• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerja Anak di Perkotaan (Studi Kasus Anak Penyapu Angkot di Terminal Pinang Baris Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pekerja Anak di Perkotaan (Studi Kasus Anak Penyapu Angkot di Terminal Pinang Baris Medan)"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Informan

No. Nama Informan Usia Status

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Dani Ferdi Irawan Samuel Putra Jaya Muhamad Adrian Rozi Jos Bus Kristina Aditya Ibu Susilawati Ibu Oni Bapak Surya Kak Dewi Kak Lia 12 tahun 12 tahun 16 tahun 13 tahun 14 tahun 14 tahun 15 tahun 45 Tahun 38 Tahun 46 Tahun 24 Tahun 30 Tahun Masih Sekolah Putus Sekolah Putus Sekolah Masih Sekolah Masih Sekolah Putus Sekolah Putus Sekolah Orangtua Muhamad Noki (Tukang Cuci)

(2)

“DOKUMENTASI ANAK PEKERJA PENYAPU ANGKOT”

Gambar 1. Alat Untuk Menyapu Angkot Sapu dan Botol Berisi Solar

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016

Gambar 2. Foto Penulis dan Noki Julio 10 Tahun (Informan)

(3)

Gambar 3. Foto Penulis dan Orangtua Muhamad Noki Julio Saat Wawancara Yakni Ibu Susilawati

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016

(4)

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016

Gambar 5. Foto Penulis Saat Wawancara dengan Anak-anak Pekerja Penyapu Angkot.

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016

(5)
(6)

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja James. Antropologi Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994.

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1987.

Lubis Misran, et.al. Kaji Ulang Situasi Anak Jalanan Kota Medan. Medan: Perpustakaan Nasional RI, 2011.

Mashud Mustain, et.al. Eksploitasi dan Bahaya Mengancam Pekerja Anak. Surabaya: Lutfansah Mediatama, 2001.

Mustain, et.al. Studi Kualitatif tentang Pekerja Anak di Jawa Timur. Surabaya: Airlangga University Press, 1999.

Noor Rohinah M. Orangtua Bijaksana Anak Bahagia. Jogjakarta: Katahati, 2011. Suyanto Bagong. Analisis Situasi Pekerja Anak dan Permasalahan Pendidikan Dasar di Jawa Timur. Surabaya: Airlangga University Press, 1999.

P. Spradley, James. Metode Etongrafi. Yogyakarta: Tiara Wacana,2006.

Yaumi Muhammad M Hum M A. Pendidikan Karakter Pilar dan Implementasi. Jakarta: Kencana, 2014.

Sumber lain:

Meilani Theresha. 2009. Skripsi Sarjana : PUSPA PKPA Medan ( Studi etnografi PUSPA PKPA Dalam Melindungi Korban Kekerasan Rumah Tangga Terhadap Anak (KDRT) di Kota Medan). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sumber Jurnal:

Purwoko,Tjutjup.2013. Analisis Faktor-faktor Keberadaan Anak Jalanan di Balikpapan. EJurnal Sosiologi Vol 01 No 04.

Sumber Internet:

(7)

(Diakses Pada 8 Maret 2016 20:45).

ILO. BPS Keluarkan Data Nasional Mengenai Pekerja Anak di Indonesia. http://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/WCMS_122351/lang--en/index.htm (Diakses Pada 8 Maret 2016 jam 20:47).

Rahmadani,2013. Latar Belakang Penyebab Anak-anak Bekerja di Jalanan (Studi: 8 Orang Anak Jalanan di Kota Tanjungpinang). http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/JURNAL-RAHMADANI-SOS-2013.pdf (Diakses Pada 13 Maret 2016 14:43).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39069/5/Chapter%20I.pd (Diakses Pada 19 mei 2016 22:21).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14952/1/09E00538.pdf (Diakses Pada 1 mei 2016 9:40).

(8)

BAB III

KETERTARIKAN ANAK UNTUK BEKERJA SEBAGAI PENYAPU

ANGKOT

3.1Bekerja Bagi Anak-anak

Menurut hasil penelitian anak pekerja penyapu angkot ini sebagian besar mengatakan bahwasanya mereka bekerja atas kemaunnya sendiri, tidak ada paksaan dari orangtua mereka. Mereka bekerja hanya untuk mencari uang jajan dan selain itu rasa ingin membantu meringankan beban orantua mendorong mereka untuk bekerja mencari uang, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk membantu memenuhi kebutuhan dapur rumah mereka, seperti untuk membeli lauk, sayur, beras, minyak dan lain sebagainya. Orantua mereka memang tidak menyuruh anak-anaknya untuk bekerja, namun mereka juga tidak melarang keras anak-anaknya untuk tidak bekerja. Inilah yang membuat anak-anak pekerja penyapu angkot ini bekerja, mereka di beri kelonggaran oleh orantua mereka untuk bekerja menyapu angkot tersebut, sehingga terjadilah anak-anak yang bekerja menyapu angkot di terminal Pinang Baris.

3.2 Alasan Bekerja Menyapu Angkot

3.2.1Ajakan Teman

(9)

sebagai sebuah kelompok sosial yang sering didefenisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia.14 Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.

Dengan berteman anak-anak atau remaja lebih banyak berada di luar bersama dengan teman sebayanya. Inilah salah satu alasan anak-anak pekerja penyapu angkot yang ada diterminal pinang baris, kebanyakan dari mereka awal mula ia bekerja di ajak oleh teman-teman sebayanya. Karena mereka sehari-hari bergaul dan berteman dengan anak bekerja, sehingga mereka terbawa oleh ajakan teman sebayanya untuk bekerja. Dengan melihat teman sepergaulannya bekerja sehingga mereka mencoba bahkan diajarkan oleh temannya sendiri. Mereka berteman tidak hanya sesama anak yang masih sekolah saja, namun anak yang masih aktif sekolah terbawa oleh asiknya bekerja, dengan seperti itu mereka juga terpengaruh oleh temannya yang tidak sekolah untuk memutuskan sekolah.

Dengan berteman mereka merasa senasib akan masalah ekonomi di keluarga dan teman bagi anak-anak pekerja penyapu angkot merupakan sesosok orang yang dibutuhkan untuk bisa saling berbagi baik itu berbagi cerita suka maupun cerita duka. Awalnya saat mereka berkumpul dengan temannya, disitu mereka menceritakan segala keluhannya tentang keluarganya, baik masalah ekonomi

14

(10)

keluarga, masalah sekolah, maupun masalah pribadinya. Dan dengan berteman anak-anak pekerja penyapu angkot tersebut, mereka merasa lebih aman karena secara tidak langsung seorang teman akan melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai.

Anak-anak pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris Medan bekerja sambil bermain, bahkan mereka saling berbagi pekerjaan. Misalnya salah satu temannya dari pagi belum mendapatkan uang atau mendapatkan sewa atau angkot untuk di sapu, salah satu dari mereka rela memberikan angkot tersbut kepada temannya untuk di sapu sehingga temannya mendapatkan upah atau uang. Perasaan nyaman ketika bermain bersama teman, akan membuat anak betah berada diluar dibandingkan dengan keuarga. Ketika anak bersama teman-temannya tersebut tidak menutup kemungkinan mereka akan terpengaruh oleh temannya atau lingkungannya. Seperti yang di kemukakan oleh Muhamad Noki Julio (10 tahun) di bawah ini;

(11)

Selain kebutuhan ekonomi pengaruh teman merupakan faktor dominan membawa anak-anak untuk bekerja. Selain itu dengan bekerja anak akan merasa bisa meringankan beban orantuanya. Rasa ingin membatu dan rasa ingin tahu seorang anak sangatlah tinggi sehingga kasus seperti Muhamad Noki Julio anak berusia 10 tahun diatas merupakan hal yang sering di alami oleh anak-anak pekerja penyapu angkot lainnya.

3.2.2 Ajang Coba-coba

Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Sedangkan menurut Hentherington dan Parke, teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial yang sering didefenisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia. Menurut hasil penelitian penulis bahwasanya anak-anak yang bekerja sebagai penyapu angkot ini di antara mereka di ajaki oleh teman-teman sebayanya, yang memiliki kesamaan dalam status sosial. Karena sering bergaul dan bermain dengan teman-teman yang bekerja membuat mereka tertarik untuk ikut mencoba bekerja.

(12)

memikirkan masa depannya, seperti mencoba bagaimana seorang anak membantu kebutuhan orangtuanya sedangkan mereka belum cukup umur untuk membantu kebutuhan keluarga, mencoba hidup mandiri sedangkan mereka masih bergantung atau masih membutuhkan belaian kasih sayang dari keluarganya, mencoba mencari pengalaman namun mereka masih dalam menuntut ilmu untuk masa depan yang lebih baik. Seperti yang dikemukakan oleh Muhamad Noki Julio (13 tahun) dimana dia awalnya hanya berpikiran hanya ingin coba-coba saja dan ikut-ikutan teman saja. Sebagaimana untuk mendapatkan uang beli jajan dan uang untuk beli lauk untuk makan dirumah. Padahal sebaliknya dengan mencoba hal tersebut dia menjadi ketagihan bekerja sehingga tidak terlalu memikirkan sekolah. Dengan keasikan bekerja Noki bahkan sering bolos sekolah demi mendapatkan uang untuk diberikan kepada orangtua maupun untuk membeli jajannya. Selain itu dengan Noki bekerja dia sempat putus sekolah karena bekerja sehingga malas untuk sekolah. Selain Noki, informan ke-dua yaitu Muhamad Riyan Pratama anak berusia 13 tahun. Penulis juga menyatakan hal yang sama bahwasanya awal ia bekerja hanya untuk mencari uang tambahan dan ajang coba-coba, berikut pernyataan Riyan (13 tahun):

“Awalnya awak Cuma coba-coba aja kak, soalnya sering awak liat kawan awak mengang duit, enak nampak awak,, yaudah awak coba jugalah nyapu,,abis itu dapat duit awak beli kan jajan,, sekarang udah keterusan awak kerja kak”.

