commit to user
HUBUNGAN JENIS ASUPAN MAKANAN PENDAMPING ASI
DOMINAN DENGAN PERKEMBANGAN
ANAK USIA 6 – 24 BULAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Restu Maharany Arumningtyas G 0007139
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user
ii
Skripsi dengan judul:
Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan
Oleh:
Restu Maharany Arumningtyas, G0007139, Tahun 2010
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari , tanggal 2010
Pembimbing Utama Penguji Utama
Endang Dewi Lestari, dr., Sp.A (K), MPH
NIP : 19591201 198603 2 008
Prof. Harsono Salimo, dr., Sp.A (K)
NIP : 19441226 197310 1 001
Pembimbing Pendamping Anggota Penguji
Selfi Handayani, dr., M.Kes
NIP : 19670214 199702 2 001
Pudjiastuti, dr., Sp.A (K)
NIP : 19600110 198712 2 001 Ketua Tim Skripsi
Sudarman, dr., SpTHT-KL (K)
NIP : 19450712 197610 1 001
commit to user
iii
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 4 Oktober 2010
Restu Maharany Arumningtyas NIM: G0007139
commit to user
iv
Restu Maharany Arumningtyas, G0007139, 2010. Hubungan Jenis Asupan
Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara jenis makanan pendamping ASI yang dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di beberapa posyandu di wilayah Puskesmas Sibela Surakarta pada bulan Mei – Juni 2010. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling dengan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah anak usia 6 – 24 bulan dengan riwayat pemberian ASI eksklusif, dalam keadaan sehat, dan bersedia dilakukan Tes Denver II. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah memiliki riwayat berat badan lahir, riwayat kelainan bawaan, riwayat kelahiran prematur, dan memiliki cacat fisik maupun mental. Subjek penelitian diukur berat badan dan tinggi badan, kemudian dilakukan wawsancara terhadap orang tua berkaitan dengan pengisian kuisioner food frequency dan 24-hours recall. Setelah itu, subjek penelitian dilakukan tes Denver II untuk mengetahui ada atau tidaknya keterlambatan perkembangan. Diperoleh data yang dapat dianalisis sebanyak 76 sampel. Data variabel jenis makanan pendamping ASI dan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan dianalisis menggunakan uji chi-square melalui program SPSS 17.0 for Windows.
Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) adanya hubungan bermakna
antara makanan pendamping ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan (p=0.000) dan pada anak usia 13 – 24 bulan (p=0.001), (2) anak dengan MP-ASI
home made dominan memiliki risiko 6 kali lebih besar mengalami keterlambatan
perkembangan dibandingkan anak dengan MP-ASI fabric made pada usia 6 – 12 bulan (OR=6, CI 95%= 2.242 – 17.890) dan pada usia 13 – 24 bulan (OR=3, CI 95% = 1.507 – 4.890)
Simpulan Penelitian: Ada hubungan bermakna antara jenis makanan
pendamping ASI yang dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan.
Kata Kunci: makanan pendamping ASI dominan, perkembangan anak
commit to user
v
Restu Maharany Arumningtyas, G0007139, 2010. The Relation between
Domination of Complementary Foods and 6 – 24 Months Children’s Development. Medical Faculty of Sebelas Maret University.
Objective: The aim of this research is to find relation between domination of
complementary foods and 6 – 24 months children’s development.
Methods: This research was an analytical observational study using
cross-sectional approach. It has been done at Puskesmas Sibela Surakarta from May – July 2010. Subjects were sampled using purposive random sampling method with inclusion and exclusion criterias. The inclusion criterias were 6 – 24 month children with history of exclusively breasts feed, in a healthy condition, and wanted to do Denver II Test. The exclusion criterias were did not have history of low birth weight , congenital failure, history of prematurity, and hereditary deformities. Subjects were measured their weight and height first. Then researcher interviewed their parents to fill food frequency and 3-days diet recall’s quisioners. After that, researcher did Denver II Test to subjects and analyzed whether they were included to normal development or suspect of delayed development. There were 76 samples which could be analyzed. Those variables such as compelementary foods and childrens’ development were analyzed using chi-square test, and it tests in SPSS 17.0 for Windows.
Results: This research showed (1) a significant relation between complementary
foods and children’s development at age 6 – 12 months (p=0.000) and at age 13 – 24 months (p=0.001) , (2) children who consumed home made’s complementary foods dominantly has 6 times bigger risk to be suspect of delayed development than children who consumed fabric made’s complementary foods dominantly at age 6 – 12 months (OR=6, CI 95%= 2.242-17.890) and at age 13 – 24 months (OR = 3, CI 95% = 1.507 – 4.890).
Conclusion: This study finds a significant relation between domination of
complementary foods and 6 – 24 months children’s development.
Keyword: domination of compelementary foods, children’s development
commit to user
vi
Alhamdulillaahirabbil ‘alamiin. Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. A.A. Subiyanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Endang Dewi Lestari, dr. Sp.A (K), MPH selaku Pembimbing Utama yang telah memberi bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Selfi Handayani, dr., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberi bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Prof. Harsono Salimo, dr., Sp.A(K) selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Pudjiastuti, dr., Sp. A(K) selaku Anggota Penguji yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Muthmainah, dr., M.Kes selaku Ketua beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Kedua orang tua tercinta, Mama Siti Munafiati dan Papa Soeroyo Machfudz yang senantiasa memberikan doa, cinta dan kasih sayang, kesabaran, semangat, serta bimbingan dan pengarahan selama ini.
8. Kakak-kakak penulis dan seluruh keluarga B7/71 dan B7/79 tercinta yang telah memberi doa dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini.
9. Sahabat seperjuangan penulis, Irma Chandra Pratiwi, yang telah senantiasa bersama-sama mencari sampel dan untuk semangatnya juga.
10.Sahabat-sahabat tercinta di Tigers Phamz (Pram, Mba Ciom, Meta) dan Mutiara Rahma yang selalu memotivasi penulis dengan tawa canda mereka.
11.Teman-teman Wisma Putri Anggia dan Angkatan 2007.
