• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia Reticulata) Dengan Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum) Melalui Perendaman Induk Bunting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia Reticulata) Dengan Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum) Melalui Perendaman Induk Bunting"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecilia reticulata)DENGAN EKSTRAK CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl)MELALUI PERENDAMAN

INDUK BUNTING

WINY YUSRINA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) melalui Perendaman Induk Bunting” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Winy Yusrina

(4)
(5)

ABSTRAK

WINY YUSRINA. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum) melalui Perendaman Induk Bunting. Dibimbing oleh DINAR TRI SOELISTYOWATI dan AGUS OMAN SUDRAJAT.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas cabe jawa terhadap maskulinisasi ikan guppy melalui perendaman induk yang sedang bunting. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dosis ekstrak cabe jawa (2 dan 4 mg/L), kontrol positif

(17α-metiltestosteron 2 mg/L), dan kontrol negatif masing-masing diulang tiga kali. Induk bunting direndam selama 24 jam dalam ekstrak cabe jawa atau hormon

17α-metiltestosteron. Ikan dipelihara selama 63 hari dan jenis kelamin diidentifikasi dengan histologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak cabe jawa dosis 2 mg/L menghasilkan persentase jantan sebesar 56,67%, lebih tinggi dibandingkan perlakuan ekstrak cabe jawa dosis 4 mg/L yaitu 48,38%, dan kontrol negatif 20%. Presentase kelamin jantan pada perlakuan

ekstrak cabe jawa masih lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan 17α -metiltestosteron yaitu 81,38%. Cabe jawa potensial digunakan dalam maskulinisasi ikan guppy.

Kata kunci : ekstrak cabe jawa, maskulinisasi, perendaman induk bunting,

Poecilia reticulata, 17α-metiltestosteron

ABSTRACT

WINY YUSRINA. Masculinization of Guppy Fish (Poecilia reticulata) using Java Long Pepper Extract (Piper retrofractum) by Immersion of Gravid Mothers. Supervised by DINAR TRI SOELISTYOWATI and AGUS OMAN SUDRAJAT.

This research aimed to evaluate the effectiveness of java long pepper for guppy fish masculinization by immersion of gravid mothers. Completely Randomized Design was conducted in this reseach, with 2 doses of java long pepper extract (2 and 4 mg/liter), positive control (17α-metiltestosteron 2mg/L), and negative control as treatments. Each parameters replicated three times. Gravid

mothers are immersed in javanese pepper extract or 17α-metiltestosteron hormone for 24 hours. The fish reared for 63 days and its sex was determined with histology. The research showed that 2 mg/L dose java long pepper extract treatment had 56,67% male ratio within the population, higher than 4 mg/L treatment with 48,38%, and negative control 20%. But the male ratio with java long pepper extract treatment was still lower than 17α-metiltestosteron treatment with male ratio 81,38%. Java long pepper is potensial used in masculinization of guppy fish.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecilia reticulata)DENGAN EKSTRAK CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl)MELALUI PERENDAMAN

INDUK BUNTING

WINY YUSRINA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) melalui Perendaman Induk Bunting

Nama : Winy Yusrina

NIM : C14110046

Disetujui oleh

Dr Ir Dinar Tri Soelistyowati, DEA Pembimbing I

Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Maskulinisasi

Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum

Vahl) melalui Perendaman Induk Bunting”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr Ir Dinar Tri Soelistyowati, DEA dan Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan nasihat;

2. Bapak Dr Ir Dedi Jusadi, MSc dan Ibu Dr Sri Nuryati, SPi, MSi selaku dosen penguji tamu dan komisi pendidikan departemen atas saran bagi perbaikan skripsi;

3. Bapak Dr Ir Sukenda, MSc selaku ketua Departemen Budidaya Perairan; 4. Seluruh dosen Departemen Budidaya Perairan yang telah memberikan ilmu dan

bantuan yang bermanfaat selama perkuliahan;

5. Bapak Mar, Mba Suri, Mba Yuli, Kang Asep dan seluruh staf Departemen Budidaya Perairan yang telah banyak membantu dalam kelancaran dan kemudahan proses administrasi selama di Departemen Budidaya Perairan. 6. Bapak Wawan Tisna Juandi, Ibu Ida Farida Yuniarsih, dan adik Widy Nur

Ahliyah serta seluruh keluarga atas segala limpahan doa, semangat, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan;

7. Teman-teman dan kakak-kakak mahasiswa Laboratorium Reproduksi dan Genetika yang telah memberikan doa, dukungan, bantuan dan semangat yang luar biasa;

8. Keluarga besar BDP 48 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas doa, dukungan, dan kebersamaannya selama ini;

9. Keluarga besar OMDA WAPEMALA 48 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan seluruh pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2015

(13)
(14)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan perlakuan maskulinisasi ikan guppy dengan ekstrak cabe jawa

melalui perendaman induk bunting ... 2

2 Parameter kualitas air selama pemliharaan ikan guppy ... 4

3 Jumlah kelahiran anak ikan guppy selama 31 hari ... 7

DAFTAR GAMBAR

1 Presentase kelamin jantan pada maskulinisasi ikan guppy melalui perendaman induk bunting dalam ekstrak cabe jawa ... 5

2 Tingkat kelangsungan hidup ikan guppy selama 63 hari hasil maskulinisasi melalui perendaman induk bunting ... 6

3 Panjang tubuh anak ikan guppy hasil maskulinisasi melalui perendaman induk bunting dalam ekstrak cabe jawa yang dipelihara selama 63 hari ... 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Ekstrak cabe jawa yang digunakan ... 12

2 Jenis cabe jawa matang yang digunakan untuk ekstrak ... 12

3 Induk betina bunting yang digunakan untuk perendaman ... 12

4 Wadah pemeliharaan induk dan larva ... 13

5 Preparat ulas cacahan gonad uji asetokarmin ... 13

6 Presentase kelamin jantan ... 13

7 Sampling panjang rata-rata anak ikan guppy hasil maskulinisasi ... 14

8 Uji statistik presentase kelamin jantan, kelangsungan hidup, panjang rata-rata, dan jumlah larva ... 14

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan guppy merupakan satu dari lima komoditas ikan hias air tawar yang paling diminati pecinta ikan hias diantara keempat ikan lainnya yaitu ikan arwana, ikan koi, ikan cupang, dan ikan rainbow (Utami 2013). Ikan guppy tergolong kelompok ikan livebearer yaitu jenis ikan yang memiliki frekuensi perkembangbiakan yang tinggi. Hal ini dikarenakan dalam perkembangbiakan ikan livebearer berlangsung dengan cara melahirkan, dan anak yang baru lahir mampu berenang secara aktif serta mampu mencari makan. Penampilan morfologi ikan guppy jantan lebih menarik dibandingkan dengan ikan guppy betina, yakni memiliki pola warna tubuh yang beragam dan berwarna cemerlang dibandingkan dengan warna tubuh betina yang cenderung monoton (Zairin et al. 2002). Warna tubuh ikan jantan yang lebih menarik dibandingkan dengan ikan betina menyebabkan ikan guppy jantan memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual ikan betina. Oleh karena itu memproduksi ikan jantan lebih menguntungkan.

Determinasi kelamin secara genotipe sudah ditentukan semenjak terjadinya pembuahan. Kelamin tersebut akan berubah menjadi fenotipe fungsional setelah terjadinya proses differensiasi kelamin (Piferrer 2011). Peralihan kelamin secara alami disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak mempengaruhi perubahan susunan genetis tetapi hanya merubah ikan betina secara genetik menjadi ikan jantan secara fenotipe atau sebaliknya (Zairin 2002). Pengarahan kelamin (sex reversal) dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya melalui perendaman, penyuntikan, serta melalui pakan (oral). Bahan yang telah umum digunakan dalam memproduksi monoseks jantan berupa hormon sintesis yakni hormon steroid. Pada golongan ikan livebearer jenis kelamin ikan akan terdiferensiasi sebelum kelahiran (Yamazaki 1983), sehingga untuk mendapatkan keberhasilan sex reversal induksi hormon dilakukan pada induk betina bunting yaitu pada fase embrio di dalam perut induk.

Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) merupakan salah satu tanaman obat yang berperan sebagai afrodisiaka. Berdasarkan penelitian secara ilmiah, cabe jawa mempunyai efek androgenik, anabolik, dan sebagai antivirus (Moeloek et al.

2010). Cabe jawa memiliki kandungan asam amino bebas, damar, minyak atsiri,

beberapa jenis alkaloid seperti piperine, piperidin, piperatin, piperlonguminine, β -sitosterol, sylvatine, guineensine, piperlongumine, filfiline, -sitosterol, methyl piperate, minyak atsiri (terpenoid), n-oktanol, linalool, terpinil asetat, sitronelil asetat, sitral, alkaloid, saponin, polifenol, resin (kavisin), dan Zinc (Mutiara et al.

(16)

-2

sitosterol. Senyawa ini telah teruji dapat meningkatkan aktivitas pembuatan

bubble nest pada ikan cupang jantan dewasa (Jarosova et al. 2015). 2

Tanaman cabe jawa terbukti dapat meningkatkan GSI dan kadar testosteron ikan patin siam stadia juvenil dengan dosis 37,5 mg/kg ikan/hari serta stadia calon induk dengan dosis 187,5 mg/kg ikan/hari (Elisdiana 2015). Adanya efek androgenik yang dihasilkan dalam cabe jawa diduga dapat digunakan untuk maskulinisasi pada ikan guppy.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) terhadap maskulinisasi ikan guppy melalui perendaman induk yang sedang bunting.

METODE

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan dosis perendaman induk bunting untuk maskulinisasi ikan guppy

menggunakan ekstrak cabe jawa yang dibandingkan dengan kontrol positif (17α -methyltestosteron), dan kontrol negatif (tanpa ekstrak cabe jawa atau 17α -methyltestosteron), masing-masing perlakuan diulangi sebanyak 3 kali ulangan (Tabel 1).

Tabel 1 Rancangan perlakuan maskulinisasi ikan guppy dengan ekstrak cabe jawa melalui perendaman induk bunting

Perlakuan Keterangan

A Perendaman dengan larutan ekstrak cabe jawa 2 mg/L B Perendaman dengan larutan ekstrak cabe jawa 4 mg/L C Perendaman dengan larutan 17α-methyltestosteron 2 mg /L D Perendaman tanpa ekstrak cabe jawa dan 17α

-methyltestosteron

Setiap ulangan dari masing-masing perlakuan menggunakan induk betina yang telah bunting sebanyak 5 ekor dengan kepadatan 2 ekor/L. Perendaman induk bunting dalam perlakuan maskulinisasi dilakukan selama 24 jam.

Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk ikan guppy betina dengan bobot rata-rata 0,65 gram sebanyak 100 ekor dan induk ikan guppy jantan dengan bobot rata-rata 0,45 gram sebanyak 50 ekor.

Pembuatan Ekstrak Tanaman Cabe Jawa

(17)

3

serbuk dengan menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Setelah masuk ke tahap 3 yaitu filtrasi diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapat diteruskan ke tahap evaporasi dengan Rotatory Evaporator pada suhu 40º C sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kering (Mutiara et al. 2013). Ekstrak cabe jawa yang digunakan untuk perlakuan adalah sebanyak 2 mg/L dan 4 mg/L dan masing-masing sebanyak 3 kali ulangan. Ekstrak yang digunakan untuk perendaman induk bunting sebelumnya dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut etanol 95%.

Pemijahan Induk

Induk jantan dan betina dikawinkan secara massal dengan perbandingan jantan dan betina 1:2. Proses penyatuan induk jantan dan betina dilakukan selama 4 hari, dan selanjutnya induk jantan dipisahkan dari induk betina. Induk betina dipelihara hingga menunjukkan tanda-tanda bunting dengan adanya spot hitam pada daerah sekitar perut.

Perendaman Induk Bunting dalam Ekstrak Cabe Jawa

Induk betina yang telah dipisahkan dari induk jantan dipelihara dalam wadah stok berupa akuarium berukuran 60x50x40 cm. Seleksi induk bunting dilakukan setelah 12 hari dari proses pemijahan induk, kemudian dimasukkan ke dalam 4 wadah perlakuan perendaman, yaitu kontrol tanpa perendaman, kontrol

positif dengan perendaman hormon 17α-methyltestosteron, perendaman dengan ekstrak cabe jawa 2 mg/L, dan perendaman dengan ekstrak cabe jawa 4 mg/L yang dilakukan selama 24 jam. Perendaman dilakukan pada wadah berupa toples kaca dengan volume 3,5 liter yang diisi 3 liter air. Induk betina guppy yang telah bunting (Lampiran 3) dibagi secara acak dengan jumlah 5 ekor/wadah. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Setelah diberi perlakuan, induk-induk tersebut dipelihara selama 17 hari dalam akuarium yang berukuran 60x50x40 cm sampai melahirkan anak.

Pemeliharaan Ikan Guppy

Wadah pemeliharaan anak ikan dan induk (Lampiran 4) ditempatkan dalam wadah yang sama yaitu akuarium berukuran 60x50x40 cm yang dilengkapi dengan jaring berukuran 25x25x25 cm dan tanaman air berupa tanaman hidrila. Induk ikan guppy yang telah mengalami perendaman dengan ekstrak cabe jawa selanjutnya dipelihara hingga melahirkan. Anak ikan guppy yang baru dilahirkan dipindahkan ke dalam jaring untuk menghindari kanibalisme induk.

Anak ikan guppy yang dihasilkan selama masa pemeliharaan induk 17 hari dikumpulkan dan dipelihara selama 63 hari untuk dihitung presentase kelamin jantannya. Induk ikan guppy dilanjutkan pemeliharaannya hingga 31 hari dan anak yang dilahirkan dihitung untuk mendapatkan total jumlah kelahiran anak

pada induk sejak dari awal pemeliharaan.

(18)

4

Pengamatan Gonad

Ikan uji yang telah berumur 63 hari dibedah dan diamati gonadnya untuk pengamatan fenotipe kelamin dengan menggunakan metode asetokarmin (30 sampel/perlakuan). Bagian gonad dicacah hingga halus di atas kaca preparat kemudian diberi larutan asetokarmin. Sampel yang telah ditetesi asetokarmin kemudian ditutup dengan menggunakan cover glass lalu diamati dengan menggunakan mikroskop. Bakal sperma yang teramati pada mikroskop ditunjukkan dengan adanya bulatan-bulatan kecil, sedangkan bakal telur ditandai dengan adanya inti pada bulatan-bulatan besar (Lampiran 5).

Pengukuran Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, dan DO. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pergantian air dilakukan.

Tabel 2 Parameter kualitas air selama pemeliharaan ikan guppy

Parameter Satuan Kisaran Nilai Toleransi*

Nisbah kelamin antara jantan dan betina merupakan parameter utama yang menjadi indikator keberhasilan teknik sex reversal (Zairin 2002), dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Jantan = nisbah ikan berjenis kelamin jantan (%) j = jumlah individu jantan (ekor)

T = jumlah individu yang diperiksa (ekor)

Tingkat Kelangsungan Hidup

Pengukuran tingkat kelangsungan hidup dilakukan pada akhir penelitian. Tingkat kelangsungan hidup diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

Panjang Tubuh Ikan Uji

Panjang ikan uji diukur dengan menggunakan jangka sorong digital. Pengukuran dilakukan pada minggu ke 5,7, dan 9.

Jumlah Kelahiran Anak Ikan Guppy

(19)

5

Analisis Data

Data yang didapatkan diolah menggunakan Microsoft Excel 2010. Parameter presentase kelamin jantan dianalisis ANOVA dengan program SPSS 17.0 pada selang kepercayaan 95% dan diuji lanjut dengan Duncan. Parameter tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan uji dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Presentase Kelamin Jantan

Presentase kelamin jantan anak ikan guppy pada perlakuan ekstrak cabe jawa berkisar antara 48,38%-56,67%, sedangkan pada perlakuan 17α -methyltestosteron bernilai 81,38% dan kontrol negatif tanpa perendaman dalam ekstrak cabe jawa dan 17α-methyltestosteron bernilai 20% (Gambar 2). Hasil

presentase kelamin jantan pada perlakuan A dan C menunjukkan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan D (P<0,05).

Keterangan :

A= ekstrak cabe jawa 2 mg/L B= ekstrak cabe jawa 4 mg/L

C= ekstrak hormon 17α-methyltestosteron 2 mg/L

D= tanpa ekstrak cabe jawa dan hormon 17α-methyltestosteron

Huruf superscript yang berbeda pada grafik menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 1 Presentase kelamin jantan pada maskulinisasi ikan guppy melalui perendaman induk bunting dalam ekstrak cabe jawa

(20)

6

2 mg/L dan 17α-methyltestosteron berbeda nyata apabila dibandingkan dengan perlakuan kontrol negatif. Sementara itu perlakuan ekstrak cabe jawa 4 mg/L tidak memiliki perbedaan nyata dengan perlakuan A, C, dan D dengan presentase populasi jantan sebesar 48,38%.

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan guppy pada perlakuan ekstrak cabe jawa berkisar antara 90,48%-100%, sedangkan pada perlakuan hormon 17α -methyltestosteron bernilai 97,33% dan pada kontrol negatif tanpa perendaman ekstrak cabe jawa dan hormon 17α-methyltestosteron bernilai 100% (Gambar 3).

Keterangan :

A= ekstrak cabe jawa 2 mg/L B= ekstrak cabe jawa 4 mg/L

C= ekstrak hormon 17α-methyltestosteron 2 mg/L

D= tanpa ekstrak cabe jawa dan hormon 17α-methyltestosteron

Gambar 2 Tingkat kelangsungan hidup anak ikan guppy selama 63 hari hasil maskulinisasi melalui perendaman induk bunting dalam ekstrak cabe jawa

Tingkat kelangsungan hidup ikan guppy selama 63 hari pemeliharaan berkisar antara 90,48-100%. Tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan B dan D yang bernilai 100% lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kelangsungan hidup perlakuan A dan C yang berkisar antara 90,48-97,33%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan guppy tidak berbeda nyata (P>0,05).

Panjang Tubuh Ikan Uji

(21)

7

Keterangan :

A= ekstrak cabe jawa 2 mg/L B= ekstrak cabe jawa 4 mg/L

C= ekstrak hormon 17α-methyltestosteron 2 mg/L

D= tanpa ekstrak cabe jawa dan hormon 17α-methyltestosteron

Gambar 3 Panjang tubuh anak ikan guppy hasil maskulinisasi melalui perendaman induk bunting dalam ekstrak cabe jawa yang dipelihara selama 63 hari

Panjang rata-rata tubuh anak ikan guppy hasil maskulinisasi diukur pada minggu ke 5,7, dan 9 (Lampiran 7). Rata-rata panjang tubuh yang dicapai oleh ikan uji setelah 63 hari pemeliharaan berkisar antara 23,47-32,55 mm. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang tubuh ikan guppy tidak berbeda nyata (P>0,05).

Jumlah Kelahiran Anak Ikan Guppy

Jumlah kelahiran anak ikan guppy selama 31 hari berkisar antara 1-35 ekor/hari. Berikut merupakan data kelahiran ikan guppy (Tabel 3).

Tabel 3 Jumlah kelahiran anak ikan guppy selama 31 hari

Perlakuan Hari ke- Jumlah

2 4 6 9 10 11 12 13 14 17 18 19 20 27 29 31

C= ekstrak hormon 17α-methyltestosteron 2 mg/L

(22)

8

Jumlah kelahiran anak ikan guppy setiap harinya berbeda-beda. Nilai kelahiran berkisar antara 1-23 ekor/hari dari setiap perlakuan yang berbeda. Berdasarkan uji statistik (Lampiran 8) jumlah kelahiran anak ikan guppy dari setiap perlakuan selama 31 hari tidak berbeda nyata (P>0,05).

Pembahasan

Penggunaan tanaman obat pada hewan sudah banyak diaplikasikan sebagai bahan alami pengganti bahan sintetis. Tanaman obat yang digunakan biasanya berbentuk dalam ekstrak. Ekstrak tanaman obat yang digunakan bukan hanya pada aspek kesehatan namun telah banyak digunakan hingga aspek nutrisi dan aspek reproduksi. Tanaman obat yang digunakan untuk aspek reproduksi umumnya memiliki efek afrodisiaka, androgenik, maupun estrogenik (Elisdiana 2015). Salah satu tanaman obat yang memiliki efek afrodisiaka adalah tanaman cabe jawa. Bagian yang dimanfaatkan dari cabe jawa sebagai afrodisiaka adalah bagian buahnya dan diduga senyawa aktif yang berkhasiat sebagai afrodisiaka dalam buahnya adalah piperine. Piperine merupakan alkaloid utama dari Piper sp. Senyawa ini sudah banyak diuji untuk berbagai aktivitas farmakologi yaitu antifertilitas dan peningkatan bioavailibility berbagai obat. Selain itu piperin sering diujikan untuk antipiretik, analgesik, dan aktivitas anti-inflamasi (Mujumdar et al. 1990). Alkaloid adalah golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar dan sudah digunakan secara luas dalam bidang pengobatan pada manusia (Utami 2008) dan merupakan senyawa yang bersifat polar sehingga akan terikat dalam pelarut etanol (Titis et al. 2013). Alkaloid tidak berwarna dan bersifat optis aktif. Selain piperin, senyawa lain dalam buah cabe jawa yang diduga juga

berperan sebagai afrodisiaka adalah β-sitosterol dan merupakan senyawa sterol yang memiliki kemiripan struktur dengan kolesterol dan dapat diubah menjadi

pregnenolon. Kemiripan struktur yang dimiliki β-sitosterol dengan kolesterol dimungkinkan dapat terkonversi menjadi hormon steroid, diantaranya testosterone (BPOM 2012). Berdasarkan hasil analisis pengujian kadar sitosterol dalam cabe jawa diketahui bahwa pada ekstrak etanol 95% cabe jawa memiliki kandungan sitosterol sebanyak 0,83% dan kadar piperin yang mencapai 7,09% (Lampiran 9).

Jenis kelamin pada ikan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Secara genetik jenis kelamin terbentuk saat zigot atau sesuai dengan tipe pasangan kromosom kelaminnya (homogametik atau heterogametik). Secara fungsional faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan gonad yang akan mengarahkan diferensiasi kelamin sesuai produksi hormon testosteronnya (Ukhroy 2008). Hormon yang digunakan untuk maskulinisasi pada ikan adalah hormon androgen. Androgen merupakan hormon seks steroid yang disintetis oleh testis untuk maskulinisasi organ seks dan karakteristik seks sekunder pada jantan. Androgen disintesis dari substrat kolesterol yang diubah menjadi pregnenolon, prekursor steroid yang diperlukan untuk sintesis dari semua hormon steroid juga biosintesis testosteron (Meaden and Chedrese 2009).

(23)

9

yang 9 bernilai 81,38% apabila dibandingkan dengan kontrol tanpa perendaman yang berkisar 20%. Hal tersebut dikarenakan adanya kasus rasio yang tidak seimbang antara presentase keturunan jantan dan betina (Zairin et al. 2002), sehingga presentase ikan betina lebih besar dibandingkan ikan jantan pada perlakuan kontrol negatif. Sementara itu untuk perlakuan perendaman dengan dosis cabe jawa 4 mg/L menghasilkan presentase anakan ikan guppy jantan yang tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif.

Hasil perendaman induk guppy yang telah bunting pada dosis 4 mg/L menunjukkan presentase anak kelamin jantan yang dihasilkan bernilai 48,38%. Adanya penurunan presentase kelamin jantan dengan kenaikan dosis menunjukkan bahwa peningkatan dosis perendaman tidak selalu meningkatkan presentase anak ikan jantan yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan terbentuknya gonad steril, pada dosis yang tinggi beberapa individu terbentuk menjadi individu steril (Yamamoto dan Kajishima 1968).

Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini diantaranya DO, pH, dan suhu. Ketiga parameter tersebut telah berada dalam kisaran optimum pada pemeliharaan ikan guppy. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi diferensiasi kelamin gonad pada ikan yaitu hormon seks, suhu dan pH (Devanna 2010). Peningkatan dan penurunan suhu dapat mempengaruhi aktivitas hormon jantan testosteron dan ketotestosteron sehingga pemeliharaan induk ikan guppy pada suhu tinggi yaitu sekitar 30°C akan menghasilkan presentase kelamin jantan anakan ikan guppy yang lebih tinggi (Arfah et al. 2005). Sementara itu penurunan suhu dapat menyebabkan menurunnya kinerja hormon testosteron sehingga akan dihasilkan individu betina yang lebih banyak dibandingkan individu jantan. Nilai suhu selama pemeliharaan memiliki kisaran nilai yang cukup tinggi yaitu 24-28,5°C sehingga diduga hal ini berpengaruh terhadap presentase kelamin jantan yang dihasilkan.

Presentase ikan jantan pada perlakuan ekstrak cabe jawa yang mencapai 56,67% masih lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan 17α -metiltestosteron yang mencapai 81,38%. Rendahnya presentase ikan jantan yang dihasilkan diduga karena pengamatan dilakukan dengan menggabungkan total anak yang dilahirkan selama 17 hari, sementara keefektifan ekstrak cabe jawa dimungkinkan hanya pada bintik mata atau pada kelahiran pertama. Sementara itu untuk kelahiran selanjutnya pengaruh cabe jawa rendah sehingga presentase ikan jantan pada kelahiran berikutnya menjadi rendah.

(24)

10

Penggunaan ekstrak cabe jawa sebagai bahan maskulinisasi pada ikan guppy tergolong ekonomis apabila dibandingkan dengan penggunaan hormon 17α -methyltestosteron. Selain ekonomis penggunaan ekstrak cabe jawa juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan hormon sintetis yang memiliki efek karsinogenik. Penggunaan dengan dosis yang sama yaitu

perendaman ekstrak cabe jawa 2 mg/L dan perendaman dengan 17α -methyltestosteron 2 mg/L dapat menghasilkan presentase kelamin jantan yang tidak berbeda nyata sehingga ekstrak cabe jawa dapat digunakan sebagai bahan alternatif untuk maskulinisasi pada ikan guppy.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) dapat digunakan untuk maskulinisasi ikan guppy. Dosis perendaman ekstrak cabe jawa 2-4 mg/L meningkatkan presentase ikan guppy jantan hingga 56,67% efektif sama dengan

penggunaan 17α-MT yang menghasilkan 81,38 % jantan, sedangkan pada kontrol menghasilkan 20% ikan jantan.

Saran

Perlunya kajian lebih lanjut mengenai penggunaan ekstrak cabe jawa untuk maskulinisasi ikan guppy dengan menggunakan metode berbeda, juga pengamatan pada presentase kelamin jantan kelahiran pertama dan kedua dari induk guppy yang telah mengalami perendaman.

DAFTAR PUSTAKA

Arfah H, Mariam S, Alimuddin. 2005. Pengaruh suhu terhadap reproduksi dan nisbah kelamin ikan guppy (Poecilia reticulata Peters). Jurnal Akuakultur Indonesia 4: 1-4.

BPOM. 2012. Mengenal cabe jawa: tanaman obat untuk stamina pria. Biro Hukum dan Humas Badan POM RI. Jakarta (ID).

Devanna I. 2010. Pengaruh lama perendaman induk di dalam Aromatase Inhibitor

terhadap proporsi kelamin anak ikan guppy Poecilia reticulata Peters. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Elisdiana Y. 2015. Induksi perkembangan gonad ikan patin siam (Pangasianodon hypopthalmus) jantan dengan pemberian ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum) melalui pakan. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Jarosova B, Jakub J, Ondrej A, Klara H. 2015. Phytoestrogens and mycoestrogens

in surface waters – Their sources, occurrence, and potential contribution to estrogenic activity. Environment International 81: 26-44.

(25)

11

Moeloek N, Silvia WL, Yurnadi, Bambang W. 2010. Uji klinik ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) sebagai fitofarmaka androgenik pada laki-laki hipogonad. Majalah Kedokteran Indonesia 60: 254-261.

Mujumdar AM, Jayant ND, Vinaykumar KS, Palghat HR, Sures RN. 1990. Anti-inflammatory activity of piperine. Japanese Journal of Medical Science and Biology 45: 95-100.

Mutiara UG, Sutyarso, Mustofa S. 2013. Pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) dan zinc terhadap jumlah sel germinalis testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Jurnal Kedokteran Universitas Lampung 2: 147-155.

Piferrer F. 2011. Endocrine control of sex differentiation in fish. Fish Physiology: From Genome to Environment 1: 1490-1499.

Titis MBM, Enny F, Dewi K. 2013. Isolasi, identifikasi dan uji aktifitas senyawa alkaloid daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis). Jurnal Kimia, Fakultas Sains dan Matematika 1: 196-201.

Ukhroy NU. 2008. Efektivitas propolis terhadap nisbah kelamin ikan guppy

Poecilia reticulata. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Utami IW. 2008. Efek fraksi air ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum

Wight.) terhadap penurunan kadar asam urat pada mencit putih (Mus musculus) jantan galur balb-c yang diinduksi dengan kalium oksonat. [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Utami SW. 2013. Peluang ekspor ikan hias. Warta Ekspor Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Jakarta (ID).

Yamamoto T, Kajishima T. 1968. Sex hormone induction of sex reversal in the goldfish and evidence for male heterogamity. Journal of Experimental Zoology 168: 215-221.

Yamazaki F. 1983. Sex control and manipulation in fish. Aquaculture 33: 329-354.

Zairin MJ, A Yunianti, Dewi RRSPS, Sumantadinata K. 2002. Pengaruh lama

waktu perendaman induk di dalam larutan hormon 17α-methyltestosteron terhadap nisbah kelamin anak ikan guppy, Poecilia reticulata Peters. Jurnal Akuakultur Indonesia 1: 31-35.

(26)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Ekstrak cabe jawa yang digunakan

Lampiran 2 Jenis cabe jawa matang yang digunakan untuk ekstrak

(27)

13

Lampiran 4 Wadah pemeliharaan induk dan larva

Lampiran 5 Preparat ulas cacahan gonad uji asetokarmin

Gonad Jantan Gonad Betina

Keterangan :

= Sel sperma = Sel telur

Lampiran 6 Presentase kelamin Jantan

Perlakuan Kelamin Jantan (%)

A1 70

A2 50

A3 50

B1 33,33

B2 81,81

B3 30

C1 61,9

C2 87,5

C3 94,73

D1 10

D2 30

(28)

14

Lampiran 7 Sampling panjang rata-rata anak ikan guppy hasil maskulinisasi

Perlakuan Minggu 5 Minggu 7 Minggu 9

A 19,63 26,35 32,55 B 16,44 18,93 29,03 C 18,37 21,30 26,24 D 14,43 17,58 23,47

(29)

15

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Presentase_Kelamin_Jantan 3.029 3 8 .093

Kelangsungan_Hidup 13.230 3 8 .002

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Kelangsungan_Hidup

(30)

16

Panjang_Rata-rata

Duncana

Perlaku

an N

Subset for alpha = 0.05

1 2

2.00 3 14.2233

4.00 3 15.1800

3.00 3 15.9944

1.00 3 19.2067

Sig. .239 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Jumlah_Kelahiran

Duncana

Perlaku

an N

Subset for alpha = 0.05

1

3.00 3 17.3333

1.00 3 22.6667

2.00 3 48.3333

4.00 3 56.3333

Sig. .158

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(31)

17

(32)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 28 Maret 1994 dari ayah Wawan Tisna Juandi dan ibu Ida Farida Yuniarsih. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Pendidikan yang ditempuh penulis yaitu, tahun 2006 lulus dari SD Negeri Gudang 1, tahun 2009 lulus dari SMP Negeri 1 Sumedang, tahun 2011 lulus dari SMA Negeri 1 Sumedang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa studi berlangsung, penulis aktif sebagai pengurus dan anggota Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) tahun 2012/2013 dan 2013/2014. Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Reproduksi Organisme Akuatik tahun 2014/2015, asisten Industri Pembenihan Organisme Akuatik tahun ajaran 2015, dan Ikan Hias dan Akuaskap tahun ajaran 2015. Bulan Juni – Agustus 2014 penulis melaksanakan praktik lapangan akuakultur di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dengan judul Pembenihan Ikan Badut (Amphiprion percula) di BBPBL Lampung. Penulis pernah melakukan magang pembenihan catfish di CV. DeJee Fish, Sukabumi pada bulan Januari 2014.

Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul

“Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum) melalui Perendaman Induk Bunting” sebagai tugas akhir

Gambar

Tabel 1 Rancangan perlakuan maskulinisasi ikan guppy dengan ekstrak cabe jawa melalui perendaman induk bunting
Tabel 2 Parameter kualitas air selama pemeliharaan ikan guppy
Gambar 1 Presentase kelamin jantan pada maskulinisasi ikan guppy melalui
Gambar 2 Tingkat kelangsungan hidup anak ikan guppy selama 63 hari hasil
+2

Referensi

Dokumen terkait

Terlebih - lebih di Indonesia, pencemaran udara di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan, pencemaran asap kendaraan bermotor menjadi sumber yang paling utama

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pemekaran daerah di Provinsi Jambi terhadap daerah induk dan daerah otonomi baru ditinjau dari

Setelah penulis melakukan manajemen asuhan kebidanan berkelanjutan dengan menggunaka metode 7 langkah varney dan SOAP pada Ny.M.N dari kehamilan trimester III, persalinan,

Jawab: pendapat saya adalah dengan perkembangan provesi adalah sudah sangat baik apalagi konselor adalah sebagai tugas yang mulia yaitu memanusiakan

KALTIM Pembangunan infrastruktur, penyediaan sarana destinasi wisata, kajian pengembangan potensi. dan penyediaan sdm untuk pengembangan pariwisata di kepulauan derawan dan

ANALISIS KETERLAMBATAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH DENGAN KONSEP LEAN CONSTRUCTION.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Menimbang, bahwa mengenai keberatan Pembanding yang menyatakan bahwa Majelis Hakim tingkat pertama tidak memerintahkan penggugat/ Terbanding untuk mengurus atau

Karsinoma serviks terbanyak ditemukan pada pasien yang berusia 45 – 49 tahun, paritas &gt; 2, ibu rumah tangga, bersuami petani, domisili di Padang, jenis