• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Penguat Optik Raman Pada Sistem Komunikasi Serat Optik Di PT. Telkom, Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kinerja Penguat Optik Raman Pada Sistem Komunikasi Serat Optik Di PT. Telkom, Tbk"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS KINERJA PENGUAT OPTIK RAMAN PADA

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DI PT. TELKOM, Tbk

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh :

NIM : 090422042

BLUCER LUNDU SIHOMBING

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

ANALISIS KINERJA PENGUAT OPTIK RAMAN PADA

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DI PT. TELKOM, Tbk

Disusun Oleh : Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si

(3)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

ANALISIS KINERJA PENGUAT OPTIK RAMAN PADA

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DI PT. TELKOM, Tbk

Oleh :

090422042

BLUCER LUNDU SIHOMBING

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PPSE FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada Tanggal 17 Bulan Desember Tahun 2011 di depan penguji :

1. Ketua Penguji : Maksum Pinem, ST.MT 2. Anggota Penguji : Ali Hanafiah Rambe, ST.MT 3. Anggota Penguji : Ir. M. Zulfin, MT

(4)

ABSTRAK

Kinerja sistem komunikasi serat optik sangat dipengaruhi oleh faktor rugi -

rugi redaman (attenuation). Redaman pada sistem komunikasi serat optik

merupakan masalah yang harus diatasi karena dapat menurunkan level daya kirim

sinyal. Hal ini akan menyebabkan jarak jangkau pentransmisian yang dikirim

akan menurun. Pemasangan repeater atau amplifier pada saluran transmisi

merupakan solusi untuk perbaikan level daya kirim sinyal sehingga jarak transmisi

sinyal dapat diperpanjang. Salah satu contoh penguat optik yang digunakan adalah

tipe penguat Raman. Adapun parameter yang dibahas dari kinerja penguat optik

Raman adalah redaman, level margin, optical power budget dari perangkat

tersebut. Sedangkan untuk perhitungannya menggunakan metode link power

budget.

Dari hasil pembahasan Tugas Akhir ini, diperoleh bahwa nilai redaman dan

equipment power budget pada penguat optik Raman untuk link Bireun - Sigli yaitu

sebesar 28 dB dan untuk link Sigli - Banda Aceh sebesar 32.78 dB. Sedangkan

untuk nilai level margin link Bireun - Sigli yaitu sebesar 3.6 dB dan untuk link

Sigli - Banda Aceh sebesar -0.3 dB. Untuk nilai optical power budget link Bireun -

Sigli sebesar 24.4 dB dan untuk link Sigli - B. Aceh sebesar 32.4 dB. Untuk

masing - masing sublink membutuhkan 2 konektor dan jumlah sambungan tiap link

yaitu sebanyak 40 sambungan dan 39 sambungan. Untuk perhitungan jarak

transmisi maksimum dengan penggunaan repeater hanya diperlukan 1 penguat

saja yang berada di Sigli adalah 131.8 km dengan jarak tempuh sejauh 117.1 km

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan

Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar kesarjanaan pada Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

Adapun Tugas Akhir ini berjudul “Analisis Kinerja Penguat Optik

Raman Pada Sistem Komunikasi Serat Optik Di PT. Telkom, Tbk”. Penulis persembahkan kepada yang teristimewa Ayahanda M. Sihombing dan Ibunda J.

Hutapea yang telah membesarkan, mendidik serta banyak memberi dukungan,

semangat, dan doa kepada penulis. Kepada adik-adik yang penulis sayangi yaitu

Lenni Sihombing, Fitri Yanti Sihombing, dan Daniel Sihombing yang selalu

memberikan doa dan motivasi kepada penulis serta teman - teman semuanya yang

senantiasa mendoakan, mendukung, dan memberi semangat kepada penulis.

Selama penulisan Tugas Akhir ini hingga menyelesaikannya, penulis

banyak mendapat bantuan dan dukungan serta masukan dari banyak pihak. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Rahmad Fauzi, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro

(6)

3. Bapak Maksum Pinem, ST. MT selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang

selalu dengan ikhlas dan penuh kesabaran memberikan bimbingan,

pengarahan, masukan serta semangat dalam penulisan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ir. Edy Warman selaku Dosen Wali selama penulis mengikuti

perkuliahan.

5. Bapak Sofyan selaku Asisten Manajer SKSO Divisi Arnet Sumbagut Medan.

6. Bapak Sijabat, Bapak Supriady, Bapak Maysalni dan Bapak Firman Nasution

selaku Staf SKSO Divisi Arnet Sumbagut Medan yang berkenan

membimbing penulis.

7. Seluruh staf karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Kantor Divisi

Infratel Network Regional Sumatera Bagian Utara.

8. Seluruh staf karyawan di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara, terutama Bapak Martin, Bapak Ponijan, Ibu

Ummi, Ibu Ani, Ibu Ester, Bapak Divo dan Bapak Amri yang telah

memberikan banyak bantuan kepada penulis selama penulis kuliah juga

selama proses pendaftaran seminar dan sidang Tugas Akhir.

9. Sahabat terbaik penulis saudara Lijanri Baginda Sitanggang,Willy Sitanggang,

Feriz, Ornal Putra Purba, Roland Sihombing, Monica Saragih, Natalya

Simanjuntak, Neronzie Julardi terima kasih untuk dukungan dan semangatnya

selalu.

10.Teman seperjuangan angkatan 2009 dan 2010 Teknik Elektro, khususnya

konsentrasi Teknik Telekomunikasi yang memberikan masukkan dan

(7)

Berbagai usaha telah penulis lakukan demi selesainya Tugas Akhir ini

dengan baik, tetapi penulis masih menyadari akan kekurangan dan keterbatasan

penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dengan

tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang Tugas Akhir

ini.

Akhir kata penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan penulis.

Medan, Oktober 2012 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Umum...6

2.2 Struktur Dasar Kabel Serat Optik ...7

2.3 Jenis - Jenis Serat Optik...8

2.4 Konsep Dasar Sistem Transmisi Serat Optik...10

2.5 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik...11

2.5.1 Parameter Serat Optik...12

(9)

2.6.1 Faktor Intrinsik...17 BAB III RAMAN AMPLIFIER PADA JARINGAN SISTEM

DWDM

3.1 Umum...25

3.2 Penguat Optik Raman...27

3.2.1 Dense Wavelength Division Multiplexing...35

3.2.2 Prinsip Kerja Dense Wavelength Division Multiplexing...36

3.2.3 Komponen DWDM...41

3.3 Channel Spacing ( Spasi Kanal)...43

3.4 Laser Safety...45

3.5 Mekanisme Pengaman Optikal...45

3.5.1 Prosedur Automatic Power Shutdown...46

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum ...48

4.1.1 Topologi Jaringan Serat Optik...50

4.2 Data Pengukuran Sistem...52

4.3 Link Power Budget.....52

(10)

4.3.2 Jumlah Sambungan (Splice) dan Konektor...55

4.3.3 Analisis Perhitungan Power Budget...56

4.4 Analisis Perhitungan Jarak Transmisi Maksimum Sistem...57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...59

5.2 Saran...60

DAFTAR PUSTAKA ...61

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Dasar Kabel serat Optik...7

Gambar 2.2 Perambatan Gelombang pada Single-mode Fibers...9

Gambar 2.3 Perambatan Gelombang pada Multi-mode Fibers...9

Gambar 2.4 Konfigurasi Sistem Transmisi Serat Optik....11

Gambar 2.5 Numerical Aperture...14

Gambar 2.6 Berbagai tipe connector.....21

Gambar 3.1 Arsitektur Sistem Kerja Penguat Optik Raman...29

Gambar 3.2 Pengiriman bit-bit pada fenomena SRS...30

Gambar 3.3 Level Pengiriman Kenaikan Sinyal Oleh Penguat Optik Raman...31

Gambar 3.4 Spektrum Kenaikan Sinyal Oleh Penguat Optik Raman...32

Gambar 3.5 Sistem Penguatan Sinyal Secara Optik Oleh Raman...34

Gambar 3.6 Konsep Sistem Kerja DWDM Dengan Penguat Optik Raman...39

Gambar 3.7 Jarak Spasi Kanal...44

Gambar 3.8 Typical C-band OSN 6800 DWDM Link Tanpa Fiber Break...46

Gambar 4.2 Peta Ring 1B Medan - Banda Aceh...49

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rentang Band serat optik...43

Tabel 4.1 Jarak Lokasi Jaringan Serat Optik Link Medan - Banda Aceh...51

Tabel 4.2 Data hasil pengukuran link Medan - Banda Aceh...52

Tabel 4.3 Spesifikasi kabel darat (Onshore) ...53

(13)

ABSTRAK

Kinerja sistem komunikasi serat optik sangat dipengaruhi oleh faktor rugi -

rugi redaman (attenuation). Redaman pada sistem komunikasi serat optik

merupakan masalah yang harus diatasi karena dapat menurunkan level daya kirim

sinyal. Hal ini akan menyebabkan jarak jangkau pentransmisian yang dikirim

akan menurun. Pemasangan repeater atau amplifier pada saluran transmisi

merupakan solusi untuk perbaikan level daya kirim sinyal sehingga jarak transmisi

sinyal dapat diperpanjang. Salah satu contoh penguat optik yang digunakan adalah

tipe penguat Raman. Adapun parameter yang dibahas dari kinerja penguat optik

Raman adalah redaman, level margin, optical power budget dari perangkat

tersebut. Sedangkan untuk perhitungannya menggunakan metode link power

budget.

