Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat
Oleh TETI SURYANTI
E14102026
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
Teti Suryanti. Tingkat Konsumsi Kayu Perkakas Pada Rumah Kost (Studi Kasus
di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan
Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat). Di bawah
bimbingan Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA.
Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang bernilai ekonomis tinggi dan
dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan. Tingginya kebutuhan
masyarakat akan pendidikan dapat menimbulkan berbagai usaha penunjang
pendidikan, salah satunya usaha penyewaan rumah kost. Jumlah mahasiswa yang
terus meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan meningkatnya kebutuhan
rumah kost. Hal ini dapat mengakibatkan semakin meningkatnya permintaan kayu
masyarakat terutama untuk keperluan pembangunan rumah kost. Akan tetapi
akhir-akhir ini terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan persediaan kayu
di pasaran. Akibatnya, masyarakat mengalami kesulitan memperoleh jenis-jenis
kayu komersial dengan harga kayu yang semakin meningkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya konsumsi
kayu perkakas, prediksi konsumsi kayu di masa yang akan datang dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya konsumsi kayu pada
rumah kost. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah,
bidang usaha pemasok kayu dan instansi kehutanan dalam menyediakan pasokan
kayu perkakas di masa yang akan datang.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil sejumlah contoh dari dua
wilayah rumah kost dengan metode Stratified random sampling kemudian dilakukan pengukuran terhadap data teknis dan data sosial ekonomi. Data teknis
berupa data luas dan jenis bangunan rumah kost untuk mengetahui besarnya
konsumsi kayu pada rumah kost. Sedangkan data sosial ekonomi berupa
pendapatan dan pekerjaan pemilik rumah kost, harga sewa rumah kost, besarnya
uang saku per bulan dan pekerjaan orang tua penyewa kost yang diperlukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu.
Dari penelitian ini dapat diketahui besarnya konsumsi kayu pada rumah
kecil sebesar 0,0647 m³/m2, rumah kost sedang sebesar 0,0565 m³/m2 dan rumah
kost besar 0,0549 m³/m2. Apabila diperhitungkan berdasarkan ukuran rumah
secara keseluruhan maka semakin besar ukuran bangunan rumah semakin besar
pula kayu yang dikonsumsi.
Berdasarkan pertambahan jumlah mahasiswa, besarnya konsumsi kayu
pada rumah kost mengalami peningkatan sebesar 1,1% per tahun. Sedangkan
berdasarkan pertambahan jumlah bangunan rumah, besarnya kebutuhan kayu
Desa Babakan diprediksikan akan meningkat sebesar 3% per tahun. Besarnya
kebutuhan kayu Kelurahan Balumbang Jaya diprediksikan akan meningkat
sebesar 7% per tahun.
Kayu yang banyak digunakan sebagai bahan konstruksi rumah kost yaitu
kayu Meranti (Shorea spp), Kamper (Dryobalanops spp) dan sebagian kecil Mahoni (Swietenia spp), Sengon (Paraserianthes falcataria) serta Jati (Tectona grandis). Besarnya konsumsi kayu pada rumah kost dipengaruhi oleh jumlah penghuni dan harga sewa rumah kost. Konsumsi kayu akan bertambah setiap
penambahan jumlah anggota keluarga. Selain itu, konsumsi kayu akan bertambah
TINGKAT KONSUMSI KAYU PERKAKAS
PADA RUMAH KOST
Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Oleh TETI SURYANTI
E14102026
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
SKRIPSI
Judul Skripsi : Tingkat Konsumsi Kayu Perkakas Pada Rumah Kost (Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat).
Nama Mahasiswa : Teti Suryanti NRP : E14102026
Departemen : Manajemen Hutan
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA NIP.130.516.498
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Prof. Dr .Ir . Cecep Kusmana, MS NIP.131.430.799
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Majalengka pada tanggal 1 Agustus 1984. Ayah
bernama Madrohim dan ibu Nani Karmini sebagai anak ke dua dari dua
bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri Babakankareo lulus tahun
1996, SLTP Negeri 1 Rajagaluh lulus tahun 1999 dan SMU Negeri 2 Cirebon
lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor
dan diterima pada Jurusan Manajemen Hutan Program Studi Manajemen Hutan.
Selama menempuh studi di Fakultas Kehutanan penulis aktif menjadi
anggota Departemen Human Resources Development International Forestry
Student Association periode 2004-2005. Selain itu penulis juga aktif sebagai
PRAKATA
Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Tingkat Konsumsi Kayu Perkakas Pada Rumah Kost (Studi Kasus di Desa
Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang
Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat). Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA sebagai dosen pembimbing utama
yang telah banyak membimbing, memberikan arahan serta masukan selama
penulisan skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Iding M Padlinurjaji selaku penguji dari Departemen Hasil
Hutan yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk
penyempurnaan skripsi.
3. Bapak Ir. Jojo Ontarjo, MM selaku penguji dari Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata atas segala saran dan masukan untuk
penyempurnaan skripsi.
4. Mimi, Bapa, A Nanang serta keluarga besar Ohi Sidik atas segala kasih
sayang, pengertian dan dukungannya.
5. Muhamad Yusuf Hidayat S.Hut atas kasih sayang, perhatian dan bantuannya
selama pengumpulan data dan penyusunan skripsi ini.
6. Adiet, Yuni, Fieta, Linda, Indah, Ona serta rekan-rekan MNH 39 atas bantuan
dan persahabatan yang terjalin selama ini.
Semoga semua amal kebaikan tersebut mendapat balasan yang setimpal
dari Allah SWT. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Juli 2006
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Tujuan ... 2
Hipotesis ... 3
Manfaat ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Pengertian Konsumsi ... 4
Konsumsi Kayu ... 6
Rumah Kost ... 9
METODOLOGI PENELITIAN ... 11
Waktu dan Tempat penelitian ... 11
Metode Penelitian ... 11
1. Batasan-batasan ... 11
2. Metode Pengumpulan Data ... 11
3. Alat dan Bahan ... 12
4. Metode Pengambilan Contoh ... 12
5. Metode Analisis Data ... 15
6. Definisi Operasional ... 16
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 18
Desa Babakan ... 18
Lokasi Geografis ... 18
Penduduk ... 18
Kelurahan Balumbang Jaya... 19
Lokasi Administratif ... 19
Lokasi Geografis ... 20
Penduduk ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
Karakteristik Sosial Ekonomi Pemilik Rumah Kost ... 22
Tempat tinggal pemilik rumah kost ... 22
Pekerjaan pemilik rumah kost ... 23
Pendapatan pemilik rumah kost ... 25
Karakteristik Sosial Ekonomi Penghuni Rumah Kost ... 26
Konsumsi Kayu Rumah Kost ... 28
Prediksi Konsumsi Kayu Rumah Kost ... 34
Prediksi Ketersediaan Lahan Kosong ... 39
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu ... 40
Jumlah Penghuni ... 40
Harga Sewa Rumah Kost ... 41
Model Regresi untuk Keseluruhan Rumah Kost ... 42
KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
DAFTAR TABEL
teks
No. Halaman
1. Jumlah volume kayu berdasarkan jenis dan luas rumah ... 8
2. Penentuan jumlah responden Desa Babakan... 13
3. Jumlah responden terpilih Desa Babakan ... 13
4. Penentuan jumlah responden Kelurahan Balumbang Jaya ... 14
5. Jumlah responden terpilih Kelurahan Balumbang Jaya ... 14
6. Volume kayu pada rumah standar (dinding tembok) berdasarkan luas rumah ... 15
7. Daftar analisis ragam untuk model regresi ... 16
8. Jumlah penduduk dan jumlah rumah di Desa Babakan ... 19
9. Jumlah penduduk dan jumlah rumah di Kelurahan Balumbang Jaya ... 21
10. Prosentase pemilik rumah kost berdasarkan pekerjaan ... 24
11. Biaya hidup penghuni per bulan ... 26
12. Alasan penghuni dalam pemilihan rumah kost ... 27
13. Konsumsi kayu perkakas berdasarkan luas bangunan rumah ... 29
14. Konsumsi kayu perkakas per rumah per tahun ... 30
15. Konsumsi Konsumsi kayu perkakas per kapita per tahun ... 30
16. Perkiraan kebutuhan kayu berdasarkan jumlah mahasiswa ... 35
17. Perkiraan kebutuhan kayu Desa Babakan berdasarkan jumlah rumah ... 36
18. Perkiraan kebutuhan kayu Kelurahan Balumbang Jaya berdasarkan jumlah rumah ... 37
DAFTAR LAMPIRAN
teks
No. Halaman
1. Daftar volume standar beberapa jenis mebel ... 47
2. Rincian perhitungan volume kayu pada beberapa rumah standar ... 48
3. Jumlah volume kayu berdasarkan jenis dan luas rumah ... 51
4. Rekapitulasi data hasil pengumpulan data di lapangan ... 52
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan hutan di muka bumi memiliki peranan yang sangat penting
dalam memberikan berbagai manfaat, berupa barang dan jasa bagi kehidupan
manusia. Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang mempunyai nilai ekonomis
dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, baik dalam
bentuk kayu bulat maupun produk turunannya. Menurut Haygreen (1989), kayu
dapat digunakan untuk bahan bangunan, perabot rumah tangga, kemasan, kertas
dan bahkan untuk keperluan bahan bakar.
Tingginya kebutuhan masyarakat akan pendidikan memberikan dampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah dengan adanya berbagai
usaha penunjang pendidikan. Salah satu bentuk usaha yang menjanjikan yakni
usaha penyewaan rumah kost. Peluang usaha ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi masyarakat sekitar perguruan tinggi negeri maupun swasta yang
mahasiswanya berasal dari berbagai daerah. Jumlah mahasiswa yang terus
meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan meningkatnya kebutuhan rumah
kost. Hal ini dapat mengakibatkan semakin meningkatnya permintaan kayu
masyarakat karena sampai saat ini kayu masih dianggap sebagai komponen utama
dalam pembangunan rumah.
Menurut Anonim (2003), untuk memenuhi keperluan masyarakat
Indonesia untuk membangun berbagai konstruksi bangunan, diperkirakan
dibutuhkan sebanyak 25 juta m3 kayu bulat per tahun. Pada umumnya masyarakat
menggunakan kayu untuk pembangunan rumah, perabot rumah tangga dan
sebagai sumber energi. Semakin banyaknya barang substitusi kayu seperti
alumunium, seng, fiber dan produk lainnya tidak membuat selera masyarakat
terhadap kayu menurun.
Akan tetapi akhir-akhir ini terjadi ketidakseimbangan antara permintaan
dan persediaan kayu di pasaran. Akibatnya, masyarakat mengalami kesulitan
memperoleh jenis-jenis kayu komersial dengan harga kayu yang semakin
meningkat. Hal ini menyebabkan perubahan pola konsumsi kayu masyarakat dari
jenis-jenis kayu komersial menjadi jenis kayu lokal yang berasal dari hutan
Perumusan Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi daya
pikir masyarakat akan pentingnya pendidikan dari mulai pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi. Masyarakat cenderung memilih tempat pendidikan yang
berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pendidikan keluarganya walaupun dengan
resiko biaya yang cukup tinggi. Biaya tersebut mencakup tempat tinggal, pangan
dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi negeri
terkemuka di Indonesia yang banyak diminati oleh pelajar di seluruh nusantara.
Banyaknya mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dapat
menimbulkan dampak positif terhadap perkembangan usaha penyewaan rumah
kost. Menurut Anonim (2005) Kampus Institut Pertanian Bogor dikelilingi oleh
14 desa lingkar kampus yang memiliki sekitar 1300 rumah kontrakan/indekos
untuk dihuni hampir 25.000 mahasiswa Institut Pertanian Bogor.
Perubahan kebijakan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor dapat
mempengaruhi kehidupan sekitar kampus terutama bagi kelangsungan usaha
penyewaan rumah kost. Kepindahan mahasiswa Diploma III dari kampus
Darmaga menyebabkan berkurangnya jumlah mahasiswa yang merupakan
konsumen rumah kost. Selain itu, adanya peraturan wajib tinggal di asrama bagi
mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) mengakibatkan usaha penyewaan
rumah kost mengalami penurunan. Penurunan permintaan terhadap rumah kost ini
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap konsumsi kayu rumah kost.
Besarnya konsumsi kayu dapat dipengaruhi oleh besarnya modal pemilik,
harga kayu, jumlah kamar yang disewakan, selera konsumen, harga sewa
rumah/kamar, fasilitas, tingkat ekonomi konsumen dan adanya barang substitusi.
Untuk itu, informasi mengenai besarnya perubahan konsumsi kayu pada rumah
kost perlu diketahui sehingga dapat memberikan manfaat dalam penyediaan kayu
di masa yang akan datang.
Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya
Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor, Jawa Barat. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui prediksi konsumsi kayu pada rumah kost di masa yang akan datang
dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya konsumsi kayu pada
rumah kost.
Hipotesis
Konsumsi kayu perkakas pada rumah kost akan meningkat apabila terjadi
peningkatan jumlah konsumen rumah kost serta dapat menyebabkan
meningkatnya harga sewa rumah kost.
Manfaat
Informasi tentang besarnya konsumsi kayu pada rumah kost secara umum
dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah, bidang usaha pemasok kayu dan
turunannya serta instansi kehutanan dalam menyediakan pasokan kayu perkakas
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Konsumsi
Menurut Keynes dalam Winardi (1983), konsumsi menimbulkan
permintaan dan permintaan menimbulkan baik produksi dan modal, dimana modal
merupakan suatu faktor produksi. Bersama-sama dengan investasi, konsumsi
merupakan dasar dari permintaan efektif. Konsumsi tergantung pada :
1. Tingkat pendapatan berupa uang total
2. Kecenderungan untuk mengkonsumsi
Secara matematis para ahli ekonomi biasanya mengasumsi bahwa
konsumsi (C) merupakan sebuah fungsi daripada pendapatan (Y) atau dapat
ditulis dengan formula : C = f (Y) (Winardi, 1983). Selanjutnya Winardi
menyatakan bahwa terdapat pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi konsumsi
sehingga fungsi konsumsi menjadi :
C = f (Y, X1, X2, X3)
Keterangan : X1 = Syarat-syarat diperolehnya kredit
X2 = Kekayaan rumah tangga yang bersangkutan
X3 = Naik/turunnya tingkat harga rata-rata
Besar kecilnya permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh
beberapa variabel, antara lain :
a. Harga komoditi tersebut,
b. Harga komoditi lain,
c. Pendapatan rata-rata rumah tangga,
d. Selera,
e. Distribusi pendapatan di antara rumah tangga,
f. Jumlah penduduk. (Lipsey, et al., 1995)
Selain faktor-faktor di atas, Rahardja dan Manurung (2001) menambahkan
bahwa permintaan dipengaruhi pula oleh usaha-usaha produsen meningkatkan
penjualan. Secara matematis hubungan antara permintaan dengan faktor – faktor
yang mempengaruhi permintaan disajikan sebagai berikut:
Dx = f {Px, Py, Y/cap, sel, pen, Pp, Ydist, prom}
Px : harga X
Py : harga Y (substitusi/komplementer)
Y/cap: pendapatan per kapita
Sel : selera
Pen : jumlah penduduk
Pp : perkiraan harga X periode mendatang
Prom : upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi).
Dalam analisis ekonomi tidak semua variabel dihitung, biasanya yang
diperhitungkan adalah yang pengaruhnya besar dan langsung, seperti harga barang
itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan. Dengan demikian persamaan yang
terbentuk menjadi: Dx = f {Px, Py, Y/cap}.
Menurut Keynes dalam Nugroho (2004) konsumsi seseorang akan tergantung pada tingkat pendapatan, baik pendapatan aktual maupun pendapatan
absolut yang diterimanya. Menurut Friedman (1957) dalam Nugroho (2004) konsumsi seseorang tergantung pada pendapatan permanennya (pendapatan yang
rutin ia terima setiap periode tertentu) dan bukan pada pendapatan transitori
(pendapatan yang tak terduga).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan keinginan pada suatu
kelompok konsumen tidak sama dengan konsumen lain antara lain disebabkan
oleh faktor-faktor ekonomi, sosial budaya dan psikologi masyarakat di daerah
geografis tertentu, yang dalam bahasa ekonomi disebut dengan selera atau
preferensi konsumen (Nasendi, 1997).
Kotler (1997) menyatakan bahwa prilaku pembelian konsumen
dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain faktor budaya, sosial, pribadi
dan psikologi.
1. Faktor budaya
Salah satu faktor budaya yang dapat mempengaruhi prilaku pembelian
konsumen yaitu latar belakang pendidikan. Selain itu, adanya stratifikasi
dalam kelas sosial yang tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi
juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal.
2. Faktor sosial
3. Faktor pribadi
Keputusan konsumen dipengaruhi oleh keputusan pribadi yaitu usia dan
tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta
kepribadian dan konsep membeli (adaptasi dan sosialisasi).
4. Faktor psikologis
Dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi,
pengetahuan serta keyakinan dan pendirian.
Menurut Sumarwan (2003), konsumsi suatu produk mempunyai tiga unsur
pokok yaitu frekuensi konsumsi, jumlah konsumsi dan tujuan konsumsi.
Frekuensi konsumsi menggambarkan seberapa sering suatu produk dikonsumsi
atau dipakai. Jumlah konsumsi menggambarkan kuantitas produk yang digunakan
oleh konsumen. Jumlah konsumsi dapat dijadikan indikator besarnya permintaan
pasar suatu produk. Sedangkan tujuan konsumsi menggambarkan situasi
pemakaian produk dan kebutuhan konsumen terhadap produk.
Konsumsi Kayu
Kayu akan selalu mempunyai peranan penting dalam pembangunan
khususnya dan kehidupan manusia pada umumnya. Tidak ada rumah yang tidak
mempergunakan kayu, jendela, pintu, kusen, rangka atap, rangka plafon dan
kuda-kuda umumnya terbuat dari kayu (Kamil, 1970). Menurut Jamali, et al. (1997) salah satu komponen penting dalam pembangunan rumah adalah kayu. Oleh sebab
itu peningkatan pembangunan perumahan juga mendorong pemakaian kayu yang
makin besar. Pemilihan kayu ini berdasarkan pertimbangan bahwa kayu memiliki
beberapa keunggulan dengan bahan lainnya, antara lain mudah tersedia dalam
berbagai bentuk dan ukuran, relatif mudah pengerjaannya dan mempunyai
penampilan dekoratif yang tinggi.
Selain itu, Wiradisuria dalam seminar PERSAKI 1977 menyatakan bahwa
salah satu bahan yang masih banyak digunakan di Indonesia, baik masa sekarang
maupun masa yang akan datang adalah kayu. Dari jumlah rumah yang ada di
Indonesia ±60% adalah rumah kayu-kayu dan kayu-bambu. Setidaknya dalam
Menurut FAO (1991 dalam Wirakusumah 2003) tingkat konsumsi kayu industri Indonesia sebesar 0,147 m³ seorang setahun sehingga untuk
memenuhinya dalam setahun sekurang-kurangnya harus disediakan kayu
sebanyak 142 juta m³. Menurut Sarjono (1984), kayu yang diperdagangkan di
dalam negeri sebanyak 83 % dan sekitar 17 % merupakan konsumsi rumah tangga
dan sisanya masuk ke industri. Kebutuhan kayu dalam negeri biasanya digunakan
untuk keperluan bahan bangunan, mebel dan peralatan rumah tangga lainnya.
Selanjutnya Sarjono menjelaskan bahwa sebagian besar konsumen kayu
adalah untuk bangunan (85%) sedangkan untuk perabot rumah tangga hanya
sedikit (12%) lainnya untuk berbagai macam tujuan. Konsumsi bangunan
memerlukan syarat-syarat terutama terkait dengan kekuatan. Sedangkan untuk
kayu-kayu non konstruksi seperti pintu, jendela, list plank dan kayu untuk mebel
memerlukan persyaratan lain. Persyaratan tersebut terkait dengan
rupa/penampilan dan mudah tidaknya dikerjakan oleh mesin.
Pola konsumsi kayu berbeda-beda untuk setiap strata ekonomi. Dilihat dari
sudut pandang ekonomi pemakai kayu tidak hanya terbatas pada sifat-sifat fisik
kayu, tetapi terbatas pula terhadap harga kayu. Hal ini disebabkan kayu
mempunyai banyak barang substitusi seperti logam, plastik, kaca dan lain-lain.
Selain itu, pola konsumsi kayu berbeda-beda untuk setiap strata ekonomi.
Masyarakat ekonomi atas lebih mementingkan kualitas dalam menggunakan kayu
sebagai bahan bangunan maupun untuk mebel. Sedangkan masyarakat menengah
ke bawah faktor harga sangat menentukan besarnya kayu yang dikonsumsi
(Sarjono, 1984).
Untuk memenuhi keperluan masyarakat Indonesia untuk membangun
berbagai konstruksi bangunan, diperkirakan membutuhkan kayu bulat sebanyak
25 juta m³ per tahun. Pada tahun 2001 industri perkayuan di Indonesia
memerlukan bahan baku kayu sekitar 80 juta m³. Sedangkan kebutuhan bahan
baku kayu aktual untuk industri perkayuan di Indonesia (utamanya untuk industri
kayu lapis, kayu gergajian dan industri pulp dan kertas) pada tahun 2002 sebesar
63 juta m³ per tahun (Anonim, 2003)
Kayu merupakan salah satu komponen utama dalam pembangunan rumah
plafon. Menurut Renggo (2006), pada umumnya kusen terbuat dari bahan kayu
berukuran 5 cm x 10 cm, 6 cm x 2 cm dan 6 cm x 15 cm. Sedangkan daun pintu
dibuat dengan berbagai ukuran standar, yaitu 72 cm x 202 cm, 82 cm x 202 cm,
dan 82 cm x 212 cm.
Konstruksi atap terdiri dari kuda-kuda kayu, gording, rangka atap kaso dan
reng, jurai luar dan dalam serta lis plank kayu. Kuda-kuda berfungsi sebagai pembentuk model atap bangunan, tumpuan gording, rangka atap kaso, reng dan
atap genteng. Kuda-kuda biasanya memakai balok utama kayu berukuran 8 cm x
12 cm dan 8 cm x 15 cm. Gording merupakan balok kayu dengan ukuran tertentu
yang diletakkan pada kaki kuda-kuda yang berfungsi sebagai dudukan kaso, reng
dan atap dengan ukuran standar 8 cm x12 cm. Kaso (usuk) adalah kayu dengan
ukuran 4 cm x 6 cm atau 5 cm x 7 cm yang berfungsi sebagai dudukan reng dan
dipasang dengan jarak rata-rata 50 cm. Reng merupakan balok kayu berukuran 2
cm x 3 cm atau 3 cm x 4 cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng. Jurai
adalah balok kayu dengan ukuran 8 cm x 12 cm yang diletakkan miring (Renggo,
2006).
Menurut Priandi (1996), jumlah volume kayu pada setiap tipe rumah dapat
dihitung berdasarkan luas bangunan rumah tersebut. Luas dan volume tiap tipe
rumah dapat disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Jumlah volume kayu berdasarkan jenis dan luas rumah Luas rumah
(m2)
Volume kayu yang diperlukan (m3)
tembok ½ Tembok Papan/kayu
100 22,102 26,752 31,360
75 18,251 19,803 25,915
50 12,032 14,951 17,520
48 11,602 12,291 16,194
36 7,520 11,101 13,118
25 6,650 8,050 7,115
Σ 334 78,157 92,952 111,222
Rumah Kost
Menurut Biro Pusat Statistik (2002) dalam Sumarwan (2003), rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga
khusus. Rumah tangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya makan
bersama dalam satu dapur. Yang dimaksud makan bersama dari satu dapur adalah
mengurus kebutuhan sehari-hari bersama. Rumah tangga khusus adalah
1. Orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga
pemasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan kebutuhan
sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga,
2. Kelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10
orang atau lebih.
Berdasarkan ikatan kekeluargaan, rumah tangga dibagi menjadi dua yaitu
rumah tangga keluarga dan rumah tangga bukan keluarga. Rumah tangga keluarga
adalah sebuah rumah tangga yang anggota-anggotanya terikat oleh hubungan
perkawinan, darah atau adopsi. Rumah tangga bukan keluarga adalah sebuah
rumah tangga yang anggota-anggotanya tidak terikat oleh hubungan perkawinan,
darah atau adopsi. Contohnya yaitu rumah tangga yang dihuni oleh dua orang atau
lebih yang tidak memiliki hubungan keluarga (Sumarwan, 2003).
Menurut Anonim (2005), pendidikan merupakan salah satu investasi
sumber daya manusia yang selalu terkait dengan kebutuhan siswa/mahasiswa
sebagai manusia maupun sebagai peserta didik. Dalam kaitan ini, terdapat
beberapa lapangan usaha yang selalu inheren dengan kebutuhan pendidikan itu
sendiri, seperti penyewaan rumah/kamar, toko buku dan stationary, toko pakaian, rumah/warung makan dan jenis hiburan lainnya. Oleh karena itu, gambaran
tentang peran nyata pendidikan pada pertumbuhan ekonomi daerah lebih tampak
pada munculnya berbagai jenis usaha penunjang pendidikan.
Menurut Anonim (2005), terdapat beberapa bentuk rumah kost yang
disewakan, ada yang berbentuk asrama (putra/putri) maupun berbentuk kost yang
menyatu dengan rumah induknya. Dilihat dari fasilitasnya, terdapat beberapa 'klas'
usaha rumah kost. Dari yang paling sederhana (kamar kosongan) sampai dengan
kamar). Dari segi manajemen, hampir semua usaha kost ini bersifat informal.
Tidak ada standar harga yang seragam.
Rumah kost merupakan tempat tinggal kedua setelah rumah pribadi,
untuk itu kenyamanan merupakan syarat utama dalam memilih tempat kost.
Menurut Anonim (2005), terdapat beberapa syarat tempat kost yang baik, antara
lain :
1. Letaknya strategis, dekat dengan wartel atau warnet dan juga kios
kebutuhan sehari-hari serta warung makan.
2. Lingkungan yang aman dan nyaman, tidak terlalu ramai. Kondisi rumah
kost yang ramai akan membuat anda merasa terganggu pada saat belajar
mempersiapkan kuliah, praktikum ataupun ujian.
3. Lingkungan yang kondusif untuk berkomunikasi, tukar-menukar
informasi antar sesama mahasiswa dan secara tidak langsung
menumbuhkan rasa persaingan sehat di antara anggota kost.
4. Bebas banjir dan bersih.
5. Air-nya bersih dan tidak kering di musim kemarau.
6. Daya listrik memadai.
7. Memiliki penjaga kost.
8. Pemilik kost yang ramah (bisa diajak komunikasi).
9. Memiliki aturan kost yang jelas, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan
anda masing-masing.
10.Rumah kost memiliki perlengkapan kost yang memadai untuk
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2006
yang berlokasi di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga dan Kelurahan Balumbang
Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten/Kota Bogor, Jawa Barat.
Metode Penelitian 1. Batasan-batasan
Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan antara lain :
a. Pemanfaatan kayu oleh rumah tangga merupakan kayu yang dikonsumsi
untuk konstruksi bangunan (kusen, daun pintu dan jendela, konstruksi
atap) dan furnitur (kursi, meja, tempat tidur dan lemari).
b. Rumah tangga yang diteliti yaitu rumah kost yang disewa untuk selang
waktu tertentu.
2. Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam penelitian yaitu data primer (berupa data sosial
ekonomi dan data teknis) dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui
wawancara dan analisis kuisioner, data-data tersebut mencakup :
a. Data sosial ekonomi pemilik dan penghuni rumah kost. Data yang
dikumpulkan dari pemilik meliputi: tempat asal (penduduk asli atau
pendatang), pendapatan, pekerjaan dan harga sewa rumah kost. Sedangkan
untuk penghuni, data yang dikumpulkan berupa besarnya uang saku per
bulan, pekerjaan orang tua dan alasan pemilihan tempat kost.
b. Data teknis, terdiri dari jenis rumah dan jumlah konsumsi kayu rumah
kost. Jenis rumah terdiri dari rumah kayu, semi permanen dan rumah
permanen. Sedangkan jumlah konsumsi kayu meliputi: volume kayu untuk
konstruksi bangunan rumah dan mebel, jenis kayu, luas bangunan rumah,
asal pembelian kayu dan mebel serta penggunaan barang substitusi.
Data sekunder yang dikumpulkan berupa data monografi lokasi penelitian,
3. Alat dan Bahan
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah kost
yang berada di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga dan Kelurahan Balumbang
Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten/Kota Bogor, Jawa Barat. Sedangkan
alat yang digunakan antara lain alat tulis, kalkulator, lembaran kuisioner dan
kamera.
4. Metode Pengambilan Contoh 4. 1. Penentuan Jumlah Responden
Metode yang digunakan dalam pemilihan contoh yaitu metode Stratified random sampling terhadap rumah kost yang berada di sekitar kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga yang terletak di Desa Babakan dan Kelurahan
Balumbang Jaya. Contoh yang akan diambil dikelompokkan ke dalam
stratum-stratum berdasarkan Rukun Warga (RW). Sebelum melakukan penelitian di
lapangan, terlebih dahulu dibuat daftar unit contoh yang akan diambil. Daftar unit
contoh ini berisi daftar rumah kost yang diambil dari data monografi desa. Dari
rumah kost yang terpilih sebagai contoh kemudian ditentukan responden yang
terdiri dari dari pengelola dan penyewa rumah kost.
Untuk mempermudah pengambilan data maka rumah kost dikelompokkan
dengan menggunakan kriteria jumlah kamar. Pengelompokan berdasarkan jumlah
kamar bertujuan untuk mengetahui pengaruh luas bangunan dan jumlah penghuni
terhadap konsumsi kayu. Dengan anggapan luas kamar hampir sama untuk setiap
rumah kost dan cenderung mengikuti ukuran luas kamar standar. Berdasarkan
tujuan pengelompokkan di atas, diasumsikan banyaknya jumlah kamar berbanding
lurus dengan jumlah penghuni dan luas bangunan rumah kost. Artinya semakin
banyak jumlah kamar maka jumlah penghuni dan luas bangunan pun semakin
besar sehingga semakin besar pula kayu yang dikonsumsi.
Dari pengelompokkan tersebut diperoleh 3 kriteria yaitu rumah kost kecil
(1-10 kamar), sedang (11-20 kamar) dan besar (>20 kamar). Jumlah contoh rumah
kost yang diambil sebagai objek penelitian ditentukan dengan intensitas sampling
(IS) sebesar 20% dan 37% sesuai dengan jumlah contoh pada daftar unit contoh.
ada pada masing-masing desa/kelurahan serta ketersediaan waktu, tenaga, biaya
dan keadaan lokasi penelitian.
4.1.1. Desa Babakan
Desa Babakan mempunyai 9 RW yang terdiri dari 8 RW yang merupakan
pemukiman penduduk serta rumah kost dan 1 RW merupakan komplek kampus
Institut Pertanian Bogor Darmaga. Dari 9 RW yang terdapat di desa Babakan
dipilih 7 RW secara sengaja dengan jumlah rumah kost yang berbeda-beda.
Dengan intensitas sampling sebesar 20%, dari jumlah total rumah kost sebesar
290 rumah diperoleh jumlah unit contoh yang akan diambil yaitu 58 rumah kost.
Penentuan jumlah responden disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Penentuan jumlah responden Desa Babakan No. RW
terpilih
Jumlah rumah kost
Jumlah kamar pada rumah kost
1 - 10 11 - 20 >20
Pemilihan jumlah responden berdasarkan kriteria rumah kost (kecil,
sedang dan besar) secara keseluruhan dan pada masing-masing RW ditentukan
dengan menggunakan intensitas sampling sebesar 20%. Pada rumah kost kecil
diperoleh jumlah contoh sebesar 43, rumah kost sedang sebesar 10 dan rumah
kost besar berjumlah 5. Data jumlah responden berdasarkan kriteria rumah kost
disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah responden terpilih Desa Babakan RW
terpilih
Kriteria rumah kost (jumlah kamar/rumah kost) Jumlah responden Kecil (1-10) Sedang (11-20) Besar (>20)
4.1.2. Kelurahan Balumbang Jaya
Berdasarkan data monografi kelurahan tahun 2004, Kelurahan Balumbang
Jaya terdiri dari 12 RW dan 6 RW diantaranya terdapat rumah kost. Pengambilan
contoh dilakukan terhadap 6 RW yang didalamnya terdapat rumah kost. Dari 6
RW tersebut diperoleh jumlah total rumah kost sebanyak 94 rumah yang terdiri
dari 66 rumah kost kecil, 18 rumah kost sedang dan 10 rumah kost besar.
Penentuan jumlah responden disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Penentuan jumlah responden Kelurahan Balumbang Jaya No. RW
terpilih
Jumlah rumah kost
Jumlah kamar pada rumah kost
1 - 10 11 - 20 >20
Pemilihan jumlah responden berdasarkan kriteria rumah kost (kecil,
sedang dan besar) secara keseluruhan dan pada masing-masing RW ditentukan
dengan menggunakan intensitas sampling sebesar 37%. Pada rumah kost kecil
diperoleh jumlah contoh sebesar 23, rumah kost sedang sebesar 7 dan rumah kost
besar berjumlah 4. Data jumlah responden berdasarkan kriteria rumah kost
disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah responden terpilih Kelurahan Balumbang Jaya RW
terpilih
Kriteria rumah kost (jumlah kamar/rumah kost) Jumlah responden Kecil (1-10) Sedang (11-20) Besar (>20)
XI 9 1 - 10
4. 2. Pengukuran Volume Kayu
Volume kayu yang digunakan pada setiap tipe rumah kost dihitung
daun pintu dan jendela serta konstruksi atap. Besarnya volume kayu yang
digunakan untuk perabot rumah tangga ditentukan menggunakan tabel volume
mebel standar (Lampiran 1).
Konsumsi kayu untuk konstruksi bangunan diduga dengan menghitung
seluruh volume kayu yang dikonsumsi rumah kost berdasarkan luas bangunan
rumah dengan ukuran kamar standar yaitu 3 m x 3 m. Untuk meningkatkan
validitas data maka perhitungan dilakukan dengan melibatkan ahli bangunan dan
ahli pembuat kusen rumah. Hasil perhitungan konsumsi kayu pada rumah kost
standar disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Volume kayu pada rumah kost (dinding tembok) berdasarkan luas bangunan
Untuk mempermudah perhitungan, dari tabel tersebut didapat persamaan
regresi sebagai berikut :
ŷ = 1.94658 + 0.03495x + e……… (1)
5. Metode Analisis Data
Untuk memperoleh informasi dari data yang telah dikumpulkan, dilakukan
analisis terhadap data yang diperoleh menggunakan analisis regresi dengan
bantuan program komputer minitab. Persamaan umum yang digunakan adalah:
Dengan model penduga sebagai berikut :
y = bo + b1x1 + b2x2 + e dimana :
• y = konsumsi kayu perkakas per tahun pada seluruh rumah kost (m3/tahun )
• x1 = jumlah penghuni (penyewa dan pemilik) rumah kost (jiwa) • x2 = harga sewa rumah kost (rupiah/tahun)
• Y = konsumsi kayu perkakas per tahun (m3/tahun) • E = sisaan
Koefisien b0, b1, b2 dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
regresi linear atau menggunakan program Minitab. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi kayu dibatasi berdasarkan hipotesis sebagai berikut :
Konsumsi = f (jumlah penghuni, harga sewa).
Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh, maka dapat
disusun daftar analisis ragam untuk model regresi yang disajikan dalam Tabel 7.
Daftar analisis ragam tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel tak bebas yang dapat diketahui dari nilai F hitung yang
diperoleh dengan selang kepercayaan sebesar 95%.
Tabel 7. Daftar Analisis Ragam untuk Model Regresi Sumber
• Konsumsikayu merupakan besarnya volume kayu yang digunakan untuk konstruksi bangunan dan peralatan rumah tangga (m3).
• Barang substitusi adalah jenis-jenis barang yang digunakan sebagai pengganti kayu yang dikonsumsi.
• Biaya hidup merupakan biaya yang dikeluarkan penghuni untuk keperluan sehari-hari selama 1 bulan (Rp/bulan).
• Harga sewa rumah kost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh penghuni untuk menyewa rumah kost (Rp/tahun).
• Jenis rumah kost merupakan tipe rumah yang diklasifikasikan berdasarkan konstruksi dinding (kayu, semi permanen dan permanen)
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Desa Babakan Lokasi Administratif
Desa Babakan merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Desa Babakan adalah ±
334,34 ha, yang terdiri dari 9 rukun warga (RW) dan 24 rukun tetangga (RT).
Secara administratif Desa Babakan berbatasan dengan:
Sebelah utara : Desa Cikarawang
Sebelah selatan : Desa Dramaga
Sebelah barat : Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea
Sebelah timur : Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat.
Lokasi Geografis
Secara geografis Desa Babakan terletak pada ketinggian 400 m dari
permukaan laut, dengan curah hujan 4.561 mm/tahun. Suhu udara rata-rata
berkisar antara 25˚ C - 33˚C.
Kampus Institut Pertanian Bogor terletak di Desa Babakan yang
mempunyai luas areal sebesar 72,98% dari luas total desa. Sebagian besar wilayah
Desa Babakan merupakan kampus Institut Pertanian Bogor, sisanya terdiri dari
pemukiman rumah kost mahasiswa dan sebagian kecil merupakan pemukiman
penduduk. Areal yang diperuntukan untuk pemukiman cukup besar dibandingkan
dengan areal terbuka yaitu sebesar 69,5 ha atau 20,79% dari luas areal
keseluruhan. Padatnya kondisi pemukiman membuat kebutuhan akan rumah
semakin meningkat. Hal ini akan mengakibatkan kebutuhan terhadap kayu pun
semakin meningkat.
Penduduk
Desa Babakan terdiri dari 3.402 kepala keluarga dengan jumlah total
penduduk sebanyak 8.278 jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah 4.320 jiwa
(52,19%) dan penduduk perempuan berjumlah 3.958 jiwa (47,81%). Seluruh
beragama Islam yakni sebanyak 7.829 jiwa. Sisanya, 259 jiwa beragama Kristen,
178 jiwa beragama Katolik, 8 jiwa beragama Hindu dan 5 jiwa beragama Budha.
Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah penduduk yang lulus SD
sebanyak 1.981 orang (28,14%), lulus SMP/SLTP sebanyak 1.187 orang
(16,86%), lulus SLTA sebanyak 2.461 orang (34,96%), lulus akademi (D1 - D3)
sebanyak 748 orang (10,63%) dan sarjana (S1 – S3) sebanyak 404 orang (5,74%).
Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai karyawan swasta
yakni sebanyak 1.187 orang. Penduduk yang bekerja sebagai
pedagang/wiraswasta sebanyak 1.014 orang, Pegawai Negeri Sipil (PNS)
sebanyak 788 orang, bekerja di bidang pertukangan sebanyak 255 orang,
pensiunan 142 orang, pemulung 6 orang dan 2 orang anggota TNI.
Tabel 8. Jumlah penduduk dan jumlah rumah di Desa Babakan No Tahun Luas
Sumber : Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor (1998-2003)
Kelurahan Balumbang Jaya Lokasi Administratif
Kelurahan Balumbang Jaya merupakan bagian dari wilayah Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
no. 2 tahun 1995 Kelurahan Balumbang Jaya termasuk salah satu kelurahan hasil
pemekaran dari Kabupaten Bogor. Luas wilayah Kelurahan Balumbang Jaya
adalah ±154 Ha, terdiri dari 12 rukun warga (RW) dan 37 rukun tetangga (RT).
Secara administratif Kelurahan Balumbang Jaya berbatasan dengan:
Sebelah utara : Kelurahan Situgede
Sebelah selatan : Kelurahan Bubulak
Sebelah barat : Kelurahan Marga Jaya
Lokasi Geografis
Kelurahan Balumbang Jaya mempunyai topografi bergelombang berat
dengan kemiringan antara 0-45%. Ketinggian tempat 250 m dari permukaan laut
dan terletak pada 106˚48’ BT - 60˚36’ LS dengan curah hujan 3000-4000
mm/tahun. Suhu udara rata-rata berkisar antara 25˚ C - 33˚C dengan kelembapan
udara ±70%.
Kampus Institut Pertanian Bogor terletak di Desa Babakan yang
berbatasan langsung dengan Kelurahan Balumbang Jaya. Tingginya permintaan
mahasiswa terhadap rumah kost membuat wilayah lain seperti Kelurahan
Balumbang Jaya dijadikan pula sebagai kawasan rumah kost walaupun hanya
terdapat pada beberapa RW. Permintaan yang tinggi terhadap rumah kost
menyebabkan semakin meningkatnya pembangunan rumah kost sehingga
kebutuhan terhadap kayu pun semakin meningkat.
Penduduk
Berdasarkan data monografi kelurahan tahun 2000, jumlah penduduk
Kelurahan Balumbang Jaya sebanyak 8.291 jiwa dengan 1.831 kepala keluarga
yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 4.348 jiwa (52,44%) dan penduduk
perempuan berjumlah 3.943 jiwa (47,56%). Semua penduduk Kelurahan
Balumbang Jaya berkewarganegaraan Indonesia dan mayoritas penduduk
beragama Islam yakni sebanyak 8.313 jiwa dan sisanya sebanyak 6 jiwa beragama
Kristen.
Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah penduduk yang tamat SD
sebanyak 3.327 orang (48,65%), lulus SMP/SLTP sebanyak 1.988 orang
(29,07%), lulus SLTA sebanyak 1.423 orang (20,81%), lulus akademi (D1 - D3)
sebanyak 54 orang (0,79%) dan sarjana S1 sebanyak 47 orang (0,69%).
Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai karyawan swasta
yakni sebanyak 658 orang. Sedangkan sisanya bekerja sebagai
pedagang/wiraswasta sebanyak 118 orang dan Pegawai Negeri Sipil
Tabel 9. Jumlah penduduk dan jumlah rumah di Kelurahan Balumbang Jaya No Tahun Luas
wilayah (km2)
Jumlah rumah tangga
Jumlah penduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/ km2)
Jumlah rumah
1 1997 1,54 1602 8014 5203 1420
2 1998 1,54 1703 8101 8260 -
3 1999 1,54 1857 8179 5311 -
4 2000 1,54 1831 8291 5383 -
5 2001 1,54 1833 8645 5614 1733
6 2002 1,54 1833 9033 5866 1733
7 2003 1,54 1910 9398 6103 1733
8 2004 1,54 1987 9806 6368 1733
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Sosial Ekonomi Pemilik Rumah Kost
Tempat Tinggal Pemilik Rumah Kost
Dari hasil pengumpulan data di lapangan dapat diketahui bahwa sebagian
besar pemilik rumah kost tidak tinggal di tempat yang sama dengan penyewa kost.
Ada yang tinggal dalam satu rumah tetapi dengan tembok/sekat terpisah dan ada
pula yang tinggal dengan bangunan rumah yang terpisah satu sama lain. Sebagian
besar penyewa rumah kost lebih memilih untuk tinggal terpisah dengan pemilik
rumah kost dengan alasan lebih bebas mengatur kehidupan rumah tangga sendiri.
Pemilik rumah kost yang tergolong dalam ukuran besar sebagian besar
tinggal di luar daerah pemukiman rumah kost. Pemilik rumah kost tinggal di
sekitar kota Bogor bahkan ada yang tinggal di luar kota Bogor seperti Jakarta,
Bandung, Tangerang dan daerah lainnya. Pemilik rumah kost biasanya
mengunjungi rumah kost pada waktu tertentu saja, setiap minggu atau setiap bulan
sekali. Selain itu, terdapat pemilik rumah kost yang datang hanya pada tahun
ajaran baru karena ada pergantian penghuni, pembayaran sewa rumah kost dan
jika terdapat masalah-masalah penting yang berkaitan dengan rumah kost.
Untuk menggantikan perannya sebagai pihak yang bertanggung jawab
terhadap rumah kost, pemilik rumah kost biasanya menugaskan seorang penjaga
rumah kost. Tugas dari penjaga kost yaitu mengurus rumah kost setiap harinya
seperti kebersihan sekitar rumah kost, pembayaran listrik, air serta mengatasi
masalah-masalah kecil yang masih dapat ditangani oleh penjaga rumah kost.
Untuk memberikan kenyamanan kepada penyewa dan penjaga kost, pemilik
memberikan ruangan khusus kepada penjaga kost yang terpisah dari penyewa
kost. Penjaga kost diberi kebebasan untuk tidak bekerja penuh selama 24 jam
sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan lain untuk menambah pendapatan
karena pendapatan sebagai penjaga kost tidak terlalu besar.
Pemilik rumah kost sedang (jumlah kamar 10-20) sebagian besar tinggal
terpisah dari penyewa kost. Berbeda dengan rumah kost besar, pemilik rumah kost
tidak menugaskan penjaga untuk menggantikan tanggung jawabnya. Hal ini
tambahan yang harus dikeluarkan untuk menggaji penjaga kost. Sebagai gantinya,
pemilik kost memberi kepercayaan kepada salah satu penghuni yang bertanggung
jawab untuk mengkoordinasi penghuni lain dalam mengurus rumah kost.
Tempat tinggal pemilik rumah kost kecil dibedakan menjadi dua kategori
yaitu tinggal dalam satu rumah dan tinggal berbeda rumah dengan penyewa rumah
kost. Pemilik dan penyewa yang tinggal dalam satu rumah terbagi dalam dua
kategori yaitu tinggal dalam satu rumah tanpa atau dengan dinding penyekat.
Tanpa dinding penyekat artinya kehidupan rumah tangga mereka benar-benar
menyatu satu sama lain. Sedangkan dengan dinding penyekat artinya kehidupan
rumah tangga mereka terpisah dan masing-masing berhak menentukan kehidupan
rumah tangganya sendiri. Dinding penyekat dapat diartikan dalam satu lantai atau
berbeda lantai, misalnya pemilik rumah kost di lantai bawah dan penyewa rumah
kost tinggal di lantai atas.
Selain itu, ada pula pemilik rumah kost kecil yang tinggal berbeda rumah
dengan penyewa. Pemilik tinggal di sebelah rumah kost, dalam satu RT, dalam
satu RW, dalam satu desa/kelurahan, berbeda desa/kelurahan bahkan ada pula
yang tinggal di luar pemukiman rumah kost. Sebagian besar pemilik memilih
tinggal di pinggiran desa/kelurahan dan menyewakan atau menjual rumah yang
berada di sekitar kampus dengan harga yang mahal. Kondisi tersebut merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan sebagian besar pemilik rumah kost
merupakan pendatang dari luar kawasan pemukiman rumah kost.
Pekerjaan Pemilik Rumah Kost
Pekerjaan pemilik rumah kost dapat mempengaruhi jenis rumah kost yang
mereka miliki. Menurut Sumarwan (2003) status pekerjaan akan menentukan
kelas sosial seseorang dan sangat menentukan pendapatan seseorang. Hal tersebut
dapat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh pemilik rumah kost untuk
membangun dan menyediakan fasilitas dalam rumah kost. Jenis pekerjaan pemilik
Tabel 10. Prosentase pemilik rumah kost berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Babakan Balumbang Jaya
Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar
Buruh 11,63% 4,55%
Dosen 2,33% 20% 9,09% 14,29%
Peg. Swasta 11.63% 4,55% 14,29% 50%
Wiraswasta 48,84% 40% 20% 45,45% 28,57% 25%
Pengusaha 2,33% 20%
Pensiunan 9,30% 10% 20% 9,09% 25%
PNS 9,30% 30% 18,18% 28,57%
TNI 40%
Penghulu 4,55%
Dokter gigi 14,29%
Tidak kerja 4,65% 4,55%
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pemilik rumah
kost kecil sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta. Berdasarkan pengamatan di
lapangan pemilik rumah kost kecil sebagian besar bermatapencaharian sebagai
pedagang di sekitar kampus Institit Pertanian Bogor. Sebagian besar dari mereka
bekerja sebagai pedagang makanan seperti warung nasi dan toko klontong kecil.
Mereka menyewakan seluruh atau sebagian rumah untuk menambah pendapatan
rumah tangga karena pendapatan sebagai pedagang tidak tetap setiap bulannya.
Pemilik rumah kost kecil cenderung lebih beragam dibandingkan rumah
kost sedang dan besar, hal tersebut terjadi karena setiap strata ekonomi
mempunyai kesempatan untuk memiliki rumah kost kecil. Biaya yang dikeluarkan
untuk membangun rumah kost kecil tidak terlalu besar dan dapat memanfaatkan
sebagian bangunan rumah untuk dijadikan rumah kost.
Pemilik rumah kost kecil di Desa Babakan yang bermatapencaharian
sebagai buruh dan pegawai swasta memiliki presentase terbesar kedua setelah
wiraswasta yaitu sebesar 11,63%. Masing-masing ada yang bekerja sebagai
petani, pertukangan, buruh harian dan salesman. Akan tetapi lahan yang tersedia di Desa Babakan sangat terbatas sehingga profesi sebagai petani hanya sebagian
kecil saja.
Pemilik rumah kost kecil ada pula yang bekerja sebagai PNS dan
pensiunan dengan prosentase masing-masing sebesar 9,33%. Gaji pegawai negeri
membangun rumah kost. Alasan lain yakni membangun rumah kost merupakan
investasi jangka panjang sehingga dapat menjamin kehidupan masa tua pada saat
pensiun. Pemilik rumah kost yang tidak bekerja biasanya merupakan kepala
rumah tangga wanita yang suaminya sudah meninggal dunia. Untuk menghidupi
keluarga, mereka menyewakan sebagian rumahnya sebagai tempat kost.
Pada umumnya pemilik rumah kost sedang bermatapencaharian sebagai
wiraswasta, PNS dan dosen. Selain itu ada pula yang bekerja sebagai pegawai
swasta, pensiunan dan dokter gigi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
pemilik rumah kost sedang tergolong kelas ekonomi menengah ke atas.
Pemilik rumah kost besar berprofesi sebagai pegawai swasta, pengusaha,
pensiunan, TNI dan wiraswasta. Pemilik rumah kost besar tergolong kelas
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan rumah kost kecil dan sedang. Hal
tersebut terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk membangun rumah kost
yang lebih besar dibandingkan tipe rumah kost lain. Biaya tersebut mencakup
biaya pembelian tanah, pengadaan tanah dan penyediaan fasilitas rumah kost.
Pendapatan Pemilik Rumah Kost
Pendapatan pemilik rumah kost merupakan pendapatan yang diperoleh
pemilik dari rumah kost yang disewakan dan yang diperoleh dari sumber lain
setiap bulannya. Pendapatan yang diterima tidak hanya berasal dari satu orang
melainkan dari seluruh anggota keluarga yang bekerja. Besarnya pendapatan
pemilik berbeda-beda tergantung jumlah orang yang bekerja dan jenis pekerjaan
yang dimiliki anggota rumah tangga.
Dari hasil pengumpulan data di lapangan dapat diketahui bahwa sebagian
besar pemilik rumah kost merasa keberatan memberikan keterangan tentang
pendapatan. Hal ini terjadi karena mereka menganggap pendapatan keluarga
bersifat pribadi, pendapatan yang tidak menentu setiap bulannya dan sebagian
besar pemilik rumah kost tidak tinggal bersama dengan penyewa kost. Keadaan
tersebut sesuai dengan pernyataan Sumarwan (2003) bahwa konsumen merasa
tidak nyaman jika harus mengungkapkan pendapatan yang diterimanya, dan
sebagian merasa bahwa pendapatan adalah suatu hal yang bersifat pribadi
Karakteristik Sosial Ekonomi Penghuni Rumah Kost
Sebagai konsumen rumah kost, penghuni rumah kost sangat menentukan
besarnya konsumsi kayu pada setiap rumah kost. Konsumsi kayu pada rumah kost
dipengaruhi oleh jumlah dan keadaan sosial ekonomi penghuni rumah kost .
Dari hasil pengumpulan data di lapangan dapat diketahui bahwa penghuni
rumah kost mempunyai karakteristik sosial ekonomi yang beragam. Karakteristik
sosial ekonomi penghuni dapat terlihat dari besarnya uang saku atau biaya hidup
penghuni selama satu bulan yang disajikan pada Tabel 11. Biaya hidup
merupakan suatu indikator yang dapat menentukan status ekonomi seseorang.
Selain biaya hidup, keadaan sosial ekonomi penghuni rumah kost dapat diukur
dengan pekerjaan orang tua. Pekerjaan orang tua dijadikan indikator karena
sebagian besar penyewa rumah kost belum mempunyai penghasilan sehingga
seluruh biaya hidup berasal orang tua.
Besarnya biaya hidup per bulan penghuni rumah kost kost kecil sangat
beragam mulai dari Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 800.000,- dan sebagian
besar berkisar antara Rp. 300.000,- sampai Rp. 500.000,-. Keberagaman biaya
hidup pada penghuni rumah kost kecil mencerminkan bahwa semakin
terjangkaunya biaya sewa rumah kost maka konsumen dari setiap strata ekonomi
dapat menikmatinya. Sebagian besar pekerjaan orang tua penghuni rumah kost
kecil yakni pegawai negeri sipil (PNS) dan wiraswasta, sisanya bekerja sebagai
pegawai swasta, petani, pensiunan dan TNI.
Tabel 11. Biaya hidup penghuni per bulan
Besarnya biaya hidup (Rp/bulan) Tipe rumah kost
Kecil Sedang Besar 100.000-300.000 9,09%
300.000-500.000 50,91% 40% 22,22%
500.000-800.000 36,36% 53,33% 55,56%
800.000-1.000.000 3,64% 6,67% 22,22%
Biaya hidup per bulan penghuni rumah kost sedang dan besar adalah Rp.
300.000,- sampai Rp. 1.000.000,- dan sebagian besar berkisar antara Rp.
500.000,- sampai Rp. 800.000,-. Akan tetapi pada rumah kost besar penghuni
banyak dibandingkan penghuni rumah kost sedang yaitu sebesar 22,22%. Selain
itu, jumlah penghuni dengan biaya hidup yang berkisar antara Rp. 300.000,-
sampai Rp. 500.000,- pada rumah kost besar lebih kecil dibandingkan pada rumah
kost sedang.
Sebagian besar orang tua dari penghuni rumah kost sedang bekerja sebagai
PNS dan sisanya wiraswasta dan petani. Sedangkan pekerjaan orang tua dari
penghuni rumah kost besar cenderung seragam yaitu PNS, wiraswasta, pensiunan
dan pegawai swasta. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penghuni rumah
kost besar memiliki keadaan ekonomi yang lebih tinggi dari penghuni rumah kost
kecil dan sedang. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Sumarwan (2003)
bahwa status pekerjaan akan menentukan kelas sosial seseorang.
Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok setiap orang selain
makanan dan pakaian. Kebutuhan seseorang terhadap tempat tinggal/rumah dapat
berbeda satu dengan yang lainnya tergantung dari selera individu. Konsumen
rumah kost mempunyai berbagai macam alasan (Tabel 12) dalam memilih rumah
kost yang akan dihuni.
Tabel 12. Alasan penghuni dalam pemilihan rumah kost
Alasan memilih rumah kost Prosentase
Murah 5% Nyaman 33,75% Strategis 1,75%
Murah-nyaman 13,75% Murah-strategis 1,25% Nyaman-strategis 7,50% Murah-nyaman-strategis 21,25%
Dari Tabel 12 dapat diketahui terdapat beberapa alasan pemilihan tempat
kost oleh konsumen. Alasan yang mereka kemukakan antara lain faktor
kenyamanan, harga dan lokasi rumah kost. Sebagian besar penghuni kost memilih
tempat kost dengan alasan kenyamanan. Menurut Anonim (2005) syarat tempat
kost yang baik yaitu lingkungan yang aman, nyaman dan tidak terlalu ramai.
Kondisi rumah kost yang ramai dapat mengganggu kegiatan belajar,
Kenyamanan merupakan faktor yang sangat penting karena rumah kost
dapat dijadikan tempat melakukan berbagai kegiatan seperti belajar, istirahat,
bersosialisasi dan kegiatan pribadi lainnya. Mahasiswa membutuhkan tempat yang
kondusif untuk belajar sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.
Bagi konsumen lain pemilihan rumah kost tidak hanya alasan kenyamanan
melainkan terdapat faktor lain yang harus diperhatikan yaitu harga sewa dan
lokasi rumah kost. Rumah kost dapat dikatakan ideal apabila memenuhi ketiga
persyaratan di atas.
Harga sewa rumah kost merupakan salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih rumah kost. Menurut Sumarwan (2003) untuk
sebagian besar konsumen Indonesia yang berpendapatan rendah, maka harga
adalah utama yang dipertimbangkan dalam memilih produk maupun jasa. Selain
harga, faktor lain yang menjadi pertimbangan konsumen yaitu lokasi rumah kost
dari berbagai fasilitas seperti kampus, rental komputer, transportasi dan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Berbagai fasilitas yang tersedia tersebut
diharapkan dapat mendukung keberhasilan proses belajar.
Harga dan lokasi rumah kost merupakan dua faktor yang saling
mempengaruhi, semakin jauh lokasi rumah kost dengan berbagai fasilitas umum
maka harga sewa yang ditawarkan semakin murah. Harga sewa rumah kost yang
terletak di Desa Babakan cenderung lebih mahal dibandingkan rumah kost yang
berada di Kelurahan Balumbang Jaya. Di Desa Babakan pun terdapat perbedaan,
rumah kost yang berada di sekitar kampus yaitu daerah Babakan Raya, Babakan
Tengah dan Babakan Doneng mempunyai harga sewa yang lebih mahal
dibandingkan daerah lain walaupun masih dalam satu desa.
Konsumsi Kayu Rumah Kost
Konsumsi kayu pada rumah kost meliputi kayu untuk perumahan dan
perabot rumah tangga. Volume kayu untuk perumahan dihitung berdasarkan luas
bangunan rumah kost yang ditentukan dengan bantuan ahli bangunan rumah.
Sedangkan volume perabot rumah tangga ditentukan berdasarkan volume standar
tiap jenis barang (Lampiran 1). Besarnya kayu yang dikonsumsi pada setiap jenis
Tabel 13. Konsumsi kayu berdasarkan luas bangunan rumah
No Jenis rumah kost Jumlah
Konsumsi kayu/luas rumah (m3/m2)
Total Per rumah kost
1 Kecil 66 4,2673 0,0647
2 Sedang 17 0,9607 0,0565
3 Besar 9 0,4942 0,0549
4 Keseluruhan 92 5,7222 0,0622
Tabel 14. Konsumsi kayu perkakas per rumah per tahun
No Jenis rumah
kost
Konsumsi kayu per rumah (m³) Umur pakai kayu (tahun) Konsumsi kayu per rumah per tahun (m³/tahun)
Konstruksi Furniture Total Konstruksi Furniture Konstruksi Furniture Total
1 Kecil 6,2736 1,1217 7,3953 20 10 0,3137 0,1122 0,4258
2 Sedang 11,2433 2,2627 13,5059 20 10 0,5622 0,2263 0,7884
3 Besar 23,4486 5,2592 28,7078 20 10 1,1724 0,5259 1,6983
4 Keseluruhan 8,8721 1,7373 10,6093 20 10 0,4436 0,1737 0,6173
Tabel 15. Konsumsi kayu perkakas per kapita per tahun
No Jenis rumah
kost
Konsumsi kayu per rumah per tahun (m³/tahun)
Jumlah penghuni
rata-rata (jiwa)
Konsumsi kayu per kapita per tahun (m³/kapita/tahun)
Konstruksi Furniture Total Konstruksi Furniture Total
1 Kecil 0,3137 0,1122 0,4258 8 0,0392 0,0140 0,0532
2 Sedang 0,5622 0,2263 0,7884 18 0,0312 0,0126 0,0438
3 Besar 1,1724 0,5259 1,6983 37 0,0317 0,0142 0,0459
Ukuran dan bentuk rumah kost dapat mempengaruhi besarnya konsumsi
kayu terutama untuk kebutuhan konstruksi rumah. Berdasarkan data pada tabel 13
dapat diketahui bahwa semakin besar ukuran rumah maka konsumsi kayu per m2
semakin kecil. Apabila diperhitungkan berdasarkan ukuran rumah secara
keseluruhan maka semakin besar ukuran bangunan rumah semakin besar pula
kayu yang dikonsumsi. Keadaan ini sesuai dengan pernyataan Jamali et.al, (1997) bahwa semakin besar tipe rumah yang dibuat maka kebutuhan kayu semakin
besar.
Konsumsi kayu per m2 dapat digunakan untuk mengetahui besarnya
konsumsi kayu pada suatu rumah kost. Konsumsi kayu pada suatu bangunan
rumah merupakan hasil perkalian antara konsumsi kayu per m2 dengan luas
bangunan rumah. Konsumsi kayu per m2 digunakan apabila luas rumah kost
mendekati luas rumah kost rata-rata untuk masing-masing tipe rumah kost dengan
penggunaan furniture yang cenderung seragam. Konsumsi kayu pada rumah kost
yang memiliki ukuran bangunan di atas atau di bawah rata-rata (data pencilan)
tidak dapat ditentukan menggunakan konsumsi kayu per m2 karena hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa rumah kost sedang dan besar
memiliki perbedaan yang tidak terlalu besar. Hal ini diakibatkan banyak ukuran
bangunan rumah kost besar yang hampir sama dengan rumah kost sedang. Selain
itu, sebagian besar rumah kost besar terdiri dari satu lantai sehingga ukuran
bangunan hampir sama dengan rumah kost sedang.
Untuk menjamin ketersediaan kayu di masa yang akan datang maka perlu
diketahui konsumsi kayu setiap tahun dan keawetan (umur pakai) kayu yang
digunakan. Besarnya konsumsi kayu setiap tahun dapat dihitung dengan cara
membagi jumlah kayu yang dikonsumsi dengan umur pakai kayu yang digunakan.
Pada penelitian ini, umur pakai ditentukan dengan menggunakan pedoman kelas
awet kayu Oey Djoen Seng (1951) dalam Martawijaya, et.al (1981), wawancara dengan ahli pertukangan serta pedagang matrial dan berdasarkan hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Christiani (2004).
Pada umumnya penggunaan kayu untuk bahan konstruksi rumah kost
kayu Meranti (Shorea spp), Kamper (Dryobalanops spp) dan sebagian kecil kayu Mahoni (Swietenia spp), Sengon (Paraserianthes falcataria). Hal ini sesuai dengan pernyataan Daryadi (2001) bahwa jenis kayu Meranti dan Kamper biasa
digunakan sebagai kayu konstruksi karena sifat keawetannya yang baik dan
mudah dalam pengerjaan. Selain itu, menurut Nugroho (1998) jenis kayu yang
diperdagangkan dan dikonsumsi sebagai bahan konstruksi sangat beragam, pada
umumnya dikenal dengan nama perdagangan misalnya jenis Meranti dan Kamper.
Berdasarkan jenis kayu yang banyak digunakan pada rumah kost maka
dapat ditentukan umur pakai kayu berdasakan jenis kayu dan pedoman penentuan
keawetan kayu yang telah disebutkan sebelumnya. Umur pakai untuk kayu
konstruksi yaitu selama ±20 tahun.
Selain digunakan untuk bahan konstruksi, kayu dapat digunakan untuk
pembuatan perabot rumah tangga. Hal ini sejalan dengan pernyataan Malik (2003)
bahwa tingkat penggunaan kayu masih dominan sebagai bahan baku furnitur
yaitu sebesar 60%. Untuk pembuatan perabot rumah tangga pada rumah kost,
kayu yang banyak digunakan yaitu kayu Sengon (Paraserianthes falcataria). Berdasarkan jenis dan keawetan kayu yang digunakan untuk perabot rumah
tangga maka umur pakai ditetapkan ±10 tahun.
Konsumsi kayu untuk setiap tipe rumah ditentukan dengan membagi total
konsumsi kayu pada masing-masing tipe rumah kost dengan jumlah rumah kost.
Total konsumsi kayu pada rumah kost kecil adalah sebesar 6,2736 m³ untuk
konstruksi dan 1,1217 m³ untuk furniture. Sedangkan pada rumah kost sedang
sebesar 11,2433 m³ untuk konstruksi dan 2,2627 m³ untuk furniture. Sesuai
dengan ukurannya, rumah kost besar mengkonsumsi kayu paling banyak yaitu
sebesar 23,4486 m³ untuk konstruksi dan 5,2592 m³ untuk furniture.
Untuk mengetahui besarnya persediaan kayu di masa yang akan datang
maka perlu diketahui konsumsi kayu setiap tahunnya. Konsumsi kayu per rumah
per tahun dapat ditentukan dengan cara membagi total konsumsi kayu per rumah
dengan umur pakai kayu. Dari Tabel 14 dapat diketahui besarnya konsumsi kayu
pada rumah kost kecil yaitu sebesar 0,4258 m³/tahun, pada rumah kost sedang
sebesar 0,7884 m³/tahun dan pada rumah kost besar 1,6983 m³/tahun. Secara
m³/tahun dan untuk furniture sebesar 0,1737 m³/tahun dengan konsumsi kayu total
per rumah per tahun sebesar 0,6173 m³/tahun.
Informasi mengenai besarnya konsumsi kayu per rumah per tahun dapat
digunakan untuk mengetahui volume kayu yang dibutuhkan di masa yang akan
datang. Baik pada saat rumah tersebut direnovasi atau pada saat dilakukan
perubahan terhadap seluruh komponen rumah. Dalam suatu pemukiman, kegiatan
perenovasian rumah akan terus menerus terjadi dari waktu ke waktu secara
kontinyu. Dimana setiap rumah dalam pemukiman tersebut akan mengalami
proses renovasi secara bergiliran dan menyebar secara acak sampai akhirnya akan
mengalami penggantian total sesuai umur pakai kayu yaitu selama 20 tahun.
Selain menentukan besarnya konsumsi kayu, tipe rumah kost dapat pula
menentukan banyaknya penghuni dalam rumah tersebut. Semakin besar ukuran
rumah kost maka semakin banyak penghuni yang tinggal dalam rumah kost
tersebut. Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa jumlah penghuni rata-rata pada
setiap rumah kost yaitu 8 jiwa pada rumah kost kecil, 18 jiwa pada rumah kost
sedang dan 37 jiwa pada rumah kost besar.
Akan tetapi terdapat beberapa keadaan di lapangan yang tidak sesuai
dengan rincian di atas. Hal tersebut terjadi karena semakin banyaknya jumlah
rumah kost yang tidak diimbangi dengan jumlah konsumen rumah kost. Sejak
tahun ajaran 2005/2006 jumlah konsumen rumah kost menurun akibat kepindahan
mahasiswa Diploma III. Bagi pemilik rumah kost yang tidak mampu bersaing,
keadaan ini akan merugikan karena mereka akan kehilangan konsumen. Untuk
mengatasinya, pemilik rumah kost perlu melakukan upaya perbaikan terhadap
fasilitas yang disediakan dengan harga pasaran yang sesuai.
Berdasarkan jumlah penghuni rata-rata tiap tipe rumah kost maka dapat
diketahui besarnya konsumsi kayu per kapita per tahun. Secara keseluruhan
besarnya konsumsi kayu per kapita adalah 0,0475 m3/kapita/tahun. Konsumsi
kayu per kapita per tahun merupakan besarnya kayu yang digunakan oleh setiap
individu dalam satu tahun. Konsumsi diartikan sebagai pemakaian kayu yang
menyebabkan pengurangan/penyusutan umur pakai kayu. Apabila kayu
dikonsumsi secara terus menerus maka pada suatu saat umur pakai kayu akan
Konsumsi kayu per kapita per tahun dapat digunakan untuk mengetahui besarnya
kayu yang dikonsumsi pada suatu daerah berdasarkan besarnya populasi pada
daerah tersebut.
Konsumsi kayu per kapita per tahun pada rumah kost kecil paling besar
diantara tipe rumah kost lain. Hal tersebut terjadi karena banyaknya jumlah kamar
pada rumah kost sedang dan besar yang tidak sebanding dengan banyaknya
penghuni sehingga banyak kamar kosong pada beberapa rumah kost. Konsumsi
furniture per kapita per tahun pada rumah kost besar menunjukkan jumlah yang
lebih besar dibandingkan tipe rumah kost lain. Hal ini diakibatkan adanya
perbedaan selera setiap penghuni. Penghuni rumah kost besar menggunakan
hampir semua fasilitas yang disediakan. Sedangkan pada rumah kost kecil dan
sedang tidak semua fasilitas digunakan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat beberapa penghuni yang
tidak suka menggunakan tempat tidur kayu, meja dan kursi, hal ini terjadi
terutama pada penghuni kost laki-laki. Selain itu, perbedaan konsumsi furniture
per kapita per tahun terjadi akibat penggunaan barang substitusi yang
berbeda-beda pada setiap rumah kost. Barang substitusi yang banyak digunakan yaitu
terbuat dari plastik, besi dan alumunium.
Untuk memenuhi keperluan pembangunan rumah sebagian besar pemilik
rumah kost memperoleh kayu dari pedagang matrial, kebun milik rakyat dan agen
penjual kayu. Sebanyak 95,60% responden membeli kayu dari matrial karena
pedagang matrial menyediakan kayu dalam berbagai jenis dan ukuran yang umum
dipergunakan untuk membangun rumah. Pemilik rumah kost biasanya membeli
kayu dari pedagang matrial yang berada di sekitar Kecamatan Dramaga.
Konsumen yang memperoleh kayu dari kebun milik rakyat sebesar 3,29%.
Kayu berasal dari kebun milik pribadi yang berada di sekitar Desa Babakan
sebelum kampus Institut Pertanian Bogor berada. Berdasarkan hasil wawancara
dengan penjual kayu, kayu diperoleh dari penduduk yang masih mempunyai lahan
dan sebagian besar berada di sekitar sungai Ciapus yang mengalir melewati
Kelurahan Balumbang Jaya. Kayu dijual dalam bentuk balok dengan berbagai