari angket, tes membaca Al Quran dan tes hasil

belajar agama Islam yang telah diperoleh. Dalam mengolah data tersebut

peneliti menggunakan rumus distribusi frekuensi yaitu:14

% 100 x N

f P

Keterangan :

P = Presentase yang d

Gambar

Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Keberagamaan Siswa SMA antara
gambar maupun elektronik. Pada intinya, metode dokumenter adalah metode
Tabel 3 Perhitungan Uji Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DALAM PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD) KABUPATEN LOMBOK

Kondisi akhir yang diharapkan adalah melalui penerapan model mind mapping menggunakan media jarum perjuangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik aspek

Jika ia merasa bahwa alam semesta yang pada perkiraannya merupakan tempat ia hidup, dunia ini, tubuhnya sendiri, orang lain, para filsuf materialisme lain yang

Nilai-nilai sosial budaya dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang teridentifikasi meliputi: (1) kondisi ekonomi (2) etos kerja (3) nuansa kemiskinan (4) kondisi

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikatotor kompetensi dalam suatu

Ketut Suminta, Drs, 2000, Modul Pelatihan Geometri roda,