FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEIKUTSERTAAN WANITA PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN KB IUD DI DESA
TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2010
S K R I P S I
OLEH :
NIM 071000240 YANTI NASUTION
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEIKUTSERTAAN WANITA PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN KB IUD DI DESA
TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2010
S K R I P S I
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM 071000240 YANTI NASUTION
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEIKUTSERTAAN WANITA PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN KB IUD DI DESA
TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM 071000240 YANTI NASUTION
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 29 Juni 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji :
Ketua Penguji Penguji I
Asfriyati SKM, MKes.. dr. Yusniwarti Yusad, Msi NIP. 19701220 199403 2 001 NIP. 19510520 198703 2 001
Penguji II Penguji III
dr. Ria Masniari Lubis, MSi
NIP. 19531018 198203 2 001 NIP. 19581202 199103 1 001 Drs. Abdul Jalil Amri Arma, MKes
Medan, Juni 2010
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Dekan,
ABSTRAK
Dalam paradigma baru program KB sangat ditekankan pada pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya adalah IUD yang merupakan salah satu metode kontrasepsi non hormonal yang efektif dengan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Namun kenyataannya di Indonesia alat kontrasepsi yang lebih populer adalah kontrasepsi hormonal, padahal pemakaian kontrasepsi jangka panjang dapat terjadi risiko, salah satunya terkena osteoporosis. Banyak faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan KB IUD.
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010. Populasi penelitian adalah seliruh wanita PUS yang ber-KB di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan dan sampel penelitian berjumlah 140.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi wanita PUS dalam penggunaan KB IUD adalah faktor pengetahuan ibu (p = 0,008), faktor sikap ibu (p = 0,000), faktor partisipasi suami (p = 0,011) dan faktor pelayanan KB (p = 0,000).
Disarankan kepada petugas kesehatan dan petugas lapangan KB harus memiliki skil yang terampil sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dan turut menyertakan suami dalam memberikan penyuluhan agar dapat memilih IUD sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien.
ABSTRACT
In the new paradigm of family planning/KB programs is emphasized on the importance of efforts to respect the reproductive rights as an integral effort in improving the quality of the family. There are a variety of contraceptive options, one of the options is IUD which is one of non-hormonal contraceptive methods are effective with a one-time installation for a long time. But the reality in Indonesia, the more popular contraception is hormonal contraception, although in long-term contraception risks can occur, one of them is osteoporosis. Many factors affect the participation of women of reproductive age couples (EFA)/PUS in the use of Family Planning IUD.
This study is a survey research with descriptive analytic design which aimed to identify factors that influence the participation of EFA/PUS women use an IUD Family Planning in Tanjung Rejo Village Percut Sei Tuan Sub District in 2010. The study population were all EFA/PUS women who joined KB that were in the village of Tanjung Rejo Percut Sei Tuan sub district and samples consist of 140 people.
The results obtained showed that the factors that affect EFA/PUS women use an IUD KB is the mothers knowledge factor (p = 0.008), mothers attitude factors (p = 0.000), husband participation factor (p = 0.011) and family planning/KB service factor (p = 0.000).
Suggested to the health and family planning/KB field officers must have good skills according to the standards in providing services and counseling to enhance knowledge and attitude of the mother and also make the husband include in counseling so that they both can be able to choose an efficient and effective contraception.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yanti Nasution
Tempat/Tanggal Lahir : Dumai/18 Februari 1984
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat Rumah : Jl. Kopi 17 no.11 Perumnas Simalingkar
Medan.
RiwayatPendidikan
1. Tahun 1988-1990 : TK Tunas Harapan I
2. Tahun 1990-1996 : SD 2 YKPP Bukit Datuk Dumai
3. Tahun 1996-1999 : SMP YKPP Bukit Datuk Dumai
4. Tahun 1999-2002 : SMU NEGERI 2 Dumai
5. Tahun 2003-2006 : Akademi Kebidanan Politekes Medan
6. Tahun 2007-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
Riwayat Pekerjaan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “FFaakkttoorr-
-F
Faakkttoorr yyaanngg MMeemmeennggaarruuhhii KKeeiikkuuttsseerrttaaaann WWaanniittaa PPaassaannggaann UUssiiaa SSuubbuurr ddaallaamm
P
Peenngggguunnaaaann KKBB IIUUDD ddii DDeessaa TTaannjjuunngg RReejjoo KKeeccaammaattaann PPeerrccuutt SSeeii TTuuaann TTaahhuunn
2
2001100.”. .
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui
kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari
berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran
masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penasehat akademik yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi penulis selama melaksanakan perkuliahan
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi. selaku Kepala Departemen Kependudukan dan
Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan
selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan kritik dan saran yang positif
untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah
4. Seluruh dosen dan staf Administrasi di Departemen Kependudukan dan
Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Kepala PLKB Kecamatan Percut Sei Tuan beserta staf yang telah banyak
membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Kepala Desa Tanjung Rejo Percut Sei Tuan beserta staf yang telah banyak
membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Ayahanda Nirwan Nasution dan ibunda Hartati yang telah memberikan dukungan
moril maupun materil dan do’a dalam cintanya di setiap langkah penulis, suamiku
tersayang Faisal Ariza, abang dan adik-adikku tersayang beserta keluarga besar
yang juga turut memberikan dukungan moril dan spirituil kepada penulis.
8. Rekan-rekan sepeminatan di Departemen Kependudukan dan Biostatistik dan
semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT senatiasa melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.
Medan, 27 Juni 2010
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Keluarga Berencana ... 4
2.1.1. Pengertian... 4
2.1.2. Tujuan Keluarga Berencana ... 4
2.1.3. Sasaran dan Target Program KB ... 5
2.1.4. Pelayanan Keluarga Berencana ... 5
2.1.5. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi... 6
2.2.Akseptor KB ... 7
2.5.Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keengganan Wanita PUS Dalam Penggunaan KB IUD ... 13
2.5.1. Umur ... 13
2.5.2. Tingkat Pengetahuan ... 14
2.5.4. Jumlah Anak ... 15
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 19
3.6.9 Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD .... 22
3.7.Pengolahan dan Analisis Data ... 23
3.7.1. Pengolahan Data ... 23
3.7.2. Analisis Data ... 23
3.8.Uji Validitas dan Reliabilitas... 23
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 25
4.1.1 Data Geografi ... 25
4.1.2 Gambaran Penduduk ... 25
4.2 Analisis Univariat ... 26
4.3 Analisis Bivariat ... 31
4.3.1 Pengaruh umur terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD... 31
4.3.2 Pengaruh tingkat pendidikan terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD ... 32
4.3.3 Pengaruh pengetahuan terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD ... 33
4.3.4 Pengaruh jumlah anak terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD ... 33
4.3.6 Pengaruh efek samping terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD ... 34 4.3.7 Pengaruh partisipasi suami terhadap keikutsertaan wanita
PUS dalam penggunaan KB IUD ... 35 4.3.8 Pengaruh pelayanan KB terhadap keikutsertaan wanita PUS
dalam penggunaan KB IUD ... 36
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh umur terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB IUD ... 37 5.2 Pengaruh tingkat pendidikan terhadap keikutsertaan wanita PUS
dalam penggunaan KB ... 38 5.3 Pengaruh pengetahuan terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB IUD ... 39 5.4 Pengaruh jumlah anak terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB IUD ... 39 5.5 Pengaruh sikap terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB IUD ... 40 5.6 Pengaruh efek samping terhadap keikutsertaan wanita PUS
dalam penggunaan KB IUD ... 41 5.7 Pengaruh partisipasi suami terhadap keikutsertaan wanita PUS
dalam penggunaan KB IUD ... 41 5.8 Pengaruh pelayanan KB terhadap keikutsertaan wanita PUS
dalam penggunaan KB IUD ... 42
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 44 6.2 Saran... 45
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin... 25
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 25
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Agama ... 26
Tabel 4.4 Distribusi Pasangan Usia Subur Menurut Kelompok Umur ... 26
Tabel 4.5 Distribusi Pasangan Usia Subur Menurut Peserta KB dan Bukan Peserta KB ... 26
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur PUS di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 26
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 27
Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 27
Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 27
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap Ibu di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 28
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Ada atau Tidak Adanya Efek Samping IUD di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 28
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping Keputihan di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 28
Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping Untuk Pertanyaan Haid Lebih Lama di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 29
Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping Untuk Pertanyaan yang Mengalami Dismenorhoe di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 29
Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping Untuk Pertanyaan yang Mengalami Dismenorhoe di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 29
Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping Untuk Pertanyaan Anemia di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 30
Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping Untuk Pertanyaan Ketidaknyamanan Saat Berhubungan Intim di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 30
Tabel 4.18 Karakteristik Responden Berdasarkan Partisipasi Suami di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 30
Tabel 4.20 Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan KB di Desa
Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 31 Tabel 4.21 Pengaruh Umur Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam
Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan
Tahun 2010 ... 31 Tabel 4.22 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS
dalam Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan Tahun 2010 ... 32 Tabel 4.23 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam
Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan
Tahun 2010 ... 33 Tabel 4.24 Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam
Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan
Tahun 2010 ... 33 Tabel 4.25 Pengaruh Sikap Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam
Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan
Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.26 Pengaruh Efek Samping Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam
Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan
Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.27 Pengaruh Partisipasi Suami Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS
dalam Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei
Tuan Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.28 Pengaruh Pelayanan KB Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam
Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
Dalam paradigma baru program KB sangat ditekankan pada pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya adalah IUD yang merupakan salah satu metode kontrasepsi non hormonal yang efektif dengan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Namun kenyataannya di Indonesia alat kontrasepsi yang lebih populer adalah kontrasepsi hormonal, padahal pemakaian kontrasepsi jangka panjang dapat terjadi risiko, salah satunya terkena osteoporosis. Banyak faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan KB IUD.
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010. Populasi penelitian adalah seliruh wanita PUS yang ber-KB di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan dan sampel penelitian berjumlah 140.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi wanita PUS dalam penggunaan KB IUD adalah faktor pengetahuan ibu (p = 0,008), faktor sikap ibu (p = 0,000), faktor partisipasi suami (p = 0,011) dan faktor pelayanan KB (p = 0,000).
Disarankan kepada petugas kesehatan dan petugas lapangan KB harus memiliki skil yang terampil sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dan turut menyertakan suami dalam memberikan penyuluhan agar dapat memilih IUD sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien.
ABSTRACT
In the new paradigm of family planning/KB programs is emphasized on the importance of efforts to respect the reproductive rights as an integral effort in improving the quality of the family. There are a variety of contraceptive options, one of the options is IUD which is one of non-hormonal contraceptive methods are effective with a one-time installation for a long time. But the reality in Indonesia, the more popular contraception is hormonal contraception, although in long-term contraception risks can occur, one of them is osteoporosis. Many factors affect the participation of women of reproductive age couples (EFA)/PUS in the use of Family Planning IUD.
This study is a survey research with descriptive analytic design which aimed to identify factors that influence the participation of EFA/PUS women use an IUD Family Planning in Tanjung Rejo Village Percut Sei Tuan Sub District in 2010. The study population were all EFA/PUS women who joined KB that were in the village of Tanjung Rejo Percut Sei Tuan sub district and samples consist of 140 people.
The results obtained showed that the factors that affect EFA/PUS women use an IUD KB is the mothers knowledge factor (p = 0.008), mothers attitude factors (p = 0.000), husband participation factor (p = 0.011) and family planning/KB service factor (p = 0.000).
Suggested to the health and family planning/KB field officers must have good skills according to the standards in providing services and counseling to enhance knowledge and attitude of the mother and also make the husband include in counseling so that they both can be able to choose an efficient and effective contraception.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Paradigma baru program KB menurut Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
1999 yaitu terbentuknya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
menjadi visi keluarga berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program KB ini sangat ditekankan pada
pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam
meningkatkan kualitas keluarga (BKKBN, 2008).
Ada berbagai macam pilihan kontrasepsi, salah satu jenis alat kontrasepsi
adalah IUD yang merupakan salah satu metode kontrasepsi efektif, yaitu pemakaian
IUD dengan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Dewasa ini
diperkirakan lebih dari 100 juta wanita yang memakai AKDR, hampir 40%-nya
terdapat di Cina. Sebaliknya hanya 6% di negara maju dan 0,5% di sub-sahara Afrika
(BKKBN, 2005).
Menurut SDKI 2007 kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia adalah
metode suntikan (30%), pil (12,5%), IUD (4,7%), implant (2,6 %), MOW (3%),
kondom (1,2%), dan MOP (0,2%) (SDKI, 2007). Pemakaian kontrasepsi hormon
sintetik jangka panjang memang mempunyai risiko. Pemakaian suntik KB 3 bulan
bagi wanita yang memasuki masa menopause, akan berisiko terkena osteoporosis.
(BKKBN, 2008).
Jumlah PUS tahun 2008 di Sumatera Utara adalah 2.021.211 PUS, akseptor
KB aktifnya adalah 1.322.653 (65,44%), dan akseptor KB baru sebanyak 283.142
akseptor. Dimana yang menggunakan IUD 15.515 (5,5%), pil 104193 (36,8%),
kondom 22.158 (7,8%), suntik 113.358 (40%), implant 19.916 (7%), metode operasi
8002 (2,8%) (BPS, 2008).
Dari hasil penelitian di kelurahan Tanju Jakarta Barat tahun 2008 tentang
berhubungan mengenai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, ditemukan enam faktor yang
berhubungan bermakna mengenai alat kontrasepsi dalam rahim (Viviroy, 2008).
Ada beberapa faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB IUD antara lain : faktor pengetahuan, faktor umur, faktor ekonomi,
faktor jumlah anak, faktor partisipasi suami dan faktor pelayanan KB (Pinem, 2009).
Dari hasil survei pendahuluan, jumlah PUS pada 20 desa di Kecamatan Percut
Sei Tuan pada tahun 2009 adalah 64.384 PUS. Pasangan usia subur (PUS) yang
mengikuti program KB jumlahnya sebesar 49.137 pasangan atau sekitar 76,3%. Dan
untuk tiap desa yang mengikuti program KB rata-rata berjumlah 3154 PUS. Tetapi
untuk desa Tanjung Rejo, terdapat 1866 PUS (2,9%), dan yang menjadi akseptor aktif
jumlahnya adalah 1411 PUS (75,6%). Dimana alat yang dipakai adalah KB-Pil 582
(41,2%) wanita PUS, suntik 418 (30%) wanita PUS, MOW 27 (2%) wanita PUS,
implant 232 (16,4%), kondom 104 (7,4%) dan IUD 48 (3%) wanita PUS. Dari
data-data tersebut dapat dilihat bahwa yang menggunakan IUD sangat sedikit, padahal
IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang aman (BKKBN, 2009).
Banyak faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur
dalam penggunaan KB IUD. Berdasarkan data-data di atas, dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang faktor- faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia
subur dalam penggunaan KB IUD di desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian
dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : Faktor-faktor
apakah yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi KB-IUD di desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor- faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita
pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD di desa Tanjung Rejo Kecamatan
Percut Sei Tuan tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap keikutsertaan wanita pasangan usia
subur dalam penggunaan KB IUD.
2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan terhadap keikutsertaan wanita
pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap keikutsertaan wanita
pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah anak terhadap keikutsertaan wanita pasangan
usia subur dalam penggunaan KB IUD.
5. Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu terhadap keikutsertaan wanita pasangan
usia subur dalam penggunaan KB IUD.
6. Untuk mengetahui pengaruh efek samping terhadap keikutsertaan wanita
pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
7. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi suami terhadap keikutsertaan wanita
pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
8. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan KB terhadap keikutsertaan wanita
pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber informasi dan masukan bagi petugas
kesehatan dan petugas lapangan KB Tanjung Rejo Percut Sei Tuan dalam rangka
perencanaan peningkatan keikutsertaan wanita pasangan usia subur (PUS) dalam
penggunaan KB IUD.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan masukan bagi peneliti
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana
2.1.1 Pengertian
Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan
membantu pasangan suami istri untuk, (1) Menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, (2) Mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) Mengatur interval
diantara kehamilan, (4) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami dan istri, (5) Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2002).
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga
kecil bahagia dan sejahtera (Juliantoro, 2000).
Keluarga Berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah dan jarak anak
yang diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat untuk
mencapai keinginan tersebut (Mc Kenzie, 2006).
2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan keluarga berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar
bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan
penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era otonomi daerah saat ini pelaksanaan
program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk mewujudkan keluarga
berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju, bertanggung jawab, bertakwa dan
mempunyai anak ideal, dengan demikian diharapkan (Depkes RI, 2002):
1. Terkendalinya tingkat kelahiran
2. Meningkatnya jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela dengan dasar
3. Berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan
anak, serta kematian ibu pada masa kehamilan dan persalinan.
2.1.3 Sasaran dan Target Program Keluarga Berencana
Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program Keluarga Berencana
adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya Norma Keluarga Kecil
yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada masyarakat Indonesia. Sasaran yang
mesti digarap untuk mencapai target tersebut adalah (Depkes RI, 2002):
1. Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama
dimana istrinya berusia 15-49 tahun, yang harus dimotivasi terus menerus
sehingga menjadi peserta Keluarga Berencana Lestari.
2. Non PUS, yaitu anak sekolah, orang yang belum kawin, pemuda-pemudi,
pasangan diatas 45 tahun, tokoh masyarakat, dan
3. Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat, pemerintah dan
swasta.
2.1.4 Pelayanan Keluarga Berencana
Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan
suami istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula
menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi
penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan masyarakat
yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia membayar untuk memenuhinya
(Depkes RI, 2002).
Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk menunjang tercapainya
kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada
keadaan dan saat yang tepat, akan lebih menjamin keselamatan ibu dan bayi yang
dikandungnya. Pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau membatasi
kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian pelayanan KB sangat
berguna dalam mengatur kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
Ada 5 (lima) hal penting dalam pelayanan Keluarga Berencana yang perlu
diperhatikan :
1. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada Pasangan Usia Subur yang
istrinya mempunyai keadaan 4 terlalu, yaitu terlalu muda (usia kurang 20 tahun),
terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan (kurang dari
2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun).
2. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan
istri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam ber KB dengan menggunakan
alat/metoda kontrasepsi untuk pria.
3. Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan kelemahan
masing-masing metoda kontrasepsi. Setiap klien berhak untuk mendapat informasi
mengenai hal ini, sehingga dapat mempertimbangkan metoda yang paling cocok
bagi dirinya.
4. Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesuai dengan hasil
pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien, untuk
memudahkan klien menentukan pilihan.
5. Memberi informasi teentang kontraindikasi pemakaian berbagai metoda kontrasepsi.
Pelaksanaan pelayanan KB perlu melakukan skrining atau penyaringan melalui
pemeriksaan fisik terhadap klien untuk memastikan bahwa tidak terdapat kontraindikasi
bagi pemakaian metoda kontrasepsi yang akan dipilih. Khusus untuk tindakan operatif
diperlukan surat pernyataan setuju (informed consent) dari klien (Depkes RI, 2002).
2.1.5 Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Masalah kesehatan reproduksi bukan hanya masalah individu yang
bersangkutan tetapi menjadi perhatian bersama, karena dampaknya luas menyangkut
berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Pada tahun 1994 di Kairo Mesir, diadakan Konperensi Internasional tentang
Kependudukan dan Pembangunan, telah disepakati defenisi kesehatan reproduksi
yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata
reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Dengan demikian setiap individu mempunyai
hak untuk mengatur jumlah keluarganya, kapan mempunyai anak, dan memperoleh
penjelasan lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang
tepat dan disukai (Pinem, 2009).
Keluarga berencana termasuk dalam empat pilar upaya Safe Motherhood.
Tujuan dari upaya Safe Motherhood adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil, bersalin, nifas, di samping menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi. Untuk itu program KB memiliki peranan dalam menurunkan risiko
kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta
menjarangkan kehamilan (Depkes RI, 2000).
2.2. Akseptor KB
Akseptor KB adalah pasangan usia subur yang mana salah seorang
menggunakan salah satu alat kontrasepsi untuk pencegahan kehamilan, baik melalui
program maupun non program (Hartanto, 2004).
2.3. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan
kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” dan
“konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut (Mansjoer, 1999).
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan
cara kontrasepsi modern (metode efektif) :
Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi
dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama
terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat dapat
dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelly atau tablet
Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan
kontrasepsi permanen. Kontrasepsi tidak permanen dapat dilakukan dengan pil,
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan dan implant. Sedangkan cara
kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan metode mantap, yaitu dengan operasi
tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria) (Mochtar,
1998).
2. Cara Kontrasepsi Moderen/Metode Efektif
2.4 Intra Uterine Devices (IUD)/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
2.4.1 Pengertian
IUD merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang halus
berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai
alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedik lain yang sudah dilatih (Irianto, 2007).
2.4.2 Jenis IUD
Walaupun di masa lampau IUD dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan yang
berbeda-beda, dewasa ini IUD yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe :
1. Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese ring)
2. Mengandung tembaga, termasuk di sini TCu 380A, TCu 200C, Multiload (MLCu
250 dan 375) dan Nova T
3. Mengandung hormon steroid seperti progestasert yang mengandung progesterone
dan Levanova yang mengandung levonorgestrel (Irianto, 2007).
2.4.3 Efektifitas
IUD sangat efektif, Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan
Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun .
Kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama
pemakaian (BKKBN, 2002).
IUD Copper T 380A bentuknya mirip huruf “T”. Bentuk ini terbukti sangat
efektif, aman,dan mudah beradaptasi.
Dua faktor yang memperbesar hasil guna Copper T 380A adalah :
− Tidak ada IUD lain yang mempunyai luas permukaan tembaga seperti IUD Copper T 380A (380 mm2)
− Tembaga di kedua lengan IUD ini menjamin tembaga akan dibebaskan di bagian tertinggi fundus uteri.
Jangka waktu Pemakaian
− Badan Pengawasan obat Federal amerika (USFDA) baru-baru ini telah menyetujui pemakaian IUD Copper T 380A secara efektif sebagai kontrasepsi selama
maksimum 8 tahun.
− Tiap kemasan IUD Copper T 380A mempunyai jangka waktu penyimpanan selama 7 tahun. Hal ini berarti bahwa setiap kemasan yang masih utuh (tidak
robek) dijamin akan tetap steril sampai tanggal kadaluwarsa sebagaimana
tercantum pada label kemasan. Setelah lewat tanggal kadaluwarsa, IUD dalam
kemasan yang belum terpakai harus dibuang/dimusnahkan (BKKBN, 2002).
2.4.4 Mekanisme kerja IUD
Mekanisme kerja IUD adalah sebagai berikut :
1.Perubahan pada endometrium yang mengakibatkan kerusakan pada
spermatozoa yang masuk ke dalam rahim.
2.Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
3.Memengaruhi fertilisasi ovum mencapai kavum uteri.
4.Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN,
2002).
Keuntungan dari IUD ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai kontrasepsi efektifitas tinggi
2. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, seperti pil atau
suntik
5. Tidak memengaruhi hubungan seksual
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
8. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI seperti metode kontrasepsi
hormonal
9. Dapat di pasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12. Membantu mencegah kehamilan ektopik
13. Dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat permanen
14. Tidak bersifat karsinogen, yaitu dapat menyebabkan kanker karena hormon
yang terkandung didalamnya (BKKBN, 2002).
2.4.6 Kerugian
a. Efek samping yang umum terjadi : - Keputihan
- Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan).
- Haid lebih lama dan banyak.
- Perdarahan (spotting) antarmenstruasi.
- Saat haid lebih sakit.
- Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
- Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan
penyebab anemia.
- Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
c. Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual) termasuk HIV/AIDS.
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvis: diperlukan dalam pemasangan AKDR. Sering kali perempuan takut selama pemasangan (Saifuddin, 2001).
2.4.7 Indikasi
1. Usia reproduktif
2. Telah mendapat persetujuan dari suami
3. Pernah melahirkan dan mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang dari
5 cm.
4. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk sterilisasi.
5. Tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun.
6. Dianjurkan sebagai pengganti pil KB bagi akseptor KB yang berumur diatas
30 tahun.
7. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
8. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
9. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
10. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
11. Resiko rendah dari IMS
12. Tidak menghendaki metode hormonal
Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif. AKDR
dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya (Saifuddin,
2001):
1. Perokok
2. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
3. Sedang memakai antibiotik atau antikejang
4. Gemuk ataupun yang kurus
5. Sedang menyusui
2.4.8 Kontraindikasi
Tidak boleh menggunakan IUD, apabila :
1. Diketahui atau dicurigai adanya kehamilan
2. Infeksi panggul (pelvis) yang terus menerus
3. Lecet (erosi) atau peradangan di leher rahim
4. Diketahui atau dicurigai adanya kanker rahim
5. Perdarahan yang tidak normal yang belum diketahui penyebabnya.
6. Perdarahan haid yang hebat
7. Alergi terhadap logam
8. Kelainan rahim (misalnya rahim kecil, endometriosis, polipendometrium) dan
kelainan jaringan perut yang menyulitkan pemasangan.
9. Pernah mempunyai riwayat kehamilan di luar kandungan.
10.Waktu penggunaan :
a. Pemasangan dilakukan pada waktu haid yaitu pada akhir haid atau pada
hari sebelum berakhirnya haid, karena serviks lembut dan sedikt terbuka.
b. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 40 hari
pascapersalinan. Perlu diingat angka eksplusi tinggi pada pemasangan
segera atau selama 48 jam pascapersalinan.
c. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
Kapan AKDR dapat dikeluarkan
1.Bila ibu menginginkannya.
2.Bila ibu ingin hamil.
3.Bila terdapat efek samping yang menetap atau masalah kesehatan lainnya.
4.Pada akhir masa efektif dari AKDR. Misalnya TCu 380A harus dikeluarkan
sesudah 8 tahun terpasang.
Untuk mengeluarkan/mencabut AKDR ibu harus kembali keklinik. Kesuburan
atau fertilitas normal segera kembali sesudah AKDR dicabut. Jika ibu tidak ingin
hamil, maka AKDR yang baru dapat segera dipasang (BKKBN, 2002).
Informasi umum yang dapat diterangkan pada ibu
1.AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan.
2.AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan.
3.Sering terjadi perasaan mulas dan bercak-bercak perdarahan setelah
masangan/pencabutan.
4.Sering terjadi keputihan.
5.Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan banyak.
6.AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak ibu.
7.AKDR tidak melindungi diri terhadap PMS termasuk virus AIDS.
8.Segera datang untuk pemeriksaan bila timbul rasa nyeri perut, perdarahan tidak
dapat haid.
9.Dianjurkan bagi wanita diatas 30 tahun untuk secara berkala memeriksakan usapan
lendir mulut/bibir rahim (papanicolau smear) (BKKBN,2002).
2.5 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keengganan Penggunaan KB IUD
2.5.1 Umur
Pengaruh umur untuk keikutsertaan dalam penggunaan kontrasepsi dapat
dilihat dari pembagian umur berikut ini,
1. Umur ibu kurang dari 20 tahun :
b. penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda frekuensi
bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
c. Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan
d. Umur dibawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.
2. Umur ibu antara 20-30 tahun :
a. Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
b. Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai IUD sebagai
pilihan utama. Pilihan kedua adalah norplant atau pil
3. Umur ibu diatas 30 tahun
a. Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom biasanya
merupakan pilihan kedua.
b. Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterilisasi) dapat
dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun pil
dalam arti mencegah (Hartanto, 2004).
2.5.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain,
didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau
menolak inovasi. Menurut Roger (1983), prilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Roger
(1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi prilaku baru, dalam
diri seseorang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) .
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus tersebut, disini sikap subjek mulai
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik
secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden
kedalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan tentang KB IUD merupakan salah satu aspek penting ke arah
pemahaman tentang alat kontrasepsi tersebut. Seseorang akan memilih KB IUD jika
ia banyak mengetahui dan memahami tentang KB IUD (BKKBN, 2005).
2.5.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan memengaruhi wawasan dan pengetahuan ibu.
Semakin rendah pendidikan ibu maka akses terhadap informasi tentang KB
khususnya KB IUD akan berkurang sehingga ibu akan kesulitan untuk mengambil
keputusan secara efektif, alat kontrasepsi yang mana akan dipilih oleh ibu (Winarni
dkk, 2007).
2.5.4 Jumlah anak
Jumlah anak adalah keseluruhan jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh
seorang ibu. Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin
memiliki resiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat
mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara
Pengguna KB IUD dipengaruhi juga dengan jumlah anak dalam suatu
keluarga. Pasangan usia subur 30 tahun keatas yang sudah memiliki anak dan ingin
menjarangkan kehamilannya biasanya lebih cenderung memilih kontrasepsi jangka
panjang seperti IUD (Amiranty, 2003).
2.5.5 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau
ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari
orang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan diri kepada sesuatu atau
menyebabkan kita menolaknya (Ahmadi, 1999).
Banyak ibu bersikap negatif terhadap alat kontrasepsi IUD, hal ini karena
kata-kata orang IUD bisa berpindah-pindah tempatnya bahkan bisa ke jantung. Dan
mereka malu karena harus membuka bagian yang paling rahasia dari tubuhnya dan
takut karena yang didengarnya sangat sakit ketika pemasangan IUD (BKKBN, 2002).
2.5.6 Efek Samping
Efek samping yang sering timbul karena penggunaan IUD adalah peningkatan
volume darah haid per siklus. Selain menyebabkan pengguna tidak nyaman dan
menjadi alasan untuk menghentikan penggunaan IUD, hal ini dapat menjadi resiko
kesehatan bagi pengguna, terutama di daerah-daerah anemia endemik (Wulansari,
2007).
2.5.7 Partisipasi Suami
Partisipasi suami dalam program KB dan Kesehatan Reproduksi merupakan
faktor yang berperan dalam mewujudkan suami yang bertanggung jawab dalam KB
dan kesehatan reproduksi. Partisipasi ini akan dapat terwujud apabila berbagai
informasi yang berkaitan dengan hal itu tersedia secara lengkap, apalagi kita ketahui
bersama bahwa salah satu penyebab rendahnya partisipasi pria/suami dalam KB dan
Kesehatan reproduksi adalah masih terbatasnya informasi khusunya bagi pasangan
Bentuk partisipasi suami dalam penggunaan KB IUD ini sendiri adalah
mendukung istri dalam memilih alat kontrasepsi IUD dan memberikan kebebasan
kepada istri untuk menggunakan kontrasepsi tersebut (BKKBN, 2008).
2.5.8 Pelayanan KB
Hingga saat ini pelayanan KB seperti komunikasi informasi dan edukasi
masih kurang berkualitas terbukti dari peserta KB yang berhenti menggunakan alat
kontrasepsi dengan alasan efek samping, kesehatan dan kegagalan pemakaian.
Dengan memberikan pelayanan yang berkualitas khususnya informasi tentang KB
IUD dapat memengaruhi seseorang untuk menggunakan KB tersebut (Pendit, 2007).
2.6 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita PUS Dalam Penggunaan KB- IUD di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2009.
2.7 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh umur terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan
KB-IUD.
2. Ada pengaruh pengetahuan terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB-IUD.
3. Ada pengaruh pendidikan terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan
KB-IUD.
4. Ada pengaruh jumlah anak terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
5. Ada pengaruh sikap ibu terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan
KB-IUD.
6. Ada pengaruh efek samping terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB-IUD.
7. Ada pengaruh partisipasi suami terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB-IUD.
8. Ada pengaruh pelayanan KB terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei bersifat deskriptif
analitik dengan rancangan penelitian cross sectional.
3.2.Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei
Tuan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Juni 2010.
3.3. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah seluruh wanita PUS yang ber KB di desa Tanjung Rejo
Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2010 yaitu 1411 wanita PUS.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian jumlah wanita PUS yang
menggunakan KB di desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan selama tahun
2010.
sebagai berikut (Lemeshow, dkk, 1997):
Dengan mempertimbangkan faktor non respon sebesar 10% maka besar sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 140 responden.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner yang telah
ada.
Data sekunder diperoleh dari PLKB Kecamatan Percut Sei Tuan.
3.5. Defenisi Operasional
Pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai dengan fokus penelitian,
digunakan defenisi operasional yang dikembangkan dalam uraian di bawah ini :
1. Umur adalah lamanya hidup wanita pasangan usia subur yang dihitung semenjak
dia lahir sampai waktu pengumpulan data dilakukan dalam satuan tahun.
2. Pengetahuan adalah sejumlah informasi atau hal yang diketahui dan dimengerti
oleh responden tentang pengertian KB, kegunaan KB, kelebihan dan
kekurangannya,
3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditamatkan
responden dan memperoleh ijazah.
4. Jumlah anak adalah banyak anak yang masih hidup dalam satu keluarga.
5. Sikap adalah penilaian atau pandangan responden terhadap beberapa pernyataan
yang menyangkut tentang keefektifan KB IUD.
6. Efek samping adalah akibat atau pengaruh yang ditimbulkan oleh alat
kontrasepsi.
7. Partisipasi suami adalah persepsi ibu terhadap dukungan suami dalam
penggunaan alat kontrasepsi KB IUD.
8. Pelayananan KB yang diperoleh adalah pernah atau tidaknya memperoleh baik
berupa ceramah/penyuluhan, kemudahan mengakses pelayanan KB IUD dari
petugas kesehatan.
9. Keikutsertaan wanita PUS terhadap penggunaan KB IUD adalah wanita PUS
3.6. Aspek Pengukuran 3.6.1 Umur
Variabel umur dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori berdasarkan konsep
pemilihan kontrasepsi yang rasional :
1 = < 35 tahun
2 = ≥35 tahun
3.6.2 Pengetahuan
Variabel pengetahuan terdiri dari 12 pertanyaan, namun yang dijadikan
indikator pengukuran sebanyak 10 pertanyaan dengan jawaban benar bernilai 1 dan
salah 0. Skor jawaban responden tertinggi bernilai 33. Berdasarkan interpretasi skor
jawaban responden, pengetahuan dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2002) :
1 = Baik, jika skor total jawaban ≥75%, atau dalam interval 25 – 33
2 = Kurang baik, skor total jawaban <75%, atau dalam interval 0 – 24
3.6.3 Pendidikan
Variabel pendidikan dibedakan atas kategori, yaitu :
1 = Pendidikan dasar (Tidak sekolah, SD dan SMP)
2 = Pendidikan lanjutan (SMA)
3.6.4 Jumlah Anak
Untuk variabel jumlah anak dibedakan atas 2 kategori, yaitu :
1 = ≤ 2 orang
2 = > 2 orang
3.6.6 Sikap
Variabel sikap terdiri dari 13 pertanyaan yang menjadi indikator pengukuran
variabel sikap dengan jawaban benar bernilai 1 dan salah 0. Sehingga skor jawaban
responden tertinggi bernilai 13. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden,
sikap dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2002) :
1 = Baik, jika skor total jawaban ≥75%, atau dalam interval 10 – 13
3.6.8 Efek Samping
Pada variabel ini terdiri dari 6 pertanyaan, untuk yang menjawab ya diberi
kode 0 dan yang menjawab tidak diberi kode 1. Efek samping dikategorikan sebagai
berikut (Arikunto, 2002) :
1 = Tidak ada, jika skor total jawaban ≥75%, atau dalam interval 5 – 6
2 = Ada, skor total jawaban <75%, atau dalam interval 0 – 4
3.6.7 Partisipasi Suami
Variabel ini terdiri dari 10 pertanyaan dan seluruhnya menjadi indikator
pengukuran dalam variabel ini, dengan jawaban benar bernilai 1 dan salah 0.
Sehingga skor jawaban responden tertinggi bernilai 10. Berdasarkan interpretasi skor
jawaban responden, partisipasi suami dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2002):
1 = Baik, jika skor total jawaban ≥75%, atau dalam interval 8 – 10
2 = Kurang baik, skor total jawaban <75%, atau dalam interval 0 – 7
3.6.8 Pelayanan KB Yang diperoleh
Variabel pelayanan KB yang diperoleh terdiri dari 9 pertanyaan dan hanya 4
pertanyaan yang menjadi indikator dalam variabel ini. Pelayanan KB dikategorikan
sebagai berikut (Arikunto, 2002) :
1 = Baik, jika skor total jawaban ≥75%, atau dalam interval 3 – 4
2 = Kurang baik, skor total jawaban <75%, atau dalam interval 0 – 2
3.6.9 Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD
Untuk variabel keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD
dibedakan atas 2 kategori, yaitu :
1 = akseptor KB IUD
3.7.Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1. Pengolahan Data
Kegiatan pengolahan data dilakukan setelah semua data dikumpulkan
kemudian data yang ada diedit dan diolah dengan menggunakan komputer.
3.6.2. Analisis Data
Dari data yang telah dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan komputer.
Analisis dilakukan secara bertahap yaitu :
1. Analisis Univariat
Untuk mengetahui distribusi masing-masing variabel dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap dependen dilakukan uji
statistik Exact fisher.
3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir-butir pertanyaan
pada kuesioner harus diuji validitas dan reliabilitas melalui uji Pearson Product
Moment.
Uji validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun ukuran yang
diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin
diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing item
pertanyaan dengan skor total variabel dengan nilai item corrected correlation pada
analisis reability statistics. Jika nilai item correted correlation > rtabel (0,361), maka
nilai dinyatakan valid.
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk
menghitung indeks reliabilitas yait menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu
menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan jika
Berdasarkan hasil pengujian terhadap 30 responden yang bukan bagian dari
sampel dari penelitian atau PUS yang menggunakan KB di desa Saentis Kecamatan
Percut Sei Tuan, diperoleh semua butir pertanyaan memenuhi persyaratan (valid),
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 41.1 Data Geografi
Luas Desa Tanjung Rejo ± 3086 ha yang terdiri dari 13 Dusun dengan batas
wilayah sebagai berikut:
− Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka
− Sebelah selatan berbatasan dengan PTPN II Saentis
− Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Slamat
− Sebelah timur berbatasan dengan Desa Percut
Ketinggian tanah dari permukaan laut sekitar 0.5 meter dengan suhu udara rata-rata
330C. Jarak Desa Tanjung Rejo dari pusat pemerintahan kecamatan 10 km dan jarak
dari pusat pemerintahan kabupaten 50 km sedangkan jarak dari ibukota provinsi
sekitar 20 km.
4.1.2 Gambaran Penduduk
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 4802 51,5
Perempuan 4519 48,5
Total 9321 100,0
Sumber : Profil Desa Tanjung Rejo Tahun 2009
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur n %
0 - <1 thn 180 2,0
1 - <5 thn 507 5,4
5 – 6 thn 359 4,0
7 – 5 thn 1915 20,5
16 – 21 thn 1128 12,1
22 – 59 thn 4715 50,5
60 tahun ke atas 517 5,5
Total 9321 100,0
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Agama
Agama n %
Islam 8613 92,4
Kristen Protestan 391 4,2
Kristen Katolik 317 3,4
Total 9177 100,0
Sumber : Profil Desa Tanjung Rejo Tahun 2009
Tabel 4.4 Distribusi Pasangan Usia Subur Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur n %
< 20 11 0,6
20 – 30 674 36,1
30 – 49 1181 63,3
Total 1866 100,0
Sumber : Profil Desa Tanjung Rejo Tahun 2009
Tabel 4.5 Distribusi Pasangan Usia Subur Menurut Peserta KB dan Bukan Peserta KB
Pasangan Usia Subur n %
Peserta KB 1411 75,6
Bukan Peserta KB 455 24,4
Total 1866 100,0
Sumber : Profil Desa Tanjung Rejo Tahun 2009
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing
variabel bebas melalui tabel 4.6 s/d tabel 4.13 berikut ini :
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur PUS di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Kelompok Umur n %
< 35 tahun 73 52,1
≥ 35tahun 67 47,9
Tabel diatas menunjukk an mayoritas responden berada pada kelompok umur
< 35 tahun yaitu 73 responden (52,1%).
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Pendidikan n %
Pendidikan dasar 110 78,6
Pendidikan lanjutan 30 21,4
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukk an mayoritas tingkat pendidikan responden adalah
pendidikan dasar yaitu 110 responden (78,6%).
Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Pengetahuan n %
Baik 2 1,4
Kurang baik 138 98,6
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukk an mayoritas responden berpengetahuan kurang baik
mengenai KB IUD yaitu 138 responden (98,6%).
Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Jumlah Anak n %
≤ 2 anak 68 48,6
> 2 anak 72 51,4
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukkan mayoritas jumlah anak responden > 2 anak yaitu
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap Ibu di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Sikap Ibu n %
Baik 33 23,6
Kurang baik 107 76,4
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukk an mayoritas sikap responden kurang baik mengenai
KB IUD yaitu 107 responden (76,4%).
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Ada atau Tidaknya Efek Samping di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Efek Samping n %
Tidak ada 2 1,4
Ada 138 98,6
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden menyatakan ada efek samping
IUD yaitu 138 responden (98,6%).
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping Keputihan di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Efek Samping Keputihan n %
Ya 9 6,4
Tidak 131 93,6
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden menjawab tidak untuk
Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping Haid Lebih Lama di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Efek Samping Haid Lebih Lama n %
Ya 132 94,3
Tidak 8 5,7
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden menjawab ya untuk
pertanyaan efek samping tentang haid lebih lama yaitu 132 responden (94,3%).
Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping Dismenorhoe di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Yang Mengalami Dismenorhoe n %
Ya 109 77,9
Tidak 31 22,1
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden menjawab ya untuk
pertanyaan efek samping yang mengalami dismenorhoe yaitu 109 responden (77,9%).
Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping yang Mengalami Haid Lebih Banyak di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Darah Haid Lebih Banyak n %
Ya 137 97,9
Tidak 3 2,1
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden menjawab ya untuk
Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping Anemia di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Anemia n %
Ya 104 74,3
Tidak 36 25,7
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden menjawab ya untuk
pertanyaan anemia yaitu 104 responden (74,3%).
Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping Ketidaknyamanan Saat Berhubungan Intim di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Ketidaknyamanan Saat Berhubungan
Intim n %
Ya 120 85,7
Tidak 20 14,3
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden menjawab ya untuk
pertanyaan ketidaknyamanan saat berhubungan intim yaitu 120 responden (85,7%).
Tabel 4.18 Karakteristik Responden Berdasarkan Partisipasi Suami di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Partisipasi Suami n %
Baik 6 4,3
Kurang baik 134 95,7
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukk an mayoritas partisipasi suami tentang penggunaan
Tabel 4.19 Karakteristik Responden Berdasarkan Pelayanan KB di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Pelayanan KB n %
Baik 27 19,3
Kurang baik 113 80,7
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukk an mayoritas responden mengatakan pelayanan KB
kurang baik yaitu 113 responden (80,7%).
Tabel 4.20 Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan KB di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.
Penggunaan KB n %
IUD 13 9,3
Bukan IUD 127 90,7
Total 140 100,0
Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden adalah bukan pengguna KB
IUD yaitu 127 responden (90,7%) dan minoritas pengguna KB IUD yaitu 13
responden (9,3%).
4.3 Analisis Bivariat
4.3.1 Pengaruh Umur Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD
Pengaruh umur terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB
IUD dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.21 Pengaruh Umur Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan Tahun 2010
Faktor Pengetahuan Keikutsertaan KB Total
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 73 responden dengan umur < 35
tahun, diantaranya 5 responden (6,8%) pengguna IUD dan 68 responden (93,1%)
bukan pengguna IUD. Sedangkan 67 responden dengan umur ≥ 35 tahun, diantaranya
8 responden (11,9%) pengguna IUD dan 59 responden (88,1%) bukan pengguna IUD.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa P value = 0,386 > α = 0,05, artinya
tidak ada pengaruh antara faktor umur terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB IUD.
4.3.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD
Pengaruh tingkat pendidikan terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB IUD dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.22 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan Tahun 2010
Faktor Pendidikan
Keikutsertaan KB
Total P-value
IUD Bukan IUD
n % n % n %
Pendidikan dasar 11 10,0 99 90,0 110 100
0,735
Pendidikan lanjutan 2 6,7 28 93,3 30 100 Total 13 9,3 127 90,7 140 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 110 responden dengan tingkat
pendidikan dasar, diantaranya 11 responden (10%) pengguna IUD dan 99 responden
(90%) bukan pengguna IUD. Sedangkan 30 responden dengan tingkat pendidikan
lanjutan, diantaranya 2 responden (6,7%) pengguna IUD dan 28 responden (93,3%)
bukan pengguna IUD.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa P value = 0,735 > α = 0,05, artinya
tidak ada pengaruh antara faktor tingkat pendidikan terhadap keikutsertaan wanita
4.3.3 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD
Tabel 4.23 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan Tahun 2010
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 2 responden berpengetahuan baik
yaitu 100% pengguna IUD. Sedangkan 138 responden berpengetahuan kurang baik,
diantaranya 11 responden (8%) pengguna IUD dan 127 responden (92%) bukan
pengguna IUD.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa P value = 0,008 < α = 0,05, artinya
ada pengaruh antara faktor pengetahuan terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB IUD.
4.3.4 Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD
Tabel 4.24 Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan Tahun 2010
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 68 responden mempunyai 0 – 2
anak, diantaranya 8 responden (11,8%) pengguna IUD dan 60 responden (88,2%)
bukan pengguna IUD. Sedangkan 72 responden yang mempunyai >2 anak,
diantaranya 5 responden (6,9%) pengguna IUD dan 67 responden (93,1%) bukan
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa P value = 0,390 > α = 0,05, artinya
tidak ada pengaruh antara faktor jumlah anak terhadap keikutsertaan wanita PUS
dalam penggunaan KB IUD.
4.3.5 Pengaruh Sikap Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD
Tabel 4.25 Pengaruh Sikap Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan Tahun 2010
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 33 responden bersikap baik,
diantaranya 9 responden (27,3%) pengguna IUD dan 24 responden (72,7%) bukan
pengguna IUD. Sedangkan 107 responden bersikap kurang baik, diantaranya 4
responden (3,7%) pengguna IUD dan 103 responden (97,1%) bukan pengguna IUD.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa P value = 0,000 < α = 0,05, artinya
ada pengaruh antara faktor sikap terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam
penggunaan KB IUD.
4.3.6 Pengaruh Efek Samping Terhadap Keikutsertaan Wanita PUS dalam Penggunaan KB IUD