TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNA LENSA KONTAK TERHADAP DAMPAK NEGATIF PENGGUNAANNYA PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU ANGKATAN 2007-2009
Oleh:
FINERA WINDA S T 070100134
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNA LENSA KOTAK TERHADAP DAMPAK NEGATIF PENGGUNAANNYA PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU ANGKTAN 2007-2009
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
FINERA WINDA S T 070100134
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak Terhadap Dampak Negatif Penggunaannya Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2007-2009
Nama : Finera Winda S T Nim : 070100134
Pembimbing Penguji I
dr. Aryani A. Amra, Sp. M
NIP : 196405021992032003 NIP : 19708191999032001 dr. Nurfida K. A., M. Kes
Penguji II
NIP : 196303201989022001
dr. Rointan Simanungkalit, Sp. KK
Medan, 2010 Dekan,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
NIP : 19540220 198110 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Alloh SWT Yang Maha Kuasa atas
atas kasih sayang, nikmat, karunia, dan kehendak-Nya karya tulis ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk
melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar sarjana
kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Salawat dan
salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya yang
telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang dijalan-Nya.
Rasa cinta dan kasih sayang penulis, penulis sampaikan kepada Ayahanda
Alm. Drs. H. M. H. Iralend Tobing, S.H., M.B.A., M.M. yang sangat penulis
cintai sebagai motivasi terbesar penulis untuk terus berjuang, Ibunda tersayang
Ida Bulan Siregar, S.H. yang selalu mencurahkan kasih sayang, doa, dan
dukungan yang tidak akan pernah terbalas. Semoga Alloh senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K)
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu dr. Aryani A. Amra, Sp.M, selaku Dosen Pembimbing yang tulus
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.
4. Ibu dr. Masitha Dewi, Sp.M, selaku Dosen Pengganti Pembimbing yang
tulus meluangkan waktu untuk membimbing dan mengajari penulis dalam
5. Bapak dr. Zulkifli, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
saran yang konstruktif dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah
ini.
6. Ibu dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK, selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan saran yang konstruktif dalam penyempurnaan penulisan karya
tulis ilmiah ini.
7. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara atas jasa-jasanya dalam memberikan bantuan selama perkuliahan.
8. Saudara-saudari kandung penulis Bang Ari, Kak Wulan, Kak Widya, Ridha,
Iman, dan Ira atas cinta, kasih sayang, dan kebersamaannya selama ini.
9. Sahabat terbaik penulis Kak Suci yang telah memberikan bantuan yang tidak
terkira, semoga kita tetap bersama.
10. Pembimbing mentoring penulis Kak Imah yang banyak memberikan waktu,
tenaga, ilmu, dan motivasi yang tidak terhingga. Semoga kita tetap terikat
dalam tali ukhuwah islamiyah.
11. Senior-senior penulis Kak Dina, Kak Aimi, dan Kak Swarna yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian proposal karya tulis ilmiah.
12. Teman-teman penulis Gebby Yohanna, Irfan, Michael, Nanda Bagus, Vina,
Tina yang memberikan waktu, tenaga, ilmu, semangat, dan senyuman
sehingga penulis bisa bersemangat dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Dan teman-teman seangkatan 2007 yang tidak tersebutkan satu per satu
terima kasih atas persahabatan dan dukungannya selama ini.
13. Adik-adik penulis Sari, Naila, Sharlini, Widya, Uchty, Nungki, Siti, Dini,
Irfah, Nindi yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data-data
sampel, dan adik-adik yang tidak tersebutkan satu per satu terima kasih atas
kebersamaannya selama ini. Semoga kita tetap terikat dalam tali ukhuwah
dakwah.
14. Dan orang yang paling terkasih, terima kasih atas perhatian dan
Penulis menyadari bahwa penelitian ini terdapat banyak sekali kekurangan.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak demi perkembangan dan
kemajuan Civitas Akademika.
Medan, 25 November 2010
Penulis
ABSTRAK
Lensa kontak merupakan benda pengganti kacamata yang berfungsi untuk mengoreksi kelainan refraksi mata. Saat ini, banyak orang yang beralih dari menggunakan kacamata ke lensa kontak. Tahun 2004, tercatat 128 juta orang yang menggunakan lensa kontak di seluruh dunia dan ini akan meningkat setiap dekadenya. Penggunaan lensa kontak dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Dan mereka yang menggunakan lensa kontak berisiko untuk mendapatkan dampak negatif tersebut. Untuk dapat melakukan pencegahan dampak negatif tersebut, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan pengguna lensa kontak.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional
study dan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling
dengan besar sampel sebanyak 57 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-November 2010 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan responden berada pada kategori sedang 63,1%, kategori baik diperoleh sebesar 36,9%, dan kategori kurang diperoleh 0%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya berada pada kategori sedang. Masukan kepada Bagian Pendidikan FK USU untuk memberikan topik kuliah gejala klinis dan simptom dari dampak negatif penggunaan lensa kontak.
ABSTRACT
Contact lens is an alternative spectacles used to correct refractive errors. A now days, many people are switching from spectacles to contact lens. In 2004, there are 128 millions of people were using contact lens in the whole world and it will be increasing each decade. Contact lens wear can cause numerous side effects. And who wears contact lens that they have risk to suffer it. To be able to prevent it, one of influencing factor is knowledge of contact lens user.
This research method is descriptive with cross sectional study approach and the sample withdrawal is done by using a stratified random sampling technique with total sample of 57 people. The research was done from March-November 2010 and data was collected by using quetionnary.
The aim of this study is to know knowledge among students of the medical faculty in The University of North Sumatera who uses contact lens about side effect of contact lens wear.
The experiment’s result shows that the majority of respondent’s knowledge towards side effect of contact lens wear is moderate category which is 63,1%, the good category is 36,9%, and the less category is 0%.
The conclusion from this research is level of knowledge among students of the medical faculty in The University of North Sumatera who uses contact lens towards it is moderate category. By doing this research, hopefully this will be an input to Education Departement of Medical Faculty so that in the future, there will be a topic lecturing in various clinical signs and symptoms about side effects of contact lens wear.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Abstrak ... vi
Abstract ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ………...…... xi
Daftar Singkatan ... xii
Daftar Lampiran ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Definisi Lensa Kontak ... 4
2.2. Klasifikasi Lensa Kontak ... 4
2.3. Indikasi Penggunaan ... 5
2.4. Kontraindikasi ... 6
2.5. Dampak Negatif Akibat Penggunaan Lensa Kontak ... 7
2.5.1. Ketidakuntungan Penggunaan Lensa Kontak ... ... 7
2.5.2. Komplikasi ... 7
2.6. Manajemen ... 11
2.6.1. Terapeutik ... 11
2.6.2. Prevensi ... 13
2.7. Pengetahuan ... 14
2.7.2. Faktor-Faktor Pengetahuan ... 15
2.7.3. Indikator Pengetahuan ... 16
BAB 3 KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 17
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 17
3.2. Definisi Operasional ... 17
3.2.1. Definisi ... 17
3.2.2. Cara Ukur ... 17
3.2.3. Alat Ukur ... 17
3.2.4. Kategori ... 17
3.2.5. Skala Pengukuran ... 18
BAB 4 METODE PENAMPILAN ... 19
4.1. Rancangan Penelitian ... 19
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19
4.3.1. Populasi ... 19
4.3.2. Sampel ... 19
4.3.3. Besar Sampel ... 19
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 20
4.5. Metode Analisis Data ... 20
BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 21
5.1. Hasil Penelitian ... 21
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 22
5.1.3. Hasil Analisis Data ... 23
5.2. Pembahasan ... 25
BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN ... 29
6.1. Kesimpulan ... 29
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin dan Umur ... 22
5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan
Tingkat Stambuk ... 23
5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan ... 23
5.4.
