SKRIPSI
“FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BEI
PERIODE 2008-2010”
OLEH:
NURLINA BUTARBUTAR 060503102
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan
Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010” adalah
benar hasil karya saya sendiri dan judul belum dimuat, dipublikasikan, atau diteliti
oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan
informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar dan apa adanya.
Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juni 2011 Yang Membuat Pernyataan
Nama : Nurlina Butarbutar
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan bimbinganNya kepada penulis untuk menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Untuk memenuhi tugas akhir untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara, penulis menyusun skripsi dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di BEI Periode 2008-2010”.
Selama menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis menemukan banyak
hambatan dan tantangan. Tetapi kesulitan itu dapat ditanggulangi dengan adanya
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil.
Karena itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs Firman Syarif, M.Si. Ak selaku ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rustam , M.Si, Ak. selaku dosen Pembimbing saya, terima
kasih atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
4. Bapak Drs. Arifin Hamzah, M.M, Ak. selaku dosen penguji I dan Bapak
Drs. Hotmal Jafar, M.M, Ak. selaku dosen penguji II saya, terima kasih
5. Kepada Bapak saya R. Butarbutar dan Ibu saya R. Hutajulu yang tercinta,
serta kakak saya Sugiarty Butarbutar, abang saya Frengky Butarbutar,
Bima Butarbutar dan juga adik saya Mariani Butarbutar, Nurcahaya
Butarbutar, dan Nasti Butarbutar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dalam
penulisan maupun isinya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca sekalian. Akhirnya penulis berharap kiranya skripsi ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri.
Dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan Rahmat,
berkat, dan karuniaNya kepada kita semua. Amin .
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, Juni 2011 Penulis
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan,
return on equity, debt to equity ratio, return on assets, dan net profit margin
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010.
Data yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia, Hasilnya terlihat pada laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, uji t dan uji f. Uji t dipergunakan untuk menguji variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji f digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersam terhadap variabel dependen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan,
return on equity, debt to equity rasio, dan return on assests, tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan dalam tingkat yang signifikan.
Sedangkan net profit margin berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
laporan keuangan.
ABSTRACT
The objective of this research is to know the effect of size firm, return on
equity, debt to equity ratio, return on assets, and net profit margin to the financial report disclosure level on corporates which have been listed in Indonesian Stock Exchange in 2008 until 2010 period.
Data are resulted from Indonesian Stock Exchange website, which act as sampling in this research. Analysis model that used is multiple regression, t test, and f test. T test is used to analysis the partial influence of independent variable to dependent variable. F test is used to analysis simultaneous of independent variable to dependent variable.
The result of this research shows as partially effect that size firm, return
on equity, debt to equity ratio,and return on assets, have negative and not influence to financial statement disclosure level in significant way. But effect of
net profit margin have positive and influence to financial statement disclosure level in significant way.
Keywords : size firm, return on equity, debt to equty ratio, return on assets, net profit margin and completeness of financial report’s disclosure.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pesinyalan (Signalling Theory) ... 10
B. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 12
C. Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan ... 14
D. Jenis-jenis Pengungkapan . ... 17
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan ... 19
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan ... 20
2. Pengaruh Return on Equity ... 21
3. Pengaruh Debt to Equity Ratio ... 21
4. Pengaruh Return on Assets ... 22
5. Pengaruh Net Profit Margin ... 23
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24
H. Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis ... 26
1 Kerangka Konseptual ……… ... 26
2 Hipotesis Penelitian ……… ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
C. Jenis dan Sumber Data ... 31
D. Metode Pengumpulan data ... 31
E. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 32
F. Metode Analisis Data ... 35
1. Uji Asumsí Klasik ... 36
a. Uji Normalitas Data ... 36
b. Uji Autokorelasi ... 36
c. Uji Multikolinearitas ... 37
2. Pengujian Hipotesis ... 38
a. Uji Signifikan Parsial (t-test) ... 38
b. Uji Signifikan Simultan (f-test) ... 39
3. Model Regresi Berganda ... 39
G. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 40
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Statistik Deskriptif ... 41
B. Pengujian Asumsi Klasik ... 43
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 53
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62
B. Keterbatasan Penelitian ... 62
C. Saran ... 63
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 26
Gambar 4.1 Uji Normalitas Grafik Histogram ... 44
Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression ... 45
Gambar 4.3 Uji Normalitas grafik Histogram Setelah Transformasi ... 47
Gambar 4.4 Normal P-P Plot of Regression Setelah Transformasi ... 48
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 40
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 41
Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 46
Tabel 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Setelah Transformasi ... 49
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb ... 51
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Coeffisientsa... 52
Tabel 4.6 Adjusted R2 Model Summary ... 53
Tabel 4.7 Hasil Uji F ANOVAb ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 Populasi dan Sampel Penelitian
Lampiran 2 Daftar Item Pengungkapan Laporan Keuangan BAPEPAM
Lampiran 3 Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
Lampiran 4 Data Penelitian Ukuran Perusahaan (SIZE)
Lampiran 5 Data Penelitian Return on Equity (ROE)
Lampiran 6 Data Penelitian Debt to Equity Ratio (DER)
Lampiran 7 Data Penelitian Return on Assets (ROA)
Lampiran 8 Data Penelitian Debt to Assets rratio (DAR)
Lampiran 9 Data Penelitian Net Profit Margin (NPM)
Lampiran 10 Data Penelitian Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
(TPLK)
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan,
return on equity, debt to equity ratio, return on assets, dan net profit margin
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010.
Data yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia, Hasilnya terlihat pada laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, uji t dan uji f. Uji t dipergunakan untuk menguji variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji f digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersam terhadap variabel dependen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan,
return on equity, debt to equity rasio, dan return on assests, tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan dalam tingkat yang signifikan.
Sedangkan net profit margin berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
laporan keuangan.
ABSTRACT
The objective of this research is to know the effect of size firm, return on
equity, debt to equity ratio, return on assets, and net profit margin to the financial report disclosure level on corporates which have been listed in Indonesian Stock Exchange in 2008 until 2010 period.
Data are resulted from Indonesian Stock Exchange website, which act as sampling in this research. Analysis model that used is multiple regression, t test, and f test. T test is used to analysis the partial influence of independent variable to dependent variable. F test is used to analysis simultaneous of independent variable to dependent variable.
The result of this research shows as partially effect that size firm, return
on equity, debt to equity ratio,and return on assets, have negative and not influence to financial statement disclosure level in significant way. But effect of
net profit margin have positive and influence to financial statement disclosure level in significant way.
Keywords : size firm, return on equity, debt to equty ratio, return on assets, net profit margin and completeness of financial report’s disclosure.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal memiliki posisi penting dalam perekonomian nasional karena
pasar modal memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian sebuah
negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.
Pengembangan perekomian nasional suatu negara tidak terlepas dari
pengembangan pasar modalnya mata di dunia internasional. Oleh karena itu,
berbagai upaya dilakukan, seperti keharusan melakukan pengungkapan bagi
perusahaan publik, perlindungan terhadap investor, nilai pemegang saham dalam
bentuk tata kelola perusahaan (corporate governance), untuk meningkatkan
kualitas dari pasar modal sebuah negara serta menarik para investor, khususnya
investor asing.
Krisis ekonomi global yang terjadi pada saat ini menyebabkan para
investor lebih berhati-hati dalam melakukan investasi pada
perusahaan-perusahaan yang go public. Salah satu alasan utama turunnya gairah investor
dalam melakukan investasi adalah kondisi perekomian yang tidak stabil serta
kurangnya kepercayaan pihak investor terhadap kebenaran informasi yang
disajikan oleh perusahaan sehingga investor menilai bahwa investasi dalam pasar
modal memiliki resiko yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ketika kondisi
perekonomian dunia umumnya, dan Indonesia khususnya dalam keadaan stabil.
yang baik bagi investor, kreditor dan pengguna informasi lainnya, oleh karena itu
maka informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan dan
transparan. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan
yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Karena resiko yang melekat ini,
maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi
tingkat resiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor.
Untuk dapat kembali menarik minat para investor dalam melakukan
investasi, perusahaan harus melakukan upaya yang lebih besar daripada
sebelumnya, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas dari informasi
yang diungkapkan oleh perusahaan kepada pihak eksternal baik dalam laporan
keuangan maupun laporan tahunan perusahaan sehingga investor lebih merasa
yakin akan keamanan investasinya.
Pengungkapan informasi keuangan memiliki peranan yang sangat penting
bagi pengambilan keputusan yang berkualitas. Menurut Imhoff dalam Hertanti
(2005:6), menyatakan bahwa tingginya kualitas akuntansi sangat erat
hubungannya dengan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi
oleh karakteristik suatu perusahaan. Keputusan yang diambil akan semakin
berkualitas apabila pengungkapan informasi keuangan disajikan secara transparan
dan memadai sesuai dengan kondisi lingkungan ekonomi yang sedang terjadi.
Nilai informasi yang relevan dan andal yang tercermin di dalam disclosure
perusahaan menjadi faktor penting di dalam ketidakpastian kondisi pasar.
melalui keputusan Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002
Dalam Surat Edaran tersebut total item pengungkapan wajib oleh perusahaan
publik industri manufaktur adalah 68 item (dapat dilihat pada Lampiran 2).
Keluarnya peraturan tersebut ternyata belum signifikan mempengaruhi tingkat
pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur. Terbukti tingkat
pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur masih sekitar 45,50%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa para emiten belum melakukan keterbukaan
informasi kepada para investor.
Pengungkapan laporan tahunan yang baik tidak terlepas dari sistem good
corporate governance. Good corporate governance merupakan suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value
added) bagi semua stakeholders serta menekankan pentingnya hak pemegang
saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu serta
kewajiban perusahaan untuk mengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat
waktu, dan transparan mengenai semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder (YPPMI & SC, dalam Sulistyanto, 2003).
Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan
sumber sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Hal ini sesuai dengan
Selain itu, pengungkapan yang memadai dari perusahaan-perusahaan juga
membantu untuk memastikan efisiensi dari pasar modal. Bursa Efek Indonesia
tentunya berusaha untuk menciptakan perdagangan efek yang adil, efisien serta
transparan sehingga baik pihak emiten maupun pihak investor merasakan
keuntungan yang sama.
Bursa efek juga menyadari bahwa pertumbuhan dan sukses terus-menerus
yang mereka capai, tergantung pada penawaran pasar berkualitas tinggi dengan
perlindungan investor yang efektif. Badan regulator pemerintah yang berusaha
untuk mempertahankan dan meningkatkan kredibilitas pasar nasionalnya juga
mempengaruhi praktik pengungkapan di Indonesia. Akibatnya, pengawasan oleh
badan regulator dan bursa efek semakin meningkat dan ketentuan pengungkapan
menjadi lebih ketat.
Penggunaan standar akuntansi juga akan mempengaruhi pengungkapan
laporan tahunan. Di Indonesia, perusahaan yang go public diwajibkan untuk
mengikuti standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia, yaitu PSAK
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) serta Peraturan Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam) di dalam menyajikan laporan keuangan maupun laporan
tahunannya. Meskipun begitu, kebanyakan perusahaan dalam pengungkapan
laporan tahunannya masih belum mengungkapkan secara penuh (full disclosure)
informasi yang berkaitan dengan perusahaan. Kebanyakan perusahaan hanya
mengungkapkan dalam bentuk pengungkapan wajib (mandatory disclosure),
kebanyakan perusahaan hanya mengungkapkan sedikit dari apa yang seharusnya
diketahui oleh para stakeholders.
Tingkat pengungkapan laporan tahunan adalah ukuran besarnya proporsi
pengungkapan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Tingkat pengungkapan
diukur dengan disclosure index yang dihitung dari banyaknya jumlah
pengungkapan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dibagi dengan jumlah
maksimal yang dapat diungkapkan dalam laporan tahunan sebuah perusahaan.
Kriteria pengungkapan diambil dari kriteria yang ditetapkan oleh Bapepam dalam
menilai laporan tahunan perusahaan yang ikut serta dalam pemilihan annual
report award.
Jenis sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri
berbagai macam perusahaan, di antaranya perusahaan manufaktur, jasa,
perbankan, dagang, properti, perkebunan, pertambangan, dan lain sebagainya.
Penulis mengambil sektor perusahaan manufaktur sebagai indikator dalam
penelitian ini.
Penelitian-penelitian terdahulu dilakukan oleh Ivanna (2005) meneliti
tentang tingkat pengungkapan laporan tahunan pada perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonsia. Penelitiannya menggunakan random sampling
method yaitu pengambilan sampel secara acak. Berdasarkan teknik pengambilan
sampel, maka yang menjadi sampel dalam penelitan ini adalah sebanyak 125
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007. ariabel
independennya meliputi sektor perbankan, industry, dagang, property, jasa,
assets), dan debt to equity ratio. Logistic regression model digunakan dalam
penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor perusahaan
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.
Sedangkan faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, dan debt to equity ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.
Noviani (2006) meneliti pengaruh solvabilitas, likuiditas, ukuran
perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan pada 41 perusahaan
manufaktur di bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004. Penelitian ini berkesimpulan
bahwa berdasarkan analisis regresi, variabel devenden likuiditas, solvabilitas, dan
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Berdasarkan
analisis t-test variabel current ratio dan debt to total assets tidak signifikan secara
statistik dan secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Tingkat
Pengungkapan.
Irawan (2006) meneliti pengaruh leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi
saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, status perusahaan, operating
profit marjin, net profit margin, dan return on equity terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ
periode 2001-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, hanya
variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik dan status
perusahaan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
Almilia (2007) meneliti mengenai pengaruh karakteristik perusahaan
dalam Bursa Efek Jakarta. Almilia menggunakan analisis deskriptif untuk melihat
pengaruh dari ukuran perusahaan, rasio leverage, rasio likuiditas, net profit
margin, dan status perusahaan terhadap kelengkapan laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang ada di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2001. Hasil penelitiannya
menemukan bahwa ukuran perusahaan, rasio likuiditas, dan status perusahaan
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan tahunan.
Dengan demikian dapat disimpulkan terjadinya keberagaan hasil
penelitian, sehingga penulis ingin menguji generalisasi hasil penelitian ini dengan
hasil penelitian sebelumnya. Penelitian ini berbentuk replikasi dari penelitian yang
dilakukan oleh Ivana (2005) dengan memperhatikan sektor perusahaan, ukuran
perusahaan, profitabilitas perusahaan , dan debt to equity ratio sebagai variabel
yang akan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu
perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya pengungkapan laporan
keuangan di dalam pengambilan keputusan investasi, maka penulis tertarik untuk
meneliti mengenai tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis ingin mengetahui
apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti ukuran perusahaan, ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity
ratio, return on assets, dan net profit margin. Oleh karena itu, maka penulis akan
menuangkannya di dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan
Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010”.
B. Perumusan Masalah
Almilia (2007), menyatakan bahwa karakteristik-karakteristik perusahaan
akan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan tahunan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merasa perlu untuk meneliti kembali
kebenaran pernyataan tersebut dengan merumuskan pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan?
2. Apakah terdapat pengaruh antara return on equity terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan?
3. Apakah terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan?
4. Apakah terdapat pengaruh antara return on asset terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan?
5. Apakah terdapat pengaruh antara net profit margin terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan?
C. Tujuan Penelitian
margin, terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan tentang tingkat pengungkapan laporan keuangan di
Indonesia.
2. Bagi investor, untuk memberikan masukan mengenai tingkat
pengungkapan laporan keuangan perusahaan di Indonesia dalam
mempertimbangkan keputusan investasinya.
3. Bagi perusahaan, untuk memberikan masukan mengenai tingkat
pengungkapan laporan keuangan perusahaan di Indonesia dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya.
4. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
dan referensi untuk mengembangkan penelitian yang lebih luas dan lebih
mendalam mengenai masalah pengungkapan laporan keuangan.
BAB II
A. Teori Pesinyalan (Signalling Theory)
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi.
Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal
investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Menurut Sharpe (1997: 211) dan Ivana (2005:16), pengumuman informasi
akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di
masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan
perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui
perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara
publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial
politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi
pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang
relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan
sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan
preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli
oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan
B. Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency Theory, merupakan konsep yang menjelaskan hubungan
kontraktual antara principals dan agents. Pihak principal adalah pihak yang
memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua
kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan
(Sinkey, 1992:78; Jensen dan Smith, 1984:7).
Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses
langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi terhadap
pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi
yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal
perusahaan, termasuk investor.
Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan
harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan
dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut
teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi
kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya
enforcement-nya.
Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang
saham; biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang
transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal;
serta biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang
dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham.
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage
yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan
Meckling, 1976:354). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan
keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai
kreditur [Schipper dalam Marwata (2001:18) dan Meek, et al dalam Fitriani
(2001:14)]. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada
perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.
Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan
besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka
manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan
laba di masa depan. Dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi
kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih
metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang
biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat
leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interestcoverage, modal kerja dan ekuitas
pemegang saham [Watts and Zimmerman dalam Scott (1997:92)]. Oleh karena
itu semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar
akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi [Belkaoui & Karpik
dalam Marwata (2001:25)]. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer
harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi).
C. Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan
Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan tahunan sebagai
sarana pertanggungjawaban terutama kepada pemegang saham. Laporan tahunan
(annual report) merupakan laporan yang diterbitkan oleh pihak manajemen
perusahaan setahun sekali yang berisi informasi keuangan dan non keuangan
perusahaan yang berguna bagi pihak stakeholders untuk menganalisis kondisi
perusahaan pada periode tersebut.
Laporan keuangan yang diungkapkan dalam laporan tahunan meliputi
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan. Laporan keuangan ini wajib diaudit oleh auditor
independen sebagai wujud dari transparansi keuangan perusahaan.
Laporan non keuangan yang diungkapkan dalam laporan tahunan meliputi
laporan manajemen yang berisi informasi penting mengenai perusahaan seperti
laporan dewan komisaris, laporan direksi, kinerja perusahaan selama satu periode,
profil perusahaan, strategi perusahaan, prospek perusahaan, dan informasi penting
lainnya yang berhubungan dengan perusahaan.
Informasi yang dimuat dalam laporan tahunan ini lebih dikenal dengan
istilah pengungkapan laporan tahunan atau annual report disclosure.
Pengungkapan dapat berkaitan dengan laporan keuangan utama, contohnya
metode akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan; dan tidak berkaitan
dengan laporan keuangan contohnya analisis manajemen dan ramalan atas operasi
perusahaan di tahun mendatang (Sudarmadji, 2007:54).
Evan dalam Suwardjono (2005:578) mengartikan pengungkapan sebagai
berikut:
Disclosure means supplying information in the financial statements, including the statements themselves, the notes to the statements, and the supplementary disclosures associated with the statements. It does not extend to public or private statements made by management or information outside the financial statements.
Hendriksen (1994:203) mengatakan bahwa pengungkapan dalam
pelaporan keuangan merupakan penyajian informasi yang diperlukan untuk
operasi optimal pasar modal yang efisien. Hal tersebut mengandung arti bahwa
informasi yang memadai harus disajikan untuk memungkinkan pengambilan
keputusan yang tepat bagi pihak pemakai informasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan yaitu : (1)
untuk siapa informasi didisclose ?, (2) apa tujuan informasi tersebut ?, (3) berapa
banyak informasi yang harus didisclose ? (Hendriksen, 2001:205). Berapa banyak
informasi yang harus didisclose tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca,
namun juga tergantung pada standar yang dianggap cukup. Tiga konsep disclosure
yang umumnya dikemukakan yaitu adequate, fair, full disclosure (Hendriksen,
2001:205).
Adequate disclosure mengandung arti disclosure yang minimal harus ada
etis untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua pembaca potensial. Full
dislcosure berarti penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa orang,
full disclosure berarti penyajian informasi secara melimpah, sehingga disclosure
menjadi tidak tepat. Informasi yang terlalu melimpah akan menyembunyikan
informasi yang penting dan membuat laporan keuangan sulit diintepretasikan. Di
samping itu, tersebarnya informasi penting dalam hal strategi dan rencana
perusahaan dapat merugikan posisi persaingan perusahaan itu sendiri.
Perusahaan akan selalu mempertimbangkan biaya dan manfaat yang
diperolehnya dengan melakukan disclosure informasi terutama voluntary
disclosure. Menurut Suripto dalam Sudarmadji (2007:56), biaya pengungkapan
yang harus dipertimbangkan adalah biaya pengungkapan langsung dan tidak
langsung adalah sebagai berikut ini:
1. Biaya langsung meliputi biaya pengumpulan data, biaya pemrosesan
informasi, biaya pengauditan, dan biaya penyebaran informasi.
2. Biaya tidak langsung meliputi biaya litigasi atau biaya hukum, biaya
kerugian persaingan, dan biaya politik. Biaya litigasi timbul akibat pengungkapan informasi yang tidak memadai atau informasi yang menyesatkan. Biaya kerugian persaingan terjadi apabila informasi yang diungkapkan melemahkan daya saing perusahaan karena informasi tersebut digunakan oleh pesaing untuk memperkuat daya saing mereka. Biaya politik terjadi ketika praktik pengungkapan perusahaan memicu regulasi pemerintah.
Lebih lanjut, Sudarmadji (2007:56) menyatakan bahwa selain biaya-biaya,
ada beberapa alasan yang melandasi perusahaan enggan menambah disclosure
informasi keuangan yaitu:
1. Disclosure akan membantu para pesaing dan merugikan pemegang
saham.
2. Disclosure yang lengkap akan memberikan keuntungan kepada serikat
3. Adanya keraguan terhadap kemampuan investor dalam memahami
kebijakan dan prosedur akuntansi sehingga full disclosure akan
menyesatkan mereka.
4. Tersedianya sumber-sumber informasi lain selain laporan keuangan
yang tersedia dengan biaya yang lebih murah.
5. Kurangnya pengetahuan terhadap kebutuhan investor juga merupakan
alasan bagi disclosure yang terbatas.
Sehingga voluntary disclosure akan diungkapkan hanya apabila
pengungkapan tersebut memberikan manfaat bagi perusahaan melebihi biaya yang
dikeluarkan perusahaan.
D. Jenis-Jenis Pengungkapan
Menurut Hendriksen (2001:205), ada tiga jenis pengungkapan yang
didasarkan pada luas pengungkapan laporan, yaitu:
a. Adequate disclosure.
Adequate disclosure mengandung arti disclosure yang minimal harus ada sehingga laporan tidak menyesatkan.
b. Fair disclosure
Fair disclosure menyatakan tujuan-tujuan etis untuk memberikan
perlakuan yang sama bagi semua pembaca potensial. Hal ini berarti bahwa pengungkapan dalam laporan tahunan diharapkan dapat dimengerti oleh semua pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut.
c. Full disclosure
Full dislcosure berarti penyajian semua informasi yang relevan.
Artinya, semua informasi yang berhubungan secara relevan terhadap perusahaan harus diungkapkan.
Berdasarkan sifatnya, Suwardjono (2005:583), menyatakan ada dua
macam jenis pengungkapan. Yang pertama pengungkapan sukarela dan kedua
pengungkapan wajib. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang
wajib adalah pengungkapan yang dimandatkan oleh standard setter kepada
manajemen dalam membuat pelaporan keuangan.
Teori yang melandasi pengungkapan sukarela adalah teori pensinyalan
(signaling theory). Teori ini menggambarkan tindakan yang lebih suka diambil
oleh manajer tipe tinggi daripada manajer tipe rendah (Scott, 2003:423).
Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut
pertimbangannya sangat diminati oleh calon investor dan pemegang saham
khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Di
samping itu, manajemen berminat menyampaikan informasi yang dapat
meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi
tersebut tidak diwajibkan.
E. Tujuan Pengungkapan
Secara umum tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang
dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani
berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda (Suwardjono,
2005:580). Untuk melayani pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda,
Tenaya (2005:13) menyatakan tujuan pengungkapan dibagi menjadi sebagai
berikut:
a. Tujuan untuk melindungi terhadap perlakuan manajemen yang
mungkin kurang adil dan kurang terbuka (unfair). Tujuan ini biasanya
menjadi pertimbangan badan pengawas yang mendapat otoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar modal seperti SEC atau Bapepam.
b. Tujuan informatif merupakan tujuan yang diarahkan untuk
ini digunakan sebagai landasan penyusunan standar akuntansi untuk menentukan keluasan pengungkapan
c. Tujuan kebutuhan khusus merupakan gabungan dari tujuan
perlindungan dan tujuan informasi. Artinya apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang berguna bagi pemakai yang dituju.
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
Dalam pencapaian efisiensi dan sebagai sarana akuntabilitas publik,
pengungkapan laporan tahunan menjadi faktor yang signifikan. Pengungkapan
laporan keuangan tidak lepas dari pengaruh karakteristik perusahaan tempat
dimana pengungkapan itu dikeluarkan. Pengungkapan laporan tahunan, terutama
pengungkapan sukarela, sangat dipengaruhi oleh biaya dan manfaat dari
pengungkapan tersebut, dan perbandingan antara manfaat dan biaya tersebut akan
sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari perusahaan yang
bersangkutan (Almilia, 2007:2).
Terdapat beberapa metode yang berbeda-beda untuk pengungkapan laporan
keuangan, pemilihan metode yang terbaik dari pengungkapan ini pada setiap
kasus tergantung pada sifat informasi yang bersangkutan dan sesuai dengan
kepentingan yang dibutuhkan perusahaan. Metode yang biasa dari pengungkapan
ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: bentuk dan susunan laporan yang
formal, terminologi dan penyajian yang terinci, informasi selipan, catatan kaki,
ikhtisar tambahan dan skedul, komentar sertifikat auditor, dan pernyataan direktur
utama atau ketua dewan komisaris. Selain itu terdapat faktor-faktor yang dapat
acuan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, return on equity, debt to
equity ratio, return on assets, dan net profit margin.
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan
Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih
banyak daripada perusahaan kecil. Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal
tersebut. Agency theory menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya
keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil [Jensen dan Meckling
dalam Marwata (2001:25)]. Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan
informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan
tersebut. Menurut Meek, Roberts dan Gray dalam Fitriani (2001:20)
perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang
ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga
perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang
lebih luas dari perusahaan kecil. Perusahaan besar merupakan entitas yang
banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum. Mengungkapkan lebih
banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk
mewujudkan akuntabilitas publik.
Penjelasan lain yang juga sering diajukan adalah karena perusahaan
besar memiliki sumber daya yang besar, sehingga perusahaan perlu dan
mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal.
Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan
informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya
Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil
mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar,
sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan
pengungkapan selengkap yang dilakukan perusahaan besar. Perusahaan kecil
umumnya berada pada situasi persaingan yang ketat dengan perusahaan yang
lain. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya kepada pihak
eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan sehingga
perusahaan kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan selengkap
perusahaan besar [Singhvi dan Desai dalam Fitriani 9 (2001:21); Buzby dalam
Marwata (2001:26)].
2. Pengaruh Return on Equity
Dalam hal ini termasuk salah satu jenis dari rasio profitavibilitas.
Menurut Kasmir (2008:196) ”Rasio profitabilitas merupakan rasio yang
menilai kemampuan perusahaan di dalam mencari keuntungan”. Tingkat
profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan
informasi yanag lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan para investor,
bahwa perusahaan mampu menghasilkan profitabilitas yang baik, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kompensasi terhadap manajemen.
3. Pengaruh Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata
ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan
gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat
perusahaan biasanya terdiri dari modal internal dan eksternal. Modal yang
diperoleh dari pihak eksternal berupa pinjaman dari kreditor. Penggunaan
pinjaman tersebut tentunya menuntut adanya pertanggungjawaban perusahaan
baik dalam pemakaian maupun pengembalian pinjaman. Pihak kreditor akan
selalu memantau dan memerlukan informasi mengenai keadaan finansial
debitor untuk meyakinkan bahwa debitor akan dapat memenuhi kewajibannya
pada saat jatuh tempo. Seiring dengan tuntutan kreditor akan informasi
tersebut, maka perusahaan dengan rasio hutang (leverage) yang tinggi akan
melakukan disclosure yang lebih luas
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage
yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi
[Jensen dan Meckling dalam Marwata (2001:26)].
Menurut Schipper dalam Marwata (2001:26), tambahan informasi
diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap
dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan
dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan informasi kreditur jangka panjang, Sehingga perusahaan akan
menyediakan informasi secara lebih komprehensif.
4. Pengaruh Return on Assets
Return on assets mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA yang positif
perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila
ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan,
perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai
ROA yang tinggi, maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam
meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Tetapi jika total aktiva yang
digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan
mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan modal sendiri.
Perusahaan yang menghasilkan laba cenderung akan melakukan disclosure
yang lebih luas. Hal ini disebabkan karena manajemen perusahaan ingin
meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi persaingan yang kuat dan
memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan juga bagus. Selain itu, perusahaan
juga ingin agar investor dan kreditor yakin bahwa perusahaan berada dalam
posisi persaingan yang kuat dan operasi perusahaan berjalan efisien. Semakin
tinggi return on assets suatu perusahaan maka semakin tinggi tingkat
pengungkapan laporan keuangannya.
5. Pengaruh Net Profit Margin
Net Profit Margin (NPM), salah satu fungsi laba bersih adalah untuk
meramalkan penghasilan jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi.
Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai
dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang, menarik investor,
serta untuk mengukur harga saham di pasar modal. Harga saham tersebut
adalah informasi yang penting yang dibutuhkan oleh investor sebagai dasar
investor cenderung akan mengungkapan informasi net profit margin secara
luas dalam laporan keuangan.
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang, penelitian ini berbentuk
replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ivana (2005) yang judul
penelitiannya adalah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Tahunan pada Perusahaan-perusahaan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Ivana menggunakan variabel independen yaitu sektor
perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan Rasio Leverage.. Serta
menggunakan pengungkapan laporan tahunan sebagai variabel dependen. Sampel
yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 125 sampel. Hasil penemuan Ivana
menemukan bahwa variabel independent sector perusahaan memiliki pengaruh
terhadap luas pengungkapan laporan tahunan sedangkan variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan rasio leverage tidak memiliki pengaruh terhadap
luas pengungkapan laporan keuangan. Kesimpulan yang dapat ditarik dari
penelitian irawan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi luas
pengungkapan laporan keuangan tahunan antar perusahaan yang terdaftar di BEI.
Noviani (2006) meneliti pengaruh solvabilitas, likuiditas, ukuran
perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan pada 41 perusahaan
manufaktur di bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004. Penelitian ini berkesimpulan
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Berdasarkan
analisis t-test variabel current ratio dan debt to total assets tidak signifikan secara
statistik dan secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Tingkat
Pengungkapan.
Irawan (2006) meneliti pengaruh leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi
saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, status perusahaan, operating
profit margin, net profit margin, dan return on equity terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ
periode 2001-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, hanya
variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik dan status
perusahaan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Dan variabel independen leverage, likuiditas,
profitabilitas, operating profit margin, net profit margin, dan return on equity
tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan.
Almilia (2007) meneliti mengenai pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap kelengkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar
dalam Bursa Efek Jakarta. Almilia menggunakan analisis deskriptif untuk melihat
pengaruh dari ukuran perusahaan, rasio leverage, rasio likuiditas, net profit
margin, dan status perusahaan terhadap kelengkapan laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang ada di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2001. Hasil penelitiannya
menemukan bahwa ukuran perusahaan, rasio likuiditas, dan status perusahaan
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan tahunan. Dan variabel
H. Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah
diungkapkan, maka penulis membuat kerangka konseptual dan hipotesis sebagai
berikut:
1. Kerangka Konseptual
Hubungan antara karakteristik-karakteristik perusahaan terhadap
tingkat pengungkapan laporan keuangan, digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Sumber : Penulis, 2011
Ukuran Perusahan (SIZE), yang dinyatakan dengan market capitalized
diharapkan berhubungan positif dengan luasnya tingkat pengungkapan.
X2 : Return on Equity (ROE) X1 : Ukuran Perusahaan (SIZE)
X3 : Debt to Equity Rasio (DER)
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
(Y)
Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand
akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang
berukuran lebih kecil. Alasan lainnya adalah bahwa perusahaan besar
mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah yang berkaitan
dengan pengungkapan mereka atau biaya competitive disadvantage yang
lebih rendah.
Rasio debt to equity (DER) menunjukkan proporsi pendanaan yang
dibiayai lewat hutang. Debt to equity ratio yang semakin tinggi
mengindikasikan bahwa semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan
terhadap kreditnya. Hal ini sesaui dengan agency theory, yaitu hubungan
keagenan antara principal (kreditur) dengan agent (perusahaan). Perusahaan
akan berusaha memberika informasi yang seluas-luasnya mengenai Hertanti
kondisi perusahaan kepada kreditur dengan harapan kreditur lebih
mengetahui dan memahami perusahaan berkaitan dengan kredit yang
diberikan. Menurut Ivana (2005:36), menyatakan bahwa “perusahaan
dengan leverage tinggi lebih dipercaya oleh para kreditur dan dianggap lebih
berkesempatan dalam menghasilkan laba, dengan demikian perusahaan
dengan tingkat leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula kelengkapan
pengungkapan laporan keuangannya”.
Pada umumnya laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan
investasi yang dilakukan oleh perusahaan dan berdasarkan retun on equity.
Return on equity (ROE) dan Return on assets (ROA) yang tinggi akan
sebab mereka ingin meyakinkan investor bahwa perusahaan mampu
menghasilkan profitabilitas yang baik, yang pada akhirnya akan
mengingkatkan kompensasi terhadap manajemen. Jadi semakin tinggi return
on equity dan return on assets suatu perusahaan maka semakin tinggi tingkat
pengungkapan laporan keuangan tahunannya.
Net Profit Margin (NPM), salah satu fungsi laba bersih adalah untuk
meramalkan penghasilan jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi.
Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai
dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang, menaraik investor,
serta untuk mengukur harga saham di pasar modal.
Pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor yang penting bagi
sebuah perusahaan dalam hubungannya dengan pihak eksternal perusahaan
khususnya para investor. Pengungkapan laporan keuangan sangat
mempengaruhi penilaian investor terhadap kinerja perusahaan. Semua
variabel independen yang telah disajikan diatas merupakan variabel-variabel
yang secara teori mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan.
2. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina dan Sri Mulyani (2007:49),”hipotesis menyatakan
hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam
rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Berdasarkan kerangka
1. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.
2. H2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara return on equity terhadap
tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.
3. H3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.
4. H4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara return on assets terhadap
tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.
5. H5: Terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin terhadap
tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.
6. H6: ukuran perusahaan , retun on equity, debt to equity ratio, return on
asset, dan net profit margin, dan berpengaruh secara simultan terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
asosiatif, yaitu suatu desain yang berguna untuk menganalisis
hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu
variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30).
B. Populasi dan Sampel Penelitian.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi
pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2008-2010.
Sampel adalah bagian populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi
penelitian (Kuncoro, 2003:107). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling, dengan tujuan mendapat sampel yang
representatif sesuai kriteria yang ditetapkan pada penelitian ini, dimana
kriterianya adalah:
1. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
2. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan
laporan keuangan tahunannya secara rutin tahun 2008 sampai dengan 2010.
3. Perusahaan tidak delisting pada periode tersebut.
4. Perusahaan tersebut memiliki laba positif pada tahun tersebut.
5. Perusahaan tersebut memiliki total asset minimal 1 triliun pada periode
tersebut.
Dari perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai
dengan 2010 yakni sebanyak 128 perusahaan dan berdasarkan uraian kriteria
penentuan sampel diatas, maka diperoleh sampel yang berjumlah 32 perusahaan.
C. Jenis dan Sumber Data
Penulis menggunakan data sekunder dalam penelitian ini, yaitu data primer
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data
primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel atau diagram-diagram
(Umar, 2001:69). Data diperoleh dari situs bursa efek indonesia,
berupa laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan dan dari
situs-situs lainnya yang menyediakan informasi mengenai laporan tahunan perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari 32 perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2008-2010.
D. Metode Pengumpulan Data
Data dicari secara manual dengan mendapatkannya dari luar perusahaan,
ringkasan data keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan di Bursa
Efek Indonesia.
E. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian
1. Variabel independen (variabel bebas)
a. Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan
dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu.
Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui
logaritma dari total aktiva. Total aktiva dipilih sebagai proxy atas
ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva
relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan
penjualan.
b. Return On Equity (ROE)
Return on equity (ROE), dalam hal ini termasuk salah satu jenis
dari rasio profitavibilitas. Menurut Kasmir (2008:196) ”Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang menilai kemampuan perusahaan di
dalam mencari keuntungan”. Tingkat profitabilitas yang tinggi akan
mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih
terinci, sebab mereka ingin meyakinkan para investor, bahwa
perusahaan mampu menghasilkan profitabilitas yang baik, yang pada
Return On Equity = Laba Bersih Sesudah Pajak Total Equity
x 100%
c. Debt to Equity (DER)
Debt to equity ratio merupakan salah satu rasio leverage yang dapat
menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk memenuhi seluruh
kewajibannya. Karena DER juga menunjukkan seberapa besar struktur
finansial perusahaan berasal dari utang, maka tinggi rendahnya DER
juga menggambarkan besar kecilnya jumlah utang dalam perusahaan.
Utang perusahaan tersebut diharapkan dapat digunakan untuk
menambah dana perusahaan guna memperluas kegiatan
operasionalnya.
Debt to equity ratio = Total Kewajiban x 100%
Ekuitas pemegang saham
d. Return of Assets (ROA)
Return of assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dari aktiva yang digunakan. Return on assets merupakan perbandingan
antara laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and
Tax) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets
(ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang
dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba
bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan
yang tinggi, maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam
meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Tetapi jika total aktiva
yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan
akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan modal
sendiri.
Return on assets =Laba bersih x Penjualan
Penjualan Total Aktiva
e. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM), salah satu fungsi laba bersih adalah untuk
meramalkan penghasilan jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi.
Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai
dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang, menraik investor,
serta untuk mengukur harga saham di pasar modal. Harga saham tersebut
adalah informasi yang penting yang dibutuhkan oleh investor sebagai
dasar penilaian atas perusahaan. Dimana perusahaan yang ingin
mensejahterakan investor cenderung akan mengungkapan informasi net
profit margin secara luas dalam laporan keuangan. Diukur dengan
membagi antara profit (loss) after tax dengan penjualan bersih, dan
merupakan proxy dari profitabilitas.
Net Profit Margin = laba bersih setelah pajak x Total Aktiva Total Aktiva Penjualan bersih
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Tingkat pengungkapan laporan tahunan, yang menjadi variabel
besarnya proporsi pengungkapan yang dilakukan sebuah perusahaan di
dalam laporan tahunan perusahaan tersebut. Instrumen pengukuran
proporsi pengungkapan yang digunakan adalah item-item pengungkapan
yang dikembangkan dari kriteria penilaian Annual Report Award yang
diberikan oleh Bapepam sebanyak 61 item. Indeks pengungkapan
(disclosure index) untuk setiap perusahaan sampel diperoleh dengan cara
berikut ini:
a. Sebuah item diberi skor 1 (satu) jika diungkapkan dan skor 0
(nol) jika tidak diungkapkan.
b. Proporsi disclosure setiap perusahaan diukur dengan indeks yaitu
total skor yang diberikan kepada sebuah perusahaan dengan skor
yang diharapkan (maksimal) dapat diperoleh perusahaan tersebut.
Skor maksimal adalah 61. Indeks dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Disclosure index = Jumlah skor disclosure sebuah perusahaan Jumlah skor maksimal
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS 19(Statistic
Produck and Service Solution), namun terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik
sebelum malakukan pengujian hipotesis. Langkah selanjutnya, Pengujian hipotesis
dilakukan setelah model regresi berganda yang digunakan bebas dari pelanggaran
juga dilakukan untuk mengetahui data yang digunakan dalam penelitian ini
berdistribusi normal. Hal ini bertujuan agar hasil perhitungan tersebut dapat
diinterpretasikan secara tepat dan efisien.
1. Uji Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi
klasik normalitas, autokorelasi, multikolinearitas. Adapun pengujian
asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Kalau nilai
residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi titik
valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali,2005:110). Menurut Ghozali
(2005:110), ”Cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residual”.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antar kesalahan penggangguan pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Jika
baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Menurut
Ghozali (2005:103), “bila signifikan>0,05 dengan =5% bararti
residual random dan Ho diterima,sebaliknya bila signifikan <0,05
berarti residual tidak random dan Ho ditolak”.
c. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Jika variabelindependen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini
tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independennya sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model
regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan lawannya variance
inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen
menjadi vatiabel terikat (dependen) dan diregres terhadap variabel
independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi
(karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10
d. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti varian residual yang tidak sama pada
suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pendeteksiannya dengan
menggunakan uji Park, yaitu jika salah satu beta (koefisien regresi)
tersebut signifikan secara statistik maka disimpulkan terjadi
heterokedastisitas (Ghozali, 2001:71).
2. Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji t dan uji f.
a. Uji Signifikan Parsial (t-test)
Uji t digunakan untuk melihat variabel independent terhadap
variabel dependen secara individu (parsial), uji ini dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
Ho diterima jika t hitung < t table (α = 5%) Ho diterima jika t hitung > t table (α = 5%)
Selain itu dapat pula dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai
signifikan penelitian <0,05 maka Ha diterima. Hipotesa yang digunakan
adalah:
Ho = b1 = b2 = b3 ≠ 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari variabel independent terhadap variabel dependen.
Ha = b1 = b2 = b3 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari
b. Uji Signifikan Simultan (f-test)
Uji f dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen mempunyai pengaru secara bersama (simultan)
terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
Ho diterima jika f hiting < t table (α = 5%) Ho diterima jika f hiting > t table (α = 5%)
Selain itu dapat pula dilihat dari signnifikansinya, jika nilai
signifikan penelitian < 0,05 maka Ha diterima.
3. Model Regresi Berganda
Kegiatan pengolahan data meliputi pemberian skor atas
pengungkapan item- item yang ada di laporan tahunan dan menyusun data.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah skor dan menentukan tingkat
luasnya pengungkapan. Analisis data menggunakan regresi berganda
(multiple regression) untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan digunakan model regresi
berganda dengan bentuk persamaan:
Y = a + b1 SIZE + b2 ROE+ b3 DER+ b4 ROA + b5 NPM + e
Keterangan :
Y = logit dari tingkat pengungkapan laporan tahunan, atau
Y = ln [p/(1-p)]; dimana p adalah proporsi total item
yang diungkapkan
b1…b2 = koefisien regresi
G. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2008-2010. Penelitian ini dilakukan oleh penulis sejak Oktober 2010. Jadwal
penelitian yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian