ANDI HARTADI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2015
PENGARUH KOMBINASI KOTORAN SAPI, PUPUK DAUN
SILIKA, DAN PESTISIDA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI JAGUNG (
Zea mays
) SERTA SIFAT
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kombinasi Kotoran Sapi, Pupuk Daun Silika, dan Pestisida terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays) serta Sifat Kimia Latosol, Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
ANDI HARTADI. Pengaruh Kombinasi Kotoran Sapi, Pupuk Daun Silika, dan Pestisida terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays) serta Sifat Kimia Latosol, Dramaga. Dibimbing oleh LILIK TRI INDRIYATI dan BUDI NUGROHO.
Jagung merupakan salah satu komoditi pertanian dengan kandungan karbohidrat yang tidak jauh berbeda dengan beras. Penambahan pupuk daun silika mampu mencegah cekaman air, serangan hama, dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi kotoran sapi, pupuk NPK, pupuk daun silika dan pestisida terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays) serta sifat kimia Latosol, Dramaga. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Kombinasi perlakuan terdiri dari T0 (Kontrol), T1 (NPK), T2 (NPK + Pupuk Daun Silika), T3 (NPK + Pestisida), T4 (NPK + Pupuk Daun Silika + ½ Pestisida), T5 (Kotoran Sapi + ½ NPK), T6 (Kotoran Sapi + ½ NPK + Pupuk Daun Silika), T7 (Kotoran Sapi + ½ NPK + Pestisida), dan T8 (Kotoran Sapi + ½ NPK + Pupuk Daun Silika + ½ Pestisida). Secara umum, kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5-T8) lebih tinggi dalam meningkatkan pertumbuhan, serapan hara, dan produksi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan NPK (T1-T4). Analisis statistik pengaruh kombinasi perlakuan pupuk NPK, kotoran sapi, pupuk daun silika, dan pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap N total, P tersedia, dan Si tersedia tanah. Kalium yang dapat dipertukarkan dalam tanah kombinasi perlakuan NPK (T1-T4) cenderung lebih tinggi dibandingkan kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5-T8). Kadar C-organik tanah kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5-T8) lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan NPK (T1- T4).
ABSTRACT
ANDI HARTADI. Effect of Cow-dung Manure, Foliar Silica Fertilizer, and Pesticides on the Growth and Production of Maize (Zea mays) and Soil Chemical Properties of Latosol, Dramaga. Under Supervised by LILIK TRI INDRIYATI and BUDI NUGROHO.
Maize is one of the agricultural crops that has similiar carbohydrate content with rice. The addition of foliar silica fertilizer is potential to prevent soil and water stress, pest attack, and to increase disease resistence as well as the growth and production of maize. This study was aimed to determine the effect of cow-dung manure, NPK fertilizer, foliar silica fertilizer and pesticides combinations on maize (Zea mays) growth and production and also on soil chemical properties of Latosol, Dramaga. The research was designed with randomized block design (RBD) with nine treatments and three replications. Treatment combinations was consisted of T0 (control), T1 (NPK), T2 (NPK + Foliar silica fertilizer), T3 (NPK + Pesticides), T4 (NPK + Foliar silica fertilizer + ½ Pesticides), T5 (Cow-dung manure + ½ NPK), T6 (Cow-dung manure + NPK + ½ Foliar silica fertilizer), T7 (Cow-dung manure + ½ NPK + pesticides), and T8 (Cow-dung manure + ½ NPK + Foliar silica fertilizers + ½ Pesticides). The results showed that generally cow-dung manure + ½ NPK (T5-T8) treatments indicated higher effect in promoting growth, nutrients uptake and corn cob production compared to treatments of NPK (T1-T4). The combination of NPK fertilizer, cow-dung manure, foliar silica fertilizer and pesticides did not show significant effect statistically on soil total N, available P, and available Si. The exchangable potassium of soil tended to be higher in NPK combination (T1-T4) than cow-dung manure + ½ NPK combination (T5-T8). However, soil C-organic content in cow-dung manure + ½ NPK combination (T5-T8) was higher than that in the NPK combination (T1-T4).
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2015
ANDI HARTADI
PENGARUH KOMBINASI KOTORAN SAPI, PUPUK DAUN
SILIKA, DAN PESTISIDA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI JAGUNG (
Zea mays
) SERTA SIFAT
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang diberi judul Pengaruh Kombinasi Kotoran Sapi, Pupuk Daun Silika, dan Pestisida terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays) serta Sifat Kimia Latosol, Dramaga yang merupakan salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Keluarga tercinta Ayah (Alm), mamah, serta adik-adikku atas doa, motivasi, dan kasih sayangnya yang memiliki arti penting dalam kehidupan penulis.
2. Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran selama masa perkuliahan, pelaksanaan penelitian dan saat penyusunan skripsi ini.
3. Dr Ir Budi Nugroho, MSi. sebagai Dosen Pembimbing II atas saran dan bimbingan dalam penulisan skripsi.
4. Dr Ir Darmawan, MSc. sebagai Dosen penguji atas koreksi, saran, dan nasihat untuk kesempurnaan penulisan skripsi.
5. Septiana Maulinda atas doa, dukungan dan pengertiaanya kepada penulis.
6. Seluruh staf Cikabayan dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah atas bantuannya dalam melaksanakan penelitian.
7. Teman seperjuangan (Rizky, Yoga, Lohot, Budi, Anam, Nanda, Sudi, Wira, Ari) atas bantuannya selama penelitian.
8. Saudara Ilmu Tanah 47 atas segala pengalaman yang telah diberikan. 9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membacanya.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
BAHAN DAN METODE 2
Tempat dan Waktu Penelitian 2
Bahan dan Alat Penelitian 2
Metode Penelitian 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Karakteristik Latosol Dramaga 5
Karakteristik Kotoran Sapi 5
Pertumbuhan Tanaman Jagung 6
Produksi Tanaman Jagung 8
Serapan Hara Tanaman Jagung 9
Sifat Kimia Tanah Setelah Percobaan 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 13
DAFTAR TABEL
1. Rancangan Perlakuan yang dicobakan 3
2. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Dramaga sebelum Percobaan 5
3. Hasil Analisis Kotoran Sapi 6
4. Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Tinggi Tanaman Jagung 6 5. Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar Batang Jagung 7 6. Kombinasi Perlakuan terhadap Bobot Tongkol dengan Kelobot dan
Bobot Tongkol tanpa Kelobot 8
7. Kombinasi Perlakuan terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung 10
8. Kombinasi Perlakuan terhadap Sifat Kimia Tanah 10
DAFTAR GAMBAR
1. Grafik Curah Hujan dan Suhu Rata-Rata Bulan Januari-Mei 2014 9
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kriteria Penilaian Status Sifat KimiaTanah (Balittan, 2005) 13 2. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi 4
MST 13
3. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi 6
MST 13
4. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi 8
MST 14
5. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi
10 MST 14
6. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar
Batang Jagung 4 MST 14
7. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar
Batang Jagung 6 MST 14
8. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar
Batang Jagung 8 MST 15
9. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar
Batang Jagung 10 MST 15
10. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Bobot Kering
Tanaman 15
11. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Bobot Tongkol
dengan Kelobot 15
12. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Bobot Tongkol
tanpa Kelobot 16
13. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan N
14. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan P
Tanaman 16
15. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan K
Tanaman 16
16. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan Si
Tanaman 17
17. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap pH Tanah 17 18. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap N Total Tanah 17 19. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap C-Organik
Tanah 17
20. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap K-dd Tanah 17 21. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap KTK Tanah 18 22. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap P Tersedia
Tanah 18
23. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Si Tersedia
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditi pertanian yang mengandung karbohidrat. Kandungan karbohidrat dalam jagung, tidak jauh berbeda dengan kandungan karbohidrat dalam beras. Berdasarkan penelitian Ekafitri (2009), jagung memiliki kandungan karbohidrat 80.98-84.25 % sedangkan padi memiliki kandungan karbohidrat berkisar 91.09-92.29 % (Akhyar 2009). Karena kandungan karbohidrat yang tidak jauh berbeda dengan beras, membuat jagung dapat dijadikan sumber pangan alternatif. Jagung selain dijadikan sumber pangan alternatif di manfaatkan juga untuk berbagai kepentingan seperti bahan pakan ternak dan industri pangan.
Berdasarkan data BPS tahun 2013 produksi jagung Indonesia mencapai 18.51 juta ton atau 93.34 % dari target 19.83 juta ton. Pada tahun 2014 Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung mencapai 20.82 juta ton (KEMENTAN 2013). Untuk memenuhi target tersebut, perlu adanya upaya untuk meningkatkan produksi jagung.
Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor diantaranya perluasan lahan dan peningkatan produktivitas. Dengan semakin bertambahnya populasi manusia sulit untuk di lakukan perluasan areal tanam, oleh karena itu peningkatan produktivitas lahan terutama perbaikan sifat kimia tanah merupakan alternatif utama dalam meningkatkan produksi jagung. Curah hujan yang tinggi dan suhu udara tinggi sepanjang tahun merupakan akar masalah rendahnya produktivitas jagung di Indonesia. Curah hujan dan suhu yang tinggi menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pembentukkan tanah berjalan cepat, akibatnya kandungan unsur hara dalam tanah menjadi rendah akibat pencucian (Hardjowigeno 2007). Untuk itu, diperlukan perbaikan sifat kimia tanah untuk mengembalikan produktivitasnya akibat proses pelapukan dan pencucian tersebut. Salah satu jenis tanah dengan sebaran yang luas dan perlu dilakukan perbaikan sifat kimia tanah adalah latosol.
Menurut Soepardi (1983), Latosol mempunyai sifat kimia kurang baik dengan kadar bahan organik rendah, kemasaman tanah tinggi, kapasitas tukar kation dan kandungan basa-basa yang rendah. Pemberian pupuk anorganik sebagian besar hanya mengembalikan hara makro ke dalam tanah. Selain itu apabila pupuk anorganik diberikan dengan dosis berlebih dan dilakukan secara terus menerus akan menurunkan produktivitas tanah. Untuk meningkatkan produktivitas tanah, saat ini banyak dilakukan pemberian kombinasi pupuk anorganik dan pupuk organik ke dalam tanah.
2
energi bagi mikroorganisme tanah yang berperan penting dalam proses dekomposisi.
Dalam penelitian ini digunakan pupuk daun yang mengandung silika sebagai perlakuan. Silika merupakan unsur yang bermanfaat bagi tanaman karena dapat melindungi tanaman dari cekaman biotik dan abiotik (Ma 2004; Mitani dan Ma 2005; Ma dan Yamaji 2006). Manfaat lain dari silika adalah dapat miningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri seperti blast, hawar, bercak daun, karat dan embun tepung (Fauteux et al. 2005). Silika juga menekan hama serangga seperti penggerek batang dan wereng coklat (Ma dan Yamaji 2008). Mekanisme silika meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama adalah silika dapat menjadi penghalang fisik. Silika diendapkan dibawah kutikula untuk membentuk lapisan ganda kutikula-Si (Ma dan Yamaji 2006). Pengendapan silika menyebabkan sel epidermis daun menjadi tebal dan keras sehingga daun tanaman sulit ditembus oleh hama misalnya ulat. Pestisida digunakan sebagai pembanding pemberian pupuk daun silika terhadap efektifitas ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Selain ketahanan terhadap serangan hama, penebalan sel epidermis karena pemberian silika dapat juga menyebabkan daun tumbuh lebih tegak dan bisa merentang dengan baik. Menurut Roesmarkam dan Yuwono (2002), produksi tanaman akan meningkat dengan menguatnya batang dan akar serta lebih efektifnya fotosintesis karena posisi daun menjadi tegak sehingga daun dapat menyerap cahaya matahari lebih banyak.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi kotoran sapi, pupuk NPK, pupuk daun silika dan pestisida terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays) serta sifat kimia Latosol, Dramaga.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Percobaan ini dilaksanakan di kebun percobaan University Farm Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisis kimia tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan ini dilaksanakan sejak bulan Februari hingga bulan Agustus 2014.
Bahan dan Alat Penelitian
3
seperti oven, pipet, erlenmeyer, labu ukur, kertas saring, labu kjeldahl, spectrophotometer,atomic absorption spectrophotometer (AAS).
Metode Penelitian
Rancangan Perlakuan
Percobaan terdiri dari 9 perlakuan, yaitu : T0 (Kontrol), T1 (NPK), T2 (NPK + Pupuk Daun Silika), T3 (NPK + Pestisida), T4 (NPK + Pupuk Daun Silika + ½ Pestisida), T5 (Kotoran Sapi + ½ NPK), T6 (Kotoran Sapi + ½ NPK + Pupuk Daun Silika), T7 (Kotoran Sapi + ½ NPK + Pestisida), dan T8 (Kotoran Sapi + ½ NPK + Pupuk Daun Silika + ½ Pestisida). Seluruh perlakuan yang diuji diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Rancangan perlakuan yang dicobakan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rancangan Perlakuan yang dicobakan
Perlakuan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK). Model persamaan matematikanya adalah sebagai berikut :
Yij = μ + Ti + Pj + Eij ; (i: 1, 2,3; j: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)
Data hasil percobaan selanjutnya akan dianalisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati. Perlakuan yang memberi pengaruh nyata akan dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5 % menggunakan program (SAS 9.1).
Persiapan Lahan
4
dasar sebanyak 2.5 ton/ha. Pada petak perlakuan kotoran sapi, kotoran sapi dibenamkan sepanjang baris tanam sebanyak 25 ton/ha. Selanjutnya tanah diinkubasi selama dua minggu sebelum dilakukan penanaman.
Penanaman
Tanaman jagung yang digunakan adalah varietas Pertiwi III yang ditanam dengan cara ditugal. Setiap lubang ditanami dua benih, dengan jarak tanam 70 cm x 30 cm.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan membuat dua lubang diantara lubang benih. Lubang pertama untuk pemupukan SP-36 dan lubang kedua untuk pemupukan Urea dan KCl. Pemupukan Urea dan KCl dilakukan sebanyak tiga kali, sedangkan pemupukan SP-36 dilakukan hanya pada saat tanam. Pemupukan pertama dilakukan pada saat awal penanaman, pemupukan kedua di lakukan saat umur 25 HST, dan pemupukan ketiga dilakukan saat umur 40 HST. Penyemprotan pupuk daun silikat dan pestisida di lakukan sebanyak tiga kali yaitu pada saat umur 25 HST, 45 HST, dan 65 HST.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman yang dilakukan pada umur 7 hari, penjarangan pada umur 12-14 hari untuk disisakan satu tanaman per lubang, dan penyiangan dari gulma.
Pengamatan
Variabel yang diamati dalam percobaan ini adalah pertumbuhan vegetatif dan produksi. Pertumbuhan vegetatif yang diamati meliputi tinggi tanaman dan lingkar batang tanaman pada umur 4, 6, 8, dan 10 MST. Pengukuran tinggi dan lingkar batang tanaman dilakukan dengan memilih secara acak 10 contoh tanaman dari setiap petak perlakuan. Pada saat tanaman akan memasuki masa pertumbuhan generatif dilakukan pengambilan contoh daun untuk analisis kadar hara tanaman (N, P, dan K). Variabel produksi yang diamati adalah bobot tongkol dengan kelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot.
Pemanenan
Panen dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 12 MST. Tongkol jagung ditimbang dengan kelobot dan tanpa kelobot. Contoh tanaman ditimbang untuk menghitung bobot kering tanaman dan daunnya digunakan untuk analisis silika di laboratorium. Setelah panen, contoh tanah komposit diambil pada setiap petak untuk analisis tanah.
Analisis Laboratorium
5
kadar Nitrogen (%), Fosfor (%), dan Kalium (%) yang menggunakan metode pengabuan basah dengan larutan H2SO4 dan H2O2. Sebelum dilakukan analisis, contoh daun dioven pada suhu 65 0C selama tiga hari kemudian digiling sampai halus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Latosol Dramaga
Sifat fisik dan kimia Latosol Dramaga yang digunakan sebelum percobaan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut Balai Penelitian Tanah (2005), Latosol Dramaga yang digunakan termasuk tanah yang masam dengan kadar N-total, C-organik, dan KTK sedang, kadar basa-basa rendah dan kadar P tersedia sangat rendah. Hancuran iklim yang intensif mengakibatkan kurang baiknya sifat kimia dari Latosol dalam memberi dukungan terhadap pertumbuhan tanaman (Soepardi 1983).
Tabel 2 Sifat Kimia dan Fisik Latosol Dramaga sebelum Percobaan
Sifat Tanah Nilai Kelas
pH (H2O) 1:1 5.27 Masam
C-Organik (%) 2.15 Sedang
N-total (%) 0.23 Sedang
P Bray-1 (ppm) 6.46 Rendah
Ca-dd (me/100g) 4.74 Rendah
Mg-dd (me/100g) 0.65 Rendah
K-dd (me/100g) 0.15 Rendah
Na-dd (me/100g) 0.24 Rendah
KTK (me/100g) 18.61 Sedang
KB (%) 31.07 Rendah
Si tersedia (ppm) 80.32
Pasir (%) 10.16
Debu (%) 16.11 Klei
Klei (%) 73.73
Keterangan: Kelas didasarkan pada Kriteria Penilaian Status Sifat Kimia Tanah (Balai
Penelitian Tanah 2005).
Soepardi (1983) menyatakan bahwa, reaksi tanah masam hingga agak masam dan kadar hara rendah sampai sedang mempunyai respon yang baik terhadap pengapuran dan pemupukan. Oleh karen itu, pada percobaan ini dilakukan pemberian kapur dan pupuk (organik dan anorganik) untuk mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Berdasarkan sifat kimia tanah pada Tabel 2, status kesuburan di lahan percobaan tergolong sangat rendah.
Karakteristik Kotoran Sapi
6
kimia, dan biologi tanah. Setiap jenis hewan menghasilkan pupuk kandang dengan sifat yang berbeda pula. Menurut Hardjowigeno (2007), Kandungan hara dalam pupuk kandang tergantung dari jenis makanan yang diberikan. Selain jenis makanan jenis tanaman dan umur tanaman juga mempengaruhi unsur hara yang terkandung. Hasil analisis kotoran sapi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Analisis Kotoran Sapi
Kadar Nilai
Kadar air (%) 227
C-organik (%) 41.44
N-total (%) 1.47
C/N 28.19
P Tersedia(%) 0.16
K (%) 0.30
Na (%) 0.21
Ca (%) 0.43
Mg (%) 0.12
Si total (% SiO2) 2.35 Pertumbuhan Tanaman Jagung
Tinggi dan lingkar batang jagung adalah dua variabel pertumbuhan tanaman yang paling mudah dilihat. Sebagai pengukur peubah pertumbuhan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu (Robiatul 2004). Hasil uji Duncan kombinasi kotoran sapi, pupuk NPK, pupuk daun silika, dan pestisida terhadap tinggi dan lingkar batang jagung pada umur 4, 6, 8, dan 10 MST masing-masing disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4 Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Tinggi Tanaman Jagung
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
4 MST 6 MST 8 MST 10 MST
T0 38.56 e 64.13 d 78.33 e 101.75 d T1 58.07 cd 92.07 cd 114.52 cd 131.87 bcd T2 62.03 bc 101.93 bc 130.12 bc 152.53 b T3 45.36 de 67.94 d 84.59 de 105.37 cd T4 55.34 cd 91.75 cd 119.32 c 139.32 bc T5 78.48 ab 144.40 a 181.83 a 189.15 a T6 68.37 abc 124.60 ab 154.62 ab 164.40 ab T7 81.66 a 146.53 a 186.65 a 195.32 a T8 76.80 ab 139.42 a 182.13 a 190.57 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
7
hasil sidik ragam (Lampiran 6, 7, 8, dam 9) menunjukkan kombinasi kotoran sapi, NPK, pupuk daun silika, dan pestisida berpengaruh nyata terhadap rataan lingkar batang jagung. Tinggi tanaman saat umur 6 MST mengalami peningkatan hampir dua kali tinggi tanaman pada saat 4 MST. Secara umum, perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5-T8) menunjukan peningkatan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan NPK (T1-T4). Hal tersebut terjadi pada saat pertumbuhan tinggi 4, 6, 8, dan 10 MST.
Tabel 5 Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar Batang Jagung Perlakuan Lingkar Batang Jagung (cm)
4 MST 6 MST 8 MST 10 MST
T0 1.64 d 3.02 d 3.37 c 3.76 c T1 2.68 bc 3.98 bc 4.22 bc 4.56 bc T2 2.86 bc 4.52 b 4.81 b 5.20 b T3 2.16 cd 3.20 cd 3.56 c 3.81 c T4 2.54 bc 4.30 b 4.60 b 4.94 b T5 3.90 a 6.02 a 6.44 a 6.69 a T6 3.29 ab 5.76 a 6.01 a 6.18 a T7 4.15 a 6.08 a 6.44 a 6.75 a T8 3.82 a 5.92 a 6.20 a 6.50 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Peningkatan pertumbuhan lingkar batang jagung memiliki pola yang sama seperti pertumbuhan tinggi tanaman. Peningkatan lingkar batang jagung pada kombinasi kotoran sapi + ½ NPK (T5, T6, T7, dan T8) lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan NPK (T1, T2, T3, dan T4). Seluruh perlakuan cenderung memiliki lingkar batang jagung lebih besar dibandingkan kontrol (T0). Pada saat umur 10 MST, perlakuan T5 memiliki lingkar batang jagung lebih besar dibandingkan T1 dengan selisih 2.13 cm. Perlakuan T6 memiliki lingkar batang jagung lebih besar dibandingkan T2 dengan selisih 0.98 cm. Perlakuan T7 memiliki lingkar batang jagung lebih besar dibandingkan T3 dengan selisih 2.94 cm. Lingkar batang jagung perlakuan T8 lebih besar dibandingkan perlakuan T4 dengan selisih 1.56 cm.
8
Produksi Tanaman Jagung
Komponen produksi yang digunakan sebagai variabel adalah bobot kering tanaman, bobot tongkol dengan kelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot. Hasil sidik ragam (Lampiran 10, 11, dan 12) menunjukkan bahwa kombinasi kotoran sapi, NPK, pupuk daun silika, dan pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi jagung baik dengan kelobot maupun tanpa kelobot dan bobot kering tanaman setelah panen. Hasil uji Duncan dari kombinasi perlakuan kotoran sapi, pupuk NPK, pupuk daun silika, dan pestisida disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Kombinasi Perlakuan terhadap Bobot Tongkol dengan Kelobot dan Bobot Tongkol tanpa Kelobot
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Bobot kering tanaman pada perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5, T6, T7, da T8) lebih besar dibandingkan dengan perlakuan NPK ( T1, T2, T3, danT4). Jika membandingkan produksi bobot tongkol dengan kelobot antara perlakuan T1 dengan T5, T2 dengan T6, T3 dengan T7, dan T4 dengan T8 maka perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5-T8) memiliki produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan NPK (T1-T4). Produksi bobot tongkol jagung tanpa kelobot memiliki pola serupa dengan produksi bobot tongkol dengan kelobot. Selisih produksi dari perbandingan perlakuan T1 dengan T5, T2 dengan T6, T3 dengan T7, dan T4 dengan T8 adalah 3.5 kg/petak, 1.7 kg/petak, 6.4 kg/petak, dan 3.8 kg/petak.
9
tumbuhan dan menurukan tekanan turgor sehingga stomata tumbuhan tertutup akibatnya pupuk daun tidak dapat diserap dengan baik.
Kotoran sapi secara umum dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Kotoran sapi memperbaiki struktur dan agregat tanah, sehingga perkembangan akar dan penyerapan hara menjadi lebih baik. Selain itu kotoran sapi dapat miningkatkan KTK tanah sehingga mampu mengikat hara dan menyediakan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman. Menurut Djuniwati et al. (2003), pemberian bahan organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan kadar dan serapan hara N, P, dan K tanaman sehingga meningkatkan produksi tanaman jagung.
Menurut Purwono dan Hartono (2008), pada lahan yang tidak beririgasi pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa pertumbuhan dan suhu antara 27-32 oC. Kondisi curah hujan dan suhu pada saat penelitian disajikan pada Gambar 1. Tingginya curah hujan yang terjadi serta rendahnya suhu selama masa penanaman menyebabkan timbulnya penyakit seperti jamur.
Gambar 1 Grafik Curah Hujan dan Suhu Rata-Rata Bulan Januari-Mei 2014 Serapan Hara Tanaman Jagung
Hasil sidik ragam (Lampiran 13, 14, 15, dan 16 ) menunjukkan kombinasi perlakuan pupuk NPK, kotoran sapi, pupuk daun silika, dan pestisida berpengaruh nyata terhadap serapan Nitrogen, Phospor, Kalium, dan Silika pada tanaman jagung. Hasil uji Duncan ditampilkan pada Tabel 7.
10
kombinasi kotoran sapi + ½ NPK rata serapan P lebih tinggi 228 % dari rata-rata serapan P pada kombinasi perlakuan NPK, sementara serapan K perlakuan kotoran sapi + ½ NPK lebih tinggi 322 % dibandingkan perlakuan NPK, dan serapan Si pada perlakuan kotoran sapi + ½ NPK lebih tinggi 88 % dari perlakuan NPK. Tingkat serapan pada perlakuan kotoran sapi + ½ NPK lebih tinggi dikarenakan kondisi fisik tanah yang memungkinkan akar lebih efektif dalam menyerap hara. Menurut Lal (2009), penggunaan pupuk organik merupakan cara yang efektif dalam meningkatkan penyerapan hara tanaman dibandingkan dengan pupuk mineral saja.
Table 7 Kombinasi Perlakuan terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung
Perlakuan N P K Si
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Sifat Kimia Tanah Setelah Percobaan
Hasil uji Duncan kombinasi perlakuan terhadap N total, C-organik, K dapat dipertukarkan, P tersedia, dan Si tersedia pada tanah disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Kombinasi Perlakuan terhadap Sifat Kimia Tanah Perlakuan pH N-total
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
11
Hasil sidik ragam (Lampiran 18, 21, 22, dan 23) menunjukkan kombinasi perlakuan pupuk NPK, kotoran sapi, pupuk daun silika, dan pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap N total, KTK tanah, P tersedia, dan Si tersedia dalam tanah, namun kombinasi perlakuan tersebut berpengaruh nyata terhadap C-organik dan Kalium dapat dipertukarkan dalam tanah (Lampiran 19 dan 20).
Kombinasi perlakuan NPK lebih tinggi dalam meningkatkan kadar Kalium dapat dipertukarkan dalam tanah dibandingkan dengan kombinasi kotoran sapi + ½ NPK. Pada perlakuan kombinasi NPK rata-rata Kalium dapat dipertukarkan dalam tanah sebesar 0.20 me/100 gram, atau lebih besar 12 % dari rata-rata Kalium dapat dipertukarkan dalam tanah pada kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK dengan kandungan 0.18 me/100 gram. Hal ini karena penyerapan Kalium oleh tanaman pada perlakuan kotoran sapi + ½ NPK lebih tinggi dibandingkan perlakuan NPK. Kadar C-organik tanah seluruh perlakuan (T1-T8) lebih tinggi dibandingkan kontrol (T0). Pemberian kotoran sapi pada perlakuan kotoran sapi (T5, T6, T7, dan T8) nyata meningkatkan kadar C-organik dalam tanah jika dibandingkan dengan perlakuan NPK (T1, T2, T3, dam T4). Penambahan kotoran sapi dapat meningkatkan kadar silika tersedia tanah, namun tidak nyata secara statistik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Secara umum kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5, T6, T7, dan T8) lebih tinggi dalam meningkatkan pertumbuhan (tinggi dan lingkar batang), serapan hara (N, P, K, dan Si) dan produksi (bobot kering tanaman, bobot tongkol dengan kelobot, dan bobot tongkol tanpa kelobot) dibandingkan dengan kombinasi perlakuan NPK (T1, T2, T3, dan T4). Secara statistik pengaruh kombinasi perlakuan pupuk NPK, kotoran sapi, pupuk daun silika, dan pestisida tidak nyata terhadap N total, P tersedia, dan Si tersedia tanah. Kalium yang dapat dipertukarkan dalam tanah kombinasi perlakuan NPK (T1, T2, T3, dan T4) lebih tinggi dibandingkan kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5, T6, T7, dan T8). Kadar C-organik tanah kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5, T6, T7, dan T8) lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan NPK (T1, T2, T3, dan T4).
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar. 2009. Pengaruh Proses Pratanak terhadap Mutu Gizi dan Indeks Glikemik Berbagai Varietas Beras Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Balittan] Balai Penelitian Tanah. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah.
Djuniwati S, Hartono A, Indriyati LT. 2003. Pengaruh bahan organik (Pueraria javanica) dan fosfat alam terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman jagung (Zea mays) pada Andosol Pasir Sarongge. J. Tanah dan Lingkungan. 5: 16-22.
Ekafitri R. 2009. Karakteristik Tepung Lima Varietas Jagung Kuning Hibrida dan Potensinya untuk Dibuat Mie Jagung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fauteux F, Remus-borel W, Manzies JG, Belanger RR. 2005. Silicon and plant disease resistence against pathogenic fungi. FEMS Microbiol. Lett. 249: 1-6.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademik Pressindo.
Harjadi SS. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Lal R. 2009. Challenges and opportunities in soil organic matter research.
Europian Jurnal of Soil Sci. 60: 158-169.
Lingga P, Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarata (ID): Penebar Swadaya.
Ma JF. 2004. Role of silicon in enhancing the resistence of plant to biotic and abiotic stresses. Soil Sci. Plant Nutr. 50: 11-18.
Ma JF, Yamaji N. 2006. Silicon uptake and accumulation in higher plant. Trends Plant Sci. 11: 392-397.
Ma JF, Yamaji, N. 2008. Function and transport of silicon in plants. Cell. Mol. Life Sci. 65: 3049-3057.
Martin EC, Slack DC, Tanksley KA, Basso B. 2006. Effect of fresh and composted dairy manure aplication on alfafa yield and the environment in Arizona. Agron. J. 98: 80-84.
Mitani N, Ma JF. 2005. Uptake system of silicon in different plant species. Journal of Experimental Botany. 56: 1255-1261.
Purwono, Hartono R. 2008. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta (ID): Penerbit Swadaya.
Robiatul A. 2004. Pengaruh Penanaman Bengkuang, Sentro dan Pengembalian Biomassanya serta Pupuk N terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Roesmarkam, Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): IPB Pr.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kriteria Penilaian Status Sifat KimiaTanah (Balittan 2005) Parameter tanah
Nilai Sangat
rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Lampiran 2 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi 4
MST
14
Lampiran 4 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi 8 MST
Lampiran 5 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi 10 MST
Lampiran 6 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar Batang Jagung 4 MST
15
16
Lampiran 12 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Bobot Tongkol tanpa Kelobot
Lampiran 13 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan N Tanaman
Lampiran 14 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan P Tanaman
17
Lampiran 16 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan Si Tanaman
Lampiran 17 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap pH Tanah Sumber
Lampiran 18 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap N Total Tanah Sumber
Lampiran 19 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap C-Organik Tanah
18
Lampiran 21 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap KTK Tanah Sumber
Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Derajat
Tengah F-Hitung Pr>F
Blok 2 12.48 6.24 1.82 0.1945
Perlakuan 8 18.32 2.29 0.67 0.7132
Galat 16 54.95 3.43
Total 26 85.75
Lampiran 22 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap P Tersedia Tanah
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Derajat
Tengah F-Hitung Pr>F
Blok 2 8.37 4.19 0.33 0.7283
Perlakuan 8 86.33 10.79 0.84 0.5785
Galat 16 204.39 12.77
Total 26 299.09
Lampiran 23 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Si Tersedia Tanah
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Derajat
Tengah F-Hitung Pr>F
Blok 2 176.42 88.21 1.87 0.1859
Perlakuan 8 172.30 21.54 0.46 0.8683
Galat 16 753.59 47.10
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 6 Januari 1992 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Supriyanto dan Een Nuraeni. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2004 di SDN Puspanegara 03, Pada tahun 2007 di SMPN 1 Citeureup, dan pada tahun 2010 di SMAN 1 Cibinong. Tahun 2010 penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI).