• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Remaja Di Dkm Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah - Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Remaja Di Dkm Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah - Jakarta Selatan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA

DI DKM MASJID BAITUL MAKMUR

SRENGSENG SAWAH - JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Oleh :

Oleh :

BANDAR ROBI ATTAMIMI NIM : 107053000411

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

REMAJA DI DKM MASJID BAITUL MAKMUR SRENGSENG SAWAH-JAKARTA SELATAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 5 juni 2014. Skripsi telah di terima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Manajemen Dakwah.

Jakarta,5 Juni 2014

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Drs. Cecep Castrawijaya, MADrs.Sugiharto,MA

NIP. 19670818 1998031002 NIP. 1966008061996031001

Anggota,

Penguji I Penguji II

.Drs.Cecep Castrawidaja,MA .Drs.Muhammad Sungaidi,MA

NIP. 196708181998031002 NIP. 19600803199731006

Pembimbing

(3)

i Bandar Robi Attamimi

107053000411

Mengajak ke jalan Allah adalah wajib hukumnya, keberhasilan ajakannya mencerminkan prospek pengembangan Islam dimasa mendatang. Sebab maju

mundurnya agama terletak di tangan – tangan remaja. Hal ini terbukti dari kemalasan

kemalasan para pemuda dalam menuntut ilmu agama serta malas dalam mengikuti kegiatan kegiatan keagamaan.

Disinilah perlunya sebuah strategi dalam penyelenggaraan kegiatan keagamaan, Agar pengelolaan dan pergerakan dalam proses kegiatan keagamaan berlangsung efektif dan efisien.

Fenomena dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan para remaja sekitar masjid realitanya menunjukan bahwa remaja tersebut belum optimal dalam menunjukan eksistensinya sebagai remaja yang gemar akan kegiatan kegiatan di masjid. Fenomena diatas terjadi karena adanya perubahan, bukan proses yang terjadi secara tiba tiba. Ada banyak faktor baik alamiah maupun sosial, tentu semuanya berkaitan dengan sifat manusia sebagai agen perubahan yang dinamis, selalu bergerak, berubah dan berkembang. Di sinilah peran DKM Masjid Baitul Makmur dalam mengembangkan kegiatan keagamaan untuk para remaja.

Dalam hal perumusan masalah, penulis meneliti bagaimana Strategi DKM Masjid Baitul Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan untuk para remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.

Dilihat dari aspek metodologinya, maka penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif, yang teknik pengumpulan datanya diambil berdasarkan hasil survei atau observasi, dokumentasi dan wawancara langsung dengan pihak terkait sebagai subjek penelitian adalah DKM Masjid Baitul Makmur dan objek Penelitian ini adalah Strategi pengembangan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh DKM Masjid Baitul Makmur untuk para remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.

Sebagai hasil penelitian, maka formulasi strategi pengembangan kegiatan keagaman yang dilakukan dkm masjid baitul makmur sebagai berikut : Melalui Pembinaan Remaja Melalui Masjid, Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Anggota

Remaja Masjid, Melakukan Intensitas Hubungan Antara Ta‟mir (DKM) dan Remaja

(4)

ii pengembangan kegiatan keagamaan remaja.

(5)

iii

Alhamdulillah merupakan kalimat yang paling pantas diucapkan ketika

penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya dan para sahabatnya hingga akhir zaman.

Penulis telah mencurahkan segenap kemampuan dalam menyelesaikan skripsi

ini, dengan waktu yang begitu lama, walaupun demikian tentu masih terlalu jauh dari

kesempurnaan, kesempurnaan milik Allah SWT semata.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Penulisan skripsi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa melibatkan banyak

pihak. Untuk itu, penulisan skripsi ini saya dedikasikan kepada allahyarhamu ibunda

tercinta Muznah Husain Attamimi yang telah membesarkan serta mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang hingga ajal menyemputnya,”Maa...ampuni dosa kami

semua, maa....doakan kami dunia dan akhirat, sedari kecil sehingga dewasa kau

menyayang dan sering memanja, menanam iman menyemaikan taqwa mengajak kami muliakan agama, belaianmu masih ku terasa...ya Allah tempatkan ia di syurga.”

Tak lupa untuk ayahanda tercinta Robi Muhammad Attamimi yang telah

susah payah mengasuh serta mendidik penulis hingga penulis bisa menyelesaikan

perkuliahan.

Adik adikku yang penuh cinta dan sabar mendukung dan membantu

(6)

iv

Tak lupa penulis berterima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA., selaku Dekan. Suparto, M.Ed, MA selaku Wakil

Dekan I ,Dr.Jamroni,M.Si selaku Wakil Dekan II ,Dr.H.sunandar,MA selaku

wakil Dekan III

2. Bapak Drs. Cecep Castra Wijaya, MA dan bapak Drs. H. Mulkanasir, BA,Spd,

MM. selaku ketua dan sekertaris jurusan Manajemen dakwah, yang telah

memberikan kesempatan dalam berkonsultasi dan mengarahkan penulis dalam

perkuliahan.

3. Bapak Drs.H. Mulkanasir, BA,Spd,MM. selaku pembimbing, yang telah banyak

menyisihkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan pengarahan dan

bmbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Pimpinan dan para pengelola Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta

Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

riset, dan meluangkan waktu untuk wawancara, pengumpulan data penelitian

yang penulis butuhkan.

5. Teman teman di jurusan Manajemen Dakwah Angkatan 2007 yang telah menjadi

motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman L‟sensi, MU dan MM yang telah memberikan dorongan semangat

serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima

(7)

v fikiran dengan penulis. Syukran katsiran.

Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi

ini yang tak mungkin dapat penulis ungkapkan satu persatu, penulis hanya bisa

menghaturkan banyak terima kasih dan berdoa, semoga Allah SWT membalasnya

dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin.

Jakarta, 3 Rajab 1435 H Mei 2014 M

(8)

vi 2.Langkah-Langkah Strategi ... 13

3.Perumusan Strategi ... 13

4.Impelentasi Strategi ... 14

5.Evaluasi Strategi ... 15

B. Definisi Pengembangan ... 16

Pengertian Pengembangan Kegiatan Keagamaan ... 17

C. Pengertian dan Fungsi Masjid ... 18

1. Pengertian Masjid ... 18

2. Fungsi Masjid ... 21

Fungsi dan Peranan DKM ... 26

(9)

vii Di DKM Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta ... 47

1. Penetapan Rumusan Visi dan Misi... 47

2. Melakukan Analisis Pengembangan Kegiatan Keagamaan

5. Evalusi Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan ... 59

Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

Daftar Pustaka ... 64

(10)

viii

B. Agenda Kegiatan DKM Masjid Baitul Makmur ... 72

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masjid adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat bagi kaum

muslimin di seluruh pelosok dunia. Seperti yang diketahui bahwa eksistensi

masjid mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi agama Islam baik dalam

upaya membentuk nilai-nilai pribadi maupun masyarakat yang bernafaskan

Islam. Fungsi masjid yang utama adalah tempat untuk sholat secara berjama‟ah.

Kalau kita perhatikan, shalat berjama‟ah adalah merupakan salah satu ajaran

Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha,

yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam tentang shalat berjama‟ah merupakan perintah yang

benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin.

Untuk bisa mengoptimalkan fungsi masjid secara utuh, maka masjid harus

difungsikan sebaik mungkin dalam penggunaannya. Masjid adalah tempat ibadah

kaum muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat

Islam. Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebaikan dan

kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi semuanya

bisa berjalan sukses jika dirangkum dalam sebuah garis kebijakan manajemen

masjid. Namun dalam kenyataannya, fungsi masjid yang berdimensi duniawiyah

(12)

kurang memiliki peran yang maksimal dalam pembangunan umat dan peradaban

Islam1.

Sejarah membuktikan masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga

sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, pendidikan militer dan

fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya2. Sebagaimana makna atau kata dari masjid itu

sendiri yaitu tempat sujud, masjid selain tempat ibadah dapat pula difungsikan

sebagai tempat kegiatan masyarakat Islam, baik yang berkenaan dengan sosial,

ekonomi sosial budaya serta sosial politik3.

Di zaman Rasulullah SAW, masjid mempunyai fungsi sebagai tempat

peribadatan, pusat kegiatan masyarakat dan berkebudayaan. Dari masjid itulah

Rasulullah SAW melaksanakan bimbingan Islam dan pembinaan terhadap

masyarakat. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 18 :

Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang yang

beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka

merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang

mendapat petunjuk”

1 Muhammad Zen, dkk. Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi, Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2007, hal. 253-254

2 Qurais Shihab, Wawasan Al-Qur’an , Bandung : Mizan, 1998, hal. 462

(13)

Masjid dan kegiatan keagamaan Islam keduanya sangat erat sekali, faktor

yang sulit dipisahkan satu sama lain, hubungannya saling mengisi diantaranya.

Dengan demikian, masjid yang didirikan harus berperan sebagai tempat, media

maupun wadah untuk kegiatan keagamaan Islam. Oleh karenanya kegiatan

keagamaan Islam dipandang sebagai suatu yang penting untuk kegiatan

meningkatkan syiar Islam di dalam kehidupan beragama dalam masyarakat

melalui kegiatan-kegiatan keagamaan di dalam suatu tempat yang disebut masjid.

Menurut pandangan penulis, kiranya disinilah perlunya sebuah strategi

dalam penyelenggaraan kegiatan keagamaan, agar pengelolaan dan pergerakan

dalam proses kegiatan keagamaan berlangsung efektif dan efisien.

Fenomena dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan para remaja sekitar

masjid realitanya menunjukan bahwa remaja tersebut belum optimal dalam

menunjukan eksistensinya sebagai remaja yang gemar akan kegiatan kegiatan di

masjid. Fenomena diatas terjadi karena adanya perubahan, bukan proses yang

terjadi secara tiba tiba. Ada banyak faktor baik alamiah maupun sosial, tentu

semuanya berkaitan dengan sifat manusia sebagai agen perubahan yang dinamis,

selalu bergerak, berubah dan berkembang. Disinilah peran DKM Masjid dalam

mengembangkan kegiatan keagamaan untuk para remaja.

Untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan perlu adanya

strategi yang dilakukan DKM untuk menarik minat remaja masjid untuk ikut

berbondong-bondong melakukan beraneka ragam kegiatan kegiatan keagamaan

(14)

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penilitian dengan judul “Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan

Remaja di DKM di Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta

Selatan”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

sebenarnya masih banyak kegitan kemasjidan yang penting untuk dikaji,

namun penulis membatasi masalah yang akan dikaji dan diteliti yaitu meneliti

tentang strategi pengembangan kegiatan keagamaan untuk para remaja di

Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang

akan diekplorasikan dalam penulisan skripsi ini adalah: Bagaimana Strategi

DKM Masjid Baitul Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan

untuk para remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah di rumuskan

tersebut, maka ada beberapa tujuan yang hendak akan dicapai dalam penulisan

(15)

a. Mengenal lebih dekat strategi yang diterapkan DKM Masjid Baitul

Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan serta

program-program yang ada dalam masjid untuk para remaja khususnya remaja

sekitar masjid.

b. Mengetahui dampak dari strategi yang digunakan DKM Masjid Baitul

Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan terhadap remaja di

Srengseng sawah.

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat akademisi

1) Memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan tentang

strategi masjid dalam pengembangan kegiatan keagamaan.

2) Menambah khazanah keilmuan manajemen dakwah khususnya dan

umumnya para mahasiswa fakultas ilmu dakwah komunikasi.

3) Menambah wawasan bagi penulis dalam rangka

mengimplementasikan Strategi Kepengurusan Masjid.

b. Manfaat praktis

Sebagai media untuk mempromosikan dan mensosialisasikan Masjid

Baitul Makmur kepada kalayak masyarakat luas.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dilihat dari aspek metodologinya, maka penelitian skripsi ini

menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif penulis

(16)

mendapatkan informasi atau data secara langsung dari objek penelitian yang

tidak bisa lepas dari latar belakang alamiahnya. Pemilihan metode ini

didasarkan pula atas pandangan bahwa perumusan gagasan ini bagi

kemungkinan aplikasi pengembangan dari strategi dalam mengembangan

kegiatan keagamaan.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah DKM Masjid Baitul Makmur Jakarta

Selatan. Sedangkan objek Penelitian ini adalah Strategi pengembangan kegiatan

keagamaan yang dilakukan oleh DKM Masjid Baitul Makmur untuk para

remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.

3. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Tempat penulis melakukan penelitian di Masjid Raya Baitul Makmur

Jl.Srengseng Sawah No 83 Jagakarsa Jakarta Selatan 12640. Sedangkan waktu

penelitian dimulai dari bulan Maret 2014 sampai dengan Mei 2014.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat beberapa metode pengumpulan data,

diantaranya yaitu:

a. Metode dokumentasi : Dokumentasi yaitu menelaah buku serta karya tulis

lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

b. Metode observasi : Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung ke

(17)

c. Metode wawancara : Wawancara yaitu penulis mengumpulkan data

melalui wawancara dan dibantu dengan alat perekam agar materi

wawancara dapat direkam secara utuh dan lengkap.

5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan data deskriptif analisis,

yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan

semua data yang diperoleh dari pengamatan kemudian menganalisisnya

dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis, kemudian

menyimpulkannya.

6. Pedoman Penulisan

Dari teknik penelitian skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis Disertasi” CEQDA yang diterbitkan oleh

tim penyusun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum mengadakan suatu penelitian dalam penyusunan skripsi ini, perlu

penulis kemukakan tinjauan pustaka sebagai langkah awal agar terhindar dari

kesamaan penelitian dengan skripsi sebelumnya. Berikut adalah

skripsi-skripsi tersebut :

1. Oleh Agung Rahardian dengan judul “Manajemen Strategi Dakwah Yayasan

Al Sofwa Dalam Pengembangan Kegiatan Dakwah Islam” mahasiswa

tersebut meneliti tentang bagaimana manajemen strategi yang dilakukan oleh

(18)

Sofwa, serta penerapan strategi dakwah Yayasan Al Sofwa dan Evaluasi

Strategi Dakwah yang kesemuanya itu merupakan proses menejemen strategi

dakwah.

2. Selanjutnya oleh Lutfi Saefulah dengan judul “Manajemen Masjid Ibnu Sina

Pamulang Dalam Pengembangan Kegiatan Dakwah Pada Anak Usia Dini”.

Apabila dilihat dari judulnya sama-sama meneliti tentang pengembangan

kegiatan, tapi mahasiswa tersebut membahas tentang Manajemen Masjid Ibnu

Sina Pamulang, bukan pada strategi mengembangkan kegiatan keagamaan.

3. Selanjutnya oleh Ukhuwah Islamiyah Sayidi dengan judul skripsi

“Manajemen Masjid Raya Pondok Indah Dalam Pengembangan Dakwah dan

Pembinaan Umat.” Membahas tentang manajemen Masjid Raya Pondok

Indah untuk mengembangkan dakwah dan pembinaan umat.

Adapun Penelitian yang dilakukan penulis bahasannyanya berbeda dengan

peneliti-peneliti sebelumnya sama sama meneliti masjid. Perbedaannya dengan

penulis adalah lebih menitikberatkan pada sisi Strategi DKM dalam

mengembangkan kegiatan keagamaan bukan sisi manajemennya.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini menjelaskan tentang latar belakang masalah,

perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, metodeologi penelitian, dan sistematika penulisan.

(19)

Tentang strategi Masjid Baitul Makmur dalam mengembangkan

kegiatan keagamaan yang terdiri dari pengertian strategi,

unsur-unsur strategi dan fungsi manajemen, pengertian dan fungsi

masjid, pengertian dakwah dan bagaimana adab berdakwah, serta

ruang lingkup kegiatan keagamaan, definisi remaja menurut Islam.

BAB III : GAMBARAN UMUM MASJID BAITUL MAKMUR

JAKARTA

Bab ini berisi tentang sejarah pendirinya Masjid Raya Baitul

Makmur, visi dan isi serta motto masjid dan struktur organisasi,

program kegiatan masjid serta sarana dan prasarana Masjid Baitul

Makmur.

BAB IV : ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN MASJID BAITUL

MAKMUR DALAM PENGEMBANGAN KEGIATAN

KEAGAMAAN REMAJA

Bab ini menganalisis bagaimana strategi yang diterapkan oleh para

pengurus DKM Masjid Baitul Makmur dalam mengembangkan

kegiatan keagamaan yang ada khususnya pada remaja.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup dari seluruh uraian penulisan

(20)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Strategi Secara Umum

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategos yang berasal dari

kata Stratos yang berarti militer dan Ag yang artinya memimpin. Dan pada

konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang

dilakukan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh

dan menenangkan perang.4

Sehingga tidaklah mengherankan bila pada awal

perkembangannya istilah strategi digunakan dan populer di lingkungan militer.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak

diadopsi dan diberikan pengertian yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu

atau kegiatan yang merangkapkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas

pada konsep atau pun seni seorang jendral dimasa perang, tetapi sudah

berkembang pada tanggung jawab seorang pimpinan (manajemen puncak).

Menurut penulis, saat ini ada banyak sekali rumusan tentang strategi, akan

tetapi dalam rumusan-rumusan yang ada tidaklah merubah pokok-pokok yang

terdapat dalam pengertian sebelumnya. Hanya saja aplikasinya disesuaikan

dengan jenis organisasi yang menerapkannya. Pada hakikatnya seorang

4 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, Jakarta: Lembaga

Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999, hal. 8

(21)

pimpinan (manajemen puncak) memang terlibat dalam suatu bentuk “peperangan” tertentu.5

Berikut ini pengertian strategi menurut bebeberapa pakar yang diartikan

sebagai berikut :

1. Menurut Karl Von Clausewitz “Strategi adalah pengetahuan tentang

penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari politik”.

2. Menurut A. Halim “Strategi adalah suatu cara dimana organisasi / lembaga

akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang - peluang dan ancaman -

ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan internal”.

3. Menurut Kaplan & Norton “Strategi adalah seperangkat hipotesis dalam

model hubungan cause dan effect, yaitu suatu hubungan yang dapat

diekspresikan melalui kaitan antara pernyataan if-then.”

4. Menurut Stephanie K. Marrus “Strategi didefinisikan sebagai suatu proses

penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan

jangka panjang organisasi, diserta penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai”.

5. Menurut Hamel & Prahalad (1995) “Strategi merupakan tindakan yang

bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus - menerus, serta

(22)

dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan”.

6. Menurut Sjahfrizal “Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan

analisa terhadap faktor internal dan eksternal”.

Dari sudut etimologis (asal kata), penggunaan kata strategi dalam

manajemen suatu organisasi diartikan sebagai “kiat, cara, dan taktik utama

yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi

manajemen yang terarah kepada tujuan strategi organisasi.” 6

Dalam kamus

besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah strategi adalah ”seni atau ilmu

untuk menggunakan sumber daya-sumber daya untuk melaksanakan

kebijaksanaan tertentu”7

Sejarahwan Alferd D. Chandler (1962), sebagimana disebutkan oleh James

AF. Storner, et.al., berpendapat bahwa strategi adalah “Penentuan tujuan dan

sasaran pokok jangka panjang dari suatu usaha, daan pengambilan serangkaian

tindakan dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan”.8

Dalam salah satu prinsip manajemen istilah strategi pun digunakan sebagai

penekanan pada perencanaan yang efektif bagi kelancaran proses manajemen

6 Hadari Nawawi, Manajemen Statejik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang

Pendidikan, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 2000, Cet Ke-1, hal. 147

7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1997, hal 199 8 James AF. Storner dan R Edward Freeman, Manajemen, diterjemahkan oleh Wilhelmus W. Bakowatun dan Benyamin

(23)

menyangkut keuangan, operasional dan aspek-aspek sosial perusahan

(perencanaan strategis).9

Dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan istilah

strategi manajemen sebuah organisai dapat diartikan sebagai cara dan kiat yang

dirancang dan disiapkan secara sistematis dalam melaksanakan fungsi-fungsi

manajemen yang terarah pada tujuan strategi.

Langkah – Langkah Strategi

1. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi, konseptor harus mempertimbangkan

mengenai peluang dan ancaman, serta menetapkan kekuatan dan kelemahan.

Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari

peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian

mengadakan analisis mengenai kemungkinan kemungkinan serta

memperhitungkan pilihan pilihan dan langkah langkah yang dapat diambil

dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu. 10

Oleh karena itu inilah cara untuk memudahkan dalam merumuskan

strategi yang akan ditetapkan.

a. Kekuatan (Strenght)

Kekuatan adalah “sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sebagai

model bagi kelanjutan dan perkembangan organisasi.11

b. Kelemahan (Weakness)

9 Ramiler Wertadjaja, et.al., Strategi Pengendalian Administrasi Perusahaan, Bandung : Angkasa, 1991, hal 7 10 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, hal.18

11 (Fredy Rangkuti, Andris SWOT; Tekhnik Membedah Kamus Bismus, Jakarta : Gramedia, Pustaka Utama, 1997,

(24)

Kelemahan adalah “Keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber,

keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi

penampilan kinerja organisasi yang memuaskan”12

c. Peluang (Opportunity)

Peluang adalah “Situasi yang menguntungkan dalam lingkup

organisasi memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk meraih

kesempatan terbuka bagi kelangsungan dan kemajuan organisasi”13

d. Ancaman (Thearts)

Ancaman adalah “Kondisi tidak menguntungkan bagi organisasi dan

dapat menghambat terhadap kelanjutan dan kemajuan kegiatan organisasi”

2. Implementasi Strategi

Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan

tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang dipilih sangat membutuhkan

komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi, karena jika tidak maka

proses perumusan dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh

dari kenyataan.

Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam

mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah

arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem

informasi yang masuk. Implementasi strategi sering pula disebut sebagai

(25)

tindakan dalam strategi, karena implementasi berarti juga memobilisasi

untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan menjadi tindakan

menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasi sumber daya dan

mengembangkan budaya yang mendukung strategi merupakan usaha yang

dilakukan dalam mengimplementasi strategi. Implementasi yang sukses

membutuhkan dukungan disiplin, motivasi serta kerja keras.14

3. Evaluasi strategi

Tahap terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi. Tiga macam

aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi yaitu :

a. Meninjau faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan

faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) yang menjadi dasar asumsi

pembuatan strategi. Adapun perubahan faktor-faktor eksternal seperti

tindakan yang dilakukan.perubahan yang ada menjadi satu hambatan

dalam pencapaian tujuan begitupula dengan faktor internal yang

diantaranya strategi yang tidak efektif atau aktivitas implementasi yang

buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

b. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan

kenyataan). Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi

presentasi individual dan penyimak kemajuan yang dibuat ke arah

penyampaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi

strategi harus dapat diukur dan dibukikan, kriteria yang meramalkan hasil

(26)

lebih penting daripada kriteria yang mengungkapkan apa yang telah

terjadi.

c. Mengambil tindakan korelatif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai

dengan rencana.dalam mengambil tindakan korelatif tidak harus berarti

bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru

harus dirumuskan.

Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan

merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan. Evaluasi strategi mungkin

berupa tindakan yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak

penekanan pada evaluasi strategi akan merugikan hasil yang dicapai.

Evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang

dinyatakan telah dicapai. Evaluasi strategi perlu untuk organisasi dari

semua kegiatan dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus

memicu tinjauan dan nilai nilai yang merangsang kreativitas.

B. Definisi Pengembangan

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan

teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebituhan

pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan latihan.

Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral

karyawan, sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan, workshop bagi karyawan dapat

(27)

Edwin B. Flippo mendefinisikan pengembangan sebagai berikut : “Pendidikan

adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh”, sedangkan latihan didefinisikan

sebagai berikut : “Latihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan

pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu”.

Sedangkan Andrew F. Sikula mendefinisikan pengembangan sebagai berikut : “Pengembangan mengacu pada masalah staf dan personel adalah suatu

proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang sistematis

dan terorganisasi dengan mana manajer belajar pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum”. Sedangkan definisi latihan diungkapkan oleh

Andrew F. Sikula yaitu “latihan adalah proses pendidikan jangka pendek

dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga

karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu”.15

Pengertian Pengembangan Kegiatan Keagamaan

Berbicara mengenai pengembangan kegiatan keagamaan Banyak sekali

kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh DKM masjid-masjid se

Indonesia, baik itu yang sifatnya rutin maupun temporer. Kegiatan rutin seperti:

jamaah sholat fardhu, kultum, kajian kitan yang diselenggarakan sehabis

jamaah sholat Dhuhur, dan pengajian bulanan. Kegiatan temporer, seperti

kunjungan dan muhasabah ke berbagai pondok pesantren, peringatan hari besar

(28)

Islam dan kegiatan bulan Ramadhan. Di samping kegiatan yang sifatnya ritual

juga diselenggarakan kegiatan sosial terutama untuk masyarakat sekitar, seperti:

santunan fakir miskin dn anak yatim dan sunatan massal. Menurut penulis

pengembangan kegiatan keagamaan ialah : suatu usaha untuk meningkatkan

kinerja daripada kegiatan kegiatan keagamaan yang sudah ada sebelumnya

serta terkonsep dan tersusun rapi oleh yang membuat kegiatan.

C. Pengertian Dan Fungsi Masjid

1. Pengertian Masjid

Kebanyakan umat Islam memahami kata masjid sebagai bangunan

tempat ibadah umat Islam, tempat sholat dan sebagainya. Pemahaman ini

adalah pemahaman umum, walaupun sebenarnya harus dipahami lebih

mendalam, definisinya tidak sedangkal itu. Ditinjau dari segi etimologi,

masjid berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata

sajada-sujud-masjad/masjid. Sujud mengandung arti taat, patuh, dan tunduk dengan

hormat. Makna-makna ini diekspresikan secara lahiriahnya dalam bentuk

meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi. Tempat yang

dibangun khusus untuk melakukan sujud seperti ini secara rutinitas disebut

masjid. Dalam ilmu tata bahasa Arab atau gramatikal bahasa Arab kata

masjid dinamakan ismu makan, yaitu kata benda yang menunjukkan pada

(29)

sehari-hari bagi umumnya umat Islam, masjid sebagai bangunan tempat

mendirikan shalat bagi umat Islam.16

Sedangkan pengertian masjid secara istilah ialah zikir kepada Allah

SWT, dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan dakwah Islam. Akan

tetapi, akar kata masjid yaitu sajada, mengandung makna tunduk dan patuh

serta taat, maka hakekat masjid itu adalah tempat melakukan segala macam

aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT. Dengan kata

lain, bahwa masjid itu berarti suatu tempat melakukan segala aktivitas

manusia yang mencerminkan nilai-nilai kepatuhan dan ketaatan kepada

Allah.

Sejak zaman nabi, masjid selain difungsikan sebagai tempat ibadah,

juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan, pusat ilmu pengetahuan serta

pusat informasi, pusat pengembangan ekonomi kerakyatan, pusat

pengaturan strategi perang, serta pusat pembinaan dan pengembangan

sumber daya umat secara keseluruhan, pengertian ini menggambarkan

bahwa masjid sejak dahulu memiliki peran ganda dalam pengembangan

dakwah Islam.

Ditinjau dari segi semiotik, makna suatu masjid dapat dipahami

berdasar pada, bentuk, model, dan simbol yang tampak dari masjid itu

sendiri. Bentuk dan model fisik bangunan masjid di Indonesia ini banyak

terpengaruh dari budaya Timur Tengah, Turki, dan juga tidak lepas dari

pengaruh budaya dari adat tradisi daerah setempat tertentu, sehingga bentuk

(30)

dan model bangunan masjid yang ada di Pulau Sulawesi, Sumatera,

Kalimantan, Jawa, dan lain-lain berbeda-beda. Namun, yang jelas bahwa

bentuk dan model bangunan fisik masjid yang ada di Indonesia ini justru

lebih didorong pada simbol sufistik.17

Hal ini boleh jadi, karena para tokoh yang membangun masjid itu

umumnya adalah para sufi dan wali sebagai muballigh yang akan

memberikan pencerahan dan penyejukan hati bagi umat Islam. Misalnya

saja, di berbagai daerah di Indonesia ini banyak dijumpai bangunan fisik

dan material masjid yang berbentuk tiga susun atapnya lalu di atasnya

terdapat sebuah kubah kecil yang di tengah-tengah lingkarannya tertancap

sebuah menara kecil yang di puncak atasnya terdapat sebuah lambang bulan

sabit dan bintang. Bangunan fisik masjid dengan bercirikan model dan

bentuk seperti di atas dapat dimaknai sebagai simbol bahwa manusia itu

dalam proses persujudan menuju kepada Tuhan.

Masjid sebenarnya adalah sebuah filosofi tempat. Bukan ditekankan

pada wujud fisik bangunan. Masjid adalah sebuah tempat bersujud manusia

kepada Allah. Sedangkan Masjid juga disebut baitullah atau rumahnya

Allah. Maksudnya bukan tempatnya kelompok tertentu. Jadi Sebelum ingin

mendefinisikan masjid sebaiknya memahami sifat- sifat Allah dalam

Asmaul Husna. Nama Allah adalah Maha Suci, Memiliki semua kebaikan,

Arrahman dan Arrahim dan seterusnya. Sehingga karena masjid itu adalah

rumahnya Allah maka Sebuah masjid harus bisa mencerminkan sifat-sifat

(31)

Allah. Harus bisa mengayomi, harus bisa memecahkan segala persoalan

bukan malah menciptakan perpecahan dan persoalan.18

Dari pengertian diatas tentang masjid maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa pengertian masjid adalah, suatu tempat untuk

beribadah, juga tempat bertemunya saudara semuslim, dengan kata lain

masjid adalah tempat seseorang untuk melakukan aktifitas baik vertikal

maupun horizontal (habluminallah wa habluminanaas).

2. Fungsi Masjid

Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama‟ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama‟ah adalah

merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam

pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam tentang

shalat berjama‟ah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada

kaum muslimin. Abdullah Ibn Mas‟ud r.a. berkata: “Saya melihat semua

kami (para shahabat) menghadiri jama’ah. Tiada yang ketinggalan

menghadiri jama’ah, selain dari orang-orang munafiq yang telah nyata

kemunafiqannya, dan sungguhlah sekarang di bawa ke Masjid dipegang

lengannya oleh dua orang, seorang sebelah kanan, seorang sebelah kiri,

sehingga didirikannya ke dalam shaff.” (HR: Al Jamaah selain Bukhori dan Turmudzi). Ibnu Umar r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w.: “Shalat

(32)

berjama’ah melebihi shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR:

Bukhori dan Muslim).

Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama‟ah, yang merupakan salah satu syi‟ar Islam terbesar. Sementara

yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama‟ah merupakan indikator

utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan

kekurang-berhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjama‟ah.

Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun

Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Di masa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat,

berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial.

Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut

ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya.

Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan

yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya.

Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid.

Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Disamping menjadi

tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da‟wah dan lain sebagainya.

Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid

Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid

(33)

mendekatkan diri kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta‟ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan

pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat.

Utsman Ibn „Affan r.a. berkata: “Rasul s.a.w. bersabda: “Barangsiapa

mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya

seperti yang ia telah dirikan itu di Syurga.” (HR. Bukhori & Muslim).

Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat

Islam, beberapa di antaranya fungsi tersebut adalah:

a. Sebagai tempat beribadah

Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi

utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui

bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala

aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridha Allah,

maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai

tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.

b. Sebagai tempat menuntut ilmu

Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya

ilmu agama yang merupakan fardhu „ain bagi umat Islam. Disamping

itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan

dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.

c. Sebagai tempat pembinaan jama‟ah

Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam

(34)

umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta‟mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan

da‟wah Islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang

kokoh.

d. Sebagai pusat da‟wah dan kebudayaan Islam

Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan da‟wah Islamiyah dan budaya Islami.

Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan

dikembangkan da‟wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti

kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da‟wah dan kebudayaan.

e. Sebagai pusat kaderisasi umat

Sebagai tempat pembinaan jama‟ah dan kepemimpinan umat,

Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara

istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena

itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak

mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta‟mir Masjid

beserta kegiatannya.

f. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam.

Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam

sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur

(35)

dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari

berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial

dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan

dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini

dengan nilai-nilai Islam. Proses Islamisasi dalam segala aspek

kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.

Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan,

diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan

organisasi dan manajemen yang baik. Tegasnya, perlu tindakan

mengaktualkan fungsi dan peran Masjid dengan memberi warna dan

nafas modern. Lokakarya Idarah Masjid yang diselenggarakan di Jakarta

oleh KODI DKI pada tanggal 9-10 November 1974 telah merumuskan

pengertian istilah Masjid sebagai berikut: "Masjid ialah tempat untuk

beribadah kepada Allah semata dan sebagai pusat kebudayaan

Islam".19

Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa Masjid harus bebas dari

aktivitas syirik dan harus dibersihkan dari semua kegiatan-kegiatan yang

cender ung kepada kemusyrikan. Disamping itu kegiatan-kegiatan sosial

yang dijiwai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam dapat

diselenggarakan di dalamnya.

19 Institute Manajemen Masjid Referensi Makalah® Kepustakaan: Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir:

(36)

Pengertian Masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan

Islam telah memberi warna tersendiri bagi umat Islam modern. Tidaklah

mengherankan bila suatu saat, insya Allah, kita jumpai Masjid yang

telah dikelola dengan baik, terawat kebersihan, kesehatan dan

keindahannya. Terorganisir dengan manajemen yang baik serta

memiliki tempat-tempat pelayanan sosial seperti, poliklinik, Taman

Pendidikan Al Qur‟an, sekolah, madrasah diniyah, majelis ta'lim dan

lain sebagainya.

Fungsi dan Peranan DKM

Untuk merealisasikan fungsi dan peran Masjid diperlukan organisasi

Dewan Kemakmuran Masjid yang mampu mengadopsi prinsip-prinsip

organisasi dan manajemen. Sehingga aktivitas yang diselenggarakan dapat

menyahuti kebutuhan umat serta berlangsung secara efektif dan efisien.

Kebutuhan akan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang profesional

semakin tidak bisa ditawar lagi mengingat kompleksitas kehidupan umat

manusia yang semakin canggih akibat proses globalisasi, kemudahan

transportasi, kecepatan informasi dan kemajuan teknologi.

Dewan Keluarga Masjid, atau Dewan Kemakmuran Masjid (DKM),

merupakan organisasi yang dikelola oleh jemaah muslim dalam melangsungkan

aktivitas di masjid. Setiap masjid yang terkelola dengan baik memiliki DKM

(37)

menjadi tiga yaitu Bidang „Idarah (administrasi manajemen masjid), Bidang

„Imarah (aktivitas memakmurkan masjid) dan Bidang Ri‟ayah (pemeliharaan

fisik masjid).

Di masa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, selain digunakan

sebagai tempat shalat berjama‟ah, Masjid juga memiliki fungsi sosial-budaya.

Bagi umat Islam mengaktualkan kembali fungsi Masjid sebagai tempat ibadah

dan pusat kebudayaan adalah merupakan sikap kembali kepada sunnah Rasul;

yang semakin terasa diperlukan di era globalisasi dengan segenap

kemajuannya. Reaktualisasi fungsi dan peran Masjid adalah salah satu jawaban

untuk meraih kembali kejayaan umat Islam.

Dengan mengaktualkan fungsi dan perannya berarti kita telah

menempatkan Masjid pada posisinya dalam masyarakat Islam. Masjid menjadi

pusat kehidupan umat. Artinya umat Islam menjadikan Masjid sebagai pusat aktivitas jama‟ah serta sosialisasi kebudayaan dan nilai-nilai Islam. Pada

gilirannya, insya Allah, membawa umat pada keadaan yang lebih baik dan

lebih Islami.Untuk merealisasikan fungsi dan peran masjid diperlukan

organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang mampu mengadopsi

prinsip-prinsip organisasi dan management modern. Sehingga aktivitas yang

diselenggarakan dapat menyahuti kebutuhan umat serta berlangsung secara

efektif dan efisien. Kebutuhan akan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid

(38)

kehidupan umat manusia yang semakin canggih akibat proses globalisasi,

kemudahan transportasi, kecepatan informasi dan kemajuan teknologi.

Organisasi Dewan Kemakmuran Masjid secara kuantitas sudah banyak,

namun sebagian besar kinerjanya masih sangat memprihatinkan. Hal ini

terlihat dengan kurang profesionalnya Pengurus maupun minimnya aktivitas

yang diselenggarakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kurang

profesionalnya kebanyakan Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid, di antara

yang penting adalah minimnya pengetahuan dan kemampuan berorganisasi

mereka. Bahkan, ada di antara mereka yang belum mengenal apa itu ilmu

organisasi dan manajemen. Sehingga menimbulkan budaya organisasi yang

kurang sehat dan dinamis.

Untuk itu, umat Islam perlu menata organisasi Dewan Kemakmuran

Masjid yang sudah ada, terutama sistim organisasi dan manajemennya.

Merubah budaya organisasi bukan hal yang mudah karena akan menghadapi

banyak kendala.

Adanya kendala bukan berarti kita harus menyerah, tetapi justru dituntut

untuk lebih serius dalam membawa perubahan positif. Bila perubahan ini

berhasil, insya Allah, kita akan menyaksikan organisasi Dewan Kemakmuran

Masjid yang profesional. Mereka mampu mengelola aktivitas kemasjidan

(39)

D. Pengertian dan Ruang Lingkup Remaja Menurut Islam

1. Pengertian Remaja Menurut Islam

Remaja adalah seseorang yang sudah baligh yang sudah mengalami

tanda-tanda akan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa (mimpi

basah) kira-kira sekitar usia 15 tahun keatas. Atau dengan kata lain yaitu

seseorang yang sudah mengalami mimpi basah dan sudah bisa membedakan

mana yang baik dan mana yang buruk. Remaja adalah tahap umur yang

datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik

cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, baik luar dan

dalam, akan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku,

kesehatan serta kepribadian remaja. Remaja juga bisa dikatakan sebagai masa

yang berada di antara kanak-kanak dan masa dewasa yang matang, yaitu

masa dimana individu tampak bukan anak-anak lagi, tapi ia juga tidak tampak

sebagai orang dewasa yang matang, baik pria maupun wanita.

2. Ruang Lingkup Remaja Menurut Islam

Pendidikan agama Islam dapat digunakan sebagai terapi terhadap

kenakalan remaja, karena sifat ajaran Islam universal adalah shiroth al

mustaqim, hudan wa rohmah, syifaun lima fi al-sudur dan bimbingan agama

seperti ajaran moral yang diajarkan kepada mereka akan sangat berpengaruh

untuk mencegah mereka dari perbuatan yang buruk Selain itu nilai-nilai

akhlak yang ditanamkan sejak kecil akan mencegah mereka baik sadar

maupun tidak sadar untuk cenderung menjauhi hal-hal yang di larang agama,

(40)

mencintai kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu dengan pengetahuan

agama kita bisa mempertajam fitrah kita dan mengarahkan kita kepada

sesuatu yang bersifat hakiki.

Kebanyakan penyimpangan yang dilakukan oleh remaja adalah karena

masalah sosialisasi anak terkait dengan teman sebayanya. Oleh karena itu kita

sebagai orang tua harus benar-benar memastikan bahwa teman anak kita

adalah teman yang baik dan bukan teman yang menjerumuskan. Oleh karena

itu lingkungan yang agamis dirasa perlu. Juga hadis-hadis nabi yang sering di

sampaikan di dalam rumah tidak hanya di sekolah akan semakin memperkuat

keyakinan anak tersebut untuk bekata tidak pada obat-obatan, karena anak

akan merasa bahwa orang tuanya sangat perhatian terhadapnya.

Jiwa remaja yang berada dalam transisi dari masa anak-anak menuju

kedewasaan maka kesadaran beragama pada masa remaja berada dalam

keadaan peralihan, disamping keadaan jiwanya yang labil dan mengalami

kegoncangan, daya pemikiran abstrak, logik dan kritik mulai berkembang.

Emosinya semakin berkembang, motivasinya mulai otonom dan tidak

dikendalikan oleh dorongan biologis semata. Keadaan jiwa remaja yang

demikian nampak dalam kehidupan agama yang mudah goyah, timbul

kebimbangan, kerisauan dan konflik batin. Remaja mulai menemukan

penhalaman dan penghayatan ke-Tuhanan yang bersifat individual dan sukar

digambarkan kepada orang lain.

Islam telah mengatur perilaku remaja. Perilaku tersebut merupakan

(41)

tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja.

Kegiatan ibadah seperti sholat, puasa, dan berdoa kepada yang mulanya hanya

meniru tingkah laku orang tuanya atau karena diperintahkan kepadanya,

lambat laun semakin dihayati dan dilaksanakan dengan kesungguhan. Ia

betul-betul mencari keridhaan Allah dan memohon pertolongan–Nya dalam

menghadapi berbagai kesukaran yang timbul dalam dirinya sendiri atau dari

lingkungan. Peningkatan rasa ke-Tuhanan dalam hubungan emosional yank

di perkuat dengan ikatan moral akan dapat menumbuhkan penilaian, bahwa

kebaikan tertinggi adalah mengikuti perintah Allah dan meninggalkan

laranganNya. Sedangkan kejahatan terbesar adalah durhaka kepada Allah dan

mendustai agama. Akhirnya si anak berusaha menyesuaikan dirinya dengan

ajaran dan kehendak Tuhan.20

Dasar dan Tujuan Kegiatan Keagamaan

1. Dasar Kegiatan Keagamaan

Sebagai seorang muslim tentu menyadari sepenuhnya bahwa setiap apa yang dikerjakan haruslah disesuaikan dengan Al Qur‟an dan Al Hadits.

Begitu pula dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan, segala tindakan perlu

kiranya didasari kedua pedoman pokok umat Islam tersebut. dengan kata lain

segala tindakan, tingkah laku dan perbuatan hendaknya bersesuaian dengan

pedoman umat Islam yakni Al Qur‟an dan Al Hadits. Dengan bersandarnya

kita kepada kedua pedoman pokok tersebut, maka akan membawa yang

(42)

bersangkutan (yang dalam hal ini pelaku kegiatan keagamaan tersebut) ke

arah keteguhan dan keyakinan serta kenikmatan hidup yang sesungguhnya ini

karena kedua pedoman tersebut membimbing pelaku aktivitas ke jalan yang

diridhai oleh Allah SWT.

Al Qur‟an merupakan landasan yang utama dan terutama, ajaran yang

terkandung dalam Al Qur‟an mencakup segala demensi kehidupan

masyarakat. Sedangkan Al Hadits merupakan sumber kedua. Hadits di sini

sebagai pelaksana dari hubungan-hubungan yang terkandung dalam Al Qur‟an

yang berisikan petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup umat agar

menjadi manusia seutuhnya.

2. Tujuan kegiatan Keagamaan

Tujuan adalah pedoman atau arah yang hendak dicapai dalam

pelaksanaan kegiatan keagamaan kegiatan tanpa tujuan diibaratkan membuat

rumah tanpa pondasi, seperti bunga tanpa tangkainya. Dengan tujuan yang

diolah dengan sadar dan terencana maka dalam pelaksanaannya hendaknya

dilaksanakan melalui fase demi fase, tahap demi tahap agar kegiatan

keagamaan dapat lebih terarah dalam mencapai tujuan yang dikehendaki.

Rumusan tentang tujuan kegiatan biasanya mencakup nilai yang ada dalam

kehidupan masyarakat yang merupakan cuta-cita bersama. Pada hakekatnya

nilai tersebut merupakan suatu satu kesatuan yang bulat atau merupakan satu

sistem nilai ke mana kegiatan itu akan diarahkan.

Jelasnya yang dikehendaki dari tujuan kegiatan keagamaan ini ialah

(43)

sehingga akan menimbulkan rasa keimanan yang dihayati secara

sungguh-sungguh yang pada akhirnya membawa dirinya sendiri hidup tenteram di

bawah ridha-Nya. Kemudian setelah adanya hubungan dengan Allah SWT.

manusia sebagai makhluk sosial membina hubungan sosialnya dengan alam

(ciptaan Allah) yang lain, saling menjaga dan membina hubungan Islamiyah

dengan yang lainnya.

Jadi tujuan akhir kegiatan keagamaan ialah membentuk yang

melakukan kegiatan tersebut untuk selalu beriman dan mengamalkan segala perbuatan yang ma‟ruf yakni dengan menjaga keselarasan hubungan antara

dirinya dengan Allah dan berkeseimbangan hubungan dengan sesamanya serta

alam sekitarnya. Tujuan ini bersesuaian dengan tujuan kegiatan keagamaan

remaja Masjid Baitul Makmur.21

(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM MASJID RAYA BAITUL MAKMUR

A. Sejarah Berdirinya Masjid Raya Baitul Makmur

Masjid Raya Baitul Makmur berdiri pada tahun 1963, awalnya masjid

tersebut dibangun di lingkungkan keluarga keturunan betawi, masjid tersebut

dipindahkan 500 meter dari tempat yang sekarang atas prakasa ketiga orang

yang bernama H. Amat (alm), H. Amit (alm), dan H. Miat (alm) dengan alasan

bahwa masjid yang tidak terawat dan hampir ambruk di makan usia. Konon

masjid tersebut asalnya musholla di zaman Belanda yang didirikan oleh Bapak

Jaya dan masyarakat sekitarnya, kemudian musholla didirikan pada zaman

belanda dengan tujuan untuk masyarakat muslim agar dapat beribadah,

membahas strategi perang, serta mencerdaskan umat Islam pada masa itu.

Setelah mengalami perubahan pada tahun 1963 banguan tersebut dipindahkan

dan dibangun di halaman H. Miat di atas tanah seluas 100 meter, bangunan

tersebut dari batu merah berdinding bambu dan diberi nama Masjid Al Falah

dengan artian Kejayaan Islam yang lahir ditanah betawi pada masa itu.22

Bersamaan dengan dibangunnya Masjid Al Falah, saat itupun dibangun pula

tempat pendidikan dengan maksud untuk melengkapi tempat ibadah dan

kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mencerdaskan umat Islam, baik yang

berada di lingkungan sekitar maupun di lingkungan lainnya, sebagai pelengkap

22

H. Andi Amri, Anggota Bidang Dakwah,Wawancara Pribadi. Jakarta 24 Maret 2014

(45)

madrasah ibtidaiyah yang bernama Al Hidayah dengan kepala madrasah H.M

Toies Aminudin dan berkembang cukup menggembirakan pada masa-masa itu

sampai tahun 1974. Pada tahun 1970 masjid kembali bergeser kearah barat dan

dibangun secara permanen dari batu bata diatas lahan 1000 meter atas tanah

wakaf dari H. Miat bin H. Buang namun bangunan ini sampai tahun 1979 tidak

selesai. Pada tahun itu pula Madrasah Hidayah dipisahkan dari masjid

Al-Falah dan dikelola dengan baik oleh keluarga H. Amit.23

Pada tahun 1979 masjid ini di bangun oleh PEMDA DKI (Daerah Khusus

Ibukota) yang pada waktu itu gurbernurnya dijabat oleh Tyokropranolo. Beliau

sekaligus meresmikan bangunan tersebut, dan nama masjid yang sebelumnya

Al-Falah berubah nama menjadi masjid Baitul Makmur. Terpilihlah ustad H.

Ahmad Suhaimi sebagai ketua DKM pertama masjid Baitul Makmur. Pada

tanggal 27 Mei 1997 H.Ahmad Suhaimi meninggal dunia, kemudian ketua

DKM dipegang oleh H.A. Rochmat. S melalui rapat umum DKM.

Pada tanggal 20 Agustus 2002 masjid di bongkar total dengan material yang

masih bisa digunakan, dihibahkan kepada masjid lain yang membutuhkan.

Sebulan setelah pembongkaran dan penugasan masjid dibangun kembali oleh

PEMDA DKI diatas tanah 2140 m2 , pembangunan ini selesai pada desember

2004, diatas kesepakatan jamaah masjid berubah nama menjadi Masjid Raya

Baitul Makmur.24

(46)

Pada tanggal 2 Januari 2005, H.A. Rachmat S. meninggal dunia dan jabatan

ketua DKM yang sebelumnya dipegang olehnya digantikan oleh adik beliau.

Status tanah adalah (1000 m2) berupa wakaf dari H.Miat bin H.Buang dan

selebihnya berupa hasil pembebasan dari H.A. Rachmat bin H.Miat.

Demikian sejarah keberadaan Masjid Raya Baitul Makmur dari tahun 1963

sampai sekarang yang letaknya berada di kawasan strategis dan berkembang

pesat dengan tumbuhnya perumahan menengah atas, dekat dengan dengan

sarana pusat rekreasi Perkampungan Budaya Betawi (Setu Babakan). Dengan

didirikannya Masjid Raya Baitul Makmur ini diharapkan menjadikan umat Islam

lebih maju dan berkembang.

B. Visi Dan Misi

Kehadiran dari Masjid Baitul Makmur di tengah masyarakat dimaksudkan untuk :

1. Sarana dan prasarana ibadah masyarakat Srengseng Sawah dan sekitarnya

2. Meningkatkan keimanan, ketaqwaan, serta akhlak karimah.

3. Meningkatkan silaturahim.

4. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota jamaah.

5. Menigkatkan sosial, budaya, dan peradaban serta sebagai sarana pembinaan

ummat.

C. Struktur Organisasi Masjid Raya Baitul Makmur

1. Struktur organisasi

Struktur organisasi masjid adalah susunan unit-unit kerja yang saling

(47)

berbeda, tetapi dihubungkan dengan garis koordinasi. Adanya koordinasi

inilah yang menyebabkan antar unit kerja menjadi satu kesatuan.

Setiap organisasi harus dijalankan secara professional dengan

menerapkan ilmu manajemen. Dalam ilmu manajemen dikenal adanya

struktur organisasi. Struktur organisasi adalah suatu bagan yang bertujuan

membagi tugas dalam berbagai pusat kegiatan atau melaksanakan tugas yang

harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam

organisasi. Struktur organisasi akan menggambarkan fungsi masing-masing

bagian batas wewenang yang dimilikinya, luas tanggung jawab yang harus

dipikulnya, hubungannya dengan bagian lain, atasannya dan bawahannya.

Struktur organisasi masjid dapat disederhanakan atau dikembangakan

sesuai dengan program dan tujuan dari sebuah masjid yang mungkin berbeda

antara masjid yang satu dengan masjid yang lainnya. Tergantung juga karena

mekanisme kerja organisasi masjid tersebut.

2. Job Description

Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam membutuhkan sebuah

manajemen modern agar benar-benar bisa berfungsi secara optimal. Setelah

bersepakat mengelola masjid harus menggunakan manajemen modern, maka

tugas takmir/pengurus masjidlah yang kemudian berperan besar. Tanpa

adanya takmir tentu semua tidak akan berjalan, karena dialah yang akan

menjalankan seluruh program itu. Maka menjadi kebutuhan dari takmir

masjid untuk membuat struktur organisasi masjid guna mengatur pembagian

(48)

Setiap masjid haruslah mempunyai organisasi yang bagus didalamnya.

Sehingga masjid tersebut mempunyai peranan dimasyarakat setempat.

Didalam organisasi masjid tersebut haruslah dikelola dengan manajemen yang

baik dalam manajemen modern. Manajemn inilah yang akan membagi

organisasi masjid dalam strutur organisasi.

Dalam membuat strutur organisasi masjid bukanlah hal yang

sembarangan. Harus juga memikirkian apa fungsi dari setiap struktur

organisai masjid yang telah dibagi dalam departemen-departemen. Sehingga

setiap struktur mempunyai tugasnya masing-masing dengan begini organisasi

dalam masjid akan tertata dengan baik dan mempunyai peran dalam

masyarakat.25

Struktur organisasi Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah terdiri

dari: Dewan kehormatan, dewan syariah, dewan pertimbangan, badan

pengurus harian, serta bidang fungsionalis.

Adapun tugas-tugas di dalam struktur tersebut ialah:

1. Dewan Kehormatan

a. Mengevaluasi kinerja pengurus DKM Masjid Baitul Makmur.

b. Mengevaluasi program program kerja masing masing bidang

fungsional Masjid Baitul Makmur.

2 Dewan Syariah

a. Menumbuhkembangkan nilai nilai syariah Islam kepada para pengurus.

(49)

b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan para pengurus untuk

membentuk organisasi ini.

d. Badan Pengurus

a. Ketua Umum :

1) Memimpin dan mengorganisasikan kegiatan masjid dalam

melaksanakan tugasnya.

2) Mewakili organisasi dengan baik kedalam atau keluar.

3) Mengawasi pelaksanaan program kerja.

4) Menandatangani surat-surat penting.

5) Memimpin evaluasi atas pelaksanaan program kerja.

6) Membuat laporan pertanggung jawaban (LPJ) dari program-program

kerja yang telah dilakukan diakhir pengurusan.

b. Wakil Ketua Umum :

1) Mewakili ketua apabila berhalangan.

2) Membantu ketua dalam menjalankan program kerja.

3) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan

tugas-tugasnya pada ketua.

c. Sekretaris

1) Mewakili ketua dan wakil ketua apabila berhalangan.

2) Bertanggung jawab terhadap segala bentuk administrasi masjid.

3) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan

(50)

d. Bendahara

1) Mengelola keuangan masjid.

2) Merencanakan sumber dana masjid

3) Menerima, menyimpan, dan membukukan keuangan.

4) Mengeluarkan uang sesuai kebutuhan.

5) Menyimpan tanda bukti penerima dan pengeluaran

6) Membuat laporan rutin dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan

tugas- tugasnya pada ketua.

e. Bidang Dakwah

Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan dakwah, meliputi :

1) Membuat jadwal kajian kajian keagamaan

2) Membuat jadwal pembicara pada setiap kajian

3) Membuat jadwal imam, khatib, muazin dan bilal shalat jumat

4) Mengkoordinir kegiatan remaja masjid, ibu-ibu dan anak-anak

5) Membuat program program kegiatan keagamaan yang berhubungan

dengan dakwah.

6) Mengumumkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan dakwah.

7) Mengkoordinir shalat jumat26

f. Bidang Pengembangan dan Pembangunan Masjid

Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pembangunan dan

pemeliharaan masjid yang meliputi :

1) Membuat program rehabilitasi dan pembangunan masjid

(51)

2) Membuat rencana anggaran

3) Melaksanakan program pembangunan dan rehabilitasi masjid

4) Mengatur kebersihan, keindahan dan kenyamanan masjid

5) Mendata segala kerusakan sarana dan pra sarana masjid

g. Bidang Pendidikan

Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pendidikan,

meliputi :

1) Membuat jadwal TPA dan TK

2) Membuat draft kompetensi guru TPA dan TK pada setiap kajian

3) Mengumumkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

pendidikan.

h. Bidang Sosial

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

Program Kerja sosial dan kesejahteraan ummat. Melaksanakan kegiatan

organisasi antara lain:

1) Merencanakan, mengatur dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan

yang bersifat sosial atau kemasyarakatan.

2) Membantu jama'ah dalam mengurusi atau menanggulangi musibah

dan kematian.

3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

(52)

i. Bidang Pembinaan Remaja

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam Program Kerja

Pembinaan Remaja Masjid. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:

1) Merencanakan, mengatur, membina dan menyelenggarakan organisasi

Remaja Masjid.

2) Menyelenggarakan kegiatan peningkatan keimanan, keilmuan,

keterampilan dan kemasjidan bagi anggota dan Pengurus Remaja

Masjid.

3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

Ketua DKM.

j. Bidang PHBI

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

program Peringatan Hari Besar Islam. Melaksanakan kegiatan organisasi

antara lain:

1) Merencanakan, mengatur dan menyelenggarakan kegiatan yang

mengambil momentum hari-hari besar Islam.

2) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

Ketua DKM

k. Bidang Pemberdayaan Perempuan

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

program dakwah dan pembinaan khusus ibu-ibu (perempuan).

Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:

Gambar

Gambar-Gambar ............................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

siswa penyandang tunarungu sama dengan siswa yang normal dalam. mencari

Pada artritis !out stadium kronis, dapat ditemukan topus, &aitu nodul padat &an! terdiri dari deposit kristal asam urat &an! keras dan tidak n&eri &an!

Daripada kajian tersebut, hanya Bukit Bunuh sahaja yang menunjukkan perbezaan dan kepelbagaian bahan asas dari batuan impaktit seperti metasedimen kerijangan

Infrastruktur merupakan fasilitas utama dan terpenting untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi. Fasilitas transportasi misalnya memungkinkan orang, barang dan jasa

Remaja pubertas juga merasa malu karena rasa kurang percaya diri ketika bertemu dengan orang baru dan tidak merasa malu ketika bersama dengan teman- teman dekat

Jadi meskipun properti adalah bagian yang penting dari sebuah set, khususnya set teater realis, tetapi kretivitas akan selalu dapat mengatasinya, terlebih lagi bila ada kesulitan

Berbeda dengan proses spray pyrolysis yang memiliki sumber panas dari luar dan tidak mempengaruhi neraca massa, pada metode flame spray pyrolysis temperatur

1) Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Disamping itu perhatian siswa pun