• Tidak ada hasil yang ditemukan

Induksi Perkembangan Gonad Ikan Patin Siam (Pangasianodon Hypopthalmus) Jantan Dengan Pemberian Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum) Melalui Pakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Induksi Perkembangan Gonad Ikan Patin Siam (Pangasianodon Hypopthalmus) Jantan Dengan Pemberian Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum) Melalui Pakan"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

INDUKSI PERKEMBANGAN GONAD IKAN PATIN SIAM

(Pangasianodon hypopthalmus) JANTAN DENGAN PEMBERIAN

EKSTRAK CABE JAWA (Piper retrofractum) MELALUI PAKAN

YENI ELISDIANA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Induksi Perkembangan Gonad Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus Jantan dengan Pemberian Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum) Melalui Pakan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Yeni Elisdiana

(4)

RINGKASAN

YENI ELISDIANA. Induksi Perkembangan Gonad Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypopthalmus) Jantan dengan Pemberian Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum) Melalui Pakan. Dibimbing oleh MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR, DINAR TRI SOELISTYOWATI, DAN WIDANARNI

Ikan patin merupakan salah satu ikan konsumsi air tawar yang memiliki permintaan yang tinggi. Pemenuhan permintaan tersebut membutuhkan ketersediaan benih dalam jumlah masal dan berkelanjutan. Dari sisi pengadaan benih terdapat kendala yaitu perkembangan gonad patin siam yang lambat. Oleh karena itu perlu dilakukan induksi perkembangan gonad ikan patin siam. Bahan yang umumnya digunakan dalam induksi perkembangan gonad ikan adalah hormon sintetis seperti LHRH-a dan 17α-metiltestosteron. Tetapi penggunaan hormon sintetis terutama kelompok steroid mulai dibatasi karena memiliki efek yang tidak baik bagi biota maupun lingkungan. Oleh sebab itu, perlu digunakan bahan alternatif yang lebih aman seperti cabe jawa. Cabe jawa merupakan salah satu tanaman afrodisiaka yang memiliki efek hormonal. Bahan aktif yang diduga memiliki pengaruh terhadap reproduksi adalah alkaloid piperin dan sitosterol. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian ekstrak cabe jawa melalui pakan terhadap akselerasi perkembangan gonad ikan patin siam jantan.

Penelitian ini dilakukan pada dua stadia ikan yaitu stadia juvenil dan calon induk. Perlakuan yang diberikan meliputi ekstrak cabe jawa (ECJ) 37,5 dan 187,5 mg kg ikan-1hari-1, 17-α metiltestosteron, serta kontrol melalui pakan komersil dengan kadar protein 30-33%. Pakan perlakuan diberikan sebanyak tiga kali sehari selama delapan minggu dengan feeding rate sebesar 3% untuk juvenil dan 2% untuk calon induk. Parameter uji yang diamati antara lain kelangsungan hidup,

gonadosomatic index (GSI), konsentasi testosteron darah, histologi gonad, dan kualitas sperma meliputi kepadatan, volume, pH, spermatokrit, and motilitas sperma.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ECJ meningkatkan GSI pada kedua stadia ikan (p<0,05). Kadar testosteron ikan yang diberi perlakuan ECJ lebih tinggi dibandingkan kontrol pada dosis 37,5 mg kg ikan-1hari-1 untuk juvenil dan 187,5 mg kg ikan-1hari-1 untuk calon induk(p<0,05). Hasil skoring perkembangan gonad juvenil perlakuan ECJ 37,5 mg kg ikan-1hari-1 menunjukkan hasil yang sama dengan 17-α metiltestosteron pada minggu kedelapan. Sebaran spermatozoa calon induk mencapai 75% pada perlakuan ECJ dan kurang dari 50% pada kontrol. Kualitas sperma meliputi kepadatan, volume, dan motilitas, perlakuan ECJ lebih baik daripada kontrol (p<0,05). Kadar spermatokrit pada semua perlakuan ECJ menunjukkan hasil yang sama dengan perlakuan 17α -Metiltestosteron (p>0,05). Jadi dapat disimpulkan ECJ yang diberikan melalui pakan selama delapan minggu dapat meningkatkan GSI dan kadar testosteron ikan patin siam stadia juvenil dengan dosis terbaik yaitu 37,5 mg kg ikan-1 hari-1 serta stadia calon induk dengan dosis terbaik yaitu 187,5 mg kg ikan-1 hari-1. Selain itu ECJ dapat meningkatkan kepadatan dan motilitas sperma calon induk patin siam.

(5)

SUMMARY

YENI ELISDIANA. Induction on Gonadal Development of Male Striped Catfish (Pangasianodon hypopthalmus) Using Java Long Pepper Extract (Piper retrofractum) Enriched Feed. Supervised by MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR, DINAR TRI SOELISTYOWATI, AND WIDANARNI.

Striped catfish is one of freshwater fish which have a high demand. The demand can be fulfilled by availability of abundant and sustainable fry but striped catfish required a long time to development of gonadal. Therefore, gonadal development induction on striped catfish was needed. The gonadal development inducer material commonly used was synthetic hormones such as LHRH analog

and 17α-methyltestosterone. But, the used of synthetic hormones, especially steroid group, has been restricted because it has negative effects to fish and environment. So, it was necessary to use natural materials such as java long pepper. Java long pepper is the aphrodisiac plants having hormonal effects. The active ingredients that have effect on reproduction is piperine and sitosterol. This study aimed to evaluate the use of java long pepper extract (JLPE) enriched feed to accelerate gonadal development of male striped catfish.

This research was conducted in two stages i.e. juvenile and broodstock. The treatments consisted of 37.5 and 187.5 mg kg body weight-1 day-1 JLPE, 17-α methyltestosterone and control. The treatment given mediated by commercial feed that containing 30-33% protein. The treatment feed given three times a day for eight weeks with a feeding rate of 3% and 2 % for juvenile and broodstock, respectively. The parameters was observed such as survival rate, gonadosomatic index (GSI), testosterone level, gonadal histology, and sperm quality included density, volume, pH, spermatocrite, and motility of sperm.

The results showed that JLPE treatment increased GSI of juvenile and broodstock compared with control (p<0.05). The testosterone levels of JLPE treatment was higher than control at 37.5 mg kg body weight-1 day-1 JLPE on juvenil and 187.5 mg kg body weight-1 day-1 JLPE on broodstock (p<0.05). Gonadal development score on juvenil showed similar results with 17-α methyltestosterone treatment at eighth week. The distribution of spermatozoa reached 75% in JPLE treatment and less than 50% in control. Sperm quality included density, volume, and motility in JLPE treatment was better than control (p <0.05). Meanwhile, spermatocrite level of JLPE treatment showed same result with 17α-methyltestosterone treatment (p> 0.05). Feed enriched by JLPE that was given for eight weeks could increase GSI and testosteron level of striped catfish. The best treatment for juvenile was 37.5 mg kg body weight-1 day-1 JPLE and for broodstock was 187.5 mg kg body weight-1 day-1 JPLE. JLPE also increased sperm density and motility of male striped catfish broodstock.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

INDUKSI PERKEMBANGAN GONAD IKAN PATIN SIAM

(Pangasianodon hypopthalmus) JANTAN DENGAN PEMBERIAN

EKSTRAK CABE JAWA (Piper retrofractum) MELALUI PAKAN

YENI ELISDIANA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang

dipilih dalam penelitian ini adalah “Induksi Perkembangan Gonad Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypopthalmus) Jantan dengan Pemberian Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum) Melalui Pakan”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2014 bertempat di Teaching Farm, Laboratorium Kesehatan Organisme Akuatik, dan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor serta di Laboratorium Nutrisi, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini tidak lepas dari segala bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik ide, pemikiran, tenaga, moril maupun material. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Muhammad Zairin Junior, MSc, Dr Ir Dinar Tri Soelityowati, DEA, dan Dr Ir Widanarni, MSi selaku komisi pembimbing atas waktu dan bimbingannya mulai dari penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penulisan tesis. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr Dinamella Wahjuningrum, Ssi Msi sebagai dosen penguji tamu dan Dr Ir Eddy Supriyono, MSc sebagai wakil ketua program studi Ilmu Akuakultur SPS IPB yang telah memberikan saran dan masukan dalam ujian sidang tesis ini.

Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) atas penyediaan Beasiswa Unggulan Dalam Negeri (BUDN) sehingga penulis dapat memperdalam ilmu di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis haturkan kepada ayahanda Abdullah dan Ibunda Nikmah Rauf (almh), serta kakak dan adik atas

do’a, bantuan, dukungan, dan semangatnya. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan S2 Ilmu Akuakultur angkatan 2012 atas kebersamaannya dalam menempuh studi, rekan-rekan Laboratorium Teaching Farm, Upmal Deswira, Rahma Vida Anandasari, Retno Cahya Mukti, Dody Sihono, Maulid Wahid Yusuf. M. Yusuf Arifin, Dedi Pardinsyah, Denny Wahyudi, Safratilofa, Ahmad Musa Said, Pak Enda, Pak Ranta, dan teknisi lainnya.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan umumnya dan perikanan khususnya.

Bogor, Juli 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pemikiran 3

Tujuan 4

Manfaat 4

Hipotesis 4

2 METODE PENELITIAN 5

Rancangan Penelitian 5

Prosedur Penelitian 6

Parameter Uji 7

Analisis Data 10

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hasil 10

Pembahasan 17

4 SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 26

(12)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan pada ikan stadia

juvenil 5

2 Rancangan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan pada ikan stadia

calon induk 5

3 Skoring perkembangan testis ikan patin siam jantan 9 4 Skoring tahap perkembangan sel testis ikan patin siam stadia juvenil

dan calon induk yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan

selama delapan minggu 15

5 Kualitas sperma calon induk patin siam yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan pada minggu ke-2 hingga ke-8 16

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian induksi perkembangan gonad ikan patin siam jantan dengan pemberian ekstrak cabe jawa melalui pakan 4 2 Tingkat kelangsungan hidup ikan patin siam stadia juvenil dan calon

induk dengan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan 11 3 Bobot tubuh ikan patin siam stadia a) juvenil dan b) calon induk dengan

perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan 11

4 Bobot testis ikan patin siam stadia a) juvenil dan b) calon induk dengan

perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan 12

5 Nilai GSI ikan patin siam stadia a) juvenil dan b) calon induk dengan

perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan 13

6 Konsentrasi testosteron ikan patin siam stadia a) juvenil dan b) calon induk dengan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jenis cabe jawa yang digunakan dalam penelitian 26 2 Hasil pengukuran kandungan bahan aktif ekstrak cabe jawa 27 3 Metode pengukuran konsentrasi testosteron darah ikan uji 28

4 Metode histologi testis ikan uji 29

(13)

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan patin siam adalah ikan perairan tawar yang termasuk ke dalam famili pangasidae. Ikan patin siam merupakan ikan introduksi dari Thailand yang masuk ke Indonesia pada tahun 1972 (Sunarma 2007). Kini, ikan patin siam merupakan salah satu komoditi perikanan Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena dagingnya yang diminati oleh masyarakat. Permintaan lokal ikan patin siam semakin meningkat dari tahun ke tahun. Produksi ikan patin siam secara masal dapat dilakukan dengan budidaya secara intensif yang membutuhkan ketersediaan benih dalam jumlah yang besar dan berkesinambungan. Dalam hal ini dibutuhkan peningkatan populasi induk yang siap digunakan untuk pembenihan yang memadai. Kendalanya perkembangan gonad ikan patin relatif lambat. Induk jantan yang umumnya digunakan dalam pemijahan berumur 2 tahun dengan bobot 1,5 hingga 2 kg. Perkembangan gonad ikan dipengaruhi oleh rangsangan secara hormonal maupun rangsangan yang berasal dari lingkungan.

Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam perkembangan dan pematangan gonad antara lain musim yang berkaitan dengan kualitas air (oksigen, suhu, salinitas, pH), pasang surut, dan intensitas cahaya, serta nutrien pakan dan feromon. Faktor lingkungan mempengaruhi mekanisme hormonal pada proses perkembangan gonad. Hormon yang berperan dalam proses perkembangan gonad ikan jantan antara lain hormon steroid dan follikel stimulating hormone (FSH) (Fujaya 2004). Hormon steroid berfungsi untuk merangsang diferensiasi gonad, spermatogenesis, pemijahan, dan tingkah laku seksual. Perkembangan gonad jantan tidak terlepas dari peran hormon androgen yaitu hormon testosteron (Fujaya 2004). FSH merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dengan rangsangan dari luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH). FSH berfungsi dalam menstimulasi pelepasan androgen oleh sel-sel interstitial pada individu jantan untuk mematangkan sperma (Fujaya 2004). Proses perkembangan gonad jantan dapat dipacu dengan rekayasa hormonal misalnya dengan penambahan hormon steroid sintetis. Penggunaan LHRH-a dan 17α-metiltestosteron dengan dosis 150 µg/kg dan 25 µg/kg berat badan dapat mempercepat kematangan gonad ikan belida (Pamungkas 2006). Hormon 17α-metiltestoteron dapat digunakan untuk mempercepat kematangan gonad ikan balashark yang menunjukkan bahwa pengamatan pada hari ke-21 terjadi peningkatan kadar estradiol 17β dan testosteron dalam plasma darah (Subagja 2006).

(14)

2

Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek stimulan terhadap sel-sel syaraf dan efek hormonal sebagai afrodisiaka yaitu efek androgenik, anabolik, dan antivirus (Moeloek et al. 2010). Senyawa kimia yang terkandung dalam cabe jawa antara lain asam amino bebas, damar, minyak atsiri (terpenoid), n-oktanol, linalool, terpinil asetat, sitronelil asetat, sitral, saponin, polifenol, resin (kavisin), dan β-sitosterol (Nuraini 2003) dan beberapa jenis alkaloid seperti piperin, piperidin, piperatin, piperlonguminin, sylvatin, guineensin, piperlongumin, filfilin, sitosterol, methyl piperat serta retrofractamide-A, retrofractamide-B (pipericide), retrofractamide-C (Banerji et al. 1985) dan retrofractamide-D (Banerji et al. 2002).

Secara umum kandungan kimia atau senyawa kimia yang berperan sebagai afrodisiaka adalah turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin, dan senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran darah. Buah tanaman obat cabe jawa merupakan bagian yang dimanfaatkan sebagai afrodisiaka. Alkaloid utama yang diduga berkhasiat afrodisiaka adalah senyawa piperin (Isnawati et al. 2002; Nuraini 2003). Disamping piperin, didalam cabe jawa terkandung senyawa β-sitosterol (termasuk senyawa sterol). Penambahan β-sitosterol ke dalam sistem mitokondria testis babi dapat menghasilkan pregnenolon dengan laju relatif 98% terhadap pembentukan pregnenolon dari kolesterol pada sistem sama (Arthur et al. 1976 dalam Winarni 2007). Kesamaan struktur memungkinkan dikonversinya sterol tertentu menjadi hormon steroid (Fernandez et al. 2002). Penelitian terkait penggunaan cabe jawa sebagai bahan afrodisiaka terbatas pada manusia, mencit, dan ayam. Berdasarkan penelitian Moeloek et al. (2010), ekstrak cabe jawa pada dosis 100 mg/hari dapat bersifat atau bertindak sebagai fitofarmaka androgenik yakni dapat meningkatkan kadar testosteron darah dan libido pada laki-laki hipogonad. Penelitian ekstrak etanol 70% buah cabe jawa yang diteliti efek androgeniknya pada anak ayam jantan, pada dosis 3,75 miligram per 100 gram berat badan mempunyai respon yang sama dengan bahan standar metiltestosteron (Andriol) dosis 500 miligram per 100 gram berat badan(Wahjoedi et al. 2004). Pemberian piperin dan fraksi tak larut heksan bebas piperin ekstrak etanol buah cabe jawa dapat meningkatkan perilaku seksual (frekuensi climbing) dan kadar testosteron darah pada tikus putih jantan (Muslichah 2011). Efektivitas penggunaan cabe jawa untuk memacu perkembangan gonad ikan patin siam jantan perlu dievaluasi sebagai alternatif induksi hormonal yang ramah lingkungan.

(15)

3

pada ikan lele jantan (Bertha 2012; Irawan 2012), ekstrak Garcinia kola (Dada & Ajilore 2009) dan Kigelia africana (Dada et al. 2010) untuk kesuburan induk betina lele afrika, serta koro benguk (Mucuna pruriens) (Dada & Ogunduyile 2011) dan

Kigelia africana (Adeparusi et al. 2010) untuk meningkatkan kualitas sperma induk jantan lele afrika.

Kerangka Pemikiran

Perkembangan gonad ikan patin siam jantan relatif lambat. Umur ikan patin siam jantan mencapai matang gonad yaitu 1,5 hingga 2 tahun. Percepatan perkembangan dan pematangan gonad ikan patin sangat dibutuhkan untuk mempersingkat waktu pemeliharaan induk sehingga menurunkan biaya produksi. Perkembangan gonad ikan tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dan stimulasi hormonal. Hormon yang umumnya digunakan dalam memacu perkembangan gonad yaitu hormon sintetis seperti LHRH analog dan 17α-metiltestosteron. Namun, penggunaan hormon sintetis khususnya kelompok steroid mulai dibatasi karena memiliki efek negatif bagi organisme maupun lingkungan. Oleh karena itu, pemanfaatan bahan-bahan alami yang lebih ramah lingkungan perlu dikaji efektivitasnya untuk memacu perkembangan gonad ikan patin siam jantan.

(16)

4

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian induksi perkembangan gonad ikan patin siam jantan dengan pemberian ekstrak cabe jawa melalui pakan

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian ekstrak cabe jawa melalui pakan terhadap akselerasi perkembangan gonad ikan patin siam jantan

Manfaat

Memberikan informasi tentang pemanfaatan ekstrak cabe jawa sebagai bahan alternatif hormonal alami untuk memacu perkembangan gonad ikan patin siam jantan.

Hipotesis

(17)

5

2 METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor. Penelitian ini dilakukan pada dua stadia ikan yaitu juvenil dan calon induk. Perlakuan yang diberikan yaitu ekstrak cabe jawa dengan dosis 37,5 dan 187,5 mg kg ikan-1 hari-1, kontrol positif (17-α metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1), dan kontrol negatif (tanpa perlakuan). Ekstrak cabe jawa sesuai dosis perlakuan dicampurkan ke dalam pakan komersil dengan kadar protein 30-33% dan diberikan kepada ikan uji selama delapan minggu. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Rancangan penelitian penambahan cabe jawa melalui pakan untuk induksi perkembangan gonad ikan patin siam jantan stadia juvenil disajikan pada Tabel 1, sedangkan stadia calon induk disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Rancangan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan pada ikan stadia juvenil

(18)

6

Prosedur Penelitian

1. Persiapan Wadah

Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah akuarium berukuran 70x40x30 cm3 untuk ikan stadia juvenil dan bak plastik berukuran 100x100x50 cm3 untuk ikan stadia calon induk. Sebelum digunakan wadah dibersihkan terlebih dahulu kemudian dikeringkan. Akuarium yang sudah bersih diisi air dengan ketinggian 25 cm, sedangkan bak diisi air dengan ketinggian 40 cm. Setiap wadah diberi perlengkapan aerasi dan pemanas (heater) untuk menjaga suplai oksigen dan suhu tetap stabil. Masing-masing bak diberi penutup berupa jaring untuk mencegah ikan uji loncat keluar dari wadah pemeliharaan.

2. Pembuatan Ekstrak Cabe Jawa

Pembuatan ekstrak cabe jawa dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Bogor. Cabe jawa yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian buah cabe jawa yang didapatkan dari Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Bogor. Buah cabe jawa yang digunakan adalah buah yang telah matang atau berwarna merah (Lampiran 1). Buah cabe jawa tersebut dikeringkan dengan cara dijemur lalu dihaluskan menggunakan

grinder kemudian disaring menggunakan saringan ukuran 60 mesh. Simplisia cabe jawa diletakkan dalam maserator stainlees steel, kemudian ditambahkan etanol 95% dengan perbandingan 1:5, lalu dimaserasi selama dua sampai tiga jam lalu dibiarkan selama semalam. Selanjutnya, larutan tersebut diperas dan disaring menggunakan kertas saring, lalu filtrat ditampung dalam wadah bersih. Kemudian semua filtrat yang dihasilkan dievaporasi menggunakan rotavator untuk memisahkan ekstrak dengan pelarut sehingga dihasilkan ekstrak kental cabe jawa. Satu gram ekstrak cabe jawa dihasilkan dari 10,94 gram cabe jawa kering yang membutuhkan sekitar 60 gram buah cabe jawa basah.

3. Pengukuran Kandungan Bahan Aktif dalam Ekstrak Cabe Jawa

Pengukuran bahan aktif ekstrak cabe jawa dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Bogor. Kandungan bahan aktif yang diukur meliputi kadar piperin dan sitosterol. Pengukuran kadar piperin menggunakan Spetrophotometri sedangkan sitosterol dengan menggunakan TLC (Thin-Layer Chromatography) scanner. Hasil pengukuran kandungan bahan aktif ekstrak cabe jawa dapat dilihat pada Lampiran 2.

4. Pencampuran Ekstrak Cabe Jawa dalam Pakan

(19)

7

KH (%) = Nt No x 5. Pemeliharaan Ikan Uji dan Sampling Data

Ikan uji ditebar dalam wadah pemeliharaan masing-masing perlakuan dengan dua stadia yaitu juvenil berukuran 26±1,6 g berjumlah 15 ekor setiap ulangan dan calon induk berukuran 250±18,6 g berjumlah 10 ekor setiap ulangan. Ikan uji diaklimatisasi selama seminggu untuk beradaptasi pada wadah pemeliharaan. Sebelum pemberian perlakuan, dilakukan pengukuran parameter uji meliputi penimbangan bobot tubuh dan bobot testis untuk perhitungan nilai

gonadosomatic index (GSI) awal, pengukuran testosteron darah, histologi testis. Pengujian awal tersebut dilakukan pada 10 ekor ikan uji. Tahap selanjutnya adalah pemeliharaan ikan uji selama delapan minggu. Pakan perlakuan diberikan kepada hewan uji selama waktu pemeliharaan. Pakan yang diberikan sesuai dengan feeding rate (FR) ikan uji yaitu 3% untuk stadia juvenil dan 2% untuk stadia calon induk. FR ikan uji disesuaikan dengan biomasa ikan uji pada setiap dua minggu pemeliharan. Pakan perlakuan diberikan kepada ikan uji sebanyak tiga kali sehari. Selama pemeliharaan dilakukan kembali pengukuran parameter uji meliputi GSI, kadar testosteron darah, histologi testis, serta parameter kualitas sperma meliputi kadar spermatokrit, volume, motilitas, dan kepadatan sperma. Pengukuran ini dilakukan dua minggu sekali yaitu pada minggu ke-2, ke-4, ke-6, dan ke-8. Pengamatan tersebut dilakukan pada enam ekor ikan uji stadia juvenil dan tiga ekor ikan uji stadia calon induk pada setiap perlakuan. Pengamatan kualitas sperma hanya dilakukan pada ikan stadia calon induk. Selain parameter tersebut diatas, dilakukan juga pengamatan kelangsungan hidup ikan uji pada akhir masa pemeliharaan.

Parameter Uji

1. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup merupakan persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian dibandingkan jumlah ikan awal. Perhitungan kelangsungan hidup dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

KH = kelangsungan hidup (%)

Nt = jumlah ikan yang hidup diakhir perlakuan (ekor) No = jumlah ikan yang hidup diawal perlakuan (ekor)

2. Bobot Testis

(20)

8

GSI (%) = BG BT x 3. Gonadosomatic Index (GSI)

Pengamatan indeks kematangan gonad atau dikenal dengan istilah

gonadosomatic index (GSI) dilakukan diawal penelitian, minggu ke-2, ke-4, ke-6, dan ke-8. Pengamatan diawal sebelum perlakuan dilakukan pada 10 ekor ikan uji, sedangkan pengamatan setiap dua minggu dilakukan pada enam ekor ikan stadia juvenil dan tiga ekor ikan stadia calon induk pada setiap perlakuan. Nilai GSI dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

GSI = gonadosomatic index (%) BG = bobot Testis (gr)

BT = bobot Tubuh (gr)

4. Konsentrasi Testosteron Darah

Pengukuran hormon testosteron pada darah dilakukan pada awal penelitian, minggu ke-2, ke-4, ke-6, dan ke-8. Pengamatan diawal sebelum perlakuan dilakukan pada 10 ekor ikan uji, sedangkan pengamatan setiap dua minggu dilakukan pada enam ekor ikan stadia juvenil dan tiga ekor ikan uji stadia calon induk pada setiap perlakuan. Darah diambil menggunakan alat suntik yang telah dibilas dengan larutan antikoagulan (natrium sitrat 3,8%) untuk mencegah penggumpalan darah. Darah diambil sebanyak satu ml pada bagian pangkal sirip ekor. Darah selanjutnya ditampung pada microtube. Darah yang telah terkumpul selanjutnya disentrifuse dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit untuk memisahkan antara sel darah dengan plasma darah. Plasma darah (supernatan) yang diperoleh selanjutnya ditampung kembali dalam microtube dan disimpan pada suhu -20°C. Pengukuran konsentrasi testosteron dalam darah menggunakan metode

Enzyme-linked Imunosorbent Assay (ELISA) dengan kit bermerk Biomatik. Metode pengukuran testosteron darah dapat dilihat pada Lampiran 3.

5. Histologi Testis

Histologi testis dilakukan pada awal penelitian, minggu ke-2, ke-4, ke-6, dan ke-8 dengan metode pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Histologi testis awal sebelum perlakuan diambil dari 10 ekor ikan uji, sedangkan histologi setiap dua minggu diambil dari enam ekor ikan stadia juvenil dan tiga ekor ikan stadia calon induk pada setiap perlakuan. Metode pengerjaan histologi testis dapat dilihat pada Lampiran 4. Penyajian hasil pembacaan histologi testis menggunakan metode skoring (Tabel 3). Pemberian skor ikan uji berdasarkan tahap perkembangan sel testis (Modifikasi Çek & Yilmas 2007). Jika testis telah membentuk spermatozoa maka dihitung persentase sebaran spermatozoa dengan menggunakan software

(21)

9

Tabel 3. Skoring perkembangan sel testis ikan patin siam jantan

Skor Kriteria Keterangan

0 Tahap spermatogonia, belum terjadi spermatogenesis

Sel berbentuk bulat dan seragam, terdapat nukleus didalamnya

1 Spermatogenesis tahap awal, telah terbentuk spermatosit primer

Telah terbentuk lumen dan tubulus. Spermatosit primer lebih kecil dari sel spermatogonia, bulat dan berkelompok.

2 Telah terbentuk spermatosit sekunder

Ukuran sel lebih kecil dan lebih bersifat basofilik daripada spermatosit primer, nukleus mengandung kromatin yang tebal

4 Sudah terbentuk spermatozoa a) Spermatozoa 0,1-24,9% b) Spermatozoa 25,0-49,9% c) Spermatozoa 50,0-74,5% d) Spermatozoa 75,0-100% Sumber: Modifikasi Çek & Yilmas (2007)

6. Kualitas Sperma

Pengamatan kualitas sperma hanya dilakukan pada ikan stadia calon induk. Kualitas sperma yang diamati meliputi pengukuran kadar spermatokrit, volume, kepadatan, pH, dan motilitas sperma. Pengamatan tersebut dilakukan pada awal penelitian, minggu ke-2, ke-4, ke-6, dan ke-8. Pengamatan diawal sebelum perlakuan dilakukan pada 10 ekor ikan uji, sedangkan pengamatan setiap dua minggu dilakukan pada tiga ekor ikan uji.

Kadar spermatokrit

Penghitungan kadar spermatokrit dilakukan dengan cara sampel cairan semen dimasukkan dalam tabung mikrohematokrit sampai 4/5 bagian. Ujung tabung disumbat dengan crystoceal. Tabung hematokrit di sentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 8000 rpm. Kadar spermatokrit dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(22)

10

Kepadatan sperma

Kepadatan sperma diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x10 dengan menggunakan hemasitometer. Pengamatan kepadatan sperma dilakukan pada lima lapang pandang. Kepadatan sperma dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kepadatan sperma = x * fp * 2,5.105 Keterangan:

x = rata-rata jumlah sperma fp = faktor pengenceran

pH sperma

pH sperma diukur dengan pH indikator dengan skala 0 hingga 14

Motilitas sperma

Pengamatan motilitas sperma dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 20x10. Sperma ikan diletakkan pada gelas objek dan ditetesi air kemudian diamati durasi motilitas sperma hingga sperma tidak motil.

Analisis Data

Hasil pengamatan kelangsungan hidup, GSI, konsentrasi tetosteron darah, dan kualitas sperma dianalisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% dengan software SPSS versi 16 sedangkan skoring histologi testis dianalisis secara deskriptif. Jika hasil analisis sidik ragam yang diperoleh terdapat perbedaan antara perlakuan yang diberikan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan dengan selang kepercayaan 95%.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Kelangsungan Hidup

(23)

11

Gambar 2. Kelangsungan hidup ikan patin siam stadia juvenil (A: kontrol negatif; B: ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1; C: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; D:

17α-metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1) dan calon induk (E: kontrol negatif; F: ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1; G: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; H: 17α-metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1) dengan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan

2. Bobot Tubuh Ikan

Bobot tubuh ikan patin siam dengan dua stadia yaitu juvenildan calon induk yang diberikan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan menunjukkan bahwa bobot tubuh ikan uji baik stadia juvenil (Gambar 3a) dan calon induk (Gambar 3b) semakin meningkat hingga minggu ke-6 dan menurun pada minggu ke-8 perlakuan. Perlakuan yang diberikan pada ikan stadia juvenil memberikan pengaruh yang sama terhadap bobot tubuh ikan (p>0,05) kecuali pada minggu ke-2. Bobot tubuh calon induk pada minggu ke-0 dan minggu ke-8 menunjukkan hasil yang sama pada semua perlakuan (p>0,05), sedangkan pada minggu ke-2, dan ke-6, perlakuan C menunjukkan bobot yang lebih tinggi daripada kontrol (p<0,05).

(24)

12

Gambar 3. Bobot tubuh ikan patin siam stadia; a) juvenil (A: kontrol negatif; B: ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1; C: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; D: 17α -metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1) dan b) calon induk (E: kontrol negatif; F: ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1; G: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; H: 17α-metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1) dengan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan

3. Bobot Testis

Bobot testis ikan patin siam dengan dua stadia yaitu juvenildan calon induk yang diberikan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan menunjukkan peningkatan hingga minggu ke-8. Bobot testis tertinggi ditunjukkan pada minggu ke-8 yaitu 0,13 hingga 0,22 g pada ikan stadia juvenil (Gambar 4a) serta 10,32 hingga 22,14 g pada ikan stadia calon induk (Gambar 4b). Pada ikan stadia juvenil bobot testis ikan yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa dan 17α-metiltestosteron lebih tinggi dibandingkan kontrol negatif (p<0,05) pada minggu ke-4 hingga ke-8. Pada ikan calon induk bobot testis perlakuan ekstrak cabe jawa dan 17α -metiltestosteron juga menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kontrol negatif (p<0,05) sejak minggu ke-4.

(25)

13

Gambar 4. Bobot testis ikan patin siam stadia; a) juvenil (A: kontrol negatif; B: ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1; C: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; D: 17α -metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1) dan b) calon induk (E: kontrol negatif; F: ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1; G: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; H: 17α-metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1) dengan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan

4. Gonadosomatic Index (GSI)

Nilai GSI ikan patin siam dengan dua stadia yaitu juvenildan calon induk yang diberikan perlakuan ekstrak cabe jawa menunjukkan peningkatan hingga minggu ke-8 perlakuan. GSI tertinggi ditunjukkan pada sampling minggu ke-8 yaitu 0,45% pada perlakuan D untuk juvenil (Gambar 5a) dan 5,4% pada perlakuan G untuk calon induk (Gambar 5b). Pada ikan stadia juvenil, nilai GSI perlakuan

ekstrak cabe jawa dan 17α-metiltestosteron lebih tinggi dibandingkan kontrol negatif (p<0,05) sejak minggu ke-2. Pada stadia calon induk GSI perlakuan ekstrak

(26)

14

Gambar 5. Nilai GSI ikan patin siam stadia; a) juvenil (A: kontrol negatif; B: ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1; C: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; D: 17α -metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1) dan b) calon induk (E: kontrol negatif; F: ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1; G: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; H: 17α-metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1) dengan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan

5. Konsentrasi Testosteron Darah

(27)

15 minggu-1) dengan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan

6. Histologi testis

Hasil skoring histologi testis ikan patin siam stadia juvenil (Tabel 4) menunjukkan bahwa perkembangan sel testis paling cepat ditunjukkan oleh

perlakuan 17α-metiltestosteron (D). Gambaran testis setiap minggu pengambilan data menunjukkan bahwa testis ikan yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa mengalami perkembangan menuju kematangan, sedangkan pada perlakuan kontrol negatif (A) perkembangan terjadi sangat lambat dan masih pada tahap spermatogonia (bakal sel sperma) (Lampiran 5). Pada stadia calon induk perkembangan testis dinilai dari sebaran spermatozoa. Sebaran spermatozoa ikan uji perlakuan F maupun G menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kontrol negatif (A). Pada minggu ke-8 sebaran spermatozoa ikan yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa mencapai 75% sedangkan pada kontrol negatif sebaran spermatozoa dibawah 50%.

Tabel 4. Skoring tahap perkembangan sel testis ikan patin siam stadia juvenil dan calon induk yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan selama delapan minggu (A dan E: kontrol negatif; B dan F: ECJ 37,5 mg kg ikan -1 hari-1; C dan G: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; D dan H: 17α -metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1)

Stadia Perlakuan Minggu ke-

(28)

16

0 = Tahap spermatogonia, belum terjadi spermatogenesis

1 = Spermatogenesis tahap awal, telah terbentuk spermatosit primer 2 = Telah terbentuk spermatosit sekunder

3 = Perkembangan sel telah mencapai spermatid

4 = Sudah terbentuk spermatozoa (a) 0,1-24,9%; b) 25,0-49,9%; c) 50,0-74,5% d) 75,0-100%)

7. Kualitas Sperma

Kepadatan sperma ikan yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa dan 17α -metiltestosteron lebih padat dibandingkan kontrol negatif (p<0,05) sejak minggu ke-4 (Tabel 5). Hasil tersebut selaras dengan hasil pengukuran kadar spermatokrit sperma ikan uji. Kadar spermatokrit meningkat pada perlakuan ekstrak cabe jawa

dan 17α-metiltestosteron dan menunjukkan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrol negatif (E) (p<0,05). Perlakuan ekstrak cabe jawa baik dosis tinggi maupun dosis rendah dan 17α-metiltestosteron (H) memiliki durasi motilitas sperma yang lebih lama dibandingkan kontrol negatif (E) (p<0,05). Sperma perlakuan ekstrak cabe jawa mampu motil lebih dari 5 menit sedangkan sperma ikan kontrol negatif hanya 2,4 menit (Tabel 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume sperma yang dihasilkan meningkat seiring dengan peningkatan bobot testis. Volume sperma ikan yang diberi perlakuan cabe jawa (G)

dan 17α-metiltestosteron (H) lebih tinggi daripada kontrol negatif pada minggu ke-4, 6, dan 8 (p<0,05). pH sperma ikan yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa,

17α-metiltestosteron, maupun kontrol negatif memiliki kisaran antara 8 hingga 9.

Tabel 5. Kualitas sperma calon induk patin siam yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan pada minggu ke-2 hingga ke-8 (E: kontrol negatif; F: ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1; G: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; H: 17α -metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1)

Minggu Perlakuan

Kualitas Sperma Kepadatan

pH Volume Spermatokrit Motilitas

(29)

17

Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05). Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata dan simpangan baku.

Pembahasan

Penggunaan ekstrak tanaman obat pada hewan budidaya mulai banyak diaplikasikan karena mulai terjadi peralihan penggunaan bahan sintetis menjadi bahan-bahan alami. Tanaman obat digunakan bukan hanya pada aspek kesehatan hewan budidaya namun telah digunakan hingga aspek nutrisi pakan dan juga reproduksi. Tanaman obat yang digunakan dalam aspek reproduksi umumnya bersifat aprodisiaka, androgenik, maupun estrogenik. Melnyk & Marcone (2011) menyatakan bahwa aprodisiaka berfungsi untuk meregangkan jaringan otot polos corpus covernosum pada hewan, meningkatkan kualitas ereksi, serta dapat meningkatkan perilaku seksual pada manusia dan hewan. Telah banyak penelitian yang menunjukkan efek positif aprodisiaka dalam peningkatan performa reproduksi, namun penelitian lanjutan mengenai mekanisme kerja dari aprodisiaka masih sangat dibutuhkan. Penggunaan tanaman obat untuk peningkatan kesuburan induk betina lele afrika (Clarias gariepinus) dilakukan dengan pengaplikasian ekstrak Garcinia kola (Dada & Ajilore 2009) dan Kigelia africana (Dada et al. 2010). Manipulasi hormonal dalam pemijahan buatan (induced breeding) juga dilakukan pada induk betina lele afrika dengan menggunakan Ageratum conyzoides

(30)

18

DMPA (Depot Medroksiprogesteron Asetat) dan ekstrak cabe jawa tidak mempengaruhi berat badan, hematologi, dan biokimia darah tikus (Yurnadi et al. 2011).

Selain parameter kelangsungan hidup dan bobot tubuh, penimbangan bobot testis juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstak cabe jawa terhadap ikan uji. Bobot testis ikan baik stadia juvenil maupun calon induk meningkat pada setiap sampling yang dilakukan. Bobot testis ikan uji yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa dan 17α-metiltestosteron lebih tinggi daripada kontrol negatif (p<0,05) baik ikan stadia juvenil maupun calon induk (Gambar 4). Bobot testis tertinggi pada ikan stadia juvenil ditunjukkan pada perlakuan 17α -metiltestosteron (kontrol positif). Bobot testis perlakuan B (ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1) menunjukkan hasil yang sama dengan perlakuan 17α-metiltestosteron (p>0,05). Berbeda dengan hasil yang ditunjukkan oleh ikan stadia juvenil, bobot testis pada ikan stadia calon induk tertinggi ditunjukkan pada perlakuan G (ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1). Perlakuan G menunjukkan bobot testis yang lebih tinggi daripada kontrol negatif (tanpa perlakuan) (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak cabe jawa menyebabkan peningkatan bobot testis yang lebih tinggi daripada kontrol negatif. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahjoedi et al. (2004) pada anak ayam yang diberi perlakuan ekstrak etanol cabe jawa yang menunjukkan adanya respon androgenik yang ditandai dengan peningkatan bobot jengger hewan uji. Pertambahan bobot testis hewan uji menandakan bahwa terjadi perkembangan testis. Menurut Cerda et al.

1996, peningkatan bobot testis berhubungan erat dengan proses spermatogenesis. Spermatogeniesis merupakan proses perkembangan spermatogonium menjadi spermatid (Fujaya 2004).

Berbanding lurus dengan nilai dari bobot testis yang didapatkan, GSI setiap perlakuan mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai GSI tertinggi pada ikan stadia juvenil ditunjukkan oleh perlakuan D (kontrol positif) yaitu sebesar 0,45±0,06 (Gambar 5a). Setelah dilakukan uji lanjut Duncan nilai GSI pada ikan stadia juvenil, perlakuan B (ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1) menunjukkan hasil yang

sama dengan perlakuan D (17α-metiltestosteron) (p>0,05). Sedangkan pada ikan stadia calon induk, semua perlakuan ekstrak cabe jawa (F dan G) serta kontrol positif (H) menunjukkan GSI yang lebih tinggi daripada kontrol negatif (p<0,05). Berdasarkan Gambar 5b, nilai GSI tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan G (ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1) yaitu sebesar 5,40±1,04. Menurut Tang & Affandi (2001), selama proses reproduksi pertambahan bobot gonad ikan jantan mencapai 5-10% dari bobot tubuh ikan. Nilai GSI pada ikan patin mekong raksasa (Pangasianodon gigas) saat matang gonad sebesar 2,12%, sedangkan saat belum matang gonad sebesar 0,05% (Meng-umphan et al. 2004). Pada ikan baung (Hemibargus nemurus), GSI berkisar antara 1,14±0,02% hingga 7,06±1,40% (Adebiyi et al. 2012). Menurut Zeyl et al. (2014), nilai GSI telah menjadi protokol standar dalam memilih ikan dalam proses reproduksi. Nilai GSI juga dapat dijadikan estimasi untuk kematangan gonad dan pemijahan pada banyak spesies. GSI akan terus meningkat seiring dengan pematangan gonad ikan dan akan mencapai nilai maksimal ketika periode puncak kematangan gonad (Nandikeswari & Anandan 2013).

(31)

19

maupun calon induk (Gambar 6). Konsentrasi testosteron darah ikan stadia juvenil (Gambar 6a) pada perlakuan B (ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1) lebih tinggi daripada perlakuan A (kontrol negatif) (p<0,05). Hasil serupa juga ditunjukkan oleh ikan stadia calon induk (Gambar 6b), perlakuan G (ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1) menunjukkan hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan A (kontrol negatif) (p<0,05). Berdasarkan penelitian Moeloek et al. (2010), ekstrak cabe jawa pada dosis 100 mg/hari dapat meningkatkan kadar testosteron darah 78% pasien hipogonad hingga 2 kali lipat pada hari pertama perlakuan. Namun, konsentrasi testosteron darah akan turun ke nilai awal (base line) setelah penghentian pemberian. Hal ini disebabkan ekstrak cabe jawa berpengaruh secara spontan dan memiliki daya tinggal (duration of action) yang singkat. Selain itu, pemberian piperin dan fraksi tak larut heksan bebas piperin ekstrak etanol buah cabe jawa dapat meningkatkan kadar testosteron darah pada tikus putih jantan (Muslichah 2011).

Peningkatan konsentrasi testosteron tersebut diduga karena ekstrak cabe jawa bersifat atau bertindak sebagai fitofarmaka androgenik yang dapat meningkatkan kadar testosteron darah (Moeloek et al. 2010). Senyawa alkaloid pada cabe jawa yang diduga memiliki efek androgenik adalah piperin. Dada & Ogunduyile (2011) menyatakan bahwa alkaloid dapat menstimulasi sekresi hormon testosteron untuk memenuhi ketersediaan di gonad. Disamping piperin, cabe jawa mengandung sitosterol (termasuk senyawa sterol) yang merupakan kolesterol khas tumbuhan (fitosterol) yang dapat digunakan sebagai prekursor hormon steroid. Tremblay & Kraak (1998) menyatakan bahwa reseptor androgen dan estrogen pada hewan dapat mengikat fitosterol, sehingga dapat mempengaruhi seks rasio, gonad, dan hormonal (Hewit et al. 2008). Yurnadi et al. 2006 menyatakan bahwa senyawa sitosterol yang terkandung dalam buah cabe jawa bekerja sebagai tonik seksual pada sistem hormonal tikus. Pada dosis yang rendah, diduga senyawa sitosterol dapat mengaktifkan poros hipotalamus-hipofisis-testis melalui mekanisme umpanbalik (feedback) positif. Kondisi tersebut akan menstabilkan proses spermatogenesis dan berakibat terjadinya peningkatan konsentrasi spermatozoa.

Histologi gonad merupakan metode yang dapat memberikan gambaran langsung tahap perkembangan gamet pada gonad (Lowerre-Barbieri et al. 2010). Perkembangan testis (spermatogenesis) sangat berkaitan dengan konsentrasi testosteron darah. Hafez et al. (2000) menyatakan bahwa hormon utama yang berperan dalam sistem reproduksi jantan adalah hormon testosteron. Secara umum hormon ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan spermatogonium, perkembangan spermatosit primer dan sekunder serta diferensiasi spermatosit menjadi sperma atau dengan kata lain hormon testosteron berperan utama dalam spermatogenesis. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi testosteron darah maka status sel testis semakin matang. Pada ikan stadia juvenil, hasil histologi testis menunjukkan bahwa perkembangan sel testis ikan yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa 37,5 mg kg ikan-1 hari-1 lebih cepat daripada kontrol negatif (Tabel 4). Perlakuan tersebut

(32)

20

sangat lambat dan masih pada tahap spermatogonia (bakal sel sperma) (Lampiran 5). Hasil yang selaras juga ditunjukkan pada hasil pembacaan histologi testis ikan stadia calon induk. Spermatozoa ikan uji mulai terbentuk pada minggu kedua penelitian. Sebaran spermatozoa ikan uji yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa baik dosis rendah (F) maupun dosis tinggi (G) menunjukkan hasil yang yang lebih tinggi daripada kontrol negatif sejak minggu ke-4. Sebaran spermatozoa ikan yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa mencapai 75% pada minggu kedelapan sedangkan pada kontrol negatif sebaran spermatozoa dibawah 50% (Tabel 4; Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa cabe jawa yang mengandung alkaloid, diduga dapat meningkatkan testosteron darah yang dapat memacu pembentukan

spermatozoa dan memiliki efek yang sama dengan 17α-metiltestosteron dalam perkembangan spermatozoa ikan uji.

Evaluasi kualitas sperma pada ikan budidaya diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dalam fertilisasi telur terutama pada pemijahan buatan. Kualitas sperma pada ikan sangat dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik serta sangat bergantung pada faktor genetik, fisiologi, dan juga faktor lingkungan (Rurangwa et al. 2004). Parameter kualitas sperma yang umumnya diukur untuk penilaian performa reproduksi antara lain: kepadatan sperma, pH sperma, volume sperma, kadar spermatokrit, dan motilitas sperma. Kepadatan sperma tertinggi ditunjukkan pada pengamatan minggu ke-8 (Tabel 5). Perlakuan yang diberikan pada ikan uji baik

ekstrak cabe jawa (F dan G) maupun 17α-metiltestosteron (H) menunjukkan hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol negatif (p<0,05). Hasil tersebut selaras dengan hasil pengukuran kadar spermatokrit sperma ikan uji. Hasil persentase dari perbandingan antara padatan sperma dengan cairan sperma tersebut meningkatkan pada perlakuan ekstrak cabe (F dan G) jawa dan 17α -metiltestosteron (H) dan menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada kontrol negatif (E) (p<0,05). Kadar spermatokrit dapat digunakan sebagai indikator kekentalan sperma. Jika nilai spermatokrit tinggi maka dapat disimpulkan bahwa cairan sperma tersebut bersifat kental sehingga memiliki padatan spermatozoa yang lebih banyak dibandingkan dengan cairan seminalnya. Kadar spermatokrit yang rendah menunjukkan cairan sperma tersebut memiliki kandungan padatan spermatozoa yang lebih sedikit dibandingkan dengan cairan seminalnya.

Motilitas sperma merupakan indikator kualitas sperma yang paling umum digunakan karena motilitas yang baik merupakan prasyarat pembuahan dan berkorelasi erat dengan keberhasilan pembuahan (Rurangwa et al. 2004). Namun, keberhasilan pembuahan juga sangat tergantung pada kualitas telur yang dibuahi. Interaksi antara telur dan cairan semen juga memiliki pengaruh tersendiri terhadap keberhasilan pembuahan (Adewumi et al. 2005). Pada kebanyakan ikan air tawar, durasi motilitas sperma umumnya hanya mencapai 2 menit dan sperma sangat aktif bergerak 30 hingga 35 detik (Kime et al. 2001). Selain itu, sperma ikan air tawar umumnya memiliki durasi motil yang lebih singkat daripada ikan laut (Rurangwa

(33)

21

(Affandi dan Tang 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi motilitas sperma terlama ditunjukkan pada minggu ke-8. Durasi motiltas sperma ikan yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa (F dan G) lebih lama daripada kontrol negatif (p<0,05). Sperma perlakuan ekstrak cabe jawa (F dan G) mampu motil hingga melebihi 5 menit sedangkan durasi motilitas sperma ikan kontrol negatif hanya mencapai 2,4 menit (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa sperma ikan yang diberi perlakuan cabe jawa memiliki performa yang lebih baik daripada sperma ikan yang tidak diberikan perlakuan apapun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume sperma yang dihasilkan meningkat seiring dengan peningkatan bobot testis. Volume sperma ikan yang diberi perlakuan cabe jawa (F dan G) menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada kontrol negatif pada minggu ke-4, 6, dan 8 (p<0,05). Hal ini membuktikan bahwa ekstrak cabe jawa yang dapat meningkatkan kadar testosteron mengakibatkan peningkatan volume sperma yang dihasilkan. Fujaya (2004) menyatakan bahwa testosteron dan 11-ketotestosteron menyebabkan spermatogenesis dan spermiogenesis pada ikan.

pH sperma juga memiliki pengaruh terhadap kualitas sperma serta kualitas pembuahan telur. Billard & Cossom (1992) menyatakan bahwa pH dibawah 7,8 dapat menyebabkan penghambatan motilitas sperma. pH optimal untuk sperma ikan berkisar antara 8,0 hingga 8,2 (Lahnsteiner et al. 1998). Meskipun pH sperma ikan yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa memiliki kisaran antara 8 hingga 9 tetapi kisaran pH sperma tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan kontrol negatif (tanpa pemberian perlakuan). Hal ini menunjukkan bahwa pH sperma yang diberi perlakuan ekstrak cabe jawa masuk dalam kisaran normal meskipun bukan dalam kisaran optimum.

4 KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak cabe jawa yang diberikan melalui pakan selama delapan minggu dapat meningkatkan GSI dan kadar testosteron ikan patin siam stadia juvenil dengan dosis terbaik yaitu 37,5 mg kg ikan-1 hari-1 (B) serta stadia calon induk dengan dosis terbaik yaitu 187,5 mg kg ikan-1 hari-1 (G). Ekstrak cabe jawa juga dapat meningkatkan kepadatan serta motilitas sperma ikan patin siam jantan pada stadia calon induk.

Saran

(34)

22

DAFTAR PUSTAKA

Adebiyi FA, Siraj SS, Harmin SA, Christianus A. 2012. Plasma Sex Steroid Hormonal Profile and Gonad Histology During The Annual Reproductive Cycle of River Catfish Hemibagrus nemurus in Captivity,” Fish Physiology and Biochemistry 39: 547-557

Adedeji OS, Farimi GO, Ameen SA, Olayemi JB. 2006. Effects of Bitter Kola

Garcinia kola as Growth Promoter in Broiler Chicks from Day Old to Four Weeks Old. Journal Animal Veterinary Advance 5: 191-193.

Adeparusi EO, Dada AA, Alale OV. 2010. Effects of Medicinal Plant Kigelia Africana on Sperm Quality of African Catfish Clarias Gariepinus

Broodstock. Journal of Agricultural Science 2: 193-199

Adewumi AA, Olaleye VP, Adesulu EA. 2005. Egg and Sperm Quality of the African catfish Clarias gariepinus Broodstock Fed Differently Heated Soybean-based Diets. Research Journal Agriculture and Biological Sciences 1: 17-22.

Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Riau.

Apeh AN. 2011. The Use of Goat Weed Ageratum conyzoides to Induce Breeding in Gravid Female African Catfish Clarias gariepinus. [Skripsi]. University of Agriculture. Abeokuta.

Banerji A, Bandyopadhyay D, Sarkar M, Siddhanta AK, Pal SC, Ghosh S, Abraham K, Shoolery JN. 1985. Structural and synthetic studies on the retrofractamides—new amide constituents of Piper retrofractum.

Phytochemistry 24:279-284.

Banerji A, Sarkar M, Datta R, Sengupta P, Abraham K. 2002. Amides from Piper brachystachyum and Piper retrofractum. Phytochemistry 59:897–901. Bertha PD. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Purwoceng Pimpinella alpina

Molk. Melalui Pakan terhadap Spermatogenesis Ikan Lele Jantan Clarias

sp. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Billard R, Cosson MP. 1992. Some Problems Related to The Assessment of Sperm Motility in Fresh Water Fish. Journal of Experimental Zoology 261: 122–131.

Çek Ş, Yilmas E. 2007. Gonad Development and Sex Ratio of Sharptooth Catfish

Clarias gariepinus Cultured Under Laboratory Conditions. Turkish Journal of Zoology 31: 35-46.

Cerda J, Calman GJ, Lafleur Jr, Limesand S. 1996. Pattern of Vitellogenesis and Follicle Maturation Competence During the Ovarian Folicular Cycle of

Fundulus heteroclitus. General and Comparative Endocrinology 103: 24-45

Ciereszko A, Dabrowski K. 1994. Relationship Between Biochemical Constituents of Fish Semen and Fertility: The Effect of Short Term Storage. Fish Physiology and Biochemistry 12: 357– 367.

(35)

23

Dada AA, Ajilore VO. 2009. Use of Ethanol Extracts of Garcinia Kola as fertility Enhancer in Female Catfish Clarias gariepinus Broodstock. International Journal of Fisheries and Aquaculture 1: 005-010

Dada AA, Adeparusi EO, Alale OV. 2010. Dietary Dried Kigelia africana fruits Meal as Fertility Enhancer in female Clarias gariepinus. Agriculture and Biology Journal of North America 1: 791-795

Dada AA, Ogunduyile D. 2011. Effect of Velvet Bean Mucuna pruriens on Sperm Quality of Africa Catfish Clarias gariepinus Broodstock. Journal of Fisheries and Aquatic Science 6: 655-661

Fernandez C, Suare Y, Ferruelo AJ, Gomez-Coronado D, and Lasuncion MA. 2002. Inhibition of Cholesterol Biosynthesis by b22− Unsaturated Phytosterol via Competitive Inhibition of Sterol Δ24−reductase in Mammalia Cells. Biochemical Journal 366:109–119.

Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta

Hafez B, Jainudeen MR, Rosnina Y. 2000. Hormones, growth factors and reproduction in E.S.E. Hafez (eds) and B. Hafez. Reproduction in farm animals. 7th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. USA. 33–43.

Hewit LM, Kovacs TG, Dubes MG, Macclatchy DL, Martel PH, Mcmaster ME, Paice MG, Parrot JL, Heuvel MRVD and Van der Kraak GL. 2008. Altered Reproduction in Fish Exposed To Pulp and Paper Mill Effluents: Roles of Individual Compounds and Mill Operating Conditions.

Enviromental Toxicology and Chemistry 27: 682-697.

Irawan P. 2012. Histologi Gonad Ikan Lele Jantan Clarias sp. pada Perlakuan Ekstrak Purwoceng Pimpinella alpina Molk. Melalui Pakan. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Isnawati A, Endreswari S, Pudjiastuti, Murhandini. 2002. Efek Mutagen Ekstrak Etanol Buah Cabe Jawa Piper retrofractum. Jurnal Bahan Alam Indonesia

1:63-67.

Kime DE, Van Look KJW, McAllister BG, Huyskens G, Rurangwa E, Ollevier F. 2001. Computerassisted Sperm Analysis (CASA) as a Tool for Monitoring Sperm Quality in Fish. Comparative Biochemistry and Physiology 130: 425– 433.

Lahnsteiner F, Berger B, Weismann T, Patzner RA. 1998. Determination of Semen Quality of the rainbow Trout Oncorhynchus mykiss, by Sperm Motility, Seminal Plasma Parameters, and Spermatozoal Metabolism.

Aquaculture 163: 163–181

Lowerre-Barbieri SK, Brown-Peterson NJ, Murua H, Tomkiewicz J, Wyanski DM, Saborido-Rey F. 2011. Emerging Issues and Methodological Advances in Fisheries Reproductive Biology. Marine and Coastal Fisheries 3:32–51.

Melnyk JP, Marcone MF. 2011. Aphrodisiacs from plant and animal sources-A review of current scientific literature. Food Research International

44:840–850.

(36)

24

Moeloek N, Lestari SW, Yurnadi, Wahjoedi B. 2010. Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa Piper Retrofractum sebagai Fitofarmaka Androgenik pada Laki-laki Hipogonad. Majalah Kedokteran Indonesia 60:255-262.

Muslichah S. 2011. Pengaruh Pemberian Piperin dan Fraksi Tak Larut Heksan Bebas Piperin Ekstrak Etanolik Buah Cabe Jawa Piper Retrofractum

terhadap Perilaku Seksual dan Kadar Testosteron Tikus Jantan. [Tesis]. Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Abstrak.

Muzaki A, Wardana IK, Sembiring SBM, Yudha HT, Haryati. 2013. Pemberian Hormon 17a Methyltestosterone Secara Oral Terhadap Perkembangan Gonad Calon Induk Ikan Kerapu Bebek Cromileptes Altivelis. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Nandikeswari R, Anandan V. 2013. Analysis on Gonadosomatic Index and Fecundity of Terapon Puta from Nallavadu Coast Pondicherry.

International Journal of Scientific and Research Publications 3: 1-4 Nuraini A. 2003. Mengenal Etnobotani Beberapa Tanaman yang Berkhasiat

sebagai Aprodisiaka. InfoPOM, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI 4:1-4.

Oduyebo BO. 2011. The Use of Terminalia Superba to Induce Ovulation in Gravid Female Clarias gariepinus. [Skripsi]. University of Agriculture. Abeokuta.

Pamungkas AJ. 2006. Efektifitas Hormon 17α-metiltestosteron dan LHRH-α dalam Mencapai Tingkat Kematangan Gonad Siap Memijah pada Ikan Belida Notopetrus chitala. [Tesis]. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. Rurangwa E, Kime DE, Ollevier F, Nash JP. 2004. Review: The Measurement of

Sperm Motility and Factors Affecting Sperm Quality in Cultured Fish.

Aquaculture 234: 1-28.

Subagja J. 2006. Implantasi LHRH-α dengan Kombinasi Dosis 17α -metiltestosteron terhadap Perkembangan Gonad Ikan Balashark

Balantiocheilus melanopetrus BLEEKER. [Tesis]. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Sunarma A. 2007. Panduan singkat teknik pembenihan ikan patin (Pangasius hypophthalmus). Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Sukabumi.

Tang UM, Affandi R. 2001. Biologi Reproduksi Ikan. Unri Press. Riau.

Tremblay L, Kraak GVD. 1998. Use of a Series of Homologous In Vitro and In Vivo Assays to Evaluate the Endocrine Modulating Actions of Β Sitosterol In Rainbow Trout. Aquatic Toxicology 43: 149-162.

Wahjoedi B, Pudjiastuti, Adjirni, Nuratmi B, dan Astuti Y. 2004. Efek Androgenik Ekstrak Etanol Cabe Jawa Piper retrofractum pada Anak Ayam. Jurnal Bahan Alam Indonesia 3:201-204.

Winarni D. 2007. Efek Ekstrak Akar Ginseng Jawa dan Korea terhadap Libido Mencit Jantan pada Prakondisi Testosteron Rendah. Berkala Penelitian Hayati 12:153–159.

Yurnadi, Sari P, Suryandari DA. 2006. Pengaruh kombinasi Muira puama, Damiana, dan Siberian Ginseng (MDS) Terhadap Berat Badan, Testis, Tubulus Seminiferus, dan Sel Ledyik Tikus Strain Sprague-Dawley.

(37)

25

Yurnadi, Asmida Y, Suryandari DA, and Moeloek N. 2011. Combination of depot medroxy progesterone acetate and javanese long pepper extract on body weight, hematology, and blood biochemistry as a safe contraception model. Makara Sains 15:155-162.

Yustikasari Y. 2004. Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Jahe terhadap Perkembangan Diameter dan Posisi Inti Sel Telur Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zeyl JN, Love OP, Higgs DM. 2014. Evaluating Gonadosomatic Index as an Estimator of Reproductive Condition in The Invasive Round Goby

(38)

26

Lampiran 1. Jenis cabe jawa yang digunakan dalam penelitian

1. Cabe jawa matang dan berwarna merah

(39)

27

(40)

28

Lampiran 3. Metode pengukuran konsentrasi testosteron darah ikan uji

Pengukuran konsentrasi testosteron darah ikan uji dilakukan dengan metode

ELISA kit merk “Biomatik” dengan tahap sebagai berikut:

1. Siapkan larutan testosteron_HRP conjugate dan washbuffer

2. Siapkan microwell yang dibutuhkan. Tutup dan simpan kembali strip microwell yang tidak digunakan kedalam lemari es

3. Masukkan 50 µl larutan kalibrasi, kontrol, and contoh uji kedalam lubang yang telah ditandai dan dirangkap dua (duplo)

4. Tambahkan 100 µl conjugate working solution kedalam setiap lubang (dianjurkan menggunakan micropippet multichannel)

5. Inkubasi pada plate shaker (kecepatan 200 rpm) selama satu jam pada suhu ruang

6. Bilas lubang sebanyak tiga kali dengan 300 µl wash buffer yang telah diencerkan dan buang larutan yang ada pada lubang dengan membalikkan lubang pada kertas penyerap air untuk menghilangkan sisa larutan pada lubang (dianjurkan menggunakan mesih pencuci).

7. Tambahkan 150 µl Tetramethylbenzidine

(TMB)

substrate kedalam lubang dengan interval waktu

8. Inkubasi pada plate shaker selama 10-15 menit pada suhu ruang (atau sampai kalibrasi A berwarna biru gelap untuk absorbansi (OD) yang diinginkan) 9. Tambahkan 50 µl stopping solution kedalam setiap lubang pada interval

waktu yang sama seperti pada tahap 7

10. Baca hasil pada microwell plate reader pada 450 nm 20 menit setelah penambahan stopping solution

(41)

29

Lampiran 4. Metode histologi testis ikan uji

1. Pembuatan blok parafin

Fiksasi Jaringan

Contoh testis ikan uji

Fiksasi dalam larutan BNF selama 24 jam

Rendam dalam alkohol 70 % selama 24 jam

Rendam dalam alkohol 80 % selama 2 jam

Rendam dalam alkohol 90 % selama 2 jam

Rendam dalam alkohol 95 % selama 2 jam

Rendam dalam alkohol 95 % selama 2 jam

Rendam dalam alkohol absolut I selama 12 jam

Rendam dalam alkohol absolut II selama 1 jam Dehidrasi

Rendam dalam alkohol:xylol (1:1) selama 30 menit

Rendam dalam xylol I selama 30 menit

Rendam dalam xylol II selama 30 menit

Rendam dalam xylol III selama 30 menit Clearing

Rendam dalam xylol:parafin (1:1) selama 45 menit Impregnasi

Rendam dalam parafin I selama 45 menit

Rendam dalam parafin II selama 45 menit

Rendam dalam parafin III selama 45 menit Embedding

(42)

30

2. Pemotongan Jaringan

3. Pewarnaan Jaringan

Blok parafin

Potong menggunakan mikrotom dengan ketebalan 4-6 µm

Hasil irisan diletakkan pada waterbath dengan suhu 45-50 ºC

Tempel pada gelas objek

Preparat jaringan

Rendam dalam Xylol I selama 5 menit

Rendam dalam Xylol II selama 5 menit Dewaxing

Rendam dalam Alkohol 100% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 100% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 95% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 90% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 80% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 70% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 50% selama 2-3 menit

(43)

31

Rendam dalam Hematoksilin 5-7 menit

Bilas dengan air mengalir selama 4-5 menit

Rendam dalam Eosin selama 2-3 menit

Bilas dengan aquades Pewarnaan

Hematoksilin-Eosin

Rendam dalam Alkohol 50% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 70% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 80% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 90% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 95% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 100% selama 2-3 menit

Rendam dalam Alkohol 100% selama 2-3 menit

Rendam dalam Xylol I selama 2-3 menit

Rendam dalam Xylol II selama 2-3 menit Dehidrasi

Tempel dengan Entellan dan tutup dengan gelas penutup (cover glass)

(44)

32

Lampiran 5. Histologi testis ikan patin siam stadia juvenil dan calon induk

Skor 0 (Perbesaran 100x10) Skor 1 (Perbesaran 100x10)

Skor 2 (Perbesaran 100x10) Skor 3 (Perbesaran 100x10)

Skor 4a (Perbesaran 40x10) Skor 4b (Perbesaran 40x10)

Skor 4c (Perbesaran 40x10) Skor 4d (Perbesaran 40x10)

Keterangan: Sg: Spermatogonia, Sc I: Spermatosit primer, Sc II: Spermatosit sekunder, Sd: Spermatid, Sz: Spermatozoa

Sg

Sg

Sg

Sc I

Sc I

Sc I Sg

Sg

Sd

Sd

Sd Sd

Sz

Sz

Sz

Sz

Sz

Sz Sz

100 µm Sg

Sc II Sc II

Sc II

Sz

Sz Sz Sz

Sz

Sz

Sz

Sz

(45)

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Yeni Elisdiana, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Maret 1990, merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Abdullah dan Ibu Nikmah Rauf. Pendidikan sarjana penulis tempuh di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada program studi Ilmu Akuakultur, serta terdaftar sebagai penerima Beasiswa Unggulan Dalam Negeri Dikti selama tahun 2012-2014.

Gambar

Gambar 1.  Kerangka pikir penelitian induksi perkembangan gonad  ikan patin siam
Tabel 3.  Skoring perkembangan sel testis ikan patin siam jantan
Gambar 2. Kelangsungan hidup ikan patin siam stadia juvenil (A: kontrol negatif;  B: ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1; C: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; D: 17α-metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1) dan calon induk (E: kontrol negatif; F: ECJ 37,5 mg kg ikan-1 hari-1; G: ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1; H: 17α-metiltestosteron 50 µg kg ikan-1 minggu-1) dengan perlakuan ekstrak cabe jawa melalui pakan
Gambar 3. Bobot tubuh ikan patin siam stadia; a) juvenil (A: kontrol negatif; B:
+4

Referensi

Dokumen terkait

memperhatikan label halal yang terdapat pada kemasan produk karena produk yang telah dinyatakan halal oleh pihak yang berwenang cenderung lebih aman di bandingkan produk

Adapun faktor ancaman tersebut meliputi jumlah pesaing, perkembangan fasilitas kesehatan yang dimiliki pesaing, Regulasi/aturan yang membatasi dokter untuk

Setelah paham mengenai keuangan publik, selanjutnya pada Modul 2 Anda akan kami ajak untuk membahas tentang pengertian penerimaan publik, sumber-sumber penerimaan publik

Untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik yang dicapai oleh siswa digunakan data gain ternormalisasi, sehingga data yang dianalisis dalam penelitian

lancar, &gt; berdayaguna dan berhasilguna, tclah ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pcmbentukan Dewan Penyantun Tim Penggerak

Pengukuran kondisi kelem baban ini dilakukan secara iangsung di kam ar balita penderita ISPA dengan m enggunakan alat T erm om eter yang diletakkan di tem pat

Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Program Magister dan Doktoral adalah program beasiswa yang dibiayai oleh pemerintah Indonesia melalui pemanfaatan Dana Pengembangan

Sebagai sebuah sistem, pembelajaran memiliki sejumlah komponen, yaitu: 1) Tujuan: tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai, oleh