• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK JAKARTA

T E S I S

Oleh

DIAN WASKITO

077017001/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK JAKARTA

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIAN WASKITO

077017001/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA

Nama Mahasiswa : Dian Waskito Nomor Pokok : 077017001 Program Studi : Ilmu Akuntansi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

( Dr. Agusni Pasaribu, MBA. Ak.) ( Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac.)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B., M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 12 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak

Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac.

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu yang berkelanjutan, karena hasil penelitian sebelumnya yang mencoba menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri masih belum memberikan keseragaman kesimpulan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan menganai fakta empiris atas faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 sampai dengan 2007. Penelitian ini menganalisis 5 (lima) faktor yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 sampai dengan 2007, diantaranya Basic Earning Power, Debt to Equity Ratio, Plowback Ratio, Interest and Tax Rate, dan Return on Investment.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari Tahun 2005-2007, yaitu sebanyak 109 perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan atas kriteria tertentu (purposive sampling), selanjutnya sampel yang memenuhi kriteria yang ditentukan berjumlah 78 perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder gabungan antara data time series dan cross sectional. Analisis data digunakan dengan pendekatan regresi linier berganda pada tingkat signifikansi 5%.

Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate dan return on investment berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 sampai dengan 2007 dan secara parsial hanya variabel plowback ratio yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 sampai dengan 2007, sedangkan basic earning power dan return on investment berpengaruh positif tidak signifikan, variabel debt to equity ratio, dan

interest and tax rate berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 sampai dengan 2007.

(6)

ABSTRACT

This research is replica of research from previous some researches that continuously, because the previous some researches that to try to analyze the factors that equity growth affected gave the contradictive results. This research meaning to get fact clearly of fact in empirically about the factors that growth equity affected of manufacture firm’s in Bursa Efek Jakarta at years 2005 until 2007. In this research used 5 (five) factors that affecting of the equity growth manufacture firm’s in Bursa Efek Jakarta at years 2005 until 2007, like that : Basic Earning Power, Debt to Equity Ratio, Plowback Ratio, Interest and Tax Rate and Return on Investment.

The population in this research are manufacture firm’s in Bursa Efek Jakarta at years 2005 until 2007, there are 109 firms. The sample in this research taken base of purposive sampling, and then got 78 firms as sample in this research. Kind of data in this research is secondary data that has time series and cross sectional dimension. The data analyzed with multiple regression approach at 5% as level of significance.

From analysis that done to indicate that simultaneously basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate and return on investment give the positive influential and significant to equity growth of manufacture firm’s in Bursa Efek Jakarta at years 2005 until 2007 and in partially only plowback ratio that give positive influential and significant to equity growth of manufacture firm’s in Bursa Efek Jakarta at years 2005 until 2007.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas, penulis menyampaikan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, oleh karena dorongan rahmat, kurnia dan ridhoNya yang berkelimpahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Dalam menyelesaikan usulan tesis ini tentu saja penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan, kendala-kendala dan hambatan-hambatan, akan tetapi berkat bantuan, bimbingan, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak lainnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH, Sp. A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan Sekolah Pascasarjana.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc,, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak., selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembanding Utama yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

4. Bapak Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak., selaku Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac., selaku Anggota Komisi Dosen Pembimbing yang yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak, selaku Anggota Komisi Dosen

(8)

7. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si. Ak., selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

8. Kedua orangtua penulis, H. Warjono dan Hj. Sulamdari yang saya hormati, Istri tercinta Lilia Widayanti beserta anak – anak tersayang : Ayu, Divanza dan Sinar (alm) yang telah memberikan segala cinta dan perhatiannya yang begitu besar, sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan cita – cita dan harapan keluarga.

9. Rekan – rekan mahasiswa satu almamater di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang tidak mungkin penulis sebut namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa/i.

Medan, Desember 2008

Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

N a m a : DIAN WASKITO

Tempat/Tgl Lahir : Tegal, 10 Juli 1970

Jenis Kelamin : Laki – laki

Agama : Islam

Alamat : Komplek Bumi Asri Blok B No. 195

Medan

Telepon : 08126070770

Pendidikan

Tahun 2007 – 2008 : S2- Program Pascasarjana Magister Akuntansi

Universitas Sumatera Utara, Medan

Tahun 1999 – 2001 : D-IV Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN),

Jakarta

Tahun 1989 – 1993 : D-III Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN),

Jakarta

Tahun 1986 – 1989 : SMA Negeri Balapulang, Tegal

Tahun 1983 – 1986 : SMP Negeri 3 Madiun

Tahun 1977 – 1983 : SD Negeri Kartoharjo, Madiun

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil di Departemen Keuangan

(10)

DAFTAR ISI

1.5. Originalitas Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

(11)

4.3. Variabel Penelitian ... 38

4.4. Variabel Operasional Penelitian ... 38

4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

4.6. Teknik Pengumpulan Data ... 42

4.7. Uji Asumsi Klasik ... 42

4.8. Model Analisis Data ... 45

4.9. Pengujian Hipótesis ... 45

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

5.1. Hasil Penelitian ... 48

5.1.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 48

5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 55

5.1.3. Model Analisis Data ... 57

5.1.4. Pengujian Hipotesis ... 60

5.2. Pembahasan ... 62

BAB VI : KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ... 66

6.1...K esimpulan ... 66

6.2...K eterbatasan Penelitian ... 67

6.3...S aran ... 68

(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

4.1. Pengambilan Sampel Berdasarkan Purposive Sampling... 38

4.2. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 39

5.1. Statistik Deskriptif Basic Earning Power (BEP) ... 48

5.2. Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio ... 49

5.3. Statistik Deskriptif Plowback Ratio... 50

5.4. Statistik Deskriptif Interest and Tax Rate ... 51

5.5. Statistik Deskriptif Return on Investment... 53

5.6. Statistik Deskriptif Pertumbuhan Modal Sendiri ... 54

5.7. Hasil Uji Multikolinearitas ... 55

5.8. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 56

5.9. Hasil Uji Normalitas ... 57

5.10. Hasil Uji Hipotesis ... 58

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Struktur Aktiva dalam hubungannya dengan Struktur dan Komposisi

Sumber Permodalan ... 13

2.2. Hubungan antara Debt to Equity Ratio dengan Pertumbuhan Modal. 24 3.1. Diagram Kerangka Konseptual... 34

4.1. Diagram Durbin – Watson ... 43

5.1. Hasil Uji Autokorelasi ... 55

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Sampel Penelitian ... 72

2. Pengumpulan Data ... 74

3. Tabulasi Data ... 92

4. Deskriptives Analysis ... 96

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Efisiensi di bidang keuangan memberikan pengaruh pada operasi perusahaan,

sehingga akan meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi investasi yang pada

akhirnya akan dapat meningkatkan laba perusahaan. Dengan menghasilkan laba,

perusahaan dapat mempertahankan pertumbuhan perusahaannya sehingga dapat

bersaing dengan perusahaan lain karena laba tersebut dapat ditanam kembali dan

digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhannya.

Bagi investor, pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu hal yang menjadi

pertimbangan penting karena dengan melihat pertumbuhannya, investor dapat

memperkirakan prospek perusahaan tersebut di masa mendatang dalam menghasilkan

laba.

Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan

melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan

yang disebabkan oleh aspek pemasaran perusahaan. Pengukuran yang lain adalah

dengan melihat pertumbuhan laba operasi perusahaan. Dengan melakukan pengukuran

pertumbuhan laba operasi perusahaan, kita dapat melihat aspek pemasaran perusahaan,

dan efisiensi perusahaan. Pengukuran yang lebih lengkap selain pengukuran

(16)

perusahaan dengan menambahkan efisiensi penggunaan modal, di mana inputnya

berupa modal, sedangkan outputnya berupa laba. Pengukuran berikutnya adalah

pengukuran pertumbuhan modal sendiri, yang mempertimbangkan baik keputusan

investasi (investment decision), dan keputusan pembiayaan (financing decision), serta dengan memperhatikan faktor eksternal yang berupa tingkat bunga pinjaman dan

tingkat pajak. Pengukuran yang paling dapat menggambarkan pertumbuhan modal

yang lebih tepat adalah dengan menambahkan keputusan pemberian dividen (dividend decision) selain faktor-faktor investment decision, financing decision, tingkat bunga, dan pajak.

Peningkatan profitabilitas perusahaan sebagai salah satu ukuran kinerja

keuangan mengindikasikan peningkatan nilai ekuitas atau saham perusahaan. Indikator

profitabilitas berarti telah memasukkan seluruh informasi kejadian yang tercakup

dalam profitabilitas dengan penekanan pada periode sekarang, sehingga informasi

profitabilitas dan informasi lainnya dapat digunakan untuk memprediksi apakah

investasi pada saham perusahaan menghasilkan tingkat return yang positip pada masa datang. Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan informasi rasio keuangan untuk

memprediksi perubahan tingkat return investasi saham telah digunakan Wijayati dkk. (2005).

Hasil penelitian Handini (1992) menunjukkan bahwa return on investment dan

(17)

Handini (1992), hasil penelitian Surwanti (1993) tidak mendukung penelitian Handini

(1992), dimana Surwanti (1993) menunjukkan return on assets, debt to equity ratio,

dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan modal sendiri.

Rahmanto (1994) menyikapi ketidakkonsistenan hasil kedua peneliti di atas.

Selain faktor return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio, Rahmanto (1994) menambah faktor tingkat suku bunga pinjaman sebagai variabel predictor

pertumbuhan modal sendiri. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmanto (1994),

faktor yang berpengaruh secara signifikan adalah return on assets dan tingkat bunga. Sedangkan debt to equity ratio dan plowback ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri.

Ketidakkonsistenan hasil penelitian Handani (1992), Surwanti (1993) dan

Rahmanto (1994) menjadi bahan replikasi penelitian Rasyid (1998). Hasil Penelitian

Rasyid (1998) menunjukkan untuk industri manufaktur, faktor-faktor return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan, sedangkan untuk industri non manufaktur terdapat variabel yang tidak berpengaruh secara

signifikan, yaitu variabel plowback ratio.

Sulistiadi (2000) melakukan replikasi penelitian keempat peneliti terdahulu

dengan menambah variabel basic earning power, interest dan tax sebagai variabel bebas yang mempengaruhi laju pertumbuhan sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan

(18)

Jakarta tahun 1992-1996 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

variabel basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tingkat bunga, dan tingkat pajak secara bersama-sama terhadap laju pertumbuhan modal sendiri baik pada

perusahaan industri manufaktur maupun pada perusahaan industri perbankan dan jasa

keuangan, sedangkan secara parsial dari kelima variabel independent yang diteliti,

hanya variabel basic earning power, debt to equity ratio, dan plowback ratio yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap pertumbuhan modal sendiri, variabel tingkat

bunga dan tingkat pajak tidak mempunyai hubungan yang kuat terhadap perubahan

modal sendiri perusahaan, baik yang berada di industri manufaktur maupun industri

perbankan dan jasa keuangan. Sulistiadi (2000) menemukan bahwa variabel yang

paling berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri baik pada industri manufaktur

maupun industri perbankan dan jasa keuangan adalah variabel basic earning power.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan:

Apakah basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate

dan return on investment berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2005 – 2007 baik secara

(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate dan return on investment terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2005 – 2007 baik secara simultan maupun secara parsial.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Peneliti

Sebagai bahan masukan bagi penulis menambah khasanah dan mengembangkan

wawasan dan pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan dan pasar modal

khususnya tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri

perusahaan.

2. Bagi Manajer Investasi

Sebagai bahan masukan bagi manajer investasi di dalam memberikan menyikapi

fenomena yang terjadi sehubungan dengan pertumbuhan modal sendiri perusahaan

dan faktor – faktor yang mempengaruhi.

3. Peneliti Lanjutan

Sebagai bahan masukan penelitian bagi peneliti – peneliti lain di dalam

(20)

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Sulistidi (2000) dan

Rahmanto (1994). Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis

dengan Sulistiadi (2000) adalah dengan menambahkan faktor-faktor yang

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori Permodalan

Sebelum diuraikan secara teoritis tentang laju pertumbuhan modal sendiri, ada

baiknya diketahui apa itu modal, struktur permodalan dan modal sendiri. Munawir

(2001) menyebutkan modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang

ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh

utang-utangnya. Dalam praktik kadang-kadang nampak adanya suatu klasifikasi di

dalam neraca yang pada umumnya membingungkan pembaca (sulit untuk ditafsir-kan)

dengan nama reserve (cadangan). Seharusnya cadangan ini diklasifikasikan sesuai

dengan klasifikasi Neraca yaitu aktiva, utang dan milik sendiri (modal) sehingga

cadangan pada prinsipnya juga terdiri dari tiga golongan yaitu: (Munawir, 2001).

1. Cadangan sebagai pengurang aktiva (reserve that offseting assets). Misalnya cadangan penyusutan (reserve for depreciation), cadangan ini merupakan pengurangan terhadap aktiva yang disusut, sehingga dalam neraca nampak di

sebelah debet mengurangi aktiva yang bersangkutan. Cadangan penyusutan itu

akan lebih tepat bila diberi nama lain yaitu "akumulasi penyusutan", atau

(22)

2. Cadangan sebagai utang (liability reserve), misalnya reserve for taxes (cadangan untuk pajak) merupakan suatu utang yang dicatat sebagai cadangan, ini tidak benar,

seharusnya cadangan untuk pajak ini dimasukkan dalam utang lancar (current liability), yaitu Utang Pajak atau Taksiran Utang Pajak.

3. Cadangan yang merupakan surplus, yang betul-betul merupakan hak para pemilik

perusahaan, misalnya "cadangan untuk ekspansi" adalah merupakan pemisahan

sebagian dari laba yang ditahan (retained earning), dan dalam neraca masuk dalam klasifikasi modal (appropriated surplus).

Atmaja (1999) menyebutkan bahwa modal adalah dana yang digunakan untuk

membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item – item

yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu hutang, saham biasa, saham preferen dan laba

ditahan.

Harnanto (2001) menyebutkan bahwa modal sendiri adalah modal dalam suatu

perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko

kerugian – kerugian lainnya. Tiap – tiap perusahaan harus memiliki sejumlah minimum

modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

Munawir (2001) menyatakan bahwa struktur modal merupakan komposisi

pendanaan ekuitas (modal sendiri) dan utang pada suatu perusahaan. Struktur modal

sering kali dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber pendanaan. Stabilitas

keuangan perusahaan serta risiko gagal melunasi utang tergantung pada sumber

(23)

Struktur modal dapat diartikan sebagai paduan sumber dana jangka panjang

yang digunakan oleh perusahaan. Lebih lanjut Munawir dalam Awat (1999)

menyatakan struktur modal adalah proporsi antara utang jangka panjang dan modal

sendiri. Demikian pula menurut Riyanto (2001) bahwa struktur modal adalah

perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.

Menurut Riyanto (2001) besar kecilnya struktur modal yang digunakan

perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Tingkat bunga

Tingkat bunga yang berlaku saat manajemen akan menentukan struktur modal akan

mempengaruhi jenis modal apa yang akan digunakan, apakah menggunakan saham

atau obligasi. Penggunaan obligasi hanya dibenarkan jika tingkat bunga obligasi

lebih rendah daripada earning power dari tambahan modal tersebut. 2. Stabilitas earning

Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh perusahaan akan menentukan

apakah perusahan dibenarkan untuk menggunakan modal dengan beban tetap

(utang) atau tidak. Jika perusahaan memiliki earning yang stabil maka perusahaan

akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya; sebaliknya perusahaan yang

memiliki earning tidak stabil akan menghadapi risiko tidak dapat membayar beban

(24)

3. Susunan aktiva

Pada kebanyakan perusahaan industri atau manufaktur di mana sebagian besar dari

modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan cenderung mengutamakan penggunaan

modal sendiri sedang modal asing atau utang hanya sebagai pelengkap, sedangkan

perusahaan yang sebagian besar aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan

mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek.

4. Risiko aktiva

Risiko yang melekat pada setiap aktiva perusahaan belum tentu sama. Semakin

panjang jangka waktu penggunaannya maka risikonya semakin besar. Jika

perusahaan memiliki aktiva yang peka terhadap risiko maka perusahaan harus

memilih banyak menggunakan modal sendiri yang relatif tahan risiko dan sedapat

mungkin mengurangi penggunaan modal asing (utang) yang memiliki risiko lebih

tinggi dibanding modal sendiri.

5. Jumlah modal yang dibutuhkan

Jumlah modal yang dibutuhkan atau diperlukan dapat mempengaruhi struktur

modal. Jika modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu bagi

perusahaan untuk menggunakan beberapa sekuritas secara bersamaan; misalnya

mengeluarkan saham dan obligasi secara bersamaan.

6. Keadaan pasar modal

Kondisi pasar sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh banyak faktor.

(25)

perusahaan harus memperhatikan kondisi pasar modal. Ketika investor menyukai

menanamkan dananya dalam pembelian saham, maka pada waktu itu perusahaan

lebih baik melakukan penerbitan saham.

7. Sifat manajemen

Bagi manajemen yang optimis terhadap masa depan perusahaan, umumnya akan

berani menangung risiko yang besar (risk seeker), sehingga akan lebih berani menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Sebaliknya

manajer yang bersifat pesimis dan tidak menyenangi risiko (risk averter) akan lebih suka menggunakan sumber dana intern untuk memenuhi kebutuhan dananya.

8. Besarnya perusahaan

Suatu perusahaan yang tergolong besar dimana sahamnya tersebar sangat luas,

penambahan saham untuk memenuhi kebutuhan dana tidak banyak mempengaruhi

kekuasaan atau pengendalian pemegang saham mayoritas. Oleh karena itu,

perusahaan besar umumnya lebih menyukai melakukan penerbitan saham baru

untuk memenuhi kebutuhan dananya. Adapun menurut Brigham dan Houston

(2001) besarnya kecilnya struktur modal atau utang suatu perusahaan ditentukan

oleh empat faktor berikut

9. Risiko bisnis

Risiko bisnis atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila

perusahaan tersebut menggunakan utang. Makin besar atau makin tinggi risiko

(26)

10.Pajak perusahaan

Alasan utama penggunaan utang oleh perusahaan adalah karena biaya bunga dapat

dikurangkan dalam perhitungan pajak.

11.Fleksibilitas keuangan

Fleksibilitas keuangan atau kemampuan perusahaan untuk menambah modal

dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Ketersediaan

modal yang cukup merupakan hal yang penting guna mendukung operasi

perusahaan yang stabil serta menentukan keberhasilan perusahan dalam jangka

panjang. Oleh karena itu dalam kondisi perekonomian yang sulit, atau apabila

peru-sahaan mengalami kesulitan operasi maka kemungkinan peruperu-sahaan tersebut

memperoleh pinjaman dari investor relatif kecil, sehingga kondisi tersebut akan

mempengaruhi struktur modal atau utang perusahaan.

12.Agresivitas manajemen

Pada perusahaan-perusahaan dengan manajer yang agresif pada umumnya lebih

cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba.

2.1.2. Komponen Struktur Modal

Harnanto (2001) mengklasifikasikan struktur permodalan atau sumber

permodalan dalam suatu perusahaan yang pokok dibedakan menjadi : (1) modal dari

pemilik – disebut juga modal sendiri dan (2) modal yang berasal dari kreditur – disebut

(27)

Karakteristik utama modal dari modal sendiri terletak pada :

(a) Tidak adanya jaminan atau keharusan untuk pembayarannya kembali dalam setiap

keadaan, dan;

(b) Tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang

disetor.

IAI (2004), menyebutkan bahwa ekuitas atau modal sendiri adalah hak residual

atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

Aktiva lain – lain Aktiva Tetap Tak

Berwujud Aktiva Tetap Berwujud Investasi Jangka Panjang

Aktiva Lancar

Laba yang ditahan

Hutang Lancar Struktur Permodalan

Sumber : Harnanto (2001). Analisa Laporan Keuangan. Edisi Kedua, Cetkan Keempat. YKPN, Yogyakarta.

Gambar 2.1. : Struktur Aktiva dalam hubungannya dengan Struktur dan Komposisi Sumber Premodalan

Komponen ekuitas umumnya terdiri atas:

1. Modal Saham

Pada pos ini disajikan nilai nominal untuk setiap jenis saham. Di samping itu, pada

pos ini disajikan:

(28)

Jumlah saham, untuk setiap jenis saham sesuai dengan anggaran dasar

perusahaan.

b. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh

Pos ini merupakan bagian dari modal dasar yang telah ditempatkan dan disetor

penuh. Pada pos ini disajikan jumlah saham untuk tiap jenis saham.

2. Tambahan Modal Disetor-Bersih

Tambahan Modal Disetor disajikan di neraca dengan menjumlahkan pos-pos

berikut ini :

1) Agio Saham

Pos ini merupakan kelebihan setoran pemegang saham di atas nilai nominal.

2) Biaya Emisi Efek Ekuitas

Pos ini merupakan biaya yang berkaitan dengan penerbitan efek ekuitas

perusahaan. Biaya ini mencakup fee dan komisi yang dibayarkan kepada

penjamin emisi, lembaga dan profesi penunjang pasar modal, dan biaya

pencetakan dokumen pernyataan pendaftaran, biaya pencatatan efek ekuitas di

bursa efek, serta biaya promosi. Biaya-biaya yang berkaitan dengan pencatatan

saham di bursa efek atas saham yang sudah beredar dan biaya yang berkaitan

dengan dividen saham dan pemecahan saham tidak termasuk dalam pos biaya

emisi efek ekuitas. Dalam hal perusahaan melakukan pembagian saham bonus

yang berasal dari agio saham, jumlah yang dapat dibagikan adalah jumlah agio

(29)

3) Selisih Modal dari Perolehan Kembali Saham

Pos ini merupakan selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan

kembali, dengan :

a) Jumlah yang diterima saat pengeluaran saham (jika menggunakan cost method)

b) Nilai nominal (jika menggunakan parvalue method) c) Selisih Kurs atas Modal yang Disetor

Pos ini merupakan selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan

dengan transaksi modal.

d) Modal Sumbangan

Pos ini merupakan modal yang berasal dari sumbangan yang diperoleh

perusahaan dari pemerintah dan atau dari pemegang saham dan atau pihak

lain.

4) Modal Disetor Lainnya

Pos ini antara lain terdiri dari:

a) Setoran modal yang belum dapat dibukukan sebagai modal disetor penuh

karena masih menunggu pengesahan peningkatan Modal Dasar dari instansi

yang berwenang.

b) Dalam hal Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu,

uang muka pemesanan saham disajikan sebagai Modal Disetor Lainnya.

(30)

modal saham (oversubscribed), maka kelebihan tersebut harus disajikan sebagai kewajiban lancar.

c) Nilai waran pisah (detachable warrants) yang belum dan tidak

dilaksanakan. Tambahan Modal Disetor tetap disajikan tersendiri walaupun

bersaldo negatif.

3. Selisih Kurs atas Penjabaran Laporan Keuangan

Pos ini merupakan selisih kurs yang timbul dari:

1) Penjabaran pendapatan dan beban dengan menggunakan kurs yang berlaku pada

tanggal transaksi dan aktiva serta kewajiban dengan menggunakan kurs penutup

2) Penjabaran saldo awal investasi neto dalam entitas asing dengan kurs yang

berbeda dari yang dilaporkan sebelumnya.

3) Perubahan lain atas ekuitas dalam entitas asing.

4. Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Perusahaan Asosiasi

Pos ini merupakan perbedaan antara nilai investasi perusahaan pada perusahaan

asosiasi sebagai akibat adanya perubahan ekuitas perusahaan asosiasi yang bukan

berasal dari transaksi antara perusahaan dengan perusahaan asosiasi tersebut.

5. Keuntungan atau Kerugian yang belum Direalisasi dari Efek yang

Tersedia untuk Dijual.

Pos ini merupakan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi dari efek

(31)

6. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap

Pos ini merupakan tambahan nilai aktiva tetap sebagai hasil penilaian kembali

sesuai ketentuan Pemerintah, setelah memperhitungkan pajak yang terkait. Pos ini

disajikan apabila perusahaan memilih untuk membukukan hasil penilaian kembali

aktiva tetap.

7. Saldo Laba

Pos ini merupakan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan

pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Dalam hal dilakukan kuasi

reorganisasi, jumlah saldo laba negatif (defisit) yang dieliminasi harus disajikan

selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun kuasi reorganisasi dilakukan. Tanggal

terjadi kuasi reorganisasi harus diungkapkan pada pos saldo laba untuk jangka

waktu sepuluh tahun ke depan.

8. Modal Saham Diperoleh Kembali

Pos ini merupakan nilai saham perusahaan yang diperoleh kembali dan disajikan

sebagai pengurang ekuitas.

2.1.3. Laju Pertumbuhan Modal Sendiri

Struktur permodalan dan pengalokasian modal suatu perusahaan akan sangat

berperan penting didalam menjaga stabilitas financial dan going concern perusahaan. Peran penting permodal dan pengalokasian modal terutama disebabkan oleh perbedaan

(32)

karakteristik di antara tiap – tiap jenis/sumber permodalan itu secara umum mempunyai

akibat atau pengaruh pada dua aspek penting didalam kehidupan setiap perusahaan,

yaitu :

(1) Terhadap kemampuannya untuk menghasilkan laba dan;

(2) Terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang/ kewajiban-

kewajiban panjangnya (solvabilitas).

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa stabilitas financial dan going concern suatu perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan struktur permodalannya, dimana salah satunya adalah modal sendiri. Bringham (1996 : 184) menyebutkan

berbagai faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri suatu perusahaan.

Penelitian ini mencoba untuk mengetahui besarnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut

dan menyertakannya dalam model yang akan digunakan dalam penelitian.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal

sendiri dapat diamati dengan mengembangkan suatu model di mana pertumbuhan

modal sendiri merupakan variabel dependent dengan aspek-aspek keuangan sebagai

variabel independent.

Menurut Brigham (1996:184) metode pengukuran laju pertumbuhan (g=growth rate) dijelaskan dengan menggunakan model laba ditahan:

(33)

dimana:

b = retention rate

b = (1 - dividend payout) b = (1-d)

r = ROE

sehingga laju pertumbuhan dapat dituliskan sebagai:

g = (1-d) x ROE

Model tersebut menyatakan bahwa laju pertumbuhan (g) merupakan fungsi

Return on Equity. Hubungan Return on Equity dengan komponen financial lainnya dapat diuraikan sebagai berikut:

EBIT Basic Earning Power =

Total Assets

dimana : Total Asset = Debt + Equity = D + E

sehingga :

E D

EBIT EP

+ =

atau :

EBIT = EP x (D+E)

Diketahui :

EBT = EBIT – Interest Payment

EBT = EBIT – (i x D)

Substitusi EBIT = EP x (D+E) :

(34)

Diketahui :

Substitusi EAT = EBT x (1-tax):

E

Return On Equity merupakan perkalian antara Return On Asset dengan leverage

yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Leverage x

ROA

(35)

Adapun Return On Asset (ROA) atau rentabilitas asset diperoleh dari perkalian antara tingkat perputaran asset dengan profit margin, yaitu:

PM

dimana: TAT = Total Asset Turn Over ( tingkat perputaran total aktiva) S = Sales (penjualan)

TA = Total Asset (total aktiva) PM = Profit Margin (margin laba) NI = Net Income (laba bersih)

Dengan demikian, persamaan ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:

S NI x TAT

ROA=

Akhirnya hubungan laju pertumbuhan (g) dengan komponen finansial yang

mempengaruhinya dapat diturunkan dengan melakukan penggabungan persamaan di

(36)

Model matematis pertumbuhan di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan

equity (g) merupakan fungsi EP, D/E, b, i, dan t, sehingga dapat dituliskan:

= (EP,D/E,b,i,t)

g

Selanjutnya, Laju pertumbuhan modal sendiri dihtiung sebagai berikut

(Brigham 1996) :

Jumlah modal sendiri pada tahun t - Jumlah modal sendiri pada tahun t-1

g = x 100%

Jumlah modal sendiri pada tahun t - 1

2.1.4. Basic Earning Power

Basic Earning Power menunjukkan kemampuan perusahaan memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini membandingkan profit dengan asset yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut. Brigham (1996),

menghitung Basic Earning Power sebagai berikut:

EBIT pada tahun t

Basic Earning Power = x 100

Total Asset pada tahun t

Karenanya, basic earning power dapat mengindikasikan efisiensi manajemen dalam menggunakan asset perusahaan untuk mendapatkan profit.

Basic earning power yang positif menunjukkan bahwa total asset yang digunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba perusahaan. Sebaliknya,

(37)

pengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan equity karena profit yang diperoleh dan ditahan akan menambah jumlah equity, sehingga pertumbuhan equity meningkat. Apabila asset yang digunakan untuk operasi perusahaan tidak memberikan laba bagi

perusahaan, maka kerugian yang diperoleh akan mengurangi jumlah equity, sehingga tingkat pertumbuhan equity akan menurun.

2.1.5. Debt to Equity Ratio

Perusahaan memiliki pilihan untuk menentukan sumber pembiayaan

perusahaan. Hutang (debt) dan saham (stock) adalah sumber pembiayaan eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menyediakan keperluan finansial

perusahaan. Laba ditahan adalah sumber dana internal yang dapat digunakan oleh

perusahaan untuk memenuhi kebutuhan financial perusahaan.

Debt to equity ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara total hutang dengan total equity. Rasio tersebut menunjukkan seberapa besar perusahaan didanai oleh pihak kreditur. Semakin tinggi debt to equity ratio berarti semakin besar dana yang diambil dari luar perusahaan.

Penggunaan hutang atau modal sendiri terhadap tingkat pertumbuhan equity

(38)

Sumber : Foster, George., 2001. Financial Statement Analysis. 2nd edition. Singapore: Prentice-Hall International, Inc.

Gambar 2.2. Hubungan antara Debt to Equity Ratio dengan Pertumbuhan modal

Pada posisi tingkat bunga pinjaman (i) lebih rendah dari tingkat basic earning power (EP), penggunaan hutang dalam pendanaan operasi perusahaan akan meningkatkan pertumbuhan equity (g). Pada posisi ini, tambahan porsi hutang akan memberikan penghematan pajak yang lebih besar dibanding beban bunga yang

ditanggung, sehingga earning after tax meningkat relatif lebih besar terhadap equity -nya. Karenanya, pada posisi ini, penambahan porsi hutang akan memberi dampak

(39)

akan meningkatkan pertumbuhan equity (g). Berarti pada posisi ini, debt to equity ratio

berpengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan equity.

Sebaliknya pada posisi dimana bunga pinjaman (i) lebih tinggi dari tingkat EP,

penggunaan hutang dalam pendanaan operasi perusahaan justru akan menurunkan

pertumbuhan equity (g). Pada posisi dimana i > EP, tambahan hutang akan

menimbulkan beban bunga yang lebih besar dibanding penghematan pajak, sehingga

Earning After Tax menurun relatif lebih besar terhadap equity-nya. Karenanya, pada posisi ini, penambahan porsi hutang akan memberi dampak negatif terhadap

pertumbuhan equity. Maka, pada posisi ini, debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap tingkat pertumbuhan equity (g). Pada kondisi tersebut, perusahaan akan dapat menaikkan tingkat pertumbuhan equity apabila perusahaan menggunakan modal sendiri. Pada posisi dimana tingkat bunga pinjaman (i) sama dengan EP, makin

besarnya penggunaan hutang tidak akan mempengaruhi EP.

Sebagaimana didefinisikan Brigham (1996), debt to equity ratio dihitung sebagai berikut :

Jumlah seluruh debt pada tahun t

Debt to Equity Ratio = x 100% Jumlah seluruh equity pada tahun t

2.1.6. Plowback Ratio.

(40)

dibagikan sebagai dividen tersebut akan menambah jumlah equity sehingga memberi pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan equity.

Karena plowback ratio merupakan bagian keuntungan yang tidak dibagikan sebagai dividen, maka plowback ratio tergantung pada tingkat dividen yang besarnya diusulkan oleh manajemen puncak dan ditetapkan oleh rapat umum pemegang saham.

Brigham (1996) memformulasikan Plowback Ratio sebagai berikut :

Plowback Ratio = (1- dividend payout ratio)

Dimana Dividend Payout Ratio adalah bagian atas laba yang dibagikan dalam bentuk kas deviden kepada para pemegang saham. Rumus yang digunakan untuk

menghitung Dividend Payout Ratio adalah :

Dividend Payout Ratio =

EPS

Saham per

Kas Dividen

% 100 x

2.1.7. Tingkat Bunga dan Pajak

Bunga adalah pembayaran bunga karena melakukan pinjaman dari pihak lain

(bunga hutang), sedangkan pajak merupakan pajak perseroan perusahaan yang harus

dibayar perusahaan, yang tarifnya telah ditetapkan pemerintah.

Menurut Brigham (1996), Interest Rate dihitung sebagai berikut :

Interest Expense

Interest Rate= x 100% = …….% Long term debt + Short term debt

Hubungan tingkat bunga dengan pertumbuhan modal sendiri adalah bersifat

(41)

pajak. Begitu pula dengan pembayaran pajak otomatis akan mengurangi laba bersih

sesudah pajak sehingga juga mempunyai hubungan yang negatif dengan pertumbuhan

modal sendiri.

Tingkat pajak di sini adalah prosentase dari pendapatan perusahaan yang harus

dibayarkan oleh perusahaan kepada pemerintah. Untuk menghitung tingkat pajak,

dipergunakan proxy, (Brigham ,1996) yaitu:

Tax

Tax rate = x 100 % = …….%

Earning Before Tax

2.1.8. Return On Investment (ROI)

Return on investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih (setelah dikurangi

beban pajak). Cara menghitung rasio ini adalah ditunjukkan dengan rumus :

Keuntungan Netto Sesudah Pajak

ROI = x 100% = ……… %

Total Aktiva

Hubungan return on investment dengan pertumbuhan modal sendiri adalah bersifat positif karena semakin tinggi tingkat perputaran aktiva akan meningkatkan

penjualan yang selanjutnya akan meningkatkan laba dan pada akhirnya berdampak

positif terhadap pertumbuhan modal sendiri.

(42)

Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa hasil penelitian terdahulu.

Penelitian terdahulu dimaksud ditunjukkan melalui matriks berikut ini.

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel Yang

Digunakan

Kesimpulan

1 Harris & Raviv (1991)

The Theory of Capital Structure Tangibility of asset (X1),

Bahwa tangibility of asset yang diproxy melalui rasio

fixed asset to total asset memiliki hubungan positif dengan jumlah pemakaian hutang, investment opportunity yang diproxy dari market to book value

memiliki hubungan negatif dengan pemakaian utang,

firm size yang diwakili Ln Net Sales memiliki hubungan positif dengan pemakaian utang (kecuali Jerman) dan Profitability yang diwakili oleh ROA memiliki hubungan dengan negatif (kecuali untuk Jerman)

2 Titman & Wessels

(1988)

The Determinants of Capital Structure Choice

Bahwa uniqueness yang diwakili oleh selling expenses/sales memiliki hubungan negatif dengan pemakaian utang. Titman & Wessels berpendapat bahwa perusahaan yang memproduksi barang yang memerlukan penanganan khusus akan sangat mahal bila dilikuidasi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang menciptakan mesin atau peralatan berat lainnya cenderung menggunakan hutang lebih sedikit. Biaya menambah hutang dan modal sendiri juga berhubungan dengan ukuran perusahaan. Dalam hubungannya dengan profitabilitas, bahwa perusahaan lebih menyukai menambah modal pertama dari laba ditahan, kedua dari hutang dan ketiga dari modal sendiri.

3 Handini (1992)

Analisis Faktor – Faktor Yang

Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Produk Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Return on investment dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri

4 Surwanti (1993)

Pengaruh Return on Assets, Debt Equity Ratio, dan Plowback Ratio Terhadap Laju Pertumbuhan Modal Sendiri Produk Konsumsi Yang Terdaftar di Busar Efek Jakarta

Return on assets

Return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan modal sendiri.

5 Rahmanto (1994)

Analisis Faktor – Faktor Yang

Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal Sendiri Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Return on assets dan tingkat bunga berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri. Sedangkan debt to equity ratio dan plowback ratio

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri.

6 Rasyid (1998)

Analisis Faktor – Faktor Yang

Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal Sendiri

Return on assets (X1)

Debt to equity

(43)

Manufaktur Yang Terdaftar di

Analisis Faktor – Faktor Yang

Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal Sendiri pada Industri Manufaktur dan Industri Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun Amatan 1995-1996

Terdapat pengaruh yang signifikan variabel basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tingkat bunga, dan tingkat pajak secara bersama-sama terhadap laju pertumbuhan modal sendiri baik pada perusahaan industri manufaktur maupun pada perusahaan industri perbankan dan jasa keuangan. Sedangkan secara parsial dari kelima variabel independen yang diteliti, hanya variabel basic earning power, debt to equity ratio, dan plowback ratio yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap pertumbuhan modal sendiri, variabel tingkat bunga dan tingkat pajak tidak mempunyai hubungan yang kuat terhadap perubahan modal sendiri perusahaan, baik yang berada di industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa keuangan. Sulistiadi (2000) menumukan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri baik pada industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa keuangan adalah variabel basic earning power

Titman & Wessels (1988) menemukan bahwa uniqueness yang diwakili oleh

selling expenses/sales memiliki hubungan negatif dengan pemakaian utang. Titman & Wessels berpendapat bahwa perusahaan yang memproduksi barang yang memerlukan

penanganan khusus akan sangat mahal bila dilikuidasi. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa perusahaan yang menciptakan mesin atau peralatan berat lainnya cenderung

menggunakan hutang lebih sedikit. Biaya menambah hutang dan modal sendiri juga

berhubungan dengan ukuran perusahaan. Dalam hubungannya dengan profitabilitas,

bahwa perusahaan lebih menyukai menambah modal pertama dari laba ditahan, kedua

dari hutang dan ketiga dari modal sendiri.

Harris & Raviv (1991) meneliti 4 (empat) faktor yang mempengaruhi struktur

(44)

asset memiliki hubungan positif dengan jumlah pemakaian hutang, investment opportunity yang diproxy dari market to book value memiliki hubungan negatif dengan pemakaian utang, firm size yang diwakili Ln Net Sales memiliki hubungan positif dengan pemakaian utang (kecuali Jerman) dan Profitability yang diwakili oleh ROA memiliki hubungan dengan negatif (kecuali untuk Jerman).

Handini (1992) hanya meneliti perusahaan produk konsumsi, sedangkan

Surwanti (1993) meneliti pada perusahaan manufaktur secara keseluruhan. Rahmanto

(1994) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri pada

industri perbankan tetapi tidak tercatat di Bursa Efek Jakarta. Rasyid (1998) melakukan

penelitian yang membandingkan dua jenis industri, yaitu membandingkan industri

manufaktur dan industri non manufaktur, dengan faktor yang mempengaruhinya adalah

return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio.

Hasil penelitian Handini (1992) menunjukkan bahwa return on investment dan

plowback ratio berpengaruh secara signifikan, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil penelitian Surwanti (1993) menunjukkan return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan modal sendiri.

Faktor-faktor yang diteliti oleh Rahmanto (1994) selain faktor return to assets,

debt to equity ratio, dan plowback ratio, ditambah dengan faktor tingkat suku bunga

pinjaman. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmanto, faktor yang berpengaruh

(45)

ratio dan plowback ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri.

Hasil peneltian yang dilakukan oleh Rasyid (1998) adalah untuk industri

manufaktur, faktor-faktor return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio

berpengaruh secara signifikan, sedangkan untuk industri non manufaktur terdapat

variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan, yaitu variabel plowback ratio.

Sulistiadi (2000) melakukan replikasi penelitian keempat peneliti terdahulu

dengan menambah variabel basic earning power, interest dan tax sebagai variabel bebas yang mempengaruhi laju pertumbuhan sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan

terhadap industri manufaktur dan industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta tahun 1992-1996 menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh yang signifikan

variabel basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tingkat bunga, dan tingkat pajak secara bersama-sama terhadap laju pertumbuhan modal sendiri baik pada

perusahaan industri manufaktur maupun pada perusahaan industri perbankan dan jasa

keuangan, sedangkan secara parsial dari kelima variabel independen yang diteliti,

hanya variabel basic earning power, debt to equity ratio, dan plowback ratio yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap pertumbuhan modal sendiri, variabel tingkat

bunga dan tingkat pajak tidak mempunyai hubungan yang kuat terhadap perubahan

modal sendiri perusahaan, baik yang berada di industri manufaktur maupun industri

(46)

paling berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri baik pada industri manufaktur

(47)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, tinjauan teoritis dan penelitian

terdahulu, sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka peneliti membuat kerangka

konseptual seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 3.1. Diagram Kerangka Konseptual

Struktur modal merupakan kompoisis pendanaan ekuitas (modal sendiri) dan

utang pada suatu perusahaan (Wild et al., 2005). Riyanto (2001) besar kecilnya

struktur modal yang digunakan perusahaan dipengaruhi faktor : tingkat bunga,

stabilitas earning, susunan aktiva, risiko aktiva, jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, besarnya perusahaan, risiko bisnis.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri terdiri dari

basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate Basic Earning Power

Pertumbuhan Equity Debt to Equity Ratio

Plowbak Ratio Interest and Tax Rate Return on Investment

(48)

pertumbuhan modal sendiri : basic earning power berpengaruh positif, debt to equity ratio berpengaruh negatif, plowback ratio berpengaruh positif, interest and tax rate

berpengaruh negatif

3.2. Hipotesis

Sesuai dengan permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan teoritis dan tinjauan

penelitian terdahulu, selanjutnya disusun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini,

yaitu:

H1. : Basic earning power, debt to equity ratio, plow back ratio, tingkat bunga dan pajak serta return on investment berpengaruh terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

(49)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian causal effect, dimana penelitian yang dilakukan diarahkan untuk memperoleh fakta – fakta dari fenomena

yang ada dan mencari keterangan – keterangan secara faktual tentang faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Jakarta tahun 2005 – 2007. Faktor – faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan modal sendiri dimaksud terdiri dari Basic earning power, debt to equity ratio, plow back ratio, tingkat bunga dan pajak serta return on investment.

4.2. Populasi Dan Sampel

Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel hanya pada perusahaan yang

telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta sesudah tahun 2004, karena data yang digunakan

untuk analisa penelitian, adalah data perusahaan tahun 2005 sampai dengan 2007,

kecuali untuk menghitung laju pertumbuhan ekuitas internal perusahaan data

perusahaan diambil dari tahun 2004 - 2007. Faktor-faktor yang diteliti adalah basic eearning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tingkat bunga dan pajak serta

(50)

suatu output yang telah berubah wujudnya. Dapat juga dikatakan perusahaan

manufaktur adalah perusahaan yang mengubah bahan mentah menjadi produk akhir

melalui usaha para pekerja pabrik dengan menggunakan peralatan produksi

Populasi dalam penelitian adalah perusahaan pada industri manufaktur yang

tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2005-2007. Jumlah

populasi dalam penelitian ini sebanyak adalah 109 perusahaan industri. Pengambilan

sample dilakukan berdasarkan purposive sampling, dengan kriteria :

1. Sampel diambil dari data yang tersedia di Jakarta Stock Exchange (JSX) Watch

dan laporan keuangan perusahaan pada tahun 2005-2007.

2. Sampel yang diambil merupakan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek

Jakarta sesudah tahun 2004 karena penulis meneliti untuk tahun pengamatan

2005 -2007. Tetapi khusus untuk menghitung laju pertumbuhan modal sendiri

diambil data tahun 2004-2007.

3. Perusahaan yang diteliti tidak melakukan emisi saham baru pada periode

2004-2007.

Sesuai dengan ketiga kriteria di atas, maka jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebanyak 78 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

(51)

Tabel 4.1. Pengambilan Sampel Berdasarkan Purposive Sampling

No. Distribusi Sampel Total

1.

3.

4.

5.

Perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari 2005 – 2007

Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama tiga tahun berturut – turut, yaitu dari tahun 2005-2007

Perusahaan yang tidak mempunyai laporan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember

Perusahaan yang melakukan emisi saham baru pada periode 2005 – 2007

109

(8)

(3)

(20)

Jumlah 78

4.3. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam variabel, yaitu

laju pertumbuhan modal sendiri (g) sebagai variabel dependen dan lima variabel independen yang terdiri dari Basic Earning Power (BEP=X1), Debt to Equity Rati

(DER=X2), Plowback Ratio (PR=X3), Interest and Tax Rate (ITR=X4), dan Return on

(52)

4.4. Variabel Operasional Penelitian

Matrik variabel operasional penelitian ditunjukkan pada tabel berikut ini.

1. Tabel 4.2. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Variabel

Penelitian Definisi Parameter

Skala

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang

1-Devident Payout Ratio Rasio

Interest and

(53)

pemerintah.

(a) Laju Pertumbuhan Modal Sendiri (g=Y)

Laju pertumbuhan modal sendiri adalah rasio naik atau turunnya modal sendiri

yang diinvestasikan. Rumus yang digunakan menghitung laju pertumbuhan modal

sendiri.

Jumlah modal sendiri pada tahun t - Jumlah modal sendiri pada tahun t-1

g = x 100%

Jumlah modal sendiri pada tahun t - 1

(b) Basic Earning Power (BEP=X1)

Basic Earning Power menunjukkan kemampuan perusahaan memanfaatkan

assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini membandingkan profit

dengan asset yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut.

EBIT pada tahun t

Basic Earning Power = x 100%

(54)

(c) Debt to Equity Ratio (DER=X2)

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara total

hutang dengan total equity. Rumus yang digunakan untuk menghitung DER adalah : Jumlah seluruh debt pada tahun t

Debt to Equity Ratio = x 100%

Jumlah seluruh equity pada tahun t

(d) Plowback Ratio (PR=X3)

Plowback ratio merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan yang tidak

dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Tingkat laba yang tidak

dibagikan sebagai dividen tersebut akan menambah jumlah equity sehingga

memberi pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan equity. Brigham (1996: 635) memformulasikan Plowback Ratio sebagai berikut :

Plowback Ratio = (1- dividend payout ratio)

Dimana Dividend Payout Ratio adalah bagian atas laba yang dibagikan dalam bentuk kas deviden kepada para pemegang saham. Rumus yang digunakan

untuk menghitung Dividend Payout Ratio adalah :

Dividend Payout Ratio =

EPS

Saham per

Kas Dividen

x 100%

(e) Interest and Tax Rate (ITR=X4)

Interest rate adalah rasio pembayaran bunga karena melakukan pinjaman dari pihak

(55)

Interest + Tax Expense

Interest and Tax Rate = x 100%

EBIT

(f) Return on Investment (ROI= X5)

Return on investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih (setelah dikurangi beban

pajak). Cara menghitung rasio ini adalah ditunjukkan dengan rumus :

Keuntungan Netto Sesudah Pajak

ROI = x 100%

Total Aktiva

4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Bursa Efek Jakarta, sebagai lembaga pasar modal

Indonesia. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2008 sampai dengan

Desember 2008.

4.6.Teknik Pengumpulan Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi laporan

keuangan tahunan perusahaan-perusahaan yang dimuat dalam Jakarta Stock Exchange

(JSX) Watch. Sumber data yang digunakan untuk menghitung variabel-variabel dalam

penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Jakarta periode 2005 hingga 2007. Sumber data

diperoleh dari Laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi

tahun 2005 – 2007 dari Jakarta Stock Exchange (JSX) Watch. Data penelitian ini

(56)

4.7. Uji Asumsi Klasik

Suatu instrumen pengamatan dinyatakan layak untuk diteliti bila data tersebut

terbebas dari asumsi – asumsi klasik statistik, antara lain asumsi multikolineritas,

autokorelasi, heteroskesdastisitas dan normalitas.

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar

variabel bebas (independent). Model yang baik seharusnya tidak terjadi adanya korelasi antara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas,

yaitu dengan menganalisis nilai tolerance serta Variance Inflation Faktor (VIF) >1 dan nilai tolerance <1.

b. Uji Autokorelasi

Digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya

autokorelasi, yaitu dengan Durbin Watson (DW), yaitu dengan membandingkan

nilai DW statistic dengan DW table. Apabila nilai DW statistic terletak pada daerah

no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi.

Untuk mengetahui posisi tersebut terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk

menentukan nilai Durbin-Watson dengan rumus : 4-du dan 4-dl. Untuk mencari

(57)

Sumber : Ghozali (2005)

0 dl du (4-du) 4-dl 4

Ho diterima (no serial correlation)

Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)

Gambar 4.1. Diagram Durbin – Watson

Ghozali (2005) mendeteksi autokorelasi dengan indicator sebagai berikut :

a. Jika nilai DW hitung > batas atas (du) tabel, berarti terdapat autokorelasi

b. Jika nilai DW hitung < batas atas (du) tabel, berarti terdapat autokorelasi

c. Uji Heteroskedastiitas

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastistas dilakukan uji Glejser

dengan melihat tingkat signifikansi dari hasil regresi nilai absolute residual sebagai

variabel terikat dengan variabel bebas. Deteksi ada atau tidaknya

heterosdekastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola

tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik plot

(scatterplot) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID). Gujarati (2005) menggunakan Glesjer untuk memformalkan grafik

dengan melakukan regresi terhadap model regresi dan kembali melakukan regresi

terhadap residual untuk menentukan koefisien kemiringan yang signifikan, dan

(58)

- t hitung > t tabel = terjadi heterokedastisitas

- t hitung ≤ t tabel = tidak ada heterokedastisitas

d. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam suatu variabel

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak

digunakan adalah data yang memiliki distribusi atau sebaran normal. Normalitas

data dapat dlihat dengan Nilai Skewness (kecondongan), yaitu dengan

membandingkan nilai nilai Zskewness dan nilai Z tabel (Ghozali, 2005), dengan

ketentuan :

a. Zskewnes < Ztabel menunjukkan data dalam suatu variabel memiliki sebaran

normal.

b. Zskewnes > Ztabel menunjukkan data dalam suatu variabel memiliki sebaran

tidak normal.

4.8. Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini

(59)

Y = b0 + b1XBEP + b2XDER + b3XPR + b4XITR + b5XROI + e

4.9. Pengujian Hipotesis

Ghozali (2003) membuktikan hipotesis dengan menggunakan alat uji sebagai

berikut :

1. Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95 % (α=0,05).

Urutan uji F

a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.

H0 : 1 = 2 = 3 =……….= 5 = 0

Ha : Paling sedikit ada satu i ≠ 0 i = 1,2,3,…….5

b. Menghitung F-hitung dengan menggunakan rumus yaitu :

(60)

Dengan kriteria tersebut, diperoleh nilai Fhitung yang dibandingkan dengan

Ftabel dengan tingkat resiko (level of significant) dalam hal ini 0,05 dan degree

of freedom = n-k-1.

c. Kriteria Pengujian :

dimana : Fhitung > Ftabel = H0 ditolak

Fhitung≤ Ftabel = H0 diterima

2. Uji-t statistik, untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan

tingkat keyakinan 95 % (α = 0,05).

Urutan Uji t :

a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.

H0 : i = 0 i = 1,2,3,…...5

Ha : i≠0 i = 1,2,3,…….5

Menghitung t-hitung dengan menggunakan rumus :

dimana :

bi = koefesien regresi masing-masing variabel

Sbi = standar error masing-masing variabel

i i hit

sb b

(61)

Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai thitung yang kemudian

dibandingkan dengan ttabel pada tingkat keyakinan 95%.

b. Kriteria pengujian :

t hitung>t tabel = H0 ditolak

(62)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor – faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2005 - 2007. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah pertumbuhan modal sendiri, sedangkan variabel independen yang digunakan

adalah basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate

dan return on investment. Analisis deskriptif dari masing-masing variabel dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 5.1. Statistik Deskriptif Basic Earning Power (BEP) Tahun

Deskripsi 2005 2006 2007

Rata – Rata 16.50 10.66 14.42

Std Dev 24.64965 13.4184 19.82451

Maximum 134.44 62.97 96.57

Minimum -37.50 -25.46 -12.39

Tabel 5.1. diatas menunjukkan bahwa rata–rata rasio kemampuan perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta didalam memanfaatkan assetnya untuk

menghasilkan keuntungan (profit) pada tahun 2005 sebesar 16,50%, standar deviasi

24,65% dengan Nilai maximum 134,44% dan minimum -37,50%. Rata–rata rasio

(63)

memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit) pada tahun 2006

sebesar 10,66%, standar deviasi 13,42% dengan Nilai maximum -62,67 % dan

minimum -25,46%. Rata–rata rasio kemampuan perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Jakarta didalam memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan

(profit) pada tahun 2007 sebesar 14,42%, standar deviasi 19,83% dengan Nilai

maximum 96,57% dan minimum -12,39%. Deskripsi ini menunjukkan bahwa Rata–

rata kemampuan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta didalam

memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit) dari tahun 2005 –

2007 yang diinterpretasikan melalui rasio basic earning power masih tergolong rendah dan berfluktuasi.

Statistik deskriptif bagian dari modal sendiri perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2005 – 2007 dijadikan jaminan untuk

keseluruhan hutang diinterpretasikan melalui debt to equity ratio, seperti ditunjukkan pada Tabel di bawah ini.

Tabel 5.2. Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio Tahun

Deskripsi

2005 2006 2007

Rata – Rata 244.34 137.43 439.58

Std Dev 636.1522 914.4624 2882.123

Maximum 5,079.80 5,879.42 25,494.69

Minimum -1,026.32 -5,264.13 -893.68

Tabel 5.2. diatas menunjukkan bahwa rata – rata bagian dari modal sendiri yang

dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang pada tahun 2005 sebesar 244,34%, standar

Gambar

Gambar 2.1. :  Struktur Aktiva dalam hubungannya dengan Struktur dan Komposisi Sumber Premodalan Komponen ekuitas umumnya terdiri atas:
Gambar 2.2.  Hubungan antara Debt to Equity Ratio dengan Pertumbuhan modal
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1. Diagram Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem terintegrasi merupakan sebuah rangkaian proses untuk menghubungkan beberapa sistem-sistem komputerisasi dan software aplikasi baik secara fisik maupun secara

Capaian Program Jumlah ketersediaan cakupan (jenis) sarana dan prasarana perkantoran/aparatur secara memadai dan sesuai dengan

In this study we focus on aerosol reflectance to identify dust phenomena but not in a binary way such as BTD and so we should decompose top of atmosphere (TOA)

Macromedia Flash MX adalah program grafis animasi standar professional untuk menghasilkan program animasi yang menarik yang dapat membuat file-file multimedia Berkualitas tinggi

Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan LP dan SP.. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Liburan merupakan suatu hal yang menyenangkan/tentunya bagi semua kalangan // Salah satu tempat liburan yang cukup menarik untuk dikunjungi yaitu Agrowisata Mangunan //

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi dan Makanan, Klinik Gizi Bogor (KGB) melaksanakan pemulihan anak penderita giziburuk dengan rawat jalan

peranan sistem informasi akuntansi atas aktiva tetap khususnya pada. Fakultas