i
KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA
DI DKM MASJID BAITUL MAKMUR
SRENGSENG SAWAH - JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Oleh :
Oleh :
BANDAR ROBI ATTAMIMI NIM : 107053000411
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
REMAJA DI DKM MASJID BAITUL MAKMUR SRENGSENG SAWAH-JAKARTA SELATAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 5 juni 2014. Skripsi telah di terima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Manajemen Dakwah.
Jakarta,5 Juni 2014
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota
Drs. Cecep Castrawijaya, MADrs.Sugiharto,MA
NIP. 19670818 1998031002 NIP. 1966008061996031001
Anggota,
Penguji I Penguji II
.Drs.Cecep Castrawidaja,MA .Drs.Muhammad Sungaidi,MA
NIP. 196708181998031002 NIP. 19600803199731006
Pembimbing
i Bandar Robi Attamimi
107053000411
Mengajak ke jalan Allah adalah wajib hukumnya, keberhasilan ajakannya mencerminkan prospek pengembangan Islam dimasa mendatang. Sebab maju
mundurnya agama terletak di tangan – tangan remaja. Hal ini terbukti dari kemalasan
kemalasan para pemuda dalam menuntut ilmu agama serta malas dalam mengikuti kegiatan kegiatan keagamaan.
Disinilah perlunya sebuah strategi dalam penyelenggaraan kegiatan keagamaan, Agar pengelolaan dan pergerakan dalam proses kegiatan keagamaan berlangsung efektif dan efisien.
Fenomena dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan para remaja sekitar masjid realitanya menunjukan bahwa remaja tersebut belum optimal dalam menunjukan eksistensinya sebagai remaja yang gemar akan kegiatan kegiatan di masjid. Fenomena diatas terjadi karena adanya perubahan, bukan proses yang terjadi secara tiba tiba. Ada banyak faktor baik alamiah maupun sosial, tentu semuanya berkaitan dengan sifat manusia sebagai agen perubahan yang dinamis, selalu bergerak, berubah dan berkembang. Di sinilah peran DKM Masjid Baitul Makmur dalam mengembangkan kegiatan keagamaan untuk para remaja.
Dalam hal perumusan masalah, penulis meneliti bagaimana Strategi DKM Masjid Baitul Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan untuk para remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
Dilihat dari aspek metodologinya, maka penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif, yang teknik pengumpulan datanya diambil berdasarkan hasil survei atau observasi, dokumentasi dan wawancara langsung dengan pihak terkait sebagai subjek penelitian adalah DKM Masjid Baitul Makmur dan objek Penelitian ini adalah Strategi pengembangan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh DKM Masjid Baitul Makmur untuk para remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
Sebagai hasil penelitian, maka formulasi strategi pengembangan kegiatan keagaman yang dilakukan dkm masjid baitul makmur sebagai berikut : Melalui Pembinaan Remaja Melalui Masjid, Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Anggota
Remaja Masjid, Melakukan Intensitas Hubungan Antara Ta‟mir (DKM) dan Remaja
ii pengembangan kegiatan keagamaan remaja.
iii
Alhamdulillah merupakan kalimat yang paling pantas diucapkan ketika
penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya dan para sahabatnya hingga akhir zaman.
Penulis telah mencurahkan segenap kemampuan dalam menyelesaikan skripsi
ini, dengan waktu yang begitu lama, walaupun demikian tentu masih terlalu jauh dari
kesempurnaan, kesempurnaan milik Allah SWT semata.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penulisan skripsi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa melibatkan banyak
pihak. Untuk itu, penulisan skripsi ini saya dedikasikan kepada allahyarhamu ibunda
tercinta Muznah Husain Attamimi yang telah membesarkan serta mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang hingga ajal menyemputnya,”Maa...ampuni dosa kami
semua, maa....doakan kami dunia dan akhirat, sedari kecil sehingga dewasa kau
menyayang dan sering memanja, menanam iman menyemaikan taqwa mengajak kami muliakan agama, belaianmu masih ku terasa...ya Allah tempatkan ia di syurga.”
Tak lupa untuk ayahanda tercinta Robi Muhammad Attamimi yang telah
susah payah mengasuh serta mendidik penulis hingga penulis bisa menyelesaikan
perkuliahan.
Adik adikku yang penuh cinta dan sabar mendukung dan membantu
iv
Tak lupa penulis berterima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA., selaku Dekan. Suparto, M.Ed, MA selaku Wakil
Dekan I ,Dr.Jamroni,M.Si selaku Wakil Dekan II ,Dr.H.sunandar,MA selaku
wakil Dekan III
2. Bapak Drs. Cecep Castra Wijaya, MA dan bapak Drs. H. Mulkanasir, BA,Spd,
MM. selaku ketua dan sekertaris jurusan Manajemen dakwah, yang telah
memberikan kesempatan dalam berkonsultasi dan mengarahkan penulis dalam
perkuliahan.
3. Bapak Drs.H. Mulkanasir, BA,Spd,MM. selaku pembimbing, yang telah banyak
menyisihkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan pengarahan dan
bmbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Pimpinan dan para pengelola Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta
Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
riset, dan meluangkan waktu untuk wawancara, pengumpulan data penelitian
yang penulis butuhkan.
5. Teman teman di jurusan Manajemen Dakwah Angkatan 2007 yang telah menjadi
motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman L‟sensi, MU dan MM yang telah memberikan dorongan semangat
serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima
v fikiran dengan penulis. Syukran katsiran.
Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi
ini yang tak mungkin dapat penulis ungkapkan satu persatu, penulis hanya bisa
menghaturkan banyak terima kasih dan berdoa, semoga Allah SWT membalasnya
dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin.
Jakarta, 3 Rajab 1435 H Mei 2014 M
vi 2.Langkah-Langkah Strategi ... 13
3.Perumusan Strategi ... 13
4.Impelentasi Strategi ... 14
5.Evaluasi Strategi ... 15
B. Definisi Pengembangan ... 16
Pengertian Pengembangan Kegiatan Keagamaan ... 17
C. Pengertian dan Fungsi Masjid ... 18
1. Pengertian Masjid ... 18
2. Fungsi Masjid ... 21
Fungsi dan Peranan DKM ... 26
vii Di DKM Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta ... 47
1. Penetapan Rumusan Visi dan Misi... 47
2. Melakukan Analisis Pengembangan Kegiatan Keagamaan
5. Evalusi Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan ... 59
Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan ... 62
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
Daftar Pustaka ... 64
viii
B. Agenda Kegiatan DKM Masjid Baitul Makmur ... 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masjid adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat bagi kaum
muslimin di seluruh pelosok dunia. Seperti yang diketahui bahwa eksistensi
masjid mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi agama Islam baik dalam
upaya membentuk nilai-nilai pribadi maupun masyarakat yang bernafaskan
Islam. Fungsi masjid yang utama adalah tempat untuk sholat secara berjama‟ah.
Kalau kita perhatikan, shalat berjama‟ah adalah merupakan salah satu ajaran
Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha,
yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam tentang shalat berjama‟ah merupakan perintah yang
benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin.
Untuk bisa mengoptimalkan fungsi masjid secara utuh, maka masjid harus
difungsikan sebaik mungkin dalam penggunaannya. Masjid adalah tempat ibadah
kaum muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat
Islam. Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebaikan dan
kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi semuanya
bisa berjalan sukses jika dirangkum dalam sebuah garis kebijakan manajemen
masjid. Namun dalam kenyataannya, fungsi masjid yang berdimensi duniawiyah
kurang memiliki peran yang maksimal dalam pembangunan umat dan peradaban
Islam1.
Sejarah membuktikan masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga
sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, pendidikan militer dan
fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya2. Sebagaimana makna atau kata dari masjid itu
sendiri yaitu tempat sujud, masjid selain tempat ibadah dapat pula difungsikan
sebagai tempat kegiatan masyarakat Islam, baik yang berkenaan dengan sosial,
ekonomi sosial budaya serta sosial politik3.
Di zaman Rasulullah SAW, masjid mempunyai fungsi sebagai tempat
peribadatan, pusat kegiatan masyarakat dan berkebudayaan. Dari masjid itulah
Rasulullah SAW melaksanakan bimbingan Islam dan pembinaan terhadap
masyarakat. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 18 :
Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk”
1 Muhammad Zen, dkk. Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi, Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007, hal. 253-254
2 Qurais Shihab, Wawasan Al-Qur’an , Bandung : Mizan, 1998, hal. 462
Masjid dan kegiatan keagamaan Islam keduanya sangat erat sekali, faktor
yang sulit dipisahkan satu sama lain, hubungannya saling mengisi diantaranya.
Dengan demikian, masjid yang didirikan harus berperan sebagai tempat, media
maupun wadah untuk kegiatan keagamaan Islam. Oleh karenanya kegiatan
keagamaan Islam dipandang sebagai suatu yang penting untuk kegiatan
meningkatkan syiar Islam di dalam kehidupan beragama dalam masyarakat
melalui kegiatan-kegiatan keagamaan di dalam suatu tempat yang disebut masjid.
Menurut pandangan penulis, kiranya disinilah perlunya sebuah strategi
dalam penyelenggaraan kegiatan keagamaan, agar pengelolaan dan pergerakan
dalam proses kegiatan keagamaan berlangsung efektif dan efisien.
Fenomena dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan para remaja sekitar
masjid realitanya menunjukan bahwa remaja tersebut belum optimal dalam
menunjukan eksistensinya sebagai remaja yang gemar akan kegiatan kegiatan di
masjid. Fenomena diatas terjadi karena adanya perubahan, bukan proses yang
terjadi secara tiba tiba. Ada banyak faktor baik alamiah maupun sosial, tentu
semuanya berkaitan dengan sifat manusia sebagai agen perubahan yang dinamis,
selalu bergerak, berubah dan berkembang. Disinilah peran DKM Masjid dalam
mengembangkan kegiatan keagamaan untuk para remaja.
Untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan perlu adanya
strategi yang dilakukan DKM untuk menarik minat remaja masjid untuk ikut
berbondong-bondong melakukan beraneka ragam kegiatan kegiatan keagamaan
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penilitian dengan judul “Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan
Remaja di DKM di Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta
Selatan”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
sebenarnya masih banyak kegitan kemasjidan yang penting untuk dikaji,
namun penulis membatasi masalah yang akan dikaji dan diteliti yaitu meneliti
tentang strategi pengembangan kegiatan keagamaan untuk para remaja di
Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang
akan diekplorasikan dalam penulisan skripsi ini adalah: Bagaimana Strategi
DKM Masjid Baitul Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan
untuk para remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah di rumuskan
tersebut, maka ada beberapa tujuan yang hendak akan dicapai dalam penulisan
a. Mengenal lebih dekat strategi yang diterapkan DKM Masjid Baitul
Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan serta
program-program yang ada dalam masjid untuk para remaja khususnya remaja
sekitar masjid.
b. Mengetahui dampak dari strategi yang digunakan DKM Masjid Baitul
Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan terhadap remaja di
Srengseng sawah.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat akademisi
1) Memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan tentang
strategi masjid dalam pengembangan kegiatan keagamaan.
2) Menambah khazanah keilmuan manajemen dakwah khususnya dan
umumnya para mahasiswa fakultas ilmu dakwah komunikasi.
3) Menambah wawasan bagi penulis dalam rangka
mengimplementasikan Strategi Kepengurusan Masjid.
b. Manfaat praktis
Sebagai media untuk mempromosikan dan mensosialisasikan Masjid
Baitul Makmur kepada kalayak masyarakat luas.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dilihat dari aspek metodologinya, maka penelitian skripsi ini
menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif penulis
mendapatkan informasi atau data secara langsung dari objek penelitian yang
tidak bisa lepas dari latar belakang alamiahnya. Pemilihan metode ini
didasarkan pula atas pandangan bahwa perumusan gagasan ini bagi
kemungkinan aplikasi pengembangan dari strategi dalam mengembangan
kegiatan keagamaan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah DKM Masjid Baitul Makmur Jakarta
Selatan. Sedangkan objek Penelitian ini adalah Strategi pengembangan kegiatan
keagamaan yang dilakukan oleh DKM Masjid Baitul Makmur untuk para
remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
3. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Tempat penulis melakukan penelitian di Masjid Raya Baitul Makmur
Jl.Srengseng Sawah No 83 Jagakarsa Jakarta Selatan 12640. Sedangkan waktu
penelitian dimulai dari bulan Maret 2014 sampai dengan Mei 2014.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat beberapa metode pengumpulan data,
diantaranya yaitu:
a. Metode dokumentasi : Dokumentasi yaitu menelaah buku serta karya tulis
lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
b. Metode observasi : Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung ke
c. Metode wawancara : Wawancara yaitu penulis mengumpulkan data
melalui wawancara dan dibantu dengan alat perekam agar materi
wawancara dapat direkam secara utuh dan lengkap.
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan data deskriptif analisis,
yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan
semua data yang diperoleh dari pengamatan kemudian menganalisisnya
dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis, kemudian
menyimpulkannya.
6. Pedoman Penulisan
Dari teknik penelitian skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis Disertasi” CEQDA yang diterbitkan oleh
tim penyusun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum mengadakan suatu penelitian dalam penyusunan skripsi ini, perlu
penulis kemukakan tinjauan pustaka sebagai langkah awal agar terhindar dari
kesamaan penelitian dengan skripsi sebelumnya. Berikut adalah
skripsi-skripsi tersebut :
1. Oleh Agung Rahardian dengan judul “Manajemen Strategi Dakwah Yayasan
Al Sofwa Dalam Pengembangan Kegiatan Dakwah Islam” mahasiswa
tersebut meneliti tentang bagaimana manajemen strategi yang dilakukan oleh
Sofwa, serta penerapan strategi dakwah Yayasan Al Sofwa dan Evaluasi
Strategi Dakwah yang kesemuanya itu merupakan proses menejemen strategi
dakwah.
