KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN PEMBERIAN IMUNISASI DENGAN STATUS GIZI ANAK BATITA UMUR 1-3 TAHUN
DI DESA TANJUNG BERINGIN KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016
1. Apakah anak ibu memiliki KMS? a. Ya, tidak dapat menunjukkan b. Ya, dapat menunjukkan c. Tidak
2. Apakah anak ibu pernah diimunisasi? a. Pernah
b. Tidak pernah
3. Imunisasi apa saja yang didapat ? (Lihat KMS) a. BCG : kali
4. Usia anak ibu diimunisasi ?
5. Efek samping imunisasi apa yang didapat anak setelah diimunisasi? a. Demam
b. Adanya pembengkakan pada lengan bekas suntikan c. Diare ringan/mencret
25 M.Marbun 2 2 1 2 Mahdalena Manullang 2 13/06/2014
26 Swanda Sidauruk 1 2 1 1 Melica Girsang 2 20/04/2014
27 E.Malau 2 1 1 2 Apri Girsang 1 04/04/2014
28 S.Damanik 2 1 1 2 Butet Sipayung 2 14/02/2014
29 K.Sihotang 1 1 1 1 Welmanaro Sinaga 1 04/02/2014
30 N.Damanik 2 1 1 2 Ucok Haloho 1 18/02/2014
31 S.Lumbangaol 2 1 2 2 Ronauli Manullang 2 31/12/2014
32 S.Silaban 2 2 2 1 Ruth Gultom 2 12/12/2014
33 Romauli Sipayung 1 1 1 1 Davin Girsang 1 06/12/2014
34 S. Simamora 1 2 1 1 David Sinurat 1 16/12/2014
35 Mandor Sipakkar 1 2 1 1 Butet Simbolon 2 29/11/2014
36 R.Limbong 2 2 2 2 Septy Munthe 2 09/11/2014
37 S.Silalahi 1 1 1 1 Michael Malau 1 19/11/2014
38 L.Sijabat 1 2 1 1 Dareu Situkkir 1 21/11/2014
39 Ropi Situmorang 1 1 1 1 Asepty Sidebang 2 22/10/2014
40 M.Sinaga 1 1 2 1 Rehan Samosir 1 05/09/2014
41 H.Simanjorang 2 1 2 2 Abel Silalahi 1 29/09/2014
42 Diana Situkkir 2 2 2 2 Yesi Simarmata 2 20/08/2014
43 H.Munthe 2 2 2 2 Kezia Sitohang 2 01/08/2014
44 R.Sianturi 1 2 1 1 Zepanya Sitanggang 2 16/08/2014
45 E.Ginting 1 1 1 1 Gia Sagala 2 24/07/2014
46 J.Saragi 1 1 1 1 Sarah Samosir 2 12/07/2014
52 R.Sianturi 2 1 1 2 Kimora Manihuruk 2 30/05/2014
53 R.Tumanggor 1 1 1 1 Adelia Naibaho 2 14/05/2014
54 N.Gurning 2 1 1 2 Gres Sianturi 2 30/04/2014
55 Dewi Naibaho 1 1 1 2 Risdo Purba 1 03/01/2014
56 Uliantina Sidabariba 2 2 1 2 Marco Malau 1 15/07/2013
57 Veronika Limbong 1 2 2 1 Imel Sinaga 2 05/12/2013
58 Rusli Simarmata 1 2 1 1 Haikel Sinaga 1 27/03/2014
59 Putri Tambunan 2 1 2 2 Pretty Sinaga 2 27/03/2014
60 L.Sitanggang 1 1 1 1 Hailen Sihaloho 1 18/02/2014
61 N.Damanik 2 1 2 1 Roma Sihotang 2 10/02/2014
62 S.Damanik 2 1 1 1 Valentia S 2 14/02/2014
63 P.Limbong 1 2 1 1 Dini R Sinaga 2 05/02/2014
64 Candra Kudadiri 2 2 1 1 Deo Simbolon 1 29/11/2014
65 Lusi Sitorus 2 1 1 1 Ganesa A P.Batu 1 21/04/2014
66 W.Sidauruk 2 1 2 2 Melisa S 2 20/04/2014
67 C.Simarmata 1 1 1 1 Pelope Sigiro 2 27/04/2014
68 T.Samosir 2 1 2 2 Thresia Siregar 2 06/04/2014
69 R.Hutapea 2 1 1 2 Alex Sigiro 1 19/03/2014
70 Lisbet Malau 2 1 2 2 Dian Sinaga 2 31/03/2014
Master Data Penelitian Hubungan Karakteristik Ibu dan Pemberian Imunisasi dengan Status Gizi Anak Batita Umur 1-3 Tahun di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Imunisasi Dasar BCG DPT Hepatitis B Polio Campak Waktu Imunisasi
Pemberian
Imunisasi Berat Badan (Kg) Status Gizi (BB/U)
1 1 1 1 1 1 1 1 Baik 12,2 -0,22
2 1 1 1 1 1 1 1 Baik 8,9 -2,25
3 1 1 1 1 1 1 1 Baik 11,1 -1,03
4 1 1 1 1 1 1 1 Baik 11,2 -0,72
5 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,4 -0,98
6 1 1 1 1 1 1 1 Baik 12,8 1,15
7 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10 -1,48
8 1 1 1 1 1 1 1 Baik 12 0,04
9 1 1 1 1 1 1 1 Baik 7,9 -2,05
10 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 12,5 1,23
11 1 1 1 1 1 1 1 Baik 7,6 -1,56
12 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,1 0,29
13 1 1 1 1 1 1 1 Baik 7,3 -1,73
14 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,9 0,91
15 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 11,1 0,97
16 1 1 1 1 1 1 1 Baik 7,2 -2,95
17 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,4 0,7
23 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,7 0,15
24 1 1 1 1 1 1 1 Baik 9,8 -1,46
25 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,5 -0,47
26 1 1 1 1 1 1 1 Baik 9,8 -1,32
27 1 1 1 1 1 1 1 Baik 9,2 -2,52
28 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,5 -1,05
29 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10 -2,04
30 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 9,2 -2,71
31 1 1 1 1 1 1 1 Baik 8,8 -0,84
32 1 1 1 1 1 1 1 Baik 8,9 -0,86
33 1 1 1 1 1 1 1 Baik 9,8 -0,74
34 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,5 -0,06
35 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 8,7 -1,13
36 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 9,5 -0,51
37 1 1 1 1 1 1 1 Baik 9,2 -1,4
38 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10 -0,64
39 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,2 -0,03
40 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,2 -0,88
41 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 9,5 -1,39
42 1 1 1 1 1 1 1 Baik 8,9 -1,5
43 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 10,2 -0,46
44 1 1 1 1 1 1 1 Baik 9,5 -0,97
45 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 8,5 -2,04
46 1 1 1 1 1 1 1 Baik 9 -1,62
50 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 12,5 0,42
51 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,5 -0,63
52 1 1 1 1 1 1 1 Baik 13,8 1,62
53 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 10,6 -0,54
54 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,5 0,69
55 1 1 1 1 1 1 1 Baik 9 -3,07
56 1 1 1 1 1 1 1 Baik 12,5 -0,87
57 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10 -1,79
58 1 1 1 1 1 1 1 Baik 9 -2,75
59 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,5 -0,86
60 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 14,5 1,24
61 1 1 1 1 1 1 1 Baik 17,5 2,88
62 1 1 1 1 1 1 1 Baik 18 3,11
63 1 1 1 1 1 1 1 Baik 19,5 3,72
64 1 1 1 1 1 1 1 Baik 10,1 -0,5
65 1 1 1 1 1 1 1 Baik 9,5 -0,15
66 1 1 1 1 1 1 1 Baik 12 0,35
67 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 12,1 0,44
68 1 1 1 1 1 1 1 Baik 15,3 2,15
69 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 12,5 0,09
70 1 1 1 1 1 1 2 Buruk 10,5 -0,84
Missing 0
kelompokumuribu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
imunisasidasar
N Valid 71
Missing 0
imunisasidasar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 71 100.0 100.0 100.0
dpt
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Lengkap 71 100.0 100.0 100.0
hepatitisb
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Lengkap 71 100.0 100.0 100.0
polio
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Lengkap 71 100.0 100.0 100.0
campak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
ya 1 1.4 1.4 1.4
Ya 70 98.6 98.6 100.0
Total 71 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Laki-Laki 34 47.9 47.9 47.9
Perempuan 37 52.1 52.1 100.0
Statistics
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Adanya Pembengkakan Pada Lengan Bekas Suntikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1.00 62 87.3 87.3 87.3
Total 71 100.0 100.0
kelompokumurbatita 52.2% 47.8% 100.0%
% within
kelompokjeniskelamin 70.6% 59.5% 64.8%
% of Total 33.8% 31.0% 64.8%
2 Count 10 15 25
Expected Count 12.0 13.0 25.0
% within
kelompokumurbatita 40.0% 60.0% 100.0%
% within
kelompokjeniskelamin 29.4% 40.5% 35.2%
% of Total 14.1% 21.1% 35.2%
Total Count 34 37 71
Expected Count 34.0 37.0 71.0
% within
kelompokumurbatita 47.9% 52.1% 100.0%
% within
kelompokjeniskelamin 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 47.9% 52.1% 100.0%
% within statusgizibatitak 62.9% 66.7% 63.4%
Expected Count 22.7 3.3 26.0
% within umuribuk 88.5% 11.5% 100.0%
% within statusgizibatitak 37.1% 33.3% 36.6%
% of Total 32.4% 4.2% 36.6%
Total Count 62 9 71
Expected Count 62.0 9.0 71.0
% within umuribuk 87.3% 12.7% 100.0%
% within statusgizibatitak 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 87.3% 12.7% 100.0%
sided) Exact Sig. (1-sided)
Point
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,30.
Odds Ratio for umuribuk (1 /
2) .848 .193 3.719
For cohort statusgizibatitak
= 1 .980 .818 1.173
For cohort statusgizibatitak
= 2 1.156 .315 4.236
pendidikan ibu * statusgizibatitak % within statusgizibatitak 69.4% 88.9% 71.8%
% of Total 60.6% 11.3% 71.8%
RENDAH
Count 19a 1a 20
Expected Count 17.5 2.5 20.0
% within pendidikan ibu 95.0% 5.0% 100.0% % within statusgizibatitak 30.6% 11.1% 28.2%
% of Total 26.8% 1.4% 28.2%
Total
Count 62 9 71
Expected Count 62.0 9.0 71.0
% within pendidikan ibu 87.3% 12.7% 100.0% % within statusgizibatitak 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 87.3% 12.7% 100.0%
Each subscript letter denotes a subset of statusgizibatitak categories whose column proportions do not differ significantly from each other at the .05 level.
Chi-Square Testsc
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.54. b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results. d. The standardized statistic is -1.209.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for pendidikan ibu (TINGGI / RENDAH) .283 .033 2.423 For cohort statusgizibatitak = 1.00 .888 .760 1.037 For cohort statusgizibatitak = 2.00 3.137 .419 23.497
tingkat pekerjaan ibu kelompok * statusgizibatitak Each subscript letter denotes a subset of statusgizibatitak categories whose column proportions do not differ significantly from each other at the .05 level.
Chi-Square Testsc
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.54. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for tingkat pekerjaan ibu kelompok
(BEKERJA / TIDAK BEKERJA)
.283 .033 2.423
For cohort statusgizibatitak = 1.00 .888 .760 1.037 For cohort statusgizibatitak = 2.00 3.137 .419 23.497
N of Valid Cases 71
% within jumlahanakibuk 87.2% 12.8% 100.0% % within statusgizibatitak 54.8% 55.6% 54.9%
% of Total 47.9% 7.0% 54.9%
2.00
Count 28a 4a 32
Expected Count 27.9 4.1 32.0
% within jumlahanakibuk 87.5% 12.5% 100.0% % within statusgizibatitak 45.2% 44.4% 45.1%
% of Total 39.4% 5.6% 45.1%
Total
Count 62 9 71
Expected Count 62.0 9.0 71.0
% within jumlahanakibuk 87.3% 12.7% 100.0% % within statusgizibatitak 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 87.3% 12.7% 100.0%
Each subscript letter denotes a subset of statusgizibatitak categories whose column proportions do not differ significantly from each other at the .05 level.
Chi-Square Testsc
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results. d. The standardized statistic is -.040.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for jumlahanakibuk (1.00 / 2.00) .971 .238 3.966 For cohort statusgizibatitak = 1.00 .996 .834 1.190 For cohort statusgizibatitak = 2.00 1.026 .300 3.505
N of Valid Cases 71
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umurbatitak * statusgizibatitak
umurbatitak * statusgizibatitak Crosstabulation % within statusgizibatitak 69.4% 33.3% 64.8%
% of Total 60.6% 4.2% 64.8%
2.00
Count 19a 6b 25
Expected Count 21.8 3.2 25.0
% within umurbatitak 76.0% 24.0% 100.0% % within statusgizibatitak 30.6% 66.7% 35.2%
% of Total 26.8% 8.5% 35.2%
Total
Count 62 9 71
Expected Count 62.0 9.0 71.0
% within umurbatitak 87.3% 12.7% 100.0% % within statusgizibatitak 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 87.3% 12.7% 100.0%
Each subscript letter denotes a subset of statusgizibatitak categories whose column proportions do not differ significantly from each other at the .05 level.
Chi-Square Testsc
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.17. b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for umurbatitak (1.00 / 2.00) 4.526 1.023 20.031 For cohort statusgizibatitak = 1.00 1.230 .974 1.553 For cohort statusgizibatitak = 2.00 .272 .074 .995
jeniskelamin * statusgizibatitak Crosstabulation % within statusgizibatitak 45.2% 66.7% 47.9%
% of Total 39.4% 8.5% 47.9%
Perempuan
Count 34a 3a 37
Expected Count 32.3 4.7 37.0
% within jeniskelamin 91.9% 8.1% 100.0% % within statusgizibatitak 54.8% 33.3% 52.1%
% of Total 47.9% 4.2% 52.1%
Total
Count 62 9 71
Expected Count 62.0 9.0 71.0
% within jeniskelamin 87.3% 12.7% 100.0% % within statusgizibatitak 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 87.3% 12.7% 100.0%
Each subscript letter denotes a subset of statusgizibatitak categories whose column proportions do not differ significantly from each other at the .05 level.
Chi-Square Testsc
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.31. b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jeniskelamin (Laki-Laki / Perempuan)
.412 .094 1.797
For cohort statusgizibatitak = 1.00 .896 .747 1.076
For cohort statusgizibatitak = 2.00 2.176 .590 8.029
Case Processing Summary
% within pemberianimunisasi 86.8% 13.2% 100.0%
% within kelompokstatusgizi 74.2% 77.8% 74.6%
% of Total 64.8% 9.9% 74.6%
Buruk Count 16 2 18
Expected Count 15.7 2.3 18.0
% within pemberianimunisasi 88.9% 11.1% 100.0%
% within kelompokstatusgizi 25.8% 22.2% 25.4%
% of Total 22.5% 2.8% 25.4%
Total Count 62 9 71
Expected Count 62.0 9.0 71.0
% within pemberianimunisasi 87.3% 12.7% 100.0%
% within kelompokstatusgizi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 87.3% 12.7% 100.0%
Chi-Square Testsc
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .053a 1 .817 1.000 .590
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .055 1 .815 1.000 .590
Fisher's Exact Test 1.000 .590
N of Valid Casesb 71
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,28. b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pemberianimunisasi (Baik / Buruk) .821 .154 4.369 For cohort kelompokstatusgizi = 1,00 .976 .804 1.186 For cohort kelompokstatusgizi = 2,00 1.189 .271 5.210
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2002. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu bekerja dan Ibu
Tidak Bekerja Tentang Imnuin. Skripsi FK USU, Medan.
Allen, K.E., & Marotz, L.R.., 2010. Profil Perkembangan Anak : Prakelahiran
Hingga Usia 12 Tahun. Edisi kelima, PT INDEKS : Jakarta.
Amirin, Tatang M., 2011. Populasi dan Sampel Penelitian 4 : Ukuran Sampel
Rumus Slovin. Tatangmanguny.wordpress.com. Jumat, 12 Februari 2016.
Budiarto, E. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat : EGC. Jakarta.
Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementrian Kesehatan RI : Jakarta.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Edisi pertama, PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Pedoman Immunisasi di Indonesia. Edisi ke-empat. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia : Jakarta.
Diana, Fivi M., 2004. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Batita di
Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang Tahun 2004. Skripsi FKM UNAND, Padang.
Erwin H., Herwanti B., & Rachmanida N., 2010. Hubungan Pemberian ASI dan
Imunisasi dengan Status Gizi (BB/U dan BB/TB) Anak Umur 0-23 Bulan di Pulau Sulawesi : Analisa Data Sekunder Riskesdas 2010 : hal
2-3.
Febriana, Sari. 2009. Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan
Faktor-faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Maret 2008. http://digilib.ac.ui.com Sabtu, 30 April
2016.
Hasil Cakupan Imunisasi Puskesmas Pegagan Julu II, Tanjung Beringin Kabupaten Dairi. 2015
Himawan, A.W., 2006. Hubungan Antara Karakteristik Ibu dengan Status
Gizi Balita di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi pertama. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia : Jakarta. Kaunang M.C., Rompas S., & Bataha Y., 2016. Hubungan Pemberian
Imunisasi Dasar dengan Tumbuh Kembang Pada Bayi (0-1 Tahun) di Puskesmas Kembes Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa.
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Hal 2-3.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas). 2013.
Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat 2010. Pedoman Pelaksanaan
Surveilans Gizi di Kabupaten/Kota.
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/10/buku-survailens-2010.pdf Rabu, 4 Februari 2016.
Khalimah, Umi. 2007. Hubungan antara Karakteristik dan Sikap Ibu Balita
dengan Praktek Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Gunung Pati Semarang. Skripsi Unnes, Semarang.
Komite Nasional Pengajian dan Penanggulangan KIPI. 2006. Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi. Jakarta.
http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-6go-ilmiahpopular.doc
Kunanto, Gatot. 1992. Hubungan Karakteristik Anak dan Keluarga Dengan
Status Gizi Balita di Provinsi Irian Jaya. Tesis Pasca Sarjana UI,
Jakarta.
Lingga, N.K., 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak
Balita di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Hal 7-10.
Marimbi, Hanum. 2015. Tumbuh Kembang, Status Gizi & Imunisasi Dasar
Pada Balita. Edisi kedua, Nuha Medika : Yogyakarta.
Mulyani, SST., N.S., & Rinawati Mega. 2013. Imunisasi Untuk Anak. Edisi pertama, Nuha Medika : Yogyakarta.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.
Perangin-angin, A., 2006. Hubungan Pola Asuh dan Status Gizi Anak 0-24
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Pedoman Pewawancara Petugas
Pengumpulan Data. Jakarta : Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013.
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. 2010. Ketentuan Umum
Penggunaan Standar Antropometri WHO 2005.
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/buku-sk-antropometri-2010.pdf Minggu, 03 Juli 2016.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suhendri, Ucu. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Anak di Bawah Lima Tahun (Balita) di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009. Skripsi Ilmu
Keperawatan Universitas Ulam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Syukriawati, Ria. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Vindriana V., Kadir A., & Askar M., 2012. Hubungan Kelengkapan Imunisasi
dengan Status Gizi pada Balita Usia 1-5 Tahun di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. Volume 1
Nomor 2 Tahun 2012. Hal 1-3.
Wahyuni, R.S., 2006. Hubungan Kelengkapan Imunisasi dan Pemberian
Vitamin A Dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Titi Rantai dan Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru Tahun 2005. Metode
Penelitian : 21-25.
Widodo, S.Si, Apt., Rahayu. 2004. Pemberian Makanan, Suplemen, & Obat
Pada Anak. Edisi pertama. EGC : Jakarta.
Waty, Lienda. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan
Imunisasi pada Anak Usia 12-23 Bulan di Jawa Barat dan Jawa Tengah Tahun 2007. Skripsi FK UI, Jakarta.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian non-eksperimental ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu ingin mengetahui hubungan karakteristik ibu dan pemberian
imunisasi dengan status gizi anak batita umur 1-3 tahun.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi. Pertimbangan memilih lokasi penelitian tersebut adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang Hubungan Karakteristik Ibu dan Pemberian Imunisasi dengan Status Gizi Anak Batita Umur 1-3 Tahun. Di Puskesmas Pegagan Julu II Tanjung Beringin tersebut ada sampel yang memenuhi syarat untuk dijadikan subjek penelitian.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016 - Juni 2016.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak batita umur 12-36 bulan yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Pegagan Julu II Tanjung Beringin sebanyak 245 anak batita tahun 2015.
3.3.2. Sampel
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin :
n =
n =
n = 71,01 orang n 71 orang keterangan :
n = Number of samples (jumlah sampel)
N = Total population (jumlah seluruh anggota populasi) e = Error tolerance (toleransi terjadinya galat; taraf signifikan)
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus di atas, didapatkan 71 sampel anak batita sesuai dengan kriteria inklusi. Responden dalam penelitian ini adalah ibu anak batita yang datang ke Posyandu. Sampel dipilih dengan cara Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan
persyaratan sampel yang diperlukan.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Anak batita umur 12-36 bulan dan tercatat di Puskesmas Pegagan Julu II, Tanjung Beringin Kabupaten Dairi
2. Anak batita yang diasuh oleh ibu kandung 3. Anak batita yang datang ke Posyandu
3.4 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang di kumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
3.4.1. Data primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner tertutup yang meliputi : nama ibu, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak ibu dan umur anak batita. Waktu pemberian imunisasi dasar pada anak batita dilihat dari catatan di Puskesmas dan dengan mewawancarai ibu batita dan untuk mengetahui Berat Badan anak batita diukur dengan menggunakan timbangan yang telah disediakan pada saat Posyandu berlangsung.
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari catatan Puskesmas Pegagan Julu II Tanjung Beringin Kabupaten Dairi yang meliputi jumlah penduduk Desa Tanjung Beringin, jumlah anak batita, persentase cakupan imunisasi di Desa Tanjung Beringin, kunjungan rata-rata posyandu, dan jumlah anak yang berstatus gizi buruk dan kurang.
Sebagai data demografi dan geografi lokasi penelitian diperoleh dari kantor Kepala Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi.
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional
3.5.1. Variabel Independen
a. Umur ibu adalah usia ibu yang dihitung sejak lahir sampai dengan ulang tahun yang dirayakan terakhir kalinya.
Umur ibu dikategorikan : 1. ≥ 30 tahun 2. < 30 tahun
b. Pendidikan ibu adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh ibu pada saat penelitian berlangsung, yang dikategorikan menjadi :
1. Tamat SD 2. Tamat SMP 3. Tamat SMA 4. Tamat D3/S1
Pendidikan ibu dibedakan atas :
1. Pendidikan tinggi, jika pendidikan responden tamat SMA dan tamat D3/S1
2. Pendidikan rendah, jika pendidikan responden tamat SD dan tamat SMP
c. Pekerjaan ibu adalah aktifitas utama yang dilakukan sehari-hari oleh ibu pada saat survei dilakukan, yang dikategorikan menjadi :
1. Petani 2. Wiraswasta 3. PNS
4. Ibu Rumah Tangga (IRT) Pekerjaan ibu dibedakan atas :
1. Bekerja, jika perkerjaan responden sebagai petani, wiraswasta dan PNS
d. Jumlah anak adalah banyaknya anak yang dimiliki oleh ibu pada saat penelitian berlangsung.
Jumlah anak ibu dikategorikan berdasarkan nilai tengah dari kelompok jumlah anak ibu minimum – maksimum dari hasil penelitian :
1. ≥ 3 orang 2. < 3 orang
e. Umur anak batita adalah anak batita yang pada waktu penelitian berumur 12-36 bulan. Umur anak batita dikategorikan berdasarkan nilai tengah dari umur anak batita minimum – maksimum dari hasil penelitian:
1. 12 – 23 bulan 2. 24 – 36 bulan
f. Jenis kelamin anak batita adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak lahir.
g. Pemberian Imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi dasar dan waktu pemberian imunisasi dasar tepat waktu. Pemberian imunisasi dasar dikatakan baik apabila imunisasi dasar anak batita sudah lengkap dan waktu pemberian imunisasinya tepat waktu dan pemberian imunisasi dasar dikatakan buruk apabila tidak memenuhi salah satu syarat di atas.
3.5.2. Variabel Dependen
1. Status gizi lebih (>2 SD)
2. Status gizi baik (-2 SD s/d 2 SD) 3. Status gizi kurang (-3 SD s/d <-2 SD) 4. Status gizi buruk (<-3 SD)
Berdasarkan data dari WHO, status gizi anak batita dibagi menjadi 4 kategori. Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti 2 kategori, yaitu :
1. Status gizi baik, bila nilai skor Z >-2 SD s/d >2 SD 2. Status gizi kurang, bila nilai skor Z <-2,0 SD s/d >-3 SD
3.6 Aspek Pengukuran
Adapun variabel, cara ukur, alat ukur, hasil ukur dan skala pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran
Wawancara Kuesioner 1 = Rendah 2 = Tinggi
Ordinal
3.7 Metode Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan analisa bivariat.
1. Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti, meliputi variabel dependen yaitu status gizi anak batita. Sedangkan variabel independen meliputi kelengkapan imunisasi dasar ; karekteristik ibu dilihat dari segi umur, pendidikan, pekerjaan, dan jumlah anak ; karakteristik anak batita dilihat dari segi umur dan jenis kelamin ; dan pemberian imunisasi.
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara variabel dan digunakan uji statistik. Setelah itu data di input dengan software komputer untuk dianalisa dengan menggunakan uji statistik yaitu uji Chi-Square. Apabila syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka yang
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografis
Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi dengan luas wilayah 4.140 km².
Desa Tanjung Beringin ini mempunyai 5 dusun yang berbatasan dengan : Sebelah Utara : Desa Dolok Tolong
Sebelah Selatan : Desa Pegagan Julu IV Sebelah Timur : Desa Tanjung Beringin I
Sebelah Barat : Desa Pegagan Julu I dan Pegagan Julu II
4.1.2. Topografi
Desa Tanjung Beringin berada 1.100-1.200 diatas permukaan air laut. Suhu rata-rata di Desa Tanjung Beringin sekitar 18-21°C .
4.1.3. Demografi
Jumlah penduduk di Desa Tanjung Beringin 3.592 Jiwa yang terdiri dari Laki-Laki sebanyak 1.768 (49,22%) dan perempuan sebanyak 1.824 (50,78%), dengan jumlah KK 754 dan jumlah keluarga miskin 134 KK.
4.1.4. Sarana dan Prasarana 4.1.4.1. Sarana Kesehatan
4.1.4.2. Sarana Pendidikan
Desa Tanjung Beringin memiliki beberapa sarana pendidikan. Jumlah sarana pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Distribusi Sarana Pendidikan di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
No Sarana Pendidikan Jumlah
1 Taman Kanak-kanak 1
2 Sekolah Dasar (SD) 2
3 SLTP 2
4 SLTA 1
5 SMK 1
Total 7
Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Beringin
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tersedia sarana pendidikan berupa Taman Kanak-kanak 1unit, Sekolah Dasar (SD) 2 unit, SLTP 2 unit, SLTA 1 unit, dan SMK 1 unit.
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel-variabel independen yang berhubungan dengan status gizi anak batita. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka variabel yang dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut :
4.2.1. Karakteristik Ibu
Tabel 4.2. Deskripsi Karakteristik Ibu di Desa Tanjung
sebesar 63,4% dan lebih sedikit pada kelompok umur < 30 yaitu 36,6%. Proporsi pendidikan ibu tertinggi adalah tamat SMA yaitu 66,3% dan lebih sedikit pada tingkat pendidikan S1 yaitu 1,4%.