Dari hasil pembahasan Tugas Akhir ini, diperoleh bahwa nilai redaman dan

equipment power budget pada penguat optik Raman untuk link Bireun - Sigli yaitu

sebesar 28 dB dan untuk link Sigli - Banda Aceh sebesar 32.78 dB. Sedangkan

untuk nilai level margin link Bireun - Sigli yaitu sebesar 3.6 dB dan untuk link

Sigli - Banda Aceh sebesar -0.3 dB. Untuk nilai optical power budget link Bireun -

Sigli sebesar 24.4 dB dan untuk link Sigli - B. Aceh sebesar 32.4 dB. Untuk

masing - masing sublink membutuhkan 2 konektor dan jumlah sambungan tiap link

yaitu sebanyak 40 sambungan dan 39 sambungan. Untuk perhitungan jarak

transmisi maksimum dengan penggunaan repeater hanya diperlukan 1 penguat

saja yang berada di Sigli adalah 131.8 km dengan jarak tempuh sejauh 117.1 km

(14)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Telekomunikasi adalah salah satu bidang yang memiliki peranan penting

pada abad ini. Dengan adanya telekomunikasi, orang bisa saling bertukar

informasi satu dengan yang lainnya. Seperti salah satu contoh yang nyata saat ini,

yaitu dengan satu buah saluran telepon kita dapat mengirim atau menerima data

suara (audio), data gambar (video) serta data komputer dalam waktu relatif

singkat serta bersamaan. Sesuai dengan tuntutan pelayanan komunikasi yang

cenderung meningkat dengan cepat, maka diperlukan juga media transmisi untuk

melakukan komunikasi yang memadai (cepat) dan pada saat ini hanya jenis media

transmisi kabel serat optik mampu melayani transfer data dengan kecepatan tinggi

dalam waktu yang relative singkat serta bentuk fisik yang relatif kecil dan ringan.

Pada sistem komunikasi, media yang digunakan dikelompokkan kepada

2 jenis yaitu: ”guided” media berupa kabel sebagai penghantar dan ”unguided”

media yang disebut juga dengan media tanpa kabel (wireless). Media kabel pada

umumnya menggunakan bahan tembaga. Contohnya seperti kabel twin lead untuk

transmisi seimbang (balance),”twisted pair” untuk jaringan komputer, coaxial

untuk transmisi ke antena pemancar radio, dan lain sebagainya. Saat ini telah

ditemukan jenis kabel yang terbuat dari bahan kaca dimana sangat baik digunakan

untuk transmisi jarak jauh. Jenis kabel ini dinamakan dengan kabel serat optik.

Seiring dengan peningkatan dan pengembangan penggunaan kabel serat optik

sebagai media transmisi, maka sering juga terjadi faktor hilangnya informasi yang

(15)

dari rugi-rugi tersebut adalah rugi daya yang diakibatkan oleh redaman sepanjang

kabel serat optik yang mengakibatkan perubahan daya dari pemancar hingga ke

penerima.

Pada suatu sistem komunikasi jarak jauh, repeater adalah suatu bagian

yang akan memperkuat dan memperbaiki sinyal yang sudah menurun karena jarak

yang jauh. Dalam sistem komunikasi serat optik, repeater dapat berupa repeater

elektronik atau dapat berupa repeater optik. Repeater elektronik ini mempunyai

beberapa kelemahan karena sinyal pertama - tama mengalami konversi dari optik

ke listrik, kemudian akan diperkuat secara elektronik dan sesudah itu akan

dikonversi kembali dari listrik ke optik, akibatnya terjadi penurunan kualitas pada

sinyal. Disamping itu akan sangat kompleks dan mahal untuk sistem yang

high speed dan multiwavelength. Untuk mengatasi pelemahan dan pelebaran

sinyal, dapat digunakan piranti pengulang elektronik (penguat) yang ditempatkan

pada jarak tertentu. Prinsip kerja piranti ini adalah mengubah cahaya yang datang

kedalam bentuk elektrik, kemudian sinyal tersebut akan diperkuat dayanya.

Selanjutnya diubah kembali menjadi sinyal optik untuk ditransmisikan kembali.

Dengan menggunakan penguat optik Raman, akan diperoleh pembangkitan sinyal

dengan faktor penguatan yang lebih besar dan dapat membawa data dengan

kecepatan bit yang lebih tinggi dibanding pengulang elektronik.

Pada Tugas Akhir ini, penulis mencoba menganalisis kinerja dari penguat

optik dengan tipe Raman pada sistem komunikasi serat optik DWDM yang

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan yaitu:

1. Bagaimana prinsip kerja penguat optik dalam sistem komunikasi serat optik.

2. Bagaimana prinsip kerja penguat optik Raman.

3. Bagaimana prinsip kerja jaringan sistem DWDM.

4. Bagaimana karakteristik komponen pendukung penguat Raman.

5. Bagaimanakah performance sistem sebelum diberikan penguat Raman

berdasarkan redaman, level margin, Optical Power Budget dari perangkat.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk

menganalisis kinerja dari penguat optik dengan tipe Raman dalam sistem

komunikasi serat optik DWDM yang digunakan oleh PT.Telkom, Tbk dengan

menggunakan metode link power budget.

1.4 Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini, maka dibuat

pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Membahas Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) secara umum.

2. Hanya membahas prinsip kerja penguat optik dengan tipe Raman.

3. Hanya membahas parameter kinerja penguat optik tipe Raman

di PT Telkom Tbk, pada link Medan – Banda Aceh yang berupa redaman,

(17)

1.5 Metodologi Penulisan

Metode penulisan yang digunakan pada penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Studi Literatur, yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan

topik Tugas Akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh

penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet,

dan lain-lain.

2. Studi Perhitungan, yaitu dengan melakukan perhitungan terhadap kinerja

sistem yang dibahas dalam Tugas Akhir ini.

3. Studi Analisis, yaitu berupa studi analisis yang dilakukan pada data yang

diperoleh selama melakukan penelitian di PT. Telekomunikasi Indonesia

Tbk.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai Tugas Akhir ini secara singkat,

maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang

masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II : SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Bab ini menjelaskan tentang konsep sistem transmisi serat optik serta

(18)

BAB III : PENGUAT OPTIK RAMAN PADA SISTEM DWDM

Bab ini menjelaskan tentang prinsip kerja dari penguat optik dengan

tipe Raman Amplifier, prinsip kerja sistem DWDM dan komponen

jaringan sistem DWDM.

BAB IV : ANALISIS KINERJA PENGUAT OPTIK RAMAN PADA SISTEM DWDM

Bab ini menganalisa redaman, level margin, optical power budget serta

jarak maksimum sistem pada penguat Raman dengan menggunakan

teknik perhitungan power budget.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang didapat dari

(19)

BAB II

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Umum

Komunikasi dapat diartikan sebagai pengiriman informasi dari satu pihak

ke pihak yang lain. Pengiriman informasi ini dilakukan dengan memodulasikan

informasi pada gelombang elektromagnetik yang bertindak sebagai pembawa

(carrier) sinyal informasi tersebut. Selanjutnya setelah tiba di tujuan, maka untuk

memperoleh informasi yang asli dilakukan demodulasi. Pada masa era informasi

saat ini, komunikasi serat optik semakin banyak digunakan. Bukan hanya sebagai

pengganti dari jenis sistem transmisi sebelumnya, tetapi dikarenakan sistem

transmisi serat optik ini memberikan keuntungan yang jauh efektif dan efisien

dibandingkan dengan jenis yang lain. Jenis serat optik ini juga tidak bersifat

menghantarkan arus listrik, sehingga dapat digunakan didaerah - daerah terisolasi

listrik.

Karena memiliki kapasitas dengan informasi yang tinggi, maka jalur-jalur

saluran dapat diringkas menjadi kabel-kabel yang jauh lebih kecil, sehingga dapat

mengurangi arus traffic pada jalur-jalur kabel yang sudah sangat padat. Pada

sistem komunikasi serat optik ini sinyal awal yang berbentuk sinyal listrik pada

transmitter akan dirubah oleh transducer menjadi gelombang cahaya yang

kemudian di transmisikan melalui kabel serat optik menuju penerima (receiver)

yang terletak pada ujung kabel lainnya. Pada penerima sinyal optik ini

(20)

2.2 Struktur Dasar Kabel Serat Optik

Serat optik terbuat dari bahan dielektrik yang berbentuk seperti kaca

(glass). Didalam serat inilah energi listrik diubah menjadi cahaya yang akan

ditransmisikan sehingga dapat diterima di ujung unit penerima (receiver) melalui

transducer.Pada Gambar 2.1 dapat dilihat struktur dasar kabel serat optik [1].

Gambar 2.1 Struktur Dasar Kabel Serat Optik.

Struktur serat optik terdiri dari [1] :

1. Inti (core)

Bagian yang paling utama dinamakan bagian inti (core), dimana gelombang

cahaya yang dikirimkan akan merambat dan mempunyai indeks bias lebih

besar dari lapisan kedua. Terbuat dari kaca (glass) yang berdiameter antara

2µm-125µm, dalam hal ini tergantung dari jenis serat optiknya.

2. Cladding

Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat

merambat ke ujung lainnya. Dengan adanya cladding ini cahaya dapat

merambat dalam core serat optik. Cladding terbuat dari bahan gelas dengan

indeks bias yang lebih kecil dari core. Cladding merupakan selubung dari

(21)

core dan cladding akan mempengaruhi perambatan cahaya pada core (yaitu

mempengaruhi besarnya sudut kritis).

3. Jaket (coating)

Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis pada serat optik dan identitas

kode warna terbuat dari bahan plastik. Berfungsi untuk melindungi serat optik

dari kerusakan.

2.3 Jenis-jenis Serat Optik

Berdasarkan keperluan yang berbeda-beda, maka serat optik dibuat dalam

dua jenis utama yang berbeda, yaitu single-mode fibers dan multi-mode fibers.

1. Serat Optik Single-mode Fibers

Single-mode Fibers mempunyai inti sangat kecil (yang memiliki diameter

sekitar 9x10-6

Cahaya yang merambat secara paralel di tengah membuat terjadinya sedikit

dispersi pulsa. Single-mode fibers mentransmisikan cahaya laser inframerah

(panjang gelombang 1300 - 1550 nm). Jenis serat ini digunakan untuk

mentransmisikan satu sinyal dalam setiap serat. Serat ini sering dipakai dalam

pesawat telepon dan TV (televisi) kabel.

meter atau 9 mikro meter). Gambar 2.2 menunjukkan bagaimana

perambatan gelombang terjadi pada sistem single-mode fibers [1].

(22)

2. Serat Optik Multi-mode Fibers

Multi-mode Fibers mempunyai ukuran inti lebih besar (berdiameter sekitar

6,35x10-5

Serat ini digunakan untuk mentransmisikan banyak sinyal dalam setiap serat

dan sering digunakan pada jaringan komputer dan Local Area Networks (LAN).

meter atau 63,5 mikro meter) dan mentransmisikan cahaya

inframerah (panjang gelombang 850-1300 nm) dari lampu light-emitting diodes

(LED) dan pada Gambar 2.3 dapat dilihat bagaimana perambatan gelombang

terjadi pada sistem multi-mode fibers [1].

Gambar 2.3 Perambatan Gelombang pada serat optic Multi-mode Fibers

Berdasarkan susunan indeks biasnya, serat optik Multimode memiliki dua

profil yaitu:

1. Graded Index. Serat optik mempunyai indeks bias cahaya yang merupakan

fungsi dari jarak terhadap sumbu/poros serat optik, sehingga cahaya yang

menjalar melalui beberapa lintasan pada akhirnya akan sampai pada ujung

lainnya pada waktu yang bersamaan.

2. Step Index. Serat optik mempunyai indeks bias cahaya sama. Sinar yang

menjalar pada sumbu akan sampai pada ujung lainnya dahulu (dispersi).

Hal ini dapat terjadi karena lintasan yang melalui poros lebih pendek

dibandingkan sinar yang mengalami pemantulan pada dinding serat optik,

(23)

frekuensi. Oleh karena hal ini, maka yang sering dipergunakan sebagai

transmisi serat optik Multimode adalah Graded Index.

2.4 Konsep Dasar Sistem Transmisi Serat Optik

Prinsip dasar dari sistem komunikasi serat optik adalah pengiriman sinyal

informasi dalam bentuk sinyal cahaya. Pemancar kabel serat optik dan penerima

merupakan komponen dasar yang digunakan dalam sistem komunikasi serat optik.

Pemancar berfungsi untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal optik, kabel

serat optik berfungsi sebagai media transmisi dan penerima berfungsi untuk

mengubah sinyal optik yang diterima menjadi sinyal listrik kembali [1].

Proses pengiriman informasi yang melalui serat optik menggunakan

prinsip pemantulan sinyal optik yang berupa cahaya dengan panjang gelombang

tertentu. Secara umum, konfigurasi sistem transmisi serat optik ditunjukkan

seperti Gambar 2.4[2].

(24)

Selama perambatannya dalam serat optik, gelombang cahaya akan

mengalami redaman di sepanjang serat dan pada titik persambungan serat optik.

Oleh karena itu, untuk transmisi jarak jauh diperlukan adanya penguat yang

berfungsi untuk memperkuat gelombang cahaya yang mengalami redaman[4].

2.5 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik

Adapun keuntungan dari kabel serat optik, yaitu:

1. Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwidth yang lebar).

2. Frekuensi pembawa optik bekerja pada daerah frekuensi yang tinggi yaitu

sekitar 1013Hz sampai dengan 1016 Hz, sehingga informasi yang dibawa

akan menjadi banyak.

3. Redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel yang terbuat

dari tembaga, terutama pada frekuensi yang mempunyai panjang gelombang

sekitar 1300 nm yaitu 0,2 dB/km.

4. Kebal terhadap gangguan gelombang elektromagnet. Fiber optik terbuat dari

kaca atau plastik yang merupakan isolator, berarti bebas dari interferensi

medan magnet, frekuensi radio dan gangguan listrik.

5. Dapat menyalurkan informasi digital dengan kecepatan tinggi.

Kemampuan fiber optik dalam menyalurkan sinyal frekuensi tinggi, sangat

cocok untuk pengiriman sinyal digital pada sistem multipleks digital dengan

kecepatan beberapa Mbit/s hingga Gbit/s.

6. Ukuran dan berat fiber optik kecil dan ringan.

7. Diameter inti fiber optik berukuran micro sehingga pemakaian ruangan lebih

ekonomis.

8. Tidak mengalirkan arus listrik terbuat dari kaca atau plastik sehingga tidak

(25)

9. Sistem dapat diandalkan (20 - 30 tahun) dan mudah pemeliharaannya.

Adapun kerugian yang terdapat pada kabel serat optik, yaitu:

1. Konstruksi fiber optik lemah sehingga dalam pemakaiannya diperlukan

lapisan penguat sebagai proteksi.

2. Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang

berlebihan.

3. Tidak dapat dialiri arus listrik, sehingga tidak dapat memberikan catuan

pada pemasangan repeater.

2.5.1 Parameter Serat Optik

Parameter serat optik antara lain :

1. Kecepatan Propagasi

2. Numerical Aperture (NA)

3. Dispersi

4. Penghamburan Rayleigh

5. Pemantulan dan Pembiasan

6. Pemantulan Fresnel

Keterangan:

1. Kecepatan Propagasi

Propagasi dalam serat optik disebabkan oleh adanya suatu refleksi (pantulan),

(26)

dengan clading. Bila berkas cahaya datang dari suatu media yang lebih padat (n1)

ke media yang kurang padat (n2) dimana n1 > n2 maka pada bidang batas antara

kedua media terjadi pantulan. Bila sudut datang melebihi sudut kritis maka

diperoleh pantulan total dan bila sudut datang lebih kecil dari sudut kritis akan

terjadi pembiasan dan pemantulan sebagian.

Kecepatan perambatan cahaya pada medium memiliki kecepatan rambat yang

lebih kecil dari kecepatan rambat cahaya pada ruang hampa, kecepatan tersebut

dapat dirumuskan sebagai berikut:

V = C / n ... (2.1)

dimana:

V = kecepatan rambat cahaya pada media

C = kecepatan rambat cahaya pada ruang hampa

n = indeks bias media yang dilalui berkas cahaya

2. Numerical Aperture (NA)

Numerical aperture (NA) adalah ukuran kemampuan sebuah serat untuk

menangkap cahaya, juga dipakai untuk mendefenisikan acceptance cone dari

sebuah serat optik. Jika medium dimana tempat cahaya memasuki serat umumnya adalah udara maka = 1 sehingga NA = sin θa. NA digunakan untuk mengukur

source-tofiber power-coupling efficiencies, NA yang besar menyatakan

source-to-fiber power-coupling efficiencies yang tinggi. Nilai NA biasanya sekitar 0,20

sampai 0,29 untuk serat gelas, serat plastik memiliki NA yang lebih tinggi dapat

(27)

Gambar 2.5Numerical Aperture

Besarnya nilai Numerical Aperture (NA) dapat diperoleh dengan rumus :

NA = sin θc = n1 2 – n2

dimana:

………...(2.2)

NA = Numerical Aperture

θ = Sudut cahaya yang masuk dalam serat optik

n1 = Indeks bias core

n2 = Indeks bias cladding

3. Dispersi

Dispersi adalah pelebaran pulsa yang terjadi ketika sinyal merambat melalui

sepanjang serat optik yang disebabkan oleh keterbatasan material dan efek linear

seperti polarisasi, material dan lainnya. Faktor dispersi ini akan mempengaruhi

kualitas sinyal yang akan ditransmisikan dalam jaringan. Dispersi akan

menyebabkan pulsa-pulsa cahaya memuai dan menjadi lebih lebar, sehingga pada

akhirnya mengakibatkan pulsa-pulsa tersebut saling tumpang tindih dengan satu

sama lain[3]. Jenis dispersi pada serat optik yang disebabkan oleh mekanisme

yang berbeda, yaitu:

(28)

Cahaya dari sumber masuk ke dalam serat optik multimode dirambatkan

dalam beberapa mode. Setiap mode ada yang merambat sejajar sumbu inti dan

ada pula yang merambat zig-zag. Dengan demikian jarak yang ditempuh oleh

tiap mode akan berbeda-beda. Dispersi intermodal disebut juga pelebaran

pulsa.

b. Dispersi Kromatik

Dispersi material terjadi karena indeks bias bervariasi sebagai fungsi panjang

gelombang optik. Salah satu dispersi yang paling dominan dalam jaringan

optik adalah dispersi kromatik. Akibat pengaruh dispersi kromatik maka

digunakan DCF (Dispersion Compensating Fiber) sebagai pengkompensasi

akumulasi dispersi. DCF merupakan serat optik dengan panjang tertentu yang

dibuat dari material yang memiliki koefisien dispersi kromatik yang khusus

pada panjang gelombang operasinya. Koefisien dispersi kromatik ini bernilai

negatif dan bernilai lebih besar per unit panjangnya dibandingkan dengan

koefisien dispersi dari serat optik yang digunakan sistem. Dengan

karakteristik ini, maka panjang DCF yang cukup pendek dapat

mengkompensasi akumulasi dispersi kromatik pada serat optik yang

digunakan sistem.

c. Dispersi Bumbung Gelombang (Waveguide Dispersion)

Dispersi ini terjadi akibat dari karakteristik perambatan mode sebagai fungsi

perbandingan antara jari-jari inti serat dan panjang gelombang.

(29)

Penyebab utamanya adalah ketidaksimetrisan bentuk serat optik akibat adanya

tekanan saat pengkabelan, ataupun saat instalasi. Dispersi mode polarisasi

pun akan meningkat dengan bertambahnya usia kabel optik[3].

2.6 Redaman Serat Optik

Tahanan dari konduktor tembaga menyebabkan hilangnya sebagian dari

energi listrik yang mengalir dari suatu kabel. Core dari kabel serat optik menyerap

sebagian dari energi cahaya. Hal ini dinyatakan dalam redaman kabel. Satuan

yang digunakan untuk redaman serat optik adalah dB/km. redaman tergantung

dari beberapa keadaan. Tetapi yang utama adalah bahwa redaman tergantung pada

panjang gelombang dari cahaya yang digunakan [5].

Menurut rekomendasi ITU-T G.0653E, kabel serat optik harus

mempunyai koefisien redaman 0,5 dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan

0,4 dB/km untuk panjang gelombang 1550 nm. Tapi besarnya koefisien ini bukan

merupakan nilai yang mutlak, karena harus mempertimbangkan proses pabrikasi,

desain & komposisi fiber, dan desain kabel.

Redaman (α) sinyal atau rugi-rugi serat didefenisikan sebagai

perbandingan antara daya output optik (Pout) terhadap daya input (Pin

………... (2.3) ) sepanjang

serat L. Redaman dalam serat optik untuk berbagai panjang gelombang tidak

selalu sama karena redaman ini merupakan fungsi panjang gelombang (α) [1].

(30)

L = Panjang serat optik (km)

Pin

P

= Daya yang masuk kedalam serat

out

Untuk itu terdapat range redaman yang masih diizinkan yaitu 0,3 sampai

0,4 dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan 0,17 sampai 0,25 dB/km,

untuk panjang gelombang 1550. Selain itu, koefisien redaman mungkin juga

dipengaruhi spektrum panjang gelombang yang diperoleh dari hasil pengukuran

pada panjang gelombang yang berbeda [1]. Redaman itu dapat terjadi karena

adanya dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. = Daya yang keluar dari serat

2.6.1 Faktor Intrinsik

Ada beberapa faktor intrinsik dari serat optik yang menyebabkan redaman,

yaitu [6]:

1. Absorption (penyerapan), peristiwa ini terjadi akibat ketidak murnian bahan

fiber optik yang digunakan. Bila cahaya menabrak sebuah partikel dari unsur

yang tidak murni maka sebagian dari cahaya tersebut akan terserap.

2. Scattering (penghamburan) terjadi akibat adanya berkas cahaya yang

merambat dalam materi dipancarkan/dihamburkan ke segala arah dikarenakan

struktur materi yang tidak murni. Biasanya scattering ini terjadi pada

lokasi-lokasi tertentu saja di dalam bahan, dan ukuran daerah yang terkena

pengaruh perubahan efek terpencarnya cahaya sangat kecil, yaitu kurang dari

satu panjang gelombang cahaya.

(31)

Pada umumnya timbul di dalam proses manufaktur. Penyebab yang biasa

dijumpai adalah perbedaan laju pemuaian (dan penyusutan) antara serat optik

dan lapisan-lapisan pelindung luarnya (jaket). Ketika kabel serat optik menjadi

terlalu dingin, lapisan jaket maupun bagian inti/mantel akan mengalami

penyusutan dan memendek sehingga dapat bergeser dari posisi relatifnya

semula dan menimbulkan lekukan-lekukan yang disebut microbend'[5].

2.6.2 Faktor Ekstrinsik

Ada beberapa faktor ekstrinsik dari serat optik yang menyebabkan

redaman, yaitu [6]:

1. Frasnel Reflection terjadi karena ada celah udara sehingga cahaya harus

melewati dua interface yang memantulkan sebagian karena perubahan index

bias dari inti ke udara dan inti lagi.

2. Mode Copling terjadi karena adanya sambungan antara sumber/detektor optik

dengan serat optik.

3. Macrobending, lekukan tajam pada sebuah kabel serat optik dapat

menyebabkan timbulnya rugi daya yang cukup serius, dan lebih jauh lagi

kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis (pecahnya serat optik). Rugi daya

yang ditimbulkan dengan melengkungkan sepotong pendek serat optik boleh

jadi lebih besar dari rugi daya total yang timbul pada seluruh kabel serat optik

sepanjang 1 km yang dipasang secara normal.

(32)

Sumber optik merupakan komponen dalam sistem komunikasi serat optik yang mengubah sinyal listrik menjadi sinyal cahaya. Ada dua jenis sumber optik

yang sering digunakan, yakni LED (Light Emiting Diode) dan LASER (Light

Amplication by Stimulated Emission of Radition). LED memiliki keluaran daya

yang lebih sedikit, kecepatan switching yang lebih lambat, dan lebar spektrum

yang lebih besar. Namun demikian LED dipergunakan secara luas untuk aplikasi

jarak pendek dan menengah yang menggunakan serat kaca dan plastik karena

lebih sederhana, murah, handal, dan tidak terlalu bergantung pada temperatur.

Laser menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang tetap yang dapat

berada di dalam wilayah tampak, yaitu sekitar 635 nm . Cahaya tersebut memiliki

bandwidth yang sangat sempit, umumnya hanya memiliki lebar beberapa

nanometer. Hal ini memastikan bahwa dispersi kromatik dapat dipertahankan

pada nilai yang kecil dan kondisi ini memungkinkan terjadinya kecepatan

transmisi data yang tinggi. Laser dapat menghasilkan cahaya dengan intensitas

tinggi sehingga sesuai untuk digunakan pada sistem telekomunikasi optik jarak

jauh[3]. Proses pembentukan laser, yaitu:

a. Absorpsi foton; proses perpindahan elektron dari energi valensi ke energi

konduksi.

b. Emisi Spontan; proses di mana elektron dalam keadaan tereksitasi di energi

konduksi kembali ke energi dasar dengan melepas foton.

Emisi terangsang (stimulated); proses saat keadaan inversi populasi elektron

tereksitasi yang mendapat rangsangan (pacu) akan serentak melepaskan foton

(33)

2.7.1 Konektor

Konektor optik merupakan salah satu perlengkapan kabel serat optik yang

berfungsi sebagai kabel serat optik sebagai penghubung serat. Konektor ini mirip

dengan konektor listrik dalam hal fungsi dan tampilan luar tetapi konektor pada

serat optik memiliki ketelitian yang lebih tinggi.

Penyambungan serat optik menggunakan konektor bersifat tidak

permanen, artinya dapat dibongkar pasang. Konektor biasanya digunakan untuk

kontak dengan terminal perangkat aktif. Gambar 2.6 menunjukkan berbagai tipe

konektor [1].

Untuk memastikan didapatkannya rugi yang rendah, konektor harus

menghilangkan efek-efek pergeseran sudut dan lateral dan juga menjaga bahwa

kedua ujung fiber akan saling menutup dengan sempurna. Bermacam-macam

rancangan telah digunakan untuk membuat konektor-konektor semacam ini, di

mana sebagian adalah lebih berhasil dari pada yang lain. Konektor optik

merupakan salah satu perlengkapan kabel serat optik yang berfungsi sebagai

penghubung serat seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6 [3].

(34)

SC Connectors ESCON Connectors FC & D4 Connector

Gambar 2.6 Berbagai Tipe Connector

Syarat - syarat konektor yang baik adalah:

a. Kehilangan daya cukup rendah. Konektor yang dibentuk harus menjamin dari

kesalahan penyambungan dan dapat meminimumkan kesalahan secara

langsung.

b. Kemampuan pengulangan. Efisiensi kopling tidak berubah jika tidak ada

penyesuaian ulang.

c. Dapat diprediksi, artinya konektor memiliki efisiensi yang sama jika beberapa

konektor sejenis dikombinasi.

d. Umurnya panjang. Tidak ada penurunan efisiensi dalam waktu yang lama.

e. Kuat. Bahan konektor kuat terhadap tekanan.

f. Kompatibel dengan lingkungan. Penyambungan dapat dilakukan pada variasi

temperatur, tekanan tinggi, getaran, kelembaban dan kotoran.

g. Mudah mendapatkannya. Umum digunakan.

h. Mudah menggunakannya. Pemasangan dan penyesuaiannya mudah.

i. Ekonomis. Konektor yang presisi adalah mahal. Konektor murah, biasanya

plastik tetapi kualitasnya rendah.

(35)

Power budget merupakan suatu hal yang sangat menentukan apakah suatu

sistem komunikasi optik dapat berjalan dengan baik atau tidak. Karena

power budget menjamin agar penerima dapat menerima daya optik sinyal yang

diperlukan untuk mendapatkan bit error rate (BER) yang diinginkan. Perhitungan

dan analisis power budget merupakan salah satu metode untuk mengetahui

performansi suatu jaringan. Hal ini dikarenakan metode ini dapat digunakan untuk

melihat kelayakan suatu jaringan untuk mengirimkan sinyal dari pengirim sampai

ke penerima atau dari central office terminal ( COT ) sampai ke remote terminal

(RT). Tujuan dilakukannya perhitungan power budget adalah untuk menentukan

apakah komponen dan parameter desain yang dipilih dapat menghasilkan daya

sinyal di penerima sesuai dengan tuntutan persyaratan performansi yang

diinginkan [5].

Dalam perhitungan link power budget ada beberapa hal yang harus

dihitung, yaitu perhitungan rugi-rugi berdasarkan daya yang telah diketahui,

perhitungan redaman berdasarkan spesifikasi alat yang digunakan standar ITU.T

(International telekommunication Union – Telecommunication Standardization

Sector)[5].

Link budget = Slope x jarak kabel ...(2.4)

Lossline = (Redaman Kabel/km x jarak) + (Redaman per splice x Jumlah Splice)

.+(Redaman Pathcore x Jumlah Connector) ...(2.5)

Total Loss Perhitungan = ( Jarak x Redaman/km) + (Jumlah Sambungan x 0,15)

+(Jumlah Conector x Loss Conector) ...(2.6)

(36)

Level Margin = Redaman Nominal – Redaman Total...(2.8)

Tahap selanjutnya adalah menentukan power budget dari sistem, yaitu

dengan melakukan perhitungan daya yang mengacu kepada spesifikasi dari

peralatan yang digunakan. Hasil redaman total (Total link loss) yang terdapat pada

jalur fiber akan dikurangi dengan level margin. Sehingga akan diperoleh hasil

optical power budget yang digunakan untuk berkomunikasi. Rumus menghitung

nilai optical power budget ditunjukkan pada persamaan 2.9 [5].

Optical Power Budget = Total link loss pengukuran – Level Margin ...(2.9)

2.8.1 Jarak Transmisi Maksimum dengan Penguat Raman

Perhitungan jarak transmisi maksimum dengan penguat Raman dapat

= Sensitivitas penerima(dBm)

s

α

= Redaman penyambungan (dB)

c

L

= Redaman konektor (dB)

sistem

L

= Jarak transmisi tanpa repeater (Km)

kabel = Panjang potongan kabel optik per roll (Km)

PTx – PRx – 2 αc + αs - MS

αs

(37)

αf

M

= Redaman fiber (dB/Km)

s = Margin sistem (dB)

2.8.2 Jumlah Sambungan

Jumlah splice (sambungan kabel) yang diperlukan sepanjang link transmisi

dapat diperoleh berdasarkan persamaan :

N = ( Lsist / Lf

dimana :

) – 1 ………..(2.11)

Lsist

L

= Panjang link transmisi

(38)

BAB III

RAMAN AMPLIFIER PADA JARINGAN SISTEM DWDM

3.1 Umum

Pada dunia komunikasi optik, jarak bentang transmisi akan terbatasi oleh

adanya rugi-rugi transmisi, yang disebabkan oleh kehilangan daya karena faktor

dispersi dan losses. Meskipun power losses pada serat optik cukup rendah, namun

untuk transmisi jarak jauh, daya yang hilang akan terakumulasi dan menyebabkan

sinyal semakin melemah hingga sisi receiver. Untuk itu peranan penguat optik

sangatlah penting untuk menguatkan kembali intensitas sinyal pada saat akan

ditransmisikan kembali.

Perkembangan teknologi optik DWDM (Dense Wavelength Division

Multiplexing) yang didorong oleh kebutuhan akan kapasitas transmisi yang sangat

besar telah mengakibatkan perubahan yang sangat cepat dalam hal penyediaan

kapasitas bandwidth yang besar dalam jaringan. Sistem transport kanal dalam

domain panjang gelombang ini memberikan fleksibilitas yang tinggi bagi

penyelenggara jaringan dalam memenuhi kebutuhan yang ada baik masa kini

(39)

Pada tranmisi fiber optik, amplifier lebih dikenal dengan nama optical

amplifier. Optical amplifier dapat diletakkan pada jaringan kabel serat optik dan

pada perangkat transmisi seperti DWDM. Besar nilai optical amplifier

disesuaikan dengan nilai redaman yang terjadi pada transmisi dalam satuan dB.

Selisih besar nilai penguat dengan redaman sama dengan nol.

Penguat daya dapat menaikkan jarak transmisi sampai 100 km atau lebih

tergantung pada gain dan losses fiber. Jarak transmisi dapat juga ditingkatkan

dengan menempatkan sebuah penguat sebelum perangkat penerima untuk

memperkuat daya terima. Penguat ini disebut dengan optical preamplifier dan

umumnya digunakan untuk meningkatkan sensitivitas penerima.

Adapun yang menjadi bagian dari Optical Amplifier dalam sistem DWDM

ini yaitu:

1. Pre-amplifier

Ditempatkan persis sebelum receiver, untuk menaikkan kekuatan signal

sesuai dengan rentang sensitivitas receiver atau ditempatkan sebelum

photodetector.

2. Post amplifier

Menguatkan sinyal pada sisi pengirim, dipasang persis setelah transmitter.

3. In-Line Amplifier (ILA)

Ditempatkan kira-kira setiap 80 s/d 100 km media optik, untuk menguatkkan

signal yang mengalami redaman selama dalam transmisi untuk mencapai

(40)

bekerja pada daerah optik, dan berfungsi sebagai amplifier 1R.

Amplifier dikatagorikan kedalam 1R, 2R, dan 3R:

a. 1R : Re-amplify

b. 2R : Re-amplify dan reshape

c. 3R : Re-amplify, reshape, dan retime.

Amplifier dapat menyediakan regenerasi 1R hanya untuk menanggulangi

redaman daya optik. Repeater dapat menyediakan regenerasi 3R untuk

menanggulangi redaman dan dispersi. Perangkat 1R hanya menguatkan sinyal

yang diterima. Perangkat 2R menyediakan amplification dan reshaping

gelombang untuk menyediakan recovery data. Perangkat 3R melakukan

amplifications dan reshaping serta memerlukan sumber waktu yang digunakan

bagi pewaktuan kembali transponder[11].

Dalam rekomendasi ITU-T G.707, 708, 709 ditetapkan bit rate dasar

sistem SDH adalah sebesar 155,52 Mbps. Kecepatan bit untuk tingkatan multiplex

yang lebih tinggi merupakan kelipatan dari kecepatan dasar yaitu 155,52 Mbps x

N yang didefinisikan sebagai kecepatan transmisi STM-N (Synchronous

TransferMode–N). Hingga kini nilai N yang telah diterapkan adalah N = 1, 4, 16,

dan 64, sehingga kecepatan transmisi untuk STM-1 bernilai 155,52 Mbps, STM-4

bernilai 622,08 Mbps, STM-16 bernilai 2,488 Gbps dan STM-64 bernilai 9,952

Gbps. Kecepatan transmisi STM-N yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu

STM-64 dengan nilai 9,952 Gbps atau 10 Gbps[9].

(41)

Optical Amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal optik yang sudah

mulai melemah karena redaman sepanjang dalam perjalanan di dalam kabel serat

optik. Satu optical amplifier dapat menguatkan beberapa sinyal optik secara

bersamaan. Penguat optik Raman menginjeksikan cahaya laser highpower ke

dalam fiber dalam arah berlawanan dari sinyal sumber. Jaringan akses optik

(DWDM) menggunakan penguat Raman untuk menguatkan sinyal optik, dengan

menggunakan efek stimulated Ramanscattering effect dalam medium fiber untuk

lebih memperpanjang jarak antara inline amplifier sites dan total optical

transmission reach. Tipe penguat optik Raman yang digunakan adalah OSN 6800

yang merupakan pabrikan dari Huawei[12].

Dasar dari Raman amplification adalah energy scattering effect yang

disebut Stimulated Raman Scattering (SRS). SRS bekerja dengan cara

mentransfer power dari signal pada higher frequency (lower wavelength) ke satu

lower frequency (higher wavelength) didalam media fiber optic. Penguatan

Raman berdasarkan pada efek non linier akan muncul dalam transmisi fiber yang

merupakan hasil dari penguatan sinyal jika sinyal optik dipompa dengan panjang

gelombang dan daya yang dilepaskan ke dalam fiber. Ketika sebuah cahaya

monokromatik mengenai atau menabrak sebuah partikel, akan terjadi interaksi

tertentu antara cahaya tersebut dengan partikel yang ditabraknya. Cahaya akan

direfleksikan (dipantulkan), diserap (dibiaskan), atau terjadi pengacakan arah

cahaya (scattering). Dalam scattering, cahaya datang akan mengalami pembauran

setelah mengenai partikel dan terdapat dua kasus umum yaitu :

a. Jika scattering tidak menimbulkan perubahan panjang gelombang, maka

(42)

b. Jika scattering menimbulkan perubahan panjang gelombang, maka

fenomenanya disebut Raman Scattering.

Pada efek-efek nonlinear seperti ini, daya optik yang diberikan pada fiber

dengan panjang gelombang tertentu akan mengalami pelebaran panjang

gelombang (kenaikan nilai λ). Pergeseran ini disebabkan oleh karakteristik dari

material fiber yang menyebabkan perubahan index pembiasan. Gambar 3.1

memperlihatkan proses terjadinya penguatan sinyal pada optical Raman amplifier

Gambar 3.1 Arsitektur Sistem Kerja Penguat Optik Raman

Stimulated Raman Scattering atau SRS adalah interaksi antara gelombang

cahaya dengan molekul silika yang bergetar. Jika sebuah photon dengan λa

mengenai molekul silika yang bergetar, maka molekul tersebut dapat menyerap

sebagian energi dari photon. Photon mengalami scattering dan penurunan energi. Photon terbagi menjadi 2 bagian, cahaya dengan λb dan λc. Cahaya λb sama

dengan photon awal, λa = λb , namun dengan energi yang berkurang. Sementara,

λc adalah cahaya hasil scattering dengan panjang gelombang yang lebih tinggi

(43)

light adalah cahaya λc. Cahaya λc ini juga yang disebut sebagai cahaya SRS atau

cahaya Raman. Photon yang mengalami scattering yakni photon λ1 disebut Stokes

Photon.

Jika sinyal lain datang atau ada, misalnya λd dengan panjang gelombang

yang sama dengan λc, maka yang terjadi adalah sinyal SRS λc akan menguatkan

sinyal λd. Inilah yang disebut transfer energi dari sinyal yang satu ke sinyal yang

lain yang panjang gelombangnya lebih tinggi. Jika efek ini terjadi pada panjang

gelombang yang berbeda-beda, maka hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.2

dibawah ini.

Gambar 3.2 Pengiriman bit-bit padafenomena SRS

Gambar di atas menunjukkan fenomena SRS dilihat dari sudut pandang

pengiriman bit-bit. Dalam gambar terlihat adanya transfer energi yang

menimbulkan additive noise pada sinyal panjang gelombang lebih lebar dan

(44)

noise yang berlebih dapat meredam amplitudo bit asli sehingga mengubah nilai

informasi yang diterima.

Karakteristik lainnya adalah bahwa efek SRS masih terasa pada sinyal

dengan panjang gelombang sekitar 300 nm lebih lebar dibanding sinyal pertama

(panjang gelombang. paling rendah) yang terkena efek ini. SRS meningkat secara

eksponensial dengan bertambahnya daya. Pada umumnya, gain Raman meningkat

hampir secara linier sesuai dengan offset panjang gelombang antara sinyal dan

puncak pompa, sekitar pada 100 nm dan turun dengan cepat seiring kenaikan

offset. Gain bandwidth yang biasa digunakan adalah sekitar 48 nm. Gambar 3.3

memperlihatkan spektrum kenaikan sinyal jaringan sistem DWDM pada

gelombang Conventional (C) Band, dimana panjang gelombang tersebut memiliki

besar amplitudo yang sama.

(45)

Gambar 3.4 Spektrum Kenaikan Sinyal Oleh Penguat Optik Raman

Proses amplifikasi Raman terjadi pada ujung akhir dari suatu optical span

SURPASS hiT7500. Jika signal melemah, maka terhadap energi signal tersebut

akan diperbarui melalui pump light yang akan diinsertkan pada ujung akhir dari

hop pada arah yang berlawanan. Injeksi photon menguatkan sinyal optik dimana

hal ini dibutuhkan hampir pada semua jarak jauh. Penguatan Raman dapat

membuat penguat sinyal lebih dari 10 dB, dimana melewatkan untuk jarak yang

lebih jauh. Juga mengijinkan jaringan optik untuk mencapai kecepatan transmisi

sampai 40 Gbits/sec. Suatu laser pump dengan panjang gelombang 980 nm

digunakan untuk mengeksitasi ion-ion Er dari ground state level bawah ke pump

level. Ion-ion yang terseksitasi ini akan segera decay (kurang lebih 1 μs) dari

pump level ke metastable band. Selama transisi ini enersi dilepas dalam bentuk

panas atau vibrasi, ion-ion terseksitasi yang berada di metastable band cendrung

berkumpul di level bawah dari metastable band.

Hal ini dapat digunakan untuk menguatkan sinyal optical pada gelombang

lower frequency yang membawa sinyal trafik sebenarnya, selama sinar pada

higher frequency berfungsi sebagai pump source. Peristiwa ini dikenal dengan

istilah contra-directional Raman pumping, dimana Raman pump light berjalan

(46)

proses perambatan di sepanjang serat optik, cahaya akan mengalami pelemahan

dan pelebaran sinyal. Hal ini dapat disebabkan akibat ketidakmurnian bahan serat

yang menyerap serta menyebarkan cahaya. Sehingga daya sinyal yang diterima

akan berkurang. Untuk komunikasi jarak dekat, pengaruhnya tidak begitu

siginifikan. Tetapi untuk komunikasi jarak jauh, akan sangat mempengaruhi

sistem. Untuk mengatasi hal ini, maka dibutuhkan perangkat penguat pada sistem

optik agar sinyal dapat sampai dengan baik pada tujuan.

Kemungkinan panjang gelombang laser pump yang lain adalah1480 nm,

energi photon ini agak mirip dengan photon signal hanya sedikit lebih tinggi.

Energi photon 1480 nm yang diserap akan mengeksitasi elektron dari ground state

dan langsung ke metastable band bagian level atas, elektron-elektron ini cendrung

turun ke level lebih bawah dari metastable band dan kemudian kembali ke ground

state tanpa adanya rangsangan photon signal dari luar. Transisi ini disebut

Spontaneous Emission dan merupakan noise dalam optical amplifier. Proses ini

menunjukkan adanya photon signal yang diserap oleh ion-ion sehingga naik ke

level metastable band. Kemudian photon signal ini akan mentrigger ion-ion

teresksitasi yang berada di metastable band untuk kembali ke ground state secara

bersama-sama dengan menghasilkan emisi photon baru yang sama dengan photon

signal. Beda level antara metastable level dengan ground state level akan

menghasilkan emisi terrangsang (stimulated emission) yang besar pada panjang

gelombang antara 1530-1560 nm. Disini akan tampak terjadi penguatan signal

(47)

Gambar 3.5 Sistem Penguatan Sinyal Secara Optic Oleh Raman

Penguatan Raman berdasarkan pada stimulated raman scatterring (SRS),

efek non linier akan muncul dalam transmisi fiber yang merupakan hasil dari

penguatan sinyal jika sinyal optik dipompa dengan panjang gelombang dan daya

yang dilepaskan ke dalam fiber.

Kelebihan Daripada Penguat Optik Raman yaitu:

1. Bandwidth lebar.

2. Dapat bekerja pada band Short wavelength (S), Conventional (C),

Long wavelength (L).

3. Penguatan Raman dapat muncul di dalam ordinary silica fibers.

4. Pada higher amplifier pump powers (aplikasi kanal lebih tinggi) dan lebih

efisien.

5. Di sisi positif, Raman beroperasi dalam serat silika biasa, tidak memerlukan

(48)

menambahkan amplifikasi didistribusikan pada link transmisi panjang. Selain

itu, Raman memiliki sifat kebisingan ASE lebih baik dari penguat lainnya.

3.2.1 Dense Wavelength Division Multiplexing

DWDM merupakan suatu teknik transmisi yang memanfaatkan cahaya

dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal-kanal informasi,

sehingga setelah dilakukan proses memultipleksing seluruh panjang gelombang

tersebut ditransmisikan melalui sebuah serat optik[10].

Teknologi DWDM dapat dinyatakan sebagai suatu teknologi jaringan

transport yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang

gelombang (4, 8, 16, 32, dan seterusnya) dalam satu serat tunggal. Artinya,

apabila dalam satu serat itu dipakai empat gelombang, maka kecepatan

transmisinya menjadi 4x10 Gbs ( kecepatan awal dengan menggunakan teknologi

SDH ).

Keuntungan - keuntungan dalam penerapan DWDM adalah :

1. Tepat untuk diimplementasikan pada jaringan telekomunikasi jarak jauh

(long haul) baik untuk sistem point to point maupun ring topologi.

2. Penghematan penggunaan sumber daya core optik terutama jaringan kabel

optik yang hanya memiliki kapasitas core yang kecil.

3. Kemampuan penyaluran transport network yang sangat tinggi, sehingga

(49)

Untuk mendukung sistem yang mentransmisikan informasi dengan

kapasitas tinggi, pemilihan serat optik yang tepat sebagai media transmisi juga

diperhatikan. Ada dua tipe serat optik yang digunakan pada sistem DWDM, yaitu:

a. Non Dispersion Shifted Fiber (NDSF)

Serat optik Non Dispersion Shifted Fiber (NDSF) merupakan rekomendasi

ITU-T seri G.652. NDSF memiliki nilai koefisien dispersi kromatik

mendekati nol di daerah panjang gelombang 1310 nm.

b. Non Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF)

Non Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF) merupakan jenis fiber yang

sesuai dengan rekomendasi ITU-T seri G.655. NZDSF memiliki perlakukan

dispersi tidak nol namun juga tidak lebar di daerah panjang gelombang

1550 nm.

3.2.2 Prinsip Kerja Dense Wavelength Division Multiplexing

Pada dasarnya DWDM memiliki prinsip kerja yang sama dengan media

transmisi yang lain dalam mengirimkan informasi dari suatu tempat ke tempat

lain. Namun dalam teknologi ini pada suatu kabel atau serat optik dapat dilakukan

pengiriman banyak informasi secara bersamaan melalui kanal yang berbeda.

Setiap kanal ini dibedakan dengan menggunakan prinsip perbedaan panjang

gelombang (wavelength) yang dikirimkan oleh sumber informasi.

Sinyal informasi yang dikirimkan awalnya diubah menjadi panjang

(50)

kemudian dimultipleksing pada satu fiber. Dengan teknologi DWDM ini, pada

satu serat optik dapat tersedia beberapa panjang gelombang yang berbeda sebagai

media transmisi yang dapat disebut dengan kanal[10].

Masukan sistem DWDM berupa trafik yang memiliki format data dan

pesan bit yang berbeda dihubungkan dengan laser DWDM. Laser tersebut akan

mengubah masing-masing sinyal informasi dan memancarkan dalam panjang

gelombang yang berbeda-beda λ1, λ2, λ3 …,λN. Kemudian masing- masing

panjang gelombang tersebut dimasukkan ke dalam MUX (multiplexer), dan

keluaran disuntikkan ke dalam sehelai serat optik. Selanjutnya keluaran MUX ini

akan ditransmisikan sepanjang jaringan serat. Untuk mengantisipasi pelemahan

sinyal, maka diperlukan penguatan sinyal sepanjang jalur transmisi. Sebelum

ditransmisikan sinyal ini diperkuat terlebih dahulu dengan menggunakan penguat

akhir (post-amplifier) untuk mencapai tingkat daya sinyal yang cukup. ILA

digunakan untuk menguatkan sinyal sepanjang saluran trasmisi. Sedangkan

penguat awal (pre-amplifier) digunakan untuk menguatkan sinyal sebelum

dideteksi.

DEMUX (demultiplexer) digunakan pada ujung penerima untuk

memisahkan panjang gelombang, yang selanjutnya akan dideteksi menggunakan

fotodetektor. Multiplexing serentak kanal masukan dan demultiplexing kanal

keluaran dapat dilakukan oleh komponen yang sama, yaitu multi/demultiplexer.

Sistem DWDM memiliki lapisan fotonika utama yang bertanggung jawab untuk

melewatkan data optik melalui jaringan, dengan beberapa prinsip dasar, yaitu

(51)

Pada sisi kanan terdapat beberapa sinyal yang dipisahkan dalam sebuah

demultiplexer dan di rutekan ke setiap penerima masing-masing. Receiver bersifat

color-band dalam merespon secara sama untuk semua panjang gelombang.

Receiver dapat mendeteksi semua panjang gelombang yang masuk, artinya bahwa

sinyal-sinyal tersebut harus benar terpisah pada bagian multiplexer, karena jika

terjadi perbedaan panjang gelombang antara 2 atau lebih yang masuk, maka pada

keluaran receiver akan diaggap sebagai sebuah noise.

Add-drop multiplexer adalah sebuah multiplexer yang berfungsi untuk

mengeluarkan 1 atau lebih panjang gelombang dari gabungan transmisi sinyal

optik. Add-drop multiplekser dapat melakukan drop ke suatu lokasi tujuan. Ia juga

dapat melakukan add sinyal tersebut, sehingga dapat ditransmisikan kembali pada

mid point station. Gambar 3.6 menunjukkan konsep dasar sistem DWDM dengan

penguat[12].

Gambar 3.6 Konsep Sistem Kerja DWDM dengan Penguat Optik Raman

(52)

a. Optical Transmitter (Laser)

Sistem DWDM menggunakan resolusi yang tinggi, atau band yang sempit,

dan laser mengirimkan pada band panjang gelombang 1550 nm; dengan

2 keuntungan, yaitu memperkecil kehilangan daya optik, selama perjalanan

sinyal pada kabel serat optik dari pengirim ke penerima dan memungkinkan

digunakannya penguat optic untuk memperbesar daya optik pada jarak tempuh

yang lebih jauh lagi. Laser dikirimkan dengan band yang sempit ini penting,

untuk memungkinkan spasi antar kanal menjadi dekat, dan sekaligus untuk

memperkecil efek-efek lain dari sinyal, misalnya dispersi chromatic.

b. DWDM Multiplexer

DWDM Multiplexer berfungsi untuk menggabungkan sinyal-sinyal transmit

yang mempunyai panjang gelombang berbeda-beda menjadi satu, untuk

kemudian diteruskan ke satu satu optical fiber. Untuk keperluan multiplexing

ini beberapa teknologi digunakan, termasuk “filter-filter dielektrik thin-film”

dan beberapa tipe “optical grating”. Beberapa multiplex dibuat dari

“completely passive devices” artinya tidak memerlukan catuan listrik.

Multiplex optical pasif bekerja sebagaimana prisma dengan presisi yang

sangat tinggi untuk menggabungkan beberapa sinyal individual. Multiplex ada

yang mempunyai kemampuan untuk transmit dan receiver pada satu single

fiber, yang dikenal dengan “be-directional transmission”.

c. Optical Cable

Optical Cable berfungsi untuk menyalurkan sinyal gabungan beberapa panjang

(53)

d. Optical Amplifier

Optical Amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal optik yang sudah mulai

melemah karena redaman sepanjang dalam perjalanan didalam kabel serat

optik. Satu optical amplifier dapat menguatkan beberapa sinyal optik secara

bersamaan. Sebelum dikembangkan optical amplifier, untuk menguatkan

sinyal optik yang mulai melemah dilakukan dengan jalan meregenerasi sinyal

tersebut secara elektrik yaitu dengan jalan mengubah sinyal optik menjadi

sinyal elektrik terlebih dahulu kemudian diregenerasi diubah kembali menjadi

sinyal optik dan dipancarkan ke stasiun tujuan. Pada cara ini, setiap panjang

gelombang mempunyai regenerator nya sendiri-sendiri[7].

e. DWDM Demultiplexer

DWDM Demultiplexer berfungsi untuk memisahkan satu sinyal gabungan

beberapa lambda yang datang dari kabel serat optik, menjadi beberapa sinyal

dengan lambda yang independent. Untuk keperluan demultiplexing ini

beberapa teknologi digunakan, termasuk “filter-filter dielektrik thin-film” dan

beberapa tipe “optical grating”. Beberapa demultiplex dOibuat dari

“completely passive devices”; artinya tidak memerlukan catuan listrik.

Demultiplex optical pasif bekerja sebagaimana prisma dengan presisi yang

sangat tinggi untuk memisahkan gabungan beberapa sinyal menjadi beberapa

sinyal dengan lambda yang individual, biasanya fungsi Multiplex dan

Demultiplex terletak dalam satu device. Dengan kata lain DWDM terminal

Demux merupakan terminal, dimana berfungsi untuk mengubah sinyal

dengan banyak panjang gelombang menjadi sinyal dengan hanya 1 panjang

(54)

untuk masing-masing client untuk dideteksi. Sebenarnya demultiplexing ini

bertindak pasif, kecuali untuk beberapa telemetry seperti sistem yang dapat

menerima sinyal 1550 nm.

3.2.3 Komponen Dense Wavelength Division Multiplexing ( DWDM )

Analogi prinsip Multipleks Optik adalah seperti suatu cahaya warna putih

jika melewati suatu prisma dapat diuraikan menjadi warna-warni pelangi

(merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu). Adapun komponen-komponen

penting pada DWDM adalah sebagai berikut:

a. Transmitter merubah bit-bit elektrik menjadi pulsa-pulsa optik dengan

frekuensi tertentu.

b. Sumber optik yang digunakan dalam sistem komunikasi optik adalah laser

karena menghasilkan cahaya dengan berkas dan lebar spektral yang sempit

dan menghasilkan daya optik yang besar.

c. Transmitter menggunakan laser pita sempit (narrow-band) yang memiliki

lebar spektral yang sempit untuk membangkitkan pulsa-pulsa optik.

d. Transmisi dilakukan pada pita infra merah dan harus dikendalikan dengan

sangat ketat agar dapat menghasilkan panjang gelombang yang tepat.

e. Transmitter laser memerlukan kondisi lingkungan tertentu dan catu daya

listrik yang teratur (regulated) agar dapat beroperasi dengan baik.

Pada dasarnya, DWDM merupakan pemecahan dari masalah - masalah yang

(55)

memanfaatkan sistem SDH (Synchoronous Digital Hierarchy) yang sudah ada

(solusi terintegrasi) dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada.

Menurut definisi, teknologi DWDM dinyatakan sebagai suatu teknologi jaringan

transport yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang

gelombang (4, 8, 16, 32, dan seterusnya) dalam satu fiber tunggal. Artinya,

apabila dalam satu fiber itu dipakai empat gelombang, maka kecepatan

transmisinya menjadi 4x10 Gbs ( kecepatan awal dengan menggunakan teknologi

SDH ). Rentang band serat optik ditunjukkan seperti pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Rentang Band Serat Optik

Band Descriptor Range (nm)

O Band Original 1260 to 1360

E Band Extended 1360 to 1460

S Band Short Wavelength 1460 to 1530

C Band Conventional 1530 to 1565

L Band Long Wavelength 1565 to 1625

U Band Ultralong Wavelength 1625 to 1675

3.3 Channel Spacing ( Spasi Kanal )

Pengembangan sistem DWDM oleh masing-masing pabrikan dengan

mempersempit jarak antar panjang gelombang yang berdekatan atau yang lebih

dikenal dengan istilah channel spacing (spasi kanal). Channel spacing merupakan

(56)

dengan perbedaan panjang gelombang diantara sinyal-sinyal yang ditransmisikan

atau sebagai jarak minimum antar panjang gelombang agar tidak terjadi

interferensi. Standarisasi spasi kanal perlu dilakukan agar sistem DWDM dari

berbagai vendor yang berbeda dapat saling berkomunikasi. Jika panjang

gelombang operasi berbanding terbalik dengan frekuensi, hubungan bedanya

dikenal dalam panjang gelombang masing-masing sinyal[10].

Channel spacing merupakan system frekuensi minimum yang

memisahkan 2 sinyal yang dimultipleksikan atau biasa disebut sebagai perbedaan

panjang gelombang diantara 2 sinyal yang ditransmisikan. Gambar 3.7

menunjukkan spasi kanal pada sistem DWDM.

Gambar 3.7 Jarak Spasi Kanal (Channel Spacing) DWDM

Dalam WDM (Wavelength Division Multiplexing), setiap kanal memiliki

panjang gelombang tertentu. Jarak antara kanal yang satu dengan yang lain

bervariasi tergantung jenis teknologinya, apakah CWDM atau DWDM. Sistem

WDM yang memiliki spacing antar kanal sampai 125 nm (16 THz) dapat

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Dasar Kabel Serat Optik.
Gambar 2.2 Perambatan Gelombang pada Single-mode Fibers
Gambar 2.3 Perambatan Gelombang pada serat optic Multi-mode Fibers
Gambar 2.4  Konfigurasi Sistem Transmisi Serat Optik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman sengon pada lokasi penelitian meningkatkan kualitas kesuburan tanah diindikasikan dari adanya peningkatan masukan bahan organic,

Gambar 8. Pengukuran arus dan hasil rentang waktu pengukruan.. pokok dan fungsi Seksi Pelayanan Teknis BPOL adalah melakukan pelaksanaan kerjasama penelitian dan observasi

“Selamat siang bu, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita ketemu lagi" “#agaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik naas dalam, pukul  kasur

Pengembangan desa sebagai bentuk pembangunan berkelanjutan dan komprehensif yang selalu menjadi salah satu perhatian utama bagi pembangunan masing-masing negara dan dianggap

Lebih lanjut, menurut Bu Sumarni, yang meminta untuk disunat adalah orang tua si bayi dengan saran dari bidan untuk melakukan sunat.. Alat dan obat yang digunakan untuk

Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi. ketika kesempatan bertemu

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Property & Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3)Apakah Debt to asset ratio berpengaruh