2. Selanjutnya oleh Lutfi Saefulah dengan judul “Manajemen Masjid Ibnu Sina
Pamulang Dalam Pengembangan Kegiatan Dakwah Pada Anak Usia Dini”.
Apabila dilihat dari judulnya sama-sama meneliti tentang pengembangan
kegiatan, tapi mahasiswa tersebut membahas tentang Manajemen Masjid Ibnu
Sina Pamulang, bukan pada strategi mengembangkan kegiatan keagamaan.
3. Selanjutnya oleh Ukhuwah Islamiyah Sayidi dengan judul skripsi
“Manajemen Masjid Raya Pondok Indah Dalam Pengembangan Dakwah dan
Pembinaan Umat.” Membahas tentang manajemen Masjid Raya Pondok
Indah untuk mengembangkan dakwah dan pembinaan umat.
Adapun Penelitian yang dilakukan penulis bahasannyanya berbeda dengan
peneliti-peneliti sebelumnya sama sama meneliti masjid. Perbedaannya dengan
penulis adalah lebih menitikberatkan pada sisi Strategi DKM dalam
mengembangkan kegiatan keagamaan bukan sisi manajemennya.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini menjelaskan tentang latar belakang masalah,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, metodeologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Tentang strategi Masjid Baitul Makmur dalam mengembangkan
kegiatan keagamaan yang terdiri dari pengertian strategi,
unsur-unsur strategi dan fungsi manajemen, pengertian dan fungsi
masjid, pengertian dakwah dan bagaimana adab berdakwah, serta
ruang lingkup kegiatan keagamaan, definisi remaja menurut Islam.
BAB III : GAMBARAN UMUM MASJID BAITUL MAKMUR
JAKARTA
Bab ini berisi tentang sejarah pendirinya Masjid Raya Baitul
Makmur, visi dan isi serta motto masjid dan struktur organisasi,
program kegiatan masjid serta sarana dan prasarana Masjid Baitul
Makmur.
BAB IV : ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN MASJID BAITUL
MAKMUR DALAM PENGEMBANGAN KEGIATAN
KEAGAMAAN REMAJA
Bab ini menganalisis bagaimana strategi yang diterapkan oleh para
pengurus DKM Masjid Baitul Makmur dalam mengembangkan
kegiatan keagamaan yang ada khususnya pada remaja.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup dari seluruh uraian penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Strategi Secara Umum
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategos yang berasal dari
kata Stratos yang berarti militer dan Ag yang artinya memimpin. Dan pada
konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang
dilakukan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh
dan menenangkan perang.4
Sehingga tidaklah mengherankan bila pada awal
perkembangannya istilah strategi digunakan dan populer di lingkungan militer.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak
diadopsi dan diberikan pengertian yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu
atau kegiatan yang merangkapkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas
pada konsep atau pun seni seorang jendral dimasa perang, tetapi sudah
berkembang pada tanggung jawab seorang pimpinan (manajemen puncak).
Menurut penulis, saat ini ada banyak sekali rumusan tentang strategi, akan
tetapi dalam rumusan-rumusan yang ada tidaklah merubah pokok-pokok yang
terdapat dalam pengertian sebelumnya. Hanya saja aplikasinya disesuaikan
dengan jenis organisasi yang menerapkannya. Pada hakikatnya seorang
4 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, Jakarta: Lembaga
Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999, hal. 8
pimpinan (manajemen puncak) memang terlibat dalam suatu bentuk “peperangan” tertentu.5
Berikut ini pengertian strategi menurut bebeberapa pakar yang diartikan
sebagai berikut :
1. Menurut Karl Von Clausewitz “Strategi adalah pengetahuan tentang
penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari politik”.
2. Menurut A. Halim “Strategi adalah suatu cara dimana organisasi / lembaga
akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang - peluang dan ancaman -
ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan internal”.
3. Menurut Kaplan & Norton “Strategi adalah seperangkat hipotesis dalam
model hubungan cause dan effect, yaitu suatu hubungan yang dapat
diekspresikan melalui kaitan antara pernyataan if-then.”
4. Menurut Stephanie K. Marrus “Strategi didefinisikan sebagai suatu proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, diserta penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai”.
5. Menurut Hamel & Prahalad (1995) “Strategi merupakan tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus - menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan”.
6. Menurut Sjahfrizal “Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan
analisa terhadap faktor internal dan eksternal”.
Dari sudut etimologis (asal kata), penggunaan kata strategi dalam
manajemen suatu organisasi diartikan sebagai “kiat, cara, dan taktik utama
yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen yang terarah kepada tujuan strategi organisasi.” 6
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah strategi adalah ”seni atau ilmu
untuk menggunakan sumber daya-sumber daya untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu”7
Sejarahwan Alferd D. Chandler (1962), sebagimana disebutkan oleh James
AF. Storner, et.al., berpendapat bahwa strategi adalah “Penentuan tujuan dan
sasaran pokok jangka panjang dari suatu usaha, daan pengambilan serangkaian
tindakan dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan”.8
Dalam salah satu prinsip manajemen istilah strategi pun digunakan sebagai
penekanan pada perencanaan yang efektif bagi kelancaran proses manajemen
6 Hadari Nawawi, Manajemen Statejik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang
Pendidikan, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 2000, Cet Ke-1, hal. 147
7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1997, hal 199 8 James AF. Storner dan R Edward Freeman, Manajemen, diterjemahkan oleh Wilhelmus W. Bakowatun dan Benyamin
menyangkut keuangan, operasional dan aspek-aspek sosial perusahan
(perencanaan strategis).9
Dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan istilah
strategi manajemen sebuah organisai dapat diartikan sebagai cara dan kiat yang
dirancang dan disiapkan secara sistematis dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen yang terarah pada tujuan strategi.
Langkah – Langkah Strategi
1. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi, konseptor harus mempertimbangkan
mengenai peluang dan ancaman, serta menetapkan kekuatan dan kelemahan.
Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari
peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian
mengadakan analisis mengenai kemungkinan kemungkinan serta
memperhitungkan pilihan pilihan dan langkah langkah yang dapat diambil
dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu. 10
Oleh karena itu inilah cara untuk memudahkan dalam merumuskan
strategi yang akan ditetapkan.
a. Kekuatan (Strenght)
Kekuatan adalah “sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sebagai
model bagi kelanjutan dan perkembangan organisasi.11
b. Kelemahan (Weakness)
9 Ramiler Wertadjaja, et.al., Strategi Pengendalian Administrasi Perusahaan, Bandung : Angkasa, 1991, hal 7 10 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, hal.18
11 (Fredy Rangkuti, Andris SWOT; Tekhnik Membedah Kamus Bismus, Jakarta : Gramedia, Pustaka Utama, 1997,
Kelemahan adalah “Keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber,
keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi
penampilan kinerja organisasi yang memuaskan”12
c. Peluang (Opportunity)
Peluang adalah “Situasi yang menguntungkan dalam lingkup
organisasi memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk meraih
kesempatan terbuka bagi kelangsungan dan kemajuan organisasi”13
d. Ancaman (Thearts)
Ancaman adalah “Kondisi tidak menguntungkan bagi organisasi dan
dapat menghambat terhadap kelanjutan dan kemajuan kegiatan organisasi”
2. Implementasi Strategi
Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan
tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang dipilih sangat membutuhkan
komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi, karena jika tidak maka
proses perumusan dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh
dari kenyataan.
Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah
arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem
informasi yang masuk. Implementasi strategi sering pula disebut sebagai
tindakan dalam strategi, karena implementasi berarti juga memobilisasi
untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan menjadi tindakan
menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasi sumber daya dan
mengembangkan budaya yang mendukung strategi merupakan usaha yang
dilakukan dalam mengimplementasi strategi. Implementasi yang sukses
membutuhkan dukungan disiplin, motivasi serta kerja keras.14
3. Evaluasi strategi
Tahap terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi. Tiga macam
aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi yaitu :
a. Meninjau faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) yang menjadi dasar asumsi
pembuatan strategi. Adapun perubahan faktor-faktor eksternal seperti
tindakan yang dilakukan.perubahan yang ada menjadi satu hambatan
dalam pencapaian tujuan begitupula dengan faktor internal yang
diantaranya strategi yang tidak efektif atau aktivitas implementasi yang
buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.
b. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan). Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi
presentasi individual dan penyimak kemajuan yang dibuat ke arah
penyampaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi
strategi harus dapat diukur dan dibukikan, kriteria yang meramalkan hasil
lebih penting daripada kriteria yang mengungkapkan apa yang telah
terjadi.
c. Mengambil tindakan korelatif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai
dengan rencana.dalam mengambil tindakan korelatif tidak harus berarti
bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru
harus dirumuskan.
Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan
merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan. Evaluasi strategi mungkin
berupa tindakan yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak
penekanan pada evaluasi strategi akan merugikan hasil yang dicapai.
Evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang
dinyatakan telah dicapai. Evaluasi strategi perlu untuk organisasi dari
semua kegiatan dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus
memicu tinjauan dan nilai nilai yang merangsang kreativitas.
B. Definisi Pengembangan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebituhan
pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral
karyawan, sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan, workshop bagi karyawan dapat
Edwin B. Flippo mendefinisikan pengembangan sebagai berikut : “Pendidikan
adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh”, sedangkan latihan didefinisikan
sebagai berikut : “Latihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan
pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu”.
Sedangkan Andrew F. Sikula mendefinisikan pengembangan sebagai berikut : “Pengembangan mengacu pada masalah staf dan personel adalah suatu
proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang sistematis
dan terorganisasi dengan mana manajer belajar pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum”. Sedangkan definisi latihan diungkapkan oleh
Andrew F. Sikula yaitu “latihan adalah proses pendidikan jangka pendek
dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga
karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu”.15
Pengertian Pengembangan Kegiatan Keagamaan
Berbicara mengenai pengembangan kegiatan keagamaan Banyak sekali
kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh DKM masjid-masjid se
Indonesia, baik itu yang sifatnya rutin maupun temporer. Kegiatan rutin seperti:
jamaah sholat fardhu, kultum, kajian kitan yang diselenggarakan sehabis
jamaah sholat Dhuhur, dan pengajian bulanan. Kegiatan temporer, seperti
kunjungan dan muhasabah ke berbagai pondok pesantren, peringatan hari besar
Islam dan kegiatan bulan Ramadhan. Di samping kegiatan yang sifatnya ritual
juga diselenggarakan kegiatan sosial terutama untuk masyarakat sekitar, seperti:
santunan fakir miskin dn anak yatim dan sunatan massal. Menurut penulis
pengembangan kegiatan keagamaan ialah : suatu usaha untuk meningkatkan
kinerja daripada kegiatan kegiatan keagamaan yang sudah ada sebelumnya
serta terkonsep dan tersusun rapi oleh yang membuat kegiatan.
C. Pengertian Dan Fungsi Masjid
1. Pengertian Masjid
Kebanyakan umat Islam memahami kata masjid sebagai bangunan
tempat ibadah umat Islam, tempat sholat dan sebagainya. Pemahaman ini
adalah pemahaman umum, walaupun sebenarnya harus dipahami lebih
mendalam, definisinya tidak sedangkal itu. Ditinjau dari segi etimologi,
masjid berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
sajada-sujud-masjad/masjid. Sujud mengandung arti taat, patuh, dan tunduk dengan
hormat. Makna-makna ini diekspresikan secara lahiriahnya dalam bentuk
meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi. Tempat yang
dibangun khusus untuk melakukan sujud seperti ini secara rutinitas disebut
masjid. Dalam ilmu tata bahasa Arab atau gramatikal bahasa Arab kata
masjid dinamakan ismu makan, yaitu kata benda yang menunjukkan pada
sehari-hari bagi umumnya umat Islam, masjid sebagai bangunan tempat
mendirikan shalat bagi umat Islam.16
Sedangkan pengertian masjid secara istilah ialah zikir kepada Allah
SWT, dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan dakwah Islam. Akan
tetapi, akar kata masjid yaitu sajada, mengandung makna tunduk dan patuh
serta taat, maka hakekat masjid itu adalah tempat melakukan segala macam
aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT. Dengan kata
lain, bahwa masjid itu berarti suatu tempat melakukan segala aktivitas
manusia yang mencerminkan nilai-nilai kepatuhan dan ketaatan kepada
Allah.
Sejak zaman nabi, masjid selain difungsikan sebagai tempat ibadah,
juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan, pusat ilmu pengetahuan serta
pusat informasi, pusat pengembangan ekonomi kerakyatan, pusat
pengaturan strategi perang, serta pusat pembinaan dan pengembangan
sumber daya umat secara keseluruhan, pengertian ini menggambarkan
bahwa masjid sejak dahulu memiliki peran ganda dalam pengembangan
dakwah Islam.
Ditinjau dari segi semiotik, makna suatu masjid dapat dipahami
berdasar pada, bentuk, model, dan simbol yang tampak dari masjid itu
sendiri. Bentuk dan model fisik bangunan masjid di Indonesia ini banyak
terpengaruh dari budaya Timur Tengah, Turki, dan juga tidak lepas dari
pengaruh budaya dari adat tradisi daerah setempat tertentu, sehingga bentuk
dan model bangunan masjid yang ada di Pulau Sulawesi, Sumatera,
Kalimantan, Jawa, dan lain-lain berbeda-beda. Namun, yang jelas bahwa
bentuk dan model bangunan fisik masjid yang ada di Indonesia ini justru
lebih didorong pada simbol sufistik.17
Hal ini boleh jadi, karena para tokoh yang membangun masjid itu
umumnya adalah para sufi dan wali sebagai muballigh yang akan
memberikan pencerahan dan penyejukan hati bagi umat Islam. Misalnya
saja, di berbagai daerah di Indonesia ini banyak dijumpai bangunan fisik
dan material masjid yang berbentuk tiga susun atapnya lalu di atasnya
terdapat sebuah kubah kecil yang di tengah-tengah lingkarannya tertancap
sebuah menara kecil yang di puncak atasnya terdapat sebuah lambang bulan
sabit dan bintang. Bangunan fisik masjid dengan bercirikan model dan
bentuk seperti di atas dapat dimaknai sebagai simbol bahwa manusia itu
dalam proses persujudan menuju kepada Tuhan.
Masjid sebenarnya adalah sebuah filosofi tempat. Bukan ditekankan
pada wujud fisik bangunan. Masjid adalah sebuah tempat bersujud manusia
kepada Allah. Sedangkan Masjid juga disebut baitullah atau rumahnya
Allah. Maksudnya bukan tempatnya kelompok tertentu. Jadi Sebelum ingin
mendefinisikan masjid sebaiknya memahami sifat- sifat Allah dalam
Asmaul Husna. Nama Allah adalah Maha Suci, Memiliki semua kebaikan,
Arrahman dan Arrahim dan seterusnya. Sehingga karena masjid itu adalah
rumahnya Allah maka Sebuah masjid harus bisa mencerminkan sifat-sifat
Allah. Harus bisa mengayomi, harus bisa memecahkan segala persoalan
bukan malah menciptakan perpecahan dan persoalan.18
Dari pengertian diatas tentang masjid maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengertian masjid adalah, suatu tempat untuk
beribadah, juga tempat bertemunya saudara semuslim, dengan kata lain
masjid adalah tempat seseorang untuk melakukan aktifitas baik vertikal
maupun horizontal (habluminallah wa habluminanaas).
2. Fungsi Masjid
Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama‟ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama‟ah adalah
merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam
pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam tentang
shalat berjama‟ah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada
kaum muslimin. Abdullah Ibn Mas‟ud r.a. berkata: “Saya melihat semua
kami (para shahabat) menghadiri jama’ah. Tiada yang ketinggalan
menghadiri jama’ah, selain dari orang-orang munafiq yang telah nyata
kemunafiqannya, dan sungguhlah sekarang di bawa ke Masjid dipegang
lengannya oleh dua orang, seorang sebelah kanan, seorang sebelah kiri,
sehingga didirikannya ke dalam shaff.” (HR: Al Jamaah selain Bukhori dan Turmudzi). Ibnu Umar r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w.: “Shalat
berjama’ah melebihi shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR:
Bukhori dan Muslim).
Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama‟ah, yang merupakan salah satu syi‟ar Islam terbesar. Sementara
yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama‟ah merupakan indikator
utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan
kekurang-berhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjama‟ah.
Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun
Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Di masa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat,
berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial.
Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut
ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya.
Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan
yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya.
Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid.
Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Disamping menjadi
tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da‟wah dan lain sebagainya.
Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid
Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid
mendekatkan diri kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta‟ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan
pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat.
Utsman Ibn „Affan r.a. berkata: “Rasul s.a.w. bersabda: “Barangsiapa
mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya
seperti yang ia telah dirikan itu di Syurga.” (HR. Bukhori & Muslim).
Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat
Islam, beberapa di antaranya fungsi tersebut adalah:
a. Sebagai tempat beribadah
Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi
utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui
bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala
aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridha Allah,
maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai
tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.
b. Sebagai tempat menuntut ilmu
Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya
ilmu agama yang merupakan fardhu „ain bagi umat Islam. Disamping
itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan
dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.
c. Sebagai tempat pembinaan jama‟ah
Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam
umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta‟mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan
da‟wah Islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang
kokoh.
d. Sebagai pusat da‟wah dan kebudayaan Islam
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan da‟wah Islamiyah dan budaya Islami.
Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan
dikembangkan da‟wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti
kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da‟wah dan kebudayaan.
e. Sebagai pusat kaderisasi umat
Sebagai tempat pembinaan jama‟ah dan kepemimpinan umat,
Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara
istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena
itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak
mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta‟mir Masjid
beserta kegiatannya.
f. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam.
Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam
sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur
dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari
berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial
dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan
dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini
dengan nilai-nilai Islam. Proses Islamisasi dalam segala aspek
kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.
Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan,
diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan
organisasi dan manajemen yang baik. Tegasnya, perlu tindakan
mengaktualkan fungsi dan peran Masjid dengan memberi warna dan
nafas modern. Lokakarya Idarah Masjid yang diselenggarakan di Jakarta
oleh KODI DKI pada tanggal 9-10 November 1974 telah merumuskan
pengertian istilah Masjid sebagai berikut: "Masjid ialah tempat untuk
beribadah kepada Allah semata dan sebagai pusat kebudayaan
Islam".19
Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa Masjid harus bebas dari
aktivitas syirik dan harus dibersihkan dari semua kegiatan-kegiatan yang
cender ung kepada kemusyrikan. Disamping itu kegiatan-kegiatan sosial
yang dijiwai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam dapat
diselenggarakan di dalamnya.
19 Institute Manajemen Masjid Referensi Makalah® Kepustakaan: Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir:
Pengertian Masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan
Islam telah memberi warna tersendiri bagi umat Islam modern. Tidaklah
mengherankan bila suatu saat, insya Allah, kita jumpai Masjid yang
telah dikelola dengan baik, terawat kebersihan, kesehatan dan
keindahannya. Terorganisir dengan manajemen yang baik serta
memiliki tempat-tempat pelayanan sosial seperti, poliklinik, Taman
Pendidikan Al Qur‟an, sekolah, madrasah diniyah, majelis ta'lim dan
lain sebagainya.
Fungsi dan Peranan DKM
Untuk merealisasikan fungsi dan peran Masjid diperlukan organisasi
Dewan Kemakmuran Masjid yang mampu mengadopsi prinsip-prinsip
organisasi dan manajemen. Sehingga aktivitas yang diselenggarakan dapat
menyahuti kebutuhan umat serta berlangsung secara efektif dan efisien.
Kebutuhan akan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang profesional
semakin tidak bisa ditawar lagi mengingat kompleksitas kehidupan umat
manusia yang semakin canggih akibat proses globalisasi, kemudahan
transportasi, kecepatan informasi dan kemajuan teknologi.
Dewan Keluarga Masjid, atau Dewan Kemakmuran Masjid (DKM),
merupakan organisasi yang dikelola oleh jemaah muslim dalam melangsungkan
aktivitas di masjid. Setiap masjid yang terkelola dengan baik memiliki DKM
menjadi tiga yaitu Bidang „Idarah (administrasi manajemen masjid), Bidang
„Imarah (aktivitas memakmurkan masjid) dan Bidang Ri‟ayah (pemeliharaan
fisik masjid).
Di masa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, selain digunakan
sebagai tempat shalat berjama‟ah, Masjid juga memiliki fungsi sosial-budaya.
Bagi umat Islam mengaktualkan kembali fungsi Masjid sebagai tempat ibadah
dan pusat kebudayaan adalah merupakan sikap kembali kepada sunnah Rasul;
yang semakin terasa diperlukan di era globalisasi dengan segenap
kemajuannya. Reaktualisasi fungsi dan peran Masjid adalah salah satu jawaban
untuk meraih kembali kejayaan umat Islam.
Dengan mengaktualkan fungsi dan perannya berarti kita telah
menempatkan Masjid pada posisinya dalam masyarakat Islam. Masjid menjadi
pusat kehidupan umat. Artinya umat Islam menjadikan Masjid sebagai pusat aktivitas jama‟ah serta sosialisasi kebudayaan dan nilai-nilai Islam. Pada
gilirannya, insya Allah, membawa umat pada keadaan yang lebih baik dan
lebih Islami.Untuk merealisasikan fungsi dan peran masjid diperlukan
organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang mampu mengadopsi
prinsip-prinsip organisasi dan management modern. Sehingga aktivitas yang
diselenggarakan dapat menyahuti kebutuhan umat serta berlangsung secara
efektif dan efisien. Kebutuhan akan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid
kehidupan umat manusia yang semakin canggih akibat proses globalisasi,
kemudahan transportasi, kecepatan informasi dan kemajuan teknologi.
Organisasi Dewan Kemakmuran Masjid secara kuantitas sudah banyak,
namun sebagian besar kinerjanya masih sangat memprihatinkan. Hal ini
terlihat dengan kurang profesionalnya Pengurus maupun minimnya aktivitas
yang diselenggarakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kurang
profesionalnya kebanyakan Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid, di antara
yang penting adalah minimnya pengetahuan dan kemampuan berorganisasi
mereka. Bahkan, ada di antara mereka yang belum mengenal apa itu ilmu
organisasi dan manajemen. Sehingga menimbulkan budaya organisasi yang
kurang sehat dan dinamis.
Untuk itu, umat Islam perlu menata organisasi Dewan Kemakmuran
Masjid yang sudah ada, terutama sistim organisasi dan manajemennya.
Merubah budaya organisasi bukan hal yang mudah karena akan menghadapi
banyak kendala.
Adanya kendala bukan berarti kita harus menyerah, tetapi justru dituntut
untuk lebih serius dalam membawa perubahan positif. Bila perubahan ini
berhasil, insya Allah, kita akan menyaksikan organisasi Dewan Kemakmuran
Masjid yang profesional. Mereka mampu mengelola aktivitas kemasjidan
D. Pengertian dan Ruang Lingkup Remaja Menurut Islam
1. Pengertian Remaja Menurut Islam
Remaja adalah seseorang yang sudah baligh yang sudah mengalami
tanda-tanda akan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa (mimpi
basah) kira-kira sekitar usia 15 tahun keatas. Atau dengan kata lain yaitu
seseorang yang sudah mengalami mimpi basah dan sudah bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk. Remaja adalah tahap umur yang
datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik
cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, baik luar dan
dalam, akan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku,
kesehatan serta kepribadian remaja. Remaja juga bisa dikatakan sebagai masa
yang berada di antara kanak-kanak dan masa dewasa yang matang, yaitu
masa dimana individu tampak bukan anak-anak lagi, tapi ia juga tidak tampak
sebagai orang dewasa yang matang, baik pria maupun wanita.
2. Ruang Lingkup Remaja Menurut Islam
Pendidikan agama Islam dapat digunakan sebagai terapi terhadap
kenakalan remaja, karena sifat ajaran Islam universal adalah shiroth al
mustaqim, hudan wa rohmah, syifaun lima fi al-sudur dan bimbingan agama
seperti ajaran moral yang diajarkan kepada mereka akan sangat berpengaruh
untuk mencegah mereka dari perbuatan yang buruk Selain itu nilai-nilai
akhlak yang ditanamkan sejak kecil akan mencegah mereka baik sadar
maupun tidak sadar untuk cenderung menjauhi hal-hal yang di larang agama,
mencintai kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu dengan pengetahuan
agama kita bisa mempertajam fitrah kita dan mengarahkan kita kepada
sesuatu yang bersifat hakiki.
Kebanyakan penyimpangan yang dilakukan oleh remaja adalah karena
masalah sosialisasi anak terkait dengan teman sebayanya. Oleh karena itu kita
sebagai orang tua harus benar-benar memastikan bahwa teman anak kita
adalah teman yang baik dan bukan teman yang menjerumuskan. Oleh karena
itu lingkungan yang agamis dirasa perlu. Juga hadis-hadis nabi yang sering di
sampaikan di dalam rumah tidak hanya di sekolah akan semakin memperkuat
keyakinan anak tersebut untuk bekata tidak pada obat-obatan, karena anak
akan merasa bahwa orang tuanya sangat perhatian terhadapnya.
Jiwa remaja yang berada dalam transisi dari masa anak-anak menuju
kedewasaan maka kesadaran beragama pada masa remaja berada dalam
keadaan peralihan, disamping keadaan jiwanya yang labil dan mengalami
kegoncangan, daya pemikiran abstrak, logik dan kritik mulai berkembang.
Emosinya semakin berkembang, motivasinya mulai otonom dan tidak
dikendalikan oleh dorongan biologis semata. Keadaan jiwa remaja yang
demikian nampak dalam kehidupan agama yang mudah goyah, timbul
kebimbangan, kerisauan dan konflik batin. Remaja mulai menemukan
penhalaman dan penghayatan ke-Tuhanan yang bersifat individual dan sukar
digambarkan kepada orang lain.
Islam telah mengatur perilaku remaja. Perilaku tersebut merupakan
tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja.
Kegiatan ibadah seperti sholat, puasa, dan berdoa kepada yang mulanya hanya
meniru tingkah laku orang tuanya atau karena diperintahkan kepadanya,
lambat laun semakin dihayati dan dilaksanakan dengan kesungguhan. Ia
betul-betul mencari keridhaan Allah dan memohon pertolongan–Nya dalam
menghadapi berbagai kesukaran yang timbul dalam dirinya sendiri atau dari
lingkungan. Peningkatan rasa ke-Tuhanan dalam hubungan emosional yank
di perkuat dengan ikatan moral akan dapat menumbuhkan penilaian, bahwa
kebaikan tertinggi adalah mengikuti perintah Allah dan meninggalkan
laranganNya. Sedangkan kejahatan terbesar adalah durhaka kepada Allah dan
mendustai agama. Akhirnya si anak berusaha menyesuaikan dirinya dengan
ajaran dan kehendak Tuhan.20
Dasar dan Tujuan Kegiatan Keagamaan
1. Dasar Kegiatan Keagamaan
Sebagai seorang muslim tentu menyadari sepenuhnya bahwa setiap apa yang dikerjakan haruslah disesuaikan dengan Al Qur‟an dan Al Hadits.
Begitu pula dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan, segala tindakan perlu
kiranya didasari kedua pedoman pokok umat Islam tersebut. dengan kata lain
segala tindakan, tingkah laku dan perbuatan hendaknya bersesuaian dengan
pedoman umat Islam yakni Al Qur‟an dan Al Hadits. Dengan bersandarnya
kita kepada kedua pedoman pokok tersebut, maka akan membawa yang
bersangkutan (yang dalam hal ini pelaku kegiatan keagamaan tersebut) ke
arah keteguhan dan keyakinan serta kenikmatan hidup yang sesungguhnya ini
karena kedua pedoman tersebut membimbing pelaku aktivitas ke jalan yang
diridhai oleh Allah SWT.
Al Qur‟an merupakan landasan yang utama dan terutama, ajaran yang
terkandung dalam Al Qur‟an mencakup segala demensi kehidupan
masyarakat. Sedangkan Al Hadits merupakan sumber kedua. Hadits di sini
sebagai pelaksana dari hubungan-hubungan yang terkandung dalam Al Qur‟an
yang berisikan petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup umat agar
menjadi manusia seutuhnya.
2. Tujuan kegiatan Keagamaan
Tujuan adalah pedoman atau arah yang hendak dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan keagamaan kegiatan tanpa tujuan diibaratkan membuat
rumah tanpa pondasi, seperti bunga tanpa tangkainya. Dengan tujuan yang
diolah dengan sadar dan terencana maka dalam pelaksanaannya hendaknya
dilaksanakan melalui fase demi fase, tahap demi tahap agar kegiatan
keagamaan dapat lebih terarah dalam mencapai tujuan yang dikehendaki.
Rumusan tentang tujuan kegiatan biasanya mencakup nilai yang ada dalam
kehidupan masyarakat yang merupakan cuta-cita bersama. Pada hakekatnya
nilai tersebut merupakan suatu satu kesatuan yang bulat atau merupakan satu
sistem nilai ke mana kegiatan itu akan diarahkan.
Jelasnya yang dikehendaki dari tujuan kegiatan keagamaan ini ialah
sehingga akan menimbulkan rasa keimanan yang dihayati secara
sungguh-sungguh yang pada akhirnya membawa dirinya sendiri hidup tenteram di
bawah ridha-Nya. Kemudian setelah adanya hubungan dengan Allah SWT.
manusia sebagai makhluk sosial membina hubungan sosialnya dengan alam
(ciptaan Allah) yang lain, saling menjaga dan membina hubungan Islamiyah
dengan yang lainnya.
Jadi tujuan akhir kegiatan keagamaan ialah membentuk yang
melakukan kegiatan tersebut untuk selalu beriman dan mengamalkan segala perbuatan yang ma‟ruf yakni dengan menjaga keselarasan hubungan antara
dirinya dengan Allah dan berkeseimbangan hubungan dengan sesamanya serta
alam sekitarnya. Tujuan ini bersesuaian dengan tujuan kegiatan keagamaan
remaja Masjid Baitul Makmur.21
BAB III
GAMBARAN UMUM MASJID RAYA BAITUL MAKMUR
A. Sejarah Berdirinya Masjid Raya Baitul Makmur
Masjid Raya Baitul Makmur berdiri pada tahun 1963, awalnya masjid
tersebut dibangun di lingkungkan keluarga keturunan betawi, masjid tersebut
dipindahkan 500 meter dari tempat yang sekarang atas prakasa ketiga orang
yang bernama H. Amat (alm), H. Amit (alm), dan H. Miat (alm) dengan alasan
bahwa masjid yang tidak terawat dan hampir ambruk di makan usia. Konon
masjid tersebut asalnya musholla di zaman Belanda yang didirikan oleh Bapak
Jaya dan masyarakat sekitarnya, kemudian musholla didirikan pada zaman
belanda dengan tujuan untuk masyarakat muslim agar dapat beribadah,
membahas strategi perang, serta mencerdaskan umat Islam pada masa itu.
Setelah mengalami perubahan pada tahun 1963 banguan tersebut dipindahkan
dan dibangun di halaman H. Miat di atas tanah seluas 100 meter, bangunan
tersebut dari batu merah berdinding bambu dan diberi nama Masjid Al Falah
dengan artian Kejayaan Islam yang lahir ditanah betawi pada masa itu.22
Bersamaan dengan dibangunnya Masjid Al Falah, saat itupun dibangun pula
tempat pendidikan dengan maksud untuk melengkapi tempat ibadah dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mencerdaskan umat Islam, baik yang
berada di lingkungan sekitar maupun di lingkungan lainnya, sebagai pelengkap
22
H. Andi Amri, Anggota Bidang Dakwah,Wawancara Pribadi. Jakarta 24 Maret 2014
madrasah ibtidaiyah yang bernama Al Hidayah dengan kepala madrasah H.M
Toies Aminudin dan berkembang cukup menggembirakan pada masa-masa itu
sampai tahun 1974. Pada tahun 1970 masjid kembali bergeser kearah barat dan
dibangun secara permanen dari batu bata diatas lahan 1000 meter atas tanah
wakaf dari H. Miat bin H. Buang namun bangunan ini sampai tahun 1979 tidak
selesai. Pada tahun itu pula Madrasah Hidayah dipisahkan dari masjid
Al-Falah dan dikelola dengan baik oleh keluarga H. Amit.23
Pada tahun 1979 masjid ini di bangun oleh PEMDA DKI (Daerah Khusus
Ibukota) yang pada waktu itu gurbernurnya dijabat oleh Tyokropranolo. Beliau
sekaligus meresmikan bangunan tersebut, dan nama masjid yang sebelumnya
Al-Falah berubah nama menjadi masjid Baitul Makmur. Terpilihlah ustad H.
Ahmad Suhaimi sebagai ketua DKM pertama masjid Baitul Makmur. Pada
tanggal 27 Mei 1997 H.Ahmad Suhaimi meninggal dunia, kemudian ketua
DKM dipegang oleh H.A. Rochmat. S melalui rapat umum DKM.
Pada tanggal 20 Agustus 2002 masjid di bongkar total dengan material yang
masih bisa digunakan, dihibahkan kepada masjid lain yang membutuhkan.
Sebulan setelah pembongkaran dan penugasan masjid dibangun kembali oleh
PEMDA DKI diatas tanah 2140 m2 , pembangunan ini selesai pada desember
2004, diatas kesepakatan jamaah masjid berubah nama menjadi Masjid Raya
Baitul Makmur.24
Pada tanggal 2 Januari 2005, H.A. Rachmat S. meninggal dunia dan jabatan
ketua DKM yang sebelumnya dipegang olehnya digantikan oleh adik beliau.
Status tanah adalah (1000 m2) berupa wakaf dari H.Miat bin H.Buang dan
selebihnya berupa hasil pembebasan dari H.A. Rachmat bin H.Miat.
Demikian sejarah keberadaan Masjid Raya Baitul Makmur dari tahun 1963
sampai sekarang yang letaknya berada di kawasan strategis dan berkembang
pesat dengan tumbuhnya perumahan menengah atas, dekat dengan dengan
sarana pusat rekreasi Perkampungan Budaya Betawi (Setu Babakan). Dengan
didirikannya Masjid Raya Baitul Makmur ini diharapkan menjadikan umat Islam
lebih maju dan berkembang.
B. Visi Dan Misi
Kehadiran dari Masjid Baitul Makmur di tengah masyarakat dimaksudkan untuk :
1. Sarana dan prasarana ibadah masyarakat Srengseng Sawah dan sekitarnya
2. Meningkatkan keimanan, ketaqwaan, serta akhlak karimah.
3. Meningkatkan silaturahim.
4. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota jamaah.
5. Menigkatkan sosial, budaya, dan peradaban serta sebagai sarana pembinaan
ummat.
C. Struktur Organisasi Masjid Raya Baitul Makmur
1. Struktur organisasi
Struktur organisasi masjid adalah susunan unit-unit kerja yang saling
berbeda, tetapi dihubungkan dengan garis koordinasi. Adanya koordinasi
inilah yang menyebabkan antar unit kerja menjadi satu kesatuan.
Setiap organisasi harus dijalankan secara professional dengan
menerapkan ilmu manajemen. Dalam ilmu manajemen dikenal adanya
struktur organisasi. Struktur organisasi adalah suatu bagan yang bertujuan
membagi tugas dalam berbagai pusat kegiatan atau melaksanakan tugas yang
harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam
organisasi. Struktur organisasi akan menggambarkan fungsi masing-masing
bagian batas wewenang yang dimilikinya, luas tanggung jawab yang harus
dipikulnya, hubungannya dengan bagian lain, atasannya dan bawahannya.
Struktur organisasi masjid dapat disederhanakan atau dikembangakan
sesuai dengan program dan tujuan dari sebuah masjid yang mungkin berbeda
antara masjid yang satu dengan masjid yang lainnya. Tergantung juga karena
mekanisme kerja organisasi masjid tersebut.
2. Job Description
Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam membutuhkan sebuah
manajemen modern agar benar-benar bisa berfungsi secara optimal. Setelah
bersepakat mengelola masjid harus menggunakan manajemen modern, maka
tugas takmir/pengurus masjidlah yang kemudian berperan besar. Tanpa
adanya takmir tentu semua tidak akan berjalan, karena dialah yang akan
menjalankan seluruh program itu. Maka menjadi kebutuhan dari takmir
masjid untuk membuat struktur organisasi masjid guna mengatur pembagian
Setiap masjid haruslah mempunyai organisasi yang bagus didalamnya.
Sehingga masjid tersebut mempunyai peranan dimasyarakat setempat.
Didalam organisasi masjid tersebut haruslah dikelola dengan manajemen yang
baik dalam manajemen modern. Manajemn inilah yang akan membagi
organisasi masjid dalam strutur organisasi.
Dalam membuat strutur organisasi masjid bukanlah hal yang
sembarangan. Harus juga memikirkian apa fungsi dari setiap struktur
organisai masjid yang telah dibagi dalam departemen-departemen. Sehingga
setiap struktur mempunyai tugasnya masing-masing dengan begini organisasi
dalam masjid akan tertata dengan baik dan mempunyai peran dalam
masyarakat.25
Struktur organisasi Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah terdiri
dari: Dewan kehormatan, dewan syariah, dewan pertimbangan, badan
pengurus harian, serta bidang fungsionalis.
Adapun tugas-tugas di dalam struktur tersebut ialah:
1. Dewan Kehormatan
a. Mengevaluasi kinerja pengurus DKM Masjid Baitul Makmur.
b. Mengevaluasi program program kerja masing masing bidang
fungsional Masjid Baitul Makmur.
2 Dewan Syariah
a. Menumbuhkembangkan nilai nilai syariah Islam kepada para pengurus.
b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan para pengurus untuk
membentuk organisasi ini.
d. Badan Pengurus
a. Ketua Umum :
1) Memimpin dan mengorganisasikan kegiatan masjid dalam
melaksanakan tugasnya.
2) Mewakili organisasi dengan baik kedalam atau keluar.
3) Mengawasi pelaksanaan program kerja.
4) Menandatangani surat-surat penting.
5) Memimpin evaluasi atas pelaksanaan program kerja.
6) Membuat laporan pertanggung jawaban (LPJ) dari program-program
kerja yang telah dilakukan diakhir pengurusan.
b. Wakil Ketua Umum :
1) Mewakili ketua apabila berhalangan.
2) Membantu ketua dalam menjalankan program kerja.
3) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan
tugas-tugasnya pada ketua.
c. Sekretaris
1) Mewakili ketua dan wakil ketua apabila berhalangan.
2) Bertanggung jawab terhadap segala bentuk administrasi masjid.
3) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan
d. Bendahara
1) Mengelola keuangan masjid.
2) Merencanakan sumber dana masjid
3) Menerima, menyimpan, dan membukukan keuangan.
4) Mengeluarkan uang sesuai kebutuhan.
5) Menyimpan tanda bukti penerima dan pengeluaran
6) Membuat laporan rutin dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan
tugas- tugasnya pada ketua.
e. Bidang Dakwah
Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan dakwah, meliputi :
1) Membuat jadwal kajian kajian keagamaan
2) Membuat jadwal pembicara pada setiap kajian
3) Membuat jadwal imam, khatib, muazin dan bilal shalat jumat
4) Mengkoordinir kegiatan remaja masjid, ibu-ibu dan anak-anak
5) Membuat program program kegiatan keagamaan yang berhubungan
dengan dakwah.
6) Mengumumkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan dakwah.
7) Mengkoordinir shalat jumat26
f. Bidang Pengembangan dan Pembangunan Masjid
Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pembangunan dan
pemeliharaan masjid yang meliputi :
1) Membuat program rehabilitasi dan pembangunan masjid
2) Membuat rencana anggaran
3) Melaksanakan program pembangunan dan rehabilitasi masjid
4) Mengatur kebersihan, keindahan dan kenyamanan masjid
5) Mendata segala kerusakan sarana dan pra sarana masjid
g. Bidang Pendidikan
Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pendidikan,
meliputi :
1) Membuat jadwal TPA dan TK
2) Membuat draft kompetensi guru TPA dan TK pada setiap kajian
3) Mengumumkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pendidikan.
h. Bidang Sosial
Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
Program Kerja sosial dan kesejahteraan ummat. Melaksanakan kegiatan
organisasi antara lain:
1) Merencanakan, mengatur dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
yang bersifat sosial atau kemasyarakatan.
2) Membantu jama'ah dalam mengurusi atau menanggulangi musibah
dan kematian.
3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada
i. Bidang Pembinaan Remaja
Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam Program Kerja
Pembinaan Remaja Masjid. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:
1) Merencanakan, mengatur, membina dan menyelenggarakan organisasi
Remaja Masjid.
2) Menyelenggarakan kegiatan peningkatan keimanan, keilmuan,
keterampilan dan kemasjidan bagi anggota dan Pengurus Remaja
Masjid.
3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada
Ketua DKM.
j. Bidang PHBI
Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
program Peringatan Hari Besar Islam. Melaksanakan kegiatan organisasi
antara lain:
1) Merencanakan, mengatur dan menyelenggarakan kegiatan yang
mengambil momentum hari-hari besar Islam.
2) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada
Ketua DKM
k. Bidang Pemberdayaan Perempuan
Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
program dakwah dan pembinaan khusus ibu-ibu (perempuan).
Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain: