KARYA AKHIR
PENGUJIAN SISTEM DISTILASI AIR LAUT
TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR
PLAT DATAR DENGANTIPE KACA PENUTUP
MIRING
Disusun Oleh : MUANNIS NIM : 035202048
KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN
UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI PROGRAM DIPLOMA IV
FAKULTAS TEKNIK
Diketahui :
Ketua Program Studi Teknologi Mekanik Industri Program Diploma-IV FT,USU
Dr.Ing.Ir Ikhwansyah Isranuri NIP 132018668
KARTU BIMBINGAN
KARYA AKHIR
NO : /JO5.1.12/D-IV/AK/2009
Sub. Program studi : Konversi Energi
Bidang Tugas : Konversi Energi
Judul Tugas : Pengujian Sistem Distilasi Air Laut Tenaga Surya
Menggunakan Kolektor Plat Datar Dengan Tipe Kaca Penutup Miring
Diberikan Tanggal : Selesai Tanggal :
Dosen Pembimbing :Ir. Mulfi Hazwi,M.Sc Nama Mhs : Muannis
NIM : 035202048
No Tanggal KEGIATAN ASISTENSI BIMBINGAN Tanda Tangan
Dosen Pembibing
1 03-03-09 Acc Proposal Karya akhir
2 13-03-09 Pengajuan judul
3 21-03-09 Pendahuluan dan BAB I
4 25-03-09 Perbaikan BAB I dan teruskan BAB II
5 01-04-09 BAB II dan Lanjutkan BAB III
6 14-04-09 Perbaikan BAB III dan Lanjutkan BAB IV
7 27-04-09 Lampirkan ukuran tipe box di BAB III
8 04-05-09 Perbaikan kurva BAB IV
9 14-05-09 Mencari jumlah panas dan BAB V
10 16-06-09 Lengkapi daftar pustaka dan lampiran
11 12-08-09 ACC karya akhir
Catatan :
Kartu ini harus diperlihatkan kepada dosen pembimbing Setiap asistensi
Kartu ini harus dijaga bersih dan rapi
Kartu ini harus dikembalikan kejurusan,bila kegiatan Asistensi telah selesai
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI PROGRAM DIPLOMA – IV
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI PROGRAM DIPLOMA – IV ( D-IV)
FAKULTAS TEKNIK USU
AGENDA : /KA/2009 DITERIMA TGL : / /2009
PARAF :
KARYA AKHIR
NAMA : Muannis
NIM : 035202048
MATA PELAJARAN : Konversi Energi
SPESIPIKASI : Pengujian Sistem Distilasi Air Laut Tenaga Surya
Menggunakan Kolektor Plat Datar Dengan Tipe Kaca
Penutup Miring.
• Data hasil pengujian pada alat distalasi air laut tenaga
surya
• Produktivitas air bersih pada distalasi air laut
• Jumlah panas maksimum
• Grafik hasil pengujian dan analisis
DIBERIKAN TANGGAL : 2009 SELESAI TANGGAL : 2009
MEDAN, 2009 KETUA PROGRAM STUDI, DOSEN PEMBIMBING,
Dr.Ing.Ir Ikhwansyah Isranuri Ir. Mulfi Hazwi,MSc
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Akhir saya yang berjudul
“PENGUJIAN SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING”.
Karya akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan program studi Teknologi Mekanik Industri (D-IV) di Departemen
Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan karya akhir ini, saya ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Mulfi Hazwi, MSc, selaku Dosen Pembimbing, yang selalu
memberi sumbangan pikiran, nasehat, saran dan ide-ide inovatif, serta
meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan.
2. Bapak Dr.Ing.Ir Ikhwansyah Isranuri, selaku ketua Departemen Teknik
Mesin Universitas Sumatera Utara yang telah memimpin Departemen ini
dengan sangat baik dan membawa Departemen ini berkembang lebih
maju.
3. Seluruh Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera
Utara.
4. Pegawai Departemen Teknik Mesin, Kak Is, Kak Sonta, Bang Syahwal,
5. Kedua orang tua dan keluarga saya, yang saya cintai yang telah banyak
memberikan perhatian, nasehat, doa dan dukungan moril maupun materil.
6. Rekan satu team mamek.
7. Teman-teman stambuk ’03 yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu.
8. 100 % poenya Q Love Banget...!!!!!
Akhir kata, syukur pada Tuhan Yang Maha Esa dan semoga Karya Akhir
ini bermanfaat bagi dunia dan kita semua.
Medan, Agustus 2009
Penulis,
MUANNIS
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR NOTASI... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2
1.3 Sistematika Penulisan ... 3
1.4 Batasan masalah ... 4
1.5 Metode Pengujian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Energi ... 5
2.1.1 Sumber Energi Yang Tidak Dapat Diperbaharui ... 5
2.1.2 Sumber Energi Yang Dapat Diperbaharui ... 6
2.2 Energi Surya ... 9
2.2.1 Energi Surya Sumber Berbagai Sumber Energi .... 9
2.2.2 Potensi Energi Surya ... 11
2.2.3 Geometri Surya ... 11
2.3 Kolektor Datar ... 15
2.4 Distalasi Surya Tipe Basin ... 19
2.6 Aplikasi Energi Surya Untuk Pengeringan Produk Pertanian 24
BAB III PROSEDUR PENGUJIAN
3.1 Waktu dan tempat pengujian ... 25
3.2 Alat dan Bahan ... 25
3.3 Prosedur pengujian ... 27
3.4 Bagian-bagian distalasi tenaga surya ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data hasil pengujian distalasi air laut dan Perhitungan Intensitas Surya... 32
4.2 Analisa Kalor yang Berguna ... 44
4.3 Perhitungan Effesiensi Kolektor ... 50
4.4 Perhitungan Effesiensi Destilasi ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 52
5.2 Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Ganbar 2.1 Panel surya (photovoltaic arrays) di atas yacht kecil di laut
dapat mengisi baterai 12 V sampai 9 amperes dalam
cahaya matahari penuh dan langsung. ... 7
Gambar 2.2 Bagian Internal Matahari ... 9
Gambar 2.3 Surya sebagai Sumber Berbagai Sumber Energi ... 10
Gambar 2.4. Oven energi surya dengan kolektor plat penyerap... 17
Gambar 2.5 Distalasi surya tipe satu kaca miring ... 20
Gambar 2.6 Diagram aliran energi ... 22
Gambar 2.7 Pengering ERK tipe bak ... 24
Gambar 3.1 Termometer ... 25
Gambar 3.2 Gelas ukur ... 26
Gambar 3.3 . Alat destilasi surya ... 27
Gambar 3.4 . Proses destilasi air laut ... 28
Gambar 3.5 . Gabus (foam) ... 29
Gambar 3.6 . Rangka destilasi ... 29
Gambar 3.7 Potongan papan tripleks ... 30
Gambar 3.8 Plat kolektor ……….... .. 30
Gambar 3.9 Kaca transparan ………... 30
Gambar 4.1 Laju Intensitas surya tiap jamnya (Percobaan I) ... 35
Gambar 4.2 Laju Intensitas surya terhadap temperature air (Percobaan I) ... 35
Gambar 4.4 Laju Intensitas surya terhadap temperature air (Percobaan
II) ... 39
Gambar 4.5 Laju intensitas surya tiap jamnya (Percobaan III) ... 42
Gambar 4.6 Laju intensitas surya terhadap temperatur air (Percobaan
III) ... 42
Gambar 4.7 Perbandingan laju intensitas surya tiap jamnya dari ketiga
percobaan ………... 43
Gambar 4.8 Perbandingan laju intensitas surya terhadap temperatur air
dari ketiga percobaan ………. 44
Gambar 4.9 Persentase kalor yang berguna tiap jamnya(percobaan I) ... 46
Gambar 4.10 Persentase kalor yang berguna tiap jamnya (percobaan
II) ……… 48
Gambar 4.11 Persentase kalor yang berguna tiap jamnya (percobaan
III) ……….. 49
Gambar 4.12 Persentase kalor yang berguna tiap jamnya dari tiap
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Nilai konstanta A,B dan C. ... 14
Tabel 4.1 Pengujian pertama distalasi air laut ... 32
Tabel 4.2 Nilai intensitas surya pada percobaan pertama ... 34
Tabel 4.3 Pengujian kedua distalasi air laut ... 36
Tabel 4.4 Nilai intensitas surya pada percobaan kedua ... 37
Tabel 4.5 Nilai Energi yang berguna persatuan luas pada percobaan pertama ... 39
Tabel 4.6 Nilai Energi yang berguna persatuan luas pada percobaan kedua ... 41
Tabel 4.7 Nilai energi yang berguna persatuan luas pada percobaan pertama ………... 45
Tabel 4.8 Nilai energi yang berguna persatuan luas pada percobaan ke dua ……….. 47
DAFTAR NOTASI
Lambang Keterangan Satuan
ω Sudut Jam º
ts Waktu Surya Jam
δ Deklinasi Surya º
Z
Cosθ Sudut zenit º
IDN radiasi langsung W/m2
A, B Tetapan Radiasi
H ketinggian suatu tempat di atas permukaan laut Meter
P/Po nisbah tekanan di suatu tempat terhadap
tekanan atmosfer baku
HGlo Iradiasi Global W/m2
α sudut ketinggian surya Altitude
C presentase sinar baur %
QA Panas yang diserap kolektor Watt
QL Kerugian panas ke lingkungan Watt
τ Tetapan Boltzman W/m2.K4
α Nilai absortivitas bahan
I Intensitas surya W/m2
Ac Luas permukaan kolektor m2
UL Koefesien pindahan panas keseluruhan pada kolektor
ke lingkungan
W/m2.ºC
(TC – TA) beda antara suhu absorber kolektor dengan suhu
lingkungan
ºC
η Effesiensi Kolektor %
h Koefisien konveksi W/m2 .K
Tw Temperatur dinding K
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luas wilayah Indonesia merupakan lautan, yaitu sekitar 3.288.683 km2.
Sehingga Indonesia juga mendapat julukan negara maritim. Melihat Indonesia
yang terletak di tengah kepungan air laut, kekurangan air bersih banyak menimpa
masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Air merupakan salah satu kebutuhan
pokok manusia untuk hidup. Peralatan yang diteliti adalah distilasi surya tipe
basin yang mempunyai konstruksi sederhana, mudah dioperasikan dan hemat
energi karena energi yang digunakan adalah radiasi matahari. Peralatan ini sangat
cocok digunakan pada daerah pesisir, yang air laut dan surya banyak. Kaca
penutup kolektor surya plat datar merupakan komponen terpenting dari distilasi
surya, yang berfungsi untuk mengurangi kehilangan panas dari plat penyerap ke
lingkungan dan tempat kondensasi. Kaca tebal 4 mm dipilih sebagai penutup
karena kaca dapat menyekat sinaran yang melebihi 3 μm dan tahan lama. Secara
umum kaca mempunyai indeks bias 1,5 dan dapat meneruskan radiasi yang datang
1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pengujian sistem distilasi air laut tenaga surya
menggunakan kolektor plat datar dengan tipe kaca penutup miring adalah :
1. Melakukan pengujian pada alat distilasi air laut tenaga surya menggunakan
kolektor plat datar dengan tipe kaca penutup miring.
2. Mengetahui produktivitas air bersih pada alat uji distilasi surya.
Manfaat dari pengujian sistem distilasi air laut tenaga surya menggunakan
kolektor plat datar dengan tipe kaca penutup miring adalah:
1. Mendapatkan jumlah air bersih dengan memamfaatkan energi surya
2. Dengan Menggunakan alat destilasi air laut tenaga surya masyarakat
mendapatkan sumber energi yang murah sehingga dapat menghemat ongkos
pengeluaran (belanja).
3. Orientasi ke depan yaitu untuk pengembangan industri kecil khususnya
indutsri sebagai pengembangan dari produk atau dengan kata lain disertifikasi
1.3 Sistematika Penulisan
Adapun sistematis penulisan karya akhir ini adalah sebagai berikut:
I. Pendahuluan. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakar dari
alat destilasi air laut tenaga surya. Tujuan dan Manfaat Pengujian, Sistematis
Penulisan, Batasan Masalah dan Metode Pengujian.
II. Tinjauan Pustaka. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori
dasar yang berhubungan dengan judul karya akhir mengenai destilasi air laut
tenaga surya.
III. Prosedur Pengujian. Bab ini memberikan informasi mengenai tempat
dan waktu pelaksanaan pengujian, bahan dan peralatan yang dipakai sera tahapan
dan prosedur pengujian
IV. Hasil dan Pembahasan. Bab ini membahas tentang hasil data yang
diperoleh dari setiap pengujian melalui pembahasan perhitungan dan
penganalisaan dengan memaparkan kedalam bentuk tabel dan grafik.
V. Kesimpulan. Pada bab ini akan memaparkan kesimpulan dari analisa
hasil pengujian.
Daftar Pustaka. Referensi yang mendukung karya akhir ini akan secara
lengkap disajikan untuk kemudahan dalam mencari data maupun bahan kajian
berikutnya.
Lampiran. Segala data hasil survey, data pendukung rancangan serta
beberapa lampiran yang digunakan dalam penulisan Karya Akhir ini dilampirkan
1.4 Batasan masalah
Dalam penulisan karya akhir, pembahasan dibatasi hanya pada hasil-hasil
pengujian. Apakah sistem destilasi tenaga surya dapat memanfaatkan energi surya
menjadi sumber energi sehingga dapat memproduksi air bersih ? dan seberapa
banyak produktivitas air bersih tersebut ?
1.5 Metode Pengujian
Metode yang dilakukan dalam pengujian adalah alat diuji dibawah sinar
matahari, dan mencatat waktu yang diperlukan selama proses tersebut serta
mencatat temperatur air setiap selang waktu 30 menit. Alat yang diuji adalah alat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Energi
Pada dasarnya sumber energi di dunia banyak dan tersebar dimana-mana.
Tetapi hanya sebagian saja yang banyak dimanfaatkan oleh manusia yaitu energi
dari minyak bumi, bahan fosil dan gas alam, sedangkan sumber energi lain seperti
sampah dedaunan, kayu, angin, air, matahari, dan gelombang pasang sedikit sekali
dimanfaatkan.
2.1.1 Sumber Energi Yang Tidak Dapat Diperbaharui
Sumber energi ini banyak digunakan disegala sektor sekarang ini. Sumber
energi ini yaitu yang berasal dari minyak bumi, bahan fosil, dan gas alam. Semua
sumber ini memerlukan proses yang panjang untuk mendapatkannya dan
kemudian dapat dimanfaatkan, sebagai contoh minyak bumi membutuhkan proses
berjuta-juta tahun. Sebaliknya, pengekplotasianya dilakukan terus-menerus dan
bisa dibayangkan pasti persediaannya akan menipis dan mungkin akan habis. Hal
inilah mengakibat harga minyak bumi dunia melonjak dengan tajam sampai
mendekati 100 dolar AS per barel. Oleh karena itu sekarang ini para ahli berlomba
untuk mencari alternatif sumber energi yang salah satunya yaitu dengan
2.1.2 Sumber Energi Yang Dapat Diperbaharui
Sumber energi ini belumlah banyak dimanfaatkan oleh banyak orang.
Sumber energi ini dapat berasal dari alam sekitar yaitu angin, air, biogas, biomass
dan yang tak kalah pentingnya yaitu sumber energi utama di dunia ini yaitu
matahari. Hal ini disebabkan energi matahari merupakan energi yang murah dan
ramah lingkungan. Energi matahari ini merupakan energi pancaran dan radiasi
yang dapat digunakan untuk memasak.
Energi geothermal berasal dari
membuat Bumi panas dari dalam, dan dari matahari, yang membuat panas
permukaan bumi. Dia dapat digunakan dengan tiga cara:
1. Listrik geothermal
2. pemanasan geothermal, melalui pipa ke dalam Bumi
3. pemanasan geothermal, melalui sebuah
Energi surya yang dimaksud di sini adalah energi yang dikumpulkan langsung
dari cahaya matahari. Tenaga surya dapat digunakan untuk:
1. menghasilkan listrik menggunakan
2. menghasilkan listrik menggunakan pembangkit tenaga panas surya
3. menghasilkan listrik menggunaka
4. memanaskan gedung, secara langsung
5. memanaskan gedung, melalui
Ganbar 2.1 Panel surya (photovoltaic arrays) di atas yacht kecil di laut dapat
mengisi baterai 12 V sampai 9 amperes dalam cahaya matahari penuh dan
langsung.(Lieraturt 3)
Karena matahari memanaskan permukaan bumi secara tidak merata, maka
terbentuklah angin. Energi kinetik dari angin dapat digunakan untuk menjalankan
adalah fungsi kubus dari kecepatan angin, maka turbin tersebut paling tidak
membutuhkan angin dalam kisaran 5,5 m/d (20 km/j), dan dalam praktek sangat
sedikit wilayah yang memiliki angin yang bertiup terus menerus. Namun begitu di
daerah pesisir atau daerah di ketinggian, tersedia angin yang cukup konstan.
Pada
bagian dunia, dengan perusahaan "utility" memiliki kapasitas total lebih dari
47.317MW. Kapasitas merupakan output maksimum yang memungkinkan dan
tidak menghitung "load factor".
Lahan angin baru dan taman angin lepas pantai telah direncanakan dan
dengan cepat di
listrik utama. Kebanyakan turbin yang digunakan menghasilkan listrik sekitar
25% dari waktu (load factor 25%), tetapi beberapa mencapai 35%. Load factor
biasanya lebih tinggi pada musim dingin. Ini berarti bahwa turbin 5MW dapat
memiliki output rata-rata 1,7MW dalam kasus terbaik.
Energi air dapat digunakan dalam bentuk gerak atau perbedaan suhu.
Karena air ribuan kali lebih berat dari udara, maka aliran air yang pelan pun dapat
menghasilkan sejumlah energi yang besar.
Tumbuhan biasanya menggunakan
surya, air, da. Bahan bakar bio adalah bahan bakar yang diperoleh dari
biomass - organisme atau produk dari metabolisme mereka, seperti tai dari sapi.
Dia merupakan energi terbaharui.
Biasanya bahan bakar bio dibakar untuk melepas energi kimia yang
tersimpan di dalamnya. Riset untuk mengubah bahan bakar bio menjadi listrik
menggunakan sel bahan bakar adalah bidang penelitian yang sangat aktif.
Biomass dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar atau untuk
memproduksi bahan bakar bio cair. Biomass yang diproduksi dengan teknik
pertanian, seperti
sampingan dari pengkultivasian
Sebuah hambatan adalah seluruh biomass harus melalui beberapa proses berikut:
harus dikembangkan, dikumpulkan, dikeringkan, difermentasi dan dibakar.
Seluruh langkah ini membutuhkan banyak sumber daya dan infrastruktur.
2.2 Energi Surya
Matahari adalah pabrik tenaga nuklir yang dengan memakai proses fusi
mengubah sejumlah empat ton massa hidrogen yang banyak terdapat di jagad raya
menjadi helium tiap detiknya dan menghasilkan energi dengan laju 1020
kW-Jam/detik. Berbeda dengan proses fusi nuklir yang berbahaya, proses yang terjadi
merupakan yang paling bersih dan gratis, selain itu energi ini tidak memerlukan
sarana angkutan atau transmisi jarak jauh, tidak berisik serta memiliki potensi
yang besar di berbagai lokasi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Gambar 2.2 Bagian Internal Matahari (Literatur 3)
2.2.1 Energi Surya Sumber Berbagai Sumber Energi
Energi surya memegang peranan paling penting dari berbagai sumber
energi lain yang dimanfaatkan oleh manusia. Energi surya merupakan sumber
yang lain dan sumber energi lain akan tercipta selama ada matahari. Sebagian
besar radiasi surya yang masuk ke atmosfer akan diserap oleh mahluk hidup yang
memiliki klorofil kemudian menggunakannya untuk membentuk biomassa yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baik secara langsung maupun melalui
pembentukan bahan bakar fosil. Selain itu, radiasi surya yang jatuh pada
permukaan air akan memanaskan dan menguapkan air tersebut sehingga daur
hidrologi terbentuk. Pada topografi permukaan bumi yang berbeda, daur
hidrologi yang ada dipermukaan ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Ketidakseragaman radiasi surya di permukaan bumi juga membantu dalam
pembentukan pusat-pusat tekanan udara tinggi dan rendah yang mengakibatkan
terjadinya angin sebagai sumber energi. Mengingat kembali hukum
Termodinamika I, sumber-sumber energi ini pun dapat diubah menjadi bentuk
yang lain seperti listrik, kimia, elektromagnetik, panas, dan lain-lain.
2.2.2 Potensi Energi Surya
Potensi energi surya pada suatu wilayah sangat bergantung pada posisi
antara matahari dengan kedudukan wilayah tersebut dipermukaan bumi. Potensi
ini akan berubah tiap waktu, tergantung dari kondisi atmosfer, dan tempat (garis
lintang) serta waktu (hari dalam tahun dan jam dalam hari). Indonesia yang berada
dalam wilayah khatulistiwa mempunyai potensi energi surya yang cukup besar
sepanjang tahunnya.
Selain menjadi sumber energi bagi sumber energi lainnya, energi surya
sangat berpotensi untuk dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber energi
alternatif. Pemanfaatan energi surya ini dapat dilakukan secara termal maupun
melalui energi listrik. Pemanfaatan secara termal dapat dilakukan secara langsung
dengan membiarkan objek pada radiasi matahari, atau menggunakan peralatan
yang mencakup kolektor dan konsentrator surya.
2.2.3 Geometri Surya
Sehubungan dengan bentuk bumi, posisi sumbu rotasi bumi, rotasi dan
revolusi bumi mengelilingi matahari maka penerimaan radiasi matahari di suatu
wilayah akan bergantung pada waktu (jam pada hari dan hari pada tahun) serta
bujur dan lintang wilayah tersebut. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat
dijelaskan melalui Solar Geometry (Geometri Surya).
Radiasi surya diterima di permukaan bumi dalam dua cara, yaitu secara
langsung (radiasi langsung) dan melalui pantulan dari awan atau massa udara
(radiasi baur). Geometri surya ini lebih mempengaruhi nilai radiasi langsung
Bentuk bumi yang mendekati bola membuat radiasi matahari akan jatuh
pada intensitas yang berbeda di berbagai wilayah di permukaan bumi. Koordinat
pada bumi dinyatakan dengan bujur (B) dan lintang (L). Pada suatu wilayah bujur
mempengaruhi penerimaan radiasi pada satu hari sedangkan lintang
mempengaruhi penerimaan radiasi rata-rata dalam satu tahun.
Sudut jam merupakan sudut antara normal permukaan bumi dan sinar
matahari yang diproyeksikan berdasarkan pandangan dari kutub selatan Sudut ini
berubah sepanjang hari akibat adanya rotasi bumi. Perhitungan sudut ini juga
ditentukan oleh bujur dimana pengukuran radiasi dilakukan. Sudut jam dihitung
menggunakan
(Literatur 5)
dimana ts merupakan waktu surya yang dihitung berdasarkan:
60
(Literatur 5)
oleh karena itu sudut jam bernilai negatip sebelum jam 12 dan positip setelah jam
12 (waktu surya).
Akibat adanya tumbukan meteor pada berjuta tahun yang lalu, sumbu
putar bumi membentuk sudut (inklinasi) kira-kira 23.45o terhadap sumbu yang
tegak lurus bidang edarnya. Selama revolusi bumi dalam waktu 365.25 hari,
radiasi matahari yang jatuh ke suatu wilayah di permukaan bumi akan berbeda.
Pada tanggal 21 Juni, 23 Desember, 21 September dan 21 Maret sudut yang
dibentuk antara bidang ekuator berada pada nilai-nilai yang ekstrim.
Karena posisi sumbu rotasi bumi ini tetap maka saat bumi berevolusi sudut
berubah sepanjang tahun. Sudut ini disebut sebagai deklinasi surya. Hubungan
antara deklinasi surya terhadap hari selama satu tahun dinyatakan sebagai:
( )
(Literatur 5)
Karena permukaan bumi merupakan permukaan yang melengkung, maka
akan lebih mudah untuk menganalisis sudut datang matahari pada sistem
koordinat horizontal. Dengan menggunakan sistem koordinat horizontal, radiasi
matahari terhadap permukaan (bidang) datar
Azimuth surya merupakan sudut antara proyeksi sinar matahari di bidang
horzontal dari arah selatan. Altitude (tinggi) matahari merupakan sudut yang
dibentuk antara sinar matahari dengan proyeksinya pada bidang horizontal.
Sedangkan sudut zenit (sudut datang) merupakan komplemen dari sudut tinggi
surya yaitu diukur dari zenit. Sudut zenit ini ditentukan berdasarkan persamaan:
δ
(Literatur 5)
Pada waktu sinar melintasi atmosfer, sebagian energi terserap, besarnya
penurunan energi sepanjang garis lintang ini ditentukan oleh konstanta penurunan
energi (extinction coefficient) B.
(
H)
Besarnya nilai konstanta B sangat bergantung pada kejernihan atmosfer
sedangkan besarnya konstanta A dan B dapat dilihat pada tabel 2.1. Perhitungan
energi global pada keadaan cerah dengan memakai rumus di atas harus
ditambahkan sebesar 5-10% karena adanya radiasi baur.
Tabel 2.1. Nilai konstanta A,B dan C
Tanggal Hari
Ke-
Ф A
(W/m2)
B C Persamaan
Waktu (menit)
21 Januari
21 Februari
21 Maret
21 April
21 Mei
21 Juni
21 Juli
21 Agustus
21 September
21 Oktober
21 Nopember
21 desember
19.85
Pada suatu bidang datar, besarnya iradiasi global, H yang merupakan
penjumlahan antara radiasi langsung dan baur, dapat ditentukan dengan rumus
berikut:
DN DN
glo I CI
H = sinα+
(Literatur 5)
Suku pertama ruas kanan merupakan komponen radiasi langsung, sedangkan
suku kedua mengacu pada radiasi baur.
Dimana: α = sudut ketinggian surya (altitude)
C = presentase sinar baur
2.3 Kolektor Datar
Kolektor datar dan konsentrator merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan energi radiasi surya sedemikian sehingga energi termal yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan secara lebih praktis untuk berbagai proses.
Kolektor datar surya terdiri dari cover (penutup) transparan, absorber dan
insulator. Radiasi surya yang jatuh pada permukaan bahan transparan dalam
gelombang pendek akan diteruskan oleh bahan transparan untuk kemudian diserap
oleh absorber. Warna hitam pada absorber memiliki sifat absorpsi terhadap radiasi
yang lebih besar sehingga sebagian besar radias matahari akan diserap.
Penyerapan radiasi ini akan membuat suhu absorber menjadi tinggi. Radiasi
panas akan dipancarkan oleh absorber akan tetapi dalam bentuk gelombang
panjang. Kebanyakan bahan transparan akan memiliki sifat opak terhadap radiasi
gelombang panjang dan oleh karena itu sebagian radiasi gelombang panjang ini
dipantulkan kembali oleh bahan transparan menuju absorber. Sebagian radiasi
proses yang sama yaitu sebagian dipantulkan kembali ke absorber. Dengan
demikian, kehilangan panas akibat radiasi menjadi minimal dengan menggunakan
kolektor datar. Selain itu, penutup transparan juga berfungsi sebagai penahan
kehilangan panas yang dibawa oleh udara di atas absorber menuju lingkungan.
Panas dari absorber dimanfaatkan melalui penukar panas ke media
pembawa panas. Media pembawa panas yang umum digunakan dapat merupakan
udara atau air. Ketika menggunakan air sebagai media, absorber akan
mengkonduksikan panas menuju ke permukaan pipa-pipa bagian luar.
Selanjutnya berlangsung konduksi panas dari permukaan luar ke permukaan
dalam. Dengan proses konveksi, panas akan berpindah dari permukaan dalam ke
air yang mengalir di dalam pipa tersebut, sehingga suhu air akan meningkat. Air
dengan suhu yang tinggi kemudian dimanfaatkan pada di bagian lain di luar
kolektor datar. Proses yang mirip terjadi ketika udara digunakan sebagai media
pembawa panas, namun dalam hal ini pipa jarang digunakan. Udara di atas (atau
di bawah) absorber dipanaskan melalui proses konveksi akibat kontak langsung
dengan absorber. Udara dengan suhu tinggi ini kemudian dialirkan keluar
kolektor untuk dimanfaatkan pada proses-proses yang memerlukan udara panas.
Kinerja sebuah kolektor surya akan bergantung dari karakteristik
absorptivitas dari absorber, transmisivitas dari bahan transparan, overall heat
transfer coefficient (koefisien pindah panas keseluruhan) dari insulator, bahan
transparan serta absorber. Absorptivitas merupakan porsi cahaya yang diserap
oleh suatu objek; transmisivitas merupakan porsi cahaya yang diteruskan oleh
suatu objek; sedangkan koefisien pindah panas keseluruhan merupakan daya
η
τα
L
U
Gambar 2.4 keseimbangan termal kolektor datar
1. Keseimbangan termal
Keseimbangan termal dari kolektor dapat secara sederhana dinyatakan
sebagai panas yang dikumpulkan (untuk kemudian dimanfaatkan) adalah panas
yang diserap dikurangi panas yang hilang ke lingkungan atau dinyatakan sebagai:
L A Q
Q
Q= − (Literatur 9 , Hal :4)
Dimana : Q = Panas yang berguna
QA = Panas yang diserap kolektor
QL = Kerugian panas ke lingkungan
Panas yang dikumpulkan bergantung dari nilai absorptivitas dari absorber
dan transmisivitas dari penutup kolektor. Hasil kali kedua nilai tersebut disebut
sebagai efisiensi optik. Panas yang diserap tersebut dinyatakan sebagai:
c
A IA
Q =τα (Literatur 9 , Hal :4)
Dimana : τ = Tetapan Boltzman ( 5,669 × 10-8 [W/m2.K4] )
α = Nilai absortivitas bahan
I = Intensitas surya [W/m2]
Sedangkan panas yang hilang dari sistem kolektor berbanding lurus
dengan beda antara suhu absorber kolektor dengan suhu lingkungan, luas kolektor
dan koefisien pindah panas keseluruhan pada kolektor ke lingkungan. Jika luas
kolektor cukup tipis sehingga luas kolektor dan kehilangan panas melalui
insulator diabaikan maka panas yang hilang ini dapat dinyatakan sebagai:
)
Dimana : UL = Koefesien pindahan panas keseluruhan pada kolektor ke
lingkungan [W/m2.ºC]
(TC – TA) = beda antara suhu absorber kolektor dengan suhu
lingkungan [ºC]
Dengan demikian persamaan panas yang berguna dapat dinyatakan sebagai:
(
c A)
Untuk setiap satuan luas persamaan (q/A ) dapat dinyatakan sebagai:
) (
/A I UL TC TA
q =τα − − (Literatur 9 , Hal :4)
2. Efisiensi kolektor datar
Efisiensi kolektor menyatakan perbandingan antara panas yang dapat
dikumpulkan terhadap radiasi matahari.
(
)
(fc disebut sebagai titik pengoperasian atau fungsi
efisiensi) efisiensi tertinggi diperoleh ketika suhu absorber sama dengan suhu
efisiensi optiknya. Selain itu kurva juga menyatakan bahwa terdapat nilai radiasi
dimana efisiensi menjadi nol atau tidak ada panas yang dikumpulkan, yaitu pada:
(
)
(Literatur 5)
Tingkat radiasi ini disebut sebagai tingkat radiasi threshold. Pada
nilai-nilai radiasi dibawah It tersebut suhu kolektor tidak dapat bertahan pada Tc.
Dengan cara yang sama, pada tingkat radiasi tertentu maka terdapat nilai
Tc dimana panas tidak ada yang dikumpulkan (disebut sebagai suhu stagnasi)
yang besarnya adalah:
L
(Literatur 5)
Pada tingkat suhu kolektor Tcs, sehubungan dengan besarnya perbedaan
antara suhu dengan suhu lingkungan maka kehilangan panas yang terjadi sama
dengan tingkat radiasi yang diserap oleh kolektor.
2.4 Destilasi Surya Tipe Basin
Prinsip kerja distilasi surya tipe basin diperlihatkan pada Gambar 2.4
Radiasi surya menembus kaca penutup dan mengenai permukaan dari plat
penyerap, maka plat penyerap akan panas, dan energi panas dari plat penyerap
akan memanasi air laut yang ada didalam kolam (basin). Air akan menguap dan
berkumpul dibawah permukaan kaca penutup. Oleh karena temperatur udara di
dalam basin lebih tinggi dari pada temperatur lingkungan, maka terjadi kondensasi
yaitu uap berubah menjadi cair dan melekat pada kaca penutup bagian dalam.
kedalam kanal, terus mengalir ke tempat penampungan air bersih. Sedangkan
garam akan tinggal diatas plat penyerap karena adanya perbedaan massa jenis.
Gambar 2.5 Destilasi surya tipe satu kaca miring (Literatur 9,Hal :2)
1. Tinjauan Thermal Pada Sistem Destilator Surya
Dalam destilator surya akan terjadi perpindahan panas yang terdiri dari :
a. Konduksi
Panas mengalir secara konduksi dari daerah yang bertemperatur tinggi ke
daerah yang bertemperatur rendah. Laju perpindahan panas dinyatakan dengan
hukum Fourier berikut:
X T A k Q
∂∂ −
= . (Literatur 9,Hal :2)
Dimana : k = Konduktivitas Thermal [w/m.K]
A = Luas penampang tegak lurus terhadap arah aliran panas [m2]
b. Konveksi
Udara yang mengalir diatas suatu permukaan panas, misalnya dalam
saluran baja sebuah alat pemanas udara surya dipanasi secara konveksi. Apabila
aliran udara disebabkan oleh sebuah blower, kita menyebutnya sebagai konveksi
paksa dan apabila disebabkan oleh gradien massa jenis, maka disebut konveksi
alamiah. Pada umumnya, perpindahan panas konveksi dapat dinyatakan dengan
hukum pendinginan Newton sebagai berikut :
q = h . A . ( Tw-T ) (Literatur 9,Hal :3)
Dimana: h = Koefisien konveksi [W/m2 .K]
A = Luas permukaan [m2]
Tw = Temperatur dinding [K ]
T = Temperatur fluida [K ]
Umumnya koefisien konveksi (h) dinyatakan dengan parameter tanpa dimensi
yang disebut bilangan Nusselt (menurut nama dari Wilhelm Nusselt ), Nu = h .d/k,
dimana (k) adalah konduktivitas termal.
c. Radiasi
Berlainan dengan mekanisme konduksi dan konveksi dimana perpindahan
energi terjadi melalui perantara, kalor juga dapat berpindah melalui daerah –
daerah hampa. Mekanismenya disini adalah sinaran atau radiasi Elektromagnetik.
Penukaran panas netto secara radiasi antara dua badan ideal ( hitam ) adalah :
q = σ . A ( T14- T24) (Literatur 9,Hal :3)
Dimana : σ = konstanta Stefan – Boltzmann, 5, 67 x 10-8 (W/m2.K4)
2. Balans energi pada kolektor
Gambar 2.6 Diagram aliran energi
Keterangan :
Tw = Temperatur air ( oC )
Tg = temperatur permukaan kaca ( oC )
Tsv = Temperatur uap air ( oC )
IT = Intensitas matahari ( W/m2 )
qr,1 = Laju perpindahan panas radiasi dari air kolektor kepermukaan
dalamkaca
qc,1 = Laju perpindahan panas konveksi dari uap air kepermukaan dalam
kaca
qc,w = Laju perpindahan panas konveksi dari air
qk = Laju perpindahan panas konduksi dari kolektor kedinding luar
qr,o = Laju perpindahan panas radiasi yang hilang dari kaca
qc,o = Laju perpindahan panas konveksi dari kaca keudara
Kesetimbangan energi dari sistem adalah sebagai berikut :
qc, w + qr,1 + qc,1 + (α .IT .Ac) + (α . It ) = qk + qc,o+ qr,o
It Pembiasan Medium Kaca
Kaca
Garis Normal
2.5 Kontruksi Alat
Kontruksi alat merupakan rangkaian dari komponen-komponen tersendiri
yang disusun sedemikian sehingga menjadi satu kesatuan. Dan kesatuan yang
telah disusun itu dapat diterapkan sebagai sebuah bagian atau komponen lagi dari
suatu sistem yang lebih besar .
Komponen Utama yang Digunakan
a. Kaca Bening
Kaca kwarsa dibuat langsung dengan melebur kwarsa(pasir murni) di
dalam dapur listrik . Keunggulan kaca ini adalah ketahannya terhadap suhu tinggi.
Kaca kwarsa ini digunakan untuk menyerap panas yang diterima melalui kaca
bayang ke tempat penampungan.
b. Kayu Triplek
Kayu triplek berasal dari pohon tumbuhan dan termasuk ke dalam bahan
organik. Kayu triplek ini sangatlah cocok sebagai bahan pembuat rangka mesin,
karena ringan.
c. Isolasi
Berfungsi untuk menghindari kehilangan panas yang keluar dari kolektor,
isolasi diletakkan pada bagian bawah dan samping kolektor, dimana bahan isolasi
yang dipilih adalah Gabus (Foam),
d. Plat penyerap
Berfungsi sebagai pengumpul panas, material penyerap yang dipakai
2.6 Aplikasi Energi Surya Untuk Pengeringan Produk Pertanian
Energi surya dapat dimanfaatkan ke dalam dua bentuk yaitu pemanfaatan
secara termal dan pemanfaatan untuk listrik. Pada bidang pertanian pemanfaatan
energi surya termal biasa digunakan pada proses pengeringan bahan pertanian.
Pengeringan bisa dilakukan secara alami (penjemuran) maupun secara buatan.
Terdapat berbagai tipe pengering surya yang telah berkembang saat ini, salah
satunya adalah pengeringan yang menggunakan kolektor berbentuk bangunan
yang disebut dengan efek rumah kaca (ERK) yang telah dikembangkan di IPB
oleh Kamaruddin dan para kolega penelitinya sejak tahun 1993 sampai saat ini
secara berkesinambungan. Pada prinsipnya pengeringan efek rumah kaca yaitu
sinar matahari yang memiliki radiasi gelombang panjang masuk melalui dinding
transparan untuk kemudian diserap oleh absorber atau komponen lain di dalam
bangunan pengering sehingga suhu absorber dan komponen tersebut akan
meningkat. Radiasi yang dipancarkan oleh absorber/komponen dalam pengering
dalam bentuk gelombang panjang sehingg a sulit untuk menembus dinding
transparan. Dengan demikian, terjadi peningkatan suhu udara pengering dan
udara dihembuskan melalui produk yang akan dikeringkan. Udara yang telah
lembab kemudian dikeluarkan dari bangunan pengering. Beberapa contoh jenis
pengering ERK yang telah dikembangkan di IPB diberikan pada Gambar.
BAB III
PROSEDUR PENGUJIAN
Pegujian ini bertujuan untuk mencari alternatif tipe kaca penutup kolektor
plat datar yang dapat menghasilkan kondensat tinggi. Hal ini berhubungan dengan
aplikasi dari alat distilasi surya yaitu dapat menghasilkan air bersih dari air laut
bagi masyarakat yang tinggal dipinggir pantai.
3.1 Waktu dan tempat pengujian
Pengujian dilakukan di daerah pesisir pantai permai kecamatan pantai
cermin tanggal 22, 26 maret dan 15 Mei 2009 pukul 08.00 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan adalah :
1. Termometer 100 ºC
Termometer digunakan untuk mengukur temperatur air lat dan temperatur
pemukaan kaca.
Gambar 3.1 termometer
2. Gelas ukur 1000 cc
Gambar 3.2 Gelas ukur 1000 cc
3. Stopwacth
Stopwacth digunakan untuk mengukur waktu destilasi air laut
4. Alat destilasi surya
Sedangkan untuk bahan yang digunakan dalam percobaan adalah air laut
Pandangan Samp. Kanan Pandangan Depan
Tangki air laut Pandangan Bawah
Gambar 3.3 Alat destilasi surya
3.3 Prosedur pengujian
Adapun prosedur pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Permulaan pengujian
1. Mencatat temperatur udara
2. Mencatat temperatur air laut
Sebanyak 1 liter air laut dimasukkan ke dalam kolam destilasi. Kemudian alat
distalsi ini diletakan ditempat terbuka yang banyak terdapat sinar mataharinya.
Energi panas matahari tersebut akan diserap oleh kolektor kemudian akan
Gambar 3.4 Proses Destilasi air laut
3.4 Bagian-bagian destilasi tenaga surya
1. Gabus (Foam)
Gabus yang digunakan adalah gabus untuk tempat pendingin minuman
yang banyak dijual di pasaran. Gabus ini memiliki ukuran tebal 30 mm dengan
ukuran 430 mm × 500 mm, yang nantinya pada bagian dalam dilapisi oleh plat
alumunium dan pada bagian luar oleh papan tripleks tebal 6 mm. Residu
1 liter air laut
Destilasi air laut tenaga surya
Distilat
Gambar 3.5 Gabus (Foam)
2. Rangka destilasi
Rangka destilasi dibuat dari bahan kayu ring ketam 1 × 1, pada rangka ini
natinya digunakan sebagai tempat pembatas antar papan tripleks dengan gabus.
Gambar 3.6. Rangka destilasi 3. Papan tripleks
Papan tripleks digunakan untuk menutupi bagian luar alat destilasi, papan
Gambar 3.7 Potongan papan tripleks
4. Plat kolektor
Kolektor dibuat dari kaca yang dicat hitam doof dengan tebal 6 mm. Plat
kolektor akan mengumpulkan panas yang diterima dari reflektor dan kemudian
akan diteruskan ke basin. Ukuran kolektor adalah 0,43 m × 0,5 m.
4. Kaca Penutup (Kaca Transparan)
Kaca bening digunakan untuk meneruskan sinar matahari ke kolektor
berbentuk seperti prisma dengan ukuran bidang alas adalah 430 mm × 500 mm,
tinggi 220 mm, ketebalan kaca 6 mm dengan kemiringan 24º.
Gambar 3.9 Kaca transparan Kaca
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data hasil pengujian destilasi air laut dan Perhitungan Intensitas Surya
Data hasil pengujian pada proses destilasi air laut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Air Laut = 1 Liter dengan temperatur awal = 30 ºC
Tabel 4.1 Pengujian pertama destilasi air laut
Waktu
(WIB)
Temperatur (ºC)
Kolektor Lingkungan Air laut
Air yang tersisa didalam
basin 530 cc
Air bersih yang
dihasilkan 300 cc
09.00 46 28 30
09.30 59 28 32
10.00 73 30 34
10.30 82 30 36
11.00 91 30 40
11.30 97 31 50
12.00 102 32 60
12.30 106 32 75
13.00 111 33 80
13.30 110 33 88
14.00 108 32 90
14.30 104 32 86
15.00 99 32 70
15.30 91 30 62
Dari data-data hasil percobaan diatas maka dapat dihitung intensitas suryanya (IT)
sebagai berikut :
) (Tc4 TL4
IT =ατ − (lit :8 hal :423)
Dimana untuk kaca harga absortivitas (α) adalah 0,93 (Lampiran B-1), sehingga
untuk percobaan pertama pada pukul 09.00 WIB nilai intensitasnya adalah :
110
Pada pukul 09.30 WIB nilai intensitasnya adalah :
205
Pada pukul 10.00 WIB nilai intensitasnya adalah :
310
Pada pukul 10.30 WIB nilai intensitasnya adalah :
390
Pada pukul 11.00 WIB nilai intensitasnya adalah :
480
Dengan cara yang sama maka dapat dihitung intensitasnya untuk tiap jam, dan
Tabel 4.2 Nilai intensitas surya pada percobaan pertama
Waktu Temperatur (ºC)
IT
(W/m2) (WIB) Kolektor Lingkungan Air laut
09.00 46 28 30 110
Intensitas rata-rata adalah 487 W/m2 dengan waktu 8 jam, dengan debit produksi
air bersih
Pada percobaan pertama Intensitas surya dari awal percobaan setelah satu
jam adalah 110 W/m2. Intensitas tertinggi terjadi pada pukul 13.00 WIB dengan
nilai 680 W/m2, intensitas menurun setelah pukul 13.00 WIB sampai pukul 16.00
WIB dengan nilai intensitasnnya 410 W/m2, penurunan intensitas disebabkan
karena perubahan altitude (tinggi) matahari yang merupakan sudut antara sinar
matahari dengan proyeksi pada bidang harizontal. Bila dirata-ratakan intensitas
surya dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 adalah 487 W/m2.
0
Temperatur air (C)
In
09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Waktu (Jam)
Gambar 4.1 Laju Intensitas surya tiap jamnya (Percobaan I)
Bila dikaitkan dengan temperatur air laut maka temperatur maksimal air
laut adalah 90 ºC pada pukul 14.00 WIB dengan intensitas surya 660 W/m2. dan
setelah itu temperaturnya menurun sampai pada pukul 16.00 WIB temperatur
sanggup dipertahankan sampai pada 44 ºC dengan intensitas surya 410 W/m2
Perbandingan intensitas surya terhadap kenaikan temperatur air laut dapat
dilihat pada grafik berikut :
Tabel 4.3 Pengujian kedua destilasi air laut
Waktu
(WIB)
Temperatur (ºC)
Kolektor Lingkungan Air laut
Air yang tersisa didalam
basin 500 cc
Air bersih yang
dihasilkan 310 cc
09.00 44 28 30
Dari data-data hasil percobaan kedua diatas maka dapat dihitung intensitas
suryanya (IT) sebagai berikut :
) (Tc4 TL4
IT =ατ − (lit :8 hal :423)
Dimana untuk kaca harga absortivitas adalah 0,93, sehingga untuk percobaan
kedua pada pukul 09.00 WIB nilai intensitasnya adalah :
100
pada pukul 09.30 WIB nilai intensitasnya adalah :
200
pada pukul 10.00 WIB nilai intensitasnya adalah :
pada pukul 10.30 WIB nilai intensitasnya adalah :
pada pukul 11.00 WIB nilai intensitasnya adalah :
450
Dengan cara yang sama maka dapat dihitung intensitasnya untuk tiap jam, dan
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.4 Nilai intensitas surya pada percobaan kedua
Waktu Temperatur (ºC)
IT
(W/m2) (WIB) Kolektor Lingkungan Air laut
09.00 44 28 30 100
Intensitas rata-rata adalah 480,67 W/m2 dengan waktu 8 jam dengan debit
produksi air bersih 5 10 m /menit
menit
Pada percobaan kedua Intensitas surya dari awal percobaan setelah satu
jam adalah 100 W/m2. Intensitas tertinggi terjadi pada pukul 13.00 WIB dengan
WIB dengan nilai intensitasnnya 410 W/m2 penurunan intensitas disebabkan
karena perubahan altitude (tinggi) matahari yang merupakan sudut antara sinar
matahari dengan proyeksi pada bidang harizontal. Bila dirata-ratakan intensitas
surya dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 adalah 480,67 W/m2.
Perbandingan intensitas surya tiap jamnya dapat dilihat pada grafik berikut
0
09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Waktu (Jam)
Gambar 4.3 Laju Intensitas surya tiap jamnya (Percobaan II)
Bila dikaitkan dengan temperatur air laut maka temperatur maksimal air
laut adalah 90 ºC pada pukul 14.00 WIB dengan intensitas surya 660 W/m2. dan
setelah itu temperaturnya menurun sampai pada pukul 16.00 WIB temperatur
sanggup dipertahankan sampai pada 45 ºC dengan intensitas surya 410 W/m2
Perbandingan intensitas surya terhadap kenaikan temperatur air laut dapat
0
Temperatur air (C)
In
Gambar 4.4 Laju Intensitas surya terhadap temperatur air (Percobaan II)
Tabel 4.5 Pengujian ketiga destilasi air laut
Waktu
(WIB)
Temperatur (ºC)
Kolektor Lingkungan Air laut
Air yang tersisa didalam
basin 500 cc
Air bersih yang
dihasilkan 300 cc
Dari data-data hasil percobaan ketiga diatas maka dapat dihitung intensitas
suryanya (IT) sebagai berikut :
) (Tc4 TL4
IT =ατ − (lit :8 hal :423)
Dimana untuk kaca harga absortivitas adalah 0,93, sehingga untuk percobaan
kedua pada pukul 09.00 WIB nilai intensitasnya adalah :
100
pada pukul 09.30 WIB nilai intensitasnya adalah :
200
pada pukul 10.00 WIB nilai intensitasnya adalah :
285
pada pukul 10.30 WIB nilai intensitasnya adalah :
375
pada pukul 11.00 WIB nilai intensitasnya adalah :
450
Dengan cara yang sama maka dapat dihitung intensitasnya untuk tiap jam, dan
Tabel 4.6 Nilai intensitas surya pada percobaan ketiga
Waktu Temperatur (ºC)
IT
(W/m2) (WIB) Kolektor Lingkungan Air laut
09.00 44 28 30 100
Intensitas rata-rata adalah 479 W/m2 dengan waktu 8 jam dengan debit produksi
air bersih 5 10 m /menit
Pada percobaan ketiga Intensitas surya dari awal percobaan setelah satu
jam adalah 100 W/m2. Intensitas tertinggi terjadi pada pukul 13.00 WIB dengan
nilai 670 W/m2, intensitas menurun setelah pukul 13.00 WIB sampai pukul 16.00
WIB dengan nilai intensitasnnya 410 W/m2 penurunan intensitas disebabkan
karena perubahan altitude (tinggi) matahari yang merupakan sudut antara sinar
matahari dengan proyeksi pada bidang harizontal. Bila dirata-ratakan intensitas
surya dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 adalah 479 W/m2.
0
Temperatur air (C)
In
09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Waktu (Jam)
Gambar 4.5 Laju Intensitas surya tiap jamnya (Percobaan III)
Bila dikaitkan dengan temperatur air laut maka temperatur maksimal air
laut adalah 92 ºC pada pukul 14.00 WIB dengan intensitas surya 660 W/m2. dan
setelah itu temperaturnya menurun sampai pada pukul 16.00 WIB temperatur
sanggup dipertahankan sampai pada 45 ºC dengan intensitas surya 410 W/m2
Perbandingan intensitas surya terhadap kenaikan temperatur air laut dapat
dilihat pada grafik berikut :
4.1.1 Analisa perbandingan dari ketiga percobaan
Laju Intensitas surya tiap jamnya
Untuk ketiga percobaan dapat dibandingan intensitas surya tiap jamnya.
Bila dilihat dari grafik dibawah Intensitas rata-rata tertinggi terjadi pada
percobaan I yaitu 487 W/m2, bedanya hanya 7,667 W/m2 dengan percobaan II dan
8 W/m2 dengan percobaan III.
09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Waktu (Jam)
Gambar 4.7 Perbandingan Laju Intensitas surya tiap jamnya dari ke tiga
percobaan
Laju Intensitas surya terhadap temperatur air
Untuk ketiga percobaan dapat dibandingan intensitas surya terhadap
temperatur air. Bila dilihat dari grafik dibawah temperatur maksimal air dari
tertinggi terjadi pada percobaan III yaitu 92ºC dengan intensitas surya 660 W/m2
100
Temperatur air (C)
In
Gambar 4.8 Perbandingan Laju Intensitas surya terhadap temperatur air dari ke
tiga percobaan
4.2 Analisa Kalor yang Berguna
Energi yang berguna persatuan luas pada percobaan pertama dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
) (
/A I UL TC TA
q =α − − (Lit:6 Hal:4)
Untuk Nilai koefesien pindahan kalor menyeluruh diambil 2,3 W/m2ºC lihat pada
Pada pukul 10.30 WIB :
Dengan cara yang sama maka dapat dihitung energi yang berguna persatuan luas,
dan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.7 Nilai Energi yang berguna persatuan luas pada percobaan pertama
Waktu Temperatur (ºC)
IT
Kolektor Lingkungan Air laut
Q/A rata-rata adalah 315 W/m2
Pada percobaan pertama hanya 56,34 % kalor yang berguna dari awal
percobaan setelah satu jam dengan intensitas 110 W/m2. sedangkan bila dilihat
pemanfaatan yang paling tinggi, kemudian menurun hingga 62,83 % sampai
dengan pukul 16.00 WIB.
Perbandingan persetase kalor yang berguna tiap jamnya dapat dilihat pada grafik
berikut :
09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Waktu (Jam)
Gambar 4.9 Persentase kalor yang berguna tiap jamnya (Percobaan I)
Dengan cara yang sama maka dapat dihitung energi yang berguna persatuan luas,
Tabel 4.8 Nilai Energi yang berguna persatuan luas pada percobaan kedua
Waktu Temperatur (ºC)
IT
Kolektor Lingkungan Air laut
Q/A rata-rata adalah 311 W/m2
Pada percobaan kedua hanya 56,08 % kalor yang berguna dari awal
percobaan setelah satu jam dengan intensitas 100 W/m2. sedangkan bila dilihat
pada pukul 13.00 WIB kalor yang berguna sekitar 66,63 % dan itu merupakan
pemanfaatan yang paling tinggi, kemudian menurun hingga 62,83 % sampai
dengan pukul 16.00 WIB.
Perbandingan persetase kalor yang berguna tiap jamnya dapat dilihat pada grafik
50.00
09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Waktu (Jam)
Gambar 4.10 Persentase kalor yang berguna tiap jamnya (Percobaan II)
Tabel 4.9 Nilai Energi yang berguna persatuan luas pada percobaan ketiga
Waktu Temperatur (ºC)
IT
Kolektor Lingkungan Air laut
Pada percobaan ketiga hanya 56,08 % kalor yang berguna dari awal
percobaan setelah satu jam dengan intensitas 100 W/m2. sedangkan bila dilihat
pada pukul 13.00 WIB kalor yang berguna sekitar 66,63 % dan itu merupakan
pemanfaatan yang paling tinggi, kemudian menurun hingga 62,83 % sampai
dengan pukul 16.00 WIB.
Perbandingan persetase kalor yang berguna tiap jamnya dapat dilihat pada grafik
berikut :
09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Waktu (Jam)
Gambar 4.11 Persentase kalor yang berguna tiap jamnya (Percobaan III)
4.2.1 Analisa Perbandingan Kalor yang Berguna dari percobaan
Dari ketiga percobaan diperoleh bahwa persentase penyerapan kalor
50.00
09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Waktu (Jam)
Gambar 4.12 Persentase kalor yang berguna tiap jamnya dari tiap percobaan
4.3 Perhitungan Effesiensi Kolektor
Dari data-data diatas dapat diketahui effesiansi untuk tiap jamnya, maka
effesiensi kolektor pada percobaan pertaman didapat dengan merata-rata kan nilai
effesiensi tiap jamnya adalah 64 %,untuk percobaan kedua adalah 64%, dan untuk
percobaan ketiga adalah 64% maka effesiensi kolektor keseluruhan adalah 64%.
4.4 Perhitungan Effesiensi Destilasi
Effesiensi destilasi adalah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air
laut dibagi dengan energi panas yang diserap kolektor, maka effesiensi destilasi
untuk percobaan pertama adalah :
Hl = Heat laten [kJ/kg]
I = intensitas surya rata-rata dalam percobaan [W/m2]
t = waktu pemanasa [8 jam]
Luas permukaan kolektor yang telah direncanakan adalah 0,215 m2
Sedangkan untuk percobaan kedua :
2615
Sedangkan untuk percobaan ketiga :
=
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari data hasil percobaan pada destilasi air laut maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Intensitas tertinggi dari tiap percobaan adalah :
a. Pada percobaan pertama intensitas tertinngi terjadi pada pukul
13.00 WIB dengan intensitas 680 W/m2, Temperatur kolektor 111
ºC, Temperatur lingkungan 33 ºC dan Temperatur air laut 80 ºC
b. Pada percobaan kedua intensitas tertinngi terjadi pada pukul 13.00
WIB dengan intensitas 670 W/m2, Temperatur kolektor 110 ºC,
Temperatur lingkungan 33 ºC dan Temperatur air laut 80 ºC
c. Pada percobaan keketiga intensitas tertinngi terjadi pada pukul
13.00 WIB dengan intensitas 670 W/m2, Temperatur kolektor 110
ºC, Temperatur lingkungan 33 ºC dan Temperatur air laut 80 ºC
2. Intensitas rata-rata tiap percobaan adalah :
a. Pada percobaan pertama 315 W/m2
b. Pada percobaan kedua 311 W/m2
c. Pada percobaan kedua 310 W/m2
3. Panas yang diserap plat kolektor pada tiap percobaan adalah :
a. Pada Percobaan pertama, bila dirata-ratakan maka panas yang
b. Pada Percobaan Kedua, bila dirata-ratakan maka panas yang
diserap plat kolektor adalah 63,65% dari rata-rata intensitas surya
c. Pada Percobaan Ketiga, bila dirata-ratakan maka panas yang
diserap plat kolektor adalah 63,59% dari rata-rata intensitas surya
4. Jadi perbedaan intensitas rata antara ketiga percobaan kedua adalah 1,27 %
5. Jadi perbedaan intensitas antara ketiga percobaan adalah 1,47 %
6. Air bersih yang dapat dihasilkan dari 1 liter air laut adalah 305 cc air
bersih dengan pemanasan selama 8 jam. Debit air 0,635 cm3/menit
7. Intensitas surya dari ketiga percobaan adalah 482 W/m2
8. Effesinsi Kolektor 64 %
9. Effesiensi destilasi 28,53 %
5.2 Saran
1. Untuk percobaan lebih lanjut sebaiknya dibuat model destilasi dengan
beberapa plat kaca miring.
2. Disarankan untuk menggunakan kaca reflektor agar semua sinar dapat
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www. Wikipedia/Energi Terbarui
2. http://www Wikipedia/Kompor Tenaga Surya
3.
4.
5.
6. Mulyanef dan Andi Teesar, 2007, Unjuk Kerja Kompor Tenaga Surya
Menggunakan Kolektor Plat Datar Tipe Box. Prosiding Seminar Nasional
Mesin dan Industri (SNMI3) Universitas Tarumanagara, Jakarta.
7. Wibert F. Stoecker. “Refrigeran dan Pengkondisian Udara”Erlangga.
Jakarta. 1994.
8. J.P Holdman. “Perpindahan Kalor”. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
1991.
9. Marsal, 2005, “Studi Eksperimental Alat Desalinasi Air Laut
Menggunakan kolektor Tipe dua permukaan kaca Miring”, Tugas Akhir
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Bung Hatta. Padang.
10.Minto, 1996, Kompor Tenaga Surya Serba Guna: Praktis, Irit Biaya &
Lampiran A Analisa Biaya
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui tentang biaya perancangan dari
destilasi air laut dengan tenaga surya. Oleh karena itu perlu diperhitungkan berapa
besar biaya yang dibutuhkan untuk membuat alat tersebut.
Biaya untuk pembuatan destilasi air laut dengan tenaga surya terbagi dua
yaitu :
a. Biaya bahan.
b. Biaya pembuatan.
a. Biaya bahan
Dalam pembuatan alat ini adapun bahan-bahan yang dibutuhkan adalah
Tabel A-1 Harga Bahan
No Nama Alat Jumlah Harga
1 Papan tripleks 6 mm 1 Sheet Rp. 80.000,-
2. Panci Alumunium 1 buah Rp. 40.000,-
3. Cat Pilox Hitam Doff 1 Kaleng Rp. 20.000,-
4. Kayu Ring Ketam 1×1 2 Batang Rp. 40.000,-
5. Paku 1 dan 2 inchi ½ Kg Rp. 10.000,-
6.. Plat Alumunium 7 mm 1 Sheet Rp. 90.000,-
7. Papan Gabus 1 Buah Rp. 50.000,-
8. Kaca Transparan 6 mm (52 cm ×
42 cm)
1 Buah Rp. 20.000,-
9. Plat besi 1 Batang Rp. 20.000,-
10. Plat siku alumunium 1 Batang Rp. 15.000,-
11. Thermomenter 2 Buah Rp. 70.000,-
J u m l a h Rp. 455.000,-
2. Biaya pembuatan
Biaya pembuatan berdasarkan jumlah jam kerja untuk membuat alat.
Untuk pembuatan alat membutuhkan 1 orang pekerja dengan jumlah jam kerja @
4 jam / hari. Lama kerja 6 hari. Sehingga lamanya bekerja yaitu :
6 jam/hari × 6 hari = 34 jam
Jadi seorang pekerja dalam 6 jam / hari = Rp. 40.000,-, maka gaji pekerja dalam
pembuatan alat ini adalah : Rp. 40.000,- × 6 = Rp. 240.000 -
Bila diasumsikan biaya listrik 15 % dari biaya pembuatan dan biaya operasional
mesin (termasuk biaya pengangkutan bahan ) 20 % dari biaya bahan, maka :
Biaya Listrik : Rp.240.000,- × 15 % = Rp. 36.000,-
Jadi Biaya total = Rp. 455.000,- + Rp. 240.000,- + Rp. 36.000,- + Rp. 111.000,-=
Rp. 842.000 ,-
Lampiran B
Tabel B-1 Absorbtivitas total berbagai permukaan
Permukaan Absorbtivitas (α)
Alumunium 0,15
Besi cor 0,65
Pualam putih 0,46
Aspal 0,90
Bata Merah 0,75
Kaca 0,93
(Sumber : J.P Holdman “Perpindahan Kalor” Hal : 423)
Tabel B-2 Nilai kira-kira koefesien pindahan kalor menyeluruh
Situasi Fisis U (W/m2ºC)
Kondensor Uap 1100-5600
Jendela kaca lempeng 2,3
Kondensor Freon 12 dengan mesin pendingin
air 280-850
Kondensor ammonia, air didalam tabung 850-1400
Kondensor Alkohol, Air didalam tabung 225-630
Lampiran C
Tabel C-1 Pengujian pertama destilasi air laut dengan tenaga surya
Waktu
(WIB)
Temperatur (ºC)
Kolektor Lingkungan Air
Air yang tersisa didalam
basin 530 cc
09.00 46 28 30
09.30 59 28 32
10.00 73 30 34
10.30 82 30 36
11.00 91 30 40
11.30 97 31 50
12.00 102 32 60
12.30 106 32 75
13.00 111 33 80
13.30 110 33 88
14.00 108 32 90
14.30 104 32 86
15.00 99 32 70
15.30 91 30 62
Tabel C-2 Pengujian destilasi air laut dengan tenaga surya
Waktu
(WIB)
Temperatur (ºC)
Kolektor Lingkungan Air
Air yang tersisa didalam
basin 500 cc
09.00 44 28 30
09.30 58 28 32
10.00 72 30 34
10.30 81 30 38
11.00 88 30 40
11.30 96 31 55
12.00 101 32 60
12.30 106 32 75
13.00 110 33 80
13.30 109 33 85
14.00 108 32 90
14.30 104 32 85
15.00 99 32 70
15.30 91 30 65
Tabel C-3 Pengujian ketiga destilasi air laut
Waktu
(WIB)
Temperatur (ºC)
Kolektor Lingkungan Air laut
Air yang tersisa didalam
basin 500 cc
09.00 44 28 30
09.30 58 28 32
10.00 69 29 34
10.30 79 29 38
11.00 88 30 40
11.30 96 31 55
12.00 101 32 60
12.30 106 32 75
13.00 110 33 80
13.30 109 33 85
14.00 108 32 92
14.30 103 32 85
15.00 99 32 70
15.30 91 30 65
Tabel C-4 Nilai Energi yang berguna persatuan luas pada percobaan pertama
Tabel C-5 Nilai Energi yang berguna persatuan luas pada percobaan kedua
Waktu Temperatur (ºC) IT
(W/m2)
Q/A
W/m2
%
penyerapan
(WIB) Kolektor Lingkungan Air
09.00 44 28 30 100 56,08 56,08
09.30 58 28 32 200 117,04 58,52
10.00 72 30 34 300 183,08 61,03
10.30 81 30 38 380 236,99 62,37
11.00 88 30 40 450 285,35 63,41
11.30 96 31 55 530 342,81 64,68
12.00 101 32 60 580 379,74 65,47
12.30 106 32 75 630 416,03 66,04
13.00 110 33 80 670 446,45 66,63
13.30 109 33 85 665 442,77 66,58
14.00 108 32 90 660 437,98 66,36
14.30 104 32 85 605 397,84 65,76
15.00 99 32 70 550 358,14 65,12
15.30 91 30 65 480 306,38 63,83
16.00 84 30 45 410 257,59 62,83
Tabel C-6 Nilai Energi yang berguna persatuan luas pada percobaan ketiga
Waktu Temperatur (ºC)
IT
Kolektor Lingkungan Air laut