FIQIH DI MTS NEGERI TANGERANG II PAMULANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh:
Anggie Eka Maulani NIM 109011000201
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
v
vi
vii
sang pemilik takdir. Yang memberikan nikmat dan hidayah Nya sehinnga penulis
dapat menyelesaikan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Allahumma Shalli ‘ala Muhammad, shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan mulia Nabi Muhammad saw. seorang revolusioner,
sang pemimpin, sang pencerah bagi umat Islam.
Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan
skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga
bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi inidapat diselesaikan.
Hambatan dan kesulitan tersebut tidak ada yang sia-sia selamat kita tetap
berusaha. Penulis akui hambatan dan kesulitan itu merupakan sebuah pengalaman
sekaligus menjadi sebuah pelajaran yang berharga.
Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan
pengetahuan penulis sangat terbatas namun, dengan adanya bimbingan dan arahan
serta motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih sedalam
dalamnya kepada pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada
yang semua yang tercinta dan tersayang:
1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
3. Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
4. Bapak Ahmad Irfan Mufid, MA selaku Dosen Pembimbing yang selalu
meluangkan waktunya dan membimbing serta mengajarkan kepada penulis
viii perkuliahan dengan baik.
6. Seluruh Dosen dan Staff jurusan Pendidikan Agama Islam.
7. Bapak Drs. Suhardi, M.Ag selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri
Tangerang II Pamulang yang memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Bapak Ir. Imam Sucipto selaku bidang humas yang senantiasa membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
9. Ibu Midahwati, S.Ag, MA selaku guru mata pelajaran Fiqih yang telah
bersedia memberikan izin dan membantu penulis dalam proses penelitian.
10. Staf dan pegawai MTsN Tangerang II Pamulang yang tidak bisa disebutkan
satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat yang telah menerima penulis
dengan suka rela untuk melaksanakan penelitian di sekolah.
11. Para siswa dan siswi kelas VIII BP1 yang bersedia menjadi obyek dalam
penelitian ini.
12. Teristimewa dan tercinta untuk ayahanda Kartimun, ibunda Djohariah
Markendan, dan Adik saya Mustika Wenny yang selalu memberikan cinta
kasih, dukungan, nasehat dan doa serta restu kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
13. Orang-orang terkasih, Aldiansyah Nurjaman, Noriska Silviana, S.Pd.I,
Nahdia, S.Pd.I, Siti Sholehah dan Mardhaney, S.Pd.I yang selalu memberikan
nasehat dan motivasi serta turut membantu penulis dalam mengerjakan
penelitian ini.
14. Teman-teman terbaik, Siti Nurfitriani, S.Pd, Dede Nurul Faridah, S.Pd, dan
Elva Farhi Qolbina, S.Sos, yang membantu penulis dan memberikan saran
kepada penulis dalam menyusun skripsi ini,
15. Keluarga besar jurusan Pendidikan Agama Islam Kelas E dan peminatan
Fiqih A angkatan 2009, yang tidak bisa disebutkan satu persatu tetapi tidak
ix
x
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
UJI REFERENSI ... iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iv
ABSTRAKSI ... v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kreativitas Mengajar Guru ... 7
2. Guru dan Kepribadiannya ... 11
3. Prestasi Belajar Siswa ... 14
4. Pembelajaran Fiqih ... 20
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
xi
F. Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data
1. Data Utama ... 57
2. Data Tambahan ... 61
B. Pembahasan
1. Kreativtas Guru Dalam Proses Pemebelajaran dan
Respon Siswa ... 62
2. Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fiqih ... 70
3. Masalah yang dihadapi Siswa dalam Proses
Pembelajaran Fiqih ... 77
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 81
B. Implikasi ... 82
C. Saran ... 82
xii
3.2 Daftar Kepemimpinan Madrasah Tsanawiyah Negeri 48 Tangerang II Pamulang
3.3 Daftar Data Guru Mata Pelajaran Madrasah Tsanawiyah 48 Negeri II Pamulang
3.4 Daftar Jumlah Guru PNS dan Non PNS Madrasah 50 Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang
3.5 Daftar Prosentasi S1 dan S2 Guru Madrasah Tsanawiyah 50 Negeri Tangerang II Pamulang
3.6 Daftar Jumlah Karyawan di Madrasah Tsanawiyah 51 Negeri Tangerang II Pamulang
3.7 Jumlah Siswa Secara Keseluruhan 51
3.8 Daftar Prestasi di Bidang Akademik, Olahraga dan 51 Seni Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang
4.1 Karakteristik Subjek 58
4.2 Daftar Nilai Harian Kognitif Siswa Kelas VIII BP1 70 Tahun Ajaran 2013/2014
4.3 Daftar Nilai Harian Psikomotorik Siswa Kelas VIII BP1 70
4.4 Daftar Nilai Hasil UTS Semester Genap Siswa yang Asli 73
xiii
Gambar 4.2 Siswa yang terlihat masih mengobrol 64
Gambar 4.3 Permainan guru bersama siswa 64
Gambar 4.4 Guru memberikan tugas kepada siswa 65
Gambar 4.5 Siswa mencatat tugas yang diberikan guru 66
Gambar 4.6 Contoh soal yang diberikan guru 66
Gambar 4.7 Bentuk jawaban dari siswa di kertas karton 67
Gambar 4.8 Jawaban ditempel seperti mading 67
[image:14.595.102.497.129.571.2]xiv Tangerang II Pamulang
Lampiran 2 Data Guru Mata Pelajaran
Lampiran 3 Kisi-kisi Wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih
Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek I)
Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek II)
Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek III)
Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek IV)
Lampiran 8 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek V)
Lampiran 9 Foto Dokumentasi Fasilitas Sekolah
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 12 Game Ular Tangga
Lampiran 13 Soal tentang Puasa dalam Game Ular Tangga
Lampiran 14 Jawaban Soal Puasa “Game Ular Tangga”
Lampiran 15 Nilai Harian Kognitif Siswa Kelas VIII Bina Prestasi (BP1)
Lampiran 16 Nilai Harian Psikomotorik Siswa Kelas VIII Bina Prestasi (BP1)
1
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam
hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan
hidup manusia. Dengan pendidikan suatu hal yang belum diketahui dapat kita
ketahui. Pendidikan juga berpotensi untuk mengembangkan potensi siswa.
Menurut Kunandar, “Pendidikan dapat dilakukan secara formal di sekolah dan non formal di lembaga-lembaga luar sekolah. Dalam situasi
pendidikan formal di sekolah, guru adalah orang yang sangat berpengaruh
dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul
membawa siswanya kepada tujuan yang dicapai.”1
Guru adalah tokoh yang berfungsi mendidik dan mengajar muridnya
untuk memperoleh sebuah pengetahuan baik itu berupa pengetahuan dalam
materi pelajaran maupun pengetahuan yang didapat diluar materi pelajaran.
Guru juga merupakan sebagai pendidik yang sebenarnya bahkan seorang guru
merupakan sebuah kunci dalam proses pembelajaran.
Mengajar juga dilukiskan sebagai suatu seni dan ilmu pengetahuan. Mengajar sebagai seni membutuhkan suatu tingkat intuisi yang jarang diminta oleh bidang profesional lainnya. Aspek intuisi mengajar berkembang melalui suatu proses refleksi yang otomatis, berkesinambungan, dan yang mengambil seluruh perilaku kepekaan visual dan yang berkaitan dengan panca indera dari banyak stimuli yang berasal dari interaksi siswa dan guru dalam suatu konteks yang spesifik. Saat guru mempraktikkan seni mereka dan merefleksikannya pada hasil dan praktik tersebut, mereka membuat suatu kerangka kerja bagi tindakan intuitif dan spontan yang memajukan pembelajaran siswa. Mengajar sebagai suatu ilmu pengetahuan adalah jelas dalam strategi-strategi yang para guru
1
belajar menggunakannya untuk meraih hasil yang diinginkan dalam pembelajaran siswa.2
Kreativitas guru dalam suatu pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
pemahaman siswa karena semakin guru kreatif dalam menyampaikan materi
maka semakin mudah siswa memahami pelajaran dan menjadikan siswa lebih
kreatif pula dalam belajar karena tidak setiap guru yang mengajar selalu
menuangkan kreativitasnya dan hal itu terkadang membuat siswa merasa
jenuh sehingga mereka menjadi malas untuk belajar. Dengan demikian
kretivitas tersebut sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Peranan kreativitas guru tidak sekedar membantu proses belajar mengajar
dengan mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup
apek-aspek lainnya yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.
Guru hendaknya mampu memilih dan menerapkan teknik-teknik
pembelajaran yang relevan diimplementasikan di kelas. Pemilihan teknik
pembelajaran ini dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif dan mendorong terbentuknya kompetensi siswa. Oleh
karenanya, dalam memilih dan menerapkan teknik pembelajaran, guru perlu
mempertimbangkan beberapa hal, agar tehnik yang digunakan di kelas tepat
sasaran dan akurat. Menurut Zurinal, “Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan tehnik pembelajaran tersebut, antara lain
analisis kompetensi, pengetahuan awal siswa, mata pelajaran yang
disampaikan, alokasi waktu dan sarana penunjang, jumlah siswa dalam kelas
dan kemampuan guru untuk melaksanakan tehnik tersebut.”3
Adapun disisi lain, pembangunan nasional berusaha membangun
manusia dan masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan seutuhnya dalam
aspek fisik dan non fisik, kualitatif dan kuantitatif. Maka pendidikan yang
bermutu sangat menentukan terwujudnya cita-cita tersebut.
Model pembelajaran yang hanya mengandalkan hafalan dan mengingat
kembali materi yang telah diberikan oleh guru ini terlalu bersifat monoton
2
Gene E. Hali, dkk, Mengajar Dengan Senang (Menciptakan Perbedaan Dalam Pembelajaran Siswa), (Jakarta: PT. Indeks, 2008), h. 362-364
3
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan “Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan
dan membosankan sehingga tidak bisa menunjang kreativitas guru dalam
mengajar dan hal ini menyebabkan anak didik tidak akan menjadi kreatif
sehingga mereka menjadi tidak senang dengan materi yang diberikan bahkan
mereka jadi malas untuk belajar, hal inilah yang bisa menyebabkan
menurunnya prestasi belajar siswa. Karena apabila seorang guru dapat
mengajar dengan cara yang menyenangkan dan menuangkan berbagai
kreativitasnya dalam mengajar hal itu membuat siswa menjadi semangat
dalam belajar, suasana dikelas pun tidak akan jadi membosankan bagi para
siswa tapi memungkinkan membangkitkan minat siswa dalam belajar. Guru
yang kreatif juga bisa memberikan tingkat motivasi yang tinggi terhadap
peserta didiknya agar peserta didik tidak lagi bermalas-malasan dalam belajar
baik ketika belajar di lingkungan sekolah maupun belajar di rumah.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar
bidang kependidikan. Dengan demikian, tidak semua orang bisa menjadi guru
atau mungkin semua orang bisa menjadi guru tapi tidak semua guru bisa
memberikan pengajaran yang sukses kepada setiap siswanya.
Guru memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Seorang guru harus memiliki kiat
dalam melakukan pembelajaran. Kiat yang dimiliki bukan saja untuk
mencapai tujuan pembelajaran, tetapi lebih jauh dan itu adalah dalam rangka
membutuhkan belajar siswa.
Pengembangan dari kreativitas guru dalam mengajar adalah untuk
menolong guru dalam meningkatkan kemampuannya dalam menyampaikan
materi pelajaran. Pengajaran yang kreatif juga dapat menarik minat siswa
agar mereka lebih tertarik lagi dalam belajar. Dengan berbagai variasi
pengajaran yang diberikan oleh guru akan membuat siswa lebih mudah dalam
mencapai hasil belajar yang maksimal, karena untuk mencapai target prestasi
belajar yang baik peran seorang guru sangatlah diperlukan oleh peserta didik.
peserta didik untuk belajar akan semakin meningkat sehingga memungkinkan
bagi peserta didik memperoleh hasil yang baik pula nantinya.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti
setiap peserta didik akan mengharapkan hasil belajar yang baik serta memiliki
tingkat prestasi belajar yang tinggi namun untuk mencapai semua itu tidaklah
mudah, agar peserta didik bisa memiliki hasil yang baik mereka juga harus
bisa belajar dengan baik dan giat karena jika mereka tidak belajar secara
optimal maka keinginan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tidak
akan bisa tercapai. Jika peserta didik bisa mendapatkan hasil belajar yang
baik itu akan membantu mereka dalam mencapai tujuannya.
Kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran dibutuhkan sebuah
bakat kreativitas untuk mengembangkan metode pembelajaran sehingga siswa
menjadi lebih antusias mengikuti proses pembelajaran sehingga materi yang
didapatkan oleh siswa dapat diterima dengan baik dan itu menimbulkan hasil
belajar yang maksimal.
Keberhasilan anak didik merupakan tujuan utama dari pengajaran
seorang guru dan rangkaian pendidikan. Untuk itu, diperlukan guru yang
kreatif dalam proses pembelajaran agar anak didik tertarik dengan apa yang
diberikan dan tentu saja berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Demikian
pula dalam upaya membelajarkan siswa, guru memiliki peran penting
sehingga menciptakan kondisi belajar yang efektif. Guru yang mempunyai
kreativitas yang tinggi akan mampu memberikan motivasi belajar kepada
siswanya.
Perkembangan murid merupakan tujuan semua sekolah dan semua guru. Memang, metode mengajar yang digunakan guru dan murid tetap tergantung kepada guru, murid tetap tidak matang, dan masih bersifat kekanank-kanakan. Berlawanan dari pertumbuhan rasa tanggung jawab, guru dan kepala sekolah mendikte dan mengontrol semua murid seolah-olah mereka adalah makhluk yang belum bisa dipercaya dan tidak akan pernah dapat bertanggung jawab. Berlawanan dari rangsangan tumbuhnya kebebasan, sekolah menanamkan sikap ketergantungan terhadap guru, dan guru yang menentukan apa yang harus dipelajari murid, bagaimana mereka harus belajar, kapan dan berapa jauh.4
4
Dalam rangka mewujudkan hasil belajar yang tahan lama tersebut maka
guru sebagai seorang pendidik diharapkan memiliki kreativitas dalam
mengelola kelas, menyampaikan materi, penggunaan metode dan media yang
sesuai dengan materi ajar, sehingga siswa benar-benar dapat memahami
materi yang diberikan tidak hanya dihafal saja tapi juga dapat dipahami agar
siswa bisa mencapai hasil belajar yang maksimal dan materi yang telah
diberikan bisa diingat selamanya dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk
lebih giat lagi dalam belajar agar potensi yang dimiliki siswa dapat
berkembang dan mutu pendidikan pun meningkat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti ingin mencoba
untuk mengkaji lebih dalam lagi dalam0 judul mengenai “PERAN GURU KREATIF DALAM MENGEMBANGKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI MTS NEGERI II PAMULANG”.
B.
Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, kemudian peneliti
mengidentifikasikan beberapa masalah penelitian, yaitu :
1. Kreativitas guru yang baik dan mampu mengelola kelas dengan baik bisa
membentuk kompetensi siswa.
2. Pembentukan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran tergantung
kepada setiap cara seorang guru mengajar.
3. Peran guru dalam memotivasi siswa yang prestasi belajarnya kurang baik.
4. Cara-cara guru dalam mengembangkan potensi kreativitas dalam dirinya.
C.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi
kajian penelitian ini kepada beberapa hal :
1. Kreativitas guru selama proses belajar mengajar.
Dari pembatasan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana kreativitas pengajaran guru Fiqih di MTsN Tangerang II
Pamulang?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Fiqih di MTsN
Tangerang II Pamulang?
D.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kreativitas pengajaran guru Fiqih di MTsN Tangerang
II Pamulang.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Fiqih di
MTsN Tangerang II Pamulang.
Penelitian ini diharapakan oleh peneliti berguna untuk :
1. Mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Menjadi feed back bagi sekolah untuk meningkatkan kreativitas
pengajaran.
3. Meningkatkan prestasi belajar yang tinggi dan dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.
Kajian Teori
1.
Kreativitas Mengajar Guru
Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru
tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa, tetapi
lebih jauh guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur dan pendorong
siswa agar dapat belajar secara efektif dan peran berikutnya adalah
mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar mengajar. Jadi dalam situasi
dan kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar
tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena guru dituntut memiliki kemampuan personil, professional, dan sosial kultural secara terpadu dalam proses belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena guru dituntut integrasi penguasaan materi dan metode teori dan praktik dalam interaksi dengan siswa. Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan keterampilan dalam proses belajar mengajar.1
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “kreatif” berarti memiliki
daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, sedangkan
“kreativitas” berarti kemampuan untuk menciptakan, daya cipta.2 Maksudnya kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru atau belum pernah diciptakan orang lain.
Kreativitas juga dapat dispesifikkan dalam dunia pendidikan, yang
dinamakan oleh Torrance dan Goff sebagai kreativitas akademik (academic
1
E. Hali. op. cit., h. 366
2
creativity). Kreativitas akademik ini menjelaskan cara berpikir guru atau
siswa dalam belajar dan memproduksi informasi. 3
Belajar secara kreatif adalah hal yang alami karena berkaitan sifat
manusia yang selalu ingin tahu. Psikologi belajar telah menunjukkan bahwa
individu yang menghadapi hal baru akan mengalami ketidakseimbangan
dalam dirinya. Dengan demikian peluang untuk mengatasi
ketidakseimbangan tersebut secara kreatif terbuka bagi semua orang.
Piers mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah : a. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
b. Memiliki keterlibatan yang tinggi c. Memiliki rasa ingin tahu yang besar d. Memiliki ketekunan yang tinggi
e. Cenderung tidak puas terhadap kemapanan f. Penuh percaya diri
g. Memiliki kemandirian yang tinggi h. Bebas dalam mengambil keputusan i. Menerima diri sendiri
j. Senang humor
k. Memiliki intuisi yang tinggi
l. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks m. Toleran terhadap ambiguitas
n. Bersifat sensitif4
Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses pengembangan
moral keagamaan, aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai
interaksi dan pengalaman belajar. Namun demikian, dalam implementasinya
masih banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas dan
kreativitas peserta didik tersebut. Hal ini banyak disebabkan oleh model dan
sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan kemampuan
intelektual (kogtinive) saja serta pembelajaran terpusat pada guru (teacher
centered learning) di kelas, sehingga keberadaan peserta didik di kelas hanya
menunggu uraian guru kemudian mencatat dan menghafalkannya. Fenomena
pembelajaran seperti ini, tentu saja menciptakan suasana kelas yang statis,
monoton dan membosankan, bahkan yang lebih memprihatinkan akan
“mematikan” aktivitas peserta didik di kelas.
3
Bakharudin Ahmad, Meningkatkan Kreatifitas Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran, (2012), (www.bakharuddin.net) akses internet pada tanggal 16 Oktober 2012, jam 16.44
4
Model pembelajaran ini dalam paradigma Paulo Friere dikenal dengan
banking concept learning, dimana peserta didik diberikan sebagai
pengetahuan dan informasi oleh guru dengan mengabaikan aktivitas dan
kreativitas peserta didik di kelas. Peserta didik kemudian dianggap dan
diposisikan sebagai “objek penampung” wawasan dan pengetahuan guru yang
kemudian hasilnya akan dilihat pada akhir proses pembelajaran.5
Kemampuan seorang guru untuk menciptakan model pembelajaran baru
atau memunculkan kreasi baru akan membedakan dirinya dengan guru lain.
Guru yang mempunya kreativitas tinggi dapat dikatakan sebagai guru kreatif.
Guru kreatif tidak akan merasa cukup hanya menyampaikan materi saja. Ia
selalu memikirkan bagaimana caranya agar materi yang diajarkan dapat
dipahami oleh peserta didik dan lebih lanjut mereka senang ketika
mempelajari materi tersebut. Seorang guru kreatif biasanya tidak hanya
sekedar membawa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus saja
ketika akan mengajar walaupun RPP sangatlah penting dalam menjalankan
proses pengajaran karena RPP juga dapat mencerminkan seorang guru itu
kreatif atau tidaknya. Tapi selain dari RPP, guru kreatif juga akan selalu
berpikir untuk membawa alat peraga sebagai media pembelajaran supaya
peserta didik bisa lebih memahami materi yang disampaikan. Ketika
menyampaikan materi pelajaran tersebut guru juga harus paham siapa yang
diajar sehingga ia akan memikirkan metode dan model pembelajaran yang
tepat untuk anak didiknya.
Secara umum kreativitas guru memiliki fungsi utama yaitu membantu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan efisien. Namun fungsi tersebut dapat dispesifikkan menjadi beberapa macam antara lain :
1. Kreativitas guru berguna bagi peningkatan minat siswa terhadap mata siswaan.
2. Kreativitas guru berguna bagi transfer informasi lebih utuh.
3. Kreativitas guru berguna dalam merangsang siswa untuk lebih berpikir secara ilmiah dalam mengamati gejala masyarakat atau gejala alam yang menjadi objek kajian dalam belajar.
4. Produk kreativitas guru akan merangsang kreativitas siswa.
5
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan
Kreativitas tidak selalu dimiliki oleh guru berkemampuan akademik dan kecerdasan yang tinggi. Hal ini dikarenakan kreativitas tidak hanya membutuhkan keterampilan dan kemampuan, kreativitas juga membutuhkan kemauan atau motivasi. Keterampilan, bakat, dan kemampuan tidak langsung mengarahkan seseorang guru melakukan proses kreatif tanpa adanya faktor dorongan atau motivasi.6
Hurlock mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
kreativitas, yaitu:
a. Waktu
b. Kesempatan menyendiri c. Dorongan
d. Sarana
e. Lingkungan yang memacu kreativitas
f. Hubungan antara anak dan orang tua yang tidak posesif g. Cara mendidik anak
h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan7
Pada mulanya, kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya
dimiliki oleh individu tertentu. Dalam perkembangan yang selanjutnya
ditemukan bahwa kreativitas tidak berkembang secara otomatis tapi
membutuhkan rangsangan dari lingkungan.
Utami Munandar mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas, yaitu:
a. Usia
b. Tingkat pendidikan orang tua c. Tersedianya fasilitas
d. Penggunaan waktu luang8
Guru kreatif seharusnya tidak menghabiskan waktu hanya dengan
menjelaskan materi di depan peserta didik saja. Namun, ia akan
mengalokasikan sebagian besar waktunya untuk melakukan berbagai aktivitas
yang melibatkan peserta didik. Waktu yang panjang tersebut bisa
dimanfaatkan untuk memberi kesempatan pada peserta didik untuk bertanya,
berkomentar, mengadakan diskusi dengan kelompoknya, atau melakukan
kegiatan lain. Bila cara belajar seperti itu diterapkan di kelas, peserta didik
6
Ahmad, op. cit., (www.bakharuddin.net/) aksesinternet pada tanggal 16 Oktober 2012, jam 16.25
7
Beni S. Ambarjaya, Model-model Pembelajaran Kreatif, (Bandung: Tinta Emas, 2008), h. 56
8
akan nyaman berada di kelas. Di tangan guru kreatif inilah seharusnya peserta
didik mendapatkan pendidikannya.
Ada beberapa alasan mengapa guru harus kreatif, diantaranya adalah :
a. Dengan mengajar penuh kreativitas, peserta didik akan tertarik pada apa yang diajarkan olehnya.
b. Pelajaran yang diajarkan oleh guru akan menjadi menarik. c. Peserta didik akan bersemangat belajar.
d. Guru mampu memberikan inspirasi yang beragam kepada peserta didik tentang berbagai persoalan dan model pemecahannya.
e. Kreativitas guru mengajar akan menjadikan peserta didik menjadi individu yang mampu mewujudkan diri sepenuhnya melalui ide-ide yang mereka hasilkan.
f. Proses belajar mengajar akan menjadi lebih menyenangkan. g. Peserta didik akan menjadi lebih mandiri.
h. Peserta didik akan menjadi lebih mudah memecahkan masalah. i. Peserta didik akan menjadi lebih senang menghadapi tantangan. j. Dapat mendatangkan kepuasan bagi guru dan peserta didik.9
Belajar menyenangkan sering diabaikan dalam proses belajar mengajar.
Padahal kalau menilik dari segi psikologis, belajar yang dilakukan dengan
perasaan senang akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Namun, yang
sering kita temui sekarang adalah suasana kelas yang kaku dan menakutkan.
Suasana tersebut malah akan membuat peserta didik takut dan tertekan ketika
belajar. Keadaan seperti ini akan membuat proses belajar menjadi sia-sia.
Supaya proses belajar tidak berakhir sisa-sia, sebaikanya proses belajar
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Dengan suasana yang
menyenangkan, peserta didik akan memahami materi yang disampaikan, dan
mereka tidak lagi takut ketika ingin menanyakan sesuatu.
2.
Guru dan Kepribadiannya
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar. Guru yang dimaksud di sini adalah tenaga pendidik. Guru sebagai
pendidik merupakan faktor penentu kesuksesan dalam setiap pendidikan.
Dengan guru “sebagai faktor penentu kesuksesan dalam pendidikan berarti betapa pentingnya posisi guru dalam bidang pendidikan. Menurut Muhibbin,
9
“Guru, menurut Pasal 35 PP 38/1992, diperkenankan bekerja di luar tugasnya
untuk memperoleh penghasilan tambahan sepanjang tidak mengganggu tugas
utamanya.”10
Tapi kebolehan mengerjakan tugas lain telah mengurangi
derajat profesionalisme seorang guru walaupun tugas lain itu tidak
mengganggu tugas utama mereka sebagai seorang pengajar.
Menurut Dr. Zakiyah Daradjat pengertian guru yaitu pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti orang yang mengajar. Dengan demikian orang-orang yang profesinya mengajar disebut guru. Baik itu guru di sekolah maupun di tempat lain. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.11
Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya.
Kepribadian itulah yang akan menetukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih
kecil dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa. Kepribadian
juga adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang
guru dalam membina anak didiknya.
Seorang guru tidak hanya cukup tahu hanya dengan mengetahui materi
yang diajarkannya saja tetapi yang paling pertama adalah seorang guru tahu
akan kepribadiannya dengan segala ciri yang dimilikinya serta tingkat
kedewasaan dalam dirinya.
Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat.12
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. 3, h.223
11
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), Cet 1, h. 1-3
12
Profesor Doktor Zakiyah Darajat juga menegaskan bahwa,
“Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya atau mejadi penghancur bagi hari
depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (Sekolah
Dasar) dan bagi anak didik yang mengalami kegoncangan jiwa.”13 Oleh
karena itu sebagai seorang guru yang profesional harus mengetahui dan
memahami kepribadiannya sebagai anutan para siswanya. Bukan hanya dari
kepribadiannya saja tapi guru juga memiliki fungsi penting yaitu sebagai
direktur belajar. Menurut Gagne, “Guru berfungsi sebagai :
a. Designer of instruction (perancang pengajaran)
b. Manager of instruction (pengelola pengajaran)
c. Evaluation of student learning (penilai prestasi belajar siswa)”14
Masalah yang penting mengapa guru dikatakan sebagai “seorang
pendidik” adalah karena pekerjaan guru bukan hanya mengajar saja tetapi
guru juga melatih beberapa keterampilan anak didiknya terutama dari segi
mental anak didik tersebut. Menurut Najib, “Masih banyak guru yang belum
memahami modalitas belajar anak. Dengan tidak mengetahui gaya belajar
anak, mana mungkin bisa mengatur gaya mengajarnya. Kadang-kadang yang
sudah tau gaya belajar anak saja belum mau mengubah gaya mengajarnya.
Masih menggunakan model-model tradisional.”15
Studi Piaget mengisyaratkan agar guru meneliti bahasa siswa dengan seksama untuk memahami kualitas berpikir anak di dalam kelas. Deskripsi Piaget mengenai hubungan antara tingkat perkembangan konseptual anak dengan bahan pelajaran yang kompleks menunjukkan bahwa guru harus memperhatikan apa yang harus diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya kepada anak didik. 16
Situasi belajar yang ideal adalah keserasian antara bahan pengajaran
yang kompleks dengan tingkat perkembangan konseptual anak, jadi guru
harus dapat menguasai perkembangan kognitif anak, dan menentukan jenis
13
Muhibbin, op. cit., h. 225-226
14
Ibid., h. 250
15
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: Jaringan Pena, 2011), Cet 1, h. 136
16
kemampuan yang dibutuhkan oleh anak untuk memahami bahan pelajaran
yang diberikan itu.
Sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII maka guru memiliki kode etik
yang terdiri dari sembilan item, yaitu sebagai berikut :
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
f. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan. h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan
mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
i. Guru melaksanakan sebagai ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.17
Dengan adanya sembilan butir kode etik di atas maka diharapkan guru
mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi kepada
subyek belajar yang dihadapi anak didik. Dengan demikian maka proses
belajar mengajar akan mendapatkan hasil yang optimal.
3.
Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar adalah suatu istilah yang dibentuk dari dua kata, yaitu
prestasi dan belajar. Oleh karena itu untuk dapat memahami definisi prestasi
belajar tersebut pertama yang harus difahami adalah pengertian dari prestasi
dan belajar.
17
Kata “prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hasil yang telah dicapai (telah dilakukan dan dikerjakan).18
Anak didik merupakan seseorang yang sedang berkembang, memiliki
potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia mengembangkan potensinya
tersebut secara optimal. Untuk mengetahui siapa anak didik perlu dipahami
bahwa, ia sebagai manusia yang sedang berkembang menuju ke arah
kedewasaan memiliki beberapa karakteristik.
Menurut Tirtarahadja, mengemukakan empat karakteristik yang
dimaksud yaitu :
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan makhluk yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk sendiri.19
Menurut Morgan dalam buku Introductionto Psychology
mengemukakan, “ Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.”20
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di
mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang telah dicapai dari proses pembelajaran dan dituangkan dalam bentuk
nilai dari mata pelajaran yang didapat, dan hal ini merupakan suatu bentuk
perubahan. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang dibutuhkan siswa untuk
mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan yang disebut
belajar.
Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar adalah
perubahan pada hasil yang telah dicapai dari proses belajar mengajar. Jadi
18
Departemen Pendidikan Nasional. op. cit., h. 1101.
19
Uyoh Sadulloh, M.Pd, dkk, Paedagogik, Ilmu Mendidik, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 86, 135-136
20
untuk mendapatkan bentuk perubahan dari hasil proses belajar mengajar
harus melalui dari beberapa faktor tertentu baik dari dalam diri indivitu itu
sendiri maupun dari luar individu tersebut. Proses ini tidak dapat dilihat
karena bersifat psikologis kecuali seseorang telah berhasil dalam belajar.
Maka dari itu proses belajar selalu terjadi dalam diri seseorang dan dapat
dilihat dari hasilnya, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu.
Prestasi belajar dapat dipengaruhi berbagai macam faktor sehingga
prestasi belajar yang optimal sulit untuk didapatkan. Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang telah diuraikan oleh Noehi
Nasution yaitu:
Bagan di atas adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar.21 Dalam hidup anak didik, mereka tidak akan bisa menghindar dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Dari kedua lingkungan ini
mempunyai pengaruh yang signifikan dalam proses belajar dan hasil belajar
21
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. Pertama, h. 143
Lingkungan
Alami
Sosial budaya
Instrumental
Kurikulum
Program
Sarana & Fasilitas
Guru
Dalam
Fisiologis
Psikologis
Kondisi Fisiologis
Minat
Kecerdasan
Bakat
Kemampuan Kognitif Motivasi
Kondisi Pancaindra Unsur
anak didik terutama di sekolah. Dari uraian di atas maka akan dijelaskan
sebagai berikut :
a. Faktor Lingkungan 1) Lingkungan Alami
Lingkungan hidup adalah lingkungan di mana anak didik tinggal di
dalamnya. Lingkungan hidup yang bersih merupakan hal terpenting bagi anak
didik sedangkan jika terjadi pencemaran lingkungan maka itu adalah suatu
hal yang buruk bagi anak didik.
2) Lingkungan Sosial Budaya
Anak didik juga merupakan anggota masyarakat yang tidak bisa lepas
dari ikatan sosial. Menurut Djamarah, “Lahirnya peraturan di sekolah
bertujuan untuk membentuk perilaku anak didik yang menunjang
keberhasilan belajar di sekolah. Lingkungan sosial budaya di luar sekolah
ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi
kehidupan anak didik di sekolah.”22
b. Faktor Instrumental
1) Kurikulum
Kurikulum adalah plan for learning yang merupakkan unsur substansial
dalam pendidikan, karena tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak
dapat berlangsung. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan
frekuensi belajar anak didik.
2) Program
Setiap sekolah pastti mempunyai program pendidikan. Program
pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Berhasil
atau tidaknya pendididkan di sekolah tergantung pada baik atau tidaknya
program pendidikan yang dirancang.
3) Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Salah satu sarana
yang menjadi kepentingan bagi proses pendidikan yaitu salah satu syarat
untuk memiliki gedung sekolah, karena hal tersebut menjadi kebutuhan anak
22
didik agar terjadi proses belajar mengajar yang efektif dan mendapatkan
suasana belajar yang kondusif. Selain sarana fasilitas juga kelengkapan
sekolah yang tidak bisa diabaikan, karena untuk mendapatkan pendidikan
yang optimal kebutuhan anak didik harus diutamakan salah satunya dengan
menyediakan perpustakaan bagi anak didik. Dengan adanya fasilitas belajar
yang lengkap diharapkan kegiatan belajar anak didik lebih bergairah dan
dapat meningkatkan prestasi belajar anak didik jadi lebih optimal.
4) Guru
Menurut Djamarah, “Guru merupakan unsur manusiawi dalam
pendidikan. Jika hanya ada anak didik dan tidak ada guru maka proses belajar
mengajar tidak akan bisa terlaksana. Jangankan tidak adanya guru,
kekurangan guru saja itu sudah jadi masalah dalam proses belajar
mengajar.”23
c. Kondisi Fisiologis 1) Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya
akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan lelah. Begitu pula
dengan anak yang kekurangan gizi akan berbeda belajarnya dengan anak
yang tidak kekurangan gizi.
2) Kondisi Panca Indra
Menurut Noehi, “Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca
indra, terutama mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar.”24 Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan
orang formal melakukan penelitian untuk menemukan bentuk dan cara
penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar.
23
Ibid., h. 146-151
24
d. Kondisi Psikologis 1) Minat
Minat menurut Slameto adalah suatu rasa lebih suka atau ketertarikan
dengan suatu hal atau aktivitas. Suatu minat dapat diekspresikan dengan
menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.
Minat belajar yang besar cendenrung akan prestasi belajar yang tinggi.
2) Kecerdasan
Menurut Raden Cahaya Prabu dalam mottonya bahwa, “Didiklah anak
sesuai dengan taraf umurnya. Pendidikan yang berhasil akan menyelami jiwa
anak didiknya. Maksud dari ungkapan ini adalah setiap usia yang berkembang
dari muda sampai ketua pasti akan diiikuti dengan perkembangan jiwanya
pula.25 Perkembangan berpikir seseorang yang konkret tidak bisa dipisahkan dari perkembangan intelegensinya. Karena intelegensi diakui ikut menentukan
keberhasilan belajar seseorang.
3) Bakat
Bakar merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan
hasil belejar seseorang. Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan
yang merupakan potensi yang masih perlu dilatih dan dikembangkan. Hampir
tidak ada yang membantah bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan
bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.
4) Motivasi
Menurut Noehi Nasution motivasi adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Kuat lemahnya motivasi
belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.
5) Kemampuan Kognitif
Menurut Djamarah, “Dalam ranah kognitif, kemampuan ini anak didik seringkali dituntuk untuk menguasai kemampuan kognitif, karena pada
penguasaan pada ranah kognitif ini menjadi dasar bagi anak didik agar dapat
menguasai ilmu pengetahuan.”26
25
Ibid., h. 160
26
Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
dalam diri (internal) maupun di luar diri (eksternal). Untuk mengetahui
tingkat kecakapan siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya.
Prestasi belajar yang diperoleh melalui tes atau evaluasi dapat memberikan
gambaran yang umum tentang kemajuan siswa. Keberhasilan suatu
pengajaran yaitu apabila pengajaran itu menghasilkan proses belajar mengajar
yang aktif dan efektif.
4.
Pembelajaran Fiqih
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menjadi penting untuk diketahui oleh guru dan calon guru
agar proses mengajar yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Proses
pembelajaran itu beraneka ragam. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan
suatu permasalahan yang rumit namun, dengan maksud yang sama
pembelajaran memberikan suatu pengalaman belajar kepada siswa sesuai
dengan tujuan masing-masing.
Menurut John W. Santrock, “Pembelajaran adalah pengaruh yang relatif
permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang
diperoleh melalui pengalaman.”27
Menurut Sugiyono dan Hariyanto, “Pembelajaran didefinisikan sebagai
sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing siswa menuju proses
pendewasaan diri.”28
Dalam pembelajaran, tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar
yang tepat bagi siswa, sedangkan tugas guru adalah membantu siswa
menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yang lainnya termasuk dengan
hal-hal yang baru dan hal-hal yang lama.
27
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 2, h. 266.
28
b. Strategi Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran ada beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna yaitu pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran,
metode pembelajaran dan model-model pembelajaran. Terkadang
orang-orang menganggap hal-hal tersebut sama namun sebenarnya ketiga istilah
tersebut tidaklah sama.
Menurut Iif Khairu Ahmadi, “Pendekatan pembelajaran bisa diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum.”29
Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka
umum tentang skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa
dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Menurut Philip R. Wallace Pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua bagian yaitu pendekatan konservatif dan pendekatan liberal. Pendekatan konservatif memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Sedangkan pendekatan liberal adalah pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri.30
Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran, yaitu:
1) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada atau berpusat pada siswa.
2) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru.31
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara
arif dan bijaksana, bukan sembarangan pendekatan yang bisa merugikan anak
didik. Ada beberapa beberapa pendekatan yang diajukan dengan harapan
dapat membantu guru memecahkan beberapa masalah dalam proses belajar
mengajar, yaitu:
29
Iif Khairu Ahmadi, Sofan Amri, Hendro Ari Setyono, Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), Cet. 1, h. 4
30
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 1, h. 20
31
1) Pendekatan individual
Pendekatan individual memiliki arti yang sangat penting dalam proses
belajar mengajar. Menurut Djamarah, “Pendekatan individual merupakan
pendekatan langsung yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan kasus
pada anak didiknya.”32 Karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda dan gaya belajar yang berbeda pula sehingga diperlukannya
pendekatan individual.
2) Pendekatan kelompok
Pendekatan kelompok adalah pendekatan yang dilakukan guru dengan
tujuan membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik serta membina
sikap kesetiakawanan sosial. Karena manusia adalah makhluk yang bersosial
yakni makhluk yang cenderung untuk hidup bersama (homo socius).
3) Pendekatan bervariasi
Pendekatan bervariasi adalah jenis pendekatan yang dilakukan guru
untuk menghadapi permasalahan anak didik yang bervariasi dengan cara guru
menggunakan tehnik pemecahan yang bervariasi untuk pemecahan masalah
tersebut.
4) Pendekatan edukatif
Pendekatan edukatif adalah suatu jenis pendekatan yang dilakukan oleh
guru terhadap anak didik yang bernilai pendidikan dengan tujuan untuk
mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma
moral, norma sosial dan norma agama.
5) Pendekatan keagamaan
Pendekatan keagamaan adalah pendekatan yang memasukkan
unsur-unsur agama dalam setiap mata pelajaran dan untuk menanamkan jiwa agama
ke dalam diri siswa. Dengan pendekatan keagamaan sepeti ini, maka dapat
membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama dalam diri siswa
sehingga nilai-nilai agam tidak dicemoohkan lagi melainkan dapat dipahami,
diyakini, dihayati dan diamalkan sepanjang hayat siswa.
32
6) Pendekatan kebermaknaan
Pendekatan kebermaknaan di sini cenderung kepada pengajaran bahasa.
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan, pikiran,
pendapat dan perasaan secara lisan maupun tulisan. Kegagalan siswa dalam
berbahasa inggris karena kurang tepatnya pendekatan yang dilakukan oleh
guru. Maka dari itu, untuk memecahkan masalah ini maka pendekatan yang
tepat digunakan oleh guru adalah pendekatan kebermaknaan.
Selain jenis-jenis pendekatan di atas, berdasarkan kurikulum atau
Garis-garis Besar Program Pengajaran (BGPP) Pendidikan Agama Islam
SLTP Tahun 1994 disebutkan ada lima jenis pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan pengalaman
Pendekatan pengalaman untuk pendidikan agama Islam yaitu suatu
pendekatan yang memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa dalam
rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Suatu pengalaman dikatakan tidak
mendidik jika bukan menuju ke arah pendidikan.
2) Pendekatan pembiasaan
Pendekatan pembiasaan di sini yaitu dengan senantiasa memberikan
kesempatan kepada anak didik agar senantiasa mengamalkan ajaran
agamanya. Agar terwujudnya pendekatan pembiasaan ini maka metode
pengajaran yang dapat dipertimbangkan adalah metode drill (latihan).
3) Pendekatan emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang.
Pendekatan emosional dalam pendidikan agama Islam adalah suatu usaha
untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami,
dan menghayati ajaran agamanya.
4) Pendekatan rasional
Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan yang menggunakan akal
(rasio) dalam memahami dan menerima ajaran agamanya. Dengan
menggunakan rasio orang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
5) Pendekatan fungsional
Pendekatan ini merupakan upaya memberikan materi pembelajaran
dengan menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
Setelah ditetapkannya pendekatan pembelajaran kemudian dilanjutkan
ke tahapan berikutnya yaitu strategi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya,
“Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”33 Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu, artinya semua
langkah-langkah yang disiapkan dalam penyusunan strategi adalah untuk
upaya pencapaian tujuan pendidikan yang dilaksanakan. Menurut Ahmadi,
“Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan tersebut yaitu seperti
penyusunan langkah-langkah pembelajaran dan pemanfaatan berbagai macam
fasilitas dan sumber belajar.34 Adapun jenis-jenis strategi pembelajaran adalah:
1) Strategi pembelajaran langsung (direct instruction)
Menurut Ahmadi, “Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering
digunakan.”35 Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta
demonstrasi.
2) Strategi pembelajaran tidak langsung (indirect instruction)
Pembelajaran tidak langsung lebih memperlihatkan bentuk keterlibatan
siswa yang tinggi dan peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator,
pendukung, dan sumber personal (resource person).
3) Strategi pembelajaran interaktif (interactive instruction)
Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan
saling berbagi di antara peserta didik. Strategi pembelajaran interaktif
dikembangkan dalam rentang pengelompokkan dan metode-metode interaktif.
33
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), Edisi Pertama, h. 126
34
Ahmadi, op. cit., h. 8
35
4) Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB)
Menurut Sanjaya, “SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam SPPKB, siswa
dituntut untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasi.”36 5) Strategi pembelajaran afektif
Strategi pembelajaran afektif adalah adalah strategi pembelajaran yang
menyangkut dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh karena menyangkut
dengan kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Sikap juga merupakan
strategi pembelajaran afektif dan merupakan dasar nilai pendidikan.
6) Strategi pembelajaran melalui pengalaman (experiental learning)
Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens
induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan
pada strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar bukan
pada hasil belajar.
7) Strategi pembelajaran mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan
untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, peningkatan diri. Fokusnya
adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan
guru.
Setelah dilihat dari strateginya maka tahapan selanjutnya adalah metode
pembelajaran. Menurut Iif Khairu Ahmadi, “Metode pembelajaran adalah
cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu.”37 Dalam proses belajar mengajar metode pembelajaran memiliki kedudukan
yang sangat penting karena metode pembelajaran juga sebagai komponen
yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Menurut
Djamarah, “Ada beberapa kedudukan metode pembelajaran yaitu:
1) Metode sebagai alat memotivasi ekstrinsik.
2) Metode sebagai strategi pengajaran.
36
Sanjaya, op. cit., h. 225
37
3) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan.”38
Ada beberapa jenis metode yang dapat digunakan oleh guru dalam
proses belajar mengajar diantaranya:
1) Metode ceramah
Menurut Majid, “Ceramah sebagai suatu metode pembelajaran
merupakan cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran
melalui cara penuturan dan didukung oleh alat dan media, yang paling
penting dapat mudah dipahami oleh siswa.”39 2) Metode demonstrasi
Menurut Rasyad, “Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran
dengan maragakan atau mempertunjukkan sesuatu dihadapan peserta didik di
kelas kelas atau diluar kelas, sehingga memperjelas pengertian.”40 3) Metode diskusi
Menurut Rasyad, “Metode diskusi adalah proses pembelajaran dengan melakukan pembicaraan mendalam mengenai pokok bahasan dengan
melibatkan murid secara aktif dan terjadilah komunikasi dari berbagai
arah.”41
4) Metode simulasi
Menurut Majid, “Metode simulasi adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,
prinsip atau keterampilan tertentu.”42 5) Metode tugas dan resitasi
Menurut Majid, “Resitasi sebagai metode belajar mengkombinasikan penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri
sendiri.”43 Resitasi dilakukan dalam rangka untuk merangsang siswa agar lebih aktif belajar, baik secara perorangan maupun kelompok.
38
Djamarah, op. cit., h. 7
39
Majid. op. cit., h. 194
40
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet. 4, h. 114
41
Ibid., h. 112
42
Majid. op. cit., h. 205
43
6) Metode tanya jawab
Menurut Rasyad, “Metode tanya jawab adalah cara guru
mentransformasikan materi pembelajaran atau pokok bahasan melalui tanya
jawab antara guru dan peserta didik murid atau antar mereka.”44 7) Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok
mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai
satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok
kecil (sub-sub kelompok).
8) Metode problem solving
Dalam metode probem solving bukan hanya sekedar metode mengajar
saja tapi juga merupakan suatu metode berpikir karena dalam problem
solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan
mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
9) Metode sistem regu
Menurut Majid, “Metode sistem regu adalah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa. Jadi
kelas dihadapi oleh beberapa orang guru.”45 10) Metode drill (latihan)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Menurut Majid,
“Metode drill adalah cara membelajarkan siswa untuk mengambangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat mengembangkan sikap dan
kebiasaan.”46 11) Metode proyek
Menurut Djamarah, “Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari
44
Rasyad. op. cit., h. 112-113
45
Majid, op. cit., h. 213
46
berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan
dan bermakna.”47
12) Metode karyawisata
Karyawisata di sini berbeda dengan pengertian karyawisata secara
umum. Menurut majid, “Maksud metode karyawisata di sini yaitu kunjungan
ke luar kelas dalam rangka belajar.”48 Dalam metode karyawisata di sini tidak membutuhkan waktu yang lama dan tempat yang jauh, karena bukan
dimaksudkan seperti study tour.
13) Metode ekspositori
Menurut Majid, “Metode pembelajaran ekspositori adalah metode pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.”49 14) Metode inkuiri
Metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
15) Metode bermain peranan
Menurut Rasyad, “Metode pembelajaran lainnya yang dapat
merangsang jiwa belajar peserta didik dan membuat mereka belajar aktiv
adalah metode bermain peran.”50 Dalam metode ini mereka bermain peran yang dilakukannya dan guru membetulkan bagian yang masih salah atau
kurang tepat dalam perannya, contohnya gerakan sholat.
16) Metode eksperimen
Menurut Djamarah, ”Metode eksperimen (percobaan) adalah cara
penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami
dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.”51
47
Djamarah. op. cit., h. 83
48
Majid. op. cit., h. 215
49
Ibid., h. 216
50
Rasyad, op. cit., h. 115-116
51
Setelah mengetahui beberapa jenis-jenis metode pembelajaran yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran, maka dilanjutkan ke tahapan
terakhir yaitu model-model pembelajaran yang digunakan dalam proses
belajar-mengajar. Menurut Joyce dan Weil dalam Rusman, “Berpendapat
bahwa model pemebelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pelajaran
di kelas atau yang lain.”52 Adapun beberapa jenis model-model pembelajaran yaitu:
1) Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Menurut Trianto, “Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan mereka.”53 2) Model pembelajaran kooperatif
Menurut Rusman, “Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.”54 3) Model pengajaran berdasarkan masalah (PBM)
Menurut Trianto, “Model PMB merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik yaitu
untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir ke tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian
dan percaya diri.”55
52
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. 3, h. 133
53
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif “Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2009), Edisi Pertama, h. 104-105
54
Rusman. op. cit., h. 202
55
4) Model pembelajaran tematik
Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi, dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip secara holistik, autentik, dan berkesinambungan.
5) Model pembelajaran berbasis komputer
Menurut Rusman, “Pada model pembelajaran berbasis komputer ini
dimaksudkan agar siswa dapat berinteraksi langsung dengan media interaktif
berbasis komputer, sementara guru bertindak sebagai desainer dan programer
pembelajaran.”56 Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari
sejarah teknologi pembelajaran. Pada dasarnya sejarah teknologi
pembelajaran ini ingin berupaya menekankan pada perbedaan individual baik
dalam kemampuan maupun dalam kecepatan.
6) Model pembelajaran PAKEM (partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan)
Menurut Rusman, “PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak (student-centered learning) dan pembelajaran harus
bersifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus
belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau
takut.”57 Jadi PAKEM di sini agar anak dapat termotivasi sehingga mereka dapat bereksplorasi dan berkreasi dalam pembelajaran mereka.
7) Model pembelajaran berbasis web (e-learning)
Menurut Rusman, “Model pembelajaran web (e-learning) dapat
didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk
sebuah proses pendidikan.”58 Hampir semua pembelajaran sudah memanfaatkan teknologi seperti internet, proses pembelajaran yang seperti ini
sudah dapat dikatakan sebagai pembelajaran berbasis web.
56
Rusman. op. cit., h. 287-288
57
Ibid., h. 321-322
58
8) Model pembelajaran mandiri
Menurut Rusman, “Kegiatan belajar mandiri adalah kemampuan dan kemauan dari siswa untuk belajar berdasarkan inisiatif sendiri, dengan atau
tanpa bantuan pihak lain, baik dalam hal penentuan tujuan belajar, metode
belajar, ataupun evaluasi hasil belajar.”59 9) Model lesson study
Model lesson study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan
berkelanjutan oleh sekelompok guru. Lesson study juga merupakan salah satu
alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini
dipandang kurang efektif.
c. Strategi Pembelajaran Fiqih
Beberapa metode dalam strategi pembelajaran Fiqih yang digunakan di
MTsN Tangerang II Pamulang yaitu seperti metode demonstrasi, metode
diskusi, metode tugas dan resitasi, metode kerja kelompok, metode inkuiri
dan metode drill (latihan).
1) Metode demonstrasi di sini yaitu cara pembelajaran dengan maragakan
atau mempertunjukkan sesuatu dihadapan peserta didik baik di kelas atau
diluar kelas, sehingga memperjelas pengertian.
2) Metode diskusi adalah proses pembelajaran dengan melakukan
pembicaraan mendalam mengenai pokok bahasan dengan melibatkan
murid secara aktif dan terjadilah komunikasi dari berbagai arah.
3) Dalam kamus besar ilmu pengetahuan resitasi sebagai metode belajar
mengkombinasikan penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan
pemeriksaan atas diri sendiri. Resitasi dilakukan dalam rangka untuk
merangsang siswa agar lebih aktif belajar, baik secara perorangan maupun
kelompok.
4) Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung