FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI
PEMERIKSA (AUDITOR) PADA INSPEKTORAT
KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
JALALUDDIN
077017016/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI
PEMERIKSA (AUDITOR) PADA INSPEKTORAT
KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
JALALUDDIN
077017016/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI PEMERIKSA (AUDITOR) PADA INSPEKTORAT KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Jalaluddin Nomor Pokok : 077017016 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)
Ketua Anggota
(Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak)
Ketua Program Studi, Direktur
Tanggal Lulus : 18 Februari 2011
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Februari 2011
____________________________________________________
___
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
2. Drs. Idhar Yahya, MBA,Ak
3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI PEMERIKSA
(AUDITOR) PADA INSPEKTORAT KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA
UTARA”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh
siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan benar.
Medan, 18 Februari 2011 Yang Membuat Pernyataan :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empiris dan menganalisis apakah gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi berpengaruh terhadap independensi pemeriksa.
Populasi pada penelitian ini adalah Pemeriksa Inspektorat Kota Binjai yang berjumlah 39 pemeriksa, yang keseluruhannya dijadikan sampel. Untuk menguji hipotesis pengaruh gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi terhadap independensi pemeriksa secara simultan dan parsial digunakan uji F dan uji t.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa. Secara parsial gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa 62,3 % variasi variabel dependen (independensi pemeriksa) dijelaskan oleh variabel independen (gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi), dan sisanya sebesar 37,7 % dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.
ABSTRACT
The objective of this research is to test empirically and analyze if personal disturbance, external disturbance and organizational disturbance will affect the auditors’ independence. The auditors on this research are Inspectorate Auditors of Deli Serdang Regency with the number of 39 auditors where all of them become the samples. To hypothesize the effects of personal disturbance, external disturbance and organizational disturbance to the auditors’ independence, test F and test t are simultaneously and partially applied.
This research proves that such disturbances simultaneously give significant effects to the auditors’ independence. Partially, such disturbances also give significant effects to the auditors’ independence, but the most affected to the auditors’ independence, is organizational disturbance. This research also proves that 62,3% dependent variable variations (the auditors’ independence) are described by independent variables( personal, external and organizational disturbances), the remainder is 37,7% described by other variables outside the used variables.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan judul “FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI
PEMERIKSA (AUDITOR) PADA INSPEKTORAT KOTA BINJAI PROVINSI
SUMATERA UTARA” sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi pada
Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Akuntansi pada Universitas Sumatera Utara.
Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam
penyusunan tesis ini, oleh karena itu dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A (K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu dan
pikiran secara sabar dan penuh kasih sayang untuk mengarahkan, membimbing,
dan memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran-saran untuk perbaikan tesis
ini.
5. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, dan
Bapak Drs. Rasdianto, MA, Ak selaku Dosen pembanding yang telah banyak
memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.
6. Bapak Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis, untuk mengikuti studi pada Program
Studi Magister Akuntansi Jurusan Akuntansi Pemerintahan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, melalui Program Beasiswa S-2 Akuntansi
Pemerintahan/Pengawasan Keuangan Negara State Reform Sector Development
Program (STAR-SDP) Loan ADB No. 2127-INO (SF).
7. Ibu Dra. Hj. Nurlena Siregar, MM selaku Inspektur Kota Binjai yang telah
mendukung penulis untuk mengikuti studi di Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, dan memberikan izin untuk melakukan penelitian di Inspektorat
Kota Binjai.
8. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ayahanda (Alm) Sati Ahmad Siregar dan
(Almh) Ibunda Raisa Lubis.
9. Yang tersayang Istriku (Bertha br Tarigan), Ananda Nurainun Siregar, SE,
Nurhasanah Siregar, ST, Sri Elita Siregar, SP. Abang, kakak-kakak, dan
adik-adikku yang telah memberikan dukungan dengan penuh kasih sayang kepada
10.Rekan-rekan mahasiswa dan rekan-rekan kerja di Inspektorat Kota Binjai yang
telah mendukung penulis dan saran-saran yang berarti bagi penulis dan semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu
dan memberikan perhatiannya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh
penulis dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga sangat diperlukan masukan dan saran
yang sifatnya membangun. Namun demikian, besar harapan penulis terhadap tesis
yang telah diselesaikan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Februari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Jalaluddin.
2. Tempat / Tanggal Lahir : Simangambat, 15 April 1958.
3. Agama : Islam.
4. Jenis Kelamin : Laki-laki.
5. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil.
6. Status : Sudah Menikah.
7. Orang Tua
a. Ayah : (Alm) Sati Ahmad Siregar.
b. Ibu : (Almh) Raisa Lubis.
8. Alamat : Jl. Danau Poso Gg. Darma No. 1 Binjai
Kode Pos : 20735.
9. Nomor Handphone (Hp) : 0852 6217 7117.
10. Pendidikan
a. SD : SD. Negeri 2 Simangambat, Lulus Tahun 1971.
b. SMP : SMP Negeri Siabu, Lulus Tahun 1974.
c. SMA : SMA Neg. Padang Sidempuan, Lulus Tahun 1977.
5.3.8. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
6.1. Kesimpulan ... 68
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 69
6.3. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu………..… 16
4.1. Defenisi Operasional Variabel………... 26
5.1. Pengumpulan Data... 38
5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 39
5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja……….. 39
5.4. Uji Validitas Variabel Penelitian……….. 41
5.5. Uji Reliabilitas Variabel Penelitian……….. 44
5.6. Uji Multikolinieritas... 48
5.7. Deskripsi Variabel Gangguan Pribadi (X1 5.8. Deskripsi Variabel Gangguan Ekstern (X )……….……….. 50 2 5.9. Deskripsi Variabel Gangguan Organisasi (X )……….……. 53
3 5.10. Deskripsi Variabel Independensi Pemeriksa (Y)……….…….. 56
)……….………. 55
5.11. Hasil Uji F (Uji ANOVA)……….……… 57
5.12. Nilai t Hitung……….... 59
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
3.1. Kerangka Konsep……….... 18
5.1. Grafik Uji Normalitas Data Variabel Penelitian
Dengan Histogram dan P-Plot... 46
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian……….... 74
2 Data Kuesioner Responden………... 79
3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Gangguan Pribadi... 83
4 Frekuensi Jawaban Responden………... 93
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empiris dan menganalisis apakah gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi berpengaruh terhadap independensi pemeriksa.
Populasi pada penelitian ini adalah Pemeriksa Inspektorat Kota Binjai yang berjumlah 39 pemeriksa, yang keseluruhannya dijadikan sampel. Untuk menguji hipotesis pengaruh gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi terhadap independensi pemeriksa secara simultan dan parsial digunakan uji F dan uji t.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa. Secara parsial gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa 62,3 % variasi variabel dependen (independensi pemeriksa) dijelaskan oleh variabel independen (gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi), dan sisanya sebesar 37,7 % dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.
ABSTRACT
The objective of this research is to test empirically and analyze if personal disturbance, external disturbance and organizational disturbance will affect the auditors’ independence. The auditors on this research are Inspectorate Auditors of Deli Serdang Regency with the number of 39 auditors where all of them become the samples. To hypothesize the effects of personal disturbance, external disturbance and organizational disturbance to the auditors’ independence, test F and test t are simultaneously and partially applied.
This research proves that such disturbances simultaneously give significant effects to the auditors’ independence. Partially, such disturbances also give significant effects to the auditors’ independence, but the most affected to the auditors’ independence, is organizational disturbance. This research also proves that 62,3% dependent variable variations (the auditors’ independence) are described by independent variables( personal, external and organizational disturbances), the remainder is 37,7% described by other variables outside the used variables.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dari tema judul tesis tersebut diatas yaitu : Faktor-faktor yang mempengaruhi
independensi pemeriksa (auditor) pada Inspektorat Kota Binjai, maka dapat diambil
suatu pengertian singkat dengan indenpenden pemeriksa pada objek yang diperiksa.
Sebagai tema independensi dalam pelaksanaan tugas dalam menjalankan pemeriksaan
disuatu unit kerja, untuk lebih memahami lebih lanjut pengertian audit antara lain :
a. Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara
objektif mengenai suatu pernyataan tentang kegiatan atau kejadian ekonomis
untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyaataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditentukan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan.
b. Suatu kegiatan pengumpulan dan penilaian bukti-bukti yang menjadi pendukung
informasi kuantitatif suatu entitas untuk menentukan dan melaporkan sejauh mana
kesesuaian antara informasi kuantitatif tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, audit harus dilakukan oleh institusi atau orang yang kompeten dan
c. Suatu proses kegiatan selain bertujuan untuk mendeteksi kecurangan atau
penyelewengan dan memberikan simpulan atas kewajaran penyajian akuntabilitas,
juga menjamin ketaatan terhadap hukum, kebijaksanaan dan peraturan melalui
pengujian apakah aktivitas organisasi dan program dikelola secara ekonomis,
efisien dan efektif.
BPKP, 2001 ; Diklat AT. Ahli menyebutkan “auditing adalah proses kegiatan yang
bertujuan untuk meyakinkan tingkat kesesuaian antara suatu kondisi yang menyangkut
kegiatan dari suatu entitas dengan kriterianya, dilakukan oleh auditor yang kompeten
dan independen dengan mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti pendukungnya
secara sistematis, analisi, kritis dan selektif, guna memberikan pendapat atau simpulan
dan rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
Dari uraian tersebut sebagai pemeriksa (auditor) pemerintah harus memiliki
pemahaman yang sangat penting dan mendalam. Independensi merupakan konsep
yang fundamental, esensial dan merupakan karakter yang sangat penting bagi
pemeriksa (auditor) pemerintah dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, sehingga
pemeriksa intern pemerintah harus bersikap independen untuk memenuhi
pertanggungjawaban profesionalnya.
Dalam menjalankan tugasnya (profesinya) sebagai pemeriksa perlu
mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap independensi yaitu : Gangguan
pribadi, ekstern, organisasi/instansi, sehingga bila satu atau lebih dari gangguan
melaksanakan tugas pemeriksaannya, maka pemeriksan tersebut harus menolak
penugasan pemeriksaan. Dalam keadaan pemeriksa yang karena sesuatu hal tidak
dapat menolak penugasan, gangguan dimaksud harus dimuat dalam bagian lingkup
pada laporan hasil pemeriksaan, dan ketiga macam penjelasan mengenai gangguan
independesi pemeriksa yang dimaksud tersebut adalah :
a. Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi : memiliki hubungan
pertalian darah keatas, kebawah atau semenda sampai dengan derajad kedua
dengan jajaran menajemen entitas atau program yang diperiksa, memiliki
kepentingan keuangan dan pernah bekerja atau memberi jasa kepada entitas atau
program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun, terlibat langsung atau tidak
langsung dalam kegiatan objek pemeriksaan, adanya perasangka terhadap
perseorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, adanya
kecenderungan memihak karena keyakinan politik atau sosial dan mencari
pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan.
b. Gangguan ekstern dari pemeriksa meliputi : pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat
dipengaruhi dari campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi
pemeriksaan terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan terhadap
penugasan, terhadap pembatasan sumber daya yang disediakan organisasi
pemeriksa, terhadap ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan
dengan isi laporan hasil pemeriksaan dan terhadap pengaruh yang membahayakan
atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil
pemeriksaan.
c. Gangguan organisasi/instansi meliputi : pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat
dipengaruhi dari campur tangan atau pengaruh pihak organisasi/instansi tempat
bekerja sebagai pemeriksa untuk gangguan organisasi/instansi terhadap
independensi pemeriksaan dapat dipengaruhi oleh kedudukan, fungsi dan struktur
organisasinya. Pemeriksa yang ditugasi oleh organisasi pemeriksa dapat dipandang
bebas dari gangguan terhadap independensi secara organisasi/instansi pemerintah
apabila ia melakukan pemeriksaan diluar entitas tempat ia bekerja.
Untuk mencapai tingkat profesionalisme aparat, salah satu adalah dengan
pendidikan dimana pemeriksa (auditor) dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perubahan sikap/perilaku auditor pada tingkat kompetensi tertentu
sesuai dengan perannya.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas dan kaitannya dalam melaksanakan tugas di
kota Binjai sering mengalami kendala dalam pemeriksaan ataupun gangguan terhadap
independensinya sebagai pemeriksa.
Dari jumlah pegawai inspektorat kota Binjai yang di dukung oleh staf berjumlah 39
orang staf Inspektorat Kota Binjai dalam menjalankan tugas pemeriksaan atas surat
perintah melakukan tugas pemeriksaan dari inspektur kota binjai atau walikota binjai,
sering mengalami gangguan terhadap independensinya, sehingga tak jarang pula hasil
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut :
Apakah gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi/instansi dan
organisasi politik/lembaga berpengaruh terhadap independensi pemeriksa secara
simultan dan parsial ?
1.3. Tujuan Penelitian
Permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk memberikan bukti secara empiris apakah gangguan pribadi, gangguan ekstern,
gangguan organisasi/instansi dan gangguan organisasi politik/lembaga berpengaruh
terhadap independensi pemeriksa di Inspektorat Kota Binjai.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Bagi penulis/penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang diharapkan dapat
menambah wawasan serta dapat meningkatkan kompetensi keilmuan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan yang cukup berguna bagi
pemeriksa (auditor) untuk lebih bijaksana dalam melaksanakan tugas
c. Bagi instansi terkait, sebagai bahan informasi pelengkap dan berupa masukan,
khususnya bagi Inspektorat Kota Binjai maupun instansi terkait lainnya.
d. Bagi peneliti untuk melengkapi pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi independensi pemeriksa.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi
Pemeriksa (Auditor) Pada Inspektorat Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara”.
Penelitian ini replikasi dari hasil karya Iwan Pantas Siregar di Inspektorat Kabupaten
Deli Serdang, dan sepengetahuan peneliti belum ada yang mengadakan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Gangguan Pribadi
Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan
(independen) dalam pemeriksaan dalam melaksanakan tugasnya tidak ada sistem
pengendalian mutu intern, dan suatu tantangan berat tugas pengawasan di masa depan
serta sangat ditentukan oleh komitmen dan profesionalisme aparat pengawasan
fungsional pemerintah.
Komitmen dari pemerintah untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme
pada berbagai aspek dalam pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
yang dimandatkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam ketetapan No.
XI/MPR/1998 dan Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan
negara yang bersih dan bebas dari KKN sudah menjadi agenda yang harus
dilaksanakan guna tercapainya transparansi dan akuntabilitas publik.
Untuk mencapai tujuan di atas bagi pemeriksa (auditor) harus bersikap
independen yaitu sikap tidak berpihak, bebas dari pengaruh, bebas dari kepentingan,
jujur, objektif dan integritas tinggi. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa
sering mengalami gangguan-gangguan ataupun berupa kendala sebagai gangguan
Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Standar Umum
menyebutkan gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi antara lain :
a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa.
b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.
c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa. e. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek
pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereview laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.
f. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah. g. Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diperiksa.
h. Memiliki tanggung jawab untuk mengatur suatu entitas atau kapasitas yang dapat mempengaruhi keputusan entitas atau program yang diperiksa, misalnya sebagai seorang direktur, pejabat atau posisi senior lainnya dari entitas, aktivitas atau program yang diperiksa atau sebagai anggota manajemen dalam setiap pengambilan keputusan, pengawasan atau fungsi monitoring terhadap entitas, aktivitas atau program yang diperiksa.
i. Adanya kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik ata sosial, sebagai akiabt hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu.
j. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim dan pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau program yang diperiksa.
k. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atas entitas/unit kerja atau program yang diperiksa.
Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi
mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan
atau melemahkan temuan dalam segala hal/bentuk.
Jika pemeriksa (auditor) mendapat gangguan pribadi yang berakibat pemeriksa
membatasi pertanyaan ataupun membuat lemahnya Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
sesuai dengan standar pemeriksaan, sebagai gangguan pribadi/individu sebaiknya yang
bersangkutan tidak diikutkan dalam tugas pemeriksaan oleh instansi yang menugaskan
untuk pemeriksa (auditor), untuk menjaga agar laporan dapat berdaya guna dan
berhasil guna untuk kemurnian dari hasil pemeriksaan karena adanya gangguan
pribadi/individu.
Di lain hal gangguan pribadi dapat juga disebabkan oleh karena hubungan
kekeluargaan ataupun pertalian darah, pemeriksa (auditor) mempunyai hubungan
keluarga dapat juga melemahkan pemeriksaan terhadap objek yang diperiksa, sehingga
pemeriksa karena segan tidak melaksanakan tugas sepenuhnya, agar tidak
lemah/kurang sempurnanya hasil pemeriksaan sebaiknya pemeriksa yang bersangkutan
membatalkan surat yang diberikan kepadanya dengan melaporkan kepada pemberi
tugas pemeriksaan dengan alasan adanya hubungan family/kekeluargaan dengan
obrik/objek yang diperiksa, sehingga yang bersangkutan terhindar dari gangguan
2.1.2. Gangguan Ekstern
Gangguan ekstern dapat menyebabkan penerapan prosedur pemeriksaan tidak
berjalan sesuai peraturan/tidak sesuai dengan harapan, karena ikutnya campur tangan
pihak ekstern / pihak lain ataupun berupa pembatasan terhadap obyek yang diperiksa
ataupun pembatasan terhadap sumber daya. Disamping hal tersebut bisa juga
mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap laporan hasil pemeriksaan.
Menurut Peraturan BPK RI Nomor 01 tahun 2007 tentang standar Pemeriksaan
Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01
Standar Umum menyebutkan, independensi dan obyektifitas pelaksanaan suatu
pemeriksaan dapat dipengaruhi gangguan ekstern, apabila terdapat :
a. Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya.
b. Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.
c. Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan.
d. Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan dan promosi pemeriksa.
e. Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa, yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan organisasi pemeriksa tersebut dalam pelaksanaan pemeriksaaan.
f. Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan terhadap hasil pemeriksaan.
g. Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksa atau penerapan suatu prinsip akuntansi. h. Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, selain
sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan pemeriksa atau kebutuhan pemeriksa.
Guna mencapai tujuan di atas adalah agar auditor (pemeriksa) tidak terpengaruh
aparat pengawasan. Auditor yang kompoten adalah auditor yang mempunyai hak atau
kewenangan untuk melakukan audit menurut hukum dan memiliki keterampilan yang
cukup untuk melakukan tugas audit. Auditor sebagai institusi mempunyai hak atau
kewenangan melakukan audit berdasarkan dasar hukum pendirian organisasi atau
penugasan.
2.1.3. Gangguan Organisasi
Gangguan organisasi terhadap independensi pemeriksa sering terjadi apabila
suatu organisasi/instansi pemerintah melaksanakan tekanan terhadap auditor sehingga
pemeriksa tidak dapat melaksanakan tugas sepenuhnya.
Apabila kondisi sebagaimana disebutkan diatas dapat dipenuhi maksudnya bebas
dari pengaruh, bebas dari kepentingan, obyektif dan tidak ada gangguan organisasi
terhadap independensi, pemeriksa secara organisasi harus dipandang independen untuk
melakukan pemeriksaan internal dan bebas untuk melaporkan secara obyektif kepada
pimpinan tertinggi entitas pemerintah yang diaudit.
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu
organisasi, sistem, proses atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten,
obyektif dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan
verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan
Apabila tidak ada tekanan dari organisasi atau instansi pemerintah terhadap
auditor baik kedudukan atau berupa penurunan jabatan atau pemutasian kepada
pemeriksa (auditor), maka pemeriksa dapat menjalankan tugasnya bebas dari pengaruh
organisasi/Instansi pemerintah serta dapat melaksanakan akuntabilitas serta dapat
melaporkan hasil auditnya kepada pejabat pemerintah yang bersangkutan.
Agar pemeriksa (auditor) dapat melaksanakan audit secara objektif dan dapat
melaporkan temuan audit, pendapat dan kesimpulan mereka secara objektif, tanpa rasa
takut akibat tekanan orgnaisasi/instansi pemerintah maka auditor yang independen
adalah auditor yang tidak memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak
merugikan pihak manapun. Sehubungan dengan itu, auditor baik instansi maupun
orang-orangnya dipersyaratkan harus memiliki sikap independen dalam perilakunya,
tidak mempunyai kaitan apapun dengan pihak auditan dan tidak pula terkena pengaruh
negatif dari pihak luar berupa gangguan organisasi.
Apabila auditor dapat merasakan akan ada gangguan organisasi yang mungkin
menduga bahwa auditor tersebut akan memihak atau tidak independen, maka
sebaiknya auditor tersebut menolak penugasan itu, walaupun auditor tersebut yakin
bahwa ia akan independen.
2.1.4. Independensi Pemeriksa
Independensi pemeriksa (auditor) adalah salah satu cara untuk menjaga agar
memihak, bebas dari pengaruh, bebas dari kepentingan pihak tertentu, jujur, objektif,
integritas tinggi.
Disamping hal tersebut, proses kegiatan yang bertujuan meyakinkan tingkat
kesesuaian antara suatu kondisi yang menyangkut kegiatan dari satu entitas dengan
kriterianya, dilakukan oleh auditor kompoten dan independen dengan mendapatkan
dan mengevaluasi bukti-bukti pendukung secara sistematis, analitis, kritis dan selektif
guna memberi pendapat atau simpulan dan rekomendasi kepada pihak yang
berkepentingan.
Dalam Audit Pemeriksaan Internal Pemerintah (APIP) pada prinsip audit
internal antara lain :
a. Organisasi audit internal harus independen
b. Harus bertanggung jawab langsung kepada pimpinan c. Dukungan yang kuat dari pimpinan
d. Wewenang tanggung jawab dan uraian tugas yang jelas
Pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa Inspektorat Kota Binjai, karena
secara organisasi Inspektorat Kota Binjai adalah pemeriksaan intern sesuai dengan
ketentuan atau peraturan Daerah Kota Binjai dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Binjai bahwa Inspektorat Kota Binjai merupakan unsur pengawasan penyelenggaraan
Pemerintah Daerah yang dipimpin langsung oleh Inspektur yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Walikota Binjai dan secara administrasi mendapat
Independensi pada Inspektorat Kota Binjai sangat berbeda dengan independensi
yang dimiliki oleh BPK, BPKP dan Akuntan Publik dikarenakan secara organisasi,
BPK, BPKP dan Akuntan Publik berada di luar Pemerintah Kota Binjai.
Supriyono (1988 : 34) mengungkapkan salah satu faktor yang mempengaruhi
independensi akuntan publik adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh
auditor bagi klien. Oleh sebab itu pemeriksa harus menghindar dari situasi yang
menyebabkan pihak ketiga yang mengetahui fakta dan keadaan yang relevan
menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak dapat mempertahankan independensinya
sehingga tidak mampu memberikan penilaian yang objektif dan tidak memihak
terhadap semua hal yang terkait dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara, dalam lampiran II menyebutkan : “Dalam semua hal
yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa
harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan
organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”.
Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para
pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya
sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari
hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak
oleh pihak manapun. Sebagaimana disebutkan dalam buku Standar Profesional
sebagai orang yang independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap
kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan”.
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Review atas penelitian terdahulu berupa nama peneliti, tahun penelitian, topik
penelitian dan variabel yang digunakan serta hasil penelitiannya dapat dilihat seperti
yang terdapat pada tabel 2.1. dibawah ini.
Supriyono (1988) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi independensi auditor. Hasil penelitiannya sebagai berikut :
1. Tujuh puluh lima persen responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan klien mempengaruhi rusaknya independensi.
2. Persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor akuntan mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik disetujui oleh 42%.
3. Tiga puluh empat persen responden menyatakan bahwa lama penugasan audit pada klien tertentu mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik.
4. Ukuran kantor akuntan yang lebih mudah rusak independensinya disetujui 27%. 5. Delapan persen responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa audit
mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik.
Siregar (2009) di Medan melakukan penelitian tentang pengaruh gangguan
pribadi, ekstern dan organisasi terhadap independensi pemeriksa (study empiris pada
Inspektorat Kabupaten Deli Serdang), dengan hasil penelitian sebagai berikut :
1. Membuktikan bahwa 62,3 % variasi variabel independen (independensi pemeriksa) dijelaskan oleh variabel independen (gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi).
Tabel 2.1. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu Variabel Independen :
- Persaingan antar kantor akuntan
- Pemberian jasa lain selain jasa audit
mengakibatkan pemeriksa membatasi pemeriksaan
- Gangguan yang dapat mempengaruhi kemampuan pemeriksa atau simpulan hasil pemeriksaannya - Gangguan yang dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan tempat auditor tersebut ditugaskan.
Independensi Pemeriksa Variabel Dependen : Inspektorat Kabupaten Deli Serdang.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Sumber utama penyusunan kerangka konsep adalah landasan teori. Menurut Lubis dan
Syahputra (2008) kerangka konsep penelitian adalah gambaran ringkas, lugas dan bernas
mengenai keterkaitan satu konsep dengan konsep lainnya yang akan diteliti atau
menggambarkan pengaruh atau hubungan antara satu kejadian/fenomena dengan
kejadian/fenomena lainnya.
Dalam kerangka konsep perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel independen dan
variabel dependen. Dengan demikian maka kerangka konsep penulis, dalam penelitian ini
adalah Independensi Pemeriksa (sebagai variabel dependen) yang dipengaruhi oleh gangguan Gangguan Pribadi (X1)
Gangguan Ekstern (X2)
Gangguan Organisasi (X3)
pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi dan gangguan diluar organisasi (sebagai
variabel independen).
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti akan melakukan penelitian tentang
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Pemeriksa (Auditor) Pada Inspektorat Kota Binjai.
Dimana yang akan diteliti adalah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Pemeriksa
(Auditor) Pada Inspektorat Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara.
Sebagaimana disebutkan pada Peraturan Badan Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007
tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II Pernyataan
Nomor 01 Standar Umum menyatakan “ada tiga faktor gangguan yang dapat mempengaruhi
independensi pemeriksa (auditor) yaitu gangguan yang bersifat pribadi, gangguan yang
bersifat ekstern, gangguan yang bersifat organisasi”.
Menurut The Institut of Internal Auditors (IIA) Tahun 1978 : “Audit Internal adalah
suatu fungsi penilaian independen yang dilakukan oleh auditor internal untuk menguji dan
mengevaluasi seluruh aktivitas organisasi dalam rangka memberikan rekomendasi dan
konsultasi kepada manajemen.
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah merupakan pernyataan yang tegas dan jelas dan tidak mengandung suatu
pertanyaan, melainkan merupakan sebuah pernyataan yang dapat memberikan arah dan tujuan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep yang telah dikemukakan, maka hipotesis
yang terdapat pada penelitian ini adalah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi
Pemeriksa (Auditor) Pada Inspektorat Kota Binjai Provinsi Sumarera Utara secara simultan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini dapat di katakan sebagai penelitian kausal (causal), Umar (2008) menyebutkan “desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel
mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen
dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat
dampaknya pada variabel dependennya secara langsung”.
Peneliti menggunakan desain penelitian ini untuk memberikan bukti empiris dan
menganalisis gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi sebagai variabel independen terhadap
independensi pemeriksa sebagai variabel dependen pada inspektorat Kota Binjai.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Kantor Inspektorat Kota Binjai yang beralamat di Jalan
Veteran No. 2 Binjai. Sedangkan jangka waktu penelitian dari bulan Agustus 2010 sampai
dengan bulan Oktober 2010.
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf Inspektorat Kota Binjai
yang berjumlah 39 (tiga puluh sembilan) Orang yang terdiri dari :
1. Inspektur = 1 orang
2. Sekretaris = 1 orang
3. Inspektur Pembantu Wilayah = 4 orang
4. Kepala Seksi = 12 orang
5. Kepala Sub Bagian = 3 orang
6. Staf Pemeriksa = 18 orang
Dari jumlah seluruh pegawai Inspektorat Kota Binjai yang berjumlah 39 (tiga puluh
sembilan) orang dijadikan sampel. Metode yang digunakan adalah metode survey, seperti
yang disebutkan Ikhsan dan Ghozali (2006) bahwa “metode survey merupakan pengumpulan
data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli”.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Inspektorat Kota
Binjai, yang bekerja pada Kantor Inspektorat Kota Binjai. Dipilihnya Kantor Inspektorat Kota
Binjai tersebut adalah karena mempertimbangkan sisi kemudahan dalam penelitian, baik
tenaga, biaya dan waktu dalam melakukan pengumpulan data.
Dalam kaitannya dengan menggunakan metode kuesioner yang penyusunannya
dilakukan sepenuhnya oleh peneliti sendiri, atau uji coba untuk menjaga validitas serta realitas
data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan mengunakan kuesioner seperti
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya”. Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner
adalah seluruh staf Inspektorat Kota Binjai yang berjumlah 39 (tiga puluh sembilan) orang.
Bahan untuk pembuatan kuesioner dalam penelitian ini diambil dari peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan RI. Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007.
Tahapan dalam penyebaran, pengambilan dan pengumpulan data kuesioner di bagi
dalam tiga tahap, tahap pertama yaitu adalah melakukan penyebaran kuesioner berupa
pemberian pertanyaan (kuesioner) kepada seluruh staf Inspektorat Kota Binjai, kemudian
kuesioner diisi oleh peserta kuesioner dan peneliti menungu pengisian kuesioner tersebut
sampai selesai diisi oleh seluruh peserta kuesioner. Tahap yang kedua adalah pengambilan
kuesioner yang telah diisi oleh setiap pegawai Inspektorat Kota Binjai tersebut dalam kurun
waktu tertentu. Pada tahap yang ketiga adalah pengumpulan kuesioner yang telah disebarkan
kepada seluruh pegawai inspektorat Kota Binjai tersebut dijadikan sebagai bahan pengolahan
data.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode survey responden, dan sumber datanya berasal dari
peneliti dengan memberikan lembaran kuesioner secara langsung, instrumen dalam kuesioner
masing-masing mewakili satu variabel, dimana item pertanyaan dalam kuesioner tersebut
belum pernah dilakukan sebelumnya di Inspektorat Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah variabel yang digunakan penelitian ini maka perlu diberikan pengertian variabel dan pengukurannya. Hubungan kausatitas dalam
penelitian secara teoritis bermaksud untuk melihat hubungan beberapa variabel yang belum
pasti (hubungan antar variabel tidak mutlak).
Sarwono (2006) mengatakan “….defenisi operasional memungkinkan sebuah konsep
yang bersifat abstrak dijadikan suatu yang operasional sehingga memudahkan penelitian
dalam melakukan pengukuran”. Beberapa konsep dapat langsung dipecah dan ditemukan
elemen-elemen perilakunya yang dapat diukur, tetapi lewat beberapa dimensi dulu.
Untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala interval.
Menurut Erlina dan Mulyani (2007) menyebutkan “skala interval adalah skala pengukuran
yang mengatakan kategori, peringkat dan jarak konstruksi yang diukur tetapi tidak
menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan dan bukan angka absolut”. Apabila
skalanya interval maka rata-rata hitung dipakai sebagai ukuran nilai sentral dan
prosedur-prosedur statistik yang dapat dipakai adalah korelasi product moment, uji t dan uji f dan
lain-lain uji parametsik (Cooper dan Emory : 1995).
Dalam melaksanakan penelitian ini digunakan tiga variabel independen yaitu gangguan
pribadi (X1), gangguan ekstern (X2), gangguan organisasi (X3), dan satu variabel dependen
yaitu independensi pemeriksa (Y).
1. Gangguan pribadi (X1) yaitu gangguan hubungan antara pemeriksa dan yang diperiksa
(objek pemeriksaan) misalnya adanya hubungan pertalian darah sehingga pemeriksa tidak
dapat melaksanakan tugasnya yang berakibat pemeriksa tidak sepenuhnya melaksanakan
pemeriksa membatasi ruang lingkup ataupun pertanyaan-pertanyaan dikurangi sehingga
laporan hasil pemeriksaan dapat berkurang atau melemahkan temuan hasil pemeriksaan.
Untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran
interval.
2. Gangguan ektern (X2), yaitu gangguan ekstern yang dapat menganggu jalannya
pemeriksaan misalnya mempersempit ruang lingkup pemeriksaan ataupun membatasi
kegiatan pemeriksa sehingga dalam laporan hasil pemeriksaan tidak semua temuan dapat
diutarakan dalam hasil pemeriksaan. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan
menggunakan skala pengukuran interval.
3. Gangguan organisasi (X3) yaitu gangguan terhadap pemeriksa (auditor) dapat dipengaruhi
oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut
ditugaskan. Gangguan tersebut bagi auditor bila melaksanakan tugasnya sepenuhnya bisa
dimutasi atau tidak diberikan lagi untuk memeriksa. Pengukuran variabel ini dengan
menggunakan skala pengukuran interval.
Sedangkan independensi pemeriksa (Y) dalam penelitian ini adalah pemeriksa dan
pemeriksa harus bebas dari pengaruh, bebas dari kepentingan, jujur, objektif, integritas tinggi
dan sikap tidak berpihak dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari
gangguan pribadi, ekstern, organisasi, yang dapat mempengaruhi independensinya.
Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.
Tabel 4.1. Defenisi Operasional Variabel
Variabel
Dependen
Independensi Pemeriksa (Y)
- Instansi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dari pengaruh, bebas dari kepentingan, jujur, objektif, integritas tinggi dan sikap tidak berpihak, bebas dalam sikap mental dari gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi dan gangguan di luar organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
- Tidak adanya hubungan kerjasama dan hubungan keluarga antara pemeriksa dengan yang diperiksa.
- tidak ada pembatasan waktu yang tidak wajar dalam pemeriksaan - Pemeriksa dapat melaksanakan
pemeriksaan lebih baik, jika mengetahui sistem informasi keuangan dan administrasi entitas.
- Organisasi pemeriksa bebas dari hambatan independensi
- Tidak ada campur tangan pihak ektern dalam pemeriksaan.
Gangguan yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya.
- Adanya hubungan keluarga atau pertalian darah.
- Memiliki kepentingan keuangan - Pernah bekerja dalam kurun
waktu 2 tahun terakhir.
- Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa.
- terlibat dalam kegiatan objek pemeriksaan.
- Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah.
- Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas. - Adanya tanggung jawab untuk
mengatur entitas.
- Adanya kecenderungan memihak karena keyakinan.
- Pernah bekerja terhadap objek pemeriksaan.
- Mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama organisasi pemeriksa yang dapat
membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi
- Adanya campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang memabtasi atau mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak
kemampuan pemeriksa dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil pemeriksaannya secara independen dan obyektif.
semestinya.
- Terdapat campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.
- Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan
- Adanya campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi pemeriksa.
- Terdapatnya pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa.
- Terdapat wewenang pihak ekstern untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.
- Adanya ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidak setujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan.
- Terdapatnya pengaruh yang membahayakan kelangsungan tersebut ditugaskan dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya.
- Dipengaruhi kedudukan pemeriksa dalam struktur organisasi pemerintahan.
- Dipengaruhi oleh pemeriksaan yang dilaksanakannya.
Interval
4.6. Model Analisis Data 4.6.1. Model Analisis Data
Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier
regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel
independen terhadap variabel dependen”.
Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
Y = α+ β1X1 + β2X2 + β3X3
Keterangan :
+ ℮
Y = Independensi pemeriksa
X1
X
= Gangguan pribadi
2
X
= Gangguan ekstern
3
α = Konstanta
= Gangguan organisasi
β = Koefisien regresi
℮ = error
4.6.2. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi,
yaitu ukuran ketepatan, kecocokan regresi yang dibuat dari hasil estimasi terhadap kelompok
data hasil observasi. Dengan adanya analisis regresi kemungkinan munculnya masalah dalam
analisis regresi dalam mencocokkan prediksi ke dalam variabel dependen atau berupa reaksi,
sedangkan variabel independen merupakan aksi ke dalam serangkaian data.
Variabel – variabel yang merupakan formula/bentuk yang akan diuji pada penelitian ini
adalah uji kualitas data, uji asumsi klasik, statistik deskriptif dan uji statistik untuk
Banyaknya sampel yang akan diteliti adalah pegawai inspektorat Kota Binjai yang
berjumlah 39 (tiga puluh sembilan) orang dengan membandingkan jumlah variabel yang akan
dianalisis secara bersamaan/simultan. Penelitian menyajikan nilai minimum dan maksimum
dari masing-masing variabel, disamping itu menyajikan nilai rata-rata serta menguji
signifikansi pengaruh variabel x dan y dari masing-masing variabel.
4.6.2.1. Uji Kualitas Data
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) ada dua konsep mengukur kualitas data
yaitu realibilitas dan validitas. kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen
penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian tersebut
masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari
penggunaan instrumen.
Dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data yang digunakan antara lain :
1. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang telah
disusun benar-benar akurat, sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur
(variabel kunci yang sedang diteliti). Umar (2008) menyatakan “uji validitas berguna untuk
mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang harus dibuang/diganti
karena dianggap tidak relevan ”. Validitas dalam hal ini merupakan akurasi temuan
penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek
pengujian berbeda (Ikhsan dan Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini pengujian dilakukan
dengan program SPSS, dan untuk uji validitas dengan menggunakan korelasi Bivareate
mengemukakan “….Kriteria pengujiannya dengan taraf signifikansi 5 % atau 0,05 yaitu
jika r hitung ≥ r tabel maka instrumen pertanyaan -pertanyaan kuesioner berkorelasi terhadap skor total (dinyatakan valid), dan jika r hitung lebih < r tabel maka instrumen
pertanyaan-pertanyaan kuesioner tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan tidak valid) ”.
2. Uji Reabilitas
Pengujian reabilitas dilakukan setelah pengujian validitas instrumen penelitian. Uji
reabilitas biasanya digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat
pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsistenjika pengukuran tersebut
diulang. Umar (2008) mengatakan “pengujian reabilitas berguna untuk mengetahui apakah
instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak
oleh responden yang sama”. Dalam melakukan uji reabilitas digunakan metode Alpha
(Cronbach’s) dengan bantuan SPSS, dan menurut Priyatno (2008) menyebutkan “metode
alpha sangat cocok digunakan pada skor bebentuk skala”.
4.6.2.2. Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik
sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat. Menurut
Lubis et.al (2007) “….dalam membuat uji asumsi regresi“. Uji asumsi klasik meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokesdastisitas.
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data (Santosa : 2005).
Tujuan digunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi
normal atau tidak. Seperti yang diungkapkan Umar (2008) “uji normalitas berguna untuk
mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal,
mendekati normal atau tidak. Jika data ternyata tidak berdistribusi normal, analisis non
parametrik termasuk model-model regresi dapat digunakan”. Untuk mengetahui apakah
variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau
tidak dapat dilihat dengan menggunakan kurva histogram dan kurva normal p-plot.
Normalitas data bila dilihat dengan cara kurva histogram dapat ditentukan berdasarkan
bentuk gambar kurva yaitu, data dikatakan normal bila bentuk kurva memiliki kemiringan
yang cenderung seimbang, baik pada sisi kiri maupun pada sisi kanan, dan kurva berbentuk
menyerupai lonceng yang hampir sempurna. Sedangkan normalitas data bila dilihat dengan
kurva normal p-plot, data dikatakan normal bila gambar distribusi dengan titik-titik data
yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti
garis diagonal.
2. Uji Multikolineritas
Erlina dan Mulyani (2007) menyebutkan “Multikolineritas adalah situasi adanya korelasi
variabel-variabel responden antara yang satu dengan yang lainnya”. Selanjutnya Nugroho
(2005) menyebutkan “uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu
model”. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model akan menyebabkan
independen yang lain. Pada penelitian ini untuk mendeteksi terhadap multikolineritas
dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF) pada model regresi. Menurut Nugroho
(2005) “Deteksi Multikolineritas pada suatu model dapat dilihat bila nilai Variance
Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka
model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF = 1/Tolerance, dan bila VIF = 10
maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance”.
3. Uji Heteroskedastisitas
Nugroho (2005) mengemukakan bahwa “heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan
variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau
gambaran hubungan antara nilai yang di prediksi dengan Studentized Residual nilai
tersebut”. Tujuan digunakan uji heteroskedastisitas adalah untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Dalam penelitian ini
dilakukan uji heteroskedastisitas dengan melihat pola grafik regresi.
4.6.2.3. Statistik Deskriptif
Ikhsan dan Ghazali (2006) mengemukakan “statistik deskriptif pada umumnya
digunakan peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian
yang paling utama dan data demografi responden”. Priyatno (2008) mengemukakan juga
bahwa “statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis deskriptif dengan memberikan
gambaran data tentang jumlah data, minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari
jawaban yang telah didapat dari kuesioner.
4.6.2.4. Uji Hipotesis
Priyatno (2008) menyebutkan “uji hipotesis adalah pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah kesimpulan pada sampel dapat berlaku untuk populasi (dapat
digeneralisasikan)”. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknyapengaruh dari
variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Jika terdapat deviasi antara
sampel yang ditentukan dengan jumlah populasi maka tidak menutup kemungkinan untuk
terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan antara menolak maupun menerima suatu
hipotesis.
Untuk menguji hipotesis mengenai gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan
gangguan organisasi secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap
independensi pemeriksa, digunakan pengujian hipotesis secara simultan dengan uji F dan
secara parsial dengan uji t.
1. Uji F
Priyatno (2008) menyebutkan “uji simultan dengan uji F bertujuan untuk mengetahui
apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen”. Dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan alpha 5% atau
0,05 maka hasil uji F dapat dihitung dengan bantuan program SPSS pada tabel ANOVA.
Hasil uji F menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
ditentukan (sebesar 5%), atau F hitung (pada kolom F) lebih besar dari F tabel. F tabel
dihitung dengan cara df1 = k-1, dan df2 = n-k, dimana k adalah jumlah variabel dependen
dan variabel independen, dan n adalah jumlah responden atau jumlah kasus yang diteliti.
2. Uji t
Priyatno (2008) menyebutkan “uji t digunakan untuk mengetahui apakah model regresi
variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen”.
Dengan tingkat signifikasi dalam penelitian ini menggunakan alpha 5% atau 0,05 maka
hasil uji t dapat dihitung dengan bantuan program SPSS dapat dilihat pada tabel t hitung
(tabel Coefficients). Nilai dari uji t hitung dapat dilihat dari p-value (pada kolom Sig.)
pada masing-masing variabel independen, jika p-value lebih kecil dari level of significant
yang ditentukan atau t hitung (pada kolom t) lebih besar dari t tabel (dihitung dari
two-tailed α = 5% df-k, k merupakan jumlah variabel independen), maka nilai variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (dalam arti
Ha diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain terdapat pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen).
4.6.3. Analisis Koefisien Determinasi (R²)
Menurut Nugroho (2005) “koefisien determinasi (R²) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen”. Dengan
menggunakan bantuan olahan program SPSS koefisien determinasi (R²) terletak pada tabel
menyebutkan “….untuk regresi linier berganda sebaiknya menggunakan R Square yang
sudah di sesuaikan atau tertulis Adjusted R Square karena disesuaikan dengan jumlah
variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai R Square dikatakan baik jika
diatas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai dengan 1”.
Untuk mengetahui besar kecilnya nilai koefisien determinasi (R²) antara variabel
independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini, agar lebih jelas lagi dapat
dilihat pada pembahasan bab selanjutnya yaitu pada bab v penulis dalam sub “Analisis
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Data 5.1.1. Deskripsi Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah Kantor Inspektorat Kota Binjai yang beralamat di Jalan
Veteran No. 2 Binjai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Inspektorat Kota
Binjai yang berjumlah 39 (tiga puluh sembilan orang). Pelaksanaan di dalam melakukan
penelitian ini dengan membuat kuesioner sebanyak 39 eksemplar, kemudian disebarkan
kepada seluruh pegawai Inspektorat Kota Binjai.
Setelah dibagikan kepada seluruh pegawai, disarankan untuk mengisi
pertanyaan-pertanyaan (kuesioner) yang diberikan. Dari 39 eksemplar yang dibagikan, ternyata yang
mengembalikan kertas kuesioner tersebut sebanyak 37 orang. Ada 2 eksemplar tidak
dikembalikan, disebabkan yang bersangkutan :
1. Melaksanakan Diklat (Pendidikan dan Pelatihan).
2. Menjalani Pensiun.
Jadi seluruh kuesioner yang kembali berjumlah 37 eksemplar dan dijadikan sampel
Tabel 5.1. Pengumpulan Data
Keterangan Jumlah
Kuesioner yang diberikan berjumlah 39 eksemplar Kuesioner yang tidak kembali
Kuesioner yang kembali
Kuesioner yang dapat digunakan dalam penelitian ini
39 2 37 37
5.1.2. Karakteristik Responden
Dari uraian di atas, Inspektorat Kota Binjai sebagai unsur pengawasan penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Inspektur yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Walikota, secara teknis administrasi mendapat pembinaan dari
Sekretaris Daerah Kota Binjai.
Sesuai dengan ruang lingkup pengawasan meliputi bidang-bidang antara lain : Bidang
Aparatur (Kepegawaian), Bidang Program (Kegiatan), Bidang Keuangan, Bidang
Perlengkapan (Barang). Sebagai tujuan dari pengawasan yang dilaksanakan yaitu meneliti
apakah pelaksanaan tugas telah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
efektif dan efisien, serta memberikan saran perbaikan atas kelemahan/kekurangan yang
ditemui dan memonitor tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan yang lalu.
Sehubungan dengan penelitian, Inspektorat Kota Binjai menurut karakteristik
Responden berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 23 orang (62,1%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 14 orang (37,8%).
Sesuai dengan hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin sebagaimana tersebut pada
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persen
Laki-laki
Dari hasil penelitian berdasarkan masa kerja menunjukkan bahwa staf Inspektorat Kota
Binjai mempunyai masa kerja paling banyak 1 – 10 tahun atau 78,3%, kemudian disusul 11 –
20 tahun atau 16,2% dan yang paling sedikit masa kerja dari 21 – 30 tahun sebanyak 2 atau
5,4%.
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi Persen
1 – 10 tahun 5.2.1. Uji Kualitas Data
Mengukur kualitas data yaitu validitas dan reliabilitas, kualitas data yang dihasilkan
dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan uji reliabilitas.
Menurut Algifari (1997:146), bahwa untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel
dengan menggunakan koefisien korelasi.
Dalam penelitian ini kita harus mengukur kualitas data, pengujian tersebut
instrumen antara lain : uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas
instrumen tersebut dilakukan pada 39 (tiga puluh sembilan) orang staf Inspektorat kota Binjai
yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini.
5.2.1.1. Uji Validitas
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa validitas menunjukkan seberapa
nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan
ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya dalam mencapai sasarannya.
Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan bantuan perangkat lunak yaitu
SPSS, dan nilai validitasnya dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika
angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r hitung > r tabel) maka
instrumen tersebut dinyatakan valid. Angka kritik pada penelitian ini adalah N – 2 = 37-2 = 35
dengan taraf signifikan 5% maka angka kritik untuk uji validasi pada penelitian adalah 0,334.
Berdasarkan pengujian validitas instrumen, nilai corrected item – total correlation bernilai
positif dan di atas nilai r tabel 0,334 yang artinya semua butir pertanyaan dapat dikatakan
valid. Hasil uji validitas variabel independensi pemeriksa (Y), gangguan pribadi (X1),
gangguan ekstern (X2) dan gangguan organisasi (X3) adalah sebagai berikut :
Tabel 5.4. Uji Validitas Variabel Penelitian
Instrumen
Variabel Butir Instrumen
r hitung r tabel Ket.
Independensi Pemeriksa (Y)
a. Pemeriksa tidak memiliki hubungan kerjasama dan hubungan keluarga dengan entitas atau program yang diperiksa.
Instrumen
Variabel Butir Instrumen
r hitung r tabel Ket.
b. Dalam melakukan pemeriksaan, tidak ada pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan
0,418 0,334 Valid
c. Jika pemeriksa mengetahui sistem info keuangan dan administrasi entitas, maka pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan lebih baik.
0,402 0,334 Valid
d. Jika pemeriksa melaksanakan pemeriksaan lebih dari 3 tahun, maka tidak semua kesalahan entitas pemeriksa laporkan
0,513 0,334 Valid
e. Organisasi pemeriksa harus bebas dari hambatan independensi.
0,657 0,334 Valid f. Tidak ada campur tangan pihak ekstern
mengenai penugasan, penunjukan dan promosi pemeriksa.
0,435 0,334 Valid
Gangguan Pribadi (X1
a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa.
)
0,655 0,334 Valid
b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.
0,532 0,334 Valid
c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
0,443 0,334 Valid
d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa.
0,582 0,334 Valid e. Terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam kegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, menyusun dan atau mereview laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.
0,39 0,334 Valid
f. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah.
0,541 0,334 Valid
g. Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan