• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN PERATIN PEKON KURIPAN KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN PERATIN PEKON KURIPAN KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2009"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

FACTORS THAT INFLUENCE THE VOTING BEHAVIOR OF PERATIN ELECTION IN PEKON KURIPAN SUB DISTRICT NORTH COASTAL

DISTRICT WEST LAMPUNG IN 2009

By Mevi Seftina

Voting behavior is part of political behavior which is actualized by giving voice to a particular candidate. In the context Peratin election in Pekon Kuripan, many things can affect the decision to choose one, which is the rural location of strong research with local cultural values so that culture is a things that need to be considered in the formation of political orientations of voters. Nonetheless decision to choose a cognition process that is conscious and independent, so allow for other considerations of the voters, including programs offered by the candidates and the quality of candidates (rational factors) in addition to the kinship (sociology) and emotional closeness (psychological).

(2)

Based on calculations, it can be concluded that partial, influential sociological factor of 12.7% of voting behavior, psychological factors influence amounted to 18.3% of voting behavior and rational factors affect 25.4% of voting behavior. Simultaneously, the magnitude of the effect of sociological factors, psychological factors of rational factors together to conduct voter registration figures obtained 45.7%. This condition indicates that the statement of the hypothesis raised in the introductory chapter is acceptable. A significant difference between sociological factors, psychological factors and factors of rational voters on voting behavior of Peratin elections in Pekon Kuripan Sub District North Coastal District West

Lampung in 2009.

(3)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN PERATIN PEKON KURIPAN KECAMATAN

PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2009

Oleh

Mevi Seftina

Perilaku pemilih merupakan bagian dari perilaku politik yang diaktualisasikan dengan memberikan suara kepada calon tertentu. Pada konteks pemilihan peratin Pekon Kuripan, banyak hal yang dapat mempengaruhi keputusan memilih seseorang, dimana lokasi penelitian adalah pedesaan yang kental dengan nilai-nilai budaya lokal sehingga kultur budaya merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukkan orientasi politik pemilih. Meskipun demikian keputusan memilih merupakan proses kognisi yang dilakukan secara sadar dan mandiri sehingga memungkinkan adanya perimbangan-pertimbangan lain dari para pemilih, diantaranya program yang ditawarkan calon dan kualitas calon (faktor rasional) disamping kekerabatan (sosiologis) dan kedekatan emosional (psikologis).

(4)

adalah korelasi dan regresi secara parsial dan berganda.

Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial, faktor sosiologis berpengaruh sebesar 12,7% terhadap perilaku pemilih, faktor psikologis berpengaruh sebesar 18,3% terhadap perilaku pemilih dan faktor rasional berpengaruh sebesar 25,4% terhadap perilaku pemilih. Secara simultan, besarnya nilai pengaruh faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor rasional secara bersama-sama terhadap perilaku pemilih diperoleh angka sebesar 45,7%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pernyataan hipotesis yang diajukan pada bab pendahuluan adalah dapat diterima. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor rasional pemilih terhadap perilaku pemilih dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat Tahun 2009.

(5)

ABSTRACT

FACTORS THAT INFLUENCE THE VOTING BEHAVIOR OF PERATIN ELECTION IN PEKON KURIPAN SUB DISTRICT NORTH COASTAL

DISTRICT WEST LAMPUNG IN 2009

By Mevi Seftina

Voting behavior is part of political behavior which is actualized by giving voice to a particular candidate. In the context Peratin election in Pekon Kuripan, many things can affect the decision to choose one, which is the rural location of strong research with local cultural values so that culture is a things that need to be considered in the formation of political orientations of voters. Nonetheless decision to choose a cognition process that is conscious and independent, so allow for other considerations of the voters, including programs offered by the candidates and the quality of candidates (rational factors) in addition to the kinship (sociology) and emotional closeness (psychological).

(6)

Based on calculations, it can be concluded that partial, influential sociological factor of 12.7% of voting behavior, psychological factors influence amounted to 18.3% of voting behavior and rational factors affect 25.4% of voting behavior. Simultaneously, the magnitude of the effect of sociological factors, psychological factors of rational factors together to conduct voter registration figures obtained 45.7%. This condition indicates that the statement of the hypothesis raised in the introductory chapter is acceptable. A significant difference between sociological factors, psychological factors and factors of rational voters on voting behavior of Peratin elections in Pekon Kuripan Sub District North Coastal District West

Lampung in 2009.

(7)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN PERATIN PEKON KURIPAN KECAMATAN

PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2009

Oleh

Mevi Seftina

Perilaku pemilih merupakan bagian dari perilaku politik yang diaktualisasikan dengan memberikan suara kepada calon tertentu. Pada konteks pemilihan peratin Pekon Kuripan, banyak hal yang dapat mempengaruhi keputusan memilih seseorang, dimana lokasi penelitian adalah pedesaan yang kental dengan nilai-nilai budaya lokal sehingga kultur budaya merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukkan orientasi politik pemilih. Meskipun demikian keputusan memilih merupakan proses kognisi yang dilakukan secara sadar dan mandiri sehingga memungkinkan adanya perimbangan-pertimbangan lain dari para pemilih, diantaranya program yang ditawarkan calon dan kualitas calon (faktor rasional) disamping kekerabatan (sosiologis) dan kedekatan emosional (psikologis).

(8)

adalah korelasi dan regresi secara parsial dan berganda.

Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial, faktor sosiologis berpengaruh sebesar 12,7% terhadap perilaku pemilih, faktor psikologis berpengaruh sebesar 18,3% terhadap perilaku pemilih dan faktor rasional berpengaruh sebesar 25,4% terhadap perilaku pemilih. Secara simultan, besarnya nilai pengaruh faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor rasional secara bersama-sama terhadap perilaku pemilih diperoleh angka sebesar 45,7%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pernyataan hipotesis yang diajukan pada bab pendahuluan adalah dapat diterima. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor rasional pemilih terhadap perilaku pemilih dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat Tahun 2009.

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih

1. Definisi Perilaku Politik

Sikap politik seseorang terhadap objek politik yang terwujud dalam tindakan atau aktivitas politik merupakan perilaku politik seseorang. Menurut Sudijono Sastroatmodjo (1995:8) perilaku politik adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah ataupun masyarakat berkaitan dengan tujuan dari suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat kearah pencapaian tujuan tersebut. Dari pengertian ini perilaku politik lebih diarahkan pada tercapainya konsensus untuk mencapai tujuan dari masyarakat dan pemerintah. Diungkapkan pula oleh Sudijono (1995:3) bahwa perilaku politik bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri tetapi mengandung ketertarikan dengan hal-hal lainnya.

(10)

tujuan terkait keputusan politik baik dalam proses pembuatan maupun pelaksanaannya. Sebagai insan politik setiap warga negara tentunya melakukan tindakan politik, yang dalam penelitian ini lebih difokuskan pada perilaku pemilih yang juga merupakan bagian dari perilaku politik.

2. Definisi Perilaku Pemilih

Konsep perilaku pemilih sebagaimana yang diungkapkan oleh J. Kristiadi (1996:76) adalah keterikatan seseorang untuk memberikan suara dalam proses pemilihan umum berdasarkan faktor psikologis, faktor sosiologis, dan faktor rasional pemilih (voting behavioral theory). Sementara menurut A.A. Oka Mahendra (2005:75) perilaku pemilih adalah tindakan seseorang ikut serta dalam memilih orang, partai politik atau isu publik tertentu. Dari konsep yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa perilaku pemilih merupakan tindakan pemilih terkait pemilihan langsung.

(11)

3. Pendekatan Perilaku Pemilih

Ramlan Surbakti (1999: 145-146) menyatakan bahwa terdapat beberapa pendekatan dalam mengkaji alasan pemilih memilih kontestan tertentu dalam pemilihan diantaranya:

a. Pendekatan Struktural yang melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial (struktur sosial yang menjadi sumber kemajemukan politik dapat berupa kelas sosial, agama, bahasa dan nasionalisme), sistem partai, sistem pemilihan umum, permasalahan, dan program yang ditawarkan oleh setiap partai.

b. Pendekatan Sosiologis yang cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. dimana pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi oleh latar belakang demografi dan sosial ekonomi seperti jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan kelas, pendapatan dan agama. c. Pendekatan Ekologis yang hanya relevan jika dalam suatu daerah

pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial.

d. Pendekatan Psikologi Sosial berupa identifikasi partai dimana partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh faktor lain.

(12)

Pengklasifikasian pendekatan untuk melihat perilaku pemilih juga dikemukakan oleh Adman Nursal (2004:54), secara umum terbagi atas empat pendekatan yakni pendekatan sosiologis disebut sebagai Mazhab Columbia (The Columbia of Electoral Behavioral), pendekatan psikologis disebut sebagai Mazhab Michigan (The Michigan Survey Research Center) dan pendekatan rasional serta pendekatan domain kognitif

(pendekatan marketing)

3. 1 Pendekatan Sosiologis (Mazhab Columbia)

Pendekatan Sosiologis atau disebut juga mazhab columbia sebagaimana dikemukakan oleh A.A. Oka Mahendra (2005:75) menyatakan bahwa latar belakang pilihan atas partai, calon dan isu ditentukan oleh karakteristik sosial pemilih. Misalnya agama, etnik atau kedaerahan, dimana seseorang akan memilih partai atau tokoh tertentu karena ada kesamaan karakteristik sosial antara pemilih dan karakteristik sosial tokoh atau partai yang dipilih.

Sejalan dengan pendapat di atas, Muhammad Asfar dalam Adman Nursal (2004:55) mengungkapkan lebih dalam bahwa,

“Pendekatan sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokkan sosial - usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan, latar belakang keluarga, kegiatan-kegiatan dalam kelompok formal dan informal dan lainnya – mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam pembentukan

perilaku pemilih”.

(13)

tingkat yang terbawah hingga teratas dimana menurut paham ini tingkatan-tingkatan atau kelompok yang berbeda inilah yang membentuk persepsi, sikap, keyakinan, dan sikap politik dari masing-masing individu. Hal ini menunjukkan bahwa subkultur tertentu dalam masyarakat memiliki kognisi sosial tertentu yang akhirnya bermuara pada perilaku tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model sosiologis mengasumsikan bahwa perilaku pemilih ditentukan oleh karakteristik sosial dan pengelompokan sosial pemilih dan karakteristik sosial tokoh atau partai yang dipilih atau dengan kata lain, pemilih memiliki orientasi tertentu terkait karakteristik dan pengelompokan sosialnya dengan pilihan atas partai atau calon tertentu. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh pendekatan ini adalah sebagai berikut :

1. Pengelompokkan sosial dilihat dari pola hubungan sosial seperti hubungan pertemanan, kekeluargaan dan kekerabatan serta kelompok sosial lainnya seperti profesi dan organisasi yang diikuti.

(14)

Mengenai pengkategorian kerakteristik sosial dan pengelompokan sosial ini dibagi menjadi tiga tipe oleh Bone dan Ranney dalam Adman Nursal (2004:56) yakni kelompok kategorial yang terdiri atas orang-orang yang memiliki karakterisrtik politik yang berbeda-beda dan tidak menyadari karakteristik dan tujuan kelompoknya, dimana perbedaan ini terjadi karena masing-masing kategori memberi reaksi yang berbeda terhadap peristiwa politik, pengalaman politik dan peran-peran sosial. Pengelompokkan kategorial ini terbentuk atas dasar faktor-faktor berikut :

a. Perbedaan jenis kelamin b. Perbedaan Usia

c. perbedaan Pendidikan

Kategori kedua adalah kelompok sekunder yakni kelompok yang menyadari identifikasi dan tujuan kelompoknya dan terdapat ikatan psikologis anggota terhadap kelompoknya, kelompok ini diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Pekerjaan

b. Kelas sosial dan status sosial ekonomi

c. kelompok-kelompok etnis seperti ras, agama, dan daerah asal. Tipe kelompok yang terakhir adalah kelompok primer yang terdiri atas orang-orang yang melakukan kontak dan interaksi langsung secara teratur dan sering, kelompok ini memiliki pengaruh yang peling kuat dan langsung terhadap perilaku politik seseorang. Mereka yang tergolong kelompok ini adalah :

(15)

3. 2 Pendekatan Psikologis (Mazhab Michigan)

Pendekatan psikologis atau yang sering disebut juga mazhab michigan sebagaimana diungkapkan oleh A.A. Oka Mahendra (2005:76) bahwa,

“faktor-faktor sosiologis seperti kesamaan agama atau etnik tidak akan fungsional mempengaruhi keputusan pemilih, jika sejak awal belum terbentuk persepsi dan sikap pribadi pemilih terhadap faktor-faktor sosial, maupun terhadap faktor sosial yang dilekatkan pada partai atau calon tertentu. Harus sudah terbentuk dalam diri pemilih bahwa dirinya termasuk dalam satu golongan atau segmen sosial tertentu, sekaligus terbentuk persepsi dari diri yang bersangkutan bahwa partai atau figur tertentu juga diidentikkan dengan kelompok atau segmen sosial yang sama

dengan diri mereka”.

Menurut Adman Nursal (2004:59) mazhab ini menggarisbawahi adanya sikap politik para pemberi suara yang menetap, teori ini dilandasi oleh sikap dan sosialisasi. Sikap seseorang sangat mempengaruhi perilaku politiknya. Terbentuknya persepsi dan sikap ini diawali dengan proses sosialisasi yang panjang yang membentuk ikatan yang kuat dengan partai politik dan menimbulkan identifikasi tanpa disadari.

(16)

pendekatan ini saling terkait dengan pendekatan sosiologis dimana identifikasi partai berkaitan dengan pengelompokan sosial.

Berdasarkan konsep tindakan komunikasi Dann Nimmo dalam Adman Nursal (2004:61) menyebut pemilih yang dipengaruhi oleh faktor identifikasi ini sebagai pemberi suara reaktif. Nimmo mengasumsikan bahwa,

“manusia beraksi terhadap rangsangan secara pasif dan

terkondisi, perilaku pemberi suara dibentuk oleh faktor jangka panjang terutama faktor sosial. Pengelompokan sosial dan demografi berkorelasi dengan identifikasi partai. Hal ini karena karakter kelompok sosial dan demografi dimana pemilih berada memberi pengaruh sangat penting dalam proses pembentukan ikatan emosional pemilih dengan simbol-simbol partai. Simbol-simbol kelompok dan ikatan kesejarahan dapat melekat pada simbol-simbol partai sehingga tercipta identifikasi”.

Faktor emosional sangat menentukan pembentukan perilaku pemilih dalam pendekatan ini, yang melibatkan peran keluarga dan lingkungan sekitar individu yang berperan aktif dalam proses sosialisasinya. Dalam hal ini, pola hubungan yang merupakan bentukan budaya juga mempengaruhi emosional pemilih seperti halnya tokoh panutan yang menimbulkan identifikasi. Gerungan dalam Adman Nursal (2004 :59-60) menyebutkan bahwa identifikasi adalah dorongan untuk identik dengan orang lain yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang dianggapnya ideal dalam suatu segi. Sehingga faktor ketokohan juga berpengaruh kuat dalam membentuk perilaku pemilih.

(17)

proses sosialisasi yang melahirkan ikatan emosional (identifikasi) yang mengarahkan tindakan politik seseorang dalam suatu pemilihan. Indikator yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh pendekatan ini adalah sebagai berikut :

1. Ketokohan, dilihat dari perasaan emosional pemilih yang melandasi pilihannya dengan mempertimbangkan identitas atau ketokohan calon (atau tokoh dibelakang calon) dan tokoh-tokoh panutan yang dihormati oleh pemilih.

2. Identifikasi Partai, yang dilihat dari kesamaan pandangan responden dengan anggota keluarganya terhadap pilihan tertentu serta adanya kesamaan antara partai yang dipilih dengan partai yang dikagumi.

3.3 Pendekatan Rasional (Ekonomis)

Jika pendekatan psikologis menjelaskan adanya pemilih tetap, sebagian pemilih juga ada yang merubah pilihannya dari pemilu ke pemilu lainya. Peristiwa-peristiwa politik tertentu bisa merubah preferensi pilihan politik seseorang, hal inilah yang dijelaskan oleh pedekatan rasional. Adman Nursal (2004:64) menyebutkan bahwa

(18)

Pengaruh isu dan kandidat itu antara lain berkaitan erat dengan peristiwa sosial, ekonomi dan politik tertentu yang kontekstual dengan pemilihan yang bersangkutan, sementara pendekatan rasional terhadap kandidat bisa didasarkan pada kedudukan, informasi, prestasi dan popularitas pribadi bersangkutan dalam berbagai bidang kehidupan. Kualitas kandidat memiliki dua variabel, yakni kualitas instrumental yaitu tindakan yang diyakini pemilih akan direalisasikan oleh kandidat bila telah menang dalam pemilihan, dan variabel kualitas simbolik, yaitu kualitas kepribadian seseorang yang berkaitan dengan integritas diri, ketegasan, ketaatan pada norma dan aturan, kebaikan, sikap merakyat dan sebagainya.

Pendekatan rasional mengantarkan pada kesimpulan bahwa para pemilih benar-benar rasional. Para pemilih melakukan penilaian yang valid terhadap tawaran partai. Berdasarkan tindakan komunikasi dalam Adman Nursal (2004:66) Nimmo menggolongkan para pemilih ini sebagai pemberi suara yang rasional. Pemilih rasional ini memiliki motivasi, prinsip, pengetahuan dan mendapatkan informasi yang cukup. Tindakan mereka bukanlah karena faktor kebetulan dan kebiasaan, bukan untuk kepentingan sendiri melainkan untuk kepentingan umum menurut pikiran dan pertimbangan logis.

(19)

1. Orientasi Visi Misi yang diukur dari pengatahuan dan pemahaman serta ketertarikan pemilih terhadap program yang ditawarkan calon.

2. Orientasi Kandidat yang diukur dari kualitas kandidat meliputi kedudukan, informasi, prestasi dan popularitas pribadi bersangkutan dalam berbagai bidang kehidupan terkait kompetensinya dalam merealisasikan program yang ditawarkan.

3. 4 Pendekatan Marketing

Dalam Adman Nursal (2004:69-71) menurut pendekatan yang dikembangkan oleh Newman dan Sheth ini terdapat tujuh domain kognitif terpisah dan berbeda yang mempengaruhi perilaku pemilih yakni :

a. Isu dan kebijakan politik (issues and policies), merepresentasikan kebijakan atau program yang diperjuangkan dan dijanjikan oleh partai atau kandidat politik jika menang kelak.

b. Citra sosial (social imagery), menunjukkan stereotif kandidat atau partai (citra kandidat atau paratai di mata pemilih) untuk menarik pemilih dengan menciptakan asosiasi antara kandidat atau partai dengan segmen-segmen tertentu dalam masyarakat.

(20)

d. Citra kandidat (candidate personality), mengacu pada sifat-sifat pribadi yang penting yang dianggap sebagai karakter kandidat. e. Peristiwa mutakhir (current events), mengacu pada himpunan

peristiwa, isu, dan kebijakan yang berkembang menjelang dan selama kampanye.

f. Peristiwa personal (personal events), mengacu pada kehidupan peribadi dan peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh seorang kandidat.

g. Faktor-faktor epistemic (epistemic issues), isu-isu pemilihan yang spesifik yang dapat memicu keingintahuan para pemilih tentang hal-hal baru.

Pendekatan ini merupakan bentuk strategi baru dalam menjaring suara dalam pemilihan, dimana fokus pendekatan ini melihat pemilihan langsung sebagai pasar yang didalamnya setiap kontestan harus mampu menguasai perilaku konsumen (pemilih) dan mampu menawarkan segala hal yang menjadi kebutuhan konsumen.

(21)

a. Pendekatan Sosiologis b. Pendekatan Psikologis c. Pendekatan Rasional

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga model atau pendekatan perilaku pemilih yang terdiri atas pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan rasional. Kemudian akan diukur besarnya pengaruh dari ketiga faktor atau variabel ini terhadap perilaku pemilih dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat Tahun 2009. Hal ini dikarenakan pendekatan ini harus disesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian yang berada di pedesaan sehingga tendensi memilih lebih mengarah pada ketiga pendekatan tersebut dan objek penelitian yakni pemilihan peratin atau setingkat kepala desa, dimana pendekatan marketing tidak begitu ditampakkan oleh kontestan mengingat ruang lingkupnya tidak terlalu luas dan faktor kultur dalam masyarakat masih mendominasi.

B. Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih di Indonesia

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi perilaku pemilih di Indonesia. Seperti halnya orientasi pemilih yang terdiri atas beberapa faktor sebagaimana dijelaskan dalam Adman Nursal (2004:80-98) dibawah ini diantaranya adalah:

a. Orientasi agama

(22)

pemilih dalam menjalankan ibadah diperkuat oleh penelitian Afan Gaffar terhadap perilaku pemilih di pedesaan Jawa dan penelitian Suwondo terhadap perilaku pemilih masyarakat perkotaan Bandar Lampung.

Korelasi ini dapat dilihat dimana terdapat kecenderungan yang kuat dukungan kaum santri terhadap partai islam, untuk itu dapat disimpulkan bahwa orientasi sosio religious mempunyai korelasi nyata terhadap perilaku pemilih, khususnya pemilih Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada tahun 1992. Meskipun pasca orde baru korelasi antara sosio religious dan pilihan politik mencair, penelitian Liddle dan Saiful Mujani (Kompas, 1 September 2000) menyimpulkan bahwa antara perbedaan agama diantara pemilih mempunyai korelasi signifikan, walaupun lemah, terhadap perbedaan pemilihan partai.

b. Kelas sosial dan Kelompok sosial lainnya

(23)

c. Faktor kepemimpinan dan Ketokohan

Pemimpin dapat dibedakan menjadi pemimpin formal (resmi) dan pemimpin informal yang biasa disebut tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama. Garis kepemimpinan menjadi salah satu hal yang dapat menentukan piliah seseorang dalam pemilihan langsung. Baik pemimpin formal maupun informal, memiliki kekuatan untuk menggerakkan masyarakat mencapai tujuan tertentu, termasuk mempengaruhi perilaku pemilih.

Dalam Adman Nursal (2004:91) disebutkan bahwa peranan kepala desa, kepala kelurahan dan sosok-sosok pemimpin desa lainnya diperkirakan masih tetap memiliki pengaruh signifikan dalam mempengaruhi perilaku warga desa. Pengaruh ini akan terlihat nyata dilingkungan pedesaan yang jauh dari perkotaan. Dalam Ramlan Surbakti (1992:146) disebutkan bahwa kepemimpinan tradisional memang menjadi salah satu pertimbangan dalam melihat perilaku pemilih di beberapa negara berkembang.

d. Faktor identifikasi

(24)

memfokuskan pilihan pada partai, identifikasi menjadi faktor penting untuk memahami perilaku pemilih.

e. Orientasi isu

Pada pemilu era reformasi, faktor isu dan program memberi pengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih, terutama pada pemilih kalkulatif. Disamping karena besarnya perhatian masyarakat terhadap persoalan yang dihadapi bangsa, strategisnya faktor isu disebabkan juga oleh kebebasan setiap partai politik atau kandidat untuk mengemas isu dan programnya. Pada umumnya penguatnya pengaruh faktor isu ini disebabkan oleh meningkatnya pendidikan atau daya kritis masyarakat.

f. Orientasi kandidat

Dalam pemilihan langsung, calon yang berasal dari unit wilayah pemilihan bersangkutan, tentunya lebih dikenal oleh para pemilih. Faktor kandidat ini akan memberi pengaruh besar terhadap perilaku pemilih. Hal ini juga dijelaskan dalam beberapa pendekatan bahwa social imagery kandidat menjadi hal yang diperhitungkan oleh pemilih. terutama didaerah pedesaan, bagi kandidat kepala desa, personality candidat juga menjadi hal yang penting sebagai referensi utama bagi pemilih.

g. Kaitan dengan peristiwa

(25)

pemilihtidak selalu mempunyai cakupan nasional. Peristiwa-peristiwa lokal tertentu sangat mempengaruhi perilaku pemilih di tingkat lokal. Peristiwa lokal seringkali hanya dipahami oleh masyarakat lokal setempat dan berbeda karakternya denagn peristiwa nasional. Terutama dalam pemilihan kepala desa, hal-hal mendasar mengenai integritas desa, peristiwa yang menyentuh kepentingan dasar bagi suatu desa akan menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk memutuskan pilihan.

Beberapa hal inilah yang banyak mempengaruhi pemilih dalam memutuskan pilihan dalam pemilihan langsung di Indonesia. Beberapa aspek di atas juga dapat ditemukan pada perilaku pemilih masyarakat Pekon Kuripan dalam pemilihan peratin tahun 2009.

C. Tinjauan Tentang Pemilihan PeratinPekon

1. Definisi Pemilih

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 68 disebutkan bahwa pemilih adalah warga negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara pemilihan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih.

(26)

a. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;

b. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Seorang warga negara Republik Indonesia yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat menggunakan hak memilihnya. Sementara dalam Ketentuan umum Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 15 Tahun 2006 disebutkan bahwa pemilih adalah penduduk pekon yang bersangkutan dan telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak pilihnya. Sedangkan yang dimaksud dengan hak pilih adalah hak yang dimiliki pemilih untuk menentukan setiap pilihannya.

Pada Pasal 22 ayat (2) dan (3) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 15 Tahun 2006 disebutkan pula bahwa seseorang pemilih hanya memberikan suaranya kepada 1 (satu) orang calonyang berhak dipilih dan soerang pemilih yang berhalangan hadir karena suatu alasan tidak dapat diwakilkan.

2. Definisi PeratinPekon

Dalam ketentuan umum Perda Kabupaten Lampung Barat Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Pemilihan dan Penetapan Peratin, disebutkan bahwa peratin adalah Kepala Pekon dalam Kabupaten Lampung Barat, sementara Pekon merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

(27)

berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa peratin merupakan pemimpin dalam suatu kesatuan masyarakat yang disebut Pekon.

Sementara Peratin sebagaimana layaknya kepala desa berkedudukan sebagai perangkat pekon, dengan beberapa tugas, kewenangan, kewajiban dan hak sebagaimana kepala desa. Hal ini tercantum dalam PP No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa pada Pasal 14 yang menyebutkan bahwa:

(1) Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa mempunyai wewenang :

(1) memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;

(2) mengajukan rancangan peraturan desa;

(3) menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;

(4) menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

(5) membina kehidupan masyarakat desa; (6) membina perekonomian desa;

(7) mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; (8) mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

(9) melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan pada Pasal 15 dijelaskan bahwa :

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Kepala Desa mempunyai kewajiban:

(28)

Kesatuan Republik Indonesia;

b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; d. melaksanakan kehidupan demokrasi;

e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;

f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;

g. menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;

h. menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik; i. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan

keuangan desa;

j. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa; k. mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;

l. mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;

m. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;

n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup;

(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.

Peratin merupakan pemimpin pekon yang juga merupakan tokoh sentral di

(29)

3. Definisi Pemilihan Peratin Pekon

Menurut Sadu Wasistiono (2006:32) Pemilihan kepala desa atau yang disebut dengan nama lain merupakan hak asal usul yang merupakan kewenangan asli desa, sebagai bentuk pelaksanaan demokrasi yang paling hakiki.

Pemilihan kepala desa sebagaimana pemilihan langsung pada umumnya merupakan mekanisme demokrasi dalam rangka rekruitmen pemimpin dimana masyarakat memiliki hak dan kebebasan untuk memilih calon-calon yang didukungnya, melalui pemilihan ini, legitimasi pemerintah dikukuhkan, karena pemilihan langsung merupakan hasil pilihan warga yang berdaulat. Jadi yang dimaksud dengan Pemilihan Peratin Pekon adalah mekanisme demokrasi ditingkat pekon dalam rangka rekruitmen pemimpin dimana masyarakat pekon memiliki hak dan kebebasan untuk memilih calon peratin yang didukungnya.

(30)

a. Langsung, adalah setiap pemilih secara langsung memberikan suaranya tanpa perantara dan tak dapat diwakilkan.

b. Umum, pemilihan itu berlaku bagi seluruh warga yang memenuhi persyaratan.

c. Bebas, warga Negara yang berhak memilih dapat menggunakan haknya dan melakukan pemilihan menurut hati nuraninya tanpa adanya pengaruh, tekanan, dan paksaan dari orang lain.

d. Rahasia, pilihan setiap pemilih dijamin kerahasiaannya.

e. Jujur, dalam penyelenggaraan pemilihan penyelenggara, pemilih dan seluruh yang terlibat dalam proses pemilihan harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan pertaturan perundangan yang berlaku. f. Adil, setiap pemilih dan peserta pemilihan mendapat perlakuan yang

sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

Pencalonan Peratin ini harus memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang disebutkan dalam Perda Kabupaten Lampung Barat Nomor 15 Tahun 2006 Pasal 9 ayat 1 bahwa yang dapat dipilih menjadi Peratin adalah Penduduk Pekon Warga Negara Republik Indonesia yang:

a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa.

b. Setia dan taat kepada Pancasila, undang-undang dasar 1945, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia;

c. Tidak terlibat langsung atau tidak dalam kegiatan yang mengkhianati Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945;

d. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau sederajat dan khusus untuk Pekon sebagai ibukota kecamatan sekurang-kurangnya SLTA/sederajat.

e. Berumur sekurang-kurangnya 25 tahun dan setingginya 60 tahun; f. Sehat Jasmani dan rohani;

g. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa dan ingatannya h. Berkelakuan baik, jujur dan adil;

i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana; j. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum tetap;

k. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Pekon setempat; l. Bersedia dicalonkan menjadi Peratin;

(31)

pemilihan, serta pengesahan dan penetapan dimana rangkaian ajang demokrasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan pemimpin yang representatif dan berkualitas.

D. Kerangka Pikir

Perilaku pemilih merupakan tindakan individu dalam memberikan suara pada pemilihan langsung, dimana hal ini menyangkut keputusan individu untuk menjatuhkan pilihan kepada kandidat atau partai tertentu yang dianggap tepat untuk menduduki jabatan politis tertentu. Dalam kehidupan politik masyarakat desa terutama menyangkut perilaku pemilih dalam pemilihan kepala desa, dalam hal ini pemilihan peratin pekon, banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan diantaranya visi misi calon, dan kualitas kandidat, faktor budaya (sosio cultural) dan peran pemimpin tradisional juga merupakan hal yang perlu diperhatikan disamping beberapa faktor umum lainnya.

(32)

1. Faktor sosiologis yang diukur dari pengelompokan sosial dan karakteristik sosial.

2. Faktor psikologis yang diukur dari indikator ketokohan.

3. Faktor rasional yang diukur dari orientasi visi dan misi serta orientasi kandidat.

Dengan 5 (lima) indikator dari ketiga faktor perilaku pemilih tersebut, penelitian ini mencoba menggambarkan dan menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pemilih dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Tahun 2009 dan seberapa besar pengaruh dari ketiga faktor tersebut.

[image:32.595.130.510.401.594.2]

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dibuat bagan kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Pikir 1. Faktor Sosiologis

a. Pengelompokan sosial b. Karakteristik sosial

3. Faktor Rasional

d. Orientasi Visi dan Misi e. Orientasi Kandidat 2. Faktor Psikologis

(33)

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas maka peneliti mencoba merumuskan hipotesis bahwa diduga faktor sosiologis, psikologis dan rasional pemilih berpengaruh terhadap Perilaku pemilih. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

- Ho : Faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor rasional pemilih

tidak berpengaruh terhadap perilaku pemilih dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat Tahun 2009.

- Ha : Faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor rasional pemilih

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode penelitian menurut M. Nazir (1999:51) adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian, termasuk alat yang digunakan untuk mengukur maupun mengumpulkan data, serta bagaimana melakukan penelitian di lapangan. Penelitian ini bertujuan menjelaskan atau menggambarkan hubungan sebab akibat sehingga menggunakan metode eksplanatif kuantitatif.

(35)

Metode kuantitatif digunakan dalam pengolahan dan penyajian data dalam penelitian ini, dimana menurut Arikunto (2002:10), Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan hasilnya. Oleh sebab itu, pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila disertai tabel, grafik, dan bagan. Dalam penelitian ini, kuesioner merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data dan sesuai dengan tujuan penelitian yang menunjukkan hubungan sebab akibat dimana faktor sosiologis, psikologis dan rasional pemilih berdampak atau berpengaruh terhadap perilaku pemilih, sehingga penelitian ini menggunakan metode eksplanatif kuantitatif.

B. Variabel Penelitian

Adapun variabel penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen (X)

Variabel Independent adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah :

Variabel X1 : Faktor sosiologis

Variabel X2 : Faktor Psikologis

Variabel X3 : Faktor Rasional

2. Variabel Dependen (Y)

(36)

dependent adalah perilaku pemilih dalam pemilihan peratin Pekon

Kuripan.

C. Definisi Konseptual

Definisi konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya meliputi:

1. Perilaku Pemilih adalah tindakan politik seseorang dalam memberikan suara pada pemilihan umum yang meliputi keputusan untuk memilih kandidat tertentu terkait faktor sosiologis, faktor psikologis, dan faktor rasional pemilih.

2. Pemilihan Peratin Pekon adalah mekanisme demokrasi ditingkat pekon dalam rangka rekruitmen pemimpin dimana masyarakat pekon

memiliki hak dan kebebasan untuk memilih calon peratin yang didukungnya.

(37)

D. Definisi Operasional

M. Nazir (1999:152) menyatakan bahwa, definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional digunakan sebagai petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Adapun indikator-indikator terkait faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih adalah sebagai berikut:

a. Faktor Sosiologis, merupakan pendekatan yang melihat latar belakang pilihan atas calon tertentu ditentukan oleh karakteristik dan pengelompokan sosial pemilih, dengan indikator sebagai berikut:

1. Pengelompokkan sosial dilihat dari hubungan pertemanan, kekeluargaan dan kekerabatan dengan calon peratin serta keanggotaannya dalam kelompok sosial lainnya yang memungkinkan responden memiliki pemahaman yang dapat mempengaruhi orientasi dan pilihannya dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Tahun 2009.

(38)

b. Faktor Psikologis, yaitu pendekatan yang melihat perilaku pemilih sebagai bentukan dari proses sosialisasi yang melahirkan ikatan emosional (identifikasi) yang kemudian mengarahkan tindakan politik seseorang dalam suatu pemilihan, dengan indikator sebagai berikut:

1. Ketokohan, yang diukur dari keterikatan emosional pemilih terhadap tokoh tertentu baik calon ataupun tokoh-tokoh pendukung calon yang akan dipilih yang dirasakan dekat atau memiliki kharisma yang kuat ditengah masyarakat serta saran atau pilihan tokoh panutan yang dihormati oleh pemilih.

c. Pendekatan Rasional, yaitu pendekatan yang mengkaji perilaku pemilih yang menekankan orientasi utama dari pemilih, yakni orientasi isu dan orientasi kandidat, dengan indikator sebagai berikut:

1. Orientasi Visi Misi yang diukur dari pengatahuan dan pemahaman serta ketertarikan pemilih terhadap program yang ditawarkan calon peratin.

2. Orientasi Kandidat yang diukur dari kualitas kandidat meliputi latar belakang pendidikan dan kedudukan sosial ekonomi calon peratin.

(39)

pengelompokan sosial, karakteristik sosial, ketokohan, orientasi visi misi dan orientasi kandidat.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat. Adapun alasan penentuan lokasi ini adalah disesuaikan dengan tujuan penelitian, yakni untuk mengetahui perilaku pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat, dimana lokasi penelitian yang merupakan wilayah pedesaan dengan nilai-nilai adat yang melekat kuat dalam keseharian masyarakatnya, sehingga menarik untuk dilihat bagaimana polarisasi masyarakat yang juga telah mendapat pencerahan politik pasca reformasi terkait perilaku memilihnya, terutama dalam pemilihan peratin yang merupakan bentuk demokrasi yang hakiki. Dengan demikian data dan informasi yang diperlukan tersedia pada lokasi ini.

F. Populasi Penelitian

(40)

hak pilih dalam pemilihan peratin ini hanya 472 orang. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini berjumlah 472 orang.

Tabel 2. Distribusi DPT yang Memilih dan Tidak Memilih pada Pemilihan Peratin Pekon Kuripan Tahun 2009

Sumber: Data Primer (wawancara dengan Sekretaris Pekon Kuripan)

G. Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

Menurut Arikunto (2002:109), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk menghitung jumlah sampel dalam penelitian ini digunakan rumus perhitungan sampel yang dikemukakan oleh Husein Umar (1998: 108 ) yakni sebagai berikut:

Keterangan:

n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih ditolelir

Untuk mendapatkan jumlah sampel berdasarkan rumus di atas maka perhitungannya adalah sebagai berikut:

N = 472, Populasi berjumlah 472 merupakan keseluruhan masyarakat Pekon Kuripan yang telah memiliki dan menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat Tahun 2009.

No. DPT Jumlah %

1. Yang memilih 472 84,3 %

2. Yang tidak Memilih 88 15,7 %

Jumlah 560 100 %

2 1 Ne

N n

(41)

e = ditetapkan 0,1 yaitu penyimpangan dalam pemakaian sampel sebesar 10%, 1 = Bilangan Konstanta

Dengan demikian diketahui besarnya jumlah sampel sebagai berikut:

2 ) 1 . 0 ).( 472 ( 1 472   n ) 01 . 0 ).( 472 ( 1 472   n 517 , 82 

n dibulatkan menjadi 83

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 83 orang yang telah memiliki hak pilih dan menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Tahun 2009. Selanjutnya teknik pengambilan sampel atau proses penyebaran sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling. Dimana dari jumlah DPT yang ada diambil 83 orang responden secara acak.

H. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan dua sumber, yakni data primer dan data sekunder.

(42)

banyak digunakan pada masa prariset untuk melihat pola perilaku masyarakat secara umum.

2. Data sekunder, yaitu sumber data kedua setelah sumber data primer. Data ini diperoleh dari berbagai bahan bacaan, dalam penelitian ini diperoleh dari Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 2005 tentang Desa, Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lampung Barat Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Pemilihan dan Penetapan Peratin, jurnal administratio (2009), artikel kajian bulanan LSI, monografi dan profil Pekon Kuripan Tahun 2009 dan buku-buku dan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kajian perilaku pemilih sebagai referensi.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari : 1. Kuesioner

(43)

2. Wawancara

Teknik wawancara atau interview merupakan suatu bentuk percakapan yang bertujuan memperoleh informasi lebih dalam mengenai masalah penelitian. Dengan menggunakan teknik wawancara tidak berstruktur, peneliti mencoba menggali permasalahan mengenai alasan masyarakat memilih calon tertentu untuk melihat pola perilakunya, namun kegiatan wawancara ini lebih banyak dilakukan pada prariset (tanggal 25 sampai dengan 27 September 2009).

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan menelusuri, membaca, memahami beberapa hasil penelitian baik berupa buku-buku tentang perilaku pemilih, peraturan hukum (Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang desa, profil pekon dan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat No. 15 Tahun 2006 Tentang Pemilihan dan Penetapan Peratin, jurnal (jurnal administrasio vol.3 ed.6 tahun 2009), skripsi atau hasil penelitian terdahulu serta beberapa artikel untuk mengetahui teori, konsep, dan dasar hukum serta data-data yang diperlukan atau berkaitan dengan masalah penelitian.

J. Teknik Pengolahan Data

(44)

disebar kepada responden, dengan demikian pada item jawaban kuesioner yang disebar kepada responden telah tertera skor jawaban, hal ini mempermudah peneliti dalam pengolahan data pada tahap berikutnya.

2. Editing, pemeriksaan atau pengecekan kuesioner yang terkumpul dari lapangan, yaitu meliputi kelengkapan dan kejelasan jawaban yang didapat dari lapangan. Pada kuesioner terdapat pertanyaan yang saling terkait sehingga editing sangat diperlukan, karena dari kuesioner yang terkumpul ditemukan jawaban beberapa responden yang kurang memahami keterkaitan soal dan jawaban tersebut.

3. Tabulasi, yaitu memasukan data yang telah melalui tahap editing ke dalam suatu tabel. Tabulasi dilakukan pada data hasil kuesioner yang telah dikategori dengan skor jawaban, sehingga tidak ada tahap koding sebelum tabulasi, kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam tabel (entry data pada program SPSS) kemudian data diolah menggunakan program SPSS 14 untuk melihat besaran nilai korelasi dan regresinya.

(45)

K. Teknik Penentuan Skor

Skala pengukuran yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Menurut Sugiyono (2009:93) skala Likert dipergunakan untuk mengukur persepsi, pendapat, sikap, serta penilaian seseorang terhadap fenomena sosial. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data langsung dari responden dilakukan dengan memberikan daftar kuesioner. Dalam kuesioner ini setiap pertanyaan yang diajukan memuat 5 (lima) alternatif jawaban yang diberikan skor 1, 2, 3, 4, dan 5 yang menggunakan ukuran berdasarkan skala Likert. Skor yang diberikan pada tiap item jawaban kuesioner ini menunjukkan bobot nilai dari pilihan jawaban tersebut.

Sementara untuk menentukan interval digunakan rumus interval yang kemukakan oleh Sutrisno Hadi (1986:45) yakni:

Keterangan :

I = Interval Nilai Skor Nt = Nilai Tertinggi Nr = Nilai Terendah K = Kategori Jawaban

L. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas instrumen merupakan dua hal yang sangat penting dalam suatu penelitian ilmiah, karena kedua hal tersebut merupakan karakter utama yang menunjukkan apakah suatu alat ukur dapat dikatakan baik atau

K Nr Nt

(46)

tidak. Validitas dan reliabilitas instrumen perlu diketahui sebelum digunakan dalam pengambilan data agar kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya.

1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Arikunto (2002:144), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu alat dikatakan valid apabila memberikan data ukurnya dan gambaran yang cermat sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran. Uji validitas adalah untuk menguji kualitas item yang dipergunakan dalam penelitian ini. Untuk mengukur tingkat validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus Korelasi Product Moment, sebagaimana yang dinyatakan oleh Sugiyono (2009:183), yaitu:

Keterangan:

r xy = nilai koefisien korelasi

x = total skor untuk variabel bebas (x) y = total untuk variabel terikat

xy = total untuk variabel x dan y n = jumlah responden

x2 = Hasil perkalian kuadrat total skor bebas (x) y2 = Hasil perkalian kuadrat total variabel terikat (y)

Apabila nilai rxy (r hitung) lebih besar daripada r tabel, maka item soal

tersebut dapat dikatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen

  



2 2 2 2

y )

(

-y

n

x)

(

-x

n

y

x

-xy

n

xy

(47)

penelitian. Tapi, jika nilai rxy (r hitung) lebih kecil daripada r tabel maka

item soal tersebut dapat dikatakan tidak valid artinya tidak dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menurut Arikunto (2002:154) adalah suatu instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat ukur data karena intrumen tersebut sudah baik. Sementara instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas instrument menggunakan rumus alpha (α) sebagai berikut:

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya jumlah pertanyaan 21 = Varians total

2b = Jumlah varians butir

Kemudian diinterpretasikan dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3. Nilai Interpretasi Reliabel

Sumber: M.Tatang Arifin (1995:67)

Besarnya Nilai r Interpretasi

Antara 0.800 sampai dengan 1.00 Sangat Reliabel Antara 0.600 sampai dengan 0.800 Reliabel Antara 0.400 sampai dengan 0.600 Cukup Reliabel Antara 0.200 sampai dengan 0.400 Agak Reliabel Antara 0.000 sampai dengan 0.200 Kurang Reliabel

(48)

M. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul, dimana tujuan dari analisis data adalah untuk menyusun dan menginterpretasikan data (kuantitatif) yang sudah diperoleh. Analisis data dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS 14. Adapun teknik analisis data sebagai berikut:

1. Uji Parsial

Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel X terhadap variabel Y yaitu mengetahui masing-masing pengaruh Faktor sosiologis (X1), Faktor psikologis (X2) dan Faktor rasional (X3) terhadap

perilaku pemilih (Y) secara terpisah.

a. Uji korelasi

Uji korelasi, yakni untuk mengetahui nilai penghubung atau korelasi antara dua variabel yang diteliti. Nilai koefisien atau indeks korelasi digunakan sebagai pedoman untuk menentukan ada tidaknya korelasi, bagaimana arah hubungan dan besarnya hubungan yang terjadi antar kedua variabel.

Rumus koefisien korelasi Pearson adalah sebagai berikut:

(49)

Keterangan:

r xy = nilai koefisien korelasi

x = total skor untuk variabel bebas (x) y = total untuk variabel terikat

xy = total untuk variabel x dan y n = jumlah responden

x2 = Hasil perkalian kuadrat total skor bebas (x) y2 = Hasil perkalian kuadrat total variabel terikat (y)

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap nilai koefisien yang diperoleh, maka digunakan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 4. Nilai Koefisien Korelasi.

Nilai Koefisien Penjelasan

+ 0,70 – ke atas Hubungan positif yang sangat kuat + 0,50 – + 0,69 Hubungan positif yang kuat

+ 0,30 – + 0,49 Hubungan positif yang sangat sedang + 0,10 – + 0,29 Hubungan positif yang tak berarti 0,00 Tidak ada hubungan

-0, 01 – -0,09 Hubungan negatif tidak berarti -0,10 – -0,29 Hubungan negatif tidak rendah -0,30 – -0,49 Hubungan negatif tidak sedang -0,50 – -0,69 Hubungan negatif tidak kuat

-0,70 – -ke bawah Hubungan negatif tidak sedang kuat Sumber Burhan Bungin 2005: 184.

Setelah koefisien korelasi ditemukan maka akan diuji signifikansi hubungan, apakah hubungan yang ditemukan tersebut berlaku untuk seluruh populasi, digunakan rumus uji signifikansi korelasi product moment yaitu:

2

1

3

p p

r

n

r

t

(50)

Keterangan:

r = koefisien korelasi parsial n = jumlah sampel

Adapun taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95 % sehingga tingkat signifikannya sebesar 5%.

b. Uji Regresi

Regresi digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel X dengan variabel Y. Adapun rumus regresi linier sederhana (Sugiyono, 2009: 188) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Nilai variabel bebas yang diramalkan a = Konstanta bila harga X = 0

b = Koefisien regresi

x = Nilai variabel independen

2. Uji Berganda

Uji Berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh X terhadap variabel Y secara bersama-sama yaitu mengetahui pengaruh faktor sosiologis (X1),

faktor psikologis (X2) dan faktor rasional (X3) terhadap perilaku pemilih

(Y) secara bersamaan. a. Uji Korelasi Ganda

Rumus uji korelasi ganda yang digunakan sebagai berikut: Y = a + bx

(51)

Keterangan:

Ryx1x2 = korelasi antar X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y

ryx1 = korelasi product moment antara X1 dengan Y

ryx2 = korelasi product moment antara X2 dengan Y

rx1x2 = korelasi product moment antara X1 dengan X2

Setelah diketahui nilai korelasi gandanya maka diuji signifikansinya dengan rumus uji F yakni sebagai berikut:

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independen n = Jumlah anggota sampel

b. Uji Regresi Ganda

Rumus uji regresi ganda yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan : a = konstanta

b1 = Koefisien regresi

X1= Nilai variabel X1

X2= Nilai variabel X2

X3= Nilai variabel X3

Koefisien regresi yang didapat kemudian dilakukan uji statistik dengan uji F dengan rumus sebagai berikut:

1

/

1

/ 2 2     k n R k R Fh

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

2

(52)

Keterangan:

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas R2= koefisien determinan

3. Uji Normalitas dan Uji Linearitas

Teknik Korelasi Product Moment membutuhkan pemenuhan asumsi dasar yakni hubungan antara varabel X dan variabel Y merupakan hubungan linear dan bentuk distribusi variabel X dan variabel Y adalah mendekati atau berdistribusi normal. Hal ini dimaksudkan agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya. Untuk memenuhi persyaratan statistik parametris dimana data baik variabel dependen ataupun independen harus berdistribusi normal maka dari model regresi yang dihasilkan dilakukan uji normalitas dengan menggunakan kurva normal P-P Plot of regression standarized residual.

Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Santoso, 2004:214):

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar menjauhi garis diagonal dan atau tidak

mengikutiarah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

(53)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Pemilihan Peratin Pekon Kuripan

Pekon Kuripan merupakan salah satu dari sebelas pekon yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat. Sejak masa sebelum kemerdekaan, Pekon Kuripan telah menjadi bagian dari marga Pugung Tampak. Marga merupakan kelompok masyarakat hukum adat. Pembagian wilayah marga kemudian ditetapkan melalui SK Gubernur Lampung Nomor G/362/B.II/HK/1996. Setiap marga dipimpin oleh seorang Saibatin. Pada zaman pendudukan Inggris, Belanda hingga Jepang, urusan administrasi marga dipegang oleh seorang Pesirah yang sebagian besar adalah Saibatin. Marga membawahi beberapa

pekon yang dipimpin oleh peratin.

(54)

dalam hal pergantian peratin serta peratin merupakan institusi tunggal dalam menjalankan pemerintahan pekon karena belum terdapat lembaga lain seperti (LKMD dan lainnya). Jelas bahwa nama peratin dan pekon telah digunakan sejak sebelum kemerdekaan. Orang-orang yang ditunjuk menjadi peratin merupakan mereka yang memiliki kedekatan dengan pemerintahan Belanda pada masa itu. Beberapa nama yang telah menjabat sebagai peratin Pekon Kuripan sejak masa sebelum kemerdekaan diantaranya Ibrahim, Dahlan, Muh. Arfan Dani (Saibatin Pekon), Ahmad Dani (anak dari Muh. Arfan Dani) gelar Radin Tarja, Muh.Ali Hanafiah Arda (anak dari Ahmad Dani), Salbi, Muh.Ali Hanafiah Arda gelar Raja Batin Nursiwan menjabat untuk kedua kalinya, Jamhuri, Fathul Chorib, Alkat Syefrilda, M. Nadirsyah, S.E (anak dari Muh. Ali Hanafiah Arda) gelar Raja Khalifah Alam (sekarang).

Sumber: wawancara dengan tokoh masyarakat (Bpk. Abdullah Radin) Pekon Kuripan Tanggal 13 Maret 2010

(55)

Tahun 1979 dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut tidak hanya dalam hal istilah yang mengalami perubahan beberapa ketentuan lain juga berubah seperti halnya masa jabatan, kewenangan dan lain-lain. Nama pekon dan peratin mulai dipakai kembali sejak diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 hingga sekarang dengan lembaga legislatif pekon yang disebut LHP (Lembaga Hippun Pemekonan).

Dari paparan mengenai nama-nama yang pernah menjabat sebagai eksekutif Pekon Kuripan, terutama pada masa sebelum kemerdekaan, posisi tokoh adat berpeluang besar untuk diangkat menjadi peratin. Pada Pemilihan peratin tahun 2009, tokoh dengan latar belakang adat kembali terpilih. Namun demikian hal ini cukup berbeda dari mekanisme pengangkatan, karena melalui proses pemilihan dan beberapa keunggulan lain yang menyebabkan calon terpilih, diantaranya faktor pendidikan (memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dibanding calon lainnya), faktor usia yang relatif muda, disamping kedudukan sosialnya sebagai tokoh masyarakat yang sangat dihormati.

B. Kondisi Geografis

1. Batas Wilayah Pekon Kuripan

(56)

- Sebelah utara berbatasan dengan Way Pemuluk Kec. Pss. Utara. - Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.

- Sebelah timur berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Barisan. - Sebelah barat berbatasan dengan Pekon Walur Kec. Pesisir Utara.

Sumber: Profil Pekon Kuripan 2009

2. Luas dan Orbitasi Pekon Kuripan

Secara keseluruhan luas wilayah yang dimiliki Pekon Kuripan yaitu 180 Ha yang terdiri atas dataran rendah, pengunungan dan bukit. Sedangkan orbitasi atau jarak tempuh pekon adalah:

- Jarak dari Pekon Kuripan ke Ibukota Kecamatan 1 km - Jarak dari Pekon Kuripan ke Ibukota Kabupaten 75 km - Jarak dari Pekon Kuripan ke Ibukota Provinsi 360 km

Sumber: Profil Pekon Kuripan 2009

3. Iklim dan Keadaan Tanah

Curah hujan rata-rata mencapai 0,3 mm, suhu rata-rata harian 20 oC dan Pekon Kuripan berada pada ketinggian 5 meter dari permukaan laut. Sementara jenis tanah yang ada pada Pekon Kuripan sebagian besar adalah tanah lempungan sehingga cocok untuk aktivitas pertanian dan persawahan penduduk dan sedikit tanah pasir.

(57)

C. Kondisi Demografi

Secara keseluruhan jumlah penduduk Pekon Kuripan adalah 996 orang yang terdiri dari 235 kepala keluarga. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi demografi Pekon Kuripan berikut diuraikan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan suku.

1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk mengetahui gambaran penduduk Pekon Kuripan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Komposisi Penduduk Pekon Kuripan Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 589 59,14%

2. Perempuan 407 40,86%

Jumlah 996 100%

Sumber: Profil Pekon Kuripan Tahun 2009

(58)

2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur

Untuk mengetahui gambaran penduduk Pekon Kuripan berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Komposisi Penduduk Pekon Kuripan Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah Persentase (%)

1. 0-10 tahun 179 17,97%

2. 11-20 tahun 266 26,71%

3. 21-30 tahun 153 15,36%

4. 31-40 tahun 175 17,57%

5. 41-50 tahun 121 12,15%

6. 50 ke atas 102 10,24%

Jumlah 996 100%

Sumber: Profil Pekon Kuripan Tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa golongan umur mayoritas pada penduduk Pekon Kuripan berada pada kelompok umur 11-20 tahun yang berjumlah 26,71% atau 266 orang dan golongan umur minoritas berada pada kelompok umur 50 tahun ke atas yang berjumlah 10,24% atau 102 orang dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada.

3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku

Untuk mengetahui gambaran penduduk Pekon Kuripan berdasarkan suku atau etnis kedaerahan penduduknya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Komposisi Penduduk Pekon Kuripan Berdasarkan Suku

No. Suku Jumlah Persentase (%)

1. Lampung 921 92,47%

2. Jawa 35 3,51%

3. Minang 40 4,02%

Jumlah 996 100%

(59)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas penduduk Pekon Kuripan beretnis Lampung, suku lampung ini merupakan penduduk asli Pekon Kuripan yang berjumlah 92,47% atau 921 orang dari keseluruhan jumlah penduduk. Suku atau etnis lain yang mendiami Pekon Kuripan adalah penduduk pendatang yang terdiri atas suku jawa dan suku minang.

4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Untuk mengetahui gambaran penduduk Pekon Kuripan berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Komposisi Penduduk Pekon Kuripan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Belum sekolah 26 2,61%

2. TK 21 2,11,%

3. SD 304 30,52%

4. SLTP/Sederajat 208 20,88%

5. SMA/Sederajat 367 36,85%

6. Diploma 33 3,31%

7. SI 24 2,41%

8. Tidak sekolah 13 1,31%

Jumlah 996 100%

Sumber: Profil Pekon Kuripan Tahun 2009

(60)

5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Untuk mengetahui gambaran penduduk Pekon Kuripan berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Komposisi Penduduk Pekon Kuripan Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1. Petani 776 77,91%

2. PNS 46 4,62%

3. Nelayan 67 6,73%

4. Wiraswasta 107 10,74%

Jumlah 996 100%

Sumber: Profil Pekon Kuripan Tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa penduduk Pekon Kuripan dominan bermata pencaharian sebagai petani, dengan jumlah penduduk yang berkerja sebagai petani mencapai 77,91% atau 776 orang. Penduduk pekon yang berada di daerah pesisir ini juga ada yang bermata pencaharian sebagai nelayan, wiraswasta dan PNS.

6. Sosial Politik Pekon Kuripan

1. Organisasi Pemerintahan Pekon Kuripan

(61)
(62)
[image:62.842.128.743.143.405.2]

Sumber: Peratin Pekon Kuripan, 2009

Gambar 2. Struktur Organisasi Pemerintahan Pekon Kuripan Kaur Pemerintahan

Banbang Apriansyah

Kaur Umum Efrizal Konedi

Pemangku Selatan Piddin Pemangku Utara

Efrizal Munzir

Peratin M. Nadirsyah, S.E

Juru Tulis M. Syafi’e

Pemangku Tengah Alimuddin

Kaur Pembangunan M. Haswir

63

LHP (Lembaga Hippun

(63)

2. Organisasi Sosial Kemasyarakatan

Beberapa organisasi sosial yang terdapat pada Pekon Kuripan diantaranya:

-. LKPM 1 unit

Jumlah anggota 3 orang

-. PKK 1 unit

Jumlah anggota 5 orang -. Karang Taruna 1 unit Jumlah anggota 25 orang -. Kelompok Tani 7 unit Jumlah anggota 15 orang -. Lembaga adat 1 unit Jumlah anggota 9 orang

7. Sarana dan Prasarana Pekon Kuripan

[image:63.595.168.493.499.715.2]

Beberapa fasilitas umum untuk menunjang kehidupan masyarakat pekon yang terdapat pada Pekon Kuripan diantaranya:

Tabel 10. Sarana dan Prasarana Pekon Kuripan

No. Jenis Nama Jumlah Unit

1 Perkantoran Kantor Peratin 1 2 Pendidikan

SMA/sederajat 2

SLTP/sederajat 3

SD/sederajat 1

3 Peribadatan Masjid 3

Surau/Mushola 4

4 Olahraga Lapangan Bulu Tangkis 1 Lapangan Volley 1

5 Kesehatan Puskesmas 1

6 Transportasi

Jalan aspal 13 km Jalan tanah 3 km Jembatan beton 4

Jembatan kayu 1

(64)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kuripan yang telah memiliki hak pilih (17 tahun keatas atau sudah menikah) dan telah ditetapkan sebagai pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pekon Kuripan tahun 2009 serta telah memberikan suaranya dalam Pilperatin 2009. Adapun jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 83 orang. Berdasarkan kuesioner yang telah disebar dapat diketahui identitas responden sebagai informasi untuk mengetahui karakteristik responden yang mengisi kuesioner. Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan kelompok jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian.

1. Jenis Kelamin

(65)

Tabel 11. Keadaan Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki Perempuan

43 40

51,81 48,19

Jumlah 83 100,00

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner. 2010

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 83 responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 51,81% atau 43 orang responden, sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 48,19% atau 40 orang responden. Dengan demikian responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada responden perempuan.

2. Umur Responden

Umur responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini beragam yaitu berkisar antara umur 17 sampai 61 tahun. Jumlah responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini: <

Gambar

Gambar 1.  Kerangka Pikir
Gambar 2.  Struktur Organisasi Pemerintahan Pekon Kuripan
Tabel 10. Sarana dan Prasarana Pekon Kuripan
Tabel 14.  Keadaan Responden Menurut Mata Pencaharian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh pemilih pemula di Kelurahan Padang Bulan Selayang IIyang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Kepala

Berdasarkan hasil pada tabel dan hasil wawancara dengan para responden diketahui bahwa dalam menentukan pilihan pada pemilihan peratin kemarin memang ada sebagian kecil

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dilihat dari perilaku memilih dalam Pemilukada antara pemilih pemula di perkotaan Medan

Untuk melihat seberapa besar hubungan antar variabel dan pengaruh faktor isu putra daerah “Ilham Azis” dalam komunikasi kampanye terhadap perilaku pemilih pada Pemilihan

Berangkat dari kajian ini,mendorong penulis melakukan penelitian dengan memilih judul“HUBUNGAN BUDAYA PATRIARKI TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH DALAM

Berangkat dari kajian ini,mendorong penulis melakukan penelitian dengan memilih judul“HUBUNGAN BUDAYA PATRIARKI TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH DALAM

Faktor-faktor Pendorong Pemilih di Kelurahan Purworejo untuk Memilih Setiyono pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Pasuruan.. Pendekatan dalam memahami teori perilaku memilih (

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku memilih pemilih pemula pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 di Kabupaten Kendal