• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur di Padang Bulan Medan Secara Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur di Padang Bulan Medan Secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR BESI (Fe)

PADA AIR SUMUR DI PADANG BULAN MEDAN

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

TUGAS AKHIR

OLEH:

LASMA IDA ROMATUA PASARIBU

NIM 122410070

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis

Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur di Padang Bulan Medan Secara Spektrofotometri

Serapan Atom”.

Tujuan penyusunan tugas akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan

Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun

berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Balai Riset Standardisasi (Baristand) Industri Medan.

Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis juga mendapat bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., sebagai wakil Dekan I Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., sebagai Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

4. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., sebagai Dosen Pembimbing Tugas

Akhir.

5. Ibu Khairunnisa, S.Si, M.Pharm, Ph.D., Apt., sebagai Dosen Pembimbing

(4)

6. Bapak Ir. Maruahal Situmorang, M.Si., sebagai Kepala dan seluruh staf

Baristand Industri Medan.

7. Bapak Martias, Kepala Laboratorium Instrumen dan sebagai Pembimbing

PKL di Baristand Industri Medan.

8. Sahabat-sahabat penulis, Sindyana, Delima, Exaudia, Resnika Citra,

Fatrikia dan Marshinta yang senantiasa memberi semangat dan bantuan,

beserta teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Diploma

III Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2012, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Dan untuk kedua orang tua penulis Bapak P. Pasaribu dan Ibu R.

Simarangkir, SE dan saudara kandung penulis Lamsehat Pasaribu dan Tio

Pasaribu terima kasih yang sebesar-besarnya untuk perhatian, dukungan dan

nasehat yang diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir

ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2015 Penulis,

(5)

ANALISIS KADAR BESI (Fe)

PADA AIR SUMUR DI PADANG BULAN MEDAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Abstrak

Defenisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah: masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Sampel yang digunakan adalah air sumur di Padang Bulan Medan. Analisis kuantitatif besi menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom dengan nyala udara-asetilen, dilakukan pada panjang gelombang 248,3 nm.

Hasil analisis yang dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom diperoleh kadar Besi (Fe) pada air sumur adalah 0,7206 mg/L dengan absorbansi rata-rata 0.0557. Hal ini menunjukkan bahwa kadar besi air sumur padang bulan memenuhi syarat baku mutu yang diperbolehkan dalam PERMENKES R.I No.416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990 tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air yaitu maksimum 1,0 mg/L.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan... 3

1.3Manfaat... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.1.1 Parameter Uji Kualitas Air ... 4

2.1.2 Pencemaran Air ... 6

2.2 Air Sumur atau Air Tanah... 8

2.2.1 Air Tanah Dangkal ... 8

2.2.2 Air Tanah Dalam ... 9

2.3 Besi (Fe) ... 12

(7)

2.3.2 Manfaat Zat Besi Sebagai Mikroelemen Tubuh ... 12

2.3.3 Absorpsi Besi ... 14

2.3.4 Defisiensi Besi ... 14

2.4 Penanggulangan Pencemaran Besi ... 15

2.5 Spektrofotometri Serapan Atom ... 16

2.5.1 Prinsip Spektrofotometri Serapan Atom ... 16

2.5.2 Bagian-Bagian Spektrofotometri Serapan Atom ... 17

BAB III METODE PENGUJIAN ... 20

3.4.2 Pembuatan Larutan Standar Fe ... 21

3.4.3 Pembuatan Kurva kalibrasi ... 22

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih ... 10

Tabel 2.2 DataAngka kecakupan gizi harian (RDA) ... 13

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data Hasil ... 29

2. Pembuatan Larutan Standar Fe ... 33

3. Perhitungan Kadar Logam ... 34

4. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) ... 34

(10)

ANALISIS KADAR BESI (Fe)

PADA AIR SUMUR DI PADANG BULAN MEDAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Abstrak

Defenisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah: masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Sampel yang digunakan adalah air sumur di Padang Bulan Medan. Analisis kuantitatif besi menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom dengan nyala udara-asetilen, dilakukan pada panjang gelombang 248,3 nm.

Hasil analisis yang dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom diperoleh kadar Besi (Fe) pada air sumur adalah 0,7206 mg/L dengan absorbansi rata-rata 0.0557. Hal ini menunjukkan bahwa kadar besi air sumur padang bulan memenuhi syarat baku mutu yang diperbolehkan dalam PERMENKES R.I No.416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990 tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air yaitu maksimum 1,0 mg/L.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua makhluk hidup ini memerlukan air, karena air merupakan

kebutuhan dasar bagi kehidupan. Khususnya manusia, air diperlukan untuk

berbagai keperluan, antara lain rumah tangga, industri, pertanian dan sebagainya.

Dalam memenuhi kebutuhan air, manusia selalu memperhatikan kualitas dan

kuantitas air. Kualitas yang cukup diperoleh dengan mudah karena adanya siklus

hidrologi, yakni siklus ilmiah yang mengatur dan memungkinkan tersedianya air

permukaan dan air tanah. Namun demikian, pertambahan penduduk dan kegiatan

manusia menyebabkan pencemaran sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi

persyaratan tertentu sulit diperoleh (Sutrisno, 1987).

Dalam hal ini masalah pencemaran air dapat diidentifikasikan melalui

beberapa cara, antara lain dengan pengamatan tidak langsung dan langsung.

Adapun yang dimaksudkan dengan pengaamatan tidak langsung melalui keluhan

penduduk pemakai air leding berbau bahan kimia. Sebagian lainnya menyaksikan

kematian ikan di perairan yang mereka gunakan untuk keperluan rumah tangga.

Sedangkan pengamatan langsung melalui indera untuk mengidentifikasi bau

busuk, rasa tidak enak, kekeruhan, perlumbuhan algae dan rumput, dan kematian

ikan (Sutrisno, 1987).

Polutan logam mencemari lingkungan, baik di lingkungan udara, air dan

(12)

lain siklus alamiah sehingga bebatuan gunung berapi bisa memberikan kontribusi

ke lingkungan udara, air dan tanah. Kegiatan manusia yang bisa menambah

polutan bagi lingkungan berupa kegiatan industri, pertambangan, pembakaran

bahan bakar, serta kegiatan domestik lain yang mampu meningkatkan kandungan

logam di lingkungan udara, air dan tanah (Widowati, 2008).

Spektrofotometri Serapan Atom digunakan untuk analisis kuantitatif

unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit

(ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu

sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel

tersebut. Cara ini cocok untuk analisis logam kelumit logam karena mempunyai

kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif

sederhana dan interferensinya sedikit. Spektrofotometri serapan atom didasarkan

pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap

biasanya sinar tampak atau ultraviolet (Rohman, 2007).

Fe dalam tubuh makhluk hidup berperan penting dalam sel darah merah.

Besi dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe di

dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbs. Tubuh manusia tidak dapat

mengekspresikan Fe, karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah

warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe (Slamet, 2009).

Penyakit karena Fe adalah anemia atau kekurangan sel darah merah.

Penyakit anemia terjadi karena konsumsi zat besi pada tubuh tidak seimbang atau

kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial

(13)

hemoglobin (Hb). Kadar besi yang berlebihan dalam tubuh manusia dapat

merusak dinding usus, keracunan dimana terjadi muntah, penuaan dini, mudah

marah, gusi berdarah, kanker dan sering mengakibatkan kematian (Slamet, 2009).

Berdasarkan hal diatas, maka perlu dilakukan analisis kadar logam berat

pada air sumur di Padang Bulan Medan. Sehingga penulis memilih judul tentang

Analisis Besi (Fe) Pada Air Sumur di Padang Bulan Medan Secara Spektrofotometri Serapan Atom ”.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari analisis kadar besi (Fe) pada air sumur dengan metode

Spektrofotometri Serapan Atom adalah untuk mengetahui apakah kadar besi (Fe)

pada air sumur yang terdapat di Padang Bulan Medan memenuhi persyaratan

kadar besi (Fe) yang ditetapkan dalam PERMENKES R.I No.416/ MENKES/

PER/ IX/ 1990.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari analisis kadar besi (Fe) pada air sumur

dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom adalah agar dapat mengetahui

bahwa air sumur yang terdapat di Padang Bulan Medan memenuhi persyaratan

kadar besi (Fe) yang ditetapkan dalam PERMENKES R.I No.416/ MENKES/

PER/ IX/ 1990 sehingga air sumur tersebut layak untuk dikonsumsi oleh

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak

akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang

dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi),

membersihkan ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman

sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya (Achmad, 2004).

Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan

proses ekskresi. Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun

hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air. Transportasi

zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air.

Juga hara-hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk

larutannya. Oleh karena itu kehidupan ini tidak mungkin dapat dipertahankan

tanpa air (Achmad, 2004).

2.1.1 Parameter Uji Kualitas Air

Untuk mengetahui apakah suatu perairan tercemar atau tidak, diperlukan

serangkaian tahap pengujian untuk menentukan tingkat pencemaran tersebut.

Beberapa parameter uji yang umumnya harus diketahui, yaitu:

(15)

Umumnya air yang normal memiliki pH sekitar netral, berkisar antara 6

hingga 8. Air limbah atau air yang tercemar memiliki pH sangat asam atau

pH cenderung basa, tergantung dari jenis limbah dan komponen

pencemarnya.

b. Suhu

Kenaikan suhu air tersebut akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut

di dalam air dan meningkatnya kecepatan reaksi kimia. Naiknya suhu air

yang relatif tinggi sering kali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan

hewan air lainnya ke permukaan air untuk mencari oksigen.

c. Warna, rasa dan bau

Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak

berbau. Air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya

polusi di suatu perairan. Rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. Bau

air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton,

tumbuhan air dan hewan air, baik yang masih hidup maupun yang mati.

d. Kehadiran mikroba pencemar

Dari sekian banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau merugikan

manusia, ada beberapa jenis mikroba yang sangat tidak dikehendaki

kehadirannya karena mikroba tersebut berasal dari kotoran manusia dan

hewan berdarah panas lainnya. Mikroba tersebut dapat berperan sebagai

(16)

e. Kandungan logam berat

Logam berat (heavy metals) atau logam toksik (toxic metals) adalah

terminologi yang umumnya digunakan untuk menjelaskan sekelompok

elemen-elemen logam yang kebanyakan tergolong berbahaya bila masuk ke

dalam tubuh makhluk hidup. Logam berat yang terdapat baik di lingkungan

maupun di dalam tubuh manusia dalam konsentrasi yang sangat rendah

disebut juga sebagai trace metals. Trace metals seperti kadmium (Cd),

Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg) mempunyai berat jenis sedikitnya 5 kali lebih

besar daripada air (Nugroho, 2006).

2.1.2 Pencemaran Air

Defenisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988

Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah: masuk atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau

berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi

kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (pasal 1).

Dalam pasal 2, air pada sumber air menurut kegunaan/ peruntukkannya

digolongkan menjadi:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

(17)

2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah

sebagai air minum dan keperluan rumah tangga

3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan

4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian,

dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara

(Achmad, 2004).

Menurut defenisi pencemaran air tersebut diatas bila suatu sumber air yang

termasuk dalam kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk

kemudian mengalami pencemaran dalam bentuk rembesan limbah cair dari suatu

industri maka kategori sumur tadi bukan golongan A lagi, tapi sudah turun

menjadi golongan B karena air tadi sudah tidak dapat digunakan langsung sebagai

air minum tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian air sumur

tersebut menjadi kurang/ tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya

(Achmad, 2004).

Untuk mengukur tercemar atau tidaknya suatu perairan banyak cara dapat

dilakukan. Untuk suatu perairan lepas pantai, persyaratan yang dibutuhkan

setidak-tidaknya:

1. Dengan mengukur ada tidaknya zat-zat nutrient (N dan P) yakni zat-zat yang

diperlukan untuk satu proses pertumbuhan kehidupan

2. Dengan melihat kelarutan zat asam dalam air. Seperti diketahui zat ini

dibutuhkan sekali untuk kehidupan

(18)

4. Air tersebut harus bebas dari zat-zat yang bersifat racun bagi kehidupan

5. Kekeruhan air (turbiditas) harus sedemikian rupa, sehingga sinar matahari

masih dapat menembusnya yang penting untuk proses fotosintesis

6. Air harus mempunyai karakteristik, sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

kebutuhan untuk hidup misalnya dari segi suhu, keasaman, gerakan-gerakan

air dan sebagainya (Azwar, 1979).

2.2 Air Sumur atau Air Tanah

Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk

yang tinggal di daerah pedesaan maupun diperkotaan Indonesia. Secara teknis

sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

2.2.1 Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur

akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan

jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut)

karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk

masing-masing lapisan tanah. Lapis tanah disini berfungsi sebagai saringan. Di

samping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung terutama pada

muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air

akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan

untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal (Sutrisno,1987).

(19)

1. Sumur harus diberi tembok rapat air 3 m dari permukaan tanah, agar

pengotoran oleh air permukaan dapat dihindarkan

2. Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1-1,5 m untuk mencegah

terjadinya pengotoran dari luar

3. Pada lantai (sekelilingnya) harus diberi saluran pembuangan air kotor, agar

air kotor dapat tersalurkan dan tidak akan mengotori sumur ini

4. Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa ke luar

5. Pada bibir sumur, hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 meter

Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15 meter. Sebagai sumur air

minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Kuantitas

kurang cukup dan tergantung pada musim (Sutrisno, 1987).

Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali

terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK)

sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu sekali diperhatikan (Chandra, 2006).

2.2.2 Air Tanah Dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah

dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor

dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya

antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air (Sutrisno, 1987).

Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan

(20)

luar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk membantu pengeluaran

air tanah dalam ini (Sutrisno, 1987).

Pada umumnya kualitas air tanah dalam lebih baik dari air dangkal, karena

penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur

kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur,

maka air itu akab menjadi sadah karena mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2

(Sutrisno, 1987).

Kesadahan pada air ini menyebabkan air mengandung zat-zat mineral

dalam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain: kalsium, magnesium, dan

logam berat seperti Fe dan Mn. Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah

untuk mencuci, sabun yang akan kita gunakan tidak akan berbusa dan bila

diendapkan akan terbentuk endapan semacam kerak (Chandra, 2006).

(21)
(22)

2.3 Besi (Fe)

2.3.1 Karakterisitik Besi (Fe)

Besi (Fe) merupakan logam transisi dan memiliki nomor atom 26.

Bilangan oksidasi Fe adalah +3 dan +2. Fe memiliki berat atom 55,845 g/mol,

titik leleh 1.5380C, dan titik didih 2.8610C. Fe menempati urutan sepuluh besar

sebagai unsure di bumi. Fe menyusun 5-5,6% dari kerak bumi dan menyusun 35%

dari masa bumi. Fe menempati berbagai lapisan bumi. Konsentrasi tertinggi

terdapat pada lapisan dalam dari inti bumi dan sejumlah kecil terdapat di lapisan

terluar kerak bumi. Beberapa tempat di bumi bisa mengandung Fe mengandung

70% (Widowati, 2008).

2.3.2 Manfaat Zat Besi Sebagai Mikroelemen Tubuh

Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam

tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia

dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh: sebagai alat

angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektrolit di

dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan

tubuh. Walaupun terdapat luas di dalam makanan banyak penduduk dunia

mengalami kekurangan besi termasuk di Indonesia. Kekurangan besi sejak tiga

puluh tahun terakhir diakui berpengaruh terhadap produktivitas kerja, penampilan

(23)

Angka kecakupan gizi harian (RDA): RDA untuk besi didasarkan pada

pencegahan defisiensi besi dan pemeliharaan kecukupan simpanan besi yang

memadai pada individu-individu yang mengonsumsi diet campuran.

Tabel 2.2 Angka Kecakupan Gizi Harian

Wanita (mg/ hari) Pria (mg/ hari) 19 tahun dan lebih 18 8

Kehamilan 27 -

Menyusui 9 -

(Grober, 2006).

Adanya unsur-unsur besi dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

tubuh akan unsur tersebut. Zat besi merupakan suatu unsur yang penting dan

berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-35

mg unsur tersebut perhari, yang tidak hanya diperolehnya dari air. Konsentrasi

unsur ini dalam air yang melebihi ± 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada

peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat pula

menimbulkan bau dan warna pada air minum dan warna koloid pada air

(Sutrisno,1987).

Selain itu, konsentrasi yang lebih besar dari 1 mg/l dapat menyebabkan

warna air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa yang tidak enak pada

minuman, kecuali dapat membentuk endapan pada pipa-pipa logam dan bahan

cucian. Dalam jumlah kecil, unsur ini diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-sel

darah merah (Sutrisno,1987).

Atas dasar pertimbangan tersebut diatas, maka ditetapkanlah standar

konsentrasi maksimum besi dalam air minum oleh Dep.Kes.R.I sebesar 0,1-1,0

(24)

2.3.3 Absorpsi Besi

Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi, di

dalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik seperti protein. Sebagian

besar besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam

suasana asam di dalam lambung dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat

di dalam makanan (Almatsier, 2004).

Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum) dengan

bantuan alat angkut-protein khusus. Ada dua jenis alat angkut-protein di dalam sel

mukosa usus halus yang membantu penyerapan besi yaitu transferin dan feritin.

Transferin, protein yang disintesis di dalam hati, terdapat dalam dua bentuk.

Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna ke dalam sel mukosa dan

memindahkannya ke transferin reseptor yang ada di dalam mukosa. Transferin

mukosa kemudian kembali ke rongga saluran cerna untuk mengikat besi lain,

sedangkan transferin reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan

tubuh (Almatsier, 2004).

2.3.4 Defisiensi Besi

Kasus defisiensi Fe ini merupakan faktor yang disebabkan oleh malnutrisi,

hambatan absorpsi, pendarahan, dan hamil yang berulang kali. Karena tubuh

sangat efisien dalam menyimpan Fe, diet yang sangat rendah Fe jarang

menyebabkan defisiensi Fe. Dua penyebab kasus defisiensi pada orang dewasa

adalah kehilangan darah yang berat pada penderita tumor saluran pencernaan dan

(25)

Anemia karena defisiensi Fe juga banyak ditemukan pada anak dan bayi,

disamping itu defisiensi Fe disebabkan oleh penyakit parasit dan penurunan daya

absorbs Fe ini juga menimbulkan gejala anemia. Gejala klinis dari anemia karena

defisiensi Fe ialah: sulit bernafas waktu berolah raga, kepala pusing, diare,

penurunan nafsu makan, selaput lendir kelihatan pucat karena penurunan sirkulasi

hemoglobin, kuku menjadi pucat dan tipis, berkerut, kasar, serta tersa dingin pada

tangan dan kaki (Darmono, 1995).

2.4 Penanggulangan Pencemaran Besi (Fe)

Salah satu cara penurunan kadar Fe dalam air adalah menggunakan

saringan pasir aktif. Daya kerja saringan pasir aktif tersebut diantaranya

dipengaruhi oleh jenis pasir dan ketebalan lapisan pasir. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada air sumur dengan memilki kadar Fe 3,0 µg/L, suhu

24,50C dan pH sebesar 7,5 setelah disaring dengan saringan pasir aktif (kali dan

kuarsa) (Widowati, 2008).

Penanggulangan pencemaran logam berat bisa dilakukan dengan

menaikkan pH sehingga medium air berubah menjadi oksida yang mudah

menguap. Besi dalam air tanah bisa berbentuk Fe (II) dan Fe (III) terlarut. Fe (II)

terlarut dapat bergabung dengan zat organik dan membentuk senyawa kompleks

yang sulit dihilangkan dengan aerasi biasa. Salah satu teknologi alternatif untuk

menghilangkan besi tersebut adalah menggunakan Advanced Oxidation Processes

(AOPs). AOPs merupakan oksidasi secara kimiawi menggunakan H2O2 sebagai

(26)

2.5 Spektrofotometri Serapan Atom

Absorpsi dan emisi enersi radiasi oleh atom unsur memungkinkan untuk

melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif unsur tersebut. Pada spektroskopi

emisi nyala atom unsur yang potensial eksitasinya rendah dapat dieksitasi dalam

nyala api dan pada waktu kembali ke tingkat dasarnya, mengemisikan radiasi

panjang gelombang unsur yang khas. Pada spektroskopi absorpsi atom, emisi

radiasi unsur tertentu dalam lampu katoda berongga (hollow cathode) diabsorpsi

oleh atom netral unsur yang sama dalam nyala api untuk transisi elekton

valensinya ke tingkat tereksitasi elektron lebih tinggi (Satiadarma, 2004).

2.5.1 Prinsip Spektrofotometri Serapan Atom

Cara kerja mesin ini berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian

logam yang terkandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut

mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda

(hallow cathode lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya

penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut

jenis logamnya (Darmono, 1995).

Metode Spektrofotometri Serapan Atom mendasarkan pada prinsip

absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang

gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang

gelombang ini mempunyai cukup energy untuk mengubah tingkat elektronik suatu

(27)

suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada

keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi (Rohman, 2007).

2.5.2 Bagian-Bagian Spektrofotometri Serapan Atom

Sistem peralatan spektrofotometri serapan atom adalah sebagai berikut

1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga

(hallow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang

mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder

berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu.

(Rohman, 2007).

Salah satu kelemahan penggunaan lampu katoda berongga adalah satu

lampu digunakan untuk satu unsur, akan tetapi saat ini telah banyak

dijumpai suatu lampu katoda berongga kombinasi, yakni satu lampu

dilapisi dengan beberapa unsur sehingga dapat digunakan untuk analisis

beberapa unsur sekaligus (Rohman, 2007).

2. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang

akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih

dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan

untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala

(flame) dan dengan tanpa nyala (flameless).

(28)

Dalam analisis logam dengan menggunakan sistem ini, sampel

diatomisasi pada alat atomizer melalui nyala api dengan bahan bakar

asetilen murni. Biasanya logam yang dianalisis dengan flame adalah

Ca, Cd, Cu, Cr dan sebagainya yang dikelompokkan dalam logam

normal (Darmono, 1995).

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan

atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk

atomisasi. Pada cara spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi

untuk mengeksitasikan atom dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih

tinggi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas

yang digunakan, misalnya untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira

sebesar 18000C; gas alam-udara: 17000C; asetilen-udara: 22000C; dan

gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 30000C (Rohman, 2007).

Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah campuran asetilen

sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi.

Propana-udara dipilih untuk logam-logam alkali karena suhu nyala yang lebih

rendah akan mengurangi banyaknya ionisasi. Nyala hydrogen-udara

lebih jernih daripada nyala asetilen-udara dalam daerah UV (di bawah

220 nm), dan juga karena sifatnya yang mereduksi maka nyala ini

sesuai untuk penetapan arsenik dan selenium (Rohman, 2007).

b. Tanpa nyala (Flameless)

Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal

(29)

proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu, muncullah suatu

teknik atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman

dapat dilakukan dalam tungku dari grafit seperti tungku yang

dikembangkan oleh Masmann (Rohman, 2007).

3. Monokromator

Pada Spektrofotometri Serapan Atom, monokromator dimaksudkan

untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan

dalam analisis (Rohman, 2007).

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui

tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton. Ada

2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu:

a. Yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi

kontinyu

b. Yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi

5. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan

sebagai sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu

alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbs.

Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu

recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman,

(30)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian Analisis Kadar Besi (Fe) pada Air Sumur Padang Bulan Medan

Secara Spektrofotometri Serapan Atom dilakukan di Balai Riset dan

Standardisasi (Baristand) Industri Medan yang berada di Jalan Sisingamangaraja

No.24 Medan.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah beaker glass, buret, corong, erlenmeyer,

labu tentukur 50 ml, labu tentukur 100 ml, lampu katoda berongga Fe, penangas

air, pipet takar 5 ml, pipet takar 50 ml, klem dan statif, Spektrofotometri Serapan

Atom (SSA) Shimadzu AA-7000.

3.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah air sumur Padang Bulan Medan, aquabides

steril, aquabidest asam (aquabidest 1 L: HNO3(p) 1,5 ml), gas Asetilen (C2H2),

(31)

3.4 Prosedur

3.4.1 Pembuatan Pereaksi

− Larutan Pengencer Aquabidest Asam

Di dalam 1000 ml aquabidest steril di tambahkan 1,5 ml HNO3(p) dikocok

hingga homogen (SNI, 2009).

3.4.2 Pembuatan Larutan Standar Fe

- Sediakan larutan Fe dengan konsentrasi 1000 ppm

- Diambil 10 ml dimasukkan ke dalam labu 100 ml, encerkan dengan

aquabidest asam sampai garis tanda lalu homogenkan (100 ppm)

- Diambil yang dari 100 ppm sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu

100 ml, encerkan dengan aquabidest asam sampai garis tanda lalu

homogenkan (10 ppm)

- Dipipet 5 ml dari konsentrasi 10 ppm dimasukkan ke dalam labu 50 ml,

encerkan dengan aquabidest asam sampai garis tanda lalu homogenkan (1

ppm)

- Diukur sebanyak 4 ml menggunakan buret dari konsentrasi 10 ppm

dimasukkan ke dalam labu 50 ml, encerkan dengan aquabidest asam

sampai garis tanda lalu homogenkan (0,8 ppm)

- Diukur sebanyak 3 ml menggunakan buret dari konsentrasi 10 ppm

dimasukkan ke dalam labu 50 ml, encerkan dengan aquabidest asam

(32)

- Diukur sebanyak 2 ml menggunakan buret dari konsentrasi 10 ppm

dimasukkan ke dalam labu 50 ml, encerkan dengan aquabidest asam

sampai garis tanda lalu homogenkan (0,4 ppm)

- Dipipet sebanyak 10 ml dari konsentrasi 1 ppm dimasukkan ke labu 50 ml,

encerkan dengan aquabidest asam sampai garis tanda lalu homogenkan

(0,2 ppm) (SNI, 2009).

3.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi

− Operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat

untuk pengukuran besi

− Aspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-nyala kemudian atur serapan

hingga nol

− Aspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA-nya, lalu ukur

serapannya pada panjang gelombang 248,3 nm, kemudian catat

− Lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer

− Buat kurva kalibrasi dan tentukan persamaan garis lurusnya (SNI, 2009).

3.4.4 Preparasi Sampel Air sumur

− Dipipet sampel air sumur sebanyak 100 ml dimasukkan kedalam beaker

glass

− Ditambahkan larutan HNO3(p) sebanyak 5 ml

− Dipanaskan di atas penangas air sampai volumenya ± 10 ml

(33)

− Dibilas beaker glass tersebut dengan menggunakan larutan aquadest asam

− Ditera dengan larutan aquadest asam sampai garis tanda, di homogenkan

− Disaring menggunakan kertas Whatmann No.42 dimasukkan ke dalam

erlenmeyer

− Aspirasikan contoh uji (sampel) tersebut ke dalam SSA-nyala lalu ukur

(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari analisis yang telah dilakukan dengan tiga kali pembacaan diperoleh

hasil kadar besi (Fe) pada air sumur secara Spektrofotometri Serapan Atom

dengan panjang gelombang 248,3 nm adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kadar Besi dalam Sampel

Sampel Absorbansi Konsentrasi

(mg/L) Keterangan

Air Sumur 1 0,0560 0,7248 mg/L Memenuhi Baku Mutu Air Sumur 2 0,0554 0,7164 mg/L Memenuhi Baku Mutu Air Sumur 3 0,0557 0,7206 mg/L Memenuhi Baku Mutu Rata-rata 0,0557 0,7206 mg/L Memenuhi Baku Mutu Keterangan: Faktor Pengenceran 100

4.2 Pembahasan

Penentuan kadar besi (Fe) pada air sumur dilakukan secara

Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang yang memberikan

absorbansi maksimum, yaitu 248,3 nm. Pengambilan sampel dilakukan pada satu

rumah di Padang Bulan Medan tepatnya di Jln. Pijar Podi No.31 Medan. Sumur

yang akan diperiksa merupakan sumur gali yang menggunakan alat bantu pompa.

Air sumur yang diperiksa diambil sebanyak 100 ml.

Kadar besi dalam sampel diperoleh dari persamaan regresi kurva kalibrasi

larutan baku. Agar konsentrasi logam besi berada pada rentang kurva kalibrasi

(35)

menggunakan faktor pengenceran sebesar 100 kali. Dari data yang diperoleh

didapatkan kadar Besi (Fe) pada air sumur adalah 0,7206 mg/L dengan absorbansi

rata-rata 0,0557.

Menurut PERMENKES R.I No.416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990 kadar

maksimum Besi (Fe) pada air sumur yang diperbolehkan adalah 1,0 mg/L. Jadi,

dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa air sumur Padang Bulan

Medan memenuhi persyaratan baku mutu yaitu berada dibawah 1,0 mg/L.

Adanya unsur-unsur besi dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

tubuh akan unsur tersebut. Zat besi merupakan suatu unsur yang penting dan

berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-35

mg unsur tersebut perhari, yang tidak hanya diperolehnya dari air. Konsentrasi

unsur ini dalam air yang melebihi ± 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada

peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat pula

menimbulkan bau dan warna pada air minum dan warna koloid pada air

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa sampel air sumur yang telah diperiksa didapatkan kadar

besi yaitu 0,7206 mg/L dengan absorbansi rata-rata 0,0557. Sehingga kadar Besi

(Fe) dalam air sumur di Padang Bulan Medan memenuhi syarat baku mutu yang

layak digunakan masyarakat sebagai air bersih. Karena kadar tersebut tidak

melebihi batas maksimum yang diperbolehkan sesuai PERMENKES R.I No.416/

MENKES/ PER/ IX/ 1990 dimana kadar maksimum yang diperbolehkan sebesar

1,0 mg/L.

5.2 Saran

Untuk meningkatkan analisa dan kinerja di Laboratorium Balai Riset dan

Standardisasi (BARISTAND) Industri Medan diharapkan tidak hanya

menggunakan alat Spektrofotometri Serapan Atom dalam menganalisa unsur

logam dalam sampel (air sumur) tetapi dapat menggunakan alat lain misalnya:

Kolorimetri dan Spektrofotometri Uv-Vis agar hasil dapat dibandingkan satu sama

(37)
(38)
(39)
(40)
(41)

LAMPIRAN

(42)

V1 = 2 ml

− 0,2 ppm dari 1 ppm V1.N1 = V2.N2

V1.1 = 50. 0,2

V1 = 10 ml

Perhitungan Kadar Logam

Kadar logam = ��������� ����

Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r)

(43)
(44)

Persamaan Regresi Garis = ax + b

Y = 0,71650x + 0,0040700

�= Σ�� −(Σ� × Σ�)/�

�(Σ�2−(Σ�)2/) (Σ�2−(Σ�)2/

= 0,16984− (3 x 0,2353)/5

�2,2 – (3)2 / 5 (0,01313047 – (0,2353)2 /5

= 0,16984−0,14118

�(0,4) (0,002057252)

= 0,02866

√0,0008229

(45)

LAMPIRAN GAMBAR

SSA Shimadzu AA-7000 Larutan Akuades + HNO3(pa)

Larutan Akuades Asam Larutan Baku Fe

(46)

Penangas Air Labu Ukur

Buret Pipet Ukur

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih Menurut PERMENKES
Tabel 2.2 Angka Kecakupan Gizi Harian
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kadar Besi dalam Sampel

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS KADAR LOGAM KADMIUM (Cd), KROMIUM (Cr), TIMBAL (Pb), DAN BESI (Fe) PADA HEWAN UNDUR-UNDUR DARAT (Myrmeleon Sp.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN..

Kadar zink (Zn) yang diperoleh pada ketiga sumur gali di Pancur Batu dimana pada sumur I diperoleh kadar rata – ratanya 0,0596 mg/L, pada sumur II diperoleh kadar rata -

PENETAPAN KADAR BESI, KALSIUM, MAGNESIUM, DAN SENG DALAM BUAH OYONG (Luffa acutangula (L.) Roxb) SEGAR DAN DIREBUS SECARA SPEKTROFOTOMETRI..

PENENTUAN KADAR MINERAL KALSIUM DAN BESI PADA DAUN UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) SECARA.. SPEKTROFOTOMETRI

Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk menentukan kadar zat besi dalam air susu ibu dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom

Metode penelitian ini dengan analisis logam Fe dengan Spektrofotometer Serapan Atom dilakukan melalui proses penyerapan energy radiasi oleh atom-atom yang

Telah dilakukan penelitian analisis besi dan aluminium dalam tanah lempung secara spektrofotometri serapan atom.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan besi

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan penentuan kadar tembaga (Cu) dalam sampel air sumur dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah sampel air sumur, HNO