PEMIKIRAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG
KONSEP KEMERDEKAAN INDONESIA
SKRIPSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
D I S U S U N
OLEH:
MARIO VALENTINO HUTABARAT 040906081
PEMBIMBING I : DRS. P. ANTHONIUS SITEPU ,MSi
PEMBIMBING II : INDRA FAUZAN S.H.I Msoc, Sc
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
ABSTRAKSI
Judul : PEMIKIRAN POLITIK TAN MALAKA Tentang Konsep
Kemerdekaan Indonesia
Nama : MARIO VALENTINO HUTABARAT
NIM : 040906081
Departemen : Ilmu Politik
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Penelitian ini berisikan tentang pemikiran politik Tan Malaka Tentang konsep kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini membahas tentang sosok Tan Malaka yang sesungguhnya merupakan salah seorang pemikir besar Indonesia yang mencurahkan seluruh pikiran dan hidupnya untuk cita-cita kemerdekaan Indonesia. Pemikiran politik Tan Malaka lahir dari situasi obyektif penjajahan dan penderitaan rakyat Indonesia akibat penjajahan tersebut. Dari realitas sejarah bangsa Indonesia yang telah dijajah turun temurun, Tan Malaka sangat menginginkan agar bangsa Indonesia memiliki riwayat bangsanya sendiri diluar penjajahan. Massa aksi dan revolusi sosial sebagai solusi untuk menghancurkan dominasi Imperialis Barat dan sisa-sisa feodalisme adalah syarat mutlak untuk tercapainya suatu kemerdekaan indonesia yang sepenuhnya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada sang pencipta, atas kuasa dan berkat yang
dilimpahkan akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian
skripsi ini penulis mengambil tema tentang Pemikiran Politik Tan Malaka Tentang
Konsep Kemerdekaan Indonesia.
Kiranya dalam skripsi yang saya tuliskan ini bermanfaat bagi kita semua
termaksud bagi kalangan akademis.
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan
masukan yang membangun dalam perbaikan kedepan, sekian dan terima kasih.
Medan, Maret 2010
Hormat saya
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penyelesaian skripsi ini begitu banyak pihak yang membantu saya
sehingga dengan segala bentuk hormat saya ucapkan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Dekan FISIP USU
3. Ketua Departemen Ilmu Politik
4. Bapak Drs. Anthonuis Sitepu M,Si. sebagai dosen pembimbing I
5. Bapak Indra Fauzan sebagai dosen pembimbing II
6. Abang Rusdi
7. Staff dan pegawai FISIP USU
8. Orang tua, dan segenap keluarga yang saya kasihi
9. Dan seluruh pihak yang tidak bisa saya ucapkan satu persatu, saya ucapkan terima
kasih.
Medan, Maret 2010
Hormat saya
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN...1
I.1. Latar Belakang Masalah...1
I.2. Perumusan Masalah...8
I.3. Tujuan Penelitian...8
I.4. Manfaat Penelitian...8
I.5. Kerangka teori...9
I.5.1 Pengertian Pemikiran...9
I.5.2. Dasar Filsafat Marx...10
I.5.3..Marxisme Akar Filasafat Tan Malaka...17
I.6. Metodologi Penelitian...20
I.6.1. Jenis Penelitian...20
I.6.2. Teknik Pengumpulan Data...20
I.6.3. Teknik Analisa Data...20
I.7. Sistematika Penulisan...21
BAB II. SOSOK TAN MALAKA...22
II.1. Masa Kecil dan Masa Remaja...22
II.2. Masa Pendidikan di Rijkskweekschool Belanda...25
II.3. Masa Kepulangannya ke Indonesia...27
II.4. Masa Pembuangan dan pelarian...31
BAB III. PEMIKIRAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP
KEMERDEKAAN INDONESIA...46
III.1. Tan Malaka dan Konsep Kemerdekaan Indonesia...46
III.2. Tan Malaka kontra pemberontakan PKI dan Pembentukan PARI....53
III.3. MADILOG, Merubah Cara Berfikir Bangsa Terjajah...67
III.4. Tan Malaka dan Rancangan Ekonomi Sosialis...83
III.5. Partai MURBA, Gerilya dan Akhir Perjuangan Tan Malaka...91
BAB IV. PENUTUP...99
IV.1. Kesimpulan...99
ABSTRAKSI
Judul : PEMIKIRAN POLITIK TAN MALAKA Tentang Konsep
Kemerdekaan Indonesia
Nama : MARIO VALENTINO HUTABARAT
NIM : 040906081
Departemen : Ilmu Politik
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Penelitian ini berisikan tentang pemikiran politik Tan Malaka Tentang konsep kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini membahas tentang sosok Tan Malaka yang sesungguhnya merupakan salah seorang pemikir besar Indonesia yang mencurahkan seluruh pikiran dan hidupnya untuk cita-cita kemerdekaan Indonesia. Pemikiran politik Tan Malaka lahir dari situasi obyektif penjajahan dan penderitaan rakyat Indonesia akibat penjajahan tersebut. Dari realitas sejarah bangsa Indonesia yang telah dijajah turun temurun, Tan Malaka sangat menginginkan agar bangsa Indonesia memiliki riwayat bangsanya sendiri diluar penjajahan. Massa aksi dan revolusi sosial sebagai solusi untuk menghancurkan dominasi Imperialis Barat dan sisa-sisa feodalisme adalah syarat mutlak untuk tercapainya suatu kemerdekaan indonesia yang sepenuhnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kemerdekaan merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan suatu kehidupan yang
manusiawi. Katakanlah, kemerdekaan merupakan ideal yang pertama sekali terlihat di
dalam pengalaman hidup di bawah penjajahan, kemerdekaan bangsa dan kemerdekaan
manusia. Kemerdekaan adalah sosok balik dari keterjajahan. Oleh karena itu, bukannya
tanpa makna historis kalau kalimat pertama Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu
deklarasi tentang kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Kemerdekaan Indonesia
merupakan hal yang sangat penting karena di dalam pembukaan UUD 1945 kata
‘kemerdekaan’ dituliskan sebanyak enam kali.
Bertolak dari presuposisi falsafah tentang manusia yang secara asasi memiliki
kemerdekaan, bangsa Indonesia melihat, menurut pembukaan UUD 1945, tiga makna
kemerdekaan.
Pertama, pada satu pihak kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan pada pihak
lain keinginan untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka adalah suatu keinginan yang
luhur, keinginan yang sesuai dengan martabat manusia yang sebenarnya.
Kedua, dengan merdekanya bangsa Indonesia barulah dapat disusun Negara
Indonesia dan pemerintah Negara Indonesia, yang sungguh-sungguh dapat menjadi alat
untuk menciptakan kehidupan manusia Indonesia yang manusiawi, baik kehidupan di
dalam negara Indonesia
Akan tetapi dapat diambil sebuah penyimpulan awal bahwa arti pentingnya
sebuah kemerdekaan adalah sebuah upaya akan adanya kepentingan bersama untuk
membebaskan diri manusia terkait penghisapan manusia atas manusia hingga
terhapusnya penindasan manusis atas manusia1
Tanggal 1 Juni 1945 adalah salah satu hari bersejarah bagi kelahiran Pancasila. Di
hari inilah Presiden Soekarno mengeluarkan gagasan yang kemudian disebut Pancasila.
Soekarno mengajukan weltanschaung atau dasar filosofis bagi Indonesia merdeka. Ia
mengusulkan suatu dasar ideologis bagi suatu negeri yang batas-batas wilayahnya adalah
batas-batas wilayah Hindia Belanda agar bisa berdiri sebuah negara yang bersatu .
2
Dalam pidatonya tersebut, Soekarno mengatakan “Merdeka buat saya ialah:
political independenc, politieke onafhankelijkheid in one night.”
.
3
Embrio kapitalisme mulai bersentuhan dengan masyarakat di Nusantara di awal
abad ke-15, melalui merkantilisme Eropa. Perkembangan teknologi perkapalan di Eropa
Selatan, memberi basis bagi berkembangnya embrio kapitalisme dan
kolonialisme/imperialisme, tapi pertumbuhan ini dimulai dalam bentuk paling primitif
dan sederhana. Tahun 1469 adalah tahun dimulainya ekspedisi mencari daerah baru yang
dipimpin Vasco da Gama (Portugis). Tujuannya mencari rempah rempah yang akan Dalam pidatonya
tersebut Soekarno menyebutkan kata ‘merdeka’ sebanyak dua puluh kali, kata
‘kemerdekaan’ sebanyak empat kali dan kata ‘Indonesia merdeka’ sebanyak sembilan
belas kali. Ini membuktikan bahwa suatu kemerdekaan yang di peruntukkan bagi rakyat
Indonesia sangatlah penting dan mutlak.
1
Hary Prabowo, Perspektif Marxisme, Tan Malaka : Teori dan Praksis Menuju Republik JendelaYogyakarta ,2002, hal 12
2
Muhammadun AS.
3
dijual kembali di Eropa. Bentuk komoditinya bertumpu pada komoditi pertanian dan
perkebunan, seperti tanaman keras atau rempah-rempah. Komoditi ini adalah kebutuhan
pokok utama untuk industri farmasi di Eropa. Kemudian menyusul penjelajah Spanyol
masuk ke Nusantara di tahun 1512.
Penjelajah Belanda baru datang ke Nusantara tahun 1596, yang ditandai dengan
mendaratnya Comelis de Houtman di Banten. Mereka secara sengaja mencari jalur
perdagangan dan penghasil rempah-rempah yang banyak diperjual belikan di Eropa
memaksa rakyat untuk menanam rempah-rempah secara terbatas. Dalam waktu singkat
Belanda menguasai nusantara. Pelabuhan Banten dikuasai, sehingga Belanda dapat
mengontrol pintu barat nusantara, dan Makasar dikuasai agar mereka bisa mengontrol
wilayah timur. Di Jawa, kekuasaan raja-raja feodal dapat mereka runtuhkan untuk
kemudian dijadikan antek kolonialisnya dengan keharusan membayar contingent (pajak
natura).
Tahun 1799, VOC dinyatakan bubar secara resmi karena bangkrut dan
menanggung banyak beban hutang. Bersamanya biaya perang yang harus dikeluarkan
dan korupsi yang merajalela di dalamnya telah mempercepat kebangkrutannya. Akan
tetapi mereka telah berhasil menancapkan kekuasaan di Indonesia dengan
mengkonsolidasikan semua kekuasaan politik dan ekonomi di Batavia. Belanda berhasil
memaksa semua kekuasaan lokal tunduk pada Gubemur Jenderal VOC dan merombak
birokrasi kerajaan sesuai dengan kebutuhan VOC serta memaksa mereka membayar upeti
kepada VOC. Hal ini baru berhasil dilakukan VOC kurang lebih dalam waktu 200 tahun.
Kolonialisme Hindia Belanda secara terbuka dimulai abad ke-19 melakukan
konsep negara-kolonial Hindia Belanda disiapkan oleh Herman Willem Daendels
(1808-1811) untuk mempertegas pengelolaan wilayah koloni yang sebelumnya hanya
merupakan mitra perdagangan dari VOC.4
Singkatnya, Indonesia hanya menjadi pelayan kerakusan kapitalis dagang atas
hasil-hasil perkebunan, bahan mentah dan tenaga kerja murah para kapitalis industri.
Struktur masyarakat kapitalistik mulai dibentuk, hal ini dapat dibuktikan dengan
pendirian NHM (Nederlandsche Handels Maatschappij) pada tahun 1824
Kekuasaan Belanda sebenamya sempat
tertunda selama empat tahun dengan berkuasanya Inggris sampai tahun 1813.
Kolonialisme Inggris pada masa Raffles, adalah tonggak penting hilangnya
konsep pemilikan tanah oleh kerajaan. Sebab dalam konsep Inggris, tanah bukan milik
Tuhan yang diwakilkan pada raja, tapi milik negara. Karenanya pemilik dan penggarap
tanah harus membayar landrente (pajak tanah). Keinginan untuk melaksanakan program
modernisasi atas birokrasi tanah jajahan diwujudkan dengan menerapkan penarikan pajak
seperti pada zaman feodalisme Eropa, terutama pajak tanah dan hasil bumi. Sistem upeti
yang selama ini berlaku di Indonesia diganti dengan pajak tanah yang dibayar dengan
penyerahan wajib (Verlichte leverages) hasil panen.
5
, pemegang
monopoli hak pengangkutan dan perdagangan hasil produksi di Jawa ke pasar dunia dan
Javasche Bank pada tahun 1825.6
Tahun 1928, bangkit semangat berkobar-kobar pemuda Indonesia untuk
mempersatukan berbagai organisasi mereka dalam suatu wadah. Tanggal 27-28 oktober
1928, berhasil diselenggarakan kongres pemuda II yang sangat bersejarah, kongres kali
4
Edi Cahyono, Zaman Bergerak Di Hindia Belanda , Jakarta ,2003, hal 9.
5
Ibid hal 9.
6
ini berhasil meletakkan dasar-dasar persatuan tidak saja dikalangan pemuda dan gerakan
kemerdekaan nasional, tetapi juga dari seluruh rakyat Indonesia yang melahirkan sumpah
pemuda. Lahirnnya sumpah pemuda yang terkenal dengan semboyan ”kita pemuda
Indonesia berbangsa satu, bangsa Indonesia. Kita pemuda Indonesia berbahasa satu,
bahasa Indonesia. Kita pemuda Indonesia bertanah air satu, tanah air Indonesia”7
Dibawah tindasan kaum kolonial fasis Jepang, kaum pemuda mengambil jalan
perjuangan “ bawah tanah “ atau Klanstein. Gerakan pemuda bawah tanah ini seperti
Gerakan Rakyat Anti Fasi (GERAF) dan Gerakan Indonesia Merdeka (GERINDOM).
Mereka bekerja melalui Grup-grup kerja tertutup. Mereka melakukan kerja bawah tanah
baik untuk mengkonsolidasikan seluruh kekuatan yang ada termasuk menyusup kedalam
barisan PETA. Hal ini yang salah satunya melahirkan pemberontakan PETA Blitar 14 Dalam perkembangan selanjutnya, kaum muda dan pemuda terpelajar mengambil
peran aktif dalam kancah pergerakan politik nasional melawan kolonial Belanda.
Pembuangan dan penjara, menjadi saksi bisu upaya-upaya pembungkaman yang
dilakukan penguasaan kolonial atas aktivitas kaum muda dalam perlawanan terhadap
kolonial Belanda.
Masuknya kekuasaan Dai Nippon (Jepang) tahun 1942 setelah menaklukkan
Belanda melalui perjanjian kapitulasi di Kalijati 8 maret 1942, melahirkan babak baru
dalam sejarah penjajahan dan penindasan luar biasa yang dirasakan oleh rakyat dan
bangsa Indonesia. Mobilisasi tenaga pemuda untuk perang dalam barisan-barisan tempur
Keinendan, Keibodan, Heiho, Seinendan, Giyugun, dan PETA, mobilisasi tenaga rakyat
Indonesia untuk stok bahan makanan perang melahirkan penderitaan luar biasa pilu
bernama Romusha yang dipekerjakan seperti budak oleh pemerintahan kolonial Jepang.
7
februari 1945. Beberapa tokoh pemuda nasional secara khusus, mendapatkan binaan dari
para tokoh politik senior di asrama Mentieng 31 (kini Gedoeng Joeang 45 Jakarta)
sekaligus merumuskan gagasan-gagasan tentang kemerdekaan Indonesia.
Tan Malaka juga menjadi salah satu tokoh penting dalam merumuskan gagasan
kemerdekaan Indonesia. Karya Naar De Republik (Menuju Republik Indonesia) menjadi
suluh awal dari satu konsepsi Tan Malaka untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan
Indonesia yang sejati. Konsep ini telah disusunnya pada tahun 1925 jauh hari sebelum
Indonesia merdeka atau sebelum Sukamo menulis Indonesia Menggugat tahun 1932
tentang arti penting kemerdekaan bagi bangsa Indonesia atau Hatta dengan Kearah
Indonesia Merdeka tahun 1930 sebagai satu konsepsi menuju kemerdekaan Indonesia.
Dalam buku ini ia menuliskan program-program untuk mencapai atau berdirinya
Republik Indonesia yang menyangkut berbagai macam bidang seperti politik, ekonomi,
sosial, pendidikan bahkan militer. Program-program itu sesungguhnya diperuntukan
untuk PKI yang dianggap sebagai partai yang mampu menjadi pelopor penggerak
revolusioner cita-cita kemerdekaan Indonesia. Kesemuanya disusun berdasarkan realitas
obyektif yaitu keadaan rakyat Indonesia yang semakin tertindas dan menderita akibat
penjajahan kaum kolonial. Artinya konsepsi tersebut bukanlah berdasar pada ide atau
alam pikirnya semata tapi berlandaskan pada pada materi ataupun kenyataan obyektif.
Sebab pandangan tan Malaka atas revolusi mengacu pada perkembangan Revolusi yang
terjadi di Uni Soviet di bawah kepeloporan Partai Bolshevik saat itu. Dimana revolusi
adalah penghancuran tatanan/sistem kapitalisme yang dikendalikan oleh klas borjuasi
kepemimpinan Partai Bolshevik telah berhasil menumbangkan kekuasaan borjuasi
tersebut.
Walaupun pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia dalam suatu upacara yang singkat dan terburu-buru di
pekarangan rumah Soekamo di Jakarta, bukan berarti Indonesia telah merdeka
sepenuhnya, Belanda kembali ingin menguasai Indonesia. Berbagai perundingan politik
dan perang masih terus berlangsung.
Namun perkembangan politik saat itu dimana Pemerintahan Kabinet Syahrir lebih
memilih jalan diplomasi dengan Belanda menyebabkan Tan Malaka kecewa.
Ketidaksetujuannya didasarkan pada konsepsi bahwa untuk mencapai kemerdekaan
adalah hasil jerih payah perjuangan rakyat bukan atas konsesi hasil diplomasi dan proses
diplomasi hanya akan membuat pihak sekutu lebih leluasa untuk mengkonsolidasikan
kekuatannya di Indonesia.
Salah satu tulisan Tan Malaka yang berjudul Moeslihat, Politik dan Rentjana
Ekonomi yang berisi tentang Trilogi Revolusi Indonesia berfungsi sebagai panduan
praktis dari konsep awal Menuju Indonesia Merdeka 100% yang dicita-citakannya.
Dengan berlandaskan pada latar belakang ini penulis kemudian tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap pemikiran-pemikiran Tan Malaka, khususnya gagasan
tentang Konsepsi Menuju Indonesia Merdeka yang ia pegang teguh secara konsisten.
Semua karya Tan Malaka dan permasalahannya dimulai dengan Indonesia, kongkritnya
rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara, kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan
bagaimana mengarahkan pemecahan masalahnya. Terlepas pada sepak terjangnya yang
yang mencurahkan seluruh pikiran dan hidupnya untuk cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Oleh Karena itu penulis dalam penelitian ini mengambil judul tentang : Pemikiran Politik
Tan Malaka Tentang Konsep Kemerdekaan Indonesia.
I.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, ada sebuah permasalahan pokok
diangkat oleh penulis dan dianalisa secara mendalam dan sistematis yaitu :
Bagaimana pemikiran politik Tan Malaka tentang konsep kemerdekaan Indonesia?
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah yang telah penulis
paparkan diatas, penelitian ini bertujuan :
Untuk mengeksplorasi apa yang menjadi pemikiran politik Tan Malaka tentang konsep
kemerdekaan Indonesia.
I.4. Manfaat Pnelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat mengasah kemampuan penulis dalam menyusun
sebuah tulisan ilmiah.
2. Dapat memperkaya khsasanah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kajian
ilmu politik.
3. Untuk memperkaya perbendaharaan kajian tentang pemikiran-pemikiran Tan
I.5. Kerangka Teori
Di dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, maka kerangka teori merupakan
bagian yang sangat penting, karena didalam kerangka teori akan di muat teori-teori yang
relevan dalam menjelaskan permasalahan yang sedang diteliti. Kerangka teori ini sebagai
landasan berfikir atau titik tolak dalam penelitian. Oleh sebab itu perlu disusun yang
namanya kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan diri
dari sudut mana masalah penelitian itu akan ditelaah.8
Untuk mendapatkan pengertian tentang makna kata "pemikiran". Kita bisa
memperolehnya dengan melihat segi sintaksis bahasa. Secara sintaksis, kata "pemikiran"
merupakan pengembangan dari sumber kata "pikiran" dan "berpikir". Makna kata tentang
"pikiran" itu sendiri adalah berarti "ide" atau "gagasan". Sementara, makna kata
"berfikir" pada dasamya adalah merupakan suatu proses kerja dalam melahirkan ide-ide
atau gagasan-gagasan. Sementara makna kata "berfikir" pada dasarnya adalah merupakan
suatu proses kerja dalam melahirkan ide- ide atau gagasan-gagasan ". Dalam tinjauan
yang lebih terperinci, Moh. Nazir, Ph.D, menjelaskan bahwa proses berpikir adalah suatu
refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses berfikir lahir didasari suatu rasa sangsi akan
sesuatu dan keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh
menjadi suatu masalah yang khas. Masalah ini memeriukan suatu pemecahan, dan untuk
ini dilakukan penyelidikan terhadap data yang tersedia dengan metode yang tepat.
Akhimya, sebuah kesimpulan tentatif akan diterima, tetapi masih tetap dibawah
penyelidikan yang kritis dan terus-menerus untuk mengadakan evaluasi secara terbuka. Berikut adalah penjabaran
beberapa teori yang digunakan dalam melakukan penelitian ini:
I.5.1 Pengertian Pemikiran
8
Manusia berpikir karena mempunyai otak yang dapat digunakan untuk berpikir.9
Manusia berpikir melalui proses belajar dengan lingkungan hidupnya yaitu alam dan
lingkungan sosial. Semua perbuatan manusia pada dasamya dipengaruhi oleh pemikiran.
Hakikat proses belajar disarikan dapat disajikan sebagai berikut, otak mampu menangkap
rangsangan (stimulus) lingkungan melalui proses interaksi. Syarat otak bekerja mencatat
dan menseleksi ciri-ciri lingkungan (pengalaman) kemudian menyimpan (memori jangka
pendek) dan memori kode-kode bahasa terhadap ciri-ciri lingkungan kemudian
dimasukan kedalam memori jangka panjang (pengetahuan). Jika pengetahuan itu
dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah, maka syarat otak mencari dan memanggilnya
untuk membangkitkan tanggapan terhadap masalah tersebut. Proses selanjutnya
mengorganisasi berbagai tanggapan terhadap masalah kemudian melakukan tindakan.
Jika tindakan untuk memecahkan masalah itu mendapat hasil sesuai yang diharapkan
(memuaskan), maka kerja otak dan tindakan itu terus-menerus diulang.10 Lingkungan
alam dan sosial melahirkan pengalaman. Pengolahan pengalaman menjadi pengetahuan
merupakan kerja otak. Proses menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah
melahirkan tindakan. Tindakan melahirkan hasil, dan hasil yang memuaskan melahirkan
pengulangan tindakan. Proses tersebut disebut proses berpikir dari kongkrit ke yang
abstrak kembali ke yang kongkrit.11
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa berpikir secara nalar
mempunyai dua buah kriteria penting yaitu : 1) ada unsur logis didalamnya; 2) ada unsur
analitis didalamnya. Ciri Pertama dari berpikir adalah adanya sebuah unsur logis
didalamnya. Tiap bentuk berpikir mempunyai logika tersendiri. Dengan kata lain,
9
Darsono Prawiratama, Dimensi Manusia Berpikir Obyektif, Jakarta, hal 12
10
Ibid, hal 12
11
berpikir secara nalar sama artinya dengan berpikir secara logis. Perlu dijelaskan, bahwa
berpikir secara logis mempunyai konotasi jamak dan bukan konotasi tunggal. Karena itu
suatu kegiatan berpikir dapat saja logis menurut logika lain. Kecendrungan tersebut dapat
menjurus kepada apa yang disebut kekacauan penalaran. 12
Ciri kedua dari berpikir adalah adanya unsur analitis didalam berpikir itu sendiri.
Dengan logika yang ada ketika berpikir, maka kegiatan berpikir itu secara alamiah
mempunyai sifat analitis, yang mana sifat ini merupakan konsekuensi dari adanya pola
berpikir tertentu. Berpikir secara ilmiah berarti melakukan kegiatan analitis dalam
memakai logika secara ilmiah. Dengan demikian berpikir tidak terlepas dari daya
imaginatif seseorang dalam merangkai rambu-rambu pikiranya kedalam suatu pola
tertentu, yang dapat timbul sebagai kejeniusan seorang ilmuwan. Rasio atau fakta dapat
menjadi sumber utama dari nalar atau sumber dari berpikir. Dari sudut pandang diatas
maka makna kata "pemikiran" bisa diartikan sebagai suatu hasil proses berpikir dalam
rangka untuk melahirkan suatu ide atau gagasan (pikiran).13
Soal hubungan antara fikiran dan keadaan, hubungan antara jiwa dan alam, adalah
soal yang utama dari seluruh filsafat. Jawaban-jawaban yang diberikan oleh ahli-ahli
filsafat atas soal ini membagi mereka menjadi dua kubu yang besar. Mereka yang I.5.2 Dasar Filsafat Marx
Marxisme sebagai suatu sistem filsafat tentunya memiliki landasan teori ataupun
pemikiran yang berangkat dari suatu proses penelusuran. Secara ringkas akan dijabarkan
beberapa yang menjadi landasan filsafat Marx tersebut.
1) Materialisme
12
Ibid, hal 14
13
menyatakan bahwa jiwa lebih utama daripada alam masuk dalam kubu idealisme. Dengan
kata lain mereka berpandangan bahwasanya ide adalah yang dahulu atau primer
dibandingkan dengan materi. Yang lainnya lagi menganggap bahwa alam sebagai primer,
termasuk dalam aliran materialisme.
Adapun yang menjadi dasar Filsafat Marxisme adalah filsafat materialisme.
Filsafat materialisme adalah cara berpikir yang bertolak pada dasar bahwa materi adalah
hal yang bersifat primer sedang ide adalah hal yang bersifat sekunder. Materi ada terlebih
dahulu baru kemudian memunculkan ide. Pandangan filsafat materialisme menyatakan
bahwa dunia ada dengan tidak bergantung kepada kesadaran atau ide, sensasi atau
pengalaman. Materi adalah kenyataan yang objektif yang diberikan kepada kita dalam
sensasi. Materi, alam yang jasmaniah adalah primer; dan jiwa, kesadaran, sensasi
kejiwaan adalah sekunder. Yang nyata ialah yang material, materialisme merupakan
suatu bentuk realisme, karena paham ini menumbuhkan yang-nyata dengan materi. Tanpa
pengecualian sesuatu , seseorang penganut materialisme menganggap bahwa materi ialah
satu-satunya hal yang nyata. Materi ialah hal yang terdalam dan bereksistensi atas
kekuatan sendiri, dan tidak memerlukan suatu prinsip yang lain untuk menerangkan
eksistensinya sendiri. Aliran filsafat materialisme mempunyai peranan penting pada
pertengahan abad 19. la menjadi aliran filsafat yang cukup besar dan populer pada saat
itu. Materialisme yang meneruskan tradisi Aufklarung, biasa disebut materialisme
mekanis. Materialisme ini memandang manusia seperti sebuah mesin, atau mereduksi
seluruh tingkah laku manusia menurut hukum fisika dan kimia. Tokoh materialisme ini
Materi) dan Ernst Haeckel (1834- 1919) yang mempopulerkan teori evolusi dengan
menggunakan prinsip-prinsip materialisme.14
Sedangkan materialisme yang timbul sebagai reaksi terhadap idealisme diusung
oleh diantaranya Ludwig Feuerbach (1804-1895), Karl Marx (1818-1883), Friedrich
Engels (1820-1895). Menurut Engels, materialisme pra-Marx gagal memahami dan
menjelaskan perkembangan dan gagal menginterpretasikan persoalan-persoalan sosial.
Materialisme Marx bukan paham yang menyatakan bahwa segala sesuatu adalah materi
seperti yang diajarkan Mazhab yang dipimpin Molenschott dan Buechner, melainkan
bahwa kebudayaan didasarkan atas pertimbangan ekonomis. Justru mengakui peranan
subjek yang aktif yaitu manusia dijadikan kunci untuk memahami realitas dan materi.
15
Tentang hal tersebut seorang teoritisi Marxist, Afanasyev, menjelaskan materi dalam
filsafat Marx diartikan sebagai segala sesuatu yang berupa objek maupun fenomena,
pendeknya segala kenyataan objektif, yakni segala sesutau yang ada diluar kesadaran
manusia dan bercermin dalam kesadaran manusia.16
14
V.I Lenin ,The Teaching of Karl Marx, Diterjemahkan oleh D. Suradji dalam Adjaran-adjaran Karl Marx, Haruman Hidup, Djakarta, 1964, hal 141
15
Ibid, hal 142
16
Ibid, hal 144
Filsafat materialisme dalam perkembanganya kemudian terbagi kedalam tiga
macam aliran yaitu : Materialisme Metaflsik, Materialisme Mekanik dan Materialisme
Dialektik. Karl Marx adalah pengusung materialisme dialektika, ia percaya bahwa setiap
materi terus bergerak, berubah dan berkembang sesuai dengan hukum- hukum dialektika.
Dialektika dalam bahasa Yunani, berarti suatu seni berdiskusi dengan
aturan-aturan khusus atau "seni berdebat" atau disebut juga seni penyelidikan kebenaran opini.17
Dialektika berarti ilmu yang mencurahakan perhatiannya pada masalah hukum umum
tentang gerak, perubahan, dan perkembangan. Sedangkan perkembangan atau perubahan
itu mencakup alam, masyarakat dan pemikiran manusia.18
Dialektika disebut juga teori ilmiah (a scientific teory), sebuah metoda kognisi (a
methods of cognition) dan sebuah petunjuk aksi (a guide to action). la merupakan
pengetahuan tentang hukum-hukuin perkembangan yang memungkinkan menganalisis
masa lalu (sejarah), mengerti dengan benar apa yang terjadi sekarang dan meramalkan
masa depan.
19
Berpikir secara dialektis adalah berpikir dengan mempertimbangkan adanya
saling hubungan, kontradiksi dan gerak (berubah dan berkembang).
Sedang dalam arti yang sebenamya; dialektika adalah pelajaran-pelajaran
tentang kontradiksi gerak dan saling hubungan didalam hakikat benda-benda atau materi
itu sendiri yang ada secara obyektif, dapat diobservasi dan dapat diverifikasi. Segala
sesuatu yang ada secara obyektif mempunyai saling hubungan yang satu dengan yang
lainya, dan bergerak (berubah dan berkembang) karena setiap materi saling
mempengaruhi.
20
17
H.B.Mayo, Introduction to Marxist Theory, Oxford Univ. Press, New York,I982.hal. 85
18
Ibid. hal. 86
19
C.Dutt, Fundamentals of Marxism-Leninism, Progress Publisheers, Moscow, 1964, hal 15
20
Darsono Prawiratama, op cit, hal 14
Ada dua aliran
dalam cara berpikir dialektis yaitu yang pertama dialektika idealis yang menjelaskan
bahwa yang berdialektika adalah ide atau pikiran. Sedangkan yang kedua adalah
dialektika materialis yaitu yang menjelaskan bahwa yang berdialektika adalah materi atau
gejala-gejala alam ialah dengan memahami benda-benda dan gambaran persepsinya pada
hakikatnya dalam hubungannya satu sama lain, dalam rangkaian satu sama lainya, dalam
geraknya dan dalam timbul dan lenyapnya.21
Metode dialektika Marx diperkenalkan oleh Engels kepada publik dengan nama
dialectic materialism (materialisme dialektika), yang memadukan materialisme dengan
dialektika dalam satu bentuk kesatuan organik.22
21
Ibid, hal 16
22
C.Dutt, op cit, hal 27
Metode dialektika dikembangkan oleh
kalangan Hegelian. Dialektika Hegel sebenamya mengikuti suatu silogisme, dialektika
Hegel yang dianggap idealis ini ditolak oleh Marx. Marx merubah "dialektika subjektif"
Hegel menjadi "dialektika objektif". Dialektika Marx diambil dari Hegel hanya saja kalau
Hegel mempergunakan metode dialektika itu dengan landasan filsafat yang idealistis,
Marx menjungkirbalikkannya dengan berlandaskan pada filsafat materialisme. la
menyingkirkan elemen mistik dalam dialektika dan menggantinya dengan pandangan
materi yang kongkrit. Ciri-ciri dari dialektika yang semula dikembangkan oleh Hegel,
dan kemudian dipergunakan oleh Marx itu adalah bahwa alam semesta ini bukan
tumpukan yang terdiri dari segala sesuatu yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah, tapi
merupakan satu kesatuan yang bulat dan berhubungan satu sama lain, bahwa alam ini
bukan sesuatu yang diam, tetapi terus menerus bergerak dan berkembang, bahwa dalam
proses perkembangan alam semesta ini terdapat perubahan dari kuantitatif ke kualitatif
dan sebaliknya, bahwa perkembangan ini disebabkan karena adanya pertentangan di
dalam benda itu sendiri (kontradiksi internal). Pendeknya dialektika berdiri atas empat
dan sebaliknya, dan asas kontradiksi internal. Sedangkan tiga hukum pokok materialisme
dialektika ialah:
1. Kontradiksi
Kontradiksi memiliki dua sifat yaitu sifat umum dan sifat khusus. Sifat umum
kontradiksi adalah bahwa kontradiksi ada dimana-mana, terdapat di segala sesuatu
yang dimanapun dan kapanpun segala sesuatu pasti berkontradiksi. Kontradiksi
itu terjadi dan beriangsung secara terus-menerus, berawal dan berakhir. Sesudah
kontradiksi berakhir akan lahir kontradiksi yang baru dari materi yang baru, maka
kontradiksi bersifat terus-menerus. Sedangkan sifat khusus dari kontradiksi adalah
bahwa kontradiksi itu berbeda-beda pada materi yang berbeda-beda. Artinya
karena materi yang satu berbeda dengan yang lain, maka kontradiksinya juga
berbeda-beda. Disamping itu, kontradiksi itu berbeda-beda dikarenakan materi itu
berbeda-beda pula pada tingkat perkembanganya. Kontradiksi yang ada dalam
suatu materi tidak hanya satu bisa juga lebih dari satu dan kesemuanya tidak sama
kedudukanya, perananya, sifat dan wataknya.23
Menurut Marx, perubahan dalam kuantitas (jumlah) dapat mengakibatkan
perubahan dalam kualitas (sifat). Kuantitas adalah jumlah dalam arti yang luas
meliputi bilangan, susunan, saling hubungan, dan komposisi. Kuantitas ini
mempunyai peranan yang menentukan kualitas, adanya kuantitas menentukan
kualitas sesuatu. Perubahan kuantitatif selalu berlangsung kontinyu dan secara
berangsur-angsur (evolusioner), sedangkan perubahan kualitatif tidak kontinyu
2. Perubahan Kuantitas ke Kualitas :
23
melainkan merupakan loncatan yang terjadi sewaktu-waktu saja. Adapun
perubahan kualitas adalah perubahan yang menghancurkan kualitas lama. la
merupakan proses loncatan dari kualitas lama ke kualitas yang baru, melalui
proses perubahan kuantitas. Tanpa ada perubahan lebih dulu tidak akan ada dan
tidak akan terjadi perubahan kualitas. Selanjutnya kualitas baru yang mengakhiri
perubahan-perubahan kuantitas lama itu menimbulkan lagi kuantitas baru. Dan
perubahan kuantitas baru ini juga menyiapkan lagi perubahan-perubahan kualitas
baru, demikian seterusnya. Sebagai contoh dalam masyarakat feodal, perubahan
kekuasaan dari raja yang satu ke raja yang lainya merupakan perubahan yang
evolusioner, yang tidak akan mengubah kualitas masyarakat feodal tersebut.
Dalam masyarakat kapitalis, pergantian presiden, atau perdana menteri adalah
perubahan yang revolusioner yang tidak akan mengubah kualitas masyarakat
kapitalis tersebut. Perubahan kuantitas dan perubahan kualitas itu selalu
berhubungan sangat erat yang tidak bisa dipisahkan antara materi yang satu
dengan yang lainya.24
Negasi artinya tiada atau meniadakan, negasi dari negasi artinya meniadakan yang
meniadakan. Hukum negasi dari negasi adalah hukum arah gerak atau hukum arah
perubahan dan perkembangan sesuatu. Hukum itu menjelaskan bahwa gerak atau
perubahan dan perkembangan dari segala sesuatu arahnya tentu menuju
kebentuknya yang lama atau ke asalnya semula, dengan isi atau dengan
kualitasnya yang baru. Selama gerak atau pembahan dan perkembangan sesuatu
itu belum sampai mencapai bentuknya yang lama atau kembali ke asalnya semula, 3. Negasi dari Negasi (Hukum Arah Gerak atau Arah Perkembangan)
24
maka berarti gerak atau perubahan dan perkembangan itu masih dalam proses
perjalanan. Sebagai contoh, sebutir padi, sebelum menjadi padi lagi masih
menciptakan proses atau perubahan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
Dalam sejarah perkembangan masyarakat, mula-mula masyarakat adalah
masyarakat tanpa kelas. Sebelum menjadi masyarakat tanpa kelas kembali,
masyarakat itu masih dalam proses perkembangan, artinya terus-menerus berubah
dan berkembang..25
Marxisme sebagai aliran pemikiran dapat dikatakan sebagai hasil produksi dari
tradisi Renaissance dan Aufklarung. Marxisme adalah sistem pemikiran daripada
pandangan-pandangan dan ajaran-ajaran Karl Marx. Menurut Lenin Marxisme adalah
seni yang meneruskan dan menyempurnakan ketiga aliran ideologi yang pokok pada abad
ke-19 yang masing-masing diwakili oleh tiga negeri paling maju dari sejarah umat
manusia yaitu: filsafat klasik Jerman, ekonomi politik klasik Inggris dan Sosialisme
Perancis yang dirangkai dengan ajaran revolusioner Perancis.
I.5.3 Marxisme sebagai akar pandangan filsafat Tan Malaka
26
Kejeniusan Marx adalah karena ia yang pertama kalinya menyimpulkan pelajaran
sejarah dunia dan menerapkan pelajaran itu secara konsisten. Kesimpulan yang dibuatnya
menjadi doktrin dari perjuangan klas terhadap sistem kapitalisme yang menindas. la
tumbuh sebagai intelektual yang tajam di masa filsafat dipertanyakan, dari sebuah situasi
yang mendesak orang memilih tempatnya dalam sejarah. Filosofi materialisme yang
dipaparkan Marx menunjukkan jalan bagi kelas proletariat untuk bebas dari perbudakan
spiritual yang membelenggu setiap kelas yang tertindas hingga kini. Teori ekonomi yang
25
H. Nawawi, op cit hal 17-18
26
dijabarkan Marx menjelaskan posisi sebenarnya proletariat di dalam sistem kapitalisme.
Marxisme banyak dianggap sebagai praksis baru bagi filsafat yang mampu menyatukan
filsafat, moralitas, ideologi, ekonomi politik ke dalam panduan praksis untuk merubah
tatanan struktural masyarakat dunia dibawah sistem kapitalisme yang menindas.27
27
Hary Prabowo, Perspektif Marxisme, Tan Malaka : Teori dan Praksis Menuju Republik JendelaYogyakarta ,2002, hal 42
Marxisme dikemudian hari banyak dijadikan panduan bagi banyak
pergerakan-pergerakan rakyat tertindas diseluruh dunia. Marxisme banyak dipakai sebagai pisau
analisis untuk membedah realitas masyarakat dan mengubahnya menjadi keadaan yang
lebih baik. Banyak tokoh yang mendasarkan diri dan pergerakanya pada Marxisme, tak
terkecuali seorang Tan Malaka seorang tokoh revolusioner Indonesia semasa zaman
pergerakan kemerdekaan. Perkenalannya dengan Marxisme banyak mempengaruhi
pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan perjuangannya dalam mengusir kolonialisme
I.6. Metodologi Penelitian
I.6.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitif. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengeksplorasi suatu fenomena atau kenyataan social dengan
menggunakan analisa tertentu.28
Tehnik analisis datan yang digunakandalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan tehnik deskriptif analitif. Dengan bersumber pada sumber sejarah yang
berorientasi kepada problema yang akan berusaha menganalisa cerita-cerita yang
sebenarnya menurut topik-topik atau masalah-masalah yang telah dipilih dalam penelitian
ini.
Penelitian deskriptif ini juga digunakan sebagai suatu
cara pemecahan massalah yang diteliti dengan menggunakan analisa mendalam terhadap
objek yang diteliti.
I.6.2 Teknik Pengumpulan Data
data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik dokumentasi.
Data-data yang bersumber dari beragam media (buku, jurnal, buletin, majalah, skripsi, dan
sebagainya)—yang relevan dengan topik penelitian tersebut—setelah dihimpun
kemudian dipilah melalui proses pembacaan yang cermat dan pencatatan dalam rangka
untuk menemukan data-data pokok yang dinilai sebagai bahan utama penelitian yang
akan mempermudah penulis dalam melakukan langkah-langkah (proses) penelitian
selanjutnya.
I.6.3 Teknik Analisia Data
29
28
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta:Rajawali Pers,1997, hal.20
29
I.6.4 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,
teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan sistematika penulisan.
BAB II : BIOGRAFI TAN MALAKA
Bab ini berisi tentang perjalanan politik Tan Malaka, riwayat hidup,
pendidikan dan hal-hal yang melatarbelakangi pemikiran politik Tan
Malaka.
BAB III : PEMIKIRAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP
KEMERDEKAAN INDONESIA
Pendeskripsian pemikiran politik Tan Malaka tentang konsep
kemerdekaan Indonesia.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
SOSOK TAN MALAKA
II.1. Masa Kecil dan Masa Remaja
Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka atau yang lebih dikenal dengan nama Tan
Malaka, adalah nama yang jarang sekali kita dengar. Tan Malaka Lahir di penghujung
abad ke-19. tepatnya tanggal 2 Juni 1897 di sebuah desa kecil bernama Pandan Gadang,
Suliki Sumatra Barat.30
Setamat dari sekolah rendah ia menjadi satu-satunya anak muda dikampungnya
yang mendapat kesempatan sekolah pada Kweekschool di Bukit Tinggi (1908-1913).
Kweekschol dikenal sebagai sekolah raja karena tak tergapai oleh kaum inlanders
Ayahnya seorang mantri kesehatan yang pernah bekerja untuk
pemerintah daerah setempat dan mendapatkan gaji beberapa puluh gulden setiap bulanya.
Tan Malaka lahir dalam lingkungan keluarga yang menganut agama secara
puritan, taat pada perintah Allah serta senantiasa menjalankan ajaran Nabi Muhamad
SAW. Sejak kecil Tan Malaka dididik oleh tuntunan Islam secara ketat, suatu hal lazim
dalam tradisi masyarakat Minangkabau yang amat religius. Sejak kecil Tan Malaka
tumbuh bersama bocah-bocah sebaya di kampung-nya dan telah menampakkan bakatnya
sebagai seorang anak yang cerdas, periang dan berkemauan keras. Saat saat menginjak
usia remaja Tan Malaka telah mampu berbahasa Arab dan menjadi guru muda di surau
kampungnya. Pendidikan agama Islam ini begitu membekas dalam diri Tan Malaka
sehingga kemudian sedikit banyaknya memberikan warna dalam corak pemikiran Tan
Malaka.
30
merupakan satu-satunya sekolah guru untuk anak-anak Indonesia di Sumatera Barat.31 la
dikirim bersekolah beradasarkan keputusan rapat tetua Nagari Pandan Gadang, Suliki.
Dalam keputusan rapat dinyatakan jelas pada suatu kepercayaan tradisional bahwa Tan
Malaka pada akhirnya akan kembali untuk memperkaya alamnya.32
Kecerdasan dan keinginannya yang keras serta perangainya yang sopan
mendapatkan perhatian serius dari seorang guru Belanda bemama Horensma. Horensma
menggangap Tan Malaka sebagai anak angkatnya sendiri. Atas anjuran dari Horensma
pula ia dipromosikan untuk meneruskan sekolah lanjutan di negeri Belanda. Atas biaya
dan jaminan keuangan yang diupayakan oleh "Engkufonds" yaitu semacam lembaga
keuangan para Engku di Suliki dan juga bantuan dari Horensma yang menyediakan diri
sebagai penjamin bagi Tan Malaka untuk melakukan perantauan yang nantinya
berpengaruh besar pada kehidupannya kemudian. Bulan Oktober 1913 Tan Malaka
meninggalkan tanah kelahiranya.
33
Perantauan bagi seorang individu menurut adat Minangkabau merupakan suatu
cara untuk memenuhi panggilan penyerahan diri pada kebebasan dunia. Dengan
meninggalkan nagarinya, seorang individu dapat mengenal kedudukannya sendiri di
dalam alam dan karena pengalaman perantauannya akan dapat berkembang sampai
menjadi anggota dewasa di dalam alam. Tinggal di perantauan merupakan suatu
pengorbanan dan menjadi tugas bagi sang perantau untuk memberikan segala
pengetahuan yang diperolehnya dirantau kepada nagarinya.34
31
Inlanders adalah sebutan dalam bahasa Belanda untuk menyebut orang-orang bangsa pribumi,sebutan ini berkonotasi kasar dan merendahkan
32
Rudolf. Mrazek. Semesta Tan Malaka. Bigraf Publishing.Yogyakarta. 1994. hal.13
33
Tan Malaka. DPkP 1. Teplok Press.Jakarta, hal 21
34
Keberangkatanya ke Belanda saat itu adalah buah dari politik etis yang
dikembangkan pemerintah kolonial Belanda saat itu. Sebuah gagasan tentang pentingnya
membalas budi pada negara jaiahan yang telah banyak menghasilkan kemakmuran untuk
Belanda. Politik etis diusung oleh seorang tokoh liberal di Parlemen Belanda bemama
Conrad Theodore Van Deventer lewat sebuah tulisan yang diterbitkan dalam media
berkala De Gilds berjudul "Een Eeresschuld" (Hutang Budi) pada tahun 1899. Conrad
terinspirasi karya Multatuli yang berjudul Max Havelar. Sebelum Van Deventer masih
ada tokoh bernama Ir. Hendrikus Hubertus Van Kol yang pada tahun 1896 menyerukan
Geen roof meer ten bate van Nederland (berhentilah merampok Hindia Belanda untuk
kepentingan Nederland).35
Tentunya sedikit banyaknya kebijakan memberikan pendidikan terhadap rakyat
negeri jajahan walaupun bukan untuk maksud tulus mencerdaskan kehidupan rakyat Gagasan- gagasan progresif muncul sebagai kritik atas
kebijakan pemerintah kolonial Belanda selanjutnya menjadi bahasan dalam Majelis
Rendah maupun Majelis Tinggi Belanda.
Dampak dari kebijakan poltik etis yang dikembangkan adalah dimulainya suatu
upaya balas budi terhadap rakyat jajahan yang dikenal dengan program Irigasi atau
pengairan, Transmigrasi atau perpindahan penduduk dan Edukasi atau pendidikan. Di
bidang pendidikan mulai dibuka sekolah-sekolah pemerintah untuk kalangan pribumi
walaupun masih dalam sifat terbatas seperti HIS. HBS. STOVIA, OSVIA, Kweekschool,
Hoofdenschool merupakan manifestasi dari politik etis untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat di negeri-negeri jajahan dan Tan Malaka adalah salah satu orang yang
merasakannya.
35
setidaknya memberikan celah bagi masuknya angin pembaharuan di Indonesia.
Pendidikan yang diselenggarakan Belanda walaupun terbatas secara tidak langsung telah
memunculkan suatu kesadaran politik baru bagi kalangan rakyat pribumi.
Pendidikan pada zaman kolonial disiapkan sebatas untuk memenuhi kebutuhan
menciptakan tenaga kerja lokal untuk mengisi posisi-posisi clerk dan administrasi
rendahan serta tenaga kesehatan untuk penyakit-penyakit tropis.36
Di Belanda Tan Malaka masuk Rijkskweekschool sebuah sekolah untuk
mendapatkan gelar diploma guru kepala atau Hoofdakte di kota Haarlem. Tan Malaka
memulai hidup baru di negeri orang dalam kondisi yang jauh berbeda dengan kampung
halaman asalnya. Dalam otobiografi yang ditulisnya ia mengatakan bahwa kehidupan
dinegeri Belanda lebih banyak didekap derita ketimbang suka.
Tentunya hal ini untuk
menggantikan orang-orang asing yang dipekerjakan dalam posisi tersebut. Dengan
demikian biaya lebih murah akan menjadi keunggulan komparatifnya. Buta huruf
menjadi melek huruf, hal ini merupakan perkembangan yang penting. Pemerintah
kolonial berharap dengan melek huruf berbagai peraturan dan pengumuman dapat
disampaikan dengan lebih mudah.
II.2. Masa Pendidikan di Rijkskweekschool Belanda
37
36
Edi Cahyono, Negara dan Pendidikan Di Indonesia., 2000, hal 5.
37
Tan Malaka,op.cit, hat 21.
Kondisi iklim Belanda
yang jauh berbeda dengan Indonesia membuat kesehatanya merosot, bulan Juli 1915 ia
terserang radang paru-paru yang cukup parah dimana penyakit tersebut dapat kambuh
Sejak itu kondisi sulit terus menerpanya dan berakibat pada terhambatnya studi
Tan Malaka sampai beberapa tahun. Untuk memulihkan kesehatanya Tan Malaka
terpaksa pindah ke kota kecil yang berhawa tropis dan sejuk bernama Bussum. Di kota
inilah pula awal perkenalan Tan Malaka dengan wacana-wacana progresif, filsafat serta
berbagai peristiwa revolusi di dunia yang saat itu sedang marak di Eropa.
Tan Malaka mulai berkenalan dengan soal-soal filsafat, ia banyak membaca
karya-karya Nietzsche seorang filsuf Jerman. Hasrat intelektualnya membuatnya mulai
berkenalan dengan karya-karya Marxisme. la pun mempelajari Het Kapital Karangan
Karl Marx dalam bahasa Belanda, Marxtische Ekonomie karya Karl Kautsky, surat kabar
radikal Hel Volk milik Partai Sosial Demokrat Belanda serta brusur-brosur yang
menceritakan perjuangan dan kemenangan Revolusi Bolsyhevik Oktober 1917.38
Tan Malaka kemudian mengganggap dirinya sebagai seorang Bolsyevik yang
lebih mengerti dan mengutamakan realita bangsanya. Marxisme baginya, bukan dogma
melainkan suatu petunjuk untuk revolusi. Oleh karena itu, sikap seorang Marxis perlu
bersikap kritis terhadap petunjuk itu. Sikap kritis itu antara lain sangat ditekankan pada
kemampuan untuk melihat perbedaan dalam kondisi atau faktor sosial dari suatu
masyarakat dibanding masyarakat-masyarakat lain. Dari situ akan diperoleh kesimpulan
oleh ahli revolusi di Indonesia yang tentulah berlainan sekali dengan yang diperoleh di
Rusia, yang sama hanya cara atau metode berpikirnya.
Pengalaman Revolusi Bolsyevik di Rusia pasca Perang Dunia I sangat berkesan bagi diri
Tan Malaka. Revolusi sosial menumbangkan kediktatoran Tsar yang dilakukan oleh
kaum buruh dan sekaligus membuktikan kebenaran teori Karl Marx tentang hancurnya
dominasi kapitalisme oleh suatu revolusi sosial.
38
II.3. Masa Kepulangannya ke Indonesia
Akhir tahun 1919 ia kembali ke Indonesia setelah enam tahun dalam masa
perantauan yang mengubah banyak hal dalam dirinya. Dengan menenteng ijazah
Diploma guru (Hulpace) karena ia gagal dalam ujian guru kepala (Hoofdacte) dan
segudang pengalaman baru. la pun memulai karirnya dengan menjadi seorang guru untuk
anak-anak kuli kontrak yang bekerja diperkebunan Senembah My, Tanjung Morawa
Sumatera Timur milik seorang Belanda bernama C.W Janssen. Disana ia mendapatkan
tempat dan penghasilan yang sangat baik, gaji sebesar 350 Gulden perbulan, diberikan
fasilitas-fasilitas serta diperlakukan sama layaknya orang Eropa.39
la pun memutuskan meniggalkan kehidupan yang mewah serta perlakuan
istimewa untuk selanjutnya menerjunkan diri secara total kedalam gelanggang politik
yang penuh dengan bahaya.
Awalnya ia merasa senang mendapatkan pekerjaan tersebut, dengan harapan
dapat mencicil hutang pada gurunya Horensma dan Engkufonds yang telah membantu
pembiayaan studinya. Namun kegelisahan terhadap nasib bangsanya dimana ia
menyaksikan kekejaman para kapitalis Belanda mengeksploitasi tanah perkebunan dan
menyiksa buruh-buruh pribumi bangsanya menyebabkan Tan Malaka memutuskan untuk
meninggalkan pekerjaanya sebagai guru. la semakin yakin bahwa sistem kapitalislah
yang melahirkan praktek kolonialisme dan imperialisme sehingga meyebabkan
bangsanya terjajah dan diperbudak secara tidak berperikemanusiaan.
40
39
Harry. A.Poeze,op cit., hal 15
40
ibid, hal 17
Apa yang disaksikanya di Tanjung Morawa semakin
mempertebal keyakinanya pada kebenaran teori Marxisme dan perjuangan dari
Kekagumannya atas pengalaman kaum Bolsyevik di Rusia mengilhaminya untuk
menulis sebuah artikel pertamanya yang berjudul Parlemen atau Soviet telah
mengumandangkan dirinya menjadi seorang teoritikus Marxis yang handal. Tulisan ini
berisi suatu pandangan teoretis mengenai bentuk pemerintahan, yang membandingkannya
dengan teori kiri pada waktu itu dan selanjutnya lebih lengkap dibahas dalam karya
visionernya "Naar de Republik Indonesia" (Menuju Republik Indonesia). Di sini ia
menyampaikan banyak hal seperti politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan bahkan
militer. Bolsyevikisme telah menjadi suluh penerang sekaligus sumber inspirasinya untuk
memulai suatu perjuangan mengusir kolonialisme.
Tahun 1921 Tan Malaka datang ke Jawa yang saat itu merupakan pusat
tumbuhnya pergerakan rakyat dan bertekad untuk terjun ke dalam gelanggang politik
pergerakan. Di sana Tan Malaka berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional
seperi Cokroaminoto, Semaun dan Darsono. Tan Malaka merasa bertemu dengan
lingkungan yang tepat, yaitu lingkungan pergerakan. Perkenalanya dengan Semaun
(Wakil ISDV dan Ketua Sarekat Islam/SI Semarang) yang kemudian menawarkan Tan
Malaka tinggal di Semarang untuk mendirikan sekolah-sekolah yang diperuntukan bagi
kalangan proletariat atas sponsor SI Semarang.41
Tan Malaka kemudian mulai mendirikan sekolah-sekolah untuk anak-anak
anggota SI sekaligus untuk penciptaan kader-kader baru. Langkahnya tersebut didasarkan
pada beberapa alasan. Pertama memberi jalan kepada para kebanyakan murid yang
rata-rata berasal dari kalangan buruh, tani, pegawai kecil, dan para pedagang kecil untuk
mendapatkan pelajaran berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa belanda,
Melayu, Jawa dan lain-lain. Kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk
41
mengikuti kegemaran mereka dalam bennik perkumpulan-perkumpulan sebagai upaya
mendorong majunya pergerakan. Ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum kromo atau
kaum miskin.42
Untuk keperluan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah.
Mengajari anak-anak kampung, menyebarkan propaganda menjadi aktifitas
sehari-harinya. la mengajari anak-anak kecil lagu persatuan kaum komunis sedunia
Internasionale43
Prestasi kerjanya yang gemilang membuat Tan Malaka semakin mendapat
kepercayaan dikalangan pimpinan PKI. Maka tak heran ditengah krisis kader dan
pemimpin dikalangan PKI tahun 1921 Tan Malaka dipercaya untuk menjadi Ketua PKI . Untuk penggalangan dana ia berkeliling dari kampung untuk mencari
sumbangan dari penduduk sebagai biaya operasional sekolahnya. Sekolah model ini
kemudian tumbuh dengan cepat dan menjadi besar tidak hanya di Semarang tapi juga di
Malang dan Bandung yang dikenal dengan nama Sekolah Tan Malaka.
Tekadnya untuk bergabung dalam pergerakan kemerdekaan membuatnya
bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang notabene adalah partai komunis
pertama di Asia yang didirikan di luar Uni Soviet. Dengan semangat yang berkobar Tan
Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis, merencanakan suatu
pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI untuk
menyusun sistem kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, keahlian berbicara,
jumalistik serta keahlian mengorganisasikan rakyat. Namun pemerintah kolonial Belanda
segera melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu dan mengambil tindakan tegas
bagi pesertanya.
42
Tan Malaka, Gerilyawan Revolusioner yang Legendaris, Makalah, 2001 dalam.www. briknster.indomarxist.com
43
menggantikan Semaun yang sedang melawat ke Rusia walau hanya untuk beberapa bulan
sa|a sebelum akhimya dibuang.
Awal yang gemilang sekaligus berat ketika ia harus pasang badan dalam situasi
pergerakan. Langkah pertama yang dilakukannya adalah berusaha mendamaikan
perseteruan antara golongan Komunisme dan golongan Islam yang sedang meruncing
saat itu yang termanifestasikan dalam perpecahan antara Sl Cokroaminito dan SI Semaun
yang notabene beraliran komunis. la menilai hal tersebut bukanlah kontradiksi yang
bersifat antagonistik dan perseteruan tersebut hanya akan menguntungkan pihak penjajah
yang gemar melakukan politik pecah belah dan adu domba. Baginya berkolaborasi
dengan kaum muslimin yang merupakan salah satu elemen revolusioner adalah hal
penting dalam menumbangkan kolonialisme di Indonesia.
Bahkan dalam Kongres Komunisme Intemasional (Komintem) IV pada tahun
1922.44 Tan Malaka tetap mempertahankan argumentasinya tentang pentingnya
kolaborasi dengan gerakan Pan-Islamisme yang menyebabkannya berseberangan dengan
mayoritas elite Kemintern.45 Tan Malaka menolak pandangan Komintem yang
bermusuhan dengan Pan Islamisme karena dianggap sebagai kekuatan borjuasi yang
oportunis. Tan Malaka menyatakan bahwa potensi revolusioner Islam di negeri negeri
jajahan dan pentingnya bagi kaum komunis untuk bekerjasama untuk mencapai
kemerdekaan serta fakta bahwasanya kebanyakan orang Islam adalah kaum pekerja dan
kaum tani, satu keberanian sikap dari Tan Malaka.46
Keterlibatanya dalam gerakan-gerakan melawan kaum kolonial Belanda seperti
yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat Vakcentral
44
Komintern sebagi singkatan dari Komunisme Intemasional adalah pertemuan kaum komunis sedunia.
45
Hary.A.Poeze, op cit, hal 313-314
46
Revolusioner seperti VSTP dan aksi-aksi pemogokan kaum buruh, disertai
selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat
melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh. Seperti dikatakan Tan
Malaka pada pidatonya di depan para buruh "....Semua gerakan buruh untuk
mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pemyataan simpati, apabila nanti
mengalami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk
berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner."47
Konsekuensi dari aktifitas politiknya adalah hal yang lazim bagi para tokoh
pergerakan saat itu yakni dibunuh, ditangkap ataupun dibuang. Pada tanggal 13 Februari
1922 Tan Malaka ditangkap polisi kolonial dengan alasan melakukan tindakan-tindakan
berbahaya yaitu menggerakan aksi-aksi buruh yang gencar dan dianggap mengganggu
Rest en Orde (keamanan dan ketertiban) bagi pemerintahan Belanda.
48
Bulan Maret 1922
ia dibuang ke Belanda. Politik pembuangan adalah politik yang dilakukan pemerintah
Kolonial Belanda untuk memisahkan tokoh-tokoh pergerakan dengan massanya. Ini
adalah pembuangan pertama Tan Malaka sebagai seorang aktivis pergerakan.49
Setibanya di Belanda bulan April 1922 ia mendapatkan sambutan hangat dari
Partai Komunis Belanda (CPH). Bersamaan dengan waktu pemilihan umum di Belanda ia
diminta untuk ikut berkampanye dan juga dicalonkan sebagai anggota Parlemen Belanda II.4. Masa Pembuangan dan Pelarian
47
Tan Malaka, Gerilyawan Revolusioner yang Legendaris,Loc.cit hal 4
48
Rest en Orde adalah aturan dari pemerintah kolonial Beianda untuk meredam pergerakan-pergerakan rakyat yang saat itu bermuncuian- Konsekuensi dari aturan ini adalah pembuangan bagi setiap pemimpin atau aktifis gerakan yang merupakan rekayasa pihak kolonial untuk memisahkan mereka dengan massa rakyat
49
menempati nomor urut tiga. Sambutan masyarakat Belanda atas kampanye politik Tan
Malaka dilaporkan sangat apresiatif namun karena CPH hanya mendapatkan jatah suara
untuk dua kursi saja maka Tan Malaka gagal menjadi anggota Parlemen Belanda.50
Diakhir tahun 1924 ia menghadiri Konferensi Buruh Angkutan Pasifik yang
dihadiri oleh sejumlah utusan termasuk Alimin dan Budi Sutjitro. Hasil dari konferensi
ini adalah bagaimana menyambungkan mata rantai perjuangan revolusi nasional di Asia
dengan perjuangan revolusi proletariat di negara-negara Barat (Eropa dan Amerika).
Pada tahun yang sama, Tan Malaka menghadiri Kongres Komunis Intemasional
(Komintem) IV di Moskow, la ditugaskan sebagai wakil Komintem untuk wilayah Asia
Tenggara yang meliputi Burma, Siam, Annam, Filipina, Malaysia dan Indonesia.
Selanjutnya hidupnya diwanai dengan pengembaraan dan pelarian dari polisi
rahasia kaum kolonial dari satu negeri ke negeri lainya. la pun sempat bertemu dengan
berbagai tokoh pergerakan yang disegani di Asia seperti Dr. Sun Yat Sen yang dinilainya
berpikir dengan cara borjuis kecil yang tidak percaya pada kekuatan massa untuk
melakukan perubahan.
51
Tan Malaka diangkat sebagai Ketua Biro Buruh lalu lintas Asia dan memimpin
majalah berbahasa Inggris bemama "The Dawn".
52
50
Hary.Prabowo, Perspektif MarxismePergulalan Teori dan Praksis Menuju Republik. hal 17
51
Ibid, hal 9.
52
Ibid. hal 20
Tan Malaka pun kemudian menetap di
Canton untuk beberapa waktu. Namun lagi-lagi dengan alasan kesehatan Tan Malaka
Bulan Juni 1925 , ia masuk menyusup ke Filipina menumpang kapal samudra.
Disana Tan Malaka tinggal disekitar Manila tepatnya di Santa Mesa menetap disalah
seorang kenalanya dengan nama samaran Elias Fuentes.53
Ketegasan sikapnya terhadap praktek kolonialisme Belanda tercermin dalam buku
tersebut : "...Kami kaum Komunis Indonesia tak akan dapat menggantungkan politik
kami melulu pada pengharapan, agar negeri-negeri kapitalis di dunia runtuh terlebih Walaupun menetap di negeri orang totalitas perjuangan Tan Malaka pada
masalah-masalah pergerakan nasional untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia tidak
diragukan sejak awal. Pada esensinya pemikiran-pemikiran dan perjuangan Tan Malaka
terpusat kepada tujuan bagaimana memerdekakan bangsanya sekaligus merombak secara
total seluruh tatanan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Jauh hari sebelum Sukarno
menulis Indonesia Menggugat tahun 1932 yang berisi arti penting kemerdekaan bagi
bangsa Indonesia atau Hatta dengan Kearah Indonesia Merdeka tahun 1930, Tan Malaka
sudah menulis pamflet berjudul Naar De Republic (Menuju Republik Indonesia) sebagai
satu konsepsi menuju kemerdekaan Indonesia yang terbit pertama kali di Kowloon Cina,
April 1925 semasa pembuanganya.
Dalam buku ini ia menuliskan progam-program untuk mencapai atau berdirinya
Republik Indonesia yang menyangkut berbagai macam bidang seperti politik, ekonomi,
sosial, pendidikan bahkan militer. Program-program itu sesungguhnya diperuntukan
untuk PKI yang dianggap sebagai partai yang mampu menjadi pelopor penggerak
revolusioner cita-cita kemerdekaan Indonesia.
53
dahulu." Jika kapitalisme kolonial di Indonesia besok atau lusa jatuh, kita harus mampu
menciptakan tata tertib baru yang lebih kuat dan sempurna di Indonesia"54
Dalam konsepsi Menuju Republik Indonesia adalah revolusi kelas sebagai jalan
yang dipilih menuju kemerdekaan Indonesia adalah bukan tanpa sebab. Menurutnya
revolusi adalah jalan terbaik untuk mengusir kolonialisme dan imperialisme dari
Indonesia. Selain itu pula bangsa Indonesia belum memiliki riwayat sendiri selain riwayat
perbudakan baik perbudakan dalam bentuk feodalisme (oleh bangsa sendiri) ataupun
perbudakan oleh bangsa asing lewat penjajahan. Maka revolusi dianggap sebagai jalan
terbaik, karena itu Revolusi Indonesia karena memiliki dua tujuan yaitu mengusir
Imperialisme Barat dan mengikis sisa-sisa feodalisme. Implikasinya, jika revolusi
tersebut berhasil diwujudkan maka Indonesia akan memiliki sejarah baru.55
Buku kecil ini segera menjadi bahasan oleh studi-studi klub, kelompok-kelompok
debat termasuk studi klub yang dipimpin Sukamo dan Ir. Anwari. Dikatakan saat itu
Sukamo selalu membolak-balik, mencorat-caret dan membawa kedua buku itu, kenang
Sayuti Melik yang saat itu bersama Sukarno.
56
Sebagai seorang tokoh Komintem ia punya peranan yang cukup signifikan bagi
perkembangan gerakan komunis di Indonesia. la tidak cuma berhak untuk memberi
usul-usul dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi
yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan Gagasan-gagasan visioner Tan Malaka
memberikan inspirasi luas dikalangan aktifis pergerakan saat itu dan menguatkan
keyakinan bahwasanya kemerdekaan 100% bukanlah hal yang mustahil.
54
Tan Malaka. Menuju Republik Indonesia, Jakarta. Komunitas Bambu. Jakarta. 2000. hal 10
55
Tan Malaka, Menudju Republik Indonesia, DJakarta, Jajasan Massa, 1962, hal 40
56
pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern berjalan seperti
yang telah ditentukan di Moskow. Dengan demikian sebenarnya tanggung-jawabnya
sebagai wakil Komintem lebih berat dari keanggotaannya di PKI.
Namun perbedaan pendapat mengenai soal rencana pemberontakan PKI yang
diputuskan dalam Konferensi Prambanan pada 25 Desember 1925 menyebabkan
tegangnya hubunganya dengan para pimpinan teras PKI. Mensikapi proposal pimpinan
teras PKI yang memutuskan untuk segera melakukan pemberontakan kontan ditanggapi
Tan Malaka dengan ketidaksepakatan. Ketidaksepakatan Tan Malaka didasarkan pada
pendapat bahwasanya kesadaran kelas buruh belum cukup tinggi dan masih terlalu dini
untuk berhadapan secara frontal. Pendeknya ia mengungkapkan bahwa kondisi subyektif
partai belum cukup kuat dan kondisi obyektif yang belum mendukung. Disamping itu
pula rencana tersebut belum dikonsultasikan dengan Komintern sebagai sentral
kepemimpinan komunis sedunia.
Kecelakaan sejarah tak dapat dihindarkan, apa yang terjadi pada akhir tahun
1926-awal 1927, merupakan suatu perlawanan umum pertama terhadap diktator Belanda,
perjuangan bersenjata pertama yang bertujuan bukan lagi untuk mencegah kekuasaan
kolonial bercokol, tapi untuk menggulingkan dan menggantikannya dengan suatu
kekuasaan baru yang berasal dari rakyat yang terhisap. Kendati pemberontakan itu telah
dipersiapkan selama beberapa bulan oleh PKI, namun akhimya pemberontakan itu gagal
atau tepatnya merupakan kegagalan total dari para pimpinan partai.
Sampai disitu apa yang diramalkan oleh Tan Malaka benar-benar terbukti,
pemberontakan PKI 1926 yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia dalam waktu
ditangkap dan ditahan, dengan 5.000 diantaranya diadili dan dihukum (16 orang
diantaranya dihukum mati dan digantung), serta sekitar 1.000 orang dibuang tanpa diadili
ke Irian Barat dalam suatu kamp konsentrasi yang khusus dibuat untuk itu. Namun yang
terberat adalah segera dilarangnya PKI oleh pemerintah kolonial Belanda.57
Tan Malaka yang sejak awal tidak sepakat dengan pemberontakan tersebut
dianggap sebagai pengkhianat, dicap Trotskys
Perjuangan
nasional mendapat pukulan yang sangat berat serta pelajaran berharga tentang perjuangan
mengusir kolonialisme. Ditubuh PKI pun mengalami kehancuran serius yang diakibatkan
ditangkapnya hampir semua tokoh utama PKI.
58
Tan Malaka pun kemudian menulis sebuah Pamflet berjudul Massa Actie yang
menjelaskan tentang pentingnya peranan massa yang terdidik dan sadar untuk melahirkan
kemerdekaan Indonesia. Tan Malaka amat menekankan bahwa Revolusi Indonesia hanya
mungkin terjadi dan berhasil jikalau didukung oleh massa rakyat yang tersusun atau
terorganisasi.
dan dituduh sebagai biang keladi
kegagalan pemberontakan. Berbagai kecaman dialamatkan pada Tan Malaka dan hal
tersebut membuat Tan Malaka memutuskan untuk keluar dari PKI.
59
Pamflet yang sesungguhnya mempakan kritik terhadap pemberontakan PKI yang
gagal ini ditulis dan dicetak pertama kali di Manila tahun 1926 dan segera disusul dengan
pamflet lainya berjudul Semangat Muda yang dicetak di Singapura pada tahun yang
sama. Tan Malaka yang saat itu berada di luar negeri, berkumpul dengan beberapa
57
Jacques, Leclerc, Aliran Komunis Sejarah dan Penjara, Makalah diterbitkan dalam Majalah Prisma tahun 1983. hal 4
58
Istilah Trotskys adalah istilah yang populer di kalangan kaum komunis yang dianggap mengikuti ajaran Leon Trotsky, salah seorang tokoh komunis Russia. Namun karena perbedaan pendapatnya dengan Stalin penguasa Sovyet saat itu Trotsky dianggap sebagai pengkhianat dalam gerakan Komunis dan akhimya ia pun dibunuh. Sejak saat itu istilah Trostkys sering dialamatkan kepada orang-orang yang dianggap berhaluan atau mengikuti pendapat Trostky.
59
temannya di Bangkok Thailand. Bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927
Tan Malaka mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) yang menolak berkoordinasi
dengan Komintern.60
la dan sebagian kawan-kawannya memutuskan untuk memisahkan diri dan
memutuskan hubungan dengan PKI. Dokumen-dokumen yang diumumkan PARI
menyatakan bahwa partai itu independen dari Komintern. Nama Partai dan
program-program PARI diambil dari Pamflet Menuju Republik Indonesia yang diterbitkan Tan
Malaka dua tahun sebelumnya. PARI disiapkan menjadi partai pelopor yang dibangun
dari bawah tanah untuk memimpin jalanya Revolusi Indonesia menggantikan peran PKI
pasca pemberontakan 1926.
61
Menariknya pada tahun 1928 Tan Malaka justru diangkat kembali oleh Komintern
sebagai salah seorang agennya untuk Asia Tenggara. Saat itu, Komintern belum
mengetahui tentang kegiatan Tan Malaka dan PARI. Selanjutnya sejak tahun 1927
sampai 1932 kegiatan politik Tan Malaka semakin terhambat. Tan Malaka Lebih sering
berada dalam pengejaran intel Imperialis Belanda, Inggris dan Amerika dan praktis
terputus hubungannya dengan teman-temannya atau boleh dikatakan bergerak sendiri.
Selanjutnya sejarah gerakan kiri di Indonesia diwarnai dengan fragmentasi antar
golongan dan faksi yang memperburuk soliditas dikalangan gerakan rakyat. Namun
PARI, yang dimaksudkannya sebagai kendaraan untuk menuju Revolusi Indonesia yang
dicita-citakanya, tidak sempat berakar luas di Indonesia. Dua orang pendiri lainnya yang
notabene adalah tangan kanan Tan Malaka, Subakat dan Djamaluddin Tamim,
tertangkap.
60
Hary.A.Poeze.op.cit. hal 356
61