PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA LANJUT USIA
DI KELURAHAN TANJUNG GUSTA KECAMATAN
MEDAN HELVETIA
SKRIPSI
Oleh
Sonia Rizki Astaria
081121058
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Lanjut Usia di
Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia.
Nama
: Sonia Rizki Astaria
Nim
: 081121058
Jurusan
: Ilmu Keperawatan (S.Kep)
Tahun
: 2010
Tanggal Lulus: 01 Juli 2010
Pembimbing
Penguji I
wan Rusdi, S.Kp. MNS.
Ismayadi, S.Kep, Ns
NIP. 19730909 200003 1 001
NIP. 19750629 200112 2 002
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini
sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Medan, Juli 2010
Pembantu Dekan I
Erniyati, S.Kp. MNS.
NIP. 19671208 199903 2 001
Penguji II
PRAKATA
Puji dan syukur penuliis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sikripsi ini dengan
judul “ Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Lanjut Usia di Kelurahan Tanjung
Gusta Kecamatan Medan Helvetia”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dr.
Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dalam penelitian ini. Terima
kasih juga kepada Bapak Iwan Rusdi, SKp, MNS selaku dosen pembimbing yang
selama ini telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada saya dengan penuh kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini, dan
Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns serta Ibu Rika Endah, S.Kp, M.Pd selaku penguji I dan II
yang memberikan waktunya untuk menghadiri ujian Skripsi saya ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Lurah Tanjung Gusta
Kecamatan Medan Helvetia, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti di
Lingkungan yang bapak Pimpin.
kasih juga kepada teman dekat dan teman-teman angkatan 2008 atas dorongan
semangat kalian semua kepada penulis.
Kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara moril atau materil
penulis ucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis membuka kesempatan atas masukan, kritikan, dan saran
yang dapat membangun proposal penelitian ini.
Medan, Juli 2010
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...
i
Halaman Persetujuan ...
ii
Prakata ...
iii
Daftar Isi ... v
Daftar Skema... vii
Daftar Tabel ... viii
Abstrak ... ix
Bab 1. Pendahuluan ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian... 6
1.3 Tujuan Penelitian... ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan... 7
1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan ... 7
1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan ... 7
Bab 2. Tinjauan Kepustakaan ... 8
2.1
...
Spiritual
... 8
2.1.1 Definisi Spiritual ... 8
2.1.2 Karakteristik Spiritualits ... 9
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spiritual ... 13
2.1.4 Perkembangan Spiritual pada Lansia ... 15
2.2 Lanjut Usia ... 16
2.2.1 Definisi Lanjut Usia ... 16
2.2 2 Batasan- Batasan Lanjut Usia ... 16
2.2.3 Teori- Teori Proses Menua ... 18
2.2.4 Penyesuaian- Penyesuaian pada Lanjut Usia ... 19
Bab 3. Kerangka Penelitian ... 21
3.1
Kerangka Konseptual
21
3.2 Definisi Operasional ... 22
Bab 4. Metodologi Penelitian ... 24
4.1
Desain Penelitian ... 24
4.2 Populasi dan Sampel ... 24
4.2.1 Populasi ... 24
4.2.2 Sampel ... 24
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 25
4.5 Instrumen Penelitian... 26
4.6
Uji Validitas dan Reliabilitas
28
4.6.1 Uji Validitas ... 28
4.6.2 Uji Reliabilitas ... 28
4.7 Pengumpulan Data ... 29
4.8 Analisa Data ... 29
Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 31
5.1 Hasil Penelitian ... 31
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 31
5.1.2 Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lansia.. 32
5.1.3 Karakteristik Hubungan dengan diri-sendiri pada
Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lansia... 33
5.1.4 Karakteristik Hubungan dengan Orang lain pada
Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lansia... 34
5.1.5 Karakteristik Hubungan dengan Alam pada Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual pada Lansia... 36
5.2 Pembahasan... 37
5.2.1 Pemenuhan Spiritual pada Lansia di Kelurahan Tanjung
Gusta Kecamatan Medan Helvetia... 38
5.2.2 Hubungan dengan Diri Sendiri... 38
5.2.3 Hubungan dengan Orang Lain... 39
5.2.4 Hubungan dengan Alam... 41
Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 42
6.1. Kesimpulan ... 42
6.2
Saran
43
6.2.1 Bagi Lahan Penelitian ... 43
6.2.2 Bagi Masyarakat/Keluarga... 43
6.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan... 44
Daftar Pustaka ... 45
Lampiran-lampiran ... 45
1.
Persetujuan Menjadi Responden ... 47
2.
Lembar Kuesioner ... 48
3.
Jadwal Penelitian ... 51
4.
Anggaran Biaya Penelitian ... 52
5.
Surat Pengambilan Data... 53
6.
Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitiaan & Pengembangan . 54
7.
Surat Izin Penelitian dari Camat Medan Helvetia……… 55
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada
LanjutUsia Di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden… 32
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Spiritual
pada Lansia……… 33
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual pada Lansia Berdasarkan Karakteristik
Hubungan Diri-Sendiri ……… 34
Tabel 4
Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual pada Lansia Berdasarkan Karakteristik
Hubungan Dengan Orang Lain……… 35
Tabel 5
Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual pada Lansia Berdasarkan Karakteristik
Judul
: Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lanjut Usia di
Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia
Nama
: Sonia Rizki Astaria
Nim
: 081121058
Jurusan
: Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun
: 2010
__
Spiritual adalah keyakinan berupa upaya multi dimensi untuk mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau
mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik
atau kematian. Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 tahun ke atas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemenuhan
kebutuhan Spiritual pada lanjut usia di kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan
Helvetia. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan besar sampel 31
orang dengan metode pengambilan sampel Purposive sampling, instrumen yang
digunakan adalah kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala likert.
Penelitian ini dilakukan pada tangal 26 Januari – 9 Februari 2010. Karakteristik
responden dan gambaran pemenuhan kebutuhan Spiritual lansia dideskripsikan
dengan analisa deskriptif untuk mengetahui frekuensi dan persentasenya. Hasil
penelitian menunjukkan, karakteristik responden wanita 74,2%, usia 60-69 tahun
61,3%, agama Islam 87,1%, pendidikan SD 54,8%, pekerjaan wiraswasta 58,1%.
Pemenuhan Spiritual lansia adalah cukup baik (19 orang, 61,3%), lansia yang
mengatakan baik (10 orang, 32,3%), dan kurang baik (2 orang, 6,5%). Untuk
mendapatkan pemenuhan kebutuhaan Spiritual pada lansia diharapkan bagi semua
pihak baik keluarga, pelayan kesehatan di Kelurahan Tanjung Gusta memahami
kebutuhan spiritual lansia berupa perlunya lansia berekreasi, mengajak lansia untuk
dapat melakukan hobinya, mengajak lansia untuk dapat bergabung dengan teman
sebayanya, dan menghimbau lansia untuk menyediakan waktu menenangkan diri
ketika memiliki masalah.
Abstrak
Judul
: Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lanjut Usia di
Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia
Nama
: Sonia Rizki Astaria
Nim
: 081121058
Jurusan
: Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun
: 2010
__
Spiritual adalah keyakinan berupa upaya multi dimensi untuk mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau
mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik
atau kematian. Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 tahun ke atas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemenuhan
kebutuhan Spiritual pada lanjut usia di kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan
Helvetia. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan besar sampel 31
orang dengan metode pengambilan sampel Purposive sampling, instrumen yang
digunakan adalah kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala likert.
Penelitian ini dilakukan pada tangal 26 Januari – 9 Februari 2010. Karakteristik
responden dan gambaran pemenuhan kebutuhan Spiritual lansia dideskripsikan
dengan analisa deskriptif untuk mengetahui frekuensi dan persentasenya. Hasil
penelitian menunjukkan, karakteristik responden wanita 74,2%, usia 60-69 tahun
61,3%, agama Islam 87,1%, pendidikan SD 54,8%, pekerjaan wiraswasta 58,1%.
Pemenuhan Spiritual lansia adalah cukup baik (19 orang, 61,3%), lansia yang
mengatakan baik (10 orang, 32,3%), dan kurang baik (2 orang, 6,5%). Untuk
mendapatkan pemenuhan kebutuhaan Spiritual pada lansia diharapkan bagi semua
pihak baik keluarga, pelayan kesehatan di Kelurahan Tanjung Gusta memahami
kebutuhan spiritual lansia berupa perlunya lansia berekreasi, mengajak lansia untuk
dapat melakukan hobinya, mengajak lansia untuk dapat bergabung dengan teman
sebayanya, dan menghimbau lansia untuk menyediakan waktu menenangkan diri
ketika memiliki masalah.
Abstrak
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000).
Mickley et al (1995) menguraikan Spiritual sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistasial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Stoll, (1995), menguraikan bahwa Spiritual sebagai konsep dua dimensi : dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan.
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahanan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab dan mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
usia 45-59 tahun (Nugroho, 1999) dan mengidentikasikan lanjut usia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental (Watson, 2003).
Laju perkembangan kesehatan di Indonesia salah satunya dicerminkan dari peningkatan lanjut usia. Darmojo (2002) mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk lansia di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika serikat. Kenaikan pesat itu berkaitan dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Usia 60 tahun di Indonesia merupakan indikasi seseorang memasuki masa lanjut usia (lansia). Populasi lansia di Indonesia pada tahun 2005 diperkirakan sebesar ±18,7 juta (8,5%) jumlah penduduk. Di tahun 2025 angka ini akan menjadikan Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak negara berpopulasi lanjut usia, masa lanjut usia sering menjadi sumber kekhawatiran bagi sebagian orang sehingga perlu diwaspadai dan diperhatikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperhitungkan pada tahun 2020 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia sebesar 414%, sebuah peningkatan tertinggi di dunia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, jumlah lansia mencapai 15,8 juta jiwa atau 7,6%. Pada tahun 2005 meningkat menjadi 18,2% juta jiwa atau 8,2%. Sedangkan pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 24,4 juta jiwa atau 10% (Kesrepro, 2008).
kesehatan, sosial dan aspek lainnya yang memadai (Hidayat, 2004). Hal ini disebabkan perubahan-perubahan yang terjadi pada beberapa aspek (Berger & William, 1992). Perubahan-perubahan yang signifikan pada lanjut usia, antara lain : perubahan gaya hidup dan keuangan, merawat pasangan yang sakit, menghadapi kematian, kehilangan pasangan hidup dan orang-orang yang dicintai, ketidakmampuan fisik dan penyakit kronis, kesepian serta perubahan lainnya (Elderly Health Service, 2003; Berger & William, 1992).
Keberhasilan pembangunan di Indonesia telah mencapai tahapan “Survival of Life “, maka diharapkan pada tahapan mendatang adalah pencapaian pada “Quality of Life“ termasuk bagi lanjut usia. Permasalahannya adalah bagaimana upaya untuk tidak hanya aspek fisik sehat dan sosial ekonomi berkecukupan, tetapi juga memperoleh “Rasa Sejahtera“ (Well Being). Rasa sejahtera ini berkaitan dengan taraf kesehatan dan pemenuhan spiritual (Ke-agamaan) lanjut usia. Dari berbagai penelitian yang telah dijalankan, membuktikan bahwa komitmen agama seseorang dapat dijadikan ukuran prediksi terhadap usia, dengan kata lain: bahwa orang yang religius umurnya lebih panjang dibandingkan dengan yang non religius (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2008).
Berdasarkan kegiatan spiritual, kondisi lanjut usia meliputi dua hal yaitu mengenai ibadah agama dan kegiatan didalam organisasi sosial keagamaan. Dalam hal ini kehidupan spiritual mempunyai peranan penting, seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya tentu akan memelihara umurnya dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat (Depsos, 2007).
kulit, misalnya dalam meningkatkan koping, dukungan sosial, optimisme dan harapan,mengurangi depresi dan kecemasan, serta mendukung perasaan relaksasi.
Dari hasil penelitian Widiastuti (2007) yang dilakukan terhadap lansia di RW 03 di Desa Wonosari Kec.Wonosari Kabupaten Malang diketahui 90% mengatakan selalu mengerjakan sholat lima waktu, 80% sering berdoa dan berzikir di mushola atau mesjid, 60% kadang-kadang melakukan ibadah puasa sunnat. Pada pengkajian lainnya diketahui 40% dari lansia tersebut mengaku ada konflik dengan orang lain (tetangga), dan sebagian kecilnya masih belum memahami tujuan hidupnya, mengungkapkan keraguan dalam sistem keyakinannya. Data ini menunjukkan bahwa lansia sangat mementingkan kebutuhan Spiritualnya dari aspek hubungan dengan ketuhanan, namun dari karakteristik spiritual lainnya belum diperhatikan, bahkan sebagian tanda yang terjadi pada lansia ada yang mengarah pada distres spiritual.
Uraian diatas menunjukkan pemahaman dimensi spiritual dan pemenuhan terhadap kebutuhan spiritual yang masih terbatas. Cara mengaplikasikan pemenuhan kebutuhan spiritual tersebut perlu dipahami oleh semua masyarakat, termasuk lansia, karena tidak jarang berpandandangan tentang dimensi spirtual hanya terbatas pada kegiatan ritual ibadah, atau dalam kaitan hubungan vertikal antara manusia dengan tuhannya. Sedangkan karakteristik spiritual itu tidak hanya menyangkut hubungan dengan tuhan, tetapi masih ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan, diantaranya hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan alam.
mengembangkan arti penderitaan dan meyakini suatu hikmah dari suatu kejadian/ penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Lansia juga akan mampu membina integritas personal dan merasa dirinya berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan, serta mampu mengembangkan hubungan antar manusia yang positif (Hamid, 2000).
Demografi menunjukkan bahwa kebanyakan lansia menderita sedikitnya satu penyakit kronis, dan banyak diantaranya menderita lebih dari satu. Berduka, nyeri, kehilangan kendali mempengaruhi integritas pribadi lansia. Kondisi ini beresiko menimbulkan distress spirsitual pada lansia (Stanley, 2007). Distress ini terjadi ketika seseorang (lansia) mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalan kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan. Distress spiritual yang berkelanjutan akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh dimana terjadi gejala-gejala fisik berupa penurunan nafsu makan, ganguan tidur serta peningkatan tekanan darah (Hidayat, 2006).
1.2 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran pemenuhan kebutuhan Spiritual pada lanjut usia di kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan Spiritual pada lanjut usia di kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi praktek keperawatan
Dari hasil penelitian ini dapat memberikan tentang bagaimana gambaran perawat untuk menerapkan Spiritual dalam memberikan asuhan keperawatan klien di masyarakat. 1.4.2 Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penalitian ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran keperawatan komunitas, khususnya keperawatan gerontik tentang pemenuhan kebutuhan Spiritual pada lansia, sehingga fakta ini dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan keperawatan komunitas.
1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Spiritual
2.1.1 Defenisi Spiritual
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 1999). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002).
lain dan lingkungan. Terdapat hubungan terus-menerus antara dua dimensi tersebut (Stoll, 1989; dikutip dari Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Beberapa istilah yang membantu dalam pemahaman tentang spiritual adalah : kesehatan spiritual adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan lingkungan yang tertinggi (Hungelmann et al, 1985 dalam Potter & Perry, 1995). Ketidakseimbangan spiritual (Spirituality Disequilibrium) adalah sebuah kekacauan jiwa yang terjadi ketika kepercayaan yang dipegang teguh tergoncang hebat. Kekacauan ini seringkali muncul ketika penyakit yang mengancam hidup berhasil didiagnosis (Taylor, 2002 dikutip dari Young, 2007).
2.1.2 Karakteristik Spiritual
Terdapat beberapa karakteristik Spiritual yang meliputi : a. Hubungan dengan diri sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri-sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri-sendiri. Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan keen (1985) kepercayaan bersifat
kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.
Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam hidup dan
merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih cenderung terkena penyakit (Grimm, 1991)
Makna atau arti dalam hidup (Meaning of live). Perasaan mengetahui makna hidup,
yang kadang diidentikan dengan perasaan dekat dengan Tuhan , merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain (Puchalski, 2004).
b.Hubungan dengan orang lain
Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi, serta keterbatasan asosiasi (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
dan diperhatikan, dan lain sebagainya. Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial (Carm & Carm, 2000).
Maaf dan pengampunan (forgiveness). Menyadari kemampuan untuk menggunakan
sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti marah, mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang menghukum serta mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan, seorang individu dapat meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai (Puchalski, 2004).
Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support). Keinginan untuk
menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung (Hart, 2002).
c. Hubungan dengan alam
Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Rekreasi (Joy). Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam
kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik, olah raga dan lain-lain (Puchalski, 2004).
Kedamaian (Peace). Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan.
Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Hamid, 2000).
d. Hubungan dengan Tuhan
Meliputi agama maupun tidak agamais. Keadaan ini menyangkut sembahyang dan berdoa, keikutsertaan dalam kegiatan ibadah, perlengkapan keagamaan, serta bersatu dengan alam (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan Spiritual apabila mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta meyakini hikmah dari satu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis, membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif (Hamid, 1999).
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritual
Menurut Taylor (1997) dan Craven & Hirnle (1996) dalam Hamid (2000), faktor penting yang dapat mempengaruhi Spiritual seseorang adalah :
a. Tahap perkembangan
suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa Spiritual tidak memiliki makna bagi seseorang.
b. Peranan keluarga penting dalam perkembangan Spiritual individu.
Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan agama, tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimana individu mempunyai pandangan, pengalaman tehadap dunia yang diwarnai oleh pengalaman dengan keluarganya (Taylor, Lillis & LeMone, 1997).
c. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.
d. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi Spiritual sesorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut (Taylor, Lilis dan Lemon, 1997). Peristiwa dalam kehidupan seseorang dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia menguji imannya.
e. Krisis dan perubahan
atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fiskal dan emosional (Toth, 1992; dikutip dari Craven & Hirnle, 1996).
f. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan (Hamid, 2000) g. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan (Hamid, 2000).
2.1.4 Perkembangan Spiritual pada Lansia
2.2 Lanjut Usia
2.2.1 Defenisi Lanjut Usia
Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO mengatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun (Nugroho, 1999) dan mengidentikasikan lanjut usia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental (Watson, 2003).
Berbagai istilah berkembang terkait dengn lanjut usia (lansia) yaitu: gerontologi, geriatric dan keperawatan gerontik. Gerontology berasal dari kata geros artinya lanjut usia dan logos adalah ilmu. Jadi gorontology adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia. Sedangkan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas (Nugroho, 2000).
2.2.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun. 2. Lanjut usia (elderly) adalah usia antara 60-74 tahun.
b. Menurut Prof.Dr. Sumiati Ahmad Mohammad
Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut : 1. 0-1 tahun (masa bayi)
2. 1-6 tahun (masa prasekolah) 3. 6-10 tahun (masa sekolah) 4. 10-20 tahun (masa pubertas) 5. 20-40 tahun (masa dewasa)
6. 40-65 tahun (masa setengah umur/prapensiun) 7. 65 tahun keatas (lanjut usia)
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI)
Mengatakan usia lanjut merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
1. Fase iuventus : 25-40 tahun 2. Fase verilitas : 40-50 tahun 3. Fase prapensiun : 55-65 tahun
4. Fase senium : 65 tahun hingga tutup usia. d. Menurut Prof.Dr. Koesoemato Setyonegoro
1. Usia dewasa muda (elderly Adulhood) = 18/20-25 tahun. 2. Usia dewasa penuh (Middle Years) = 25-60/65 tahun. 3. Usia lanjut (Geriatric Age) = > 65/70 tahun , terbagi ;
Jika dilihat dari pembagian umur dari beberapa ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang- orang yang telah berumur 65 tahun keatas. Saat ini berlaku UU No 13/tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas” (Nugroho, 2008).
2.2.3 Teori-Teori Proses Menua.
a. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Setiap spesies mempunyai didalam nuclei (inti sel) nya suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu (Nugroho, 2003).
b. Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe).
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari radiasi dan zat kimia yang bersifat toksik dapat memperpanjang umur (Nugroho, 2003)
c. Teori menua akibat metabolisme
2.2.4 Penyesuaian- Penyesuaian pada Lanjut Usia
Beberapa penyesuaian yang dihadapi para lanjut usia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwanya diantaranya
a. Penyesuaian terhadap masalah kesehatan
Setelah orang memasuki lanjut usia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, kulit makin keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan lain-lain (Kuntjoro, 2002). Adapun perubahan fisik yang dialami meliputi seluruh sistem tubuh yakni sistem pendengaran, penglihatan, persarafan, dan sistem tubuh lainya (Nugroho, 1999).
b. Penyesuaian pekerjan dan masa pensiun
Sikap kerja sangat penting bagi semua tingkat usia terutama usia lanjut karena sikap kerja ini tidak hanya kualitas kerja yang mereka lakukan tetapi juga sikapnya terhadap masa pensiun yang akan datang (Hurlock, 1999). Masa pensiun seringkali dianggap sebagai suatu kondisi yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masa tiba mereka merasa cemas pada kehidupan yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, sebagian lanjut usia umumnya kurang menikmati masa tua dengan hidup santai, namun sebaliknya mengalami masalah kejiwaan maupun fisik (Rini, 2001).
c. Penyesuaian terhadap berbagai perubahan dalam keluarga
merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan permasalahan keuangan karena menyadari kecilnya kesempatan untuk memecahkan masalah tersebut (Hurlock, 1999)
d. Penyesuaian terhadap hilangnya pasangan dan orang yang dicintai
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini disusun sesuai dengan (Hamid, 2000) yang mendefenisikan kebutuhan Spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan rasa percaya dengan Tuhan. Spiritual merupakan kebutuhan setiap individu untuk mempertahankan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, karateristik spiritual meliputi hubungan dengan diri-sendiri, orang lain, hubungan dengan alam, dan hubungannya dengan Tuhan (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan di bab 2 maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut ini :
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
3.2 Defenisi Operasional
Kebutuhan Spiritual adalah kebutuhan yang dapat membantu lansia berusia 60 tahun keatas yang berada di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Helvetia dalam memenuhi kebutuhan Spiritual, terkait dengan hal-hal sebagai berikut :
Hubungan dengan diri sendiri adalah merupakan kekuatan yang ada pada dalam diri lansia
seperti menyadari adanya kekurangan dalam diri lansia, kemampuannya dalam mengatasi masalah jika mengalami kesulitan, mencari makna penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu penderitaan tersebut.
Hubungan dengan orang lain adalah harmonisnya hubungan lansia dengan orang lain
seperti berbagi pengalaman dengan teman sebaya ataupun keluarga sendiri, menjalin
Pemenuhan kebutuhan spiritual
pada lanjut usia Karakteristik spiritual :
• Hubungan dengan diri sendiri
• Hubungan dengan orang lain
• Hubungan dengan alam
hubungan baik dengan orang-orang yang dekat dan menyayangi mereka, ada orang yang merawatnya dan membantu orang lain jika mendapat musibah serta meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat).
Hubungan dengan alam adalah hubungan lansia dengan alam seperti pengetahuannya
tentang memelihara lingkungan yang bersih, menanam bunga, memelihara hewan serta rekreasi yang dapat menimbulkan perasaan senang dan kepuasan dalam hidup lansia seperti, nonton televisi, dengar musik,olahraga dan lain-lain.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitiaan ini adalah deskriftif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritual lanjut usia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang bertempat tinggal di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia yang berjumlah 315 orang (Posyandu lansia, 2009).
4.2.2 Sampel
Besar sampel dalam penelitian 10% dari 315 populasi sehingga didapat jumlah sampel sebesar 31 orang. Menurut pendapat Arikunto (2005) yang menyatakaan jika besar populasi <10.000 sebaiknya besar sampel diambil 10-20% dari besar populasi.
4.2.3 Tehnik Pengambilan Sampling
Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Lanjut usia yang berumur 60- >80 tahun
b. Lanjut usia dapat berbahasa Indonesia c. Dapat berkomunikasi dengan baik
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia, dengan pertimbangan bahwa di Kelurahan ini terdapat banyak lanjut usia dengan usia 60-74 tahun keatas sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan data. Selain itu penelitian tentang pemenuhan kebutuhan Spiritual lanjut usia di Kelurahan Tanjung Gusta belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini dimulai pada tangal 26 Januari – 9 Februari 2010.
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, permohonan izin diajukan kepada FKep USU, selanjutnya izin penelitian di sampaikan kepada Lurah agar penelitian dapat dilaksanakan. Pada pelaksanaan penelitian, kepada calon responden diberikan penjelasan tentang informasi esensial dari penelitian yang akan dilakukan antara lain tujuan, manfaat, kegiatan penelitian serta hak-hak responden dalam penelitian ini. Penelitian ini memperhatikan, menghormati dan memberikan sepenuhnya hak-hak perlindungan diri responden, yaitu hak atas privasi diri, kerahasiaan identitas diri dengan perlakuan yang sama dalam penelitian.
belum selasai. Hal tersebut tercantum dengan jelas dalam informed consent yang berupa pernyataan persetujuan partisipasi secara lisan atau yang di tanda tangani oleh responden sebelum penelitian dilaksanakan. Sebelum menandatangani informed consent tersebut, responden diberi waktu hingga benar-benar paham sepenuhnya atas apa yang akan dijalaninya dalam penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang di susun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman kepada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen terdiri dari 2 bagian: yang pertama kuesioner data demografi yang meliputi: nama, usia, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan. Kuesioner kedua berupa kuisoner dalam bentuk skala likert untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan spiritual pada lanjut usia yang terdiri dari 16 pertanyaan, dengan pilihan jawabannya yaitu :1. Tidak pernah, 2. Kadang-kadang, 3. Sering , dan 4. Selalu, dengan skor tertinggi pada skala ini adalah 4 dan skor terendah adalah 1, dimana jawaban selalu bernilai 4, sering bernilai 3, kadang-kadang bernilai 2, tidak pernah bernilai 1. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 1 dan nilai tertinggi adalah 64.
Untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan Spiritual lanjut usia maka digunakan 4 kategori dengan menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (2002), yaitu:
Rentang P =
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Rentang kelas sebesar 64 dan banyak kelas 4. Sehingga diperoleh P= 12. Dengan P= 12 dan nilai terendah adalah 16 sebagai batas bawah kelas pertama, maka pengetahuan lanjut usia dikategorikan berdasarkan skor interval sebagai berikut:
53-64 = baik, 39-52 = cukup baik, 29-40 = kurang baik, <28 = tidak baik.
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.6.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalitan sesuatu instrumen dan bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur (Danim S, 2003). Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi yaitu suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Validitas ini telah diuji oleh ahli dibidang Keperawatan Gerontik.
4.6.2 Uji Reliabilitas
instrumen kepada satu subjek studi (Demsey & Demsey, 2002). Koefisien reliabilitas yang dianggap baik adalah nilai yang lebih besar dari 0,7 (Polite & Hungler, 1995).
Uji reliabilitas dilakukan kepada 10 orang subjek yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebagai subjek studi. Uji reliabilitas menggunakan cronbach alpha, nilai reliabilitas kuesioner penilitian ini adalah 0,852 dengan demikian kuesioner penelitian ini adalah reliabel.
4.7 Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanan penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara setelah itu izin penelitian tersebut diberikan ke Kantor Camat Medan Helvetia untuk mendapatkan izin penelitian di Kelurahan Tanjung Gusta. Kemudian peneliti meminta izin pada Lurah Tanjung Gusta agar peneliti dapat mengumpulkan data di Kelurahan Tanjung Gusta, selanjutnya peneliti menentukan responden sesuai kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya kemudian peneliti menjelaskan manfaat penelitian, dan menjelaskan bahwa peneliti akan menjaga kerahasiaan jawaban pasien, bila calon responden bersedia menjadi sampel penelitian maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan setelah itu responden diminta mengisi instrumen data demografi dan instrumen pemenuhan Spiritual, responden dipersilahkan bertanya jika ada yang kurang jelas setelah diberi penjelasan sebelumnya.
4.8 Analisa Data
dan untuk mempermudah pengolahan data maka digunakan teknik komputerisasi. Data demografi akan disajikan dalam distribusi frekuensi dan persentase.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian setelah pengumpulan data yang dilakukan sejak 10 Januari sampai dengan 30 Januari 2010 di kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia yang terdiri dari 31 responden. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik responden, dan pemenuhan kebutuhan Spiritual pada lansia.
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan dan hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
5.1.2 Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lansia
[image:40.612.131.574.115.401.2]Tujuan yang paling terpenting dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kebutuhan Spiritual lansia. Dengan demikian dari distribusi frekuensi dan persentase pemenuhan kebutuhan Spiritual lansia menunjukkan bahwa dari 31 responden, 19 responden (61,3%) diantaranya dengan skor 39-52 menyatakan cukup baik terhadap pemenuhan kebutuhan Spiritual, diikuti dengan 10 responden (32,3%) dengan skor 53-64 mengatakan baik, 2 responden (6,5%) dengan skor 29-40 menyatakan kurang baik.
Karakteristik Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
- Laki-laki 8 25,8
- Perempuan 23 74,2
Umur
- 60 tahun s/d 69 tahun 19 61,3
- 70 tahun s/d 79 tahun 9 29,0
- > 80 tahun 3 9,7
Agama
- Islam 27 87,1
- Protestant 2 6,5
- Katolik 2 6,5
- Hindu - -
- Budha - -
Pendidikan
- Tidak sekolah
- SD 17 54,8
- SLTP 5 16,1
- SMU 1 3,2
- DIII - -
Pekerjaan
- Wiraswasta 18 58,1
- Pensiunan 8 25,8
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Spiritual pada
Lansia(n=31)
No PemenuhanSpiritual Frekuensi Persentase
1. 2. 3. 4.
Baik (53-64) Cukup Baik (39-52) Kurang Baik (29-40) Tidak Baik ( <28 )
10 19 2 0
32,3 61,3 6,5
0
5.1.3 Karakteristik hubungan dengan diri-sendiri pada pemenuhan kebutuhan
Spiritual pada lansia
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada
Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Diri-Sendiri (n= 31).
Pernyataan Frekuensi (Persentase)
TP n(%) KK n(%) SR n(%) SL n(%) Menyediakan waktu menenangkan diri Mengetahui kekurangan diri Menyadari masih memiliki kemampuan mengatasi masalah Percaya bahwa hari tua bahagia
Percaya dan meyakini hikmah dari suatu kejadian yang pernah saya rasakan. 5(16.1%) - 3 (9.7%) 4 (12.9%) 1 (3.2%) 10(32.3%) 7(22.6%) 7(22.6%) 4(12.9%) 8(25.8%) 12(38.7%) 14(45.2%) 8(25.8%) 16(51.6%) 14(45.2%) 4 (32.3%) 10 (41.9%) 13 (22.6%) 7 (25.6%) 8(25.8%)
5.1.4 Karakteristik hubungan dengan orang lain pada pemenuhan kebutuhan
Spiritual pada lansia
musibah, sering merasakan kehidupan yang terarah melalui kehidupan yang lebih baik dan sering menginginkan orang lain untuk datang ketika sakit. Hasil penelitian pemenuhan kebutuhan Spiritual pada lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada
Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Orang Lain (n= 31)
Pernyataan Frekuensi (Persentase)
TP KK SR SL
Mempunyai banyak teman dan merasa senang berkomunikasi dengan mereka.
3 (9,7%) 9(29,0%) 14(45.2%) 11(35.5%)
Ketika sakit, menginginkan orang lain datang.
5 (16.1%) 7(22.6%) 11(35.5%) 8(25.8%)
Bertukar informasi dan pengalaman dengan teman.
3 (9.7%) 6(19.4%) 13(41.9%) 9(29.0%)
Berusaha untuk tidak bergantung
3 (9.7%) 12(38.7%) 12(38.7%) 4(12.9%)
Merasakan kehidupan yang terarah melalui kehidupan yang lebih baik.
1 (3.2%) 8(25.8%) 11(35.5%) 11(35.5%)
5.1.5 Karakteristik hubungan dengan alam pada pemenuhankebutuhan
Spiritual pada lansia
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada
Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Alam (n=31)
Pernyataan Frekuensi (Persentase)
TP n(%) KK n(%) SR n(%) SL n(%) Berjalan-jalan dan rekreasi
Merasa nyaman bila lingkungan disekitar bersih
Senang memelihara hewan peliharaan Menanam bunga
maupun bercocok tanam Pekarangan rumah bersih dan rapi
10(32.3%) 4(12.9%) 8(25.8%) 12(38.7%) - 7(22.6%) 6(19.4%) 14(45.2%) 10(38.7%) 2(6.5%) 10(32.3%) 15(48.4%) 4(12.9%) 4(12.9%) 14(45.2%) 4 (12.9%) 6 (19.4%) 5(16.1%) 5(16.1%) 15(45.2%) 5.2 Pembahasan
Hasil dari penelitian yang diperoleh, pembahasan akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang gambaran pemenuhan kebutuhan Spiritual pada lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia.
5.2.1 Pemenuhan Spiritual pada Lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan
Medan Helvetia
frekuensi 19 dengan persentase 61,3% hal ini disebabkan karena lebih dari setengah responden (61%) berada pada rentang usia 60-69 tahun dan pada usia tersebut sudah mengalami penurunan kemampuan untuk hidup secara produktif disertai keterbatasan yang mereka miliki serta sudah ditinggal pasangan hidup atau anak-anaknya. Disamping itu mayoritas (55%) responden juga memiliki latar belakang pendidikan SD dan tidak memiliki pendidikan sehingga kemampuan dan pola berpikir mereka dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah masih terbatas. Hal ini sesuai dengan penelitian Swayana (2009) tentang pemenuhan spirituaalitas di kelurahan Mangga Jawa Barat termasuk dalam kategori cukup (58%) dari 31 sampel dan hal tersebut dipengaruhi oleh lansia sudah tinggal sendiri dan lansia memiliki penyakit kronis.
5.2.2 Hubungan dengan Diri Sendiri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiriritualitas dengan karakteristik hubungan dengan diri-sendiri yaitu sebanyak 16 responden (51.6%) menyatakan sering mempercayai hari tua menjadi bahagia walaupun anak-anak tidak tinggal bersama, 14 responden (45.2%) menyatakan sering mengetahui kekurangan yang ada dalam dirinya dan percaya serta meyakini hikmah darikejadian yang pernah dirasakan, 13 responden (22,6%) menyatakan selalu menyadari bahwa masih bisa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah sendiri, 10 responden (41,9%) menyatakan kadang-kadang menyediakan waktu untuk menenangkan diri dan selalu mengetahui kekurangan yang ada dalam diri.
kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.
Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
5.2.3 Hubungan dengan Orang Lain
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan Spiritual dengan karakteristik hubungan dengan orang lain yaitu 14 responden (45.2%) menyatakan sering mempunyai banyak teman dan merasa senang berkomunikasi dengan mereka, 13 responden (41.9%) menyatakan sering bertukar informasi dan pengalaman dengan teman sebaya maupun keluarga sendiri, 12 responden (38.7%) menyatakan kadang-kadang untuk berusaha untuk tidak tergantung dengan orang lain, 11 responden (35.5%) menyatakan jarang membantu bila ada tetangga yang mengalami musibah, sering merasakan kehidupan yang terarah melalui kehidupan yang lebih baik dan sering menginginkan orang lain untuk datang ketika sakit. Hal ini yang mungkin menyebabkan hubungan dengan orang lain kurang disebabkan karena lansia mengalami suatu penyakit sehingga mengharuskannya untuk tetap dirumah dan keluarga tidak memberikan izin untuk lansia keluar dari rumah.
diperhatikan, dan lain sebagainya. Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial (Carm, H.B & Carm, J.H. 2000).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pandangan Hart, (2002) Keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung (Hart, 2002).
5.2.4 Hubungan dengan Alam
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat di ambil beberapa kesimpulan dan saran mengenai pemenuhan kebutuhan Spiritual pada lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia.
6.1 Kesimpulan
Pemenuhan kebutuhan Spiritual pada lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia dalam kategori cukup baik. Hal tersebut terlihat dari responden mengatakan bahwa pemenuhan Spiritual pada lansia cukup baik dengan persentase 61,3%, dari data demografi terlihat karakteristik responden: wanita 23 orang (74%), usia 60-69 tahun (61,3%), agama Islam (87,1%), pendidikan SD (54,8%), pekerjaan wiraswasta (58,1%).
Karakteristik pemenuhan kebutuhan Spiritual yang tertinggi adalah hubungan dengan diri sendiri. Akan tetapi masih ada juga karakteristik yang dinilai kurang baik terutama karakteristik hubungan dengan alam hal ini disebabkan karena lebih dari setengah responden (61%) berada pada rentang usia 60-69 tahun dan pada usia tersebut sudah mengalami penurunan kemampuan suntuk hidup secara produktif disertai keterbatasan yang mereka miliki serta sudah ditinggal pasangan hidup atau anak-anaknya. Disamping itu mayoritas (55%) responden juga memiliki latar belakang pendidikan SD dan tidak memiliki pendidikan sehingga kemampuan dan pola berpikir mereka dalam memenuhi
Untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhaan Spiritual pada lansia diharapkan bagi semua pihak baik keluarga, pelayan kesehatan aparatur daerah memahami kebutuhan Spiritual lansia berupa perlunya lansia berekreasi, mendorong lansia untuk dapat melakukukan hobinya, mendorong lansia untuk dapat bergaabung dengan teman sebayanya, dan mendorong lansia untuk menyediakan waktu menenangkan diri ketika memiliki masalah.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Lahan Penelitian
Petugas pembina desa maupun petugas-petugas di Kelurahan Tanjung Gusta hendaknya berupaya menciptakan sikap menghormati orang tua dengan menanamkan sifat dan budaya dalam merawat orang tua sebaik-baiknya, dengan segala keterbatasan yang melekat pada lansia dan dianjurkan kepada keluarga untuk dapat menemani mereka disaat kesepian.
6.2.2 Bagi Masyarakat/ Keluarga
Keluarga sebagai orang terdekat bagi lansia hendaknya mencurahkan segala perhatiannya bagi kesejahteraan lansia, khususnya pada kebutuhan spiritualnya. Sentuhan kasih sayang dapat meningkatkan harga diri lansia. Meluangkan waktu dengan lansia juga dapat menyampaikan kesan berharga dan bernilai.
6.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Bensing, Kay. (2000). Spiritulity in Nursing.
Berger, J.K. & Williams, M.B (1992). Fundamentals of nursing collaborating for
optimal Health. Connecticut: Appleton & Lange.
Carm, H.B. & Carm, J.H. (2000). Spiritual Persaudaraan
Danim, S. (2003). Riset Keperawatan Sejarah & Metodologi, Jakarta: EGC
Darmodjo, (2002). Pertambahan Jumlah Lansia Indonesia Terpesat di Dunia.
Depsos. (2007). Konsekuensi peningkatan populasi lansia dari tahun ke tahun.
Elderly Health Service. (2003). Healthy : Stress in the elderly.
Fowler & Keen. (1985). Kepercayaan yang bersifat Universal.
Hamid, A. Y. (2000). Buku Ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan.
Jakarta: Hart, J.A. (2002). Spirituality and Palliative Care.
Hidayat. T. (2004). Kesehatan Jiwa Lanjut Usia.
Hurlock, E. B (1999). Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kozier, B. Erb. G. Blais, K & Wilkinson, J .M. (1995). Fundamentals
of
Nursing: Concepts,process & practice. (5
thedition). California: Addison-Weasley
Kuntjoro, H. Z. S (2002). Masalah Kesehatan Jiwa Lansia.
Nelson, (2002). Spiritual & Kepercayaan Manusia.
Nugroho, W. (1999) Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC
Nugrohho, W. (2003) Keperawatan Gerontik & geriatrik edisi ke 2. Jakarta: EGC
Nursalam (2003). Konsep dan Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Medika Salemba
Polite, D .F. & Hungler, P. B. (1999). Nursing Research: Principles and Methods.
(6
thedition). Philadelphia: Lippincot
Prijosaksono, A. & Erningpraja, 1. (2003). Spiritual dan Kualitas Hidup.
Pulchalski, C. (2004). Spirituality and Health.
http://www.spiritualityhealth.com/egi/drukaopdown. htm
Rini, J.F. (2001). Pensiun dan Pengaruhnya.
Roper, Nancy (2002) Prinsip-prinsip Keperawatan (edisi 2).
Jakarta: Yayasan Essentia Medica
Sri getiti, (2007). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kegiatan Lanjut
Usia dalam Organisasi Masyarakat Madura, Jawa Timur.
Sudjana, (2002). Methode Statistika. Bandung: Tarsito
Taylor, C., Lillis, C. & LeMone, P. (1997). Fundamentals of Nursing: The Art
and Science of Nursing Care. (3
thedition) Philadelphia: Lippincott
Lampiran 1 No. Responden :... Formulir persetujuan menjadi responden
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA LANSIA DI KELURAHAN TANJUNG GUSTA KECAMATAN MEDAN HELVETIA
Oleh Sonia Rizki Astaria
Saya adalah mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kebutuhan spiritual pada lanjut usia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia. Saya mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu berikan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu sendiri. Saya menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu, berikan hanya akan digunakan untuk mengembangkan pelayanan kesehatan khususnya ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas, Bapak/Ibu bebas untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangi formulir ini.
Medan, Juli 2009 Responden
Lampiran 2
Kode : Tgl/waktu : Petunjuk Umum Pengisian
Bapak/Ibu (Responden) diharapkan:
1. Menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list (√) pada setiap tempat yang disediakan.
2. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
1. Kuesioner Data Demografi
1. Usia :... Tahun
2. Jenis kelamin :
Laki-laki
Perempuan3. Agama
Islam
Katolik
Protestan
Hindu
Budha4. Status perkawinan :
Kawin
Janda/duda
Tidak kawin 5. Pendidikan :
Tidak sekolah
SD
SMP
SMU6. Pekerjaan :
Tidak bekerja
Pensiunan
Buruh/Bertani
Wiraswata2. Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lanjut usia
Pada bagian ini di harapkan kepada Bapak/Ibu dapat menjawab pernyataan di bawah ini dengan cara memberikan tanda check list (√) pada setiap tempat yang disediakan. Pernyataan berisi tentang bagaimana pengetahuan terhadap diri-sendiri, hubungan dengan orang lain serta hubungan dengan lingkungan.
No Pernyataan TP KK SR Sl
1 Saya menyediakan waktu untuk menenangkan diri 2 Saya mengetahui kekurangan yang ada dalam diri 3 Saya menyadari bahwa masih bisa memiliki
kemampuan untuk mengatasi masalah saya sendiri 4 Saya percaya bahwa hari tua menjadi bahagia
walaupun anak-anak tidak tinggal bersama saya 5 Saya percaya dan meyakini hikmah dari suatu
kejadian atau penderitaan yang pernah saya rasakan.
6 Saya mempunyai banyak teman dan merasa senang berkomunikasi dengan mereka
7 Ketika saya sakit, saya menginginkan orang lain untuk datang melihat saya
8 Bertukar informasi dan pengalaman dengan teman sebaya maupun keluarga sendiri
9 Saya berusaha untuk tidak bergantung kepada orang lain
10 Membantu bila ada tetangga yang mengalami musibah
11 Merasakan kehidupan yang terarah melalui harapan yang lebih baik
disekitar bersih.
14 Saya senang memelihara hewan peliharaan.
15 Menanam bunga maupun bercocok tanam
Lampiran 3
JADWAL PENELITIAN
Disetujui Oleh
Iwan Rusdi S.Kep MNS
Nip. 19730909 200003 1 001 No.
Kegiatan
Februari Maret Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Mengajukan judul
Penelitian
2. Mereview topik/ judul
penelitian
3. Menetapkan judul penelitian 4. Menyiapkan proposal 5. Mengumpulkan data 6. Pengolahan data
Lampiran 4
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
Rp. 150.000
• Fotokopi Rp. 250.000
• Jilid Biasa Rp. 20.000
• Biaya internet Rp. 50.000
• Jilid Lux Rp. 150.000
• Izin pengambilan data Rp. 100.000
• Transportasi Rp. 150.000
• Biaya tak terduga Rp. 130.000
Jumlah Rp. 1.000.000
Lampiran 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sonia Rizki Astaria
Tempat Tanggal Lahir : Padang, 13 Januari 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Rasak No. 3A Sibolga
Pendidikan :
Tahun 1992 – 1997 SD Inpres Sibolga
Tahun 1997 – 2003 MTs Darur Rahmad Sibolga
Tahun 2000 – 2003 SPK Tapanuli Tengah
Tahun 2004 – 2007 AKPER Gleeneagles Medan
Tahun 2008 – sekarang Fakultas Keperawatan USU