ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK JAKARTA
T E S I S
Oleh
DIAN WASKITO
077017001/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK JAKARTA
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
DIAN WASKITO
077017001/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA
Nama Mahasiswa : Dian Waskito Nomor Pokok : 077017001 Program Studi : Ilmu Akuntansi
Menyetujui : Komisi Pembimbing
( Dr. Agusni Pasaribu, MBA. Ak.) ( Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac.)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal 12 Desember 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak
Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac.
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak.
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu yang berkelanjutan, karena hasil penelitian sebelumnya yang mencoba menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri masih belum memberikan keseragaman kesimpulan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan menganai fakta empiris atas faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 sampai dengan 2007. Penelitian ini menganalisis 5 (lima) faktor yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 sampai dengan 2007, diantaranya Basic Earning Power, Debt to Equity Ratio, Plowback Ratio, Interest and Tax Rate, dan Return on Investment.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari Tahun 2005-2007, yaitu sebanyak 109 perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan atas kriteria tertentu (purposive sampling), selanjutnya sampel yang memenuhi kriteria yang ditentukan berjumlah 78 perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder gabungan antara data time series dan cross sectional. Analisis data digunakan dengan pendekatan regresi linier berganda pada tingkat signifikansi 5%.
Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate dan return on investment berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 sampai dengan 2007 dan secara parsial hanya variabel plowback ratio yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 sampai dengan 2007, sedangkan basic earning power dan return on investment berpengaruh positif tidak signifikan, variabel debt to equity ratio, dan
interest and tax rate berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 sampai dengan 2007.
ABSTRACT
This research is replica of research from previous some researches that continuously, because the previous some researches that to try to analyze the factors that equity growth affected gave the contradictive results. This research meaning to get fact clearly of fact in empirically about the factors that growth equity affected of manufacture firm’s in Bursa Efek Jakarta at years 2005 until 2007. In this research used 5 (five) factors that affecting of the equity growth manufacture firm’s in Bursa Efek Jakarta at years 2005 until 2007, like that : Basic Earning Power, Debt to Equity Ratio, Plowback Ratio, Interest and Tax Rate and Return on Investment.
The population in this research are manufacture firm’s in Bursa Efek Jakarta at years 2005 until 2007, there are 109 firms. The sample in this research taken base of purposive sampling, and then got 78 firms as sample in this research. Kind of data in this research is secondary data that has time series and cross sectional dimension. The data analyzed with multiple regression approach at 5% as level of significance.
From analysis that done to indicate that simultaneously basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate and return on investment give the positive influential and significant to equity growth of manufacture firm’s in Bursa Efek Jakarta at years 2005 until 2007 and in partially only plowback ratio that give positive influential and significant to equity growth of manufacture firm’s in Bursa Efek Jakarta at years 2005 until 2007.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas, penulis menyampaikan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, oleh karena dorongan rahmat, kurnia dan ridhoNya yang berkelimpahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Dalam menyelesaikan usulan tesis ini tentu saja penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan, kendala-kendala dan hambatan-hambatan, akan tetapi berkat bantuan, bimbingan, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak lainnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH, Sp. A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan Sekolah Pascasarjana.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc,, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak., selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembanding Utama yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
4. Bapak Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak., selaku Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
5. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac., selaku Anggota Komisi Dosen Pembimbing yang yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak, selaku Anggota Komisi Dosen
7. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si. Ak., selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
8. Kedua orangtua penulis, H. Warjono dan Hj. Sulamdari yang saya hormati, Istri tercinta Lilia Widayanti beserta anak – anak tersayang : Ayu, Divanza dan Sinar (alm) yang telah memberikan segala cinta dan perhatiannya yang begitu besar, sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan cita – cita dan harapan keluarga.
9. Rekan – rekan mahasiswa satu almamater di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang tidak mungkin penulis sebut namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa/i.
Medan, Desember 2008
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
N a m a : DIAN WASKITO
Tempat/Tgl Lahir : Tegal, 10 Juli 1970
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Alamat : Komplek Bumi Asri Blok B No. 195
Medan
Telepon : 08126070770
Pendidikan
Tahun 2007 – 2008 : S2- Program Pascasarjana Magister Akuntansi
Universitas Sumatera Utara, Medan
Tahun 1999 – 2001 : D-IV Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN),
Jakarta
Tahun 1989 – 1993 : D-III Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN),
Jakarta
Tahun 1986 – 1989 : SMA Negeri Balapulang, Tegal
Tahun 1983 – 1986 : SMP Negeri 3 Madiun
Tahun 1977 – 1983 : SD Negeri Kartoharjo, Madiun
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil di Departemen Keuangan
DAFTAR ISI
1.5. Originalitas Penelitian ... 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 7
2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28
4.3. Variabel Penelitian ... 38
4.4. Variabel Operasional Penelitian ... 38
4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42
4.6. Teknik Pengumpulan Data ... 42
4.7. Uji Asumsi Klasik ... 42
4.8. Model Analisis Data ... 45
4.9. Pengujian Hipótesis ... 45
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
5.1. Hasil Penelitian ... 48
5.1.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 48
5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 55
5.1.3. Model Analisis Data ... 57
5.1.4. Pengujian Hipotesis ... 60
5.2. Pembahasan ... 62
BAB VI : KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ... 66
6.1...K esimpulan ... 66
6.2...K eterbatasan Penelitian ... 67
6.3...S aran ... 68
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29
4.1. Pengambilan Sampel Berdasarkan Purposive Sampling... 38
4.2. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 39
5.1. Statistik Deskriptif Basic Earning Power (BEP) ... 48
5.2. Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio ... 49
5.3. Statistik Deskriptif Plowback Ratio... 50
5.4. Statistik Deskriptif Interest and Tax Rate ... 51
5.5. Statistik Deskriptif Return on Investment... 53
5.6. Statistik Deskriptif Pertumbuhan Modal Sendiri ... 54
5.7. Hasil Uji Multikolinearitas ... 55
5.8. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 56
5.9. Hasil Uji Normalitas ... 57
5.10. Hasil Uji Hipotesis ... 58
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1. Struktur Aktiva dalam hubungannya dengan Struktur dan Komposisi
Sumber Permodalan ... 13
2.2. Hubungan antara Debt to Equity Ratio dengan Pertumbuhan Modal. 24 3.1. Diagram Kerangka Konseptual... 34
4.1. Diagram Durbin – Watson ... 43
5.1. Hasil Uji Autokorelasi ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Sampel Penelitian ... 72
2. Pengumpulan Data ... 74
3. Tabulasi Data ... 92
4. Deskriptives Analysis ... 96
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Efisiensi di bidang keuangan memberikan pengaruh pada operasi perusahaan,
sehingga akan meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi investasi yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan laba perusahaan. Dengan menghasilkan laba,
perusahaan dapat mempertahankan pertumbuhan perusahaannya sehingga dapat
bersaing dengan perusahaan lain karena laba tersebut dapat ditanam kembali dan
digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhannya.
Bagi investor, pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu hal yang menjadi
pertimbangan penting karena dengan melihat pertumbuhannya, investor dapat
memperkirakan prospek perusahaan tersebut di masa mendatang dalam menghasilkan
laba.
Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan
melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan
yang disebabkan oleh aspek pemasaran perusahaan. Pengukuran yang lain adalah
dengan melihat pertumbuhan laba operasi perusahaan. Dengan melakukan pengukuran
pertumbuhan laba operasi perusahaan, kita dapat melihat aspek pemasaran perusahaan,
dan efisiensi perusahaan. Pengukuran yang lebih lengkap selain pengukuran
perusahaan dengan menambahkan efisiensi penggunaan modal, di mana inputnya
berupa modal, sedangkan outputnya berupa laba. Pengukuran berikutnya adalah
pengukuran pertumbuhan modal sendiri, yang mempertimbangkan baik keputusan
investasi (investment decision), dan keputusan pembiayaan (financing decision), serta dengan memperhatikan faktor eksternal yang berupa tingkat bunga pinjaman dan
tingkat pajak. Pengukuran yang paling dapat menggambarkan pertumbuhan modal
yang lebih tepat adalah dengan menambahkan keputusan pemberian dividen (dividend decision) selain faktor-faktor investment decision, financing decision, tingkat bunga, dan pajak.
Peningkatan profitabilitas perusahaan sebagai salah satu ukuran kinerja
keuangan mengindikasikan peningkatan nilai ekuitas atau saham perusahaan. Indikator
profitabilitas berarti telah memasukkan seluruh informasi kejadian yang tercakup
dalam profitabilitas dengan penekanan pada periode sekarang, sehingga informasi
profitabilitas dan informasi lainnya dapat digunakan untuk memprediksi apakah
investasi pada saham perusahaan menghasilkan tingkat return yang positip pada masa datang. Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan informasi rasio keuangan untuk
memprediksi perubahan tingkat return investasi saham telah digunakan Wijayati dkk. (2005).
Hasil penelitian Handini (1992) menunjukkan bahwa return on investment dan
Handini (1992), hasil penelitian Surwanti (1993) tidak mendukung penelitian Handini
(1992), dimana Surwanti (1993) menunjukkan return on assets, debt to equity ratio,
dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan modal sendiri.
Rahmanto (1994) menyikapi ketidakkonsistenan hasil kedua peneliti di atas.
Selain faktor return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio, Rahmanto (1994) menambah faktor tingkat suku bunga pinjaman sebagai variabel predictor
pertumbuhan modal sendiri. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmanto (1994),
faktor yang berpengaruh secara signifikan adalah return on assets dan tingkat bunga. Sedangkan debt to equity ratio dan plowback ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri.
Ketidakkonsistenan hasil penelitian Handani (1992), Surwanti (1993) dan
Rahmanto (1994) menjadi bahan replikasi penelitian Rasyid (1998). Hasil Penelitian
Rasyid (1998) menunjukkan untuk industri manufaktur, faktor-faktor return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan, sedangkan untuk industri non manufaktur terdapat variabel yang tidak berpengaruh secara
signifikan, yaitu variabel plowback ratio.
Sulistiadi (2000) melakukan replikasi penelitian keempat peneliti terdahulu
dengan menambah variabel basic earning power, interest dan tax sebagai variabel bebas yang mempengaruhi laju pertumbuhan sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan
Jakarta tahun 1992-1996 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
variabel basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tingkat bunga, dan tingkat pajak secara bersama-sama terhadap laju pertumbuhan modal sendiri baik pada
perusahaan industri manufaktur maupun pada perusahaan industri perbankan dan jasa
keuangan, sedangkan secara parsial dari kelima variabel independent yang diteliti,
hanya variabel basic earning power, debt to equity ratio, dan plowback ratio yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap pertumbuhan modal sendiri, variabel tingkat
bunga dan tingkat pajak tidak mempunyai hubungan yang kuat terhadap perubahan
modal sendiri perusahaan, baik yang berada di industri manufaktur maupun industri
perbankan dan jasa keuangan. Sulistiadi (2000) menemukan bahwa variabel yang
paling berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri baik pada industri manufaktur
maupun industri perbankan dan jasa keuangan adalah variabel basic earning power.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan:
Apakah basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate
dan return on investment berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2005 – 2007 baik secara
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate dan return on investment terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2005 – 2007 baik secara simultan maupun secara parsial.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Peneliti
Sebagai bahan masukan bagi penulis menambah khasanah dan mengembangkan
wawasan dan pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan dan pasar modal
khususnya tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri
perusahaan.
2. Bagi Manajer Investasi
Sebagai bahan masukan bagi manajer investasi di dalam memberikan menyikapi
fenomena yang terjadi sehubungan dengan pertumbuhan modal sendiri perusahaan
dan faktor – faktor yang mempengaruhi.
3. Peneliti Lanjutan
Sebagai bahan masukan penelitian bagi peneliti – peneliti lain di dalam
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Sulistidi (2000) dan
Rahmanto (1994). Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis
dengan Sulistiadi (2000) adalah dengan menambahkan faktor-faktor yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori Permodalan
Sebelum diuraikan secara teoritis tentang laju pertumbuhan modal sendiri, ada
baiknya diketahui apa itu modal, struktur permodalan dan modal sendiri. Munawir
(2001) menyebutkan modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang
ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh
utang-utangnya. Dalam praktik kadang-kadang nampak adanya suatu klasifikasi di
dalam neraca yang pada umumnya membingungkan pembaca (sulit untuk ditafsir-kan)
dengan nama reserve (cadangan). Seharusnya cadangan ini diklasifikasikan sesuai
dengan klasifikasi Neraca yaitu aktiva, utang dan milik sendiri (modal) sehingga
cadangan pada prinsipnya juga terdiri dari tiga golongan yaitu: (Munawir, 2001).
1. Cadangan sebagai pengurang aktiva (reserve that offseting assets). Misalnya cadangan penyusutan (reserve for depreciation), cadangan ini merupakan pengurangan terhadap aktiva yang disusut, sehingga dalam neraca nampak di
sebelah debet mengurangi aktiva yang bersangkutan. Cadangan penyusutan itu
akan lebih tepat bila diberi nama lain yaitu "akumulasi penyusutan", atau
2. Cadangan sebagai utang (liability reserve), misalnya reserve for taxes (cadangan untuk pajak) merupakan suatu utang yang dicatat sebagai cadangan, ini tidak benar,
seharusnya cadangan untuk pajak ini dimasukkan dalam utang lancar (current liability), yaitu Utang Pajak atau Taksiran Utang Pajak.
