• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam Peningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Jayakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam Peningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Jayakarta)"

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan dalam Rangka Penyelasaian Studi Strata-1 untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Faoziah

108017000073

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Matematis Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Jayakarta).

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep, Komunikasi Matematis

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Jayakarta tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1). Mengkaji dan menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining dengan Peta Konsep, (2). Mengkaji dan menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, (3). Membandingkan kemampuan komunikasi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang pembelajarannnya mengunakan model pembelajaran konvensional. Indikator kemampuan komunikasi yang diukur dalam penelitian ini yaitu: (a) Written text, (b). Drawing, (c). Mathematical Expression. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan rancangan peneliian two group randomized subject posttes only. Sampel penelitian ini berjumlah 80 siswa yang terdiri dari 40 siswa pada kelas eksperimen dan 40 siswa pada kelas kontrol yang diperoleh dengan teknik cluster random sampling.

Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil t-hitung 2,19 dan t-tabel pada taraf sinifikansi  0,05sebesar 1,99, maka t-hitung > t-tabel. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep lebih tinggi secara signifikan dari pada kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

(6)

ii

Cooperative Learning Methods Student Facilitator and Explaining (SFE) with Concept Maps Model to Improve Student Mathematical Communication Skills. (Quasi Experiments in SMP Jayakarta )

Key Words: Cooperative Learning Methods Student Facilitator and Explaining (SFE) with Concept Maps Model, Mathematical Communication

This research was conducted in SMP Jayakarta academic year 2012/2013. The Purpose of this research is to: (1). Review and analyze students mathematical communication skills who are taught with kind of classroom Cooperative learning teaching Methods Student Facilitator and Explaining(SFE) with Concept Maps model, (2). Review and analyze students mathematical communication skills who are taught with kind of classroom conventional learning model, (3). Comparing the students mathematical communication skills use the Cooperative learning teaching Methods Student Facilitator and Explaining (SFE) with Concept Maps model with the students mathematical communication skills use kind of classroom conventional learning model. Indicators the students mathematical communication skills measured in this research namely: (a). Written Text, (b). Drawing. (c). Mathematical Expression. The method used in this research is quasi experiment with two-group randomized subject posttes only. The sample of this study consisted of 80 students consisting of 40 students on class experiment and 40 students on class control obtained by clusters random sampling technique.

Based on test hypotheses by using t-test obtained the result t-count 2,19 and t-table in standard significance 0,05 of 1,99, so t-count > t-table . This shows that the students mathematical communication skills who are taught with Cooperative Learning Methods Student Facilitator and Explaining (SFE) with Concept Maps Model to Improve Student Mathematical Communication Skills who are taught with conventional use the model of learning.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

ﻳﺤﺭﻟﺍﻦ ﺤﺭﻟﺍﷲﺍ ﺳﺑ

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat, hidayat dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, kesungguhan hati, perjuangan, doa, dan semangat dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr.Tita Khalis Maryati,M.kom selaku Dosen Penasihat Akademik dan selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi dan semangat dalam membimbing penulisan selama ini. 5. Bapak Abdul Muin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

(8)

iv

penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan.

8. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

9. Kepala Sekolah SMP Jayakarta, Bapak Wasis Sasmito Adi, M.pd , yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10.Seluruh dewan guru SMP Jayakarta , khususnya Bapak Ahmad Yani, S.Pd, selaku guru matematika yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian ini. Serta siswa dan siswi SMP Jayakarta, khususnya kelas VII-1 dan VII -2.

11.Teristimewa untuk orangtuaku tercinta, mamah siti habibah dan Bapak Wasdi yang telah memberikan kasih sayang yang tiada terkira serta tiada henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Kedua nenek dan kakek yang senantiasa mendoakan cucu tersayangnya. Adikku tersayang Agus Salim, Andi Irawan dan Achmad Fauzi yang telah memberikan do’a dan semangat, serta seluruh keluarga yang menjadi kekuatan bagi penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.

12.Sahabat-sahabatku tercinta Mika A Fianti, Hilwati tyas A, Nok Yeni yang telah setia membagi kebersamaan dalam suka dan duka, serta teruntuk Siti hasanah, Doni, Firman, Nina, Isna, Siska, Euis ,Eka , ka Nina dan teteh Tian serta anak-anak kosan Al-Barkah 2, terimakasih atas ketersediannya dalam memberikan dukungan, kasih sayang serta perhatian kepada penulis.

(9)

v

persatu. Terima kasih atas kebersamaannya selama di bangku perkuliahan, serta dukungan semangat dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis. 14.Sahabat-sahabat LDK yang selama ini ini mendukung yaitu Bunyanah,

Mimin, ka Eva, ka Dimyati, Ka Wahid dan lain-lain yangtidak bias disebutkan satu persatu

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-mudahan semua bantuan, semangat, dukungan, bimbingan, masukan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis menjadi berkah dan rahmat dari Allah SWT. Amin yaa robbal’alamin.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 27 September 2013

(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II: KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretik 1. Komunikasi Matematis... 8

a. Kemampuan Komunikasi matematis ... 8

b. Indikator kemampuan komunikasi matematis ... 11

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 13

b. Urgensi Pembelajaran Kooperatif ... 16

c. Metode Student Facilitator and Explaining dengan Peta Konsep ... 17

d. Langkah-langkah dan Desain Metode Student Facilitator and Explaining (SFE)……….. 20

(11)

vii

B. Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 25

D. Pengajuan Hipotesis ... 27

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Metode dan Desain Penelitian ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 30

a. Validitas ... 32

b. Tingkat Kesukaran Soal... 33

c. Daya Beda... 34

4. Reliabilitas ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 39

1. Uji Prasyarat Analisis ... 39

a. Uji Normalitas ... 39

b. Uji Uji Homogenitas (Kesamaan Dua Varians)... 41

2. Pengujian Perbedaan Dua Rata-rata... 41

G. Hipotesis Statistik ... 45

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 46

1. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 46

2. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol 48

3. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 53

B. Analisis Data . ... 55

1. Uji Prasyarat Analisis ... 55

a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 55

(12)

viii

c. Uji Homogenitas ... 56

2. Pengujian Hipotesis ... 57

C. Pembahasan ... 59

D. Keterbatasan Penelitian ... 74

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Metode Pembelajaran SFE ... 22

Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian ………. 29

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Uji Coba Kemampuan komunikasi Matematis Siswa...………... 31

Tabel 3.3 Kriteria Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis siswa ... 32

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 34

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 35

Tabel 3.6 Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 35

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Kemampuan Komunikasi Matematik ... 36

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ... 38

Tabel 4.1 Rekapitulasi Statistik Deskriptif Posttest kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 47

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas eksperimen ... 48

Tabel 4.3 Rekapitulasi Statistik Deskriptif Posttest kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 49

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 50

Tabel 4.5 Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 51

Tabel 4.6 Persentase Rata-rata Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 53

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data ... 56

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data ... 57

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aspek-aspek Kemampuan Komunikasi Matematis... 11 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 27 Gambar 4.1 Kurva Perbandingan Nilai Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 52 Gambar 4.2 Grafik Persentase Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 54 Gambar 4.3 Kurva Uji Perbedaan Data pada Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 58 Gambar 4.4 Peta Konsep yang Dibuat Pada Proses Pembelajaran ... 61 Gambar 4.5 Kegiatan Siswa Saat Menjelaskan Materi dengan Peta Konsep.. 61 Gambar 4.6 Suasana Berdiskusi Saat Proses Pembelajaran ... 62 Gambar 4.7 Contoh Ke-1 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Pada Indikator Written Text Pada Kelas Kontrol ... 63 Gambar 4.8 Contoh Ke-1 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Pada Indikator Written Text Pada Kelas Eksperimen . 64 Gambar 4.9 Contoh Ke-2 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Pada Indikator Written Text Pada Kelas Kontrol ... 64 Gambar 4.10 Contoh Ke-2 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Pada Indikator Written Text Pada Kelas Eksperimen . 65 Gambar 4.11 Contoh Ke-1 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Pada Indikator Drawing Pada Kelas Kontrol... 66 Gambar 4.12 Contoh Ke-1 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Pada Indikator Drawing Pada Kelas Eksperimen... 67 Gambar 4.13 Contoh Ke-2 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Pada Indikator Drawing Pada Kelas Kontrol... 68 Gambar 4.14 Contoh Ke-2 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

(15)

xi

Gambar 4.15 Contoh Ke-3 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Indikator Drawing Pada Kelas Kontrol... 70 Gambar 4.16 Contoh Ke-2 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Pada Indikator Drawing Pada Kelas Eksperimen... 70 Gambar 4.17 Contoh Ke-1 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Pada Indikator Mathematical Ekspression Pada Kelas Kontrol ... 72 Gambar 4.18 Contoh Ke-1 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Pada Indikator Mathematical Ekspression Pada Kelas Eksperimen ... 72 Gambar 4.19 Contoh Ke-2 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Pada Indikator Mathematical Ekspression Pada Kelas Kontrol ... 73 Gambar 4.20 Contoh Ke-2 Untuk Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi

(16)

xii

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 83

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 114

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 136

Lampiran 5 Instrumen Test Uji Coba Kemampuan Komunikasi Matematis ... 151

Lampiran 6 Hasil Validitas Instrumen ... 153

Lampiran 7 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen... 154

Lampiran 8 Hasil Uji Daya Beda Soal ... 155

Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 157

Lampiran 10 Perhitungan Validitas, Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda dan Reliabilitas Soal ... 158

Lampiran 11 Kisi-Kisi Soal Instrumen ... 162

Lampiran 12 Soal Instrumen ... 164

Lampiran 13 Jawaban Instrumen Soal ... 166

Lampiran 14 Kriteria Pedoman Penskoran ... 169

Lampiran 15 Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen ... 170

Lampiran 16 Nilai Posttest Siswa Kelas Kontrol ... 171

Lampiran 17 Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 172

Lampiran 18 Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ... 181

Lampiran 19 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 190

Lampiran 20 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 193

Lampiran 21 Uji Homogenitas ... 196

Lampiran 22 Uji Hipotesis ... 197

Lampiran 23 Uji Referensi ... 199

Lampiran 24 Tabel Uji Chi Square ... 203

Lampiran 25 Tabel Uji Homogenitas ... 205

(17)
(18)

1 A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang ada dalam tiap tingkatan sekolah, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan sekolah yang lainnya yang setingkat. Keberadaan matematika di tiap tingkat sekolah karena matematika memegang peranan penting dalam ilmu pengetahuan, sehingga siswa di tingkat sekolah harus mempelajari matematika.

Salah satu tujuan umum pembelajaran matematika pada intinya adalah agar siswa memiliki kemampuan-kemampuan/kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran matematika. Salah satu kompetensi matematika yaitu penguasaan komunikasi (Communicational fluency).1 Kemampuan komunikasi perlu diperhatikan dalam pembelajaran matematika sebab kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam menghadapi masalah, khususnya masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan berkomunikasi, siswa dapat lebih memahami simbol-simbol dan informasi yang ada di dalam pembelajaran khususnya matematika.

Kenyataan di lapangan, menunjukkan bahwa tujuan tersebut belum tercapai.Terlihat dari rendahnya hasil belajar matematika siswa dalam ulangan harian (lampiran 1), dimana dalam soal tersebut terdapat 3 buah butir soal yang mengukur kemampuan komunikasi matematis yaitu soal nomor 1,4 dan 5. Rata-rata kemampuan komunikasi matematika dari hasil yang diperoleh hanya mencapai 35% dimana pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa masih sangat rendah.

Hal ini didukung oleh hasil laporan dari PISA (Ranking by Mean Score for Reading, Mathematics and Science) 2009 bahwa rata-rata skor matematika siswa di Indonesia yaitu 371 jauh di bawah rata-rata skor international, dan berada pada

1

(19)

negara peserta TIMSS, peserta didik Indonesia berada pada urutan ke-38 untuk matematika. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007.3

Ada beberapa hal yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam pembelajaran matematika.Wahyudin mengemukakan bahwa siswa memiliki lima kelemahan dalam belajar matematika antara lain: kurang memiliki pengetahuan materi prasyarat yang baik, kurang memiliki kemampuan untuk memahami serta mengenali konsep-konsep dasar matematika yang berkaitan dengan bahasan yang sedang dibicarakan, kurang memiliki kemampuan dan ketelitian dalam menyimak dan mengenali sebuah persoalan atau soal-soal matematika yang berkaitan dengan pokok bahasan tertentu, dan kurang memiliki kemampuan nalar yang logis dalam menyelesaikan persoalan atau soal-soal matematika.4

Menurut keterangan di atas menunjukkan kemampuan komunikasi matematis siswa perlu mendapatkan perhatian untuk lebih dikembangkan dalam upaya mengurangi kelemahan-kelemahan tersebut. Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan untuk mengemukakan ide atau gagasan dengan cara atau bahasa sendiri.

Menurut Suhendra, Seseorang dapat berkomunikasi bila ia telah dapat melakukan beberapa hal antara lain:Memberikan alasan terjadi atau tidak terjadinya sesuatu, baik secara induktif maupun deduktif ; menafsirkan sesuatu hal berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya sebelumnya ; menyatakan ide atau gagasan , baik secara lisan, tulisan, maupun dengan peragaan atau demontrasi.5

2

OECD PISA, “Rank ing by Mean Score for Reading, Mathematic and Science”,2009, (http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/pisa2009/pisa2009keyfindings.htm) 29 November 2012, 12:18

3

International Association for the Evaluation of Educational Achievement Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), 2011, h. 7

(http://www.eqao.com/pdf_e/12/TIMSS_Ontario_Report_2011)

4

Gusti Satriawati, “Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan k omunik asi Matematika Siswa SMP”, dalam ALGORITMA, Vol. I, No. 1, Tahun 2006,h. 103

5

(20)

pelajaran yang diberikan namun tidak mengetahui penggunaan pengetahuan yang telah didapatnya. Siswa kesulitan menentukan langkah awal apa yang seharusnya dilakukan dari informasi yang terdapat dalam soal.

Informasi yang telah diperoleh dari soal tersebut pun tidak dimodelkan dalam bentuk matematika berupa notasi, gambar, grafik dan aljabar. Sehingga siswa merasa sulit jika diminta guru menjelaskan kembali secara sistematis berupa bahasa atau simbol matematika. Hal tersebut memperlihatkan kurangnya kemampuan komunikasi matematis siswa.

Berdasarkan hal di atas, untuk mengantisipasi masalah tersebut berkelanjutan maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa yaitu pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga siswa mampu mengkomunikasikan pemikirannya dengan baik melalui media.

Salah satunya upaya tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode student facilitator and explaining (SFE) dengan Peta Konsep. Pembelajaran secara kooperatif dalam teori konstruktivisme, dapat digunakan untuk siswa paham tentang suatu konsep dan ide yang lebih jelas apabila mereka terlibat langsung dalam pembinaan baru.6 Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi satu sama lain, baik interaksi dengan sesama siswa maupun dengan guru.

McKeachie dalam David berpendapat bahwa Siswa yang mengajari siswa lainnya adalah metode pengajaran yang paling efektif untuk begitu banyak tujuan, konten, dan siswa dari berbagai tingkatan dan kepribadian.7Salah satu tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan mata pelajaran, dan dalam penguasaan pelajaran matematika yaitu salah satunya kemampuan komunikasi matematis.

6

Isjoni, Cooperative Learning Mengembangk an Kemampuan Belajar Berk elompok (Bandung: Alfabeta)h.33

7

(21)

dari teacher centered menjadi student centered. Pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara aktif akan menyebabkan siswa dapat menggunakan kemampuan matematikanya secara optimal dalam menyelesaikan masalah matematika.

Pembelajaran matematika tidak hanya sekedar learning to know, melainkan juga harus learning to do, learning to be , dan learning to live together sesuai yang dikatakan UNESCO dalam Utari Sumarmo.8Untuk memperoleh pengetahuannya, siswa mengumpulkan informasi kemudian mengolah dan menjelaskan informasi yang didapat secara matematis. Guru harus membangun komunitas dimana para siswa merasa bebas mengekspresikan ide mereka dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas salah satunya berkomunikasi.

Metode Student Facilitator and Explaining (SFE) merupakan suatu metode dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnya. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan materi, memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya baik melalui bagan atau peta konsep maupun yang lainnya, guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa sekaligus memberikan penjelasan singkat, evaluasi, dan penutup.

Peta konsep merupakan diagram yang menunjukan hubungan antara konsep-konsep yang mewakili pembelajaran.Peta konsep juga merupakan salah satu bagian dari organisasi strategi yang bertujuan membantu pelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan organisasi baru dimana konsep dirumuskan sebagai bermacam-macam rumusan9

8

Utari Sumarmo, Rujuk an Filsafat, Teori dan Prak sis Ilmu Pendidik an, (Bandung: UPI Press,2007) h. 681-682

9

(22)

dalam pikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut tentunya dengan bantuan media yaitu peta konsep sehingga siswa dapat lebih mudah mengingat apa yang telah dipelajari.

Pada penelitian yang dibuat oleh peneliti pada langkah Student Facilitator and Explaining disini yaitu pada tahap guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya yaitu melalui peta konsep. Peta konsep merupakan media yang paling praktis dan menarik dalam mengungkapkan ide-ide atau gagasan tentang materi yang sedang dipelajari. Dengan demikian proses pembelajaran matematika yang menerapkan metode student facilitator and explaining dengan peta konsep diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian secara teoritik dan praktik dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematis”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

a. Siswa hanya menerima pelajaran yang diberikan namun tidak mengetahui penggunaan pengetahuan yang telah didapatnya.

b. Siswa merasa sulit jika diminta guru menjelaskan kembali secara sistematis berupa bahasa atau simbol matematika

(23)

maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Bertolak pada identifikasi

masalah dibatasi sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode student facilitator and explaining (SFE) dengan Peta

Konsep.

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang dimaksud adalah

kemampuan komunikasi matematis dalam bentuk tertulis, yang

meliputi Written text, Drawing, dan Mathematical expression.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif metode Student

Facilitator and Explaing (SFE) dengan Peta konsep?

2. Bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional?

3. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif metode Student Facilitator and Explaing (SFE) lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka

yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif metode Student

Facillitator and Explaining dengan Peta Konsep dan pembelajaran

(24)

metode Student Facillitator and Explaining dengan Peta Konsep

dengan pembelajaran konvensional.

F. Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Bagi Guru

Bagi guru khususnya guru mata pelajaran matematika, dapat dijadikan

referensi dalam mengembangkan pembelajaran kooperatif metode

student facillitor and explaining (SFE) dengan Peta Konsep

2. Bagi Penulis

Sebagai pedoman sekaligus menambah pengetahuan tentang

pembelajaran kooperatif metode student facillitator and explaining

(SFE) dengan peta konsep pada mata pelajaran matematika dalam

mempersiapkan diri menjadi seorang pendidik profesional.

3. Bagi Siswa

Melatih siswa untuk lebih menguasai dan memahami permasalahan

matematika dengan mengembangkan kemampuan komunikasi

matematika.

4. Bagi Sekolah

Bagi sekolah yang diteliti, agar dapat meningkatkan mutu pendidikan

di sekolah tersebut.

5. Bagi pembaca

Bagi pembaca agar dapat dijadikan suatu kajian yang menarik untuk

(25)

8 A. Deskripsi Teoritik

Deskripsi teoritik adalah gambaran tentang hal-hal yang akan ditulis oleh peneliti berkaitan tentang aspek-aspek dalam penelitian ini. Adapun hal-hal yang akan diulas yaitu mengenai kemampuan komunikasi matematis, pembelajaran kooperatif metode Student Facilitator and explaining (SFE) dengan peta konsep , pembelajaran konvensional, penelitian yang relevan,kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

1. Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang penting dan menjadi tujuan dalam pembelajaran matematika. Adapun untuk lebih memperjelas maka disini penulis mengulas tentang apa itu kemampuan komunikasi dan indikator apa saja yang termasuk kemampuan komunikasi matematis.

a. Kemampuan Komunikasi matematis

Komunikasi mempunyai peran yang sangat penting di dalam interaksi antara peserta dengan fasilitator karena interaksi ini berarti ada pengiriman dan penerimaan pesan-pesan secara interaktif dan terus menerus.“Pesan-pesan itu dapat berbentuk lisan maupun tulisan, dapat bersifat verbal maupun nonverbal, dalam arti bahwa simbol-simbol yang telah disepakati tidak diucapkan tetapi disampaikan melalui cara/alat selain kata-kata dan mempunyai makna yang dipahami oleh keduannya”.1

Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa inggris, communicate, berarti; menceritakan, menyampaikan, bertukar pikiran, membuat tahu informasi, dan membuat sama. Hal ini sejalan dengan Gustri Satriawati yang menyatakan

(26)

didiskusikan dan diubah”.2

Penguasaan komunikasi menurut Suhendra adalah kemampuan untuk mengemukakan ide atau gagasan dengan cara atau bahasa sendiri. Seseorang dapat berkomunikasi bila ia telah dapat melakukan beberapa hal, antara lain: memberikan alasan terjadi atau tidak terjadnya sesuatu; menafsirkan sesuatu hal berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya dan menyatakan ide atau gagasan, baik lisan,tulisan maupun dengan demonstrasi.3

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah sebuah kemampuan dalam menyampaikan pesan, gagasan, ide, atau informasi sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki melalui bahasa baik secara lisan maupun tulisan guna untuk memperjelas pemahaman. Pemahaman siswa dalam proses belajar akan lebih optimal jika siswa tersebut terlibat aktif dalam mengkomunikasikan tentang apa yang diketahuinya atau pengalaman pengetahuannya.

Pada umumnya, seseorang akan mengerti maksud dan tujuan orang lain dalam menyampaikan pesan jika orang tersebut menggunakan bahasa. Bahasa tersebut berupa lambang atau simbol serta tanda. Matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk menentukan pola, atau menyelesaikan masalah. Namun, matematika juga dipandang sebagai bahasa karena didalamnya terkandung simbol-simbol atau lambang-lambang untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.

Matematika merupakan sebuah cara mengungkapkan atau menerangkan dengan cara tertentu.4 Dalam hal ini yang dipakai dalam bahasa matematika ialah dengan menggunakan simbol-simbol. Matematika juga sebagai wahana

2Gusni Satriawati, Pembelajaran dengan pendek atan Open Ended untuk Meningk atk an Pemahaman dan Kemampuan Komunik asi Matematik a Siswa SMP, dalam ALGORITMA, Vol. 1, No. 1, Tahun 2006, hal.109

3Suhendra, Pengembangan Kurik ulumdan Pembelajaran Matematik a, (Jakarta: Universitas terbuka,2007) modul 7.22

4 Fadjar shadiq, Penalaran,Pemecahan mMasalah, Dan Komunik asi Dalam

(27)

NCTM menyarankan agar komunikasi difokuskan pada tugas-tugas matematika yang bermakna. Guru seharusnya mengidentifikasi dan menggunakan tugas-tugas yang berkaitan penting dengan ide matematika, dapat diselesaikan dengan berbagai metode, memenuhi banyak contoh, dan memberikan kepada siswa untuk mengartikan, menyelidiki, dan melakukan perkiraan/dugaan.5

Beberapa faktor yang perlu di perhatikan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa, antara lain:6

1) Pengetahuan Prasyarat (Prior Kowledge).

Pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai akibat proses belajar sebelumnya.

2) Kemampuan membaca, diskusi dan menulis.

Dalam komunikasi matematika, kemampuan membaca, diskusi dan menulis dapat membantu siswa memperjelas pemikiran dan dapat mempertajam pemahaman. Diskusi dan menulis adalah dua aspek penting dari komunikasi untuk semua level.

3) Pemahaman Matematika (mathematical knowledge).

Merujuk pada pengertian komunikasi matematis di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan atau menyampaikan gagasan atau ide-ide matematika (mathematical thingking) sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa melalui bahasa yang baik dan benar dalam bentuk lisan maupun tulisan guna untuk memperjelas pemahaman serta siswa dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan yang menuntut untuk diselesikan secara matematis.

Siswa menguasai komunikasi matematis maka siswa akan terbiasa memberikan jawaban suatu permasalahan dengan bahasa sendiri secara teratur dan konkrit. Selain itu, siswa mampu menumbuhkan percaya diri dalam proses pembelajaran karena terbiasa membangun sendiri pengetahuan didalam fikiran.

5

NCTM, Principles and standards for School Mathematics,(Reston VA: The NCTM,2000) h. 227-228

(28)

Bagan 2.1

Aspek-aspek Kemampuan Komunikasi Matematis7

Pembelajaran harus dapat membantu siswa dalam mengkomunikasikan ide matematika melalui aspek komunikasi matematis sesuai dengan bagan di atas, sebagaimana dikatakan Baroody dalam Algoritma, yaitu:8 (1)Merepresentasikan yaitu menunjukkan kembali suatu ide atau suatu masalah dalam bentuk baru. (2) Mendengar yaitu dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga yang kemudian memberi respon terhadap apa yang didengar. (3)Membaca merupakan kegiatan kompleks. Dengan membaca seseorang dapat memahami ide yang dikemukakan orang lain lewat tulisan dan mentransformasikannya secara lisan baik eksplisit maupun implisit. (4) Berdiskusi merupakan tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan dan kesimulan). (5) Menulis merupakan Kegiatan menulis matematik lebih ditekankan pada mengekspresikan ide-ide matematik.

Ada beberapa indikator dalam kemampuan komunikasi matematis yang dapat dicermati. Indikator digunakan sebagai dasar dalam penilaian, Sebagaimana yang tertera dalam standar kurikulum NCTM bahwa indikator kemampuan

7

Ibid. 8

Ibid.

Mathematical Communication

Talking

Reading, Listening, Discussing,

Sharing

Writing

Written Text, Drawing, Mathematica

(29)

mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainnya; kemampuan dalam menggunakan notasi matematika untuk menyajikan ide-ide berupa model matematika.

Pendapat lain yang dikemukakan Fadjar shadiq mengenai indikator komunikasi matematis siswa meliputi:10 (1) bagaimana siswa dapat menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram. (2) Mengajukan dugaan (konjectures), dugaan yang dimaksud adalah bagaimana siswa dapat mengetahui mengenai apa saja yang dapat diketahui dari sebuah permasalahan dan bagaimana cara menyelesaikannya. (3) siswa dapat melakukan manipulasi matematika. (4) siswa dapat menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap solusi. (5) siswa dapat menarik kesimpulan dari pernyataan yang ada. (6) siswa dapat memeriksa kesahihan suatu argumen melalui bukti-bukti yang valid. (7) siswa dapat menemukan pola atau sifat dari gejala matematis.

Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis yang dikemukakan oleh Satriawati, yaitu:11 (1) Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan lisan, tulisan, kongkret, grafik dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan generalisasi. (2) Drawing, yaitu mereflaksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide-ide matematika. (3) Mathematical Expression,

9Mumun Syaban, Mengembangk an Daya Matematis Siswa, dari http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=62, (27 febuari 2013)

10Fadjar shadiq, Kemahiran Matematik a (Yogyakarta:Departemen Pendidikan Nasional,2009) h.14

11

(30)

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka kemampuan komunikasi matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis yang mengacu pada indikator yang meliputi Written text yaitu kemampuan siswa dalam memberikan jawaban suatu permasalahan dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri; Drawing yaitu kemampuan siswa dalam merefleksikan gambar kedalam ide-ide matematika; dan Mathematical expression yaitu kemampuan siswa dalam membuat model situasi dari suatu permasalahan matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model yang didesain untuk mendukung kerjasama didalam kelompok dan interaksi diantara siswa.model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan tujuan pembelajarannya,pola urutannya dan sifaf lingkungan belajarnya.12 Dalam tulisan ini peneliti akan mengulas tentang pengertian dan urgensi pembelajaran kooperatif itu seperti apa serta bagaimana desain metode student facilitator and explaining dengan peta konsep yang akan diteliti.

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.”13Wena mengungkapkan pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Sedangkan Abudin menyataan bahwa Model pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran yang terjadi akibat dari adanya pendekatan pembelajaran yang bersifat

12 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif(Jakarta:Kencana Prenada Media Group.2011) h.23

13

(31)

Slavin mendefinisikan Pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.16 Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tertuang dalam wadah kelompok. Masing-masing kelompok tersebut siswa saling bekerjasama. Kerjasama yang dijalin oleh setiap siswa tidak hanya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, melainkan lebih kompleks lagi dengan saling bekerjasama dalam memahami materi yang telah disampaikan dengan cara tutor sebaya. Dengan demikian, dalam pembelajaran kooperatif siswa dijadikan sebagai sumber belajar, selain guru, buku maupun sumber belajar lainnya.

Banyak para ahli lainnya yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif, diantaranya Trianto mengungkapkan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memerlukan kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam stuktur pecapaian tugas, tujuan, dan penghargaan”.17

Sedangkan Wena mendefinisikan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai “sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat(teman lain) sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar yang lain”.18

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dan bekerjasama satu sama lain dalam upaya memahami materi pembelajaran dengan memanfaatkan sesama siswa sebagai sumber belajar, selain guru maupun sumber belajar lainnya.

14

Abudin Nata, Perspek tif Islam Tentang Strategi Pembelajaran ( Jakarta:Prenada Media Group,2009). H.257

15

Made wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu tinjauan k onsept ual Operasional (Jakarta: Bumi Aksara,2010), h.189

16

Robet E. Slavin, Cooperative Learning-Teori, Riset, dan Prak tik, (Bandung: Nusa Media,2005), h. 4.

17

Trianto, Op cit, h.66

18

(32)

terstruktur. Sebagai kelompok yang terstruktur, pembelajaran kooperatif menurut Lundgren memiliki unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar pembelajaran kooperatif lebih efektif adalah sebagai berikut:

(1)Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.(2) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.(3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. (4) Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok. (5) Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.(6)Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.(7) Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.19

Sementara itu, “pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.”20(1) Setiap anggota memiliki peran.(2) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.(3)

Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan atas

teman-teman sekelompoknya.(4) Guru membantu mengembangkan

keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.(5)Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Pada dasarnya bahwa pembelajaran kooperatif sama dengan kerja

kelompok. Oleh sebab itu, tidak ada yang aneh dalam pembelajaran kooperatif

karena dalam dunia pendidikan sudah banyak diterapkan di sekolah-sekolah.

Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak

setiap kerja kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif.

Benet mengungkapkan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan

pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:

(1)Positive Independence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama, atau perasaan diantara anggota kelompok di mana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula dan sebaliknya.(2) Interaction Face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi

19

Isjoni, op.cit., h. 13-14.

20

(33)

tanggungjawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.(4) Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.(5)Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).21

Apabila unsur-unsur tersebut dapat dilaksanakan oleh siswa dalam

pembelajaran maka siswa dapat meraih keterampilan sosial (social skill)

termasuk interpersonal skill yang baik.

b. Urgensi Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model

pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik, model

pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan kompetensi sosial

siswa.

Penerapan pembelajaran kooperatif secara umum didasarkan atas teori

bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep

yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu

dengan temannya. Pada dasarnya belajar dapat dipahami sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relati menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.22

Dari dasar itulah maka pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk melatih siswa

menghargai perbedaan pendapat diantara teman satu kelompok yang berasal

dari latar belakang yang berbeda. Pada dasarnya belajar

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut:Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan

pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan

memotivasi siswa belajar; Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi; Mengorganisasikan siswa ke dalam

21

Isjoni, op.cit., h.41-44 22

(34)

masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya; Memberikan

Penghargaan.23

Adapun keunggulan penggunaan model pembelajaran kooperatif bagi

peserta didik maupun pendidik adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2. Melalui pembelajaran kooperatif, dapat mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3. Dapat membantu siswa untuk peduli pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar.

5. Pembelajaran kooperatif merupakan model yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus keterampilan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri dan hubungan interpersonal positif dengan yang lain

6. Interaksi selama pembelajaran berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan

memberikan rangsangan untuk berpikir.24

c. Metode Student Facilitator and Explaining dengan Peta Konsep

Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika pada pembahasan sebelumnya maka diperlukan model yang efektif dalam mencapai tujuan tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif. Pada model pembelajaran , perencanaan yang telah disusun sejak awal harus diimplementasikan berupa suatu metode agar tujuan yang telah disusun tercapai. Uno mendefinisikan bahwa metode pembelajaran merupakan “cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.”25

Sedangkan Sanjaya berpendapat bahwa metode digunakan untuk

23

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangk an Profesionalisme Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) h.211

24

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidik an, (Jakarta: Kencana,2008), h.248

25

(35)

pengembangan disiplin ilmu tersebut. Pada intinya metode berfungsi sebagai pengantar sebuah tujuan kepada objek sasaran dengan cara yang sesuai dengan perkembangan objek tersebut.

Setiap materi pelajaran memiliki metode yang berbeda karena setiap materi pelajaran memiliki karakteristik sendiri. Akan tetapi secara umum metode pengajaran dapat digolongkan menjadi beberapa golongan. Salah satu diantaranya adalah metode student facilitator and explaining.

Metode student facilitator and explaining ini merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.

Menurut Suprijono metode student facilitator and explaining merupakan suatu metode dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnya.27 Sedangkan menurut Agus Suprijono metode student facilitator and explaining mempunyai arti metode yang menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan kratifitas siswa dan prestasi belajar siswa. Perbedaan Metode student facilitator and explaining dengan metode diskusi terletak pada pertukaran pikiran antar siswa. Dimana dalam metode student facilitator and explaining siswa menerangkan dengan bagan maupun peta konsep.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa metode student facilitator and explaining menjadikan siswa sebagai fasilitator dan diajak berpikir secara kreatif sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih menarik serta menimbulkan percaya diri pada siswa untuk menghasilkan karya yang diperlihatkan kepada teman-temannya.

26

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010), cet.3, hal.187

27

(36)

bernama Novak dalam Martinis menulis sebuah buku berjudul learning how to learns, didalamnya menjelaskan tentang “suatu bentuk bantuan kepada siswa -siswa untuk mengembangkan pikirannya dalam belajar yaitu belajar dengan peta konsep.”28

Peta konsep adalah “menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi”.29 Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit. Peta konsep yang kita buat dihubungkan antara satu dengan lainnya sehingga membentuk proposisi. Sehingga apabila siswa mampu menghubungkan keterkaitan dari proposisi itu maka proses belajar pun akan lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan teori Ausabel tentang belajar bermakna dimana belajar haruslah menambah pengetahuan siswa.

Setiap metode yang sudah ada selama ini mempunyai kelebihan dan kelemahan begitu juga dengan metode student facilitator and explaining memiliki kedua hal tersebut. Adapun kelebihannya yaitu:30

1) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta umpan balik,

2) Dapat menuntun siswa untuk mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi.

3) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

4) Memberdayakan setiap siswa untuk lebih memiliki rasa tanggung jawab dalam belajardan atas apa yang mereka sampaikan.

5) Kegiatan belajar siswa terlihat aktif.

Terdapat pula beberapa kekurangan pada metode ini, diantaranya:31 1) Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil. 2) Pengelolaan kelas yang masih sulit.

28

Martinis yamin, Stategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.(Jakarta:Gaung Persada Press,2004),h.119

29

Ibid., h.119.

30

Tika Mufrika.2011. Pengaruh Model Pembelajaran k ooperatif SFE terhadap k emampuan k omunik asi Matematik a Siswa (penelitian eksperimen di Mts. Manaratul Islam Jakarta) SKRIPSI Jurusan Pendidikan Matematika – Fakultas FITK UIN Syarifhidayatulloh Jakarta h. 27

31

(37)

Metode Student Facilitator and Explaining (SFE) mempunyai tahapan atau langkah-langkah seperti berikut:32

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/kompetensi dasar, 2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi

pembelajaran,

3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini dilakukan secara bergiliran. 4) Guru menyimpulkan ide /pendapat dari siswa,

5) Guru menerangkan materi yang disajikan saat itu, 6) Penutup

7) Evaluasi

Adapun langkah-langkah metode Student Facilitator and Eksplaining (SFE) adalah sebagai berikut:

1) Sajian Materi, adanya sajian materi yang akan dipelajari dan dibahas oleh guru dan murid.

2) Siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, 3) Kesimpulan dan Evaluasi

4) Refleksi

Berdasarkan langkah di atas maka peneliti membuat langkah-langkah atau Desain Metode Student Facilitator and Eksplaining (SFE) yang berupa penggabungan dari berbagai pendapat dari Yamin Riyanto dan Erman Suherman yang akan diterapkan yaitu:

1) Guru menyampaikan Kompetensi yang akan dicapai

Kompetensi yang akan dicapai ini penting untuk memotivasi siswa untuk mencapai standar kompetensi yang akan dicapai sehingga siswa diupayakan untuk serius dalam belajar.

2) Guru menyajikan materi

32

(38)

basic kemampuan siswa.

3) Membagikan siswa ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 anak. Dalam pembagiannya maka dilakukan dengan siswa yang memiliki kemampuan heterogen. tujuan dibagikan kelompok secara heterogen agar dapat saling bertukar pikiran tentang kemampuan materi yang sedang dipelajari.

4) Memberikan kesempatan kepada murid untuk saling berdiskusi dan membuat ide dalam bentuk peta konsep.

5) Memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menjelaskan kepada kelompok lainnya dari hasil ide-ide yang dituangkan dalam bentuk peta konsep. Hal ini dilakukan bergiliran antar kelompok tujuannya agar setiap individu bertanggungjawab atas apa yang telah dipelajari dan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

6) Evaluasi dan Refeksi, pada tahap ini setiap kelompok mengoreksi jawaban dari kelompok lain dan bisa saling melengkapi jika ada yang kurang. Peran siswa sebagai Facilitator dan penjelas dalam metode ini yaitu merencanakan bagaimana cara mereka mengajari materi yang sedang dipelajari kepada satu sama lain dan menyampaikannya secara lisan melalui peta konsep kepada anggota kelompok lainnya. Selain itu, menggambarkan bagaimana cara menyelesaikan tugas yang diberikan (tanpa memberikan jawabannya), memberikan umpan balik yang spesifik mengenai pekerjaan siswa lain, dan menyelesaikan tugas dengan meminta siswa lain untuk mendemonstrasikan cara mengerjakan tugas tersebut.

(39)
[image:39.596.106.514.267.754.2]

Adapun Desain pembelajaran Student Facilitator yang akan diterapkan yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kegiatan Guru dan Siswa Dalam Metode pembelajaran Sudent Facilitator and Explaining (SFE)

Tahap SFE Arah Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Tahap Awal  Mendapatkan

perhatian, minat dan rasa ingin tahu siswa  Menyelidiki

pengetahuan awal yang dimiliki siswa

 Mendorong siswa untuk menghubungkan pengalaman sehari-hari dengan topik bahasan

 Membangkitkan

minat dan

keingintahuan siswa

 Mengajukan

pertanyaan untuk mengidentifikasi dan mengetahui

pengetahuan awal sisw

 Mengembangkan minat/rasa ingin tahu terhadap topik yang dipelajari

 Memberikan respons terhadap pertanyaan guru

Tahap Inti  Mengembangkan konsep yang diperoleh siswa

 Diskusi antar kelompok

 Mengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan

 Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri melalui peta konsep

 Meminta

menyampaikan bukti klarifikasi materi yang mereka buat dengan peta konsep

 Memandu diskusi

 Mencoba memberi penjelasan

terhadap konsep yang ditemukan maupun

permasalahan yang telah diselesaikan.

 Menggunakan pegamatan cara penyampaian siswa

 Mendiskusikan

Tahap Akhir (Evaluasi)

 Evaluasi terhadap pengetahuan atau pemahaman konsep siswa

 Mengetahui

kekurangan atau kelebihan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan

 Guru bersama siswa melakukan

pengoreksian soal secara bersama-sama

 Memberikan evaluasi berupa quiz untuk mengetahui

kemampuan siswa terutama kemampuan

 Siswa melakukan evaluasi diri berkaitan dengan kemampuan komunikasi siswa berdasarkan konsep yang telah dipelajari

 Mengerjakan soal quiz yang dapat mengukur

(40)

 Mendorong siswa menyimpulkan mengenai materi yang telah dipelajari

 Siswa bersama guru

menyimpulkan materi yang telah dipelajari

e. Metode Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan istilah dalam pembelajaran yang sering dipakai dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran konvensional ini banyak mendapatkan kritikan namun banyak disukai guru-guru karena pada dasarnya pembelajaran konvensional mudah untuk diajarkan kepad siswa,

Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran secara klasikal dimana pada prosesnya lebih berpusat pada guru. Pada proses ini keaktifan siswa kurang optimal. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran ini menitikberatkan pada metode ceramah dan tanya jawab.

Metode ceramah merupakan suatu cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau menjelaskan langsung kepada sekelompok siswa.33 Pada pembelajaran ini, komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi satu arah sehingga membuat kecenderungan siswa menjadi pasif karena siswa hanya mendengar dan mencatat hal-hal apa yang disampaikan guru. Dalam hal ini seolah-olah guru hanya bertugas mentransfer pengetahuannya kepada siswa.

Ceramah sebagai metode pengajaran mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: Metode yang murah dan mudah untuk dilakukan; metode yang dapat menyajikan materi pelajaran yang luas; metode yang dapat memberikan pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditonjolkan; Guru dapat mengontrol keadaan kelas karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah; dan Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.34

Adapun kekurangan Ceramah yaitu Materi yang akan dikuasai siswa sebagai hasil belajar akan terbatas pada apa yang diberikan guru; Ceramah yang

33

Sanjaya, op.cit., h.147.

34

(41)

ceramah sulit untuk mengetahui apakah siswa sudah mengerti dengan apa yang dijelaskan atau belum.35

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika secara konvensional adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada umumnya dimana guru mendominasi kelas dengan metode ceramah dan tanya jawab, siswa hanya menerima saja apa yang disampaikan guru, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi pasif. B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dengan peneliti, yaitu:

a. Heni Dwi Kusmiyati (2010) Pengaruh Metode Resiprocal Teaching, Student Facilitator and Expalining dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar Matematika (penelitian Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Al-Islam 1 Surakarta). Skripsi Tesis, Universitas Muhamadiyah Surakarta. Hasil penelitian, pada taraf signifikansi α = 5%, menunjukkan bahwa metode pembelajaran Student facilitator and Explaining mempengaruhi prestasi belajar matematika, dalam arti prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan metode Student facilitator and explaining lebih baik daripada yang diajar metode konvensional.

b. Tika Mufrika (2011) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student Facilitator and Explaining (SFE) terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa (penelitian eksperimen pada Siswa Kelas VII Mts. Manaratul Islam Jakarta). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika sebesar 66,5 sedangkan konvesional sebesar 59,13 ini menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan metode Student Facilitator and Eksplaining (SFE) lebih

(42)

C.Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika di sekolah sangat diperlukan karena dapat membantu siswa dalam kehidupan sehari-hari dan juga membantu siswa dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan akan diperoleh melalui proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya bukanlah hanya sekedar mentransfer ide/gagasan dan pengetahuan dari guru kepada siswa. Lebih dari itu, proses pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang dinamis, dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati, memikirkan dan menyampaikan gagasan-gagasan yang diberikan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran matematika sebenarnya merupakan kegiatan interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa untuk memperjelas pemikiran dan pemahaman terhadap suatu gagasan.

Seorang guru perlu menyadari bahwa pola interaksi yang selama ini berlangsung dalam proses pembelajaran tidak selalu berjalan dengan lancar. Bahkan dalam interaksi itupun dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian atau kesalahan konsep yang diterima siswa. Kesalahan pola interaksi seseorang guru akan dirasakan siswanya sebagai penghambat pembelajaran, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang penting dan mendasar dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika yang harus dibagun dan dikembangkan dengan kokoh pada diri siswa.

(43)

matematika dibuat kelompok kecil serta siswa dituntut untuk dapat menjelaskan ide-ide matematikanya yang dijadikan sebagai fasilitator tentunya dengan alat yang tepat seperti peta konsep. Dengan demikian siswa lebih terkontrol dan tidak merasa segan untuk mengekspresikan dan menuangkan ide-ide matematika yang dimilikinya kepada temannya melalui hasil diskusi.

Model pembelajaran alternatif yang dapat mendukung hal tersebut salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif metode Student Facilitator and Explaining tentunya dalam bentuk peta konsep. Student Facilitator and Explaining adalah salah satu metode dari pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lainnya dan memberikan siswa waktu untuk lebih banyak berpikir, menjawab serta saling membantu satu sama lain. Dalam bentuk kelompok siswa dilatih untuk mengkomunikasikan ide-ide matematikanya baik secara lisan maupun tulisan tentunya dengan media yang tepatyaitu dalam bentuk peta konsep agar lebih menarik.

Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir Pe mbe lajaran

Ma tematika

Model Pembelajaran

Kooperatif

Metode SFE dengan Peta

kons ep Si s wa

me ngemukakan i de-ide matematik

Ke ma mpuan komunikasi s iswa

(44)
(45)

28

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Jayakarta yang terletak di Jl. Nangka Jagakarsa Jakarta Selatan. Waktu pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 bulan Mei-juni 2013.

B.

Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen yaitu metode penelitian yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap faktor lain yang mempengaruhi variabel dan kondisi pada sampel penelitian. Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan varibel terikat. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran kooperatif metode SFE (student facilitator and explaining) dan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan uji coba penerapan model pembelajaran kooperatif metode SFE untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, kemudian membandingkan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif metode SFE yang di terapkan pada kelompok eksperimen, dengan hasil penerapan model pembelajaran konvensional yang diterapakan pada kelompok kontrol melalui hasil tes kemampuan komunikasi matematis yang diberikan pada kedua kelompok tersebut setelah selesai semua proses pembelajaran mengenai segiempat.

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk Two Group Randomized Subjek Post Test Only dengan mengambil dua kelas/kelompok secara acak untuk dijadikan kelompok kontrol dan eksperimen. Adapun desain penelitiannya sebagai berikut:1

1

(46)

Tabel 3.1

Rancangan Desain Penelitian

Kelompok Pengambilan Perlakuan Post te s

Eksperimen A X O

Kontrol A O

Keterangan:

A = pengambilan sampel secara random/acak O = postes

X = perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif metode SFE

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang dapat memberikan data dan informasi untuk suatu penelitian.2 Populasi dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam dua jenis yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Jayakarta yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2012/2013, dan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Jayakarta yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 5 kelas.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang karakteristiknya benar-benar diselidiki.3 Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan dengan merandom kelas, dengan mengambil dua kelas secara acak dari 5 kelas yang memiliki karakteristik yang sama. Satu kelas akan menjadi kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode SFE yaitu kelas VII-2 yang terdiri dari 40 siswa, dan satu kelas menjadi kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu kelas VII-1 yang terdiri dari 40 siswa.

2

Kadir, Statistik a untuk Ilmu-Ilmu Sosial(Jakarta: Rosemata Sampurna,2010) h.. 84

3

Gambar

Tabel 2.1 Kegiatan Guru dan Siswa Dalam Metode pembelajaran Sudent Facilitator
gambar atau
gambar atau
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dress Code: The Naked Truth About Fashion By Mari Grinde Arntzen By in this manner, you could obtain the on-line publication Dress Code: The Naked Truth About Fashion By Mari

Berdasarkah hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kinerja berbasis e-kinerja pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi memiliki pengaruh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah tajuk dan bobot kering akar.. Tinggi

Hal ini harus segera diatasi, jika tidak, akan menimbulkan tekanan jiwa (stres). Ketika seseorang mengalami stres, faktor lingkungan sekitar sangat berperan dalam

Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran

Petugas adat tingkat bawahan (kebayan), menjatuhkan hukum­ an terhadap dua orang pemuda yang didakwa mencuri barang orang lain. Penetapan besarnya hukuman oleh

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa desain pembelajaran matematika dengan pendekatan Etnomatematik