GUPPY MASCULINIZATION BY IMMERSION OF LARVAE IN VARIOUS CONCENTRATIONS AND IMMERSION LENGTH
OF BOVINE TESTICULAR EXTRACT
ABSTRACT
By Noni Apriyanto
Masculinization is one way to increase the production of male guppy fish since it has more attractive color and shape. Male populations could be produced by sex reversal. During this, sex reversal is using steroid 17α MT and giving influence in produced male guppy fish. However, the use of these hormones is reduced because of environmental harm. So we need to use alternative materials, Bovine Testicular Extract. Differences in doses and durations are a critical factor in directing sexual conduct. This study aims to find the best treatment between doses of bovine testicular extract (BTE) and duration in producing male’s guppies. The research used four treatments 0 ppm (control), 265 ppm, 530 ppm, and 795 ppm, while the duration was groups used to 3, 4, and 5 days for 5 hours per day. The best treatment is 530 ppm and 4 days immersion with male percentage of 60% and survival rates percentage of 96%.
MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecillia reticulata)
MELALUI PERENDAMAN LARVA DALAM EKSTRAK TESTIS SAPI DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN
ABSTRAK
Oleh Noni Apriyanto
Maskulinisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan guppy jantan. Karena ikan guppy jantan memiliki warna dan bentuk tubuh dan warna yang lebih menarik. Maskulinisasi dapat dilakukan dengan seks reversal. Selama ini proses seks reversal masih menggunakan hormon steroid 17α-MT dan memberikan pengaruh nyata dalam produksi ikan guppy jantan. Namun, penggunaan hormon ini dikurangi karena membahayakan lingkungan. Sehingga perlu digunakan bahan alternatif yaitu ekstrak testis sapi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan dosis tinggi ETS yang dapat menghasilkan ikan guppy jantan maksimum melalui metode perendaman. ETS yang diberikan yaitu 0 ppm (kontrol), 265 ppm, 530 ppm, dan 795 ppm. Sedangkan perendaman dilakukan selama 3, 4, dan 5 hari yang per harinya direndam selama 5 jam. Parameter yang di amati antara lain persentase jantan , survival rate, kadar testosteron dan kualitas air. Lama pemeliharaan dilakukan selama ± 3 bulan. Perlakuan dan kelompok terbaik adalah perendaman larva pada konsentrasi 530 ppm dengan lama perendaman 4 hari (5 jam per hari) yang menghasilkan persentase jantan sebesar 60% dengan tingkat ketahanan hidup sebesar 96%.
MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecillia reticulata)
MELALUI PERENDAMAN LARVA DALAM EKSTRAK TESTIS SAPI DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN
SKRIPSI
Oleh: Noni Apriyanto
0714111049
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) MELALUI PERENDAMAN LARVA DALAM EKSTRAK TESTIS SAPI DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN
Oleh
NONI APRIYANTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN
Pada
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir penelitian ... 6
2. Steroidogenik gonad pada ikan teleostei ... 18
3. Persentase ikan guppy jantan yang dihasilkan pada perendaman
larva yang berumur 1 hari dengan berbagai dosis dan lama
perendaman ... 25
4. Persentase tingkat kelangsungan hidup ikan guppy yang
dihasilkan oleh larva berumur 1 hari yang direndam dengan
DAFTAR ISI
B. Tujuan Penelitian ... 4
C.Manfaat Penelitian ... 4
D.Kerangka Pikir ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A.Reproduksi dan Seksualitas Ikan Guppy ... 7
B.Determinasi dan Diferensiasi Kelamin Ikan ... 9
C.Hormon Steroid ... 12
D.Steroidogenesis Pada Ikan ... 15
E. Ekstrak Testis Sapi ...19
III. METODE PENELITIAN ... 20
A.Waktu dan Tempat ... 20
B. Alat dan Bahan ... 20
C.Prosedur Penelitian... 21
1. Persiapan ... 21
2. Perlakuan ... 21
3. Pelaksanaan Penelitian ... 22
D.Parameter yang Diamati ... 23
a. Persentase Jantan ... 23
b. Survival Rate (SR) ... 24
c. Kadar Testosteron Dalam Ekstrak Testis Sapi Melalui Metode ELISA ... 24
E. Analisis Data ... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
A.Hasil ... 25
1. Persentase Jantan ... 26
2. Survival rate (SR) ... 26
3. Kadar Testosteron Dalam Ekstrak Testis Sapi Melalui Metode ELISA ... 26
4. Kualitas Air ... 27
B. Pembahasan ... 27
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 32
A.Simpulan ... 32
B. Saran ... 32
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Tarsim, S.Pi., M.Si. ...
Sekretaris : Agus Setyawan, S.Pi., M.P. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. ...
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan ridhoNya skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :
Almamaterku tercinta Universitas Lampung
Kedua orang tuaku yang selalu memberikan cinta, doa, dan hal
terbaik dalam hidupku.
Sudara-saudaraku yang telah memberikan semangat dan
mendoakan keberhasilanku.
Sahabatku dan orang terdekatku yang telah memberikan
keceriaan dan warna dalam hidupku.
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putra pertama pasangan Bapak Sutarna dan
Ibu Sutarni yang dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal
4 April 1989.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Sejahtera 1 yang diselesaikan pada
tahun 2001. Pendidikan tingkat pertama di SLTP Negeri 25 Bandar Lampung
yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat
atas di SMA Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung melalui tes SPMB.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti kegiatan Praktik Umum di
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura, Lampung Selatan di
bagian Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) pada tahun 2011. Selain
itu, dalam organisasi penulis juga aktif menjadi Ketua Umum Himpunan
Mahasiswa Budidaya Perairan Universitas Lampung (HIDRILA) periode
SANWACANA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW.
Skripsi dengan judul “Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui
Perendaman Larva Dalam Ekstrak Testis Sapi Dengan Berbagai Konsentrasi Dan
Lama Perendaman”, adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
perikanan di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan
karena keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik.
Namun demikian, penulis berharap semoga karya yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., sebagai Ketua Program Studi Budidaya Perairan
Universitas Lampung sekaligus sebagai Penguji yang telah memberikan
koreksi dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
3. Tarsim, S.Pi., M.Si., sebagai Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini serta mengizinkan
penggunaan alat-alat dan tempat yang mendukung pelaksaan penelitian.
4. Agus Setyawan, S.Pi., M.P., sebagai Pembimbing Kedua yang telah
memberikan gagasan, saran, memudahkan dalam mendapatkan jurnal dan
pembiayaan penelitian untuk skripsi ini.
5. Esti Harpeni, S.T., MAppSc., selaku Pembimbing Akademik dan Kepala
Laboratorium yang telah mengizinkan penggunaan alat-alat dan tempat yang
mendukung pelaksanaan penelitian, memberikan bimbingan dan nasihat
selama kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi.
6. Kedua orang tuaku ayah dan ibu, serta keluarga atas doa dan motivasinya.
7. Saudari Widya Noviana yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan,
doa dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan Andika, Vivi, Selly, Sutan, Hasim, Dwi, Revi,
Yeny, Wayan, Dewi, Yulian, Rama, Deta, Dewa, dan Yoga atas
kerjasamanya dan teman-teman BDPi 07 atas bantuan, kekompakan, dan
kebersamaan serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi.
9. Semua pihak yang tidak mungkin untuk disebutkan satu persatu penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuan dan do’a serta dukungannya hingga
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan
mereka yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Amin.
Bandar Lampung, Mei 2011 Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan guppy adalah salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data
profil pembudidaya di tingkat internasional, Indonesia baru dapat memenuhi
pangsa pasar ikan hias sebesar 15 % dari permintaan dunia yang di dominasi oleh
Singapura sebagai pengekspor terbesar. Diantara kelompok ikan hias air tawar,
ikan guppy (Poecillia reticulate) dan ikan neon merupakan spesies yang
mendominasi, yaitu sekitar 25% dari pasar dunia dengan nilai hampir 14% dari
nilai total ekspor (Putro et al. 2002).
Permintaan ikan guppy jantan secara umum lebih mendominasi, karena memiliki
penampilan yang berbeda dengan ikan guppy betina (Schroder, 1976). Salah satu
cara untuk meningkatkan produksi ikan jantan adalah melalui perubahan kelamin
pada fase awal perkembangbiakan (Yamamoto, 1969; Yamazaki, 1983).
Pengalihan kelamin dapat dilakukan menggunakan hormon sintetis
Methyltestosterone (MT) pada fase dini sebelum gonad terbentuk menjadi jenis
kelamin jantan atau betina (Hunter & Donaldson 1983; Pandian & Sheela 1995).
Perkembangan teknologi pengalihan kelamin seperti ini di Indonesia lebih dikenal
2
Seks reversal adalah satu cara merubah jenis kelamin menjadi monoseks. Dapat
dilakukan dengan memberikan hormon aktif steroid melalui metode perendaman
dan atau lewat pakan yang diberikan pada stadia induk yang sedang bunting atau
pada larva. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan seks reversal adalah
jenis ikan, dosis hormon, lama perlakuan, waktu dimulainya perlakuan, dan suhu
air (Hunter & Donaldson, 1983; Struusmann et al, 2005; Gustiano et al,. 2008).
Penelitian tentang produksi guppy jantan sudah dilakukan dengan menggunakan
bahan-bahan seperti madu, propolis, akriflavin, dan 17α-Methyltestosterone.
Perendaman induk ikan guppy dengan dosis 2 mg/l MT menghasilkan 100%
jantan (Arfah, 1997). Perendaman induk ikan guppy menggunakan madu
menghasilkan persentase jantan tertinggi 64,07% pada dosis 50 ml/l dengan SR
sebesar 96,67% (Barades, 2010). Pada perlakuan menggunakan propolis pada
pakan yang diberikan pada induk ikan guppy dengan dosis 60 μl/kg menghasilkan jantan sebanyak 55,17% (Ukhroy, 2008), perendaman induk dengan dosis
100ml/L 64,88% (Putra, 2011) dan melalui perendaman larva dengan dosis
50ml/L menghasilkan jantan sebesar 54,18% (Sandy, 2011). Ini mengindikasikan
bahwa, perendaman induk dan larva dengan menggunakan madu dan propolis
belum bisa menghasilkan persentase jantan melebihi 60%. Sedangkan pemberian
10 mg metiltestosteron dalam pakan dapat memberikan gupi jantan dengan
persentase 61,96%. (Suwarsito, et al. 2007). Hal ini menunjukkan bahwa
pengarahan kelamin melalui metode oral melalui pemberian pakan merupakan
metode paling efektif dalam menghasilkan jantan maksimum. Hormon yang
diberikan dapat dimanfaatkan oleh ikan guppy secara maksimal karena langsung
3
melalui pembuluh darah. Namun, penggunaan hormon sintetis ini sudah mulai
dikurangi karena membahayakan lingkungan dan manusia.
Penelitian dalam produksi ikan guppy jantan dengan menggunakan ekstrak testis
sapi juga sudah digunakan pada penelitian sebelumnya melalui perendaman
induk, yaitu yang dilakukan oleh Ratnasari (2011) dan Hasyim (2011). Pada
penelitian Ratnasari menghasilkan ikan guppy jantan sebesar 57,59% dengan
dosis 5 ppm selama 24 jam dan penelitian Hasyim (2011) menghasilkan jantan
sebesar 59,54% dengan dosis 20 ppm selama 12 jam.
Pada penelitian sebelumnya, belum diketahui secara pasti kandungan MT yang
terdapat pada ekatrak testis sapi. Oleh karena itu, pada tanggal 20 April 2011 lalu
dilakukan uji sampel 1 gram ekstrak testis sapi dengan menggunakan metode
ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) yang dilaksanakan oleh Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Dari uji sampel
tersebut ditemukan kadar MT sebesar 3,87 µg (lampiran 5). Oleh karena itu, pada
penelitian ini digunakan dosis ekstrak testis sapi sebanyak 265 mg, 530 mg, dan
795 mg atau setara dengan kandungan MT sebanyak 1, 2, dan 3 ppm. Karena,
kandungan hormon testosteron pada ekstrak testis sapi sebesar 265 mg setara
4
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi ikan guppy jantan melalui metode
perendaman dengan konsentrasi ekstrak testis sapi tinggi.
C. Manfaat
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui efektivitas ekstrak testis sapi terhadap
produksi ikan guppy jantan.
D. Kerangka Pikir
Penentuan kelamin pada ikan dipengaruhi oleh dua faktor lingkungan dan faktor
genetik. Faktor lingkungan dapat dimanipulasi dengan perlakuan hormon, suhu,
dan lama perlakuan. Sedangkan secara genetik, proses seks reversal dapat
dilakukan pada dua fase yaitu pada saat embriogenesis dan post larva. Pada awal
perkembangan embrio, faktor genetik lebih banyak berperan dalam menentukan
arah perkembangan organ kelamin primer yaitu testis atau ovari. Selanjutnya
sel-sel gonad yang telah diarahkan tersebut akan menghasilkan hormon-hormon
kelamin dengan gamet sesuai dengan kelamin yang ditentukan. Hormon kelamin
tersebut akan mengatur kelanjutan dari proses diferensiasi (Yatim, 1983; Kadriah,
2000).
Salah satu cara untuk memproduksi ikan monoseks yaitu dengan teknik seks
reversal. Seks reversal merupakan teknologi yang membalikkan arah
5
mempengaruhi keberhasilan perubahan kelamin adalah jenis ikan, dosis hormon,
lama perlakuan, waktu dimulainya perlakuan, dan suhu air (Zairin, 2002).
Seks reversal dapat dilakukan menggunakan hormon sintetis (buatan) dan alami
yang diberikan pada saat periode labil ikan. Periode labil pada ikan Poeicilidae
seperti ikan guppy dan ikan lain yang sifatnya ovovivipar terjadi selama
embriogenesis (Pandian dan Sheela, 1995; Yuwanny, 2000). Hormon sintetis yang
biasa digunakan adalah 17α-methyltestosterone (17α-MT). Pada penelitian ini, budidaya monoseks dilakukan menggunakan hormon alami yang diekstrak dari
testis sapi yang mengandung banyak hormon testosteron danramah lingkungan.
Fungsi ekstrak testis sapi sama dengan 17α-methyltestosterone , yaitu untuk
menambah jumlah hormon testosteron agar proses pembentukan kelamin pada
ikan guppy cenderung mengarah perkembangan kelamin jantan.
Penelitian sebelumnya dilakukan pengujian kandungan 1 gram ekstrak testis sapi
yang dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi
(BBATS). Dari 1 gram ekstrak testis sapi di temukan kandungan ekstrak testis
sapi sebanyak 3,87 µg. Pengujian ini dilakukan untuk menyetarakan kandungan 1
ppm MT yang terdapat pada ekstrak testis sapi dengan 1 ppm 17α
-Methyltestosterone. Maka, kandungan testosteron pada dosis ekstrak testis sapi
sebanyak 265 mg setara dengan 1 ppm 17α-MT. Oleh karena itu, pada penelitian
ini digunakan dosis ekstrak testis sapi yang tinggi guna menyetarakan kandungan
6
Secara umum kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 1 :
---
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Sex Determination
Sex
Differensiasi Hormon
Dosis
Lama Perlakuan
Suhu
Bipotensial
Embriogenesis Post Larva
Perendaman
Testosteron ETS (Konsentrasi)
Meningkatkan Testosteron
meningkat
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan bulan Juni sampai September 2011 bertempat di
Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah empat buah akuarium
ukuran 50x40x40 cm3 untuk pemeliharaan sekaligus pemijahan induk, dua
akuarium ukuran 40x30x30 cm3 untuk pemeliharaan induk betina yang telah
bunting, 21 toples untuk perlakuan perendaman larva dengan ekstrak testis
sapi, perlengkapan aerasi, alat ukur kualitas air (termometer, DO meter, dan
pH meter).
Bahan yang akan digunakan adalah induk ikan guppy ukuran 2-3 cm sebanyak
150 ekor, ekstrak testis sapi produksi BATAN, pakan alami Daphnia sp.,
21
C. Prosedur Penelitian a. Persiapan
Tahap persiapan meliputi beberapa kegiatan yaitu persiapan wadah
pemijahan dan pemeliharaan induk. Wadah dibersihkan lalu dikeringkan
kemudian diisi air ¾ dari tinggi akuarium. Sebelumnya, induk jantan dan
betina diukur berat dan panjang awalnya. Kemudian dimasukkan kedalam
akuarium pemeliharaan dan perkawinan massal dalam dua wadah
akuarium berukuran 50x40x40 cm3. Induk diberi pakan pelet selama
pemeliharaan dan diberikan dua kali sehari secara adlibitum.
Induk betina yang sudah bunting dipelihara dalam akuarium dengan
ukuran 40x30x30 cm3 sampai beranak. Larutan perendaman dibuat dengan
cara melarutkan tiap konsentrasi perlakuan ekstrak testis sapi dengan 1 ml
alcohol 95%. Kemudian dimasukkan kedalam akuarium yang telah diisi
air dan diberikan aerasi selama 1-3 jam.
Setelah itu larva dimasukkan kedalam akuarium yang telah diberikan
konsentrasi perlakuan selama 5 jam/hari selama 3-5 hari, dan kemudian
dipindahkan lagi ke wadah pemeliharaan setelah pemberian perlakuan
(Akuarium berukuran 25x15x35cm3).
b. Perlakuan
Perlakuan dalam penelitian ini yaitu pemberian ekstrak testis sapi dengan
lama perendaman yang berbeda. Perendaman dilakukan pada konsentrasi
22
harinya. Konsentrasi perendaman 0 ppm (Kontrol), 1 ppm (P1), 2 (P2), 3
(P3).
(P1) = Konsentrasi ekstrak testis sapi 0 ppm (kontrol)
(P2) = Konsentrasi ekstrak testis sapi 265 mg
(P3) = Konsentrasi ekstrak testis sapi 530 mg
(P4) = Konsentrasi ekstrak testis sapi 795 mg
c. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan merendam larva ikan guppy yang baru
berumur 1 hari ke dalam larutan ekstrak testis sapi. Perendaman dilakukan
selama 3, 4, dan 5 hari (5 jam per hari) dengan konsentrasi perendaman 0
ppm (kontrol), 265 mg (P1), 530 mg (P2), 795 mg (P3). Sebelum
dilakukan perendaman, dilakukan pengenceran larutan ekstrak testis sapi
sesuai dengan konsentrasi perlakuan dengan media air sebanyak 1 liter
pada masing-masing perlakuan. Air yang digunakan adalah air yang
berasal dari tandon pengendapan.
Larva yang telah diberi perlakuan perendaman dipelihara dalam wadah
akuarium dengan dimensi 25x15x35 cm3. Larva ikan guppy tersebut diberi
pakan awal cacing sutra yang telah dipotong halus hingga berumur satu
minggu lalu dilanjutkan dengan pemberian pakan alami Daphnia sp. dan
pakan buatan. Pemberian pakan pada anak guppy dilakukan secara
23
d. Parameter Yang Diamati
Pengamatan dilakukan secara visual setelah pemeliharaan larva sampai
terlihat perbedaan antara ikan jantan dan betina dengan adanya
gonopodium pada ikan jantan, penampakan warna, dan bentuk sirip ekor
yang lebar. Kemudian dilakukan seleksi dan penghitungan jumlah anak
jantan dan betina. Dilanjutkan dengan pengamatan preparat dengan
pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) untuk proses pewarnaan gonad pada
saat memeriksa keberadaan testes ataupun ovarium pada gonad ikan.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.
Parameter yang diamati adalah:
Melakukan perbandingan jumlah ikan berjenis kelamin jantan dengan
jumlah ikan yang diamati. Kegiatan ini dilakukan di akhir penelitian. Ciri
dari ikan guppy jantan secara visual dapat dilihat pada bentuk tubuh dan
sirip ekor. Jantan memiliki tubuh yang lebih ramping dan sirip ekor yang
24
kegiatan. Kegiatan ini dilakukan di akhir penelitian.
3. Kadar Testosteron
Pengukuran kadar testosteron ini menggunakan teknologi ELISA
(Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) yang dilakukan di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi (BBATS). Pengukuran
hanya dilakukan pada ekstrak testis sapi.
4. Kualitas air
Pengukuran kualitas air dilakukan sebelum perlakuan, saat perlakuan,
setelah perlakuan, dan panen. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH,
dan DO (dissolved oxygen). Alat yang digunakan yaitu thermometer, pH
meter, dan DO meter.
E. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan jumlah jantan yang
dihasilkan dari masing-masing perlakuan konsentrasi dan lama perendaman larva
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Teknik Jantanisasi Ikan Nila.
http://nilajantan.blogspot.com/2010/02/teknis-jantanisasi-ikan-nila.html diakses pada tanggal 9 Mei 2011 pukul 23.15 WIB.
Arfah, H. 1997. Efektivitas Hormon 17α-metiltestosteron dengan Metode Perendaman Induk Terhadap Nisbah Kelamin dan Fertilitas Keturunan Ikan Gapi (Poecilia reticulata). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Axelrod, H.H., C.W.Emmens, W.E.Burgess, and N.Pronek. 1983. Exotic Tropical Fishes. Second Revised & Expand Edition. T.F.T. Publications, Inc.
Axelrod, H.R., and L.P. Schultz. 1983. Handbook of Tropical Aquarium Fishes. Neptune City: T.F.H. Publications, Inc. Ltd.
Barades, Epro. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Berbagai Aras Dosis Madu. Lampung. Universitas Lampung
Basuki, F. 1999. Dasar-Dasar Teknik Pembenihan Ikan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Baroiller, J. F., and D’Cotta, H. 2001. Environment and Sex Determination in Farmed Fish. Journal Comparative Biochemistry and Physiology. Part C 130: 399-409.
Bruslé, S. 1983 Contribution to the sexuality of a hermaphrodite teleost, Serranus hepatus L. J. Fish Biol. 22:283-292.
Djaelani, F. 2007. Pengaruh Dosis Madu Terhadap Pengarahan Kelamin Jantan Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) dengan Metode Perendaman Larva). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
34
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Perairan dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta.
Fernando., and V.P.E. Phang. 1985. Culture of guppy in Singapore. Jurnal Aquaculture 51:49-63p.
Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. 201 hal
Gustiano, G.H., Rustidja., and Huwoyon. 2008. Pengaruh pemberian hormon methyltestosterone pada larva Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Terhadap Perubahan Jenis Kelamin. Jurnal Zoo Indonesia17(2):49-54p.
Hadley, M.E. 1992. Endocrinology, third ed. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, NJ, pp. 456-457.
Hasyim. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Ekstrak Testis Sapi dengan lama Perendaman Yang Berbeda. Lampung: Universitas Lampung.
Hunter, G. A., and E. M Donaldson, 1983. Hormonal Sex Control and Its Application to Fish Culture. In: W.S. Hoar, D.J. Randall & E.M. Donaldson (edits) Fish physiology Vol. 9: Reproduction. Academic Press. New York. 223-303p.
Iwasaki, N. 1989. Guppies : Fancy Strains and How To Produce Them. Japan’s Foremost Guppy Breeder. 144p.
Kadriah, I.AK. 2000. Efek Hormon 17α-Metiltestosteron pada nisbah kelamin ikan Guppy (Poecilia reticulata Peters) yang dipelihara pada temperatur yang berbeda (Skripsi- Institut Pertanian Bogor). 2000
Kirpichnikov, V. S. 1981. Genetic Bases of Fish Selection. Springer Veerlag. Berlin Heidelberg. New York. 410p.
Martati, E. 2006. Efektivitas Madu Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulate Peters). Skripsi Fakultas Perikanan dan Kelautan : Institut Pertanian Bogor.
Matsuda, M., Nagahama, Y., Shinomiya, A., Sato, T., and Matsuda, C. 2002. DMY is a Y-spesific DM-domain gene required for male development in the medaka fish. Nature 417:559-63p.
