ANALISIS
LAND RENT
PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK
DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG
PROVINSI BANTEN
SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2006 Yang menyatakan
ABSTRAK
SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG. Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan MOCH. PRIHATNA SOBARI.
Perikanan tambak merupakan kegiatan pemanfaatan lahan pesisir yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat pesisir Kabupaten Serang. Zona Tirtayasa yang berada di pesisir utara Kabupaten Serang ditetapkan sebagai sentra pengembangan perikanan tambak budidaya Ikan Bandeng. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik usaha budidaya Ikan Bandeng, menghitung nilai land rent berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar dan menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap nilai land rent.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara tiga kecamatan yang terletak di Zona Tirtayasa, Kecamatan Pontang memiliki tingkat produktivitas dan biaya produksi tertinggi, sementara Kecamatan Tanara terletak pada jarak yang paling jauh dari pasar. Berdasarkan konsep Ricardian land rent, Kecamatan Pontang memiliki nilai land rent yang tertinggi, yaitu Rp 1.571.237,00, sementara di Kecamatan Tirtayasa nilai land rent sebesar Rp 1.327.500,00 dan yang terendah adalah di Kecamatan Tanara yaitu Rp 513.000,00. Melalui analisis regresi berganda, diperoleh persamaan yang menyatakan hubungan antara nilai land rent dengan faktor produktifitas dan jarak. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap nilai land rent, sementara jarak memiliki pengaruh negatif terhadap nilai land rent.
Hasil analisis optimalisasi kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di masing-masing kecamatan menunjukkan bahwa, kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng yang dilakukan oleh petambak di Zona Tirtayasa sudah mendekati kondisi optimal sementara hasil analisis sensitifitas menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM mengurangi nilai land rent yang besar perubahannya dipengaruhi oleh jarak lokasi tambak ke pusat pasar.
SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG. Land Rent Analiysis of Pond Usage in Serang Region Coastal Area, Banten province. Under the direction of TRIDOYO KUSUMASTANTO, and MOCH. PRIHATNA SOBARI.
Pond fisheries is an activity whereby coastal land is used as the major of income for Serang Coastal Community. Tirtayasa Zona lies north of Serang Region and is established as the centre for pond fisheries. The major activity there, is the culture of milk fish (Bandeng). This research aim to identify the characteristic of milk fish culture, measure the land rent based on factor of fertility and distance, and to measure the effect of exogenous variabel changes to the land rent.
The result shows that Subdistrict Pontang has the highest productivity and either highest production cost, while Subdistrict Tanara has the longest distance from the market. Based on Ricardian land rent concept, Subdistrict Pontang has the highest land rent that is Rp 1.571.237,00 while Subdis trict Tirtayasa assess land rent equal to Rp 1.327.500,00 and Subdistrict Tanara has the lowest land rent, that is Rp 513.000,00. Using multiple regresion analysis, obtained an equation that expressing the correllation between land rent with factor of productivity and distance. The equation shows, that productivity has a positif correllation with land rent, while distance has a negatif corellation with land rent.
Result of optimalization analysis from the activity of Milk Fish culture in each subdistrict, shows that activity of Milk Fish culture practiced by farmers in Zona Tirtayasa almost reaching optimal condition. The result of sensitivity analysis , suggests that the increase of oil prices reduces the value of land rent and the magnitude of change in value of land rent is affected by the distance of the pond location from the market.
ANALISIS
LAND RENT
PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK
DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG
PROVINSI BANTEN
SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sains pada
Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Sandra Dewi Elizabet Kaunang
NRP : C.45102010.1
Program Studi : Ekonomi Sumberdaya Kelauatan Tropika
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto. MS Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS
Ketua Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika
Prof.Dr.Ir. Tridoyo Kusumastanto. MS Prof. Dr.Ir. Syafrida Manuwoto,MSc
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, pencipta alam semesta yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia -Nya kepada Penulis sehingga karya ilmiah yang berjudul Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten ini berhasil diselesaikan. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Prof.Dr.Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S., dan Ir. Moch. Prihatna. Sobari, M.S., atas bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada Penulis serta waktu yang telah diluangkan untuk membimbing Penulis dalam menyelesaikan studi ; Ir. Gatot Julianto, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan tesis ini; serta Guru-guru Penulis di Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika dan Departemen Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan IPB.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh Staf Dinas Kelautan dan Perikanan dan BAPPEKAB Serang atas keterbukaannya selama pengumpulan data; Lembaga Pengembangan Inovasi yang telah memberikan beberapa informasi dan data tambahan selama pengumpulan data dan juga bapak-bapak petambak dan pedagang pengumpul Ikan Bandeng di Kawasan Zona Tirtayasa yang telah bersedia menjadi responden.
Teriring hormat dan sayang, rasa terima kasih Penulis sampaikan kepada Mama, Papa, Onal, Onya dan sikecil Aura, atas doa yang selalu mengalir serta kasih sayang dan dukungan yang selalu menjadi sumber ins pirasi bagi Penulis; seluruh keluarga besar yang ada di Sukabumi, Menado, Depok, Jakarta, dan Bali terima kasih atas kasih sayang dan doanya; dan teman-teman yang senantiansa memberikan doa, dorongan dan bantuan kepada Penulis baik secara moril dan materil. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Februari 2006
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 14 April 1979. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Yanche Kaunang dan Mia Nurmina Heriwati.
Pada tahun 1997 penulis lulus dari SMUN 1 Sukabumi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Penulis memilih Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan baik di jenjang sarjana maupun pascasarjana, penulis diberi kepercayaan untuk menjadi asisten berbagai mata kuliah antara lain Ekologi Perairan, Manajemen Keuangan, Manajemen Agribisnis Perikanan dan Statistika Dasar.
Sejak menjadi mahasiswa sampai dengan sekarang, penulis aktif di beberapa organisasi antara lain Organisasi Mahasiswa TPB-IPB periode 1997/1998, Staf Departemen HIMASEPA periode 1998/1999, Anggota Pleno KNPI Kabupaten Sukabumi periode 1997/2000, Anggota HMI Komisariat Perikanan, Sekretaris 2 pengurus pusat Pitaloka AMS periode 2005/2010.
Setelah lulus dari Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan IPB pada tahun 2001, penulis memiliki beberapa pengalaman kerja antara lain Asisten Peneliti pada PT. CREPS (Center of Resource Economic and Policy Study) Tahun 2001-2003, Tim Market Survey PT Sepatu Bata Tahun 2004, Tenaga Ahli Sosial Ekonomi Perikanan pada PT Harkat Ekawisa Sarana Konsultan Tahun 2004 -2005 dan Technical Advisor Marginal Fishing Community Development Pilot BAPPENAS-WORLD BANK Tahun 2004 – 2005.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR...xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan dan Kegunaan... 6
1.4 Hipotesis Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Sumberdaya Lahan ... 8
2.2 Pemanfaatan Sumberdaya Lahan... 11
2.2.1 Efisiensi Pemanfaatan Lahan ... 12
2.2.2 Alokasi dan Distribusi Pemanfaatan Lahan ... 13
2.3 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Lahan ... 14
2.4 Produktivitas ... 18
2.5 Biaya ... 19
2.6 Harga ... 20
2.7 Biaya Trasnportasi... 21
2.8 Budidaya Tambak Ikan Bandeng ... 22
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ... 25
IV. METODOLOGI... 27
4.1 Metode Penelitian... 27
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 27
4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 28
4.4 Metode Analisis Data ... 29
4.4.1 Analisis Land Rent... 29
4.4.2 Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent... 34
4.4.3 Analisis Sensitifitas Nilai Land Rent... 34
4.6 Batasan Penelitian ... 35
V. PROFIL LOKASI PENELITIAN ... 36
5.1 Kabupaten Serang ... 36
5.1.1 Kondisi Geofisik Kabupaten Serang ... 36
5.1.2 Tata Guna Lahan ... 38
5.1.5 Kondisi Perekonomian Wilayah... 42
5.1.6 Karakteristik Wilayah Pesisir Kabupaten Serang ... 43
5.1.6.1 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Alam... 43
5.1.6.2 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Manusia ... 45
5.1.6.3 Permasalahan dan Hambatan Masyarakat Pesisir ... 46
5.2 Zona Tirtayasa... 47
5.2.1 Kondisi Geografis Kawasan Zona Tirtayasa ... 47
5.2.2 Kondisi Demografi Kawasan Zona Tirtayasa ... 48
5.2.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Ekonomi Zona Tirtayasa ... 49
5.2.4 Karakteristik Wilayah Pesisir Zona Tirtayasa ... 50
5.2.4.1 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Alam... 50
5.2.4.2 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Manusia ... 54
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 55
6.1 Sarana Produksi... 55
6.1. 1 Lahan Tambak ... 55
6.1.2 Peralatan Kegiatan Tambak ... 57
6.1.3 Benih Ikan Bandeng ... 59
6.1.4 Tenaga Kerja ... 60
6.1.5 Sarana Produksi Lainnya... 62
6.1.5 Modal Investasi... 63
6.2 Kegiatan Produksi ... 63
6.2.1 Masa Persiapan... 64
6.2.2 Masa Pemeliharaan... 65
6.2.2 Masa Pemanenan... 65
6.3 Hasil Produksi dan Pemasaran ... 66
6.3.1 Hasil Produksi ... 66
6.3.2 Pemasaran Hasil Produksi... 66
6.4 Analisis Nilai Land Rent... 68
6.4.1 Produktivitas Lahan... 69
6.4.2 Biaya Produksi ... 72
6.4.3 Biaya Transportasi... 77
6.4.4 Land Rent Berdasarkan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar ... 80
6.5 Optimalisasi Nilai Land Rent... 85
6.6 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent... 91
6.7 Implikasi Kebijakan... 96
VII. KESIMPULAN DAN SAR AN ... 98
7.1 Kesimpulan... 98
ANALISIS
LAND RENT
PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK
DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG
PROVINSI BANTEN
SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2006 Yang menyatakan
ABSTRAK
SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG. Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan MOCH. PRIHATNA SOBARI.
Perikanan tambak merupakan kegiatan pemanfaatan lahan pesisir yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat pesisir Kabupaten Serang. Zona Tirtayasa yang berada di pesisir utara Kabupaten Serang ditetapkan sebagai sentra pengembangan perikanan tambak budidaya Ikan Bandeng. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik usaha budidaya Ikan Bandeng, menghitung nilai land rent berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar dan menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap nilai land rent.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara tiga kecamatan yang terletak di Zona Tirtayasa, Kecamatan Pontang memiliki tingkat produktivitas dan biaya produksi tertinggi, sementara Kecamatan Tanara terletak pada jarak yang paling jauh dari pasar. Berdasarkan konsep Ricardian land rent, Kecamatan Pontang memiliki nilai land rent yang tertinggi, yaitu Rp 1.571.237,00, sementara di Kecamatan Tirtayasa nilai land rent sebesar Rp 1.327.500,00 dan yang terendah adalah di Kecamatan Tanara yaitu Rp 513.000,00. Melalui analisis regresi berganda, diperoleh persamaan yang menyatakan hubungan antara nilai land rent dengan faktor produktifitas dan jarak. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap nilai land rent, sementara jarak memiliki pengaruh negatif terhadap nilai land rent.
Hasil analisis optimalisasi kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di masing-masing kecamatan menunjukkan bahwa, kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng yang dilakukan oleh petambak di Zona Tirtayasa sudah mendekati kondisi optimal sementara hasil analisis sensitifitas menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM mengurangi nilai land rent yang besar perubahannya dipengaruhi oleh jarak lokasi tambak ke pusat pasar.
SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG. Land Rent Analiysis of Pond Usage in Serang Region Coastal Area, Banten province. Under the direction of TRIDOYO KUSUMASTANTO, and MOCH. PRIHATNA SOBARI.
Pond fisheries is an activity whereby coastal land is used as the major of income for Serang Coastal Community. Tirtayasa Zona lies north of Serang Region and is established as the centre for pond fisheries. The major activity there, is the culture of milk fish (Bandeng). This research aim to identify the characteristic of milk fish culture, measure the land rent based on factor of fertility and distance, and to measure the effect of exogenous variabel changes to the land rent.
The result shows that Subdistrict Pontang has the highest productivity and either highest production cost, while Subdistrict Tanara has the longest distance from the market. Based on Ricardian land rent concept, Subdistrict Pontang has the highest land rent that is Rp 1.571.237,00 while Subdis trict Tirtayasa assess land rent equal to Rp 1.327.500,00 and Subdistrict Tanara has the lowest land rent, that is Rp 513.000,00. Using multiple regresion analysis, obtained an equation that expressing the correllation between land rent with factor of productivity and distance. The equation shows, that productivity has a positif correllation with land rent, while distance has a negatif corellation with land rent.
Result of optimalization analysis from the activity of Milk Fish culture in each subdistrict, shows that activity of Milk Fish culture practiced by farmers in Zona Tirtayasa almost reaching optimal condition. The result of sensitivity analysis , suggests that the increase of oil prices reduces the value of land rent and the magnitude of change in value of land rent is affected by the distance of the pond location from the market.
ANALISIS
LAND RENT
PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK
DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG
PROVINSI BANTEN
SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sains pada
Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Sandra Dewi Elizabet Kaunang
NRP : C.45102010.1
Program Studi : Ekonomi Sumberdaya Kelauatan Tropika
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto. MS Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS
Ketua Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika
Prof.Dr.Ir. Tridoyo Kusumastanto. MS Prof. Dr.Ir. Syafrida Manuwoto,MSc
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, pencipta alam semesta yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia -Nya kepada Penulis sehingga karya ilmiah yang berjudul Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten ini berhasil diselesaikan. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Prof.Dr.Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S., dan Ir. Moch. Prihatna. Sobari, M.S., atas bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada Penulis serta waktu yang telah diluangkan untuk membimbing Penulis dalam menyelesaikan studi ; Ir. Gatot Julianto, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan tesis ini; serta Guru-guru Penulis di Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika dan Departemen Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan IPB.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh Staf Dinas Kelautan dan Perikanan dan BAPPEKAB Serang atas keterbukaannya selama pengumpulan data; Lembaga Pengembangan Inovasi yang telah memberikan beberapa informasi dan data tambahan selama pengumpulan data dan juga bapak-bapak petambak dan pedagang pengumpul Ikan Bandeng di Kawasan Zona Tirtayasa yang telah bersedia menjadi responden.
Teriring hormat dan sayang, rasa terima kasih Penulis sampaikan kepada Mama, Papa, Onal, Onya dan sikecil Aura, atas doa yang selalu mengalir serta kasih sayang dan dukungan yang selalu menjadi sumber ins pirasi bagi Penulis; seluruh keluarga besar yang ada di Sukabumi, Menado, Depok, Jakarta, dan Bali terima kasih atas kasih sayang dan doanya; dan teman-teman yang senantiansa memberikan doa, dorongan dan bantuan kepada Penulis baik secara moril dan materil. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Februari 2006
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 14 April 1979. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Yanche Kaunang dan Mia Nurmina Heriwati.
Pada tahun 1997 penulis lulus dari SMUN 1 Sukabumi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Penulis memilih Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan baik di jenjang sarjana maupun pascasarjana, penulis diberi kepercayaan untuk menjadi asisten berbagai mata kuliah antara lain Ekologi Perairan, Manajemen Keuangan, Manajemen Agribisnis Perikanan dan Statistika Dasar.
Sejak menjadi mahasiswa sampai dengan sekarang, penulis aktif di beberapa organisasi antara lain Organisasi Mahasiswa TPB-IPB periode 1997/1998, Staf Departemen HIMASEPA periode 1998/1999, Anggota Pleno KNPI Kabupaten Sukabumi periode 1997/2000, Anggota HMI Komisariat Perikanan, Sekretaris 2 pengurus pusat Pitaloka AMS periode 2005/2010.
Setelah lulus dari Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan IPB pada tahun 2001, penulis memiliki beberapa pengalaman kerja antara lain Asisten Peneliti pada PT. CREPS (Center of Resource Economic and Policy Study) Tahun 2001-2003, Tim Market Survey PT Sepatu Bata Tahun 2004, Tenaga Ahli Sosial Ekonomi Perikanan pada PT Harkat Ekawisa Sarana Konsultan Tahun 2004 -2005 dan Technical Advisor Marginal Fishing Community Development Pilot BAPPENAS-WORLD BANK Tahun 2004 – 2005.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR...xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan dan Kegunaan... 6
1.4 Hipotesis Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Sumberdaya Lahan ... 8
2.2 Pemanfaatan Sumberdaya Lahan... 11
2.2.1 Efisiensi Pemanfaatan Lahan ... 12
2.2.2 Alokasi dan Distribusi Pemanfaatan Lahan ... 13
2.3 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Lahan ... 14
2.4 Produktivitas ... 18
2.5 Biaya ... 19
2.6 Harga ... 20
2.7 Biaya Trasnportasi... 21
2.8 Budidaya Tambak Ikan Bandeng ... 22
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ... 25
IV. METODOLOGI... 27
4.1 Metode Penelitian... 27
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 27
4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 28
4.4 Metode Analisis Data ... 29
4.4.1 Analisis Land Rent... 29
4.4.2 Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent... 34
4.4.3 Analisis Sensitifitas Nilai Land Rent... 34
4.6 Batasan Penelitian ... 35
V. PROFIL LOKASI PENELITIAN ... 36
5.1 Kabupaten Serang ... 36
5.1.1 Kondisi Geofisik Kabupaten Serang ... 36
5.1.2 Tata Guna Lahan ... 38
5.1.5 Kondisi Perekonomian Wilayah... 42
5.1.6 Karakteristik Wilayah Pesisir Kabupaten Serang ... 43
5.1.6.1 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Alam... 43
5.1.6.2 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Manusia ... 45
5.1.6.3 Permasalahan dan Hambatan Masyarakat Pesisir ... 46
5.2 Zona Tirtayasa... 47
5.2.1 Kondisi Geografis Kawasan Zona Tirtayasa ... 47
5.2.2 Kondisi Demografi Kawasan Zona Tirtayasa ... 48
5.2.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Ekonomi Zona Tirtayasa ... 49
5.2.4 Karakteristik Wilayah Pesisir Zona Tirtayasa ... 50
5.2.4.1 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Alam... 50
5.2.4.2 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Manusia ... 54
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 55
6.1 Sarana Produksi... 55
6.1. 1 Lahan Tambak ... 55
6.1.2 Peralatan Kegiatan Tambak ... 57
6.1.3 Benih Ikan Bandeng ... 59
6.1.4 Tenaga Kerja ... 60
6.1.5 Sarana Produksi Lainnya... 62
6.1.5 Modal Investasi... 63
6.2 Kegiatan Produksi ... 63
6.2.1 Masa Persiapan... 64
6.2.2 Masa Pemeliharaan... 65
6.2.2 Masa Pemanenan... 65
6.3 Hasil Produksi dan Pemasaran ... 66
6.3.1 Hasil Produksi ... 66
6.3.2 Pemasaran Hasil Produksi... 66
6.4 Analisis Nilai Land Rent... 68
6.4.1 Produktivitas Lahan... 69
6.4.2 Biaya Produksi ... 72
6.4.3 Biaya Transportasi... 77
6.4.4 Land Rent Berdasarkan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar ... 80
6.5 Optimalisasi Nilai Land Rent... 85
6.6 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent... 91
6.7 Implikasi Kebijakan... 96
VII. KESIMPULAN DAN SAR AN ... 98
7.1 Kesimpulan... 98
Halaman
Halaman
1. Panjang Garis Pantai Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten... 2
2. Jenis Data dan Sumber Data ... 28
3. Nama dan Lokasi Pulau-Pulau Kec il yang Terdapat di Kabupaten Serang.. 36
4. Luasan Lahan Menurut Ketinggiannya di Kabupaten Serang ... 37
5. Luas Lahan Menurut Penggunaanya di Kabupaten Serang Tahun 2001 – 2002 (Ha) ... 38
6. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru untuk Berbagai Jenjang Pendidikan di Kabupaten Serang ... 40
7. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan yang Terdapat di Kabupaten Serang ... 41
8. Banyaknya Bayi yang Diimunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Serang... 41
9. Jumlah Penduduk Kabupaten Serang yang Bermata Pencaharian di Bidang Perikanan... 45
10. Jumlah Keluarga Miskin di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang ... 46
11. Luas Wilayah dan Panjang Pantai Masing-Masing Kecamatan yang Berada dalam Zona Tirtayasa Kabupaten Serang... 48
12. Batas Wilayah Masing-Masing Kecamatan yang Berada Dalam Zona
Tirtayasa ... 48
13. Jumlah Penduduk dan KK di Kawasan Zona Tirtayasa... 49
14. Sarana Ekonomi di Kawasan Zona Tirtayasa ... 49
15. Permasalahan Lingkungan yang Terjadi di Wilayah Pesisir Zona Tirtayasa 53
16. Jumlah Penduduk Kawasan Zona Tirtayasa yang Bermata Pencaharian di Bidang Perikanan... 54
17. Jumlah Penduduk Miskin di Kawasan Zona Tirtayasa ... 54
18. Rata-Rata Luasan Lahan Tambak Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng di
Masing-Masing Unit Analisis ... 57
19. Harga Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis ... 57
20. Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis... 58
Halaman
22. Jumlah Tenaga Kerja Pada Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ... 60
23. Sistem Kerja Tenaga Kerja dalam Kegiatan Budidaya Tambak Ikan
Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ... 61
24. Dosis Penggunaan Pupuk di Masing-Masing Unit Analisis ... 62
25. Rata-Rata Jumlah Modal Usaha Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ... 63
26. Siklus Budidaya di Masing-Masing Unit Analisis ... 64
27. Jumlah Produksi Ikan Bandeng per Ha di Masing-Masing Unit Analisis .... 66
28. Harga Ikan Bandeng per Kg di Masing-Masing Unit Analisis ... 67
29. Jarak Masing-Masing Unit Analisis ke Pasar Rau... 67
30. Jenis Angkutan, Kapasitas Angkut dan Biaya Transportasi untuk
Pemasaran Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis... 68
31. Nilai Produktivitas Rata-Rata Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis ... 69
32. Informasi Kondisi Lahan dan Sumber Air di Lokasi Penelitian ... 71
33. Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ... 72
34. Total Biaya Tenaga Kerja per Ha per Siklus Produksi Budidaya Ikan
Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ... 74
35. Biaya Sarana Produksi Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ... 75
36. Total Biaya Sarana Produksi per Ha per siklus Budidaya Ikan Bandeng di Lokasi Masing-MASing Unit Analisis ... 76
37. Total Biaya Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis... 77
38. Biaya Transportasi dari Masing-Masing Titik Unit Analsis ke Pasar Rau... 79
39. Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan Lahan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar... 80
40. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Pontang ... 86
41. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Tirtayasa... 87
42. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Tanara ... 88
Masing Unit Analisis... 90
45. Perbandingan Nilai Land Rent Aktual dengan Land Rent Optimal... 90 46. Perubahan Biaya Transportasi Karena Adanya Kenaikan Harga BBM ... 92
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Zona Tirtayasa dalam RTRW Kabupaten Serang... 4
2. Klasifikasi Sumberdaya Alam ... 9
3. Penggunaan dari nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep Land Rent yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi... 15
4. Ilustrasi Perbedaan Kesuburan Tanah pada besarnya Land Rent... 16
5. Perbedaan Land Rent dari Tiga Luas Tanah yang Berbeda Kualitas Lokasi dan Jarak Dari Pasar. ... 16
6. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar
Terhadap Land Rent... 18 7. Ikan Bandeng Ukuran Konsumsi ... 23
8. Kerangka Pendekatan Studi ... 26
9. Diagram Kerangka Analisis Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Nilai Land Rent... 30 10. Ilustrasi Bid Rent Schedulle untuk Kegiatan Perikanan Tambak... 33
11. Citra Satelit Wilayah Pesisir Zona Tirtayasa ... 51
12. Pemetaan Hutan Bakau, Terumbu Karang dan Padang Lamun ... 52
13. Areal Pertambakan di Zona Tirtayasa... 55
14. Sungai-Sungai yang Menjadi Sumber Air Tawar bagi Kegiatan Budidaya Tambak di Kawasan Zona Tirtayasa ... 56
15. Produktivitas Lahan Tambak Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis... 69
16. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja per Ha Produksi Budidaya Ikan Bande ng di Lokasi Penelitian... 74
17. Total Biaya Sarana Produksi per Ha per Siklus Produksi Budidaya Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ... 76
18. Jaringan Jalan di Zona Tirtayasa Kabupaten Serang ... 78
19. Nilai Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak untuk Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng... 81
20. Hubungan Antara Nilai Land Rent Dengan Produktivitas Lahan... 83
21. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Ikan Bandeng ... 84 22. Plot Nilai Land Rent Berdasarkan Jarak Rata -Rata Masing-Masing Titik
Kenaikan Harga BBM ... 94
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar... 104
2. Output MAPLE untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan
Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar ... 105
3. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Ikan
Bandeng di Kecamatan Pontang ... 107
4. Output MAPLE untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di Kecamatan Pontang... 108
5. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Ikan
Bandeng di Kecamatan Tirtayasa... 109
6. Output MAPLE untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di Kecamatan Tirtayasa... 101
7. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Ikan
Bandeng di Kecamatan Tirtayasa... 111
8. Output MAPLE untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di
Kecamatan Tirtayasa... 112
9. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar Setelah Kenaikan Harga BBM ... 113
1.1Latar Belakang
Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting
kegunaannya bagi kelangsungan hidup manusia. Selain sebagai tempat dimana
manusia berpijak dan hidup, sumberdaya lahan juga merupakan faktor input dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti untuk kegiatan pertanian, perikanan,
sektor kehutanan, tempat tinggal, explorasi mineral, industri dan kegiatan
komersial lainnya. Penggunaan lahan dari waktu ke waktu semakin bertambah
baik jenis maupun luasan penggunaannya, sementara kuantitas lahan relatih tetap.
Hal ini mencerminkan bahwa pemanfaatan sumberdaya lahan pada saat ini
dihadapkan pada dimensi pilihan yang nyata, sehingga manusia perlu
mempertimbangkan berbagai aspek agar pemanfaatan lahan tersebut dapat
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan manusia pada saat ini maupun di waktu
yang akan datang.
Dilihat dari letak geografisnya, lahan pesisir merupakan sumberdaya yang
memiliki arti ekonomi strategis dan memiliki daya tarik utama. Lahan pesisir
merupakan lokasi yang berdekatan dengan sumberdaya perikanan sebagai bahan
makanan utama, khususnya protein hewani dan merupakan tempat yang
digunakan untuk transportasi, budidaya perikanan, rekreasi dan pariwisata serta
wilayah pemukiman dan tempat pembuangan li mbah. Hal di atas menggambarkan
bahwa peranan sumberdaya tersebut sangat besar dalam menunjang pembangunan
ekonomi nasional. Melalui pengelolaan yang efektif dan efisien diharapkan
pemanfaatan sumberdaya lahan pesisir dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia, dengan memberikan nilai pemanfaatan yang maksimal
terlebih lagi mengingat 65% penduduk Indonesia menetap di wilayah pesisir.
Kabupaten Serang merupakan salah satu dari 6 kabupaten / kota di
Provinsi Banten yang memiliki wilayah pesisir. Panjang garis pantainya mencapai
120 km dan merupakan yang terpanjang kedua setelah Kabupaten Pandeglang,
seperti terlihat dalam Tabel 1, yang menyajikan data panjang garis pantai untuk 6
2
Tabel 1. Panjang Garis Pantai Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten
Panjang Garis Pantai yang Menghadap (Km) No Kabupaten / Kota Samudera
Indonesia Laut Jawa
Selat
Sumda Jumlah
1 Kabupaten Lebak 75,0 Tidak Ada Tidak Ada 75
2 Kabupaten Pandeglang 47,2 Tidak Ada 182,8 230
3 Kabupaten Serang Tidak Ada 75 45 120
4 Kabupaten Tangerang Tidak Ada 51 Tidak Ada 51
5 Kota Cilegon Tidak Ada Tidak Ada 25 25
6 Kota Tanggerang Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada -
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelauatan Provinsi Banten , 2003
Kawasan pesisir merupakan salah satu dari 5 kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan khusus dalam rencana pengelolaan wilayah Kabupaten Serang.
Pengelolaan kawasan khusus dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan
perhatian khusus pada suatu kawasan tertentu karena karakteristik kawasannya
atau potensi kawasannya dinilai membutuhkan perlakuan khusus untuk dapat
dikembangkan dalam rangka pengembangan wilayah Kabupaten Serang secara
keseluruhan (BAPPEKAB Serang 2004).
Saat ini kawasan pesisir Kabupaten Serang telah berkembang sebagai
pengembangan kegiatan perikanan tambak untuk kawasan pesisir di Pantai Utara
dan pengembangan kegiatan pariw isata untuk kawasan pesisir di Pantai Barat.
Kedua kegiatan tersebut cenderung mengakibatkan munculnya dampak negatif
baik untuk masalah tata ruang maupun untuk masalah lingkungan. Untuk
mengantisipasi dan mengatasi masalah yang ada dikawasan pesisir tersebut, maka
pengelolaan kawasan pesisir dirasakan perlu dilakukan secara khusus dengan
membentuknya sebagai salah satu kawasan khus us dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Serang. Untuk itu telah dilakukan analisis secara
khusus mengenai penataan kawasan Pesisir Kabupaten Serang yang dibagi
menjadi empat zona, yaitu Zona Bojonegara yang arahan fungsi utamanya
sebagai kawasan/zona industri dan pelabuhan laut; Zona Teluk Banten yang
Zona Pantai Barat yang arahan fungsi utamanya sebagai kawasan pariwisata; serta
Zona Tirtayasa yang arahan fungsi utamanya sebagai kawasan perikanan tambak.
Kegiatan perikanan tambak merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang
banyak dilakukan oleh masyarakat pesisir Kabupaten Serang, bahkan diakui
sebagai kegiatan usaha turun temurun dalam komunitas tersebut. Awalnya
kegiatan ini merupakan kegiatan sambilan para nelayan pada saat tidak melaut,
namun karena hasilnya cukup menjanjikan dan juga semakin berkurangnya hasil
tangkapan di laut, saat ini perikanan tambak menjadi salah satu mata pencaharian
utama bagi masyarakat pe sisir Kabupaten Serang. Luas lahan potensial untuk
kegiatan perikanan tambak di Kabupaten Serang mencapai 8.412,3 Ha dan jumlah
RTP untuk kegiatan perikanan tambak mencapai 1.421 RTP. Pada tahun 2002
produksi perikanan tambak Kabupaten Serang mencapai 1.739,7 Ton atau senilai
Rp. 5,99 milyar.
Dalam pengembangannya sebagai salah satu bentuk pemanfaatan lahan
pesisir, diharapkan kegiatan perikanan tambak dapat dikelola secara efektif dan
efisien, agar memberikan nilai pemanfaatan yang optimal dalam pengguna an
sumberdaya lahan sehingga kesejahteraan masyarakat pesisir Kabupaten Serang
juga dapat meningkat dengan pengembangan kegiatan tersebut. Oleh karena itu
penelitian mengenai analisis land rent pemanfaatan lahan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Serang ini dilakukan, karena land rent merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam memahami efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya lahan.
1.2Perumusan Masalah
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dalam RTRW Kabupaten
Serang, telah ditetapkan suatu zona khusus untuk pengembangan kegiatan
perikanan tambak, yaitu Zona Tirtayasa. Zona Tirtayasa mencakup 3 kawasan
pesisir, yaitu Kecamatan Tanara, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Pontang,
seperti tampak dalam Gambar 1. Karakter khusus lahan yang ada di kawasan
tersebut, mengakibatkan peruntukan kawasan ini sangat terbatas. Peruntukan yang
paling memungkinkan adalah pengembangan tambak ikan/udang dan industri
4
Gambar 1. Zona Tirtayasa dalam RTRW Kabupaten Serang
Jenis kegiatan usaha perikanan tambak di wilayah pesisir Kabupaten
Serang berkembang sesuai trend yang sangat dipengaruhi oleh banyaknya permintaan pasar atas komoditas perikanan yang dibudidayakan dan tingkat
keuntungan yang diperoleh dari mengusahakan kegiatan tersebut. Komoditas
unggulan dalam kegiatan perikanan tambak di Kabupaten Serang adalah Ikan
Bandeng yang memiliki nama latin Channos channos. Komoditas ini menjadi dominan diusahakan di pertambakan Kabupaten Serang, karena secara teknis
pemeliharaan Bandeng relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan Udang. Ikan
Bandeng juga lebih tahan terhadap berbagai jenis penyakit hewan air, terutama
dalam menghadapi permasalahan pencemaran perairan yang akhir -akhir ini
menjadi issu dalam pengelolaan tambak di Kabupaten Serang. Selain kemudahan
teknis, aspek pemasaran Ikan Bandeng juga turut mendukung berkembangnya
usaha tambak Ikan Bandeng, meski permintaannya tidak setinggi produk sumber
protein lain seperti Ayam, namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari
petambak Bandeng bahwa belum pernah terjadi petambak harus menjual Bandeng
dengan harga yang amat rendah, sehingga menyebabkan kebangkrutan. Artinya
selama ini belum pernah ada petambak Bandeng yang sampai bangkrut baik
karena aspek pemasaran yang lemah atau karena gangguan penyakit. Pontang
Tanara Tirtayasa Zona Tirtayasa
Serang Cilegon
Laut Jawa Arah Utara
Pada saat ini, kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Kabupaten Serang pada
umumnya masih dilakukan secara tradisional. Dengan padat tebar berkisar antara
3.000-4.000 ekor per Ha dan hanya menganda lkan pakan alami dengan konstruksi
tambak seadanya, produksi rata-rata yang dicapai hanya sekitar 280 sampai
dengan 400 Kg per Ha. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa
produktivitas kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di Kabupaten Serang
masih sangat rendah. Rendahnya nilai produktivitas kegiatan budidaya Ikan
Bandeng tentunya juga, akan berimplikasi terhadap nilai pemanfaatan lahan
tambak di Kabupaten Serang, khususnya Zona Tirtayasa yang arah fungsi
utamanya ditetapkan sebagai pusat pengembangan kegiatan perikanan tambak.
Sementara itu, pemilik lahan dan komunitas sosial di wilayah tersebut tentunya
mengharapkan nilai surplus yang maksimal dari setiap jenis kegiatan pemanfaatan
lahan yang dilakukan. Begitupun dengan apa yang dilakukan pada saat ini,
pemilik lahan berharap mendapatkan surplus yang maksimal dari kepemilikan lahan dengan menjadikannya sarana dalam kegiatan budidaya tambak Ikan
Bandeng.
Berdasarkan pemaparan di atas, timbul suatu pertanyaan yang kemudian
menjadi permasalahan yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini, dengan
karakteristik usaha kegiatan Budidaya Ikan Bandeng yang dilakukan masyarakat
pesisir Kawasan Zona Tirtayasa pada saat ini, berapakah nilai surplus pemanfaatan lahan tambak Ikan Bandeng yang dapat diterima oleh pemilik lahan
atau komunitas sosial di kawasan tersebut, dan selain produktivitas, faktor apa
lagi yang akan berpengaruh terhadap nilai pemanfaatan lahan tambak Ikan
Bandeng di Zona Tirtayasa? Dengan menggunakan konsep land rent, penelitian ini bermaks ud untuk menganalisis nilai pemanfaatan lahan tambak melalui
identifikasi karakteristik kegiatan usaha budidaya Ikan Bandeng yang dilakukan
di Zona Tirtayasa Kabupaten Serang. Dengan demikian diharapkan
pengembangan kegiatan budidaya perikanan tambak di Zona Tirtayasa dapat
diarahkan juga pada pencapaian nilai pemanfaatan sumberdaya lahan tambak
yang maksimal, sehingga kebijakan penetapan Zona Tirtayasa sebagai sentra
6
tidak hanya dari segi karakteristik dan sifat biologis serta kesesuaian lahan, namun
juga dari segi economic rent yang diperoleh.
Land Rent sendiri merupakan suatu konsep dalam teori ekonomi sumberdaya lahan yang didefinisikan sebagai surplus atau nilai lebih dari manfaat
yang didapat, atas biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan.
Surplus ekonomi dari sumberdaya lahan dapat sangat ditentukan dari bagaimana lahan itu digunakan atau dimanfaatkan, adapun nilai tersebut dilihat dari 2 faktor,
yaitu surplus ekonomi karena kesuburan tanahnya dan surplus ekonomi karena lokasi ekonomi (Suparmoko 1997).
1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeterminasi nilai lahan
atas pemanfaatannya sebagai sarana produksi dalam pengembangan kegiatan
perikanan tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa Kabupaten Serang. Untuk itu
hal yang dilakukan adalah:
1) Mengidentifikasi karakteristik produksi budidaya Ikan Bandeng di Lokasi
Penelitian.
2) Menghitung dan menganalisis nilai land rent kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat
pasar.
3) Menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap
perubahan nilai land rent.
Dengan tujuan tersebut, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan dan masukan bagi pengembangan kegiatan perikanan tambak di
Zona Tirtayasa, sehingga kegiatan pemanfaatan lahan tambak di zona tersebut
dapat memberikan nilai pemanfaatan yang optimal untuk mencapai kesejahteraan
sosial yang maksimal.
1.4 Hipotesis Penelitian
1) Nilai land rent dari kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng sangat dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya lahan dan jarak lokasi tambak ke pusat
pasar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Lahan
Lahan (land) diartikan sebagai komponen keseluruhan dari suatu bentang
alam yang mencakup tutupan vegetasi, tanah, kemiringan, permukaan
geomorfologis, sistem hidrologis dan kehidupan binatang didalamnya. Tanah
(soil) adalah bagian dari lahan yang merupakan kerak atau lapisan teratas bumi
yang mampu menunjang kehidupan tanaman secara permanen dan mengatur tata
air pada lapisan tersebut. Sumberdaya Lahan/tanah, merupakan sumberdaya yang
sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia, tidak saja untuk memenuhi
kebutuhan manusia, namun juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
kesejahteraan suatu bangsa. Bagi kelangsungan hidup manusia khususnya,
sumberdaya lahan merupakan masukkan yang diperlukan untuk setiap bentuk
aktivitas manusia seperti untuk pertanian, daerah Industri, daerah pemukiman,
jalan-jalan untuk transportasi, daerah-daerah rekreasi atau daerah-daerah yang
dipelihara kondisi alamnya untuk maksud ilmiah (Suparmoko 1997).
Prabowo dan Reksohadiprojo (1985) mengartikan lahan / tanah sebagai
ruangan atau tempat hidup ini berlangsung; atau sebagai alam atau lingkungan
hidup; atau sebagai faktor produksi untuk menghasilkan pangan dan bahan
mentah dan asalnya sumber energi; atau sebagai barang konsumsi seperti tempat
untuk membangun, taman atau tempat rekreasi; sebagai hak milik yang
mempunyai konotasi hukum, atau sebagai keadaan yang dalam dunia modern
mempunyai pengertian lokasi atau jarak.
Dalam klasifikasi sumberdaya alam menurut skala waktu pertumbuhan,
menurut Fauzi (2004), seperti yang terlihat dalam Gambar 2, lahan atau tanah
termasuk ke dalam jenis sumberdaya yang dapat diperbaharui, namun memiliki
titik kritis, yang berarti jika titik kritis kapasitas maksimum regenerasinya telah
terlampaui, sumberdaya ini dapat berubah menjadi sumberdaya yang tidak dapat
diperbaharui. Jika menurut kegunaan akhirnya, sumberdaya lahan diklasifikasikan
Sumber: Fauzi (2004)
Gambar 2. Klasifikasi Sumberdaya Alam
Suparmoko (1997), menggolongkan sumberdaya lahan atau tanah kedalam
jenis sumber daya yang memiliki sifat gabungan, yaitu antara sumberdaya alam
yang tidak dapat diperbaharui, sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, dan
sumberdaya biologis, sebagai contoh adalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah
dapat terjadi karena perbuatan akar-akar tanaman, dan adanya
organisme-organisme yang mengeluarkan bermacam-macam nutrisi tanah untuk diserap oleh
tanaman. Keadaan ini merupakan sifat dari sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui, walaupun manusia dapat menggunakan kesuburan tanah tersebut
sampai ratusan tahun. Sumberdaya lahan juga dapat mempunyai sifat seperti
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, yaitu bila petani menggunakan pupuk,
tanaman-tanaman penolong, dan tanaman-tanaman untuk pupuk hijau lainnya.
Sifat lahan yang menyerupai sumberdaya biologis adalah bila sumberdaya lahan
tersebut ditingkatkan atau dipertahankan atau dipakai, sehingga bertambah atau
berkurang kesuburannya sebagai akibat dari tingkah laku manusia.
Untuk mengejar pemenuhan alat-alat pemuas kebutuhan manusia yang
terus berkembang dan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
pemanfaatan sumberdaya lahan sering kali dilakukan secara kurang bijaksana dan
untuk jangka pendek, sehingga kurang mempertimbangkan kelestarian
sumberdaya lahan tersebut. Pemanfaatan yang kurang bijaksana ini, dapat
mengakibatkan menurunnya persediaan sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi Sumberdaya
Alam
Skala Waktu Pertumbuhan
Kegunaan Akhir
Renewabl
Non-Habis Dikonsumsi
Dapat Didaur Ulang
Memiliki Titik Karitis
Tidak Memiliki Titik Kritis
Material Metalik
Material Non -Metalik
SD SD Energi
Energi
10
dan manusia semakin tergantung pada sumberdaya lahan yang kualitasnya rendah.
Odum (1996) mengatakan bahwa jika populasi manusia di suatu daerah
memanfaatkan lahan dengan tidak bijaksana, maka dampaknya akan berpengaruh
kepada populasi manusia tersebut, tetapi pada saat populasi meningkat secara
cepat, maka yang akan menderita akibat pemanfaatan lahan yang tidak rasional
adalah orang-orang yang terkena dampak pada lokasi lahan tersebut dimanfaatkan
dan pada akhirnya setiap orang harus membayar untuk perbaikannya atau setiap
orang sama sekali kehilangan manfaat dari nilai ekonomi lahannya. Agar nilai
lahan tetap bisa dipertahankan, maka diperlukan perenca naan pemanfaatan lahan
yang baik dan disesuaikan dengan nilai fungsional lahan.
Menurut Bromley (1991) bahwa untuk mengelola sumberdaya khususnya
lahan diperlukan sistem kewenangan tingkat lokal, namun sistem tersebut
telah dirusak oleh kolonialisme dan pada era kemerdekaan. Bromley (1991)
menyarankan perlu adanya revitalisasi sistem kewenangan di tingkat lokal.
Menurut Schmid (1996) retribusi lahan akan lebih berdaya guna dan berhasil
guna apabila mempunyai hak-hak kepemilikan (property right). Hak
kepemilikan dapat diartikan sebagai himpunan dari kehendak atau keinginan
diantara orang-orang yang mendefinisikan kesempatan, keterbukaan terhadap
aktivitas tertentu, ha k-hak dan tanggung jawab. Hak kepemilikan juga dapat
berarti hak yang berhubungan dengan pe nggunaan sumberdaya (Kula 1995).
Ada beberapa jenis kepemilikan (property right) dari sumberdaya, yaitu: 1).
Private property right; 2). Common property right; 3). State property right. Menurut Kula (1995) struktur dari property right yang dapat mengha silkan
alokasi sumberdaya secara efisien dalam ekonomi pasar harus memiliki 4
karakteristik, yaitu :
(1).Universalitiy, yang berarti dapat berlaku secara universal
(2).Exclusivity, yang berarti semua benefit dan cost dari kepemilikan dan penggunaan kepemilikan tersebut harus jatuh hanya kepada pemilik baik
langsung maupun tidak langsung.
(4).Enforceability, yang artinya kepemilikan harus aman dari perampasan maupun penjarahan oleh pihak lain.
Anwar (1995) menyatakan bahwa sejarah pemanfaatan lahan di Indonesia
menunjukkan pemanfaatan lahan yang dimulai dari sebelum Republik Indonesia
lahir. Penduduk asli di daerah-daerah secara lokal dengan cara turun temurun
mewarisi hak-hak (property right) untuk memanfaatkan sumberdaya alam di
sekitar lokasi tempat tinggalnya yang dijamin oleh hak-hak ulayat. Ha k-hak
tersebut, meskipun tidak tertulis namun diakui dan dihormati oleh masyarakatnya
termasuk sumberdaya lahan. Adanya faktor dari luar yang begitu kuat (contohnya
harga) dan lemahnya nilai kebersamaan diantara masyarakat tersebut, membuat
pengaturan dengan sistem adat tersebut menjadi tidak berlaku lagi, sehingga hak
kepemilikan menjadi tidak jelas. Hal inilah yang kemudian memunculkan hak
kepemilikan yang bersifat open acces dalam pengelolaan sumberdaya yang pada
dasarnya dapat mengakibatkan dan mengarah pada terjadinya kerusakan
sumberdaya. Kepemilikan lahan untuk kegiatan perikanan tambak di Indonesia
umumnya dan di Kabupaten Serang khususnya, lebih bersifat private property right dan dapat dikatakan bahwa jenis kepemilikan ini merupakan hal yang paling aman dalam pemanfaatan sumberdaya lahan, karena dapat mencapai aspek sosial
optimal. Hal ini dapat menjadi acuan bahwa penggunaan lahan untuk budidaya
tambak relatif aman bagi sumberdaya lahan itu sendiri, karena masing – masing
pemilik berusaha agar lahan tersebut tidak rusak agar dapat memberikan nilai
rente yang optimal.
2.2 Pemanfaatan Sumberdaya Lahan
Penggunaan lahan/ tanah pada umumnya tergantung pada kemampuan
tanah dan pada lokasi tanah. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan tanah
tergantung pada kelas kemampuan tanah yang dicirikan oleh adanya perbedaan
atas sifat-sifat yang merupakan penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur
tanah, kemampuan menahan air, lereng permukaan tanah, tingkat erosi yang telah
terjadi. Penggunaan-penggunaan tanah juga tergantung pada lokasi khususnya
untuk daerah-daerah pemukiman, untuk lokasi-lokasi industri, maupun untuk
12
Secara umum dapat diketahui bahwa para pemilik sumberdaya tanah
cenderung menggunakan miliknya itu untuk tujuan-tujuan yang memberikan
harapan diperolehnya penghasilan yang tinggi, sehingga para pemilik lahan
tersebut akan menggunakan tanahnya sesuai dengan konsep penggunaan yang
tertinggi dan terbaik (Barlowe 1972). Penggunaan yang terbaik sesungguhnya
tergantung pada penilaian si pemilik, apakah itu dinilai dengan uang atau dengan
nilai yang tak dapat diraba ataupun nilai-nilai sosial. Selanjutnya penggunaan
yang terbaik dan tertinggi ini tergantung pula pada kapasitas penggunaan dari
tanah itu serta tinggi rendahnya permintaan terhadapnya. Kenaikan harga tanah
selain menimbulkan nilai lebih yang dinikmati oleh para pemilik tanah-tanah
tersebut, juga akan menimbulkan dorongan bagi adanya spekulasi tanah dari
pemilik tanah secara berlebihan, terutama pada tanah - tanah yang diharapkan
akan menjadi daerah pemekaran kota atau perluasa n dan jaringan fasilitas
perkotaan, dan seterusnya memungkinkan adanya penggunaan tanah secara tidak
efisien (Prabowo dan Reksohadiprojo 1985).
Dalam sejarah dunia tentang pemanfaatan lahan, menunjukkan bahwa
pemanfaatan lahan secara tidak rasional disebabkan karena kebutuhan
(demand) lahan makin meningkat, sedangkan penyediaan terhadap lahan tetap.
Antara kebutuhan dan ketersediaan lahan saling berkaitan, sehingga akan
berpengaruh terhadap luasan lahan yang tidak pernah berubah. Perkembangan
yang menunjukkan kecenderungan makin meningkat tersebut akan
berpengaruh kepada terjadinya konflik pemanfaatan lahan (Prabowo dan
Reksohadiprojo 1985).
2.2.1 Efisiensi Pemanfaatan Lahan
Efisiensi adalah kriteria utama untuk mengevaluasi perubahan. Efisiensi
menunjukkan kemampuan menggunakan sumberdaya untuk menghasilkan suatu
nilai. Sumberdaya yang menghasilkan lebih banyak barang dan pelayanan dengan
menggunakan tingkat input yang sama, berarti karakteristik ekonomi dari
sumberdaya tersebut lebih efisien.
Efisiensi pemanfaatan lahan tergantung pada sampai seberapa besar
produksinya. Makin sedikit biaya produksi yang dikeluarkan dan makin besar
produktivitas yang dihasilkan maka akan terjadi efisiensi pemanfaatan lahan.
Efisiensi dapat ditela ah dari berbagai aspek, salah satunya seperti yang
disampaikan oleh Ricardo (1817) bahwa salah satu aspek yang perlu dianalisis
adalah land rent. Ricardo yakin bahwa manfaat lahan dihitung dari rente yang dihasilkan dari hasil produksi lahan dikurangi dengan pengeluaran kemudian
beberapa komponen pengeluaran untuk pemulihan dan pemeliharaan produktivitas
lahan. Hal ini mengingat aspek produktivitas, tenaga kerja dan buruh merupakan
supply yang elastis, dimana variabel-variabel tersebut harus dibayar dengan harga yang kompetitif. Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan penduduk meyebabkan
harga pertanian meningkat dan hal ini menyebabkan penambahan lahan sehingga
produksi dan nilai rente pada lahan tersebut ikut meningkat, hal inilah yang
berpengaruh pada efisiensi.
2.2.2 Alokasi dan Distribusi Pemanfaatan Lahan
Bromley (1991) menyebutkan bahwa peran alokasi merupakan suatu issu
yang berhubugan dengan berbagai jenis hak-hak kepemilikan lahan. Hak
kepemilikan swasta merupakan kepentingan nyata agar setiap individu dapat
memanfaatakan lahan seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal
inilah yang menjadi konflik kepentingan antara pemilik lahan yang sudah jelas
batas kepemilikannya dengan pengguna lahan yang tidak jelas batas-batas
kepemilikannya. Hal ini menjadi makin jelas dengan penjelasan dari Chistaller
diacu dalam Northam (1975) bahwa proses aglomerasi akan mempengaruhi pola
pemanfaatan lahan, tingkat lokasi atau penyebaran sumberdaya yang menjadi
pusat kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
pemanfaatan lahan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada bentuk perbedaan
terjadinya sumberdaya lahan sebagai hasil dari distribusi lahan yang berbeda atau
konsentrasi keruangan dari lahan yang kemudian dapat menyebabkan distorsi dari
pola pemukiman kota yang disebabkan karena lokalisasi sumberdaya.
Distribusi menyangkut pada penyebaran lahan yang dalam
implementasinya tidak sesuai dengan peruntukannya. Hal ini berakibat kepada
terjadinya kerusakan tanah. Menurut Budianto (1998) bahwa tanah keritis ditandai
14
sesuai dengan peruntukannya. Menurut Soemarwoto (1975) diacu dalam Budianto
(1999) bahwa masalah kritis, erosi dan banjir merupakan masalah demografi yang
luas. Dilihat dari sudut ekologi, pertambahan penduduk telah melampaui daya
dukung lingkungan.
2.3 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Lahan
Pemanfaatan sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan bertujuan
untuk menghasilkan barang-barang pemuas kebutuhan manusia, dan dalam
penggunaannya pada umumnya tergantung pada kemampuan dan lokasi lahan
tersebut. Oleh karena itu lahan memiliki nilai ekonomi da n nilai pasar yang
berbeda -beda (Suparmoko 1997).
Nilai ekonomi pemanfaatan lahan digambarkan oleh suatu konsep dalam
teori ekonomi sumbe rdaya lahan yang disebut sebagai sewa lahan atau land rent. Menurut Ricardo diacu dalam Barlowe (1972), rente lahan dapat dibedakan
menjadi:
a) Sewa lahan sebagai pembayaran dari penyewaan kepada pemilik, dimana
pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu. Menurut
Ricardo nilai sewa lahan ini merupakan surplus yang selalu tetap (rent as an
unearned increment). Surplus yang selalu tetap dimaksudkan sebagai imbalan bagi pemilik tanah dimana tanahnya dibiarkan tidak berproduksi, artinya rente
adalah surplus yang selalu tetap atau mendapat hasil tanpa berusaha yang
semata-mata diperoleh, karena monopoli pemlikan lahan. Konsep sewa ini
sering juga disebut dengan contract rent.
b) Sewa lahan yang merupakan surplus sebagai hasil dari investasi (rent as return on investment). Surplus didefinisikan sebagai keuntungan usaha yakni kelebihan pendapatan di atas biaya produksi. Dalam pengertian ini, lahan
dipandang sebagai faktor produksi. Konsep sewa ini sering disebut sebagai
land rent. Kebanyakan investor, pemilik dan penggarap, menggunakan konsep land rent ini, sebagai nilai ekonomi pemanfaatan lahan (Barlowe 1972).
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Rustiadi (2003) juga menyampaikan
bahwa rente lahan (land rent) secara sederhana didefinisikan sebagai surplus ekonomi, yaitu pendapatan bersih atau benefit yang diterima suatu bidang lahan
R
N S
P L
lahan tersebut. Pendapatan bersih atau benefit ini berasal dari total pendapatan dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Peninjauan biaya
tergantung kepada yang melihatnya dan karena itu terbagi menjadi:
1) Analisis Finansial, yaitu peninjauan biaya yang dilihat dari segi pengelola
usaha.
2) Analisis Ekonomi, yaitu peninjauan biaya yang dilihat dari sudut pandang
masyarakat secara keseluruhan (sosial).
Suparmoko (1997), menunjukkan penggunaan nilai produk dan kurva
biaya untuk ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi, seperti yang tampak pada Gambar 3.
Sumber: Suparmoko (1997)
Gambar 3. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi
Konsep “
Land Rent
” yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah
Pembayaran Biaya Produksi
Berdasarkan Gambar 3, total nilai produksi yang dihasilkan digambarkan oleh
segi empat LNSP dengan total biaya dari variabel input yang ditujukkan oleh segi
empat MNSR dan menghasilkan land rent atau economic rent seluas LMRP. Surplus sebagai investasi memandang tanah sebagai faktor produksi. Surplus ekonomi sumberdaya lahan dapat dilihat dari surplus ekonomi karena kesuburan
tanahnya dan lokasi ekonomi, yang selanjutnya da pat diilustrasikan pada Gambar
4 dan 5.
Land Rent
Harga
M
MC AC
16
AC
X1 X2 X3
AC
X1 X2 X3
Sumber: Suparmok o (1997)
Gambar 4. Ilustrasi Perbedaan Kesuburan Tanah pada Besarnya Land Rent
Sumber: Suparmoko (1997)
Gambar 5. Perbedaan
Land Rent
dari Tiga Luas Tanah yang Berbeda
Kualitas Lokasi dan Jarak dari Pasar.
Gambar 4, menunjukkan rata -rata biaya produksi pada tanah A paling
rendah kemudian meningkat pada tanah B dan tanah C. Peningkatan rata -rata
biaya produksi per unit output ini disebabkan semakin menurunnya kelas kesuburan tanah, sehingga dengan biaya produksi total yang sama akan
menghasilkan output yang berbeda dimana output paling banyak pada tanah A, kemudian B dan C. Adanya perbedaan dalam besarnya rata-rata biaya produksi
Output Output
Output C1
P1
MC
AC
RP RP RP
MC
MC AC
Jumlah Output Jumlah Output Jumlah Output
Biaya Produksi Biaya Produksi Biaya Produksi
Land Rent
P1 P1=C3
C2
C1 P1
MC
AC
RP RP RP
MC MC
AC
Biaya Produksi Biaya Produksi Biaya Produksi
Land Rent
P2 P3
C2
C3
(A) (B) (C)
per unit. Tanah A menghasilkan land rent yang besar. Tanah B lebih kecil dan tanah C tidak menghasilkan land rent.
Gambar 5, menjelaskan adanya perbedaan kualitas lokasi menyebabkan
adanya perbedaan dalam land rent. Hal ini disebabkan dengan rata -rata biaya produksi per unit yang sama, harga output yang diterima produsen di pasar proporsional dengan harga jual output, sedangkan pada lokasi 250 km dari pasar harga yang diterima produsen lebih rendah dan untuk lokasi 500 km, harga tanah
lebih rendah la gi disebabkan adanya biaya transportasi. Adanya perbedaan harga
yang diterima produsen tersebut, land rent tertinggi adalah lokasi dekat pasar dan semakin menurun bila semakin jauh dari pasar. Northam (1975) mengatakan
bahwa penggunaan lahan yang paling tinggi adalah pada lokasi terdekat yang
mempunyai aksesibilitas maksimum dan pengguna lahan berkemampuan untuk
membayar rente yang paling besar. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang harus
dibayar dengan harga tinggi.
Pengaruh biaya transportasi kaitannya dengan perpindahan produk dari
berbagai lokasi ke pasar terhadap sewa lahan digambarkan pada Gambar 6. Dalam
gambar tersebut, dilukiskan bahwa semakin jauh jarak lokasi lahan dari pasar
akan menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi. Misalnya pada jarak 0
Km (tepat di pusat pasar), biaya transportasi nol dan biaya total sebesar OC pada
Gambar 6(a), dan pada jarak OK Km biaya total menjadi KT, karena biaya
transportasi meningkat menjadi UT. Kemudian jika harga barang yang diangkut
setinggi OP, maka pada jarak OK tidak lagi terdapat land rent, sedangkan pada jarak 0, besarnya land rent adalah CP. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa land rent mempunyai hubungan terbalik dengan jarak lokasi lahan dengan pasar seperti yang dilukiskan pada Gambar 6 (b).
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai land rent juga di sampaikan oleh beberapa orang dari hasil penelitiannya, diantaranya adalah Krause dan
Brorsen (1995). Dalam penelitiannya mengenai dampak dari resiko nilai sewa
lahan pada lahan pertanian mereka menyatakan bahwa sewa tanah adalah fungsi
dari penerimaan, biaya dan resiko. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
tingginya resiko penggunaan lahan akan mengakibatkan menurunnya nilai sewa
18
harga lahan, sewa lahan dan per ubahan teknologi menyatakan bahwa adopsi
teknologi di bidang pertanian mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai
sewa lahan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa harapan perolehan
keuntungan secara nyata akan dipengaruhi peningkatan harga lahan.
Sumber: Suparmoko (1997)
Gambar 6. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar terhadap Land Rent
2.4 Produktivitas
Suatu kegiatan yang mengolah atau mengubah suatu bentuk barang
menjadi bentuk yang lainnya, dikatakan sebagai kegiatan produksi. Barang-barang
yang digunakan untuk memperoduksi bentuk barang yang lain, disebut sebagai
input produksi sementara barang-barang yang dihasilkan dari proses produksi disebut output produksi, sehingga dalam kata lain produksi merupakan kegiatan mengubah input produksi menjadi output produksi. Hubungan antara input dan output dalam proses produksi menurut Soekartawi, 1990 disebut sebagai faktor relationship yang dapat dituliskan dalam notasi sederhana seperti dibawah ini:
) ,..., 3 , 2 , 1
(X X X Xn
f Y =
dimana Y dapat dikatakan sebagai output produksi yang nilainya dipengaruhi oleh
X, sementara X merupakan input produksi yang nilainya mempengaruhi nilai output yang dihasilkan dalam proses produksi. Kegiatan produksi bertujuan untuk
Jarak Ke Pasar (a)
Jarak Ke Pasar (b)
Land Rent
Land Rent
Biaya Transport
O C
K L M
U P
T
meningkatkan atau mengubah nilai barang sebagai pemenuhan kebutuhan
manusia. Yotopoulus dan Lawrence (1974) mengatakan bahwa produksi dapat
digambarkan sebagai upaya untuk memaksimalkan keuntungan dengan kendala
ketersediaan teknologi, sumberdaya yang dimiliki dan harga dari input variabel.
Dalam penelitian dan literatur, produktivitas sering diartikan sebagai
produksi yang dihasilkan persatuan luas dari suatu komoditas yang diusahakan
petani. Siregar (1993) dalam penelitiannya tentang model ekonomi respon
penawaran kelapa menyatakan bahwa nilai produktivitas merupakan fungsi dari
harga kopra, tingkat upah, tenaga kerja, tingkat suku bunga, dan trend teknologi.
Sementara Benu (1996) dalam penelitiannya mengenai struktur produksi dan
konsumsi pedagang beras, merumuskan produktivitas sebagai fungsi dari harga
gabah, harga pupuk, produktivitas tahun lalu, luas panen intensifikasi, luas areal
irigasi, curah hujan dan trend teknologi.
2.5 Biaya
Tohir (1982) menyatakan, bahwa biaya produksi perorangan adalah semua
pengeluaran dalam hal jasa-jasa, dan barang-barang yang dibutuhkan guna
melaksanakan usaha. Biaya dalam faktor produksi dapat dibedakan menjadi biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang berkenaan dengan
penggunaan aset tetap, biaya tetap bersifat tida k dipengaruhi oleh volume
produksi. Biaya variabel adalah biaya yang berkenaan dengan penggunaan input produksi yang besarnya dipengaruhi oleh volume produksi. Dalam membuat
keputusan-keputusan produksi, yang digunakan untuk memaksimumkan
keuntungan adalah jumlah input variabel, sehingga disebutkan juga bahwa biaya variabel adalah biaya karena adanya pertambahan input-input variabel. Biaya tersebut akan dibebankan hanya apabila produksi itu berlangsung, dan jumlah dari
biaya -biaya ini akan tergantung macam input yang digunakan. Biaya tetap
ditambah dengan biaya variabel adalah biaya total. Biaya total penting dalam
memperhitungkan keuntungan, karena keuntungan sama dengan penerimaan total
dikurangi dengan biaya total. Menurut Bishop dan Toussaint (1979), dalam jangka
panjang jika peneriman total tidak lebih besar dari biaya total, produsen tidak akan
20
Dalam ilmu ekonomi, pembedaan antara biaya tetap dengan biaya variabel
berhubungan dengan periode perencanaan seperti periode jangka pendek dan
periode jangka panjang. Jangka pendek berarti suatu periode waktu yang cukup
lama untuk memungkinkan perubahan-perubahan output yang diinginkan tanpa
mengubah luasnya pabrik atau lahan usaha. Jangka panjang pada umumnya
dipandang sebagai periode yang cukup lama bagi output untuk diubah dengan mengubah luasan pabrik atau lahan usaha ataupun dengan menggunakan lahan
yang sudah ada secara lebih intensif. Dalam jangka pendek, beberapa biaya adalah
tetap dan biaya lain dapat diubah-ubah. Dalam periode jangka panjang, semua
biaya menjadi biaya variabel, dimana biaya yang tadinya merupakan biaya tetap
dapat mempengaruhi keputusan-keputusan untuk menghentikan produksi atau
untuk mengubah tingkat output (Bishop dan Toussaint 1979).
2.6 Harga
Masalah sewa lahan (land rent) pada dasarnya adalah masalah perihal
harga. Harga didefinisikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur
dengan uang. Menurut Bishop dan Toussaint (1979), harga memberikan
rangsangan kepada para produsen untuk menghasilkan barang-barang yang
permintaannya sangat besar dan menggunakan sumber-sumber yang paling
banyak jumlahnya. Apabila harga beberapa barang meningkat para produsen
didorong untuk menghasilkan barang tersebut. Sistem penetuan harga
mengalokasikan sumber-sumber pada penggunaan yang paling banyak
permintaannya. Tujuan akhir dari seorang pengusaha adalah memperoleh
keuntungan. Oleh karena itu, produsen atau pengusaha tersebut harus mampu
menjual barang yang dihasilkan dengan harga yang lebih tinggi dari biaya yang
dikeluarkan.
Fungsi harga yang paling utama adalah untuk menghasilkan keseimbangan
antara permintaan dan penawaran. Apabila kenaikan harga tidak berhasil
meningkatkan output atau mengurangi permintaan, maka kenaikan harga dianggap berbahaya. Kebijaksanaan harga hendaknya ditujuka n pada fleksibilitas
mengendalikan permintaan, mengalokasikan kembali sumber-sumber produksi