4.2.2. Deskripsi Anak Batita Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok umur anak batita lebih banyak pada kelompok umur 12-23 bulan yang berjenis kelamin laki – laki yaitu 70,6% dan paling sedikit pada kelompok umur 24-36 bulan yang berjenis kelamin laki – laki sebesar 29,4%.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa anak batita paling banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 37 anak batita.
4.2.3. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi dikelompokkan atas 2 bagian yaitu kelengkapan imunisasi dasar dan waktu pemberian imunisasi. Distribusi pemberian imunisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4. Distribusi Anak Batita Menurut Kelengkapan
Pemberian Imunisasi Dasar dan Waktu Pemberian Imunisasi di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Kelengkapan Imunisasi Dasar f %
Berdasarkan tabel di atas, kelengkapan pemberian imunisasi dasar pada anak batita yang mendapatkan imunisasi BCG, DPT, Hepatitis B, Polio, dan Campak semua anak batita yang menjadi sampel penelitian sudah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.
Berdasarkan waktu pemberian imunisasi pada anak batita dapat dilihat bahwa anak batita yang mendapatkan imunisasi sesuai jadwal pemberian imunisasi sebesar 74,6% dan anak batita yang mendapatkan imunisasi tidak sesuai jadwal imunisasi yang telah ditentukan sebesar 25,4%.
Berdasarkan hal di atas, pemberian imunisasi dikategorikan menjadi dua yaitu pemberian imunisasi baik dan pemberian imunisasi buruk. Distribusi pemberian imunisasi baik dan pemberian imunisasi buruk dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5. Distribusi Anak Batita Menurut Pemberian Imunisasi di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
No Pemberian Imunisasi f %
1 Buruk 18 25,4
2 Baik 53 74,6
Total 71 100,0
Pemberian imunisasi dalam kategori baik lebih banyak dibandingkan pemberian imunisasi dalam kategori buruk. Hal ini karena anak batita sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan lebih banyak anak batita yang mendapatkan imunisasi dasar sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
4.2.4. Efek Samping Imunisasi
Tabel 4.6. Distribusi Anak Batita Menurut Efek Samping Imunisasi di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Efek Samping Imunisasi f %
Demam 32 45,1
Adanya Pembengkakan pada Lengan Bekas Suntikan
12 16,9
Tidak Ada 27 38,0
Total 71 100,0
dengan anak batita dengan status gizi kurang (11,3%), anak batita dengan status gizi lebih (7,0%) dan anak batita dengan status gizi buruk (1,4%).
Berdasarkan hal di atas, status gizi pada penelitian ini di kelompokkan menjadi 2 kategori yaitu status gizi baik dan status gizi kurang. Distribusi status gizi baik dan status gizi kurang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8. Distribusi Anak Batita Menurut Status Gizi di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Status Gizi f %
Kurang Baik
9 62
12,7 87,3
Total 71 100,0
4.3. Analisis Bivariat
4.3.1. Hubungan Umur Ibu dengan Status Gizi Anak Batita
Tabel 4.9. Tabulasi Silang Umur ibu dengan Status Gizi Anak Batita
kelompok umur < 30 sebesar 88,5%. Untuk prevalens rate status gizi anak batita kategori kurang pada kelompok umur ≥ 30 sebesar 13,3% sedangkan pada
kelompok umur <30 sebesar 11,5%.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher’s diperoleh nilai p = 1.000. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan umur ibu dengan status gizi anak batita. Rasio prevalens status gizi kurang pada umur ibu ≥ 30 dibandingkan
4.3.2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak Batita
Tabel 4.10. Tabulasi Silang Pendidikan ibu dengan Status Gizi Anak Batita di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Pendidikan Ibu
Status Gizi
Total P –
value
RP (95%CI)
Kurang Baik
f % f % f %
Tinggi 8 15,7 43 84,3 51 100,0 3,137 Rendah 1 5,0 19 95,0 20 100,0 0,429 (0,419-23,49)
4.3.3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Anak Batita
Tabel 4.11. Tabulasi Silang Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Anak Batita di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Pekerjaan Ibu
Status Gizi
Total P –
value
RP (95%CI) Kurang Baik
f % f % f %
Bekerja 8 15,7 43 84,3 51 100,0 3,137 Tidak Bekerja 1 5,0 19 95,0 20 100,0 0,429 (0,419-23,49)
Berdasarkan tabel di atas dilihat bahwa prevalens rate status gizi anak batita kategori baik berdasarkan pekerjaan ibu kategori bekerja sebesar 84,3% sedangkan pada pekerjaan ibu kategori tidak bekerja sebesar 95,0%. Untuk prevalens rate status gizi anak batita kategori kurang berdasarkan pekerjaan ibu kategori bekerja sebesar 15,7% sedangkan pada pekerjaan ibu kategori tidak bekerja sebesar 5%.
4.3.4. Hubungan Jumlah Anak Ibu dengan Status Gizi Anak Batita
Tabel 4.12. Tabulasi Silang Jumlah Anak Ibu dengan Status Gizi Anak Batita di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Jumlah Anak Ibu (Orang)
Status Gizi
Total P – value
RP (95 %CI)
Kurang Baik
f % f % f %
≥ 3 5 12,8 34 87,2 39 100,0 1,026 < 3 4 12,5 28 87,5 32 100,0 1.000 (0,300-3,505)
Berdasarkan tabel di atas dilihat bahwa prevalens rate status gizi anak batita kategori baik berdasarkan jumlah anak ibu ≥ 3 sebesar 87,2% sedangkan
pada kelompok jumlah anak ibu < 3 sebesar 87,5%. Untuk prevalens rate status gizi anak batita kategori kurang berdasarkan jumlah anak ibu ≥ 3 sebesar 12,8%
sedangkan pada kelompok jumlah anak ibu < 3 sebesar 12,5%.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher’s diperoleh nilai p = 1.000. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan jumlah anak ibu dengan status gizi anak batita. Rasio prevalens status gizi kurang pada jumlah anak ibu ≥
4.3.5. Hubungan Umur Anak Batita dan Jenis Kelamin dengan Status Gizi kelompok umur 24-36 sebesar 76,0%. Untuk prevalens rate status gizi anak batita kategori kurang pada kelompok umur 12-23 sebesar 6,5% sedangkan pada kelompok umur 24-36 sebesar 24,0%.
Tabel 4.14. Tabulasi Silang Jenis Kelamin Anak Batita dengan Status Gizi Anak Batita di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Jenis Kelamin
Status Gizi
Total P – value
RP (95%CI)
Kurang Baik
f % f % f %
Laki-laki 6 17,6 28 82,4 34 100 2,176 Perempuan 3 8,1 34 91,9 37 100 0,295 (0,590-8,029)
Berdasarkan tabel di atas dilihat bahwa prevalens rate status gizi anak batita kategori baik berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebesar 82,4% sedangkan pada jenis kelamin perempuan sebesar 91,9%. Untuk prevalens rate status gizi anak batita kategori kurang berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebesar 17,6% sedangkan pada jenis kelamin perempuan sebesar 8,1%.
4.3.6. Hubungan Pemberian Imunisasi dengan Status Gizi Anak Batita
Tabel 4.15. Tabulasi Silang Pemberian Imunisasi dengan Status Gizi Anak Batita di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Pemberian Imunisasi
Status Gizi
Total P – value
RP (95%CI)
Kurang Baik
f % f % f %
Baik 7 13,2 46 86,8 53 100,0 1,189 Buruk 2 11,1 16 88,9 18 100,0 1.000 (0,271-5,210)
Berdasarkan tabel di atas dilihat bahwa prevalens rate status gizi anak batita kategori baik berdasarkan pemberian imunisasi kategori baik sebesar 86,8% sedangkan pada kategori buruk sebesar 88,9%. Untuk prevalens rate status gizi anak batita kategori kurang berdasarkan pemberian imunisasi kategori baik sebesar 13,2% sedangkan pada kategori buruk sebesar 11,1%.
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Analisis Univariat
5.1.1. Kelengkapan Imunisasi Dasar
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa prevalens Imunisasi Dasar di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016 pada semua anak batita yang menjadi sampel pada penelitian ini sudah lengkap (100,0%). Untuk imunisasi BCG, DPT, Hepatitis B, Polio, dan Campak di Desa Tanjung Beringin semua anak batita yang menjadi sampel penelitian sudah mendapatkan imunisasi dasar tersebut. Hanya saja waktu pemberian imunisasi tersebut tidak tepat pada waktunya.
Penyebab pemberian imunisasi pada anak batita tidak tepat waktu yaitu ibu lupa jadwal Posyandu, anak batita dalam keadaan sakit, anak batita tidak berada di tempat ketika Posyandu berlangsung, jarak ke tempat Posyandu yang lumayan jauh (± 3-5 km) dan akibat cuaca hujan yang membuat ibu tidak membawa anaknya ke Posyandu. Ada 25,4% anak batita yang mendapatkan imunisasi tidak sesuai waktu imunisasi.
secara lengkap dan sesuai usianya, tentu saja akan memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu yang lebih baik dibanding anak yang tidak memperolehnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vidya (2012) didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Kelengkapan Imunisasi dengan Status Gizi di Kelurahan Watonea wilayah kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna dengan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,001 yang berarti lebih kecil dari nilai
5.1.2. Umur Ibu
Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
63,4% 36,6%
Umur Ibu (Tahun)
Berdasarkan kelompok umur di atas dapat diketahui bahwa responden pada kelompok umur ≥ 30 tahun dan < 30 tahun adalah 63,4% dan 36,6%.
Hal ini sejalan dengan penelitian Waty Lienda (2009) di Jawa Tengah dengan desain cross sectional didapatkan bahwa responden tertinggi pada kelompok umur < 35 tahun, yaitu 76,2%.
5.1.3. Pendidikan Ibu
Distribusi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan pendidikan dapat diketahui bahwa jumlah responden tertinggi pada tingkat pendidikan SMA yaitu 66,3% dan terendah pada tingkat pendidikan S1 yaitu 1,4%.
66,3% 23,9%
4,2% 4,2% 1,4%
Pendidikan Ibu
Tamat SMA
Tamat SMP
Tamat SD
D3
Hal ini berbeda dengan penelitian Waty Lienda (2009) di Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan desain cross sectional didapatkan bahwa pendidikan ibu tertinggi pada pendidikan rendah (tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat SLTP), yaitu sebesar 60,89%.
5.1.4. Pekerjaan Ibu
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan pekerjaan dapat diketahui bahwa responden tertinggi bekerja sebagai petani, yaitu 57,7% dan terendah bekerja sebagai PNS, yaitu 2,8%.
Hal ini berbeda dengan penelitian Febriana Sari (2009) di Poliklinik anak RSUD Tarakan Jakarta dengan desain cross sectional didapatkan bahwa pekerjaan ibu yang tertinggi adalah ibu rumah tangga sebesar 89,5%.
57,7% 28,2%
11,3% 2,8%
Pekerjaan Ibu
Petani
IRT
WIRASWASTA
5.1.5. Jumlah Anak Ibu
Distribusi responden berdasarkan jumlah anak dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Ibu di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan jumlah anak yang dimiliki ibu diketahui responden tertinggi pada ibu yang memiliki anak ≥ 3 sebesar 54,9% dan < 3 sebesar 45,1%.
Semakin tinggi jumlah anak yang dimiliki ibu akan berdampak pada timbulnya masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak yang mungkin timbul adalah BBLR.
54,9% 45,1%
Jumlah Anak Ibu (Orang)
5.1.6. Umur dan Jenis Kelamin Anak Batita
Distribusi berdasarkan umur dan jenis kelamin anak batita dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.5 Diagram Bar Distribusi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Anak Batita di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa persentase anak batita lebih banyak pada kelompok umur 12-23 bulan yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 70,6%, sedangkan terendah ada pada kelompok umur 24-36 bulan yang berjenis kelaimin laki-laki sebesar 29,4%. Selain dilihat dari segi umur anak batita, jenis kelamin anak batita pada saat penelitian berlangsung lebih banyak berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
70,6
59,5
29,4
40,5
Laki-Laki Perempuan
Proporsi Anak Batita Berdasarkan Umur
dan Jenis Kelamin
5.1.7. Pemberian Imunisasi
Distribusi berdasarkan anak pemberian imunisasi anak batita dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Berdasarkan Pemberian Imunisasi Anak Batita di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa pemberian imunisasi di Desa Tanjung Beringin lebih banyak pada kategori pemberian imunisasi baik yaitu 74,6% sedangkan untuk pemberian imunsasi buruk hanya 25,4%.
Untuk mengetahui pemberian imunisasinya, dilihat dari kelengkapan imunisasi dasar dan pemberian imunisasi sesuai dengan waktu yang ditentukan pada anak batita. Artinya, semakin tinggi persentase anak batita yang diimunisasi tepat waktu dan sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, maka semakin baik pemberian imunisasinya, begitu pula sebaliknya.
74,6% 25,4%
Pemberian Imunisasi
Baik
Pemberian imunisasi dikatakan baik pada anak batita apabila seorang anak batita mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan pemberian imunisasi pada anak batita tepat waktu. Dari 71 anak batita, semua anak batita tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, akan tetapi yang membuat pemberian imunisasi menjadi buruk karena pemberian imunisasi pada anak batita yang tidak tepat waktu (25,4%).
5.1.8. Status Gizi
Distribusi berdasarkan status gizi anak batita dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Berdasarkan Status Gizi Anak Batita di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Status gizi yang baik mempunyai peranan dalam pertahanan tubuh yaitu pembentukan sel-sel darah, pada balita yang gizinya baik pembentukan sel-sel darahnya akan normal sehingga tubuh dapat melawan kuman yang menginfeksi
80,3% 11,3%
7,0% 1,4%
Status Gizi Anak Batita
Baik
Kurang
Lebih
tubuh. Sedangkan balita yang gizinya kurang akan mengganggu pembentukan sel-sel darah sehingga jumlahnya yang kurang dari normal menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
Dari hasil pengukuran terhadap anak batita dengan menggunakan indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) yang di sesuaikan dengan standart Antropometri WHO 2005 ditemukan sebagian besar anak mempunyai status gizi baik yaitu sebesar 80,3% dan anak yang mempunyai status gizi kurang sebesar 11,3%. Hal ini disebabkan ibu selalu memperhatikan keadaan gizi dan kesehatan anaknya. Dari hasil penelitian, kelengkapan imunisasi anak batitanya yaitu 100% dan seluruh anak batita tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar. Untuk anak yang berstatus gizi kurang diasumsikan karena ibu yang tidak memperhatikan asupan gizi anak serta kesehatan anak dan dapat juga disebabkan adanya penyakit infeksi yang semakin menambah buruk kondisi kesehatan anak sehingga pertumbuhan anak terganggu.
5.2. Analisis Bivariat
5.2.1. Hubungan Umur Ibu dengan Status Gizi Anak Batita
Gambar 5.8 Diagram Bar Status Gizi Anak Batita Berdasarkan Umur Ibu di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate status gizi kurang pada anak batita dengan responden yang berumur ≥ 30 sebesar 13,3%
sedangkan prevalens rate status gizi kurang pada anak batita dengan responden < 30 sebesar 11,5%.
Tidak ada hubungan umur ibu dengan status gizi anak batita karena kelompok umur ibu tidak berpengaruh terhadap status gizi anak batita. Status gizi anak batita bukan semata-mata disebabkan faktor umur ibu. Dari data bisa dilihat pendidikan ibu lebih banyak berpendidikan tinggi (tamat SMA) dan menyebar pada kelompok umur ibu ≥ 30 dan < 30 tahun.
Ibu yang berumur lebih muda, yang baru memiliki anak, biasanya cenderung memberikan perhatian yang lebih terhadap anaknya, termasuk membawa anaknya untuk imunisasi dan mengatur pola makan anak. Peningkatan umur ibu, mungkin saja diikuti dengan bertambahnya jumlah anak dan meningkatnya kesibukan, akan memengaruhi motivasi dan mengurangi ketersediaan waktu bagi ibu untuk membawa anaknya diimunisasi dan menyediakan makanan bagi anaknya.
5.2.2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak Batita
Gambar 5.9 Diagram Bar Status Gizi Anak Batita Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens status gizi kurang pada anak batita dengan ibu yang berpendidikan rendah sebesar 5,0% sedangkan prevalens rate status gizi kurang pada anak batita dengan ibu yang berpendidikan tinggi sebesar 15,7%.
Pendidikan Tinggi Pendidikan Rendah
Status Gizi Baik 84,30% 95%
Status Gizi Kurang 15,70% 5,00%
Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan dalam penyusunan makan keluarga serta pengasuhan dan perawatan anak.
Senada dengan penelitian ini, penelitian Suhendri (2009) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pendidikan ibu dengan status gizi balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009 dengan nilai p = 1.000.
Dari data diperoleh bahwa pendidikan ibu sebagian besar masih tergolong rendah, namun status gizi anak batita cenderung baik. Hal ini karena faktor kesungguhan ibu anak batita dalam peningkatan pendidikan baik yang dilakukan dengan keaktifan dalam kegiatan posyandu maupun dari frekuensi kontak dengan media massa. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk menambah pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Benny (1997 dalam penelitian Suhendri), yang menyatakan bahwa peningkatan tingkat pendidikan akan mempermudah seseorang menerima informasi, termasuk informasi gizi dan kesehatan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan gizi dan kesehatan yang selanjutnya akan menimbulkan sifat yang positif dibidang kesehatan. Keadaan ini akan mencegah masalah gizi yang tidak diinginkan.
5.2.3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Anak Batita
Gambar 5.10 Diagram Bar Status Gizi Anak Batita Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens status gizi kurang pada anak batita dengan ibu yang bekerja sebesar 15,7% sedangkan prevalens rate status gizi kurang pada anak batita dengan ibu yang tidak bekerja sebesar 5,0%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suhendri (2009), bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009 dengan nilai p = 0,620.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian ibu memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengasuh anak dan merawat anaknya karena ibu tidak bekerja diluar rumah untuk mencari nafkah. Namun hal ini tidak diimbangi dengan
Bekerja Tidak Bekerja
Status Gizi Baik 84,30% 95,00%
Status Gizi Kurang 15,70% 5,00%
pemberian makanan yang seimbang dan bergizi pada anak batitanya. Sebab tanpa diberi jaminan makanan yang bergizi dan pola asuh yang benar, maka anak akan mengalami kekurangan gizi.
Ibu yang bekerja mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dan akan memengaruhi sikap ibu dalam pola pemberian makanan terhadap anak batita. Pada ibu yang bekerja tentu saja waktu yang diberikan kepada anak batitanya akan lebih sedikit daripada ibu yang tidak bekerja, tetapi ibu yang bekerja dapat meningkatkan kualitas gizi untuk anak batitanya dengan bertambahnya pendapatan keluarga.
5.2.4. Hubungan Jumlah Anak Ibu dengan Status Gizi Anak Batita
Gambar 5.11 Diagram Bar Status Gizi Anak Batita Berdasarkan Jumlah Anak Ibu di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens status gizi kurang pada anak batita dengan jumlah anak ibu ≥ 3 sebesar 12,8% sedangkan
prevalens rate status gizi kurang pada anak batita dengan jumlah anak ibu < 3 sebesar 12,5%.
Ini membuktikan bahwa status gizi bukan semata-mata disebabkan oleh faktor jumlah anak dalam keluarga melainkan banyak faktor. Salah satunya yaitu pola asuh keluarga terhadap anak batita, dimana kemungkinan pola asuh yang kurang baik memengaruhi status gizi anak batita sehingga walaupun jumlah tanggungan keluarga sedikit, kondidi status gizi anak batita dapat terancam pula (Mustafa, dalam penelitian Syukriawati 2011).
≥ 3 < 3
Status Gizi Baik 87,20% 87,50%
Status Gizi Kurang 12,80% 12,50%
Senada dengan penelitian ini, penelitian Syukriawati (2011) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anak ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan dengan nilai p = 0,828.
Namun dalam penelitian ini, jumlah anak ibu tidak berhubungan dengan status gizi anak batita. Hal ini dapat dilihat, dari 71 responden yang memiliki anak ≥ 3 ada 39 ibu (54,9%) memiliki anak yang berstatus gizi baik sebanyak 87,2%.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jumlah anak ibu terhadap status gizi anak batita.
5.2.5. Hubungan Umur Anak Batita dengan Status Gizi Anak Batita
Gambar 5.12 Diagram Bar Status Gizi Anak Batita Berdasarkan Umur Anak Batita di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa status gizi kurang pada anak batita umur 24-36 bulan lebih besar daripada anak batita umur 12-23 bulan dengan persentase 24,0% dan 6,5%.
Senada dengan penelitian Kunanto (1992), menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur balita dengan status gizi. Adanya hubungan antara umur anak batita dengan status gizi berkaitan erat dengan menurunnya perhatian orang tua terhadap anaknya, yang mungkin disebabkan oleh adanya anak yang lebih muda (adik) atau kesibukan orang tua anak tersebut.
mandiri dan mempunyai jaringan sosial lebih luas dan ketergantungan dengan sosok ibu mulai berkurang (Hurlock dalam penelitian Syukriawati, 2011).
Masa anak di bawah lima tahun merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak karena pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan memengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak memerlukan zat gizi agar proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan dengan baik.
Anak batita umur 12-23 bulan cenderung memperoleh gizi yang lebih baik dibandingkan anak batita umur 24-36 bulan. Hal ini dikarenakan anak batita umur 12-23 bulan lebih diperhatikan oleh ibu dalam hal makanan, dimana makanan anak batita tersebut masih ibu sendiri yang menyediakannya.
Umur anak batita merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi, sehingga umur berkaitan erat dengan status gizi anak batita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016 menunjukkan anak batita yang mengalami gizi kurang banyak terjadi pada umur 24-36 bulan yaitu sebesar 24,0%.
untuk menderita status gizi kurang. Karena semakin bertambah umur anak batita, berarti semakin besar pula kebutuhan zat gizi bagi anak batita tersebut.
5.2.6. Hubungan Jenis Kelamin Anak Batita dengan Status Gizi Anak Batita
Gambar 5.13 Diagram Bar Status Gizi Anak Batita Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Batita di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa anak batita yang mengalami gizi kurang lebih banyak dialami oleh anak batita laki-laki yaitu sebanyak 6 anak batita (17,6%) dibandingkan dengan anak perempuan yaitu sebanyak 3 anak batita (8,1%).
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang turut memengaruhi kebutuhan gizi seseorang. Kebutuhan zat gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan dan biasanya lebih tinggi karena anak laki-laki memiliki aktifitas fisik yang lebih tinggi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).
Penelitian Suhendri (2009), menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan status gizi balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009 dengan nilai p = 0,815.
Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin anak batita dengan status gizi dapat dimungkinkan karena perbedaan fisik dan anatomi pada anak batita, disamping juga pengaruh faktor genetika dan perbedaan-perbedaan dalam hal perawatan dan pemberian makanan.
5.2.7. Hubungan Pemberian Imunisasi dengan Status Gizi Anak Batita
Gambar 5.14 Diagram Bar Status Gizi Anak Batita Berdasarkan Pemberian Imunisasi di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens status gizi kurang pada anak batita berdasarkan pemberian imunisasi yang baik sebesar 13,2% sedangkan prevalens rate status gizi kurang pada anak batita berdasarkan pemberian imunisasi yang buruk sebesar 11,1%.
Pemberian imunisasi dikatakan baik pada anak batita apabila seorang anak batita mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan pemberian imunisasi pada anak batita tepat waktu. Dari 71 anak batita, semua anak batita tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, akan tetapi yang membuat pemberian imunisasi menjadi buruk karena pemberian imunisasi pada anak batita yang tidak tepat waktu (25,4%).
Pemberian imunisasi pada anak batita tidak tepat waktu diasumsikan karena ibu lupa jadwal Posyandu, saat Posyandu berlangsung anak batita sedang tidak berada di tempat, anak batita dalam keadaan sakit, cuaca hujan yang membuat ibu tidak membawa anaknya ke Posyandu dan jarak yang jauh dari rumah ke tempat Posyandu.
5.3. Hubungan Imunisasi dengan Status Gizi Anak Batita
Gizi kurang dan infeksi kedua-duanya dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dan sanitasi yang buruk. Selain itu juga diketahui bahwa infeksi meningkat menghambat reaksi imulogis yang normal dengan menghabiskan energi tubuh. Apabila balita tidak memiliki imunitas terhadap penyakit, maka balita akan lebih cepat kehilangan energi tubuh karena penyakit infeksi.
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Karakteristik Ibu dan Pemberian Imunisasi dengan Status Gizi Anak Batita Umur 1-3 Tahun di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016 maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Kelengkapan imunisasi dasar anak batita di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi tahun 2016 100% dilaksanakan.
b. Dari 71 anak batita dengan analisa univariat diperoleh anak batita dengan status gizi baik sebesar 87,3% dan status gizi kurang sebesar 12,7%. c. Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan status gizi anak batita dengan
Rasio Prevalens = 1,156 (95%CI = 0,315 – 4,236).
d. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi anak batita dengan Rasio Prevalens = 3,137 (95%CI = 0,419 – 23,49).
e. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak batita dengan Rasio Prevalens = 3,137 (95%CI = 0,419 – 23,49).
f. Tidak ada hubungan antara jumlah anak ibu dengan status gizi anak batita dengan Rasio Prevalens = 1,026 (95%CI = 0,300 – 3,505).
h. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin anak batita dengan status gizi anak batita dengan Rasio Prevalens = 2,176 (95%CI = 0,590 – 8,029). i. Tidak ada hubungan antara pemberian imunisasi dengan status gizi anak
batita dengan Rasio Prevalens = 1,189 (95%CI = 0,271 – 5,210).
6.2. Saran
Mengingat bahwa gizi kurang pada anak batita dapat mengganggu ketahanan kesehatan tubuh, dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak batita maka disarankan :
a. Meningkatkan kegiatan monitoring dan penilaian status gizi secara berkala yang dilaksanakan petugas kesehatan, dan memberikan bimbingan konsultasi gizi terhadap ibu batita yang dilakukan secara rutin guna meningkatkan status gizi anak batita.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Imunisasi
2.1.1. Pengertian imunisasi
Pelaksanaan Imunisasi di Indonesia telah dimulai sejak sebelum perang dunia ke dua dengan tujuan memberantas penyakit cacar. Kemudian kegiatan imunisasi dilaksanakan secara rutin di seluruh Indonesia sejak tahun 1956. Kegiatan imunisasi ini telah berhasil membasmi penyakit cacar, dibuktikan dengan Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh WHO tahun 1974.
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan tubuh (imunitas) pada bayi atau anak, sehingga terhindar dari penyakit (Depkes RI, 2000).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan Eat Anti yang pada akhirnya nanti dipergunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Hanum, 2015).
penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh (Hanum, 2015).
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan pada bayi antara umur 0-12 bulan, yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT (1,2,3), Polio (0,1,2,3), Hepatitis B (1,2,3), dan Campak (Pedoman penyelenggaraan Imunisasi, 2005).
Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan (Pedoman penyelenggaraan Imunisasi, 2005).
Menurut Litman, Imunisasi yang “didapat” merupakan suatu sistem imun yang didapatkan melalui pemberian imunisasi (adaptive imuno sistem), pada sistem pertahanan tubuh ini, antibody memegang peran penting dan utama, dalam hal ini reseptor yang dipakai untuk mengenal jasad renik tersebut dibentuk dengan cara menyatukan atau menempelkan beberapa segmen dari gen sehingga terbentuk suatu reseptor yang unik untuk jasad renik tertentu (Hanum, 2015).
Imunisasi adalah proses merangsang sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukkan (bisa dengan disuntik atau diminumkan virus atau bakteri hidup yang dilemahkan, virus atau bakteri hidup yang dibunuh, bagian-bagian tubuh dari bakteri atau virus atau racun dari bakteri yang sudah dimodifikasi. Tujuannya agar tubuh kita tidak “kaget” dan siap untuk melawan bila bakteri atau virus sungguhan