35
Mozart, H. 1996. Guppies keeping and breeding Them in Captivity. T.F.H. Publication, INC. USA. 64p.
Mundayana, Y. 2000. Ikan Hias Air Tawar Guppy. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nagahama, Y. 1983. The Functional Morphology of Teleost Gonads. In Fish Physiology (W.S.Hoar, D.J.Randall, and E.M. Donaldson, Eds). Volume IXA. Academics Press, Inc. London LTD. P 231-233.
Nursanto, D. 1999. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Larva didalam Hormon Methyltestosteron Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Nila Gift (Orechromis sp.). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan. UNDIP, Semarang.
Pandian, T. J, dan S. S. Sheela. 1995. Hormonal Induction in Fish. Aquaculture 138:1-22.
Phelps R. P., And Arslan T. 2004. Production of Monosex Male Black Crappie (Promoxis nigromaculatus), Populationb Multiple Androgen Immersion. USA. Department of Fisheries and Allied Aquaculture, Auburn University.
Phelps, R.P., and T.J. Popma. 2000. Sex reversal of tilapia. B.A. Costa-Pierce and J.E. Rakocy, eds. Tilapia Aquaculture in the Americas, Vol. 2. The World Aquaculture Society, Baton Rouge, Louisiana, United States. Pages 34–59
Piferrer, F. 2001. Endocrine Sex Control Strategie For Feminization of Teleosts Fish. Aquaculture. 197:229-281p.
Putra, D. A. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Berbagai Aras Dosis Propolis. Lampung. Universitas Lampung.
Putro, S, A. Purnomo, S. Muhdi, E. Setiabudi, Isjaturradhijah, D. Hertanto dan U.S. Dahlia. 2002. Direktori Ikan Hias. Ditjen PK2P, Departemen Kelautan dan Perikanan.
Ratnasari, V. D. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Ekstrak Testis Sapi Berbagai Aras Dosis. Lampung. Universitas Lampung [Skripsi]
Sandy, Heronimus Y. M. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Larva dengan Propolis dalam Berbagai Aras Ekstrak Testis Sapi. Lampung. Universitas Lampung [Skripsi]
36
Strussmann, C., A, M. Karube., and L. A Miranda. 2005. Methods of sex control in fishes and an overview of novel hypotheses concerning the mechanisms of sex differentiation. In: T.J Pandian, C.A Strussmann & M.P Marian (edits) Fishe Genetics and Aquaculture Biotechnology. 65-79p.
Sukmara. 2007. Sex Reversal Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) Secara Perendaman Larva Dalam Larutan Madu 5 ml/L. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Suryo. 1989. Genetika. Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada.
Susanto, H. 1990. Budidaya Ikan Guppy. Yogyakarta: Kanisius p-11.
Suwarsito, Syarifudin H., Mulia D. S. 2007. Pengaruh Penaambahan Methyltestosteron dalam Pakan Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy (Poeocilia reticulate Petters). Purwokerto. Skripsi FPIK Muhammadiah Purwokerto.
Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi Ternak. Angkasa. Bandung. 327p.
Ukhroy, N. U. 2008. Efektivitas Propolos Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy Poecilia reticulata. Bogor. IPB
Wulansari, R. S. 2002. Pengaruh Dosis Aromatase Inhibitor Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Betta. Bogor. IPB. [Skripsi]
Yamamoto. 1969. Sex Differentiation. Fish Physiology. Vol III:117-158p. In: W.S Hoar dan D.J. Randall (Eds). Academic Press. New York.
Yamazaki, F. 1983. Sex Control and Manipulation in Fish. Jurnal Aquaculture hal 33: 329-354p.
Yatim, W. 1983. Genetika. Penerbit Tarsito. Bandung.
Young, G., Kasukabe, M., and Nakamura I. 2005. Gonadal Steroidogenesis in Teleost Fish in Hormones and Their Receptors in Fish Reproduction edit by Philippa, M and Nancy, S. Vol. 4:158-171p. National University of Singapore and University of Victoria. Canada.
Yuwanny. 2000. Pengaruh Lama Perendaman Ikan Gapi dalam Akriflavin. Bogor. Institut Pertanian Bogor.