• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI JENIS IKAN NELAYAN BABANG DI PULAU NYAMUK, KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA PRAKTIK KERJA LAPANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INVENTARISASI JENIS IKAN NELAYAN BABANG DI PULAU NYAMUK, KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA PRAKTIK KERJA LAPANGAN"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI JENIS IKAN NELAYAN BABANG DI

PULAU NYAMUK, KAWASAN KONSERVASI TAMAN

NASIONAL KARIMUNJAWA

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Oleh :

MUHAMMAD SHOLEH ARIFIN

26040118120029

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Inventarisasi Jenis Ikan Nelayan Babang Di Pulau

QNyamuk, Karimunjawa Nama Mahasiswa : Muhammad Sholeh Arifin

NIM : 26040118120029

Departemen : Ilmu Kelautan

Fakultas : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Praktek Kerja Lapangan ini telah diujikan pada tanggal: 28 Mei 2020

Mengesahkan,

Koordinator PKL, Pembimbing,

Ir. Endang Supriyantini, Msi Ir. Chrisna Adhi Suryono., M. Phill NIP. 19650420 199203 2 001 NIP. 19640605 199103 1 004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan

Dr. Agus Trianto, ST, MSc NIP. 19690116 199303 2 001

(3)

ii

ABSTRAK

Muhammad Sholeh Arifin, 26040118120029, Inventarisasi Jenis Ikan Nelayan Babang Di Pulau Nyamuk, Kawasan Konservasi Taman Nasional Karimunjawa.

Praktik kerja lapangan dilakukan di pulau nyamuk, kepulauan karimunjawa pada tanggal 17 januari – 1 februari 2020. Pengambilan data dilakukan di pengepul desa nyamuk. Tujuan dari praktek kerja lapangan ini untuk mengetahui ikan hasil tangkapan nelayan babang dan alat yang digunakan nelayan babang dalam menangkap ikan. Metode yang digunakan yaitu metode survey dan kuantitatif. Pengambilan data metode survey dilakukan dengan cara datang langsung ketempat pengpul ikan sementara metode kuantitatif dilakukan dengan menimbang dan melakukan pengukuran panjang total dan tinggi maksimum pada ikan. Hasil praktek kerja lapangan selama didesa nyamuk, maka didapatkan data spesifik tentang nelayan babang. Ikan hasil tangkapan nelayan babang mayoritas adalah ikan karang meski memungkinkan untuk ikan lain juga bisa tertangkap. Nelayan babang menggunakan 2 alat tangkap yaitu pancing dan bubu dan 2 alat bantu menangkap ikan yaitu gps tracker dan fishfinder. Identifikasi jenis ikan menggunakan identifikasi morfologi. Selama berlangsungnya praktek kerja lapangan di desa nyamuk ikan nelayan babang yang berhasil di identifikasi diantaranya badong (Caranx papuensis, Caranx sexfasciatus, Atropus Atropos), jenahan (Lutjanus johnii), kakap merah (Lutjanus timoriensis, Lutjanus malabaricus), kerapu balong (Epinephelus coioides), layang (Decapterus macarellus), lemadang( Coryphaena hippurus), lodi bintang timur (Cephalopholis miniate), ngangas (Lutjanus argentimaculatus, Lutjanus monostigma), pari (Dasyatis annotatus, Dasyatis kuhlii), pisang-pisang (Caesio caerulaurea), sawo (Pinjalo lewisi), selar (Selaroides leptolepis), smadar (Acanthurus nigricauda), sunuk (Plectropomus areolatus, Plectropomus leopardus, Cephalopholis Formosa), tengiri (Scomberomorus commerson), todak (Tylosurus crocodilus), tongkol (Thunnus tonggol), tunul (Thunnus tonggol), udul (Rachycentron canadum).

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dengan judul “Inventarisasi Jenis Ikan Nelayan Babang Di Pulau Nyamuk,” Laporan ini disusun guna memenuhi syarat mata kuliah Praktik Kerja lapangan (PKL) pada Departemen ilmu kelautan, Fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Diponegoro, Semarang dan memberikan informasi kepada pembaca.

Praktik kerja lapangan ini bertujuan untuk mengetahui hasil nelayan babang di pulau nyamuk. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam keberlangsungan penelitian ini diantaranya :

1. Ibu Diah Permata Wijayanti, Prof. Dr. Ir selaku dosen wali yang membantu memberikan saran dan masukan.

2. Bapak Chrisna Adhi Suryono, M. Phill., Ir selaku dosen pembimbing dalam penyusunan laporan praktek keja lapangan ini.

3. Ibu Sri Redjeki, Ir. M.Si selaku dosen yang membantu dalam memberi pengarahan kegiatan praktek kerja lapangan ini.

4. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, sehingga penulisan laporan PKL ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kerja praktik ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, semoga laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya.

Semarang, 24 Mei 2020 Penulis

(5)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Pendekatan dan Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Manfaat ... 3

1.4. Waktu dan Lokasi PKL ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Kepulauan Karimunjawa ... 5

2.2. Pulau Nyamuk ... 6

2.3. Nelayan Babang ... 7

2.4. Sumberdaya Perikanan Di Indonesia ... 8

2.5. Pemanfaatan Laut Di Indonesia ... 9

2.5.1. Ikan Pelagis ... 10

2.5.2. Ikan Demersal ... 11

2.6. Penangapan Ikan ... 12

2.6.1. Alat tangkap ikan pelagis ... 13

2.6.2. Alat Tangkap Ikan Demersal ... 14

2.7. Upaya Rehabilitasi Sumberdaya Perikanan ... 14

2.8. Identifikasi Ikan ... 17

III. MATERI DAN METODE ... 19

3.1. Materi ... 19

3.2. Waktu Dan Tempat ... 19

(6)

v

3.4. Metode ... 20

3.5. Analisis Data ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1. Hasil ... 22

4.1.1. Desa Nyamuk ... 22

4.1.2. Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Babang ... 23

4.1.3. Pengukuran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Babang ... 27

4.2. Pembahasan... 29 V. PENUTUP ... 34 5.1. Kesimpulan ... 34 5.2. Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN ... 38

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat dan Bahan ... 20

Tabel 2. Data Monografi Desa Nyamuk 2012... 22

Tabel 3. Inventarisasi Ikan Nelayan Babang Desa Nyamuk ... 23

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema pengukuran manual pada ikan. ... 18

Gambar 2. Peta Gugusan Kepulauan Karimunjawa ... 19

Gambar 3. Kapal Nelayan Babang. ... 38

Gambar 4. Alat Pancing Nelayan Babang. ... 38

Gambar 5. Fish Finder Nelayan Babang. ... 38

Gambar 6. Bubu Nelayan Babang Tampak Dari Depan. ... 38

Gambar 7. Bubu Nelayan Babang Tampak Dari Samping. ... 39

Gambar 8. Proses Penyortiran Ikan Menurut Jenis dan Ukuran... 39

Gambar 9. Pemindahan Ikan Nelayan ke Pengepul. ... 39

Gambar 10. Proses Pengukuran Ikan Tangkapan Nelayan Babang. ... 39

Gambar 11. Proses Penataan Ikan ke Box Serta Pemberian Es Untuk Pengawetan. ... 40

Gambar 12. Proses Penimbangan Ikan Tangkapan Nelayan Babang. ... 40

Gambar 13. Proses Pengukuran Ikan Tangkapan Nelayan Babang Menggunakan Software Measeure Picture. ... 40

(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian ... 38

Lampiran 2. Surat Keterangan Melaksanakan PKL ... 41

Lampiran 3. Log Book ... 44

Lampiran 4. Lembar Konsultasi ... 46

(10)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyaknya kepulauan yang ada di Indonesia membuat indonesia kaya akan sumber daya alamnya, dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.500 di sepanjang ekuator dan lebih dan 360 juta hektar area laut. Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 242 juta jiwa pada tahun 2006, sekitar 60% diantaranya tinggal di kawasan pesisir (Prasetyawati dan Mangopang, 2013). Menurut Konvensi PBB (UNCLS) tentang Hukum Laut, “Negara kepulauan” berarti suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain. Perairan Indonesia terletak di daerah tropis memliki potensi yang sangat kaya dengan beragam sumberdaya alam, baik hayati maupun non hayati

Karimunjawa adalah kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten jepara, jawa tengah.dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare Jepara, Jawa Tengah. Dengan luas daratan, Karimunjawa kini dikemoangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara. Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan, (2016), kepulauan Karimunjawa yang terletak di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah Segala potensi yang dimiliki oleh Karimunjawa telah menjadi penyangga kehidupan bagi pendudukan di kepulauan ini. Desa Nyamuk adalah salah satu bagian wilayah cari Kecamatan Karimunjawa dengan sumber daya alam laut yang melimpah serta beranekaragam karena didukung oleh kondisi ekosistem laut yang cukup sehat

(11)

2 Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Dalam UU No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan juga disebutkan bahwa pengertian nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan (Fatonah, 2016). Sebagian besar mata pencaharian kepala keluarga di Pulau Nyamık adalah sebagai nelayan Nelayan babang menupakan nelayan dengan aktivitas berlayar membutuhkan waktu selama lima hingga tujuh hari karena dilakukan dengan jarak tempuh yang lebih jauh. Pada mekanisme babang tidak dapat dilakukan dua a:au tiga orang nelayan, melainkan sedikitnya memerlukan empal hingga lima orang nelayan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan identifikasi mengenai alat tangkap nelayan babang dan juga hasil kan yang didapat dati nelayan babang.

1.2. Pendekatan dan Perumusan Masalah

Pulau Nyamuk merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Sebagian besar mata pencaharian kepala keluarga di Pulau Nyamuk adalah sebagai nelayan. Salah satunya adalah nelayan babang. Wilayah perairannya secara ekologis memiliki ekosistem karang yang bagus. Sehingga banyak ikan – ikan yang memanfaatkan sebagai tempat hidup ikan, terutama ikan karang.

ikan mempunyai nilai ekonomis yang baik sebagai komoditas ekspor. Tetapi, penangkapan ikan saat ini tidak hanya pada jenis-jenis yang memiliki nilai ekonomis tetapi juga ada beberapa ikan yang dilindungi dan ikan yang belum

(12)

3 dewasa pun juga sering tertangkap. Jika penangkapan tersebut secara terus-menerus dilakukan, akan menyebabkan populasi alaminya menurun.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini diharapkan dapat mendukung upaya pemanfaatan penangkapan sumber daya ikan. Data ini akan digunakan untuk menganalisis jenis ikan yang ditangkap selama kurun waktu yang ditentukan oleh nelayan babang. Data – data yang di ambil meliputi jenis ikan, berat dan ukuran meliputi panjang total dan tinggi maksimal ikan. Selain itu, data ini digunakan untuk memberikan informasi jumlah sumber daya ikan di pulau Nyamuk, terutama ikan karang. Sehingga masyarakat bisa dengan bijak melakukan penangkapan ikan di lokasi tersebut.

1.3. Tujuan

1. Mengetahui inventarisasi jenis ikan hasil tangkapan nelayan babang 2. Mengetahui alat yang digunakan nelayan babang untuk menangkap ikan

1.4. Manfaat

1. Menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan pada kegiatan yang nyata, dengan demikian akan mengetahui perbandingan antara pengetahuan di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di dunia kerja. 2. Memperdalam dan meningkatkan kualitas, keterampilan, dan kreatifitas

pribadi yang sesuai dengan ilmu yang dimiliki.

3. Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman untuk nantinya dapat terjun di lingkungan kerja.

(13)

4 4. Mencetak calon tenaga kerja yang terampil dan jujur dalam menjalankan

tugas.

5. Memberi masukan untuk mengevaluasi kesesuaian kurikulum yang sudah diterapkan dengan kebutuhan tenaga kerja yang terampil di bidangnya.

1.4. Waktu dan Lokasi PKL

Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dilakukan selama 15 hari, pelaksanaan dilakukan pada waktu liburan semester III. PKL dimulai pada tanggal 17 januari – 1 februari 2020. Kegiatan praktik kerja lapangan bertempat di Desa Nyamuk, kawasan konservasi taman nasional Karimunjawa, kabupaten jepara.

(14)

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepulauan Karimunjawa

Kepulauan Karimunjawa terletak 70 ml dari Pantai Utara Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayahnya sebesar 111.625 ha, terdiri dari 7.033 ha daratan dan 104.592 ha perairan. Kepulauan Karimunjawa berada di antara 50 4’-5071’ Lintang Utara dan 11004’-110041’ Bujur Timur, berada di ketinggian 65-500 m dari permukaan laut. Karimunjawa terdiri dari 27 kepulauan dan beberapa pulau besar seperti P.Kemujan, P. Karimun, P. Parang, P. Genting, P. Nyamuk, dan P. Bengkoang. Ditambah beberapa pulau-pulau kecil seperti P. Cemara Besar, P. Cemara Kecil, P. Geleong, P. Burung, P. Menjangaan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Menyawakan, P. Tengah, P. Sintok, P. Sintok, P. Kapal, P. Krakal, P. Karang, dan P. Karang Besi (Umardiono, 2011).

Kawasan Taman Nasional Laut Karimunjawa memiliki fungsi utama yaitu sebagai kawasan konservasi oleh karena itu tidak semua daerah di Karimunjawa dapat dimanfaatkan ataupun diolah bagi kepentingan manusia. Namun, sebagian besar penduduknya yang terkonsentrasi di Pulau Karimun bermatapencaharian sebagai nelayan (74,9 %). Kepulauan Karimunjawa berpotensi dalam sektor pariwisata yang didukung adanya Taman Nasional dan letak Kepulauan Karimunjawa yang cukup strategis. Potensi yang ada di Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ, 2001) adalah:

• Keanekaragaman hayati yang tinggi terutama di lingkungan terumbu karang, mangrove, dan lamun.

(15)

6 • Kawasan yang mempunyai keindahan alam dengan keadaan hutan yang masih asli dan asri, pasir putih di pantainya dengan terumbu karang yang mengelilingi setiap pulaunya, adanya pohon dewandaru yang endemic, burung elang, kerang merah, penyu hijau, penyu sisik, dan penyu lekang. • Potensi sumberdaya tinggi baik wisata bahari maupun isata lingkungan dan

rekreasi yang ditujukan untuk skala nasional dan internasional.

2.2. Pulau Nyamuk

Pulau Nyamuk merupakan salah satu dari 27 pulau di gugusan Kepulauan Karimunjawa. Pulau ini termasuk dalam suatu pemerintahan desa yaitu Desa Nyamuk. Secara geografis Pulau Nyamuk memiliki luas 139 Ha atau 1,39 km² dan terdapat 4 RT dan 2 RW (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2016). Desa Nyamuk terletak pada koordinat 5°48’33.44” LS - 5°49’11.78” LS dan 110°10’51.09” BT - 110°11’53.85” BT. Desa ini merupakan salah satu desa yang berupa sebuah pulau di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Desa Nyamuk berada di antara Laut Jawa sehingga memiliki hasil laut yang melimpah, seperti ikan dan rumput laut. Selain itu , masyarakat juga telah membudidayakan hasil laut, seperti ikan bandeng, nener, kepiting, udang, teripang, dan rumput laut. Semua kegiatan tersebut dilakukan secara konvensional (Sumbodo et al., 2017).

Menurut Kartijono (2010), pulau Nyamuk terletak di kawasan konservasi Taman Nasional Karimunjawa. Salah satu pulau yang memiliki habitat mangrove masih asli. Dari segi ekologi, sosial maupun ekonomi, keadaan hutan mangrove sangat penting dalam kawasan konservasi. Mangrove

(16)

7 merupakan habitat berbagai j enis satwa liar seperti primata, reptil, dan burung. Selain sebagai tempat berlindung, mencari makan, beristirahat, dan berkembang biak beberapa jenis burung, mangrove juga menjadi tempat persinggahan burung migran.

2.3. Nelayan Babang

Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Menurut Imron dalam Mulyadi (2005: 17), nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Dalam UU No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan juga disebutkan bahwa pengertian nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian dari masvarakat yang hidap dengan mengelola potensi sumber daya perikanan. Sistem ekonomi yang dibangun pada masyarakat nelayan secara keseluruhan dengan menggantungkan pendapatannya dari sumber daya laut Oleh karenanya masyarakat nelayan sangat bergantung dengan kegiatan penangkapan.

Mekanisme kerja nelayan melaut babang, kegiatan berlayar babang membutuhkan waktu berlayar selama lima hingga tujuh hari karena dilakukan dengan jarak tempuh yang lebih jauh. Pada mekanisme babang tidak dapat dilakukan dua atau tiga orang nelayan, melainkan sedikitnya memerlukan empat

(17)

8 hingga lima orang nelayan. Peralatan pada mekanisme babang yang biasa nelayan gunakan untuk menangap ikan yaiu wadong atau bubu, 300 hingga ribuan bubu yang dibawa nelayan dalam sekali berlayar. karena dengan pola penangkapan tersebut nelayan dapat menghasilkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan hidup. Kegiatan di seklor perikanan tangkap melibatkan banyak pihak diantaranva pengepul, juragan atau bakul.

2.4. Sumberdaya Perikanan Di Indonesia

Potensi budidaya laut, terdiri dari potensi budidaya ikan (kakap, kerapu, gobia); udang, moluska (kerangkerangan, mutiara, teripang); dan rumput laut, potensi luasan budidayanya sebesar 2 juta ha (20% dari total potensi lahan perairan pesisir dan laut berjarak 5 km dari garis pantai) dengan volume 46,73 juta ton per tahun. Sedangkan potensi budidaya payau (tambak) mencapai 913.000 ha. Untuk potensi bioteknologi kelautan masih besar peluangnya untuk dikembangkan, seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, dan benih ikan dan udang.Perairan Indo-Pasifik, yang sebagian besar terletak di perairan Indonesia merupakan pusat keanekaragaman terumbu karang dunia, dengan lebih dari 400 spesies. Juga berbagai jenis ganggang laut tersebar di berbagai wilayah pantai. Sumberdaya hayati laut kita, selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi juga mempunyai luas habitat yang besar, yaitu: 2,4 juta ha kawasan hutan bakau dan 8,5 juta ha terumbu karang (Lasabuda, 2013).

Pengembangan usaha perikanan tangkap secara umum bisa dilakukan dengan peningkatan produksi dan produktivitas usaha perikanan, yang ditujukan

(18)

9 untuk meningkatkan pendapatan nelayan, produk domestik bruto, devisa negara, pendapatan asli daerah, pemenuhan gizi masyarakat dan penyerapan tenaga kerja, tanpa menganggu dan merusak kelestarian sumberdaya perikanan (Septifitri et al.,2010). Sumberdaya ikan yang bersifat multispesies di perairan Indonesia dan ikan bergantung pada lingkungannya menyebabkan adanya pola penyebaran ikan dan berdampak terhadap pola penyebaran ikan dan mengakibatkan adanya perbedaan daerah penangkapan ikan dan jumlah dan jenis ikan yang tertangkap. Karakteristik multispesies pada sumberdaya ikan menyebabkan dalam kegiatan penangkapan ikan menggunakan berbagai jenis alat tangkap untuk jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan (Nelwan et al., 2015).

2.5. Pemanfaatan Laut Di Indonesia

Aktivitas perikanan tangkap di laut mempunyai peranan penting dilihat dari kontribusinya terhadap pembangunan wilayah pesisir, mampu menyediakan protein ikani, menyerap tenaga kerja, memperoleh devisa negara melalui kegiatan ekspor serta meningkatkan pendapatan nelayan. Perikanan merupakan suatu sistem yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi, yakni biota akuatik, habitat akuatik dan manusia sebagai pengguna sumberdaya tersebut.Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa keberadaan biota-ikan tidak terlepas dari kondisi habitatnya dan intervensi manusia yang direpresentasikan dalam penggunaan upaya penangkapan (uniteffort). Aktivitas perikanan tangkap selama ini merupakan tempat bergantungnya kehidupan para nelayan, sehingga perlu dikelola sedemikian rupa, termasuk mengelola sumberdaya yang

(19)

10 merupakan natural input bagi keberlanjutan usaha perikanan tersebut (Yulianto et al., 2016)

Indonesia sebagai negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya perairan banyak terdapat selat-selat.Salah satu selat di Indonesia yang juga merupakan selat yang terkenal di dunia internasional yaitu Selat Malaka. Di samping keunggulan yang bersifat komparatif berdasarkan letak geografis, potensi sumber daya alam di wilayah laut mengandung sumber daya hayati atau non hayati yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat. Potensi tersebut dapat diperoleh dari dasar laut dan tanah dibawahnya, kolom air dan permukaan laut, termasuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sangat logis jika ekonomi kelautan dijadikan tumpuan bagi pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu laut Indonesia harus dikelola, dijaga dan dimanfaatkan serta dilestarikan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan yang diamanatkan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan pasal 5 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Wilayah Pengelolaan Perikanan meliputi : Perairan Indonesia ; Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya yang dapat diusahakan serta lahan pembudidayaan ikan yang potensial di wilayah Republik Indonesia (Soemarmi et al., 2019)

2.5.1. Ikan Pelagis

Ikan pelagis kecil adalah kelompok besar ikan yang membentuk schoolingdi dalam kehidupannya dan mempunyai sifat berenang bebas dengan melakukan migrasi secara vertikal maupun horizontal mendekati permukaan dengan ukuran tubuh relatif kecil (Widodo, 1997; Fréon et al.,2005). Sumberdaya ikan pelagis

(20)

11 kecil memiliki peranan dalam pengembangan ekonomi wilayah, khususnya wilayah yang memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis kecil. Peranan utama sumberdaya ikan pelagis kecil adalah pemenuhan gizi dan proteib masyarakat di suatu wilayah. Selain itu secara ekonomi dapat meningkatkan pendapatan dan masyarakat, khususnya nelayan yang berada di wilayah pesisir, demikian juga dapat mendukung kegiatan pengolahan ikan. Beberapa contoh ikan pelagis kecil antara lain layang (Decapterus spp), kembung (Rastrelliger sp), siro (Amblygaster sirm), selar (Selaroidessp), tembang (Sardinella fimbriata), dan teri (Stolephorus spp) (Nelwan et al., 2015).

Perikanan pelagis besar merupakan salah satu komoditi perikanan yang memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya. Perkembangan produksi komoditi utama pelagis besar secara nasional menunjukkan bahwa jenis ikan tuna mengalami pertumbuhan produksi dalam kurun waktu tahun 2007-2011 sebesar 4,77%; dimana cakalang 3,63%; sedangkan jenis ikan tongkol mengalami penurunan sebesar -1,08%. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagai komoditi utama yang bernilai ekonomis tinggi, maka laju produksi dalam kurun waktu lima tahun merupakan indikator utama untuk tingkat pemanfaatan jenis ikan pelagis besar (tuna, cakalang dan tongkol). Laju produksi dalam kegiatan perikanan tangkap ditentukan oleh seberapa besar upaya penangkapan dalam memanfaatkan sumberdaya ikan. (Nelwan et al., 2015).

2.5.2. Ikan Demersal

Ikan demersal merupakan kelompok ikan yang habitatnya berupa lumpur atau lumpur berpasir. Ikan-ikan utama yang termasuk dalam ke dalam kelompok

(21)

12 ikan demersal dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu ikan demersal besar dan ikan demersal kecil (Yulianto et al., 2016). Sumberdaya Ikan Demersal adalah jenis - jenis ikan yang hidup di dasar atau dekat dasar perairan. Ciri utama sumberdaya Ikan Demersal antara lain memiliki aktifitas rendah, gerak ruaya yang tidak terlalu jauh dan membentuk gerombolan tidak terlalu besar, sehingga penyebarannya relatif merata dibandingkan dengan Ikan Pelagis (Aoyama 1973 dalamBadruddin et.al. 1992). Jenis ini banyak dijumpai di dekat perairan muara sungai yang merupakan daerah yang sangat subur secara ekologis, karena terjadi penumpukan zat hara dari daratan (Jasman, 2001). Ruaya Ikan Demersal tidak didasarkan pada pengaruh suhu, salinitas atau makanan, tetapi untuk berpijah (Budiman, 2006)

Distribusi atau sebaran Ikan Demersal sangat dibatasi oleh kedalaman perairan, karena tiap jenis ikan hanya mampu bertoleransi terhadap kedalaman tertentu sebagai akibat perbedaan tekanan air, karena semakin dalam suatu perairan akan semakin besar tekanan yang diterima. Oleh karena itu pola penyebarannya juga dipengaruhi oleh dasar perairan yang berfungsi menentukan densitas organisme lain yang merupakan makanan ikan dan menentukan tingkat kesuburan perairan karena alga dan bentos mampu mendukung tingkat produktifitas primer tertentu terhadap perairan tersebut (Hutabarat, 2000).

2.6. Penangapan Ikan

Pengembangan teknologi penangkapan ikan ditekankan pada teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan dengan harapan dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Teknologi penangkapan ikan ramah

(22)

13 lingkungan adalah suatu alat tangkap yang tidak memberikan dampat negatif terhadap lingkungan, yaitu sejauh mana alat tangkap tersebut tidak merusak dasar perairan, tidak berdampak negatif terhadap biodiversity, target resources dan non target resources (Rianasari et al., 2018)

perikanan tangkap dikelola dalam rentang struktur institusi (kebijakan) yang luas dan termasuk juga pemberian hak atas sumberdaya ikan yang memperhatikan aspek moral-sosial (Lam and Pauly, 2010). Dalam konteks pengelolaan perikanan skala kecil, Cinner et al. (2013) menyatakan bahwa perlunya pendekatan institusi untuk mengatasi problem klasik perikanan seperti kegagalan dalam tata kelola, stock ikan yang collaps dan mengurangi kemiskinan. Salah satu aspek penting dalam menetukan kebijakan/institusi pengelolaan adalah mengetahui kondisi sumberdaya ikan apakah sudah terdegradasi atau belum (Yulianto et al., 2016).

2.6.1. Alat tangkap ikan pelagis

Berhasil tidaknya tiap usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah berkaitan dengan usaha bagaimana mendapatkan daerah penangkapan (Fishing ground), gerombolan ikan dan keadaan potensinya, untuk kemudian dilakukan operasi penangkapannya. Untuk mendapatkan kawanan ikan sebelum dilakukan penangkapan ialah dengan menggunakan alat bantu penangkapan (fish agregatin device) atau disebut "rumpon" dan sinar lampu (light fishing) yang telah mengalami modifikasi. Ikan pelagik kecil (layang, lemuru, tembang, kembung, selar dan ekor kuning) pada umumnya hidup bergerombol. Cara hidup yang demikian ini dimanfaatkan oleh nelayan untuk memudahkan menangkapnya dengan bantuan alat tangkap (Genisa, 1998). Alat tangkap yang digunakan antara lain pukat cincin,

(23)

14 bagan, jaring insang pukat tepi, lampara dan payang untuk menangkap ikan pelagis kecil. Untuk penangkapan ikan pelagis besar digunaan alat pancing, pukat cincin (purse seine) dan bagan (Zainuddin dan Ridwan, 2017)

2.6.2. Alat Tangkap Ikan Demersal

perairan di Jawa Tengah merupakan basis penangkapan Ikan Demersal yang telah berlangsung lama. Jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal adalah dogol, jogol, cantrang, jaring insang dasar/labuh (jaring klitik), rawai dasar, bubu dasar, pukat tepi/pantai (beach net), jaring arad (otter trawl) dan pancing tangan (Subani dan Barus, 1989) dan sero (Yulianto et al., 2016). Dari cara pengoperasiannya, alat yang digunakan cukup variatip yang terdiri dari alat tangkap aktif maupun pasif. Alat tangkap Ikan Demersal yang cukup efektif antara lain cantrang dan arad. Alat ini dioperasikan pada perairan dangkal dengan dasar pasir, lumpur maupun pasir berlumpur. Alat tersebut terdiri dari tali slambar, sayap dan kantong, dengan bentuk kantong kerucut. Alat tangkap pasif adalah trammel net, mempunyai tiga lapis jaring yang berbeda ukurannya, ukuran mata jaring bagian dalam lebih kecil dari pada lapis bagian luar. Sasaran utama dari alat tangkap tersebut adalah udang dan ikan (Budiman, 2006)

2.7. Upaya Rehabilitasi Sumberdaya Perikanan

Aktivitas penangkapan ikan di Indonesia telah mendekati kondisi kritis, akibat tekanan penangkapan dan tingginya kompetisi antar alat tangkap dan telah menyebabkan menipisnya stok sumberdaya ikan. Sehingga nelayan mulai melakukan modifikasi alat tangkap untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal termasuk menggunakan teknologi penangkapan yang merusak

(24)

15 (destruktif fishing) atau tidak ramah lingkungan. Kondisi ini turut memberikan dampak negatif terhadap kawasan konservasi laut di Indonesia yang ditetapkan pemerintah untuk melindungi keanekaragaman hayati laut beserta jenis fauna langka. Salah satunya dialami oleh perairan laut Pulau Pombo di kabupaten Maluku Tengah provinsi Maluku, yang telah ditetapkan pemerintah sebagai Kawasan Konsevasi sejak tahun 1973 melalui SK Menteri Pertanian No.327/KPTS/Um/7/1973, dan mulai dimaksimalkan pengelolaannya pada tahun 1996 berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 392/Kpts-VI/96 dengan status Cagar Alam daratan seluas 2 ha dan Taman Wisata Laut seluas 998 ha (Latuconsina, 2010).

Menurut Wiyono (2005), evaluasi dampak pengoperasian alat penangkap ikan minimal harus mampu menjawab tiga dampak utama, yaitu :

1. dampak terhadap lingkungan

2. dampak terhadap kelimpahan sumberdaya

3. dampak terhadap target sumberdaya ikan. Sehingga dianggap perlu melakukan identifikasi semua jenis alat tangkap yang beroperasi di perairan pulau Pombo sebagai bahan informasi dalam upaya pengelolaan kawasan Konservasi Laut pulau Pombo agar terhindar dari kerusakan.

Indikator alat penangkapan ikan ramah lingkungan berdasarkan petunjuk teknis Dirjen Perikanan Tangkap (2005) sebagai acuan dalam penelitian ini,

(25)

16 yaitu sebagai berikut :

1. Tidak menangkap di daerah terlarang; jika tidak mengoperasikan alat tangkap di daerah yang dilarang oleh pemerintah secara sah, seperti kawasan konsevasi.

2. Tidak membahayakan nelayan; jika dalam pengoperasiannya tidak membahayakan jiwa dan keselamatan nelayan.

3. Tidak menangkap spesies yang dilindungi; jika frekwensi tertangkapnya spesies yang dilindungi relatif kecil atau tidak sama sekali.

4. Mempertahankan keanekaragaman hayati; jika tidak menurunkan keanekaragaman hayati perairan dengan tidak menangkap secara berlebihan pada suatu spesies tertentu yang akan mengancam keberadaannya.

5. Tidak merusak lingkungan fisik perairan; jika tidak merusak habitat ikan seperti terumbu karang, alga, lamun dan habitat fisik perairan lainnya. 6. Tangkapan berkualitas tinggi; jika secara fisik hasil tangkapan memiliki

kualitas dan mutu yang baik, seperti insang yang berwarna merah dan segar, daging masih utuh, segar dan padat.

7. Tangkapan sampingan rendah; jika hasil tangkapan sampingan yang tertangkap bersamaan dengan hasil tangkapan utama sangat kecil atau tidak ada.

Selektifitas tinggi; jika ukuran mata jaring (mesh size) yang digunakan dan ukuran jenis hasil tangkapan sesuai dengan tujuan dan target penangkapan.

(26)

17 2.8. Identifikasi Ikan

Morfometri adalah suatu pengamatan pada tubuh ikan, dengan cara identifikasi bentuk tubuh ikan menyeluruh, yang berfungsi untuk menentukan adaptasi dan cara hidup ikan di alam. Mengidentifikasi ikan bisa dilakukan dengan mengukur mulai dari kepala sampai ekor, identifikasi ini disebut morfometri. Ikan memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan adanya spesifikasi tertentu pada karakteristik, bentuk, dan ukuran tubuh ikan di alam(siahaan et al., 2019).

Data morphometrik yang diambil meliputi : panjang total , panjang baku/standar), panjang kepala bagian dorsal, panjang kepala bagian lateral, panjang pre dorsal, panjang pangkal ekor-dorsal,panjang pangkal ekor-anal, tinggi badan, tinggi batang ekor, tinggi dasar ekor, diameter bola mata, panjang dasar sirip pectoral,panjang dasar sirip dorsal, panjang dasar sirip anal, panjang jari sirip dorsal terpanjang, panjang jari sirip pectoral terpanjang, dan berat tubuh ikan.

Pengukuran ikan pada umumnya dilakukan secara manual menggunakan pengamatan mata dan meteran. Ikan-ikan dipilih dan dimasukkan ke wadah kemudian diukur, sehingga membutuhkan waktu yang lama, apalagi jika ikan dalam jumlah yang sangat banyak. Pengukuran ikan secara manual juga menyebabkan ketidaktepatan, kekurangefektifan, dan berpengaruh pada ada atau tidaknya seseorang atau pekerja khusus yang biasa menangani proses dalam pengukuran ikan. Ikan yang telah diamati morfologi serta diukur morfometrik, selanjutnya dijadikan panduan untuk identifikasi pada buku yang digunakan (Islamadina et al., 2018).

(27)

18 Skema atau tahapan pengkukuran manual pada ikan dapat dilihat gambar sebagai berikut :

Gambar 1. Skema pengukuran manual pada ikan.

Keterangan:

a) Panjang Total, (b) Panjang Baku, (c) Panjang Kepala, (d) Tinggi Kepala, (e) Tinggi Badan/Tinggi Maksimal, (f) Tinggi Batang Ekor, (g) Lebar Badan, (h) Jarak Mulut ke Pangkal Sirip Punggung, (i) Jarak mulut ke Mata, (j) Jarak Mulut ke Pangkal Sirip Dada.

(28)

19

III.

MATERI DAN METODE

3.1. Materi

Materi yang digunakan dalam praktik kerja lapangan meliputi: • Mengetahui jenis kapal yang digunakan nelayan babang

• Mengetahui teknik pengambilan ikan beserta alat tangkap yang digunakan nelayan babang

• Hasil nelayan berupa jenis, ukuran dan berat ikan tangkapan nelayan babang Desa Nyamuk

3.2. Waktu Dan Tempat

Praktek keja lapangan dilaksanakan selama +15 hari kerja. Ketentuan jam kerja bagi mahasiswa praktek kerja lapangan disesuaikan dengan jam pengepul ikan. Pelaksanaan praktek kerja lapangan dilakukan mulai tanggal 17 januari-1 februari 2020 yang bertempat di Desa Nyamuk Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah.

(29)

20 3.3. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan ini sebagai berikut:

Tabel 1. Alat dan Bahan

No Nama Alat Dan Bahan Kegunaan

1. Alat tulis Mencatat hasil selama pengambilan data 2. Buku Identifikasi mengidentifikasi jenis ikan

3. kamera mendokumentasikan kegiatan

4. Neraca menimbang berat ikan

5. penggaris mengukur panjang dan lebar ikan

6. papan jalan membantu dalam menulis data di lapangan

7. Measure picture software pengukur ikan secara digital 8. microsoft Office software olah data

3.4. Metode

Penelitian praktek kerja lapangan dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu metode survey dan metode kuantitatif. Pengambilan metode data survey meliputi identifikasi ikan hasil tangkapan nelayan berupa spesies ikan, nama lokal ikan, metode penangkapan serta alat yang di gunakan. Pada metode survey, data diambil langsung di lapangan dengan datang menju ke tempat pengumpulan ikan hasil tangkapan nelayan babang sebelum para nelayan menjual ikan ke pengepul dipasar. Hasil tangkapan yang telah di turunkan lalu di pilah-pilah menurut jenisnya. kemudian ditanyakan kepada nelayan babang yang bersangkutan dengan menanyai nama lokal ikan, metode penangkapan, alat yang digunakan untuk menangkap ikan serta kapal yang digunakan. Metode kuantitatif dilakukan dengan melihat hasil tangkapan ikan, menimbang hasil tangkapan menggunakan

(30)

21 timbang serta dihitung panjang dan lebarnya kemudian didokumentasikan. Data yang diperoleh di catat di buku.

3.5. Analisis Data

Proses identifikasi dilakukan setelah ikan hasil tangkapan nelayan dikumpulkan di tempat pengepul ikan. Sampel yang diperoleh diukur panjang total dan tinggi maksimalnya serta ditimbang beratnya kemudian difoto. Terdapat 2 metode pengukuran panjang total dan tinggi maksimal ikan, yaitu secara manual dengan alat penggaris dan meteran sedangkan secara digital dengan software

measurepicture. Metode pengukuran berat ikan dilakukan secara manual

menggunakan timbangan digital yang dilakukan ditempat pengepul secara langsung setiap harinya. Setelah kedua data pengukuran didapatkan dan dicatat kemudian dilakukan metode survey. Metode survey dilakukan dengan menanyakan nama lokal ikan tersebut kepada nelayan yang bersangkutan serta dilakukukan dokumentasi tiap spesies ikannya.

Proses analisis data dilakukan setelah identifikasi semua data diperoleh. Data yang diperoleh meliputi nama lokal ikan, panjang total, tinggi maksimal dan berat pada ikan. Ikan diidentifikasi berdasarkan buku identifikasi ikan berjudul market fishes of indonesia terbitan Australian Centre for International Agricultural

Research (ACIAR) 2013 dan Marine Fishes Of South-East Asia, Gerry Allen

Terbitan Periplus Editions (Hk) Ltd. 1999. Identifikasi spesies ikan dilakukan dengan melihat secara visual morfologinya, yaitu bentuk tubuh, warna, corak kulit, sirip dan ekornya kemudian dibandingkan dengan buku identifikasi yang ada, hasil spesies setiap ikan dicatat.

(31)

22

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Desa Nyamuk

Desa nyamuk termasuk kedalam kecamatan karimunjawa kabupaten jepara provinsi jawa tengah. Desa ini telah menjadi desa mandiri pada tahun 2011 dan ditempati 574 jiwa penduduk pada 2012. Berikut data monografi penduduk desa nyamuk.

Tabel 2. Data Monografi Desa Nyamuk 2012.

Profil Desa

Nama Desa Nyamuk

Tahun Pembentukan 8 Agustus 2011

Kecamatan Karimunjawa

Kabupaten/Kota Jepara

Provinsi Jawa Tengah

Data Penduduk

Jumlah Penduduk 574 Jiwa

Jumlah KK 178 KK

Luas Daerah 139 Ha

Jumlah Nelayan 222 Orang

Pengusaha 12 Orang

Perindustri 4 Orang

Buruh Industri 3 Orang

Pegawai Negeri Sipil 3 Orang

Petani 7 Orang

(32)

23 Berdasarkan tabel data tersebut terdapat 178 KK yang bertempat tinggal di desa nyamuk. Terdapat juga beberapa jenis pekerjaan diantaranya nelayan, pengusaha, perindustri, buruh, Pegawai negeri sipil dan petani. Berdasarkan data diatas pekerjaan mayoritas masyarakat desa nyamuk adalah nelayan. Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan berjumlah 222 orang pada tahun 2012. Hal tersebut memang tak bisa dipungkiri, bahwa desa nyamuk merupakan desa mandiri yang memanfaatkan sumber daya kelautannya karena wilayahnya yang strategis dan dekat dengan laut. Nelayan di desa nyamuk terbagi menjadi 4 yaitu, nelayan babang, kompresor, pancing dan jaring.

4.1.2. Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Babang

Nelayan babang merupakan salah satu nelayan di desa nyamuk. Nelayan babang bekerja secara babang dari desa nyamuk menuju utara maupun selatan laut jawa. Nelayan babang bekerja selama berhari – hari dilaut. Alat -alat yang digunakan nelayan babang berupa gps tracker, fishfinder, pancing dan bubu. Mayoritas ikan yang ditangkap nelayan babang merupakan ikan karang.

Berikut tabel hasil tangkapan nelayan babang di Desa Nyamuk berdasarkan nama lokal dan spesiesnya berdasarkan buku identifikasi dari Allen et al.(1999) dan white et al. (2013), yaitu:

Table 3. Inventarisasi Ikan Nelayan Babang Desa Nyamuk

No Nama Lokal Spesies Gambar

(33)

24

Caranx sexfasciatus

Atropus Atropos

2. Jenahan Lutjanus johnii

3. Kakap merah Lutjanus timoriensis

Lutjanus malabaricus

4. kerapu balong Epinephelus coioides

(34)

25 6. Lemadang Coryphaena hippurus

7. lodi bintang timur Cephalopholis miniate 8. Ngangas Lutjanus argentimaculatus Lutjanus monostigma

9 Pari Dasyatis annotatus

(35)

26 10. Pisang-pisang Caesio caerulaurea

11. Sawo Pinjalo lewisi

12. Selar Selaroides leptolepis

13. Smadar

Acanthurus nigricauda

14. Sunuk Plectropomus areolatus

Plectropomus leopardus

(36)

27 15. Tengiri Scomberomorus

commerson

16. todak Tylosurus crocodilus

17. Tongkol Thunnus tonggol

18. Tunul Sphyraena forsteri

19. Udul Rachycentron canadum

4.1.3. Pengukuran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Babang

Data ikan diperoleh dengan pengukuran secara langsung di tempat pengepul. Pengukuran meliputi berat rata-rata ikan, tinggi maksimal rata-rata ikan dan panjang total rata-rata ikan. Setiap ikan diukur dengan pengukuran berulang 3 - 5 kali setiap spesiesnya.

(37)

28 Hasil pengukuran yang didapat dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 4. Pengukuran Rata-Rata Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Babang

No Nama spesies Berat Ikan Tangkapan (kg) Tinggi maksimal Ikan (cm) Panjang total Ikan (cm) 1. Caranx papuensis. 2,67 16,63 61,5 Caranx sexfasciatus 1,17 9,6 34,1 Atropus Atropos 113gr 9,0 22,9 2. Lutjanus johnii. 1,65 14,7 49,3 3. Lutjanus timoriensis 3,43 24,3 76,6 Lutjanus malabaricus 860 gr 12,5 38,4 4. Epinephelus coioides. 5,71 19,6 70,0 5. Decapterus macarellus. 127 gr 3,7 20,25 6. Coryphaena hippurus. 3,2 15,7 86,6 7. Cephalopholis miniate. 1,62 12,7 45,2 8. Lutjanus argentimaculatus. 3,25 15,75 53,2 Lutjanus monostigma 1,21 12,6 40,4 9. Dasyatis annotatus 1,2 55,35 143,8 Dasyatis kuhlii 922 gr 42,75 84,55 10. Caesio caerulaurea. 147 gr 5,93 23,4 11. Pinjalo lewisi 700 gr 13,26 34,08 12. Selaroides leptolepis. 190 gr 5,75 24,2 13. Acanthurus nigricauda 773 gr 11,5 32,7 14. Plectropomus areolatus 1,54 13,2 45,8 Plectropomus leopardus 1,24 12,6 46,9 Cephalopholis Formosa 794 gr 11,1 45,7

(38)

29 15. Scomberomorus commerson 3,6 11,4 75,62 16. Tylosurus crocodilus 1,3 5,805 90,8 17. Thunnus tonggol 1,44 13,7 59,3 18. Sphyraena forsteri 3,12 9,85 100,65 19. Rachycentron canadum 3,17 14,3 88,4

Ikan paling berat adalah Epinephelus coioides atau kerapu balong dengan berat rata-rata 5,71 kg sementara ikan paling ringan adalah Decapterus macarellus atau ikan layang dengan berat rata – rata hanya 127 gr. Panjang total ikan diukur mulai dari moncong terdepan ikan (premaxillae) hingga ujung ekor. Ikan yang paling panjang adalah Dasyatis annotatus atau ikan dengan panjang rata-rata 143,8 cm sementara ikan paling pendek adalah Decapterus macarellus atau ikan layang dengan panjang rata – rata hanya 20,25 cm. Tinggi badan ikan diukur secara vertikal mulai dari pangkal jari-jari pertama sirip punggung hingga pangkal jari-jari pertama sirip perut. Ikan paling tinggi adalah Dasyatis annotatus atau ikan pari dengan ketinggian rata-rata 55,35 cm sementara ikan paling pendek adalah Decapterus

macarellus atau ikan layang dengan ketinggian rata – rata hanya 3,7 cm.

4.2. Pembahasan

Kepulauan Karimunjawa merupakan pulau yang terletak 70 ml dari Pantai Utara Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Umardiono (2011) yang menyatakan bahwa luas daratan Karimunjawa ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare. Kepulauan Karimun jawa secara keseluruhan terdiri dari 27 pulau dan hanya 5 pulau diantaranya yang berpenghuni.

(39)

30 Kartijono (2010) menyatakan bahwa Pulau Nyamuk merupakan pulau yang terletak di kawasan konservasi Taman Nasional Karimunjawa. Pulau ini termasuk dalam suatu pemerintahan desa yaitu Desa Nyamuk. Secara geografis Pulau Nyamuk memiliki luas 139 Ha atau 1,39 km² dan terdapat 4 RT dan 2 RW. Oleh karna letak geografis yang hampir didominasi laut maka masyarakat sekitar biasa bekerja sebagai masyarakat nelayan. Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di lingkungan transisi antara wilayah darat dan laut.

Nelayan babang merupakan nelayan penglaju yang bekerja ditengah laut selama berhari-hari. Nelayan babang desa nyamuk berangkat melaut seminggu 1x tergantung cuaca yang terjadi. Sekali melaut nelayan babang bisa menghabiskan antara 3-7 hari berada ditengah – tengah laut. Nelayan babang melaut bisa menempuh jarak paling jauh 90 mill dan paling dekat kurang dari 15 mill. Target ikan oleh nelayan babang umumnya merupakan ikan karang, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa ikan lain pun juga bisa tertangkap. ikan-ikan karang yang tertangkap bervariasi dari berbagai jenis kerapu, kakap merah, ekor kuning, smadar, ngangas, badong dan kakak tua. Ketika cuaca buruk dan ombak mencapai 2-3 meter nelayan tidak berangkat. Rata - rata nelayan babang desa nyamuk tidak memiliki pekerjaan sampingan namun ada beberapa yang memiliki toko klontong dirumahnya.

Berdasarkan beberapa responden nelayan babang, Ikan mudah ditangkap ketika musim barat yang terjadi pada September – maret. Beberapa jenis ikan karang banyak tertangkap pada saat memasuki musim barat. Gelombang dan arus yang kuat memang menjadi kendala ketika melaut akan tetapi ikan-ikan karang justru akan lebih mudah ditangkap khususnya dengan menggunakan alat tangkap

(40)

31 bubu. Ikan-ikan pada saat tersebut secara alami menurut nelayan akan mencari perlindungan pada karang-karang sehingga banyak pula ikan yang terperangkap pada bubu yang telah dipasang oleh nelayan. Sebaliknya Ketika sedang musim timur antara bulan april – September, ikan – ikan sulit dicari karena perairan tenang dan ikan tidak terlalu mencari perlindungan pada karang-karang disekitar. Hasil tangkapan nelayan babang satu kapal paling banyak mencapai 1 kwintal atau 100kg, namun rata-rata nelayan hanya mendapatkan 40-60kg dan paling sedikit dalam sekali pemberangkatan mendapatkan 10-20kg. Banyak sedikitnya hasil tangkapan nelayan babang dipengaruhi oleh musim barat dan timur.

Dalam sekali keberangkatannya nelayan babang memiliki 1 ketua sekaligus pemilik kapal dan 2-3 awak anak buah kapal. Kapal yang digunakan nelayan babang desa nyamuk umumnya berukuran tanggung memiliki bobot maksimal 5 ton. Kapal ini memiliki harga baru 100-140 juta dan bekas 70-110 juta tergantung spesifikasi. Pembuatan kapal kurang lebih 3 bulan dan dikerjakan oleh 2 orang. Umumnya kapal nelayan babang memiliki satu baling-baling besar atau dua baling – baling kecil di belakang. Kapal ini terbuat dari jenis kayu blangiran yang dicat dengan cat khusus umumnya kuat sampai 10-15 tahun dengan perawatan yang terus diperhatikan. kayu belangiran dipilih karna harganya yang murah. Mesin yang dipakai kapal ini yaitu mesin dompeng , mesin disel dompeng ini berbahan bakar solar. Di desa nyamuk solar 1 liter/Rp. 7000,00 dan nelayan babang sekali melaut membeli solar sebanyak 100 – 300 liter solar. Selama bekerja dilaut, nelayan babang membawa alat bantu menangkap ikan berupa gps tracker dan fishfinder masing – masing 1 buah, alat tangkap ikan berjumlah 4-6 buah bubu, alat pancing yang jumlahnya disesuaikan orang yang ada dikapal, es batu 6-8 balok, keranjang

(41)

32 ikan dan serok. nelayan juga membawa bahan konsumsi, rata –rata dalam sekali pemberangkatan membawa 2 galon air matang, Peralatan memasak seperti kompor, tabung gas, wajan dan panci, beras, kopi serta beberapa ada yang membawa 1 pres rokok. Nelayan babang biasa menggunakan lauk dari ikan hasil pancingan.

Gps tracker berfungsi untuk mengetahui lokasi penangkaan dan jarak

tempuh perjalanan. Fishfinder bekerja sebagai sonar untuk mengetahui daerah karang yang banyak ikan dan daerah yang tidak berkarang. Bubu merupakan alat pancing yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk kubus maupun silinder yang memiliki satu mulut untuk menjebak ikan. Bubu memanfaatkan daya tarik ikan umpan sehingga ikan target masuk ke dalam bubu dan memakan ikan umpan, ikan target sulit keluar sehingga terperangkap didalam bubu. Nelayan babang biasa memasang bubu didasar laut dengan kedalaman antara 30-50 meter setelah pemasangan bubu selesai maka bubu ditinggal 1-6 hari kedepan. Pancing kecil digunakan untuk menangkap ikan kecil, ikan kecil ini nantinya digunakan sebagai umpan di pancing besar untuk menangkap ikan target. Kedua alat pancing ini menggunakan tali kenur. Pancing digunakan nelayan babang sebagai alat sampingan disela – sela menunggu jebakan bubu. Serok digunakan untuk meraup ikan hasil pancingan yang masih berada di laut. Es batu digunakan untuk membekukan ikan supaya ikan tidak membusuk dan keranjang digunakan sebagai wadah dalam membekukan ikan.

Pembagian hasil tangkapan nelayan babang di desa nyamuk dibagi berdasarkan nelayan pekerja, kapal dan alat (gps tracker dan fishfinder) masing masing mendapatkan 1 bagian. Apabila ketika bekerja ada 3 nelayan, 1 kapal, 1 alat dan hasil penjualan ikan mencapai 5 juta maka 3 nelayan mendapatkan 3 juta, kapal

(42)

33 mendapat 1 juta dan alat mendapat 1 juta. Nelayan babang memiliki kelebihan dan kekurangan apabila dibandingkan dengan nelayan lain. Kelebihannya yaitu kerja paling ringan tidak perlu menyelam untuk mendapatkan ikan dan tidak ada resiko bertemu dengan ikan pari, belut laut dan ikan batu, ketika musimnya maka hasil tangkapan jauh lebih besar dari nelayan kompresor maupun jaring dan seminggu bisa 2x melaut. Kekurangan nelayan babang diantaranya cantrang sering merusak bubu atau bubu sering hilang, ketika cuaca buruk maka beberapa nelayan pengangguran, banyaknya hasil tangkapan tergantung musim.

(43)

34

V.

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Terdapat 20 jenis ikan tangkapan nelayan babang di desa nyamuk, tapi dari ke 20 ikan tersebut memiliki spesies yang berbeda diantaranya ikan badong (Caranx papuensis, Caranx sexfasciatus dan Atropus Atropos), jenahan (Lutjanus johnii), kakap merah (Lutjanus timoriensis, Lutjanus

malabaricus), kerapu balong (Epinephelus coioides), layang (Decapterus macarellus), lemadang( Coryphaena hippurus), lodi bintang timur

(Cephalopholis miniate), ngangas (Lutjanus argentimaculatus, Lutjanus

monostigma), pari (Dasyatis annotatus dan Dasyatis kuhlii), pisang-pisang

(Caesio caerulaurea), sawo (Pinjalo lewisi), selar (Selaroides leptolepis), smadar (Acanthurus nigricauda), sunuk (Plectropomus areolatus,

Plectropomus leopardus, Cephalopholis Formosa), tengiri

(Scomberomorus commerson), todak (Tylosurus crocodilus), tongkol (Thunnus tonggol), tunul (Thunnus tonggol), udul (Rachycentron

canadum).

2. Nelayan babang desa nyamuk menggunakan alat tangkap dan alat bantu menangkap ikan, fungsi kedua alat tersebut untuk menangkap ikan. Alat tangkap ikan yang digunakan adalah bubu dan pancing baik kecil maupun besar sedangkan alat bantu menangkap menggunakan fishfinder dan gps

(44)

35 5.2. Saran

1. Ada baiknya setelah menjual ikan di pengepul, sampah-sampah bungkus makanan dan minuman di buang sesuai tempatnya.

2. Ada baiknya para nelayan mendirikan keramba apung untuk mengantisipasi adanya ombak tinggi yang membuat sebagian nelayan menjadi pengangguran.

3. Perlu adanya pengontrolan terhadap penangkapan ikan, agar populasinya tidak menurun.

(45)

36

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G., R. Swainston dan J. Ruse. 1999. Marine Fishes Of South East Asia. Periplus Editions (HK) Ltd, Singapore, 293 Hlm.

BTNKJ [Balai Taman Nasional Karimunjawa]. 2001. Laporan Kegiatan Survey Potensi dan Penyebaran Terumbu Karang dan Pemasangan Plot Permanen di Balai Taman Nasional Karimunjawa. BTN Karimunjawa.

Budiman. 2006. Analisis Sebaran Ikan Demersal Sebagai Basis Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Di Kabupaten Kendal. [Tesis]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang, 114 hlm.

Dirjen Perikanan Tangkap. 2005. Petunjuk Teknis Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Estradivari., C. Handayani, F. Firmansyah, M. Yusuf dan V. Santiadji. 2017. Kawasan Konservasi Perairan: Investasi Cerdas untuk Perlindungan Keanekaragaman Hayati Laut dan Membangun Perikanan Indonesia. WWF, Jakarta, Indonesia, 32 hlm.

Fatonah. 2016. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan Dan Pemenuhan Hak Anak. [Tesis]. IAIN Syekh Nurjati, Cirebon, 8 hlm.

Genisa, A. S. 1998. Beberapa Catatan Tentang Alat Tangkap Ikan Pelagik Kecil. Jurnal Oseana., 23( 4):19 – 34.

Hutabarat, S., 2000. Produktifitas Perairan dan Plankton. Universitas Diponegoro Semarang.

Islamadina,R., P. Nuriza, A. Fitri, M. Khairul dan M. Iqbal. 2018. Pengukuran Badan Ikan Berupa Estimasi Panjang, Lebar, dan Tinggi Berdasarkan Visual Capture. JNTETI., 7(1): 57-63.

Kartijono N. E., M. Rahayuningsih dan M. Abdullah. 2010. Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Profi l Habitat Burung di Hutan Mangrove Pulau Nyamuk Taman Nasional Karimunjawa. Biosaintifika., 2 (1): 27-39.

Prasetyawati, C. A dan A. D. Mangopang. 2013. Konservasi Kawasan Pesisir Dengan Tanaman Nyamplung. Info Teknis EBONI., 10(1): 14 – 25.

Rianasari, A., Bustari dan Usman. 2018. Identifikasi Alat Tangkap Ramah Lingkungan Yang Beroperasi Disepanjang Perairan Sungai Kampar Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. [Laporan Penelitian] Fakultas Perikanan Dan Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru, 11 hlm.

(46)

37 Siahaan, H., M. P. Ridwan dan Eddiwan. 2019. Identifikasi Jenis Ikan Di Danau Teluk Petai, Desa Buluh Nipis, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar. jurnal UNRI., 1(1): 1-12.

Soemarmi, A., E. Indarti, Pujiyono Dan A. Diamantina. 2019. Konsep Negara Kepulauan Dalam Upaya Perlindungan Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia. Masalah-Masalah Hukum., 48 (3): 241-248.

Umardiono, A. 2011. Pengembangan Obyek Wisata Taman Nasional Laut Kepulauan Karimunjawa. [Disertasi] Progam Studi D3 Kepariwisataan, Universitas Airlangga, Surabaya, 11 hlm.

White, W. T., P. R. Last, Dharmadi, R. Faizah, U. Chodrijah, B. I. Prisantoso, M. Puckridge Dan S. J. M. Blaber. 2013. Market Fishes Of Indonesia. Australian Centre For International Agricultural Research, Australia, 442 Hlm.

Wiyono, E.S. 2005. Pengembangan Teknologi Penangkapan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Ikan. http://www.berita iptek.com ( 3 Januari 2020).

Yulianto, G., k. Suwardi, L. Adrianto dan Machfud. 2016. Status Pengelolaan Sumberdaya Ikan Demersal Sekitar Pantai di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Omni-Akuatika., 12 (3): 1-10.

Zainuddin, M Dan M. Ridwan. 2017. Formasi Alat Tangkap Ikan Pelagis Berdasarkan Distribusi Zona Potensi Penangkapan Di Perairan Sulawesi Barat. Jurnal IPTEKS PSP., 3(5): 32 – 38.

(47)

38

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Gambar 3. Kapal Nelayan Babang. Gambar 4. Alat Pancing Nelayan

Babang.

Gambar 5. Fish Finder Nelayan

Babang.

Gambar 6. Bubu Nelayan Babang

(48)

39 Gambar 7. Bubu Nelayan Babang

Tampak Dari Samping.

Gambar 8. Proses Penyortiran Ikan

Menurut Jenis dan Ukuran.

Gambar 9. Pemindahan Ikan

Nelayan ke Pengepul.

Gambar 10. Proses Pengukuran Ikan

(49)

40 Gambar 11. Proses Penataan Ikan ke

Box Serta Pemberian Es Untuk Pengawetan.

Gambar 12. Proses Penimbangan

Ikan Tangkapan Nelayan Babang.

Gambar 13. Proses Pengukuran Ikan

Tangkapan Nelayan Babang Menggunakan Software Measeure

Picture.

Gambar 14. Foto Bersama Nelayan

(50)

41 Lampiran 2. Surat Keterangan Melaksanakan PKL

(51)
(52)
(53)

44 Lampiran 3. Log Book

(54)
(55)

46 Lampiran 4. Lembar Konsultasi

(56)
(57)

48 Lampiran 5. Penilaian Mahasiswa dari Pembimbing

Gambar

Gambar 1. Skema pengukuran manual pada ikan.
Gambar 2. Peta Gugusan Kepulauan Karimunjawa
Tabel 2. Data Monografi Desa Nyamuk 2012.
Table 3. Inventarisasi Ikan Nelayan Babang Desa Nyamuk
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, memberi kekuatan serta petunjuk

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)

Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, penulis memperoleh pikiran, tenaga, dan kekuatan sehingga dapat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, penulis memperoleh pikiran, tenaga, dan kekuatan sehingga dapat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian