• Tidak ada hasil yang ditemukan

aEstimasi willingness to pay (WTP) pengunjung terhadap ruang terbuka hijau di Kota Meda (Studi kasus: Hutan Kota Taman Beringin)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "aEstimasi willingness to pay (WTP) pengunjung terhadap ruang terbuka hijau di Kota Meda (Studi kasus: Hutan Kota Taman Beringin)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

FRISCA ANGELINA SIMAMORA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

ESTIMASI WILLINGNESS TO PAY (WTP)PENGUNJUNG TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Estimasi Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan (Studi Kasus: Hutan Kota Taman Beringin) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

FRISCA ANGELINA SIMAMORA. Estimasi Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan (Studi Kasus: Hutan Kota Taman Beringin). Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI.

Pemanfaatan lahan di perkotaan untuk aktivitas ekonomi mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang berdampak pada perubahan lahan terbuka hijau. Studi tentang estimasi Willingness to Pay (WTP) terhadap ruang terbuka hijau dibutuhkan untuk pengelolaan ruang terbuka hijau di masa yang akan datang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin, mengestimasi nilai WTP pengunjung, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP pengunjung. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, penerapan Contingent Valuation Methods (CVM), dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai WTP pengunjung adalah sebesar Rp5.681,82 per orang per kunjungan atau Rp290.340.909,1 per tahun dengan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP adalah variabel tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, dummy kebersihan dan dummy kenyamanan.

Kata kunci: estimasi, Hutan Kota Taman Beringin, Kota Medan, ruang terbuka hijau, Wllingness to Pay

ABSTRACT

FRISCA ANGELINA SIMAMORA. Estimation of visitors Willingness to Pay (WTP) for green open space in Medan City (Case of Study: Hutan Kota Taman Beringin). Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI.

The use of urban land for economy activities are increasing along with the increase of population growth number which causes the change of open green spaces. The study of the estimation Willingness to Pay (WTP) for green open space is needed to green open space management in the future. The objectives of this study are to identify the perception of visitors, their WTP, and influencing factors of WTP consideration. The method used in this study are descriptive analysis, application of Contingent Valuation Methods (CVM), and multiple linear regression analysis. The result shows that the number of WTP is around IDR5,681.82 per person per visit or IDR290,340,909.1 per year, which influencing factors are number of income, number of burden, dummy of sanitation and dummy of freshness.

(6)
(7)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ESTIMASI WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus: Hutan Kota Taman Beringin)

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini diberi judul Estimasi Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan (Studi Kasus: Hutan Kota Taman Beringin). Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1.Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Benny Simamora dan Ibu Salmah Samosir, dan adik-adik tercinta (Ferdi Simamora, Fitri Simamora, dan Citra Simamora) yang setia memberikan doa dan dukungannya.

2.Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu dan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

3.Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji atas saran dan masukannya dalam penulisan skripsi ini. 4.Seluruh staff Pemerintah Kota Medan terkhusus kepada Dinas Pertamanan Kota

Medan dan Badan Lingkungan Hidup Kota Medan serta staff kelurahan Madras Hulu.

5.Farah Frayenisari Sutara yang telah berkenan menemani penulis dalam pengambilan data, Sahabat KTB (Febrina Berlianti, Helena Ayu Permata Hati, Ovie Sihaloho, Fitri Maisesi, Titin Martina, Gabriella Gultom), sahabat terdekat (Shara Tobing, Entin Manullang, Ebes Sitorus, Dian Safitri, Lasria Parhusip, Adilla Ahmad, Kartika Jayamurti, Rita Astuti, Melly Nasution), teman sebimbingan skripsi (Chadefi Novitasari, Sheani Tyas Ahmer, Desi Amalia, Amalia Dwi Marseva, Nadya Mazaya, Rahayu, Andreas, Dhana), tim KKP Desa Ciburuy (Fransisko, Laras, Itha, Fazri), teman-teman ESL 47, serta KOPRAL 47 untuk setiap kebersamaan, motivasi, dan doanya selama proses pembuatan skripsi.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis menerima segala bentuk kritik dan saran. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengambilan kebijakan di masa yang akan datang.

Bogor, Oktober 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Konsep Penataan Ruang ... 11

2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH) ... 14

2.3 Contingent Valuation Methods (CVM) ... 16

2.4 Penelitian Terdahulu ... 18

III KERANGKA PEMIKIRAN... 19

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 19

3.1.1 Contingent Valuation Methods (CVM) ... 19

3.1.2 Model Regresi Linear Berganda... 21

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 22

IV METODE PENELITIAN ... 24

4.1 Pemilihan Lokasi dan Waktu penelitian ... 24

4.2 Metode Pemilihan Responden ... 24

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 25

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 25

4.4.1 Identifikasi Persepsi Pengunjung terhadap Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ... 26

4.4.2 Estimasi Nilai WTP Pengunjung terhadap Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ... 27

4.4.3 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Pengunjung ... 30

4.5 Pengujian Parameter Regresi ... 33

V GAMBARAN UMUM ... 35

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

5.2 Pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin ... 36

5.3 Karakteristik Responden ... 37

5.3.1 Jenis Kelamin ... 37

5.3.2 Umur ... 38

5.3.3 Pendidikan ... 38

5.3.4 Pekerjaan ... 39

5.3.5 Tingkat Pendapatan ... 40

5.3.6 Jumlah Tanggungan ... 41

5.3.7 Waktu Kunjungan ... 41

5.3.8 Frekuensi Kunjungan ... 42

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

(14)

6.1.1 Kegiatan Pengunjung di Hutan Kota Taman Beringin ... 43

6.1.2 Fungsi Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ... 44

6.1.3 Kondisi Lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ... 45

6.1.4 Fasilitas Hutan Kota Taman Beringin ... 48

6.1.5 Dampak Negatif Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ... 50

6.1.6 Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ... 50

6.2 Estimasi Nilai WTP Pengunjung terhadap Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ... 51

6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Pengunjung ... 55

6.4 Implikasi dan Rekomendasi ... 58

VII SIMPULAN DAN SARAN ... 61

7.1 Simpulan ... 61

7.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

RIWAYAT HIDUP ... 77

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1 Jumlah, laju pertambahan, dan kepadatan penduduk Kota Medan tahun 2007-2011 ... 2

2 Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Medan ... 4

3 Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Medan tahun 2007-2011 ... 5

4 Emisi CO2 yang dikeluarkan Kota Medan tahun 2012-2050 ... 6

5 Penelitian terdahulu ... 18

6 Format elisitasi metode CVM ... 20

7 Matriks metode analisis data ... 26

8 Kategori dan indikator persepsi responden terhadap kondisi lingkungan ... 27

9 Indikator pengukuran WTP ... 32

10 Kegiatan pengunjung di Hutan Kota Taman Beringin ... 44

11 Fungsi keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ... 45

12 Kondisi kebersihan di Hutan Kota Taman Beringin ... 46

13 Kondisi keindahan di Hutan Kota Taman Beringin ... 47

14 Kondisi kenyamanan di Hutan Kota Taman Beringin ... 48

15 Kondisi kesejukan di Hutan Kota Taman Beringin ... 48

16 Fasilitas Hutan Kota Taman Beringin ... 49

17 Kesediaan membayar responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ... 52

18 Alasan responden tidak bersedia membayar terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ... 52

19 Distribusi rata-rata WTP responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ... 53

20 Nilai total WTP responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ... 54

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Keberadaan CBD Polonia ...14

2 Klasifikasi ruang terbuka (open space) ...15

3 Klasifikasi valuasi non-market ...16

4 Diagram alur kerangka berpikir ...23

5 Lokasi penelitian ...24

6 Jenis kelamin responden ... 38

7 Umur responden ...38

8 Tingkat pendidikan responden...39

9 Jenis pekerjaan responden ...40

10 Pendapatan responden ...40

11 Jumlah tanggungan responden ...41

12 Waktu kunjungan responden ...42

13 Frekuensi kunjungan responden ...42

14 Dampak negatif keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ...50

15 Persepsi responden terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ...51

16 Kurva WTP responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ...54

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1 Kuesioner Penelitian ... 67

2 Hasil regresi linier berganda dengan SPSS16 ... 74

(16)
(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan laju pertumbuhan penduduk akibat tingginya tingkat kelahiran, arus urbanisasi, commuters, dan sebagainya berdampak pada peningkatan kebutuhan manusia akan pemanfaatan lahan perkotaan dan sarana transportasi semakin meningkat pula. Hal ini dapat terlihat dari semakin banyaknya penggunaan lahan perkotaan sebagai kawasan pemukiman, industri dan perdagangan, jalan raya, pusat perbelanjaan, dan peruntukan lainnya yang mengarah pada tujuan komersial. Sarana transportasi juga mengalami perkembangan yang sangat cepat terutama di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Perkembangan sarana transportasi yang tidak dapat dikendalikan akhir-akhir ini menimbulkan banyak kerugian seperti kemacetan lalu lintas, meningkatnya polusi udara, dan kerugian-kerugian lainnya.

Pembangunan fisik perkotaan yang dilakukan secara besar-besaran dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia seringkali tidak diimbangi dengan daya dukung lingkungan yang memadai. Banyak lahan terbuka hijau atau lingkungan alami yang diubah menjadi lingkungan binaan yang padat bangunan dan infrastruktur. Hal ini berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan untuk mendukung aktivitas manusia. Pembangunan lingkungan binaan yang tidak mempertimbangkan faktor lingkungan dan ketersediaan sumberdaya alam akan semakin memicu penurunan kualitas lingkungan perkotaan sehingga diperlukan upaya dalam meminimalkan perusakan lingkungan (Karyono 2010).

(18)

2

dan kepadatan penduduk Kota Medan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah, laju pertambahan, dan kepadatan Kota Medan tahun 2007-2011 Tahun Jumlah (Jiwa) Laju Pertumbuhan (%) Kepadatan (Jiwa/Km²)

2007 2.083.156 0,77 7.858

2008 2.102.105 0,91 7.929

2009 2.121.053 0,90 8.001

2010 2.097.610 0,97 7.958

2011 2.117.224 0,97 7.989

Sumber: BPS (2013)

Dengan peningkatan jumlah penduduk yang terjadi dari tahun 2007 hingga 2011 dan keinginan untuk menjadikan Kota Medan sebagai kota jasa, perdagangan, keuangan dan industri berskala regional dan internasional, maka kebutuhan masyarakat Kota Medan terhadap lahan perkotaan dan sarana transportasi semakin meningkat pula. Hal ini tidak terjadi pada keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan yang sebenarnya berfungsi sebagai penyeimbang ekosistem perkotaan. Keterbatasan ruang yang dimiliki Kota Medan menyebabkan daya dukung lingkungan perkotaan menjadi kurang optimal. Kondisi ini juga menyebabkan kurang seimbang dan kurang terpadunya penataan ruang di Kota Medan (Pemerintah Kota Medan 2012).

(19)

3 berkelanjutan merupakan pembangunan kota yang tetap mempertimbangkan fungsi kelestarian lingkungan atau fungsi ekologis. Salah satu konsep yang dapat diterapkan dalam pembangunan kota yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan adalah dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH di perkotaan. Keberadaan RTH di wilayah perkotaan menjadi penting untuk diperhatikan dan dikendalikan oleh pemerintah dengan berbagai kebijakan serta kesadaran masyarakat terhadap kualitas lingkungan perkotaan.

Penerapan RTH di perkotaan ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menetapkan bahwa proporsi minimal RTH di setiap kota adalah sebesar 30 persen dari total luas wilayahnya meliputi 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat. Penerapan proporsi RTH ini dimaksudkan untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota (Joga dan Ismaun 2011).

Kota Medan dengan luas wilayah 26.510 ha berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031 membutuhkan RTH minimal 30,58 persen dari total luas wilayahnya. RTH Kota Medan tidak mengalami penurunan luasan dari tahun ke tahun namun luas RTH tersebut belum mencapai standar kebutuhan Kota Medan yakni sebesar 8.106,76 ha atau 30,58 persen dari total luas wilayahnya.

(20)

4

Tabel 2 Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Medan

No Jenis RTH Luas RTH (m2)

1 RTH Pulau Jalan 23.594

2 RTH Berm Jalan 108.878

3 RTH Lapangan Olahraga 572.000

4 RTH Tanah Pemakaman 81.375 Hutan Mangrove Medan Belawan Hutan Mangrove Medan Labuhan

199.679 250.000

11.630.000 2.770.000 1.030.000 Hutan Mangrove Medan Marelan

Luas RTH Kota Medan 16.665.526 Persentase RTH Kota Medan 6,28 % Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Medan (2013)

Hutan Kota Taman Beringin merupakan salah satu RTH yang terdapat di Kota Medan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan tahun 2011, Hutan Kota Taman Beringin ditetapkan sebagai salah satu RTH hutan kota yang dikelola oleh Dinas Pertamanan Kota Medan. Tujuan awal pembangunan Hutan Kota Taman Beringin adalah sebagai penyeimbang kualitas lingkungan perkotaan serta sebagai wadah interaksi sosial masyarakat Kota Medan (Dinas Pertamanan Kota Medan 2013). Keberhasilan suatu RTH dalam mengatasi masalah lingkungan ditentukan oleh kualitas lingkungan dari RTH itu sendiri, fasilitas pendukung yang memadai, dan juga peran serta dari seluruh elemen masyarakat dalam menjaga dan mempertahankan kelestarian lingkungan RTH tersebut. Peran serta seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan dalam mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin agar tidak mengalami penurunan fungsi di masa yang akan datang. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana preferensi masyarakat Kota Medan terhadap Ruang Terbuka Hijau dengan menggunakan pendekatan Willingness to Pay (WTP).

1.2 Perumusan Masalah

(21)

5 persen, tahun 2010 sebesar 7,15 persen, tahun 2011 sebesar 7,69 persen, dan tahun 2012 mencapai 12,59 persen (BPS 2013). Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi ini menandakan pesatnya pembangunan yang terjadi di Kota Medan saat ini. Pesatnya pembangunan yang terjadi tidak diimbangi dengan daya dukung lingkungan yang memadai, sehingga berdampak pada penurunan secara ekologi. Hal tersebut ditandai dengan adanya penurunan kualitas lingkungan seperti meningkatnya suhu udara perkotaan, pencemaran udara akibat banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan limbah industri, banjir, dan masalah-masalah lingkungan lainnya.

Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu zat pencemar udara yang

merupakan hasil pembakaran sempurna bahan bakar minyak bumi maupun batu bara. Semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan pabrik menyebabkan jumlah atau kadar CO2 di udara juga semakin meningkat. Keberadaan CO2 secara

berlebihan memang tidak berakibat langsung pada manusia namun menyebabkan sinar inframerah dari matahari diserap oleh bumi dan benda-benda disekitarnya. Kelebihan sinar inframerah ini tidak dapat kembali ke atmosfer karena terhalang lapisan CO2 di atmosfer. Hal ini berdampak pada meningkatnya suhu bumi baik

siang maupun malam hari (Utami 2011).

Peningkatan jumlah penduduk di Kota Medan dari tahun ke tahun akan berdampak pada meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan mengakibatkan semakin meningkatnya kadar CO2 yang dihasilkan. Konsumsi

BBM Kota Medan tahun 2007 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Medan tahun 2007-2011 Tahun Volume Bensin (liter) Volume Solar (liter)

2007 378.566.000 252.847.000

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan konsumsi bensin dan solar di Kota Medan setiap tahunnya. Dengan peningkatan jumlah konsumsi BBM setiap tahunnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan emisi CO2 di Kota Medan. Penelitian Fadhilla et al. (2013) memprediksi total CO2 yang

(22)

6

dan volume konsumsi BBM Kota Medan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa total CO2 yang dikeluarkan melalui pernapasan manusia dan proses

pembakaran BBM pada kendaraan pada tahun 2050 adalah sebesar 4.979.491,59 ton per tahun dan setiap tahunnya jumlah CO2 yang dikeluarkan di Kota Medan

akan semakin bertambah. Hasil perhitungan emisi CO2 yang dikeluarkan Kota

Medan tahun 2012 hingga 2050 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Emisi CO2 yang dikeluarkan Kota Medan tahun 2012-2050

Tahun

2012 732.901,06 1.032.991,57 683.506,52 2.449.399,15 2015 740.844,97 1.143.305,55 706.940,21 2.362.573,67 2020 754.276,44 1.353.957,00 747.795,28 2.593.753,00 2025 767.951,43 1.603.420,50 791.011,43 2.860.168,11 2030 781.874,44 1.898.847,08 836.725,09 3.167.966,41 2035 796.050,00 2.248.705,34 885.080,62 3.524.409,40 2040 810.482,61 2.663.024,18 936.230,67 3.938.076,88 2045 825.176,43 3.153.680,33 990.336,76 4.419.108,49 2050 840.137,02 3.734.738,76 1.047.569,72 4.979.491,59 Sumber: Fadhilla et al. (2013)

Untuk mengurangi jumlah emisi CO2 di Kota Medan maka diperlukan

upaya-upaya pengendalian terhadap perubahan kualitas lingkungan perkotaan seperti dengan penghijauan, menanam pohon, memperbanyak taman kota, serta pengelolaan hutan dengan baik. Peningkatan kualitas dan kuantitas RTH dapat menjadi salah satu cara dalam mengendalikan perubahan kualitas lingkungan Kota Medan. Hutan kota sebagai bagian dari ruang terbuka memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengatasi masalah lingkungan perkotaan. Semakin banyaknya RTH yang dikonversi menyebabkan keberadaan karbondioksida (CO2)

di udara akan semakin meningkat karena tidak mampu diserap oleh tumbuhan hijau.

Peranan tumbuhan hijau sangat diperlukan untuk menjaring CO2 dan

melepas O2 kembali ke udara. Setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi ini

mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen

dengan membebaskan 400.000 juta ton O2 ke atmosfer, serta menghasilkan

450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam, 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2 yang dihembuskan oleh nafas manusia sekitar

(23)

7 kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata lima pendingin udara (AC), yang dioperasikan 20 jam terus menerus setiap harinya. Setiap 1 ha pepohonan mampu menetralkan CO2 yang dikeluarkan 20 kendaraan (Maimun 2007).

Banyaknya karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran BBM pada kendaraan serta laju pertambahan jumlah penduduk yang meningkat mengakibatkan semakin pentingnya hutan kota untuk menciptakan kualitas lingkungan yang bersih. Peran hutan kota dalam upaya memberikan lingkungan yang bersih sangat diperlukan karena dengan semakin berkembangnya pembangunan kota maka akan semakin banyak RTH yang dikonversi menjadi areal terbangun, sehingga akan semakin sedikit pula luasan hutan kota yang ada (Fadhilla et al. 2013).

(24)

8

Beringin adalah masalah kebersihan, keindahan, dan kondisi fasilitas pendukung taman.

Kebersihan merupakan salah satu permasalahan yang terdapat di Hutan Kota Taman Beringin yang perlu diperhatikan. Tidak jarang terlihat sampah-sampah plastik hasil konsumsi manusia berserakan di sekitar taman padahal pihak pengelola telah mempekerjakan petugas kebersihan dan menyediakan fasilitas tempat sampah yang cukup memadai. Kebersihan air kolam dan toilet juga dirasa masih sangat kurang. Banyak keluhan pengunjung kepada pihak pengelola terhadap kondisi air kolam dan toilet di Hutan Kota Taman Beringin.

Keindahan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan di Hutan Kota Taman Beringin. Masih banyak terdapat tindakan-tindakan masyarakat yang tidak menjaga kelestarian vegetasi tumbuhan di kawasan Hutan Kota Taman Beringin seperti perusakan pohon-pohon yang ada di sekitar taman. Kondisi fasilitas pendukung di Hutan Kota Taman Beringin juga perlu untuk diperhatikan. Tidak jarang terjadi perusakan-perusakan fasilitas taman seperti pagar pembatas, sarana bermain, dan lampu-lampu taman.

Selain permasalahan lingkungan juga terdapat permasalahan sosial di sekitar Hutan Kota Taman Beringin. Permasalahan sosial tersebut antara lain masih adanya petugas parkir dan pedagang tidak resmi, serta disalahgunakannya Hutan Kota Taman Beringin menjadi tempat untuk melakukan perbuatan tidak terpuji. Kurangnya kesadaran masyarakat akan fungsi penting Hutan Kota Taman Beringin dikhawatirkan akan mengancam keberlanjutan Hutan Kota Taman Beringin di masa yang akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan partisipasi dari seluruh masyarakat pengguna taman agar keberadaan Hutan Kota Taman Beringin dapat tetap dipertahankan. Berdasarkan uraian diatas, maka timbul beberapa pertanyaan penelitian di antaranya:

1. Bagaimana persepsi pengunjung terhadap kondisi kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin?

2. Berapa besar nilai WTP pengunjung terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan di Hutan Kota Taman Beringin?

(25)

9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengestimasi besarnya nilai WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan kualitas Hutan Kota Taman Beringin, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap kondisi kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin.

2. Mengestimasi besarnya nilai WTP pengunjung terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat dalam berbagai hal, antara lain bagi:

1. Masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat terhadap kondisi dan fungsi penting Hutan Kota Taman Beringin dalam memperbaiki kualitas lingkungan Kota Medan sehingga Hutan Kota Taman Beringin dapat tetap terjaga keberadaannya di masa yang akan datang.

2. Pemerintah Kota Medan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi atau bahan acuan bagi pemerintah (stakeholder) dalam pengambilan kebijakan serta pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin di masa yang akan datang.

(26)

10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan estimasi nilai Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Ruang Terbuka Hijau. Ruang lingkup dan batasan-batasan dalam penelitian yang dilakukan adalah:

1. Penelitian ini dilakukan di Hutan Kota Taman Beringin, Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia dalam kurun waktu April hingga Mei 2014. 2. Responden dalam penelitian ini merupakan masyarakat pengunjung Hutan

Kota Taman Beringin pada saat penelitian dilakukan, dan memiliki beberapa kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti.

3. Penelitian ini merupakan suatu studi dalam menentukan preferensi masyarakat terhadap perbaikan kualitas Hutan Kota Taman Beringin dengan pendekatan nilai WTP.

(27)

11

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penataan Ruang

Menurut Rustiadi et al. (2011) definisi penataan ruang adalah upaya aktif manusia untuk mengubah pola dan struktur pemanfaatan ruang dari satu keseimbangan menuju kepada keseimbangan baru yang lebih baik. Penataan ruang pada dasarnya merupakan perubahan yang disengaja. Sebagai proses perubahan kearah kehidupan yang lebih baik maka penataan ruang secara formal adalah bagian dari proses pembangunan, khususnya menyangkut aspek-aspek spasial dari proses pembangunan. Urgensi atas penataan ruang timbul sebagai akibat dari tumbuhnya kesadaran akan pentingnya intervensi publik atau collective action terhadap kegagalan mekanisme pasar (market failure) dalam menciptakan pola dan struktur ruang yang sesuai dengan tujuan bersama. Dengan kata lain penataan ruang merupakan bentuk intervensi positif atas kehidupan sosial dan lingkungan guna meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan. Penataan ruang dilakukan sebagai:

1. Optimasi pemanfaatan sumberdaya (mobilisasi dan alokasi pemanfaatan sumberdaya) guna terpenuhinya efisiensi dan produktivitas

2. Alat dan wujud distribusi sumberdaya guna terpenuhinya prinsip pemerataan, keberimbangan dan keadilan

3. Menjaga keberlanjutan (sustainability) pembangunan 4. Menciptakan rasa aman

5. Kenyamanan ruang

(28)

12

Secara normatif, penataan ruang harus dipandang sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya ruang agar sesuai dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU Nomor 5 tahun 1960 pasal 2 ayat 3). Dengan demikian perencanaan tata ruang adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan pembangunan secara keseluruhan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007, penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pemerintah Kota Medan memiliki interpretasi yang sama dengan pemerintah pusat. Hal ini dibuktikan dengan merumuskan suatu peraturan daerah yang sesuai dengan amanah dari Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 maupun peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Didalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 Bab VI pasal 20 tersebut sudah dipaparkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menjadi pedoman untuk penataan ruang wilayah provinsi, kabupaten, dan kota. Pada pasal 28 juga dijelaskan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota. Hal yang sama juga tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 Bab II pasal 3 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dimana Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menjadi pedoman bagi penataan ruang wilayah Provinsi dan Kabupaten/ Kota.

Dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah Kota Medan tahun 2011-2031, penataan ruang wilayah Kota Medan bertujuan untuk:

a. mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi; dan b. memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk aktifitas pembangunan

kota berbasis ekonomi di sektor perdagangan dan jasa, pariwisata serta industri yang berwawasan lingkungan.

(29)

13 perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) kota, kawasan ruang evakuasi bencana, kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal, dan kawasan peruntukan lainnya.

Kawasan RTH Kota Medan ditetapkan minimal seluas 30,58 persen dari luasan kawasan kota. Kawasan RTH kota meliputi RTH kawasan wisata, RTH hutan kota, RTH taman kota, RTH tempat pemakaman umum, RTH jalur hijau jalan, RTH jalur pejalan kaki, RTH atap bangunan, dan lapangan olahraga. RTH kawasan wisata meliputi kebun binatang dan Taman Mora Indah di wilayah selatan Kota Medan, Theme Park, dan Natural Park di wilayah utara Kota Medan. RTH hutan kota terdiri atas Taman Beringin di Kecamatan Medan Baru, Bumi Perkemahan Pramuka Cadika di Kecamatan Medan Johor, kebun binatang di Kecamatan Medan Johor, kebun binatang di Kecamatan Medan Tuntungan, dan taman hutan kota di semula Bandar Udara Polonia, kanal Sungai Deli Zona A dan D di Kecamatan Medan Johor dan hutan kota di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. RTH taman kota terdiri atas RTH taman rukun tetangga, RTH rukun warga, RTH kelurahan dan RTH kecamatan sedangkan RTH Taman Pemakaman Umum (TPU) meliputi TPU yang dikelola oleh Pemerintah Kota Medan yaitu TPU kristen dan muslim di Kecamatan Medan Tuntungan serta TPU yang berdiri di atas tanah waqaf di Kota Medan.

Pemerintah Kota Medan (2011) menyatakan bahwa penataan ruang Kota Medan masih dinilai belum maksimal terlihat dengan penyebaran fungsi dan pusat-pusat pertumbuhan belum sepenuhnya merata dan hirarki jalan di dalam struktur ruang kota belum terintegrasi, sehingga secara sistemterdapat bottle neck atau sumbatan-sumbatan arus lalu lintas. Selain itu rasio rumah ber-IMB hanya sebesar 46,50 persen atau sebanyak 233.162 unit dari total sebanyak 502.391 unit rumah yang ada di Kota Medan. Hal ini menyebabkan kurang tertatanya penataan ruang di Kota Medan.

Penataan ruang Kota Medan perlu dikaji lebih mendalam lagi dikarenakan beberapa alasan yaitu:

(30)

14

penataan ruang, dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) kawasan Bandara Militer Polonia telah ditetapkan sebagai kawasan strategis sehingga harus bersih dari pembangunan dan pemukiman. Selain itu kawasan tersebut masih digunakan sebagai lokasi pendaratan pesawat kepresidenan Republik Indonesia. Maka dari itu perlu mendapat perhatian atas kontradiksi ini ditinjau dari peraturan perundangan.

Sumber: http://hariansumutpos.com

Gambar 1 Keberadaan CBD Polonia

2. Sebagian kawasan Mangrove di Medan Belawan telah berubah fungsi menjadi tambak ikan atau udang dan depo container sehingga saat ini masyarakat sering mengalami banjir rob.

Dengan perubahan fungsi yang terjadi, untuk mewujudkan penyediaan RTH seperti yang telah ditetapkan maka strategi pokok yang ditempuh adalah dengan menjaga konsistensi peruntukan lahan yang telah ditetapkan sebagai RTH, disamping melakukan pembebasan lahan secara berkelanjutan yang difungsikan sebagai RTH.

2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

(31)

15 terbangun. Ruang terbuka berperan sebagai penyeimbang antara daerah terbangun dan daerah terbuka. Fungsi ruang terbuka diantaranya adalah sebagai pencipta lingkungan udara sehat dan menurunkan polutan di udara, penyedia ruang untuk kenyamanan hidup (amenity) seperti tempat untuk rileks, interaksi sosial dan olahraga, serta sebagai pendukung estetika lingkungan (Sadyohutomo 2009).

RTH merupakan lahan atau kawasan yang mengandung unsur dan struktur alami yang dapat menjalankan proses-proses ekologis, seperti pengendali pencemaran udara, ameliorasi iklim, pengendali tata air, dan sebagainya. Unsur alami inilah yang menjadi ciri RTH di wilayah perkotaan, baik unsur alami berupa tumbuh-tumbuhan atau vegetasi, badan air, maupun unsur alami lainnya. Dalam penataan ruang, RTH diartikan sebagai kawasan yang mempunyai unsur dan struktur alami yang harus diintegrasikan dalam rencana tata ruang kota, tata ruang wilayah, dan rencana tata ruang regional sebagai satu kesatuan sistem (Joga dan Ismaun 2011).

Secara fisik, RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami dan RTH non-alami (binaan). RTH non-alami dapat berupa habitat liar non-alami, kawasan lindung, dan taman-taman nasional, sedangkan RTH non-alami berupa taman, hutan kota, lapangan olahraga, tanah pemakaman, dan jalur hijau jalan. Klasifikasi RTH secara fisik dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Joga dan Ismaun (2011)

Gambar 2 Klasifikasi ruang terbuka (open space) Taman

Ruang Terbuka (Open space)

Ruang Terbuka Hijau (Green Open space)

(32)

16

Berdasarkan kepemilikannya, RTH terdiri atas RTH publik dan RTH privat. RTH publik merupakan RTH untuk umum yang dikelola oleh pemerintah, sedangkan RTH privat merupakan RTH yang dimiliki oleh badan swasta atau perorangan.

Kondisi pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun yang semakin tinggi dan perkembangan pembangunan fisik kota yang sangat pesat menyebabkan perencanaan RTH untuk masa yang akan datang baik dari segi kualitas maupun kuantitas menjadi sebuah hal yang sangat penting sehingga keselarasan lingkungan alam dan lingkungan binaan dapat terwujud (Rijal 2008).

2.3 Contingent Valuation Methods (CVM)

Secara umum, teknik valuasi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana WTP terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan keinginan membayar yang terungkap (revealed WTP). Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana WTP diperoleh langsung dari responden yang diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Klasifikasi teknik valuasi non-market dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: Fauzi (2010)

Gambar 3 Klasifikasi valuasi non-market

Contingent Valuation Methods (CVM) sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non-pemanfaatan) sumber daya alam atau sering dikenal dengan nilai keberadaan. Tujuan CVM adalah untuk mengetahui keinginan membayar (WTP) dari masyarakat misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air,

Contingent Valuation

Random Utility Model

Contingent Choice

Hedonic Pricing

Travel Cost

Random Utility Model

Tidak langsung

(Revealed WTP)

Langsung (Survei)

(Expressed WTP)

(33)

17 udara, dan sebagainya) dan untuk mengetahui keinginan menerima (WTA) kerusakan suatu lingkungan. Karena teknik CVM didasarkan pada asumsi mengenai hak kepemilikan (Garrod dan Willis 1999), jika individu yang ditanya tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar (WTP) untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang kita tanya memiliki hak atas sumber daya, pengukuran yang relevan adalah keinginan menerima (WTA) kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumber daya alam yang dia miliki (Fauzi 2010).

Pendekatan CVM dilakukan dengan asumsi bahwa dengan adanya manfaat yang dirasakan responden maka mereka akan mau berkorban atau memiliki nilai WTP dengan jumlah tertentu untuk mempertahankan barang lingkungan yang telah memberikan manfaat bagi mereka. Penggunaan WTP didasarkan karena individu tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam karena taman kota merupakan ruang publik dengan kepemilikan pemerintah (Fauzi 2006).

Menurut Fauzi (2004), CVM diakui sebagai pendekatan yang cukup baik untuk mengukur nilai WTP, namun terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Kelemahan dari pendekatan ini adalah timbulnya bias. Sumber-sumber bias terutama ditimbulkan oleh dua hal yaitu: 1. Bias yang timbul dari strategi yang keliru

Hal ini terjadi apabila ketika wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner kita menyatakan bahwa akan dipungut biaya untuk perbaikan kualitas lingkungan, sehingga timbul kecenderungan responden memberi nilai yang rendah dari yang sebenarnya. Sebaliknya, jika kita menyatakan bahwa wawancara hanya semata-mata hipotesis belaka, maka akan timbul kecenderungan responden untuk memberikan nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya.

2. Bias yang ditimbulkan oleh rancangan penelitian

(34)

18

2.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah penelitian mengenai keberadaan RTH dan analisis WTP masyarakat yang dapat dilihat pada Tabel 5. Penelitian mengenai preferensi masyarakat terhadap barang lingkungan telah cukup banyak dilakukan seperti penelitian yang dilakukan oleh Melati (2013) yang meneliti tentang preferensi masyarakat pengguna terhadap perbaikan lingkungan Bandara Soekarno Hatta. Penelitian terkait RTH juga telah banyak dilakukan seperti yang dilakukan oleh Nugroho (2011) dan Hesti (2005), namun penelitian mengenai preferensi masyarakat terhadap perbaikan kualitas suatu RTH masih sangat terbatas.

Tabel 5 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Kanopi Pohon Perkotaan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Malang dengan menggunakan GIS

Analisis Ekonomi Lingkungan Bandara Soekarno Hatta

Kebutuhan RTH Kota Metro dalam skala kota masih mencukupi namun dari segi kualitas dalam bentuk RTH untuk kenyamanan lingkungan masih kurang. Dari 3.639,09 ha RTH yang ada, 2.749,66 ha perlu untuk dipertahankan

keberadaannya sebagai RTH total Kota Metro, 706,08 ha perlu ditingkatkan kualitasnya, dan 1.417,15 ha merupakan cadangan untuk ruang terbangun.

Peningkatan luas kanopi pepohonan sebesar 10 sampai 30 persen memberikan hasil yang sangat signifikan berupa manfaat ekonomi hingga mencapai 300 persen dari nilai sekarang, serta manfaat ekologis terkait potensi perdagangan karbon sebesar Rp139.000.000.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis WTP dengan

menggunakan CVM, dan analisis regresi linear berganda. Nilai WTP responden terhadap perbaikan lingkungan bandara adalah sebesar Rp13.865,98 per orang per penerbangan. Faktor-faktor yang

(35)

19

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini terdiri atas kerangka pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran teoritis merupakan teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menjawab tujuan penelitian. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri atas Contingent Valuation Methods (CVM), dan regresi linear berganda. Kerangka pemikiran operasional merupakan tahapan alur berpikir dalam melakukan penelitian.

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Contingent Valuation Methods (CVM)

Berdasarkan Pearce et al. dalam Fauzi (2014), analisis CVM melibatkan tiga tahapan utama, yaitu:

1. Identifikasi barang dan jasa yang akan dievaluasi

Tahapan ini merupakan tahapan yang krusial dalam analisis CVM. Pada tahapan ini, peneliti harus terlebih dahulu memiliki konsep yang jelas tentang apa yang akan divaluasi, perubahan kualitas dan kuantitas apa yang menjadi concern kebijakan, serta jenis barang atau jasa non-pasar apa saja yang akan divaluasi oleh peneliti.

2. Kontruksi skenario hipotetik

(36)

20

3. Elisitasi nilai moneter

Metode ini adalah teknik mengekstrak informasi kesanggupan membayar dari responden dengan menanyakan besaran pembayaran melalui format tertentu. Format elisitasi CVM dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Format Elisitasi CVM

No Format Deskripsi/contoh pertanyaan 1

Berapakah jumlah maksimum pembayaran (melalui pajak) yang anda sanggup bayar untuk memperbaiki lingkungan di wilayah X (X misalnya daerah aliran sungai, taman mangrove, kawasan taman lindung, dan sebagainya)

Maukah anda membayar Rp10.000 (melalui pajak) untuk memperbaiki lingkungan di wilayah X?

Jika Ya: Enumerator menaikkan tawaran (misalnya Rp20.000, Rp50.000, dan seterusnya) sampai responden menjawab tidak Jika Tidak: Enumerator menurunkan tawaran sampai responden menjawab “Ya”

Manakah diantara pembayaran dibawah ini yang menggambarkan WTPanda melalui pajak?

a. Rp0

Apakah anda sanggup membayar Rp10.000 untuk perubahan lingkungan?

a. Ya b. Tidak

Apakah anda sanggup membayar Rp10.000 untuk perbaikan lingkungan?

Jika Ya: Apakah anda sanggup membayar Rp20.000 Jika Tidak: Apakah anda sanggup membayar Rp5000 Sumber: Fauzi (2014)

Penentuan WTP dengan metode CVM memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yang perlu diperhatikan. Menurut Hanley dan Spash (1993), kelebihan dari penggunaan metode CVM adalah sebagai berikut:

1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting, yaitu seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan.

(37)

21 3. Dibandingan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya, CVM memiliki

kemampuan untuk mengestimasi nilai non-penggunaan. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung.

4. Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non-pengguna sesuai informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara sehingga memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan non-pengguna secara terpisah.

3.1.2 Model Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda adalah suatu alat analisis untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dependent (tak bebas) Y dengan lebih dari satu variabel independent (bebas) X1, X2, …,Xk (Riduwan 2009). Asumsi

yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda menurut Juanda (2009) adalah:

1. Penetapan spesifikasi model.

2. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan,

bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linear sempurna antara peubah bebas Xk.

3. a) Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var (εi) = σ2 b) Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehingga Cov

(εi, εj) = 0, untuk i ≠ j.

c) Komponen sisaan menyebar normal.

Persamaan model regresi linear berganda secara umum (model populasi) adalah sebagai berikut:

YI = β1X1i + β2X2i + β3X3i + … + βkXki + εi………..(1)

Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari satu sampai N untuk data populasi, atau sampai n untuk data contoh (sample). Xki merupakan pengamatan

ke-i untuk peubah bebas Xk. Koefisien β1 dapat merupakan intersep model regresi

jika semua pengamatan X1i bernilai 1 sehingga model menjadi:

(38)

22

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Peningkatan pemanfaatan lahan perkotaan sebagai kawasan pemukiman, industri dan perdagangan, jalan raya, pusat perbelanjaan, dan tingginya tingkat kebutuhan sarana transportasi perkotaan merupakan akibat dari adanya peningkatan jumlah penduduk. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas lingkungan perkotaan berupa pencemaran udara, kenaikan suhu bumi, banjir, dan masalah lingkungan lainnya. Dengan penurunan kualitas lingkungan yang terjadi, maka dibutuhkan adanya pengelolaan lingkungan hidup perkotaan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Peningkatan kuantitas dan kualitas RTH merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan tersebut.

Hutan Kota Taman Beringin merupakan salah satu RTH Hutan Kota yang terdapat di Kota Medan. Penurunan kualitas lingkungan Kota Medan yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa dibutuhkannya Hutan Kota Taman Beringin dengan kualitas yang memadai untuk menopang kelangsungan hidup perkotaan. Pentingnya peranan dari Hutan Kota Taman Beringin dalam mengatasi masalah lingkungan Kota Medan masih kurang disadari oleh berbagai stakeholder sehingga menimbulkan masalah-masalah lingkungan tersendiri seperti kebersihan yang semakin menurun, perusakan terhadap vegetasi pepohonan, dan perusakan pada fasilitas pendukung di Hutan Kota Taman Beringin.

(39)

23 WTP terhadap upaya perbaikan kualitas Hutan Kota Taman Beringin. Alat analisis yang digunakan pada tahap ini adalah analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi para pemegang kebijakan untuk pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin di masa yang akan datang serta sebagai informasi bagi seluruh pengguna Hutan Kota Taman Beringin agar dapat secara bijak dalam pemanfaatannya. Alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Diagram alur kerangka berpikir Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan

Hutan Kota Taman Beringin

Hutan Kota Taman Beringin sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau Kota Medan

Faktor-faktor yang mempengaruhi Willingness to Pay

pengunjung Penurunan Kualitas Hutan Kota Taman

Beringin Penurunan kualitas lingkungan perkotaan

Perlunya pengelolaan lingkungan hidup perkotaan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau

(40)

24

IV.

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu kawasan RTH hutan kota di Kota Medan yaitu Hutan Kota Taman Beringin. Hutan Kota ini terletak di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia dengan luas 12.219 m2. Hutan kota ini merupakan salah satu RTH publik yakni milik Dinas Pertamanan Kota Medan. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kualitas dari Hutan Kota Taman Beringin ini semakin menurun dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut berperan dalam menjaga keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ini. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2014.

Sumber: googlemaps (2014)

Gambar 5 Lokasi penelitian

4.2 Metode Pemilihan Responden

Pengambilan responden pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling yaitu metode pengambilan contoh dimana semua objek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama

(41)

25 untuk dipilih sebagai responden (Juanda 2007). Teknik penentuan jumlah responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dimana responden pengunjung dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu telah berusia minimal 15 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik, dan telah melakukan kunjungan minimal 2 kali kunjungan. Jumlah responden pengunjung pada penelitian ini adalah sebanyak 55 responden yang ditentukan dengan mengikuti kaidah pengambilan contoh sosial secara statistika yaitu minimal 30 data atau sampel dimana data tersebut mendekati sebaran normal (Walpole 1992).

4.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara secara langsung terhadap pengunjung dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data karakteristik pengunjung, persepsi pengunjung terhadap Hutan Kota Taman Beringin, dan nilai WTP pengunjung. Selain itu wawancara juga dilakukan kepada pihak pengelola yaitu Dinas Pertamanan mengenai pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi terkaitserta pustaka yang relevan dengan penelitian berupa jurnal ilmiah, buku referensi, hasil-hasil penelitian terdahulu, internet, dan lain sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data jumlah penduduk, luas RTH, dan data lain yang dibutuhkan. Data tersebut diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera Utara, BPS Kota Medan, Badan Lingkungan Hidup Kota Medan, Dinas Pertamanan Kota Medan, Kelurahan Madras Hulu, perpustakaan, serta literatur-literatur dari situs internet yang terkait dengan penelitian.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

(42)

26

deskriptif, sedangkan untuk mengestimasi besarnya nilai WTP pengunjung terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin menggunakan metode CVM. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Tabel 7 akan menguraikan keterkaitan antara sumber data dan metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian.

Tabel 7 Matriks metode analisis data

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1 Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin

Wawancara secara langsung dengan pengunjung mengenai persepsi terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin

Analisis deskriptif

2 Mengestimasi nilai WTP pengunjung terhadap

perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin

Wawancara secara langsung dengan pengunjung mengenai nilai yang bersedia mereka bayarkan untuk tetap mempertahankan Hutan Kota Taman Beringin

3 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP pengunjung

Wawancara secara langsung dengan pengunjung

Analisis regresi linear berganda

4.4.1 Identifikasi Persepsi Pengunjung terhadap Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin

(43)

27 Kota Taman Beringin dinilai berdasarkan 4 kategori penilaian dengan 5 indikator kategori. Kategori dan indikator persepsi responden terhadap kondisi lingkungan Hutan Kota Taman Beringin dijelaskan pada Tabel 8.

Tabel 8 Kategori dan indikator persepsi responden terhadap kondisi lingkungan

No Kategori Indikator Keterangan

1

- Tidak ada sampah berserakan - Sangat sedikit sampah - Sedikit sampah

- Terdapat banyak sampah - Sangat banyak sampah

- Vegetasi tumbuhan sangat terawat - Vegetasi tumbuhan terawat - Vegetasi tumbuhan cukup terawat - Vegetasi tumbuhan kurang terawat - Vegetasi tumbuhan tidak terawat

- Fasilitas pendukung seperti toilet, tempat duduk, tempat sampah, tempat parkir, sarana bermain, dan lain-lain sangat lengkap

- Fasilitas pendukung lengkap - Fasilitas pendukung cukup lengkap - Fasilitas pendukung kurang lengkap - Fasilitas pendukung tidak lengkap

- Udara terasa sangat sejuk dan segar - Udara terasa sejuk dan segar - Udara cukup sejuk dan segar - Udara kurang sejuk dan segar - Udara tidak sejuk dan segar

4.4.2 Estimasi Nilai WTP Pengunjung terhadap Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan Hutan Kota Taman Beringin

Pendugaan nilai WTP pengunjung perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar partisipasi masyarakat Kota Medan terhadap upaya mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin. Pendugaan Nilai WTP pengunjung menggunakan metode analisis data berupa CVM. Adapun Tahapan dari metode CVM adalah :

1) Membuat pasar hipotetik (hypotetical market)

(44)

28

pasar hipotetik. Skenario yang dibuat harus jelas sehingga responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan tersebut.

Skenario yang dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan, Hutan Kota Taman Beringin memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Kota Medan dalam jangka panjang. Fungsi tersebut diantaranya adalah sebagai sarana rekreasi, penyedia udara bersih dan segar, menyerap polusi, penyeimbang antara area terbangun dan tidak terbangun, daerah resapan air, kenyamanan dan keindahan kota, dan lain sebagainya. Agar tidak kehilangan manfaat yang diberikannya dalam mengatasi masalah lingkungan, maka dibutuhkan upaya untuk mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin agar tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin akibat pengelolaan yang kurang optimal, dana yang terbatas, budaya dan kebiasaan masyarakat yang tidak menjaga kelesatarian lingkungan, dan lainnya. Apakah bapak/ibu/saudara/i bersedia berpartisipasi dalam bentuk kesediaan membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin melalui biaya kebersihan?”. 2) Mendapatkan penawaran besarnya nilai WTP

Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini adalah dengan survei langsung kepada responden. Survei ini bertujuan untuk memperoleh nilai maksimum WTP dari responden. Responden diberi pertanyaan mengenai kesediaannya untuk berkontribusi yang sanggup dibayarkan. Pertanyaan akan dihentikan sampai nilai sesuai kemampuan yang mereka bayar diperoleh, dimana mendapatkan nilai maksimum WTP atau responden enggan untuk membayar kembali (Fauzi 2006).

3) Menghitung rataan WTP

Dugaan rataan WTP dihitung dengan menggunakan rumus (Hanley dan Spash 1993):

EWTP= (∑WTPXi)/n………....(4)

Keterangan:

EWTP = dugaan rata-rata WTP (Rp) WTPXi = nilai WTP ke-i (Rp)

(45)

29 4) Memperkirakan kurva WTP

Kurva permintaan WTP dibentuk menggunakan frekuensi kumulatif dari individu yang bersedia memilih suatu nilai WTP tertentu. Pendugaan kurva WTP akan dilakukan dengan persamaan sebagai berikut:

WTP= f (LMT, PNDKN, PDPTN, JT, FK, DBRSH, DNDH, DNYMN, DSJK) Keterangan:

LMT = lama tinggal (tahun) PNDKN = tingkat pendidikan (tahun) PDPTN = tingkat pendapatan (Rp/bulan) JT = jumlah tanggungan (orang) FK = frekuensi kunjungan (kali/bulan)

DBRSH = dummy kebersihan taman (1= bersih; 0= tidak bersih) DNDH = dummy keindahan taman (1= indah; 0= tidak indah) DNYMN = dummy kenyamanan(1= nyaman; 0= tidak nyaman) DSJK = dummy kesejukan (1= sejuk; 0= tidak sejuk) 5) Menjumlahkan data

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran dikonversi terhadap populasi yang dimaksud. Maka nilai WTP didapat dengan rumus:

TWTP= EWTP.N………..……….(5) Keterangan:

TWTP = total WTP responden (Rp) EWTP = rataaan WTP (Rp)

N = jumlah populasi (orang)

Jumlah populasi pengunjung mengacu pada penelitian Simangunsong (2008) yaitu sebesar 140 orang per hari atau sebesar 51.100 orang per tahun. 6) Evaluasi penggunaan CVM

(46)

30

4.4.3 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Pengunjung

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung perlu dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi bahan pertimbangan pengunjung dalam memberikan nilai WTP sehingga dapat digunakan untuk penentuan kebijakan pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin. Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda.

Menurut Juanda (2009), analisis regresi linear digunakan untuk mempelajari hubungan atau peramalan antara dua buah variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik. Model regresi berganda merupakan pengembangan dari model regresi linear sederhana dengan asumsi bahwa peubah tak bebas Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah tak bebas X1, X2,…,Xk dan komponen sisaan ε (error).

Terdapat sembilan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel lama tinggal, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, frekuensi kunjungan, dan variabel kualitas lingkungan meliputi dummy kebersihan, dummy keindahan, dummy kenyamanan, dan dummy kesejukan. Fungsi persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1LMT + β2PNDKN + β3PDPTN + β4JT + β5FK + β6DBRSH +

β7DNDH + β8DNYMN + β9DSJK + εi………..………..(6)

Dimana:

WTP = nilai WTP yang ingin dibayarkan (Rp)

β0 = konstanta

β1... β10 = koefisien regresi

LMT = lama tinggal (tahun) PNDKN = tingkat pendidikan (tahun) PDPTN = tingkat pendapatan (Rp/bulan) JT = jumlah tanggungan (orang) FK = frekuensi kunjungan (kali/bulan)

(47)

31 DSJK = dummy kesejukan (1= sejuk; 0= tidak sejuk)

ε = galat atau error

Dari sembilan variabel bebas yang diuji, variabel yang diduga berpengaruh positif terhadap nilai WTP responden adalah variabel lama tinggal, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan, dummy kebersihan, dummy keindahan, dummy kenyamanan, dan dummy kesejukan. Tingginya tingkat pendidikan mencerminkan bahwa responden memiliki pengetahuan mengenai fungsi dan manfaat dari Hutan Kota Taman Beringin sehingga diduga akan cenderung memberikan nilai WTP yang tinggi. Tingginya pendapatan seseorang mencerminkan kemampuan ekonomi seseorang, sehingga semakin tinggi pendapatan seseorang maka diduga akan semakin besar pula nilai WTP yang diberikannya.

Frekuensi kunjungan mencerminkan tingkat kepuasan seseorang terhadap keberadaan suatu tempat atau daerah kunjungan. Semakin sering seseorang mengunjungi suatu tempat atau daerah kunjungan maka diasumsikan bahwa orang tersebut merasa nyaman atau puas dengan kondisi daerah tersebut. Tingginya frekuensi kunjungan seseorang terhadap Hutan Kota Taman Beringin diduga akan memberikan nilai WTP yang lebih tinggi karena orang tersebut diasumsikan akan cenderung mempertahankan tempat tersebut agar dapat kembali dikunjungi. Kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin yang semakin baik akan cenderung menghasilkan nilai WTP yang semakin tinggi. Semakin baik kondisi lingkungan Hutan Kota Taman Beringin akan berdampak pada minat seseorang untuk mengunjungi Hutan Kota Taman Beringin. Dengan kualitas lingkungan yang baik, seseorang akan cenderung ingin mempertahankan kondisi tersebut sehingga akan berpengaruh pada kesediaan seseorang untuk mempertahankannya agar dapat terus dinikmati.

(48)

32

Tabel 9 Indikator pengukuran WTP

No. Variabel Cara Pengukuran

1 Willingness to Pay (WTP)

Dengan menggunakan teknik bidding game

2 Lama Tinggal (LMT) Dibedakan menjadi empat kelas yaitu: a. ≤ 5 tahun

b. 6-15 tahun c. 16-25 tahun d. 26-35 tahun e. ≥ 36 tahun

3 Tingkat Pendidikan (PNDKN)

Dibedakan menjadi empat kelas yaitu: a. Tidak Sekolah

b. SD c. SMP/ Sederajat d. SMA/ Sederajat e. Perguruan Tinggi

4 Tingkat Pendapatan (PDPTN)

Dikelompokkan menjadi enam kategori yaitu : a. ≤Rp1.800.000 b. Rp1.800.0001- Rp2.300.000

c. Rp2.300.001 – Rp2.800.000 d. Rp2.800.001 – Rp3.200.000 e. > Rp3.200.000

5 Jumlah Tanggungan (JT) Dikelompokan menjadi lima kelas yaitu : a. 0–1 orang

b. 2-3 orang c. 4-5 orang

d. > 5 orang

6 Frekuensi Kunjungan (FK)

Dikelompokan menjadi lima kelas yaitu : a. 2-7 kali/bulan

b. 8-13 kali/bulan c. 14-19 kali/bulan d. 20-25 kali/bulan

7 Kebersihan (DBRSH) Kebersihan merupakan variabel dummy. Apakah kondisi HKTB saat ini sudah bersih?

1= Bersih 0= Tidak bersih

8 Keindahan (DNDH) Keindahan merupakan variabel dummy. Apakah kondisi HKTB saat ini sudah indah?

1= Indah 0= Tidak Indah

9 Kenyamanan (DNYMN) Kenyamanan merupakan variabel dummy. Apakah kondisi HKTB saat ini sudah nyaman?

1= Nyaman 0= Tidak Nyaman

10 Kesejukan (DSJK) Kualitas udara merupakan variabel dummy. Apakah kondisi kualitas udara HKTB saat ini sudah sejuk?

(49)

33

4.5 Pengujian Parameter Regresi

1. Uji Keandalan

Uji keandalan dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai koefisien determinasi atau R-square (R2) dari Ordinary Least Square (OLS) WTP. Koefisien determinasi adalah suatu nilai statistik yang dapat mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat dari suatu persamaan regresi (Firdaus 2004). Berdasarkan Hanley and Spash (1993) untuk penelitian yang berkaitan dengan benda lingkungan dapat mentolerir nilai R-square (R2) hingga 15 persen.

2. Uji Multikolinearitas

Salah satu asumsi dasar dari model regresi berganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, dapat dikatakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicolinearity). Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah atau kombinasi peubah bebas berkorelasi tinggi antara peubah yang satu dengan yang lainnya (Juanda 2009). Uji multikolinearitas dapat diketahui dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF < 10 maka terbebas dari masalah multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (ε) sama atau homogen, asumsi ini disebut homokedastisitas. Pelanggaran terhadap asumsi homokedastisitas adalah heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat plot grafik hubungan antara residual dengan fitsnya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat masalah heteroskedastisitas atau ragam sisaan sama.

4. Uji Normalitas

(50)

34

diperlukan uji lebih lanjut untuk membuktikan bahwa data telah mendekati sebaran normal. Salah satu uji yang dapat dilakukan adalah uji Kolmogorov- SmirnovTest. Apabila nilai signifikan lebih besar dari taraf nyata 10 persen maka data yang diuji menyebar normal.

5. Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa tidak ada autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan (εt). Uji yang digunakan untuk

(51)

35

V.

GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan data Kelurahan Madras Hulu (2013), Hutan Kota Taman Beringin merupakan salah satu RTH Hutan Kota yang terdapat di Kecamatan Medan Polonia Kota Medan yang dibangun sejak tahun 1971 oleh Gubernur Sumatera Utara (Marah Halim). RTH yang terletak di Jalan Teuku Cik Di Tiro ini termasuk dalam Kelurahan Madras Hulu dengan luas kawasan RTH ± 12.219 m2. Batas wilayah kawasan Hutan Kota Taman Beringin adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kantor lurah Madras Hulu

Sebelah Timur : Kawasan perumahan elite Sebelah Barat : Sungai Babura

Sebelah Selatan : Rumah dinas Gubernur Sumatera Utara

Hutan Kota Taman Beringin ini berada tepat di depan rumah dinas Gubernur Sumatera Utara. Hutan Kota Taman Beringin ini terletak di pinggir jalan Sudirman dan Jalan Teuku Cik Di Tiro sehingga sering menimbulkan kekeliruan bagi masyarakat dengan menyebut Hutan Kota Taman Beringin sebagai Taman Sudirman. Letak pintu masuk taman yang berada di Jalan Teuku Cik Di Tiro menandakan bahwa secara administratif Hutan Kota Taman Beringin terletak di Jalan Teuku Cik Di Tiro. Dengan letak yang sangat strategis yaitu berada di pinggir jalan utama tengah kota menjadikan taman ini sering dilalui oleh kendaraan bermotor baik pada pagi maupun siang hari. Hal ini juga menjadikan Hutan Kota Taman Beringin sangat mudah untuk dijangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

(52)

36

Hutan Kota ini adalah keluarga, kalangan muda, bahkan anak-anak yang sedang mengadakan study-tour lingkungan.

Hutan Kota Taman Beringin didominasi oleh vegetasi tanaman langka diantaranya adalah tanaman tanjung (Mimosops elengi), bungur (Lagerstroemia speciosa), sukun (Artocarpus communis), nangka (Artocarpus heterophyllus), srikaya (Annona squamosa), beringin (Ficus benjamina), bacang (Magnifera foetida), kelapa hibrida, kelapa pisang, dan sebagainya. Variasi tanaman di Hutan Kota Taman Beringin ini merupakan nilai tambah tersendiri bagi Hutan Kota Taman Beringin dibandingkan RTH lainnya karena dapat menambah pengetahuan pengunjung terhadap jenis tanaman-tanaman langka. Selain variasi tanaman langka, Hutan Kota Taman Beringin juga dihuni oleh sekelompok burung merpati dan kupu-kupu yang semakin melengkapi fungsinya sebagai Hutan Kota.

Fasilitas-fasilitas pendukung yang terdapat di Hutan Kota Taman Beringin diantaranya adalah kolam air mancur, sarana bermain anak, toilet, tempat duduk, tempat sampah, dan sebagainya. Kondisi lahan parkir yang berada di dalam taman sangat disayangkan karena semakin mempersempit ruang gerak pengunjung di sekitar taman. Selain itu, lahan parkir yang tersedia masih terbatas untuk kendaraan roda dua saja, sedangkan untuk kendaraan roda empat tidak tersedia.

5.2 Pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu key person yaitu pengawas Hutan Kota Taman Beringin (2014), tujuan awal dibangunnya Hutan Kota Taman Beringin ini adalah sebagai paru-paru Kota Medan atau untuk perbaikan kualitas udara Kota Medan dan sebagai wadah interaksi masyarakat kota Medan yang bersturuktur alam. Dinas Pertamanan Kota Medan berharap dengan dibangunnya Hutan Kota Taman Beringin maka kualitas lingkungan Kota Medan yang semakin menunjukkan penurunan dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik dapat dinetralisir sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat Kota Medan.

(53)

37 Pertamanan Kota Medan. Pihak pengelola juga bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota Medan dalam proses pembuangan sampah. Terdapat satu orang pengawas dan sepuluh orang petugas taman yang bertugas dalam menjaga dan merawat kebersihan dan keindahan Hutan Kota Taman Beringin. Petugas taman yang dipekerjakan oleh Dinas Pertamanan Kota Medan ini terdiri dari petugas kebersihan taman, petugas kebersihan kolam, dan petugas penyiraman taman yang bekerja rutin setiap hari kecuali hari libur mulai pukul 08.00 hingga15.00 WIB. Pembagian kerja terdiri atas dua shift yaitu shift pagi dan shift sore.

Kegiatan pemeliharan taman terdiri atas penyapuan taman, pembuangan sampah, pengurasan kolam air mancur, penyiraman taman, pemangkasan tanaman, penambahan bibit tanaman, pemupukan, penyemprotan hama dan pengecatan dinding taman. Kondisi keamanan di Hutan Kota Taman Beringin masih sangat kurang terlihat dari masih banyaknya kasus pencurian lampu-lampu taman dan perusakan pagar-pagar pembatas di sekitar Hutan Kota Taman Beringin. Hal ini didukung dengan tidak terdapatnya petugas keamanan (security) di dalam taman sedangkan fasilitas taman dapat dipergunakan tanpa batas waktu.

5.3 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah 55 orang responden yang merupakan pengunjung Hutan kota Taman Beringin saat penelitian ini dilakukan. Karakteristik umum pengunjung Hutan Kota Taman Beringin dapat terwakili oleh karakteristik pengunjung yang menjadi responden pada penelitian ini. Karakteristik tersebut meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, waktu kunjungan dan frekuensi kunjungan,.

5.3.1 Jenis Kelamin Responden

(54)

38

Gambar 6 Jenis kelamin responden

5.3.2 Umur

Responden dengan umur 18 hingga 24 tahun merupakan responden yang paling banyak ditemui pada penelitian ini yaitu dengan persentase sebesar 42 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung Hutan Kota Taman Beringin sebagian besar adalah kalangan muda. Responden dengan umur 25 hingga 31 tahun merupakan responden terbanyak kedua yang ditemui yaitu dengan persentase sebesar 18 persen. Responden dengan umur 32 hingga 38 tahun yang ditemui memiliki persentase sebesar 13 persen sedangkan responden dengan umur lebih dari 45 tahun memiliki persentase sebesar 16 persen. Responden dengan jumlah terkecil dimiliki oleh responden dengan umur 39 hingga 45 tahun yaitu hanya sebesar 11 persen.

Gambar 7 Umur responden

5.3.3 Pendidikan

(55)

39 (SMA) dan sederajat dengan lama menempuh pendidikan adalah 12 tahun dan responden dengan latar belakang lulusan perguruan tinggi. Responden dengan latar belakang perguruan tinggi yang ditemui pada penelitian ini terdiri dari lulusan Diploma dan lulusan Sarjana.

Responden dengan latar belakang pendidikan lulusan SMA dan sederajat merupakan responden dengan latar belakang pendidikan yang paling banyak ditemui yaitu dengan persentase sebesar 58 persen. Responden dengan latar belakang pendidikan lulusan diploma memiliki persentase sebesar 18 persen dimana dalam penelitian ini merupakan responden yang paling jarang ditemui, sedangkan responden dengan latar belakang pendidikan lulusan sarjana adalah sebesar 24 persen. Responden dengan latar belakang pendidikan di bawah SMA atau tidak bersekolah tidak ditemui dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik yaitu sebagian besar responden merupakan lulusan SMA dan sederajat.

Gambar 8 Tingkat pendidikan responden

5.3.4 Pekerjaan

Gambar

Tabel 4  Emisi CO 2  yang dikeluarkan Kota Medan tahun 2012-2050
Gambar 1  Keberadaan CBD Polonia
Gambar 2  Klasifikasi ruang terbuka (open space) Taman rekreasi (Recrea-tional Areas) Urban  Develop-ment Open Space  Taman Kota (Urban Park Areas) Habitat liar alami (Wilder-ness Areas) Kawasan lindung (Protected Areas) Taman Nasional (Natural Park Areas)
Tabel 5  Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Informan Ada, jika kepentingan keluarga berbenturan dengan kuliah Peneliti Bagaimana cara anda membagi waktu antara kewajiban kuliah. dan

Industri batik Sembung mampu memproduksi rata-rata 100 lembar kain batik per harinya, dengan banyaknya produksi yang dilakukan menghasilkan limbah cair yang

Tapi ada beberapa kemajuan dalam perubahan sikap dan sosialnya”7 Melihat fenomena yang ada di lapangan bahwa di dalam pendidikan inklusi terdapat beberapa siswa anak berkebutuhan

Dalam rangka privatisasi yang ditargetkan dalam tahun 2002 dapat berhasil lebih baik, penulis merekomendasikan beberapa hal, pertama untuk menarik investor agar bersedia

Akan tetapi, yang menjadi persoalan dalam ritual setiap tarekat yang ada adalah bahwa hampir mayoritas ritual tarekat mencitrakan Tuhan dalam bentuk atau citra laki-laki dan

Pada penelitian ini, yield biodiesel hasil reaksi esterifikasi minyak mikroalga dengan katalis sintesis dari abu vulkanik yang telah diaktivasi dengan H 2 SO 4 2M adalah

[r]

Penulis memilih tempat di perumahan Pondok Tjandra Indah karena menurut pra survey yang dilakukan oleh penulis, di sana banyak generasi tua etnis Tionghoa dan juga sebagian