• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Alokasi Dana Desa (ADD) Berdasarkan Karakteristik Desa di Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Alokasi Dana Desa (ADD) Berdasarkan Karakteristik Desa di Kabupaten Dairi"

Copied!
344
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ALOKASI DANA DESA (ADD)

BERDASARKAN KARAKTERISTIK DESA

DI KABUPATEN DAIRI

TESIS

Oleh

DAUD SUHARIO LUMBAN TOBING

127018003/EP

MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS ALOKASI DANA DESA (ADD)

BERDASARKAN KARAKTERISTIK DESA

DI KABUPATEN DAIRI

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister

Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Oleh

DAUD SUHARIO L TOBING

127018003/EP

MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis

: ANALISIS ALOKASI DANA DESA (ADD)

BERDASARKAN KARAKTERISTIK DESA

DI KABUPATEN DAIRI

Nama Mahasiswa : Daud Suhario L Tobing

Nomor Pokok

: 127018003

Program Studi

: Magister Ekonomi Pembangunan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, MS)

(

Dr. Abdul Kadir, SH, MSi

Ketua

Anggota

)

Ketua Program Studi,

Dekan,

(Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Prof.Dr.Azhar Maksum,M.Ec,Ac,Ak,CA

)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal

: 21 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

:

Prof. Dr. Ramli, MS

Anggota

: 1. Dr.Abdul Kadir, SH, MSi

2. Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin, MEc

3. Prof.Dr.Ir.Setiaty Pandia

(5)

ANALISIS ALOKASI DANA DESA (ADD) BERDASARKAN

KARAKTERISTIK DESA DI KABUPATEN DAIRI

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

“ANALISIS ALOKASI

DANA DESA (ADD) BERDASARKAN KARAKTERISTIK DESA DI

KABUPATEN DAIRI”

adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah

dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi

yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juli 2014

(6)

ANALISIS ALOKASI DANA DESA (ADD) BERDASARKAN

KARAKTERISTIK DESA DI KABUPATEN DAIRI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuat simulasi perhitungan atau formula

alokasi dana desa (ADD) berdasarkan karakteristik desa di kabupaten Dairi yang

dominan, yang perlu mendapatkan pembiayaan dalam menggerakkan

perekonomian desa dan pemberdayaan masyarakat desa yang memberikan

keadilan bagi desa. Karakteristik desa yang dominan yang terdapat pada desa-desa

di kabupaten Dairi yaitu pengangguran, sarana kesehatan, pendidikan dasar,

keterjangkauan daerah, koperasi unit desa dan kepadatan penduduk. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari tahun 2010-2013 yang

bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Dairi, Dinas Pendapatan

dan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa (BPM-Pemdes), Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten

Dairi dan Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Dairi. Selain data

sekunder, Data primer juga dilakukan oleh peneliti berbentuk angket dan

melakukan wawancara langsung dan pencatatan kepada kepala desa atas

pemberian nilai bobot karakteristik desa di kabupaten Dairi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa alokasi dana desa di kabupaten Dairi belum berdasarkan

karakteristik desa yang dominan yang jadi kebutuhan setiap desa. Perhitungan

alokasi dana desa sepihak dari pemerintah kabupaten dairi menjadikan realisasi

alokasi dana desa tidak adil.

(7)

THE ANALYSIS OF ADI (VILLAGE FUND ALLOCATION), BASED

ON VILLAGE CHARACTERISTICS IN DAIRI DISTRICT

ABSTRACT

The Objective of the research was to make the simulation of calculation or

formula of ADD (Village Fund Allocation), based on the dominant village

characteristics in Dairi District which needs to obtain funds in generating village

economy and people empowerment for its even allocation. The dominant village

characteristics in every village in Dairi District are

Unemployment, Health

Facility, Reachable Area, Elementary Education, Village Unit Cooperative,

Population Density. The data consisted of secondary data in the period of

2010-2013, obtained from the BPS (Central Bureau of Statistics) of Dairi District, the

Village Assets and Finance Management and Revenues Service, BPM-Pemdes

(Village Administration and People Empowerment Board), the Social and

Manpower Service of Dairi District, and the Cooperative and Industry Service of

Dairi District. The primary data were gathered by conducting in-depth interviews

and distributing questionnaires and a set of records to the village heads on giving

the characteristic values of the village in Dairi District. The result of the research

showed that village fund allocation in Dairi District had not been based on the

dominant village characteristics which were needed by every village, the

calculation of the allocation of village funds were not evenly allocated by Dairy

City Administration so that the realization of the village fund allocation was not

evenly allocated.

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan kerinduan dan kerendahan hati, terlebih dahulu penulis

mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan

rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis Alokasi

Dana Desa (ADD) Berdasarkan Karakteristik Desa di Kabupaten Dairi”. Tesis ini

disusun untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi

Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Untuk itu pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima

kasih sebagai rasa hormat atas dukungan ataupun dorongan melalui perhatian

(bimbingan moril) dan materil serta doa bagi penulis kepada Ayahanda tercinta

Humehe P Lumban Tobing dan Ibunda tercinta Flora Sianturi, serta nenek tercinta

Tinne Ria Hutahaean, dan Kakak Bintang, Kakak Endang, Bang Paul, dan Adik

Rutmana yang saya kasihi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. Ramli, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

2.

Bapak Dr. Abdul Kadir, SH,MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

3.

Bapak Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin, M.Ec, Ibu Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia dan

Bapak Dr. Rahmanta, M. Si selaku komisi pembanding atas saran dan kritik

yang diberikan.

4.

Bapak Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin, M.Ec, selaku Ketua Program Studi

Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

5.

Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp. A(K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

(9)

7.

Sahabat Terkasih Christina Panjaitan dan teman-teman Mahasiswa Magister

Ekonomi Pembangunan angkatan dua puluh tiga (MEP-23) yang telah

memberikan saran dan juga kritikan.

8.

Seluruh pegawai di lingkungan Badan Pusat Statsitik, Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Asset, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintah Desa, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial dan Dinas Perdagangan,

Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Dairi atas bantuan dan kerjasama yang

diberikan selama ini.

9.

Kementrian Pendidikan dan Kementrian Luar Negeri bekerjasama dengan

Universitas Sumatera Utara yang telah memberiakan Beasiswa Unggulan bagi

Penulis dan Semua Kepala Desa (161 Kepala Desa) di Kabupaten Dairi

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangaN dan jauh

dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermafaat kepada seluruh

pembaca. Akhirnya kepada Allah Bapa jualah penulis berserah diri karena Dia-lah

Yang Maha Sempurna dan Maha Mengetahui. Amin.

Medan, 2014

Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Daud Suhario Lumban Tobing

Tempat/ Tanggal Lahir

: Sidikalang, 11 September 1986

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Agama

: Kristen Protestan

Status

: Belum Menikah

Pekerjaan

: Pegawai Negeri Sipil

Nama Orang Tua

Ayah

: Humehe Lumban Tobing

Ibu

: Flora Boru Sianturi

Alamat

: JL. Damai No. 64 Sidikalang Kabupaten Dairi

Pendidikan

1.

Tahun 1993-1999 : SD Negeri 034782 Sidikalang

Kabupaten Dairi

2.

Tahun 1999-2002 : SMP Negeri 2 Sidikalang

Kabupaten Dairi

3.

Tahun 2002-2005 : SMA Negeri 1 Sidikalang

Kabupaten Dairi

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...

i

ABSTRACT ...

ii

KATA PENGANTAR ...

iii

RIWAYAT HIDUP ...

v

DAFTAR ISI ...

vi

DAFTAR TABEL ...

ix

DAFTAR GAMBAR ...

xi

DAFTAR LAMPIRAN ...

xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang Masalah ...

1

1.2. Perumusan Masalah ...

10

1.3. Tujuan Penelitian ...

11

1.4. Manfaat Penelitian ...

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

12

2.1. Desa ...

12

2.1.1. Sejarah Desa ...

12

2.1.2. Pengertian Desa ...

14

2.1.3. Karakteristik Desa ...

16

2.1.4. Dasar Hukum Berdirinya Desa ...

20

2.1.5. Pembentukan dan Perubahan Status Desa ...

21

2.1.6. Ruang Lingkup Desa ...

22

2.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ...

24

2.3. Keuangan Desa ...

26

2.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) ...

27

2.5. Alokasi Dana Desa (ADD) ...

30

2.5.1. Latar Belakang Alokasi Dana Desa ...

30

2.5.2. Dasar Hukum Alokasi Dana Desa ...

31

2.5.3. Pedoman Alokasi Dana Desa Dari Pemerintah

Kabupaten/Kota Kepada Pemerintah Desa ...

32

2.5.4. Tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) ...

33

2.5.5. Penyusunan Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota

Tentang Alokasi Dana Desa (ADD) ...

33

2.5.6. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)

... 34

2.5.7. Mekanisme Penyaluran Alokasi Dana Desa (ADD) .

35

2.5.8. Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) ...

35

2.5.9. Pelaporan Alokasi Dana Desa (ADD) ...

36

2.5.10. Pengawasan Alokasi Dana Desa (ADD) ...

37

2.5.11. Organisasi Pengelola Alokasi Dana Desa (ADD) ...

38

(12)

2.7. Penduduk ...

42

2.8. Koperasi ...

43

2.9. Penelitian Terdahulu ...

45

2.10. Kerangka Konseptual Penelitian ...

49

BAB III METODE PENELITIAN ...

52

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ...

52

3.2. Runtun Waktu ...

53

3.3. Jenis Dan Sumber Data ...

53

3.4. Pengolahan Data ...

53

3.5. Metode Analisis ...

53

3.5.1. Penentuan Variabel Independen ...

54

3.5.2. Penentuan Bobot Variabel ...

57

3.5.3. Penentuan Koefisien Variabel ...

59

3.5.4. Penghitungan Bobot Desa ...

60

3.5.5. Penggunaan Rumus Alokasi Dana Desa (ADD) ...

61

3.5.6. Analisis Simulasi ...

62

3.6. Defenisi Operasional Variabel ...

66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...

68

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Dairi ...

68

4.1.1. Luas dan letak ...

71

4.2. Kependudukan ...

71

4.3. Pendidikan ...

73

4.4. Kesehatan ...

75

4.5. Keterjangkauan Daerah ...

76

4.6. Pengangguran ...

76

4.7. Koperasi Unit Desa (KUD) ...

78

4.8. Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi ...

79

4.9. Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Dairi ...

81

4.9.1. Alokasi Dana Desa (ADD) Realisasi

Kabupaten Dairi Tahun 2010 ...

85

4.9.2. Alokasi Dana Desa (ADD) Realisasi

Kabupaten Dairi Tahun 2011 ...

87

4.9.3. Alokasi Dana Desa (ADD) Realisasi

Kabupaten Dairi Tahun 2012 ...

90

4.9.4. Alokasi Dana Desa (ADD) Realisasi

Kabupaten Dairi Tahun 2013 ...

92

4.10. Analisis Simulasi Alokasi Dana Desa (ADD)

di Kabupaten Dairi ...

95

4.11. Analisis Simulasi I Alokasi Dana Desa (ADD)

Kabupaten Dairi Tahun 2010 ...

96

4.12. Analisis Simulasi II Alokasi Dana Desa (ADD)

Kabupaten Dairi Tahun 2010 ...

98

4.13. Analisis Simulasi III Alokasi Dana Desa (ADD)

Kabupaten Dairi Tahun 2010 ...

99

(13)

4.15. Analisis Simulasi II Alokasi Dana Desa (ADD)

Kabupaten Dairi Tahun 2011 ... 104

4.16. Analisis Simulasi III Alokasi Dana Desa (ADD)

Kabupaten Dairi Tahun 2011 ... 106

4.17. Analisis Simulasi I Alokasi Dana Desa (ADD)

Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 110

4.18. Analisis Simulasi II Alokasi Dana Desa (ADD)

Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 111

4.19. Analisis Simulasi III Alokasi Dana Desa (ADD)

Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 113

4.20. Analisis Simulasi I Alokasi Dana Desa (ADD)

Kabupaten Dairi Tahun 2013 ... 116

4.21. Analisis Simulasi II Alokasi Dana Desa (ADD)

Kabupaten Dairi Tahun 2013 ... 118

4.22. Analisis Simulasi III Alokasi Dana Desa (ADD)

Kabupaten Dairi Tahun 2013 ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 125

5.1. Kesimpulan ... 125

5.2. Saran ... 126

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2012 di Kabupaten Dairi ...

6

3.1 Kriteria Pembobotan ...

58

3.2 Pemberian bobot nilai oleh kepala desa terhadap

karakteristik desa Kabupaten Dairi ...

59

3.3 Kriteria Pembobotan Karakteristik Desa ...

63

3.4 Angka Bobot dengan Simulasi pertama ...

63

3.5 Angka Bobot dengan Simulasi kedua ...

64

3.6 Angka Bobot dengan Simulasi Ketiga ...

65

3.7 Angka Bobot dengan simulasi I, II, III ...

65

4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan

di Kabupaten Dairi Tahun 2013 ...

69

4.2 Jumlah Desa Menurut Kecamatan di Kabupaten Dairi ...

71

4.3 Kepadatan Penduduk berdasarkan Kecamatan

di Kabupaten Dairi Tahun 2013 ...

72

4.4 Jumlah Penduduk Usia 7-12 tahun Menurut

Status Pendidikan dan Kecamatan Tahun 2013 ...

74

4.5 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan

di Kabupaten Dairi Tahun 2013 ...

75

4.6 Jarak Kecamatan ke Ibukota Kabupaten ...

77

4.7 Jumlah Pengangguran Menurut Kecamatan

Tahun 2013 di Kabupaten Dairi ...

78

4.8 Jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) perkecamatan

di Kabupaten Dairi Tahun 2013 ...

79

4.9. Dana Perimbangan Kabupaten Dairi Tahun 2010 -2013 ...

81

4.10. Total Anggaran Alokasi Dana Desa Kabupaten

Dairi Tahun 2010-2013 ...

81

4.11. Belanja Pegawai Kabupaten Dairi Tahun 2010-2013 ...

82

4.12. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Realisasi Terkecil dan Terbesar per Kecamatan Tahun 2010

Kabupaten Dairi ...

86

4.13. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Realisasi Terkecil dan Terbesar per Kecamatan Tahun 2011

Kabupaten Dairi ...

88

4.14. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Realisasi Terkecil dan Terbesar per Kecamatan Tahun 2012

Kabupaten Dairi ...

91

4.15. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Realisasi Terkecil dan Terbesar per Kecamatan Tahun 2013

Kabupaten Dairi ...

93

(15)

4.17. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Terkecil dan Terbesar Simulasi dua (2) perKecamatan

Kabupaten Dairi Tahun 2010 ...

98

4.18. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Terkecil dan Terbesar Simulasi tiga (3) perKecamatan

Kabupaten Dairi Tahun 2010 ... 100

4.19. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Terkecil dan Terbesar Simulasi satu (1) perKecamatan

Kabupaten Dairi Tahun 2011 ... 103

4.20. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Terkecil dan Terbesar Simulasi dua (2) perKecamatan

Kabupaten Dairi Tahun 2011 ... 104

4.21. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Terkecil dan Terbesar Simulasi tiga (3) perKecamatan

Kabupaten Dairi Tahun 2011 ... 107

4.22. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Terkecil dan Terbesar Simulasi satu (1) perKecamatan

Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 110

4.23. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Terkecil dan Terbesar Simulasi dua (2) perKecamatan

Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 112

4.24. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Terkecil dan Terbesar Simulasi tiga (3) perKecamatan

Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 113

4.25. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Terkecil dan Terbesar Simulasi satu (1) perKecamatan

Kabupaten Dairi Tahun 2013 ... 117

4.26. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Terkecil dan Terbesar Simulasi dua (2) perKecamatan

Kabupaten Dairi Tahun 2013 ... 118

4.27. Perbandingan Desa Penerima Alokasi Dana Desa (ADD)

Terkecil dan Terbesar Simulasi tiga (3) perKecamatan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ...

50

4.1 Peta Kabupaten Dairi ...

69

4.2 Luas Wilayah Kabupaten Dairi ...

70

4.3 Kepadatan Penduduk Kabupaten Dairi Tahun 2013 ...

73

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1

Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Dairi Tahun 2010 ... 131

2

Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Dairi Tahun 2011 ... 136

3

Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 141

4

Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Dairi Tahun 2013 ... 146

5

Karakteristik Desa di Kabupaten Dairi Tahun 2010 ... 151

6

Karakteristik Desa di Kabupaten Dairi Tahun 2011 ... 156

7

Karakteristik Desa di Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 161

8

Karakteristik Desa di Kabupaten Dairi Tahun 2013 ... 166

9 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi I 2010 ... 171

10 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi II 2010 ... 180

11 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi III 2010 ... 189

12 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi I 2011 ... 198

13 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi II 2011 ... 207

14 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi III 2011 ... 216

15 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi I 2012 ... 224

16 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi II 2012 ... 233

17 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi III 2012 ... 241

18 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi I 2013 ... 250

19 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi II 2013 ... 259

20 Perhitungan Alokasi Dana Desa (ADD) Simulasi III 2013 ... 268

21 Hasil Pemberian (Bobot Nilai) Oleh Kepala Desa

terhadap Karakteristik Desa Kabupaten Dairi... 277

22 Rekapitulasi Pemberian Bobot Nilai oleh Kepala Desa terhadap

Karakteristik Desa Kabupaten Dairi ... 280

(18)

DAFTAR SINGKATAN

ADD

= Alokasi Dana Desa

ADDM

= Alokasi Dana Desa Minimal

ADDP

= Alokasi Dana Desa Proporsional

Ap

= Angka Bobot Pengangguran

Ask

= Angka Bobot Sarana Kesehatan

Akd

= Angka Bobot Keterjangkauan Daerah

Apd

= Angka Bobot Pendidikan Dasar (usia 7-12 tahun

yang tidak bersekolah)

Akud

= Angka Bobot Koperasi Unit Desa

Akp

= Angka Bobot Kepadatan Penduduk

APBD

= Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBDesa

= Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

BD

= Bobot Desa

BOS

= Bantuan Operasional Sekolah

BPD

= Badan Permusyawaratan Desa

BPKD

= Badan Pengelola Keuangan Daerah

BPS

= Badan Pusat Statistik

BPU

= Balai Pengobatan Umum

BKIA

= Balai Kesehatan Ibu dan Anak

DAU

= Dana Alokasi Umum

DIPPEKA

= Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset

DISNAKERSOS

= Dinas Tenaga Kerja dan Sosial

DISPERINDAGKOP

= Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

DPRD

= Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

KUD

= Koperasi Unit Desa

PAD

= Pendapatan Asli Daerah

PASIMAS

= Program Sanitasi Air Bersih Masyarakat

PNPM

= Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

POSYANDU

= Pos Pelayanan Terpadu

POSKESDES

= Pos Kesehatan Desa

POLINDES

= Pondok Bersalin Desa

PUSKESMAS

= Pusat Kesehatan Masyarakat

PUSTU

= Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu

SD

= Sekolah Dasar

SKPD

= Satuan Kerja Perangkat Daerah

SMP

= Sekolah Menengah Pertama

(19)

ANALISIS ALOKASI DANA DESA (ADD) BERDASARKAN

KARAKTERISTIK DESA DI KABUPATEN DAIRI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuat simulasi perhitungan atau formula

alokasi dana desa (ADD) berdasarkan karakteristik desa di kabupaten Dairi yang

dominan, yang perlu mendapatkan pembiayaan dalam menggerakkan

perekonomian desa dan pemberdayaan masyarakat desa yang memberikan

keadilan bagi desa. Karakteristik desa yang dominan yang terdapat pada desa-desa

di kabupaten Dairi yaitu pengangguran, sarana kesehatan, pendidikan dasar,

keterjangkauan daerah, koperasi unit desa dan kepadatan penduduk. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari tahun 2010-2013 yang

bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Dairi, Dinas Pendapatan

dan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa (BPM-Pemdes), Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten

Dairi dan Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Dairi. Selain data

sekunder, Data primer juga dilakukan oleh peneliti berbentuk angket dan

melakukan wawancara langsung dan pencatatan kepada kepala desa atas

pemberian nilai bobot karakteristik desa di kabupaten Dairi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa alokasi dana desa di kabupaten Dairi belum berdasarkan

karakteristik desa yang dominan yang jadi kebutuhan setiap desa. Perhitungan

alokasi dana desa sepihak dari pemerintah kabupaten dairi menjadikan realisasi

alokasi dana desa tidak adil.

(20)

THE ANALYSIS OF ADI (VILLAGE FUND ALLOCATION), BASED

ON VILLAGE CHARACTERISTICS IN DAIRI DISTRICT

ABSTRACT

The Objective of the research was to make the simulation of calculation or

formula of ADD (Village Fund Allocation), based on the dominant village

characteristics in Dairi District which needs to obtain funds in generating village

economy and people empowerment for its even allocation. The dominant village

characteristics in every village in Dairi District are

Unemployment, Health

Facility, Reachable Area, Elementary Education, Village Unit Cooperative,

Population Density. The data consisted of secondary data in the period of

2010-2013, obtained from the BPS (Central Bureau of Statistics) of Dairi District, the

Village Assets and Finance Management and Revenues Service, BPM-Pemdes

(Village Administration and People Empowerment Board), the Social and

Manpower Service of Dairi District, and the Cooperative and Industry Service of

Dairi District. The primary data were gathered by conducting in-depth interviews

and distributing questionnaires and a set of records to the village heads on giving

the characteristic values of the village in Dairi District. The result of the research

showed that village fund allocation in Dairi District had not been based on the

dominant village characteristics which were needed by every village, the

calculation of the allocation of village funds were not evenly allocated by Dairy

City Administration so that the realization of the village fund allocation was not

evenly allocated.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada sistem pemerintahan yang ada dan berlaku saat ini, desa mempunyai peran

yang strategis dan penting dalam membantu pemerintah daerah dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pembangunan. Semua itu dilakukan

sebagai langkah nyata pemerintah daerah dengan kemandiriannya dalam

mendukung pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya. Pembangunan pedesaan

mempunyai peranan penting dalam konteks pembangunan nasionl karena

mencakup bagian terbesar wilayah nasional. Sekitar 65 % penduduk Indonesia

bertempat tinggal di daerah pedesaan (Rahardjo Adisasmita, 11:2006). Oleh

karena itu, pembangunan masyarakat pedesaan harus terus ditingkatkan melalui

pengembangan kemampuan sumberdaya manusia yang ada di pedesaan sehingga

kreativitas dan aktivitasnya dapat semakin berkembang serta kesadaran

lingkungannya semakin tinggi.

(22)

(APBD) untuk pembangunan wilayah pedesaan, yakni dalam bentuk Alokasi

Dana Desa (ADD).

Desa sebagai ujung tombak pemerintahan dalam hirarki susunan pemerintahan di

negara Indonesia juga mengemban amanat otononomi sebagai konsekuensi

pelaksanaan otonomi daerah yang mulai diberlakukan semenjak tahun 1999.

Dalam upaya peningkatan peran pemerintahan desa dalam memberikan pelayanan

dasar kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat maka pemerintahan desa

perlu didukung dana dalam melaksanakan tugas-tugasnya baik di bidang

pemerintahan maupun bidang pembangunan.

(23)

Pada saat ini, pembangunan desa masih banyak bergantung dari pendapatan asli

desa dan swadaya masyarakat yang jumlah maupun sifatnya tidak dapat diprediksi

demikian halnya terjadi di Kabupaten Dairi. Dengan adanya peraturan pemerintah

nomor 72 tahun 2005 tentang Desa sangat jelas mengatur tentang pemerintahan

desa, termasuk di dalamnya tentang kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi

oleh pemerintah kabupaten untuk merumuskan dan membuat peraturan daerah

tentang Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai bagian dari kewenangan fiskal desa

untuk mengatur dan mengelola keuangannya. Untuk melaksanakan kewenangan

tersebut, pemerintah desa memiliki sumber-sumber penerimaan yang digunakan

untuk membiayai kegiatan yang dilakukan. Hal yang penting untuk diperhatikan

adalah adanya kepastian untuk pembiayaannya.

Dengan bergulirnya dana-dana perimbangan tersebut melalui Alokasi Dana Desa

(ADD) harus menjadikan desa benar-benar sejahtera. Untuk itu, seharusnya

proses tranformasi ke arah pemberdayaan desa terus dilaksanakan dan didorong

semua elemen untuk menuju Otonomi Desa.

(24)

Dasar hukum Alokasi Dana Desa (ADD) ini yaitu Undang-Undang nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan pemerintah nomor 72 tahun

2005 tentang Desa, Peraturan menteri dalam negeri nomor 37 tahun 2007 tentang

pengelolaan keuangan desa, Surat edaran menteri dalam negeri Nomor 140/640/SJ

tanggal 22 maret tahun 2005 tentang pedoman alokasi dana desa dari pemerimtah

Kabupaten/Kota kepada pemerintah Desa, Surat edaran menteri dalam negeri

nomor 140/286/SJ tanggal 17 tahun 2006 perihal pelaksanaan alokasi dana desa

dan Surat edaran menteri dalam negeri nomor 140/1784/2006 tanggal 3 oktober

tahun 2006 perihal atas tanggapan pelaksanaan alokasi dana desa (ADD) dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Menindaklanjuti peraturan tersebut, Pemerintah Kabupaten Dairi telah

merealisasikan kebijakan pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) kepada setiap

desa. Hal ini mengingat bahwa desa yang dulunya sebelum melaksanakan

pembangunan hanya mendapat bantuan keuangan yang terbatas dan

pengelolaannya masih sangat sentralistis oleh satuan instansi pemerintahan, akan

tetapi setelah kebijakan alokasi dana desa diberlakukan sekarang ini, desa

mendapatkan alokasi anggaran yang cukup besar dan pengelolaannya dilakukan

secara mandiri, sehingga keraguan terhadap kemampuan desa secara internal

untuk mengelola alokasi dana tersebut masih dipertanyakan.

(25)

ini menunjukkan bahwa fungsi desa telah didudukkan sebagai komponen

pelaksana pembangunan yang sangat penting. Pengelolaan keuangan desa pun

menjadi wewenang desa yang mesti terjabarkan dalam peraturan desa (Perdes)

tentang anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes). Dengan sumber

pendapatan yang berasal dari pendapatan asli desa seperti dari hasil usaha desa,

hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotongroyong, dan

lain-lain pendapatan asli desa yang sah. Selanjutnya bagi hasil pajak daerah

Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari

retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa, dan bagian dari dana

perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota

untuk Desa paling sedikit 10%, yang pembagiannya untuk setiap Desa secara

proporsional yang merupakan Alokasi Dana Desa (ADD).

(26)

Dari data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Masyarakata Desa

(BAPPEMAS) diketahui bahwa Alokasi dana desa di Kabupaten Dairi tahun 2012

tersebar pada 15 Kecamatan dengan jumlah 161 desa. Pengalokasian Dana Desa

di Kabupaten Dairi dibagi dalam dua tahap. Jumlah keseluruhan alokasi dana desa

pada 161 desa di 15 Kecamatan di Kabupaten Dairi sebesar Rp.16.804.484.000

(enam belas milyard delapan ratus empat juta empat ratus delapan puluh empat

ribu rupiah) dengan perincian alokasi untuk tahap I sebesar Rp.8.402.242.000

(delapan milyard empat ratus dua juta dua ratus empat puluh dua ribu rupiah) dan

tahap II sebesar Rp. 8.402.242.000 (delapan milyard empat ratus dua juta dua

ratus empat puluh dua ribu rupiah).

Tabel 1.1. Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2012 di Kabupaten Dairi

No Nama Kecamatan

Alokasi Dana

Desa Tahap I

(Rupiah)

Alokasi Dana

Desa Tahap II

(Rupiah)

Jumlah

(Rupiah)

1

Sidikalang

313.924.700

313.924.700

627.849.400

2

Silima Pungga Pungga

842.189.000

842.189.000

1.684.378.000

3

Siempat Nempu

667.299.400

667.299.400

1.334.598.800

4

Tigalingga

743.457.400

743.457.400

1.486.914.800

5

Tanah Pinem

928.213.550

928.213.550

1.856.427.100

6

Parbuluan

542.125.350

542.125.350

1.084.250.700

7

Pegagan Hilir

698.459.900

698.459.900

1.396.919.800

8

Siempat Nempu Hulu

624.148.900

624.148.900

1.248.297.800

9

Siempat Nempu Hilir

564.022.800

564.022.800

1.128.045.600

10 Gunung Sitember

404.301.350

404.301.350

808.602.700

11 Berampu

251.500.650

251.500.650

503.001.300

12

Sitinjo

152.639.100

152.639.100

305.278.200

13 Sumbul

942.703.000

942.703.000

1.885.406.000

14 Silahisabungan

239.300.150

239.300.150

1.885.406.000

15

Lae Parira

487.956.750

487.956.750

975.913.500

Total

8.402.242.000

8.402.242.000

16.804.484.000

Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten

Dairi

(27)

pusat ibu kota kecamatan. Adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki setiap desa

di Kabupaten Dairi tentunya menjadi ukuran atau tolak ukur bagi pemerintah

daerah dalam memberikan alokasai dana desa pada desa di Kabupaten Dairi. Hal

ini juga menjadi acuan atau dasar bagi pemerintah Kabupaten Dairi dalam

menghitung Alokasi Dana Desa (ADD) sesuai dengan rumus yang telah diatur di

dalam Surat edaran menteri dalam negeri nomor 140/640/SJ tanggal 22 maret

tahun 2005 perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten/Kota

kepada Pemerintah Desa. Sehingga ada perbedaan alokasi dana desa pada

desa-desa di Kabupaten Dairi. Namun apakah sudah sesuai penilaian tersebut dengan

karakteristik yang menonjol dan yang dibutuhkan setiap desa yang menjadi acuan

alokasi dana desa sesuai peraturan pemerintah yang dilakukan pemerintah

Kabupaten Dairi. Sehingga tidak ada desa yang merasakan ketidak adilan yang

berujung pada pemberdayaan masyarakat desa dan pembangunan wilayah desa

yang berbeda di desa-desa di Kabupaten Dairi.

(28)

sarana kesehatan yang jumlahnya banyak malah sedikit menerima alokasi dana

desa dibanding desa yang memiliki sarana kesehatan yang sedikit. Sehingga pihak

desa sering mempertanyakan bagaimana Pemerintah Daerah menghitung besaran

anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) khususnya terhadap alokasi dana desa

proporsional”.

Selain itu, menurut pendapat kepala desa hutarakyat Hasiholan ujung,

mewakili beberapa pendapat kepala desa yang memiliki pernyataan yang sama,

“bahwa cara perhitungan alokasi dana desa tidak dimerngerti dan tidak diberikan

kejelasan secara terperinci tentang penetapan karakteristik desa dan pemberian

nilai bobot karakteristik desa, desa hanya tinggal menerima jumlah alokasi dana

desa”. Hal ini juga yang menjadi batasan masalah yang akan penulis teliti.

(29)

teknologi tepat guna, perbaikan kesehatan dan pendidikan dan pengembangan

sosial budaya. Adanya perbedaan nilai alokasi dana desa di setiap desa di

Kabupaten Dairi tentu akan menjadikan pembangunan desa di desa-desa di

Kabupaten dairi akan berbeda.

Evaluasi dan pengawasan atas pengelolaan dan penyaluran Alokasi Dana

Desa pada desa di Kabupaten Dairi ini perlu dilakukan, karena dari hasil evaluasi

tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan terhadap

perencanaan dan pelaksanaaan kegiatan serta sebagai dasar untuk memperbaiki

kinerja pada masa yang akan datang. Selain dairi sisi penganggaran, Menurut

pendapat Hotlan Situmorang, Kepala seksi pemberdayaan masyarakat desa

Bappemas Kabupaten Dairi, “bahwa jika dilihat dari sisi pertanggungjawaban,

pihak desa belum mampu menyusun laporan pertanggungjawaban alokasi dana

desa, sehingga sering mendapat bantuan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat

dan pemerintahan Desa. Partisipasi masyarakat dairi tentunya sangat diperlukan

dalam pengawasan Alokasi Dana Desa (ADD) ini, apa memang sudah tepat

sasaran sebagaimana tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pembangunan desa

di Kabupaten Dairi. Untuk itu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,

khususnya pembangunan pedesaan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa

(ADD) di Kabupaten Dairi, perlu didukung suatu studi evaluasi kinerja sebagai

bagian terpadu dengan sistem perencanaan dan manajemen pembangunan daerah

yang pro rakyat.

(30)

desa-desa atau karakteristik apa yang perlu mendapat bantuan anggaran dari setiap desa-desa

Kabupaten Dairi. Sehingga memberikan keadilan dalam hal penyaluran alokasi

dana desa (ADD) pada setiap desa di Kabupaten Dairi. Simulasi dalam penelitian

ini tetap berpedoman pada surat edaran menteri dalam negeri nomor 140/640/SJ

tanggal 22 maret 2005 perihal pedoman alokasi dana desa dari pemerintah

Kabupaten/Kota kepada pemerintah desa dan jumlah keseluruhan alokasi dana

desa tetap dan tidak diubah. Hal ini sangat perlu sebagai pedoman bagi

pemerintah Kabupaten Dairi dalam menyalurkan alokasi dana desa pada setiap

desa pada tahun berikutnya.

Berdasarkan penjelasan dan pernyataan-pernyataan masalah yang ada, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkannya dalam sebuah

judul tesis yaitu

"Analisis Alokasi Dana Desa (ADD) Berdasarkan

Karakteristik Desa di Kabupaten Dairi”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas,

maka dapat diidentifikasi suatu rumusan masalah sebagai berikut :

(31)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui Alokasi Dana Desa (ADD) simulasi berdasarkan karakteristik

desa yang menjadi kebutuhan desa pada desa-desa di Kabupaten Dairi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Sebagai sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu pengetahuan juga bagi

mahasiswa dan peneliti lainnya yang ada kaitannya dengan Alokasi Dana

Desa (ADD).

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Desa

2.1.1. Sejarah Desa

Desa di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Mr. Herman Warner

Muntinghe, seorang Belanda anggota Raad van Indie pada masa penjajahan

kolonial Inggris, yang merupakan pembantu Gubernur Jenderal Inggris yang

berkuasa pada tahun 1811 di Indonesia. Dalam sebuah laporannya tertanggal 14

Juli 1817 kepada pemerintahnya disebutkan tentang adanya desa-desa di

daerah-daerah pesisir utara Pulau Jawa. Dan dikemudian hari ditemukan juga desa-desa

di kepulauan luar Jawa yang kurang lebih sama dengan desa yang ada di Jawa

(Soetardjo, 1984:36).

(33)

Setidaknya ada tiga alasan pokok dari semula orang-orang membentuk

masyarakat adalah (Kartohadikoesoemo, 1965): (1) untuk hidup, yaitu mencari

makan, pakaian dan perumahan; (2) untuk mempertahankan hidupnya terhadap

berbagai ancaman dari luar; dan (3) untuk mencapai kemajuan dalam hidupnya.

Desa pertanian merupakan gejala desa pertama-tama dibentuk, setelah membuka

hutan dan mengolah lahan untuk ditanami tumbuhan yang menghasilkan makanan

dan bahan kebutuhan lainnya. Di tepi laut dan sungai-sungai besar terbentuk

desa-desa perikanan dan pelayaran (masyarakat pesisir) yang mendapat pencahariannya

dari menangkap ikan, tambak dan jasa pelayaran.

Fakta sejarah menunjukan bahwa dari abad ke abad desa telah berkembang

menjadi kesatuan hukum yang melindungi kepentingan bersama atas

penduduknya dilindungi dan dikembangkan menurut ketentuan hukum adat

setempat. Hukum itu memuat dua hal, yaitu: (1) hak untuk mengurus daerahnya

sendiri, yang kemudian dikenal istilah “hak otonomi”, dan (2) hak memilih kepala

desanya sendiri. Di masa lalu hak otonomi itu mencakup banyak aspek, seperti

hukum kekerabatan, hukum waris, hukum tanah, hukum perdata, dan hukum

pidana pun termasuk di dalamnya. Antara otonomi desa di Jawa, Madura, dan

Bali dengan desa lain bias saja berbeda, misalnya di Sumatera Barat dikenal

istilah desa ini dengan wilayah “nagari” yang mempunyai hukum adat yang

berbeda dalam hal hak otonomi tersebut. (sumardjo, 2010).

(34)

tradisional juga sering terbentuk terkait dengan keberadaan sumber air atau

sumber-sember pencaharian lainnya, seperti pertambangan, pertambakan, dan

sebagainya. Kadang-kadang alasan terbentuknya desa tercantum dalam nama

desa, dari nama desa dapat diketahui alasan terbentuknya suatu masyarakat desa

tertentu (Kartohadikoesoemo, 1965).

Sejak diberlakukannya otonomi daerah Istilah desa dapat disebut dengan

nama lain, misalnya di

dengan istilah gampong, di

dengan istila

Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain

sesuai dengan karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah

satu pengakuan dan penghormatan Pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat

setempat.

2.1.2. Pengertian Desa

(35)

Menurut defenisi umum, desa adalah sebuah aglomerasi permukiman di

wilayah perdesaan (Hardjatno, 2007). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian

wilayah administrative di bawah Kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa.

Menurut Poerwadarminta (1976) Desa adalah sekelompok rumah di luar kota

yang merupakan kesatuan, kampong (di luar kota) dusun atau udik (dalam arti

daerah pedalaman sebagai lawan dari kota). Beradasarkan Undang-Undang nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, di mana Desa atau yang disebut

dengan nama lain (selanjutnya disebut desa), adalah kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Desa adalah sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan,

kampong (di luar kota); dusun atau udik (dalam arti daerah pedalaman sebagai

lawan dari kota) (Poerwadarminta, 1976). Desa merupakan suatu daerah hukum

yang merupakan wilayah masyarakat hokum terbentuk atas dasar ikatan tertentu,

antara lain: (1) bentuk genealogis, (2) bentuk “teritorial” dan (3) bentuk campuran

keduanya.

(36)

lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa.

Pengakuan Desa dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 18B ayat 1

dan 2, serta dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah nomor 32 tahun 2004,

di mana Desa atau yang disebut dengan nama lain (selanjutnya disebut desa),

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini kemudian

ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa

dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

2.1.3. Karakteristik Desa

(37)

dikembangkan adalah berproduksi untuk kepentingan hidup diri mereka sendiri

dan pemenuhan penduduk desa itu sendiri. Kebudayaan produksi bukan

mengubah alam akan tetapi mengadaptasi alam. Artinya apa yang di dalam alam

sekitarnya itulah sumber kehidupan mereka. Karakter sistem sosialnya bersifat

komunal. Ikatan antar hubungan personal dan pemilikan diatur atas dasar

pemilikan komunal. Contoh jelas akan hal ini adalah tanah, adat. Bagi desa yang

belum mengenal ekonomi uang, aktivitas ekonominya dilakukan dengan cara

barter (susetiawan, 2010).

Desa merupakan bentukan dan pengembangan konsep asli bangsa

Indonesia, meskipun ada kemiripan dengan desa di India yang bernuansa Hindu.

Kehidupan masyarakat desa terikat pada nilai-nilai budaya asli yang sudah

diwariskan secara turun menurun dan melalui proses adaptasi yang sangat panjang

dari interaksi intensif dengan perubahan lingkungan biofisik masyarakat. Kearifan

lokal merupakan salah satu aspek karakteristik masyarakat, yang terbentuk

melalui proses adaptasi yang kondusif bagi kehidupan masyarakat, sehingga

nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seyogianya dipahami sebagai dasar dalam

pembangunan pertanian dan pedesaan (sumardjo,2010).

(38)

Pada tahun 1952 (Hadikoesoemo, 1965) terkait dengan desa terungkap

bahwa norma-norma daerah hukum masyarakat itu menurut hukum adat: (1)

berhak mempunyai wilayah sendiri yang ditentukan oleh batas-batas yang sah, (2)

berhak mengurus dan mengatur pemerintahan dan rumah tangganya sendiri, (3)

berhak mengangkat pimpinan atau majelis pemerintahannya sendiri, (4) berhak

memiliki harta benda dan sumber keuangannya sendiri, (5) berhak atas tanahnya

sendiri, (6) berhak memungut pajak sendiri. Atas dasar prinsip-prinsip tersebut

terdapat keberagaman hukum asli di masing-masing desa yang tersebar di seluruh

nusantara ini. Di Sumatera Barat misalnya, ada nagari yang mempunyai tata

aturan adat yang khas, demikian juga di tempat lain.

Desa mengandung sejumlah kearifan-kearifan lokal (local wisdom) yang

apabila dicermati nilai yang terkandung dalam kearifan tersebut maka dapat

menjadi suatu kekuatan untuk beradaptasi dengan lingkungan dimana suatu

masyarakat berdomisili di suatu wilayah desa. Kearifan tersebut dapat dicermati

dari aturan-aturan, norma, tata krama/ tata susila, bahasa, kelembagaan, nama dan

gelaran, teknologi yang digunakan (konstruksi rumah, tata letak rumah, teknik

irigasi, teknik pengolahan tanah dan peralatannya, teknik membuat jalan/

jembatan, teknik perahu dan sebagainya). Sekiranya nilai (value) yang terkandung

di dalam aspek-aspek tersebut diperhatikan dalam pengembangan teknologi di era

modern ini, meski menggunakan bahan yang mungkin berbeda, maka keserasian

lingkungan dan daya adaptasi tampaknya menjadi tetap tinggi.

(39)

mengetahui arti pentingnya alat yang dipunyai. Meskipun infrastuktur perdesaan

banyak ditemui di desa, pertanyaannya apakah infrastuktur yang ada telah

dipahami arti pentingnya bagi kehidupan masyarakat perdesaan. Data statistik

tentangnya seperti jalan desa, gedung SD, Polindes (Poliklinik Desa), kantor

pemerintah desa, kendaraan umum dan infrastuktur lainnya, dapat ditemukan

dengan mudah. Jika dilihat dari jumlah yang ada maka penyebaran infrastuktur

tidak merata antardesa di Jawa, apalagi dibandingkan dengan desa di luar Jawa.

Pembangunan infrastuktur buka sekedar ada dan menyebarkan secara merata

tentang pengadaannya, akan tetapi perlu analisis infrastuktur mana yang paling

penting bagi desa dengan tipologi tertentu, seberapa besar jumlah yang harus

dibutuhkan (susetiawan,2010).

Infrastuktur pendidikan perdesaan seperti gedung SD harus menjadi

perhatian utama. Kurang nya gedung SD dan kalau toh ada kualitas bangunan

yang ada sangat buruk mudah rusak bahkan ambruk. Dalam waktu yang singkat

barangkali Jawa tidak banyak membutuhkan infrastuktur itu, akan tetapi

bagaimana pemeliharaan infrastuktur tersebut. Luar Jawa keadaanya tidak hanya

pada pengadaan infrastuktur bangunan gedung sekolah akan tetapi tenaga

pengajar akan siap melayani pendidikan di pelosok desa pedalaman jauh lebih

penting untuk diperhatikan.

(40)

lain yang berada di luar Jawa juga tidak bisa dilihat secara kuantitatif semata akan

tetapi juga harus dilihat dari sifat kualitatif penyelenggaraan kesehatan dan gizi.

Keadaan seperti itu perlu dilihat lebih teliti desa mana yang mengalami tingkat

kesehatan rendah dan kekurangan gizi. Bagi masyarakat desa yang telah menetap

lama sebagai masyarakat desa persoalan ini sudah tidak menjadi persoalan serius.

Karakteristik wilayah perdesaan sangat berbeda tipologinya baik

karakteristik sosial budaya, keadaan infrasturkur yang ada, keadaan di wilayah

perdesaan, tingkat kesehatan dan gizi sampai dengan karakteristik kondisi

kemiskinannya. Tipologi desa seharusnya mempertimbangkan keadaan yang

berbeda antar masyarakat di Jawa antara Jawa dan luar Jawa. Kerumitan tipologi

dan karakteristik ini tidak mungkin digeneralisasikan dalam proses pembangunan.

Oleh sebab itu, desentralisasi menjadi prinsip utama dalam proses pembangunan

agar pembangunan lebih cepat untuk menjawab kebutuhan masyarakat perdesaan

(susetiawan, 2010).

2.1.4. Dasar Hukum Berdirinya Desa

Berikut merupakan dasar hukum berdirinya desa :

1. Undang-Undang Repubklik Indonesia Nomor 5 tahun 1979

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai

kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan

berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

(41)

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan

asal-usul dan adat istiadat setempat

yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.1.5. Pembentukan dan Perubahan Status Desa

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul

desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa

sebagaimana harus memenuhi syarat :

(42)

c. Bagian wilayah kerja;

d. Perangkat desa; dan

e. Sarana dan prasarana pemerintahan.

Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian

desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau

lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Pemekaran dari satu

desa menjadi dua desa atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit

5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan desa.

Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi

persyaratan dapat dihapus atau digabung. Perubahan status desa menjadi

kelurahan memperhatikan persyaratan:

a. Luas wilayah;

b. Jumlah penduduk;

c. Prasarana dan sarana pemerintahan;

d. Potensi ekonomi; dan

e. Kondisi sosial budaya masyarakat.

Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari

pegawai negeri sipil.

2.1.6. Ruang Lingkup Desa

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:

a.Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;

(43)

c.Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota;

d.Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang undangan

diserahkan kepada desa.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang

diserahkan pengaturannya kepada Desa adalah urusan pemerintahan yang secara

langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.

Penyelengaraan Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan BPD.

Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa

terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Perangkat Desa lainnya

terdiri atas :

a. Sekretariat desa;

b. Pelaksana teknis lapangan;

c. Unsur kewilayahan.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berkedudukan sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga,

pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka

masyarakat lainnya. BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala

desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) mempunyai wewenang:

a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa;

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan

kepala desa;

(44)

d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa;

e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan danmenyalurkan aspirasi

masyarakat; dan

f. Menyusun tata tertib BPD.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai hak :

a. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa;

b. Menyatakan pendapat.

2.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran merupakan variabel penting dalam mendukung kualitas kinerja

pemerintah, mencerminkan kemampuan keuangan yang dimiliki daerah. Karena

itu anggaran sebagai satu di antara indikator penting untuk mengukur tingkat

pertumbuhan ekonomi secara makro di daerah, maka format anggaran mesti

disusun berdasarkan kemampuan dan kebutuhan obyektif (Pheni chalid, 2005).

(45)

dipakai untuk memotivasi para pegawai dan alat bagi semua unit kerja dalam

mengkoordinasikan semua aktivitas (Mardiasmo, 2002).

APBD memiliki posisi strategis bagi kemampuan keuangan pemerintah

daerah, seperti halnya portofolio suatu perusahaan yang mencerminkan

performance kinerja perusahaan. Oleh karena itu penyusunan arah dan kebijakan

umum APBD merupakan bagian dari upaya pencapain visi, misi, tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstrada, Rencana Strategis Daerah

(Kuntandi, 2002). Tingkat pencapaian yang direncanakan dalam satu tahun

anggaran menunjukkan tahapan dan perkembangan tingkat pencapaian yang

diharapkan pada rencana jangka panjang dan jangka menengah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana

keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun

anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai

dengan tanggal 31 Desember. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

terdiri atas:

1.

Anggaran pendapatan, terdiri atas

a.

b.

Bagia

c.

Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah ata

(46)

3.

Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

2.3. Keuangan Desa

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa, Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai

dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan

dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa

didanai dari anggaran pendapatan dan belanja desa, bantuan pemerintah dan

bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang

diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari anggaran pendapatan dan

belanja daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh

pemerintah desa didanai dari anggaran pendapatan dan belanja negara. Sumber

pendapatan desa terdiri atas :

a. Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil

swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli

desa yang sah;

b. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per

seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan

bagi desa;

(47)

pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi

dana desa;

d. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

2.4. Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APBDesa)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APB Desa ) terdiri atas bagian

pendapatan Desa, belanja Desa dan pembiayaan. Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja (APB Desa) dibahas dalam musyawarah perencanaan

pembangunan desa. Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa. Pedoman penyusunan

APB Desa, perubahan APB Desa, perhitungan APB Desa, dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa ditetapkan dengan Peraturan

Bupati/Walikota.

Penyelenggaraan pemerintah desa yang output nya berupa pelayanan public,

pembangunan, dan perlindungan masyarakat harus disusun perencanaannya setiap

tahun dan dituangkan dalam APBDesa. Dalam APBDesa inilah terlihat apa yang

akan dikerjakan pemerintah desa dalam tahun berjalan.

(48)

Tanpa APBDesa, pemerintah desa tidak dapat melaksanakan program dan

kegiatan pelayanan publik. Berikut Struktur APBDesa :

a.

Pendapatan Desa

Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa

yang merupakan hak desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak perlu dibayar

kembali oleh desa. Pendapatan desa terdiri atas:

1)

Pendapatan asli desa (PADesa)

2)

Bagi hasil pajak kabupaten/ kota

3)

Bagian dari retribusi kabupaten/ kota

4)

Alokasi dana desa (ADD)

5)

Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/ kota, dan desa lainnya

6)

Hibah

7)

Sumbangan pihak ketiga

b.

Belanja desa

Belanja desa meliputi semua pengeluaran dan rekening desa yang merupakan

kewajiban desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa terdiri atas:

1)

Belanja langsung yang terdiri atas:

a)

Belanja pegawai

b)

Belanja barang dan jasa

c)

Belanja modal

(49)

b)

Belanja subsidi

c)

Belanja hibah (pembatasan hibah)

d)

Belanja bantuan social

e)

Belanja bantuan keuangan

f)

Belanja tak terduga

c.

Pembiayaan Desa

Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan

atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan

desa terdiri dari:

1)

Penerimaan pembiayaan, yang mencakup:

a)

Sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya

b)

Pencairan dana cadangan

c)

Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan

d)

Penerimaan pinjaman

2)

Pengeluaran pembiayaan yang mencakup:

a)

Pembentukan dana cadangan

b)

Penyertaan modal desa

(50)

2.5. Alokasi Dana Desa (ADD)

2.5.1. Latar Belakang Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa merupakan salah satu bentuk hubungan keuangan antar

tingkat pemerintahan yaitu hubungan keuangan antara pemerintahan Kabupaten

dengan pemerintahan desa. Untuk dapat merumuskan hubungan keuangan yang

sesuai maka diperlukan pemahaman mengenai kewenangan yang dimiliki

pemerintah desa. Penjabaran kewenangan desa merupakan implementasi program

desentralisasi dan otonomi. Dengan adanya desentralisasi dan otonomi desa maka

desa memerlukan pembiayaan untuk menjalankan kewenangan yang dilimpahkan

kepadanya. Pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan wujud dari

pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan Otonomi Desa agar tumbuh dan

berkembang mengikuti pertumbuhan dari Desa itu sendiri berdasarkan

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan

mayarakat.

(51)

BPKKAD akan menyalurkan alokasi dana desa langsung dari kas daerah ke

rekening desa. Mekanisme pencairan alokasi dana desa dalam APBDesa

dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi

daerah kabupaten/ kota.

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaan nya bersumber dari ADD

dalam APBDesa sepenuhnya dilakukan oleh tim pelaksana desa dengan mengacu

pada peraturan bupati/ wali kota. Penggunaan anggaran alokasi dana desa adalah

sebesar 30% untuk belanja aparatur dan operasional pemerintah desa, sebesar 70%

untuk biaya pemberdayaan masyarakat. Belanja pemberdayaan masyarakat

digunakan untuk:

a)

Biaya perbaikan sarana public dalam skala kecil

b)

Penyertaan modal usaha masyarakat melalui badan usaha milik desa

(BUMDesa)

c)

Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan

d)

Perbaikan lingkungan dan pemukiman

e)

Teknologi tepat guna

f)

Perbaikan kesehatan dan pendidikan

g)

Pengembangan social budaya

h) Kegiatan lain yang dianggap penting

2.5.2. Dasar Hukum Alokasi Dana Desa

a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;

(52)

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Desa;

d. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/640/SJ Tanggal 22 Maret

2005 perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten/Kota

kepada Pemerintah Desa ;

e. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/286/SJ Tanggal 17 Pebruari

2006 perihal Pelaksanaan Alokasi Dana Desa ;

f. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/1784/2006 Tanggal 3

Oktober 2006 perihal Tanggapan atas Pelaksanaan ADD;

2.5.3. Pedoman Alokasi Dana Desa Dari Pemerintah Kabupaten/Kota

Kepada Pemerintah Desa

Landasan Pemikiran Alokasi Dana Desa sebagai berikut :

1. Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Daerah memiliki kewenangan membuat

kebijakan-kebijakan tentang desa, terutama dalam memberi pelayanan, peningkatan

peran serta, peningkatan prakarsa dan pemberdayaan masyarakat desa yang

ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat.

2. Undang Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa keseluruhan

belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel. 3.1. Kriteria Pembobotan
Tabel. 4.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Dairi
Gambar.4.2. Luas Wilayah Kabupaten Dairi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Desa (PADesa), Dana Desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD), dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Desa (PADesa), Dana Desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD), dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi (BHPR)

Dalam tulisan ini telah dipaparkan mengenai Analisis Pengelolaan Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD)Studi pada Wilayah Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo

Hasil penelitian ini menunjukan Akuntabilitas dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Kaliamok, Kecamatan Malinau Utara, Kabupaten Malinau hal ini tidak terlepas dari

Pendapat diatas, menjelaskan ketidak responnya Kepala Desa Tinggede Selatan terhadap alokasi dana ADD, disebabkan karena pihak Kecamatan yang menyusun RAPBDes,

Pelaksanaan pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Segodorejo dan Desa Ploso Kerep dapat dikatakan cukup baik. Meskipun kadangkali dalam pelaporan

Pendapat diatas, menjelaskan ketidak responnya Kepala Desa Tinggede Selatan terhadap alokasi dana ADD, disebabkan karena pihak Kecamatan yang menyusun RAPBDes,

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa ADD dalam pencapaian Good Government Governance di Desa Bone Kecamatan Bajeng