• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap Public Figure di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "“Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap Public Figure di Indonesia."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

TALKSHOW “SATU JAM LEBIH DEKAT” DI TVONE DAN PENINGKATAN PENGETAHUAN MAHASISWA

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU

terhadap Public Figure di Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu

Komunikasi Ekstensi

Diajukan Oleh:

ADI SAPUTRA

080922035

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap Public Figure di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui materi-materi tayangan yang disampaikan dalam tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne, untuk mengetahui tanggapan Mahasiswa FISIP USU terhadap tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne, untuk mengetahui pengaruh tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap Public Figure di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variabel X (Tayangan talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne berpengaruh terhadap variabel Y (Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU). Teori pendukung yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Komunikasi Massa, Fungsi Televisi sebagai Media Massa, Teori Uses and Gratification, Program Talkshow, Peningkatan Pengetahuan, Public Figure dan Tokoh.

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU stambuk 2006 sampai dengan 2009 dari seluruh populasi dengan jumlah 2.199 orang. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presis 10% dan tingkat kepercayaan 90% yakni menjadi 96 orang. Dengan teknik penarikan sampel menggunakan Stratified Sampling dan Purposive sampling dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, rahmat dan hidayah-Nya yang berlimpah kepada Peneliti sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia). Guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Univesitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dari Departemen Ilmu Komunikasi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalamnya kepada kedua orang tua, Gontar Sianipar dan Rusmalia br Hutagalung, saudara–saudara peneliti R.Sahat Sianipar, Sumiaty, Alm L.Rinu Sianipar, Tapi Chairani, Ita Kesuma, yang selalu memberi kasih sayang yang begitu besar, menjaga, mendoakan, memberi nasehat, semangat serta dukungan moral dan materi. Sungguh tiada kata yang bisa tergambarkan betapa berharganya dan sayangnya mereka bagi penulis

Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(4)

skripsi ini. Terima Kasih sedalam dalamnya atas waktu, tempat, nasehat dan pemikirannya yang telah diberikan kepada penulis.

4. Bapak / Ibu Dosen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara pada umumnya yang telah memberikan bekal pengetahuan selama masa perkuliahan.

5. Kak Icut, Kak Maya, Kak Ros yang telah membantu dalam proses administrasi 6. Teman–teman peneliti: Bibah, Melva, Titin, Ida, Fitrie, Jesika, Toha, Jojo dan

semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti selama ini

7. Teman–teman komunikasi ekstensi 2008 yang selalu mau memberikan peneliti banyak informasi, dan membantu peneliti dalam segala hal, dan dalam segala bidang

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu semua saran, kritik dan masukan penulis terima dengan tangan terbuka dan hati yang lapang. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih

Medan, Juni 2010

(5)

DAFTAR ISI

I.5.1.1 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa ... 9

I.5.2 Teori Uses And Gratification ... 10

I.5.3 Program Acara Talk Show ... 12

I.5.4 Pengertian Pengetahuan ... 14

I.5.5 Tokoh ... 16

I.6 Kerangka konsep... 16

I.7 Model Teoritis ... 18

I.8 Operasional Variabel ... 19

I.9 Defenisi Operasional ... 20

I.10 Hipotesis ... 21

BAB II LANDASAN TEORI ... 23

II.1 Komunikasi ... 23

II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 23

II.1.2 Fungsi Komunikasi ... 26

II.2 Komunikasi Massa ... 28

(6)

II.3 Media Massa ... 33

II.4 Efek Media Massa ... 33

II.5 Televisi ... 37

II.5.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi di Indonesia ... 37

II.5.2 Dampak Acara Televisi ... 38

II.5.3 Program Siaran Televisi ... 39

II.6 Teori Uses and Gratification ... 41

II.7 Talkshow ... 44

II.8 Talkshow Satu Jam Lebih Dekat di TvOne ... 46

II.9 Public Figure ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49

III.1 Metode Penelitian ... 49

III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49

III.2.1 Lokasi Penelitian ... 49

III.2.2 Universitas Sumatera Utara... 49

III.2.3 FISIP USU ... 56

III.2.4 Sejarah TvOne ... 62

III.3 Populasi dan Sampel ... 65

III.3.1 Populasi ... 65

III.3.2 Sampel ... 66

III.4 Teknik Penarikan Sampel ... 67

III.4.1 Sampel Stratifikasi Proporsional ... 67

III.4.2 Purposive Sampling ... 69

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 69

III.6 Teknik Analisis Data ... 70

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 73

IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 73

IV.1.1 Tahapan Awal ... 73

IV.1.2 Tahapan Pengumpulan Data ... 73

IV.1.3 Teknik Pengolahan Data ... 73

IV.1.4 Penyajian Data ... 75

(7)

IV.2.1 Karakteristik Responden ... 75

IV.3 Analisa Tabel Silang ... 91

BAB V PENUTUP ... 96

5.1. Kesimpulan ... 96

5.2. Saran ... 97

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 1 Variabel Operasi ... 19

Tabel 2 Populasi Mahasiswa FISIP USU... 64

Tabel 3 Data Responden ... 67

Tabel 4 Jenis Kelamin ... 74

Tabel 5 Departemen ... 76

Tabel 6 Penampilan Pembawa Acara ... 77

Tabel 7 Ira Kusno dalam membawakan dan membahas isi materi ... 77

Tabel 8 Iraa Kusno Membawakan Acara Berbeda ... 78

Tabel 9 Memahami Materi Pembicaraan ... 79

Tabel 10 Tingkat Kemenarikan Materi Tayangan ... 80

Tabel 11 Mengenal Narasumber pada Tayangan Talkshow Satu Jam Lebih Dekat ... 81

Tabel 12 Kesesuaian antara Narasumber dengan Materi yang disajikan ... 82

Tabel 13 Menarikkah Narasumber yang dihadirkan ... 83

Tabel 14 Tata Panggung... 83

Tabel 15 Prekuensi Penayangan Tayangan Taalkshow Satu Jam Lebih Dekat ... 84

Tabel 16 Jam Tayang ... 85

Tabel 17 Durasi Talkshow ... 86

Tabel 18 Tayangan Taalkshow Satu Jam Lebih Dekat di TvOne memberikan informasi baru dari seputar materi yang disajikan…………...87

Tabel 19 Pengetahuan tentang Public Figure ... 87

Tabel 20 Terhibur setelah menyaksikan Tayangan Talkshow ... 88

Tabel 21 Tayangan Talkshow Diminati ... 89

Tabel 22 Tingkat Keinginan Khalayak dalam menonton Tayangan Talkshow Satu Jam Lebih Dekat di TvOne selanjutnya ... 90

Tabel 23 Hubungan Antara Penampilan Pembawa Acara dengan Perasaan Terhibur 91 Tabel 24 Hubungan Antara Materi yang disajikan dengan Pengetahuan Tentang Public Figure ... 92

Tabel 25 Hubungan Antara Narasumber dengan Tingkat Keinginan Menonton ... 93

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap Public Figure di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui materi-materi tayangan yang disampaikan dalam tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne, untuk mengetahui tanggapan Mahasiswa FISIP USU terhadap tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne, untuk mengetahui pengaruh tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap Public Figure di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variabel X (Tayangan talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne berpengaruh terhadap variabel Y (Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU). Teori pendukung yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Komunikasi Massa, Fungsi Televisi sebagai Media Massa, Teori Uses and Gratification, Program Talkshow, Peningkatan Pengetahuan, Public Figure dan Tokoh.

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU stambuk 2006 sampai dengan 2009 dari seluruh populasi dengan jumlah 2.199 orang. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presis 10% dan tingkat kepercayaan 90% yakni menjadi 96 orang. Dengan teknik penarikan sampel menggunakan Stratified Sampling dan Purposive sampling dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Televisi sebagai media massa yang muncul belakangan dibanding dengan media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis.

Daya tarik televise sedemikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali. Media televisi telah menjadi panutan baru (new religion) bagi kehidupan manusia. Pada akhirnya, media televisi menjadi alat atau sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik maupun ekonomi, bahkan merubah ideologi serta tatanan nilai budaya manusia yang sudah ada sejak lama.

Pada dasarnya, televisi memiliki fungsi sebagai sarana informasi, edukasi, dan hiburan (Effendy, 2004: 24). Namun pada kenyataaannya, kita dapat melihat bahwa dalam setiap program atau tayangan televisi, unsur hiburanlah yang lebih diutamakan.

(12)

Televisi menghadirkan berbagai bentuk program acara yang dikemas sedemikian rupa sehingga menarik perhatian penonton. Seperti news reality, talkshow, reality show,

infotainment dan berbagai program lainnya yang semuanya itu dapat menarik perhatian

pemirsa sesuai dengan berkembangnya motivasi individu untuk memilih program acara mana yang dapat memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan.

Sekarang ini telah terdapat 10 stasiun televisi swasta, seperti RCTI, TPI, Trans TV, INDOSIAR, Metro TV, SCTV, Global TV, Trans 7, ANTV, TvOne ditambah beberapa media lokal seperti TVRI Medan, Deli TV dan DAAI TV. TVRI Medan adalah stasiun televisi regional Indonesia milik TVRI yang mengudara di kawasan Sumatera Utara. Didirikan pada 28 Agustus 1970, stasiun televisi ini pernah berhenti siaran pada tahun 2003 akibat kekurangan dana, namun siaran kemudian berhasil kembali dilanjutkan.

Televisi swasta kini berlomba-lomba menghadirkan tayangan informasi maupun hiburan yang menarik, cepat dan fenomenal. Ke sepuluh televisi swasta ini menunjukkan bagaimana tingkat kemajuan masyarakat dalam memilih stasiun televisi mana yang menyajikan program acara yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga stasiun-stasiun televisi tersebut saling bersaing untuk menghadirkan dan menyuguhkan program-program acara yang dekat dengan realita kehidupan.

Adanya beberapa program acara yang menayangkan berbagai realita kehidupan, misalnya acara-acara talkshow yang banyak diminati oleh masyarakat seperti “Bukan Empat Mata” (Trans 7), “Kick Andy” (Metro TV), “Online” (Trans TV) dan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne

(13)

yang disiarkan langsung setiap Kamis pukul 19.30 WIB. Program talkshow ini berdurasi 60 menit. Acara talkshow ringan ini membuat kita berdecak kagum karena mampu menguraikan perjalanan hidup seseorang hingga ia berhasil. Acara ini dipandu pertama kali oleh Indy Rahmawati kemudian digantikan oleh Ira Kusno pada tanggal 02 Juni 2010 hingga saat ini.

Topik dari acara talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” ini tidak bersifat monoton dan terpusat pada satu masalah saja, tetapi tayangan ini juga mengulas berbagai topik atau kasus dari sudut pandang yang berbeda. Informasi atau fenomena yang diangkat dalam talkshow ini biasanya menarik minat masyarakat untuk menontonnya.

Acara “Satu Jam Lebih Dekat” merupakan suatu acara yang bermutu yang diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan pemirsanya, khususnya para mahasiswa yang selalu ingin menambah peningkatan pengetahuannya melalui acara-acara yang berbobot. Mahasiswa adalah kalangan intelektual yang penuh bakat dan potensi yang sedang belajar di perguruan tinggi, mahasiswa tidak hanya mempunyai status, tetapi ia juga berjuang keras untuk menyelesaikan studinya (Bertens, 2005: 11).

Susantoro (2003) mengatakan mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur antara 19-28 tahun, yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Bahkan dalam kenyataan, banyak mahasiswa yang berumur kurang dari 19 tahun. Susantoro menyatakan bahwa sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuwan yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional (Bertens, 2005: 13).

(14)

merupakan acara yang menggugah, bermanfaat dan dapat dijadikan alternatif untuk menambah peningkatan pengetahuan mereka. Didasari atas pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah yaitu sebagai berikut: “Sejauh manakah pengaruh Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari salah pengertian dan memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan atau menjelaskan hubungan antara pengaruh tayangan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia.

b. Penelitian ini terbatas pada Mahasiswa FISIP USU angkatan 2006 – 2009 yang pernah menonton talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne minimal dua kali.

c. Penelitian dimulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan selesai.

(15)

I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui materi-materi acara yang disampaikan dalam acara Talkshow “ Satu Jam Lebih Dekat “ di TvOne.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan Mahasiswa FISIP USU terhadap acara Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh acara Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia.

I.4.2 Manfaat penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian, serta memperluas peningkatan pengetahuan peneliti dan Mahasiswa FISIP USU.

2. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif kepada Mahasiswa FISIP USU khususnya terhadap Ilmu Komunikasi.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak – pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan masalah penelitian.

I.5 Kerangka Teori

(16)

Teori menurut F.M Kerlinger merupakan himpunan definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2002: 6). Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitiannya.

Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah: Komunikasi Massa, Fungsi Televisi Sebagai Media Massa, Teori Uses and Gratification, Program Talkshow, Peningkatan Pengetahuan, Public Figur dan Tokoh.

I.5.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa sebagai bagian dari komunikasi memiliki definisi sederhana seperti dikemukakan oleh Brittner, yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada jumlah orang besar. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner: komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004: 3)

Josep A. Devito dalam bukunya, Communicology; An Introduction to the Study

of Communication (Ardianto, 2004: 3) menampilkan definisinya mengenai komunikasi

massa dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut:

Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk, semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya sulit didefinisikan.

(17)

Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, komunikasi massa adalah keterampilan, seni dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri–ciri khusus yang disebabkan oleh sifat–sifat komponennya.

Ciri–cirinya adalah sebagai berikut: (Effendy, 2004: 22-25) a. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Berbeda dengan komunikasi antarpersona yang berlangsung dua arah (two way

traffic communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one way traffic communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari

komunikan kepada komunikator. Setidaknya komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikannya secara langsung.

b. Komunikator melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu komunikatornya melembaga. c. Pesan yang bersifat umum

Pesan yang disalurkan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.

d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.

Ciri lain yang disalurkan media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan–pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.

e. Komunikasi massa bersifat heterogen

(18)

Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media massa yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering disingkat sebagai media.

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.

I.5.1.1 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa

Pada hakikatnya media televisi sebagai media komunikasi pandang dengar mempunyai tiga fungsi (Kuswandi, 1996: 20-21) yaitu:

a. Fungsi Informasi (The Information Function)

Televisi dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana informasi tidak hanya dalam bentuk siaran pandang mata atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi dengan gambar–gambar yang faktual, akan tetapi juga menyiarkan bentuk lain seperti ceramah, diskusi dan komentar. Televisi dianggap sebagai media massa yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. b. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Sebagai media komunikasi massa televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak. Sesuai dengan makna pendidikan yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran mereka, televisi menyiarkan acara–acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, elektronika dan lain–lain.

c. Fungsi Hiburan

(19)

dapat dinikmati di rumah–rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing bahkan tuna aksara.

I.5.2 Teori Uses and Gratification

Teori uses and gratification adalah teori yang menjelaskan bagaimana komunikan memilih medianya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Teori Uses and

Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah

bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2004: 289-290).

Katz, Blummer dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori Teori Uses and Gratification yaitu (Ardianto, 2004: 71):

a. Khalayak yang dianggap aktif, artinya khalayak dianggap sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

b. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

c. Media massa harus bersaing dengan sumber – sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas, bergantung pada khalayak yang bersangkutan.

d. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu.

(20)

Agar lebih jelas elemen-elemennya dapat dilihat dalam bagan model uses and

gratification:

Gambar. 1

Bagan Teori Uses and Gratification

Dari model di atas dapat dilihat bahwa:

1. Khalayak aktif dan selektif dalam menggunakan media sebagai salah satu cara untuk memuaskan kebutuhan yang timbul dari lingkungan sosialnya mengikuti ciri-ciri demografis, afiliasi kelompok dan karakteristik personal atau ciri-ciri kepribadian . 2. Berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media tersebut meliputi: kebutuhan

(21)

berafiliasi. Sementara itu, kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman. Kebutuhan ini dapat dipuaskan dengan memanfaatkan media yang digunakan khalayak tersebut yang mengarah kepada pemuasan atau fungsi-fungsi media yang meliputi: pengawasan lingkungan, diversi, identitas dan hubungan sosial (Nurdin, 2005: 25).

I.5.3 Program Acara Talkshow

Talkshow merupakan acara yang digemari saat ini, dapat dilihat dari hampir setiap stasiun televisi swasta memiliki program acara talkshow, mungkin karena narasumber yang fenomenal, topik yang dibahas biasanya merupakan prasangka– prasangka yang sedang berkembang di masyarakat, misalnya gosip tentang masalah perceraian selebritis, dimana semua akan diungkap mulai dari penyebab perceraian itu atau alasan–alasan lain yang menjadi faktor penyebabnya, materi yang dibahas juga dapat memberikan banyak peluang usaha dapat kita lihat dari kegigihan seorang narasumber dalam mencapai karir atau usahanya yang mulai dari nol sampai berkembang pesat, juga dapat dijadikan hiburan karena presenternya menyampaikan materi dengan cara yang kocak dan menarik.

Talkshow, tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya sehingga banyak program–program televisi yang notabenenya merupakan acara talkshow. Talkshow sendiri mempunyai gaya sendiri dalam penyampaian informasinya, sehingga acara talkshow banyak digemari khalayak. Karena acara talkshow banyak digemari, banyak media televisi menyajikan talkshow yang mempunyai kekhasan sendiri sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa talkshow merupakan program yang dapat menyebarkan dan menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pemirsa dan penggemarnya.

(22)

dalam acara tersebut, studio atau tempat acara itu dilaksanakan, frekuensi penayangan acara tersebut dan waktu penayangannya.

Bermacam-macam jenis talkshow muncul di layar televisi. Dengan pembawa acara mulai dari pria, wanita, bahkan ada pula yang dipandu berdua. Menurut Timberg (2002), berdasarkan waktu penayangannya talkshow bisa dibedakan menjadi 3 bagian utama, yakni:

1. The Late-Night Entertainment Talkshow

Jenis ini biasanya paling dekat pada benak khalayak, jika mengingat talkshow, yakni acara yang menghadirkan selebritis, juga biasa bersama orang lain dan mereka duduk berdekatan

2. The Daytime Audience-Participation Show

Berbeda dari host yang lain yang bediri di panggung sepanjang acara, host berkeliling di antara penonton studio, sehingga menimbulkan kesan akrab.

3. The Early-Morning News Talk Magazine Show

Talkshow ini muncul lebih awal, yang biasanya mengambil waktu siaran dari mulai pagi atau sebelum tengah hari.

I.5.4 Pengertian Pengetahuan

Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana memiliki tujuan yakni, untuk mempengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek itu merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.

(23)

Pengetahuan ialah semua yang diketahui (Sobur, 2003: 36). Sedangkan Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan dalam buku mereka, Pengantar Logika Tradisional mengemukakan, “Pengetahuan adalah suatu sistem gagasan yang bersesuaian dengan sistem benda-benda lain dan dihubungkan dengan keyakinan”. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segala sesuatu yang diketahui individu mengenai suatu bidang tertentu.

Dengan pengetahuan manusia diharapkan dapat menjawab kesulitan ataupun persoalan yang ada dalam hidupnya. Bahkan dapat mengadakan penemuan-penemuan baru di segala bidang kehidupan. Secara umum pengetahuan manusia itu bersifat diagonal, dimana manusia menerima pengaruh dari lingkungannya.

Kemudian manusia berusaha untuk memahami dan mengungkapkannya, lalu manusia memberikan makna kepada pengaruh itu.

Sesuai dengan hakekatnya pengetahuan manusia dibedakan menjadi:

1. Pengetahuan Inderawi, yaitu pengetahuan yang dimiliki manusia melalui kemampuan inderanya. Pengetahuan ini disebabkan oleh adanya perbedaan antara indera yang satu dengan indera yang lain. Karena itu indera ini bersifat parsial. Pengetahuan ini sangat penting karena bertindak sebagai pintu gerbang untuk menuju pengetahuan yang lebih utuh.

2. Pengetahuan Naluri, merupakan pengetahuan yang berdaya khas yang dimiliki manusia. Seperti terlihat dalam persepsi yang disertai emosi spontan misalnya rasa takut, kegembiraan, kesedihan dan sebagainya.

(24)

akan suatu hal dalam keputusan dan tidak terbatas pada kepekaan indera tertentu. Pengetahuan ini memiliki dua tingkatan yaitu:

- Pengetahuan Biasa, yaitu pengetahuan yang diperoleh tanpa usaha khusus. Pengetahuan ini diperoleh dari pergaulan normal dengan lingkungan.

- Pengetahuan Ilmiah, yaitu pengetahuan yang terorganisasi dengan sistem dan metode berusaha untuk mencari hubungan-hubungan tetap di antara gejala-gejala (Burhannuddin, 1995: 7-8).

I.5.5 Tokoh

Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiantoro, 2002: 165).

Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita rekaan. Menurut Abrams (dalam Nurgiantoro 2002: 165) tokoh cerita merupakan orang atau yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan–kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dengan tindakan. Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

I.6 Kerangka konsep

(25)

rasional yang bersifat teoritis dalam memperkirakan hasil penelitian yang dicapai (Nawawi, 1991: 56).

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti yaitu:

a. Variabel Bebas (X)

Yaitu suatu gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi, 1991: 40) variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne.

b. Variabel Terikat (Y)

Yaitu sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan adanya variabel lain.

Variabel terikat yaitu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 1997: 12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU.

c. Karakteristik Responden

(26)

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU yang sudah menyaksikan talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne, yang meliputi usia, jenis kelamin dan departemen.

I.7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dibuat suatu model teoritis sebagai berikut:

VARIABEL BEBAS (X) “Talkshow Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne

VARIABEL TERIKAT (Y) Peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU

(27)

I.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu:

Tabel 1. Variabel Operasi

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1.Variabel Bebas (X)

Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne

Komponen – komponen Talkshow:

1. Host atau pembawa acara

2. Materi acara

3. Bintang tamu acara

4. Studio / panggung acara

5. Frekuensi penayangan

6. Waktu penayangan

2. Variabel (Y)

Peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP

USU

1. Pengetahuan tentang public figure Indonesia

setelah menonton tayangan talkshow “Satu

Jam Lebih Dekat” di TvOne

2. Minat terhadap tayangan “Satu Jam Lebih

Dekat” di TvOne

3. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin

2. Departemen

I.9 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995: 46) defenisi operasional adalah hasil penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Variabel Terikat (X): Talkshow Satu Jam Lebih Dekat di TvOne.

(28)

pembawa acara tersebut memiliki sifat manusiawi dan tidak memojokkan narasumbernya.

- Materi acara: topik-topik apa yang diangkat dalam acara tersebut misalnya, perjalanan karier, gaya hidup dan gossip

- Bintang tamu: acara talkshow menampilkan wawancara menarik terhadap orang-orang tertentu seperti selebritis dan tokoh-tokoh

- Studio/panggung acara: tata ruang dan tempat yang digunakan untuk mengadakan acara talkshow sehingga kelihatan menarik

- Frekuensi penayangan: adalah berapa lama acara tersebut ditayangkan sehingga tidak menimbulkan rasa bosan

- Waktu penayangan: adalah kapan acara itu ditayangkan sehingga kemungkinan banyak khalayak yang menyaksikannya

b. Variabel Terikat (Y), Peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU. - Pengetahuan terhadap public figure di Indonesia setelah menonton

tayangan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne: bertambahnya pengetahuan tentang public figure di Indonesia setelah menonton tayangan tersebut. - Minat terhadap tayangan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne: perhatian,

(29)

c. Karakteristik Responden, meliputi:

- Jenis Kelamin: jenis kelamin dari responden (wanita/pria)

- Departemen: yang menjadi responden semua departemen di FISIP USU.

I.10 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih kurang, yang masih belum sempurna. Pengertian ini diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian (Bungin, 2001: 75).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU.

(30)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

II.1 Komunikasi

II.1.1 Pengertian Komunikasi

Manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan hidup secara berkelompok, dimana di dalamnya manusia menjalin hubungan dengan sesamanya. Manusia mutlak membutuhkan sesamanya dan untuk menjalin hubungan dengan manusia lainnya dibutuhkan suatu komunikasi.

Menurut Berelson dan Steiner (Arifin, 1998: 25), komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan dan seterusnya mengenai penggunaan simbol, kata-kata, gambar, angka, grafik dan lain-lain. Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang berlangsung dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan).

Pengertian komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communication. Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang berarti sama; sama di sini maksudnya adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator yang diterima oleh komunikan.

Jika tidak terjadi kesamaan makna antara kedua aktor komunikasi yaitu antara komunikator dan komunikan, dengan kata lain komunikan tidak mengerti pesan yang diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi (Effendy, 2000: 9).

(31)

dan sikap. Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) yang dalam kehidupan sosial politik memainkan peranan yang amat penting. Hal ini membuat Hovland mendefinisikan pengertian komunikasi secara khusus yaitu mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the

behavior of other individuals) (Effendy, 2000: 9-10).

Untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain maka komunikasi yang dilakukan harus komunikatif. Menurut paradigma Lasswell, untuk memahami pengertian komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel

To Whom With What Effect? Dimana menunjukan komunikasi mengandung lima unsur

yaitu:

Who: komunikator

Says What: pesan (message)

In which channel: media (channel, media)

To Whom: Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) With What Effect: efek

Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2000: 10).

Proses dari sebuah komunikasi terbagi dalam dua tahapan yaitu: 1. Proses komunikasi secara primer

(32)

sebagainya, secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan (Effendy, 2000: 11).

2. Proses komunikasi secara sekunder

Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat relatif jauh atau jumlahnya relatif banyak. Surat, telephone, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Hal ini disebabkan karena sebagai lambang (symbol) beserta isi (content) yakni pikiran dan atau perasaan yang dibawanya menjadi totalitas pesan (message) yang tampak tidak dapat dipisahkan, seolah-olah tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi (Effendy, 2000: 16).

II.1.2 Fungsi Komunikasi

Secara terperinci, Harold D. Lasswell mengemukakan fungsi-fungsi komunikasi: ( Effendy, 2004: 54)

1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment). Fungsi yang pertama ini, menurut Laswell dijalankan oleh para diplomat, atase, koresponden luar negeri untuk menjaga lingkungan.

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in responding the environment). Fungsi ini lebih diperankan editor, wartawan dan juru bicara sebagai penghubung respon internal.

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya (transformation of

the social heritage). Fungsi ini dijalankan oleh para pendidik di dalam pendidikan

formal maupun non formal karena terlibat mewariskan adat kebiasaan, nilai dari generasi ke generasi. Fungsi ini lebih berfokus pada pengetahuan, nilai dan norma sosial.

Fungsi Komunikasi Pelaku Tujuan

Penjajagan Lingkungan Diplomat, Atase, Pemimpin Opini

Mencari tahu,

Pertimbangan, Tujuan Korelasi Wartawan, Juru Bicara,

Juru Pena

(33)

Menafsirkan

Pewarisan Pendidik Menjaga Kontinuitas

Keseimbangan

Hiburan Semua Sumber Informasi Menghibur

Sedangkan Charles R. Wright menambahkan suatu fungsi yakni entertainment (hiburan) yang menunjukkan pada tindakan–tindakan komunikatif yang terutama sekali dimaksudkan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek–efek instrumental yang dimilikinya (Nasruddin, 2005: 15-17).

Pendapat lain mengatakan bahwa untuk memahami fungsi komunikasi kita perlu lebih dahulu memahami tipe–tipe komunikasi, sebab hal ini akan membedakan fungsinya yang secara umum dibagi menjadi empat yakni Komunikasi Dengan Diri Sendiri (Interpersonal Communication) yakni komunikasi yang terjadi di dalam diri individu atau berkomunikasi dengan diri sendiri. Fungsi komunikasi tipe ini adalah untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan sebelum mengambil keputusan.

Mengembangkan kreativitas imajinasi berarti menciptakan sesuatu lewat daya nalar melalui komunikasi dengan diri sendiri. Tipe komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Fungsi komunikasi ini adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik–konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2006: 29-36).

(34)

Karena itu komunikasi publik ini juga disebut komunikasi kelompok. Fungsi komunikasi ini adalah menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur. Tipe komunikasi yang terakhir adalah komunikasi massa. Komunikasi massa didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dan sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat–alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film. Dalam komunikasi massa sumber dan penerima dihubungakn oleh saluran yang telah diproses secara mekanik.

Proses komunikasinya berlangsung satu arah serta tanggapan baliknya lambat dan terbatas. Fungsi komunikasi massa yakni menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang (Cangara, 2006: 55-57).

II.2 Komunikasi Massa

Komunikasi Massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (Human

Communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat–alat mekanik,

yang mampu melipatgandakan pesan–pesan komunikasi. Dalam sejarah publisistik dimulai satu setengah abad setelah ditemukan mesin cetak oleh Johannes Guttenberg. Sejak itu dimulai suatu zaman yang dikenal sebagai zaman publisistik atau awal dari era komunikasi massa.

(35)

komunikasi. Di Indonesia, gejala komunikasi baru dipelajari di perguruan tinggi sekitar tahun 1950-an.

Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris yakni Mass

Communication, kependekan dari Mass Media Communication atau Komunikasi Media

Massa. Artinya komunikasi yang menggunakan media massa komunikasi yang “Mass

Mediated”. Massa di sini bukan hanya diartikan sebagai orang banyak di suatu lokasi

yang sama, tetapi meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat–alat komunikasi massa atau orang–orang pada ujung lain dari saluran. Pool mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung pada situasi Interpossed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan–pesan komunikasi mengalir pada penerima melalui saluran–saluran media massa, seperti majalah, surat kabar, radio, film atau televisi (Wiryanto, 2000: 1-3).

Selain itu komunikasi massa juga didefinisikan sebagai suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan–pesan dan mengirimkan kepada publik. Little John menambahkan bahwa sentral studi komunikasi massa adalah pada media. Bila dikatakan bahwa sistem media merupakan bagian dari sistem dalam konteks yang lebih besar yakni politik, ekonomi dan institusi kekuasaan, maka studi komunikasi masa juga mempelajari kaitan sistem–sistem tersebut dengan keberadaan fungsi media massa dalam masyarakat.

Karakteristik terpenting komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah, dan kedua, ada proses seleksi. Misalnya setiap media memilih khalayaknya, misalnya koran

New Yorker untuk kalangan menengah ke atas saja. Ketiga, karena media mampu

(36)

merancang programnya untuk memikat segmen khalayak yang akan menyebarluaskannya, contohnya opera sabun untuk ibu–ibu rumah tangga. Kelima komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap kondisi lingkungannya. Media tidak hanya mempengaruhi khalayak yang mengkonsumsinya, tetapi juga dipengaruhi olehnya (Rivers, 2003: 19-20).

Michael W. Gamble dan Tery K. Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa dengan mendefinisikan komunikasi massa jika mencakup: 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk

menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak luas dan terbesar.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan–pesannya bermaksud mencoba dengan berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.

3. Pesan adalah publik, artinya pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang, karena itu dijadikan milik publik.

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan dan perkumpulan.

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gate keeper artinya pesan–pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang dilakukan lewat media massa umpan balik dari komunikasi tidak bisa langsung dilakukan (Nurudin, 2004: 6).

Sedangkan Jay Black dan Frederick C. Whitney menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal disebarkan kepada massa penerima yang luas, anonim dan heterogen (Nurudin, 2004: 11).

Dari definisi-definisi di atas komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tiga ciri:

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim.

(37)

3. Komunikator cenderung berada dalam sebuah organisasi yang kompleks yang membutuhkan biaya yang besar.

II.2.1 Fungsi Komunikasi Massa

Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder,

interprenuer dan encoder. Komunikasi massa men-decode lingkungan sekitar untuk

kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek–efek dari hiburan. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D. Lasswell yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut:

1. Surveillance of the Environment

Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut sebagai

decoder yang menjalankan fungsi the watcher.

2. Correlation of the Parts of Society Responding to the Environment

Fungsinya menghubungkan bagian–bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan. Schram menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi The Forum.

3. Transmission of the Social Heritage from One Generation to the Next

Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi the teacher.

(38)

1. Surveilance

Menunjukkan pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian–kejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news.

2. Correlation

Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian–kejadian. Untuk sebagian fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi editorial dan propaganda.

3. Transmission

Menunjukkan pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai–nilai dan norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.

4. Entertainment

Menunjukan pada kegiatan komunikatif yang dimasukkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek–efek tertentu.

II.3 Media Massa

Perkembangan masyarakat dan perkembangan teknologi komunikasi menyebabkan perubahan dalam bidang komunikasi. Teknologi komunikasi dituntut untuk menjangkau masyarakat dalam lingkup yang lebih luas dan serentak, karena kebutuhan informasi masyarakat semakin meningkat dan bersifat penting. Media massa sebagai salah satu alat yang mampu mengantarkan informasi kepada masyarakat, memberikan karakteristik yang sesuai dan selain itu mudah digunakan oleh masyarakat dari berbagai jenis keragaman masyarakat. Media massa yang kita kenal saat ini adalah media cetak, yang terdiri dari surat kabar, majalah, tabloid dan media elektronik, terdiri dari radio siaran dan televisi siaran. Selain pembagian di atas, banyak pula ahli yang mengungkapkan film sebagai bagian dari komunikasi massa dalam media massa bahkan di negara maju, buku dan kaset musik rekaman dianggap sempurna.

(39)

politik dan ekonomi dimana media massa itu berfungsi, tingkat perkembangan masyarakat, serta minat dan perkembangan individu tertentu.

II.4 Efek Media Massa

Menurut Steven M. Chaffe (Ardianto, 2004: 49) efek media massa dapat dilihat dari berbagai pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan prilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, behavioral.

a. Pendekatan pertama yaitu efek komunikasi massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri.

1.

Efek Ekonomi

Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha prosuksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. Keberadaan televisi baik televisi pemerintah maupun televisi swasta dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada sarjana ilmu komunikasi, para juru kamera, pengarah acara, juru rias dan profesi lainnya.

2.

Efek Sosial

Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status dari pemiliknya.

(40)

Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota akan terlebih dahulu melihat siaran di televisi.

4.

Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman

Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologinya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya.

5.

Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu.

b. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak.

1.

Efek Kognitif

(41)

• Efek Proposional Kognitif

Efek proposional kognitif adalah bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek proposional kognitif.

2.

Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih daripada itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan dari media massa adalah sebagai berikut:

• Suasana Emosional

Respon individu terhadap sebuah film atau sinetron televisi akan dipengaruhi oleh situasi emosional individu.

• Skema Kognitif

Skema kognitif merupakan naskah yang ada dipikiran individu yang menjelaskan alur peristiwa.

• Suasana Terpaan

(42)

• Predisposisi Individual

Predisposisi individual mengacu kepada karakteristik individu. Individu yang melankolis cenderung menghadapi tragedi lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang periang dan memiliki sifat terbuka cenderung akan lebih senang bila melihat adegan-adegan lucu daripada orang yang melankolis.

• Faktor Identifikasi

Menunjukkan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca, pendengar akan menempatkan dirinya di posisi tokoh.

3.

Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan.

II.5 Televisi

II.5.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi di Indonesia

Dalam buku “Empat Windu TVRI” disebutkan, televisi merupakan media yang ditemukan oleh orang Eropa. Perkembanganya sejalan dengan kemajuan teknologi elektronika, yang bergerak pesat sejak ditemukannya transistor oleh William Sockley pada tahun 1946.

(43)

Televisi sejak tahun 1976 telah dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia. Sebagai tonggak dari penyebaran siaran televisi secara nasional adalah diluncurkanya satelit Palapa pada tahun itu dan peresmiannya tanggal 17 Agustus 1976 (Effendy, 1993: 54).

Masuknya televisi ke Indonesia pada waktu itu berhubungan erat dengan peristiwa olahraga Asia ke-4 (the 4th Asian Games) di mana Indonesia mendapat giliran

menjadi tuan rumah. Peresmian televisi bersamaan dengan dibukanya peristiwa olahraga itu oleh Presiden Soekarno tanggal 24 Agustus 1962. Tujuan utamanya adalah untuk meliput kegiatan dan pertandingan selama kejuaraan itu berlangsung (Effendy, 1993: 60-61).

(44)

II.5.2 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media yang lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman pemirsa terhadap isi pesan acara televisi bekaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situs dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa:

a. Dampak kognitif yaitu kemampuan seorang atau pemirsa yang menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

b. Dampak peniruan yaitu pemirsa yang diharapkan pada trend aktual yang ditayangkan pada televisi.

c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari (Kuswandi, 1996: 99).

II.5.3 Program Siaran Televisi

(45)

Frank Jefkins (dalam Effendy, 2003: 105) menyebutkan ada sejumlah karakteristik khusus dari program acara, yaitu:

1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.

2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.

3. Karena mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang nampak haruslah dibuat semenarik mungkin.

Sedangkan program acara televisi terdiri dari:

a. Buletin berita nasional, seperti: siaran berita atau buletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun televisi swasta lokal.

b. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam.

c. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam atau luar negeri.

d. Program acara mengenai topik-topik khusus yang bersifat informatif, seperti: acara memasak, berkebun dan acara kuis.

e. Acara drama, terdiri dari: sinetron, sandiwara, komedi, film dan lain sebagainya. f. Acara musik, seperti konser musik pop, musik rock, musik dangdut, klasik dan

lain sebagainya.

g. Acara bagi anak-anak, seperti penayangan film kartun

h. Acara-acara keagamaan, seperti: siraman rohani, acara ramadhan dan hari-hari besar keagamaan lainnya.

(46)

II.6 Teori Uses And Gratification

Model ini membahas tentang penggunaan media oleh khalayak untuk memenuhi kebutuhannya sehingga diperolehlah kepuasan, penghargaan, kesenangan dan hiburan dari media tersebut. Dengan demikian setiap orang menggunakan media (dalam hal ini televisi) dengan tujuan yang tidak sama.

Uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan

sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan atau keterlibatan pada kegiatan lain, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain barang kali yang tidak kita inginkan. Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects

tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini

(47)

Gambar. 3

Model Modifikasi Rakhmat

1. Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial dan struktur sosial.

2. Motif dapat dioperasionalisasikan dengan berbagai cara; unifungsional (hasrat melarikan diri, kontrak sosial atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasiscapist atau gratifikasi tertangguhkan).

3. Penggunaan media merupakan aktivitas dari individu sebagai upaya pemenuhan kebutuhannya dengan mengkonsumsi isi media, dimana dalam hal aktivitas penggunaan media terdapat dua unsur penting yang dapat menentukan dampak media berupa gratifikasi media yaitu tingkat perhatian pada isi media dan frekuensi penggunaan media.

4. Efek media dapat dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media memberikan kepuasan.

Uses and Gratification memiliki asumsi bahwa audience dipandang sebagai aktif, memiliki kebutuhan kebutuhan tertentu, tersedianya berbagai alternatif komunikasi dan secara sadar audience memilih saluran komunikasi dan pesan–pesan paling memenuhi kebutuhannya (Effendy, 2000: 289).

Katz dan Blumer selanjutnya mengemukakan ada beberapa faktor sosial yang menyebabkan timbulnya kebutuhan seseorang yang berhubungan dengan media, yaitu: 1. Social situation produces tensions and conflict, leading to resure for their easement

via mass media consumption (Situasi sosial menimbulkan ketegangan dan

(48)

pertentangan. Orang berusaha melepaskan dirinya dari hal itu dengan mengkomsumsi media massa).

2. Social situation creates an awareness of problem that demand attention,

information about which may be sought in the media (Situasi sosial menciptakan

kesadaran akan adanya masalah-masalah yang membutuhkan perhatian dan informasi. Informasi itu dapat dicari lewat media).

3. Social situation gives to rise certain values, the affirmation and reinforcement of which is facilitated by the consumption media material (Situasi sosial memberikan

dukungan dan penguatan pada nilai–nilai tertentu melalui konsumsi media yang selaras).

Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan memiliki relevansi tinggi saat digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut:

a. Pemilihan musik sesuai selera. Saat memilih musik kita tidak hanya mengandalkan

mood tertentu, namun juga berusaha untuk menunjukkan jati diri dan kesadaran

sosial lainnya. Banyak jenis musik yang dapat dipilih dan pilihan kita menunjukkan kebutuhan tertentu yang spesifik.

(49)

penayangannya, sementara detik.com menawarkan berita yang lebih spesifik, dituangkan tertulis dan dapat diulang.

II.7 Talkshow

Talkshow merupakan suatu sajian perbincangan yang cukup menarik yang biasanya mengangkat isu-isu yang lagi hangat dalam masyarakat. Tema yang diangkat juga bermacam-macam. Mulai dari masalah sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, olahraga dan sebagainya. Program talkshow tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan perbincangan antara presenter dan narasumber (dapat berjumlah satu orang atau lebih), mengenai sesuatu yang menarik atau sedang hangat dibincangkan oleh masyarakat (Wibowo, 1997: 37).

Talkshow merupakan perpaduan antara seni panggung dan teknik wawancara jurnalistik. Wawancara dilakukan di tengah atau di sela pertunjukan, apakah itu musik, lawak, peragaan busana dan sebagainya. Jika suatu wawancara diselenggarakan di tengah-tengah show, maka acara tersebut disebut talkshow. Disini pembawa acara juga berfungsi sebagai pewawancara (Wahyudi, 1996: 90).

Acara talkshow disiarkan untuk pertama kali pada 27 September 1954 oleh jaringan televisi NBC (Aylesworth, 1987), dengan nama acara Tonight Show. Acara talkshow ini dipandu oleh pembawa acara Gene Rayburn. Pada acara ini, Gene Rayburn mengadakan dialog dengan Steve Allen (pemain piano), Skitch Henderson (pemimpin orkestra) dan juga dengan hadirin.

(50)

Talkshow dewasa ini merupakan program unggulan. Sebab bisa disiarkan secara langsung atau interaktif atau atraktif, ditambah lagi dengan sifatnya yang menghibur (entertainment). Entertainment sebenarnya bukan sekedar menghibur, melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemandu sangat menentukan sukses tidaknya acara ini. Metode talkshow menurut Klaus Kastan dikenal dengan istilah talkshow skill, berupa kemampuan memandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi:

a. Mengambil keputusan

b. Menyusun topik dan pertanyaan dengan cepat

c. Memotong pembicaraan narasumber yang melenceng

d. Kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan narasumber e. Memadukan kemasan program secara interaktif.

II.8 Talkshow Satu Jam Lebih Dekat di TvOne

Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne adalah Program 1 jam yang ditayangkan di TvOne dengan format talkshow, menghadirkan tokoh-tokoh yang membahas dengan mengedepankan Human Interest dan membahas tentang keluarga, karir, hobi dan seputar kehidupan pribadinya. Dimulai dengan tayangan perdana pada tanggal 23 April 2009, yang disiarkan langsung setiap Kamis pukul 19.30 WIB. Program talkshow ini berdurasi 60 menit. Tayangan ini dipandu pertama kali oleh Indy Rahmawati kemudian pada tanggal 02 Juni 2010 digantikan oleh Ira kusno hingga saat ini. Dalam segmen program ini akan menghadirkan mistery guest dan fans fanatik yang menjadikan program ini semakin menarik. Dan tidak lupa juga keluarga si tokoh turut hadir yang menjadikan program ini semakin hangat.

(51)

mengenal dekat narasumber sebagai pribadi. Bukan sebagai tokoh yang terkemas sebagai atlet, artis, ulama, politisi atau yang lainnya. Dengan begitu, penuturan yang jernih tentang jalan hidup yang kadang mengejutkan, memprihatinkan, juga mengharukan akan mengalir secara wajar. Kejujuran itulah kemudian yang akan membuat kita ikhlas mengambil hikmah daripadanya.

Tokoh akan selalu memberikan dampak psikologis bagi pemirsa. Dia dapat menginspirasi, menularkan kebajikan, menggerakkan dan memotivasi. Tujuan yang ingin dicapai oleh talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne adalah bahwa program ini bisa memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk maju melalui potret keberhasilan yang dicapai tokoh-tokoh yang diangkat. Bahwa selalu ada perjuangan dalam mencapai cita-cita. Bahwa ada yang dikorbankan untuk mencapai puncak kejayaan. Bahwa kita mau belajar untuk melihat hal lain, yang tersirat dari kemasan-kemasan berita yang konvensional. Yang terpenting, agar bangsa ini dapat meraih pelajaran berharga dari semua riwayat tokoh-tokohnya. Narasumber yang pernah dihadirkan pada tayangan ini antara lain tokoh-tokoh politik seperti Gus Dur, Amien Rais, Zulkarnaen Malarangeng, BJ Habibie dan ada juga beberapa narasumber yang berasal dari kalangan artis, misalnya Dewi Yull, Deddy Mizwar dan sebagainya.

II.9 Public Figure

(52)

Menurut Praktiko, ada 3 kriteria penilaian seorang public figure, yaitu:

1. Credibility yaitu kepercayaan atau rasa percaya yang diberikan atau ditonjolkan

oleh seorang public figure kepada masyarakat. Ini bisa berupa kata-kata yang berisi janji atau sumpah atau hal lain yang sejenis. Ini biasanya terdapat pada figure pemimpin atau tokoh masyarakat yang menjadi teladan.

2. Power yaitu kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki dan menonjol dari seorang

figure. Hal ini merupakan sesuatu yang dihormati atau dipandang oleh masyarakat. Ini biasanya dimiliki oleh pemimpin atau politisi ataupun tokoh masyarakat yang telah menjadi teladan yang dikenal oleh masyarakat luas dan dalam waktu yang lama.

3. Attractiveness yaitu daya tarik yang dimiliki figure tertentu. Ini biasanya

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variabel lain (Rakhmat, 2004: 27). Dalam hal ini adalah tayangan talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia. Metode ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan di antara variabel-variabel tersebut.

III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian III.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU), Jalan Dr.A Sofyan No.1 Medan, Sumatera Utara.

III.2.2 Universitas Sumatera Utara

a. Sejarah Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia. Universitas Sumatera Utara adalah salah satu universitas terbaik di pulau Sumatera dan merupakan universitas negeri tertua di luar Jawa. USU juga adalah universitas pertama di pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran.

(54)

1952, yang kini diperingati sebagai Hari Jadi USU. Presiden Indonesia, Soekarno kemudian meresmikan USU sebagai universitas negeri ketujuh di Indonesia pada tanggal 20 November 1957.

Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara dengan susunan sebagai berikut:

Abdul Hakim sebagai Ketua

Dr. T. Mansoer sebagai Wakil Ketua

Dr. Soemarsono sebagai Sekretaris sekaligus Bendahara

• Ir. R. S. Danunagoro, Dr. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis, Dr. Maas, J. Pohan, Drg. Barlan dan Soetan Pane Paruhum (Anggota).

Sebenarnya keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum Perang Dunia II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

(55)

Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengan 27 orang mahasiswa di antaranya 2 orang wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956) dan Fakultas Pertanian (1956).

Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi Universitas Negeri yang ketujuh di Indonesia. Tanggal peresmian ini kemudian ditetapkan sebagai Dies Natalis USU yang diperingati setiap tahun hingga tahun 2001. Kemudian atas usul beberapa anggota Senat Universitas, hari jadi USU ditinjau kembali. Senat Universitas memutuskan bahwa hari jadi USU adalah pada tanggal 20 Agustus 1952 yaitu pada saat perkuliahan pertama dimulai di lingkungan USU.

Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaraja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. Kemudian di kota yang sama didirikan Fakultas Kedokteran dan Peternakan (1960). Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965), Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (1980), Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993) dan Fakultas Farmasi (2007).

(56)

Banda Aceh (dari Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan), IKIP Negeri Medan yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (Dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), Politeknik Negeri Medan (dari Politeknik USU).

Pada tahun 2003, USU berubah status dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perubahan status USU dari PTN menjadi BHMN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah merubah status Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Pertanian Bogor (IPB), pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006)

b. Profil Universitas Sumatera Utara

Program Studi USU

USU memiliki 13 Fakultas, yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial dan Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi dan Pascasarjana. Jumlah program studi sebanyak 101, terdiri dari 8 tingkat doctoral, 28 magister, 15 spesialis, 5 profesi, 50 sarjana, 15 diploma.

Keunggulan Kompetitif

Gambar

Gambar. 1 Bagan Teori Uses and Gratification
Tabel 1. Variabel Operasi
Gambar. 3 Model Modifikasi Rakhmat
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu pada kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini

Malaysia, inflation rate give negative impact to market capitalization..

Mengingat luasnya permasalahan yang berhubungan dengan sistem informasi di perusahaan rental mobil dan.. motor ini, maka perlu dibuat pembatasan masalah agar hasil sistem

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelasaikan skripsi dengan judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi

-sistem penyemprotan bahan bakar yang digunakan.. Pada grafik di bawah ini adalah hubungan antara putaran mesin dengan waktu penyemprotan yang terjadi pada mekanisme

dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Teknis Kegiatan Penyusunan Regulasi Pengelolaan Barang Milik

Sistema de gestión social y ambiental correspondiente: Criterio 1.13. Criterio

Namun terdapat juga beberapa unsur pembentuk identitas konstitusi pos-kolonial yang kemudian berubah menjadi unsur pembentuk identitas konstitusi pos- otoritarian, di