3. Cadangan yang merupakan surplus, yang betul-betul merupakan hak para pemilik
perusahaan, misalnya "cadangan untuk ekspansi" adalah merupakan pemisahan
sebagian dari laba yang ditahan (retained earning), dan dalam neraca masuk dalam klasifikasi modal (appropriated surplus).
Atmaja (1999) menyebutkan bahwa modal adalah dana yang digunakan untuk
membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item – item
yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu hutang, saham biasa, saham preferen dan laba
ditahan.
Harnanto (2001) menyebutkan bahwa modal sendiri adalah modal dalam suatu
perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko
kerugian – kerugian lainnya. Tiap – tiap perusahaan harus memiliki sejumlah minimum
modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Munawir (2001) menyatakan bahwa struktur modal merupakan komposisi
pendanaan ekuitas (modal sendiri) dan utang pada suatu perusahaan. Struktur modal
sering kali dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber pendanaan. Stabilitas
keuangan perusahaan serta risiko gagal melunasi utang tergantung pada sumber
Struktur modal dapat diartikan sebagai paduan sumber dana jangka panjang
yang digunakan oleh perusahaan. Lebih lanjut Munawir dalam Awat (1999)
menyatakan struktur modal adalah proporsi antara utang jangka panjang dan modal
sendiri. Demikian pula menurut Riyanto (2001) bahwa struktur modal adalah
perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
Menurut Riyanto (2001) besar kecilnya struktur modal yang digunakan
perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Tingkat bunga
Tingkat bunga yang berlaku saat manajemen akan menentukan struktur modal akan
mempengaruhi jenis modal apa yang akan digunakan, apakah menggunakan saham
atau obligasi. Penggunaan obligasi hanya dibenarkan jika tingkat bunga obligasi
lebih rendah daripada earning power dari tambahan modal tersebut. 2. Stabilitas earning
Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh perusahaan akan menentukan
apakah perusahan dibenarkan untuk menggunakan modal dengan beban tetap
(utang) atau tidak. Jika perusahaan memiliki earning yang stabil maka perusahaan
akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya; sebaliknya perusahaan yang
memiliki earning tidak stabil akan menghadapi risiko tidak dapat membayar beban
3. Susunan aktiva
Pada kebanyakan perusahaan industri atau manufaktur di mana sebagian besar dari
modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan cenderung mengutamakan penggunaan
modal sendiri sedang modal asing atau utang hanya sebagai pelengkap, sedangkan
perusahaan yang sebagian besar aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek.
4. Risiko aktiva
Risiko yang melekat pada setiap aktiva perusahaan belum tentu sama. Semakin
panjang jangka waktu penggunaannya maka risikonya semakin besar. Jika
perusahaan memiliki aktiva yang peka terhadap risiko maka perusahaan harus
memilih banyak menggunakan modal sendiri yang relatif tahan risiko dan sedapat
mungkin mengurangi penggunaan modal asing (utang) yang memiliki risiko lebih
tinggi dibanding modal sendiri.
5. Jumlah modal yang dibutuhkan
Jumlah modal yang dibutuhkan atau diperlukan dapat mempengaruhi struktur
modal. Jika modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu bagi
perusahaan untuk menggunakan beberapa sekuritas secara bersamaan; misalnya
mengeluarkan saham dan obligasi secara bersamaan.
6. Keadaan pasar modal
Kondisi pasar sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh banyak faktor.
perusahaan harus memperhatikan kondisi pasar modal. Ketika investor menyukai
menanamkan dananya dalam pembelian saham, maka pada waktu itu perusahaan
lebih baik melakukan penerbitan saham.
7. Sifat manajemen
Bagi manajemen yang optimis terhadap masa depan perusahaan, umumnya akan
berani menangung risiko yang besar (risk seeker), sehingga akan lebih berani menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Sebaliknya
manajer yang bersifat pesimis dan tidak menyenangi risiko (risk averter) akan lebih suka menggunakan sumber dana intern untuk memenuhi kebutuhan dananya.
8. Besarnya perusahaan
Suatu perusahaan yang tergolong besar dimana sahamnya tersebar sangat luas,
penambahan saham untuk memenuhi kebutuhan dana tidak banyak mempengaruhi
kekuasaan atau pengendalian pemegang saham mayoritas. Oleh karena itu,
perusahaan besar umumnya lebih menyukai melakukan penerbitan saham baru
untuk memenuhi kebutuhan dananya. Adapun menurut Brigham dan Houston
(2001) besarnya kecilnya struktur modal atau utang suatu perusahaan ditentukan
oleh empat faktor berikut
9. Risiko bisnis
Risiko bisnis atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila
perusahaan tersebut menggunakan utang. Makin besar atau makin tinggi risiko
10.Pajak perusahaan
Alasan utama penggunaan utang oleh perusahaan adalah karena biaya bunga dapat
dikurangkan dalam perhitungan pajak.
11.Fleksibilitas keuangan
Fleksibilitas keuangan atau kemampuan perusahaan untuk menambah modal
dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Ketersediaan
modal yang cukup merupakan hal yang penting guna mendukung operasi
perusahaan yang stabil serta menentukan keberhasilan perusahan dalam jangka
panjang. Oleh karena itu dalam kondisi perekonomian yang sulit, atau apabila
peru-sahaan mengalami kesulitan operasi maka kemungkinan peruperu-sahaan tersebut
memperoleh pinjaman dari investor relatif kecil, sehingga kondisi tersebut akan
mempengaruhi struktur modal atau utang perusahaan.
12.Agresivitas manajemen
Pada perusahaan-perusahaan dengan manajer yang agresif pada umumnya lebih
cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba.
2.1.2. Komponen Struktur Modal
Harnanto (2001) mengklasifikasikan struktur permodalan atau sumber
permodalan dalam suatu perusahaan yang pokok dibedakan menjadi : (1) modal dari
pemilik – disebut juga modal sendiri dan (2) modal yang berasal dari kreditur – disebut
Karakteristik utama modal dari modal sendiri terletak pada :
(a) Tidak adanya jaminan atau keharusan untuk pembayarannya kembali dalam setiap
keadaan, dan;
(b) Tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang
disetor.
IAI (2004), menyebutkan bahwa ekuitas atau modal sendiri adalah hak residual
atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Aktiva lain – lain Aktiva Tetap Tak
Berwujud Aktiva Tetap Berwujud Investasi Jangka Panjang
Aktiva Lancar
Laba yang ditahan
Hutang Lancar Struktur Permodalan
Sumber : Harnanto (2001). Analisa Laporan Keuangan. Edisi Kedua, Cetkan Keempat. YKPN, Yogyakarta.
Gambar 2.1. : Struktur Aktiva dalam hubungannya dengan Struktur dan Komposisi Sumber Premodalan
Komponen ekuitas umumnya terdiri atas:
1. Modal Saham
Pada pos ini disajikan nilai nominal untuk setiap jenis saham. Di samping itu, pada
pos ini disajikan:
Jumlah saham, untuk setiap jenis saham sesuai dengan anggaran dasar
perusahaan.
b. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Pos ini merupakan bagian dari modal dasar yang telah ditempatkan dan disetor
penuh. Pada pos ini disajikan jumlah saham untuk tiap jenis saham.
2. Tambahan Modal Disetor-Bersih
Tambahan Modal Disetor disajikan di neraca dengan menjumlahkan pos-pos
berikut ini :
1) Agio Saham
Pos ini merupakan kelebihan setoran pemegang saham di atas nilai nominal.
2) Biaya Emisi Efek Ekuitas
Pos ini merupakan biaya yang berkaitan dengan penerbitan efek ekuitas
perusahaan. Biaya ini mencakup fee dan komisi yang dibayarkan kepada
penjamin emisi, lembaga dan profesi penunjang pasar modal, dan biaya
pencetakan dokumen pernyataan pendaftaran, biaya pencatatan efek ekuitas di
bursa efek, serta biaya promosi. Biaya-biaya yang berkaitan dengan pencatatan
saham di bursa efek atas saham yang sudah beredar dan biaya yang berkaitan
dengan dividen saham dan pemecahan saham tidak termasuk dalam pos biaya
emisi efek ekuitas. Dalam hal perusahaan melakukan pembagian saham bonus
yang berasal dari agio saham, jumlah yang dapat dibagikan adalah jumlah agio
3) Selisih Modal dari Perolehan Kembali Saham
Pos ini merupakan selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan
kembali, dengan :
a) Jumlah yang diterima saat pengeluaran saham (jika menggunakan cost method)
b) Nilai nominal (jika menggunakan parvalue method) c) Selisih Kurs atas Modal yang Disetor
Pos ini merupakan selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan
dengan transaksi modal.
d) Modal Sumbangan
Pos ini merupakan modal yang berasal dari sumbangan yang diperoleh
perusahaan dari pemerintah dan atau dari pemegang saham dan atau pihak
lain.
4) Modal Disetor Lainnya
Pos ini antara lain terdiri dari:
a) Setoran modal yang belum dapat dibukukan sebagai modal disetor penuh
karena masih menunggu pengesahan peningkatan Modal Dasar dari instansi
yang berwenang.
b) Dalam hal Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu,
uang muka pemesanan saham disajikan sebagai Modal Disetor Lainnya.
modal saham (oversubscribed), maka kelebihan tersebut harus disajikan sebagai kewajiban lancar.
c) Nilai waran pisah (detachable warrants) yang belum dan tidak
dilaksanakan. Tambahan Modal Disetor tetap disajikan tersendiri walaupun
bersaldo negatif.
3. Selisih Kurs atas Penjabaran Laporan Keuangan
Pos ini merupakan selisih kurs yang timbul dari:
1) Penjabaran pendapatan dan beban dengan menggunakan kurs yang berlaku pada
tanggal transaksi dan aktiva serta kewajiban dengan menggunakan kurs penutup
2) Penjabaran saldo awal investasi neto dalam entitas asing dengan kurs yang
berbeda dari yang dilaporkan sebelumnya.
3) Perubahan lain atas ekuitas dalam entitas asing.
4. Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Perusahaan Asosiasi
Pos ini merupakan perbedaan antara nilai investasi perusahaan pada perusahaan
asosiasi sebagai akibat adanya perubahan ekuitas perusahaan asosiasi yang bukan
berasal dari transaksi antara perusahaan dengan perusahaan asosiasi tersebut.
5. Keuntungan atau Kerugian yang belum Direalisasi dari Efek yang
Tersedia untuk Dijual.
Pos ini merupakan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi dari efek
6. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Pos ini merupakan tambahan nilai aktiva tetap sebagai hasil penilaian kembali
sesuai ketentuan Pemerintah, setelah memperhitungkan pajak yang terkait. Pos ini
disajikan apabila perusahaan memilih untuk membukukan hasil penilaian kembali
aktiva tetap.
7. Saldo Laba
Pos ini merupakan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan
pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Dalam hal dilakukan kuasi
reorganisasi, jumlah saldo laba negatif (defisit) yang dieliminasi harus disajikan
selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun kuasi reorganisasi dilakukan. Tanggal
terjadi kuasi reorganisasi harus diungkapkan pada pos saldo laba untuk jangka
waktu sepuluh tahun ke depan.
8. Modal Saham Diperoleh Kembali
Pos ini merupakan nilai saham perusahaan yang diperoleh kembali dan disajikan
sebagai pengurang ekuitas.
2.1.3. Laju Pertumbuhan Modal Sendiri
Struktur permodalan dan pengalokasian modal suatu perusahaan akan sangat
berperan penting didalam menjaga stabilitas financial dan going concern perusahaan. Peran penting permodal dan pengalokasian modal terutama disebabkan oleh perbedaan
karakteristik di antara tiap – tiap jenis/sumber permodalan itu secara umum mempunyai
akibat atau pengaruh pada dua aspek penting didalam kehidupan setiap perusahaan,
yaitu :
(1) Terhadap kemampuannya untuk menghasilkan laba dan;
(2) Terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang/ kewajiban-
kewajiban panjangnya (solvabilitas).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa stabilitas financial dan going concern suatu perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan struktur permodalannya, dimana salah satunya adalah modal sendiri. Bringham (1996 : 184) menyebutkan
berbagai faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri suatu perusahaan.
Penelitian ini mencoba untuk mengetahui besarnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut
dan menyertakannya dalam model yang akan digunakan dalam penelitian.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal
sendiri dapat diamati dengan mengembangkan suatu model di mana pertumbuhan
modal sendiri merupakan variabel dependent dengan aspek-aspek keuangan sebagai
variabel independent.
Menurut Brigham (1996:184) metode pengukuran laju pertumbuhan (g=growth rate) dijelaskan dengan menggunakan model laba ditahan:
dimana:
b = retention rate
b = (1 - dividend payout) b = (1-d)
r = ROE
sehingga laju pertumbuhan dapat dituliskan sebagai:
g = (1-d) x ROE
Model tersebut menyatakan bahwa laju pertumbuhan (g) merupakan fungsi
Return on Equity. Hubungan Return on Equity dengan komponen financial lainnya dapat diuraikan sebagai berikut:
EBIT Basic Earning Power =
Total Assets
dimana : Total Asset = Debt + Equity = D + E
sehingga :
E D
EBIT EP
+ =
atau :
EBIT = EP x (D+E)
Diketahui :
EBT = EBIT – Interest Payment
EBT = EBIT – (i x D)
Substitusi EBIT = EP x (D+E) :
Diketahui :
Substitusi EAT = EBT x (1-tax):
E
Return On Equity merupakan perkalian antara Return On Asset dengan leverage
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Leverage x
ROA
Adapun Return On Asset (ROA) atau rentabilitas asset diperoleh dari perkalian antara tingkat perputaran asset dengan profit margin, yaitu:
PM
dimana: TAT = Total Asset Turn Over ( tingkat perputaran total aktiva) S = Sales (penjualan)
TA = Total Asset (total aktiva) PM = Profit Margin (margin laba) NI = Net Income (laba bersih)
Dengan demikian, persamaan ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
S NI x TAT
ROA=
Akhirnya hubungan laju pertumbuhan (g) dengan komponen finansial yang
mempengaruhinya dapat diturunkan dengan melakukan penggabungan persamaan di
Model matematis pertumbuhan di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
equity (g) merupakan fungsi EP, D/E, b, i, dan t, sehingga dapat dituliskan:
∫
= (EP,D/E,b,i,t)
g
Selanjutnya, Laju pertumbuhan modal sendiri dihtiung sebagai berikut
(Brigham 1996) :
Jumlah modal sendiri pada tahun t - Jumlah modal sendiri pada tahun t-1
g = x 100%
Jumlah modal sendiri pada tahun t - 1
2.1.4. Basic Earning Power
Basic Earning Power menunjukkan kemampuan perusahaan memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini membandingkan profit dengan asset yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut. Brigham (1996),
menghitung Basic Earning Power sebagai berikut:
EBIT pada tahun t
Basic Earning Power = x 100
Total Asset pada tahun t
Karenanya, basic earning power dapat mengindikasikan efisiensi manajemen dalam menggunakan asset perusahaan untuk mendapatkan profit.
Basic earning power yang positif menunjukkan bahwa total asset yang digunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba perusahaan. Sebaliknya,
pengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan equity karena profit yang diperoleh dan ditahan akan menambah jumlah equity, sehingga pertumbuhan equity meningkat. Apabila asset yang digunakan untuk operasi perusahaan tidak memberikan laba bagi
perusahaan, maka kerugian yang diperoleh akan mengurangi jumlah equity, sehingga tingkat pertumbuhan equity akan menurun.
2.1.5. Debt to Equity Ratio
Perusahaan memiliki pilihan untuk menentukan sumber pembiayaan
perusahaan. Hutang (debt) dan saham (stock) adalah sumber pembiayaan eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menyediakan keperluan finansial
perusahaan. Laba ditahan adalah sumber dana internal yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan financial perusahaan.
Debt to equity ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara total hutang dengan total equity. Rasio tersebut menunjukkan seberapa besar perusahaan didanai oleh pihak kreditur. Semakin tinggi debt to equity ratio berarti semakin besar dana yang diambil dari luar perusahaan.
Penggunaan hutang atau modal sendiri terhadap tingkat pertumbuhan equity
Sumber : Foster, George., 2001. Financial Statement Analysis. 2nd edition. Singapore: Prentice-Hall International, Inc.
Gambar 2.2. Hubungan antara Debt to Equity Ratio dengan Pertumbuhan modal
Pada posisi tingkat bunga pinjaman (i) lebih rendah dari tingkat basic earning power (EP), penggunaan hutang dalam pendanaan operasi perusahaan akan meningkatkan pertumbuhan equity (g). Pada posisi ini, tambahan porsi hutang akan memberikan penghematan pajak yang lebih besar dibanding beban bunga yang
ditanggung, sehingga earning after tax meningkat relatif lebih besar terhadap equity -nya. Karenanya, pada posisi ini, penambahan porsi hutang akan memberi dampak
akan meningkatkan pertumbuhan equity (g). Berarti pada posisi ini, debt to equity ratio
berpengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan equity.
Sebaliknya pada posisi dimana bunga pinjaman (i) lebih tinggi dari tingkat EP,
penggunaan hutang dalam pendanaan operasi perusahaan justru akan menurunkan
pertumbuhan equity (g). Pada posisi dimana i > EP, tambahan hutang akan
menimbulkan beban bunga yang lebih besar dibanding penghematan pajak, sehingga
Earning After Tax menurun relatif lebih besar terhadap equity-nya. Karenanya, pada posisi ini, penambahan porsi hutang akan memberi dampak negatif terhadap
pertumbuhan equity. Maka, pada posisi ini, debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap tingkat pertumbuhan equity (g). Pada kondisi tersebut, perusahaan akan dapat menaikkan tingkat pertumbuhan equity apabila perusahaan menggunakan modal sendiri. Pada posisi dimana tingkat bunga pinjaman (i) sama dengan EP, makin
besarnya penggunaan hutang tidak akan mempengaruhi EP.
Sebagaimana didefinisikan Brigham (1996), debt to equity ratio dihitung sebagai berikut :
Jumlah seluruh debt pada tahun t
Debt to Equity Ratio = x 100% Jumlah seluruh equity pada tahun t
2.1.6. Plowback Ratio.
dibagikan sebagai dividen tersebut akan menambah jumlah equity sehingga memberi pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan equity.
Karena plowback ratio merupakan bagian keuntungan yang tidak dibagikan sebagai dividen, maka plowback ratio tergantung pada tingkat dividen yang besarnya diusulkan oleh manajemen puncak dan ditetapkan oleh rapat umum pemegang saham.
Brigham (1996) memformulasikan Plowback Ratio sebagai berikut :
Plowback Ratio = (1- dividend payout ratio)
Dimana Dividend Payout Ratio adalah bagian atas laba yang dibagikan dalam bentuk kas deviden kepada para pemegang saham. Rumus yang digunakan untuk
menghitung Dividend Payout Ratio adalah :
Dividend Payout Ratio =
EPS
Saham per
Kas Dividen
% 100 x
2.1.7. Tingkat Bunga dan Pajak
Bunga adalah pembayaran bunga karena melakukan pinjaman dari pihak lain
(bunga hutang), sedangkan pajak merupakan pajak perseroan perusahaan yang harus
dibayar perusahaan, yang tarifnya telah ditetapkan pemerintah.
Menurut Brigham (1996), Interest Rate dihitung sebagai berikut :
Interest Expense
Interest Rate= x 100% = …….% Long term debt + Short term debt
Hubungan tingkat bunga dengan pertumbuhan modal sendiri adalah bersifat
pajak. Begitu pula dengan pembayaran pajak otomatis akan mengurangi laba bersih
sesudah pajak sehingga juga mempunyai hubungan yang negatif dengan pertumbuhan
modal sendiri.
Tingkat pajak di sini adalah prosentase dari pendapatan perusahaan yang harus
dibayarkan oleh perusahaan kepada pemerintah. Untuk menghitung tingkat pajak,
dipergunakan proxy, (Brigham ,1996) yaitu:
Tax
Tax rate = x 100 % = …….%
Earning Before Tax
2.1.8. Return On Investment (ROI)
Return on investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih (setelah dikurangi
beban pajak). Cara menghitung rasio ini adalah ditunjukkan dengan rumus :
Keuntungan Netto Sesudah Pajak
ROI = x 100% = ……… %
Total Aktiva
Hubungan return on investment dengan pertumbuhan modal sendiri adalah bersifat positif karena semakin tinggi tingkat perputaran aktiva akan meningkatkan
penjualan yang selanjutnya akan meningkatkan laba dan pada akhirnya berdampak
positif terhadap pertumbuhan modal sendiri.
Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa hasil penelitian terdahulu.
Penelitian terdahulu dimaksud ditunjukkan melalui matriks berikut ini.
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel Yang
Digunakan
Kesimpulan
1 Harris & Raviv (1991)
The Theory of Capital Structure Tangibility of asset (X1),
Bahwa tangibility of asset yang diproxy melalui rasio
fixed asset to total asset memiliki hubungan positif dengan jumlah pemakaian hutang, investment opportunity yang diproxy dari market to book value
memiliki hubungan negatif dengan pemakaian utang,
firm size yang diwakili Ln Net Sales memiliki hubungan positif dengan pemakaian utang (kecuali Jerman) dan Profitability yang diwakili oleh ROA memiliki hubungan dengan negatif (kecuali untuk Jerman)
2 Titman & Wessels
(1988)
The Determinants of Capital Structure Choice
Bahwa uniqueness yang diwakili oleh selling expenses/sales memiliki hubungan negatif dengan pemakaian utang. Titman & Wessels berpendapat bahwa perusahaan yang memproduksi barang yang memerlukan penanganan khusus akan sangat mahal bila dilikuidasi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang menciptakan mesin atau peralatan berat lainnya cenderung menggunakan hutang lebih sedikit. Biaya menambah hutang dan modal sendiri juga berhubungan dengan ukuran perusahaan. Dalam hubungannya dengan profitabilitas, bahwa perusahaan lebih menyukai menambah modal pertama dari laba ditahan, kedua dari hutang dan ketiga dari modal sendiri.
3 Handini (1992)
Analisis Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Produk Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Return on investment dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri
4 Surwanti (1993)
Pengaruh Return on Assets, Debt Equity Ratio, dan Plowback Ratio Terhadap Laju Pertumbuhan Modal Sendiri Produk Konsumsi Yang Terdaftar di Busar Efek Jakarta
Return on assets
Return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan modal sendiri.
5 Rahmanto (1994)
Analisis Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal Sendiri Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Return on assets dan tingkat bunga berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri. Sedangkan debt to equity ratio dan plowback ratio
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri.
6 Rasyid (1998)
Analisis Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal Sendiri
Return on assets (X1)
Debt to equity
Manufaktur Yang Terdaftar di
Analisis Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal Sendiri pada Industri Manufaktur dan Industri Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun Amatan 1995-1996
Terdapat pengaruh yang signifikan variabel basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tingkat bunga, dan tingkat pajak secara bersama-sama terhadap laju pertumbuhan modal sendiri baik pada perusahaan industri manufaktur maupun pada perusahaan industri perbankan dan jasa keuangan. Sedangkan secara parsial dari kelima variabel independen yang diteliti, hanya variabel basic earning power, debt to equity ratio, dan plowback ratio yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap pertumbuhan modal sendiri, variabel tingkat bunga dan tingkat pajak tidak mempunyai hubungan yang kuat terhadap perubahan modal sendiri perusahaan, baik yang berada di industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa keuangan. Sulistiadi (2000) menumukan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri baik pada industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa keuangan adalah variabel basic earning power
Titman & Wessels (1988) menemukan bahwa uniqueness yang diwakili oleh
selling expenses/sales memiliki hubungan negatif dengan pemakaian utang. Titman & Wessels berpendapat bahwa perusahaan yang memproduksi barang yang memerlukan
penanganan khusus akan sangat mahal bila dilikuidasi. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa perusahaan yang menciptakan mesin atau peralatan berat lainnya cenderung
menggunakan hutang lebih sedikit. Biaya menambah hutang dan modal sendiri juga
berhubungan dengan ukuran perusahaan. Dalam hubungannya dengan profitabilitas,
bahwa perusahaan lebih menyukai menambah modal pertama dari laba ditahan, kedua
dari hutang dan ketiga dari modal sendiri.
Harris & Raviv (1991) meneliti 4 (empat) faktor yang mempengaruhi struktur
asset memiliki hubungan positif dengan jumlah pemakaian hutang, investment opportunity yang diproxy dari market to book value memiliki hubungan negatif dengan pemakaian utang, firm size yang diwakili Ln Net Sales memiliki hubungan positif dengan pemakaian utang (kecuali Jerman) dan Profitability yang diwakili oleh ROA memiliki hubungan dengan negatif (kecuali untuk Jerman).
Handini (1992) hanya meneliti perusahaan produk konsumsi, sedangkan
Surwanti (1993) meneliti pada perusahaan manufaktur secara keseluruhan. Rahmanto
(1994) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri pada
industri perbankan tetapi tidak tercatat di Bursa Efek Jakarta. Rasyid (1998) melakukan
penelitian yang membandingkan dua jenis industri, yaitu membandingkan industri
manufaktur dan industri non manufaktur, dengan faktor yang mempengaruhinya adalah
return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio.
Hasil penelitian Handini (1992) menunjukkan bahwa return on investment dan
plowback ratio berpengaruh secara signifikan, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil penelitian Surwanti (1993) menunjukkan return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan modal sendiri.
Faktor-faktor yang diteliti oleh Rahmanto (1994) selain faktor return to assets,
debt to equity ratio, dan plowback ratio, ditambah dengan faktor tingkat suku bunga
pinjaman. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmanto, faktor yang berpengaruh
ratio dan plowback ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri.
Hasil peneltian yang dilakukan oleh Rasyid (1998) adalah untuk industri
manufaktur, faktor-faktor return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio
berpengaruh secara signifikan, sedangkan untuk industri non manufaktur terdapat
variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan, yaitu variabel plowback ratio.
Sulistiadi (2000) melakukan replikasi penelitian keempat peneliti terdahulu
dengan menambah variabel basic earning power, interest dan tax sebagai variabel bebas yang mempengaruhi laju pertumbuhan sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan
terhadap industri manufaktur dan industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta tahun 1992-1996 menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh yang signifikan
variabel basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tingkat bunga, dan tingkat pajak secara bersama-sama terhadap laju pertumbuhan modal sendiri baik pada
perusahaan industri manufaktur maupun pada perusahaan industri perbankan dan jasa
keuangan, sedangkan secara parsial dari kelima variabel independen yang diteliti,
hanya variabel basic earning power, debt to equity ratio, dan plowback ratio yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap pertumbuhan modal sendiri, variabel tingkat
bunga dan tingkat pajak tidak mempunyai hubungan yang kuat terhadap perubahan
modal sendiri perusahaan, baik yang berada di industri manufaktur maupun industri
paling berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri baik pada industri manufaktur
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, tinjauan teoritis dan penelitian
terdahulu, sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka peneliti membuat kerangka
konseptual seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 3.1. Diagram Kerangka Konseptual
Struktur modal merupakan kompoisis pendanaan ekuitas (modal sendiri) dan
utang pada suatu perusahaan (Wild et al., 2005). Riyanto (2001) besar kecilnya
struktur modal yang digunakan perusahaan dipengaruhi faktor : tingkat bunga,
stabilitas earning, susunan aktiva, risiko aktiva, jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, besarnya perusahaan, risiko bisnis.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri terdiri dari
basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate Basic Earning Power
Pertumbuhan Equity Debt to Equity Ratio
Plowbak Ratio Interest and Tax Rate Return on Investment
pertumbuhan modal sendiri : basic earning power berpengaruh positif, debt to equity ratio berpengaruh negatif, plowback ratio berpengaruh positif, interest and tax rate
berpengaruh negatif
3.2. Hipotesis
Sesuai dengan permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan teoritis dan tinjauan
penelitian terdahulu, selanjutnya disusun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini,
yaitu:
H1. : Basic earning power, debt to equity ratio, plow back ratio, tingkat bunga dan pajak serta return on investment berpengaruh terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian causal effect, dimana penelitian yang dilakukan diarahkan untuk memperoleh fakta – fakta dari fenomena
yang ada dan mencari keterangan – keterangan secara faktual tentang faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta tahun 2005 – 2007. Faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri dimaksud terdiri dari Basic earning power, debt to equity ratio, plow back ratio, tingkat bunga dan pajak serta return on investment.
4.2. Populasi Dan Sampel
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel hanya pada perusahaan yang
telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta sesudah tahun 2004, karena data yang digunakan
untuk analisa penelitian, adalah data perusahaan tahun 2005 sampai dengan 2007,
kecuali untuk menghitung laju pertumbuhan ekuitas internal perusahaan data
perusahaan diambil dari tahun 2004 - 2007. Faktor-faktor yang diteliti adalah basic eearning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tingkat bunga dan pajak serta
suatu output yang telah berubah wujudnya. Dapat juga dikatakan perusahaan
manufaktur adalah perusahaan yang mengubah bahan mentah menjadi produk akhir
melalui usaha para pekerja pabrik dengan menggunakan peralatan produksi
Populasi dalam penelitian adalah perusahaan pada industri manufaktur yang
tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2005-2007. Jumlah
populasi dalam penelitian ini sebanyak adalah 109 perusahaan industri. Pengambilan
sample dilakukan berdasarkan purposive sampling, dengan kriteria :
1. Sampel diambil dari data yang tersedia di Jakarta Stock Exchange (JSX) Watch
dan laporan keuangan perusahaan pada tahun 2005-2007.
2. Sampel yang diambil merupakan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Jakarta sesudah tahun 2004 karena penulis meneliti untuk tahun pengamatan
2005 -2007. Tetapi khusus untuk menghitung laju pertumbuhan modal sendiri
diambil data tahun 2004-2007.
3. Perusahaan yang diteliti tidak melakukan emisi saham baru pada periode
2004-2007.
Sesuai dengan ketiga kriteria di atas, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 78 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Tabel 4.1. Pengambilan Sampel Berdasarkan Purposive Sampling
No. Distribusi Sampel Total
1.
3.
4.
5.
Perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari 2005 – 2007
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama tiga tahun berturut – turut, yaitu dari tahun 2005-2007
Perusahaan yang tidak mempunyai laporan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember
Perusahaan yang melakukan emisi saham baru pada periode 2005 – 2007
109
(8)
(3)
(20)
Jumlah 78
4.3. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam variabel, yaitu
laju pertumbuhan modal sendiri (g) sebagai variabel dependen dan lima variabel independen yang terdiri dari Basic Earning Power (BEP=X1), Debt to Equity Rati
(DER=X2), Plowback Ratio (PR=X3), Interest and Tax Rate (ITR=X4), dan Return on
4.4. Variabel Operasional Penelitian
Matrik variabel operasional penelitian ditunjukkan pada tabel berikut ini.
1. Tabel 4.2. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel
Penelitian Definisi Parameter
Skala
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang
1-Devident Payout Ratio Rasio
Interest and
pemerintah.
(a) Laju Pertumbuhan Modal Sendiri (g=Y)
Laju pertumbuhan modal sendiri adalah rasio naik atau turunnya modal sendiri
yang diinvestasikan. Rumus yang digunakan menghitung laju pertumbuhan modal
sendiri.
Jumlah modal sendiri pada tahun t - Jumlah modal sendiri pada tahun t-1
g = x 100%
Jumlah modal sendiri pada tahun t - 1
(b) Basic Earning Power (BEP=X1)
Basic Earning Power menunjukkan kemampuan perusahaan memanfaatkan
assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini membandingkan profit
dengan asset yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut.
EBIT pada tahun t
Basic Earning Power = x 100%
(c) Debt to Equity Ratio (DER=X2)
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara total
hutang dengan total equity. Rumus yang digunakan untuk menghitung DER adalah : Jumlah seluruh debt pada tahun t
Debt to Equity Ratio = x 100%
Jumlah seluruh equity pada tahun t
(d) Plowback Ratio (PR=X3)
Plowback ratio merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Tingkat laba yang tidak
dibagikan sebagai dividen tersebut akan menambah jumlah equity sehingga
memberi pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan equity. Brigham (1996: 635) memformulasikan Plowback Ratio sebagai berikut :
Plowback Ratio = (1- dividend payout ratio)
Dimana Dividend Payout Ratio adalah bagian atas laba yang dibagikan dalam bentuk kas deviden kepada para pemegang saham. Rumus yang digunakan
untuk menghitung Dividend Payout Ratio adalah :
Dividend Payout Ratio =
EPS
Saham per
Kas Dividen
x 100%
(e) Interest and Tax Rate (ITR=X4)
Interest rate adalah rasio pembayaran bunga karena melakukan pinjaman dari pihak
Interest + Tax Expense
Interest and Tax Rate = x 100%
EBIT
(f) Return on Investment (ROI= X5)
Return on investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih (setelah dikurangi beban
pajak). Cara menghitung rasio ini adalah ditunjukkan dengan rumus :
Keuntungan Netto Sesudah Pajak
ROI = x 100%
Total Aktiva
4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah Bursa Efek Jakarta, sebagai lembaga pasar modal
Indonesia. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2008 sampai dengan
Desember 2008.
4.6.Teknik Pengumpulan Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi laporan
keuangan tahunan perusahaan-perusahaan yang dimuat dalam Jakarta Stock Exchange
(JSX) Watch. Sumber data yang digunakan untuk menghitung variabel-variabel dalam
penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Jakarta periode 2005 hingga 2007. Sumber data
diperoleh dari Laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi
tahun 2005 – 2007 dari Jakarta Stock Exchange (JSX) Watch. Data penelitian ini
4.7. Uji Asumsi Klasik
Suatu instrumen pengamatan dinyatakan layak untuk diteliti bila data tersebut
terbebas dari asumsi – asumsi klasik statistik, antara lain asumsi multikolineritas,
autokorelasi, heteroskesdastisitas dan normalitas.
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar
variabel bebas (independent). Model yang baik seharusnya tidak terjadi adanya korelasi antara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas,
yaitu dengan menganalisis nilai tolerance serta Variance Inflation Faktor (VIF) >1 dan nilai tolerance <1.
b. Uji Autokorelasi
Digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya
autokorelasi, yaitu dengan Durbin Watson (DW), yaitu dengan membandingkan
nilai DW statistic dengan DW table. Apabila nilai DW statistic terletak pada daerah
no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi.
Untuk mengetahui posisi tersebut terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk
menentukan nilai Durbin-Watson dengan rumus : 4-du dan 4-dl. Untuk mencari
Sumber : Ghozali (2005)
0 dl du (4-du) 4-dl 4
Ho diterima (no serial correlation)
Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)
Gambar 4.1. Diagram Durbin – Watson
Ghozali (2005) mendeteksi autokorelasi dengan indicator sebagai berikut :
a. Jika nilai DW hitung > batas atas (du) tabel, berarti terdapat autokorelasi
b. Jika nilai DW hitung < batas atas (du) tabel, berarti terdapat autokorelasi
c. Uji Heteroskedastiitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastistas dilakukan uji Glejser
dengan melihat tingkat signifikansi dari hasil regresi nilai absolute residual sebagai
variabel terikat dengan variabel bebas. Deteksi ada atau tidaknya
heterosdekastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola
tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik plot
(scatterplot) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID). Gujarati (2005) menggunakan Glesjer untuk memformalkan grafik
dengan melakukan regresi terhadap model regresi dan kembali melakukan regresi
terhadap residual untuk menentukan koefisien kemiringan yang signifikan, dan
- t hitung > t tabel = terjadi heterokedastisitas
- t hitung ≤ t tabel = tidak ada heterokedastisitas
d. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam suatu variabel
penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak
digunakan adalah data yang memiliki distribusi atau sebaran normal. Normalitas
data dapat dlihat dengan Nilai Skewness (kecondongan), yaitu dengan
membandingkan nilai nilai Zskewness dan nilai Z tabel (Ghozali, 2005), dengan
ketentuan :
a. Zskewnes < Ztabel menunjukkan data dalam suatu variabel memiliki sebaran
normal.
b. Zskewnes > Ztabel menunjukkan data dalam suatu variabel memiliki sebaran
tidak normal.
4.8. Model Analisis Data
Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini
Y = b0 + b1XBEP + b2XDER + b3XPR + b4XITR + b5XROI + e
4.9. Pengujian Hipotesis
Ghozali (2003) membuktikan hipotesis dengan menggunakan alat uji sebagai
berikut :
1. Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95 % (α=0,05).
Urutan uji F
a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.
H0 : 1 = 2 = 3 =……….= 5 = 0
Ha : Paling sedikit ada satu i ≠ 0 i = 1,2,3,…….5
b. Menghitung F-hitung dengan menggunakan rumus yaitu :
Dengan kriteria tersebut, diperoleh nilai Fhitung yang dibandingkan dengan
Ftabel dengan tingkat resiko (level of significant) dalam hal ini 0,05 dan degree
of freedom = n-k-1.
c. Kriteria Pengujian :
dimana : Fhitung > Ftabel = H0 ditolak
Fhitung≤ Ftabel = H0 diterima
2. Uji-t statistik, untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan
tingkat keyakinan 95 % (α = 0,05).
Urutan Uji t :
a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.
H0 : i = 0 i = 1,2,3,…...5
Ha : i≠0 i = 1,2,3,…….5
Menghitung t-hitung dengan menggunakan rumus :
dimana :
bi = koefesien regresi masing-masing variabel
Sbi = standar error masing-masing variabel
i i hit
sb b
Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai thitung yang kemudian
dibandingkan dengan ttabel pada tingkat keyakinan 95%.
b. Kriteria pengujian :
t hitung>t tabel = H0 ditolak
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor – faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2005 - 2007. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah pertumbuhan modal sendiri, sedangkan variabel independen yang digunakan
adalah basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate
dan return on investment. Analisis deskriptif dari masing-masing variabel dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 5.1. Statistik Deskriptif Basic Earning Power (BEP) Tahun
Deskripsi 2005 2006 2007
Rata – Rata 16.50 10.66 14.42
Std Dev 24.64965 13.4184 19.82451
Maximum 134.44 62.97 96.57
Minimum -37.50 -25.46 -12.39
Tabel 5.1. diatas menunjukkan bahwa rata–rata rasio kemampuan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta didalam memanfaatkan assetnya untuk
menghasilkan keuntungan (profit) pada tahun 2005 sebesar 16,50%, standar deviasi
24,65% dengan Nilai maximum 134,44% dan minimum -37,50%. Rata–rata rasio
memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit) pada tahun 2006
sebesar 10,66%, standar deviasi 13,42% dengan Nilai maximum -62,67 % dan
minimum -25,46%. Rata–rata rasio kemampuan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta didalam memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan
(profit) pada tahun 2007 sebesar 14,42%, standar deviasi 19,83% dengan Nilai
maximum 96,57% dan minimum -12,39%. Deskripsi ini menunjukkan bahwa Rata–
rata kemampuan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta didalam
memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit) dari tahun 2005 –
2007 yang diinterpretasikan melalui rasio basic earning power masih tergolong rendah dan berfluktuasi.
Statistik deskriptif bagian dari modal sendiri perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2005 – 2007 dijadikan jaminan untuk
keseluruhan hutang diinterpretasikan melalui debt to equity ratio, seperti ditunjukkan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 5.2. Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio Tahun
Deskripsi
2005 2006 2007
Rata – Rata 244.34 137.43 439.58
Std Dev 636.1522 914.4624 2882.123
Maximum 5,079.80 5,879.42 25,494.69
Minimum -1,026.32 -5,264.13 -893.68
Tabel 5.2. diatas menunjukkan bahwa rata – rata bagian dari modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang pada tahun 2005 sebesar 244,34%, standar