• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI

MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES

IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea)

DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI,

JAWA BARAT

Oleh :

IRWAN NUR WIDIYANTO C24104077

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI

MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES

IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea)

DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI,

JAWA BARAT

Oleh :

IRWAN NUR WIDIYANTO C24104077

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik

-

Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat”

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tulisan ini.

Bogor, Agustus 2008

(4)

Irwan Nur Widiyanto. C24104077. Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

(Di bawah bimbingan Nurlisa A. Butet dan M. Mukhlis Kamal).

RINGKASAN

Ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) merupakan salah satu sumberdaya ikan demersal yang memiliki arti ekonomis penting bagi masyarakat Palabuhanratu. Pemanfaatan ikan layur di Teluk Palabuhanratu menggunakan alat tangkap berupa pancing. Namun sering juga tertangkap dengan menggunakan bagan angkat, purse seinne, gill net, dan payang. Semakin tingginya permintaan konsumen akan sumberdaya ini, membuat upaya tangkap juga cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya total produksi yang dihasilkan oleh perairan Palabuhanratu. Jika hal ini terus terjadi, dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya populasi ikan layur. Mengingat potensi ekonomi dan ekologi dari ikan ini maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang tepat terhadap sumberdaya ikan layur sehingga didapatkan pemanfaatan yang optimal namum tetap memperhatikan kelestariannya. Pengelolaan yang tepat membutuhkan berbagai informasi dasar biologi. Untuk itu, diperlukan penelitian yang terkait dengan sumberdaya ikan layur seperti sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan karakter morfometrik-meristik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang berat, dan mendeskripsikan ciri morfometrik-meristik beberapa spesies ikan layur yang diharapkan bermanfaat bagi keperluan pengelolaan sumberdaya ikan layur di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Pengambilan ikan contoh dilaksanakan pada bulan Juli sampai November 2007. Ikan contoh yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan nelayan Palabuhanratu. Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak. Analisis data meliputi sebaran frekuensi panjang, analisis karakter morfometrik-meristik dan perbandingan karakter morfometrik, serta hubungan panjang-berat.

(5)

Judul Skripsi : KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR (SUPERFAMILI TRICHIUROIDEA) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

Nama Mahasiswa : Irwan Nur Widiyanto

Nomor Pokok : C24104077

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc NIP 131 925 898 NIP 132 084 932

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP 131 578 799

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik

-

Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Semakin tingginya permintaan konsumen akan komoditas ikan layur menjadi peluang bagi nelayan dan pemerintah untuk terus meningkatkan produksi. Namun disadari atau tidak, hal ini dapat berdampak pada menurunnya populasi ikan layur.

Penelitian yang hasilnya dituangkan dalam tulisan ini, selain diharapkan menjadi informasi dasar biologi perikanan, juga diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna bagi keperluan pengelolaan perikanan layur di masa yang akan datang.

Bogor, 9 September 2008

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan II atas bimbingan, arahan, dan masukan yang diberikan selama penulis menyusun skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ridwan Affandi, DEA selaku dosen penguji tamu atas masukan dan arahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.S selaku dosen penguji dari program studi yang memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan selama penulis menempuh pendidikan di Manajemen Sumberdaya Perairan.

5. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti proyek penelitian dosen Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan tahun 2007.

6. Keluargaku (Bapak, Ibu, kakak, dan adikku) yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan.

7. Tim ikan layur (Devi dan Fitri) atas kerjasamanya selama penelitian dan penyusunan skripsi, teman-teman C4 (Wahyu, Fajlur, Supriyadi, dan Rifian) atas kebersamaannya selama dua tahun terakhir ini, serta teman-teman MSP 40, MSP 41 (khususnya Shelly, Ridwan, Weni, Nafta, Inna, Githa, Dita, Dhillah, Mira, Wilda, dan Friska), MSP 42 (khususnya Silfia, Fitria, Avie, Glasnosta, Agus, Wira, Adnan, Japet, Andra, dan Tia), dan MSP 43 (khususnya Chikarista Irfangi) atas doa, dukungan, dan persahabatannya selama ini.

Bogor, 09 September 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 2

1.3. Tujuan penelitian ... 3

1.4. Manfaat penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Deskripsi spesies ... 4

2.1.1. Klasifikasi dan tata nama ... 4

2.1.2. Karakter morfologis ... 5

2.2. Habitat, biologi, dan perikanan ... 6

2.3. Distribusi ... 8

2.4. Karakter morfometrik dan meristik ... 9

2.5. Hubungan kekerabatan ... 10

2.6. Sebaran frekuensi panjang ... 11

2.7. Hubungan panjang-berat ... 11

2.8. Kondisi umum daerah penelitian ... 11

III. METODE PENELITIAN ... 13

3.1. Waktu dan lokasi penelitian ... 13

3.2. Alat dan bahan ... 14

3.3. Metode kerja ... 14

3.4. Analisi data ... 18

3.4.1. Sebaran frekuensi panjang ... 18

3.4.2. Analisis karakter meristik ... 18

3.4.3. Analisis karakter morfometrik ... 18

3.4.4. Analisis karakter meristik, hubungan antar karakter morfometrik, dan hubungan antar perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies dan antar spesies ... 19

(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Komposisi tangkapan dan sebaran panjang ... 22

4.2 Analisis karakter meristik ... 30

4.3 Analisis karakter morfometrik ... 31

4.3.1. Analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing spesies ... 33

4.3.2. Analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga spesies ... 36

4.3.3. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies ... 36

4.3.4. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies ... 37

4.4 Identifikasi karakter morfologi sederhana ... 38

4.5 Hubungan kekerabatan ... 39

4.6 Hubungan panjang-berat ... 40

4.7 Pengelolaan ikan layur ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 54

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Alat dan bahan ... 14

2. Karakter meristik yang dihitung ... 15

3. Karakter morfometrik yang diukur ... 16

4. Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan layur ... 19

5. Komposisi dan frekuensi ikan hasil tangkapan selama penelitian ... 22

6. Kisaran ciri meristik pada ketiga spesies layur ... 30

7. Kisaran ukuran morfometrik pada ketiga spesies layur ... 32

8. Kisaran ukuran perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies layur ... 33

9. Matriks korelasi karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan layur ... 36

(11)

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI

MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES

IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea)

DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI,

JAWA BARAT

Oleh :

IRWAN NUR WIDIYANTO C24104077

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(12)

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI

MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES

IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea)

DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI,

JAWA BARAT

Oleh :

IRWAN NUR WIDIYANTO C24104077

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(13)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik

-

Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat”

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tulisan ini.

Bogor, Agustus 2008

(14)

Irwan Nur Widiyanto. C24104077. Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

(Di bawah bimbingan Nurlisa A. Butet dan M. Mukhlis Kamal).

RINGKASAN

Ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) merupakan salah satu sumberdaya ikan demersal yang memiliki arti ekonomis penting bagi masyarakat Palabuhanratu. Pemanfaatan ikan layur di Teluk Palabuhanratu menggunakan alat tangkap berupa pancing. Namun sering juga tertangkap dengan menggunakan bagan angkat, purse seinne, gill net, dan payang. Semakin tingginya permintaan konsumen akan sumberdaya ini, membuat upaya tangkap juga cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya total produksi yang dihasilkan oleh perairan Palabuhanratu. Jika hal ini terus terjadi, dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya populasi ikan layur. Mengingat potensi ekonomi dan ekologi dari ikan ini maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang tepat terhadap sumberdaya ikan layur sehingga didapatkan pemanfaatan yang optimal namum tetap memperhatikan kelestariannya. Pengelolaan yang tepat membutuhkan berbagai informasi dasar biologi. Untuk itu, diperlukan penelitian yang terkait dengan sumberdaya ikan layur seperti sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan karakter morfometrik-meristik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang berat, dan mendeskripsikan ciri morfometrik-meristik beberapa spesies ikan layur yang diharapkan bermanfaat bagi keperluan pengelolaan sumberdaya ikan layur di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Pengambilan ikan contoh dilaksanakan pada bulan Juli sampai November 2007. Ikan contoh yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan nelayan Palabuhanratu. Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak. Analisis data meliputi sebaran frekuensi panjang, analisis karakter morfometrik-meristik dan perbandingan karakter morfometrik, serta hubungan panjang-berat.

(15)

Judul Skripsi : KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR (SUPERFAMILI TRICHIUROIDEA) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

Nama Mahasiswa : Irwan Nur Widiyanto

Nomor Pokok : C24104077

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc NIP 131 925 898 NIP 132 084 932

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP 131 578 799

(16)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik

-

Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Semakin tingginya permintaan konsumen akan komoditas ikan layur menjadi peluang bagi nelayan dan pemerintah untuk terus meningkatkan produksi. Namun disadari atau tidak, hal ini dapat berdampak pada menurunnya populasi ikan layur.

Penelitian yang hasilnya dituangkan dalam tulisan ini, selain diharapkan menjadi informasi dasar biologi perikanan, juga diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna bagi keperluan pengelolaan perikanan layur di masa yang akan datang.

Bogor, 9 September 2008

(17)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan II atas bimbingan, arahan, dan masukan yang diberikan selama penulis menyusun skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ridwan Affandi, DEA selaku dosen penguji tamu atas masukan dan arahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.S selaku dosen penguji dari program studi yang memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan selama penulis menempuh pendidikan di Manajemen Sumberdaya Perairan.

5. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti proyek penelitian dosen Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan tahun 2007.

6. Keluargaku (Bapak, Ibu, kakak, dan adikku) yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan.

7. Tim ikan layur (Devi dan Fitri) atas kerjasamanya selama penelitian dan penyusunan skripsi, teman-teman C4 (Wahyu, Fajlur, Supriyadi, dan Rifian) atas kebersamaannya selama dua tahun terakhir ini, serta teman-teman MSP 40, MSP 41 (khususnya Shelly, Ridwan, Weni, Nafta, Inna, Githa, Dita, Dhillah, Mira, Wilda, dan Friska), MSP 42 (khususnya Silfia, Fitria, Avie, Glasnosta, Agus, Wira, Adnan, Japet, Andra, dan Tia), dan MSP 43 (khususnya Chikarista Irfangi) atas doa, dukungan, dan persahabatannya selama ini.

Bogor, 09 September 2008

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 2

1.3. Tujuan penelitian ... 3

1.4. Manfaat penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Deskripsi spesies ... 4

2.1.1. Klasifikasi dan tata nama ... 4

2.1.2. Karakter morfologis ... 5

2.2. Habitat, biologi, dan perikanan ... 6

2.3. Distribusi ... 8

2.4. Karakter morfometrik dan meristik ... 9

2.5. Hubungan kekerabatan ... 10

2.6. Sebaran frekuensi panjang ... 11

2.7. Hubungan panjang-berat ... 11

2.8. Kondisi umum daerah penelitian ... 11

III. METODE PENELITIAN ... 13

3.1. Waktu dan lokasi penelitian ... 13

3.2. Alat dan bahan ... 14

3.3. Metode kerja ... 14

3.4. Analisi data ... 18

3.4.1. Sebaran frekuensi panjang ... 18

3.4.2. Analisis karakter meristik ... 18

3.4.3. Analisis karakter morfometrik ... 18

3.4.4. Analisis karakter meristik, hubungan antar karakter morfometrik, dan hubungan antar perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies dan antar spesies ... 19

(19)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Komposisi tangkapan dan sebaran panjang ... 22

4.2 Analisis karakter meristik ... 30

4.3 Analisis karakter morfometrik ... 31

4.3.1. Analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing spesies ... 33

4.3.2. Analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga spesies ... 36

4.3.3. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies ... 36

4.3.4. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies ... 37

4.4 Identifikasi karakter morfologi sederhana ... 38

4.5 Hubungan kekerabatan ... 39

4.6 Hubungan panjang-berat ... 40

4.7 Pengelolaan ikan layur ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 54

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Alat dan bahan ... 14

2. Karakter meristik yang dihitung ... 15

3. Karakter morfometrik yang diukur ... 16

4. Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan layur ... 19

5. Komposisi dan frekuensi ikan hasil tangkapan selama penelitian ... 22

6. Kisaran ciri meristik pada ketiga spesies layur ... 30

7. Kisaran ukuran morfometrik pada ketiga spesies layur ... 32

8. Kisaran ukuran perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies layur ... 33

9. Matriks korelasi karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan layur ... 36

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Ikan layur (famili Trichiuridae) ... 5

2. Ikan layur (famili Gempylidae) ... 5

3. Peta penyebaran ikan layur ... 8

4. Peta lokasi penelitian ... 13

5. Skema karakter morfometrik-meristik yang diukur dan dihitung pada ikan layur ... 17

6. Kisaran panjang dan berat pada ketiga spesies layur ... 24

7. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang T. lepturus ... 26

8. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang L. savala ... 27

9. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang G. serpens ... 28

10.Sagittal crest pada T. lepturus ... 39

11.Dendrogram hubungan kekerabatan ketiga spesies ikan layur ... 40

12.Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus betina ... 44

13.Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus jantan ... 44

14.Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus secara keseluruhan ... 44

15.Grafik hubungan panjang-berat L. savala betina ... 45

16.Grafik hubungan panjang-berat L. savala jantan ... 45

17.Grafik hubungan panjang-berat L. savala secara keseluruhan ... 45

18.Grafik hubungan panjang-berat G serpens betina ... 46

19.Grafik hubungan panjang-berat G. serpens jantan ... 46

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.

Matriks korelasi karakter morfometrik pada T. lepturus ... 55

2.

Matriks korelasi karakter morfometrik pada L. savala ... 56

3.

Matriks korelasi karakter morfometrik pada G. serpens ... 57

4.

Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik

pada T. lepturus ... 58

5.

Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik

pada L. savala ... 58

6.

Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik

pada G. serpens ... 59

7.

Anova T. lepturus secara keseluruhan ... 60

8.

Anova L. savala secara keseluruhan ... 61

9.

Anova G. serpens secara keseluruhan ... 62 10. Data ukuran panjang dan berat T. lepturus selama

penelitian ... 63 11. Data ukuran panjang dan berat L. savala selama

penelitian ... 64 12. Data ukuran panjang dan berat G. serpens selama

penelitian ... 65 13. Data meristik T. lepturus selama penelitian ... 66 14. Data meristik L. savala selama penelitian ... 67 15. Data meristik G. serpens selama penelitian ... 69 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian ... 70 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian ... 73 18. Data morfometrik G. serpens selama penelitian ... 77 19. Ikan layur yang diteliti ... 78 20. Perahu kincang yang digunakan nelayan

Pabuhanratu untuk melaut ... 79 21. Alat tangkap (pancing) yang digunakan nelayan

Palabuhanratu untuk menangkap ikan layur ... 80 22. Aktivitas pedagang di tempat pelelangan ikan (TPI)

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Perairan Palabuhanratu merupakan sebuah perairan teluk di pantai selatan Pulau Jawa dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Secara geografis, Palabuhanratu terletak pada 060 57’ – 070 07’ LS dan 1060 22’ – 1060 33’ BT dengan luas wilayah mencapai ± 27.210,130 Ha dan masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sukabumi. Perairan ini memiliki potensi perikanan tangkap yang tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis ikan dan crustacea yang tertangkap di perairan Palabuhanratu yang mencapai 49 jenis dengan nilai produksi rata-rata mencapai 123,6 ton per tahun (PPN Palabuhanratu, 2007).

Ikan layur merupakan salah satu sumberdaya perikanan ekonomis penting yang tertangkap di Palabuhanratu dan selalu tersedia tanpa mengenal musim. Ikan ini termasuk ke dalam kelompok ikan komersial kedua di bawah ikan komersial utama seperti kerapu (Serranidae), bawal putih (Pampus spp.), dan manyung (Ariidae) (Dwiponggo dkk., 1991 dalam Prayitno, 2006). Berdasarkan data tahun 2002-2007 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Dalam kurun waktu 6 tahun tersebut, tercatat hanya di tahun 2003 yang mengalami penurunan total produksi. Sedangkan selebihnya memperlihatkan peningkatan total produksi.

(24)

Minimnya informasi tentang sumberdaya ikan layur menjadi penghambat dalam usaha pemanfaatan dan pengelolaannya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penelitian tentang informasi dasar biologi perikanan seperti sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan deskripsi karakter morfometrik-meristik perlu dilakukan.

1.2. Rumusan masalah

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sektor perikanan karena didukung oleh perairan yang luas dan sumberdaya hayati yang beragam. Sumberdaya perikanan Indonesia terdiri dari lima kelompok yaitu ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan karang, ikan hias, dan ikan demersal (Dahuri, 2003). Dari lima kelompok sumberdaya tersebut, ikan demersal memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Salah satu jenis ikan demersal yang memiliki penyebaran luas dan potensi pemanfatan yang cukup tinggi adalah ikan layur.

Salah satu daerah penyebaran ikan layur adalah perairan Palabuhanratu. Berdasarkan data tahun 2002-2007 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Total produksinya juga terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2002-2007, tercatat hanya tahun 2003 yang mengalami penurunan total produksi. Mengingat potensi ekonomi dan ekologi dari ikan ini maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang tepat terhadap sumberdaya ikan layur sehingga didapatkan pemanfaatan yang optimal namum tetap memperhatikan kelestariannya.

(25)

dijadikan acuan dalam proses identifikasi genus maupun spesies. Informasi yang didapat diharapkan dapat menjadi dasar dalam penentuan pengelolaan sumberdaya ikan layur khususnya di daerah Palabuhanratu.

1.3. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan beberapa spesies ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) berdasarkan ciri morfometrik-meristiknya dan mengetahui pola pertumbuhannya.

1.4. Manfaat penelitian

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi spesies

2.1.1. Klasifikasi dan tata nama

Klasifikasi ikan layur menurut Nakamura dan Parin (1993) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Pisces

Kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi Subordo : Scombroidae Superfamili : Trichiuroidea Famili : Trichiuridae Genus : Trichiurus

Spesies : Trichiurus lepturus Genus : Lepturacanthus Spesies : Lepturacanthus savala Famili : Gempylidae Genus : Gempylus

Spesies : Gempylus serpens

Nama Indonesia : Layur

Nama International : Hairtails, ribbon fish

(27)

Secara umum bentuk ikan layur dari famili Trichiuridae dan Gempylidae masing-masing dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Ikan layur (famili Trichiuridae) (Dokumentasi pribadi)

Gambar 2. Ikan layur (famili Gempylidae) (www.fao.org)

2.1.2. Karakter morfologis

Superfamili Trichiuroidea terdiri dari dua famili yaitu Trichiuridae dan Gempylidae. Ikan-ikan dari superfamili ini memiliki ciri-ciri tubuh memanjang, pipih, dan semifusiform. Mulut besar dengan rahang bawah lebih panjang dari rahang atas. Memiliki satu atau dua lubang hidung pada kedua sisi kepala. Sirip dorsalnya tumbuh sepanjang punggung sedangkan sirip pektoralnya pendek dan sirip ventralnya kecil atau tidak ada. Ruas tulang punggung berjumlah 32-170 (Nakamura dan Parin, 1993).

(28)

1986; Ayodhya dan Diniah, 1989; Nakamura dan Parin, 1993; Nontji, 2005). Memiliki sirip punggung yang panjang mulai dari atas kepala sampai akhir badan dan berjari-jari lemah antara 105-134 buah. Sirip anal tumbuh tidak sempurna dan berjari-jari lemah antara 72-80 buah. Sirip ini berupa deretan duri-duri kecil. Tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk (LL) terlihat jauh dibagian bawah badan (Nontji, 2005).

Ikan-ikan dari famili Trichiuridae berwarna keperak-perakan jika dalam keadaan hidup dan akan berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan jika mati. Bagian atas kepala berwarna ungu agak gelap sedangkan sirip-siripnya sedikit kekuningan atau kuning dengan pinggiran gelap (Saanin, 1968).

Famili Gempylidae memiliki tubuh yang memanjang dan agak pipih atau semifusiform. Bagian punggung biasanya berwarna cokelat atau cokelat gelap dan bagian bawah dan perut berwarna keperakan. Memiliki dua lubang hidung pada kedua sisi kepala. Ukuran mulut besar, tidak dapat disembulkan dan dilengkapi dengan gigi yang kuat pada kedua rahangnya. Rahang bawah lebih panjang dari rahang atas. Memiliki dua sirip dorsal yang terpisah dengan jelas. Sirip dorsal kedua (termasuk finlet) lebih pendek dari sirip dorsal yang pertama. Sirip anal sama dengan sirip dorsal kedua dari segi ukuran dan bentuk, atau terkadang lebih kecil. Pada bagian belakang sirip dorsal dan anal biasanya terdapat finlet. Ukuran sirip caudal sedang dan selalu berbentuk cagak. Sirip ventral biasanya kecil, sering tereduksi menjadi satu duri tunggal dengan hanya sedikit atau tidak ada jari-jari lemah. Garis rusuk (LL) tunggal atau ganda, berakhir pada dasar sirip caudal (Nakamura dan Parin, 1993).

2.2. Habitat, biologi, dan perikanan

(29)

rendah dan tingkat mortalitasnya cenderung sejalan dengan upaya penangkapannya (Aoyama, 1972 dalam Ridho, 2004).

Ikan layur umumnya hidup pada perairan yang dalam dengan dasar berlumpur. Meskipun demikian, ikan layur biasanya akan muncul kepermukaan menjelang senja untuk mencari makan (Parin, 1986; Nakamura dan Parin, 1993). Nakamura dan Parin (1993) menyatakan bahwa ikan layur dari famili Gempylidae biasanya ditemukan pada kedalaman lebih dari 150 m dan ikan layur dari famili Trichiuridae dapat ditemukan sampai kedalaman 2000 m. Sedangkan Bal dan Rao (1984) menyatakan bahwa habitat utama ikan layur adalah laut dan terkadang memasuki estuari.

(30)

2.3. Distribusi

[image:30.612.133.518.282.464.2]

Ikan layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis (Nakamura dan Parin, 1993). Daerah penyebaran ikan layur meliputi hampir seluruh perairan pantai Indonesia seperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung genteng, dan Sukawayana. Selain di perairan Indonesia, ikan layur juga terdapat di perairan Jepang, Philipina, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan hingga pantai utara Australia, dan tersebar luas di perairan dangkal di Afrika Selatan (www.pipp.dkp). Distribusi ikan layur di dunia dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta penyebaran ikan layur Sumber : http://www.fao.org, 2007

Keterangan :

: Konsentrasi daerah penyebaran ikan layur

2.4. Karakter morfometrik dan meristik

(31)

organisme, sedangkan meristik adalah sifat-sifat yang menunjukkan jumlah bagian-bagian tubuh luar seperti jumlah jari-jari sirip yang digunakan untuk penentuan klasifikasi.

Ukuran dalam morfometrik adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian lainnya, misalnya jarak antara ujung kepala sampai dengan pelipatan batang ekor (panjang baku). Ukuran ini disebut dengan ukuran mutlak yang biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter (Affandi dkk., 1992).

Setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah makanan, suhu, pH, dan salinitas (Affandi dkk., 1992). Yokogawa dan Tajima (1996) dalam Dewantoro (2001) menyatakan bahwa perbedaan ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu perairan dan salinitas, atau karena faktor genetik yang tidak seimbang. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian, walaupun umur ikan dari suatu spesies sama, ukuran mutlaknya dapat berbeda. Olah karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya, seperti jarak antara panjang baku (PB) dibandingkan dengan panjang total (PT) (Affandi dkk., 1992).

(32)

2.5. Hubungan kekerabatan

Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu, membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga hubungan filogenik (Strauss dan Bond, 1990 dalam Imron 1998). Karakter morfometrik juga dapat digunakan untuk membedakan antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya (Yokogawa dan Tajima, 1996; Yokogawa, Taniguchi dan Seki, 1997; Madang, 1999), antara jenis ikan yang sama dari geografis atau tempat yang berbeda (Yamazaki dan Goto, 1997; Wanatabe, 1998) dan antar varietas ikan (Sumantadinata dan Taniguchi, 1990 dalam Dewantoro, 2001).

Perbedaan morfologis antar populasi atau spesies biasanya digambarkan sebagai kontras dalam bentuk tubuh secara keseluruhan atau ciri-ciri anatomis tertentu. Meskipun deskripsi secara kualitatif ini mungkin dianggap cukup memadai, tetapi seringkali diperlukan untuk mengekspresikan perbedaan tersebut secara kuantitatif dengan mengambil berbagai ukuran dari individu-individu dan menyatakan statistik (misalnya rata-rata, kisaran, ragam, dan korelasi dari ukura-ukuran tersebut). Hal yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri yang dihitung) misalnya jari-jari sirip. Tetapi terdapat perbedaan mendasar antara ciri morfometrik dan meristik, yaitu ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama masa pertumbuhan setelah ukuran tubuh yang mantap tercapai, sedangkan karakter morfometrik berubah secara kontinu sejalan ukuran dan umur (Strauss dan Bond, 1990 dalam Imron, 1998).

2.6. Sebaran frekuensi panjang

(33)

2.7. Hubungan panjang-berat

Analisa hubungan panjang-berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan dengan menggunakan parameter panjang dan berat. Berat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan panjang dengan berat dapat digunakan sebagai pendugaan berat dari panjang. Selain itu, keterangan mengenai pertumbuhan, kemontokan, dan perubahan lingkungan terhadap ikan dapat diketahui (Effendie, 1997).

Hasil analisis hubungan panjang-berat akan menghasilkan suatu nilai konstanta (b), yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Effendie (1997) menyebutkan bahwa pada ikan yang memiliki pola pertumbuhan isometrik (b=3), pertambahan panjangnya seimbang dengan pertambahan berat. Sebaliknya pada ikan dengan pola pertumbuhan allometrik (b≠3), pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan berat. Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan allometrik positif bila b>3, yang menandakan bahwa pertambahan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang. Sedangkan pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan allometrik negatif apabila nilai b<3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan berat (Ricker, 1970 dalam Effendie, 1997).

2.8. Kondisi umum daerah penelitian

Perairan Palabuhanratu merupakan sebuah perairan teluk di pantai selatan Pulau Jawa dan berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Secara administratif Teluk Palabuhanratu termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dengan luas ± 27.210,130 Ha yang terletak pada posisi geografis 6057’ – 70 07’ LS dan 1060 22’ – 1060 33’ BT (Pariwono dkk., 1988).

(34)

terbuka dengan Samudera Hindia dapat meningkatkan kadar salinitas di Palabuhanratu.

Terdapat dua pola musim di perairan Palabuhanratu yang berpengaruh terhadap aktivitas penangkapan ikan, yaitu musim timur yang berlangsung dari bulan Juni hingga September dan musim barat yang berlangsung dari bulan Desember hingga Februari. Kondisi perairan pada musim timur relatif tenang, angin serta gelombang tidak begitu besar sehingga aktivitas penangkapan ikan cukup tinggi pada musim ini. Periode ini berlangsung pada musim kemarau. Hal yang sebaliknya terjadi pada musim barat. Pada musim ini, angin dan gelombang laut cukup tinggi sehingga menyulitkan nelayan untuk melaut. Pada musim barat umumnya aktivitas penangkapan ikan akan menurun. Diantara kedua musim tersebut terdapat musim peralihan pertama yaitu antara bulan Maret sampai Mei dan musim peralihan kedua yang berlangsung antara bulan Oktober sampai November.

(35)

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan lokasi penelitian

[image:35.612.230.435.360.681.2]

Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Juli 2007 hingga bulan November 2007. Ikan contoh yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan nelayan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Koordinat lokasi penangkapan ikan layur tidak tersedia, sehingga gambaran lokasi masih bersifat umum. Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak. Ikan contoh kemudian dibawa ke Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk penganalisaan lebih lanjut terhadap panjang, berat, dan karakter morfometrik-meristiknya. Berikut ini disajikan peta lokasi penelitian (Gambar 4).

Gambar 4. Peta lokasi penelitian Lokasi

(36)

3.2. Alat dan bahan

[image:36.612.135.484.143.568.2]

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan

No Alat dan Bahan Kegunaan

1 Neraca Ohaus

berketelitian 0,01 gram

Mengukur berat ikan

2 Tisu Membersihkan sampel ikan

3 Penggaris dengan ketelitian 1 mm

Mengukur ukuran tubuh sampel ikan

4 Meteran kain

dengan ketelitian 1 cm

Mengukur panjang total sampel ikan

5 Alat bedah Alat bantu membedah ikan serta menghitung karakter meristik ikan

6 Kertas label dan alat tulis

Menandai/menomori ikan

7 Baki Sebagai alas sampel ikan 8 Botol sampel

berukuran 30, 100, dan 300 ml.

Sebagai wadah mengawetkan kepala ikan serta organ dalam

9 Formalin 4% Mengawetkan kepala ikan dan organ dalam 10 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan layur

(famili Trichiuridae dan Gempylidae)

3.3. Metode kerja

(37)

laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk penganalisaan lebih lanjut terhadap panjang, berat, serta karakter morfometrik-meristiknya.

Sebelum dianalisa panjang, berat, serta karakter morfometrik-meristiknya, sampel ikan diidentifikasi terlebih dahulu. Proses identifikasi didasarkan pada buku identifikasi yang ditulis oleh Nakamura dan Parin (1993). Beberapa karakter yang menjadi pembeda utama antara ketiga spesies ikan layur adalah warna tubuh, warna sirip dorsal, dan ukuran diameter mata.

[image:37.612.134.486.506.668.2]

Penentuan karakter morfometrik-meristik dilakukan berdasarkan morfologi ikan. Galman (1987) dalam Brojo (1999) menentukan 12 karakter morfometrik pada ikan nila (Oreochromis niloticus) sedangkan Priyanie (2006) menentukan 34 karakter morfometrik dan 13 karakter meristik pada ikan kurisi (Pristipomoides filamentosus). Hal ini menandakan tidak adanya standar tetap dalam penentuan jumlah karakter morfometrik-meristik yang akan diukur maupun dihitung pada tiap spesies ikan melainkan disesuaikan dengan morfologi ikan. Pada penelitian ini ditentukan 18 karakter morfometrik dan 5 karakter meristik yang didasarkan pada morfologi ikan. Karakter meristik yang dihitung dan morfometrik yang diukur tertera pada tabel berikut ini (Tabel 2 dan Tabel 3). Sedangkan skema penghitungan karakter meristik dan pengukuran karakter morfometrik dapat dilihat pada gambar 5.

Tabel 2. Karakter meristik yang dihitung

No Karakter Meristik

1 Jumlah jari-jari sirip dorsal

Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah pada sirip dorsal

2 Jumlah jari-jari sirip anal Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah pada sirip anal

3 Jumlah piloric caeca Jumlah juntaian-juntaian pada lambung

4 Jumlah gigi canine Jumlah seluruh gigi canine pada kedua rahang

(38)
[image:38.612.139.485.97.654.2]

Tabel 3. Karakter morfometrik yang diukur

No Karakter Morfometrik

1 Panjang total Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip caudal yang paling belakang

2 Panjang kepala Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung terbelakang dari keping tutup insang (operculum)

3 Tinggi kepala Panjang garis tegak antara pangkal kepala bagian atas dengan pangkal kepala bagian bawah

4 Lebar kepala Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala

5 Panjang predorsal Jarak antara ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terdepan dari sirip dorsal

6 Panjang prepectoral Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terdepan dari sirip pectoral

7 Panjang hidung Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan lubang hidung

8 Jarak interorbital Jarak lurus antara kedua mata

9 Panjang operculum Jarak antara tulang operculum terdepan dengan ujung terbelakang dari keping tutup insang (operculum)

10 Panjang rahang atas Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terbelakang tulang rahang atas

11 Panjang rahang bawah Jarak dari ujung terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terbelakang tulang rahang bawah

12 Tinggi badan Jarak tertinggi antara dorsal dengan ventral

13 Tinggi canine Jarak tertinggi antara ujung canine dengan pangkal canine

14 Tinggi dorsal Jarak tertinggi antara ujung sirip dorsal dengan dasar sirip dorsal

15 Lebar bukaan mulut Jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebar-lebarnya

16 Diameter mata Panjang garis tengah rongga mata

17 Panjang usus Jarak antara ujung usus terdepan dengan ujung usus paling belakang

(39)
[image:39.792.135.664.107.371.2]

Gambar 5. Skema karakter morfometrik-meristik yang diukur dan dihitung pada ikan layur

Keterangan (Karakter morfometrik yang diukur) : A) Panjang total; B) Panjang kepala; C) Panjang prepectoral; D) Panjang predorsal; E) Panjang rahang atas; F) Panjang hidung; G) Panjang rahang bawah; H) Panjang operculum; I) Lebar diameter mata; J)Lebar bukaan mulut; K) Lebar kepala; L) Tinggi dorsal; M) Tinggi badan.

(40)

3.4. Analisis data

3.4.1. Sebaran frekuensi panjang

Data yang digunakan dalam metode ini adalah data panjang total dari ikan layur jenis T. lepturus, L. savala, dan G. serpens. Pengukuran dilakukan pada setiap individu ikan menggunakan meteran kain yang mempunyai ketelitian satu cm.

Tahap-tahap untuk menganalisis data frekuensi ukuran panjang adalah sebagai berikut :

1. Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan; 2. Menentukan lebar selang kelas; dan

3. Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing kelas dengan memasukkan panjang masing-masing contoh ikan pada selang kelas yang telah ditentukan.

Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas yang sama kemudian diplotkan dalam sebuah grafik. Dari grafik tersebut dapat dilihat pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulan pengamatan. Pergeseran sebaran frekuensi panjang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada. Bila terjadi pergeseran modus sebaran frekuensi panjang, berarti terdapat lebih dari satu kohort.

3.4.2. Analisis karakter meristik

Karakter meristik yang dihitung kemudian dianalisa untuk mengetahui kisaran dari masing-masing karakter. Karakter meristik ikan layur yang dihitung dapat dilihat pada Tabel 2.

3.4.3. Analisis karakter morfometrik

(41)
[image:41.612.161.501.101.353.2]

Tabel 4. Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan layur

No Perbandingan ukuran

1 Panjang total : Panjang kepala

2 Panjang total : Tinggi badan

3 Panjang kepala : Tinggi kepala

4 Panjang kepala : Lebar kepala

5 Panjang kepala : Diameter mata

6 Panjang kepala : Panjang hidung

7 Panjang kepala : Panjang rahang atas

8 Panjang kepala : Panjang rahang bawah

9 Panjang rahang bawah : Panjang rahang atas

10 Tinggi badan : Tinggi kepala

11 Panjang prepectoral : Panjang predorsal

3.4.3. Analisis karakter meristik, hubungan antar karakter morfometrik, dan hubungan antar perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies dan antar spesies

Analisis karakter meristik dilakukan untuk mengetahui kisaran nilai masing-masing karakter meristik. Dari kisaran nilai ini kemudian ditentukan modusnya. Nilai kisaran dan modus inilah yang menjadi dasar dalam penulisan rumus suatu karakter meristik.

Analisis karakter morfometrik dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menganalisis masing-masing karakter morfometrik yang diukur. Tahap kedua adalah menganalisis perbandingan karakter morfometrik yang telah ditentukan (misal perbandingan antara panjang total dengan panjang hidung). Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui karakter morfometrik dan perbandingan karakter morfometrik yang memiliki keterkaitan dengan karakter lainnya.

(42)

seberapa dekat suatu karakter memiliki keterkaitan dengan karakter lainnya. Tanda minus atau positif menunjukkan sifat korelasi negatif atau positif antar parameter. Nilai positif yang mendekati satu menjelaskan hubungan yang berbanding lurus antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain. Sedangkan nilai negatif yang mendekati minus satu menjelaskan hubungan yang berbanding terbalik antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh penurunan satuan dari karakter yang lain atau sebaliknya, penurunan satuan suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi, 2005).

3.4.5. Hubungan panjang-berat

Untuk menganalisis hubungan panjang-berat masing-masing spesies ikan layur digunakan rumus sebagai berikut (Effendie, 1997) :

W = a L b Keterangan :

W = Berat L = Panjang

a = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang berat dengan sumbu y)

b = Penduga pola pertumbuhan panjang-berat

Untuk mendapatkan persamaan linier atau garis lurus digunakan persamaan sebagai berikut :

Log W = Log a + b Log L

Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi dengan log W sebagai ‘y’ dan Log L sebagai ‘x’, maka didapatkan persamaan regresi :

y = a + bx

Untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3 dilakukan uji-t (uji parsial), dengan hipotesis (Steel and Torie, 1993 dalam Effendie, 1997) :

(43)

• Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang) dan,

• Allometrik negatif, jika b<3 (Pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat).

thitung =

1 0 1

Sb

b

b

Keterangan :

b1 = Nilai b (dari hubungan panjang berat) b0 = 3

Sb1 = Simpangan koefisien b

Bandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%. Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan, kaidah keputusan yang diambil adalah :

(44)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Komposisi tangkapan dan sebaran panjang

[image:44.612.82.561.285.446.2]

Ikan layur (superfamili Trichiuroidea) yang diteliti selama bulan Juli-November berjumlah 198 ekor terdiri dari 71 ekor jenis T. lepturus, 105 ekor L. savala, dan 22 ekor G. serpens. Komposisi dan frekuensi jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi dan frekuensi ikan hasil tangkapan selama penelitian

Berdasarkan Tabel 5, terlihat adanya perbedaaan komposisi dan jumlah ikan yang tertangkap pada masing-masing bulan pengamatan. Pada bulan Juli terlihat hanya ada dua spesies ikan layur yang tertangkap yaitu T. lepturus dan L. savala sedangkan dari jenis G. serpens tidak tertangkap. Ketiga spesies ikan layur tertangkap pada bulan September dan November namun dengan jumlah yang berbeda-beda. Berdasarkan jumlah ikan yang tertangkap selama 3 bulan pengamatan, terlihat bahwa G. serpens yang memiliki frekuensi terendah dengan jumlah 22 ekor. Sedangkan frekuensi tertinggi terdapat pada jenis L. savala dengan jumlah 105 ekor. Hal ini diduga terkait dengan kebiasaan hidup dari masing-masing spesies. Menurut Nakamura dan Parin (1993), ikan layur jenis G. serpens jika telah mencapai ukuran dewasa akan cenderung hidup sendiri atau soliter. Nakamura dan Parin (1993) juga mengatakan bahwa belum ada perikanan

Jenis

Waktu

Juli September November

F Panjang

(mm)

Berat

(gram) F

Panjang (mm)

Berat

(gram) F

Panjang (mm)

Berat (gram)

T.

lepturus 34

643,41± 100,37

172,92±

59,11 31

719,23± 217,03

296,43±

196,91 6

768,33± 94,50

383,52± 157,90

L.

savala 23

666,87± 73,68

214,46±

57,15 50

606,60± 133,31

228,46±

143,08 32

666,66± 52,86

269,62± 78,92

G.

serpens - - - 12

725,17± 44,20

486,52±

101,75 10

731,70± 89,87

(45)

khusus terhadap G. serpens. Layur jenis ini biasanya tidak sengaja tertangkap dengan menggunakan rawai tuna. Keadaan ini membuat kemungkinannya untuk tertangkap juga semakin kecil. Hal inilah yang diduga menjadi penyebab sedikitnya jumlah G. serpens yang tertangkap selama penelitian.

Berbeda dengan G. serpens, jumlah T. lepturus dan L. savala yang tertangkap selama penelitian lebih banyak yaitu 71 dan 105 ekor. Hal ini diduga terkait dengan kebiasaan hidup kedua jenis ikan layur ini. Menurut Parin (1986), T. lepturus dan L. savala merupakan ikan yang hidup secara bergerombol (schooling). Keadaan ini membuat kemungkinan kedua jenis ikan ini untuk tertangkap semakin besar. Selain itu, perairan pantai Pulau Jawa dan perairan Palabuhanratu diduga menjadi daerah penyebaran utama kedua jenis layur ini. Hal ini didasarkan pada pernyataan Nontji (2005) yang mengatakan bahwa jenis layur yang banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa adalah T. lepturus. Sedangkan Anita (2003) menyatakan bahwa ikan layur yang banyak tertangkap di Teluk Palabuhanratu adalah dari jenis L. savala.

Berdasarkan bulan pengamatan, terlihat adanya perbedaan hasil tangkapan. Hasil tangkapan tertinggi terdapat pada bulan September dengan jumlah tangkapan sebanyak 93 ekor. Pada bulan Juli, ikan yang tertangkap berjumlah 57 ekor. Sedangkan pada bulan November, ikan yang tertangkap berjumlah 48 ekor. Perbedaan jumlah hasil tangkapan diduga terkait dengan musim penangkapan yang dapat mempengaruhi aktivitas penangkapan. Penangkapan ikan pada penelitian ini dilakukan pada bulan Juli, September, dan November. Antara bulan Juli – September, perairan Palabuhanratu sedang mengalami musim timur yang merupakan musim banyak ikan. Pada saat musim timur, kondisi perairan relatif tenang, angin serta gelombang tidak begitu besar sehingga aktivitas penangkapan ikan cukup tinggi pada musim ini (Pariwono dkk., 1988). Meningkatnya aktivitas penangkapan diduga meningkatkan jumlah ikan yang tertangkap di Palabuhanratu. Adapun pada bulan November termasuk pada musim peralihan antara musim timur ke musim barat dan merupakan musim sedang ikan sehingga hasil tangkapan tidak sebanyak hasil tangkapan pada saat musim timur.

(46)

yang lebih luas dari L. savala dan G. serpens. Hal ini dikarenakan T. lepturus memiliki kemampuan untuk mencapai panjang total yang lebih tinggi dari kedua spesies layur lainnya. Nakamura dan Parin (1993) menyatakan bahwa T. lepturus dapat tumbuh hingga mencapai panjang 120 cm. Bahkan Parin (1986) dan Nontji (2005) menyatakan bahwa panjang total yang dapat dicapai oleh T. lepturus mencapai 150 cm. Sedangkan panjang maksimum yang dapat dicapai olah L. savala dan G. serpens hanya 100 cm. Kisaran panjang total dan kisaran berat ketiga spesies layur yang diamati selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

Panj

ang

G. s erp ens P a nj an g (mm ) / Berat (gram) 0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0

Panj ang T. le ptu rus Panja ng L. sa val a Bera

t T. le

ptu rus

Bera

t L. sa

val a

Bera

t G.

[image:46.612.164.480.266.471.2]

serp ens

Gambar 6. Kisaran panjang dan berat pada ketiga spesies layur

(47)

bulan September. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang untuk masing-masing spesies ikan layur dapat dilihat pada Gambar 7, 8, dan 9 berikut ini.

Berdasarkan Gambar 7, terlihat adanya pergeseran sebaran frekuensi kelas ukuran panjang pada T. lepturus. Selama bulan Juli sampai November terlihat adanya dua pergeseran sebaran panjang. Pergeseran pertama terjadi pada bulan Juli dan September. Pada bulan November, sebaran frekuensi panjang bergeser ke kelas ukuran yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan selama bulan Juli sampai November terdapat minimal dua kelompok ukuran.

Pada bulan Juli modus frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 514-574 mm dan 575-635 mm. Sedangkan pada bulan September, modus frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 758-818 mm dan 819-879 mm. Hal ini menunjukkan terjadi pertumbuhan panjang pada kelompok ukuran pertama yaitu dari bulan Juli sampai September. Pada bulan November, modus frekuensi kelas ukuran panjang bergeser ke kelas ukuran yang lebih rendah yaitu berada pada selang 636-696 mm. Hal ini menunjukkan adanya recruitment baru ke dalam stok ikan T. lepturus.

Berdasarkan Gambar 8, terlihat adanya pergeseran sebaran frekuensi kelas ukuran panjang pada L. savala. Selama bulan Juli sampai November terlihat adanya dua pergeseran sebaran panjang. Pergeseran pertama terjadi pada bulan Juli dan September. Pada bulan November, sebaran frekuensi panjang bergeser ke kelas ukuran yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan selama bulan Juli sampai November terdapat minimal dua kelompok ukuran.

(48)

0 2 4 6 8 10 12 Juli

n = 34

Fr ekuensi ( indi v idu) 0 2 4 6 8 10 12 September

n = 31

Selang kelas (mm)

270-330 33 1-391 392 -452 453-513 51 4-574 575 -635 636-696 69 7-757 758 -818 819-879 88 0-940 941-1001 0 2 4 6 8 10 12 November

[image:48.612.161.468.106.678.2]

n = 6

(49)

0 2 4 6 8 10 12 14 Juli Fr ekuensi ( indiv idu) 0 2 4 6 8 10 12 14 September

Selang kelas (mm)

310-363 36 4-417 418 -471 472-525 52 6-579 580 -633 634-687 688 -741 742-795 79 6-849 850 -903 904-957 0 2 4 6 8 10 12 14 November

n = 23

n = 50

[image:49.612.163.468.111.677.2]

n = 32

(50)

Selang kelas (mm)

Frekuensi (indi

v

idu)

0 1 2 3 4 5

September

62 4-659

660-6 95

696-7 31

732-7 67

768-8 03

804-8 39

84 0-875

876-9 11 0

1 2 3 4 5

November

n = 12

[image:50.612.144.470.103.556.2]

n = 10

Gambar 9. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang G. serpens

(51)

kelas ukuran yang lebih rendah yaitu berada pada selang 660-695 mm. Hal ini menunjukkan antara bulan September sampai November terjadi recruitment baru ke dalam stok ikan G. serpens. Namun hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut karena jumlah sampel G. serpens yang diamati selama penelitian hanya berjumlah 22 ekor dan dikhawatirkan tidak dapat menjelaskan keadaan sebenarnya.

Berdasarkan Gambar 7, 8, dan 9 terlihat sebaran panjang untuk semua spesies mengelompok pada ukuran 514-879 (mm). Hal ini terjadi karena nelayan Palabuhanratu menggunakan pancing (longline dan handline) sebagai alat tangkap utama yang memiliki tingkat selektivitas cukup tinggi. Alat tangkap jenis pancing hanya dapat menangkap ikan-ikan yang memiliki ukuran mulut lebih besar atau minimal sama dengan ukuran mata pancing. Pada umumnya nelayan Palabuhanratu menggunakan ukuran mata pancing nomor 8 (komunikasi pribadi, 2008) namun ada juga yang menggunakan ukuran mata pancing nomor 7-9 (Prayitno, 2006). Faktor lain yang menjadi penyebab seragamnya ukuran ikan layur adalah ikan layur yang tertangkap di Palabuhanratu umumnya untuk tujuan ekspor. Menurut Anita (2003), ikan layur yang diekspor memiliki kisaran berat antara 200-700 gram/ekor. Kisaran ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu 200-300 gram/ekor, 300-500 gram/ekor, dan 500-700 gram/ekor. Masing-masing kategori memiliki harga yang sedikit berbeda. Dengan adanya ketentuan ini, diduga nelayan berupaya menangkap ikan layur yang masuk dalam kategori ekspor dan memiliki harga tertinggi.

(52)

perbedaan penggunaan alat tangkap yang juga memiliki perbedaan selektivitas diduga menjadi penyebab berbedanya ukuran ikan antara kedua lokasi.

4.2. Analisis karakter meristik

[image:52.612.135.557.396.603.2]

Penghitungan karakter meristik berupa jumlah jari-jari lemah mengeras dan jari-jari lemah pada sirip dorsal menunjukkan selang 3-4 jari-jari lemah mengeras dan 102-136 jari-jari lemah pada T. lepturus. Pada L. savala terdapat 3-4 jari-jari lemah mengeras dan 97-136 jari-jari lemah. Sedangkan pada G. serpens terdapat dua sirip dorsal yang terpisah. Dorsal pertama hanya memiliki jari-jari lemah mengeras dengan jumlah 27-29 sedangkan dorsal kedua memiliki 4-5 jari-jari lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah. G. serpens juga memiliki sirip anal dengan 4-5 jari-jari lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah serta finlet sebanyak 6 buah dibelakang sirip dorsal dan anal. Berikut ini disajikan tabel karakter meristik ikan layur yang dihitung selama penelitian (Tabel 6).

Tabel 6. Kisaran ciri meristik pada ketiga spesies layur

T. lepturus memiliki modus 3 jari-jari lemah mengeras dan 125 jari lemah sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa T. lepturus mempunyai rumus sirip dorsal DIII-IV, 102-136 dengan modus DIII, 125. Rumus ini lebih besar kisarannya dari rumus sirip dorsal yang diberikan oleh Parin (1986) yaitu DIII,

Karakter Meristik

Spesies

T. lepturus L. savala G. serpens

(53)

131-136. L. savala memiliki modus 3 jari-jari lemah mengeras dan125 jari lemah sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa L. savala mempunyai rumus sirip dorsal DIII-IV, 97-136 dengan modus DIII, 125. Rumus ini juga lebih besar kisarannya dari rumus sirip dorsal yang diberikan oleh Parin (1986) yaitu DIV, 108-123. Pada sirip dorsal pertama, G. serpens memiliki modus 28 jari-jari lemah mengeras sedangkan dorsal keduanya memiliki modus 5 jari-jari lemah mengeras dan 8 jari-jari lemah. Secara umum dapat dikatakan bahwa G. serpens mempunyai rumus D1 XXVII-XXIX, dengan modus DXXVIII dan D2 IV-V, 7-9 dengan modus D2 IV, 8. Rumus ini lebih kecil kisarannya dari rumus sirip dorsal yang diberikan oleh Parin (1986) yaituDXXVI-XXXII.

Sirip anal memiliki rumus AIV-V, 7-9 yang berarti mempunyai 4-5 jari-jari lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah. Namun hanya G. serpens yang memiliki sirip anal sedangkan T. lepturus dan L. savala tidak memiliki sirip anal karena telah tereduksi menjadi duri-duri kecil.

4.3. Analisis karakter morfometrik

Hasil pengukuran karakter morfometrik merupakan salah satu yang dapat digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud di sini seperti makanan, suhu, pH, dan salinitas (Affandi dkk., 1992). Hasil pengukuran karakter morfometrik pada tiga spesies ikan layur dapat dilihat pada Tabel 7.

Hasil pengukuran menunjukan adanya perbedaan kisaran ukuran morfometrik. Pada umumnya, T. lepturus memiliki kisaran ukuran morfometrik yang lebih luas dibandingkan dengan dua spesies layur lainnya.

(54)
[image:54.612.133.500.93.506.2]

Tabel 7. Kisaran ukuran morfometrik pada ketiga spesies layur.

Karakter Morfometrik

Spesies T. lepturus

N = 71 ekor

L. savala N = 105 ekor

G. serpens N = 22 ekor Panjang Total (cm) 27,0 – 99,1 31,0 – 95,1 62,4 - 90,5 Panjang Kepala (cm) 3,9 - 14,4 4,8 – 13,7 11,3 - 16,3 Panjang Hidung (cm) 0,9 - 4,3 1,1 - 4,6 3,7 – 5,6 Tinggi Kepala (cm) 1,6 - 6,8 1,7 - 6,4 3,4 – 4,9 Lebar Kepala (cm) 0,6 - 2,8 0,7 - 2,7 2,1 – 3,5 Tinggi Badan (cm) 1,6 - 8,1 2,1 - 7,9 3,7 – 5,5 Panjang Predorsal (cm) 2,6 - 9,6 2,7 – 10,4 8,9 – 13,4 Panjang Prepectoral (cm) 3,4 – 13,3 4,0 – 11,7 11,5 - 16,6 Diameter Mata (cm) 0,6 - 2,5 0,6 - 2,0 1,6 – 2,3 Panjang Rahang Atas (cm) 1,2 - 6,1 1,6 - 5,7 5,3 – 7,9 Panjang Rahang Bawah (cm) 1,3 - 6,8 1,9 - 6,2 5,8 – 9,5 Sudut Rahang ( ˚ ) 26 – 61 25 – 60 33 – 55 Lebar Bukaan Mulut (cm) 0,6 - 5,3 0,7 - 3,0 1,8 – 3,4 Jarak Interorbital (cm) 0,4 - 2,2 0,6 - 1,8 1,4 – 2,4 Panjang operculum (cm) 1,1 - 4,4 1,0 - 4,0 2,2 – 3,2 Tinggi canine(cm) 0,15 - 1,5 0,15 – 1,1 0,3 – 0,6 Tinggi Dorsal (cm) 0,5 - 4,4 0,7 - 3,8 1,3 – 3,8 Panjang usus (cm) 4,1 - 26,1 4,9 – 20,0 16,0 - 34,0

(55)
[image:55.612.132.468.228.523.2]

(Affandi dkk., 1992). Sedangkan faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, dan pH diduga tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap perbedaan ukuran perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies tersebut karena ketiganya dianggap berasal dari satu habitat yang memiliki faktor lingkungan sama yaitu perairan Palabuhanratu.

Tabel 8. Kisaran ukuran perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies layur.

Perbandingan Morfometrik

Spesies

T. lepturus L. savala G. serpens PT : PK 5,86 – 8,07 4,97 - 8,66 5,25 – 5,76 PT : TB 10,90 – 17,24 8,65 - 17,85 15,11 - 16,88 PK : TK 1,83 – 3,06 1,85 - 2,88 2,76 – 3,50 PK : LK 4,31 – 7,54 3,48 - 7,85 4,30 – 6,33 PK : DM 4,78 – 8,44 5,83 - 12,33 5,78 – 8,06 PK : PH 2,58 – 4,33 2,49 - 5,00 2,74 – 3,20 PK : PRA 1,87 – 3,43 2,02 - 3,25 1,87 – 2,40 PK : PRB 1,72 – 3,00 1,90 - 3,03 1,63 – 2,19 PRB : PRA 0,93 – 1,31 0,80 - 1,26 1,09 – 1,20 TB : TK 0,90 – 1,44 0,92 - 1,64 0,93 – 1,18 P prepectoral :

P predorsal 0,80 – 1,49 0,70 – 1,64 1,19 – 1,34

(56)

terbalik antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh penurunan satuan dari karakter yang lain atau sebaliknya, penurunan satuan suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi, 2005).

Berdasarkan analisis korelasi data morfometrik T. lepturus, terlihat bahwa korelasi antar karakter memiliki kisaran yang cukup lebar yaitu antara 0,19 sampai 0,98. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter Panjang rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah (PRB) dengan nilai korelasi sebesar 0,98 sedangkan untuk korelasi terendah ditunjukkan oleh karakter Sudut rahang (SR) dan Tinggi dorsal (TD) dengan nilai korelasi 0,19. Nilai korelasi karakter morfometrik pada T. lepturus dapat dilihat pada Lampiran 1.

Karakter Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH), Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang Prepectoral, Panjang Predorsal, Diameter mata (DM), Panjang rahang atas (PRA), Panjang rahang bawah (PRB), Panjang operculum (PO), Jarak interorbital (JI), Tinggi dorsal (TD), dan Panjang usus (PU) adalah karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain. Korelasi yang erat menunjukkan ukuran tubuh karakter lain dapat diwakili oleh salah satu dari karakter ini. Sebaliknya, karakter Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut (LBM), dan Tinggi canine (TC) tidak mencirikan ukuran dari karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masing-masing karakter tersebut rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu 0,19-0,46, 0,39-0,66 dan 0,28-0,60.

Hasil analisis korelasi data morfometrik L. savala juga memiliki kisaran yang cukup lebar yaitu antara 0,12 sampai 0,97. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter Panjang rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah (PRB) dengan nilai korelasi sebesar 0,97 sedangkan untuk korelasi terendah ditunjukkan oleh karakter Panjang hidung (PH) dan Sudut rahang (SR) dengan nilai korelasi 0,12. Nilai korelasi karakter morfometrik pada L. savala dapat dilihat pada Lampiran 2.

(57)

rahang bawah (PRB), Panjang operculum (PO), dan Jarak interorbital (JI) adalah karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain. Korelasi yang erat menunjukan ukuran tubuh karakter lain dapat diwakili oleh salah satu dari karakter ini. Sebaliknya, karakter Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut (LBM), Tinggi canine (TC), dan Panjang usus (PU) tidak mencirikan ukuran dari karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masing-masing karakter tersebut rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu 0,12-0,56, 0,38-0,67, 0,16-0,63 dan 0,21-0,58.

Hasil analisis korelasi pada data morfometrik G. serpens memiliki kisaran yang cukup lebar yaitu antara -0,39 sampai 0,99. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter Panjang rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah (PRB) dengan nilai korelasi sebesar 0,99 sedangkan untuk korelasi terendah ditunjukkan oleh karakter Jarak interorbital (JI) dan Tinggi dorsal (TD) dengan nilai korelasi -0,39. Nilai korelasi karakter morfometrik pada G. serpens dapat dilihat pada lampiran 3.

Karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain adalah Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH), Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang prepectoral, Panjang predorsal, Panjang rahang atas (PRA), Panjang rahang bawah (PRB), dan Panjang operculum (PO). Korelasi yang erat menunjukkan ukuran tubuh karakter lain dapat diwakili oleh salah satu dari karakter ini. Sebaliknya, karakter Diameter mata (DM), Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut (LBM), Jarak interobital (JI), Tinggi canine (TC), Tinggi dorsal (TD) dan Panjang usus (PU) tidak mencirikan ukuran dari karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masing-masing karakter tersebut rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu 0,170,64, 0,270,38, -0,39-0,58, -0,17-0,61, -0,39-0,61, dan 0,01-0,53.

(58)

belum bisa dijadikan standar dalam mengidentifikasi ikan layur. Analisis korelasi karakter morfometrik ini hanya menunjukkan karakter-karakter yang memiliki hubungan saling terkait dengan karakter lainnya. Seperti dikatakan oleh Affandi dkk. (1992) bahwa ukuran mutlak masing-masing individu dapat berbeda-beda meskipun memiliki umur dan spesies yang sama. Hal ini terkait dengan adanya faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan. Oleh karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya seperti jarak antara panjang kepala (PK) dibandingkan dengan panjang total (PT).

4.3.2. Analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga spesies

[image:58.612.229.412.509.580.2]

Hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga spesies memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara T. lepturus-L. savala lebih tinggi yaitu sebesar 0,9996 dibandingkan nilai korelasi antara T. lepturus-G. serpens dan L. savala-G. serpens yang masing-masing sebesar 0,9897 dan 0,9890. Hal ini menunjukkan bahwa T. lepturus dan L. savala memiliki lebih banyak persamaan dalam hal hubungan antar karakter morfometrik dibandingkan dengan hubungan antar karakter morfometrik pada T. lepturus-G. serpens dan L. savala-G. serpens. Hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Matriks korelasi karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan layur

T. lepturus L. savala G. serpens

T. lepturus 1

L. savala 0,9996 1

G. serpens 0,9897 0,9890 1

4.3.3. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies

(59)

morfometrik pada masing-masing spesies digunakan Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal Components Analysis (PCA). Dari hasil yang didapat akan terlihat karakter perbandingan yang memiliki keterkaitan dengan karakter perbandingan lainnya.

Hasil analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik untuk ketiga spesies sangat bervariasi dengan nilai kisaran masing-masing 0,0006-0,9209 untuk T. lepturus, 0,0019-0,9063 untuk L. savala, dan 0,0015-0,9634 untuk G. serpens. Sedangkan korelasi negatif tertinggi untuk masing-masing spesies adalah -0,29 untuk T. lepturus, -0,52 untuk L. savala, dan -0,57 untuk G. serpens. Matriks korelasi perbandingan morfometrik pada ketiga spesies dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, dan 6.

Perbandingan karakter antara Panjang kepala : Panjang rahang atas dengan (PK : PRA), Panjang kepala : Panjang rahang bawah (PK : PRB) memiliki korelasi positif tertinggi pada ketiga spesies dengan nilai 0,92 untuk T. lepturus, 0,91 untuk L. savala, dan 0,96 untuk G. serpens. Sedangkan kesamaan nilai korelasi negatif tertinggi hanya dimiliki oleh T. lepturus dan L. savala yaitu pada perbandingan karakter Panjang total : Tinggi badan (PT : TB) dengan Tinggi badan : Tinggi kepala (TB : TK) dengan nilai -0,29 untuk T. lepturus dan -0,52 untuk L. savala. Pada G. serpens, yang memiliki nilai korelasi negatif tertinggi yaitu karakter perbandingan antara Panjang kepala : Panjang rahang bawah (PK : PRB) dengan Tinggi badan : Tinggi kepala (TB : TK) dengan nilai korelasi -0,57. Korelasi yang rendah tingkat keeratannya dapat diartikan pengukuran karakter tersebut tidak dapat diwakili oleh karakter lain karena tingkat keeratannya mendekati nol (antara -0,5 hingga 0,5).

4.3.4. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies

(60)
[image:60.612.226.413.202.275.2]

dengan hubungan perbandingan antar karakter morfometrik pada T. lepturus-G. serpens dan L. savala-G. serpens. Hasil analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga jenis ikan dapat dilihat pad

Gambar

Gambar 1. Ikan layur (famili Trichiuridae) (Dokumentasi pribadi)
Gambar 3. Peta penyebaran ikan layur Keterangan :  Sumber : http://www.fao.org, 2007
Gambar 4. Peta lokasi penelitian
Tabel 1. Alat dan bahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “ Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pola musim penangkapan ikan layur, menganalisis hubungan panjang dan berat ikan layur, menganalisis Catch Per Unit Effort

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Pola Asuh Ibu Terhadap Perilaku

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Daya Hambat Ekstrak Biji

Alhamdulillahirabbil’alamiin , puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ukuran morfometrik dan kisaran meristik Kepiting Bakau serta mengetahui pola pertumbuhan Kepiting Bakau di ekosistem

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan kekuatan-Nya sehingga penulis dapat