• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2 SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2 SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2

SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh ROSIDAWATI

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses

pembelajaran gerak dasar passing bawah pada siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, dengan penggunaan modifikasi alat berupa bola dari balon dan bola dari plastik

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan menggunakan dua siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV A yang berjumlah 40 siswa. Sedangkan teknik

pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar passing bawah.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa dari 40 subjek kaji tindak dari setiap indikator yang terdapat dalam gerak dasar passing bawah masih rendah, pada siklus pertama dengan menggunakan modifikasi alat dengan menggunakan bola dari balon diperoleh dengan rerata kelas 67,50, sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 45,00% dan yang mendapat di bawah rerata kelas 55,00%. Jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar hanya 18 siswa dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 22 siswa. Setelah diberikan tindakan siklus atau putaran kedua dengan mengguanakan alat modifikasi berupa bola plastik, maka dibandingakan hasil siklus kesatu lebih meningkat hasil tes siklus kedua dan dilihat dari perolehan rerata kelas 75,50 poin, dan yang mendapat nila di atas rerata kelas sebesar 42,42 % dan yang mendapat nilai di bawah rerata kelas 42,50 % jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar 37 siswa dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 3 siswa. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran Bola Voli khususnya pada materi gerak dasar passing bawah, dengan menggunakan modifikasi alat dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar passing bawah pada siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar

(2)

ii

EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2

SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh

ROSIDAWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

xvii

EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2

SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh ROSIDAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

(4)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Passing Bawah ... 22

2. Passing Atas ... 23

3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1993) ... 27

4. Diagram batang Perbandingan hasil Persentase Ketuntasan Belajar pada Tes Awal, Siklus I, Siklus II ... 39

5. Penelitian Gerak Dasar Passing Bawah Pemanasan dengan Permainan Melewati Bola ... 68

6. Penelitian Gerak Dasar Passing Bawah pemanasan dengan Permainan Melewati Bola Zig-zag ... 68

7. Tahap Persiapan Siklus I dengan menggunakan Balon ... 69

8. Tahap Pelaksanaan Siklus I dengan menggunakan Balon ... 69

9. Tahap Persiapan Siklus II dengan menggunakan Balon ... 70

(5)

xi DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak ... 8

B. Model Pembelajaran... 10

C. Modifkasi alat... 12

(6)

xii

2. Tujuan modifikasi ... 14

D. Konsep Belajar Motorik……… 17

1. Tahap Koqnitif………. ... 19

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

E. Instrumen dan Cara Pengambilanya ... 33

F. Analisis Data ... 34

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

1. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 36

(7)

xiii

b. Siklus Kedua ... 37

2. Analisis Efektifitas Pembelajaran Setiap Siklusnya ... 39

B. Pembahasan ... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 43

(8)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 47

2. Surat Keterangan Penelitian ... 48

3. Surat Izin Penelitian Sekolah ... 49

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus I ... 51

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus II ... 56

6. Langkah-langkah Perhitungan Hasil Penelitian ... 62

7. Format Lembar Penilaian ... 64

8. Data Hasil Tes Awal Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 65

9. Data Hasil Tes Siklus I Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 66

10. Data Hasil Tes Siklus II Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 67

11. Penelitian Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Saat Pemanasan dengan Dengan Permainan Melewati Bola ... 68

12. Penelitian Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus I ... 69

13. Penelitian Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus II ... 70

(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Format Lembar Penilaian Gerak Dasar Passing Bawah ... 33

2. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah ... 37

3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah

Siklus-1 ... 37

4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah

Siklus-2 ... 38

5. Hasil Ketuntasan Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah

Pada Senam Lantai Di Setiap Siklus ... 39

(10)

vii

MOTTO

Ditengah kesulitan dan kesukaran terletak kesempatan. Sesali masa lalu karna

ada kekecewaan dan kesalahan. Tetapi jadikanlah penyesalan itu sebagai

pengalaman untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan.

( Rosidawati)

“Pendidikan adalah persiapan paling baik untuk hari tua”. “Kesehatan adalah pangkal kesuksesan”

(11)

iv

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Akor Sitepu, M.Pd …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Sudirman Husin, M.Pd …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(12)

v

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Rosidawati

NPM : 0913068016

Tempat tanggal lahir : Bandar Lampung, 25 Mei 1962

Alamat : Jln. Panglima Polim Gg. Mawar Putih 2 Kel. Segala

Mider Tanjung Karang Barat Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Efektivitas Gerak Dasar

Passing Bawah Dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SDN 2

Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012” adalah benar hasil

karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret s.d

April 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya

ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 3 September 2012

(13)

viii

PERSEMBAHAN

Suami Alwi dan kedua anak ku

Merliantika dan Nicki Ilham Saputra

Yang menjadi cahaya dalam hidupku

Ayahanda Zaenal (alm) dan Ibunda Mayudin.K (alm), Ayahanda Mertua Aji

Usman (alm) dahn Ibunda Hasuna (alm) yang sangat kusayangi

Almamater-ku FKIP Unila,

(14)

iii

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 2 SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG AJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Rosidawati

Nomor Pokok Mahasiswa : 0913068016

Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 2. Komisi Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd Drs. Akor Sitepu, M.Pd NIP 19510507 198103 1 002 NIP. 19590117 198703 1 002

(15)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Mei

1962, anak dari pasangan Bapak Mahyudin Karim ( alm) dan

Ibu Zainah (alm).Pendidikan formal yang telah ditempuh

penulis yaitu Sekolah Dasar Di Tanjung Karang selesai pada

tahun 1975.

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Rawa Laut pada tahun 1980, Sekolah

Menengah Atas Teluk Betung 1983, dan menyelesaikan studi Diploma I Olahraga

di Teluk Betung Sumur Batu 1984. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai

mahasiswi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan S1 FKIP Universitas Lampung.

Pada bulan Maret s.d Aprili 2012, penulis melaksanakan PTK (Penelitian Tindak

Kelas) di SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung untuk menyelesaikan tugas

akhir study Strata Satu dengan judul “Efektivitas Gerak Dasar Passing Bawah

Dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SDN 2 Sukajawa Bandar

(16)

ix

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia. Skripsi dengan judul ” Efektivitas Gerak Dasar Passing Bawah Dengan

Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SDN 2 Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012”adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd. selaku Pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

2. Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama. 3. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

4. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan. 5. Drs. Wiyono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

7. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.

8. Kepala sekolah SDN 2 Sukajawa Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas IV A tahun pelajaran 2011/2012.

9. Siswa-siswi kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.

(17)

x

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 3 September 2012 Penulis

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek

kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,

keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani,

olahraga, dan kesehatan. Aktivitas dalam pendidikan jasmani dan olahraga

merupakan fenomena yang kompleks, karena mencakup dimensi

bio-sosio-kultural.

Ditinjau dari aspek biologis isi kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga pada

hakikatnya adalah pola gerak fisik manusia yang terwujud dalan struktur

jasmaniah yang perlu dipahami sebagai pola perilaku gerak manusia. Dari aspek

sosiologis dan budaya seorang guru Penjas dituntut pula memahami lingkungan

belajar yang baik untuk mencapai tujuan pengajaran pendidikan jasmani yang

efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut yang menjadi prioritas utama

adalah perwujudan secara optimal peranan dan fungsi guru dalam mengelola

kegiatan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Peranan dan fungsi guru

Penjas yang baik akan terwujud apabila memiliki inisiatif, kreativitas, dan

(19)

yang cocok dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa

yang sering diungkapkan dalam istilah Developmentally Appropriate Practice

( DAP ). Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk

mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik,

pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai

(sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang

pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.

Untuk itu dalam Pendidikan Jasmani diperlukan sarana dan prasarana yang

memadai dan penggunaannya dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa yang

menggunakannya agar guru dapat memberikan materi pelajaran dengan baik dan

siswa mampu menguasai tugas gerak pada berbagai cabang olahraga,

meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan kemampuan belajar dan

kesehatannya. Dalam pelaksanaannya, penguasaan tugas gerak pada berbagai

cabang olahraga merupakan kesulitan yang dihadapi oleh anak didik.

Teknik-teknik baku yang harus mereka kuasai sebelum dapat dikatakan berhasil

memberikan pengaruh pada anak didik. Pengaruh yang timbul adalah rasa

frustasi dan tidak senang pada Pendidikan Jasmani. Guru harus memberikan

alternatif pendekatan atau model yang dapat menumbuhkan rasa senang dan

suka berolahraga sehingga anak akan berusaha untuk menguasainya.

Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang populer dan banyak diminati oleh

pelajar Indonesia dari semua golongan. Hal ini dapat dilihat dari animo pelajar sebagai

pelaku maupun penonton dalam setiap pertandingan bola voli baik dari tingkat sekolah

(20)

internasional. Bola voli adalah permainan yang dimainkan oleh dua regu, setiap regu

masing – masing terdiri dari enam orang dan dapat dilakukan di ruangan tertutup

(indoor) dan terbuka (outdoor). Bola dimainkan di udara dengan melewati net, setiap

regu hanya bisa memainkan bola maksimal tiga kali pukulan. Pada Olahraga bola voli

ada beberapa teknik dasar yang harus dipelajari diantaranya passing. Passing

adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam suatu regu dengan teknik

tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu

lawan.

Di dalam permainan bola voli passing terbagi menjadi dua bagian yakni passing

atas dan passing bawah, sedangkan untuk mempelajari passing bawah sangat

dibutuhkan berbagai variasi latihan agar siswa dapat mencapai prestasi yang

baik karena siswa tidak bosan mempelajarinya dan siswa dapat memahami

keterampilan gerak dasar passing bawah dengan benar. Minimnya peralatan

yang tidak sesuai untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, banyaknya biaya

yang diperlukan dan keterbatasan dana yang dimiliki untuk pengadaan dana

sarana dan prasarana yang dibutuhkan menjadi kendala untuk mencapai tujuan

dalam pembelajaran, hal ini menuntut seorang guru harus kreatif. Guru harus

bisa memodifikasi alat dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang seadanya.

Pemberian materi pembelajaran dengan menggunakan peralatan sederhana

dilapangan atau alat buatan guru sendiri dinamakan pembelajaran dengan

modifikasi.

Kondisi sebagian besar sekolah diIndonesia belum memiliki sarana dan

prasarana yang layak untuk cabang – cabang olahraga tertentu. Menghadapi hal

(21)

ukuran lapangan, peralatan, jumlah pemain, dan lain-lain. Dengan demikian guru

diharapkan harus bisa memberikan materi pembelajaran dengan baik dengan

fasilitas yang sederhana, misalnya dalam belajar gerak dasar passing bawah, bisa

menggunakan balon, bola plastik, bola karet dan lain-lain. Idealnya disetiap

sekolah harus mempunyai sarana dan prasarana untuk permainan bola voli yang

memadai, seperti halnya memiliki banyak bola voli untuk melakukan

pembelajaran passing bawah agar lebih efektif dan siswa dapat menguasai

dengan baik. Selain itu guru harus memiliki metode yang bervariasi dalam

melakukan pembelajaran supaya siswa tidak jenuh dan dapat lebih aktif dalam

melakukan pembelajaan.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah belum berjalan

sebagai mana mestinya. Siswa masih belum menguasai gerak dasar passing

bawah dengan baik seperti gerak mengayun tangan, pada saat perkenaan bola.

Masalah ini disebabkan karena terbatasnya sumber - sumber yang digunakan

untuk mendukung proses pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini berhubungan

dengan orientasi guru dalam mengajar yang lebih ditujukan kepada pencapaian

prestasi tanpa melakukan modifikasi khususnya pada teknik keterampilan

cabang olahraga.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perlu ditentukan metode

belajar yang tepat dan adanya perbaikan dalam hal pendekatan atau model yang

digunakan untuk meningkatkan kemampuan passing bawah. Model yang

berorientasi pada prinsip latihan yang disesuaikan dengan tahap pertumbuhan

(22)

dapat meningkatkan kemampuan passing bawah. Model yang disusun harus

menarik dan menyenangkan agar mampu memberikan angin segar bagi siswa

sehingga termotivasi untuk dasar permainan bolavoli khususnya pasing bawah.

Atas latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

tindakan kelas (classroom action research) tentang “ Evektivitas Gerak Dasar

Pada Passing Bawah dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SD Negeri

Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajararan 2011/2012”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Gerak dasar passing bawah saat mengayun belum dapat dilksanakan dengan

benar.

2. Gerak dasar passing bawah saat perkenaan bola belum dilakukan dengan

benar.

3. Gerak dasar passing bawah saat mengayun dan perkenaan bola belum

dilakukan dengan benar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam identifikasi masalah,batasan masalah dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah dengan modifikasi alat dengan balon dapat menghasilkan

pembelajaran gerak dasar bermain bola voli pada passing pawah pada siswa

(23)

2. Apakah dengan modifikasi alat dengan bola plastik dapat menghasilkan

pembelajaran gerak dasar bermain bola voli pada passing pawah pada siswa

kelas IVA di SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung ?

D. Tujuan Penelitian

“Bagaimana upaya meningkatkan efektivitas gerak dasar bolavoli pada pasing

bawah dengan menggunakan modifikasi alat berupa balon dan bola plastik,

pada siswa kelas IVA SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung”.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

Upaya meningkatkan keterampilan gerak dasar passing bawah dengan

modifikasi alat yang tepat dan menyenangkan kemudian menunjang dalam

pencapaian kemampuan gerak spesialisasi (terampil) pada usia dewasa.

2. Bagi guru

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan metode dan

model atau pendekatan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap

kemampuannya dan tercapailah keberhasilan pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah siswa. Dan juga

memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani di

(24)

4. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran untuk kemajuan

(25)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research). Metodologi penelitian adalah cara yang dilakukan secara

sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk

memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun

bagi peneliti sendiri. (Sukardi. 2003: 93)

Menurut Arikunto dkk (2007: 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian

tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran dikelasnya. Dari namanya sudah menunjukkan isi yang

terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di

kelas atau di lapangan dikarenakan ada 3 kata yang membentuk pengertian

tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat di terangkan, (1) Penelitian

menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau

informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu yang menarik

minat dan penting bagi peneliti, (2) Tindakan menujuk pada suatu gerak

kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian

pembentuk merangkaikan siklus kegiatan mahasiswa, dan (3) Kelas dalam hal

(26)

penelitian, yang lebih sepesifik seperti yang lama dikenal dalam bidang

pendidikan dalam pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah

sekelompok mahasiswa sekelas yang sama dari pendidik yang sama pula.

Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila

perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan

hasil perlakuan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan berdasarkan masalah yang

benar-benar nyata muncul dari dunia tanggung jawab peneliti/ pendidik yaitu

dalam pembelajaran. Masalah yang diteliti harus datang dari guru itu sendiri

dan kemudian dicari pemecahannya. Menurut Arikunto dkk (2007: 61) tujuan

PTK adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran,

mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan professionalisme dan

menumbuhkan budaya akademik.

Tujuan PTK ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif

dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan

hal-hal sebagai berikut : (a) Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja

belajar siswa di sekolah. (b) Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses

pembelajaran di kelas. (c) Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas

penggunaan media, alat bantu, dan sumber belajar lainnya. (d) Peningkatan

atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan

untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa. (e) Peningkatan atau perbaikan

terhadap masalah pendidikan anak di sekolah. (f) Peningkatan atau perbaikan

terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa

(27)

Tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik

dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan

melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai

persoalan pembelajaran. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan

hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden

dapat juga merasakan hasil perlakuan. Metodologi penelitian adalah cara yang

dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para

peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi

masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri. (Sukardi. 2003: 93)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Menurut Suhardjomo (2007: 58) Penelitian

Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan

memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Tujuan PTK adalah

untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik dalam menangani

proses belajar mengajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai

tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran.

Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila

perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan

hasil perlakuan.

Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencaaan

tindakan (planning), penerapan tindakan (action), observasi dan mengevaluasi

proses dan hasil tindakan, melakukan refleksi dan seterusnya sampai perbaikan

(28)

Gambar 3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas. (Hopkins, 1993)

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui putaran atau spiral dengan beberapa

siklus yang terdiri dari merencanakan, tahap melakukan tindakan, pengamatan

dan tahap refleksi. Berikut adalah putaran spiral penelitian yang tindakan kelas:

1) Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana,oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

2) Tindakan

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan

isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3) Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat oleh

(29)

4) Refleksi

Adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah

dilakukan.

5) Perbaikan rencana

Adalah memperbaiki suatu tindakan yang sudah dilaksanakan apabila tidak

sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau tindakan sesuai rencana.

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Nama sekolah : SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung

Alamat : Jln. Tamin, GG A. Rahman Bandar Lampung

2. Pelaksanaan penelitian

Lama penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu

bulan setengah ( selama Maret sampai April 2012).

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa yang

berjumlah 40 siswa.

D. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah

1. Siklus Pertama

a. Rencana

1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang

kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

Dapat dilihat pada RPP yang ada pada lampiran di baian belakang.

(30)

yang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan

3. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handikem atau kamera)

4. Menyiapkan balon untuk pembelajaran passing bawah

5. Menyiapkan siswa berbaris sesuai jumlah balon untuk pembelajaran

passing bawah

b. Tindakan

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 sap.

2. Kemudian siswa melakukan pemanasan umum yaitu dengan permainan

tikus dan kucing, mengoper bola dari atas kepala, mengoper bola

melalui samping badan.

3. Menjelaskan bentuk gerak dasar yang akan dilakukan pada siklus

pertama, yaitu dengan menggunakan balon.

4. Siswa melakukan passing bawah menggunakan balon dengan gerakan

passing bawah yang benar, sikap awal kedua kaki dibuka sebar bahu

dan lutut sedikit ditekuk, posisi tubuh tegak tidak membungkuk ataupun

lenting, dan langkah dalam tindakan siklus pertama siswa dibariskan

sesuai dengan banyaknya balon, guna memudahkan pendidik untuk

mengevaluasi gerakan yang benar.

5. Setiap siswa melakukan selama 1 sampai 2 menit gerakan passing

bawah secara bergantian dengan alat modifikasi (balon). Posisi tangan

saat melakukan gerakan passing bawah tangan lurus kedepan tangan

kanan dan kiri dirapatkan, lalu ibu jari kanan dan kiri saling

bersentuhan. Siswa yang sudah melakukan gerakan passing bawah

(31)

kedepan melakukan gerakan passing bawah, dan seterusnya sampai

siswa sudah melakukan semuanya.

6. Diberikan pengulangan gerakan passing bawah secara berurutan.sampai

siswa benar-benar menguasai gerakan passing bawah.

7. Menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis latihan pada tatap muka

hari tersebut.

c. Observasi

1. Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan bantuan balon dapat berjalan

dengan baik dan efektif, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu

pengulangan sebanyak 3 kali dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus

pertama.

2. Setelah tindakan dilakukan siswa yang berjumlah 40 siswa itu, ada yang

berhasil dan belum berhasil. Pada siklus pertama yaitu ada 18 siswa

yang berhasil menurut kriteria KKM ≥ 70, dan 22 siswa yang belum

berhasil masih dibawah rata-rata 67,5. Hasil belajar pada siklus pertama

belum tuntas karena persentase tingkat efektivitasnya hanya 40,62%,

belum mencapai 50%. Maka siswa harus melanjutkan gerak dasar

passing bawah pada siklus kedua yaitu dengan menggunakan bola

plastik dalam pelajaran bola voli, guna untuk mencapai tingkat

efektivitasnya.

d. Refleksi

1. Dari hasil observasi siswa yang berhasil ada 18 siswa dan yang belum

(32)

pendidikan jasmani. Dan keputusannya efektivitas gerak dasar passing

bawah dengan menggunakan bantuan balon belum mencapai ketuntasan

hanya mencapai 40,62 %, maka siswa yang sudah berhasil dan yang

belum berhasil perlu melakukan gerak dasar passing bawah pada siklus

kedua untuk mencapai efektivitas gerak dasar passing bawah lebih dari

50%dan untuk mencapai kriteria KKM disekolah.

2. Mendiskusikan rencana tindakan untuk selanjutnya, yaitu pada siklus

kedua dengan menggunakan bantuan bola plastik.

3. Setelah didiskusikan maka tindakan pada siklus kedua adalah

menggunakan alat bantu bola plastik.

2. Siklus Kedua

a. Rencana

1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan kegiatan

yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup yang

dapat dilihat di RPP pada lampiran bagian belakang.

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran bolavoli passing

bawah.

3. Menyiapkan istrumen berupa indikator-indikator gerak dasar passing

bawah persiapan, gerakan, dan gerakan akhir.

4. Menyiapkan modifikasi alat (bola plastik) dalam pembelajaran bolavoli.

5. mempersiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran bolavoli.

b. Tindakan

1. Siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya bola plastik dan siswa

(33)

2. Setelah memperhatikan gerakan pasing bawah bolavoli yang benar

siswa melakukan pasing bawah menggunakan bola plastik dengan

gerakan passing bawahyang benar dan langkah dalam tindakan siklus

kedua siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya bola plastik.

3. kemudian siswa memperagakan gerak dasar passing bawah dari

persiapan pelaksanaan dan gerakan akhir dilapangan bolavoli sesuai

dengan gerakan yang telah diberikan.

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi kesalahan

gerakan yang dilakukan, kemudian memperbaiki gerakan yang salah

dengan berpedoman melihat gerakan passing bawah dengan benar.

c. Observasi

1. Observasi dilakukan selama pemberian tindakan. Observasi dilakukan

untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan bantuan bola plastik, supaya efektivitas gerak dasar

passing bawah pada bolavoli dapat berjalan dengan baik dan efektif.

2. Setelah tindakan dilakukan, ternyata siswa yang berhasil dan belum

berhasil pada siklus kedua yaitu ada 37 siswa yang berhasil menurut

kriteria KKM, dan 3 siswa yang belum berhasil masih dibawah

rata-rata. Hasil belajar pada siklus kedua sudah tuntas karna persentase

tingkat efektivitasnya 61,46% sudah melebihi kentuntasan yaitu 50%.

Maka pada siklus kedua efektivitas gerak dasar passing bawah pada

(34)

d. Refleksi

Hasil observasi disimpulkan lalu didiskusikan, dan kesimpulannya pada

siklus pertama tingkat efektivitas siswa hanya mencapai 40,62% dikatakan

belum efektif, lalu pada siklus kedua persentase mencapai 61,46% dan

dikatakan efektif. Maka pada siklus kedua efektivitas gerak dasar passing

bawah pada pembelajaran bola voli dikatakan tuntas menurut kriteria

ketuntasan.

E. Instrumen dan Cara Pengambilannya

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK

(penelitian kaji tindak) di setiap siklusnya, Menurut Freir and Cuning ham

dalam Muhajir (1997;58) “dalam PTK dikatakana valid bila tindakan itu

memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang

dihadapi”. Alat itu berupa indikator-indikator dari penilaian keterampilan gerak

dasar servis atas bentuk indikatornya adalah: (1) Tahap Persiapan (2) Tahap

gerak atau tahap pelaksanaan (3) Akhir gerak, (H. Sarono, 2005:13

Tabel 1. Format Lembar Penilaian Gerak Dasar Pasing Bawah

Aspek Indikator Skor

1 2 3

Persiapan

1. Kedua lutut ditekuk dengan badan sedukit dibongkokkan kedepan

2. Berat badan menumpu pada telapak kaki bagian depan

3. Kedua tangan saling perpegangan

4. Ayunkan kedua lengan kearah bola dengan sumbu gerak pada persendian bahu dan siku betul-betul dalam keadaan lurus

(35)

Pelaksanaan

lengan diatas dari pergelangan tangan 6. Lengann membentuk sekitar 45 derajat

dengan badan dan lengan diayunkan diangkat hampir lurus

7. Pandangan terhadap bola pada saat memukul

Gerakan lanjutan

8. Setelah ayunan lengan mengenai bola kaki belakang melangkah kebelakang untuk mengambil posisi siap kembali

9. Ayunan lengan kedepan tidak membentuk sudut 90 derajat dengan bahu atau badan 10.Badan bergerak ke lapangan

Jumlah Skor

Diadopsi dari H. Harsono, (2005:13) Keterangan : 1 = Gerak Baik

2 = Gerak Cukup 3 = Gerak Kurang

F. Analisis data

Untuk melihat kualitas hasil tindakan pada setiap siklus digunakan rumus :

(Subagio dalam Fajar. 2005:36)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan

f : Jumlah yang melakukan benar

N : Jumlah siswa yang mengikuti tes

Efektivitas

(Goodwin dan Coates dalam Fajar, 2005: 37)

Keterangan :

(36)

Xn : Rerata nilai akhir siklus ketiga

Xi : Rerata tes awal

Bila hasil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang dilakukan

(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Anak dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan

dijadikan bahan pelajaran. Thompson (1993: 38) menjelaskan bahwa anak

bukanlah hanya sekedar versi yang lebih kecil dari orang dewasa. Anak

memiliki kemampuan dan kebutuhan yang sangat khusus. Untuk itu perlu

dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang dan belajar, apa kebutuhan dan

apa minatnya. Proses berkembang ini dibagi atas fase-fase tertentu. Dengan

mengetahui tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu, memberikan

informasi dan landasan dalam menentukan alternatif model pembelajaran yang

cocok sehingga proses belajar mengajar lebih efektif , agar kemampuan anak

dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Menurut Thompson (1993: 41) bahwa

tiap anak mengembangkan pertumbuhan dengan kecepatan masing-masing dan

beberapa anak berkembang lebih awal dan sebagian lagi berkembang lebih

lambat daripada rata-rata anak pada umumnya. Rata-rata puncak pertumbuhan

sangat cepat ini kira-kira pada umur 12 tahun bagi anak perempuan dan umur 14

tahun bagi anak laki-laki. Sebelum pertumbuhan sangat cepat ini tidak ada

perbedaan penting antara anak laki-laki dan perempuan dalam berat dan tinggi

badan. Bila saat pertumbuhan cepat ini terjadi maka akan menghasilkan

(38)

Penjelasan lebih lanjut oleh Thompson (1993: 42) yang menyebutkan bahwa

perbedaan-perbedaan yang muncul pada pertumbuhan cepat dan masa puber

terjadi akibat perubahan hormon yang dihasilkan tubuh. Perbedaan tersebut

berupa bahu yang lebih lebar dan sedikit perubahan lebar panggul pada laki-laki

dan panggul yang lebih lebar dan sedikit perubahan pada lebar bahu pada anak

perempuan. Perubahan ini berpengaruh pada cara gerak anak laki-laki dan

perempuan.

Sunarto (1999: 53) juga menyebutkan perkembangan fisik yang menjadi tanda

pubertas dihitung mulai menstruasi pertama pada anak perempuan atau sejak

anak laki-laki mengalami mimpi basah (mengeluarkan air mani pada waktu

tidur). Perubahan ini terkadang membawa kesukaran fisik bagi anak remaja, juga

menyebabkan mereka punya keasyikan mental dan emosional. Apabila

menstruasi mulai datang, mungkin atau boleh jadi menghalangi partisipasi

mereka dalam kegiatan fisik.

Dalam pertumbuhan cepat ini, alas pertumbuhan masih rawan sehingga perlu

dihindari kekuatan yang berlebihan yang dapat merusak dan dapat berdampak

dalam waktu lama. Karena sekali tulang berhenti tumbuh, maka tempat/alas

pertumbuhan berubah menjadi tulang keras dan tidak lagi menjadi tempat

terlemah pada tulang itu. Beberapa gerakan yang perlu dihindari pada waktu

pertumbuhan cepat adalah gerak memantul-mantul, melempar keras

berulang-ulang, dan penggunaan beban. Sekali badan telah berhenti tumbuh, tempat/alas

pertumbuhan berubah menjadi tulang keras dan tidak lagi menjadi tempat

(39)

Jika pertumbuhan merupakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik

atau biologis maka perkembangan lebih diartikan pada perubahan-perubahan

kualitatif mengenai aspek psikis dan aspek sosial. Dalam pertumbuhan dan

perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Sunarto

(1999:68) menyatakan bahwa masa remaja adalah upaya menentukan jati dirinya

(identitasnya) atau aktualisasi diri. Sunarto (1999:69) menyebutkan beberapa

jenis kebutuhan remaja, yaitu: (a) Kebutuhan organik, yaitu makan, minum,

bernapas. (b) Kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan mendapatkan simpati dan

pengakuan dari pihak lain. (c) Kebutuhan berprestasi, yang berkembang karena

didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus

menunjukkan kemampuan psikofisis. (d) Kebutuhan untuk mempertahankan diri

dan mengembangkan jenis.

Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada anak, guru harus

memperhatikan sarana dan prasarana yang digunakan agar sesuai dengan

karakteristik siswa yang menggunakannya sehingga guru dapat memberikan

materi pelajaran dengan baik dan siswa mampu menguasai tugas gerak pada

berbagai cabang olahraga, meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan

kemampuan belajar dan kesehatannya.

B. Model Pembelajaran

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak terlepas dari peranan guru dalam

memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

materi dan siswa. Menurut Soekamto dan Winataputra (1996/1997), model

(40)

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan

aktivitas pembelajaran.

Dengan demikian model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari

strategi, metode atau prosedur. Menurut Ismail (2002: 11) Model pembelajaran

memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode

tertentu, yaitu: (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya; (2)

tujuan pembelajaran yang akan dicapai; (3) tingkah laku mengajar yang

diperlukan agar model tersebut dapat terlaksana secara berhasil; dan (4)

lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tersebut tercapai.

Model pembelajaran adalah sebuah perencanaan atau pola yang dapat digunakan

untuk menjabarkan kurikulum, untuk merancang materi pembelajaran dan untuk

memandu kegiatan pembelajaran di dalam kelas atau setting kelas yang lain.

(Ahmad H. P, 2005: 15)

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut model pembelajaran dapat diartikan

sebagai penerapan konsep-konsep tertentu dalam pembelajaran yang harus

dikerjakan menurut langkah-langkah yang teratur dan bertahap, sistematis dan

terorganisir, agar mencapai pengalaman belajar dan tujuan belajar tertentu,

sekaligus merupakan pedoman bagi para pembelajar dalam pelaksanaan aktivitas

pembelajaran.

Melihat fakta di atas maka jelaslah bahwa guru pendidikan jasmani perlu

(41)

meningkatkan mutu pembelajaran Penjaskes di sekolah yang menarik, inovatif,

dan kreatif dan dan di sesuaikan dengan perkembangan jiwa peserta didik.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan

jasmani adalah model pembelajaran dengan penggunaan alat bantu. Model ini

sangat sesuai dengan materi pendidikan jasmani di sekolah yang pencapaian

tujuan pendidikannya melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau

olahraga. Dengan penggunaan alat bantu diharapkan akan tercipta

pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan dapat meningkatkan motivasi/

semangat anak untuk melakukan gerak.

C. Modifikasi Alat

Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu

menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan

sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun

sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian tujuan

pengajaran yang diharapkan. Modifikasi alat pembelajaran merupakan suatu

upaya seseorang untuk merubah alat pembelajaran yang sesungguhnya menjadi

berbeda dari yang sebelumnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan agar

tujuan yang direncanakan sebelumnya dan dapat dicapai sebaik-baiknya.

1. Pengertian modifikasi

Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah”pengubahan”dan

berasal dari kata”ubah”yang berarti”lain atau beda”mengubah dapat diartikan

dengan”menjadikan lain dari yang sebelumya”sedangkan dari arti

(42)

mengubah dapat juga diartikan pembaruan.tidak mengherankan bahwa pada

mulanya dalam pembaruan berpokokpada metode mengajar, bukan karena

mengajar itu penting melainkan mengajar itu bermaksut menimbulkan efek

belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang

dilakukan untuk memperbaiki paraktek pendidikan dengan sungguh-sungguh.

Pada kamus bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untuk

mengerjakan sesuau” alat meupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang

digunakan untuk proses kegiatan kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu

dengan adanya alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara

langsung tentang materi yang akan dibeikan kepada siswa,dengan bertujuan

agar mudah dipahami dan dpat dimengerti oleh peserta didik atau siswa.

Menurut Bahagia dan Suherman (2000: 1) Modifikasi adalah menganalisa

sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dalam bentuk aktivitas

belajar yang potensial dan dapat memperlancar dalam pembelajaran.

Perlunya modifikasi menurut Bahagia adalah untuk menganalisa sekaligus

mengembangkan materi pelajaan dengan cara meruntunkannya dalam bentuk

aktivitas belajar yang potensial dan dapat memperlancar peserta didik dalam

belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan

membelajarkan peserta didik dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat

keterampilan yang lebih rendah menjadi tingkat keterampilan yang lebih

(43)

keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa

sepenuhnya menghilangkan aslinya.

Perhatian yang besar dari para guru Pendidikan Jasmani terhadap kondisi alat

belajar dan kreatifitas untuk merubahnya, apabila dirasakan kondisi alat

belajar tersebut tidak sesuai dengan peserta didik. Lebih lanjut Kiram

(1991:289) menerangkal hal sebagai berikut : “Bila alat yang digunakan yang

sesuai dengan tuntutan kurikulum terlalu besar, kecil, ringan, rumit, dan

sebagainya, ubalah alat yang digunakan tersebut sehingga memberikan

kemudahan bagi peserta didik untuk menggunakanya”.

2. Tujuan Modifikasi

Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :

1). mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani,

2). mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik,

3). mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif,

4). mengurangi resiko cidera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan

kondisi fisik yang tidak seimbang.

Menurut Bahagia (2000:41) cara guru memodifikasi alat pembelajaran akan

tercermin dari aktifitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal

hingga akhir pembelajaran. Beberapa aspekanalisa modifikasi ini tidak

terlepas dari pengetahuan guru tentang : 1).Modifikasi tujuan pembelajaran,

2).Modifikasi materi Pembelajaran, 3).Modifikasi kondisi lingkungan,

(44)

Menurut Bahagia dan Suherman (2000:41) modifikasi merupakan salah satu

usaha para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP ( Developentally

Appropriate Practice) termasuk didalamnya body scaling atau penyesuaian

dengan ukuran tubuh siswa yang sedang belajar. Aspek inilah yang harus

selalu disajikan prinsip utama dalam memodifikasi pembelakaran penjas.

Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi

pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktifitas belajar

yang potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini

dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari

yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah

menjadi tingkat yang lebih tinggi.

Modifikasi yang berprinsip DAP diarahkan agar aktifitas belajar sesuai

dengan tingkat perkembangan anak serta dapat membantu dan mendorong

perubahan kemampuan belajar anak kearah perubahan yang lebih baik.

Hamalik dalam Azhar Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan

sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan

dan isi pelajaran saat itu. Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2005:

24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,

(45)

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai

tujuan pembelajaran

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak

bosan dan guru tidak kehabisan tenaga

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab

aktivitasnya mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan

dan lain-lain.

Menurut Azhar Arsyad (2005: 7) Media pendidikan memiliki pengertian alat

bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Alat bantu

adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, alat

bantu (peraga) sangat penting.

Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih

mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar

alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar

siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien.

Menurut Amir Hamzah (1988) Penekanan media pendidikan terdapat pada

visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya

(46)

grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu

panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana,

dan barang contoh).

D. Konsep Belajar Motorik

Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu ke

waktu dan dalam prosesnya melibatkan otak, dan ingatan. Dengan demikian

tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah menerima dan

menginteprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari,

kemudian mengolah dan menginformasikan informasi tersebut sedemikian rupa

sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk

ketrampilan.

Menurut Sugiyanto,dkk (2004:19) belajar gerak adalah serangkaian proses yang

berkaitan dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang menyebabkan

timbulnya perubahan menetap dalam keterampilan.Yang dipelajari di dalam

belajar gerak adalah pola-pola gerak mempelajari gerakan olahraga, seorang

atlet berusaha untuk mengerti gerakan yang dipelajari kemudian apa yang

dimengerti itu dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam

gerakan tubuh secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola

gerakan yang dipelajari.

Cholik (2004:1) mengatakan bahwa belajar ketrampilan dan kemampuan

motorik merupakan sesuatu yang berkembang secara terus menerus sesuai

dengan tingkat perkembangan. Prilaku motorik adalah tanggapan atau reaksi

(47)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi, perubahan itu berupa

penguasaan, sikap dan cara berfikir yang bersikap menetap sebagai hasil dari

latihan dan pengalaman. Menurut Schmid dalam Lutan (1988: 102) Belajar

motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau

pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku

gerak.

Belajar gerak adalah sebagai tingkah laku atau perubahan kecakapan yang

mampu bertahan dalam jangka waktu tertentu, dan bukan berasal dari proses

pertumbuhan. Belajar gerak adalah belajar yang diwujutkan melalui respon–

respon atau muskular, yang pada umumnya diekspedisikan dalam gerak tubuh

atau bagian tubuh.

Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan belajar yang harus dilalui oleh anak

didik untuk dapat mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis).

Tiga tahapan belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan, karena tahap

belajar prasyarat untuk taraf barikutnya. Apabila ketiga tahapan belajar gerak ini

tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar Pendidikan Jasmani, maka guru

tidak boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan,

khususnya untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani yang ideal.

Dalam proses untuk menyempurnakan suatu belajar gerak menurut Winkel

(1984:54) berlangsung dalam tiga tahapan yaitu : 1) Tahap Kognitif, 2) Tahap

Fiksasi, 3) Tahap Otomatis. Adapun tahap-tahapan dalam belajar gerak adalah

(48)

1. Tahap Koqnitif

Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan

gerak, pertama kali yang harus dilakukan menurut Winkel (1984: 53) adalah

memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang

akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa memperoleh

informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara melakukan aktifitas

gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk

motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara

melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan

perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk

menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang

menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.

2. Tahap Asosiatif/Fiksasi

Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan

konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga

sering disebut sebagai tahap latihan. Winkel (1984: 54) tahap latihan adalah

tahap dimana siswa diharapkan mampu mempraktikkan apa yang hendak

dikuasai dengan cara mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak

yang dipelajari.

Apakah gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot

halus atau gerak terbuka atau gerak tertutup? Apabila siswa telah melakukan

latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang

baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa

(49)

3. Tahap Otomatis

Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena

siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya siswa dapat merespon

secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk

dilakukan. Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis

adalah bila seorang siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi

terhadap apa yang akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan

benar. Winkel (1984: 55).

E. Permainan Bolavoli

Bolavoli adalah permainan yang dilakukan oleh dua regu, yang masing- masing

terdiri dari enam orang. Bola dimainkan di udara dengan melewati net, setiap

regu hanya bisa memainkan bola, tiga kali pukulan. Di dalam permainan bola

voli banyak sekali teknik – teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang

pemain diantaranya pasing atas dan bawah, servis, smes dan bendungan atau

blok.

Pada dasarnya prinsip bermain bolavoli adalah memantul – mantulkan bola

sebelum sampai menyetuh lantai, bola yang dimainkan sebanyak – banyaknya

tiga kali memantulkan dalam lapangan sendiri dan bergantian, dengan

mengusahakan bola yang dipantulkan itu diseberangkan ke lapangan lawan

melewati atas jaring masuk sesulit mungkin(Ma’mun dan Subroto, 2001:43 ).

Bola voli dimainkan oleh dua regu tiap regu terdiri dari enam pemain, dan tiap

regunya berusaha melewatkan bola di atas net bolavoli agar jatuh menyentuh

(50)

mendapatkan poin atau angka regu yang pertama mencapai angka 25 adalah regu

yang menang. (Muhajir 2004: 30).

F. Passing

Yang dimaksud dengan passing di dalam permainan bolavoli adalah usaha

ataupun upaya seseorang pemain bolavoli dengan cara menggunakan suatu

teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk mengoperkan bola yang

dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri.

(Soetedjo 1993: 12).

1. Passing Bawah

Sikap permulaan: ambil posisi sikap siap normal, pada saat tangan akan

dikenakan pada bola, segera tangan dan juga lengan diturunkan serta tangan

dan lengan dalam keadaan terjulur ke bawah depan lurus. Siku tidak boleh

ditekuk, kedua lengan merupakan papan pemukul yang selalu lurus

keadaannya. Sikap saat perkenaan: pada saat akan mengenakan bola pada

bagian sebelah atas (bagian proximal) daripada pergelangan tangan. Ambillah

terlebih dahulu posisi sedemikian rupa sehingga badan berada dalam posisi

menghadap pada bola. Bagian bola berada pada jarak yang tepat maka

segeralah ayunkan lengan yang telah lurus dan difixir tadi dari arah bawah ke

atas depan. Tangan pada saat itu telah berpegangan satu dengan yang lain.

Perkenaan bola harus diusahakan tepat pada bagian proximal daripada

pergelangan tangan dan dengan bidang selebar mungkin agar bola dapat

melambung secara stabil. Maksudnya agar bola selama menempuh lintasanya

(51)

proximal daripada pergelangan tangan, akan memantul ke atas depan dengan

lambungan yang cukup tingi dan dengan sudut pantul 900. Sebagai catatan

perlu ditambahkan di sini bahwa bila sudut pantulnya tidak 900 maka secara

teoritis bola akan memantul ke arah lain atau dikatakan bola tersebut akan

diterima luncas. Dengan demikia bola tidak akan memantul ke arah seperti

yang diharapkan.

Gambar 1. Pasing Bawah

Adaptasi dari Permainan Dasar Bola Voli 1993

Sikap akhir: setelah bola berhasil dipass bawah maka segera diikuti

pengambilan sikap siap normal kembali dengan tujuan agar dapat bergerak

lebih cepat untuk menyesesuaikan diri dengan keadaan. (Soetedjo 1993: 13)

2. Passing Atas

Sikap permulaan: pemain mengambil sikap siap normal. Dalam bermain

bolavoli sikap siap normal adalah pengambilan sikap tubuh sedemikian rupa

sehingga memudahkan untuk bergerak kearah yang diinginkan. Secara

keseluruhan tubuh harus dalam keadaan setimbang yang labil. Setimbang

(52)

maksudnya agar tubuh dapat digerakan ke berbagai arah yang dikehendaki

dalam waktu singkat. Adapun sikap siap normal itu adalah sebagai berikut:

pemain berdiri dengan salah satu kaki berada di depan kaki yang lain.

Dianjurkan bila tidak kidal kaki kiri berada lebih ke depan dari kaki kanan.

Lutut ditekuk badan agak condong sedikit ke depan dengan tangan siap

berada di depan dada. Pada saat akan melakukan passing, maka segeralah

menempatkan diri di bawah bola, dan tangan diangkat ke atas depan kira-kira

setinggi dahi.

Sikap saat perkenaan bola: perkenaan bola pada jari adalah di ruas pertama

dan kedua terutama ruas pertama dari ibu jari. Pada saat jari disentuhkan pada

bola maka jari-jari agak ditegangkan sedikit dan pada saat itu juga diikuti

gerakan pergelangan lengan ke arah depan atas agak eksplosif. Sikap akhir:

setelah bola berhasil di-pass maka lengan harus lurus sebagai suatu gerakan

lanjutan diikuti lengan badan dan langkah kaki ke depan agar koordinasi tetap

terjaga dengan baik. Gerakan tangan, pergelangan, lengan, dan kaki harus

merupakan suatu gerakan yang harmonis, sedangkan pandangan ke arah

jalanya bola. (Soetedjo 1993: 14).

Gambar 2. Passing Atas

(53)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebelum melakukan tindakan atau pemberian materi dan perintah untuk melakukan tindakan siklus pertama, terlebih dahulu dilakukan tes awal. Hasil observasi (tes awal) ini sangat berguna untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan pada siklus pertama.

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) apakah tindakan dapat meningkatkan hasil belajar dan melihat efektifitas pembelajaran yang dicapai. dapat dilihat pada pencapaian nilai rerata kelas dan ketuntasan belajar atau hasil penelitian disetiap siklusnya.

1. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah.

(54)

Tabel 2. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah.

No Siklus X

Presentasi Nilai Belajar Jmlah

% Tingkat efektifitas >ketuntasan <ketuntasan Efektifitas Keteranga

n

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan tes atau mengambil nilai temuan. Hasil tes temuan ini berguna untuk menentukan tindakan pada siklus pertama dan siklus berikutnya. Dalam

penelitian tindakan kelas (PTK) apakah tindakan dapat meningkatkan hasil belajar, dapat dilihat pada pencapaian nilai rerata kelas dan ketuntasan belajar atau dari hasil penelitian di setiap siklusnya. Setelah melakukan tinjauan pada putaran pertama atau siklus kesatu, yang diberikan materi gerak dasar passing bawah dengan menggunakan alat modifikasi bola dari balon, kemudian siswa diberikan tes lembar observasi dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Passing Bawah Siklus I

No Hasil Jumlah Prosentase (%)

1 Rerata 67,5 45

2 Ketuntasan 18 45

(55)

P

n

f

x

100

%

Prosentase ketuntasan belajar:

%

Setelah melakukan tinjauan pada putaran pertama pada siklus kedua dengan diberikan materi gerak dasar passing bawah dengan menggunakan alat modifikasi bola dari plastik, kemudian siswa diberikan tes lembar observasi dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah Siklus II

No Hasil Jumlah Prosentase (%)

1 Rerata 77,5 42,5

2 Ketuntasan 37 92,5

Indikator peningkatan dapat dilihat melalui rumus:

(56)

Tabel 5. Hasil Ketuntasan Latihan Gerak Dasar Passing Bawah Meningkat Secara Nyata Pada Siklus Kedua.

No Tindakan Hasil (%) Keterangan

1 Pertama 45 Berhasil 18 siswa

2 Kedua 92,5 Berhasil 37 siswa

Dari berbagai tabel di atas diketahui bahwa di setiap siklusnya terdapat

peningkatan dari tes temuan siklus I berhasil 18 siswa dari 40 siswa, kemudian siklus II berhasil 37 siswa dari 40 siswa dengan prosentase 92,50 %.

10%

Tes Awal Siklus 1 Siklus 2

Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Tes Awal, Siklus 1, Siklus 2.

2. Analisis Efektivitas Pembelajaran Setiap Siklusnya

(57)

Efektifitas Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Passing Bawah

E : Efektivitas tindakan yang dilakukan Xn : Rerata nilai akhir siklus kedua

Xi : Rerata tes awal

Berikut deskripsi efektivitas pembelajaran pada setiap siklus :

Tabel 6. Deskripsi Efektivitas Pembelajaran Pada Setiap Siklus.

Siklus XTes

Awal X Efektivitas Keterangan

Pertama 48 67,50 40,62 Belum efektif

Kedua 48 77,50 61,46 Efektif

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, ada peningkatan hasil belajar keterampilan gerak dasar passing bawah dengan rincian sebagai berikut :

1. Pada siklus pertama dengan penggunaan modifikasi alat bola dari balon diperoleh peningkatan rata-rata nilai sebesar 67,50 dengan perhitungan tingkat efekivitas 40,62% itu berarti tindakan belum efektif.

2. Pada siklus kedua dengan penggunaan alat modifikasi berupa bola

plastik diperoleh peningkatan dengan rata-rata nilai sebesar 77,50 dengan perhitungan tingkat efekivitas 61,46%. Hasil perhitungan telah

(58)

B. Pembahasan

Berdasarkan data terlampir, prosentase kemampuan melakukan gerak dasar passing bawah di siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung pada tahap pertama atau siklus kesatu siswa melakukan gerak dasar passing bawah yang benar dengan modifikasi alat bola dari balon belum menunjukan hasil yang diinginkan.

Dari 40 subjek kaji tindak dari setiap indikator yang terdapat dalam gerak dasar passing bawah masih rendah, pada tes awal diperoleh rerata kelas 48 poin sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 32,50 % dan yang mendapat di bawah rerata kelas 67,50 %. Jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan

belajar hanya 4 siswa dengan persentase 10 % dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 36 siswa dengan persentase 90 %.

Setelah diberikan tindakan siklus atau putaran kesatu dengan mengguanakan alat modifikasi berupa bola dari balon, pada siklus pertama diperoleh rerata kelas 67,50 poin, sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 45,00% dan yang mendapat di bawah rerata kelas 55,00%. Jika dilihat dari perolehan nilai

(59)
(60)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Bahagia, Yusuf dan Suherman. (2000).Atletik. Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Dahlan. M. D. 1984. Model-Model Mengajar. Penerbit CV Diponegoro. Bandung. Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pengajaran. Bumi Aksara. Bandung. Hamzah, Amir.2000.Media Audio-Visual. Gramedia:Jakarta.

Lutan, Rusli. 1988. 2002 Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.. Supervisi Pendidik Jasmani. Dirjen Olahraga. Jakarta.

Muhajir. 2007. Teori dan Praktik Pendidikan Jasmani Untuk SMP Kelas VII. Yudistira. Jakarta.

Soekamto, T dan Winataputra, Udin.1997. Teori Belajar dan Model- Model Pembelajaran. Dekdikbud.Jakarta.

Suleiman, Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual. PT Gramedia. Jakarta.

Sunarto dan Hartono, Agung. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

(61)

Toho Cholik Motohir dan Gusril. 2004. Perkembangan Motorik Pada Masa Anak – Anak. Proyek Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga, Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas. Jakarta.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung.

Gambar

Gambar 3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas. (Hopkins, 1993)
Tabel 1. Format Lembar Penilaian Gerak Dasar Pasing Bawah
Gambar 1. Pasing Bawah
Gambar 2. Passing Atas Adaptasi dari Permainan Dasar Bola Voli 1993
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adapun orang yang diundang oleh allah untuk melaksanakan puasa hanyalah orang-orang yang beriman, selain orang yang beriman tidak mendapatkan undangan allah

Produk komposit bentonite-biochar merupakan gabungan dari dua material yaitu bentonit dan ampas tebu, sehingga memiliki kapasitas adsorpsi yang lebih besar

Universitas Sumatera Utara) apabila sistem informasi akuntansi tidak baik akanc. menimbulkan suatu gejala yang merugikan, misalnya terjadi

4.1 Mengamati , mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan , kesehatan manusia , keseimbangan ekosistem , serta alam

• Teman-temanku, Anink, Anggi, Haeckel, Bangkit, Agus Tri, Agus Padi, Deni, Bayu Ngapak, Ito, Thitis, yang selalu saling support dalam meraih gelar sarjana. • Saudara-saudara

Dari morfologi permukaan silika menunjukkan bahwa silika mesopori yang dihasilkan dari limbah kaca berpotensi digunakan sebagai adsorben. Kata kunci : limbah kaca,

Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

BURUH GENDONG PEREMPUAN / YANG BIASA MANGKAL DI PASAR GIWANGAN / MENJADI FENOMENA TERSENDIRI //. BURUH GENDONG YANG DIDOMINASI KAUM HAWA INI / TERNYATA BANYAK YANG MASIH