PENGUKURAN KINERJA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA TAHUN 2010 MENGGUNAKAN
PERFORMANCE INDICATOR MEASUREMENT YANG
DIKELUARKAN OLEH AMERICAN
LIBRARY ASSOCIATION (ALA)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi
Oleh : ISJI HARDI
090723002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI S1 MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pengukuran Kinerja Perpustakaan Universitas Sumatera
Utara Tahun 2010 Berdasarkan ISO 11620
Oleh : Isji Hardi
NIM : 090723002
DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
Ketua Jurusan : Dr. Irawati A. Kahar., M. Pd.
Tanda Tangan :
:
Tanggal :
FAKULTAS ILMU BUDAYA
Dekan : Dr. Syahron Lubis, M.A.
Tanda Tangan :
:
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Pengukuran Kinerja Perpustakaan Universitas Sumatera
Utara Tahun 2010 Berdasarkan ISO 11620
Oleh : Isji Hardi
NIM : 090723002
Pembimbing I : Drs. Jonner Hasugian, M. Si.
Tanda Tangan :
:
Tanggal :
Pembimbing I : Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd.
Tanda Tangan :
:
LEMBAR ORISINALITAS
Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai salah satu
penelitian untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media
publikasi lain.
Peneliti membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan peneliti
dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari peneliti dengan
mencantumkan tanda kutip.
Medan, 2011.
Peneliti,
Isji Hardi
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmatNya jualah
maka peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan Studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Dalam bidang
Studi Perpustakaan dan Informasi. Judul penelitian ini adalah “Pengukuran Kinerja
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Tahun 2010 Berdasarkan ISO 11620”
Peneliti menyadari akan adanya kekurangan/kelemahan dalam penulisan
penelitian ini, untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang
bersifat membangun.
Ucapan terima kasih yang tak tehingga penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Syahroni Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Irawati A. Kahar, M.Pd, selaku ketua Program studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi dan sekaligus sebagai dosen mata kuliah Statistik.
3. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M. Si., selaku dosen Pembimbing I dan Dra.
Zaslina Zainuddin, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan demi kelancaran penelitian ini
4. Kepala Perpustakaan USU seluruh staf dan pegawai yang telah memberikan
informasi yang penulis butuhkan selama mengadakan penelitian
5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah
mendidik penulis selama masa perkuliahan.
6. Kepada Ayah dan Ibunda tercinta serta keluarga yang selalu berdoa dan
berkorban bagi penulis sehingga menyelesaikan studi.
7. Istri tercinta Sri Bulan Juli Nainggolan yang telah membantu penulis baik
secara moril dan spritual ikut berpartisipasi menyelesaikan penelitian ini.
8. Seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penulisan penelitin
ini.
Akhirnya semoga atas jasa-jasa Bapak/Ibu/Saudara, dan semua pihak
ABSTRAK
Isji Hardi, 2011.“Pengukuran Kinerja Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Tahun 2010 Berdasarkan ISO 11620” Medan: Program Ekstensi
S1 Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Perpustakaan sebagai institusi/organisasi perlu diukur dan dinilai. Karena, perpustakaan sebagai lembaga pengelola dokumentasi dan jasa informasi harus ditangani secara profesional dengan mengikuti ketentuan dan standarisasi pengukuran yang profesional pula. Penilaian kinerja perpustakaan akan baik apabila didukung dengan pengukuran kinerja perpustakaan yang berlaku internasional yaitu ISO 11620. Memang pada ISO 11620 ini telah dicatat sebagian besar indikator berupa data kumulatif seperti jumlah koleksi, jumlah pengunjung, jumlah peminjam, jumlah pegawai, dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui perkembangan pengukuran perpustakaan USU, tidak ada cara lain selain mengukur kinerja yang telah kita capai dan membandingkannya dengan kinerja sebelumnya. Saat ini belum ada pedoman lain untuk mengukur kinerja perpustakaan perguruan tinggi yang diterbitkan secara resmi selain yang diterbitkan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Indikator kinerja pada pedoman ini mengacu kepada Performance Indicator Measurement dalam makalah Abdul Rahman Saleh yang dikeluarkan oleh American Library Association (ALA). Semua ukuran kinerja ini tercantum dalam ukuran kinerja menurut ISO 11620. Beberapa ukuran pada ISO 11620 sengaja belum disertakan dalam pedoman ini karena kemungkinan masih sulit diterapkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU), dengan menggunakan Performance Indicator
Measurement. Kemudian aspek yang di ukur yatu: (1) Circulation perCapita, (2) In-Library Material Use perCapita, (3) In-Library Visit perCapita, (4) Program Attandance perCapita, (5) Reference Transactions PerCapita, (6) Reference Fill Rate, (7) Title Fill Rate, (8) Subject and Autor Fill Rate, (9) Registration as a Percentage of Population, (10) Turnover Rate.
Sebagai Gambaran Hasil sementara dari penelitian ini menunjukkan penilaian kinerja perpustakaan dapat dilihat sebagai berikut: (1) Circulation perCapita dengan hasil yang wajib dilayani 7 eksemplar buku yang di pinjam, (2) ) In-Library Material
Use perCapita jumlah yang di gunakan perorang 47 eksemplar pertahun, (3) Library Visit perCapita yaitu yang berkunjung 32 kali kunjungan pertahun, (4) Program Attandance perCapita yaitu peserta yang ikut keacara yang dilakukan pertahun 0,07
kali, (5) Reference Transactions PerCapita yaitu permintaan informasi pertahun 0,05 permintaan informasi yang dilakukan, (6) Reference Fill Rate yaitu mengukur semua pertanyaan yang dapat dijawab oleh petugas sebesar 100% pertahun, (7) Title Fill
Rate yaitu judul koleksi yang diinginkan pertahun sebesar 36,4%, (8) Subject and Autor Fill Rate yaitu permintaan literatur pertahun sebesar 64,5%, (9) Registration as a Percentage of Population yaitu anggota yang mendaftar kembali sebesar 93,30%
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Daftar Isi ... ii
Daftar Tabel ... v
Daftar Gambar ... vi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian... 6
1.4. Manfaat Penelitian... 6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 6
BAB II. KAJIAN TEORITIS 2.1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi... 7
2.1.1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi... 7
2.1.2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi... 8
2.1.3. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi... 10
2.2. Kinerja Perpustakaan Perguruan Tinggi... 11
2.2.1. Pengertian Kinerja ... 11
2.2.2. Tujuan Kinerja ... 13
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja... 13
2.2.4. Aspek-aspek Standar Kinerja ... 15
2.2.5. Tolak Ukur Kinerja ... 16
2.2.6. Evaluasi Kinerja ... 17
2.3. Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi... 18
2.3.1. Pengertian Layanan ... 18
2.3.2. Kualitas Layanan ... 20
2.3.3. Teknik Layanan ... 21
2.4. Pengukuran Kinerja Perpustakaan Perguruan Tinggi... 23
2.4.2. Fungsi dan Tujuan Pengukuran... 25
2.4.3. Alat Pengukuran... 26
2.4.4. Standar Pengukuran yang digunakan... 28
2.4.5. Model Pengukuran... 28
2.4.6. Pendekatan-Pendekatan Pengukuran... 30
2.5. ISO (International Organization for Standardization) ... 32
2.6. ISO (International Organization for Standardization) 11620 ... 33
2.7. Standar Indikator Kinerja Perpustakaan Perguruan Tinggi... 34
2.7.1. Standarisasi ... 34
2.7.2. Indikator Kinerja ... 36
2.7.2.1. Pengertian Indikator... 36
2.7.2.2. Fungsi Indikator... 37
2.7.2.2. Syarat Indikator... 37
2.7.3. Indikator Kinerja perpustakaan... 38
2.8. Pedoman Pengukuran Kinerja Perpustakaan Perguruan Tinggi mengacu kepada Performance Indicator Measurement yang di keluarkan oleh American Library Association (ALA) ... 40
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian... 42
3.2. Unit Analisis... 43
3.3. Instrumen Penelitian ... 43
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.5. Jenis dan Sumber Data……... 44
3.6. Analisis Data... 44
BAB IV. HASIL PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Kinerja Perpustakaan USU mengacu kepada Performance Indicator Measurement... 50
4.1.1. Sirkulasi perKapita (Circulation perCapita)... 50
4.1.2. In-Library Material Use perCapita……….. 54
4.1.4. Program Attandance perCapita... 59
4.1.5. Reference Transactions PerCapita... 63
4.1.6. Reference Fill Rate………66
4.1.7. Title Fill Rate……….……67
4.1.8. Subject and Autor Fill Rate... 69
4.1.9. Registration as a Percentage of Population... 71
4.1.10. Turnover Rate……….. 72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 76
5.2. Saran... 78
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Matriks Indikator Kinerja Perpustakaan menurut ISO 11620... 39
Tabel 2: Matriks Indikator Kinerja Perpustakaan menurut Performance
Indicator Measurement... 41
Tabel 3: Indikator Kinerja Perpustakaan yang akan dianalisis... 44
Tabel 4: Jumlah Peminjam dan Pinjaman Mahasiswa (Januari sampai dengan
Desember 2010)... 51
Tabel 5: Jumlah Anggota Perpustakaan (Januari s.d. Desember 2010)... 53
Tabel 6: Jumlah In-Library Material Use (Januari s.d. Desember 2010)... 55
Tabel 7: Jumlah Lembar Bahan Pustaka yang Difotokopi (Januari s.d. Desember
2010)... 56
Tabel 8: Jumlah Pengunjung Perpustakaan (Januari s.d. Desember 2010)... 58
Tabel 9: Jumlah Pengunjung Yang Ikut ke Acara-Acara Perpustakaan (Januari
s.d. Desember 2010)... 60
Tabel 10: Jumlah Permintaan Berdasarkan Formulir Pencatatan Transaksi
Pelayanan Referensi (Januari s.d. Desember 2010)... 64
Tabel 11: Jumlah Penelusuran Permintaan Pelayanan Referensi (Januari s.d.
Desember 2010)... 66
Tabel 12: Jumlah Permintaan Penelusuran Melalui Judul Koleksi (buku dan
Lain sebagainya Januari s.d. Desember 2010)... 68
Tabel 13: Jumlah Permintaan Penelusuran Melalui Subjek dan Pengarang
(Januari s.d. Desember 2010)... 69
Tabel 14: Statistik Jumlah Permintaan Penelusuran Melalui Subjek dan Pengarang
Melalui Situs Web Perpustakaan (library.usu.ac.id Januari s.d.
Desember 2010)... 70
Tabel 15: Sebaran Peminjaman Buku Perpustakaan (Januari s.d. Desember
2010)... 73
Tabel 16: Jumlah Seluruh Koleksi Perpustakaan (Holdings) (Januari s.d.
Desember 2010... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar I : Perkembangan Jumlah Anggota Perpustakaan (2006-2010)... 39
ABSTRAK
Isji Hardi, 2011.“Pengukuran Kinerja Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Tahun 2010 Berdasarkan ISO 11620” Medan: Program Ekstensi
S1 Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Perpustakaan sebagai institusi/organisasi perlu diukur dan dinilai. Karena, perpustakaan sebagai lembaga pengelola dokumentasi dan jasa informasi harus ditangani secara profesional dengan mengikuti ketentuan dan standarisasi pengukuran yang profesional pula. Penilaian kinerja perpustakaan akan baik apabila didukung dengan pengukuran kinerja perpustakaan yang berlaku internasional yaitu ISO 11620. Memang pada ISO 11620 ini telah dicatat sebagian besar indikator berupa data kumulatif seperti jumlah koleksi, jumlah pengunjung, jumlah peminjam, jumlah pegawai, dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui perkembangan pengukuran perpustakaan USU, tidak ada cara lain selain mengukur kinerja yang telah kita capai dan membandingkannya dengan kinerja sebelumnya. Saat ini belum ada pedoman lain untuk mengukur kinerja perpustakaan perguruan tinggi yang diterbitkan secara resmi selain yang diterbitkan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Indikator kinerja pada pedoman ini mengacu kepada Performance Indicator Measurement dalam makalah Abdul Rahman Saleh yang dikeluarkan oleh American Library Association (ALA). Semua ukuran kinerja ini tercantum dalam ukuran kinerja menurut ISO 11620. Beberapa ukuran pada ISO 11620 sengaja belum disertakan dalam pedoman ini karena kemungkinan masih sulit diterapkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU), dengan menggunakan Performance Indicator
Measurement. Kemudian aspek yang di ukur yatu: (1) Circulation perCapita, (2) In-Library Material Use perCapita, (3) In-Library Visit perCapita, (4) Program Attandance perCapita, (5) Reference Transactions PerCapita, (6) Reference Fill Rate, (7) Title Fill Rate, (8) Subject and Autor Fill Rate, (9) Registration as a Percentage of Population, (10) Turnover Rate.
Sebagai Gambaran Hasil sementara dari penelitian ini menunjukkan penilaian kinerja perpustakaan dapat dilihat sebagai berikut: (1) Circulation perCapita dengan hasil yang wajib dilayani 7 eksemplar buku yang di pinjam, (2) ) In-Library Material
Use perCapita jumlah yang di gunakan perorang 47 eksemplar pertahun, (3) Library Visit perCapita yaitu yang berkunjung 32 kali kunjungan pertahun, (4) Program Attandance perCapita yaitu peserta yang ikut keacara yang dilakukan pertahun 0,07
kali, (5) Reference Transactions PerCapita yaitu permintaan informasi pertahun 0,05 permintaan informasi yang dilakukan, (6) Reference Fill Rate yaitu mengukur semua pertanyaan yang dapat dijawab oleh petugas sebesar 100% pertahun, (7) Title Fill
Rate yaitu judul koleksi yang diinginkan pertahun sebesar 36,4%, (8) Subject and Autor Fill Rate yaitu permintaan literatur pertahun sebesar 64,5%, (9) Registration as a Percentage of Population yaitu anggota yang mendaftar kembali sebesar 93,30%
BAB I
PENDAHULUAN
1.6. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan sebagai institusi/organisasi perlu diukur dan dinilai. Karena,
perpustakaan sebagai lembaga pengelola dokumentasi dan jasa informasi harus
ditangani secara profesional dengan mengikuti ketentuan dan standarisasi pengukuran
yang profesional pula. Untuk itu, perlu dikelola dengan pendekatan sistem manajemen
jaminan mutu dan selalu diukur dan dievaluasi secara berkala menurut standar
tertentu.
Pegukuran kinerja yang tadinya hanya dilakukan oleh organisasi yang
menerapkan TQM (Total Quality Manajement), kini mulai dibahas oleh para
pimpinan perpustakaan di lingkungan internasional. Beberapa perpustakaan di
berbagai negara mulai melakukan identifikasi dan melakukan uji coba pengukuran
indikator kinerja di perpustakaan masing masing. Berbagai seminar internasional
kemudian diselenggarakan khusus untuk membahas masalah tersebut, misalnya oleh
University of Northumbria Newcastle tahun 1995, atau oleh ASLIB tahun 1996, dan
1997 (Sri Purnomowati, 2006). Berkat kerja keras sebuah komite, draft ISO 11620
mengenai indikator kinerja perpustakaan berhasil disampaikan pada konferensi IFLA
ke 61 di Turki tahun 1995. Dalam kesempatan tersebut telah disosialisasikan 20
indikator kinerja yang dapat digunakan untuk semua jenis perpustakaan di semua
negara (Carbone 1995). Setelah mengalami perubahan dan proses yang panjang,
akhirnya draft tersebut resmi dipublikasikan pada tahun 1998.
Ada beberapa aspek pengukuran kinerja perpustakaan yang perlu diukur,
yaitu: biaya input, output (luaran), efektivitas dan ekstensivitas (Queensland
Departement of Education Virtual Library 1995). Penjabaran secara rinci adalah
sebagai berikut. Pengukuran biaya input perpustakaan adalah sumberdaya yang
disediakan dan digunakan untuk mendukung jasa dan produk perpustakaan. Hal ini
dapat diukur dalam bentuk: staf, peralatan, sistem, koleksi, gaji, komunikasi,
Pengukuran output (luaran) perpustakaan adalah hasil langsung dari
penggunaan sumber daya (input), misalnya berupa jasa peminjaman, jasa penelusuran,
jasa fotokopi dan sebagainya. Luaran tidak hanya dapat diukur dari jumlah jasa yang
dihasilkan, tetapi juga hal-hal terkait seperti: kualitas output, ketepatan waktu
layanan, ketersediaan dan kemudahan akses. Jumlah luaran, misalnya: jumlah
peminjaman, jumlah permintaan penelusuran, jumlah fotokopi, adapun kualitas luaran
dapat berupa: relevansi koleksi, ketepatan jawaban yang diberikan, relevansi hasil
penelusuran. Ketepatan waktu layanan, misalnya: waktu yang dibutuhkan untuk
menunggu proses peminjaman, waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil
penelusuran atau fotokopi.
Ketersediaan jasa dapat berupa: jumlah jam buka perpustakaan, periode
peminjaman, jumlah karyawan yang tersedia, sementara kemudahan akses, misalnya:
jarak antara jasa dengan pemakai secara fisik atau waktu, proporsi koleksi yang boleh
dipinjam, proporsi koleksi yang salah susun, proporsi koleksi yang dapat langsung
digunakan pemakai dan lain-lain.
Pengukuran efektivitas perpustakaan adalah efek luaran perpustakaan dilihat
dari perspektif pemakai. Hal ini dapat diukur dari kepuasan dan jumlah jasa yang
digunakan oleh pemakai. Jumlah jasa yang digunakan, misalnya: jumlah pengunjung
perpustakaan, jumlah pemakai perpustakaan, jumlah permintaan, jumlah dokumen
yang digunakan, persepsi dan kepuasan pemakai tentang jasa menyangkut kualitas,
ketepatan waktu, ketersediaan dan kemudahan akses. Disamping itu, efektifitas dapat
mencakup seberapa penting menurut pemakai hal-hal yang berkaitan dengan:
ketepatan waktu, ketersediaan, kemudahan akses, kedalaman dan cakupan, termasuk
juga maksud penggunaan dan manfaat yang diperoleh dari penggunaan jasa tersebut.
Manfaat utama dari program pengukuran ini menurut peneliti adalah
tersedianya umpan balik yang tepat, berarti dan objektif. Dengan hasil penilaian
orang bisa melihat bagaimana mereka melakukan pekerjaannya, membandingkannya
dengan standard kinerja, dan memutuskan apa yang harus dilakukan untuk melakukan
perbaikan berdasarkan penilaian tersebut.
Kinerja atau prestasi kerja (performance) dapat diartikan sebagai pencapaian
hasil kerja sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku pada masing-masing
organisasi. Dalam dunia perpustakaan pengertian kinerja perpustakaan adalah
efektifitas jasa yang disediakan oleh perpustakaan dan efisiensi sumber daya yang
kinerja adalah pernyataan numerik, simbol atau verbal yang diperoleh dari statistik
dan data perpustakaan yang digunakan untuk memberi ciri terhadap kinerja sebuah
perpustakaan. Dalam ISO 11620 memuat pedoman cara penilaian kinerja 12 aspek
perpustakaan melalui 29 indikator kinerja (Purnomowati 2003: 36-39) yaitu:
Kepuasan Pemakai, Persentase Target Pemakai yang Dicapai, Kunjungan ke
Perpustakaan perKapita, Ketersediaan Judul Dokumen, Penggunaan di Perpustakaan
perKapita, Tingkat Penggunaan Dokumen, Pinjaman perKapita, Tingkat Ketepatan
Jawaban yang Diberikan, Tingkat Keberhasilan Penelusuran Melalui Katalog Judul,
Tingkat Keberhasilan Penelusuran Melalui Katalog Subyek, Ketersediaan Fasilitas,
Tingkat Penggunaan Fasilitas, Tingkat Keterisian Kursi, Ketersediaan Sistem
Automasi, dan Media Waktu Pengelolaan Dokumen.
Saat ini ada pedoman lain untuk mengukur kinerja perpustakaan perguruan
tinggi yang diterbitkan secara resmi selain yang diterbitkan oleh Forum Perpustakaan
Perguruan Tinggi Indonesia. Indikator kinerja pada pedoman ini mengacu kepada
Performance Indicator Measurement yang dikeluarkan oleh American Library Association (ALA). Semua pengukuran kinerja ini tercantum dalam ukuran kinerja
menurut ISO 11620. Yang dijelaskan dalam makalah Saleh (2008: 1)
Beberapa ukuran pada ISO 11620 sengaja belum disertakan dalam pedoman
ini karena kemungkinan masih sulit diterapkan. Beberapa dari ukuran yang sudah
disepakati oleh lokakarya dan pertemuan dengan para kepala perpustakaan perguruan
tinggi se-Indonesia pada tanggal 5 juli 2001 di Jakarta yaitu dengan judul Pengukuran
Kinerja Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Rangka Penerapan Manajemen Modern.
Pada perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan akademik
memainkan perannya dalam kehidupan suatu perguruan tinggi. Sebagai pusat sumber
informasi, perpustakaan memperoleh tempat utama dan sentral karena perpustakaan
melayani semua fungsi perguruan tinggi. Untuk menjalankan fungsi tersebut,
perpustakaan menyediakan pelayanan yang bersifat mutlak dan mendasar. Pelayanan
yang diberikan akan mempengaruhi semua program perguruan tinggi, dan tanpa itu
berarti penundaan berfungsinya perguruan tinggi sebagai pusat pembelajaran dan
penelitian
Di sini Perpustakaan USU sebagai penunjang Tridharma Perguruan Tinggi
yang memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung visi, misi dan tujuan
mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang dapat bersaing, berkualitas baik secara
nasional dan internasional. USU juga mampu mengembangkan diri sesuai dengan
kebutuhan baik di lingkungan kerja, ilmu pengetahuan, penelitian, teknologi, seni dan
budaya serta sebagai pusat rujukan dan konsultasi. Berkenaan dengan hal tersebut,
perpustakaan USU berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas serta perannya dalam mengikuti permasalahan-permasalahan perkembangan
yang terjadi pada USU.
Dalam 5 tahun terakhir ini, Perpustakaan USU mengalami perubahan yang
sangat pesat, dimana perpustakaan mulai melakukan perubahan-perubahan yang
sangat mendasar dari berbagai aspek baik perpustakaan manual keperpustakaan
digital, pelayanan dengan penerapan manajemen mutu dan lain sebagainya. Yang
tujuannya adalah untuk memberdayakan semua unsur baik pemerintah maupun civitas
akademika USU. Pengguna utama perpustakaan USU adalah berorientasi pada
mahasiswa, dosen dan civitas akademika yang mengutamakan kepuasan pengguna
sebagai dasar penyelenggaraan perpustakaan. Usaha tersebut mendapatkan hasil yang
menggembirakan yang ditandai dengan jumlah pengguna perpustakaan setiap
tahunnya di rata-ratakan 15% sampai dengan 30%, yang dimulai dari tahun 2005
sampai dengan sekarang.
Perpustakaan USU juga telah dilakukan evaluasi kinerja layanan perpustakaan
dengan menggunakan metode perpustakaan perguruan tinggi sendiri dengan
membandingkan hasil indikator setiap tahunnya, Libraries Quality (LibQual), dan
Library Services Quality (LevQual). Pada tahun 2010 telah dilakukan evaluasi kinerja
layanan Perpustakaan USU dengan menggunakan ISO 11620. (Dewiyana, 2010:
121-132). Dimana, evaluasi kinerja layanan tersebut dilakukan berdasarkan data realisasi
pencapaian kinerja 2009. Evaluasi kinerja layanan Perpustakaan USU perlu dilakukan
suatu pengukuran secara rutin dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk
mendapatkan unpan balik (feed back) oleh pengguna, yang kesemuanya dipengaruhi
oleh hasil dari evaluasi dan perkembangan teknologi informasi.
Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa begitu pentingnya dilakukan
pengukuran kinerja perpustakaan USU yang memiliki indikator tersendiri untuk
penilaian kinerja perpustakaan. Sampai saat ini pengukuran kinerja perpustakaan
sudah pernah dilakukan, namun, hanya pada ISO 11620. Sementara peneliti ini
membahas Performance Indicator Measurement yang dikeluarkan oleh American
In-Library Material Use perCapita, (3) In-Library Visit perCapita, (4) Program Attandance perCapita, (5) Reference Transactions PerCapita, (6) Reference Fill Rate, (7) Title Fill Rate, (8) Subject and Autor Fill Rate, (9) Registration as a Percentage of Population, dan (10) Turnover Rate, yang mengacu pada Performance Indicator Measuremen.
Berdasarkan uraian di atas bahwa untuk dapat hasil dan kondisi yang prima
pada perpustakaan maka, peneliti berkeinginan untuk meneliti kembali bagaimanakah
kinerja perpustakaan USU jika dilakukan pengukuran dan penilaian. Kemudian, judul
penelitian ini adalah“ Pengukuran Kinerja Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Tahun 2010 Berdasarkan ISO 11620”.
1.7. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja
perpustakaan USU, jika dilakukan pengukuran yang mengacu pada Performance
Indicator Measurement yang dikeluarkan oleh American Library Association (ALA),
yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Circulation perCapita pada perpustakaan USU tahun 2010?
2. Bagaimana In-Library Material Use perCapita pada perpustakaan USU
tahun 2010?
3. Bagaimana Library Visit perCapita pada perpustakaan USU tahun 2010?
4. Bagaimana Program Attandance perCapita pada perpustakaan USU tahun
2010?
5. Bagaimana Reference Transactions PerCapita pada perpustakaan USU
tahun 2010?
6. Bagaiman Reference Fill Rate pada perpustakaan USU tahun 2010?
7. Bagaiman Title Fill Rate pada perpustakaan USU tahun 2010?
8. Bagaiman Subject and Autor Fill Rate pada perpustakaan USU tahun
2010?
9. Bagaiman Registration as a Percentage of Population, pada perpustakaan
USU tahun 2010?
1.8. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja perpustakaan USU
berdasarkan ISO 11620. Lebih rinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Circulation perCapita pada perpustakaan USU tahun 2010;
2. In-Library Material Use perCapita pada perpustakaan USU tahun 2010;
3. Library Visit perCapita) pada perpustakaan USU tahun 2010;
4. Program Attandance perCapita pada perpustakaan USU tahun 2010;
5. Reference Transactions PerCapita pada perpustakaan USU tahun 2010;
6. Reference Fill pada perpustakaan USU tahun 2010;
7. Title Fill pada perpustakaan USU tahun 2010;
8. Subject and Autor Fill Rate pada perpustakaan USU tahun 2010;
9. Registration as a Percentage of Population pada perpustakaan USU tahun
2010;
10.TurnoverRate pada perpustakaan USU tahun 2010.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini secara praktis dan teoritis berguna sebagai
masukan, dapat membenahi manajemen, pelayanan, minat baca sehingga bermanfaat
sebagai sumber belajar secara optimal. Dan hasil penelitian ini berguna untuk:
1. Perpustakaan USU, dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
pengembangan perpustakaan selanjutnya.
2. Peneliti lanjutan, dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian pada
masalah yang sama.
3. Program Studi, sebagai khasanah pengetahuan dan dapat bermanfaat
dalam meningkatkan wawasan dalam bidang dokumentasi dan jasa
informasi.
1.5. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang, rumusan, tujuan dan manfaat penelitian ini, maka
ruang lingkup yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengkaji
tentang ”Pengukuran kinerja perpustakaan USU Tahun 2010 berdasarkan ISO 11620
yang mengacu pada Performance Indicator Measurement yang dikeluarkan oleh
American Library Association (ALA)” Dalam penelitian ini peneliti melakukan
pengukuran dengan menggunakan metode deskriptif dokumentasi dan pengamatan
BAB. II
KAJIAN TEORITIS
2.1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya berperan serta dalam
melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya. Yang dimaksud perguruan tinggi adalah Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, Politeknik, dan perguruan tinggi lainnya yang sederajat. Seperti yang di jelaskan oleh Qalyubi, (2007: 287) mengatakan bahwa:
Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual.
Adapun tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah mengembangkan koleksi
mengolah dan merawat, memberi layanan, serta melaksanakan administrasi
perpustakaan. (Perpustakaan perguruan tinggi, Buku pedoman, 2004: 3).
Selanjutnya berdasarkan Sutarno, (2003: 35) mendefenisikan sebagai berikut:
“Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada dalam suatu
perguruan tinggi dan sederajad yang berfungsi mencapai Tri Dharma Perguruan
Tinggi, sedangkan penggunanya adalah seluruh sivitas akademika.”
Dan selanjutnya Sjahrial-Pamuntjak, (2000: 4) menjelaskan perpustakaan
perguruan tinggi adalah: “Perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga
pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas,
perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi”.
Kemudian Sulistyo-Basuki, (1993: 51) menyatakan bahwa: “Perpustakaan
perguruan tinggi merupakan perpustakaan merupakan badan bawahan dari perguruan
tinggi, bekerjasama membantu terlaksananya tujuan dari perguruan tinggi..”
Selain dari pada itu para ahli yang lain Soeatminah, (1992: 40). menjelaskan
bahwa: “Perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unsur penunjang yang
merupakan perangkat kelengkapan dibidang pendidikan, dan pengabdian kepada
Berdasarkan dari pengertian-pengertian di atas, jadi perpustakaan perguruan
tinggi adalah perpustakaan yang didirikan lembaga peguruan tinggi, berperan sebagai
salah satu unit sarana kelengkapan yang bersifat akademik dalam menunjang
pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi.
Perpustakaan berarti pelayanan yang melayani dan menyongsong pembaca,
ingin mengetahui kebutuhan dan melayani pengunjung. Tidak ada perpustakaan jika
tidak ada pelayanan, karena itu perpustakaan identik dengan pelayanan. Agar tanggap
terhadap kepentingan pembacanya, perpustakaan harus menyediakan bahan-bahan
pustaka dengan mudah, cepat dan tepat, jelas dimengerti pengguna perpustakaan.
Untuk itu perpustakaan diharapkan dapat melaksanakan fungsinya dengan
baik. Dengan kata lain perpustakaan adalah salah satu ujung tombak yang vital dalam
setiap program pendidikan, pengajaran dan penelitian bagi setiap lembaga pendidikan
dan ilmu pengetahuan. Jadi pada hakekatnya perpustakaan perguruan tinggi
merupakan suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari lembaga induknya,
yang bersama-sama dengan unit lain tetapi dengan peranan yang berbeda, bertugas
membantu perguruan tinggi yang bersangkutan dalam melaksanakan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
2.1.2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi sering dimaknai sebagai pusat penelitian karena banyak menyediakan informasi yang berkaitan dengan sarana pendukung dalam proses penelitian. Adapun disisi lain tujuannya sebagai unit pelaksana teknis dari suatu perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain melakukan kegiatan sehingga terlaksananya penyelenggaraan dalam membantu lembaga induknya untuk melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh Sulistyo-Basuki, (1993: 52) menyatakan tujuan dari penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah:
1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya
staf pengajar dan mahasiswa sering pula mencakup tenaga administrasi perguruan tinggi;
2. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referen) pada semua tingkat
akademi, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga kemahasiswa program pasca sarjana dan pengajar;
3. Menyediakan ruang belajar untuk pemakai perpustakaan;
4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis
pemakai;
5. Menyediakan jenis informasi aktif yang tidak hanya terbatas pada
Tujuan diselenggarakannya perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk mendukung dan memperlancar serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program kegiatan perguruan tinggi melalui pelayanan informasi. Dalam pelaksanaan kegiatanya ada lima aspek dalam buku pedoman umum perpustakaan perguruan tinggi, (1979: 1) yang meliputi: “(1) Pengumpulan informasi, (2) Pelestarian
informasi, (3) Pengolahan informasi, (4) Pemanfaatan informasi, (5) Penyebarluasan informas”
Selaras dengan kegiatan perpustakaan perguruan tinggi, tujuan perpustakaan perguruan tinggi juga dapat dikategorikan sebagai unsur penunjang Tri Dharma perguruan tinggi dan dalam buku pedoman umum perpustakaan perguruan tinggi, (2004: 47) merumuskan tujuannya sebagai berikut:
1. Mengadakan buku, jurnal, dan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen,
mahasiswa, dan staf lainnya bagi kelancaran program pengajaran di perpustakaan perguruan tinggi;
2. Mengadakan buku, jurnal, dan pustaka lainnya yang di perlukan untuk
penelitian sejauh dana tersedia;
3. Mengusahakan, menyimpan dan merawat pustaka yang bernilai sejarah,
yang dihasilkan oleh sivitas akademika;
4. Menyediakan sarana bibliografi untuk menunjang pemakaian
perpustakaan;
5. Menyediakan tenaga yang cukup serta penuh dedikasi untuk melayai
kebutuhan pengguna perpustakaan;
6. Bekerja sama dengan perpustakaan lain untuk pengembangan program
perpustakaan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi tidak lain sebagai penyedia jasa pelayanan informasi yang meliputi
pengumpulan, pelestarian, pengolahan sehingga dapat dimanfaatkan pengguna sebagai wujud dukungan, memperlancar serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program kegiatan perguruan tinggi. Tujuan lain dari suatu perpustakaan perguruan tinggi adalah menyediakan fasilitas yang mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika, serta memberikan berbagai jasa informasi dan membantu mengembangkan mutu layanan.
2.1.3. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Untuk memperdalam kajian mengenai fungsi dari perpustakaan perguruan
tinggi, berikut Qalyubi, (2007: 17) menjelaskan bahwa:
1. Fungsi Utama Perpustakaan
a. Penyimpanan, Perpustakaan bertugas menyimpan koleksi (informasi)
yang diterimanya.;
b. Pendidikan, Pendidikan Perpustakaan merupakan tempat belajar
mereka yang sudah bekerja atau telah meninggalkan bangku sekolah dan mereka yang putus sekolah.;
c. Penelitian, Perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai macam
koleksi (informasi) untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh pemakai.;
d. Informasi, Perpustakaan menyediakan informasi bagai pemakai yang
disesuaikan bagi pemakai yang disesuaikan dengan jenis perpustakaan.;
e. Rekreasi kultural, Perpustakaan berfungsi menyimpan khazanah
budaya dari masyarakat sekitar perpustakaan melalui penyediaan bahan bacaan.;
2. Fungsi Pendukung Perpustakaan, yaitu menghimpun, memelihara dan
memberdayakan semua koleksi bahan pustaka yang dijelaskan oleh Sutarno, (2006: 72) Adapun rincinya sebagai berikut:
a. Pengadaan bahan pustaka;
b. Pengolahan;
c. layanan;
d. Pemasyarakatan/sosialisasi;
e. Kerja sama layanan antar perpustakaan;
f. Untuk perpustakaan tertentu, dikembangkan fungsi: penyusunan dan
penerbitan bibliografi, abstrak, indeks, kumpulan karangan ilmiah, artikel, kliping, dan lain-lain;
g. Pengembangan Sumber Daya Manusia;
h. Pembinaan dan pengembangan organisasi;
i. Melakukan upaya preservasi koleksi;
j. Membuat peraturan/tata tertib;
k. Penerapan dan pemanfaatan teknologi informasi;
l. Penciptaan dan mengembangkan iklim di perpustakaan agar:
masyarakat tahu tentang arti, kegunaan, masyarakat tertarik, berminat, tergugah merasa mendapat perhatiaan, bimbingan atau bantuan oleh petugas perpustakaan, merasa mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya.
Dari penjelasan di atas dapat dijadikan referensi bahwa fungsi dari sebuah
perpustakaan perguruan tinggi merupakan penyediaan fasilitas pengajaran dan
penelitian untuk memenuhi kebutuhan anggota sivitas akademikanya. Untuk dapat
menyelenggarakan fungsi tersebut, adapun peran pustakawan sangat penting karena
pustakawan harus dapat melihat lebih jauh dan lebih luas akan kebutuhan para
penggunanya. Sebaliknya pustakawan juga harus diberikan sumberdaya yang cukup
seperti dana yang memadai dan staf yang ikut serta hal-hal yang lainnya.
Kinerja atau prestasi kerja berasal dari pengertian performance. Kinerja adalah
tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja
adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Armstrong dan
Baron yang di kutip dari Fauzi, (2007: 15).
Sedangkan menurut Purjono, (2009: 4) menjelaskan bahwa: “Kata kinerja
(performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi kerja.” Selanjutnya Rivai
(2004: 309) mengatakan bahwa: “kinerja merupakan perilaku yang nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai
dengan perannya dalam perusahaan.” Kemudian menurut Wibowo yang disitir oleh
Fauzi, (2007: 42) menyatakan bahwa:
Kinerja merupakan tanggung jawab setiap individu terhadap pekerjaannya, membantu mendefinisikan harapan kinerja, mengusahakan kerangka kerja bagi supervisor dan pekerja saling berkomunikasi. Dengan pemahaman kinerja di atas, dijelaskan bahwa kinerja adalah perumusan tujuan, terdapatnya kerja sama, sifatnya berkelanjut, terjadi komunikasi dua arah dan terdapat umpan balik. Selanjutnya Polter dan Lawer yang disitir oleh Wibowo, (2007 : 75) yaitu: “membuat rumusan kinerja sebagai hasil perkalian antara Effort (usaha) dengan kemampuan dan role perception (pemahaman peran), dengan rumus sebagai berikut: Kinerja = f (motivasi, kemampuan, pemahaman peran)”
Dari pendapat di atas Blumberg dan Pringle yang dikutip oleh Robbinson,
(1996: 233) mengemukakan tentang teori kinerja adalah:
Kinerja merupakan fungsi perkalian dari kemampuan, motivasi dan opportunity to perform (kesempatan untuk berpartisipasi), dengan rumusan:
Kinerja = f (kemampuan x motivasi x opertunity to perform) Yang
dimaksud dengan Opportunity to Perform adalah kesempatan untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi bila mendapat support, bantuan atau fasilitas dari luar seperti kondisi tempat kerja, tercukupi peralatan dan perlengkapan kerja, adanya teman yang mau membantu, tercukupinya informasi yang diperlukan, adanya aturan dan prosedur kerja.
Kemudian The Achieve Model dirumuskan oleh Hersey dan Blanchard dari
pendapat beberapa pakar. John W. Atkinson yang disitir oleh Wibowo, (2007: 75)
menjelaskan bahwa:
Performance (kinerja) seseorang merupakan fungsi dari perkalian antara motivasi dan kemampuan / kecakapan (ability) dengan rumus: Kinerja = f
rendah, maka kinerja seseorang pasti rendah pula. Berbicara mengenai kinerja (performance) kiranya perlu disampaikan terdapat 2 (dua) terminologi tentang kinerja yaitu kinerja pegawai/karyawan (individual performance) dan kinerja organisasi (institusional performance) antara keduanya saling bersinergi, bahwa dapat dikatakan kinerja organisasi merupakan akumulasi dari kinerja individu yang bersangkutan
Seperti yang di kemukakan oleh Sutarno, (2006: 116) bahwa pengertian
kinerja perpustakaan yaitu:
Dalam dunia perpustakaan pengertian kinerja perpustakaan adalah efektifitas jasa yang disediakan oleh perpustakaan dan efisiensi sumber daya yang dialokasikan serta digunakan untuk menyiapkan jasa tersebut. Adapun indikator kinerja adalah pernyataan numerik, simbol atau verbal yang diperoleh dari statistik dan data perpustakaan yang digunakan untuk memberi ciri terhadap kinerja sebuah perpustakaan. Dalam ISO 11620 memuat pedoman cara pengukuran kinerja 12 aspek perpustakaan melalui 29 indikator kinerja. Kinerja atau “performance” sebuah perpustakaan adalah gambaran atas keberhasilan atau pun kegagalan penyelenggaraan perpustakaan. Suatu kegiatan dinilai berhasil atau mengalami kegagalan dapat diukur dengan menghitung perbandingan antara rencana yang ditetapkan dengan hasil riil yang dicapai.
Berdasarkan pengertian-pengertian kinerja di atas dapat dikemukakan bahwa
kinerja menekankan pada apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau
apa yang keluar (out-come). Bila diperhatikan lebih lanjut apa yang terjadi dalam
sebuah pekerjaan atau jabatan, kinerja merupakan suatu proses yang mengolah input
menjadi output (hasil kerja) pada perpustakaan.
2.2.2. Tujuan Kinerja
Pada hakekatnya terdapat dua tujuan utama dari kegiatan Pengukuran kinerja
perpustakaan perguruan tinggi, yakni untuk kepentingan administratif serta dalam
rangka peningkatan kinerja karyawan. Seperti yang dijelaskan oleh Corinne, (2008:
129) menyatakan pengukuran kinerja perpustakaan perguruan tinggi untuk tujuan
administrasi personalia, karena hasil pengukuran kinerja karyawan akan menjadi
dasar untuk :
2. Perencanaan dan pengembangan karir dalam wujudnya sebagai promosi, mutasi, atau demosi jabatan dengan pemberian kesempatan kerja yang adil.
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja dan produktifitas organisasi dan
unit kerja pada umumnya serta individu-individu karyawan dalam setiap jabatan mereka khususnya.
Pengukuran kinerja karyawan untuk tujuan pengembangan diri karyawan, adalah meliputi :
1. Sebagai dasar untuk mengidentifikasi kelebihan atau kekurangan
karyawan sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam melibatkan karyawan untuk program-program pengembangan karyawan.
2. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan kerja
serta meningkatan motivasi kerja karyawan.
3. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan atasan atau pejabat
penilai dalam mengamati perilaku kerja karyawan secara keseluruhan.
4. Membantu menghadapi tantangan eksternal.
Dari pendapat tersebut di atas dapat jelaskan bahwa pengukuran kinerja
perpustakaan perguruan tinggi memungkinkan untuk mendorong pustakawan/staf
perpustakaan mengembangkan karir, promosi, mutasi, atau demosi dengan kesempat
kerja yang adil. Sebagai dasar identifikasi kelebihan dan kekurangan pegawai, sebagai
alat perbaikan atau kecakapan kerja dalam pengambilan keputusan sebagai pemegang
kebijakan.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Tujuan organisasi akan dapat dicapai dengan baik apabila kinerja individu
(individual performance) itu baik. Menurut Batman yang disitir oleh Lasa, (1999: 32)
mengatakan bahwa:
Baik buruknya kinerja seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain berupa, pekerjaan mudah, nasib baik, kerjasama dengan rekan-rekan dan kepemimpinan yang sesuai. Sebaliknya kinerja yang buruk dipengaruhi oleh internal yang berupa kemampuan yang rendah dan malas bekerja. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja buruk adalah; pekerjaan sulit, nasib buruk, rekan-rekan tidak produktif, dan kepemimpinan yang tidak simpatik.
Sedangkan Gibson, (1994) berpendapat ada 3 faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja seseorang antara lain:
a. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,
b. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja;
c. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,
sistem penghargaan (reward system).
Kemudian menurut Rosvinintia, (2008: 11) menjelaskan, ada terdapat
sembilan faktor-faktor pengukuran kinerja yang biasanya digunakan dalam menilai
kinerja karyawan, yaitu berupa:
a. Reliable, measure, yakni prilaku kerja dan hasilnya harus dapat diukur
secara obyek;
b. Content valid, yakni secara rasional harus terkait dengan kegiatan kerja;
c. Defined spesific, yakni meliputi segenap prilaku kerja dan hasil kerja yang
dapat diidentifikasikan;
d. Independent, yakni prilaku dan hasil kerja yang penting harus tercakup
dalam kriteria yang komprehensif;
e. Non overlopping, yakni tidak ada tumpang tindih antara kriteria;
f. Comprehensive, yakni prilaku dan hasil kerja yang tidak penting harus
dikeluarkan;
g. Accesible, yakni kriteria haruslah dijabarkan dan diberi nama secara
komperhensif;
h. Compatible, yakni kriteria harus sesuai dengan tujuan dan budaya
organisasi;
i. Up to date, yakni sewaktu-waktu kriteria perlu ditinjau ulang menilik
kemungkinan adanya perubahan organisasi.
Pada perpustakaan diketahui bahwa ternyata banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja suatu lembaga (perpustakaan) seperti; motivasi, suasana
organisasi/lembaga, penghargaan dan lainnya. (Lasa, 2002: 9)
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan perguruan
tinggi akan baik apabila didukung oleh SDM yang berkualitas, kerjasama,
penghargaan, dan kepemimpinan yang sesuai, serta lingkungan kerja yang kondusif
atau terdapat interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin.
2.2.4. Aspek-aspek Standar Kinerja
Dalam mengindentifikasi aspek-aspek standar kinerja maka tujuan yang ingin
dicapai harus memiliki ciri-ciri spesifik, terukur, dapat dicapai, berorientasi pada hasil
atau relevan, dan ada batasan waktu. Seperti halnya standar kinerja pada umumnya,
untuk ukuran kinerja sumberdaya manusia (SDM) juga memiliki empat kategori yang
di kemukan oleh Purjono, (2009: 3) yaitu:
a. Indikator kuantitatif yang mengindikasikan jumlah atau angka contohnya
b. Indikator praktis yang mengindikasi proses yang sedang berjalan; contohnya berupa nilai investasi sumberdaya manusia dan jumlah hari pelatihan bagi karyawan;
c. Indikator sinyal yang secara spesifik menunjukkan gambaran apakah
perusahaan sedang maju atau sebaliknya; contohnya besarnya pertumbuhan produktivitas karyawan pertahun selama lima tahun terakhir; dan
d. Indikator yang menunjukkan efek suatu kendali perusahaan terhadap
perubahan; contohnya pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan, sikap, dan ketrampilan karyawan; pengaruh peningkatan motivasi terhadap kinerja karyawan dan pengaruh teknologi terhadap produktivitas karyawan.
Sementara Rivai, (2004: 324) mengemukan bahwa aspek-aspek kinerja dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Kemampuan teknis, yaitu menggunakan pengetahuan, metode, teknik dan
peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan penelitian yang diperolehnya;
b. Kemampuan konseptual, yaitu kemapuan untuk memahami kompleksitas
perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit menyeluruh, yang pada intinya memahami tugas, fungsi dan tanggung jawabnya
c. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan untuk
bekerjasama dengan orang lain, memotivasi staf, melakukan negosiasi dan lain-lain.
Sedangkan menurut T.R. Mitchell yang disitir Sedarmayanti, (2001: 51)
menyatakan bahwa: ”kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu: (1) Prom Quality of
Work (Kualitas Kerja), (2) Promptness (Ketepatan Waktu), (3) Initiative (Inisiatif),
(4) Capability (Kemampuan), (5) Communication (Komunikasi)”
Berdasarkan pendapat di atas bahwa aspek kinerja ini bukan hanya untuk
kepentingan pengukuran kinerja dalam kegiatan monitoring dan evaluasi. Dalam
kenyataannya, aspek-aspek kinerja juga merupakan instrumen yang sangat baik untuk
mengarahkan unsur-unsur dalam organisasi bergerak menuju sasaran yang sama.
Aspek-aspek kinerja merupakan rincian indiaktor atau parameter dari setiap satuan
kegiatan yang ada dalam satu bidang kerja yang diberi nilai berupa kuantifikasi atau
kualifikasi yang harus dicapai serta dipenuhi oleh pegawai dalam satu bidang kerja
yang merefleksikan ukuran atau standard kinerja organisasi.
Salah satu parameter kualitas kinerja perpustakaan adalah adanya tata kelola
yang baik dan transparan. Tata kelola dapat diartikan sebagai cara atau metode yang
digunakan oleh suatu perpustakaan perguruan tinggi untuk mendayagunakan seluruh
potensi dan unsur-unsur yang dimiliki secara optimal dalam upaya mencapai visi, misi
perpustakaan yang telah ditetapkan. Tata kelola merupakan upaya sistematik dalam
suatu proses untuk mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi. Tujuan utama dari
tata kelola yang baik adalah terjadinya peningkatan kualita layanan perpustakaan
secara terus menerus dan berkesinambungan. Tata kelola yang baik menjamin adanya
proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, keseimbangan peran, serta adanya peran saling
mengawasi atau saling mengendalikan yang dilakukan oleh semua komponen
perpustakaan terkait. Ada enam indikator untuk keberhasilan tata kelola yang baik
sebagaimana yang dikembangkan United Nation Developmen Program (UNDP) yang
disitir oleh Darmono (2009) menyatakan bahwa:
(1) Mengikutsertakan semua komponen, (2) Transparan dan bertangung jawab, (3) Efektif dan adil, (4) Menjamin kepastian aturan, (5) Menjamin semua kebijakan didasarkan pada konsensus bersama, (6) Memperhatikan pihak yang paling lemah dalam pengambilan keputusan.
Dan kemudian juga ada beberapa jenis tolak ukur evaluasi kinerja yang di
jelaskan oleh Simanjuntak, (2005: 103) yaitu:
1. Sasaran atau target sebagaimana telah dirumuskan atau dinyatakan dalam
rencana kerja;
2. Standar umum, baik yang ditetapkan sebagai ketentuan atau pedoman oleh
instansi resmi, maupun yang diterima secara konsensus di tingkat nasional atau internasional;
3. Standar yang telah ditetapkan secara khusus misalnya dalam menerima
kerja kontrak;
4. Uraian tugas atau uraian jabatan menggambarkan pekerjaan atau tugas
yang harus dilaksanakan oleh pejabat yang bersangkutan;
5. Misi dan atau tugas pokok organisasi atau unit organisasi menggambarkan
apa yang harus dicapi oleh organisasi tersebut dalam kurun waktu tertentu. Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Iindonesia, (2002: 26) sebagai
indikator atau tolak ukur kinerja perpustakaan adalah:
1. Kinerja asupan (input): (a) Populasi atau jumlah sivitas akademik, (b)
pustakawan, (l)Rasio pustakawan terhadap total pegawai perpustakaan, (m) Library registration, (n)Registration as a percentage of population;
2. Kinerja Proses: (a) Kecepatan pengadaan, (b) Kecepatan Pengolahan;
3. Kinerja Keluaran (output): (a) Sirkulasi tahunan, (b) Sirkulasi per kapita,
(c) Jumlah koleksi yang dibaca di tempat setahun, (d) Jumlah koleksi yang dibaca di tempat per kapita, (e) Jumlah pengunjung selama satu tahun, (f) Jumlah pengunjung per kapita, (g) Jumlah pengunjung ke acara perpustakaan setahun, (h) Jumlah pengunjung ke acara perpustakaan per kapita, (i) Annual Reference transaction, (j) Reference transaction per capita, (k) Number of Reference transaction, (l) Number of Reference transaction completed, (m) Reference fill rate, (n) Number title sought, (o) Number title found, (p) Title fill rate, (q) Number subject and author sought, (r) Number subject and author found, (s) Subject and Author fill rate, (t) Turnover rate.
Dari teori-teori di atas dapat dikemukakan bahwa masing-masing tolak ukur
tersebut pada dasarnya mempunyai dimensi kuantitas, kualitas, waktu dan kecepatan,
nilai dan biaya, persentasi dan indeks yang menggunakan sistem pembobotan.
Dimana, maju tidaknya suatu organisasi/perusahaan harus memiliki tolak ukur
penilaian kinerja.
2.2.6. Evaluasi Kinerja
Untuk mengetahui apakah suatu perpustakaan telah berhasil mencapai
tujuannya, diperlukan suatu evaluasi. Banyak kegiatan perpustakaan yang dapat
dievaluasi untuk mengetahui keberhasilan pemanfaatan perpustakaan. Hasil evaluasi
akan berguna untuk mempertimbangkan dan menentukan plihan program untuk
memperbaiki pelayanan perpustakaan atau bila perlu mengubah prosedur
pengoperasiannya. Untuk mengevaluasi keberhasilan suatu perpustakaan merupakan
pekerjaan yang agak sukar, namun hal ini setidaknya akan memberikan suatu ukuran
yang obyektif untuk seluruh pendayagunaan perpustakaan. Ada dua kriteria ukuran
dalam menilai keberhasilan perpustakaan seperti yang dikemukakan oleh Surono,
(1997) yaitu:
1. Evaluasi yang berorientasi pada output (keluaranatau hasil) perpustakaan,
yang mencakup hal-hal seperti: (a) keberhasilan pemenuhan kebutuhan pengguna, (b) pencapaian target penampilan, (c) kinerja pelayanan dan, (d) mutu pelayanan;
2. Evaluasi yang berorientasi pada input (masukan) yang terbagi menjadi dua
biaya, (b) Pengevaluasian keuntungan terhadap modal yang telah dikeluarkan terutama di bidang pelayanan.
Kemudian menurut Simanjuntak (2005: 103) mengatakan bahwa:
Evaluasi kinerja perpustakaan berarti memberi nilai atas pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dan untuk itu diberikan imbalan konpensasi atau penghargaan. Evaluasi kinerja merupakan cara yang paling adil dalam memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerja.
Sedangkan Van House (1990) menjelaskan bahwa: ”Beberapa pengukuran
kinerja dilakukan untuk menilai seberapa banyak suatu jasa dimanfaatkan oleh
masyarakat pengguna. Sebagai contoh, jumlah populasi yang dilayani, rata-rata
pinjaman pertahun per kapita, dan penggunaan dokumen pada perpustakaan
perkapita.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa suatu metode atau
cara untuk menilai pelaksanaan tugas seseorang atau kelompok atau unit lainnya
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas
dalam rangka menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi, misi dan
tujuan suatu organisasi perpustakaan.
2.3. Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.3.1. Pengertian Layanan
Kepentingan pengguna dalam memanfaatkan informasi yang tersedia di
perpustakaan ada kalanya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perdebatan
tersebut memotifasi pustakawan menambah pengetahuannya dalam bidangnya agar
dapat memberi pelayanan maksimal bagi para pengguna. Layanan atau sering juga
disebut pula sebagai jasa, dalam ilmu perpustakaan dapat diartikan sebagai satu
kegiatan yang berkaitan dengan pemberian informas oleh pustakawan kepada
pengguna (Sulistio-Basuki, 1993). Dalam perpustakaan dikenal 2 sistem layanan
yaitu: layanan terbuka dan layanan tertutup. Seperti yang dikemukan oleh
Martoatmojo, (1993) menyatakan bahwa:
Sedangkan kelemahannya adalah seringkali susunan buku di rak menjadi tidak teratur dan perpustakaan beresiko lebih mudah kehilangan bahan pustaka.
Sedangkan dalam sistem layanan tertutup menurut Mujito (1992) menyatakan
bahwa:
Pengguna tidak boleh mencari dan mengambil bahan pustaka di rak. Pengguna harus mengajukan permintaan bahan pustaka yang menjadi minatnya kepada pustakawan, yang selanjutnya akan mengambilkan bahan pustaka yang dibutuhkan tersebut. Dengan sistem ini pengguna dituntut untuk mengetahui secara jelas koleksi yang diinginkannya. Untuk itu, pengguna (user) harus memanfaatkan alat penelusuran (Katalog/OPAC) dengan baik.
Selanjutnya pada Undang-undang no 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan
dalam bab V Pasal 14 layanan perpustakaan di sebutkan :
1. Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi
kepentingan pemustaka;
2. Setiap perpustakaan menerapkan tata cara layanan perpustakaan
berdasarkan standar nasional perpustakaan;
3. Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi;
4. Layanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka;
5. Layanan perpustakaan diselenggarakan sesuai dengan standar nasional
perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka;
6. Layanan perpustakaan terpadu diwujudkan melalui kerja sama antar
perpustakaan;
7. Layanan perpustakaan secara terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat
dilaksanakan melalui jejaring telematika.
Kemudian Vergueiro (1996) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pelayanan perpustakaan dan informasi, antara lain:
1. Faktor teknologi; perkembangan teknologi informasi yang semakin
canggih memberikan tantangan pada bidang ini. Perpustakaan maya menjadi obyek penelitian yang menarik (Saunders dan Seiler, 1993);
2. Faktor ekonomi; harga bahan pustaka yang semakin mahal setiap tahunnya
khususnya jurnal-jurnal penelitian (Newell, 1997);
3. Faktor politis; kebijakan global, regional, terutama AFTA, membuat
persaingan dalam bidang layanan informasi semakin meningka;.
4. Faktor Sosial; perkembangan teknologi informasi, yang berbenturan
dengan minat baca yang rendah pada sebagian besar masyarakat.
Selain pendapat di atas pelayanan perpustakaan bertujuan agar petugas
tugasnya sehingga memudahkan pengguna dalam mendapatkan pelayanan Informasi.
Dan diperjelas dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994: 53)
menyatakan bahwa:
Pelayanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada pengguna. Melalui pelayanan perpustakaan, pengguna dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan secara optimal dan memanfaatkan berbagai perkakas penelusuran yang tersedia.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pelayanan
perpustakaan pustakawan dituntut bersikap, sopan, ramah, tekun dan tidak cepat
bosan, setiap memberikan jawaban dari semua pertanyaan pengunjung perpustakaan,
jika perlu memberikan bimbingan atau mengarahkan setiap pengguna. Dan
berorientasi pada kepuasan dalam memberikan informasi. Maka, perpustakaan
membentuk kelompok kerja dalam memenuhi kebutuhan para pengguna, yaitu dengan
memberikan pelayanan teknis, pemakai, administrasi, dan pengelolaan.
2.3.2. Kualitas Layanan
Kualitas layanan bukanlah konsep yang baru bagi pustakawan. Misalnya,
sebagai penyedia jasa informsi, pustakawan selalu peduli dengan bahan pustaka yang
terbaik bagi pustakawan, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pemenuhan
kebutuhan penggunanya. Bahkan Chittenden, (1998) mengatakan bahwa: ”lembaga
pemerintah dan komersial sejak pertengahan tahun 1980-an telah memperhatikan
apresiasi terhadap kualitas layanan.” Sedangkan Riggs (1993) menjelaskan bahwa:
Saat ini dapat dikatakan banyak contoh spesifik yang dilakukan perpustakaan dengan menggunakan unsur pendekatan kualitas antara lain: (1) pengukuran kinerja, (2) pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, (3) kepemimpinan dan manajemen. Dan beliau juga mendefenisikan kualitas adalah suatu keistimewaan yang membuat sesuatu seperti yang seharusnya. Kepuasan pengguna atau pelanggan merupakan defenisi terbaik yang cocok bagi istilah kualitas.
Selanjutnya Chatab, (1997) menyatakan bahwa: ”Kualitas atau sering disebut
juga dengan mutu, menurut ISO 8402 diartikan sebagai gambaran dan karakteristik
menyeluruh dari barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan atau yang tersirat.”
Kemudian menurut Zeithaml et. al. (1990) membagi kualitas layanan/jasa
1. Tangibles: Layanan yang berkaitan dengan fasilitas fisik, peralatan, dan
penampilan personil penyedia layanan;
2. Reability: Kemampuan penyedia layanan memberikan secara akurat/tepat
apa yang dijanjikan atau dsepakati pelanggan;
3. Responsiveness: Suatu rasa tanggung jawab dan komitmen dalam
memberikan jasa dan membantu menyelesaikan kesulitan yang mungkin timbul saat menggunakan layanan yang diterima pelanggan;
4. Empathy: Tingkat perhatian dan kepedulian penyedia jasa terhadap
kepentingan, kebutuhan, maupun keluhan pengguna jasa;
5. Assurance: Garansi/jaminan yang dapat diberikan penyedia layanan atas
jasa yang ditawarkan untuk membangkitkan keyakinan pelanggan atas kemampuan petugasnya.
Sedangkan menurut Barata, (2003: 236) menjelaskan bahwa: ”Kualitas
layanan adalah ukurannya bukan hanya ditentukan oleh pihak yang dilayani, karena
merekalah yang menikmati layanan sehingga dapat mengukur kualitas pelayanan
berdasarkan harapan-harapan mereka dalam memenuhi kepusannya”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa kualitas layanan,
khususnya pada lembaga perpustakaan, istilah kualitas lebih relevan digunakan
sebagai suatu reaksi pelanggan terhadap layanan; seperti misalnya cakupan koleksi
suatu perpustakaan ataupun response time terhadap pencarian secara terpasang
(online).
2.3.3. Teknik Layanan
Teknik pengukuran dan penilaian pelayanan merupakan salah satu kegiatan
perpustakaan untuk menilai secara kuantitatif dan kualitatif daya guna dan hasil guna
pelayanan perpustakaan. Dalam buku Pedoman Perpustakaan perguruan Tinggi
(1994: 53) tujuan mengevaluasi layanan ialah agar perpustakaan dapat:
1. Menyajikan data kegiatan pelayanan untuk diketahui umum;
2. Memberikan laporan kegiatan pelayanan yang berupa angka dan
menganalisisnya kepada pimpinan perpustakaan dan lembaga induk;
3. Memberikan gambaran tentang perkembangan pelayanan dalam jangka
waktu tertentu;
4. Menilai kegiatan pelayanan sebagai dasar untuk menyusun rencana dan
program selanjutnya dan untuk meminta kebijakan pelayanan,.
Ada berbagai cara mengevaluasi pelayanan perpustakaan, di antaranya,
pengumpulan data statistik, pengumpulan masukan dan saran dari segi, semi
dilselenggarakan. cara evaluasi tersebut pada buku Pedoman Perpustakaan perguruan
Tinggi, (1994: 53) dijelaskan bahwa:
1. Mengevaluasi pelayanan peminjaman; mengevaluasi pelayanan
peminjaman dimaksudkan agar kita mengetahui tingkat pemamfaatan koleksi perpustakaan oleh pengguna. Oleh sebab itu, pencatatan peminjaman pustaka perlu dikerjakan dengan tertib.Cara mengevaluasi kegiatan yang biasa digunakan ialah pengumpulan data statistik yang sekurang-kurangnya meliputi: (a) Pengunjung perpustakaan, (b) Peminjam, (c) Pustaka yang dipinjamkan. Dalam pengumpulan data tersebut dapat dikerjakan dengan menggunakan alat seperti berikut ini: (a) Buku kehadiran pengunjung, (b) Girik pustaka buku yang dipinjamkan, (c) Tabel/formulir statistik pengunjung, (d) Tabel/ formulir statistik peminjam, (e) Tabel/statistik data tentang pustaka yang dipinjamkan;
2. Mengevaluasi pelayanan perujukan: mengevaluasi pelayanan perujukan
dimaksudkan agar kita mengetahui kekurangan atau kelebihan pelayanan perujukan, khususnya untuk menyempurnakan koleksi dan menentukan pustaka rujukan yang masih harus diadakan dan kegiatan lain yang masih perlu dilaksanakan. Caranya yang biasa meliputi pengumpulan data statistik, pengumpulan saran dan masukan dari pengguna, penyajian, dan mengadakan penelitian data statistik yang dikumpulkan yaitu: (a) Jenis pertanyaan rujukan, (b) Macam kegunaan informasi yang ditanyakan, (c) Media yang digunakan untuk bertanya, (d) Media yang digunakan untuk menjawab;
3. Mengevaluasi silang layang; pencatatan kegiatan pinjam meminjam
pustaka atau pesan-memesan informasi perlu dilakukan secara tertip dengan maksud agar: (a) Mengetahui jenis jumlah pustaka yang dipinjam dari dan dipinjamkan kepada perpustakaan lain, (b) Mengetahui perpustakaan yang diminta informasi dan yang memberikan informasi, (c) Mengetahui kecepatan pelayanan;
4. Mengevaluasi pendidikan pengguna; evaluasi program pendidikan
pengguna dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana metode dan materi pendidikan bermamfaat bagi pengguna perpustakaan. Evaluasi mengenai bimbingan pengguna ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: (a) Membagikan daftar pertanyaan yang memuat butir pertanyaan tentang keterampilan pengguna memamfaatkan sumber informasi di perpustakaan, (b) Wawancara untuk mengetahui kemampuan pengguna memamfaatkan sumber informasi di perpustakaan, (c) Mengamati dan mencatat perilaku pengguna dalam menelusur informasi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa tehnik pengukuan
kinerja peyanan perpustakaan merupakan suatu ketrampilan pustakawan yang dimiliki
dalam memberikan jenis pelayanan. Ini penting sekali dimiliki, mengingat tugas
pelayanan tersebut bersifat langsung antara pustakawan dengan pembaca sehingga
akibat yang timbul akan sangat diarasakan oleh pengguna
Pengertian pengukuran penilaian, dan evaluasi menurut Arikunto (2008: 4)
adalah:
Membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dan pengukuran bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian ini bersifat kualitatif. Dan mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai.
Sedangkan menurut Subrata, (2009: 6) mengatakan penilaian performansi
(performance assesment) adalah:
Proses mengumpulkan informasi melalui pengamatan secara sistematis untuk mengambil keputusan terhadap mahasiswa. Penilaian performansi bukan ditekankan pada pemberian tes, tapi lebih ditekankan pada assesmen, yang mengandung pengertian menggunakan berbagai teknik atau metode, lebih mendasarkan pada pengamatan, dan mengintegrasikan berbagai informasi. Ada lima komponen yang terkandung dalam penilaian performansi, yaitu: (1) penilaian performansi adalah suatu proses, bukan suatu tes atau pengukuran tunggal, (2) fokus dari proses adalah mengumpulkan informasi dengan menggunakan berbagai pengukuran dan strategi, (3) data dikumpulkan melalui pengamatan yang sistematis, (4) data dipadukan untuk menentukan kebijakan, (5) subyek penentuan kebijakan adalah individu, bukan program atau produk aktifitas kelompok.
Selain pendapat di atas Matthews dan Jakson, (2001: 107) Pengukuran kinerja
atau riset sumber daya manusia adalah ”Analisis data untuk menentukan efektivitas
praktik sumber daya manusia yang masalalu dan sekarang. Selanjutnya menurut
Handoko (2000: 135) mengatakan bahwa:
Pengukuran prestasi kerja (performance appraisal) proses melalui nama organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memperbaiki unpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
Dari pendapat tersebut di atas Kasim (1993: 18) menyatakan pengukuran
dapat di artikan:
suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transpormasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Jadi, pengukuran itu merupakan proses mengukur yang berfungsi sebagai alat evaluasi. Dari kegiatan pengukuran ini proses evaluasi dimulai. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan perbandiangan antara output dan inputnya. Sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat suatu proses.
Ada beberapa pengukuran kinerja pegawai menurut Gomes (2003: 134)
adalah sebagai berikut :
a. Quantity of work: Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu
yang ditentukan;
b. Quality of work: kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapannya;
c. Job Knowledge: Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
keterampilannya;
d. Creativeness: Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari
tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul;
e. Cooperation: kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain (sesama
anggota organisasi);
f. Dependability: Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja tepat pada waktunya;
g. Initiative: Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggung jawabnya;
h. Personal Qualities: Menyangkut kepribadian, kepemimpinan,
keramah-tamahan, dan integritas pribadi.
Dari pengertian-pengertian pengukuran dan penilaian di atas dapat dirangkum
bahwa pengukuran dan penilaian yaitu, merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.
Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai
oleh program tersebut.
2.4.2. Fungsi dan Tujuan Pengukuran
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengukuran kinerja adalah visi, misi,
tujuan dan sasaran perpustakaan. Sebagaimana yang dikemukakan Sudrajad, (2008)
yaitu: ”Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran,
diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi,
bimbingan, diagnosis, dan prediksi.” Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada lembar
1. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada peni