(13)

3.2.3 Masalah Ekonomi Keluarga

Miskin juga berarti tidak mampu mengimbangi tingkat kebutuhan hidup standard dan tingkat penghasilan dan ekonominya rendah. Secara singkat kemiskinan dapat didefenisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standard kehidupan yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan Secara umum kemiskinan diartikan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau dasar. Mereka yang dikatakan berada di garis kemiskinan adalah apabila tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Disinilah anak aset ekonomi berfungsi, dalam keluarga ekonomi yang lemah sering ditandai dengan pendidikan dan keterampilan yang rendah pula, dimana orangtua tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan anggota keluarga, anak ikut membantu dengan bekerja, keluarga dengan kondisi pas-pasan apabila di temukan kesadaran yang baik pada anak-anak, anak sering sekali memiliki nilai kemandirian yang baik pula, sehingga mereka dengan sadar membantu meringankan beban ekonomi orangtuanya.

(14)

makan sampai ayah mereka pulang kerja membawa uang, apabila ayah mereka pulang tidak membawa uang kadang mereka hanya makan nasi campur garam. Berikut pernyataan Muhamad Noki Julio (10 tahun):

“ Awak pernah ngak makan gara-gara mamak ngak ada duit beli lauk untuk dimasak kak, dirumah cuma ada nasi,, yaudah makan nasi pakai garamlah awak kak,, awak ngak masalah makan nasi pakai garam kak, kadang kalau ngak ada lauk makan nasi sama ikan asin pon jadi”.

Makan nasi dan garam sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka, dan itupun tidak membuat mereka mengeluh dengan keadaan ekonomi keluarganya seperti itu. Justru dengan keadaan seperti itu membuat mereka semakin rajin untuk mencari uang membantu orangtuanya dalam memenuhi kebutuhan keluarga di rumah.

Mereka terpaksa melakukan pekerjaan ini, karena kebutuhan ekonomi mereka tidak tercukupi. Penghasilan dari pekerjaan orangtua mereka yang tidak tentu membuat mereka ikut bekerja untuk membantu orangtuanya.

3.2.4 Bosan Berada di Rumah

(15)

anak-anak adalah ketika tidak bermain dengan teman-teman sebayanya. Dan perasaan bosan bisa di hindari dengan cara positif maupun dengan cara negatif pada anak. Cara positif bisa kita lakukan dengan membaca buku, menonton Tv, membaca komik, novel ataupun belajar, bermain permainan mendidik. Sedangkan cara negatif yaitu dengan melakukan tindakan yang tidak baik, contohnya dengan bermain keluar bertemu dengan teman-teman yang bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan/ anak yaitu Muhamad Riyan Pratama (13 tahun) sebagai berikut:

“Saya sepulang sekolah abis itu pulang kerumah,ganti baju dan makan kak,,,, setelah itu dirumah ngak tahu mau ngapa-ngapain lagi,,,mau nonton Tv pun awak bosan,, masak awak asik nonton Tv aja dari pulang sekolah sampai malam,, mau main pon ngak ada kawan dirumah, kalau belajar biasanya awak malam kak,, jadi awak bosan dirumah-dirumah aja,,,mending awak pigi keluar keterminal nyapu angkot bisa dapat duit tambahan uang jajan, uang untuk nabung buat kuliah nanti, kadang duitnya bisa bantu mamak untuk beli lauk dan sebagainya”

Selain masalah ekonomi mereka mengaku rasa bosan adalah salah satu ketertarikan mereka untuk bekerja. Pada saat dirumah karena tidak ada kegiatan dan teman untuk bermain, inilah membuat mereka merasa jenuh dan bosan. Sehingga timbulah niat untuk pergi keluar dan mencari teman yang sebaya untuk bisa diajak bermain.

(16)

minum-minuman beralkohol, narkoba, ganja, pelecehan, kekerasan dan lain-lainnya. Adapun yang di ungkapkan oleh salah satu anak-anak pekerja penyapu angkot yaitu beberapa dari mereka ada yang merokok, ngelem (ganja), judi, narkoba, mencuri bahkan mendapatkan kekerasan pada saat bekerja atau di lingkungan sekitar tempat mereka bekerja. Di sebabkan oleh awalnya bosan berada dirumah. Berikut pernyataan informan/ anak pekerja penyapu angkot yaitu Bagus anak berusia13 tahun:

“ Saya mulai ngelem karena terpengaruh kawan kak,, karena kawan saya ngelem jadi saya ikut-ikutan mencoba,,, saya ngelem pada saat merasa suntuk aja kak, jadi kalau saya ngelem saya merasa tenang. Saya membeli lem tersebut di warung khusus jual lem tersebut kak,, ngelem ini cukup membelinya dengan harga Rp. 6000 rupiah aja, setelah itu bungkus dengan plastik abis itu di hisap,, rata-rata anak-anak pekerja penyapu angkot ini udah pernah semua ngelem kak”

(17)

3.2.5. Kebutuhan dan Keinginan Sendiri

Kebutuhan merupakan salah satu dari aspek psikologis setiap manusia yang mengerakkannya dalam melakukan aktivitas. Kebutuhan ini juga menjadi dasar atau alasan atau faktor untuk melakukan usaha. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap orang harus bekerja. Bekerja (melakukan usaha) akan mendapatkan imbalan (gaji atau uang) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan 15. Contoh dari kebutuhan sehari-hari adalah makanan dan minuman, setiap orang membutuhkan makan dan minum untuk bertahan hidup. Atau dapat dikatakan, pemenuhan kebutuhan ini sangat penting dilakukan demi mendapatkan kesejahteraan. Dengan kata lain, jika kebutuhan tidak dapat dipenuhi dengan baik maka hidup orang tersebut tidak ataupun kurang sejahtera.

Sedangkan keinginan merupakan tambahan atas pemenuhan kebutuhan, sesuai yang diharapkan. Seperti kebutuhan makan dan minum di sisilain kita juga berkeinginan makan dengan lauk, ayam goereng dan lain-lain. Seperti pakaian merupakan kebutuhan namun pakaian yang bagus merupakan keinginan yang ingin di capai seseorang. Seperti pernyataan informan/ anak pekerja penyapu angkot ini yakni Muhamad Riyan Pratama (13 athun) sebagai berikut:

“Saya menyapu selain untuk uang tambahan jajan, juga untuk membeli baju, sepatu serta buku sekolah kak,, jadi kalau saya menyapu dan mendapatkan duit, saya ngak mintak uang jajan sekolah lagi kemamak, dan uang untuk beli buku serta sepatu kadang saya beli sendiri dari hasil nyapu angkot ini kak,,, kalau saya ngak nyapu biasanya uang belanja sekolah mamak yang ngasih, tapi kalau saya nyapu mamak ngak ngasih lagi uang jajan belanja sekolah”

15

(18)

Mereka bekerja selain untuk uang jajan belanja sehari-hari, mereka gunakan juga untuk membeli keperluan sekolah, seperti buku, baju, sepatu dan sebagainya. Dari pernyataan Riyan diatas apabila ia bekerja orantuanya tidak memberikan lagi uang belanja sekolah serta uang untuk membeli buku disekolah, dengan mereka bekerja hasilnya bisa membantu kebutuhan sekolah dan tidak perlu lagi memintanya keorantua mereka. Dari hal ini tanggung jawab orangtua untuk memenuhi kebutuhan anaknya serta pendidikan anaknya telah terbantu dengan anaknya bekerja menyapu angkot. Namun orangtua mereka terpaksa membiarkan anak-anaknya bekerja dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri, karena tekanan ekonomi serta penghasilan rendah dan kebutuhan keluarga sangat tinggi membuat orangtua mereka gigit jari untuk melarang anak-anaknya bekeja.

3.3. Fenomena Bekerja Bagi Anak-anak

Ada pun fenomena bekerja bagi anak-anak pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris Medan adalah sebagai berikut:

3.3.1. Bersifat Ekonomi

Manusia bersifat ekonomi (Homo Economicus) memiliki kecenderungan untuk tidak pernah merasa puas akan apa yang diperolehnya dan senantiasa berusaha terus untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan selalu mempertimbangkan pengorbanan dan manfaat dari tindakan yang dilakukan16.

Dalam bekerja sebagai penyapu angkot anak-anak ini pada awanya mereka melakukan pekerjaan atas dasar untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, dan lama-

(19)

kelamaan pada akhirnya tujuan dari mereka dalam melakukan pekerjaan tidak hanya di dasarkan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri atau biasa mereka sebut untuk beli jajan tetapi mereka juga mencari uang tambahan untuk membantu kebutuhan orangtua mereka. Jadi anak-anak pekerja penyapu angkot ini bekerja tidak hanya untuk kebutuhannya sendiri tetapi untuk membantu kebutuhan keluarga mereka dirumah. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu anak-anak yang ikut dalam bekerja sebagai penyapu angkot yaitu Reza Ibrahim (13 tahun):

“Memang pada awalnya awak nyapu Cuma cari duit jajan aja kak, terus ikut-ikutan kawan, kadang-kadang kalau duitnya dapat lebih awak kasih sama mamak. Separoh untuk awak belik kan jajan terus untuk belik rokok,, separohnya lagi awak kasih mamak untuk belik lauk dan beras”.

Dari perkataan yang dikemukakan oleh Reza Ibrahim di atas dapat kita lihat bahwa selain uang untuk kebutuhan ia sendiri, para anak pekerja penyapu angkot ini hasil kerja mereka juga di manfaatkan untuk membantu kebutuhan keluarga dirumah. Maka dapat kita ketahui bahwa dibalik anak bekerja sebagai penyapu angkot ini ada sifat ekploitasi pada anak. Anak di jadikan salah satu cara untuk mengatasi masalah ekomomi keluarga.

3.3.2. Waktu

(20)

yang mereka jalan17. Waktu adalah bagian dari sistem pengukuran yang digunakan untuk acara urutan, untuk membandingkan jangka waktu kejadian dan interval antara mereka, dan mengukur tingkat perubahan seperti gerakan objek.

Dari yang penulis lihat sehari-harinya, penulis melihat bahwa anak-anak yang ikut bekerja menyapu angkot ini datang ke terminal dan ada sebagian dari mereka berdiri menunggu di tepi jalan raya untuk bekerja dan menawarkan jasanya, mereka bekerja di waktu siang, sore hari sampai petang bahkan mereka bekerja sampai malam. Mereka bekerja di waktu pulang sekolah bagi anak yang masih aktif sekolah dan bekerja penuh seharian bagi anak yang tidak sekolah. Artinya, dimana diwaktu angkot-angkot yang akan datang dari binjai, kota pangkalan Brandan, kota Stabat, dan Brastagi di situlah mereka menawarkan jasanya. Jadi waktu yang mereka lakukan dalam bekerja lebih dari 5 Lima jam dalam seharinya. Seperti pernyataan informan/ anak pekerja penyapu angkot ini Reza Ibrahim (13 tahun) yaitu sebagai berikut:

“Semenjak saya udah ngak sekolah lagi, saya bekerja seharian penuh,,yakni dari pagi hingga sore hari, kalau masalah istirahat ya di siang hari jam 12:30 Wib, kami anak-anak pekerja penyapu angkot ini kak biasanya itirahatnya dimana nunggu angkot disitu sambil istirahat, kadang kalau hujan kami pulang tidur, kalau udah reda kalau saya balik lagi keterminal nyari sewa, kalau kawan-kawan yang lain ada yang pulang dan gak balik lagi kerja, besoknya baru mereka balek lagi,,dan di hari minggu biasanya anak-anak yang lain banyak yang ngak kerja, soalnya angot pada ngak narik, banyak libur”.

Mereka melakukan pekerjaan ini sebagai aktifitas rutin harian, jam kerjanya relatif panjang. Ini menyebabkan mereka tidak dapat bersekolah, tidak memiliki

17

(21)

waktu yang cukup untuk bermain dan beristirahat, dan secara tidak langsung aktifitas tersebut berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan mereka.

3.3.3. Pendidikan

Dalam Konvensi Hak Anak yang telah di ratifikasi oleh pemerintah Indonesia disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakekatnya berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan mereka selayaknya tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi secara dini. Namun akibat tekanan kemiskinan kurangnya animo orangtua akan pentingnya pendidikan dan sejumlah faktor lain membuat mereka terpaksa bekerja.

Kebutuhan anak untuk mencukupi biaya pendidikan juga merupakan salah satu alasan anak untuk bekerja. Namun, sebaliknya sekolah tidak menarik, juga merupakan faktor mendorong anak untuk putus sekolah dan masuk kedalam dunia kerja. Seperti yang di kemukakan oleh Muhamad Noki Julio (10 tahun) sebagai berikut:

“Nanti saja sekolahnya di lanjutkan, karena saat ini biaya sekolah tidak ada”.

Noki mengatakan di sekolah sering dipangil oleh guru karena selalu telat bayar uang SPP dan biaya buku, sehingga ibu Noki memerhentikan sekolah Noki sementara sampai ibu Noki mendapatkan uang untuk bisa melanjutkan sekolahnya lagi.

(22)

uang. Selain anak putus sekolah anak-anak pekerja penyapu angkot ini juga ada yang tidak sekolah di karenakan tidak ada kemauan untuk sekolah. Menurunta sekolah hanya membuang biaya saja yang pada akhirnya untuk mencari kerja juga. Berikut pernyataan salah satu informan penulis yaitu Muhamad Andre (10 tahun) sebagai berikut:

“Biarkan aja terserempet,,,abis itu kita mintak pertanggung jawabannya,, gitu kok payah”

Pada saat penulis tanyakan itu justru mereka berdiri di tengah-tengah jalan raya tersebut sambil menantang kendaraan yang mau lewat di jalan Pinang Baris tersebut sambil ketawa, penulis tidak melihatt ketakutan dari diri mereka.

(23)

kadang mereka juga pernah bolos sekolah untuk mencari uang tetapi apabila penulis bertanya apa fungsi pendidikan untuknya justru ia menjawab sangatlah penting. Sangat berbeda pemikirannya dengan anak yang tidak sekolah dan anak yang putus sekolah. Masing-masing mereka mempunyai asumsi sendiri-sendiri.

Sebagian dari anak pekerja penyapu angkot ini adalah anak dampingan PKPA yakni di unit SKA (Sanggar Kreatifitas Anak) yang mempunyai rumah singgah untuk anak-anak jalanan, yang terletak tidak jauh dari terminal Pinang Baris. Anak dampingan SKA ini mereka akan datang ke rumah SKA tersebut untuk belajar karena disana di sediakan buku bacaan, bola untuk anak-anak yang suka bola, alat musik untuk anak yang suka seni, serta kreatifitas lainnya. Noki merupakan salah satu anak dampingan SKA, sesekali Noki pergi belajar kesana untuk membaca buku dan sebagainya, selain Noki anak pekerja penyapu angkot lainnya juga pernah menjadi anak dampingan SKA yakni Reza Ibrahim (13 tahun) ia pada saat sekolah sering berkunjung ke SKA untuk belajar, namun sekarang ia tidak aktif lagi karena ia sibuk bekerja sehingga malas untuk kesana.

3.3.4. Bahaya Kerja

(24)

dan sosialnya. Tetapi di Indonesia terutama di kota Medan lebih tepatnya di terminal Pinang Baris banyak anak-anak yang bekerja di bawah umur, akibat kemiskinan dan krisis ekonomi yang tidak kunjung usai. Memaksa anak harus bekerja membantu perekonomian keluarganya. Mereka bekerja baik untuk kebutuhan sendiri untuk membeli jajan, pakaian, mainan dan lain-lain mereka juga bekerja untuk membantu orangtua mereka membeli beras serta lauk untuk makan.

Demi untuk mendapatkan uang membeli jajan dan membantu orangtua mereka rela bekerja seharian, di tenggah terik panasnya matahari, hujan dan di malam hari. Selain itu mereka juga bekerja di tempat berbahaya rawan kecelakaan yakni di tepi jalan raya Pinang Baris menunggu angkot yang lalu-lalang menuju terminal. Bahkan mereka bergurau-gurau dengan teman sesama anak pekerja penyapu angkot di tepi jalan raya itu, bahkan mereka juga pernah di tabrak oleh salah satu becak yang sedang melaju, selain itu di senggol angkot yang masih berjalan. Mereka rela menunggu angkot itu di tepi jalan raya agar bisa lebih cepat mendapatkan angkot untuk di sapu. Karena anak-anak pekerja penyapu angkot tidaklah sedikit jadi mereka harus berebutan untuk mendapatkan angkot tersebut. Mereka bekerja sambil membawa sapu kecil tampa tangkai dan sebotol kecil yang berisi solar untuk bahan dan alat mereka untuk bekerja.

(25)

bengkak dan terkilir. Selain itu banyak kasus-kasus anak-anak yang bekerja di terminal Pinang Baris sebagai penyapu angkot yang jatuh pada saat mau naik kedalam angkot yang mau mereka sapu. Pada saat mereka menawarkan angkot untuk mereka sapu justru angkot itu berhenti tetapi tidak mengginjak habis rem angkotnya sehingga anak-anak tersebut pada saat mau naik terjauh. Perlakuan seperti ini serimg mereka dapatkan di tempat kerjanya.

Selain kecelakaan kerja tempat mereka juga sangat berbahaya untuk karakternya, karena banyaknya angen-agen angkot yang main judi, serta berkelahi. Ini memicu anak-anak pekerja penyapu angkot ini untuk melakukan hal yang sama. Selain itu tempat mereka bekerja juga sangat banyak pengaruh seperti Narkoba, ganja, ngelem, judi, mencuri, kekerasan dan lain-lain. Seperti ungkapan salah satu informan penulis yakni Bagus (13 tahun) ia mengatakan sebagai berikut:

“Saya ngaku saya ngelem kak, saya ngelem awalnya tau dari kawan jadi saya tertarik untuk mencobanya, saya membelinya tidak jauh dari sini kak, harganya Rp. 6.000,00 ribu rupiah aja kak, saya beli dari uang hasil nyapu angkot kak,, disini anak-anak penyapu angkot rata-rata udah pernah semua ngelem dan merokok kak jadi udah biasa, ngak aneh lagi liatnya,, orang bapak-bapak supir angkot udah tau semua itu kak orang dia juga ngelem,, apalagi judi, sering kali orang itu di situ duduk-duduk rame-rame taruhan pake koin”

(26)

angkot pun lewat-lewat di dekat bapak-bapak yang sedang main judi tersebut, bahkan mereka juga ikut menyaksikan bapak-bapak tersebut.

Penulis juga mengamati saat mereka bekerja, penulis melihat mereka bekerja di pingir jalan pinang baris bahkan mereka hampir ketengah jalan raya menentang atau menghalangi kendaraan yang sedang melaju sambil tertawa-tertawa dengan teman-temannya yang sama-sama sedang menunggu sejumlah angkot yang lewat. Penulis melihat Reza Ibrahim (13 tahun dan Jos Bus (14 tahun) sedang bergurau di pinggir jalan pinang baris itu padahal kendaraan sedang banyak hilir mudik dengan kecepatan tinggi hingga mereka hampir terserempet salah satu angkot yang sedang melaju. Penulis pada saat melihat mereka sangatlah takut, takut mereka tertabrak kendaraan yang lewat. Karena kendaraan bermotor, mobil, angkot serta kendaraan besar sangat banyak lewat jalan Pinang Baris tersebut yakni, Tronton, Bus Pariwisata, Truk, Kijang, sepeda motor, dan lain-lain. Penulis mengamati mereka tidak terlihat takut, justru mereka terlihat santai saja. Karena kendaraan di Medan ini sangatlah ugal-ugalan dengan kecepatan tinggi tidak menutup kemungkinan mereka bisa tertabrak oleh kendaraan tersebut. Tetapi mereka tidak memikirkan hal itu, berikut pernyataan mereka pada saat penulis bertanya, pada saat itu yang menjawab adalah Andre (10 tahun):

“Biarkan aja terserempet,,,abis itu kita mintak pertanggung jawabannya,, gitu kok payah”

(27)
(28)

BAB IV

PROFIL KASUS ANAK PEKERJA PENYAPU ANGKOT DI TERMINAL

PINANG BARIS MEDAN

4.1. Profil Kasus Muhamad Noki Julio (10 Tahun)

Muhamad Noki Julio biasa di panggil Noki ia adalah anak ke Empat dari pasangan Ani Dahwan dan Susilawati mereka mempunyai anak Lima orang bersaudara, Satu perempuan Empat Laki-laki. Noki merupakan adik dari Agung , Adinda dan Fauza Ananda. Abang Noki yang bernama Agung ini masih dalam bersekolah, saat ini ia sekolah di Pesantren kelas Dua tingkat SMA. Sedangkan abang Noki yang bernama Fauza Ananda ini juga merupakan pekerja penyapu angkot sama halnya dengan Noki namun saat ini ia tidak sekolah lagi, ia putus sekolah terakhir kelas Dua SMP, dan sekarang ia bekerja menyapu angkot setiap harinya. Noki juga mempunyai adik bungsu yang bernama Reno Dahwan saat ini duduk dikelas Dua SD. Noki pernah sempat putus sekolah pada saat duduk di bangku kelas Tiga SD menjelang naik kelas Empat. Pada saat penulis wawancarai ibu Noki yakni ibu susilawati, ia mengatakan sebagai berikut:

(29)

Namun pada saat penulis mewawancarai Noki sendiri menjawab kenapa ia putus sekolah sebagai berikut:

“Nanti saja sekolahnya di lanjutkan kata mamak kak, karena saat ini biaya sekolah tidak ada, dulu saya memang tinggal dengan nenek, dan memang sekolah jauh dari rumah, tapi kata mamak pre dulu sekolah sampai nanti dapat duit lagi untuk melanjutkan sekolah. Soalnya saya di sekolah sering di pangil guru karena telat bayar uang buku dan biaya lainnya.

Noki juga mengatakan di sekolah sering di pangil oleh guru karena selalu telat bayar uang SPP dan biaya buku, sehingga ibu Noki memberhentikan sekolah Noki untuk sementara waktu sampai ibu Noki mendapatkan uang untuk bisa melanjutkan sekolahnya lagi.

(30)

lagi untuk melanjutkan usahanya ibu Noki pindah profesi menjadi tukang cuci dari rumah kerumah tetangganya. Ibu Noki penghasilan perbulan selama menjual nasi pada saat itu Rp. 20.000,00 – 30.000,00 ribu rupiah. Dan saat ini selama mencuci penghasilan perbulannya bisa mendapatkan Rp. 300.000,00 rupiah. Sedangkan ayah Noki bapak Dahwan bekerja sebegai supir angkot, pergi pagi jam 07:30 Wib dan pulang malam jam 23:30 Wib berpenghasilan satu harinya bisa mendapatkan penghasilan Rp. 50.000,00- 100.000,00 rupiah. Tetapi kadang-kadang apabila penumpang ramai ia bisa mendapatkan upah Rp. 200.000,00 rupiah. Ayah Noki ini bekerja mulai dari hari Senin sampai Sabtu, pada hari minggu kegiatan ayah Noki menghabiskan waktu untuk istirahat dirumah kadang-kadang ia pergi memancing untuk melepaskan lelah. Dengan penghasilan yang tidak tentu seperti itu membuat keluarga Noki susah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, apalagi kebutuhan saat ini semua serba mahal. Inilah salah satu faktor Noki dan abangnya Ojak membantu kebutuhan keluarganya dengan bekerja sebagai penyapu angkot.

(31)

yang ada di terminal sehingga Noki terpengaruh oleh mereka untuk menyapu angkot dan bisa mendapatkan uang. Noki awal mulanya mengenal pekerjaanny melihat teman-temannya setiap hari memegang sapu kecil dan sebuah botol yang terbuat dari bahan plastik berisi solar. Noki melihat mereka setiap hari nongkrong di terminal. Pada saat angkot datang mereka berlari mengejar angkot tersebut. Pada saat Noki dengan anak-anak yang ada di terminal tersebut, teman-temannya sering mengatakan yakni:

“Ngapain kau sekolah Noki, percuma sekolah buang-buang duit orangtua aja... jelas- jelas orangtua susah nyari duit untuk makan apalagi untuk sekolah kau. Orangtua kau aja supir, mamak kau tukang cuci,, mana mampu mereka nyekolahin kau samapai kuliah,, paling-paling belum tamat SD udah mati-matian mereka nyarin duit untuk sekolah kau. Mending kau nyampu angkot kayak kami, bisa dapat duit, bisa bantu orangtua untuk beli beras sama lauk untuk dimakan”.

Dari peryataan teman-teman Noki diatas, bahwa mereka beranggapan sekolah merupakan beban untuk orangtuanya di karenakan penghasilan orangtua dibandingkan kebutuhan keluarga tidak seimbang. Karenanya bergaul dengan mereka Noki pun akhirnya sedikit demi sedikit mulai kepikiran untuk mencoba-cobanya. Pada saat Noki mulai mencoba temannya pun memberikan sapu kecil miliknya itu kepada Noki dan menyuruh Noki mencobannya. Awalnya Noki tidak tahu cara sistem kerjanya, namun teman-teman Noki pun mengajarkannya dengan senang hati bagaimana cara kerjanya. Yakni dengan mencari serta mengejar setiap angkot yang mau masuk terminal sambil memangil supir angkot tersebut untuk menawarkan jasa menyapu angkot. Apabila supir menganggukkan kepalanya

(32)

bersihkan angkot tersebut dibagian dalam dan bagian depan tempat setiran angkot tersebut.

Setelah Noki bisa bekerja dan mengasilkan uang, Noki pun terbiasa oleh perkerjaan tersebut. Setiap hasil menyapu angkot Noki berikan kepada Ibunya dan ibu Nokipun bertanya dimana ia memperoleh uang tersebut. Ayah dan ibu Noki pada saat tahu Noki bekerja mereka sempat menegur Noki, mereka mengatakan sebagai berikut:

“Noki kau sekolah saja yang benar nak, tidak usah bekerja,, mamak masih bisa menyekolahkan mu, jagan kau ikuti kawan-kawan mu yang tidak sekolah itu,,”.

Pada saat orangtua Noki melarang ia bekerja, ia masih tetap menyapu angkot, ia terpaksa melakukan ini karena ia tidak mempunyai uang untuk belanja. Orang tuanya kadang- kadang memberikan uang kadang-kadang tidak, sedangkan Noki kepengen sesuatu untuk di beli. Ungkapan Noki kepada penulis yaitu:

“Kadang awak kepengen jajanan yang lewat-lewat dijalan itu kak, kayak Es buah, gorengan, somay,,ah banyaklah kak, kepengen kali awak beli, tapi awak ngak punya duit, mamak ngasih awak uang belanja sekolah aja, itu pun kalau mamak ada duit, kalau mamak tidak ada duit, ya ngak belanja awak kesekolah. Awak liat kawan-kawan makan kepengen juga,, itulah awak pulang sekolah nyapu angkot kak, kerjanya ngak terlalu sulit awak liat,, Cuma nyapu-nyapu di dalamnya aja terus sapu di depan sikit, semprotin solar,,abis itu dikasih duit sama supir angkonya Rp. 200.000 rupiah,, kalau Lima angkot awak bersihkan udah dapat duit Rp. 10.000,00 rupiah,, kadang-kadang kalau angkotnya di lihat supirnya bersih bisa dikasih lebih,,kalau duitnya dapat lebih awak kasih sama mamak,, pertamanya mamak marah awak kerja, tapi lama-lama udah dibiarkannya aja”.

(33)

orangtuanya hanya memberi uang belanja sekolah , dan itu pun tidak di berikan setiap Noki pergi sekolah. Noki merasa ia butuh bekerja mencari uang sekedar uang untuk belanja sepulang sekolah. Menurutnya pekerjaan yang ia lakukan ini tidak terlalu berat, dengan memiliki satu sapu kecil dan sebuah botol untuk tempat solar ia bisa bekerja dan mendapatkan uang. Menurutnya untuk memperoleh alat itu pun tidak terlalu sulit, cukup dengan mencari sapu bekas dan membeli botol seharga Rp. 10.000,00 rupiah. Setelah itu ia bisa membeli solar di SPBU yang terletak tidak jauh dari terminal dan cukup dekat dari rumahnya. Dengan menyapu angkot ia bisa mendapatkan uang untuk keperluannya bahkan kalau ia bisa bekerja lebih giat lagi ia bisa membantu kebutuhan keluarganya di rumah.

Tindakan orangtua Noki melarang anaknya untuk bekerja namun ia juga menerima uang yang di berikan oleh anaknya. Bentuk perlakuan Orangtua Noki dengan menegur anaknya, tetapi bukan dalam bentuk kekerasan fisik. Teguran orangtua Noki bukan berbentuk memaksa Noki untuk tidak bekerja namun dalam bentuk teguran secara lembut, yang mengartikan bahwa melarang namun di sisilain memperbolehkan Noki bekerja. Adapun peringatan untuk Noki dari ayahnya yang selalu ia ingat ketika ia di perbolehkan menyapu angkot adalah:

“Kamu boleh bekerja, tetapi jangan merokok,ngelem,dan jagan coba-coba memakai norkoba. Apabila kamu ketahuan merokok dan sejenisnya bapak tidak segan-segan akan memukulmu dan betul-betul melarang mu menyapu angkot lagi”.

(34)

peringatan yang di berikan oleh orantuanya ia selalu mengingat perkataan yang di lontarkan oleh ayahnya. Ia salah satu anak yang tidak terpengaruh oleh kawan-kawannya yang suka merokok dan ngelem. Pada saat ia melihat teman-temannya merokok dan ngelem ia lebih memilih menjauh dari teman-temannya tersebut, ia langsung pergi menjauh dari mereka dan mencari oangkot untuk di sapu. Namun tidak jarang Noki di ledeki oleh teman-temannya bahwa dia tidak ikut merokok, dan mengatakan bahwa ia takut di marahi oleh ayahnya. Yakni perkataan teman-temannya saat Noki memilih menjauh dari mereka.

“Pengecut kau Noki, masak merokok aja tidak berani,,cemen kau, kayak bencong kau,,sinilah kau coba dulu,,ngaknya tahu bapak kau”.

(35)

Orangtuanya juga membolehkan ia bekerja asalkan tidak terpengaruh merokok. Jadi Noki lebih sering berteman dengan Riyan dan lebih sering bersama-sama dengan Riyan. Bahkan mereka berdua saling pinjam-pinjamkan sapu. Selain itu mereka saling berbagi, apabila Noki belum mendapatkan angkot untuk di sapu, maka Riyan dengan senang hati memberikan angkot yang telah di tawarnya untuk di sapu kepada Noki, begitu pula sebaliknya, apabila Riyan sudah kehabisan solarnya maka Noki rela membagi solar yang ia miliki kepada Riyan. Selain itu menurut Riyan pada saat penulis bertanya kenpa lebih suka berteman dengan Noki. Riyan pun menjawab pertanyaan penulis berikut pernyataan Riyan:

“Noki dia enak di ajak bercanda kak, kalau kawan-kawan yang lain bercandanya kasar, kadang-kadang main pukul, main toyor kepala awak. Selain itu kawan-kawan yang lain suka kali ngejek-ngejek nama bapak awak. Mereka juga anak-anak yang suka merokok dan ngelem, jadi awak malas sama orang-orang itu”.

Dari pernyataan Riyan terhadap Noki mengatakan bahwa Noki adalah anak yang baik dan kawan yang peduli terhadap kawan. Selain itu menurut Riyan Noki merupakan mempunyai kepribadian yang Humoris. Dari pernyataan Riyan bahwa anak-anak pekerja penyapu angkot merupakan kebanyakan merokok bahkan ngelem. Ngelem merupakan berupa narkoba jenis hisab. Jadi pergaulan anak-anak jalanan ataupun anak pekerja penyapu angkot ini sangat berbahaya akan pertumbuh kembangan mereka.

(36)

pulang sekolah. Dikarenakan Ojak tidak sekolah lagi ia mulai pergi menyapu angkot pukul 07:30 Wib setelah sarapan pagi ia mulai pergi ke terminal mencari angkot untuk di sapu yang tidak jauh dari rumahnya. Ojak lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di bandingkan adiknya Noki, karena di pagi hari sampai siang Noki sekolah, setelah pulang sekolah barulah Noki bekerja. Sedangkan Ojak abangnya mulai di pagi hari sampai sore hari bahkan sampai malam hari pukul 23:00 Wib abangnya Ojak banyak menghabiskan waktu di luar yakni bekerja penuh menyapu angkot, bahkan untuk makan siang pun ia tidak pulang. Dikarenakan Ojak banyak menghabiskan waktu di luar tidak menutup kemungkinan ia akan terpengaruh oleh lingkungan tempat ia bekerja. Saat penulis mewawancarai salah satu anak-anak pekerja penyapu angkot ia mengatakan Ojak adalah salah satu anak pekerja penyapu angkot yang merokok bahkan Ojak juga termasuk anak yang pernah ikut ngelem. Sebelumnya orangtua Ojak dan Noki telah menginggatkan anak-anaknya untuk tidak merokok ataupun ikut ngelem, tetapi kenyataannya Ojak telah melanggar apa yang di peringati oleh ayahnya. Saat penulis mewawancarai Ojak (15 tahun) yakni sebagai berikut:

“Orangtua awak mengetahui awak merokok dan ikut ngelem,,awalnya ayah tahu aku merokok dimarahinya tetapi sekarang udah ngak lagi”.

(37)

berkumpul dengan teman-temannya saja, ia tidak pernah merokok dihadapan orangtuanya meskipun orangtuanya mengetahui ia merokok. Selain merokok Ojak juga pernah mencoba ngelem. Iya awalnya sering melihat teman-temannya ngelem, lama-kelamaan ia tertarik ingin mencoba. Sekarang Ojak adalah salah satu anak yang ikut ngelem dan merokok. Berbeda dengan adiknya Noki yang tidak berani sama sekali melakukan itu bahkan tidak pernah terbesit untuk mencobanya. Karena Noki tahu itu tidak baik untuk kesehatan maupun untuk kehidupannya nanti, selain itu Noki ingat kata-kata ayahnya. Sedangkan adik bungsu Noki yang bernama Reno saat ini duduk di kelas Tiga SD juga pernah bekerja menyapu angkot ia bekerja hanya ikut-ikut kedua abangnya Ojak dan Noki. Meskipun kedua abangnya melarang ia untuk tidak ikut bekerja tetapi ia tetap ingin bekerja, namun Reno tidak terlalu di beratkan oleh ayah dan ibunya untuk bekerja sedangkan kedua abangnya terkesan wajib membantu orangtuanya. Setiap penghasilan yang di dapat dari menyapu, Ojak dan Noki selalu menyetorkan uang itu kepada Ibunya dan Ibunya jugalah yang mengatur berapa uang di berikan kepada anak-anaknya. Selain itu uang hasil dari menyapu itu di tabung oleh Noki untuk beli baju lebaran nanti. Noki dan keluarganya selalu pulang kampung ke Pakan Baru ketika bulan ramadhan, untuk menemui keluarga besar di kampung. Jadi sekarang ini Noki selalu menabung untuk kebutuhan lebaran.

(38)

lewat untuk di sapu, namun supirnya malah melindas kaki Noki hingga terkilir, berikut pernyataan Noki (10 tahun) pada saat penulis wawancarai:

“Kaki awak pernah terlindas ban angkot kak, pada saat itu awak lagi nyetopin angkot berdiri di pinggir jalan, angkotnya udah kayak mau berhenti, udah ancang-ancang mau naik awak kak tapi bapak supirnya ngak di tekan habisinnya remnya, jadinya terlindas kaki awak sampai terkilir dan bengkak, tapi supirnya pigi aja tampa mau bertanggung jawab, di bawa kawan awaklah awak pulang naik kereta, setelah itu dibawa kusuk sama mamak. Ketika bapak awak tahu kaki awak terlidas angkot di jumpainnyalah supir angkot itu, mau mintak pertanggung jawaban dia, akhirnya supir itu mintak maaf sama bapak awak, jadinya berdamailah”.

Dari pernyataan Noki diatas mengatakan bahwa ia pernah terjadi kecelakaan saat bekerja, namun perlakuan supir tersebut kepadanya yakni tidak memperdulikan apa yang telah ia lakukan terhadap Noki, bahkan tidak mempertanyakan keadaan Noki, malah supir itu pergi tampa meminta maaf bahkan tidak mau bertanggung jawab, ia justru pergi tampa ada rasa bersalah telah melindas kaki salah satu anak pekerja penyapu angkot. Dengan perlakuan seperti ini telah mengambarkan bahwa anak-anak pekerja penyapu angkot tidak jarang mendapatkan perlakuan tidak manusiawi, dan anak-anak pekerja penyapu angkot ini juga cenderung terjadi kecelakaan saat bekerja, baik terjadi oleh dari diri sendiri maupun kecelakaan yang terjadi karena kesalahan orang lain.

(39)

Sampai saat ini Noki masih aktif dalam menyapu angkot, ia adalah salah satu anak yang gigih dalam bekerja.

Tanggapan orangtua Noki terhadap dirinya, yakni ibu Susilawati mengatakan sebagai berikut:

“Noki dahulu waktu kelas Dua SD sering main internet, karena di sebelah sekolahnya ada warnet, jadi setiap dia pergi sekolah, dia malah main ke warnet, bukan kesekolah. Pada akhirnya dia kecanduan main internet. Karena udah kecanduan main internet Noki jadi malas untuk sekolah, ia juga sering bolos, sehingga ia tinggal kelas. Selain tinggal kelas ia di pinadhkan sekolah karena jarak sekolahnnya dengan rumah terlalu jauh. Dan dari putus sekolahlah Noki ikut-ikutan kawan-kawan yang nyapu.

Sekarng menurut pengakuan ibu Noki yakni ibu Susilawati anaknya tidak di perbolehkan lagi bekerja, meskipun sesekali Noki mencuri-curi waktu di belakang ibunya pergi menyapu angkot, namun tidak seaktif dahulu lagi. Menurut pengakuaan ibu Noki, noki sepulang sekolah bosan berada dirumah karena tidak ada kawan. Dan pada akhirnya Noki pergi main keluar mencari kawan-kawannya dan ikutan menyapu sekedar mencari uang tambahan jajan dirumah.

Ibu Noki melarang anaknnya menyapu karena ibu Noki takut anaknnya berkawan dengan kawannya yang penyapu yang ada di terminal tersebut, karena rata-rata anak-anak di terminal yang nyapu tersebut sering ngelem, merokok, judi dan pengaruh negatif lainnya. Namun menurut ibu Noki ini anaknnya ini tidak betahan dirumah, berikut pernyataan ibu Susilawati tentang anaknya Noki:

(40)

kawan yaudah pigilah dia keterminal cari kawannya. Kawan dia ngak seusianya saja orang dewasa pun ia kawani.

Selain menyapu Noki sering juga mendatangi SKA PKPA, untuk belajar maupun mengikuti kegiatan yang di selengarakan oleh SKA tersebut. Seperti mengikuti sepak bola, membuat lampion dan kegiatan lainnya. Dan Noki juga mendapat bantuan seragam sekolah dari SKA tersebut, seperti biaya pertama masuk sekolah, sepatu, baju, tas, buku, setiap tahunnya. Keluarga Noki merasa terbantu atas pemberian dari pihak SKA PKPA tersebut.

4.2. Profil Kasus Bagus (13 Tahun)

(41)

mengurus rumah. Mestipun ayah Bagus bisa membiayai kebutuhan keluarga Bagus masih ingin tetap ingin bekerja membantu keluarga, ia mengaku sebagian dari uang hasil ia bekerja menyapu angkot ia berikan kepada ibu tirinya, berikut pernyataan Bagus kepada penulis saat di Wawancarai:

“Awalnya awak cuma coba-coba aja kak, soalnya sering awak liat kawan awak mengang duit, enak nampak awak,, yaudah awak coba jugalah nyapu,,abis itu dapat duit awak beli kan jajan,, sekrang udah keterusan awak kerja kak”.

[image:41.595.191.434.451.658.2]

Dari pernyataan Bagus diatas ia awalnya hanya melihat teman-temannya bekerja, sambil bermain ia bekerja dan bisa mendapatkan uang tambahan belanja. Bagus juga mengaku ia bekerja untuk mencari uang tambahan jajan yang di berikan oleh bapaknya, tetapi apabila ia mendapatkan uang lebih ia berikan kepada ibu tirinya dirumah untuk uang tambahan keperluan dapur. Meskipun ayahnya tidak mengetahui ia bekerja namun ia tetap ingin membantu keluarganya.

Gambar 12. Foto Bagus Saat di Wawancarai:

Dokumentasi: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016.

(42)

Bagus telah berumur Tiga Belas tahun yang seharusnya telah duduk di kelas Satu SMP. Bagus hanya mengenyam pendidikan hanya Dua tahun saja, sampai saat ini ia tidak pernah lagi melanjutkan sekolahnya, berikut pernyataan Bagus kepada Penulis pada saat penulis mewawancarainya:

“Saya terakhir sekolah kelas Dua SD kak, setelah itu saya berhenti sekolah. Semenjak ibu saya meninggal tidak ada yang mengurus saya lagi, kakak saya di Jakarta bekerja, bapak saya sibuk kerja,, saya udah malas sekolah kak, karena udah malas sekolah saya sering bolos saat jam belajar,,,saya sering di tegur guru di sekolah tapi ngak saya hiraukan, sampai akhirnya saya di keluarkan dari sekolah”.

(43)

membuang surat tersebut. Ketika Bagus telah resmi di keluarkan di sekolah barulah ayahnya mengetahui anaknya telah lama tidak sekolah. Ayah Bagus sempat marah bahkan memukuli ia, tapi Bagus bersikeras tidak mau sekolah lagi. Ayah Bagus dengan kejadian itu, ia berfikiran bahwa Bagus tidak ada yang mengurusi ia lagi semenjak ibunya meinggal. Itulah yang membuat ayah Bagus menikah lagi agar ada yang mengurus anaknya pada saat ia bekerja di luar. Pada saat ayah Bagus menikah dengan Ibu Yuni namun tidak merubah kemauan Bagus untuk bersekolah. Bagus merasa telah senang bebas di luar sehingga tidak memikirkan lagi masadepannya kedepan.

(44)

“Saat ini awak ngak ada siapa-siapa kak, ayah awak di penjara, mamak kandung awak udah lama meninggal, sedangkan mamak tiri awak udah ngusir awak dari rumah,, mamak tiri awak ngak mau lagi ngurus dan nerima awak lagi kak,,karena semenjak bapak di penjara ngak pernah lagi bapak ngasih duit ke mamak tiri awak itu kak, itulah dia ngusir awak dari rumah ,,nampak awak mamak tiri awak tu gila duit aja tu kak,, saat bapak di penjara ngak pernah dia jengguk dan ngasih makan bapak awak di penjara kak,,sedih kali awak kak, kata orang udah Empat hari bapak awak ngak makan, pigi awak kerumah di marahin terus sama mamak tiri awak kak, pernah awak kerumah mau ambil baju ganti bapak, trus mau ambil nasi untuk ngantar ke bapak,, eh malah merepet dia kak,,ini aja baju awak ngak pernah ganti-ganti asik ini-ini aja”.

Dari pernyataan Bagus diatas ia mengatakan bahwa ia telah hidup di jalanan, semenjak ia di usir oleh ibu tirinya dari rumah karena ayahnya tidak bisa lagi menafkahi ibu tirinya tersebut setelah ayahnya di tahan di penjara. Selain ia hidup di jalanan ia mesti mengurus ayahnya yang berada di penjara, seperti mengantarkan makan, membawa baju ganti untuk ayahnya, serta memikirkan biaya sidang ayahnya nanti dan segala kebutuhan ayahnya di penjara. Sesuai pernyataan Bagus diatas ibu tirinya tidak mau mengurus Bagus dan ayahnya lagi, ia mesti banting tulang untuk ia bisa hidup serta untuk membantu ayahnya. Bagus hanya memiliki ayahnya seorang di kota Medan ini, saat ayahnya di penjara ia menjadi anak gelandangan. Mau makan pun ia mesti mencari uang sendiri yakni dengan menyapu angkot siang hingga malam hari bahkan mau tidur pun ia tidak tahu dimana terpaksa ia tidur di SPBU dekat terminal, kadang-kadang ia tidur di dalam angkot-angkot di terminal.

(45)

“Setiap hari awak tidur di pom bensin kak, kalau awak di usir awak pindah kebelakang, kadang-kadang awak tidur di dalam angkot kak,, kalau mau mandi awak di toilet pom bensin inilah kak, sabunya pakai sampho kadang-kadang awak ngak mandi soalnya marah-marah aja orang yang kerja di SPBU nih kalau awak mandi disana”.

Sesuai pernyataan Bagus diatas selain ia harus bekerja untuk mencari sesuap nasi dan mencari uang untuk makan ayahnya di penjara ia juga terpaksa harus tidur di SPBU dan angkot-angkot di terminal bahkan ia sering di usir oleh kariawan SPBU untuk tidak tidur disana. Hidup sendiri dan menjalani kehidupan tampa orangtua membuat Bagus putus asa, ia menggaku sering menangis di tenggah malam mengingat kehidupan dia sekarang. Menurutnya hidupnya dahulu sangatlah enak sebelum ayahnya belum masuk penjara, ia tidak pernah terfikirkan akan seperti ini,tidur tidak tahu dimana, kedingginan, kelaparan di tengah malam dan di tenggah keramaian. Bagus tidak pernah menfikirkan kehidupannya kedepan lagi seperti melanjutkan sekolahnya, saat ini menurutnya yang terpenting bagaimana bisa mendapatkan uang untuk makan dan untuk ayahnya di penjara, seandainya mau sekolah pun ia tidak tahu mau biaya dimana, “Untuk makan saja susah apalagi untuk sekolah” begitulah pengakuan Bagus kepada penulis.

(46)

yang datang berhenti mengisi bensin di SPBU sambil mengangkat sapu kecil dan botol berisi solar di tanggannya. Satu persatu ia mendapatkan angkot untuk di sapu ia pun langsung bergegas masuk kedalam angkot itu dan langsung menyapu di dalam angkot tersebut dan membersihkan bagian depan dan belakang, setelah selesai barulah ia mendapatkan uang Rp. 2.000,00 rupiah dari supirnya. Setelah selesai menyapu angkot yang satu ia terus menawarkan angkot yang lain untuk di sapu, sampai akhirnya ia mendapatkan uang membeli nasi bungkus untuk makannya.

(47)

berjalan kaki di tengah teriknya matahari menyengat kuli sambil memangil angkot-angkot yang lewat maupun yang berhenti untuk di sapu.

Bagus merupakan salah satu anak yang pernah mendapatkan kekerasan di lingkungan kerjanya, seperti memakinya, menendangnya, menamparnya, mencacinya, hingga menggusirnya. Karena mereka melihat Bagus dan beranggapan ia adalah salah satu anak yang brandal suka mabuk-mabukan, narkoba, merokok,dan ngelem yang tidak patut untuk di kasih hati. Dan Bagus merupakan tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun dari sejumlah LSM, yang seharusnya ia dapatkan sesuai dengan perlindungan anak yang telah di buat oleh pemerintah. Adapun SKA PKPA di terminal Pinang Baris ia mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan di sana, katanya dulu ia pernah ke Sanggar Kreatifitas Anak PKPA tetapi itu pun sebentar, menurutnya karena nenek penjaga rumah SKA tersebut sangat cerewet membuat ia takut dan malas kesana meskipun pihak SKA menyuruh ia kesana tapi ia tetap tidak mau.

Bagus memang merupakan salah satu anak yang ikut dalam merokok dan ngelem, ini ia lakukan karena bisa buat ia tenang. Uang hasil dari nyapu juga ia gunakan untuk merokok dan ngelem, kadang ia lebih mementingkan membeli lem dan rokok daripada nasi untuk makan. Saat penulis mewawancarai Bagus kawan-kawan Bagus pun mengatakan bahwa Bagus anak yang telah kecanduan, berikut pernyataan kawan-kawan Bagus kepada penulis:

(48)

sekarang ia udah kecanduan,,bentuk ia aja udah ngak terurus, keluarga dia udah ngusir dia dari rumah, jadi dia ngak pernah pulang-pulang”.

Teman-teman Bagus sangat tahu kesehariannya Bagus, dari mereka pun menggaku pernah menasehati tetapi Bagus tidak mendengarkan nasehat kawan-kawannya, menurut Bagus kawan-kawannya tidak mengerti posisi yang di hadapinya. Mereka hanya tahu bagian luar dari diri Bagus, sesungguhnya dalam dirinya Bagus ia sangat rindu ingin pulang dan belaian kasih sayang keluarga tetapi ada sesuatu hal dari keluarganya yang membuat ia tidak bisa pulang. Dengan ia merokok dan ngelem ia bisa tenang dari fikiran yang menganggunya, di kesendiriannya ia cenderung melamun dan menangis ngelem ia bisa lebih tenang dari semua itu.

(49)

4.3Profil Kasus Reza Ibrahim (13 Tahun)

Reza Ibrahim adalah anak pertama dari tiga orang bersaudara, ia mempunyai dua orang adik ,perempuan dan laki-laki yakni Ayu Citra dan Anugrah Bintang. Mereka adalah anak dari pasangan suami istri Muhamad Sahnan dan Oni Armioderika. Reza ibrahim yang biasa di panggil Reza oleh teman-temannya dan orangtuanya ini saat ini tidak sekolah lagi, ia sempat sekolah dari kelas Satu SD sampai kelas Lima, setelah itu ia mulai putus sekolah saat duduk di kelas Lima Sekolah Dasar tersebut. Ia putus sekolah dengan alasan karena ia sering pulang kampung ke Danau Toba sehingga namanya di sekolah telah di coret, selain itu Reza juga tidak ada kemauan lagi untuk melanjutkan sekolahnya, menurut dia sudah tahu cara mencari uang sehingga lupa untuk sekolah lagi. Sedangkan adik-adik Reza saat ini belum ada yang sekolah, adik-adik pertamanya bernama Ayu Citra saat ini masih berumur Enam tahun sedangkan adik keduanya yang laki-laki saat ini masih bayi.

(50)
(51)

Reza mulai bekerja tidaklah tentu kadang ia berangkat pagi, kadang-kadang di siang hari, sore bahkan di malam hari tetapi ia menggaku lebih sering di pagi hari dan di sore hari karena angkot-angkot di pagi hari akan berangkat mencari pelanggan sehingga sebelum berangkat angkot tersebut akan di bersihkan terlebih dahulu, selain di pagi hari di sore hari tidak kalah banyaknya untuk di sapu karena di sore hari angkot banyak mau selesai mencari sewa sehingga kesempatan untuk mereka menawarkan jasanya untuk membersihkan angkot tersebut. Hasil dari menyapu akan di berikan Reza kepada ibunya untuk keperluan Reza, seperti ungkapan Reza kepada penulis yakni sebagai berikut:

“Uang setiap menyapu angkot awak kasihin ke mamak kak, untuk di tabung dan beli baju awak, beli sepatu, pokoknya untuk keperluan awaklah kak,, kadang-kadang mamak pinjam duit awak untuk keperluan adik-adik tapi di gantinya lagi. Sisa uang yang awak kasih ke mamak awak belikan untuk jajan dan rokok, selain itu untuk awak pergi main ke warnet”.

(52)

“Terserah kamu mau melanjutkan sekolah atau mau memilih bekerja, tetapi ingat kalau kau bekerja hati-hati jagan sampai jatuh atau ketabrak angkot, dan kamu juga tidak boleh merokok dan ngelem”.

Orangtua Reza memberi pilihan kepada anaknya namun Reza merasa lebih suka bekerja dari pada sekolah. Ibu dan ayah Reza tidak melarang ia untuk bekerja, mereka justru senang Reza bisa mencari uang untuk belanja dan segala keperluannya sehingga orang tuanya tinggal memikirkan dua orang anaknya yang masih kecil yakni Ayu Citra dan Anugrah Bintang, sesekali Reza juga membantu keperluan rumahnya seperti membeli beras dan lauk untuk makan. Apabila ayah Reza sedang tidak ada pekerjaan maka Reza dan ibunyalah yang membantu mencari uang untuk membeli sayur dan lauk untuk makan keluarga di rumah, mereka mendapatkan uang tersebut dengan cara bekerja menyapu angkot di terminal.

(53)

merokok ia akan merasa pusing. Untuk melepas rasa pusingnya tersebut ia lampiaskan pada rokok dan ngelem.

Orangtua Reza awalnya melarang ia untuk tidak merokok, tetapi Reza tidak bisa meninggalkan rokok tersebut, ibu Reza awal mengetahui ia telah merokok tindakan yang ia lakukan dengan membiarkannya karena menurut ibunya Reza telah bisa mencari uang jadi terserahnya untuk merokok, sedangkan ayah Reza sampai saat ini belum mengetahui anaknya merokok, ibu Reza pada awalnya ia mengetahui Reza telah pandai merokok pada saat teman-teman Reza meledeki Reza pada saat ia bersama ibunya, teman-temannya memberitahukan kepada ibunya. Berikut pernyataan orangtua Reza kepadanya, saat penulis mewawancarai:

“Ngak apa-apa Reza merokok karena ia telah pandai mencari uang untuk membeli rokok, terserah dia mau di kemanakan uangnya, asalkan dia tidak ngelem atau narkoba.

(54)

ayahnya dengan ikat pinggang, rotan,dan sapu apabila ia melakukan kesalahan seperti merokok, berkelahi dengan teman-temannya, mencuri dan lain-lain. Namun tidak membuat Reza jera, ia masih ingin merokok dan berkelahi dengan teman-temannya. Sebagai seorang ayah, ayah Reza telah melarang anaknya untuk tidak melakukan hal-hal buruk di luar, namun akibat salah pergaulan membuat Reza menjadi anak berkepribadian salah.

(55)

ibunya, sepulang bekerja mereka langsung istirahat tampa ada duduk bersama anak-anaknya dan menanyakan kegiatan mereka. Ayah dan ibunya waktunya habis karena kelelahan bekerja sehingga mereka kurang memperhatikan anak-anaknya, yang seharusnya mereka dapatkan dari kedua orangtuanya.

Kegiatan Reza selain menyapu angkot adalah membantu ibunya mengurus kedua adiknya, serta membantu pekerjaan rumah. Apabila ibunya bekerja maka dialah yang memasak dirumah, mencuci piring, menyapu rumah, mencui pakaian. Inilah pernyataan Reza kepada penulis sebagai berikut:

“Kalau mamak pigi kerja maka awaklah yang menjaga rumah kak, menjaga kedua adik awak soalnya adik awak masih kecil-kecil jadi mereka ngak bisa di tinggalkan. Biasanya mamak siap memasak untuk sarapan pagi rangkap untuk makan siang setelah itu ia langsung pigi kerja, barulah awak yang membereskan, seperti menyapu rumah, mencui piring. Capek kali awak kerja dirumah kak, mending awak menyapu angkot aja bisa jumpa sama kawan-kawan, soalnya capek kali banyak kali kerjaan, menjaga adik, menyapu rumah, mencuci piring abis itu memasak untuk makan malam, macam bencong awak dirumah”.

(56)
[image:56.595.151.453.113.321.2]

Gambar 13. Foto Reza Saat Bekerja di Pinggir Jalan Pinang Baris.

Dokumentasi: Pribadi Penulis Tahun 2016.

(57)

Pandangan orangtua Reza yakni ibu Oni terhadap anaknya Reza, ia menceritakan bagaimana perkembangan anaknya setiap harinya. Ibu Oni mengatakan bahwa anaknya telah tepengaruh oleh lingkungan tempat tinggal mereka, bahwa anaknya tidak pernah pulang lagi kerumah. Setiap hari ibu Oni ini mencari dan menjemput anaknya di terminal maupun di tempat anaknya biasa nongrong sambil ngelem, merokok, dan obat-obatan. Ibu Oni telah putus asa untuk mengembalikan anaknya seperti dulu, yakni anak yang baik. Di karenakan anaknnya telah terpengaruh oleh temannya. Ibu Oni mengatakan anaknya ini merupakan tipekal anak yang butuh perhatian dari kedua orangtuanya, karena kesibukan orangtuanya dengan terpaksa orangtuanya semenjak Reza kecil ia telah di tinggal-tinggal oleh orangtuanya. Reza juga sering menggunggkapan isi hatinya kepada ibunya namun orangtuanya tidak berdaya akan kendala ekonomi.

Dahulu pada saat Reza mulai minta izin menyapu angkot di terminal karena membantu ibunya mencari uang, karena dia semenjak kecil sering di tinggal oleh orangtua mencari uang, dan saat Reza berumur Delapan tahun ingin membantu orangtuanya bekerja, agar bisa mengumpulkan uang dan ibunya tidak capek-capek lagi bekerja. Menurut ibu Reza ini anaknya butuh perhatian darinya, dan ibunya menyadari hal tersebut, namun ia tidak bisa untuk di rumah saja.

Seperti yang di kemukakan oleh ibu Oni (38 tahun):

(58)

Sedangkan kami sebagai orangtua pasti di pandang orang jelek, padahal kita udah berusaha semampu mungkin mendidik anak.

Saat ini Reza tidak mau melanjutkan sekolahnnya, karena ada faktor masalah keluarga yang membuat mentalnnya terganggu. Faktor masalah keluarga salah satu yang membuat Reza pergi dari rumah dan tidak ingin lagi pulang kerumah menemui orangtuanya. Berikut pernyataan ibu Oni, sebagai berikut:

“Sekarang di lanjutin sekolah kayaknya ngak lagilah, karena sudah terpengaruh untuk tidak melanjutkan sekolahnnya, yang seharusnya dia kalau ngak putus sekolah sudah kelas Enam SD. Di karenakan ada sedikit masalah keluarga, cuman mentalnya juga terganggu jadi diapun oleng, dia menjadi anak yang bandel dan ngak mau diatur serta sudah ikut-ikutan ngelem.

(59)

jauh berbeda dari yang dahulu, ia sekarang telah terpengaruh dan berperilaku negatif dan liar serta sudah candu berperilaku buruk. Berbeda dari yang dahulu, dahulu dia adalah anak yang baik, rajin sholat, rajin sekolah. Namun sekarang ia telah berperlaku buruk. Orangtuanya karena sibuk bekerja, ia merasa kesepian, dan tidak mendapatkan perhatian selayaknya anak-anak seumur dia. Berikut pernyataan Reza kepada ibunya:

“Kerja ajapun, duitnya pun ntah kemana,,,ngak pernah kita jalan-jalan, beli ini aja ngak adak, beli itupun gak adak, anak orang bisa beli ini, akungak samanya mamaknya, tukang cuci jugaknya, bapaknya supir juganya, kenapa dia bisa beli ini beli itu dan bisa jalan-jalan juga. Udahlah ngapain aku sekolah, orang kerjapun pakai duit kan, ada uang mamak mau masukan aku kerja? Udah aku jadi supir pun dapat duit kok, ngapain mamak capek-capek, orang nantik untuk ongkos ke sekolahpun ngak ada, udahlah ngak usah aku sekolah.

(60)

Reza semenjak kecil telah terbiasa sendiri di rumah dan di tinggal kerja oleh orangtuanya. Pada saat ibu dan ayahnya pulang kerja, mereka selalu kecapekan setelah pulang kerja dan mereka langsung istirahat lalu tidur, begitu setiap harinya, sedangkan Reza ia ingin bermain dengan ayah dan ibunya. Namun ia selalu melihat ibu dan ayahnya pulang kerja langsung tidur, sedangkan ia telah capek untuk tidur. Orangtuanya tidak pernah memberikan perhatian selayaknya anak seusianya, yang perlu perhatian dan kasih sayang. Apabila ia bertingkah mencari perhatian orangtuanya namun ia selalu di marahi oleh mereka. Ia pernah minta belikan sepeda tetapi orangtuanya tidak bisa membelikan, ia minta mainan pesawat-pesat tidak bisa juga orangtuanya memenuhi keinginan dia tersebut, padahal ia sering melihat ayah dan ibunya siang hingga malam tidak berhenti-henti bekerja. Karena tidak terpenuhi keinginannya tersebut oleh orangtuanya ia mencoba mencari uang untuk membeli apa yang ia inginkan, dan ibu dan ayahnya pun mengizinkan ia bekerja.

(61)

keluarkan dari sekolah, sehingga ibu Oni ini telah merasa malu akan kelakuan Reza tersebut yang tidak mau lagi sekolah.

Ibu Oni mengatakan bahwa sifat anaknya tersebut sama dengan sifatnya, yang tidak mau diatur dan keras. Jadi sertiap ia bertemu dengan anaknya ia selalu memarahinya karena tidak pulang, dan ibu Oni pernah sempat mengurung anaknya di rumah agar ia tidak pergi bermain keluar dan berjumpa dengan temannya, karena ibu Oni ini selalu ketakutan anaknya berperilaku seperti teman-temannya tersebut yang berandal dan terpengaruh negatif. Ia ingin Reza anaknya selalu di rumah tidak membolehkannya bermain keluar, sehingga Reza merasa bosan dan jenuh dengan perlakuan ibunya kepadanya yang selalu ketakutan akan terjadi buruk kepada anaknya. Namun ia sendiri tidak bisa memberikan waktu dan perhatian yang lebih kepada anaknya dirumah tersebut, ia harus pergi bekerja dan anaknya selalu di tinggal di rumah.

(62)

menyapu angkot untuk memenuhi kebutuhannya yang ia inginkan, ia tidak memperdulikan lagi untuk melanjutkan sekolahnnya, karena menurunya kerja apa saja bisa menghasilkan duit, jadi sebagai supir angkot pun ia nanti ia sudah tidak mempermasalhkannya lagi, ia tidak memiliki cita-cita lagi, ia ingin hidup bebas tampa ada beban. Orangtuanya sadar akan kesalah mereka atas salah mendidik anak dan tidak mengerti memdidik dan memahami anak. Sehingga mereka sangat berharap bantua dari pihak mana pun untuk menasehati dan membimbing anaknya kembali kejalan yang benar dan kembali berkumpul dengannya.

4.4. Profil Kasus Muhamad Riyan Pratama (13 Tahun)

(63)

apabila ia di panggil orang untuk ngecet rumah maka ia akan bekerja, tetapi apabila tidak ada kerjaan maka ayah Riyan lebih banyak di rumah. Kadang-kadang ayah Riyan mencoba mencari pekerjaan sampingan sampai ia mendapat telfon untuk di panggil kerja ngecet rumah. Pekerja sampingan yang biasa ayah Riyan kerjakan yakni menjadi kenek mencari penumpang suatu bus di terminal. Namun kerja sampingan ini tidak terlalu sering ia lakukan. Kadang–kadang apabila tidak ada kegitan atau pekerjaan yang bisa ia lakukan ia hanya istirahat di rumah.

Sedangkan Ibu Riyan bernama ibu Nova Virdayanti adalah selain sebagai ibu rumah tangga, ibu dari ke-4 anak-anaknya dan istri dari suaminya yang bernama bapak Rizal. Ibu Riyan ini selain bekerja di rumah ia juga mencari kerja sampingan untuk membantu suaminya. Ibu Riyan ini kesehariannya bekerja sebagai Tukang cuci keliling, ia bekerja dari rumah kerumah, ia mempunyai dua rumah yang telah menjadi langanannya. Ia bekerja di gaji perbulannya senilai Rp. 600 ribu perbulan. Ia mulai pergi bekerja setelah anak-anak dan suaminya pergi sekolah dan kerja, sedangkan anaknya yang paling kecil ia tinggalkan dirumah. Pada pukul 10:30 ia berangkat kerumah tetangga yang telah menjadi langanannya mencuci.

(64)

teman-temannya, awalnya ia hanya berniat pergi main-main ke terminal. Pada saat sesampai di terminal Riyan melihat teman-temannya bekerja menyapu angkot dan mendapatkan uang. Mulai dari situ Riyan mencoba bertanya kepada temannya tersebut mengenai pekerjaan yang temannya lakukan itu. Riyan pada saat itu bertanya kepada temannya yang bernama Jos, Jos adalah salah satu anak penyapu angkot yang rajin bekerja di terminal Pinang Baris ini. Setelah Riyan Bertanya Riyan pun tertarik untuk mencobanya sekedar untuk membeli nasi bungkus agar ia bisa makan, karena ia tidak tahan menunggu ayahnya pulang kerja membawa uang. Sebagai berikut pernyataannya:

“Saya pada saat mulai tertarik untuk menyapu ketika saya posisinya sedang membutuhkan uang untuk makan, karena dirumah tidak ada yang bisa di makan kak,, pada saat saya pulang sekolah liat kedapur ngak ada makanan, mamak ngak masak karena beras udah abis, bahan untuk dimasak pun ngak ada, mau beli duit mamak ngak ada,,,kata mamak sabar sampa

Gambar

Gambar 1. Alat Untuk Menyapu Angkot Sapu dan Botol Berisi Solar
Gambar 4. Foto Penulis dan Reza Ibrahim Saat Wawancara (Informan)
Gambar 5. Foto Penulis Saat Wawancara dengan Anak-anak Pekerja Penyapu Angkot.
Gambar 12. Foto Bagus Saat di Wawancarai:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lenovo A1000 pada revisi kali ini, industri perangkat lunak adalah salah satu masalah yang tidak kalah penting dari spesifikasi hardware. Produsen Lenovo A1000 ponsel pintar Cina

Salah satu definisi paling lengkap dan komprehensif tentang korupsi oleh Antonio Argandona, yang mendefinisikan korupsi sebagai "tindakan atau pengaruh dalam

[r]

Pada hari ini Selasa tanggal lima belas bulan November tahun dua ribu enam belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini Pokja Pelelangan Jasa Konsultan Perencanaan Gedung

[r]

Pada hari ini Senin tanggal Lima bulan November tahun Dua ribu dua belas, Kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kanwil Kementerian

Berdasarkan Berita Acara Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis (File I) Nomor : Sti.11.16/KS.01.7/338/2016 tanggal 15 November 2016, maka Kelompok Kerja

antara lain: 1) ke Far Eastern Games di Manila pada tahun 1934 yaitu: Hamaman untuk nomor loncat indah nomor papan 3 meter dan menara meraih juara pertama, dan Van de Groen