i ABSTRAK
EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2
SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh ROSIDAWATI
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran gerak dasar passing bawah pada siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, dengan penggunaan modifikasi alat berupa bola dari balon dan bola dari plastik
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan menggunakan dua siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV A yang berjumlah 40 siswa. Sedangkan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar passing bawah.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa dari 40 subjek kaji tindak dari setiap indikator yang terdapat dalam gerak dasar passing bawah masih rendah, pada siklus pertama dengan menggunakan modifikasi alat dengan menggunakan bola dari balon diperoleh dengan rerata kelas 67,50, sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 45,00% dan yang mendapat di bawah rerata kelas 55,00%. Jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar hanya 18 siswa dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 22 siswa. Setelah diberikan tindakan siklus atau putaran kedua dengan mengguanakan alat modifikasi berupa bola plastik, maka dibandingakan hasil siklus kesatu lebih meningkat hasil tes siklus kedua dan dilihat dari perolehan rerata kelas 75,50 poin, dan yang mendapat nila di atas rerata kelas sebesar 42,42 % dan yang mendapat nilai di bawah rerata kelas 42,50 % jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar 37 siswa dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 3 siswa. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran Bola Voli khususnya pada materi gerak dasar passing bawah, dengan menggunakan modifikasi alat dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar passing bawah pada siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar
ii
EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2
SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
ROSIDAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
xvii
EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2
SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012
(Skripsi)
Oleh ROSIDAWATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Passing Bawah ... 22
2. Passing Atas ... 23
3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1993) ... 27
4. Diagram batang Perbandingan hasil Persentase Ketuntasan Belajar pada Tes Awal, Siklus I, Siklus II ... 39
5. Penelitian Gerak Dasar Passing Bawah Pemanasan dengan Permainan Melewati Bola ... 68
6. Penelitian Gerak Dasar Passing Bawah pemanasan dengan Permainan Melewati Bola Zig-zag ... 68
7. Tahap Persiapan Siklus I dengan menggunakan Balon ... 69
8. Tahap Pelaksanaan Siklus I dengan menggunakan Balon ... 69
9. Tahap Persiapan Siklus II dengan menggunakan Balon ... 70
xi DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak ... 8
B. Model Pembelajaran... 10
C. Modifkasi alat... 12
xii
2. Tujuan modifikasi ... 14
D. Konsep Belajar Motorik……… 17
1. Tahap Koqnitif………. ... 19
III.METODOLOGI PENELITIAN ... 24
A. Jenis Penelitian ... 24
E. Instrumen dan Cara Pengambilanya ... 33
F. Analisis Data ... 34
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Hasil Penelitian ... 36
1. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 36
xiii
b. Siklus Kedua ... 37
2. Analisis Efektifitas Pembelajaran Setiap Siklusnya ... 39
B. Pembahasan ... 41
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 43
A. Simpulan ... 43
B. Saran ... 43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian ... 47
2. Surat Keterangan Penelitian ... 48
3. Surat Izin Penelitian Sekolah ... 49
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus I ... 51
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus II ... 56
6. Langkah-langkah Perhitungan Hasil Penelitian ... 62
7. Format Lembar Penilaian ... 64
8. Data Hasil Tes Awal Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 65
9. Data Hasil Tes Siklus I Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 66
10. Data Hasil Tes Siklus II Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 67
11. Penelitian Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Saat Pemanasan dengan Dengan Permainan Melewati Bola ... 68
12. Penelitian Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus I ... 69
13. Penelitian Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus II ... 70
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Format Lembar Penilaian Gerak Dasar Passing Bawah ... 33
2. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah ... 37
3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah
Siklus-1 ... 37
4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah
Siklus-2 ... 38
5. Hasil Ketuntasan Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah
Pada Senam Lantai Di Setiap Siklus ... 39
vii
MOTTO
Ditengah kesulitan dan kesukaran terletak kesempatan. Sesali masa lalu karna
ada kekecewaan dan kesalahan. Tetapi jadikanlah penyesalan itu sebagai
pengalaman untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan.
( Rosidawati)
“Pendidikan adalah persiapan paling baik untuk hari tua”. “Kesehatan adalah pangkal kesuksesan”
iv
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Akor Sitepu, M.Pd …………
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Sudirman Husin, M.Pd …………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
v
PERNYATAAN
Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Rosidawati
NPM : 0913068016
Tempat tanggal lahir : Bandar Lampung, 25 Mei 1962
Alamat : Jln. Panglima Polim Gg. Mawar Putih 2 Kel. Segala
Mider Tanjung Karang Barat Bandar Lampung
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Efektivitas Gerak Dasar
Passing Bawah Dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SDN 2
Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012” adalah benar hasil
karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret s.d
April 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya
ucapkan terimakasih.
Bandar Lampung, 3 September 2012
viii
PERSEMBAHAN
Suami Alwi dan kedua anak ku
Merliantika dan Nicki Ilham Saputra
Yang menjadi cahaya dalam hidupku
Ayahanda Zaenal (alm) dan Ibunda Mayudin.K (alm), Ayahanda Mertua Aji
Usman (alm) dahn Ibunda Hasuna (alm) yang sangat kusayangi
Almamater-ku FKIP Unila,
iii
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 2 SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG AJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa : Rosidawati
Nomor Pokok Mahasiswa : 0913068016
Program Studi : Penjaskes
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 2. Komisi Pembimbing
Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd Drs. Akor Sitepu, M.Pd NIP 19510507 198103 1 002 NIP. 19590117 198703 1 002
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Mei
1962, anak dari pasangan Bapak Mahyudin Karim ( alm) dan
Ibu Zainah (alm).Pendidikan formal yang telah ditempuh
penulis yaitu Sekolah Dasar Di Tanjung Karang selesai pada
tahun 1975.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Rawa Laut pada tahun 1980, Sekolah
Menengah Atas Teluk Betung 1983, dan menyelesaikan studi Diploma I Olahraga
di Teluk Betung Sumur Batu 1984. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai
mahasiswi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan S1 FKIP Universitas Lampung.
Pada bulan Maret s.d Aprili 2012, penulis melaksanakan PTK (Penelitian Tindak
Kelas) di SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung untuk menyelesaikan tugas
akhir study Strata Satu dengan judul “Efektivitas Gerak Dasar Passing Bawah
Dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SDN 2 Sukajawa Bandar
ix
SANWACANA
Asalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia. Skripsi dengan judul ” Efektivitas Gerak Dasar Passing Bawah Dengan
Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SDN 2 Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012”adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd. selaku Pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis
2. Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama. 3. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
4. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan. 5. Drs. Wiyono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.
7. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.
8. Kepala sekolah SDN 2 Sukajawa Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas IV A tahun pelajaran 2011/2012.
9. Siswa-siswi kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.
x
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 3 September 2012 Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek
kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,
keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani,
olahraga, dan kesehatan. Aktivitas dalam pendidikan jasmani dan olahraga
merupakan fenomena yang kompleks, karena mencakup dimensi
bio-sosio-kultural.
Ditinjau dari aspek biologis isi kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga pada
hakikatnya adalah pola gerak fisik manusia yang terwujud dalan struktur
jasmaniah yang perlu dipahami sebagai pola perilaku gerak manusia. Dari aspek
sosiologis dan budaya seorang guru Penjas dituntut pula memahami lingkungan
belajar yang baik untuk mencapai tujuan pengajaran pendidikan jasmani yang
efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut yang menjadi prioritas utama
adalah perwujudan secara optimal peranan dan fungsi guru dalam mengelola
kegiatan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Peranan dan fungsi guru
Penjas yang baik akan terwujud apabila memiliki inisiatif, kreativitas, dan
yang cocok dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa
yang sering diungkapkan dalam istilah Developmentally Appropriate Practice
( DAP ). Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk
mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik,
pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai
(sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang
pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.
Untuk itu dalam Pendidikan Jasmani diperlukan sarana dan prasarana yang
memadai dan penggunaannya dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa yang
menggunakannya agar guru dapat memberikan materi pelajaran dengan baik dan
siswa mampu menguasai tugas gerak pada berbagai cabang olahraga,
meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan kemampuan belajar dan
kesehatannya. Dalam pelaksanaannya, penguasaan tugas gerak pada berbagai
cabang olahraga merupakan kesulitan yang dihadapi oleh anak didik.
Teknik-teknik baku yang harus mereka kuasai sebelum dapat dikatakan berhasil
memberikan pengaruh pada anak didik. Pengaruh yang timbul adalah rasa
frustasi dan tidak senang pada Pendidikan Jasmani. Guru harus memberikan
alternatif pendekatan atau model yang dapat menumbuhkan rasa senang dan
suka berolahraga sehingga anak akan berusaha untuk menguasainya.
Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang populer dan banyak diminati oleh
pelajar Indonesia dari semua golongan. Hal ini dapat dilihat dari animo pelajar sebagai
pelaku maupun penonton dalam setiap pertandingan bola voli baik dari tingkat sekolah
internasional. Bola voli adalah permainan yang dimainkan oleh dua regu, setiap regu
masing – masing terdiri dari enam orang dan dapat dilakukan di ruangan tertutup
(indoor) dan terbuka (outdoor). Bola dimainkan di udara dengan melewati net, setiap
regu hanya bisa memainkan bola maksimal tiga kali pukulan. Pada Olahraga bola voli
ada beberapa teknik dasar yang harus dipelajari diantaranya passing. Passing
adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam suatu regu dengan teknik
tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu
lawan.
Di dalam permainan bola voli passing terbagi menjadi dua bagian yakni passing
atas dan passing bawah, sedangkan untuk mempelajari passing bawah sangat
dibutuhkan berbagai variasi latihan agar siswa dapat mencapai prestasi yang
baik karena siswa tidak bosan mempelajarinya dan siswa dapat memahami
keterampilan gerak dasar passing bawah dengan benar. Minimnya peralatan
yang tidak sesuai untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, banyaknya biaya
yang diperlukan dan keterbatasan dana yang dimiliki untuk pengadaan dana
sarana dan prasarana yang dibutuhkan menjadi kendala untuk mencapai tujuan
dalam pembelajaran, hal ini menuntut seorang guru harus kreatif. Guru harus
bisa memodifikasi alat dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang seadanya.
Pemberian materi pembelajaran dengan menggunakan peralatan sederhana
dilapangan atau alat buatan guru sendiri dinamakan pembelajaran dengan
modifikasi.
Kondisi sebagian besar sekolah diIndonesia belum memiliki sarana dan
prasarana yang layak untuk cabang – cabang olahraga tertentu. Menghadapi hal
ukuran lapangan, peralatan, jumlah pemain, dan lain-lain. Dengan demikian guru
diharapkan harus bisa memberikan materi pembelajaran dengan baik dengan
fasilitas yang sederhana, misalnya dalam belajar gerak dasar passing bawah, bisa
menggunakan balon, bola plastik, bola karet dan lain-lain. Idealnya disetiap
sekolah harus mempunyai sarana dan prasarana untuk permainan bola voli yang
memadai, seperti halnya memiliki banyak bola voli untuk melakukan
pembelajaran passing bawah agar lebih efektif dan siswa dapat menguasai
dengan baik. Selain itu guru harus memiliki metode yang bervariasi dalam
melakukan pembelajaran supaya siswa tidak jenuh dan dapat lebih aktif dalam
melakukan pembelajaan.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah belum berjalan
sebagai mana mestinya. Siswa masih belum menguasai gerak dasar passing
bawah dengan baik seperti gerak mengayun tangan, pada saat perkenaan bola.
Masalah ini disebabkan karena terbatasnya sumber - sumber yang digunakan
untuk mendukung proses pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini berhubungan
dengan orientasi guru dalam mengajar yang lebih ditujukan kepada pencapaian
prestasi tanpa melakukan modifikasi khususnya pada teknik keterampilan
cabang olahraga.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perlu ditentukan metode
belajar yang tepat dan adanya perbaikan dalam hal pendekatan atau model yang
digunakan untuk meningkatkan kemampuan passing bawah. Model yang
berorientasi pada prinsip latihan yang disesuaikan dengan tahap pertumbuhan
dapat meningkatkan kemampuan passing bawah. Model yang disusun harus
menarik dan menyenangkan agar mampu memberikan angin segar bagi siswa
sehingga termotivasi untuk dasar permainan bolavoli khususnya pasing bawah.
Atas latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas (classroom action research) tentang “ Evektivitas Gerak Dasar
Pada Passing Bawah dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SD Negeri
Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajararan 2011/2012”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Gerak dasar passing bawah saat mengayun belum dapat dilksanakan dengan
benar.
2. Gerak dasar passing bawah saat perkenaan bola belum dilakukan dengan
benar.
3. Gerak dasar passing bawah saat mengayun dan perkenaan bola belum
dilakukan dengan benar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam identifikasi masalah,batasan masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah dengan modifikasi alat dengan balon dapat menghasilkan
pembelajaran gerak dasar bermain bola voli pada passing pawah pada siswa
2. Apakah dengan modifikasi alat dengan bola plastik dapat menghasilkan
pembelajaran gerak dasar bermain bola voli pada passing pawah pada siswa
kelas IVA di SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung ?
D. Tujuan Penelitian
“Bagaimana upaya meningkatkan efektivitas gerak dasar bolavoli pada pasing
bawah dengan menggunakan modifikasi alat berupa balon dan bola plastik,
pada siswa kelas IVA SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung”.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Upaya meningkatkan keterampilan gerak dasar passing bawah dengan
modifikasi alat yang tepat dan menyenangkan kemudian menunjang dalam
pencapaian kemampuan gerak spesialisasi (terampil) pada usia dewasa.
2. Bagi guru
Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan metode dan
model atau pendekatan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap
kemampuannya dan tercapailah keberhasilan pembelajaran.
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah siswa. Dan juga
memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani di
4. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran untuk kemajuan
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Metodologi penelitian adalah cara yang dilakukan secara
sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk
memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun
bagi peneliti sendiri. (Sukardi. 2003: 93)
Menurut Arikunto dkk (2007: 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran dikelasnya. Dari namanya sudah menunjukkan isi yang
terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di
kelas atau di lapangan dikarenakan ada 3 kata yang membentuk pengertian
tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat di terangkan, (1) Penelitian
menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu yang menarik
minat dan penting bagi peneliti, (2) Tindakan menujuk pada suatu gerak
kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian
pembentuk merangkaikan siklus kegiatan mahasiswa, dan (3) Kelas dalam hal
penelitian, yang lebih sepesifik seperti yang lama dikenal dalam bidang
pendidikan dalam pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah
sekelompok mahasiswa sekelas yang sama dari pendidik yang sama pula.
Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila
perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan
hasil perlakuan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan berdasarkan masalah yang
benar-benar nyata muncul dari dunia tanggung jawab peneliti/ pendidik yaitu
dalam pembelajaran. Masalah yang diteliti harus datang dari guru itu sendiri
dan kemudian dicari pemecahannya. Menurut Arikunto dkk (2007: 61) tujuan
PTK adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran,
mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan professionalisme dan
menumbuhkan budaya akademik.
Tujuan PTK ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif
dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan
hal-hal sebagai berikut : (a) Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja
belajar siswa di sekolah. (b) Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses
pembelajaran di kelas. (c) Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas
penggunaan media, alat bantu, dan sumber belajar lainnya. (d) Peningkatan
atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan
untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa. (e) Peningkatan atau perbaikan
terhadap masalah pendidikan anak di sekolah. (f) Peningkatan atau perbaikan
terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa
Tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik
dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan
melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai
persoalan pembelajaran. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan
hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden
dapat juga merasakan hasil perlakuan. Metodologi penelitian adalah cara yang
dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para
peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi
masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri. (Sukardi. 2003: 93)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Menurut Suhardjomo (2007: 58) Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Tujuan PTK adalah
untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik dalam menangani
proses belajar mengajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai
tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran.
Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila
perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan
hasil perlakuan.
Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencaaan
tindakan (planning), penerapan tindakan (action), observasi dan mengevaluasi
proses dan hasil tindakan, melakukan refleksi dan seterusnya sampai perbaikan
Gambar 3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas. (Hopkins, 1993)
Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui putaran atau spiral dengan beberapa
siklus yang terdiri dari merencanakan, tahap melakukan tindakan, pengamatan
dan tahap refleksi. Berikut adalah putaran spiral penelitian yang tindakan kelas:
1) Perencanaan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana,oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
2) Tindakan
Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan
isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3) Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat oleh
4) Refleksi
Adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan.
5) Perbaikan rencana
Adalah memperbaiki suatu tindakan yang sudah dilaksanakan apabila tidak
sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau tindakan sesuai rencana.
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Nama sekolah : SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung
Alamat : Jln. Tamin, GG A. Rahman Bandar Lampung
2. Pelaksanaan penelitian
Lama penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu
bulan setengah ( selama Maret sampai April 2012).
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa yang
berjumlah 40 siswa.
D. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah
1. Siklus Pertama
a. Rencana
1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, penutup.
Dapat dilihat pada RPP yang ada pada lampiran di baian belakang.
yang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan
3. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handikem atau kamera)
4. Menyiapkan balon untuk pembelajaran passing bawah
5. Menyiapkan siswa berbaris sesuai jumlah balon untuk pembelajaran
passing bawah
b. Tindakan
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 sap.
2. Kemudian siswa melakukan pemanasan umum yaitu dengan permainan
tikus dan kucing, mengoper bola dari atas kepala, mengoper bola
melalui samping badan.
3. Menjelaskan bentuk gerak dasar yang akan dilakukan pada siklus
pertama, yaitu dengan menggunakan balon.
4. Siswa melakukan passing bawah menggunakan balon dengan gerakan
passing bawah yang benar, sikap awal kedua kaki dibuka sebar bahu
dan lutut sedikit ditekuk, posisi tubuh tegak tidak membungkuk ataupun
lenting, dan langkah dalam tindakan siklus pertama siswa dibariskan
sesuai dengan banyaknya balon, guna memudahkan pendidik untuk
mengevaluasi gerakan yang benar.
5. Setiap siswa melakukan selama 1 sampai 2 menit gerakan passing
bawah secara bergantian dengan alat modifikasi (balon). Posisi tangan
saat melakukan gerakan passing bawah tangan lurus kedepan tangan
kanan dan kiri dirapatkan, lalu ibu jari kanan dan kiri saling
bersentuhan. Siswa yang sudah melakukan gerakan passing bawah
kedepan melakukan gerakan passing bawah, dan seterusnya sampai
siswa sudah melakukan semuanya.
6. Diberikan pengulangan gerakan passing bawah secara berurutan.sampai
siswa benar-benar menguasai gerakan passing bawah.
7. Menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis latihan pada tatap muka
hari tersebut.
c. Observasi
1. Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan bantuan balon dapat berjalan
dengan baik dan efektif, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu
pengulangan sebanyak 3 kali dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus
pertama.
2. Setelah tindakan dilakukan siswa yang berjumlah 40 siswa itu, ada yang
berhasil dan belum berhasil. Pada siklus pertama yaitu ada 18 siswa
yang berhasil menurut kriteria KKM ≥ 70, dan 22 siswa yang belum
berhasil masih dibawah rata-rata 67,5. Hasil belajar pada siklus pertama
belum tuntas karena persentase tingkat efektivitasnya hanya 40,62%,
belum mencapai 50%. Maka siswa harus melanjutkan gerak dasar
passing bawah pada siklus kedua yaitu dengan menggunakan bola
plastik dalam pelajaran bola voli, guna untuk mencapai tingkat
efektivitasnya.
d. Refleksi
1. Dari hasil observasi siswa yang berhasil ada 18 siswa dan yang belum
pendidikan jasmani. Dan keputusannya efektivitas gerak dasar passing
bawah dengan menggunakan bantuan balon belum mencapai ketuntasan
hanya mencapai 40,62 %, maka siswa yang sudah berhasil dan yang
belum berhasil perlu melakukan gerak dasar passing bawah pada siklus
kedua untuk mencapai efektivitas gerak dasar passing bawah lebih dari
50%dan untuk mencapai kriteria KKM disekolah.
2. Mendiskusikan rencana tindakan untuk selanjutnya, yaitu pada siklus
kedua dengan menggunakan bantuan bola plastik.
3. Setelah didiskusikan maka tindakan pada siklus kedua adalah
menggunakan alat bantu bola plastik.
2. Siklus Kedua
a. Rencana
1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan kegiatan
yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup yang
dapat dilihat di RPP pada lampiran bagian belakang.
2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran bolavoli passing
bawah.
3. Menyiapkan istrumen berupa indikator-indikator gerak dasar passing
bawah persiapan, gerakan, dan gerakan akhir.
4. Menyiapkan modifikasi alat (bola plastik) dalam pembelajaran bolavoli.
5. mempersiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran bolavoli.
b. Tindakan
1. Siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya bola plastik dan siswa
2. Setelah memperhatikan gerakan pasing bawah bolavoli yang benar
siswa melakukan pasing bawah menggunakan bola plastik dengan
gerakan passing bawahyang benar dan langkah dalam tindakan siklus
kedua siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya bola plastik.
3. kemudian siswa memperagakan gerak dasar passing bawah dari
persiapan pelaksanaan dan gerakan akhir dilapangan bolavoli sesuai
dengan gerakan yang telah diberikan.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi kesalahan
gerakan yang dilakukan, kemudian memperbaiki gerakan yang salah
dengan berpedoman melihat gerakan passing bawah dengan benar.
c. Observasi
1. Observasi dilakukan selama pemberian tindakan. Observasi dilakukan
untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan bantuan bola plastik, supaya efektivitas gerak dasar
passing bawah pada bolavoli dapat berjalan dengan baik dan efektif.
2. Setelah tindakan dilakukan, ternyata siswa yang berhasil dan belum
berhasil pada siklus kedua yaitu ada 37 siswa yang berhasil menurut
kriteria KKM, dan 3 siswa yang belum berhasil masih dibawah
rata-rata. Hasil belajar pada siklus kedua sudah tuntas karna persentase
tingkat efektivitasnya 61,46% sudah melebihi kentuntasan yaitu 50%.
Maka pada siklus kedua efektivitas gerak dasar passing bawah pada
d. Refleksi
Hasil observasi disimpulkan lalu didiskusikan, dan kesimpulannya pada
siklus pertama tingkat efektivitas siswa hanya mencapai 40,62% dikatakan
belum efektif, lalu pada siklus kedua persentase mencapai 61,46% dan
dikatakan efektif. Maka pada siklus kedua efektivitas gerak dasar passing
bawah pada pembelajaran bola voli dikatakan tuntas menurut kriteria
ketuntasan.
E. Instrumen dan Cara Pengambilannya
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK
(penelitian kaji tindak) di setiap siklusnya, Menurut Freir and Cuning ham
dalam Muhajir (1997;58) “dalam PTK dikatakana valid bila tindakan itu
memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang
dihadapi”. Alat itu berupa indikator-indikator dari penilaian keterampilan gerak
dasar servis atas bentuk indikatornya adalah: (1) Tahap Persiapan (2) Tahap
gerak atau tahap pelaksanaan (3) Akhir gerak, (H. Sarono, 2005:13
Tabel 1. Format Lembar Penilaian Gerak Dasar Pasing Bawah
Aspek Indikator Skor
1 2 3
Persiapan
1. Kedua lutut ditekuk dengan badan sedukit dibongkokkan kedepan
2. Berat badan menumpu pada telapak kaki bagian depan
3. Kedua tangan saling perpegangan
4. Ayunkan kedua lengan kearah bola dengan sumbu gerak pada persendian bahu dan siku betul-betul dalam keadaan lurus
Pelaksanaan
lengan diatas dari pergelangan tangan 6. Lengann membentuk sekitar 45 derajat
dengan badan dan lengan diayunkan diangkat hampir lurus
7. Pandangan terhadap bola pada saat memukul
Gerakan lanjutan
8. Setelah ayunan lengan mengenai bola kaki belakang melangkah kebelakang untuk mengambil posisi siap kembali
9. Ayunan lengan kedepan tidak membentuk sudut 90 derajat dengan bahu atau badan 10.Badan bergerak ke lapangan
Jumlah Skor
Diadopsi dari H. Harsono, (2005:13) Keterangan : 1 = Gerak Baik
2 = Gerak Cukup 3 = Gerak Kurang
F. Analisis data
Untuk melihat kualitas hasil tindakan pada setiap siklus digunakan rumus :
(Subagio dalam Fajar. 2005:36)
Keterangan :
P : Prosentase keberhasilan
f : Jumlah yang melakukan benar
N : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Efektivitas
(Goodwin dan Coates dalam Fajar, 2005: 37)
Keterangan :
Xn : Rerata nilai akhir siklus ketiga
Xi : Rerata tes awal
Bila hasil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang dilakukan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Anak dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan
dijadikan bahan pelajaran. Thompson (1993: 38) menjelaskan bahwa anak
bukanlah hanya sekedar versi yang lebih kecil dari orang dewasa. Anak
memiliki kemampuan dan kebutuhan yang sangat khusus. Untuk itu perlu
dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang dan belajar, apa kebutuhan dan
apa minatnya. Proses berkembang ini dibagi atas fase-fase tertentu. Dengan
mengetahui tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu, memberikan
informasi dan landasan dalam menentukan alternatif model pembelajaran yang
cocok sehingga proses belajar mengajar lebih efektif , agar kemampuan anak
dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Menurut Thompson (1993: 41) bahwa
tiap anak mengembangkan pertumbuhan dengan kecepatan masing-masing dan
beberapa anak berkembang lebih awal dan sebagian lagi berkembang lebih
lambat daripada rata-rata anak pada umumnya. Rata-rata puncak pertumbuhan
sangat cepat ini kira-kira pada umur 12 tahun bagi anak perempuan dan umur 14
tahun bagi anak laki-laki. Sebelum pertumbuhan sangat cepat ini tidak ada
perbedaan penting antara anak laki-laki dan perempuan dalam berat dan tinggi
badan. Bila saat pertumbuhan cepat ini terjadi maka akan menghasilkan
Penjelasan lebih lanjut oleh Thompson (1993: 42) yang menyebutkan bahwa
perbedaan-perbedaan yang muncul pada pertumbuhan cepat dan masa puber
terjadi akibat perubahan hormon yang dihasilkan tubuh. Perbedaan tersebut
berupa bahu yang lebih lebar dan sedikit perubahan lebar panggul pada laki-laki
dan panggul yang lebih lebar dan sedikit perubahan pada lebar bahu pada anak
perempuan. Perubahan ini berpengaruh pada cara gerak anak laki-laki dan
perempuan.
Sunarto (1999: 53) juga menyebutkan perkembangan fisik yang menjadi tanda
pubertas dihitung mulai menstruasi pertama pada anak perempuan atau sejak
anak laki-laki mengalami mimpi basah (mengeluarkan air mani pada waktu
tidur). Perubahan ini terkadang membawa kesukaran fisik bagi anak remaja, juga
menyebabkan mereka punya keasyikan mental dan emosional. Apabila
menstruasi mulai datang, mungkin atau boleh jadi menghalangi partisipasi
mereka dalam kegiatan fisik.
Dalam pertumbuhan cepat ini, alas pertumbuhan masih rawan sehingga perlu
dihindari kekuatan yang berlebihan yang dapat merusak dan dapat berdampak
dalam waktu lama. Karena sekali tulang berhenti tumbuh, maka tempat/alas
pertumbuhan berubah menjadi tulang keras dan tidak lagi menjadi tempat
terlemah pada tulang itu. Beberapa gerakan yang perlu dihindari pada waktu
pertumbuhan cepat adalah gerak memantul-mantul, melempar keras
berulang-ulang, dan penggunaan beban. Sekali badan telah berhenti tumbuh, tempat/alas
pertumbuhan berubah menjadi tulang keras dan tidak lagi menjadi tempat
Jika pertumbuhan merupakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik
atau biologis maka perkembangan lebih diartikan pada perubahan-perubahan
kualitatif mengenai aspek psikis dan aspek sosial. Dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Sunarto
(1999:68) menyatakan bahwa masa remaja adalah upaya menentukan jati dirinya
(identitasnya) atau aktualisasi diri. Sunarto (1999:69) menyebutkan beberapa
jenis kebutuhan remaja, yaitu: (a) Kebutuhan organik, yaitu makan, minum,
bernapas. (b) Kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan mendapatkan simpati dan
pengakuan dari pihak lain. (c) Kebutuhan berprestasi, yang berkembang karena
didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus
menunjukkan kemampuan psikofisis. (d) Kebutuhan untuk mempertahankan diri
dan mengembangkan jenis.
Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada anak, guru harus
memperhatikan sarana dan prasarana yang digunakan agar sesuai dengan
karakteristik siswa yang menggunakannya sehingga guru dapat memberikan
materi pelajaran dengan baik dan siswa mampu menguasai tugas gerak pada
berbagai cabang olahraga, meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan
kemampuan belajar dan kesehatannya.
B. Model Pembelajaran
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak terlepas dari peranan guru dalam
memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
materi dan siswa. Menurut Soekamto dan Winataputra (1996/1997), model
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran.
Dengan demikian model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari
strategi, metode atau prosedur. Menurut Ismail (2002: 11) Model pembelajaran
memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode
tertentu, yaitu: (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya; (2)
tujuan pembelajaran yang akan dicapai; (3) tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat terlaksana secara berhasil; dan (4)
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tersebut tercapai.
Model pembelajaran adalah sebuah perencanaan atau pola yang dapat digunakan
untuk menjabarkan kurikulum, untuk merancang materi pembelajaran dan untuk
memandu kegiatan pembelajaran di dalam kelas atau setting kelas yang lain.
(Ahmad H. P, 2005: 15)
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut model pembelajaran dapat diartikan
sebagai penerapan konsep-konsep tertentu dalam pembelajaran yang harus
dikerjakan menurut langkah-langkah yang teratur dan bertahap, sistematis dan
terorganisir, agar mencapai pengalaman belajar dan tujuan belajar tertentu,
sekaligus merupakan pedoman bagi para pembelajar dalam pelaksanaan aktivitas
pembelajaran.
Melihat fakta di atas maka jelaslah bahwa guru pendidikan jasmani perlu
meningkatkan mutu pembelajaran Penjaskes di sekolah yang menarik, inovatif,
dan kreatif dan dan di sesuaikan dengan perkembangan jiwa peserta didik.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan
jasmani adalah model pembelajaran dengan penggunaan alat bantu. Model ini
sangat sesuai dengan materi pendidikan jasmani di sekolah yang pencapaian
tujuan pendidikannya melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau
olahraga. Dengan penggunaan alat bantu diharapkan akan tercipta
pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan dapat meningkatkan motivasi/
semangat anak untuk melakukan gerak.
C. Modifikasi Alat
Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan
sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun
sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian tujuan
pengajaran yang diharapkan. Modifikasi alat pembelajaran merupakan suatu
upaya seseorang untuk merubah alat pembelajaran yang sesungguhnya menjadi
berbeda dari yang sebelumnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan agar
tujuan yang direncanakan sebelumnya dan dapat dicapai sebaik-baiknya.
1. Pengertian modifikasi
Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah”pengubahan”dan
berasal dari kata”ubah”yang berarti”lain atau beda”mengubah dapat diartikan
dengan”menjadikan lain dari yang sebelumya”sedangkan dari arti
mengubah dapat juga diartikan pembaruan.tidak mengherankan bahwa pada
mulanya dalam pembaruan berpokokpada metode mengajar, bukan karena
mengajar itu penting melainkan mengajar itu bermaksut menimbulkan efek
belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang
dilakukan untuk memperbaiki paraktek pendidikan dengan sungguh-sungguh.
Pada kamus bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untuk
mengerjakan sesuau” alat meupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang
digunakan untuk proses kegiatan kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu
dengan adanya alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara
langsung tentang materi yang akan dibeikan kepada siswa,dengan bertujuan
agar mudah dipahami dan dpat dimengerti oleh peserta didik atau siswa.
Menurut Bahagia dan Suherman (2000: 1) Modifikasi adalah menganalisa
sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dalam bentuk aktivitas
belajar yang potensial dan dapat memperlancar dalam pembelajaran.
Perlunya modifikasi menurut Bahagia adalah untuk menganalisa sekaligus
mengembangkan materi pelajaan dengan cara meruntunkannya dalam bentuk
aktivitas belajar yang potensial dan dapat memperlancar peserta didik dalam
belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan
membelajarkan peserta didik dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat
keterampilan yang lebih rendah menjadi tingkat keterampilan yang lebih
keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa
sepenuhnya menghilangkan aslinya.
Perhatian yang besar dari para guru Pendidikan Jasmani terhadap kondisi alat
belajar dan kreatifitas untuk merubahnya, apabila dirasakan kondisi alat
belajar tersebut tidak sesuai dengan peserta didik. Lebih lanjut Kiram
(1991:289) menerangkal hal sebagai berikut : “Bila alat yang digunakan yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum terlalu besar, kecil, ringan, rumit, dan
sebagainya, ubalah alat yang digunakan tersebut sehingga memberikan
kemudahan bagi peserta didik untuk menggunakanya”.
2. Tujuan Modifikasi
Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :
1). mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani,
2). mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik,
3). mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif,
4). mengurangi resiko cidera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan
kondisi fisik yang tidak seimbang.
Menurut Bahagia (2000:41) cara guru memodifikasi alat pembelajaran akan
tercermin dari aktifitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal
hingga akhir pembelajaran. Beberapa aspekanalisa modifikasi ini tidak
terlepas dari pengetahuan guru tentang : 1).Modifikasi tujuan pembelajaran,
2).Modifikasi materi Pembelajaran, 3).Modifikasi kondisi lingkungan,
Menurut Bahagia dan Suherman (2000:41) modifikasi merupakan salah satu
usaha para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP ( Developentally
Appropriate Practice) termasuk didalamnya body scaling atau penyesuaian
dengan ukuran tubuh siswa yang sedang belajar. Aspek inilah yang harus
selalu disajikan prinsip utama dalam memodifikasi pembelakaran penjas.
Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi
pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktifitas belajar
yang potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini
dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari
yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah
menjadi tingkat yang lebih tinggi.
Modifikasi yang berprinsip DAP diarahkan agar aktifitas belajar sesuai
dengan tingkat perkembangan anak serta dapat membantu dan mendorong
perubahan kemampuan belajar anak kearah perubahan yang lebih baik.
Hamalik dalam Azhar Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan
dan isi pelajaran saat itu. Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2005:
24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab
aktivitasnya mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan
dan lain-lain.
Menurut Azhar Arsyad (2005: 7) Media pendidikan memiliki pengertian alat
bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Alat bantu
adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, alat
bantu (peraga) sangat penting.
Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih
mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar
alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar
siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien.
Menurut Amir Hamzah (1988) Penekanan media pendidikan terdapat pada
visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya
grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu
panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana,
dan barang contoh).
D. Konsep Belajar Motorik
Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu ke
waktu dan dalam prosesnya melibatkan otak, dan ingatan. Dengan demikian
tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah menerima dan
menginteprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari,
kemudian mengolah dan menginformasikan informasi tersebut sedemikian rupa
sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk
ketrampilan.
Menurut Sugiyanto,dkk (2004:19) belajar gerak adalah serangkaian proses yang
berkaitan dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang menyebabkan
timbulnya perubahan menetap dalam keterampilan.Yang dipelajari di dalam
belajar gerak adalah pola-pola gerak mempelajari gerakan olahraga, seorang
atlet berusaha untuk mengerti gerakan yang dipelajari kemudian apa yang
dimengerti itu dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam
gerakan tubuh secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola
gerakan yang dipelajari.
Cholik (2004:1) mengatakan bahwa belajar ketrampilan dan kemampuan
motorik merupakan sesuatu yang berkembang secara terus menerus sesuai
dengan tingkat perkembangan. Prilaku motorik adalah tanggapan atau reaksi
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi, perubahan itu berupa
penguasaan, sikap dan cara berfikir yang bersikap menetap sebagai hasil dari
latihan dan pengalaman. Menurut Schmid dalam Lutan (1988: 102) Belajar
motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau
pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku
gerak.
Belajar gerak adalah sebagai tingkah laku atau perubahan kecakapan yang
mampu bertahan dalam jangka waktu tertentu, dan bukan berasal dari proses
pertumbuhan. Belajar gerak adalah belajar yang diwujutkan melalui respon–
respon atau muskular, yang pada umumnya diekspedisikan dalam gerak tubuh
atau bagian tubuh.
Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan belajar yang harus dilalui oleh anak
didik untuk dapat mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis).
Tiga tahapan belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan, karena tahap
belajar prasyarat untuk taraf barikutnya. Apabila ketiga tahapan belajar gerak ini
tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar Pendidikan Jasmani, maka guru
tidak boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan,
khususnya untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani yang ideal.
Dalam proses untuk menyempurnakan suatu belajar gerak menurut Winkel
(1984:54) berlangsung dalam tiga tahapan yaitu : 1) Tahap Kognitif, 2) Tahap
Fiksasi, 3) Tahap Otomatis. Adapun tahap-tahapan dalam belajar gerak adalah
1. Tahap Koqnitif
Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan
gerak, pertama kali yang harus dilakukan menurut Winkel (1984: 53) adalah
memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang
akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa memperoleh
informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara melakukan aktifitas
gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk
motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara
melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan
perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk
menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang
menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.
2. Tahap Asosiatif/Fiksasi
Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan
konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga
sering disebut sebagai tahap latihan. Winkel (1984: 54) tahap latihan adalah
tahap dimana siswa diharapkan mampu mempraktikkan apa yang hendak
dikuasai dengan cara mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak
yang dipelajari.
Apakah gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot
halus atau gerak terbuka atau gerak tertutup? Apabila siswa telah melakukan
latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang
baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa
3. Tahap Otomatis
Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena
siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya siswa dapat merespon
secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk
dilakukan. Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis
adalah bila seorang siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi
terhadap apa yang akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan
benar. Winkel (1984: 55).
E. Permainan Bolavoli
Bolavoli adalah permainan yang dilakukan oleh dua regu, yang masing- masing
terdiri dari enam orang. Bola dimainkan di udara dengan melewati net, setiap
regu hanya bisa memainkan bola, tiga kali pukulan. Di dalam permainan bola
voli banyak sekali teknik – teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang
pemain diantaranya pasing atas dan bawah, servis, smes dan bendungan atau
blok.
Pada dasarnya prinsip bermain bolavoli adalah memantul – mantulkan bola
sebelum sampai menyetuh lantai, bola yang dimainkan sebanyak – banyaknya
tiga kali memantulkan dalam lapangan sendiri dan bergantian, dengan
mengusahakan bola yang dipantulkan itu diseberangkan ke lapangan lawan
melewati atas jaring masuk sesulit mungkin(Ma’mun dan Subroto, 2001:43 ).
Bola voli dimainkan oleh dua regu tiap regu terdiri dari enam pemain, dan tiap
regunya berusaha melewatkan bola di atas net bolavoli agar jatuh menyentuh
mendapatkan poin atau angka regu yang pertama mencapai angka 25 adalah regu
yang menang. (Muhajir 2004: 30).
F. Passing
Yang dimaksud dengan passing di dalam permainan bolavoli adalah usaha
ataupun upaya seseorang pemain bolavoli dengan cara menggunakan suatu
teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk mengoperkan bola yang
dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri.
(Soetedjo 1993: 12).
1. Passing Bawah
Sikap permulaan: ambil posisi sikap siap normal, pada saat tangan akan
dikenakan pada bola, segera tangan dan juga lengan diturunkan serta tangan
dan lengan dalam keadaan terjulur ke bawah depan lurus. Siku tidak boleh
ditekuk, kedua lengan merupakan papan pemukul yang selalu lurus
keadaannya. Sikap saat perkenaan: pada saat akan mengenakan bola pada
bagian sebelah atas (bagian proximal) daripada pergelangan tangan. Ambillah
terlebih dahulu posisi sedemikian rupa sehingga badan berada dalam posisi
menghadap pada bola. Bagian bola berada pada jarak yang tepat maka
segeralah ayunkan lengan yang telah lurus dan difixir tadi dari arah bawah ke
atas depan. Tangan pada saat itu telah berpegangan satu dengan yang lain.
Perkenaan bola harus diusahakan tepat pada bagian proximal daripada
pergelangan tangan dan dengan bidang selebar mungkin agar bola dapat
melambung secara stabil. Maksudnya agar bola selama menempuh lintasanya
proximal daripada pergelangan tangan, akan memantul ke atas depan dengan
lambungan yang cukup tingi dan dengan sudut pantul 900. Sebagai catatan
perlu ditambahkan di sini bahwa bila sudut pantulnya tidak 900 maka secara
teoritis bola akan memantul ke arah lain atau dikatakan bola tersebut akan
diterima luncas. Dengan demikia bola tidak akan memantul ke arah seperti
yang diharapkan.
Gambar 1. Pasing Bawah
Adaptasi dari Permainan Dasar Bola Voli 1993
Sikap akhir: setelah bola berhasil dipass bawah maka segera diikuti
pengambilan sikap siap normal kembali dengan tujuan agar dapat bergerak
lebih cepat untuk menyesesuaikan diri dengan keadaan. (Soetedjo 1993: 13)
2. Passing Atas
Sikap permulaan: pemain mengambil sikap siap normal. Dalam bermain
bolavoli sikap siap normal adalah pengambilan sikap tubuh sedemikian rupa
sehingga memudahkan untuk bergerak kearah yang diinginkan. Secara
keseluruhan tubuh harus dalam keadaan setimbang yang labil. Setimbang
maksudnya agar tubuh dapat digerakan ke berbagai arah yang dikehendaki
dalam waktu singkat. Adapun sikap siap normal itu adalah sebagai berikut:
pemain berdiri dengan salah satu kaki berada di depan kaki yang lain.
Dianjurkan bila tidak kidal kaki kiri berada lebih ke depan dari kaki kanan.
Lutut ditekuk badan agak condong sedikit ke depan dengan tangan siap
berada di depan dada. Pada saat akan melakukan passing, maka segeralah
menempatkan diri di bawah bola, dan tangan diangkat ke atas depan kira-kira
setinggi dahi.
Sikap saat perkenaan bola: perkenaan bola pada jari adalah di ruas pertama
dan kedua terutama ruas pertama dari ibu jari. Pada saat jari disentuhkan pada
bola maka jari-jari agak ditegangkan sedikit dan pada saat itu juga diikuti
gerakan pergelangan lengan ke arah depan atas agak eksplosif. Sikap akhir:
setelah bola berhasil di-pass maka lengan harus lurus sebagai suatu gerakan
lanjutan diikuti lengan badan dan langkah kaki ke depan agar koordinasi tetap
terjaga dengan baik. Gerakan tangan, pergelangan, lengan, dan kaki harus
merupakan suatu gerakan yang harmonis, sedangkan pandangan ke arah
jalanya bola. (Soetedjo 1993: 14).
Gambar 2. Passing Atas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sebelum melakukan tindakan atau pemberian materi dan perintah untuk melakukan tindakan siklus pertama, terlebih dahulu dilakukan tes awal. Hasil observasi (tes awal) ini sangat berguna untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan pada siklus pertama.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) apakah tindakan dapat meningkatkan hasil belajar dan melihat efektifitas pembelajaran yang dicapai. dapat dilihat pada pencapaian nilai rerata kelas dan ketuntasan belajar atau hasil penelitian disetiap siklusnya.
1. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah.
Tabel 2. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah.
No Siklus X
Presentasi Nilai Belajar Jmlah
% Tingkat efektifitas >ketuntasan <ketuntasan Efektifitas Keteranga
n
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan tes atau mengambil nilai temuan. Hasil tes temuan ini berguna untuk menentukan tindakan pada siklus pertama dan siklus berikutnya. Dalam
penelitian tindakan kelas (PTK) apakah tindakan dapat meningkatkan hasil belajar, dapat dilihat pada pencapaian nilai rerata kelas dan ketuntasan belajar atau dari hasil penelitian di setiap siklusnya. Setelah melakukan tinjauan pada putaran pertama atau siklus kesatu, yang diberikan materi gerak dasar passing bawah dengan menggunakan alat modifikasi bola dari balon, kemudian siswa diberikan tes lembar observasi dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Passing Bawah Siklus I
No Hasil Jumlah Prosentase (%)
1 Rerata 67,5 45
2 Ketuntasan 18 45
P
n
f
x
100
%
Prosentase ketuntasan belajar:
%
Setelah melakukan tinjauan pada putaran pertama pada siklus kedua dengan diberikan materi gerak dasar passing bawah dengan menggunakan alat modifikasi bola dari plastik, kemudian siswa diberikan tes lembar observasi dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah Siklus II
No Hasil Jumlah Prosentase (%)
1 Rerata 77,5 42,5
2 Ketuntasan 37 92,5
Indikator peningkatan dapat dilihat melalui rumus:
Tabel 5. Hasil Ketuntasan Latihan Gerak Dasar Passing Bawah Meningkat Secara Nyata Pada Siklus Kedua.
No Tindakan Hasil (%) Keterangan
1 Pertama 45 Berhasil 18 siswa
2 Kedua 92,5 Berhasil 37 siswa
Dari berbagai tabel di atas diketahui bahwa di setiap siklusnya terdapat
peningkatan dari tes temuan siklus I berhasil 18 siswa dari 40 siswa, kemudian siklus II berhasil 37 siswa dari 40 siswa dengan prosentase 92,50 %.
10%
Tes Awal Siklus 1 Siklus 2
Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Tes Awal, Siklus 1, Siklus 2.
2. Analisis Efektivitas Pembelajaran Setiap Siklusnya
Efektifitas Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Passing Bawah
E : Efektivitas tindakan yang dilakukan Xn : Rerata nilai akhir siklus kedua
Xi : Rerata tes awal
Berikut deskripsi efektivitas pembelajaran pada setiap siklus :
Tabel 6. Deskripsi Efektivitas Pembelajaran Pada Setiap Siklus.
Siklus XTes
Awal X Efektivitas Keterangan
Pertama 48 67,50 40,62 Belum efektif
Kedua 48 77,50 61,46 Efektif
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, ada peningkatan hasil belajar keterampilan gerak dasar passing bawah dengan rincian sebagai berikut :
1. Pada siklus pertama dengan penggunaan modifikasi alat bola dari balon diperoleh peningkatan rata-rata nilai sebesar 67,50 dengan perhitungan tingkat efekivitas 40,62% itu berarti tindakan belum efektif.
2. Pada siklus kedua dengan penggunaan alat modifikasi berupa bola
plastik diperoleh peningkatan dengan rata-rata nilai sebesar 77,50 dengan perhitungan tingkat efekivitas 61,46%. Hasil perhitungan telah
B. Pembahasan
Berdasarkan data terlampir, prosentase kemampuan melakukan gerak dasar passing bawah di siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung pada tahap pertama atau siklus kesatu siswa melakukan gerak dasar passing bawah yang benar dengan modifikasi alat bola dari balon belum menunjukan hasil yang diinginkan.
Dari 40 subjek kaji tindak dari setiap indikator yang terdapat dalam gerak dasar passing bawah masih rendah, pada tes awal diperoleh rerata kelas 48 poin sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 32,50 % dan yang mendapat di bawah rerata kelas 67,50 %. Jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan
belajar hanya 4 siswa dengan persentase 10 % dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 36 siswa dengan persentase 90 %.
Setelah diberikan tindakan siklus atau putaran kesatu dengan mengguanakan alat modifikasi berupa bola dari balon, pada siklus pertama diperoleh rerata kelas 67,50 poin, sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 45,00% dan yang mendapat di bawah rerata kelas 55,00%. Jika dilihat dari perolehan nilai
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Bahagia, Yusuf dan Suherman. (2000).Atletik. Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Dahlan. M. D. 1984. Model-Model Mengajar. Penerbit CV Diponegoro. Bandung. Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pengajaran. Bumi Aksara. Bandung. Hamzah, Amir.2000.Media Audio-Visual. Gramedia:Jakarta.
Lutan, Rusli. 1988. 2002 Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.. Supervisi Pendidik Jasmani. Dirjen Olahraga. Jakarta.
Muhajir. 2007. Teori dan Praktik Pendidikan Jasmani Untuk SMP Kelas VII. Yudistira. Jakarta.
Soekamto, T dan Winataputra, Udin.1997. Teori Belajar dan Model- Model Pembelajaran. Dekdikbud.Jakarta.
Suleiman, Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual. PT Gramedia. Jakarta.
Sunarto dan Hartono, Agung. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Toho Cholik Motohir dan Gusril. 2004. Perkembangan Motorik Pada Masa Anak – Anak. Proyek Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga, Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas. Jakarta.
Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung.