• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran guru kreatif dalam mengembangkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Pamulang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "peran guru kreatif dalam mengembangkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Pamulang"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

FIQIH DI MTS NEGERI TANGERANG II PAMULANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh:

Anggie Eka Maulani NIM 109011000201

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

(7)

vi

(8)

vii

sang pemilik takdir. Yang memberikan nikmat dan hidayah Nya sehinnga penulis

dapat menyelesaikan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Allahumma Shalli ‘ala Muhammad, shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan mulia Nabi Muhammad saw. seorang revolusioner,

sang pemimpin, sang pencerah bagi umat Islam.

Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan

skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga

bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi inidapat diselesaikan.

Hambatan dan kesulitan tersebut tidak ada yang sia-sia selamat kita tetap

berusaha. Penulis akui hambatan dan kesulitan itu merupakan sebuah pengalaman

sekaligus menjadi sebuah pelajaran yang berharga.

Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan

pengetahuan penulis sangat terbatas namun, dengan adanya bimbingan dan arahan

serta motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih sedalam

dalamnya kepada pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada

yang semua yang tercinta dan tersayang:

1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan

Agama Islam.

3. Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

4. Bapak Ahmad Irfan Mufid, MA selaku Dosen Pembimbing yang selalu

meluangkan waktunya dan membimbing serta mengajarkan kepada penulis

(9)

viii perkuliahan dengan baik.

6. Seluruh Dosen dan Staff jurusan Pendidikan Agama Islam.

7. Bapak Drs. Suhardi, M.Ag selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri

Tangerang II Pamulang yang memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

8. Bapak Ir. Imam Sucipto selaku bidang humas yang senantiasa membantu

penulis dalam melakukan penelitian.

9. Ibu Midahwati, S.Ag, MA selaku guru mata pelajaran Fiqih yang telah

bersedia memberikan izin dan membantu penulis dalam proses penelitian.

10. Staf dan pegawai MTsN Tangerang II Pamulang yang tidak bisa disebutkan

satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat yang telah menerima penulis

dengan suka rela untuk melaksanakan penelitian di sekolah.

11. Para siswa dan siswi kelas VIII BP1 yang bersedia menjadi obyek dalam

penelitian ini.

12. Teristimewa dan tercinta untuk ayahanda Kartimun, ibunda Djohariah

Markendan, dan Adik saya Mustika Wenny yang selalu memberikan cinta

kasih, dukungan, nasehat dan doa serta restu kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

13. Orang-orang terkasih, Aldiansyah Nurjaman, Noriska Silviana, S.Pd.I,

Nahdia, S.Pd.I, Siti Sholehah dan Mardhaney, S.Pd.I yang selalu memberikan

nasehat dan motivasi serta turut membantu penulis dalam mengerjakan

penelitian ini.

14. Teman-teman terbaik, Siti Nurfitriani, S.Pd, Dede Nurul Faridah, S.Pd, dan

Elva Farhi Qolbina, S.Sos, yang membantu penulis dan memberikan saran

kepada penulis dalam menyusun skripsi ini,

15. Keluarga besar jurusan Pendidikan Agama Islam Kelas E dan peminatan

Fiqih A angkatan 2009, yang tidak bisa disebutkan satu persatu tetapi tidak

(10)

ix

(11)

x

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

UJI REFERENSI ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAKSI ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kreativitas Mengajar Guru ... 7

2. Guru dan Kepribadiannya ... 11

3. Prestasi Belajar Siswa ... 14

4. Pembelajaran Fiqih ... 20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

(12)

xi

F. Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

1. Data Utama ... 57

2. Data Tambahan ... 61

B. Pembahasan

1. Kreativtas Guru Dalam Proses Pemebelajaran dan

Respon Siswa ... 62

2. Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fiqih ... 70

3. Masalah yang dihadapi Siswa dalam Proses

Pembelajaran Fiqih ... 77

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 81

B. Implikasi ... 82

C. Saran ... 82

(13)

xii

3.2 Daftar Kepemimpinan Madrasah Tsanawiyah Negeri 48 Tangerang II Pamulang

3.3 Daftar Data Guru Mata Pelajaran Madrasah Tsanawiyah 48 Negeri II Pamulang

3.4 Daftar Jumlah Guru PNS dan Non PNS Madrasah 50 Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang

3.5 Daftar Prosentasi S1 dan S2 Guru Madrasah Tsanawiyah 50 Negeri Tangerang II Pamulang

3.6 Daftar Jumlah Karyawan di Madrasah Tsanawiyah 51 Negeri Tangerang II Pamulang

3.7 Jumlah Siswa Secara Keseluruhan 51

3.8 Daftar Prestasi di Bidang Akademik, Olahraga dan 51 Seni Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang

4.1 Karakteristik Subjek 58

4.2 Daftar Nilai Harian Kognitif Siswa Kelas VIII BP1 70 Tahun Ajaran 2013/2014

4.3 Daftar Nilai Harian Psikomotorik Siswa Kelas VIII BP1 70

4.4 Daftar Nilai Hasil UTS Semester Genap Siswa yang Asli 73

(14)

xiii

Gambar 4.2 Siswa yang terlihat masih mengobrol 64

Gambar 4.3 Permainan guru bersama siswa 64

Gambar 4.4 Guru memberikan tugas kepada siswa 65

Gambar 4.5 Siswa mencatat tugas yang diberikan guru 66

Gambar 4.6 Contoh soal yang diberikan guru 66

Gambar 4.7 Bentuk jawaban dari siswa di kertas karton 67

Gambar 4.8 Jawaban ditempel seperti mading 67

[image:14.595.102.497.129.571.2]
(15)

xiv Tangerang II Pamulang

Lampiran 2 Data Guru Mata Pelajaran

Lampiran 3 Kisi-kisi Wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek I)

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek II)

Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek III)

Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek IV)

Lampiran 8 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek V)

Lampiran 9 Foto Dokumentasi Fasilitas Sekolah

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 12 Game Ular Tangga

Lampiran 13 Soal tentang Puasa dalam Game Ular Tangga

Lampiran 14 Jawaban Soal Puasa “Game Ular Tangga”

Lampiran 15 Nilai Harian Kognitif Siswa Kelas VIII Bina Prestasi (BP1)

Lampiran 16 Nilai Harian Psikomotorik Siswa Kelas VIII Bina Prestasi (BP1)

(16)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan

hidup manusia. Dengan pendidikan suatu hal yang belum diketahui dapat kita

ketahui. Pendidikan juga berpotensi untuk mengembangkan potensi siswa.

Menurut Kunandar, “Pendidikan dapat dilakukan secara formal di sekolah dan non formal di lembaga-lembaga luar sekolah. Dalam situasi

pendidikan formal di sekolah, guru adalah orang yang sangat berpengaruh

dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul

membawa siswanya kepada tujuan yang dicapai.”1

Guru adalah tokoh yang berfungsi mendidik dan mengajar muridnya

untuk memperoleh sebuah pengetahuan baik itu berupa pengetahuan dalam

materi pelajaran maupun pengetahuan yang didapat diluar materi pelajaran.

Guru juga merupakan sebagai pendidik yang sebenarnya bahkan seorang guru

merupakan sebuah kunci dalam proses pembelajaran.

Mengajar juga dilukiskan sebagai suatu seni dan ilmu pengetahuan. Mengajar sebagai seni membutuhkan suatu tingkat intuisi yang jarang diminta oleh bidang profesional lainnya. Aspek intuisi mengajar berkembang melalui suatu proses refleksi yang otomatis, berkesinambungan, dan yang mengambil seluruh perilaku kepekaan visual dan yang berkaitan dengan panca indera dari banyak stimuli yang berasal dari interaksi siswa dan guru dalam suatu konteks yang spesifik. Saat guru mempraktikkan seni mereka dan merefleksikannya pada hasil dan praktik tersebut, mereka membuat suatu kerangka kerja bagi tindakan intuitif dan spontan yang memajukan pembelajaran siswa. Mengajar sebagai suatu ilmu pengetahuan adalah jelas dalam strategi-strategi yang para guru

1

(17)

belajar menggunakannya untuk meraih hasil yang diinginkan dalam pembelajaran siswa.2

Kreativitas guru dalam suatu pembelajaran sangat berpengaruh terhadap

pemahaman siswa karena semakin guru kreatif dalam menyampaikan materi

maka semakin mudah siswa memahami pelajaran dan menjadikan siswa lebih

kreatif pula dalam belajar karena tidak setiap guru yang mengajar selalu

menuangkan kreativitasnya dan hal itu terkadang membuat siswa merasa

jenuh sehingga mereka menjadi malas untuk belajar. Dengan demikian

kretivitas tersebut sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.

Peranan kreativitas guru tidak sekedar membantu proses belajar mengajar

dengan mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup

apek-aspek lainnya yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.

Guru hendaknya mampu memilih dan menerapkan teknik-teknik

pembelajaran yang relevan diimplementasikan di kelas. Pemilihan teknik

pembelajaran ini dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat berjalan

dengan efektif dan mendorong terbentuknya kompetensi siswa. Oleh

karenanya, dalam memilih dan menerapkan teknik pembelajaran, guru perlu

mempertimbangkan beberapa hal, agar tehnik yang digunakan di kelas tepat

sasaran dan akurat. Menurut Zurinal, “Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan tehnik pembelajaran tersebut, antara lain

analisis kompetensi, pengetahuan awal siswa, mata pelajaran yang

disampaikan, alokasi waktu dan sarana penunjang, jumlah siswa dalam kelas

dan kemampuan guru untuk melaksanakan tehnik tersebut.”3

Adapun disisi lain, pembangunan nasional berusaha membangun

manusia dan masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan seutuhnya dalam

aspek fisik dan non fisik, kualitatif dan kuantitatif. Maka pendidikan yang

bermutu sangat menentukan terwujudnya cita-cita tersebut.

Model pembelajaran yang hanya mengandalkan hafalan dan mengingat

kembali materi yang telah diberikan oleh guru ini terlalu bersifat monoton

2

Gene E. Hali, dkk, Mengajar Dengan Senang (Menciptakan Perbedaan Dalam Pembelajaran Siswa), (Jakarta: PT. Indeks, 2008), h. 362-364

3

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan “Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan

(18)

dan membosankan sehingga tidak bisa menunjang kreativitas guru dalam

mengajar dan hal ini menyebabkan anak didik tidak akan menjadi kreatif

sehingga mereka menjadi tidak senang dengan materi yang diberikan bahkan

mereka jadi malas untuk belajar, hal inilah yang bisa menyebabkan

menurunnya prestasi belajar siswa. Karena apabila seorang guru dapat

mengajar dengan cara yang menyenangkan dan menuangkan berbagai

kreativitasnya dalam mengajar hal itu membuat siswa menjadi semangat

dalam belajar, suasana dikelas pun tidak akan jadi membosankan bagi para

siswa tapi memungkinkan membangkitkan minat siswa dalam belajar. Guru

yang kreatif juga bisa memberikan tingkat motivasi yang tinggi terhadap

peserta didiknya agar peserta didik tidak lagi bermalas-malasan dalam belajar

baik ketika belajar di lingkungan sekolah maupun belajar di rumah.

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian

khusus. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar

bidang kependidikan. Dengan demikian, tidak semua orang bisa menjadi guru

atau mungkin semua orang bisa menjadi guru tapi tidak semua guru bisa

memberikan pengajaran yang sukses kepada setiap siswanya.

Guru memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi

keberhasilan pembelajaran di sekolah. Seorang guru harus memiliki kiat

dalam melakukan pembelajaran. Kiat yang dimiliki bukan saja untuk

mencapai tujuan pembelajaran, tetapi lebih jauh dan itu adalah dalam rangka

membutuhkan belajar siswa.

Pengembangan dari kreativitas guru dalam mengajar adalah untuk

menolong guru dalam meningkatkan kemampuannya dalam menyampaikan

materi pelajaran. Pengajaran yang kreatif juga dapat menarik minat siswa

agar mereka lebih tertarik lagi dalam belajar. Dengan berbagai variasi

pengajaran yang diberikan oleh guru akan membuat siswa lebih mudah dalam

mencapai hasil belajar yang maksimal, karena untuk mencapai target prestasi

belajar yang baik peran seorang guru sangatlah diperlukan oleh peserta didik.

(19)

peserta didik untuk belajar akan semakin meningkat sehingga memungkinkan

bagi peserta didik memperoleh hasil yang baik pula nantinya.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti

setiap peserta didik akan mengharapkan hasil belajar yang baik serta memiliki

tingkat prestasi belajar yang tinggi namun untuk mencapai semua itu tidaklah

mudah, agar peserta didik bisa memiliki hasil yang baik mereka juga harus

bisa belajar dengan baik dan giat karena jika mereka tidak belajar secara

optimal maka keinginan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tidak

akan bisa tercapai. Jika peserta didik bisa mendapatkan hasil belajar yang

baik itu akan membantu mereka dalam mencapai tujuannya.

Kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran dibutuhkan sebuah

bakat kreativitas untuk mengembangkan metode pembelajaran sehingga siswa

menjadi lebih antusias mengikuti proses pembelajaran sehingga materi yang

didapatkan oleh siswa dapat diterima dengan baik dan itu menimbulkan hasil

belajar yang maksimal.

Keberhasilan anak didik merupakan tujuan utama dari pengajaran

seorang guru dan rangkaian pendidikan. Untuk itu, diperlukan guru yang

kreatif dalam proses pembelajaran agar anak didik tertarik dengan apa yang

diberikan dan tentu saja berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Demikian

pula dalam upaya membelajarkan siswa, guru memiliki peran penting

sehingga menciptakan kondisi belajar yang efektif. Guru yang mempunyai

kreativitas yang tinggi akan mampu memberikan motivasi belajar kepada

siswanya.

Perkembangan murid merupakan tujuan semua sekolah dan semua guru. Memang, metode mengajar yang digunakan guru dan murid tetap tergantung kepada guru, murid tetap tidak matang, dan masih bersifat kekanank-kanakan. Berlawanan dari pertumbuhan rasa tanggung jawab, guru dan kepala sekolah mendikte dan mengontrol semua murid seolah-olah mereka adalah makhluk yang belum bisa dipercaya dan tidak akan pernah dapat bertanggung jawab. Berlawanan dari rangsangan tumbuhnya kebebasan, sekolah menanamkan sikap ketergantungan terhadap guru, dan guru yang menentukan apa yang harus dipelajari murid, bagaimana mereka harus belajar, kapan dan berapa jauh.4

4

(20)

Dalam rangka mewujudkan hasil belajar yang tahan lama tersebut maka

guru sebagai seorang pendidik diharapkan memiliki kreativitas dalam

mengelola kelas, menyampaikan materi, penggunaan metode dan media yang

sesuai dengan materi ajar, sehingga siswa benar-benar dapat memahami

materi yang diberikan tidak hanya dihafal saja tapi juga dapat dipahami agar

siswa bisa mencapai hasil belajar yang maksimal dan materi yang telah

diberikan bisa diingat selamanya dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk

lebih giat lagi dalam belajar agar potensi yang dimiliki siswa dapat

berkembang dan mutu pendidikan pun meningkat.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti ingin mencoba

untuk mengkaji lebih dalam lagi dalam0 judul mengenai “PERAN GURU KREATIF DALAM MENGEMBANGKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI MTS NEGERI II PAMULANG”.

B.

Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas, kemudian peneliti

mengidentifikasikan beberapa masalah penelitian, yaitu :

1. Kreativitas guru yang baik dan mampu mengelola kelas dengan baik bisa

membentuk kompetensi siswa.

2. Pembentukan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran tergantung

kepada setiap cara seorang guru mengajar.

3. Peran guru dalam memotivasi siswa yang prestasi belajarnya kurang baik.

4. Cara-cara guru dalam mengembangkan potensi kreativitas dalam dirinya.

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi

kajian penelitian ini kepada beberapa hal :

1. Kreativitas guru selama proses belajar mengajar.

(21)

Dari pembatasan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana kreativitas pengajaran guru Fiqih di MTsN Tangerang II

Pamulang?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Fiqih di MTsN

Tangerang II Pamulang?

D.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kreativitas pengajaran guru Fiqih di MTsN Tangerang

II Pamulang.

2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Fiqih di

MTsN Tangerang II Pamulang.

Penelitian ini diharapakan oleh peneliti berguna untuk :

1. Mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu

meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Menjadi feed back bagi sekolah untuk meningkatkan kreativitas

pengajaran.

3. Meningkatkan prestasi belajar yang tinggi dan dapat mengembangkan

potensi yang dimilikinya.

(22)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.

Kajian Teori

1.

Kreativitas Mengajar Guru

Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru

tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa, tetapi

lebih jauh guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur dan pendorong

siswa agar dapat belajar secara efektif dan peran berikutnya adalah

mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar mengajar. Jadi dalam situasi

dan kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar

tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena guru dituntut memiliki kemampuan personil, professional, dan sosial kultural secara terpadu dalam proses belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena guru dituntut integrasi penguasaan materi dan metode teori dan praktik dalam interaksi dengan siswa. Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan keterampilan dalam proses belajar mengajar.1

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “kreatif” berarti memiliki

daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, sedangkan

“kreativitas” berarti kemampuan untuk menciptakan, daya cipta.2 Maksudnya kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang

baru atau belum pernah diciptakan orang lain.

Kreativitas juga dapat dispesifikkan dalam dunia pendidikan, yang

dinamakan oleh Torrance dan Goff sebagai kreativitas akademik (academic

1

E. Hali. op. cit., h. 366

2

(23)

creativity). Kreativitas akademik ini menjelaskan cara berpikir guru atau

siswa dalam belajar dan memproduksi informasi. 3

Belajar secara kreatif adalah hal yang alami karena berkaitan sifat

manusia yang selalu ingin tahu. Psikologi belajar telah menunjukkan bahwa

individu yang menghadapi hal baru akan mengalami ketidakseimbangan

dalam dirinya. Dengan demikian peluang untuk mengatasi

ketidakseimbangan tersebut secara kreatif terbuka bagi semua orang.

Piers mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah : a. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi

b. Memiliki keterlibatan yang tinggi c. Memiliki rasa ingin tahu yang besar d. Memiliki ketekunan yang tinggi

e. Cenderung tidak puas terhadap kemapanan f. Penuh percaya diri

g. Memiliki kemandirian yang tinggi h. Bebas dalam mengambil keputusan i. Menerima diri sendiri

j. Senang humor

k. Memiliki intuisi yang tinggi

l. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks m. Toleran terhadap ambiguitas

n. Bersifat sensitif4

Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses pengembangan

moral keagamaan, aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai

interaksi dan pengalaman belajar. Namun demikian, dalam implementasinya

masih banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas dan

kreativitas peserta didik tersebut. Hal ini banyak disebabkan oleh model dan

sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan kemampuan

intelektual (kogtinive) saja serta pembelajaran terpusat pada guru (teacher

centered learning) di kelas, sehingga keberadaan peserta didik di kelas hanya

menunggu uraian guru kemudian mencatat dan menghafalkannya. Fenomena

pembelajaran seperti ini, tentu saja menciptakan suasana kelas yang statis,

monoton dan membosankan, bahkan yang lebih memprihatinkan akan

“mematikan” aktivitas peserta didik di kelas.

3

Bakharudin Ahmad, Meningkatkan Kreatifitas Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran, (2012), (www.bakharuddin.net) akses internet pada tanggal 16 Oktober 2012, jam 16.44

4

(24)

Model pembelajaran ini dalam paradigma Paulo Friere dikenal dengan

banking concept learning, dimana peserta didik diberikan sebagai

pengetahuan dan informasi oleh guru dengan mengabaikan aktivitas dan

kreativitas peserta didik di kelas. Peserta didik kemudian dianggap dan

diposisikan sebagai “objek penampung” wawasan dan pengetahuan guru yang

kemudian hasilnya akan dilihat pada akhir proses pembelajaran.5

Kemampuan seorang guru untuk menciptakan model pembelajaran baru

atau memunculkan kreasi baru akan membedakan dirinya dengan guru lain.

Guru yang mempunya kreativitas tinggi dapat dikatakan sebagai guru kreatif.

Guru kreatif tidak akan merasa cukup hanya menyampaikan materi saja. Ia

selalu memikirkan bagaimana caranya agar materi yang diajarkan dapat

dipahami oleh peserta didik dan lebih lanjut mereka senang ketika

mempelajari materi tersebut. Seorang guru kreatif biasanya tidak hanya

sekedar membawa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus saja

ketika akan mengajar walaupun RPP sangatlah penting dalam menjalankan

proses pengajaran karena RPP juga dapat mencerminkan seorang guru itu

kreatif atau tidaknya. Tapi selain dari RPP, guru kreatif juga akan selalu

berpikir untuk membawa alat peraga sebagai media pembelajaran supaya

peserta didik bisa lebih memahami materi yang disampaikan. Ketika

menyampaikan materi pelajaran tersebut guru juga harus paham siapa yang

diajar sehingga ia akan memikirkan metode dan model pembelajaran yang

tepat untuk anak didiknya.

Secara umum kreativitas guru memiliki fungsi utama yaitu membantu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan efisien. Namun fungsi tersebut dapat dispesifikkan menjadi beberapa macam antara lain :

1. Kreativitas guru berguna bagi peningkatan minat siswa terhadap mata siswaan.

2. Kreativitas guru berguna bagi transfer informasi lebih utuh.

3. Kreativitas guru berguna dalam merangsang siswa untuk lebih berpikir secara ilmiah dalam mengamati gejala masyarakat atau gejala alam yang menjadi objek kajian dalam belajar.

4. Produk kreativitas guru akan merangsang kreativitas siswa.

5

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan

(25)

Kreativitas tidak selalu dimiliki oleh guru berkemampuan akademik dan kecerdasan yang tinggi. Hal ini dikarenakan kreativitas tidak hanya membutuhkan keterampilan dan kemampuan, kreativitas juga membutuhkan kemauan atau motivasi. Keterampilan, bakat, dan kemampuan tidak langsung mengarahkan seseorang guru melakukan proses kreatif tanpa adanya faktor dorongan atau motivasi.6

Hurlock mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan

kreativitas, yaitu:

a. Waktu

b. Kesempatan menyendiri c. Dorongan

d. Sarana

e. Lingkungan yang memacu kreativitas

f. Hubungan antara anak dan orang tua yang tidak posesif g. Cara mendidik anak

h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan7

Pada mulanya, kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya

dimiliki oleh individu tertentu. Dalam perkembangan yang selanjutnya

ditemukan bahwa kreativitas tidak berkembang secara otomatis tapi

membutuhkan rangsangan dari lingkungan.

Utami Munandar mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas, yaitu:

a. Usia

b. Tingkat pendidikan orang tua c. Tersedianya fasilitas

d. Penggunaan waktu luang8

Guru kreatif seharusnya tidak menghabiskan waktu hanya dengan

menjelaskan materi di depan peserta didik saja. Namun, ia akan

mengalokasikan sebagian besar waktunya untuk melakukan berbagai aktivitas

yang melibatkan peserta didik. Waktu yang panjang tersebut bisa

dimanfaatkan untuk memberi kesempatan pada peserta didik untuk bertanya,

berkomentar, mengadakan diskusi dengan kelompoknya, atau melakukan

kegiatan lain. Bila cara belajar seperti itu diterapkan di kelas, peserta didik

6

Ahmad, op. cit., (www.bakharuddin.net/) aksesinternet pada tanggal 16 Oktober 2012, jam 16.25

7

Beni S. Ambarjaya, Model-model Pembelajaran Kreatif, (Bandung: Tinta Emas, 2008), h. 56

8

(26)

akan nyaman berada di kelas. Di tangan guru kreatif inilah seharusnya peserta

didik mendapatkan pendidikannya.

Ada beberapa alasan mengapa guru harus kreatif, diantaranya adalah :

a. Dengan mengajar penuh kreativitas, peserta didik akan tertarik pada apa yang diajarkan olehnya.

b. Pelajaran yang diajarkan oleh guru akan menjadi menarik. c. Peserta didik akan bersemangat belajar.

d. Guru mampu memberikan inspirasi yang beragam kepada peserta didik tentang berbagai persoalan dan model pemecahannya.

e. Kreativitas guru mengajar akan menjadikan peserta didik menjadi individu yang mampu mewujudkan diri sepenuhnya melalui ide-ide yang mereka hasilkan.

f. Proses belajar mengajar akan menjadi lebih menyenangkan. g. Peserta didik akan menjadi lebih mandiri.

h. Peserta didik akan menjadi lebih mudah memecahkan masalah. i. Peserta didik akan menjadi lebih senang menghadapi tantangan. j. Dapat mendatangkan kepuasan bagi guru dan peserta didik.9

Belajar menyenangkan sering diabaikan dalam proses belajar mengajar.

Padahal kalau menilik dari segi psikologis, belajar yang dilakukan dengan

perasaan senang akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Namun, yang

sering kita temui sekarang adalah suasana kelas yang kaku dan menakutkan.

Suasana tersebut malah akan membuat peserta didik takut dan tertekan ketika

belajar. Keadaan seperti ini akan membuat proses belajar menjadi sia-sia.

Supaya proses belajar tidak berakhir sisa-sia, sebaikanya proses belajar

dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Dengan suasana yang

menyenangkan, peserta didik akan memahami materi yang disampaikan, dan

mereka tidak lagi takut ketika ingin menanyakan sesuatu.

2.

Guru dan Kepribadiannya

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar

mengajar. Guru yang dimaksud di sini adalah tenaga pendidik. Guru sebagai

pendidik merupakan faktor penentu kesuksesan dalam setiap pendidikan.

Dengan guru “sebagai faktor penentu kesuksesan dalam pendidikan berarti betapa pentingnya posisi guru dalam bidang pendidikan. Menurut Muhibbin,

9

(27)

“Guru, menurut Pasal 35 PP 38/1992, diperkenankan bekerja di luar tugasnya

untuk memperoleh penghasilan tambahan sepanjang tidak mengganggu tugas

utamanya.”10

Tapi kebolehan mengerjakan tugas lain telah mengurangi

derajat profesionalisme seorang guru walaupun tugas lain itu tidak

mengganggu tugas utama mereka sebagai seorang pengajar.

Menurut Dr. Zakiyah Daradjat pengertian guru yaitu pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti orang yang mengajar. Dengan demikian orang-orang yang profesinya mengajar disebut guru. Baik itu guru di sekolah maupun di tempat lain. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.11

Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya.

Kepribadian itulah yang akan menetukan apakah ia menjadi pendidik dan

pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau

penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih

kecil dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa. Kepribadian

juga adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang

guru dalam membina anak didiknya.

Seorang guru tidak hanya cukup tahu hanya dengan mengetahui materi

yang diajarkannya saja tetapi yang paling pertama adalah seorang guru tahu

akan kepribadiannya dengan segala ciri yang dimilikinya serta tingkat

kedewasaan dalam dirinya.

Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat.12

10

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. 3, h.223

11

Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), Cet 1, h. 1-3

12

(28)

Profesor Doktor Zakiyah Darajat juga menegaskan bahwa,

“Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya atau mejadi penghancur bagi hari

depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (Sekolah

Dasar) dan bagi anak didik yang mengalami kegoncangan jiwa.”13 Oleh

karena itu sebagai seorang guru yang profesional harus mengetahui dan

memahami kepribadiannya sebagai anutan para siswanya. Bukan hanya dari

kepribadiannya saja tapi guru juga memiliki fungsi penting yaitu sebagai

direktur belajar. Menurut Gagne, “Guru berfungsi sebagai :

a. Designer of instruction (perancang pengajaran)

b. Manager of instruction (pengelola pengajaran)

c. Evaluation of student learning (penilai prestasi belajar siswa)”14

Masalah yang penting mengapa guru dikatakan sebagai “seorang

pendidik” adalah karena pekerjaan guru bukan hanya mengajar saja tetapi

guru juga melatih beberapa keterampilan anak didiknya terutama dari segi

mental anak didik tersebut. Menurut Najib, “Masih banyak guru yang belum

memahami modalitas belajar anak. Dengan tidak mengetahui gaya belajar

anak, mana mungkin bisa mengatur gaya mengajarnya. Kadang-kadang yang

sudah tau gaya belajar anak saja belum mau mengubah gaya mengajarnya.

Masih menggunakan model-model tradisional.”15

Studi Piaget mengisyaratkan agar guru meneliti bahasa siswa dengan seksama untuk memahami kualitas berpikir anak di dalam kelas. Deskripsi Piaget mengenai hubungan antara tingkat perkembangan konseptual anak dengan bahan pelajaran yang kompleks menunjukkan bahwa guru harus memperhatikan apa yang harus diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya kepada anak didik. 16

Situasi belajar yang ideal adalah keserasian antara bahan pengajaran

yang kompleks dengan tingkat perkembangan konseptual anak, jadi guru

harus dapat menguasai perkembangan kognitif anak, dan menentukan jenis

13

Muhibbin, op. cit., h. 225-226

14

Ibid., h. 250

15

Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: Jaringan Pena, 2011), Cet 1, h. 136

16

(29)

kemampuan yang dibutuhkan oleh anak untuk memahami bahan pelajaran

yang diberikan itu.

Sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII maka guru memiliki kode etik

yang terdiri dari sembilan item, yaitu sebagai berikut :

a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

f. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.

g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan. h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan

mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.

i. Guru melaksanakan sebagai ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.17

Dengan adanya sembilan butir kode etik di atas maka diharapkan guru

mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi kepada

subyek belajar yang dihadapi anak didik. Dengan demikian maka proses

belajar mengajar akan mendapatkan hasil yang optimal.

3.

Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar adalah suatu istilah yang dibentuk dari dua kata, yaitu

prestasi dan belajar. Oleh karena itu untuk dapat memahami definisi prestasi

belajar tersebut pertama yang harus difahami adalah pengertian dari prestasi

dan belajar.

17

(30)

Kata “prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hasil yang telah dicapai (telah dilakukan dan dikerjakan).18

Anak didik merupakan seseorang yang sedang berkembang, memiliki

potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia mengembangkan potensinya

tersebut secara optimal. Untuk mengetahui siapa anak didik perlu dipahami

bahwa, ia sebagai manusia yang sedang berkembang menuju ke arah

kedewasaan memiliki beberapa karakteristik.

Menurut Tirtarahadja, mengemukakan empat karakteristik yang

dimaksud yaitu :

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan makhluk yang unik.

b. Individu yang sedang berkembang.

c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.

d. Individu yang memiliki kemampuan untuk sendiri.19

Menurut Morgan dalam buku Introductionto Psychology

mengemukakan, “ Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap

dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman.”20

Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di

mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,

tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil

yang telah dicapai dari proses pembelajaran dan dituangkan dalam bentuk

nilai dari mata pelajaran yang didapat, dan hal ini merupakan suatu bentuk

perubahan. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang dibutuhkan siswa untuk

mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan yang disebut

belajar.

Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar adalah

perubahan pada hasil yang telah dicapai dari proses belajar mengajar. Jadi

18

Departemen Pendidikan Nasional. op. cit., h. 1101.

19

Uyoh Sadulloh, M.Pd, dkk, Paedagogik, Ilmu Mendidik, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 86, 135-136

20

(31)

untuk mendapatkan bentuk perubahan dari hasil proses belajar mengajar

harus melalui dari beberapa faktor tertentu baik dari dalam diri indivitu itu

sendiri maupun dari luar individu tersebut. Proses ini tidak dapat dilihat

karena bersifat psikologis kecuali seseorang telah berhasil dalam belajar.

Maka dari itu proses belajar selalu terjadi dalam diri seseorang dan dapat

dilihat dari hasilnya, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu.

Prestasi belajar dapat dipengaruhi berbagai macam faktor sehingga

prestasi belajar yang optimal sulit untuk didapatkan. Ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang telah diuraikan oleh Noehi

Nasution yaitu:

Bagan di atas adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar.21 Dalam hidup anak didik, mereka tidak akan bisa menghindar dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Dari kedua lingkungan ini

mempunyai pengaruh yang signifikan dalam proses belajar dan hasil belajar

21

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. Pertama, h. 143

Lingkungan

Alami

Sosial budaya

Instrumental

Kurikulum

Program

Sarana & Fasilitas

Guru

Dalam

Fisiologis

Psikologis

Kondisi Fisiologis

Minat

Kecerdasan

Bakat

Kemampuan Kognitif Motivasi

Kondisi Pancaindra Unsur

(32)

anak didik terutama di sekolah. Dari uraian di atas maka akan dijelaskan

sebagai berikut :

a. Faktor Lingkungan 1) Lingkungan Alami

Lingkungan hidup adalah lingkungan di mana anak didik tinggal di

dalamnya. Lingkungan hidup yang bersih merupakan hal terpenting bagi anak

didik sedangkan jika terjadi pencemaran lingkungan maka itu adalah suatu

hal yang buruk bagi anak didik.

2) Lingkungan Sosial Budaya

Anak didik juga merupakan anggota masyarakat yang tidak bisa lepas

dari ikatan sosial. Menurut Djamarah, “Lahirnya peraturan di sekolah

bertujuan untuk membentuk perilaku anak didik yang menunjang

keberhasilan belajar di sekolah. Lingkungan sosial budaya di luar sekolah

ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi

kehidupan anak didik di sekolah.”22

b. Faktor Instrumental

1) Kurikulum

Kurikulum adalah plan for learning yang merupakkan unsur substansial

dalam pendidikan, karena tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak

dapat berlangsung. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan

frekuensi belajar anak didik.

2) Program

Setiap sekolah pastti mempunyai program pendidikan. Program

pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Berhasil

atau tidaknya pendididkan di sekolah tergantung pada baik atau tidaknya

program pendidikan yang dirancang.

3) Sarana dan Fasilitas

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Salah satu sarana

yang menjadi kepentingan bagi proses pendidikan yaitu salah satu syarat

untuk memiliki gedung sekolah, karena hal tersebut menjadi kebutuhan anak

22

(33)

didik agar terjadi proses belajar mengajar yang efektif dan mendapatkan

suasana belajar yang kondusif. Selain sarana fasilitas juga kelengkapan

sekolah yang tidak bisa diabaikan, karena untuk mendapatkan pendidikan

yang optimal kebutuhan anak didik harus diutamakan salah satunya dengan

menyediakan perpustakaan bagi anak didik. Dengan adanya fasilitas belajar

yang lengkap diharapkan kegiatan belajar anak didik lebih bergairah dan

dapat meningkatkan prestasi belajar anak didik jadi lebih optimal.

4) Guru

Menurut Djamarah, “Guru merupakan unsur manusiawi dalam

pendidikan. Jika hanya ada anak didik dan tidak ada guru maka proses belajar

mengajar tidak akan bisa terlaksana. Jangankan tidak adanya guru,

kekurangan guru saja itu sudah jadi masalah dalam proses belajar

mengajar.”23

c. Kondisi Fisiologis 1) Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya

akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan lelah. Begitu pula

dengan anak yang kekurangan gizi akan berbeda belajarnya dengan anak

yang tidak kekurangan gizi.

2) Kondisi Panca Indra

Menurut Noehi, “Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca

indra, terutama mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar.”24 Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan

orang formal melakukan penelitian untuk menemukan bentuk dan cara

penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar.

23

Ibid., h. 146-151

24

(34)

d. Kondisi Psikologis 1) Minat

Minat menurut Slameto adalah suatu rasa lebih suka atau ketertarikan

dengan suatu hal atau aktivitas. Suatu minat dapat diekspresikan dengan

menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.

Minat belajar yang besar cendenrung akan prestasi belajar yang tinggi.

2) Kecerdasan

Menurut Raden Cahaya Prabu dalam mottonya bahwa, “Didiklah anak

sesuai dengan taraf umurnya. Pendidikan yang berhasil akan menyelami jiwa

anak didiknya. Maksud dari ungkapan ini adalah setiap usia yang berkembang

dari muda sampai ketua pasti akan diiikuti dengan perkembangan jiwanya

pula.25 Perkembangan berpikir seseorang yang konkret tidak bisa dipisahkan dari perkembangan intelegensinya. Karena intelegensi diakui ikut menentukan

keberhasilan belajar seseorang.

3) Bakat

Bakar merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan

hasil belejar seseorang. Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan

yang merupakan potensi yang masih perlu dilatih dan dikembangkan. Hampir

tidak ada yang membantah bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan

bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.

4) Motivasi

Menurut Noehi Nasution motivasi adalah kondisi psikologis yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Kuat lemahnya motivasi

belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

5) Kemampuan Kognitif

Menurut Djamarah, “Dalam ranah kognitif, kemampuan ini anak didik seringkali dituntuk untuk menguasai kemampuan kognitif, karena pada

penguasaan pada ranah kognitif ini menjadi dasar bagi anak didik agar dapat

menguasai ilmu pengetahuan.”26

25

Ibid., h. 160

26

(35)

Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik

dalam diri (internal) maupun di luar diri (eksternal). Untuk mengetahui

tingkat kecakapan siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya.

Prestasi belajar yang diperoleh melalui tes atau evaluasi dapat memberikan

gambaran yang umum tentang kemajuan siswa. Keberhasilan suatu

pengajaran yaitu apabila pengajaran itu menghasilkan proses belajar mengajar

yang aktif dan efektif.

4.

Pembelajaran Fiqih

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menjadi penting untuk diketahui oleh guru dan calon guru

agar proses mengajar yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Proses

pembelajaran itu beraneka ragam. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan

suatu permasalahan yang rumit namun, dengan maksud yang sama

pembelajaran memberikan suatu pengalaman belajar kepada siswa sesuai

dengan tujuan masing-masing.

Menurut John W. Santrock, “Pembelajaran adalah pengaruh yang relatif

permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang

diperoleh melalui pengalaman.”27

Menurut Sugiyono dan Hariyanto, “Pembelajaran didefinisikan sebagai

sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing siswa menuju proses

pendewasaan diri.”28

Dalam pembelajaran, tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar

yang tepat bagi siswa, sedangkan tugas guru adalah membantu siswa

menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yang lainnya termasuk dengan

hal-hal yang baru dan hal-hal yang lama.

27

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 2, h. 266.

28

(36)

b. Strategi Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran ada beberapa istilah yang memiliki

kemiripan makna yaitu pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran,

metode pembelajaran dan model-model pembelajaran. Terkadang

orang-orang menganggap hal-hal tersebut sama namun sebenarnya ketiga istilah

tersebut tidaklah sama.

Menurut Iif Khairu Ahmadi, “Pendekatan pembelajaran bisa diartikan

sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang

merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih

sangat umum.”29

Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka

umum tentang skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa

dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Menurut Philip R. Wallace Pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua bagian yaitu pendekatan konservatif dan pendekatan liberal. Pendekatan konservatif memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Sedangkan pendekatan liberal adalah pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri.30

Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran, yaitu:

1) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada atau berpusat pada siswa.

2) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru.31

Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara

arif dan bijaksana, bukan sembarangan pendekatan yang bisa merugikan anak

didik. Ada beberapa beberapa pendekatan yang diajukan dengan harapan

dapat membantu guru memecahkan beberapa masalah dalam proses belajar

mengajar, yaitu:

29

Iif Khairu Ahmadi, Sofan Amri, Hendro Ari Setyono, Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), Cet. 1, h. 4

30

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 1, h. 20

31

(37)

1) Pendekatan individual

Pendekatan individual memiliki arti yang sangat penting dalam proses

belajar mengajar. Menurut Djamarah, “Pendekatan individual merupakan

pendekatan langsung yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan kasus

pada anak didiknya.”32 Karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda dan gaya belajar yang berbeda pula sehingga diperlukannya

pendekatan individual.

2) Pendekatan kelompok

Pendekatan kelompok adalah pendekatan yang dilakukan guru dengan

tujuan membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik serta membina

sikap kesetiakawanan sosial. Karena manusia adalah makhluk yang bersosial

yakni makhluk yang cenderung untuk hidup bersama (homo socius).

3) Pendekatan bervariasi

Pendekatan bervariasi adalah jenis pendekatan yang dilakukan guru

untuk menghadapi permasalahan anak didik yang bervariasi dengan cara guru

menggunakan tehnik pemecahan yang bervariasi untuk pemecahan masalah

tersebut.

4) Pendekatan edukatif

Pendekatan edukatif adalah suatu jenis pendekatan yang dilakukan oleh

guru terhadap anak didik yang bernilai pendidikan dengan tujuan untuk

mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma

moral, norma sosial dan norma agama.

5) Pendekatan keagamaan

Pendekatan keagamaan adalah pendekatan yang memasukkan

unsur-unsur agama dalam setiap mata pelajaran dan untuk menanamkan jiwa agama

ke dalam diri siswa. Dengan pendekatan keagamaan sepeti ini, maka dapat

membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama dalam diri siswa

sehingga nilai-nilai agam tidak dicemoohkan lagi melainkan dapat dipahami,

diyakini, dihayati dan diamalkan sepanjang hayat siswa.

32

(38)

6) Pendekatan kebermaknaan

Pendekatan kebermaknaan di sini cenderung kepada pengajaran bahasa.

Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan, pikiran,

pendapat dan perasaan secara lisan maupun tulisan. Kegagalan siswa dalam

berbahasa inggris karena kurang tepatnya pendekatan yang dilakukan oleh

guru. Maka dari itu, untuk memecahkan masalah ini maka pendekatan yang

tepat digunakan oleh guru adalah pendekatan kebermaknaan.

Selain jenis-jenis pendekatan di atas, berdasarkan kurikulum atau

Garis-garis Besar Program Pengajaran (BGPP) Pendidikan Agama Islam

SLTP Tahun 1994 disebutkan ada lima jenis pendekatan, yaitu:

1) Pendekatan pengalaman

Pendekatan pengalaman untuk pendidikan agama Islam yaitu suatu

pendekatan yang memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa dalam

rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Suatu pengalaman dikatakan tidak

mendidik jika bukan menuju ke arah pendidikan.

2) Pendekatan pembiasaan

Pendekatan pembiasaan di sini yaitu dengan senantiasa memberikan

kesempatan kepada anak didik agar senantiasa mengamalkan ajaran

agamanya. Agar terwujudnya pendekatan pembiasaan ini maka metode

pengajaran yang dapat dipertimbangkan adalah metode drill (latihan).

3) Pendekatan emosional

Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang.

Pendekatan emosional dalam pendidikan agama Islam adalah suatu usaha

untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami,

dan menghayati ajaran agamanya.

4) Pendekatan rasional

Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan yang menggunakan akal

(rasio) dalam memahami dan menerima ajaran agamanya. Dengan

menggunakan rasio orang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang

(39)

5) Pendekatan fungsional

Pendekatan ini merupakan upaya memberikan materi pembelajaran

dengan menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari.

Setelah ditetapkannya pendekatan pembelajaran kemudian dilanjutkan

ke tahapan berikutnya yaitu strategi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya,

“Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”33 Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu, artinya semua

langkah-langkah yang disiapkan dalam penyusunan strategi adalah untuk

upaya pencapaian tujuan pendidikan yang dilaksanakan. Menurut Ahmadi,

“Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan tersebut yaitu seperti

penyusunan langkah-langkah pembelajaran dan pemanfaatan berbagai macam

fasilitas dan sumber belajar.34 Adapun jenis-jenis strategi pembelajaran adalah:

1) Strategi pembelajaran langsung (direct instruction)

Menurut Ahmadi, “Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering

digunakan.”35 Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta

demonstrasi.

2) Strategi pembelajaran tidak langsung (indirect instruction)

Pembelajaran tidak langsung lebih memperlihatkan bentuk keterlibatan

siswa yang tinggi dan peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator,

pendukung, dan sumber personal (resource person).

3) Strategi pembelajaran interaktif (interactive instruction)

Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan

saling berbagi di antara peserta didik. Strategi pembelajaran interaktif

dikembangkan dalam rentang pengelompokkan dan metode-metode interaktif.

33

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), Edisi Pertama, h. 126

34

Ahmadi, op. cit., h. 8

35

(40)

4) Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB)

Menurut Sanjaya, “SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang

menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam SPPKB, siswa

dituntut untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasi.”36 5) Strategi pembelajaran afektif

Strategi pembelajaran afektif adalah adalah strategi pembelajaran yang

menyangkut dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh karena menyangkut

dengan kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Sikap juga merupakan

strategi pembelajaran afektif dan merupakan dasar nilai pendidikan.

6) Strategi pembelajaran melalui pengalaman (experiental learning)

Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens

induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan

pada strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar bukan

pada hasil belajar.

7) Strategi pembelajaran mandiri

Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan

untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, peningkatan diri. Fokusnya

adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan

guru.

Setelah dilihat dari strateginya maka tahapan selanjutnya adalah metode

pembelajaran. Menurut Iif Khairu Ahmadi, “Metode pembelajaran adalah

cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu.”37 Dalam proses belajar mengajar metode pembelajaran memiliki kedudukan

yang sangat penting karena metode pembelajaran juga sebagai komponen

yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Menurut

Djamarah, “Ada beberapa kedudukan metode pembelajaran yaitu:

1) Metode sebagai alat memotivasi ekstrinsik.

2) Metode sebagai strategi pengajaran.

36

Sanjaya, op. cit., h. 225

37

(41)

3) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan.”38

Ada beberapa jenis metode yang dapat digunakan oleh guru dalam

proses belajar mengajar diantaranya:

1) Metode ceramah

Menurut Majid, “Ceramah sebagai suatu metode pembelajaran

merupakan cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran

melalui cara penuturan dan didukung oleh alat dan media, yang paling

penting dapat mudah dipahami oleh siswa.”39 2) Metode demonstrasi

Menurut Rasyad, “Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran

dengan maragakan atau mempertunjukkan sesuatu dihadapan peserta didik di

kelas kelas atau diluar kelas, sehingga memperjelas pengertian.”40 3) Metode diskusi

Menurut Rasyad, “Metode diskusi adalah proses pembelajaran dengan melakukan pembicaraan mendalam mengenai pokok bahasan dengan

melibatkan murid secara aktif dan terjadilah komunikasi dari berbagai

arah.”41

4) Metode simulasi

Menurut Majid, “Metode simulasi adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,

prinsip atau keterampilan tertentu.”42 5) Metode tugas dan resitasi

Menurut Majid, “Resitasi sebagai metode belajar mengkombinasikan penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri

sendiri.”43 Resitasi dilakukan dalam rangka untuk merangsang siswa agar lebih aktif belajar, baik secara perorangan maupun kelompok.

38

Djamarah, op. cit., h. 7

39

Majid. op. cit., h. 194

40

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet. 4, h. 114

41

Ibid., h. 112

42

Majid. op. cit., h. 205

43

(42)

6) Metode tanya jawab

Menurut Rasyad, “Metode tanya jawab adalah cara guru

mentransformasikan materi pembelajaran atau pokok bahasan melalui tanya

jawab antara guru dan peserta didik murid atau antar mereka.”44 7) Metode kerja kelompok

Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok

mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai

satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok

kecil (sub-sub kelompok).

8) Metode problem solving

Dalam metode probem solving bukan hanya sekedar metode mengajar

saja tapi juga merupakan suatu metode berpikir karena dalam problem

solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan

mencari data sampai pada menarik kesimpulan.

9) Metode sistem regu

Menurut Majid, “Metode sistem regu adalah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa. Jadi

kelas dihadapi oleh beberapa orang guru.”45 10) Metode drill (latihan)

Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu

ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Menurut Majid,

“Metode drill adalah cara membelajarkan siswa untuk mengambangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat mengembangkan sikap dan

kebiasaan.”46 11) Metode proyek

Menurut Djamarah, “Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari

44

Rasyad. op. cit., h. 112-113

45

Majid, op. cit., h. 213

46

(43)

berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan

dan bermakna.”47

12) Metode karyawisata

Karyawisata di sini berbeda dengan pengertian karyawisata secara

umum. Menurut majid, “Maksud metode karyawisata di sini yaitu kunjungan

ke luar kelas dalam rangka belajar.”48 Dalam metode karyawisata di sini tidak membutuhkan waktu yang lama dan tempat yang jauh, karena bukan

dimaksudkan seperti study tour.

13) Metode ekspositori

Menurut Majid, “Metode pembelajaran ekspositori adalah metode pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara

verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar

siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.”49 14) Metode inkuiri

Metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari sendiri

jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

15) Metode bermain peranan

Menurut Rasyad, “Metode pembelajaran lainnya yang dapat

merangsang jiwa belajar peserta didik dan membuat mereka belajar aktiv

adalah metode bermain peran.”50 Dalam metode ini mereka bermain peran yang dilakukannya dan guru membetulkan bagian yang masih salah atau

kurang tepat dalam perannya, contohnya gerakan sholat.

16) Metode eksperimen

Menurut Djamarah, ”Metode eksperimen (percobaan) adalah cara

penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami

dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.”51

47

Djamarah. op. cit., h. 83

48

Majid. op. cit., h. 215

49

Ibid., h. 216

50

Rasyad, op. cit., h. 115-116

51

(44)

Setelah mengetahui beberapa jenis-jenis metode pembelajaran yang

dapat digunakan dalam proses pembelajaran, maka dilanjutkan ke tahapan

terakhir yaitu model-model pembelajaran yang digunakan dalam proses

belajar-mengajar. Menurut Joyce dan Weil dalam Rusman, “Berpendapat

bahwa model pemebelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pelajaran

di kelas atau yang lain.”52 Adapun beberapa jenis model-model pembelajaran yaitu:

1) Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning)

Menurut Trianto, “Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia

nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan

penerapannya dalam kehidupan mereka.”53 2) Model pembelajaran kooperatif

Menurut Rusman, “Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai

enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.”54 3) Model pengajaran berdasarkan masalah (PBM)

Menurut Trianto, “Model PMB merupakan suatu pendekatan

pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik yaitu

untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan

keterampilan berpikir ke tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian

dan percaya diri.”55

52

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. 3, h. 133

53

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif “Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2009), Edisi Pertama, h. 104-105

54

Rusman. op. cit., h. 202

55

(45)

4) Model pembelajaran tematik

Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem

pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun

kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi, dan menemukan konsep

serta prinsip-prinsip secara holistik, autentik, dan berkesinambungan.

5) Model pembelajaran berbasis komputer

Menurut Rusman, “Pada model pembelajaran berbasis komputer ini

dimaksudkan agar siswa dapat berinteraksi langsung dengan media interaktif

berbasis komputer, sementara guru bertindak sebagai desainer dan programer

pembelajaran.”56 Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari

sejarah teknologi pembelajaran. Pada dasarnya sejarah teknologi

pembelajaran ini ingin berupaya menekankan pada perbedaan individual baik

dalam kemampuan maupun dalam kecepatan.

6) Model pembelajaran PAKEM (partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan)

Menurut Rusman, “PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak (student-centered learning) dan pembelajaran harus

bersifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus

belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau

takut.”57 Jadi PAKEM di sini agar anak dapat termotivasi sehingga mereka dapat bereksplorasi dan berkreasi dalam pembelajaran mereka.

7) Model pembelajaran berbasis web (e-learning)

Menurut Rusman, “Model pembelajaran web (e-learning) dapat

didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk

sebuah proses pendidikan.”58 Hampir semua pembelajaran sudah memanfaatkan teknologi seperti internet, proses pembelajaran yang seperti ini

sudah dapat dikatakan sebagai pembelajaran berbasis web.

56

Rusman. op. cit., h. 287-288

57

Ibid., h. 321-322

58

(46)

8) Model pembelajaran mandiri

Menurut Rusman, “Kegiatan belajar mandiri adalah kemampuan dan kemauan dari siswa untuk belajar berdasarkan inisiatif sendiri, dengan atau

tanpa bantuan pihak lain, baik dalam hal penentuan tujuan belajar, metode

belajar, ataupun evaluasi hasil belajar.”59 9) Model lesson study

Model lesson study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan

berkelanjutan oleh sekelompok guru. Lesson study juga merupakan salah satu

alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini

dipandang kurang efektif.

c. Strategi Pembelajaran Fiqih

Beberapa metode dalam strategi pembelajaran Fiqih yang digunakan di

MTsN Tangerang II Pamulang yaitu seperti metode demonstrasi, metode

diskusi, metode tugas dan resitasi, metode kerja kelompok, metode inkuiri

dan metode drill (latihan).

1) Metode demonstrasi di sini yaitu cara pembelajaran dengan maragakan

atau mempertunjukkan sesuatu dihadapan peserta didik baik di kelas atau

diluar kelas, sehingga memperjelas pengertian.

2) Metode diskusi adalah proses pembelajaran dengan melakukan

pembicaraan mendalam mengenai pokok bahasan dengan melibatkan

murid secara aktif dan terjadilah komunikasi dari berbagai arah.

3) Dalam kamus besar ilmu pengetahuan resitasi sebagai metode belajar

mengkombinasikan penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan

pemeriksaan atas diri sendiri. Resitasi dilakukan dalam rangka untuk

merangsang siswa agar lebih aktif belajar, baik secara perorangan maupun

kelompok.

4) Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung

Gambar

Gambar 4.1
Tabel 3.1 Jumlah dan Luas Ruang MTsN Tangerang II Pamulang
Tabel 3.2 Daftar Kepemimpinan Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang II
Tabel 3.4 Daftar Jumlah Guru PNS dan Non PNS Madrasah Tsanawiyah Negeri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran proliferasi pada penelitian ini menggunakan indeks PCNA, berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa curcumin 0,2% dalam pakan secara efektif

Secara teori, mengatakan bahwa terjadi peningkatan asam lemak bebas pada orang yang mengalami obesitas sentral sehingga risiko terjadinya resistensi insulin juga

Selaras dengan perubahan yang berlaku dalam pendidikan teknik dan vokasional, amalan kepemimpinan distributif dapat mengurangkan tekanan kerja dalam kalangan tenaga pengajar.

Nasabah PT Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ahmad Yani Pekanbaru berjumlah 2.310 orang, sedangkan karyawan PT Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ahmad Yani

YAYASAN PESANTREN ISLAM AL AZHAR SMP ISLAM AL AZHAR 36. TAHUN

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, sebagaimana telah

Puji Syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) dengan judul “Kemampuan Berpikir Kritis

Kaginan teorètis saking panalitèn inggih punika kangge biyantu nyugihakên pangangge teori-teori sastra kalihan terapanipun, mliginipun teori structural kalihan