12.Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, 4 Oktober 2010
Restu Maharany Arumingtyas
commit to user
vii
halaman
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C.Tujuan Penelitian ... 3
D.Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
A.Tinjauan Pustaka ... 5
1. ... M akanan Pendamping ASI ... 5
2. ... Pe rkembangan Anak... 16
3. ... H ubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan ... 24
B. Kerangka Pemikiran ... 26
C.Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
commit to user
viii
B. Lokasi Penelitian ... 28
C. Subjek Penelitian ... 28
D. Ukuran Sampel ... 29
E. Teknik Sampling ... 30
F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 30
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 31
H. Instrumental Penelitian ... 32
I. Teknik Penelitian ... 33 J. Skema Penelitian ... 34
K. Prosedur Penelitian ... 35
L. Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 41
A.Karakteristik Subjek Penelitian ... 41
B. Uji Chi-Kuadrat ... 45
BAB V PEMBAHASAN ... 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60
A.Simpulan ... 60
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Kebutuhan Energi MP-ASI Berdasarkan Usia ... 7
Tabel 2. Kebutuhan Protein Berdasarkan Usia ... 8
Tabel 3. Kecukupan Vitamin dan Mineral ... 10
Tabel 4. Keuntungan dan Kerugian MP-ASI Lokal ... 11
Tabel 5. Keuntungan dan Kelemahan MP-ASI Pabrikan ... 14
Tabel 6. Ketentuan Pemberian Makanan pada Anak Usia 6 – 24 Bulan... 15
Tabel 7. Milestone Perkembangan Anak ... 20
Tabel 8. Distribusi Anak Usia 6 – 24 Bulan Menurut Distribusi Umur ... 41
Tabel 9. Distribusi Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dominan pada Usia 6 – 12 Bulan ... 42
Tabel 10. Distribusi Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dominan Pada Usia 13 – 24 Bulan ... `42
Tabel 11. Distribusi Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan ... 43
Tabel 12. Distribusi Perkembangan Anak Usia 13 – 24 Bulan ... 43
Tabel 13. Distribusi Jenis Asupan MP-ASI Dominan dan Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan ... 44
commit to user
x
Tabel 15. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan MP-ASI Dominan
dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan ... 47
Tabel 16. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan MP-ASI Dominan
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran A. Surat Izin Penelitian ... 66
Lampiran B. Surat Izin Pengambilan Data ... 67
Lampiran C. Kuisioner Penelitian ... 68
Lampiran D. Formulir Tes Denver II ... 72
Lampiran E. Data Sampe Penelitian ... 73
Lampiran F. Distribusi Data... 74
Lampiran G. Jenis Asupan MP-ASI Dominan – Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan Uji Chi-Square ... 76
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak 6 – 24 Bulan
Restu Maharany Arumningtyas, NIM : G0007139, Tahun : 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari , Tanggal 2010
Prof. Harsono Salimo, dr., Sp.A (K) NIP : 19441226 197310 1 001
...
Anggota Penguji
Pudjiastuti, dr., Sp.A (K)
NIP : 19600110 198712 2 001 ...
Surakarta, ___________________
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., MKes. NIP: 19660702 199802 2 001
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Makanan berperan penting terhadap tumbuh kembang, kesehatan,
dan daya tahan tubuh anak, khususnya sebagai materi yang mengandung
zat-zat khusus untuk melindungi anak dari berbagai jenis penyakit.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008).
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Global Strategy for
Infant and Young Child Feeding dari WHO/UNICEF merekomendasikan
empat hal penting yang harus dilakukan, yaitu memberikan air susu ibu
kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan
hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping air
susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
(Almatsier, 2001; LINKAGE, 2004). Peranan MP-ASI sama sekali bukan
untuk menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008).
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu MP-ASI yang merupakan hasil pengolahan pabrik atau
commit to user
MP-ASI yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal
(home-made baby food) (Depkes RI. 2006). Pemberian MP-ASI
hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di
daerah setempat (indigenous food). (Krisnatuti dan Yenrina, 2008). Secara
umum, pemilihan MP-ASI pabrikan dikarenakan cara pemberiannya yang
lebih mudah dan praktis. Akan tetapi, tidak sedikit ibu yang memilih untuk
menggunakan MP-ASI lokal dengan alasan bahan-bahan yang digunakan
dalam pembuatannya mudah diperoleh. (Hayati, 2009).
Usia 6-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus
periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi
dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang
optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak
memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan
berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang
bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. (Almatsier,
2001; Scrimshaw, 2003). Pada periode ini, perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
(Soetjiningsih, 1995).
Berdasarkan data di RSCM tahun 2009, prevalensi keterlambatan
perkembangan anak mencapai 10-15%. Oleh karena itu, saat ini berbagai
commit to user
anak telah dibuat. Demikian pula dengan screening untuk mengetahui
penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan keterlambatan
perkembangan anak. Deteksi dini keterlambatan perkembangan anak
sangat berguna agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan
lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal
mungkin. (Soetjiningsih, 1995).
Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, penulis ingin
membuktikan adakah hubungan pemberian jenis MP-ASI tertentu dengan
perkembangan anak usia 6-24 bulan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apakah terdapat hubungan antara jenis MP-ASI dominan dengan
perkembangan anak usia 6 – 24 bulan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI yang
commit to user
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI
yang dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan dan
pada anak usia 13 – 24 bulan.
b. Mengetahui kandungan makronutrien dan mikronutrien pada
MP-ASI
c. Mengetahui cara melakukan Tes Denver II untuk menilai
perkembangan pada anak usia 6 – 24 bulan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI yang dominan
dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan.
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini bermanfaat untuk mendorong masyarakat, klinisi, dan
pihak yang terkait untuk lebih memperhatikan jenis asupan makanan
pendamping ASI dalam hal perkembangan, sehingga tumbuh kembang
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Makanan Pendamping ASI
a. Definisi
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan
tambahan yang diberikan selain ASI (WHO, 2000). Peranan
MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikan MP-ASI, melainkan hanya
untuk melengkapi ASI. Pemberian MP-ASI kepada bayi diberikan
setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008). Hal tersebut merupakan salah satu
cara untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. (Soetjiningsih, 1995).
b. Manfaat Pemberian MP-ASI
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk
menambah energi dan zat-zat yang diperlukan bayi karena ASI
tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2000). Selain sebagai pelengkap ASI,
pemberian MP-ASI dapat membantu bayi dalam proses belajar
makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang
baik. (Almatsier, 2001).
commit to user
c. Syarat Pemberian MP-ASI
1) MP-ASI hanya boleh diberikan setelah bayi berumur 6 bulan.
Sistem persarafan dan otot pada mulut telah berkembang
dengan cukup baik untuk mengunyah, menggigit dan
menelan.(WHO, 2000)
Pemberian MP-ASI yang dilakukan terlalu dini dapat
menyebabkan berkurangnya produksi ASI. Hal ini disebabkan
ukuran perut bayi masih kecil, sehingga mudah penuh,
sedangkan kebutuhan gizi bayi belum terpenuhi. Akibatnya,
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi akan terganggu.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008). Selain berkurangnya produksi
ASI, pemberian MP-ASI yang dilakukan terlalu dini dapat pula
mengakibatkan diare, berkurangnya fungsi ASI sebagai
kontrasepsi, dan bayi mudah terserang penyakit. Sedangkan
penundaan waktu pemberian MP-ASI sesudah 6 bulan
menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan
perkembangannya, seperti berat badan bayi tidak bertambah,
kseulitan dalam memberikan makanan padat pada bayi,
sehingga menyebabkan bayi kekurangan gizi. (WHO,2000;
commit to user
2) MP-ASI sebaiknya dibuat dari bahan lokal (jika memungkinkan)
Pemberian MP-ASI lokal pada anak bermanfaat untuk
mengenalkan bahan makanan yang berasal dari lingkungan
sekitarnya. (WHO, 2000)
3) MP-ASI yang diberikan harus yang mudah dicerna serta sesuai
dengan umur dan kebutuhan gizi bayi. (WHO, 2000)
d. Kebutuhan Nutrien Pada Bayi dan Anak
1) Kalori
Jumlah energi yang dianjurkan untuk bayi dihitung
berdasarkan jumlah konsumsi energi yang diperlukan agar dapat
tumbuh dengan baik dan sehat. Bayi yang baru lahir
memerlukan konsumsi energi yang selalu meningkat per unit
berat badan, khususnya antara satu sampai enam bulan.
Selanjutnya sampai usia satu tahun pertama keperluan energi per
unit berat badan menurun dan hal itu berlangsung selama masa
anak-anak. (Hayati, 2009; Pudjiaji, 2000)
Tabel 1. Kebutuhan Energi MP-ASI Berdasarkan Usia
commit to user
2) Protein
Protein untuk bayi sebaiknya yang bermutu tinggi, sedapat
mungkin mirip dengan kasein dan protein whey yang terdapat
dalam ASI. (Wuryo, 2002). Protein mempunyai beberapa fungsi,
di antaranya adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan,
pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur
keseimbangan air, memeliharan netralitas tubuh, pembentukan
antibodi, mengangkut zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi
(ekuivalen dengan karbohidrat, karena menghasilkan 4 kkal/gr
protein). (Almatsier, 2001).
RDA (Recommended Daily Allowance) untuk protein bayi
selama 12 bulan pertama adalah 1,0 gram/100 kkal. Kebutuhan
akan protein bayi pada umur 6-12 bulan adalah 2,0 gram
(Wiryo, 2002)
Tabel 2. Kebutuhan Protein Berdasarkan Usia
(Almatsier, 2001)
Usia (bulan) AKP (nilai PST) gram/kgBB
6 – 12 1,86 (85 % dari ASI)
commit to user
3) Lemak
Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi yang
cukup tinggi. Dalam 1 gram lemak dapat menghasilkan energi
sebanyak 9 kkal. Selain itu, lemak mempunyai fungsi lain yaitu
sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, K,
serta pemberi rasa gurih dan sedap pada makanan. (Hayati,
2009)
Untuk menentukan pertimbangan menu yang beragam dan
apabila energi dan protein sudah terpenuhi maka kecukupan gizi
lemak yang dianjurkan tidak dicantumkan. Hal ini disebabkan
secara otomatis kecukupan lemak sudah terpenuhi. Dengan
demikian terlihat bahwa kebutuhan lemak tidak dinyatakan
dalam angka mutlak. Namun, dianjurkan bahwa sekitar 15-20%
energi total berasal dari lemak. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
4) Vitamin dan Mineral
Vitamin yang dibutuhkan manusia terdiri dari vitamin yang
larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin
yang larut dalam lemak terdiri dari vitamin A, D, E, K,
sedangkan vitamin yang larut dalam air terdiri atas vitamin C,
vitamin B, riboflavin, niasin, B6, B12, asam folat, dan vitamin
lain yang tergolong vitamin B kompleks. (Krisnatuti dan
commit to user
Beberapa jenis mineral sering menimbulkan masalah gizi
yang cukup serius. Oleh karena itu, kebutuhan mineral untuk
memenuhi kebutuhan gizi balita harus diperhatikan. Unsur Fe
dan I merupakan dua jenis mineral yang kebutuhannya sering
kali tidak terpenuhi. Jenis mineral lain yang perlu mendapat
perhatian khusus adalah kalsium , fosfor, dan seng. (Krisnatuti
dan Yenrina, 2008; Lutter danRivera, 2007).
Tabel 3. Kecukupan Vitamin dan Mineral
Kriteria Golongan Umur
0-6 bulan 6-12 bulan 1-3 tahun
Vitamin A (RE, µ g) 350 350 350
Tiamin (mg) 0,3 0,4 0,5
Riboflavin (mg) 0,3 0,4 0,6
Niasin (mg) 2,5 3,8 5,4
Vitamin B12 (mg) 0,1 0,1 0,5
Asam folat (mg) 22 32 40
Vitamin C (mg) 30 35 40
Kalsium (mg) 300 400 500
Fosfor (mg) 200 250 250
Besi (mg) 3 5 8
Seng (mg) 3 5 10
Iodium (mg) 50 70 70
commit to user
e. Jenis MP-ASI
1) MP-ASI Lokal
Pada tahun 2005, UNICEF menganjurkan untuk
memberikan MP-ASI yang berasal dari bahan lokal jika kondisi
memungkinkan. (Depkes RI, 2006).
Tabel 4. Keuntungan dan Kerugian MP-ASI Lokal
Keuntungan Kerugian
1. Meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan ibu dalam membuat MP-ASI
1. Lebih sulit dalam menentukan kebutuhan
nutrisi yang sesuai dalam penyajian.
2. Memiliki kendali penuh atas apa yang
akan dimakan oleh anak.
2. Waktu penyajian yang lebih lama
3. Membantu dalam hal pengenalan bahan
makanan
3. Harus lebih cermat dalam hal kebersihan
dan cara memasak bahan makanan.
4. Menanamkan kebiasaan makan yang sehat
sejak dini.
5. Makanan buatan sendiri lebih variatif.
6. Makanan buatan sendiri lebih bergizi dan
bebas zat-zat aditif.
7. Lebih murah dan mudah
8. Makanan buatan sendiri jauh lebih lezat
dari makanan instan
commit to user
2) MP-ASI Pabrikan
MP-ASI pabrikan sering dikenal dengan sebutan MP-ASI
komersial. MP ASI komersial dibuat di pabrik untuk anak
berumur di bawah 3 tahun. (Hayati, 2009).
a) Hal-hal yang harus dipenuhi dalam pembuatan makanan bayi
(1) Formula
Formula harus dibuat berdasarkan angka kecukupan
gizi bayi dan balita, bahan baku yang diizinkan, kriteria
zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan
mineral. Secara umum, ciri-ciri konsep formula produk
sebagai berikut :
(a) Padat gizi dan seimbang, meliputi : bahan baku
yang kaya akan energi dan protein (PER>2,1;
susunan asam amino optimal dan nilai cerna
mendekati telur), perbandingan karbohidrat dan
lemak yang seimbang, membatasi konsumsi serat
kasar, gula dan garam, cukup vitamin dan mineral,
dan harus mampu menyuplai kebutuhan gizi
perhari.
(b) Dapat
diterima dengan baik, meliputi : makanan yang
commit to user
memiliki nilai sosial, sosial, budaya dan agama.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
(2) Teknologi proses
(a) Mampu mengolah makanan dengan tingkat
kehilangan gizi seminimal mungkin.
(b) Mampu menghilangkan faktor antigizi
(komponen-komponen yang dapat mengganggu penyerapan zat
gizi oleh usus : antitripsin, haemaglutinin, saponin).
Selain itu mampu mengilangkan faktor flatulens
(rafinosa, stachyosa) yang menyebabkan perut
kembung.
(c) Mampu meningkatkan ketersediaan mineral
(khususnya Fe)
(d) Mampu memperbaiki penerimaan produk karena
pati tergelatinase
(e) Mampu mengawetkan makanan sehingga tahan
lama dan mudah didistribusikan
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
(3) Higiene
(a) Bebas dari mikroorganisme patogen.
(b) Bebas dari kontaminan hasil pencemaran mikroba
penghasil racun dan alergi.
commit to user
(d) Harus dikemas tertutup sehingga terjamin
sanitasinya dan disimpan di tempat yang terlindung.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
(4) Pengemas
Pengemas harus dari bahan yang kuat, tidak beracun,
tidak mempengaruhi mutu inderawi produk, dan mampu
melindungi mutu produk selama jangka waktu tertentu.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
(5) Label
Persyaratan label makanan bayi harus mengikuti codex
standart 146-1985, dengan informasi jelas, tidak
menyesatkan konsumen, komposisi bahan-bahan
tercantum pada kemasan, nilai gizi produk, dan petunjuk
penyajian. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
b) Keuntungan dan kelemahan
Tabel 5. Keuntungan dan Kelemahan MP-ASI Pabrikan
Keuntungan Kelemahan
1. Cepat dan mudah disajikan 1. Harga relatif mahal
2. Bersih dan aman (jika belum kadaluarsa
dan masih utuh dalam kemasan).
2. Banyak makanan bayi komersial dibuat
untuk bayi berumur 4 bulan. Padahal usia
ini terlalu dini dan dapat mengganggu
commit to user
3. Umumnya disukai bayi 3. Relatif berbahaya jika disajikan dengan air
dingin. Bila air terkontaminasi
4. Beberapa makanan komersial mengandung
cukup energi dan zat gizi yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan anak.
4. Makanan bayi komersial terkadang tidak
ada di pasaran
(Albar, 2004)
f. Ketentuan Pemberian Makanan
Pemberian makanan pendamping ASI harus memperhatikan
beberapa ketentuan yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Ketentuan Pemberian Makanan pada Anak Usia 6 – 24 Bulan
commit to user
menjadi
semi-padat
Frekuensi Makanan utama :
1-2 kali/hari
(Anonim, 2006; Joy, et al., 2003)
2. Perkembangan
a. Definisi
Perkembangan (development) adalah bertambahnya
commit to user
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkemabang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. (Soetjiningsih, 1995)
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
1) Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Termasuk ke dalam faktor
genetik ini antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang
normal maupun patologik, ras, dan jenis kelamin. Potensi yang
bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara
positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Di samping
itu, beberapa penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan
kromosom, seperti sindrom Down dan sindrom Turner, akan
berpengaruh terhadap hasil akhir dari proses tumbuh kembang.
(Soetjiningsih, 1995)
2) Faktor Hormonal
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
antara lain adalah : hormon pertumbuhan, hormon tiroid,
commit to user
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. (Soetjiningsih,
1995)
3) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
tercapai tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik
akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan
lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya.
a) Faktor lingkungan pra-natal, di antaranya adalah nutrisi ibu
selama kehamilan, mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin,
infeksi, radiasi, stres, dan imunitas.
b) Faktor lingkungan post-natal terdiri dari lingkungan biologis,
faktor fisik, dan faktor psikososial.
(Soetjiningsih. 1995)
c. Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum
digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar :
1) Kebutuhan fisik biomedik (“ASUH”)
a) Pangan/gizi, baik saat prenatal dan postnatal
b) Perawatan kesehatan dasar : imunisasi, ASI, penimbangan
secara teratur, dan pengobatan kalau sakit
c) Pemukiman yang layak
d) Sandang, rekreasi, dan lain-lain
commit to user
2) Kebutuhan emosi/kasih sayang (“ASIH”)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat,
mesra, dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak,
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang
yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kekurangan
kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan
mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak, baik
fisik, mental, social, emosi, yang disebut “Sindroma Deprivasi
Maternal”. (Soetjiningsih, 1995)
3) Kebutuhan akan stimulasi mental (“ASAH”)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar
pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan
mental, psikososial, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral, etika, produktivitas, dan
commit to user
d. Milestone Perkembangan Anak
Tabel 7. Milestone Perkembangan Anak
Aspek perkembangan Umur rerata dan patokan perkembangan
- Motor
tengkurap, menggapai mainan yang digerakkan, menggapai
ke arah objek bergerak.
- Meniru beberapa bunyi, mulai berceloteh, tersenyum bila
mendengar bunyi yang dikenali
- Senang bermain, memasukkan mainan ke dalam mulut
- Mulai tersenyum, melihat wajah dan mendengar suara,
menggerakkan kepala berirama, kontak sosial, senang
mendengarkan musik
memindahkan objek dari tangan satu ke tangan lainnya.
- Respon terhadap kata “tidak”, menggunakan suara untuk
mengekspresikan rasa senang dan tidak senang, mengikuti
satu perintah dengan gerakan isyarat, mengucapkan satu
atau beberapa suku kata.
- Berusaha meraih benda-benda yang jangkauannya agak
luas, mengeksplorasi benda dengan menggunakan tangan
dan mulut.
- Labih menyukai ibu, tertawa keras, menunjukkan
ketidaksukaan bila kontak sosial berhenti, menyukai cermin,
berceloteh
commit to user
- Motor
- Bahasa
- Kognitif
- Sosial
- Duduk sendiri tanpa disangga dari belakang, merangkak dan
merayap, berusaha berdiri sendiri, mencoba berjalan dengan
berpegangan pada perabotan, berjalan dengan satu tangan,
berjalan beberapa langkah tanpa bantuan, membuka
halaman buku.
- Lebih perhatian pada percakapan, respon terhadap perintah
yang sederhana, mengucapkan 4-6 kata, menggunakan
bahasa isyarat seperti menggelengkan kepala untuk “tidak”.
- Mengeksplorasi benda dengan bermacam-macam cara,
menemukan benda yang disembunyikan, menirukan
gerakan tubuh dengan mudah, menyukai minum dengan
cangkir, bermain dengan permainan bola yang simpel,
perhatian pada objek permanen.
- Respon terhadap panggilan namanya, bermain ciuk-baa,
melambaikan “da-dah”, malu dan cemas dengan adanya
orang tak dikenal, menangis bila ayah-ibunya pergi.
- Motor
- Bahasa
- Kognitif
12-24 Bulan
- Berjalan sendiri, merangkak di tangga, menarik mainan di
belajang mereka, berlari, berjinjit, menendang bola,
naik-turun dari tangga, mencorat-coret, membuka pintu,
menuangkan isis wadah dengan membalikkan wadah,
menyusun bangunan dengan 4 kubus, lebih sering
menggunakan satu tangan.
- Mengucapkan lebih dari 5 kata, mengerti lebih dari 50 kata,
menyatukan 2 kata, menunjukkan gambar-gambar di dalam
buku, menggunakan kata tertentu untuk meminta sesuatu
commit to user
- Sosial
membedakan bentuk dan warna, dapat mulai bermain
pura-pura.
- Menunjukkan apa yang diinginkan dengan cara menunjuk,
memeluk orang tua, makan sendiri, mencari pertolongan
bila mengalami masalah, dapat mengeluh bila terasa basah,
memegang sendok dengan baik, menceritakan cerita dengan
gambar
dengan kaki yang berselingan, mengendarai sepeda roda
tiga, berdiri sesaat dengan satu kaki, membuat bangunan
susun 6 balok, memegang pensil dengan posisi seperti mau
menulis
- Hampir selalu berbicara dengan menggunakan kalimat yang
dapat dimengerti sebagian, dapat menyebutkan nama, umur,
jenis kelamin, dan bulan ulang tahunnya, dapat
menyebutkan minimal 3 bagian tubuhnya, dapat bercerita
menggunakan paragraf sederhana.
- Membuat mainan bermesin gerak, bermain pura-pura
dengan boneka, dapat menyelesaikan 3-4 keping puzel
- Dapat bermain permainan sederhana, dapat mulai
membantu berpakaian, cuci tangan.
commit to user
e. Penilaian Perkembangan Anak
Frankerburg, dkk. (2009) melalui DDST (Denver Development
Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang
dipakai dalam menilai perkembangan anak balita, yaitu :
1) Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan. Pada awal
kehidupannya, anak sangat tergantung kepada orang lain. Dalam
hal memenuhi kebutuhannya sesuai dengan bertambahnya umur,
ketergantungan anak makin berkurang, akan tetapi tidak dapat
sama sekali terlepas dari masyarakat. (Soetjiningsih, 1995)
2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian
tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat. (Soetjiningsih, 1995)
3) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara
mengikuti perintah, dan berbicara spontan. (Soetjiningsih,
1995). Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung
pikiran dan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk tertentu,
sehingga mempunyai arti tertentu pula. Pada awal kehidupan
commit to user
lingkungannya dinyatakan dengan gerak dan suara, belum
dengan kata-kata. Periode ini disebut periode permulaan bicara
yang berlangsung sampai usia 12 bulan. Setelah usia 12 bulan
sampai 15 bulan, anak dapat mengucapkan satu atau dua kata
yang pertama. (Hurlock, 2002; Pulungan, 2006).
Ada empat hal penting yang harus dikuasai anak dan
mempengaruhi kelancaran bicara, yaitu : mengerti apa yang
dibicarakan orang lain, perbendaharaan kata, menyusun kalimat
dengan kata-kata yang dikenal dan menyebutkan nama orang
atau benda. (Satoto, 2003)
4) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
dan biasanya dengan tenaga yang lebih karena dilakukan oleh
otot-otot yang besar. (Soetjiningsih, 1995)
3. Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan
Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor
genetik, faktor hormonal, dan faktor lingkungan. Ketiganya saling
terkait dan menujang tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal.
Penilaian perkembangan anak dapat dilakukan dengan berbagai tes,
contohnya tes Denver II. Tes Denver II bertujuan untuk mendeteksi
commit to user
dan berisi 125 tugas perkembangan yang terbagi dalam 4 sektor
perkembangan, yaitu personal sosial, adaptif motor halus, bahasa, dan
motorik kasar. (IDAI. 2006)
Pemilihan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan
dikarenakan berbagai faktor, salah satunya adalah usia 6-24 bulan
termasuk periode emas tumbuh kembang anak. Dapat dikatakan
periode emas karena pada masa itu sel-sel tubuh bertumbuh paling
pesat, terutama sel-sel otak yang nantinya akan berpengaruh pada
perkembangan anak. Maka usia 6-24 bulan bukan hanya periode emas
tumbuh kembang anak, melainkan dapat menjadi periode kritis apabila
asupan gizi tidak adekuat.
Kandungan nutrien (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,
dan lain sebagainya) dalam MP-ASI, baik itu MP-ASI lokal maupun
MP-ASI pabrikan bermacam-macam bentuk dan fungsinya. Secara
umum, nutrien tersebut akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Makronutrien dan mikronutrien berpengaruh terhadap maturitas otak
dan pembentukan jaringan-jaringan tubuh saat masih ada di dalam
kandungan sampai bayi terlahir dan bertumbuh kembang. Apabila
asupan MP-ASI tidak adekuat maka akan berpengaruh pada
perkembangan otak anak, sehingga nantinya akan mempengaruhi
commit to user B. Kerangka Pemikiran
Penilaian Perkembangan anak MP-ASI Pabrikan MP-ASI Lokal
Kandungan dan komposisi gizi jelas terukur Depkes
Kandungan dan komposisi gizi tidak jelas terukur Depkes
Analisis frekuensi
MP-ASI Pabrikan dominan MP-ASI Lokal dominan
Penilaian Perkembangan anak
Faktor genetik
Faktor hormonal
Faktor lingkungan
Suspek Keterlambatan
Normal Suspek Keterlambatan Makanan Pendamping ASI
untuk anak usia 6-24 bulan
commit to user C. Hipotesis
Terdapat hubungan positif antara jenis makanan pendamping ASI
dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan dan pada anak usia
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat yang diobservasi hanya sekali pada
saat yang sama (Taufiqurohman, 2004).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa posyandu di Wilayah
Puskesmas Sibela, Surakarta
C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah anak usia 6 – 24 bulan di Puskesmas
Sibela, Surakarta dengan kriteria :
1. Kriteria inklusi
a. Bayi usia 6 – 24 bulan dengan riwayat pemberian ASI eksklusif.
b. Bayi usia 6 – 24 bulan dengan keadaan sehat.
c. Bersedia dilakukan Tes Denver II
2. Kriteria eklusi
a. Memiliki riwayat berat badan lahir rendah.
commit to user
b. Memiliki riwayat kelainan bawaan (alergi, asma, kelainan
kongenital).
c. Memiliki riwayat kelahiran prematur
d. Memiliki cacat fisik maupun mental.
D. Ukuran Sampel
Pengambilan sampel diambil secara purposive random sampling.
Jumlah sampel=
Keterangan :
1. p = Perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada
populasi (0.15).
2. q = 1 – p (0.85)
3. Zα = Nilai statistik Zα pada kurva normal standart pada tingkat
kemaknaan (1.96)
4. d = Presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi
populasi (0.1)
5. n1 = Sampel yang mendapat asupan MP-ASI lokal
6. n2 = Sampel yang mendapat asupan MP-ASI pabrikan n1 = n2 = Zα2 . p . q
commit to user
n1 = n2 = (1.96)2 x 0.10 x 0.90
(0.1)2
= 34,5744 ≈ 3
(Murti, 2003)
E. Teknik Sampling
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive random sampling. Dari populasi sumber sebanyak 90 anak,
diambil secara acak menggunakan tabel random sebanyak 76 anak, dan
dilanjutkan dengan memperhatikan ada atau tidaknya anak yang tergolong
kriteria eksklusi pada penelitian ini.
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : Jenis asupan MP-ASI dominan
2. Variabel Terikat : Perkembangan anak usia 6-24 bulan
3. Variabel Luar
a. Variabel luar terkendali : Usia
b. Variabel luar tidak terkendali :
1) Kondisi sosial ekonomi
2) Tingkat pendidikan orang tua
commit to user G. Definisi Operasional Variabel
1. Jenis Asupan MP-ASI Dominan
Yang dimaksud jenis asupan MP-ASI dominan adalah pemberian
makanan atau minuman yang mengandung zat gizi pada bayi atau
anak usia 6-24 bulan yang dapat diolah di rumah tangga (MP-ASI
lokal) maupun buatan pabrik (MP-ASI pabrikan) dengan cut off point
dalam penelitian ini adalah 75%. ASI pabrikan terbatas pada
MP-ASI yang diproduksi oleh pabrik-pabrik yang telah mendapat izin dari
Departemen Kesehatan RI. Penilaian frekuensi MP-ASI yang dominan
menggunakan kuesioner food frequency dan 3 day diet recall,
sedangkan penghitungan kalori dengan kuesioner 24 hour recall.
Skala data : Nominal
2. Perkembangan Anak Usia 6-24 Bulan
Yang dimaksud dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan adalah
bertambahnya kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil dari proses pematangan pada anak usia 6-24 bulan.
Perkembangan diukur dengan cara pemeriksaan 4 aspek yang meliputi
: tingkah laku sosial, gerakan motorik halus, bahasa, dan gerakan
motorik kasar. Penilaian perkembangan anak usia 6-24 bulan dibagi
menjadi dua, yaitu perkembangan normal dan suspek keterlambatan.
Alat ukur yang digunakan adalah formulir tes Denver II.
commit to user H. Instrumen Penelitian
1. Kuisioner food frequency dan 3 day diet recall
Kedua kuesioner tersebut digunakan untuk menentukan frekuensi
jenis makanan pendamping ASI yang dominan.
2. Kuesioner 24 hour recall
Kuesioner 24 hour recall bermanfaat untuk mengetahui jumlah kalori
yang diberikan pada anak setiap hari.
3. Formulir Tes Denver II
Formulir Tes Denver II digunakan untuk menilai perkembangan anak.
4. Alat peraga
a. Gulungan benang wol warna merah (diameter 10 cm)
b. Kerincingan dengan gagang kecil
c. Boneka kecil dengan botol susu
d. Cangkir plastik kecil dengan pegangan
e. 10 buah kubus ukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm, warna merah,
hijau, biru, putih, dan kuning, masing-masing 2 buah
f. Botol bening kecil dengan tutup berdiameter ± 1,5 cm
g. Manik-manik atau kismis
h. Lonceng kecil bergagang
i. Bola tenis
j. Pensil merah
k. Kertas kosong
commit to user
6. Kartu Menuju Sehat (KMS)
KMS untuk mengetahui usia, status imunisasi, dan riwayat kelahiran.
I. Teknik Pengambilan Data
Data yang diambil merupakan data primer dari hasil jawaban orang
tua dari subjek penelitian atas kuesioner food frequency, 24 day hour
commit to user J. Skema Penelitian
Populasi Balita usia 6 – 24 bulan di Puskesmas Sibela
SAMPEL
MP-ASI pabrikan
Normal
Penilaian Perkembangan
MP-ASI lokal
Analisis frekuensi pemberian serta kandungan dan komposisi gizi
Tes Denver II
Suspek Keterlambatan
commit to user K. Prosedur Penelitian
1. Peneliti datang ke puskesmas dan melakukan pendataan jumlah balita
usia 6 – 24 bulan di Puskesmas Sibela Surakarta
2. Peneliti menentukan sampel yang akan dijadikan subjek penelitian
3. Peneliti meminta kesediaan subjek penelitian dengan mengutarakan
manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini.
4. Peneliti melakukan analisis KMS untuk mengetahui usia, riwayat
imunisasi, dan riwayat kelahiran.
5. Peneliti mengukur berat badan dan tinggi badan subjek penelitian.
6. Peneliti melakukan Tes Denver II untuk menilai perkembangan anak.
a. Cara pengukuran
Sebelumnya umur anak perlu ditentukan lebih dahulu
dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan, 12 bulan
untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari
maka dibulatkan ke bawah, dan bila lebih dari 15 hari maka
dibulatkan ke atas.
Tes Denver II ini dapat dilakukan secara mudah dan cepat
(15 sampai 20 menit), dapat diandalkan, dan menunjukkan
validitas yang tinggi. Tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali
skrining hanya berkisar antara 25-30 tugas dari keseluruhan tugas
yang ada berjumlah 125 tugas. Tiap kali diberi tugas ditentukan
apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), anak tidak
commit to user
= N.O.), ataukah anak menolak melakukan tes perkembangan.
(Refusal = R). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur
kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan
pada formulir. Setelah itu dihitung berapa yang P, berapa yang F,
selanjutnya dinilai bagaimana perkembangan anak tersebut.
(Frankenburg, 2009)
b. Penilaian Perkembangan Individual
1) Penilaian item ”Lebih”/Advanced
Bila anak lulus pada item tes yang terletak di kanan garis
umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada tes tersebut,
karena anak lulus pada tes dimana kebanyakan anak tidak
lulus sampai umurnya lebih tua. Bagian ini tidak perlu
diperhatikan untuk tujuan interpretasi keseluruhan tes.
(Frankenburg, 2009)
2) Penilaian item ”Normal”
Item individual yang gagal atau ditolak, tidak perlu
menunjukkan satu keterlambatan dalam perkembangan.
Sebagai contoh, bila anak gagal/menolak melakukan suatu
item tes di sebelah kanan garis umur, maka perkembangan
anak normal. Hal ini dikarenakan anak yang berumur lebih
muda dari umur dimana hanya 25% anak-anak pada sampel
dapat melakukan item ini, sehingga anak tidak diharapkan
commit to user
diperhatikan untuk tujuan interpretasi keseluruhan tes.
(Frankenburg, 2009)
3) Penilaian item ”Peringatan”/Caution = C
Satu Caution (C) pada item individual perlu diperhatikan saat
menginterpretasi hasil tes. Bila anak “Fail/Gagal” (F) atau
“Refusal/Menolak” (R) melakukan item tes dimana garis
umur terletak pada atau antara 75% sampai 90% maka diskor
dengan C. Ini menunjukkan lebih dari 75% anak-anak pada
sampel standar dapat lulus pada umur lebih muda
dibandingkan usia anak yang sedang dites. (Frankenburg,
2009)
4) Penilaian item ”Keterlambatan”/Delayed = D
Item individual yang terlambat perlu diperhatikan saat
menginterpretasikan tes. Item dinilai terlambat bila anak
gagal atau menolak melakukan item tes yang terletak jelas
berada di sebelah kiri garis umur. Hal ini disebabkan anak
telah gagal atau menolak pada item tes dimana 90%
anak-anak pada sampel standar dapat lewat pada umur lebih muda.
Keterlambatan item diberi warna pada tepi akhir kotak.
commit to user
5) Penilaian item ”Tidak ada kesempatan”/No opportunity = NO
Item tes yang berdasarkan laporan orangtua dimana anak
tidak ada kesempatan untuk melakukannya. Hasil ini tidak
dimasukkan dalam mengambil kesimpulan. (Frankenburg,
2009)
c. Interpretasi Tes Denver II
1) Normal
Bila tidak ada ”Delays” dan atau paling banyak satu
”Caution”
2) Suspek keterlambatan
Bila ada ≥ 2 ”Caution” dan atau ≥ 1 ”Delays”
3) Tidak dapat diuji
Bila ada skor menolak pada ≥ 1 item di sebelah kiri garis
umur atau menolak ≥ 1 item yang ditembus garis umur pada
daerah 75-90%
(Frankenburg, 2009)
7. Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui jenis MP-ASI yang
dominan diberikan. Wawancara dilakukan dengan metode frekuensi
makanan (food frequency) untuk mengetahui frekuensi jenis asupan
MP-ASI yang dominan dan 24 hours recall yang bertujuan
commit to user
a. Metode frekuensi makanan
1) Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar
makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi
penggunaannya dan ukuran porsinya.
2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan
jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang
merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode
tertentu pula. (Supriasa et al., 2002)
b. 24 hours recall
1) Masing-masing kelompok menyiapkan bahan makanan,
misal: bahan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,
sayuran dan buah-buahan.
2) Lakukan penimbangan terhadap masing-masing bahan
makanan untuk setiap ukuran rumah tangga yang dipakai.
3) Catat hasil penimbangan dalam suatu daftar ukuran rumah
tangga. (Supriasa et al., 2002)
8. Peneliti mencatat semua data yang didapatkan.
L. Teknik Analisis Data
Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Chi Kuadrat untuk mengetahui hubungan jenis asupan
makanan pendamping ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 12
commit to user
2. Penghitungan Odds Ratio (OR) untuk mengetahui seberapa kuat
hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI dan perkembangan
anak usia 6 – 12 bulan dan pada anak usia 13 – 24 bulan. (Murti,
commit to user BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Subjek Penelitian
Pada penelitian ini diperoleh subjek penelitian sebanyak 76 anak usia
6 – 24 bulan. Subjek penelitian tersebut diperoleh dari hasil penelitian
terhadap 90 anak usia 6 – 24 bulan di beberapa Posyandu yang berada di
wilayah Puskesmas Sibela, Surakarta pada bulan Mei – Juli 2010 yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang penulis tetapkan. Dari
76 anak tersebut 39 diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 37 lainnya
berjenis kelamin perempuan.
Secara lengkap karakteristik subjek penelitian dapat dilihat pada
tabel – tabel di bawah ini.
Tabel 8. Distribusi Anak Usia 6-24 Bulan Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Usia Cakupan Presentase
1 6-12 bulan 46 61%
2 13-24 bulan 30 39%
Jumlah 76 100%
Data Primer, Juli 2010
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa kelompok usia 6 – 12 bulan lebih
banyak (61%) dibandingkan kelompok usia 13 – 24 bulan (39%).
commit to user
Tabel 9. Distribusi Jenis Asupam Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Dominan pada Usia 6 – 12 Bulan
No Jenis MP-ASI Cakupan Presentase
1 MP-ASI Pabrikan 27 59%
2 MP-ASI Lokal 19 41%
Jumlah 46 100%
Data Primer, Juli 2010
Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa pada anak usia 6 – 12 bulan,
distribusi jenis asupan MP-ASI pabrikan lebih banyak (59%)
dibandingkan jenis asupn MP-ASI lokal (41%).
Tabel 10. Distribusi Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Dominan pada usia 13 – 24 bulan
No Jenis MP-ASI Cakupan Presentase
1 MP-ASI Pabrikan 11 37%
2 MP-ASI Lokal 19 63%
Jumlah 30 100%
Data Primer, Juli 2010
Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa pada usia 13 – 24 bulan, distribusi
jenis asupan MP-ASI local lebih banyak (63%) dibandingkan jenis asupan
commit to user
Tabel 11. Distribusi Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan
No Perkembangan Anak Cakupan Presentase
1 Normal 30 65%
2 Suspek Keterlambatan 16 35%
Jumlah 46 100%
Data Primer, Juli 2010
Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa 30 anak (65%) mempunyai
perkembangan yang normal, sedangkan 16 anak lainnya (35%) mengalami
keterlambatan dalam proses perkembangannya.
Tabel 12. Distribusi Perkembangan Anak Usia 13 – 24 Bulan
No Perkembangan Anak Cakupan Presentase
1 Normal 18 60%
2 Suspek Keterlambatan 12 40%
Jumlah 30 100%
Data Primer, Juli 2010
Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa 18 anak (60%) mempunyai
perkembangan yang normal, sedangkan 12 anak lainnya (30%) mengalami
commit to user
Tabel 13. Distribusi Jenis Asupan MP-ASI Dominan dan Perkembangan Anak
Usia 6 – 12 Bulan
No Jenis
Asupan
MP-ASI
Perkembangan
Anak
Jumlah
Total
Normal Suspek
Keterlambatan
Cakupan % Cakupan %
1 MP-ASI
Pabrikan
27 90% 0 0% 27
2 MP-ASI
Lokal
3 10% 16 100% 19
Jumlah 30 100% 16 100% 46
commit to user
tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas pada penelitian ini adalah jenis MP-ASI dan variabel terikatnya
adalah perkembangan anak.
Pada penelitian ini, uji Chi Kuadrat juga digunakan untuk menguji
commit to user
Apabila p<0.005 yang bermakna signifikan, artinya distribusi data normal,
sedangkan apabila p>0.005 yang bermakna tidak signifikan, artinya
distribusi data tidak normal.
Setelah peneliti melakukan analisis data dengan SPSS 17, didapatkan
hasil sebagai berikut.
Tabel 15. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI
Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 12 bulan
Jenis
secara statistik antara jenis asupan makanan pendamping ASI dengan
perkembangan anak usia 6 – 12 bulan (p<0.005). Penulis juga melakukan
analisis bivariat untuk dapat mengetahui apakah hubungan tersebut bermakna
commit to user
confidence interval. Dari tabel 15 juga terlihat bahwa anak usia 6 – 12 bulan
yang mengkonsumi jenis asupan MP-ASI home made memiliki risiko 6 kali
lebih besar untuk mengalami keterlambatan perkembangan dibanding dengan
anak usia 6 – 12 bulan yang mengkonsumsi MP-ASI jenis fabric made (OR =
6.333% CI = 2.242 – 17.890).
Tabel 16. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI
Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 13 – 24 bulan
Jenis
secara statistik antara jenis asupan makanan pendamping ASI dengan
perkembangan anak usia 12 – 24 bulan (p<0.005). Penulis juga melakukan
analisis bivariat untuk dapat mengetahui apakah hubungan tersebut bermakna
commit to user
confidence interval. Dari tabel 16 juga terlihat bahwa anak usia 12 – 24 bulan
yang mengkonsumi MP-ASI jenis home made memiliki risiko 2 kali lebih
besar untuk mengalami keterlambatan perkembangan dibanding dengan anak
usia 12 – 24 bulan yang mengkonsumsi MP-ASI jenis fabric made (OR =
commit to user BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di beberapa posyandu di Wilayah Puskesmas
Sibela Surakarta dengan menggunakan random purposive sampling. Akan tetapi,
dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian di
semua posyandu yang ada di Wilayah Puskesmas Sibela Surakarta, peneliti hanya
melakukan penelitian di 11 posyandu yang ada di Wilayah Puskesmas Sibela
Surakarta yang pada kenyataannya memiliki 47 posyandu, baik itu posyandu
balita maupun posyandu lansia.
Pada penelitian ini, peneliti membagi subjek penelitian, yaitu anak usia 6 –
24 bulan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama untuk anak usia 6 – 12
bulan, dan kelompok kedua untuk anak usia 13 – 24 bulan. Pembagian ini
dikarenakan adanya kecenderungan di lapangan bahwa umumnya anak usia 6 – 12
bulan lebih sering mengkonsumsi MP-ASI dalam bentuk pabrikan, sedangkan
untuk anak usia 13 – 24 bulan lebih sering mengkonsumi MP-ASI yang dibuat di
rumah. Pembagian tersebut juga untuk meningkatkan validitas dari penelitian ini.
Pada tabel 15 terlihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
jenis asupan MP-ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan (p<0.005).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak usia 6 – 12 bulan yang
mengkonsumsi MP-ASI dominan lokal memiliki risiko 6 kali lebih besar
mengalami suspek keterlembatan perkembangan. (OR 6.333; 95% CI 2.242 –
17.890). Odds Ratio (OR) menunjukkan kekuatan dari hubungan antara variabel
commit to user
bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini, OR 6.333 menunjukkan hubungan
positif yang kuat di antara kedua variabel penelitian. (Hubungan kuat :
3.00<=OR=<10.00). (Murti, 2005)
Pada tabel 16 juga terlihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis asupan MP-ASI dengan perkembangan anak usia 13 – 24 bulan
(p<0.005). Hasil penelitian ini menunjuk.kan bahwa anak usia 13 – 24 bulan yang
mengkonsumsi MP-ASI dominan lokal memiliki risiko 3 kali lebih besar
mengalami suspek keterlembatan perkembangan. (OR 2.714; 95% CI 1.507 –
4.890). Odds Ratio (OR) menunjukkan kekuatan dari hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini, OR 2.714 menunjukkan hubungan
positif yang sedang di antara kedua variabel penelitian. (Hubungan sedang :
1.50<=OR<3.00). (Murti, 2005)
Seperti yang telah peneliti paparkan di atas, bahwa hasil uji Chi Kuadrat
pada dua kelompok penelitian kali ini adalah signifikan (p < 0,005). Hal itu
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis asupan MP-ASI dengan
perkembangan anak usia 6 – 24 bulan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang peneliti paparkan pada Bab
tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa salah satu kelebihan MP-ASI pabrikan
adalah kadar gizinya yang telah diukur oleh Departemen Kesehatan RI untuk
disesuaikan terhadap kebutuhan gizi anak-anak yang mengkonsumsinya. Kadar
kandungan gizi yang telah terukur tersebut secara langsung akan berpengaruh
terhadap perkembangan anak dikarenakan zat gizi makronutrien dan mikroutrien
commit to user
otak dan pembentukan jaringan-jaringan tubuh di masa keemasan tumbuh
kembang anak, yaitu pada usia 1 – 3 tahun yang lebih dikenal dengan gold
period.
Sedangkan untuk MP-ASI lokal, seperti yang telah juga peneliti paparkan
pada Bab tinjauan pustaka bahwa salah satu kekurangannya adalah kadar gizinya
yang tidak terukur secara jelas walaupun dalam KMS telah tercantum cara
pembuatan MP-ASI yang bergizi baik. Akan tetapi, terkadang ibu rumah tangga
tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Sehingga nantinya konsumsi MP-ASI
yang tidak terukur secara jelas kadar gizinya dapat mempengaruhi perkembangan
anak karena ketidaksesuaian antara asupan gizi dan kebutuhan gizi yang
dibutuhkan oleh anak.
Akan tetapi, penelitian ini juga mempunyai kelemahan. Penelitian ini
dipengaruhi juga oleh beberapa faktor perancu, salah satunya dari faktor
lingkungan di sekitar anak tersebut. Seperti yang diketahui bahwa tingkat sosial
ekonomi, pekerjaan orang tua, dan tingkat pendidikan orang tua termasuk dalam
variabel luar yang tidak terkendali pada penelitian ini. Untuk itu, hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa anak-anak yang mengkonsumi MP-ASI dominan lokal
mempunyai kecenderungan untuk mengalami keterlambatan dalam perkembangan
dapat juga dipengaruhi oleh beberapa variabel luar yang tidak terkendali di atas.
Sejalan dengan penelitian ini, pada penelitian sebelumnya yang cukup
berkaitan dengan penelitian ini, menyebutkan bahwa frekuensi dalam pemberian
MP-ASI mempengaruhi status gizi anak. (Ritasari, 2009). Hal ini menunjukkan
commit to user
tercapainya status gizi anak yang baik. Akan tetapi, pada penelitian lain,
didapatkan hasil penelitian yang tidak signifikan pada hubungan jenis asupan
MP-ASI dominan dengan status gizi anak usia 6 – 24 bulan (Pratiwi, 2010). Hal itu
disebabkan oleh tidak hanya jenis asupan MP-ASI saja yang mempengaruhi status
gizi anak, akan tetapi juga banyak terdapat faktor perancu lain, di antaranya
adalah faktor lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada usia 6 – 12 bulan anak lebih
banyak mengkonsumsi jenis MP-ASI dominan pabrikan. Hasil itu sesuai dengan
teori yang telah peneliti paparkan di bab tinjauan pustaka yang menyebutkan
bahwa umumnya anak usia 6 – 12 bulan cenderung lebih banyak mengkonsumsi
jenis MP-ASI dominan pabrikan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor
waktu dan tenaga. Pada umumnya, orang tua cenderung lebih menginginkan
segala sesuatu yang praktis dalam hal menyiapkan makan untuk anaknya pada
tahun pertama. Kemungkinan juga anak yang lebih suka mengkonsumi MP-ASI
dominan pabrikankarena dirasa lebih lezat dan dapat meningkatkan selera makan.
Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada usia 13 – 24
bulan anak lebih banyak mengkonsumis jenis MP-ASI dominan lokal. Hal itu
sesuai dengan teori yang telah peneliti paparkan di bab tinjauan pustaka yang
menyebutkan bahwa umumnya anak usia 13 – 24 bulan cenderung lebih banyak
mengkonsumsi jenis MP-ASI dominan lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh kebutuhan anak itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bahwa ada beberapa
tahap dalam pemberian makanan pada anak. Pada anak usia di atas 12 bulan, anak