• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konseling Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konseling Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSELING MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN

ACEH TIMUR TAHUN 2012

TESIS

Oleh

LINA 107032244/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH KONSELING MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN

ACEH TIMUR TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

LINA 107032244/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M. Kes) (

Ketua Anggota

Ernawati Nasution, S.K.M, M. Kes)

Dekan EKSKLUSIF DI KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2012

Lina 107032244

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal 16 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KONSELING MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN

ACEH TIMUR TAHUN 2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2012

(6)

ABSTRAK

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman, kecuali apabila si bayi menderita sesuatu penyakit sehingga diperlukan pemberian obat yang sebagian besar terbuat dalam kemasan sirup. Konseling menyusui merupakan konseling yang dilaksanakan mulai masa Antenatal sampai dengan menyusui yang disebut dengan 7 kontak ASI atau 7 pertemuan ASI. Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Aceh yang bekerjasama dengan UNICEF tentang pelatihan konselor ASI. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di kabupaten Aceh Timur.

Penelitian ini merupakan penelitian survei bersifat analitik dengan disain penelitian Case – Control. Penelitian ini dilaksanakan di empat wilayah kerja puskesmas Kabupaten Aceh Timur pada 46 ibu yang memberikan ASI eksklusif dan 46 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif, mulai bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Mei 2012. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, untuk menguji pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif menggunakan uji Regresi Logistik Sederhana.

Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif dengan nilai Odd Rasio (OR) 5,770, dimana ibu yang mendapatkan konseling menyusui secara lengkap berpeluang 5,770 kali memberikan ASI secara eksklusif dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan konseling menyusui secara lengkap. Dari 7 pertemuan ASI, pertemuan ASI ke-tiga sebahagian besar tidak dilaksanakan dikarenakan bersifat pelaksanan IMD. Pelaksanaan IMD dibutuhkan kesiapan mental ibu, dukungan keluarga dan dukungan dari petugas kesehatan, sementara sebahagian ibu tidak memiliki kesiap mental yang baik dan tidak mendapatkan dukungan keluarga.

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur, dianjurkan untuk membuat kebijakan tersendiri tentang program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Konselor ASI dalam melaksanakan konseling menyusui bukan hanya kepada ibu tetapi harus melibat keluarga, dan memberikan penyuluhan kepada tokoh masyarakat, serta dukun bayi yang berada di daerah tempat tinggal ibu tersebut tentang pentingnya dilakukan IMD dan pemberian ASI secara eksklusif.

(7)

ABSTRACT

Exclusive breastfeeding is an activity to provide a baby with mother’s milk only without other kinds of food and drink except the baby is suffering from a disease which requires the administration of drug which is mostly in the form of syrup. Breastfeeding counseling implemented commencing from the antenatal to breastfeeding periods is called & breastfeeding contacts or meetings. Aceh Timur District is a district in Aceh Province that is in cooperation with UNICEF on a breastfeeding counselor training.

The purpose of this analytical survey study with case-control design was to find out the influence of breastfeeding counseling on the exclusive breastfeeding in Aceh Timur District. This study first measured the exclusive breastfeeding as an independent variable; the dependent variable was then traced retrospectively to find out whether or not breastfeeding counseling was conducted. This study was conducted in four working areas of Puskesmas (Community Health Center) in Aceh Timur District from January to May 2012. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. Logistic Regression test was used to test the influence of breastfeeding counseling on the exclusive breastfeeding.

The result of this study showed that breastfeeding counseling had influence on the exclusive breastfeeding with Odd ratio (OR) of 5.770 meaning that mothers with complete breastfeeding counseling has a chance to give her baby exclusive breastfeeding for 5.770 times compared to those without complete breastfeeding counseling. Of the 7 breastfeeding contacts, the 3rd

The management of Aceh Timur District Health Service is suggested to make its own Local Regulation on Early Breastfeeding Initiation program same with UU number.36 at 2009 about healt . The breastfeeding counselor, in implementing breastfeeding counseling should involve families, community leaders and traditional birth attendants who live in the area where the mothers domicile.

breastfeeding contact was mostly not carried out because it was the implementation time of the early breastfeeding initiation.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat

dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis dengan judul “ Pengaruh Konseling Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di

Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012”.

Proses penulisan Tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, MSc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Ketua Komisi Pembimbing dalam penulisan Tesis ini.

4. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes selaku anggota Pembimbing dalam penulisan

Tesis ini.

5. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, Selaku Dosen Pembanding

6. Aiyub, S.K.M selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur.

(9)

8. Teman – teman yang ada di Program Studi S2 IKM Universitas Sumatera Utara,

Universitas Yogyakarta, Prodi Keperawatan Kota langsa, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur.

Penulisan menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari

segi bahasa maupun isinya, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk kesempurnaan Tesis ini.

Medan, Agustus 2012

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lina, Lahir di desa Paya Tampah Kecamatan Karang Baru

Kabupaten Aceh Tamiang pada tanggal 17 Agustus 1975, beragama Islam, anak ke tujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan (alm) Bapak Muhammad Yasin dan

(almh) Ibu Khalijah. Pendidikan formal penulis yaitu pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Alur Baung selesai pada tahun 1988, Sekolah Menengah Pertama di Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTSS) Jama`iyah Mahmudiyah Litholabil Khairiah

Tanjung Pura selesai pada tahun1992, Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Negeri I (MAN I) Langsa selesai pada tahun 1996, D III Keperawatan di Akademi

Keperawatan Cut Nyak Dhien langsa selesai pada tahun 2000 dan SI Kesehatan Masyarakat di Universitas Muhammadiyah Aceh selesai pada tahun 2006. Penulis sekarang berdomisilir di desa Paya Bujok Tengoh Kota Langsa.

Bekerja mulai pada tahun 2001 di Prodi Keperawatan Kota Langsa Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh sampai dengan sekarang. Selama di prodi Keperawatan Kota langsa pernah menjabat sebagai staf dan Penanggung jawab Laboratorium

Keperawatan, dan unit pengabdian masyarakat.

Penulis telah menikah dengan Ir. Ismiwar Mukhariq anak dari (alm) bapak

Ngatimin dan ibu Sri hartarti pada tahun 2002 dan sudah dikarunia satu orang putra yang bernama Muatta Mukharig, usia delapan tahun, Sekolah SD kelas tiga di SD BTN Seuriget dan satu orang putri yang bernama Anisa Ramadhani, usia lima tahun,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. ASI Eksklusif ... 10

2.2. Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif ... 16

2.3. Konseling ... 22

2.4. Pelatihan Konseling Laktasi / Menyusui ... 26

2.5. Konseling Laktasi / Menyusui ... 31

2.6. Landasan Teoritis ... 38

2.7. Kerangka Konsep ... 42

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.3. Populasi dan Sampel ... 45

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 46

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 47

3.6. Metode Pengukuran Variabel ... 47

(12)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 61

5.1. Konseling Menyusui ... 61

5.2. Pemberian ASI Eksklusif ... 65

5.3. Pengaruh Konseling Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif .... 67

5.4. Keterbatasan Penelitian ... 73

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

6.1. Kesimpulan ... 75

6.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 44

4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kabupaten Aceh Timur

Tahun 2012 ... 52 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten Aceh

Timur Tahun 2012 ... 53 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kriteria Desa di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012 ... 53 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Kabupaten Aceh

Timur Tahun 2012 ... 53 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan di Kabupaten

Aceh Timur Tahun 2012 ... 54 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Persalinan di Kabupaten

Aceh Timur Tahun 2012 ... 54 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir Bayi di

Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012 ... 55 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan di Kabupaten Aceh

Timur Tahun 2012 ... 55

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kabupaten Aceh

Timur Tahun 2012 ... 55

4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Konseling Menyusui di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012 ... 56

4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Pertemuan Konseling Menyusui

di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012 ... 57

4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Alasan tidak Dilaksanakan

(14)

4.13. Hubungan Konseling Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif

di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012 ... 59 4.14. Pengaruh Konseling Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Bayi 7 Bulan Sampai dengan 12 Bulan di

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Mekanisme Perubahan Perilaku ... 23

2.2. Kerucut Edgar Dale ... 24

2.3. Hubungan Unsur – unsur Sistem ... 40

2.4. Sistem Pelatihan Konselor Menyusui ... 40

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 42

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 80

2. Uji Regresi Logistik ... 84

3. Master Data Penelitian ... 87

4. Surat Keterangan Survey Pendahuluan ... 93

5. Surat Keterangan Mohon Izin Penelitian ... 94

6. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 95

(17)

ABSTRAK

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman, kecuali apabila si bayi menderita sesuatu penyakit sehingga diperlukan pemberian obat yang sebagian besar terbuat dalam kemasan sirup. Konseling menyusui merupakan konseling yang dilaksanakan mulai masa Antenatal sampai dengan menyusui yang disebut dengan 7 kontak ASI atau 7 pertemuan ASI. Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Aceh yang bekerjasama dengan UNICEF tentang pelatihan konselor ASI. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di kabupaten Aceh Timur.

Penelitian ini merupakan penelitian survei bersifat analitik dengan disain penelitian Case – Control. Penelitian ini dilaksanakan di empat wilayah kerja puskesmas Kabupaten Aceh Timur pada 46 ibu yang memberikan ASI eksklusif dan 46 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif, mulai bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Mei 2012. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, untuk menguji pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif menggunakan uji Regresi Logistik Sederhana.

Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif dengan nilai Odd Rasio (OR) 5,770, dimana ibu yang mendapatkan konseling menyusui secara lengkap berpeluang 5,770 kali memberikan ASI secara eksklusif dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan konseling menyusui secara lengkap. Dari 7 pertemuan ASI, pertemuan ASI ke-tiga sebahagian besar tidak dilaksanakan dikarenakan bersifat pelaksanan IMD. Pelaksanaan IMD dibutuhkan kesiapan mental ibu, dukungan keluarga dan dukungan dari petugas kesehatan, sementara sebahagian ibu tidak memiliki kesiap mental yang baik dan tidak mendapatkan dukungan keluarga.

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur, dianjurkan untuk membuat kebijakan tersendiri tentang program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Konselor ASI dalam melaksanakan konseling menyusui bukan hanya kepada ibu tetapi harus melibat keluarga, dan memberikan penyuluhan kepada tokoh masyarakat, serta dukun bayi yang berada di daerah tempat tinggal ibu tersebut tentang pentingnya dilakukan IMD dan pemberian ASI secara eksklusif.

(18)

ABSTRACT

Exclusive breastfeeding is an activity to provide a baby with mother’s milk only without other kinds of food and drink except the baby is suffering from a disease which requires the administration of drug which is mostly in the form of syrup. Breastfeeding counseling implemented commencing from the antenatal to breastfeeding periods is called & breastfeeding contacts or meetings. Aceh Timur District is a district in Aceh Province that is in cooperation with UNICEF on a breastfeeding counselor training.

The purpose of this analytical survey study with case-control design was to find out the influence of breastfeeding counseling on the exclusive breastfeeding in Aceh Timur District. This study first measured the exclusive breastfeeding as an independent variable; the dependent variable was then traced retrospectively to find out whether or not breastfeeding counseling was conducted. This study was conducted in four working areas of Puskesmas (Community Health Center) in Aceh Timur District from January to May 2012. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. Logistic Regression test was used to test the influence of breastfeeding counseling on the exclusive breastfeeding.

The result of this study showed that breastfeeding counseling had influence on the exclusive breastfeeding with Odd ratio (OR) of 5.770 meaning that mothers with complete breastfeeding counseling has a chance to give her baby exclusive breastfeeding for 5.770 times compared to those without complete breastfeeding counseling. Of the 7 breastfeeding contacts, the 3rd

The management of Aceh Timur District Health Service is suggested to make its own Local Regulation on Early Breastfeeding Initiation program same with UU number.36 at 2009 about healt . The breastfeeding counselor, in implementing breastfeeding counseling should involve families, community leaders and traditional birth attendants who live in the area where the mothers domicile.

breastfeeding contact was mostly not carried out because it was the implementation time of the early breastfeeding initiation.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa karena ASI merupakan makanan yang paling

sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak

serta dapat memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit (Depkes RI, 2005).

Menyusui sejak dini mempunyai dampak positif baik bagi ibu maupun bagi

bayinya. Bagi bayi menyusui mempunyai peran penting yang fundamental pada kelangsungan hidup bayi, kolostrum yang kaya dengan zat antibody, pertumbuhan yang baik, kesehatan dan gizi bayi serta untuk mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas bayi. Inisiasi menyusui dini (IMD) mempunyai peran penting bagi ibu dalam merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca

melahirkan (postpartum).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (Roesli,

(20)

dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga terutama dukungan dari suami .

Yanikerem et al (2009) diperoleh hasil penelitian bahwa ibu mulai menyusui bayi sebelum 30 menit setelah lahir sebesar 43,7%, antara 30 – 60 menit sebesar 22,2% dan setelah 1 jam sebesar 34,2%. Reeves et al (2006) mengemukakan faktor – faktor

yang mempengaruhi keputusan ibu dalam menyusui bayi antara lain dukungan dari suami, keluarga, tenaga kesehatan, media, dan televisi. Dukungan keluarga

merupakan hal yang paling penting dalam pengambilan keputusan ibu dalam menyusui.

Menyusui dalam jangka panjang dapat memperpanjang jarak kelahiran,

pemulihan status gizi yang lebih baik sebelum kehamilan berikutnya. UNICEF dan WHO membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif selama enam bulan

kepada bayinya. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan kepada ibu untuk menyusui eksklusif selama enam bulan kepada bayinya (Riskesdas, 2010).

Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi

dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI, masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE (Komunikasi informasi dan edukasi) ASI dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan belum optimalnya membina kelompok

pendukung ASI dan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Hal ini didukung oleh pernyataan Aidam (2005) bahwa kegiatan laktasi dan pelatihan konseling gizi bagi

(21)

meningkatkan pengetahuan dan pertumbuhan fisik anak usia 12-14 bulan di Ghana

dan Palazo.

Petugas kesehatan yang merawat ibu dan anak setelah periode persalinan memainkan peran penting dalam mempertahankan praktik menyusui. Namun banyak

petugas kesehatan tidak dapat menjalankan peran ini secara efektif karena mereka belum terlatih untuk melakukannya. Oleh sebab itu perlu segera dilakukan pelatihan

konseling menyusui untuk meningkatkan keterampilan mendukung dan melindungi praktik menyusui kepada semua tenaga kesehatan yang merawat ibu dan anak. Hal ini didukung oleh pernyataan Albernaz (2008) bahwa konseling laktasi / konseling

menyusui dapat mencegah penghentian menyusui dini dan efektif dalam peningkatan pemberian ASI eksklusif di Brazil.

Banyak tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk

meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Salah satunya

adalah pemberian ASI segera setelah lahir atau biasa disebut inisiasi menyusu dini

(IMD) serta pemberian ASI Eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di

Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberika makanan serta minuman tambahan kepada

bayi.

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam

(22)

melahirkan dan minggu pertama setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi

ibu dan bayinya. Sekitar dua per tiga kematian terjadi pada masa neonatal, dua per

tiga kematian neonatal tersebut terjadi pada minggu pertama, dan dua per tiga

kematian bayipada minggu pertama tersebut terjadi pada hari pertama . Sedangkan

di Indonesia, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 48 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005.

Berdasarkan Data Riskesdas tahun 2010 persentase pola menyusui pada bayi umur 0 bulan adalah 39,8% menyusui eksklusif, 5,1% menyusui predominan, dan 55,1% menyusui parsial. Persentasi menyusui eksklusif semakin menurun dengan

meningkatnya kelompok umur bayi. Pada bayi yang berumur 5 bulan menyusui eksklusif hanya 15,3%, menyusui parsial 83,2%. Rendahnya pemberian ASI

merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan kualitas sumber daya manusia secara umum.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur cakupan pemberian ASI

eksklusif pada tahun 2008 adalah adalah 0,21%, Tahun 2009 adalah 0,32%, namun tetap saja angka tersebut masih rendah karena target nasional untuk cakupan ASI

eksklusif pada tahun 2010 adalah 80%. Sedangkan angka kematian neonatus di kabupaten Aceh Timur sejak tahun 2008 adalah 163 orang, tahun 2009 sampai bulan oktober adalah 131 orang. Menghadapai kondisi ini Pemerintah Kabupaten Aceh

Timur bekerja sama dengan UNICEF berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang proses inisiasi dini dan pentingnya pemberian ASI eksklusif,

(23)

melakukan konseling menyusui yang disebut dengan 7 pertemuan ASI (7 kontak

ASI) mulai antenatal sampai dengan menyusui.

Selama ini proses sosialisasi program inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif di kabupaten Aceh Timur disosialisasikan kepada petugas kesehatan

diantaranya dokter, bidan, perawat dan tenaga gizi dalam wujud pelatihan konselor

laktasi / konselor menyusui. Salah satu tujuan dan indikator keberhasilan dari

pelatihan konselor menyusui di kabupaten Aceh Timur adalah diharapkan dengan sosialisasi tersebut mampu merubah perilaku petugas kesehatan selalu melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) dalam setiap pertolongan persalinan serta selalu

mendukung pemberian ASI eksklusif misalnya dengan memberikan konseling menyusui pada ibu sejak antenatal care (ANC) sampai menyusui, dan tidak

memberikan susu formula pada bayi setelah lahir.

Pelatihan konselor menyusui yang dilaksanakan oleh UNICEF di Kabupaten Aceh Timur dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2010 dengan peserta sebanyak 20

orang (1 kelas) yang berasal dari empat puskesmas ( Puskesmas Peurlak Timur, Puskesmas Peurlak Barat, Puskesmas Idi Rayeuk dan Puskesmas Julok), terdiri dari

18 orang bidan (Bidan Puskesmas 10 orang dan bidan desa 8 orang), 2 orang petugas gizi puskesmas yang nantinya akan menjadi konselor menyusui. Dari 20 peserta tersebut 8 orang menjadi fasisator ASI (6 orang bidan puskesmas dan 2 orang

petugas gizi). Fasisator ASI bertugas untuk melatih 40 orang motivator ASI (20 kader gizi dan 20 kader posyandu), tetapi cakupan pemberian ASI eksklusif di kabupaten

(24)

eksklusif masih rendah dikarenakan pelatihan konselor menyusui dimulai bulan juli

2010, kegiatan ini belum bisa dinilai pada tahun 2010 karena kerja dari pada konselor menyusui dimulai pada masa antenatal care trimester II sampai dengan masa menyusui yaitu usia bayi 60 hari dan bayi bisa dimonitor apakah diberikan ASI

eksklusif atau tidak ketika bayi sudah berusia enam bulan penuh, berdasarkan hal tersebut minimal waktu yang dibutuhkan untuk menilai pengaruh konseling menyusui

terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu sembilan bulan setelah pelatihan. Pada tahun 2011 cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Aceh Timur mengalami kenaikan sebesar 15,8%.

Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinatar bidan di Puskesmas Peurlak Barat bahwasanya cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 33,6% dan pada

tahun 2011 sebesar 40%. Puskesmas Peurlak Barat terdiri dari 15 desa, salah satunya desanya yaitu Kebun Teupin dimana bidan desanya sudah mengikuti pelatihan konselor menyusui tahun 2010. Setelah mengikuti pelatihan bidan tersebut selalu

melaksanakan konseling menyusui mulai antenatal care sampai dengan masa menyusui dengan cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 60% dan pada

tahun 20011 sebesar 75% . Hasil wawancara dengan 3 orang ibu – ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi di desa Tanjung Kapai Puskesmas Idi Rayeuk ternyata ada yang mendapatkan konseling menyusui secara lengkap dan ada yang

tidak lengkap. Sedangkan hasil wawancara dengan ibu – ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif ternyata mereka juga ada mendapatkan konseling menyusui secara

(25)

dan paritas lebih dari dua, Sedangkan hasil wawancara dengan koordinator bidan di

Puskesmas Rantau Selamat yang mengikuti pelatihan konselor menyusui pada tahun 2011 cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 2,9% dan pada tahun 2011 sebesar 3.2%, terdiri dari 14 desa dengan tidak ada seorangpun bidan desa yang ikut

pelatihan konselor menyusui, bahkan ada dibeberapa desa yang ASI eksklusifnya sama sekali tidak ada.

Menghadapi kondisi ini Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur pada bulan juli dan Agustus tahun 2011 melanjutkan kembali kerjasamanya dengan UNICEF tentang pelatihan Konselor menyusui dengan peserta berasal dari 24 puskesmas

sebanyak 40 orang (2 kelas) yang terdiri dari 1 orang dokter umum, 25 orang bidan, 6 orang perawat dan 8 orang petugas gizi.

Berdasarkan data dari dinas kesehatan Aceh timur bahwasanya terjadi peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif dari 0,29% pada tahun 2010 menjadi 15,8% pada tahun 2011 setelah petugas kesehatan (petugas gizi, bidan, perawat dan

dokter) mendapat pelatihan konselor menyusui, sehingga peneliti berasumsi bahwa ada pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif, sehingga

peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaan konseling menyusui dapat memengaruhi pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas dimana petugas kesehatannya mendapatkan pelatihan konselor menyusui pada tahun 2010 di

(26)

1.2. Permasalahan

Perumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah bagaimana pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di kabupaten Aceh Timur tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh konseling menyusui

terhadap pemberian ASI eksklusif di kabupaten Aceh Timur Tahun 2012.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di

kabupaten Aceh Timur tahun 2012

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur

tentang peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif dan pelaksanaan konseling menyusui setelah petugas kesehatan mengikuti pelatihan konselor menyusui, yang dapat dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan dan evaluasi dalam menentukan strategi pelayanan kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif selanjutnya, sehingga tujuan

program tercapai.

(27)

dini (IMD) dan konseling ASI, serta mampu menciptakan solusi-solusi

terhadap kendala kendala yang umumnya terjadi di masyarakat.

3. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat khususnya ibu yang menyusui dalam upaya meningkatkan kualitas hidup bayi melalui

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI Eksklusif

Memberikan Air Susu Ibu (ASI) setelah persalinan menunjukan perlindungan pada bayi baru lahir terhadap infeksi dan pengaturan suhu tubuh.

Pemberian ASI secara dini dan eksklusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk gangguan lambung dan saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody

penting yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi, maka semua bayi baru

lahir harus mendapatkan kolostrum. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman, kecuali apabila si bayi menderita sesuatu penyakit sehingga diperlukan pemberian obat yang sebagian besar terbuat dalam kemasan

sirup. ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi (Depkes, 2001).

World Health Organization (WHO) dan United Nation of Children Fund

(UNICEF) merekomendasikan Menyusui Eksklusif (Eksklusive Breastfeeding) sejak lahir selama 6 bulan pertama hidup anak dan melanjutkan menyusui bersama

(29)

cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan tanpa tambahan makanan

padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, nasi dan nasitim (Roesli, 2007) ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan

bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi

kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan, ketika mulai diberikan makanan padat ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Soetjiningsih, 1997).

ASI juga mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih

telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan

seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat bagi pertumbuhan bayi, sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia (Depkes, 2001).

Komposisi ASI menurut Depkes (2001) terdiri dari kolostrum, ASI transisi dan ASI matang (mature). Kolostrum yaitu cairan emas, cairan pelindung yang kaya

zat anti- infeksi dan berprotein tinggi, keluar pada hari pertama dan kedua yang sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Cairan encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat

(30)

Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang

tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. Bila dibandingkan ASI matang, kolostrum lebih banyak mengandung protein, mengandung zat anti-infeksi 10-17 kali,

rendah kadar karbohidrat, lemak dan total energi serta mengandung volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam (Roesli, 2007).

ASI transisi/ peralihan, adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang, kadar protein makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi, dan volume akan semakin meningkat. ASI

matang (mature) yaitu merupakan ASI yang dikeluarkan sekitar hari ke -14 dan seterusnya, komposisinya relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI

cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan (Roesli, 2007).

Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit, yaitu ASI yang keluar pada 5

menit pertama dinamakan foremilk, mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer, hindmilk mengandung lemak

4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi (Soetjingsih, 1997).

Pada waktu lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat

membentuk kekebalan sendiri secara sempurna, ASI mampu memberikan perlindungan baik secara aktif maupun pasif. ASI juga mengandung zat anti-infeksi

(31)

kuman-kuman jahat; 2) immunoglobulin atau “atau antibiotik alamiah”, yaitu suatu protein

yang beredar dan bertugas memerangi infeksi yang masuk dalam tubuh bayi; 3) imunisasi pasif dan aktif; 4) sistem perlindungan tubuh yang selalu diperbaharui, dimana tubuh ibu akan membuat anti terhadap kuman baru melalui ASI dan dialirkan

ke bayi sehingga bayi menjadi kebal juga terhadap bakteri baru yang akan selalu berubah (Suhardjo, 1992).

ASI juga mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan

seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat bagi pertumbuhan bayi, sehingga tidak mungkin ditiru

oleh buatan manusia (Depkes, 2001).

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah bayi diberi kesempatan memulai/ inisiasi menyusu sendiri segera setelah lahir/ dini, dengan membiarkan kontak kulit bayi

dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih, sampai menyusu pertama selesai. Pada jam pertama bayi menemukan payudara ibunya, ini awal hubungan menyusui

berkelanjutan dalam kehidupan antara ibu dan bayi menyusui. Kontak dengan bayi sejak dini itu membuat menyusui menjadi dua kali lebih lama, bayi lebih jarang infeksi, dan pertumbuhannya lebih baik. Di Indonesia, pemberian ASI dini dua

hingga delapan kali menjadikan kemungkinan memberi ASI eksklusif lebih besar. Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut

(32)

hormon prolaktin adalah memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering

bayi mengisap puting susu ibu semakin banyak prolaktin dan ASI yang dikeluarkan. Pada hari pertama kelahiran bayi produksi ASI antara 10-100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal produksinya apabila bayi berusia ke 10-14 hari. Namun pada keadaan

bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800 ml ASI perhari untuk tumbuh kembang bayi. Sedangkan produksi ASI akan mulai menurun (500-700 ml) setelah 6 bulan pertama.

Untuk itu pola pemberian ASI yang dianjurkan ialah pemberian ASI segera atau 30 menit hingga satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian ASI secara eksklusif hingga bayi usia 6 bulan dan pemberian makanan tambahan setelah umur 6

bulan serta tetap memberikan ASI diteruskan sampai umur dua tahun (UNICEF, 2005).

Elfida (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tempat persalinan, pendidikan ibu, pengetahuan, pendapatan keluarga dan tempat tinggal dengan kejadian inisiasi menyusui dini dengan p = <

0.05.

Pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat bagi bayi, ibu dan keluarga.

Manfaat ASI eksklusif bagi bayi yaitu : Bayi mendapatkan kolostrum yang mengandung zat kekebalan terutama Immuniglobullin A (IgA) yang melindungi bayi dari berbagai infeksi terutama diare, membantu pengeluaran meconium,

menyelamatkan kehidupan bayi, makanan terlengkap untuk bayi, selalu bersih dan selalu siap tersedia dalam suhu yang sesuai, mudah dicerna dan zat gizi mudah

(33)

menimbulkan alergi, melindungi bayi baru lahir dari berbagai penyakit terutama

alergi dan gangguan pencernaan, mencegah hypothermia pada bayi baru lahir. Manfaat ASI Eksklusif bagi Ibu yaitu : memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran dan belum terjadi menstruasi

kembali, menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengeluaran plasenta karena isapan bayi merangsang kontraksi rahim, oleh karena itu menurunkan resiko

pasca persalinan, memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit) membantu meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi, isapan putting segera dan sering membantu mencegah payudara bengkak, membantu mengurangi beban kerja ibu

karena ASI tersedia kapan dan dimana saja. ASI selalu bersih, sehat dan tersedia dalam suhu yang cocok, sangat ekonomis, meningkatkan hubungan batin antara ibu

dan bayi. Manfaat ASI eksklusif bagi keluarga yaitu : tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan. bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan

kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif, menghemat waktu keluarga bila bayi lebih

sehat, hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia.

Roesli (2008) mengatakan terdapat beberapa kendala dalam menyusui antara lain kurangnya pemahaman ibu tentang tatalaksana menyusui, bayi mendapat

makanan/minuman pengganti ASI terlalu dini (<6 bulan), ibu bekerja, kurangnya motivasi ibu dan dukungan dari keluarga, dan kelainan pada ibu dan bayi. Kendala

(34)

bersalin. Berbagai susu formula mengklaim produknya setara dengan ASI dengan

tambahan berbagai zat gizi, seperti taurin, nukleotide, DHA, dan DHA, walaupun faktanya tidak demikian. ASI yang keluar pada 24-48 jam pertama mengandung kolostrum yang kaya akan sel aktif imunitas, antibodi, dan protein protektif lain untuk

kekebalan tubuh.

Penelitian Emilda (2011) membuktikan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga (p=< 0,05; 95% CI 1,92-6,02), dukungan tempat kerja (p=< 0,05; 95% CI 1,00-3,15), pengetahuan (p=< 0,05; 95% CI 1,29-4,07) dengan pemberian ASI eksklusif di Kota Langsa.

Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu dari sepuluh indikator prilaku hidup sehat yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk mengukur prilaku

kesehatan ditatanan rumah tangga atau keluarga, yang benar – benar dapat mengukur prilaku hidup sehat bagi keluarga atau individu dalam keluarga.

2.2. Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif

Perilaku atau ketrampilan adalah hasil dari latihan yang berulang, yang dapat

disebut perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari ketrampilan tersebut sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Perilaku atau keterampilan

dapat terwujud melalui hasil dari pengalaman, pengetahuan dan sikapnya.

Perilaku dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

(35)

manusia itu berperilaku karena mempunyai aktivitas masing – masing. Sehingga yang

dimaksud perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan, berbicara, menagis, tertawa, bekerja,

kuliah, menulis,, membaca dan seterusnya. Jadi perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh

factor luar.

Menurut Green (2000), terdapat tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi perilaku individu atau masyarakat, yaitu: 1) faktor dasar (predisposing factors) yang

meliputi: (a) pengetahuan individu; (b) sikap; (c) kepercayaan; (d) tradisi; (e) unsur-unsur yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat dan; (f) faktor demografi; 2)

faktor pendukung (enabling factors) yang meliputi: sumberdaya dan potensi masyarakat seperti lingkungan fisik dan sarana yang tersedia dan; 3) factor pendorong (reinforcing factors) yang meliputi sikap dan perilaku orang lain seperti teman, orang

tua, dan petugas kesehatan. Perilaku pemberian ASI eksklusif baik oleh ibu maupun petugas kesehatan terutama bidan, semuanya sangat dipengaruhi oleh faktor faktor

tersebut diatas, terutama faktor sikap, motivasi, maupun pengetahuan petugas kesehatan.

Dukungan keluarga seperti suami dan orang tua sangat penting dalam

mempengaruhi perilaku ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Motivasi yang diberikan oleh suami dan orang tua cenderung lebih diperhatikan oleh seorang

(36)

lebih cenderung dominan dalam merubah perilaku ibu. Selain dukungan dari orang

tua, dukungan dari suami memengang peranan yang penting dalam pengambilan keputusan menyusui ASI eksklusif pada ibu. Dukungan dari suami untuk tetap memberikan ASI eksklusif merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ibu untuk

selalu memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Hasil penelitian Sasaki et al (2009) menunjukan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan nasihat orang tua terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif p=0,013. Aidam et al (2005) yang melakukan penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif diperoleh hasil bahwa ibu yang

mendapatkan dukungan dari suami lebih cenderung berpeluang untuk berperilaku menyusui ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan

dari suami (OR=1,79; 95% CI: 1,13-2,82).

Batasan perilaku pemberian ASI eksklusif adalah bayi yang termuda dalam keluarga umur 0-6 bulan terakhir yang mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir.

Rumah tangga dengan bayi mendapat ASI eksklusif , apabila rumah tangga tersebut mempunyai balita termuda umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif.

Perilaku pemberian ASI eksklusif antara penduduk perkotaan ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk pedesaan, meskipun tidak signifikan. Hal ini bertentangan dengan asumsi selama ini ibu – ibu diperkotaan pada umumnya

(37)

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan

Inisiasi Menyusu Dini antara lain:

1. Kebijakan Instansi pelayanan kesehatan tentang IMD dan ASI eksklusif. 2. Pengetahuan, motivasi dan sikap tenaga penolong persalinan .

3. Pengetahuan, motivasi dan sikap ibu. 4. Gencarnya promosi susu formula

5. Dukungan anggota keluarga

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui adalah sosial budaya, psikologis dan biologis ibu sendiri. Selain itu faktor-faktor yang

mempengaruhi ibu untuk menyusui adalah: 1. Faktor Psikologi

Status psikologi mendasari ibu dan pendukungnya untuk keberhasilan menyusui, termasuk pecaya diri ibu dan komitmen menyusui, bayi merasa kenyang merupakan kepuasan bagi ibu menyusui. Psikologi ibu termasuk disekitarnya yang

dekat dalam struktur dukungan. Jenis dari dukungan antara lain memberi dukungan informasi termasuk bagian dari pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara

menyusui. Dukungan emosi termasuk memberi pengertian, membesarkan hati dan menyayangi. Dukungan pertolongan termasuk memberi pertolongan fisik untuk dapat menyusui bayinya. Pemberi dukungan termasuk keluarga, teman, suami atau teman

(38)

Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat membangkitkan rasa

percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya. Informasi tentang perawatan payudara selama masa kehamilan, lama menyusui, keuntungan menyusui, inisiasi menyusui dini, merupakan dukungan tenaga kesehatan untuk menyukseskan

kelangsungan pemberian ASI eksklusif. 3. Faktor Demografi

Faktor demografi terbagi menjadi dua, yaitu faktor sosio demografi dan faktor biomedik. Faktor sosio demografi terdiri dari umur, pendidikan, status perkawinan, suku, tingkat sosial dan penghasilan. Faktor biomedik terdiri dari jumlah kelahiran,

kesehatan bayi dan kesehatan ibu (selama hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan).

Penelitian Aidam et al (2005) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan ASI eksklusif diperoleh hasil bahwa ibu yang mendapatkan dukungan selama kehamilan lebih cenderung berpeluang lebih besar

untuk berperilaku menyusui ASI eksklusif dibanding ibu yang tidak mendapatkan dukungan selama kehamilan OR=2,01 (95% CI; 1,21-3,34). Informasi yang diketahui

selama masa kehamilan berdampak pada perubahan perilaku sehingga ibu memiliki perilaku memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Menurut Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat tahun 2010 – 2014

Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum adanya peraturan pemerintah tentang

(39)

kampanye terkait pemberian ASI maupun MP (makanan pendamping) ASI, masih

kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) dan MP-ASI dan belum optimalnya membina kelompok Pendukung ASI dan MP-ASI.

Petugas kesehatan yaitu petugas gizi, bidan, perawat dan dokter dapat membantu ibu dan anak yang mereka rawat agar sukses menyusui. Pemberian

bantuan ini sangat penting, tidak hanya sebelum persalinan dan selama kehamilan, melainkan juga tahun pertama dan kedua kehidupan anak. Petugas kesehatan bisa memberi saran yang bermanfaat mengenai kesediaan menyusui bayi kapanpun,

ketika bayi dalam keadaan sehat maupun sakit. Petugas bisa membantu mengatasi masalah menyusui dan bisa membantu ibu bekerja terus menyusui.

Petugas kesehatan yaitu petugas gizi, bidan, perawat dan dokter dalam membantu ibu dan anak yang mereka rawat agar sukses menyusui harus cukup terlatih, maka perlu dilaksanakan pelatihan konseling laktasi yang bertujuan

memberikan keterampilan dasar dalam konseling menyusui, yang memungkinkan petugas kesehatan tersebut memberikan dorongan dan dukungan yang diperlukan ibu

untuk lebih berhasil dalam menyusui.

Penelitian yulianti (2010) menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini adalah

melatih keterampilan (p=0,008). Pelaksanaan konseling menyusui bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam menyusui. Penelitian Husni

(40)

menaikkan skor pengetahuan dan skor sikap ibu hamil tentrang IMD dan ASI

eksklusif di Wilayah Kecamatan padangsidimpuan Selatan dengan nilai p=0,000.

2.3. Konseling

Konsep “ konseling” adalah sesuatu yang baru, dan kata tersebut mungkin

tidak mudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Adakalanya konseling bermakna lebih dari sekedar memberi nasehat. Berbicara tentang konseling tidak

terlepas dari bimbingan, karena kedua kata ini selalu dikaitkan dan tidak dipisahkan. Meskipun ada yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kata yang berbeda.

Menurut Hallen (2002) istilah bimbingan selalu dikaitkan dengan konseling, hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang

integral. Konseling adalah merupakan salah satu tehnik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa tehnik yang lainnya, sedangkan bimbingan bimbingan itu lebih luas dan konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan.

Walgito (2010) mengatakan, konseling adalah bantuan yang diberikan pada seorang klien untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancara

(face to face) dan dengan cara yang sesuai dengan keadaanyang dihadapi klien untuk mencapai kesejahteraannya.

Menurut Capuzzi dan Gross dalam Walgito 2010 Berbagai rumusan tentang

(41)

dengan seorang klien. Dalam wawancara atau diskusi, klien masih dapat menjelaskan

masalah yang dihadapinya secara jelas, masih dapat nyambung antara konselor dengan klien. Seperti halnya pada terapi, konseling pada dasarnya dilaksanakan secara individual sekalipun dalam perkembangannya ada konseling kelompok.

Menurut Susanto (2004) seperti yang dikutip oleh Yulifah dan Yulianto (2009), dalam proses konseling terjadi komunikasi. Model komunikasi yang dipakai

dalam penelitian ini adalah komunikasi pribadi/personal atau lebih dikenal komunikasi interpersonal yang merupakan dasar penting dalam melakukan konseling. Bentuk komunikasi ini yang paling tepat karena komunikator langsung berhadapan

(face to face) dengan komunikan diharapkan nantinya terjadi perubahan prilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif yang akhirnya berdampak status gizi bayi akan baik.

Mekanisme perubahan prilaku tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1. Mekanisme Perubahan Perilaku

Menurut pendapat Notoatmodjo (2007), yang mengutip pendapat ahli psikologi Skiner (1938) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

Stimulus Rangsangan

Sikap (Tertutup)

(42)

1

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu prilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organism tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon.

Stimulus (rangsangan) berupa pesan, dalam hal ini pesan kesehatan yang

menyangkut pengetahuan tentang pemberian ASI ekslusif. Pengetahuan yang disampaikan dapat dilakukan dengan berbagai metode (cara) yaitu dengan metode

perorangan (individual), kelompon atau massa. Metode individual atau komunikasi interpersonal atau disebut juga konseling adalah metode yang paling efektif karena kontak klien (ibu balita) dengan petugas lebih intensif, karena masalah yang dihadapi

oleh klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya (Notoatmodjo, 2003).

Agar pesan (pengetahuan) yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami

oleh klien sangat diperlukan suatu alat bantu (peraga). Menurut Notoatmodjo (2007), yang mengutip pendapat Elgar Dale, alat peraga dibagi menjadi 11 macam.

1. Kata – Kata

(43)

Dari gambar kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan paling dasar adalah

“ benda asli” dan yang paling atas adalah “kata – kata”. Hal ini berarti bahwa dalam proses perubahan perilaku benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsi pesan yang disampaikan, sedangkan penyampaian pesan yang hanya

dengan kata – kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya sangat rendah. Dengan demikian jelaslah bahwa menggunakan alat peraga (media) adalah salah satu

prinsip perubahan perilaku.

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan konseling adalah alat peraga, jika alat peraga yang digunakan benda asli akan memberikan hasil yang

maksimal, karena pesan yang disampaikan akan lebih dimengerti dan dipahami oleh ibu. Tetapi Kenyataan dilapangan pelaksanaan konseling menyusui lebih sering

menggunakan ceramah dari pada demonstrasi akibat keterbatasan alat peraga.

Pelaksanaan konseling yang baik, konselor perlu mengikuti langkah – langkah atau prosedur tertentu. Pada umumnya, prosedur konseling terdiri dari beberapa fase

antara lain : persiapan, perencanaan treatment, Counseling in action dan follow up. Pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu profesi yang dapat

memenuhi cirri – ciri dan persyaratan tersebut. Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui : Standarisasi untuk kerja professional konselor, standarisasi penyiapan konselor, akreditasi, stratifikasi dan lisensi, dan

pengembangan organisasi profesi (Prayitno, 2008).

Pelaksanaan konseling menyusui di posyandu maupun dirumah – rumah

(44)

digunakan adalah leaplet dan gambar, sedangkan bagi ibu menyusui, praktek

menyusuinya langsung di praktekkan keibu-ibu tersebut.

2.4 Pelatihan Konseling Laktasi/Menyusui

Fasilitas – persalinan membantu para ibu mengawali atau memulai persalinan.

Mereka juga membantu para ibu memantapkan menyusui dalam periode pasca persalinan. Bagian lain dari pelayanan perawatan kesehatan memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu melanjutkan menyusui sampai usia 2 tahun atau

lebih, salah satu upaya yang harus dilkukan petugas adalah melakukan konseling menyusui. Hal ini didukung oleh KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR

:450/Menkes/SK/IV/2004, Tanggal 07 April 2004 tentang Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yaitu ;

1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan peningkatan pemberian

air susu ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk

menerapkan kebijakan tersebut.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

(45)

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang

dilakukan diruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caersar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.

5. Membatu ibu bagaimana cara menyusui yang benar, dan cara mempertahankan

menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru

lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayinya 24 jam sehari.

8. Membantu ibu menyusui semaunya bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.

10. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah sakit, Rumah bersalin /

Sarana Pelayanan Kesehatan.

Fasilitas kesehatan dalam rangka meningkatkan akses ibu, keluarga dan

masyarakat terhadap informasi tentang pola makan terbaik bagi bayi dan anak sampai usia 2 tahun, setiap fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin, Puskesmas dan jaringannya,

bidan praktek swasta, dan sebagainya, perlu memiliki tenaga konselor menyusui yang mampu membantu ibu dan keluarganya dalam melakukan inisiasi menyusu dini dan

(46)

Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan menyediakan tenaga konselor menyusui

melalui pelatihan konseling laktasi, karena pada dasarnya upaya sosialisasi belum cukup dan masih perlu didukung dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bidan dalam melaksanakan program

IMD dan ASI eksklusif.

Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama

masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum adanya Peraturan Pemerintah tentang pemberian ASI serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI, masih kurangnya

ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI dan belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI dan MP-ASI (Rencana Aksi Pembinaan Gizi

Masyarakat tahun 2010 – 2014)

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur berupaya untuk meningkatan pemberian ASI eksklusif, yaitu melalui kegiatan:

1. Memberdayakan ibu dan meningkatkan dukungan anggota keluarga agar semakin banyak bayi baru lahir yang melakukan inisiasi menyusu dini, dan semakin

banyak ibu mampu menyusui dengan benar.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan menyediakan tenaga konselor menyusui di sarana pelayanan kesehatan, dan revitalisasi sarana pelayanan

kesehatan sayang ibu dan bayi.

3. Menciptakan lingkungan kondusif yang memungkinkan ibu tetap menyusui

(47)

Keberadaan tenaga konselor menyusui menjadi sangat penting dalam

meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa peranan tenaga konselor menyusui sangat besar terhadap peningkatan pemberdayaan ibu, peningkatan dukungan anggota keluarga serta

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang pada gilirannya akan meningkatkan cakupan pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia. Oleh karena itu keberadaan

tenaga fasilitator, konselor dan motivator menyusui perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Fungsi fasilitator ASI disini adalah sebagai fasilitator dalam pelatihan konselor menyusui, Sedangkan tenaga konselor menyusui diperoleh melalui suatu

proses pelatihan konseling menyusui dengan menggunakan standar kurikulum atau modul yang baku. Selama ini standar kurikulum atau modul pelatihan konseling

laktasi menggunakan modul WHO/UNICEF metode 40 jam yang dapat dilaksanakan secara berturut –turut dalam satu minggu atau dapat dipisah – pisahkan dalam banyak cara yang telah diakui secara internasional.

Pelatihan konseling menyusui terdiri dari 33 sesi, masing – masing antara 30-120 menit, menggunkan beragam metode pengajaran termasuk ceramah ,

demonstrasi, praktek klinik, dan bekerja dalam kelompok kecil sambil berdiskusi, membaca, bermain peran, dan latihan. Di dalam kelas, para peserta secara bertahap mengembangkan keterampilan konseling dan memberi dukungan, dan kemudian

mempraktekkanya bersama ibu dan bayi dibangsal atau klinik.

Pelatihan konseling menyusui ini bertujuan memberi tenaga kesehatan

(48)

membantu ibu secara efektif dalam pemberian ASI –eksklusif. Alasan diberikannya

pelatihan konselor laktasi antara lain:

1. ASI merupakan hal yang mendasar bagi kesehatan dan perkembangan bayi telah dibuktikan secara ilmiah oleh para ahli di seluruh dunia.

2. ASI eksklusif akan menghasilkan bayi yang lebih sehat dan lebih cerdas.

3. Pemberian ASI mempersatukan jalinan kasih sayang ibu dan bayi sehingga

mencapai perkembangan yang optimal.

4. Lebih dari 90% ibu yang melahirkan di Indonesia menyusui bayinya, tetapi masih sangat sedikit jumlah ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif sampai 4-6

bulan.

5. Masih banyak ibu yang memberikan bayinya susu formula atau makanan padat

sebagai makanan tambahan beberapa minggu setelah melahirkan.

6. Kasus gizi buruk yang banyak terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia sebagian besar diderita oleh bayi berumur 6 bulan keatas. Hal ini sebagai akibat

pemberian ASI dan MP-ASI yang tidak tepat.

7. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia untuk promosi

ASI.

8. Peranan petugas kesehatan dalam mempromosikan ASI masih belum efektif karena belum mempunyai kemampuan (skill) yang cukup untuk melaksanakan

(49)

Sudah saatnya petugas kesehatan dapat membantu memberikan konseling

menyusui kepada ibu yang mengalami kesukaran dalam menyusui dan memberikan dukungan untuk memberikan dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.

Ketersediaan konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan turut

mempengaruhi peningkatan keberhasilan pemberian ASI. Oleh karenanya, Kemenkes mengupayakan agar setiap pelayanan kesehatan terutama di puskesmas dan rumah

sakit tersedia konselor menyusui akan membantu para ibu yang memiliki kendala memberikan ASI.

Guna mendukung keberhasilan inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif,

WHO merekomendasikan kepada seluruh tenaga kesehatan agar melaksanakan konseling menyusui dalam yang disebut dengan 7 kontak ASI atau 7 pertemuan ASI

dalam upaya sosialisasi program dan setiap kali melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

2.6 Konseling Laktasi / Menyusui

Konseling adalah cara bekerja sama dengan orang, dimana kita berusaha

memahami perasaan mereka, serta membantu mereka memutuskan apa yang dilakukan. Menyusui bukan satu – satunya situasi dimana konseling berguna.

(50)

Manajemen

Departemen Kesehatan RI, 2007

laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk

membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Manajemen laktasi melalui 3 tahap yaitu pada masa kehamilan

(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal)

( ).

1.

Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

selama kehamilannya yang sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang sudah ditentukan.

Periode Antenatal Care (ANC)

Kunjungan Antenatal care (ANC) minimal satu kali pada

trimester (usia kehamilan 0-13 minggu), satu kali paada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu), dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu). Kunjungan Antenata lcare dalam rangkapemberian ASI -eklusifdibagi

6 langkah yaitu: 1) meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan menyusui dan bahwa ASI adalah amanah Ilahi; 2) makan dengan teratur, penuh gizi dan

seimbang; 3) mengikuti bimbingan persiapan menyusui yang terdapat di setiap klinik laktasi di rumah sakit; 4) melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur; 5) menjaga kebersihan diri, kesehatan, dan cukup istirahat; dan 6)

(51)

2. Periode perinatal

Masa persalinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi selanjutnya, dalam hal ini bayi harus mendapatkan cukup ASI, yang dilanjutkan dengan cara menyusui yang baik dan benar, baik posisi maupun cara

melekatkan bayi pada payudara ibu. Pemberian ASI eksklusip pada masa ini meliputi: 1) b

3.

ersihkan puting susu sebelum anak lahir; 2) susuilah bayi sesegera

mungkin, jangan lebih dari 30 menit pertama setelah lahir (inisiasi menyusui dini); 3) lakukan rawat gabung, yakni bayi selalu di samping ibu selama 24 jam penuh setiap hari; 4) jangan berikan makanan atau minuman selain ASI; 5) jika

dalam 2 hari pertama ASI belum keluar, berikan bayi air putih masak dengan menggunakan sendok; 6) jangan memberikan dot maupun kempengan karena

bayi akan susah menyusui, di samping mengganggu pertumbuhan gigi; 7). susuilah bayi kapan saja dia membutuhkan, jangan dijadwal. Susuilah juga bila payudara ibu terasa penuh. Ingatlah bahwa makin sering menyusui, makin lancar

produksi dan pengeluaran ASI; 8) setiap kali menyusui, gunakanlah kedua payudara secara bergantian serta harus yakin payudara telah kosong atau bayi

tidak lagi mau mengisap; dan 9) mintalah petunjuk kepada petugas rawat gabung, bagaimana cara menyusui yang baik dan benar.

Periode post natal

Sesudah ibu melahirkan, umumnya ibu – ibu menyusui anaknya. Oleh karena itu perlu diusahakan agar sesudah persalinan pembentukan ASI dapat

(52)

merawat payudara mulai kehamilan 7 bulan. Perawatan nifas dimulai sejak

kelahiran bayi pusatnya terlepas, salah satu perawatan yang diberikan adalah perawatan payu dara. Pada masa post natal yang harus dilakukan dalam pemberian ASI ialah:

Konseling menyusui merupakan konseling yang dilaksanakan mulai masa

Antenatal sampai dengan menyusui yang disebut dengan 7 kontak ASI atau 7 pertemuan ASI sebagai berikut :

1) berikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan atau

penyusuan eksklusif dan teruskan pemberian ASI sampai bayi berumur 2 tahun; dan 2) berikan makanan pendamping ASI saat bayi mulai berumur 6 bulan.

1. Pertemuan ASI ke 1 saat kunjungan ke- 3 pada masa antenatal care (ANC) pada Trimester II yaitu : bertemu dengan beberapa keluarga, diskusi tentang ASI dan

menyusui termasuk inisiasi menyusui dini (IMD), diskusi tentang ASI dan menyusui lanjutan termasuk latihan memposisikan dan pelekatan bayi, diskusikan hal – hal berbahaya yang perlu dihindari seperti : penundaan menyusui

sampai dengan ASI keluar, memberikan makanan prelaktal, memberikan makanan dan minuman lain sebagai tambahan selain menyusui.

2. Pertemuan ASI ke 2 saat kunjungan ke-4 pada masa antenatal care (ANC)

trimester III, bertemu dengan beberapa keluarga, bagaimana perasaan ibu mengenai bayinya dan bagaimana akan merawatnya, bagaimana ibu

merencanakan untuk pemberian makanan bayi, bagaimana ibu memberi makan anak sebelumnya, diskusikan cara pemberian makan bayi, ditanyakan mengenai

(53)

3. Pertemuan ASI ke -3 saat IMD (0 hari) yaitu observasi terhadap pelaksanaan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

4. Pertemuan ASI ke -4 kunjungan neonatus 1 (KNI) saat usia bayi 1-2 hari yaitu amati kondisi bayi, saat bayi menunjukan tanda ingin menyusui, motivasi ibu

untuk menyusui, tanyakan apakah kita boleh melihat bayi menyusui, Amati bayi menyusu kapanpun waktunya. lihat lembaran mengamati menyusui, amati kondisi

dan keadaan payudara ibu, bantu ibu bila diperlukan, diskusikan cara pemberian makan bayi, diskusikan hal yang perlu dihindari, misalnya : penundaan menyusui sampai dengan ASI keluar, memberikan makanan prelaktal, memberikan

makanan dan minuman lain sebagai tambahan selain menyusui. timbang dan catat berat badan bayi lalu masukan pada KMS (Kartu Menuju Sehat).

5. Pertemuan ASI ke -5 kunjungan neonatus 2 (KN2) saat usia bayi 7-14 hari yaitu : amati kondisi bayi dan beri respon yang tepat jika terdapat kesulitan baru, Menayakan respon yang tepat jika terdapat kesulitan baru, tindaklanjuti

pengamatan dari pertemuan sebelumbnya, periksa bayi jika ada keluhan dari ibu akan adanya gejala – gejala baru, tanyakan mengenai kemajuan kegiatan

menyusui ( jika ibu melaporkan bayi tidak menyusu dengan baik, amati kegiatan menyusui : jika bayi tidak dapat melekat atau menghisap dan tidak menyusu dalam waktu 3 jam, rujuk), amati kegiatan menyusui, termasuk mengamati

(54)

hari ke-14 berat bayi kurang dari berat badan lahir, tetapi tidak ditemukan adanya

masalah dalam menyusui segera rujuk.

6. Pertemuan ASI ke -6 kunjungan neonatus ke- 3 (KN3) saat usia bayi berusia 35 hari - 2 bulan. yang dilakukan : mengamati dan menanyakan kondisi ibu dan bayi

(beri respon yang tepat jika terdapat kesulitan baru), menanyakan mengenai kemajuan kegiatan menyusui, amati kegiatan menyusui, termasuk mengamati

kondisi payudara ibu, bantu ibu dalam memposisikan dan melekatkan bayi di payudara jika diperlukan. diskusikan mengenai pola menyusui (menyusui eksklusif, menyusui semau) bayi, pastikan adanya pasokan ASI yang cukup,

hindarkan makanan dan cairan lain), jelaskan prilaku menyusu pada saat itu, periksa tehnik memerah ASI dan alat yang digunakan untuk memberikan ASI

perah jika diperlukan, timbang berat badan dan masukkan ke kartu menuju sehat (KMS).

7. Pertemuan ASI ke -7 saat imunisasi (BCG, DPT, Polio 1, Timbang 1) : 60 hari

yaitu saat menimbang bayi, penting mendiskusikan menyusui, memantau pertumbuhan membantu untuk mengetahui apakah bayi mendapat cukup ASI.

Pertumbuhan yang kurang memuaskan tanda ibu dan bayi memerlukan bantuan. Bila ada KMS atau apabila tidak menimbang bayi, tetap dapat membahas tentang menyusui. Kita harus mendapat kesan apakah bayi mendapat ASI cukup atau

(55)

Pelaksanaan konseling menyusui bisa dilaksanakan di tempat – tempat

pelayanan kesehatan dan bisa juga dirumah – rumah masyarakat. Setelah mendapatkan pelatihan konselor menyusui untuk melaksanakan konseling menyusui bukan hanya ibu – ibu hamil atau ibu-ibu menyusui yang berkunjung ketempat

pelayanan kesehatan, tetapi jika ibu – ibu hamil atau ibu – ibu menyusui tidak berkunjung ketempat pelayanan kesehatan, maka petugas kesehatan yang bertugas

diwilayahnya masing – masing harus berkunjung kerumah ibu – ibu hamil atau menyusui untuk dilakukan konseling menyusui.

Berdasarkan hasil survey peneliti pelaksanaan konseling menyusui di

kabupaten Aceh Timur ada yang dilaksanakan di puskesmas, posyandu maupun dirumah ibu – ibu hamil maupun ibu – ibu menyusui. Diantara empat puskkesmas

sebagai tempat penelitian hanya satu puskesmas yang memiliki ruang konseling, didalam ruangan konseling tersebut terdapat beberapa alat bantu konseling menyusui seperti poster, leaplet, dan tulisan – tulisan, alat – alat peraga benda tiruan. Ketika

klien datang untuk pemeriksaan, setelah pemeriksaan dilaksanakan, jika klien ingin dikonseling atau petugas melihat dan menilai pasien perlu dilakukan konseling

menyusui maka pasien tersebut dan keluarganya dibawa keruang konseling tersebut. Bagi puskesmas lainnya yang tidak memiliki ruang konseling mereka melaksanakan konseling diruangan pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu leaplet dan tulisan

Gambar

Gambar 2.1. Mekanisme Perubahan Perilaku
Gambar 2.1 Hubungan Unsur – Unsur  Sistem
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Roesli (2008) pemberian ASI eksklusif itu sangat penting karena ASI adalah sebagai asupan bagi bayi yang masih menyusui selama 6 bulan karena ASI sangat penting bagi bayi.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu menyusui yang memiliki tingkat pengetahuan baik, berperilaku ASI eksklusif lebih tinggi dari pada ibu menyusui dengan tingkat

Memberikan informasi kepada seorang ibu melalui media informasi tentang manfaat asi eksklusif bagi seorang bayi dan manfaat menyusui bagi seorang ibu melalui

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merasa perlu untuk meneliti tentang pengaruh konseling menyusui terhadap motivasi dan sikap ibu memberi ASI pada bayi 0-6 bulan

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang memiliki bayi yang berumur 6 sampai 12 bulan di kelurahan PaomanKabupaten Indramayu, dengan jumlah sampel

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN BENER MERIAH..

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi di Puskesmas

Populasi penelitian berjumah 98 orang Dari hasil analisis Statistik tersebut menunjukan bahwa Pelaksanaan ibu untuk menyusui sebelum diberikan konseling dan sesudah diberikan