5.5.
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan Tingkat Stambuk ...
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban
24
DAFTAR SINGKATAN
RGP = Rigid Gas-Permeable
GPC = Giant Papillary Conjunctivitis
NSAID = Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drug
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
Lampiran 4 Informed Consent
Lampiran 5 Uji Validasi
Lampiran 6 Data Induk dan Master Data Hasil Penelitian
ABSTRAK
Lensa kontak merupakan benda pengganti kacamata yang berfungsi untuk mengoreksi kelainan refraksi mata. Saat ini, banyak orang yang beralih dari menggunakan kacamata ke lensa kontak. Tahun 2004, tercatat 128 juta orang yang menggunakan lensa kontak di seluruh dunia dan ini akan meningkat setiap dekadenya. Penggunaan lensa kontak dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Dan mereka yang menggunakan lensa kontak berisiko untuk mendapatkan dampak negatif tersebut. Untuk dapat melakukan pencegahan dampak negatif tersebut, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan pengguna lensa kontak.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional
study dan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling
dengan besar sampel sebanyak 57 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-November 2010 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan responden berada pada kategori sedang 63,1%, kategori baik diperoleh sebesar 36,9%, dan kategori kurang diperoleh 0%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya berada pada kategori sedang. Masukan kepada Bagian Pendidikan FK USU untuk memberikan topik kuliah gejala klinis dan simptom dari dampak negatif penggunaan lensa kontak.
ABSTRACT
Contact lens is an alternative spectacles used to correct refractive errors. A now days, many people are switching from spectacles to contact lens. In 2004, there are 128 millions of people were using contact lens in the whole world and it will be increasing each decade. Contact lens wear can cause numerous side effects. And who wears contact lens that they have risk to suffer it. To be able to prevent it, one of influencing factor is knowledge of contact lens user.
This research method is descriptive with cross sectional study approach and the sample withdrawal is done by using a stratified random sampling technique with total sample of 57 people. The research was done from March-November 2010 and data was collected by using quetionnary.
The aim of this study is to know knowledge among students of the medical faculty in The University of North Sumatera who uses contact lens about side effect of contact lens wear.
The experiment’s result shows that the majority of respondent’s knowledge towards side effect of contact lens wear is moderate category which is 63,1%, the good category is 36,9%, and the less category is 0%.
The conclusion from this research is level of knowledge among students of the medical faculty in The University of North Sumatera who uses contact lens towards it is moderate category. By doing this research, hopefully this will be an input to Education Departement of Medical Faculty so that in the future, there will be a topic lecturing in various clinical signs and symptoms about side effects of contact lens wear.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lensa kontak merupakan suatu hasil perkembangan teknologi di bidang
oftalmologi yang digunakan sebagai alternatif pengganti kacamata untuk
mengatasi kelainan refraksi mata. Ide pertama sekali pembuatan lensa kontak
dikemukakan oleh Leonardo Da Vinci pada tahun 1508 (Chrismer, 2010).
Perkembangan dan penggunaan lensa kontak semakin pesat, baik di negara maju
maupun negara berkembang. Saat ini, telah tersedia beragam jenis lensa kontak.
Pada tahun 1994-1997, diperkirakan prevalensi pengguna lensa kontak sekitar 28
juta orang di Amerika Serikat dan sekitar 17 juta orang di United Kingdom dan
akan terjadi peningkatan setiap dekade. Dengan rincian jenis lensa kontak yang
digunakan sekitar 14 juta orang, untuk lensa tipe RGP (Rigid Gas-Permeable)
639.000 orang, daily-wear soft contact lens 713.000 orang, extended-wear 24.000
orang, dan selebihnya menggunakan extended-wear disposable soft lens (Cheng,
1999). Sedangkan pada tahun 2004, diketahui pengguna lensa kontak di Amerika
serikat sekitar 38 juta orang, dan rata-rata pengguna lensa kontak di seluruh dunia
sekitar 128 juta orang, dan sekitar 13,2 juta orang pengguna lensa kontak berusia
antara 18 sampai 34 tahun (Barr, 2005). Sedangkan prevalensi pengguna lensa
kontak pada mahasiswa kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara tahun 2009 menunjukkan ada sekitar 115 pengguna lensa kontak dari 1306
mahasiswa (Somanathan, 2009).
Berdasarkan American Optometric Association, alasan orang memilih
menggunakan lensa kontak daripada kacamata karena lensa kontak mengikuti
pergerakan bola mata dan tidak sedikitpun mengurangi lapangan pandang mata,
sehingga tidak mengganggu penglihatan, memperindah penampilan, nyaman,
lebih terang, tidak ada bingkai yang mengganggu pandangan mata, mengurangi
distorsi, tidak berkabut, tidak mudah terkena air hujan, dan tidak menghalangi
Tetapi penggunaan lensa kontak menimbulkan banyak dampak negatif
yang perlu diwaspadai, terlebih jika tidak mengikuti aturan pemakaian. Seperti
gangguan metabolisme mata (hypoxia), kerusakan stroma, trauma endotel,
timbulnya toksik dan alergi, keratitis steril, keratitis mikroba, gangguan aliran
airmata, dan distorsi kornea mata. Tetapi yang paling sering timbul adalah
neovaskularisasi pada kornea mata akibat hypoxia dan keratitis yang disebabkan
bakteri timbul akibat adanya stres dari penggunaan lensa kontak (Dart, 1999).
Menurut Seal (1999) dalam Moriyama (2008), insidensi keratitis yang
disebabkan bakteri meningkat setiap dekadenya seiring dengan peningkatan
populasi pengguna lensa kontak. Diperkirakan insidensi keratitis ini yang
berhubungan dengan penggunaan lensa kontak sekitar 1,8 sampai 2,44 per 10.000
pengguna lensa kontak/tahun.
Dari satu hasil penelitian, selama januari 2002 sampai desember 2007 di
Brazil, ada 2455 pasien yang kikisan kornea matanya dianalisis di Laboratorium
Mikrobiologi Mata (UNIFESP/EPM) dengan diagnosis keratitis. Dari 2455 pasien
terdapat 366 pasien adalah pengguna lensa kontak dengan rata-rata umur 9-84
tahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 1:1,26. Ditemukan 69,46%
yang terinfeksi bakteri dengan prevalensi bakteri gram positif 41,20%, bakteri
gram negatif 21,72%, sedangkan acanthamoeba keratitis 39,75%, dan yang
terinfeksi jamur 1,67%. Agen-agen mikroba yang paling sering menyebabkan
keratitis dari bakteri gram positif adalah coagulase-negative staphylococcus
(67,27%), Corynebacterium sp (18,18%), Staphylococcus aureus (9,09%),
Streptococcus sp (3,6%), dll (1,8%). Bakteri gram negatif yang tersering adalah
Pseudomonas sp (55,17%), Pseudomonas aeruginosa (22,4%), Pseudomonas
fluorescens (7%), Serratia sp (25,86%), Enterobacter aerogenes (8,62%),
Klebsiella sp (1,72%), Proteus mirabilis (1,72%), Citrobacter freundii (1,72%),
Achromobacter xyloxidans (1,72%), Alcaligenes sp (1,72%), Moraxella sp
(1,72%), sedangkan penyebab jamur yang tersering adalah Candida sp (75%), dan
Aureobasidium pullulans (25%) (Moriyama, 2008).
Dari data statistik diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lensa kontak
terjadinya keratitis. Namun, di Fakultas Kedokteran belum ada penelitian tentang
tingkat pengetahuan mahasiswa yang menggunakan lensa kontak terhadap
dampak-dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaannya. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelititan ini.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas didapati masalah sebagai berikut:
Seberapa besar pengetahuan pengguna lensa kontak terhadap dampak
negatif penggunaannya.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Diketahuinya tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang
menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya
angkatan 2007-2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui kategori tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang
menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya
berdasarkan tingkat stambuk.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang community research
program, sehingga menambah kemampuan peneliti untuk melakukan
penelitian.
2. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap jenis lensa kontak
yang tersedia.
3. Menambah pengetahuan jenis-jenis mikroba yang dapat menyebabkan
keratitis akibat penggunaan lensa kontak.
4. Dapat mengetahui dan melakukan prevensi dari dampak negatif
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi Lensa Kontak
Lensa kontak adalah penutup dari kaca atau plastik yang melengkung
digunakan langsung diatas bola mata atau kornea mata untuk memperbaiki
kesalahn refraksi mata (Anderson, 2007).
1.2. Klasifikasi Lensa Kontak
Klasifikasi lensa kontak beserta keuntungan dan kelemahannya
berdasarkan American Optometric Association:
1. Rigid gas-permeable (RGP)
Terbuat dari plastik tipis yang fleksibel yang mempermudah masuknya
oksigen ke mata.
Keuntungan: penglihatan lebih baik, waktu berdaptasi pendek, nyaman,
mengoreksi hampir seluruh kelainan refraksi mata, mudah digunakan dan
disimpan, jangka penggunaannya relatif lama, tersedia dalam berbagai
warna, dan bifokal.
Kelemahan: lebih mudah terlepas pada pusat mata daripada tipe yang lain,
debris lebih mudah menempel pada lensa, memerlukan penggunaan yang
konsisten dan pemeriksaan kesehatan mata.
2. Daily-wear soft lens
Terbuat dari plastik yang lembut dan fleksibel, yang mempermudah
masuknya oksigen ke mata.
Keuntungan: waktu beradaptasi sangat pendek, lebih nyaman dan tidak
mudah terlepas seperti RGP, tersedia dalam berbagai warna dan bifokal,
baik untuk yang selalu menjaga penampilan.
Kelemahan: tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, penglihatan
tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP, lensanya mudah berminyak
3. Extended-wear
Digunakan pada malam hari, tersedia dalam jenis soft lens dan RGP.
Keuntungan: bisa dipakai selama 7 hari tanpa dilepas.
Kelemahan: tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, risiko
komplikasi meningkat, memerlukan pemeriksaan kesehatan mata yang
rutin, dan pelayanan yang profesional.
4. Extended-wear disposable
Digunakan dalam waktu berjangka, dari hari pertama sampai 6 hari
kemudian diganti.
Keuntungan: tidak perlu dibersihkan, memiliki risiko yang rendah jika
digunakan sesuai petunjuk, tersedia dalam berbagai warna, bifokal, dan
sebagai lensa cadangan.
Kelemahan: Penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP,
tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perawatannya lebih
sulit.
5. Planed replacement
Lensa ini digunakan secara berjangka sebagai pengganti dari soft lens,
kebanyakan digunakan lebih dari 2 minggu, sebulan atau 4 bulan.
Keuntungan: mudah dibersihkan dan tidak mudah terkena infeksi, baik
untuk mata yang sehat, tetapi harus dengan resep dokter.
Kelemahan: penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP,
tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perawatannya lebih
sulit.
1.3. Indikasi Penggunaan
Indikasi-indikasi penggunaan lensa kontak:
1. Indikasi optik, termasuk untuk anisometropia, aphakia unilateral, myopia
yang berminus tinggi, keratokonus dan astigmatisma irreguler. Lensa
kontak dapat digunakan oleh setiap orang yang memiliki kelainan refraksi
mata dengan tujuan kosmetik.
a. Penyakit pada kornea, contohnya ulkus kornea non-healing,
keratopathi bullousa, keratitis filamentari, dan sindrom erosi kornea
yang rekuren.
b. Penyakit pada iris mata, contohnya aniridia, koloboma, albino untuk
menghindari kesilauan cahaya.
c. Pada pasien glukoma, lensa kontak digunakan sebagai alat pengantar
obat.
d. Pada pasien ambliopia, lensa kontak opak digunakan untuk oklusi.
e. Bandage soft contact lenses digunakan untuk keratoplasti dan perforasi
mikrokornea.
3. Indikasi preventif, digunakan untuk prevensi simblefaron dan restorasi
forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia, keratitis, dan trichiasis.
4. Indikasi diagnostik, termasuk selama menggunakan gonioskopi,
elektroretinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma irreguler, fundus
fotografi, dan pemeriksaan goldmann’s 3 bayangan.
5. Indikasi operasi, lensa kontak digunakan selama operasi goniotomi untuk
glukoma kongenital, vitrektomi, fotokoagulasi endokular.
6. Indikasi kosmetik, termasuk skar pada kornea mata yang menyilaukan
mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera kosmetik pada phthisis
bulbi.
7. Indikasi occupational, termasuk olahragawan, pilot, dan aktor (Kharuna,
2007).
1.4. Kontraindaksi
Pengguanaan lensa kontak dikontraindikasikan pada orang yang memiliki
gangguan mental dan tidak ada gairah hidup, blepharitis kronik dan styes rekuren,
konjungtivitis kronis, dry-eye syndrome, distrofi dan degenarasi kornea mata,
penyakit yang rekuren seperti episkleritis, skleritis, dan iridocyclitis (Kharuna,
1.5. Dampak Negatif Akibat Penggunaan Lensa Kontak 1.5.1. Ketidakuntungan Penggunaan Lensa Kontak
Penggunaan lensa kontak mempengaruhi mekanik dan metabolik kornea:
1. Pengaruh mekanik terhadap kornea mata adalah mudah untuk terjadinya
perubahan refraksi mata secara transien. Kekaburan kacamata adalah hasil
dari kacamata yang tidak dapat mengoreksi dengan tepat setelah
perubahan lensa mata secara tiba-tiba. Lensa kontak membutuhkan
pembersihan sehari-hari dan desinfeksi dengan hati-hati. Ini lebih sulit,
penggunaannya berperiode, dan lebih mahal dibandingkan menggunakan
kacamata.
2. Pengaruh metabolik terhadap kornea mata adalah bahan-bahan
makromolekular yang terperangkap dan menyerap protein, kemudian
protein memecah bahan-bahan tersebut. Substansi berat molekul yang
rendah seperti obat, desinfeksi, bakteri, dan jamur. Komplikasi yang serius
dapat terjadi jika perawatan sehari-hari lensa kontak tidak adekuat. Lensa
kontak memiliki ambang batas permeabilitas terhadap oksigen, terutama
soft lens, ini akan mempengaruhi metabolisme kornea. Lensa kontak tidak
dianjurkan digunakan pada orang yang memiliki simptom
keratoconjunctivitis sicca (Lang, 2000).
2.5.2. Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada bagian-bagian mata akibat penggunaan lensa
kontak adalah:
1. Kelopak mata
a. Giant papillary conjunctivitis (GPC) adalah komplikasi yang tersering
timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat salah satu dari 3
faktor yaitu peningkatan frekuensi pemakaian lensa, penurunan lama
pemakaian lensa kontak, perubahan larutan pembersih yang kuat.
Untuk lensa RGP, ia mudah berpindah dari kornea ke forniks atas. Jika
tidak dapat dideteksi, maka lensa akan mengikis forniks melewati
konjungtiva dan membawanya ke dalam jaringan yang lembut di
asimptomatik. Akibatnya, jaringan yang disekitar lensa kontak akan
mengalami iritasi dan inflamasi, dan menimbulkan abses yang steril.
Lensa yang dianggap sebagai benda asing akan terbentuk jaringan
granulasi disekitar lensa, dan membungkusnya seperti bentuk kista.
b. Ptosis, ini timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan
fibrosa di kelopak mata. Lensa kontak yang menempel pada kornea
mata juga akan membentuk skar dan kontraksi pada jaringan kelopak
mata yang mengakibatkan retraksi pada kelopak mata. Ptosis juga
dapat timbul akibat dari giant papillary conjunctivitis yang berat.
2. Konjungtiva
a. Alergi kontak merupakan reaksi hipersensitivitas dermatitis kontak
akibat dari zat-zat kimia host yang didapati dari larutan lensa kontak.
Manifestasi klinisnya adalah rasa gatal yang diikuti dengan adanya
injeksi, rasa terbakar, merah, berair, secret mukoid, dan chemosis.
Sebagai tambahan kelopak mata bisa edema dan eritema.
b. GPC, rata-rata 1-3% pengguna lensa kontak akan mendapatkan
simptom GPC yang kompleks, terdiri dari injeksi konjungtiva, sekret
mukoid, gatal, debris pada tear film, lapisan lensa, pandangan kabur,
dan pergerakan lensa yang berlebihan.
c. Contact lens-induced superior limbic keratoconjunctivits (CL-ISLK)
merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva perifer. Manifestasi
klinisnya adalah penebalan konjungtiva, eritema, dan timbul berbagai
warna pada konjungtiva bulbaris superior. Sel epitelium keratinisasi
akan berisi banyak sel-sel goblet yang diinvasi oleh neutrofil.
Akibatnya akan terasa seperti ada benda asing, fotofobia, berair, rasa
terbakar, gatal, dan penurunan akuitas visual.
3. Epitelium kornea
a. Kerusakan epitel yang mekanik. Lensa kontak merupakan banda asing
yang akan menggosok kornea dan menekan epitel kornea setiap
mengedipkan mata sepanjang hari dan menimbulkan abrasi kornea.
yang kronis. Kerusakan epitel akan memudahkan bakteri menempel
pada kornea dan mengakibatkan infeksi stroma, serta menstimulus
sub-epitel fibrosa tanpa adanya infeksi.
b. Chemical epithelial defect. Berbagai larutan kimia lensa kontak akan
menimbulkan kerusakan epitel ditandai dengan adanya erosi. Larutan
pembersih surfaktan biasanya akan menyebabkan nyeri, merah,
fotopobia, dan berair, segera setelah dibersihkannya lensa. Gejala ini
akan hilang dalam 1-2 hari. Jika hidroksi peroksida diteteskan ke mata,
maka akan timbul gelembung-gelembung gas pada intra-epitel dan
sub-epitel. Gelembung ini terlihat dan menyebabkan hilangnya
penglihatan secara signifikan yang bersifat temporer, dan hidroksi
peroksida juga menyebabkan perubahan refraksi permanen dan larutan
desinfeksi kimia dapat merusak epitel yang tidak terlihat dan bersifat
intermiten.
c. Hypoxia. Kebutuhan oksigen di kornea mata dipengaruhi karena
lapisan lensa kontak mengurangi jumlah oksigen yang masuk.
Hipoksia yang ringan mengakibatkan edema epitel dan penglihatan
kabur yang temporer, sedangkan hipoksia berat akan terjadi kematian
sel-sel epitel dan deskuamasi. Pengguna tidak merasa nyaman,
penurunan penglihatan temporer, dan fotopobia. Salah satu tanda
hipoksia kornea kronis adalah adanya neovaskularisasi superfisial
terutama sepanjang limbus superior. Epitel kornea yang lebih tipis
dibandingkan lensa kontak menyebabkan hipoksia yang kronis dan
menurunkan aktivitas mitosis. Pembentukan sel-sel epitel menurun,
ukurannya membesar, dan memudahkan menempelnya Pseudomonas
aeruginosa pada permukaan sel epitel.
d. Reaksi imun superfisial. Variasi larutan lensa kontak dapat
menimbulkan toksik superfisial atau reaksi imun. Ditandai dengan
4. Stroma kornea
a. Infiltrat steril. Penggunaan lensa kontak akan menginduksi terjadinya
keratitis steril, dengan onset adanya infiltrat pada stroma anterior atau
leukosit polimorfonuklear di sub-epitel dan sel mononuklear di perifer
kornea secara tiba-tiba. Berdiameter 0,1-2 mm, tunggal atau
berkelompok, dengan bentuk bulat, oval, dan menempel pada sel epitel
yang menyebabkan kerusakan epitel. Manifestasi klinisnya adalah
nyeri ringan, inflamasi pada anterior chamber yang minim, kerusakan
epitel, kemudian terbentuk ulkus.
b. Infeksi kornea (keratitis). Disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa
(acanthamoeba keratitis). Infeksi bakteri biasanya timbul di kelopak
mata dan kelenjar air mata. Penggunaan lensa kontak mengganggu
pertukaran air mata, sehingga air mata terkumpul di kornea mata.
Selain itu, ketebalan epitel menurun, pergantian sel menurun dan
terjadi deskuamasi, sehingga meningkatkan risiko infeksi bakteri pada
sel epitel. Gejala awal tidak begitu kelihatan, tetapi gejala yang
mungkin ada seperti berair dan sedikit sulit mengedipkan mata. Bakteri
yang sering menimbulkan infeksi kornea mata adalah P. aeruginosa,
Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Infeksi ini
biasanya berasal dari larutan lensa kontak yang terkontaminasi. Infeksi
bakteri yang akut biasanya terjadi dalam waktu 24 jam dengan
simptom nyeri, fotopobia, berair, sekret purulen, dan penurunan
penglihatan. Awalnya infiltrat stroma berwarna putih kekuningan yang
berkembang di bawah sel epitel yang rusak diikuti adanya reaksi di
anterior chamber dan injeksi konjungtiva. Setelah itu, berkembang
menjadi edema epitel kemudian menjadi nekrosis. Dilaporkan di
United State dan Netherland, bahwa infeksi kornea mata memiliki
risiko yang paling sering ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak
dalam 2 dekade terakhir ini.
c. Acanthamoeba keratitis merupakan infeksi yang sulit untuk diterapi.
larutan tersebut telah terkontaminasi oleh acanthamoeba. Manifestasi
klinis awal yang timbul adalah adanya sensasi benda asing,
penglihatan kabur yang ringan, dan merah. Kemudian diikuti rasa
nyeri yang progresif, injeksi konjungtiva, epitelnya kasar, dan pada
pemeriksaan dengan senter terlihat adanya penebalan saraf-saraf
kornea mata. Infeksi ini bersifat progresif, berat, dan bentuk
infiltratnya seperti cincin di sentral.
d. Mata merah akut (tight lens syndrome). Lensa kontak dapat
menebalkan mata dan sebagai tanda adanya inflamasi stroma difus dan
reaksi pada anterior chamber. Manifestasi klinisnya adalah rasa nyeri,
fotopobia, injeksi, dan berair baik akut maupun kronik.
e. Kikisan kornea mata (corneal warpage). Selama menggunakan lensa
kontak akan terjadi perubahan kontur kornea. Corneal warpage
menyebabkan astigmatisma irreguler, dan ini dapat dikoreksi dengan
menggunakan kacamata.
f. Contact lens-induced keratoconus. Hubungan antara keratokonus
dengan lensa kontak masih kontroversi. Persentasi yang tinggi
(20-30%) penderita keratokonus didiagnosis akibat dari penggunaan lensa
kontak, tetapi bagaimanapun tidak ada penyebab yang berhubungan
langsung dengan penyakit tersebut.
5. Endotel kornea mata
Penggunaan lensa kontak juga berhubungan dengan endotel kornea mata.
Pengguna memiliki variasi ukuran sel endotel (polymegethism) dan peningkatan
frekuensi sel non-heksagonal (polymorphism) lebih tinggi daripada yang
menggunakan lensa kontak (Ventocilla, 2010).
2.6. Manajemen 2.6.1. Terapeutik
Dibawah ini obat-obatan yang digunakan, berdasarkan penyebab mikroba
1. Jika penyebab bakteri tidak teridentifikasi, tetapi ada ulkus yang diduga
sebagai akibat dari nifeksi bakteri, maka diberi moxifloxacin, gatifloxacin,
atau tobramycin dengan cefazolin. Terapi alternatifnya adalah
ciprofloxacin, levofloxacin, oxfloxacin, gentamicin, ceftadizime, atau
ceftacidime.
2. Gram-positif kokus; kapsul berbentuk tajam = S. Pneumponia. Inisial
terapi: moxifloxacin, gatifloxacin, atau cefazolin. Terapi alternatifnya
adalah levofloxacin, oxfloxacin, penicillin G, vancomycin, atau
ceftaxidim.
3. Gram-positif kokus; methacilin-resistant S. aureus (MRSA). Inisial
terapinya adalah vancomycin.
4. Batang gram negatif = Pseudomonas. Inisial terapi adalah moxifloxacin,
gatifloxacin, ciprofloxacin, tobramycin, atau gentamicin. Terapi
alternatifnya adalah golongan fluoroquinolones, polymyxin B, atau
carbenicillin.
5. Batang gram negatif, besar, square-ended diplobasil = Moraxella. Inisial
terapinya adalah moxifloxacin, gatifloxacin, atau ciprofloxacin. Terapi
alternatifnya adalah tobramycin atau gentamicin dengan cefazolin, atau
penisilin G.
6. Batang gram negatif yang lain. Inisial terapi; moxifloxacin, gatifloxacin,
atau tobramycin. Terapi alternatifnya adalah ceftazidim, gentamicin, atau
carbenicillin.
7. Jika penyabab mikroba tidak teridentifikasi, tetapi ada ulkus yang diduga
sebagai akibat dari infeksi jamur, maka diberi; natamycin atau
voriconazole. Terapi alternatif; amphotericin B, nystatin, miconazole, atau
flucytosine.
8. Candida sp adalah organisme mirip seperti ragi. Inisial terapi voriconazole
atau amphotericin B.Terapi alternatifnya adalah amphotericin B, nystatin,
9. Ulkus jamur adalah organisme mirip seperti hifa (benang halus). Inisial
terapi adalah natamycin atau voriconazole. Terapi alternatifnya adalah
amphotericin B atau nystatin.
10. Kista, tropozoit = Acanthamoeba. Inisial terapi; propamidine dan/atau
polyhexamethylene biguanide. Terapi alternatifnya adalah chlorhexidine
atau neomycin (Lange, 2007).
11. Jika mata mengalami keratitis, maka malam hari dapat diterapi dengan
baik dan lindungi kornea mata dari kekeringan. Sebagai tambahan berikan
lubrikasi pada kornea mata berupa tetes mata atau salap mata sebelum
tidur.
12. Jika terjadi reaksi kornea mata terhadap larutan lensa kontak, maka
hentikan segera penggunaan lensa kontak, obati dan lakukan monitoring
(langsung dokter mata yang melakukannya) serta sebagai tambahan
berikan topikal steroid atau NSAID jika diduga tidak ada infeksi pada
mata (Mezu-Nnabue, 2009).
2.6.2. Prevensi
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penggunaan lensa kontak,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan menurut American
Optometric Association:
1. Selalu mencuci tangan sebelum menggunakan lensa kontak.
2. Bersihkan lensa kontak dengan hati-hati secara rutin, gosok lensa kontak
dengan menggunakan jari-jari tangan dan bilas dengan air bersih sebelum
merendam lensa kontak dalam larutan multi-fungsi pada malam hari.
3. Simpan lensa yang digunakan dalam kotak penyimpanan dan ganti kotak
tersebut setiap 3 bulan. Selain itu, bersihkan kotak setelah
menggunakannya.
4. Gunakan produk-produk yang telah disarankan oleh dokter mata anda
untuk membersihkan dan mendesinfeksi lensa kontak anda.
5. Selalu ikuti rekomendasi lensa kontak yang telah direncanakan oleh dokter
mata anda.
7. Lakukan pemeriksaan mata dan lensa kontak anda secara rutin kepada
dokter mata anda.
2.7. Pengetahuan 2.7.1. Definisi
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman
seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu
ransangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sutau spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan
yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan
pengalaman yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang
diketahui. Orang telah paham akan objek materi harus mampu
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen, dan termasuk ke dalam struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Notoatmodjo, 2003).
2.7.2. Faktor-Faktor Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
b. Umur
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian
ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan
tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
c. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
d. Keyakinan
Biasanya keyakinan secara turun-temurun dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang,
baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan
meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.
f. Penghasilan
Pengahasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu
untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
g. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan
dengan tingkat-tingkat pengetahuan diatas (Notoatmodjo, 2003).
2.7.3. Indikator Pengetahuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, ada beberapa indikator
yang dapat digunakan dan dikelompokkan menjadi:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit,
gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari
pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi
kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok,
minuman keras, narkoba dsb, pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi,
dsb.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih,
cara pembuangan limbah sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan
rumah yang sehat, dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan
BAB 3
KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Variabel independen Variabel dependen
3.2. Definisi Operasional 3.2.1 Definisi
a. Pengetahuan pengguna lensa kontak adalah hasil dari tahu dan
pengalaman orang yang menggunakan penutup dari kaca atau plastik yang
melengkung digunakan langsung di atas kornea mata untuk mengoreksi
kesalahan refraksi mata.
b. Tingkat stambuk adalah jenjang pendidikan seseorang dalam mendapatkan
ilmu pengetahuan.
d. Dampak negatif adalah segala hal yang bersifat merugikan dalam
menggunakan lensa kontak.
3.2.2. Cara Ukur: wawancara
3.2.3. Alat Ukur: kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan
dengan beberapa pilihan jawaban:
a. Jawaban yang benar diberi skor 1
b. Jawaban yang salah diberi skor 0
3.2.4. Kategori
Tingkat pengetahuan akan dikategorikan sebagai berikut (Pratomo, 1990):
a. Pengetahuan baik (skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi)
b. Pengetahuan sedang (skor jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi) Pengetahuan pengguna lensa kontak
berdasarkan tingkat stambuk
Dampak Negatif
c. Pengetahuan kurang (skor jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan rancangan studi
cross-sectional yaitu mengetahui tingkat pengetahuan pengguna lensa kontak
terhadap dampak negatif penggunaannya pada Mahasiswa FK USU stambuk
2007-2009.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, penelitian dilakukan selama bulan Maret-November 2010, sedangkan
pengambilan dan pengumpulan data dilakukan pada bulan September-November
2010.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2007, 2008, dan 2009 yang
menggunakan lensa kontak.
4.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling.
Adapun kriteria inklusi adalah mahasiswa yang menggunakan lensa kontak,
sedangkan kriteria eksklusi pada sampel ini adalah mahasiswa yang tidak bersedia
menjawab kuesioner.
4.3.3. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus populasi < 10.000 (Notoatmodjo,
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kepercayaan, pada penelitian ini dipakai d = 0,1
Perhitungan:
Dari hasil perhitungan diatas, didapati besar sampel mehasiswa yang
menggunakan lensa kontak di FK USU sebanyak 52,83 orang sebagai sampel
minimal. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 57 orang.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pada awal penelitian diperlukan data primer berupa data umum populasi
Mahasiswa FK USU stambuk 2007, 2008, dan 2009 yang menggunakan lensa
kontak dari setiap kelas tutorial. Terlebih dahulu kuesioner telah dilakukan uji
validitas untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan menggambarkan
tujuan dari penelitian tersebut (valid). Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi
antara setiap skor tiap-tiap pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Untuk
menguji validitas kuesioner menggunakan program SPSS (Statistical Product and
Service Solution). Untuk tiap-tiap pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau
tidak dipakai sebagai instrumen pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas, maka
didapati pertanyaan yang valid untuk tingkat pengetahuan.
4.5. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dengan
BAB 5
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Proses Pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan
menggunakan instrumen kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat
tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan
kemudian dianalisis, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan
dibawah ini.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No. 5 Medan, Indonesia dimana fakultas ini
merupakan salah satu fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara.
Fakultas Kedokteran USU dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan
Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan,
Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah:
a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan
b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan
d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU
Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas
sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruangan
yaitu kelas kuliah dan tutorial, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang
skills lab, ruang seminar, perpustakaan, pendopo, mushola, kedai mahasiswa,
ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, tempat fotokopi dan parkir.
Fakultas ini menerima mahasiswa baru lebih dari 400 orang setiap tahunnya yang
dapat masuk melalui jalur PMP, UMB Kemitraan, UMB-SPMB, SNMPTN,
Mandiri, dan Internasional dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Pada penelitian ini jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta
umur tidak di batasi. Karena dalam penelitian ini, peneliti hanya ingin melihat
tingkat pengetahuan pengguna lensa kontak terhadap dampak negatif
penggunaannya, dan peneliti tidak membandingkan pengetahuan tentang dampak
[image:38.595.189.439.280.594.2]negatif penggunaan lensa kontak berdasarkan jenis kelamin dan umur.
Tabel 5.1.
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
Variabel Frekuensi (n) Persen (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 2 3,5
Perempuan 55 96,5
Umur
17 3 5,3
18 6 10,5
19 15 26,3
20 16 28,1
21 12 21,1
22 1 1,8
23 2 3,5
24 1 1,8
25 1 1,8
Total 57 100,0
Mayoritas responden yang menggunakan lensa kontak adalah berjenis
kelamin perempuan yaitu 55 orang (96,5%) dan responden laki-laki hanya 2 orang
(3,5%). Pengguna lensa kontak yang terbanyak berumur 20 tahun (28,1%) dan
Tabel 5.2.
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Stambuk
Stambuk Frekuensi (n) Persen (%)
2007 19 33,3
2008 18 31,6
2009 20 35,1
Total 57 100,0
Dari data diatas, mayoritas responden yang menggunakan lensa kontak
adalah stambuk 2009 sebanyak 20 orang (35,1%), stambuk 2007 sebanyak 19
orang (33,3%), dan paling sedikit adalah stambuk 2008 berjumlah 18 orang
(31,6%).
5.1.3. Hasil Analisis Data
Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori
yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan baik jika
menjawab 8-10 pertanyaan dengan benar, sedangkan seorang responden dikatakan
berpengetahuan sedang jika menjawab 4-7 pertanyaan dengan benar dan
dikatakan berpengetahuan kurang jika hanya menjawab lebih kecil sama dengan 3
dari pertanyaan dengan benar.
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 21 36,9
Sedang 36 63,1
Kurang 0 0
Total 57 100
Dari data tabel 5.3., terdeskripsi bahwa tingkat pengetahuan responden
tentang dampak negatif penggunaan lensa kontak dengan kategori sedang
memiliki persentasi yang paling besar yaitu 63,1%, untuk berpengetahuan
[image:39.595.172.453.550.657.2]Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Stambuk
Tingkat Stambuk
Tingkat Pengetahuan
Total
Baik Sedang Kurang
n % n % n %
2007 12 63.2 7 36.8 0 0 19
2008 12 66.7 6 33.3 0 0 18
2009 12 60 8 40 0 0 20
Dari tabel 5.4. diatas, didapati bahwa responden stambuk 2007 memiliki
pengetahuan baik sebesar 63,2% dan berpengetahuan sedang sebesar 36,8% dari
19 responden, responden stambuk 2008 yang memiliki pengetahuan baik sebesar
66,7% dan berpengetahuan sedang 33,3% dari 18 responden, dan responden
stambuk 2009 yang memiliki pengetahuan baik sebersar 60% dan pengetahuan
sedang 40% dari 20 responden, sedangkan berpengetahuan kategori kurang dari
Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Pengetahuan Responden Pada Variabel Pertanyaan
No Pertanyaan
Jawaban Responden
Benar Salah
n % n %
1 Fungsi dasar lensa kontak 50 87,7 7 12,3
2 Retardasi mental 39 68,4 18 31,6
3 Sebelum menggunakan dan melepaskan lensa kontak 57 100,0 0 0
4 Aktivitas yang melepaskan lensa kontak 56 98,2 1 1,8
5 Perawatan lensa kontak yang benar 27 47,4 30 52,6
6 Efek samping penggunaan lensa kontak 9 15,8 48 84,2
7 Komplikasi dari penggunaan lensa kontak 54 94,7 3 5,3
8 Penyebab komplikasi tersebut 25 43,9 32 56,1
9 Mikroorganisme penyebab komplikasi tersebut 31 54,4 26 45,6
10 Perawatan mata dari penggunaan lensa kontak 57 100,0 0 0
Berdasarkan tabel 5.5. diatas, pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak
dijawab dengan benar adalah pertanyaan pada nomor 1, 3, 4, 7, dan 10 dengan
persentasi sebesar 87,7%, 100%, 98,2%, 94,7%, dan 100%. Sedangkan
pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 6 yaitu
sebesar 84,2%.
5.2. Pembahasan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman
seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). Dalam
penelitian ini, telah dilakukan pembagian kuesioner yang telah valid untuk
[image:41.595.123.536.175.450.2]Dari hasil kuesioner penelitian, diperoleh sebanyak 50 responden (87,7%)
telah memiliki pengetahuan yang baik bahwa fungsi dasar penggunaan lensa
kontak adalah sebagai pengoreksi penglihatan untuk memperindah penampilan.
Kemudian, sebanyak 39 responden (68,4%) memiliki pengetahuan yang baik
bahwa penderita retardasi mental tidak diperbolehkan menggunakan lensa kontak,
seperti yang dikemukakan oleh Kharuna (2007) bahwa penderita retardasi mental
dikontraindikasikan untuk menggunakan lensa kontak.
Semua, 57 responden (100%) memiliki pengetahuan yang baik tentang
mencuci tangan sebelum menggunakan dan melepaskan lensa kontak, dan
sebanyak 56 responden (98,2%) mengetahui bahwa mandi/berenang adalah
aktivitas yang sebaiknya melepaskan lensa kontak. Ini berdasarkan American
Optometric Association bahwa mencuci tangan sebelum menggunakan dan
melepaskan lensa kontak, dan melepaskan lensa kontak ketika mandi/berenang
adalah sebagai prevensi untuk tidak terjadinya komplikasi akibat penggunaan
lensa kontak. Disini terdeskripsi bahwasanya pengetahuan responden akan
pemahaman dasar pemakaian lensa kontak sangat baik.
Selain itu, masih berdasarkan American Optometric Association,
membersihkan lensa kontak dengan jari-jari tangan dengan rutin, membilas lensa
kontak dengan air bersih, dan menyimpannya di kotak penyimpanan merupakan
perawatan lensa kontak yang benar, sedangkan merendam lensa kontak dengan
alkohol merupakan perawatan lensa kontak yang salah, dimana sebanyak 27
responden (47,7%) yang berpengetahuan baik tentang ini. Ini terlihat bahwa
pengetahuan responden akan perawatan dasar pemakaian lensa kontak masih
minim.
Menurut Ventocilla (2010) bahwa banyak sekali dampak negatif yang
ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak seperti mata merah, berair, gatal,
fotopobia, panas, nyeri, pergerakan bola mata yang berlebihan, dll, sedangkan
berkabut seperti ada awan pada lensa mata merupakan efek samping dari
penggunaan kacamata, dimana hanya 9 responden (15,8%) yang berpengetahuan
baik tentang dampak negatif ini. Pada kuesioner ini, terdeskripsi bahwa
ditimbulkan. Responden belum mamahami dan mengetahui dengan benar gejala
klinis yang timbul akibat penggunaan lensa kontak.
Sebanyak 54 responden (94,7%) yang memiliki pengetahuan baik bahwa
infeksi mata merupakan komplikasi yang sering timbul akibat penggunaan lensa
kontak. Seperti yang dikemukan oleh Seal (1999) dalam Moriyama (2008) dan
Dart (1999) bahwa komplikasi yang sering timbul akibat penggunaan lensa kontak
adalah infeksi mata dan mikroorganisme yang sering menyebabkan terjadinya
komplikasi tersebut adalah bakteri (Moriyama, 2008), dimana 31 responden
(54,4%) berpengetahuan baik tentang penyebab mikroorganisme tersebut. Dan
juga menurut Dart (1999) bahwa penyebab terjadinya infeksi mata dikarenakan
hipoksia yaitu berkurangnya aliran oksigenasi ke mata, sebanyak 25 responden
(43,9%) yang memiliki pengetahuan baik tentang gangguan oksigenasi pada mata
sebagai penyebab komplikasi tersebut. Pengetahuan responden untuk penyebab
mikrooragnisme dan penyebab terjadinya infeksi mata yang paling sering timbul
akibat penggunaan lensa kontak masih minim.
Berdasarkan American Optometric Association bahwa jika ingin
melakukan perawatan mata sedang/setelah menggunakan lensa kontak atau
mengalami efek samping/komplikasi akibat dari penggunaan lensa kontak, maka
sebaiknya pengguna lensa kontak memeriksakannya ke dokter mata, dimana
semua responden (100%) memiliki pengetahuan yang baik bahwa perawatan mata
sebaiknya dilakukan/diperiksakan ke dokter mata.
Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 21 responden (36,9%) yang
berpengetahuan baik, 36 responden (63,1%) yang berpengetahuan sedang, dan
tidak ada responden (0%) yang berpengetahuan kurang. Tetapi, pada kuesioner 5,
6, 8, 9 terdeskripsi bahwa pengetahuan responden masih dibawah rata-rata.
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya
adalah pendidikan. Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan informasi
sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pula informasi
yang didapatkan. Pada penelitian ini, pendidikan responden berdasarkan tingkat
stambuk, dan didapati tingkat pengetahuan responden berdasarkan tingkat
63,2% dan berpengetahuan sedang sebesar 36,8% dari 19 responden, responden
stambuk 2008 yang memiliki pengetahuan baik sebesar 66,7% dan
berpengetahuan sedang 33,3% dari 18 responden, dan responden stambuk 2009
yang memiliki pengetahuan baik sebersar 60% dan pengetahuan sedang 40% dari
20 responden, sedangkan berpengetahuan kategori kurang dari setiap stambuk
0%. Dari hasil penelitian sebelumnya, dikatakan tingkat pengetahuan Mahasiswa
FK USU stambuk 2006, 2007, dan 2008 yang memiliki pengetahuan baik sebesar
41%, berpengetahuan sedang sebesar 50%, dan yang berpengetahuan kurang
sebesar 8% dari 100 responden yang diteliti (Jaafar, 2009). Disini terlihat tingkat
pengetahuan Mahasiswa FK USU baik yang menggunakan lensa kontak maupun
yang tidak menggunakan lensa kontak memiliki pengetahuan sedang.
Dan responden dari penelitian ini, stambuk 2007 ada 19 responden
(33,3%) telah mendapatkan topik kuliah tentang lensa kontak, dan stambuk 2008
18 responden (31,6%) sedang dalam proses pemberian topik kuliah tersebut,
sedangkan stambuk 2009 20 responden (35,1%) belum mendapatkan topik kuliah
tersebut. Meskipun sebagian responden telah mnedapatkan kuliah tentang lensa
kontak, tetapi masih banyak responden belum mengenali efek samping, penyebab
tersering infeksi mata, dan penyebab mikroorganisme utama akibat penggunaan
BAB 6
KESIMPULAN dan SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, didapati bahwa responden stambuk 2007 memiliki
pengetahuan baik sebesar 63,2% dan berpengetahuan sedang sebesar 36,8% dari
19 responden, responden stambuk 2008 yang memiliki pengetahuan baik sebesar
66,7% dan berpengetahuan sedang 33,3% dari 18 responden, dan responden
stambuk 2009 yang memiliki pengetahuan baik sebersar 60% dan pengetahuan
sedang 40% dari 20 responden, sedangkan berpengetahuan kategori kurang dari
setiap stambuk 0%.
Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 21 responden (36,9%) yang
berpengetahuan baik, 36 responden (63,1%) yang berpengetahuan sedang, dan
tidak ada responden (0%) yang berpengetahuan kurang.
Dari hasil data tersebut, terdeskripsi bahwa mayoritas tingkat pengetahuan
Mahasiswa FK USU pengguna lensa kontak terhadap dampak negatif
penggunaannya pada stambuk 2007, 2008, dan 2009 berada pada kategori sedang.
6.2. Saran
Masukan kepada Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara agar menambahkan topik kuliah tentang lensa kontak secara
keseluruhan terutama efek samping, komplikasi, penyebab tersering infeksi mata,
dan penyebab mikroorganisme utama akibat penggunaan lensa kontak, serta
perawatan pemakaian lensa kontak yang benar agar mahasiswa benar-benar
memahami dan mengenali gejala klinis dan simptom akibat penggunaan lensa
kontak dan mahasiswa dapat memberikan pengetahuan tersebut ke masyarakat
luas khususnya pengguna lensa kontak.
Masukan untuk penelitian berikutnya agar membuat penelitian tentang
sikap dan tindakan pengguna lensa kontak dalam mencegah dan menanggulangi
Masukan untuk responden agar mencari informasi yang lengkap tentang
dampak negatif akibat penggunaan lensa kontak terutama efek samping,
komplikasi, penyebab tersering infeksi mata, dan penyebab mikroorganisme
utama akibat penggunaan lensa kontak, serta perawatan pemakaian lensa kontak
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
American Optometric Association, 2006. Advantages and Disadvantages of Types
of Contact Lenses. America: American Optometric Association. Available
from: www.aoa.org%2Fx5234.xml. [Accessed 28 March 2010]
American Optometric Association, 2006. Recommendations for Contact Lens
Wearers. America: American Optometric Association. Available from:
Anderson, D.M., 2007. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 31st ed.
Philadelphia: Saunders.
Barr, J.T., 2005. Contact Lens Sprectrum’s Annual Repots of Major Corporate &
Product Device & Events in Contact Lenses Industry 2004 and 2005.
Available from:
[Accessed 28 March 2010]
Cheng, K.H., et al, 1999. Incidence of Contact-Lens-Associated Microbial
Keratitis and Its Related Morbidity. The Lancet. London: Jul 17, 1999. Vol.
354, Iss. 9174; pg. 181, 5 pgs.
Chrismer, M., 2010. Love Your Eye, Use Contact Lens to Protect Them. Available
from:
Dart, J.K.G., 1993. Disease and Risks Associated with Contact Lenses. Br J
Ophthalmol 1993;77: 49-53.
Jaafar, A.B., 2009. Awareness On Contact Lens Sides Effects among Contact Lens
Users In The Medical Faculty of Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kharuna, A.K., 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Dehli: New
Age International (P) Limited.
Lang, G.K., 2000. Ophthalmology. New York: Stuttgart, 454-455.
Lange, 2007. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed.
McGraw-Hill Companies, Chapter 6.
Mezu-Nnabue, K., 2009. Contact Lens Complications & Management. Available
from:
Moriyama, A.S., dan Hofling-Lima, A.L., 2008. Contact Lens-Associated
Microbial Keratitis, Federal De Sao Paulo University. Available from:
2010]
Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
__________, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pratomo, Hadi, dan Sudarti, 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Depdikbud, 24-27.
Seal, D.V., Kirkness, C.M., Bennett, H.G., dan Peterson, M., 1999. Incidence and
Features. Dalam: Moriyama, A.S., dan Hofling-Lima, A.L., 2008. Contact
Lens-Associated Microbial Keratitis, Federal De Sao Paulo University.
Available from:
2010]
Somanathan, S., 2009. Prevalence of Contact Lenses User and Associated
Complication In Relation to Misuse among Medical Students of Batch 2006
till 2008, Medical Faculty of North Sumatera University.
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.
Ventocilla, M., 2010. Contact Lens Complications, Michigan Collage of
Optometry. Available from:
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Finera Winda Sundary Tobing
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 13 Oktober 1987
Agama : Islam
Alamat : Jl. Rajawali No. 42 Sei Kambing B Medan
Riwayat Pendidikan : 1. TK : Sibolga
2. SD : SD Negeri 11 Kisaran
3. SLTP : SLTP Negeri 1 Kisaran
4. SMU : SMU Swasta Galih Agung Medan
Riwayat Pelatihan : 1. Penyambutan Mahasiswa Baru FK USU 2007
2. Workshop Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO) dan
Traumatologi 2008
3. Workshop Hipnoterapi dan Sugesti 2009
4. Symposium and Workshop Emergency 2010
Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi LITBANG PHBI FK USU 2008
2. Sekretaris Divisi Kenaziran PHBI FK USU 2008-2009
3. Anggota Divisi Dana KAM Rabbani FK 2008-2009
4. Sekretaris Umum KAM Rabbani FK USU 2009-2010 Pas Foto
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNA LENSA KONTAK TERHADAP DAMPAK NEGATIF PENGGUNAANNYA PADA MAHASISWA FK USU
ANGKATAN 2007-2009
Jawablah Pertanyaan dibawah dengan melingkari salah satu jawaban dengan
benar!
1. Menurut anda, apakah fungsi dasar penggunaan lensa kontak?
a. Mengoreksi penglihatan untuk memperindah penampilan
b. Menambah keindahan warna mata
c. Tidak tahu
2. Menurut anda, apakah orang yang mengalami gangguan/retardasi mental
diperbolehkan menggunakan lensa kontak?
a. Ya, boleh c. Tidak tahu
b. Tidak boleh
3. Menurut anda, apakah yang perlu dilakukan sebelum menggunakan dan
melepaskan lensa kontak?
a. Mencuci tangan c. Mencuci mata
b. Mencuci wajah d. Tidak tahu
4. Menurut anda, aktivitas apakah yang sebaiknya melepaskan lensa kontak?
a. Olahraga c. Mandi/berenang
b. Jalan-jalan d. Tidak tahu
5. Dibawah ini, yang tidak termasuk perawatan lensa kontak yang benar adalah?
a. Merendam lensa kontak dengan alkohol
b. Membersihkan lensa kontak dengan jari-jari tangan dengan rutin
c. Membilas lensa kontak dengan air bersih
6. Berikut ini, yang tidak termasuk efek samping pemakaian lensa kontak
adalah?
a. Mata merah, berair, gatal, dan fotofobia (silau melihat cahaya)
b. Panas, nyeri, dan pandangan kabur
c. Berkabut, seperti ada awan pada lensa mata
d. Pergerakan bola mata yang berlebihan
7. Menurut anda, apakah penyakit/komplikasi yang sering timbul akibat
penggunaan lensa kontak?
a. Infeksi mata b. Katarak c. Tidak tahu
8. Menurut anda, apakah penyebab komplikasi tersebut?
a. Gangguan oksigenasi pada mata c. Lensa kontak terkena hujan
b. Lensa kontak terkena debu d. Tidak tahu
9. Menurut anda, mikroorganisme apakah yang paling sering menimbulkan
komplikasi pada penggunaan lensa kontak?
a. Virus b. Bakteri c. Jamur
d. Acanthamoeba/Parasit e. Tidak tahu
10.Menurut anda, jika anda ingin melakukan perawatan mata sedang/setelah
menggunakan lensa kontak atau anda mengalami efek samping/komplikasi
akibat penggunaan lensa kontak, kemanakah sebaiknya anda pergi?
Lampiran 3
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Finera Winda S T
Nim : 070100134
Lembar persetujuan responden ini bertujuan untuk melakukan penelitian
mengenai Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak Terhadap Dampak
Negatif Penggunaannya Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan
2007-2009. Peneliti memerlukan Saudara/i sebagai subjek dalam penelitian ini,
dimana Saudara/i berperan sebagai responden. Responden diminta untuk mengisi
kuesioner sesuai petunjuk yang diberikan. Nama responden tidak dicantumkan
pada hasil penelitian dan jawaban yang responden berikan hanya digunakan untuk
kep