• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN KEMENYAN (Styrax benzoin dryand) SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN KEMENYAN (Styrax benzoin dryand) SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF KEMENYAN (Styrax benzoin dryand) AS AN INHIBITOR OF CALCIUM CARBONATE (CaCO3) SCALE

FORMATION)

By

NOVI AKAM SABRIANI

Scale deposit is a serious problem that occured in the industrial equipments, due to the presence of scale-forming compounds in water. Calcium carbonate is one of the constituent scale deposit that becomes a serious problem in most industrial processes involving salt water. The research of kemenyan (Styrax benzoin dryand) extracts as an inhibitor of calcium carbonate scale has been carried out at

consentrations of growth solutions 0,05; 0,075; and 0,01 M with inhibitor variations 50, 150, 250 and 350 ppm, at 90°C. The result shows that kemenyan extracts inhibits calcium carbonate scale formation at range 10 – 75 %. This ability depends on the concentration of the inhibitor added in to growth solution. Analysis Scanning Electron Microscopy (SEM) showed that the surface of

morphology of CaCO3 scale with the addition of inhibitors is irregular and broken while the analysis using the Particle Size Analyzer (PSA) showed that the particle size distribution CaCO3 scale becomes smaller with the addition of inhibitors, and analysis using X-Ray Diffraction (XRD) indicates the amount of CaCO3 scale is reduced by the addition of inhibitors.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN KEMENYAN (Styrax benzoin dryand) SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM

KARBONAT (CaCO3)

Oleh

NOVI AKAM SABRIANI

Endapan kerak merupakan suatu permasalahan serius yang terjadi pada peralatan-peralatan industri, karena terdapatnya senyawa-senyawa pembentuk kerak dalam air. Kalsium karbonat merupakan salah satu endapan penyusun kerak yang menjadi masalah serius pada sebagian besar proses industri yang melibatkan air garam. Penelitian tentang ekstrak kemenyan (Styrax benzoin dryand) sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat (CaCO3) dilakukan pada konsentrasi larutan pertumbuhan 0,05; 0,075; dan 0,1 M dengan variasi inhibitor 50, 150, 250, dan 350 ppm, pada suhu 90°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inhibitor kemenyan mampu menghambat pembentukan kerak kalsium karbonat dengan persentase 10-75%. Kemampuan ini bergantung pada konsentrasi inhibitor kemenyan yang ditambahkan kedalam larutan pertumbuhan. Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) menunjukkan bahwa morfologi permukaan kerak CaCO3 dengan penambahan inhibitor tidak teratur dan rusak sedangkan analisis menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) menunjukkan bahwa distribusi ukuran partikel kerak CaCO3 menjadi lebih kecil dengan adanya penambahan inhibitor, serta analisis menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan jumlah kerak CaCO3 berkurang dengan adanya penambahan inhibitor.

(3)

PENGARUH PENGGUNAAN KEMENYAN (Styrax benzoin dryand) SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM

KARBONAT (CaCO3)

Oleh

NOVI AKAM SABRIANI Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS

Pada

Program Pascasarjana Magister Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN KEMENYAN (Styrax benzoin dryand) SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM

KARBONAT (CaCO3)

(Tesis)

Oleh

NOVI AKAM SABRIANI

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahapan kristalisasi ... 8

2. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air ... 12

3. Tanaman kemenyan (Styrax benzoin dryand) ... 17

4. Struktur (a) asam benzoat dan (b) asam sinamat ... 20

5. Skema Scanning electron microscope (SEM) ... 21

6. Diagram PSA pada saat sebagian sampai sinar X-ray ... 22

7. Spektrum IR ekstrak kemenyan ... 30

8. Grafik laju pertumbuhan kristal CaCO3 pada konsentrasi larutan pertumbuhan 0,05 M ... 32

9. Grafik laju pertumbuhan kristal CaCO3 pada konsentrasi larutan pertumbuhan 0,075 M ... 33

10. Grafik laju pertumbuhan kristal CaCO3 pada konsentrasi larutan pertumbuhan 0,1 M ... 33

11. Morfologi kerak CaCO3 pada konsentrasi 0,05 M (a) tanpa dan (b) dengan penambahan inhibitor 350 ppm pada perbesaran 2000x …… ... .. 36

12. Morfologi kerak CaCO3 pada konsentrasi 0,075 M (a) tanpa dan (b) dengan penambahan inhibitor 250 ppm pada perbesaran 2000x …… 36

13. Morfologi kerak CaCO3 pada konsentrasi 0,1 M (a) tanpa dan (b) dengan penambahan inhibitor 350 ppm pada perbesaran 2000x ……… 37

14. Mekanisme inhibitor dalam menghambat laju pertumbuhan kristal dalam larutan pertumbuhan ... 38

(6)

v 16. Grafik distribusi ukuran partikel kerak CaCO3 0,075 M tanpa inhibitor dan dengan penambahan inhibitor ekstrak kemenyan 250 ppm .……….. 41 17. Grafik distribusi ukuran partikel kerak CaCO3 0,1 M tanpa inhibitor dan

dengan penambahan inhibitor ekstrak kemenyan 350 ppm ... 42 18. Difraktogram kristal CaCO3 0,05 M dengan penambahan inhibitor

(7)

i

E. Pengaruh Terbentuknya Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3)... 13

F. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3)... 14

2. Pengujian Inhibitor Kemenyan dalam Pengendapan Kristal CaCO3 dengan Tanpa Penambahan Bibit Kristal ... ... 26

(8)

ii b. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan

Inhibitor pada Konsentrasi yang Berbeda ... 27

3. Analisis Data ... 28

4. Karakterisasi ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Analisis Inhibitor Kemenyan (Styrax benzoin dryand Menggunakan Spektrofotometer Infra Merah (IR) ... 30

B. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Variasi Konsentrasi Larutan Pertumbuhan dan Variasi Inhibitor ... 32

C. Analisis Morfologi Permukaan Kerak CaCO3 dengan Menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) ... 35

D. Analisis Distribusi Ukuran Partikel Kerak CaCO3 Menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) ... 40

E. Analisis Kristal Kalsium Karbonat (CaCO3) Menggunakan X-ray Diffraction (XRD) ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data % efektivitas inhibitor ekstrak kemenyan pada larutan

pertumbuhan CaCO3 ... 35 2. Harga mean dan median CaCO3 sebelum dan sesudah penambahan

inhibitor... 40 3. Harga Puncak D f a s 2θ ° dan Intensitas dari Kristal CaCO3

(10)
(11)
(12)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati dan rasa syukur kepada Allah SWT yang tak henti-hentinya melimpahkan berbagai kenikmatan-Nya, kupersembahkan sebuah karya terbaikku ini dengan semangat dan jerih payahku teruntuk :

1. Suamiku Tri Haryono dan putriku Zata Yumna Pramudyta. Terimakasih atas cinta, doa, dan dukungan dari kalian.

2. Dua wanita terhebat dalam hidupku, Emakku Bertiwati dan Mama Endang Supariyanti, dari kalian aku banyak belajar bagaimana memaknai

kehidupan.

3. Mertuaku Bapak Suhartono dan Ibu Sawiyah.

(13)
(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 28

November 1983 sebagai anak pertama dari 3 bersaudara, terlahir dari pasangan Syarief dan Bertiwati. Penulis menikah dengan Tri Haryono dan dikaruniai satu putri, Zata Yumna Pramudyta.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Indra Putra Subing pada tahun 1995, sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 7 Terbanggi Besar pada tahun 1998, dan sekolah menengah atas di SMU Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2001. Penulis menyelesaikan kuliah di Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tahun 2006. Penulis diterima di Program Studi Magister Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada tahun 2013, dan lulus pada tahun 2016.

(15)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, karena atas nikmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wassalam,

keluarga, sahabat, tabi‟in, dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya.

Tesis dengan judul “Pengaruh Penggunaan Kemenyan (Styrax Benzoin dryand)

sebagai Inhibitor Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3)” adalah salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Suharso, Ph. D. selaku Pembimbing Utama, Pembimbing Akademik, dan Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberi masukan, arahan, dan bimbingan dalam proses penyelesaian tesis ini;

2. Ibu Prof. Dr. Buhani, M.Si. selaku Pembimbing Kedua yang telah

meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberi masukan, arahan, dan bimbingan dalam proses penyelesaian tesis ini;

(16)

4. Bapak Prof. Sutopo Hadi, Ph. D. selaku Ketua Program Studi Magister Kimia Universitas Lampung;

5. Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung;

6. Bapak Dr. Rudi T.M. Situmeang, M.Sc. selaku Kepala Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik FMIPA Universitas Lampung;

7. Ibu Liza Aprilia S. Si. selaku Laboran Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik FMIPA Universitas Lampung;

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung; 9. Bapak dan Ibu Staf Administrasi FMIPA Universitas Lampung;

10. Teman seperjuanganku Suparwaty, S. Pd. dan Loecy Antary , atas kerjasama, kebersamaan, bantuan dan semangatnya dalam pembuatan tesis ini.

11. Pak Bambang, Hapin, Melly Antika, dan Nico Mei Candra, atas segala bantuan yang diberikan;

12. Rekan-rekan peer anorganik, analitik dan seluruh angkatan 2013 atas kerjasama dan kebersamaannya;

13. Bapak Drs. Sarmin, M.M., seluruh guru, dan staf Tata Usaha SMA Negeri 1 Terbanggi Besar atas perhatian, motivasi, dan kebaikannya;

14. Suami tercinta Tri Haryono, S. Kom. dan anakku Zata Yumna Pramudyta yang menemaniku dengan doa-doanya dan selalu memberi semangat; 15. Emak, mama endang, Bapak dan Ibu mertuaku serta keluarga besarku yang

selalu mendukungku dengan doa dan kesabarannya;

(17)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2016

Penulis

(18)

Keberhasilan adalah sebuah proses. Niat adalah awal keberhasilan.

Peluh keringat, tetesan air mata, doa kita dan doa orang-orang

disekitar kita adalah pemicu semangat kita. Kegagalan di setiap langkah

kita tidak menjadikan kita menyerah untuk berusaha. Bersabarlah…

Allah selalu menyertai orang-orang yang penuh kesabaran dalam proses

menuju keberhasilan. Sesungguhnya kesabaran akan membuat kita

mengerti bagaimana cara mensyukuri arti sebuah keberhasilan. Jangan

pernah malu untuk maju, karena malu menjadikan kita takkan pernah

mengetahui dan memahami segala sesuatu hal akan hidup ini. Percayalah

bahwa apapun yang kita terima saat ini adalah yang terbaik dari Allah

dan Dia akan selalu memberikan yang terbaik untuk kita pada waktu

yang telah Dia tetapkan.

“Jangan takut dengan berkembang perlahan, takutlah jika diam saja,

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri-industri besar seperti industri minyak dan gas, proses desalinasi dan ketel, serta industri kimia, menggunakan peralatan-peralatan pipa-pipa aliran fluida. Namun sering mendapatkan masalah seperti terjadinya pengendapan garam pada dinding-dinding peralatan proses aliran fluida. Permasalahan tersebut terutama pada permukaan transfer panas dan permukaan alat evaporasi. Pengendapan tersebut terjadi karena terbentuknya kerak pada pipa-pipa peralatan industri yang akan memperkecil diameter dan menghambat aliran fluida pada sistem pipa tersebut, dan menyebabkan suhu semakin naik dan tekanan makin tinggi sehingga kemungkinan pipa akan pecah (Asnawati, 2001).

Salah satu contoh dampak terbentuknya kerak tersebut adalah pada industri Pembangkit Listrik Tenaga Panas (PLTP) yang harus mengeluarkan dana sebesar 6 7 juta dolar amerika atau setara dengan 80 100 milyar rupiah untuk

(20)

2

Selain itu, endapan kerak dapat menyebabkan penipisan pada dinding boiler yang berdampak terhadap peningkatan penggunaan bahan bakar solar sehingga

meningkatkan biaya produksi dan pemborosan bahan bakar fosil yang saat ini persediaannya makin menipis.

Adapun komponen-komponen kerak yang sering dijumpai pada peralatan industri yaitu kalsium karbonat (CaCO3), kalsium dan seng fosfat, kalsium sulfat (CaSO4), silika, dan magnesium silikat (Lestari, 2008).

Dalam bidang industri, kerak kalsium karbonat (CaCO3) merupakan salah satu masalah yang cukup penting pada sebagian besar proses industri yang melibatkan air, seperti pada desalinasi, permukaan tower pendingin, mesin penukar panas, mesin pembangkit tenaga uap dan di pipa-pipa minyak. Kelarutan CaCO3 yang sedikit dapat terbentuk jika dalam larutan lewat jenuh terjadi kesetimbangan kimia pada tekanan dan temperatur yang sama. Kesetimbangan CaCO3 dapat diganggu dengan pengurangan gas CO2 dari aliran selama proses produksi berlangsung. Hal ini akan mengakibatkan pengendapan sehingga terbentuk kerak.

Pembentukan kerak dapat dicegah dengan cara pelunakan dan pembebasan mineral air. Akan tetapi penggunaan air bebas mineral dalam industri-industri besar membutuhkan biaya yang lebih tinggi (Nunn, 1997).

(21)

3

efektif karena dapat meningkatnya laju korosi yang cukup tinggi, serta mempunyai bahaya yang cukup tinggi dalam penanganannya (Lestari, 2008).

Karena kelemahan-kelemahan itu, diperlukan cara lain untuk mencegah

terbentuknya kerak dengan inhibitor kerak yaitu dengan menginjeksikan bahan-bahan kimia pencegah kerak (scale inhibitor) ke dalam formasi air pada pipa (Asnawati, 2001). Prinsip kerja dari scale inhibitor yaitu pembentukan senyawa kompleks (kelat) antara scale inhibitor dengan unsur-unsur pembentuk kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut dalam air sehingga menutup

kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar. Di samping itu dapat mencegah kristal kerak untuk melekat pada permukaan pipa (Patton, 1981). Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan scale inhibitor adalah keefektifan, kestabilan, kecocokan, dan biaya. Sifat dari scale inhibitor yang sangat diharapkan yaitu stabil dalam air pada waktu yang panjang dan temperatur yang tinggi (Cowan dan Weintritt, 1976).

Pada umumnya terdapat dua macam scale inhibitor yang digunakan yaitu scale inhibitor anorganik dan organik. Scale inhibitor anorganik yang banyak

digunakan adalah jenis fosfat, kondesat fosfat, dan dehidrat fosfat. Sedangkan scale inhibitor organik yang biasa digunakan adalah organofosfonat, organofosfat

(22)

4

inhibitor kerak tersebut umumnya digunakan pada konsentrasi tinggi sehingga dapat meningkatkan laju korosi, menaikkan nilai konduktivitas dan total padatan terlarut.

Dengan demikian, dibutuhkan inhibitor kerak baru yang lebih efektif jika digunakan pada konsentrasi rendah dan suhu tinggi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, digunakan tanaman gambir sebagai inhibitor

pertumbuhan kerak kalsium karbonat karena mengandung asam tanat (tanin). Seperti halnya gambir, kemenyan diperkirakan dapat dijadikan sebagai inhibitor kerak. Kemenyan mengandung asam sinamat, asam benzoat, esternya (seperti koniferilbenzoat, koniferilsinamat, sinamilsinamat), triterpenoid (berupa

turunannya yaitu asam siaresinolik dan asam sumaresinolik) (Stahl, 1985), yang akan efektif dalam menghambat laju pertumbuhan kerak CaCO3 pada pipa-pipa industri.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh penambahan kemenyan sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat (CaCO3) pada konsentrasi yang berbeda.

(23)

5

C. Manfaat Penelitian

(24)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengendapan Senyawa Anorganik

(25)

7

B. Kristalisasi

Menurut Brown (1978) kristalisasi adalah suatu proses pembentukan kristal dari larutannya dan kristal yang dihasilkan dapat dipisahkan secara mekanik.

Kristalisasi merupakan peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat dalam suatu fase homogen. Kristalisasi dari larutan dapat terjadi jika padatan terlarut dalam keadaan berlebih (di luar kesetimbangan), maka sistem akan mencapai kesetimbangan dengan cara mengkristalkan padatan terlarut (Dewi dan Ali, 2003)

Kristalisasi senyawa dalam larutan langsung pada permukaan transfer panas dimana kerak terbentuk memerlukan tiga faktor simultan yaitu konsentrasi lewat jenuh (supersaturation), nukleasi (terbentuknya inti kristal) dan waktu kontak yang memadai. Pada saat terjadi penguapan, kondisi jenuh (saturation) dan kondisi lewat jenuh (supersaturation) dicapai secara simultan melalui pemekatan larutan dan penurunan daya larut setimbang saat kenaikan suhu menjadi suhu penguapan. Pembentukan inti kristal terjadi saat larutan jenuh, kemudian sewaktu larutan melewati kondisi lewat jenuh beberapa molekul akan bergabung

membentuk inti kristal. Inti kristal ini akan terlarut bila ukurannya lebih kecil dari ukuran partikel kritis (inti kritis), sementara itu kristal-kristal akan berkembang bila ukurannya lebih besar dari partikel kritis. Apabila ukuran inti kristal menjadi lebih besar dari inti kritis, maka akan terjadi pertumbuhan kristal.

(26)

8

zat-zat terlarut adalah perbedaan antara konsentrasi zat-zat terlarut pada permukaan kristal dan pada larutan. Kristal-kristal yang telah terbentuk

mempunyai muatan ion lebih rendah dan cenderung untuk menggumpal sehingga terbentuklah kerak (Lestari, 2004).

Proses pembentukkan kristalisasi ditunjukkan pada gambar berikut (Zeiher, 2003).

Gambar 1. Tahapan kristalisasi (Zeiher dkk., 2003)

C. Kerak

Kerak didefinisikan sebagai suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang terendapkan dan membentuk timbunan kristal pada permukaan suatu zat

(Kemmer, 1979). Kerak terbentuk karena tercapainya keadaan larutan lewat jenuh, karena dalam keadaan larutan lewat jenuh beberapa molekul akan bergabung membentuk inti kristal. Kristal-kristal yang terbentuk mempunyai

(27)

9

muatan ion lebih rendah dan cenderung untuk menggumpal sehingga terbentuklah kerak (Lestari, 2008; Hasson dan Semiat, 2005).

Pembentukan kerak pada sistem perpipaan di industri maupun rumah tangga menimbulkan banyak permasalahan teknis dan ekonomis. Hal ini disebabkan karena kerak dapat menutupi atau menyumbat air yang mengalir dalam pipa dan sekaligus menghambat proses perpindahan panas pada peralatan penukar panas, sehingga kerak yang terbentuk pada pipa-pipa akan memperkecil diameter dan menghambat aliran fluida pada sistem pipa tersebut.

Terganggunya aliran fluida menyebabkan suhu semakin naik dan tekanan semakin tinggi maka kemungkinan pipa akan pecah dan rusak (Asnawati, 2001). Adapun komponen-komponen kerak yang sering dijumpai pada peralatan industri

(28)

10

Faktor yang mempengaruhi pembentukan kerak (Lestari, 2008) adalah:

1. Kualitas Air

Pembentukan kerak dipengaruhi oleh konsentrasi komponen-komponen kerak (kesadahan kalsium, konsentrasi karbonat, dan lain-lain), pH dan konsentrasi bahan penghambat kerak di dalam air.

2. Temperatur Air

Pada umumnya komponen pembentukan kerak cenderung mengendap atau menempel sebagai kerak pada temperatur tinggi. Hal ini disebabkan karena kelarutannya menurun dengan naiknya temperatur. Laju penggerakan mulai meningkat pada temperatur air 50 ˚C atau lebih dan kadang-kadang masalah kerak terjadi pada temperatur air di atas 60 ˚C.

3. Laju Alir Air

Laju pembentukan kerak akan meningkat dengan turunnya laju air sistem. Dalam kondisi tanpa pemakaian penghambat kerak, pada sistem laju alir air 0,6 m/detik laju pembentukan kerak hanya seperlima dibanding pada laju alir air 0,2 m/detik (Lestari, 2004 ).

Pembentukan kerak merupakan proses kristalisasi yang biasanya terdiri dari empat tahap, yaitu :

1. tercapainya keadaan larutan yang lewat jenuh (supersaturation), 2. pembentukan inti kristal (nukleasi),

(29)

11

4. pertumbuhan kristal kecil membentuk kristal dengan ukuran yang lebih besar (penebalan lapisan kerak) (Hasson and Semiat, 2005).

Prinsip mekanisme pembentukan kerak menurut Badr dan Yassin (2007) yaitu:

1. Campuran dua air garam yang tidak sesuai (umumnya air formasi mengandung banyak kation seperti kalsium, barium, dan stronsium,

bercampur dengan sulfat yang banyak terdapat dalam air laut, menghasilkan kerak sulfat seperti CaSO4).

2. Penurunan tekanan dan kenaikan temperatur air garam, yang akan menurunkan kelarutan garam (umumnya mineral yang paling banyak mengendap adalah kerak karbonat seperti CaCO3).

3. Penguapan air garam, menghasilkan peningkatan konsentrasi garam melebihi batas kelarutan dan membentuk endapan garam.

Pada dasarnya, pembentukan kerak terjadi dalam suatu aliran yang bersifat garam jika mengalami penurunan tekanan secara tiba-tiba, maka aliran tersebut menjadi lewat jenuh dan menyebabkan terbentuknya endapan garam yang menumpuk pada dinding-dinding peralatan proses industri (Amjad, 1995).

(30)

12

supersaturation dicapai secara simultan melalui pemekatan larutan dan penurunan

daya larut setimbang saat kenaikan suhu menjadi suhu penguapan. Pembentukan inti kristal terjadi saat larutan jenuh, dan kemudian sewaktu larutan melewati supersaturation maka terjadilah pertumbuhan kristal, ukuran kristal bertambah besar dan melalui gaya gravitasi kristal jatuh dan terpisah dari larutan. Mekanisme tersebut memerlukan waktu kontak antara larutan dan permukaan transfer yang memadai. Skema mekanisme pembentukan kerak yang dilengkapi parameter-parameter penting yang mengontrol setiap tahapan ditunjukkan pada Gambar 2 berikut :

Gambar 2. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air (Salimin dan Gunandjar, 2007)

(31)

13

D. Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3)

Kalsium adalah logam putih perak dan agak lunak, tak beracun, melebur pada suhu 845 ˚C, kalsium membentuk kation Ca2+dalam larutan-larutan air.Garam-garamnya biasa berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tak berwarna kecuali anionnya berwarna.

Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan salah satu endapan penyusun kerak yang menjadi masalah serius pada sebagian besar proses industri yang melibatkan air garam dan pada operasi produksi minyak bumi.

Kalsium karbonat (CaCO3) berupa endapan amorf putih terbentuk dari reaksi antara ion kalsium (Ca2+) dalam bentuk CaCl2 dengan ion karbonat (CO32-) dalam bentuk Na2CO3.

Ca2+ + CO

32- CaCO3

Karbonat dari kalsium tidak larut dalam air dan hasil kali kelarutannya menurun dengan naiknya konsentrasi Ca2+ (Svehla, 1990).

E. Pengaruh Terbentuknya Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3)

(32)

14

sehingga menghambat aliran fluida pada sistem pipa tersebut. Terganggunya aliran fluida menyebabkan suhu semakin naik dan tekanan semakin tinggi sehingga kemungkinan pipa akan pecah. Pada operasi produksi minyak bumi, pembentukan kerak dapat mengurangi produktivitas sumur akibat tersumbatnya penorasi, pompa, valve, dan fitting. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan pembentukan kerak untuk mengurangi atau menghilangkan kerak kalsium karbonat yang terdapat pada peralatan-peralatan industri (Asnawati, 2001).

F. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3)

Beberapa metode yang pernah dilakukan untuk mencegah terbentuknya kerak kalsium karbonat pada peralatan-peralatan industri (Lestari, 2008; Gill, 1999; Nunn, 1997) adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian pH

Pengendalian pH dengan penginjeksian asam (asam sulfat atau asam klorida) telah lama diterapkan untuk mencegah pertumbuhan kerak oleh garam-garam kalsium, garam logam bivalen dan garam fosfat. Asam sulfat yang biasa digunakan pada metode ini akan bereaksi dengan ion karbonat yang ada di air menghasilkan H2O dan CO2 sehingga pembentukan kerak CaCO3 dapat dicegah.

CaCO3 + 2H+ Ca2+ + H2O + CO2

(33)

15

paduan tembaga dengan cepat akan berlangsung sehingga pH efektif untuk mencegah pengendapan kerak hanyalah pada pH 7 sampai 7,5.

Oleh karena itu, suatu sistem otomatis penginjeksian asam diperlukan untuk mengendalikan pH secara tepat. Selain itu, asam sulfat dan asam klorida mempunyai tingkat bahaya yang cukup tinggi dalam penanganannya. Saat ini, penghambatan kerak dengan hanya penginjeksian asam semakin jarang

digunakan (Lestari, 2004).

2. Pelunakan dan pembebasan mineral air

(34)

16

3. Penggunaan inhibitor kerak

Inhibitor kerak pada umumnya merupakan bahan kimia yang sengaja ditambahkan untuk mencegah atau menghentikan terbentuknya kerak bila ditambahkan dengan konsentrasi yang kecil ke dalam air (Halimatuddahliana, 2003). Prinsip kerja dari inhibitor kerak adalah pembentukan senyawa kompleks (kelat) antara inhibitor dengan unsur-unsur penyusun kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut dalam air sehingga menutup kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar dan mencegah kristal kerak untuk melekat pada permukaan pipa (Patton, 1981).

Biasanya penggunaan bahan kimia tambahan untuk mencegah pembentukan kerak didukung dengan penggunaan bola-bola spons untuk membersihkan secara

mekanis permukaan bagian dalam pipa. Syarat yang harus dimiliki senyawa kimia sebagai inhibitor kerak adalah sebagai berikut:

1. Inhibitor kerak harus menunjukkan kestabilan termal yang cukup dan efektif untuk mencegah terbentuknya air sadah dari pembentukkan kerak.

2. Inhibitor kerak juga harus dapat merusak struktur kristal dan padatan tersuspensi lain yang mungkin akan terbentuk.

(35)

17

G. Kemenyan

Kemenyan (Styrax benzoin Dryand.) merupakan pohon yang terdapat di Asia Tenggara dan India Timur (Claus, 1970). Sumatera dan Jawa adalah daerah di Indonesia yang menanam kemenyan. Kemenyan ditanam dalam skala besar di Tapanuli dan Palembang (Heyne, 1987). Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu penghasil getah kemenyan di Provinsi Sumatera Utara (Warastri, 2007).

Pohon ini terdapat di daerah pegunungan pada ketinggian 600-1000 m di atas permukaan laut (Heyne, 1987). Pohon kemenyan tingginya mencapai 18 m dengan diameter 35 cm. Batangnya tegak, bulat, berkayu, percabangan simpodial dan berwarna coklat. Kemenyan berdaun majemuk, berbentuk bulat telur,

tersebar, panjang 8-14 cm, lebar 2-5 cm, tepi rata, ujung meruncing, pangkal tumpul, pertulangan menyirip, hijau dan berambut. Bunga banci, aktinomorf, rangkaian berbentuk malai dan terdapat pada ketiak daun (Tjitrosoepomo, 1994).

(36)

18

Sistematika dari kemenyan menurut Hutapea, (1994) yaitu:

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Ebenales Suku : Styracaceae Marga : Styrax

Jenis : Styrax benzoin Dryand.

Daun kemenyan mengandung saponin, flavonoid dan polifenol (Hutapea, 1994). Getah kemenyan mengandung asam sinamat, asam benzoat, esternya (seperti koniferilbenzoat, koniferilsinamat, sinamilsinamat), Triterpenoid (berupa

turunannya yaitu asam siaresinolik dan asam sumaresinolik) (Stahl, 1985). Getah kemenyan memiliki banyak manfaat baik penggunaan lokal maupun sebagai komoditi ekspor. Kemenyan berguna untuk upacara ritual, campuran rokok, bahan pengawet, ekspektoran, antiseptik, industri kosmetik dan parfum (Claus, 1970; Stahl, 1985).

H. Asam Sinamat

Asam sinamat (Gambar 4) memiliki rumus kimia C6H5CHCHCOOH atau

(37)

19

133°C serta titik didih 300°C. Asam sinamat termasuk senyawa fenol yang dihasilkan dari lintasan asam sikimat dan reaksi berikutnya. Bahan dasarnya adalah fenilalanin dan tirosin sama seperti asam kafeat, asam p-kumarat, dan asam ferulat. Kedua senyawa tersebut penting bukan karena terdapat melimpah dalam bentuk tak terikat (bebas), melainkan karena mereka diubah menjadi beberapa turunan di samping protein. Turunannya termasuk fitoaleksin, kumarin, lignin, dan berbagai flavonoid seperti antosianin. Biosintesis atau pembentukan dari senyawa flavonoid, stilben, hidroksisinamat atau -OH seperti asam kafeat, asam ferulat, dan asam p-kumarat) dan asam fenol melibatkan jaringan kompleks dari lintasan asam sikimat, fenilpropanoid, dan flavonoid. Reaksi penting dalam pembentukan asam sinamat dan berbagai turunannya adalah pengubahan fenilalanin menjadi asam sinamat (Salisburry dan Ross, 1995).

I. Asam Benzoat

Asam benzoat (C6H5COOH) telah banyak digunakan untuk menghambat

(38)

20

Asam benzoat terdapat secara alami dalam buah-buahan dan rempah-rempah seperti cranberies, prunes, buah plum, kayu manis, dan cengkeh yang tua atau masak. Asam benzoat juga terdapat secara alami pada produk-produk fermentasi seperti bir, dairy products, teh, dan anggur (Chipley, 2005).

OH OH

O O

Gambar 4. Struktur (a) asam benzoat dan (b) asam sinamat

J. Scanning Electron Microscope (SEM)

Analisis morfologi permukaan kristal CaCO3 dapat dilakukan menggunakan SEM. SEM adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang dapat mengamati dan

menganalisis karakteristik struktur mikro dari bahan padat yang konduktif maupun yang nonkonduktif. Kelebihan menggunakan SEM antara lain material atau sampel dapat dianalisis tanpa persiapan khusus, karena itu sampel yang tebal sekalipun (bulk) juga dapat dianalisis (Handayani et al., 1996).

Pada prinsipnya SEM dapat mengamati morfologi, strukturmikro, komposisi dan distribusi unsur. Sinar elektron dihasilkan dari atas mikroskop oleh microscope gun. Sinar elektron mengikuti garis vertikal dari mikroskop dan dalam kondisi

(39)

21

vakum. Sinar melalui medan elektromagnetik dan lensa dengan fokus menuju sampel. Ketika sinar menumbuk sampel, elektron dan sinar-X keluar dari sampel. Detektor akan mengumpulkan sinar-X, backscattered electron, dan secondary electron dan mengubahnya menjadi sinyal yang akan ditampilkan pada monitor.

Hal ini menghasilkan gambar akhir.

SEM terdiri dari kolom elektron (electron column), ruang sampel (sampel chamber), sistem pompa vakum (vacuum pumping system), kontrol elektron dan

sistem bayangan (imaging system). Gambar 5 merupakan skema alat SEM (Handayani et al., 1996).

Gambar 5. Skema Scanning electron microscope (SEM)

K. Particle Size Analyzer (PSA)

(40)

22

lebih objektif jika dibandingkan dengan teknik pengukuran partikel lainnya, dapat dipercaya dan penggunaannya dapat diulang-ulang. PSA dideskripsikan sebagai teknik yang sempurna, dapat menganalisis dengan cepat, cocok untuk

perindustrian, relatif tidak mahal, operator tidak harus terlatih, dan dapat

menganalisis ukuran partikel yang mengalami sedikit perubahan. Pada dasarnya PSA digunakan untuk mengamati sifat fisik, fenomena gravitasi padatan dan adsorpsi energi X-ray rendah.

L. Spektrofotometer Infra Red (IR)

Spektrofotometer IR adalah spektrofotometer yang menggunakan sinar IR dekat, yakni sinar yang berada pada jangkauan panjang gelombang 2,5 –25 μm atau

(41)

23

jangkauan frekuensi 400 – 4000 cm-1. Sinar ini muncul akibat vibrasi atom-atom padaposisi kesetimbangan dalam molekul dan kombinasi vibrasi dengan rotasi menghasilkan spektrum vibrasi – rotasi (Khopkar, 2001)

Spektrum IR suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi vibrasi dan osilasi. Bila molekul menyerap radiasi IR, energi yang diserap akan

menyebabkan kenaikan amplitude getaran atom-atom yang terikat sehingga molekul-molekul tersebut berada pada keadaan vibrasi tereksitasi (excited vibrational state); energi yang diserap ini akan dibuang dalam bentuk panas bila

molekul itu kembali ke keadaan dasar. Panjang gelombang eksak dari adsorpsi oleh suatu tipe ikatan, tergantung pada macam vibrasi dari ikatan tersebut. Oleh karena itu, tipe ikatan yang berlainan menyerap radiasi IR pada panjang

gelombang yang berbeda. Dengan demikian spektrofotometer IR dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus fungsi dalam suatu molekul (Supratman, 2010).

M. Difraksi Sinar-X (XRD)

Metode difraksi sinar-X adalah metode analisis yang didasarkan pada difraksi radiasi elektromagnetik yang berupa sinar-x oleh suatu kristal. Sinar-x merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang yang pendek yaitu 0,5-2,5Å.

(42)

24

jarak antar bidangnya kira-kira sama dengan panjang gelombangnya pada suatu bidang dengan sudut  (Culity, 1967).

Kegunaan analisis XRD diantaranya adalah:

a) Analisis kualitatif dan penetapan semi-kuantitatif.

b) Menentukan struktur kristal (bentuk dan ukuran sel satuan kristal, pengindeksan bidang kristal, dan kedudukan atom dalam kristal. c) Untuk analisis kimia (identifikasi zat yang belum diketahui, penentuan

kemurniaan senyawa, dan deteksi senyawa baru).

Analisis difraksi sinar-x didasarkan pada susunan sistematik atom-atom atau ion-ion di dalam bidang kristal yang dapat tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk kisi kristal dengan jarak antar bidang (d) yang khas.

Setiap spesies mineral mempunyai susunan atom yang berbeda-beda sehingga membentuk bidang kristal yang dapat memantulkan sinar-x dalam pola difraksi yang karakteristik. Pola difraksi inilah yang kemudian digunakan untuk

(43)

25

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Analisis menggunakan instrumen IR (Shimadzu prestige 21) dan XRD (Shimadzu 6000) dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Universitas Gajah Mada, sedangkan analisis menggunakan instrumen SEM (Jeol JSM-6360la) dan PSA (Coulter LS 1000) di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

(44)

26 Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CaCl2 anhidrat, Na2CO3, akuades, kertas saring, dan inhibitor kemenyan.

C. Prosedur Penelitian

1. Preparasi Inhibitor Kemenyan

Inhibitor kemenyan dibuat dengan cara menghaluskan kemenyan padat. Sebanyak 10 gram serbuk kemenyan dilarutkan dalam 1 liter akuades. Larutan diaduk menggunakan pengaduk magnetik selama 2-3 jam dengan suhu 90 C. Diperoleh inhibitor kemenyan dengan konsentrasi 10.000 ppm.

2. Pengujian inhibitor kemenyan dalam pengendapan kristal CaCO3 dengan tanpa penambahan bibit kristal

Tahapan untuk menguji ekstrak kemenyan dalam pengendapan kristal CaCO3 dengan tanpa penambahan bibit kristal dilakukan dengan rangkaian percobaan sebagai berikut:

a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 tanpa Penambahan Inhibitor pada Konsentrasi yang Berbeda

(45)

27 tersebut dicampurkan dan diukur pH-nya. Setelah kedua larutan tersebut

dicampurkan, larutan dibagi ke dalam 8 botol plastik di mana setiap botol berisi 50 mL larutan pertumbuhan. Larutan tersebut kemudian diletakan ke dalam waterbath pada suhu 90 C. Setiap sepuluh menit satu botol diambil untuk ditimbang berat kristal yang terbentuk dengan cara menyaring larutan dalam botol tersebut menggunakan kertas saring, dicuci dengan akuades, dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 90 ºC selama 3-4 jam. Percobaan ini diulang dengan variasi konsentrasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 sebesar 0,75 dan 0,1 M. Endapan yang terbentuk ditimbang, kemudian dilakukan analisis menggunakan SEM dan XRD, distribusi ukuran partikel dalam endapannya menggunakan PSA.

b. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan Inhibitor pada Konsentrasi yang Berbeda

Larutan pertumbuhan dibuat dari larutan 0,05 M CaCl2 dan larutan 0,05 M Na2CO3 masing-masing dalam 200 mL inhibitor. Selanjutnya masing – masing larutan dipindahkan ke dalam gelas kimia dan diaduk dengan magnetic stirrer hingga menjadi larutan yang homogen. Larutan CaCl2 anhidrat 0,05 M dan larutan Na2CO3 0,05 M dicampurkan agar terbentuk kerak CaCO3 dan diukur pH nya . Larutan pertumbuhan yang telah dicampur tersebut dimasukkan kedalam 8 botol plastik masing-masing sebanyak 50 mL. Kemudian diletakkan dalam waterbath pada suhu 90 ºC selama 10 menit untuk mencapai kesetimbangan.

(46)

28 suhu 90 ºC selama 3-4 jam. Percobaan ini diulang dengan variasi konsentrasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 sebesar 0,75 dan 0,1 M. Konsentrasi inhibitor 50, 150 dan 250 ppm. Endapan yang terbentuk ditimbang, kemudian dilakukan analisis menggunakan SEM dan XRD, distribusi ukuran partikel dalam endapannya menggunakan PSA.

3. Analisa Data

Data yang diperoleh berupa jumlah endapan terhadap waktu dengan variasi konsentrasi larutan pertumbuhan dan variasi konsentrasi inhibitor, masing-masing akan diplot sebagai jumlah endapan terhadap waktu. Nilai slope yang diperoleh dari masing-masing grafik merupakan pertumbuhan kerak CaCO3. Efektivitas inhibitor dalam menghambat laju pembentukan kerak kalsium karbonat dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Boris dkk. (2005) dan Patel (1999) sebagai berikut :

fe as nh o 100 C Ca C C

dimana :

Ca = konsentrasi CaCO3 setelah ditambahkan inhibitor saat kesetimbangan (g/L)

Cb = konsentrasi CaCO3 tanpa penambahan inhibitor saat kesetimbangan (g/L)

(47)

29 4. Karakterisasi

Uji karakterisasi senyawa menggunakan spektrofotometer IR, SEM, XRD, dan PSA. Kandungan kimia kemenyan dianalisis menggunakan spektrofotometer IR. Morfologi kerak kalsium karbonat sebelum atau sesudah penambahan inhibitor dianalisis menggunakan SEM dan XRD . Perubahan ukuran partikel dari

(48)

46

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Senyawa ekstrak kemenyan mampu menghambat kerak CaCO3 dengan cara menghambat laju pertumbuhan kristal kerak CaCO3, yang ditunjukkan dengan perbedaan nilai laju pertumbuhan, morfologi dan ukuran partikel kristal CaCO3.

2. Konsentrasi tertinggi senyawa ekstrak kemenyan dalam menghambat pertumbuhan kerak CaCO3 sebesar 350 ppm dengan efektivitas kemampuan sebesar 76,923%.

B. Saran

Untuk meningkatkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran yaitu :

(49)

47 2. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui mekanisme secara kimia

(50)

48

DAFTAR PUSTAKA

Al-Deffeeri, N.S. 2006. Heat Transfer Measurement as a Criterion For Performance Evaluation of Scale Inhibition in MSF Plants in Kuwait. Desalination. Vol. 204. pp. 423-436.

AM, Oktaviani. 2012. Studi Penggunaan Senyawa TDMACMKR dan Ekstrak Gambir sebagai Inhibitor Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3) dengan Metode Unseeded Experiment. (Skripsi Tidak Diterbitkan).

Lampung : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Amjad, Zahid. 1995. Mineral Scale Formation And Inhibition. Plenum Press. New York.

Asnawati. 2001. Pengaruh Temperatur Terhadap Reaksi Fosfonat dalam Inhibitor Kerak pada Sumur Minyak. Jurnal ILMU DASAR. Vol. 2. No. 1: 20. Badr, A. dan A. A. M. Yassin. 2007. Barium Sulfate Scale Formation in Oil Reservoir During Water Injection at High-Barium Formation Water. Journal of AHallied Sciences. 7 (17) ; Hal. 2393-2403.

Boris, A.M., Margarita, A. K., Alla, Y. F. 2005. Vapor Corrosion and Scale Inhibitors Formulated from Biodegradable and Renewable Raw Materials. European Symposium on Corrosion Inhibitors (10 SEIC). Ferrara. Italy. Brown, G. G. 1978. Unit Operasi. Jhon Willey dan Sons. Tokyo.

Chen J., L. Xu, J. Han, M. Su, and Q. Wu. 2015. Synthesis of Modified

Polyaspartic Acid and Evaluation of Its Scale Inhibition and Dispersion Capacity. Desalination. 358. 42 – 48.

Chipley, J. R. 2005. Sodium Benzoate and Benzoic Acid. Di dalam P. M.

Davidson, J. N. Sofos, dan A. L. Branen (eds.). Antimicrobials in Food 3 rd ed. CRC Press Taylor&Francis Group, Boca Raton.

(51)

49 Cowan, J. C. dan D. J. Weintritt. 1976. Water-Formed Scale Deposit. Houston.

Texas. Gulf Publishing Co.

Cullity, B. D. 1967. Element of X- Ray Diffraction. Addison-Wisley Publishing Company Inc. New York.

Demadis, K. D., Katarachia, S. D. 2004. Metal-Phosphonate Chemistry : Synthesis, Crystal Structure of Calcium-amino-tris-(methylene

phosphonate) and Inhibition of CaCO3 Crystal Growth. Phosphorus Sulfur Silicon. 179. 627-648.

Dewi, D.F., dan Masduqi A. 2003. Penyisihan Fosfat dengan Proses Kristalisasi dalam Reaktor Terfluidasi Menggunakan Media Pasir Silika. Jurnal Purifikasi. Vol.4. No.4. 151-156.

Freeman, S.R., Jones, F., Ogden, M.I., Oliviera, A., and Richmond, W.R. 2006. Effect of Benzoic Acids on Barite and Calcite Precipitation. Crystal

Growth & Design 6(11): 2579-2587.

Gal, J. Y., Bollinger, J. C., Tolosa, H., Gache, N. 1996. Calcium Carbonate Solubility : A Reappraisal of Scale Formation and Inhibition. Talanta. 43. 1497-1509.

Gill, J. S. 1999. A Novel Inhibitor For Scale Control in Water Desalination. Desalination. Vol. 124. Hal. 43-50.

Guo, X., Qiu, F., Dong, K., Rong, X., He, K., Xu, J., and Yang, D. 2014. Preparation and application of copolymer modified with palygorskite as inhibitor for calcium carbonate scale. Applied Clay Science. 99. 187-193. Halimahtuddahliana. 2003. Pencegahan Korosi dan Scale Pada Proses Produksi

Minyak Bumi. Laporan Penelitian Universitas Sumatera Utara. Medan. Handayani, A., Sumaryo dan A. Sitompul. 1996. Teknik Pengamatan

Strukturmikro dengan SEM-EDAX. Makalah Kunjungan dan Demo PTBIN BATAN. Serpong.

Hasson, D. and R. Semiat. 2005. Scale Control in Saline and Wastewater Desalination. Israel Journal of Chemistry. Vol. 46. pp. 97-104. Heyne, K., (1987), Tumbuhan Berguna Indonesia, vol.3. Badan Litbang

(52)

50 Hutapea, JR. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid III. Departemen

Kesehatan RI dan Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Jones, F., Oliveira, A., Rohl, A.L., Ogden, M.I. and Parkinson, G.M. 2006. Understanding the Mechanism by which Nitrilotriacetic Acid Interacts with Precipitating Barium Sulfate. Crystal Engineering Comm. 8: 869- 876.

Kemmer, F. N. 1979. The Nalco Water Hand Book. Nalco Chemical Co. Mc Graw Hill Book CO. New York, 20. Hal. 1-9.

Khopkar, S. M. 2001. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta. Lafifah, S. N. 2000. Estimasi Pembentukan Endapan Alkali dalam Proses

Desalinasi Secara MSF. Prosiding Penelitian Ilmiah Teknologi Keselamatan Nuklir-VI. P2TKN-Batan. Serpong.

Lestari, D. E., G. R. Sunaryo, Y. E. Yulianto, S. Alibasyah dan S. B. Utomo. 2004. Kimia Air Reaktor Riset G.A.Siwabessy. Makalah Penelitian P2TRR dan P2TKN BATAN. Serpong.

Lestari, D. E. 2008. Kimia Air. Pelatihan Operator dan Supervisor Reaktor Riset. Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN. Serpong.

Liu, D., W. Dong, F. Li, F. Hui, and J. Lédion. 2012. Comparative Performance of Polyepoxysuccinic Acid and Polyaspartic Acid on Scaling Inhibition by Static and Rapid Controlled Precipitation Methods. Desalination. 310. 1- 10.

Maley, M. 1999. Inhibition of Calcite Nucleation and Growth Using Phoshonate. Curtin University of Technology Western Australia. Australia.

Muryanto S., A. P. Bayuseno, H. Ma’mun, M. Usamah, and Jotho. 2014. Calcium

Carbonate Scale Formation in Pipes : Effect of Flow Rates, Temperature, and Malic Acid as Additives on The Mass and Morphology of The Scale. Science Direct. 9. 69 – 76.

Nunn, R. G. 1997. Water Treatment Essentials for Boiler Plant Operation. Mc Graw Hill. New York.

(53)

51 Patton, C. 1981. Oilfield Water System. 2 ed. Cambeel Petroleum Series.

Oklahoma. Hal. 49-79.

Salimin, Z., dan Gunandjar. 2007. Penggunaan EDTA sebagai Pencegah Timbulnya Kerak pada Evaporasi Limbah Radioaktif Cair. Prosiding PPI – PDIPTN. Pustek Akselerator dan Proses Bahan – BATAN. Yogyakarta.

Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Terjamahan Jilid 3. Penerbit ITB. Bandung.

Sastrohamidjojo, H. 1991. Spektroskopi. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. Sikiric, M. D., and H. F. Milhofer.2007. Advanced. Colloid Interface Sciences.

Pp 128-130.

Sondi, I., Matijevic, E. 2001. Homogenous Precipitation of Calcium Carbonate by enzyme catalyzed reaction. Journal Colloid Interface Science. 238. 208 – 214.

Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, 3-17, 200-205. ITB.Bandung.

Suharso, Buhani, Tati S., dan L. Aprilia. 2007. Uji Coba Aditif pada Pengendapan Kristal dengan Penambahan Bibit Kristal dan Tanpa Penambahan Bibit Kristal. Laporan Penelitian Universitas Lampung. Lampung.

Suharso dan Buhani. 2009. Efek Penambahan Aditif Golongan Karboksilat dalam Menghambat Laju Pembentukan Endapan Kalsium Sulfat. Jurnal Natur Indonesia. Vol. 13(2) : 100-104.

Suharso, Buhani, Tati S. 2009. The Role of C-methyl-4,10,16,22-

tetrametoxycalyx(4)arene as Inhibitor of Calcium Carbonate (CaCO3) Scale Formation. Indonesian Journal of Chemistry. Vol. 9(2).

Suharso, Buhani, S. Bahri, and T. Endaryanto. 2011. Gambier Extracts as an Inhibitor of Calcium Carbonate (CaCO3) Scale Formation. Desalination. 265. 102-106.

Suharso dan Buhani. 2012. Penanggulangan Kerak. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Lampung.

(54)

52 Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.

Alih Bahasa oleh L. Setionodan A. H. Pudjaatmaka. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Cetakan I. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Wang, H., Zhou, Y., Yao, Q., Ma, S., Wu, W., Sun, W. 2014. Synthesis of Fluorescent-tagged Scale Inhibitor and Evaluation of Its Calcium Carbonate Precipitation Performance. Desalination. 340. 1 10.

Warastri, A.W. 2007. Kemenyan, getah magis yang dulu senilai emas. Kompas, 13 April 2007 : 51.

Webb, P. A. 2002. Interpretation of Particle Size Reported by Different Analytical Technique Diakses melalui www.micromeristics.com pada tanggal 5 Januari 2015 Pukul 17.00 WIB.

Weijnen, M. P. C., W. G. J. Marchee dan G. M. Van Rosmalen. 1983. A Quantification of The Effectiveness of an Inhibitor on The Growth Process of a Scalant. Desalination. Vol. 47. Hal. 81-92.

Gambar

Gambar 1. Tahapan kristalisasi (Zeiher dkk., 2003)
Gambar 2. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air (Salimin dan Gunandjar, 2007)
Gambar 3. Tanaman kemenyan (Styrax benzoin dryand) (www.google.com)
Gambar 5. Skema Scanning electron microscope (SEM)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan kesehatan lainnya: meningkatnya berat badan, lebih dihubungkan dengan penuaan dan tidak ada kaitannnya dengan HRT/ERT; palpitasi: sakit sendi, sakit kepala;

The Rainforest Alliance works to conserve biodiversity and ensure sustainable livelihoods by transforming land-use practices, business practices and consumer behavior. The

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keputusan investasi, kebijakan hutang, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan

Siswa menjawab pertanyaan pendahuluan dari guru tentang subbab yang telah dipelajari siswa di rumah yaitu tentang hidup rukun di sekolahc. Siswa mendengarkan dan memerhatikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jus Buah Pepaya (Carica papaya L.) dapat berperan sebagai hepatoprotektor dalam melindungi

pun sudah lebih dari 50 tahun merdeka, masih sedikit sekali anak Indonesia yang bisa menulis surat dalam bahasa Indo nesia yang bukan saja baik, melainkan juga memikat...

Gowa kami dapat melaksanakan/mengadakan suatu perlombaan atau tournamen bertempat dibakung kegiatan ini kami agendakan kegiatan remaja dalam tournamen bakung cup II,

[r]