• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELANTING (Studi Kasus di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELANTING (Studi Kasus di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

BUSINESS ANALYSIS AND AGROINDUSTRIAL DEVELOPMENT STRATEGY OF KELANTING AGROINDUSTRY

(A Case Study in Gantimulyo Village, Pekalongan District, Lampung Timur Regency)

By

Muhammad Nurudin

(2)

The alternative strategies are the increase in the cooperating to the among businessmen and using the availability of capital to open a new markets.

(3)

ABSTRAK

ANALISIS USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELANTING

(Studi Kasus di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur)

Oleh

Muhammad Nurudin

(4)

Strategi pengembangan agroindustri kelanting yaitu meningkatkan kerjasama antara pengusaha, dan memanfaatkan ketersediaan modal untuk membuka pasar baru.

(5)

ANALISIS USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELANTING

(Studi Kasus di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur)

Oleh

Muhammad Nurudin

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

ANALISIS USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELANTING

(Studi Kasus di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur)

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD NURUDIN

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram kerangka pemikiran pengembangan agroindustri

kelanting... 7

2. Diagram analisis SWOT ... 19

3. Skema proses pembuatan kelanting ... 35

4. Diagram neraca massa agroindustri kelanting MT Production, Dua Saudara, dan Kadung Trisno ... 37

5. Diagram neraca massa agroindustri kelanting Mitra Lestari ... 39

6. Saluran distribusi agroindustri kelanting ... 41

7. Matriks posisi agroindustri kelanting... 57

8. Wawancara dengan pemilik agroindustri kelanting MT Production ... 88

9. Wawancara dengan pemilik agroindustri kelanting Kadung Trisno.... 88

10. Wawancara dengan pemilik agroindustri kelanting Mitra Lestari... 88

11. Pengupasan singkong... 89

12. Pencucian singkong ... 89

13 Penggilingan singkong... 89

14. Pengepresan ... 90

15. Pemberian bumbu ... 90

16. Pengayakan ... 90

17. Pengukusan adonan... 91

(8)

viii

19. Pencetakan adonan ... 91

20. Hasil cetakan ... 92

21. Pembentukan kelanting ... 92

22. Penjemuran kelanting... 92

23. Penggorengan kelanting... 93

24. Penirisan... 93

(9)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 4

1.3. Manfaat Penelitian ... 5

1.4. Kerangka Pemikiran... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Potensi Singkong ... 8

2.2. Kelanting... 12

2.3. Analisis Usaha ... 13

2.3.1. Biaya produksi... 13

2.3.2. Penerimaan usaha ... 13

2.3.3. Keuntungan usaha ... 14

2.3.4. Analisis R/C ... 15

2.4. Manajemen Strategi ... 15

2.5. Analisis Faktor Internal-Eksternal ... 16

2.6. Analisis SWOT ... 17

2.7. Penelitian Terdahulu ... 20

III. METODOLOGI PENELITIAN... 24

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

3.2. Metode Penelitian ... 24

(10)

iv

3.4. Metode Analisis Data... 26

3.4.1. Analisis usaha... 26

3.4.2. Analisis Matriks IFE dan EFE ... 28

3.4.3. Analisis SWOT ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 32

4.1. Proses Produksi Kelanting ... 32

4.2. Pemasaran Kelanting ... 40

4.3. Analisis Usaha Agroindustri Kelanting ... 42

4.3.1. Jumlah produksi kelanting ... 42

4.3.2. Biaya produksi... 43

4.3.3. Penerimaan usaha ... 44

4.3.4. Keuntungan usaha ... 45

4.3.5. Analisis R/C ... 46

4.4. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal... 46

4.4.1. Identifikasi faktor kekuatan... 48

4.4.2. Identifikasi faktor kelemahan ... 50

4.4.3. Identifikasi faktor peluang ... 51

4.4.4. Identifikasi faktor ancaman ... 53

4.5. Analisis Matriks IFE dan EFE ... 54

4.5.1. Matriks IFE ... 55

4.5.2. Matriks EFE ... 56

4.6. Matriks Posisi Agroindustri Kelanting ... 57

4.7. Penentuan Strategi Matriks SWOT ... 58

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1.Simpulan ... 60

5.2.Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan produksi singkong di Indonesia... 9

2. Perkembangan singkong di Provinsi Lampung ... 9

3. Karakteristik varietas unggul ubikayu/singkong ... 10

4. Kandungan gizi dalam 100 g singkong... 11

5. Matriks IFE/EFE ... 28

6. Matriks SWOT... 30

7. Jumlah produksi kelanting di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur... 42

8. Biaya produksi kelanting di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur selama satu bulan... 43

9. Penerimaan usaha agroindustri kelanting di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur ... 44

10. Keuntungan usaha agroindustri kelanting di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur... 45

11. Analisis R/C agroindustri kelanting... 46

12. Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman agroindustri kelanting di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. ... 47

13. Matriks IFE agroindustri kelanting di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur ... 55

(12)

vi

15. Matriks SWOT agroindustri kelanting di Desa Gantimulyo

Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur ... . 59

16. Data mesin dan peralatan agroindustri kelanting MT Production ... . 78

17. Biaya operasional agroindustri kelanting MT Production... 79

18. Data mesin dan peralatan agroindustri kelanting Dua Saudara... 80

19. Biaya operasional agroindustri kelanting Dua Saudara... 81

20. Data mesin dan peralatan agroindustri kelanting Kadung Trisno... 82

21. Biaya operasional agroindustri kelanting Kadung Trisno... 83

22. Data mesin dan peralatan agroindustri kelanting Mitra Lestari... 84

23. Biaya operasional agroindustri kelanting Mitra Lestari... 85

24. Analisis usaha agroindustri kelanting di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur... 85

25. Pembobotan faktor strategis agroindustri kelanting di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur... 86

(13)
(14)
(15)
(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pujodadi, Lampung Tengah pada tanggal 8 April 1993, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Kodrat dan Ibu Maryati.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Pendidikan Kanak-kanak (TK) Dharma Wanita Pujodadi diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Pujodadi pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Trimurjo diselesaikan pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Gajah Tunggal Metro diselesaikan pada tahun 2011. Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP).

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) THP FP Unila dan Tim KewirausahaanExotic Fruit JuiceTHP periode 2013-2014. Penulis juga pernah aktif di UKMF FOSI FP UNILA sebagai anggota bidang studi dan syiar islam periode 2012-2013. Penulis melaksanakan Praktik Umum pada tahun 2014 di Sentulfresh Indonesia, Bogor

dengan judul “Mempelajari Proses Pembuatan Pupuk Kompos dengan

(17)

Jawa Barat”. Tahun 2015, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik

dengan tema “POSDAYA” di Desa Fajar Asri, Kecamatan Pancajaya, Kabupaten

(18)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Usaha dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kelanting (Studi Kasus di Desa

Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur)” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Dalam Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Azhari Rangga, M.App.Sc., selaku pembimbing pertama atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, nasihat, saran dan arahan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Bapak Dr.Ir. Tanto Pratondo Utomo. M.Si., selaku pembimbing kedua atas kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan dukungan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini;

(19)

ii

6. Ibu Ir. Otik Nawansih, M.P., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan perhatiannya kepada penulis;

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas pengetahuan, bimbingan, dan arahannya selama penulis menjadi mahasiswa;

8. Kedua orang tua tercinta Mamak dan Bapak, yang selalu memberikan semangat, dukungan,do’ayang tiada henti untuk keberhasilan penulis, dan adik tercinta (Mahfud);

9. Keluarga E3 Griya Kencana (Kak Isnur, Kak Pandu, Kak Rio, Kak Budi, Kak Pendi, Kak Mario, Ismad, Fatkhul, Tesa, dan Gunawan), terimakasih atas kebersamaan, semangat, dan dukungannya selama ini;

10. Keluarga besar angkatan2011 “Janji Gerhana” dan semua keluarga THP,

terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya;

11. Sahabat seperjuangan, Isna, Rian, Wildan, Satria, Oriza, Algi, Yudha, dan Tesa, terimaksih atas kebersamaan dan bantuannya selama ini;

12. Mas Hanapi, Mas Midi, Pak Pur, Pak Sopian, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuannya selama ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, September 2015 Penulis

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk olahan yang bernilai ekonomi, sekaligus menjadi suatu tahapan pembangunan pertanian berkelanjutan. Agroindustri menjadi subsistem yang melengkapi rangkaian sistem agribisnis dengan fokus kegiatan berbasis pada pengolahan sumberdaya hasil pertanian dan peningkatan nilai tambah komoditas.

Agroindustri memiliki peranan strategis dalam upaya pemenuhan kebutuhan bahan pokok, perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan produksi dalam negeri, dan pengembangan sektor perekonomian. Hal ini didukung dengan adanya

keunggulan karakteristik yang dimiliki agroindustri, yaitu penggunaan bahan baku dari sumberdaya alam yang tersedia di dalam negeri (Soekartawi, 2001).

Upaya pengembangan agroindustri secara tidak langsung membantu

meningkatkan perekonomian petani dengan peran sebagai penyuplai bahan baku. Pengembangan agroindustri merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan nilai tambah produk hasil pertanian serta mengubah sistem pertanian yang semula masih sederhana menjadi lebih maju. Pengembangan agroindustri harus

(21)

2

penyerapan tenaga kerja terutama disektor pertanian dan pengentasan kemiskinan. Untuk itu, salah satu agroindustri yang perlu dikembangkan pada saat ini adalah agroindustri skala kecil dan rumah tangga yang dibantu dengan agroindustri skala besar sebagai bentuk kerjasama (Direktorat Jenderal IKAH, 2004).

Salah satu agroindustri skala kecil yang banyak berkembang di Provinsi Lampung yaitu agroindustri olahan singkong. Produksi singkong yang cukup tinggi

menjadi salah satu peluang untuk pengembangan agroindustri olahan singkong. Lampung menjadi salah satu provinsi penghasil singkong terbesar di Indonesia. Berdasarkan data produksi singkong yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (2015), total produksi singkong di Lampung mencapai 8.329.201 ton singkong. Komoditas singkong semakin populer karena selain mudah untuk dikembangkan, hasilnya pun cepat terserap pasar. Hal ini didukung dengan adanya beberapa agroindustri yang mengolah singkong menjadi produk setengah jadi hingga siap dikonsumsi. Ragam olahan singkong diantaranya adalah tapioka, beras singkong, gaplek, kripik singkong, krupuk singkong dan kelanting (Gardjito, 2013).

Proses pengolahan dapat menjadi suatu upaya dalam memberikan nilai tambah komoditas singkong yaitu melalui industri berbasis pertanian dengan

(22)

3

disukai oleh kalangan anak-anak sampai orang dewasa sebagai makanan ringan karena memiliki rasa yang enak, gurih, dan renyah dengan harga yang relatif murah. Selain itu, kelanting mengandung karbohidrat dari pati singkong yang memiliki indeks glikemik rendah, sehingga dapat dijadikan makanan alternatif yang sehat dan baik untuk dikonsumsi.

Pengolahan kelanting dibuat dengan menggunakan teknologi sederhana namun memerlukan proses yang cukup panjang. Pembuatan kelanting dimulai dari proses pengupasan, penggilingan, pengepresan, pengukusan, pencetakan sampai pembentukan dan pengeringan, penggorengan, serta pengemasan. Selain mudah dalam proses pengolahannya, harga bahan bakunya pun cukup terjangkau

sehingga usaha kelanting dapat dijalankan dengan modal yang tidak terlalu besar. Oleh karena itu, produk olahan kelanting dapat menjadi sebuah alternatif usaha yang cukup menarik dalam upaya peningkatan nilai jual komoditas singkong.

(23)

4

Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan agroindustri yang diperoleh

berdasarkan kondisi agroindustri. Agar agroindustri kelanting dapat bertahan dan mampu berkembang, maka dibutuhkan strategi-strategi yang dapat disusun melalui analisis faktor internal dan eksternal. Berdasarkan berbagai sisi dari hasil analisis tersebut, selanjutnya strategi dapat dirumuskan melalui analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2006), analisis SWOT merupakan salah satu metode analisis yang didasarkan pada kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) untuk memperoleh strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisi agroindustri saat ini serta alternatif pengembangan

agroindustri kelanting pada masa yang akan datang.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat keuntungan usaha agroindustri kelanting di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. 2. Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam

pengembangan agroindustri kelanting di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.

(24)

5

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pelaku usaha dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh instansi pemerintah dalam strategi pengembangan agroindustri kelanting saat ini dan mendatang.

1.4 Kerangka Pemikiran

Agroindustri kelanting di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu agroindustri berbasis rumah tangga yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Kelanting merupakan salah satu makanan tradisional yang disukai oleh kalangan anak-anak sampai orang dewasa sebagai makanan ringan karena memiliki rasa yang enak, gurih, dan renyah. Selain itu, kelanting mengandung karbohidrat dari pati singkong yang memiliki indeks glikemik rendah sehingga dapat dijadikan makanan alternatif yang sehat dan baik untuk dikonsumsi.

(25)

6

mengalami kerugian karena harga jualnya pun menjadi lebih rendah sehingga hasil penjualan produk tidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi.

Strategi menjadi salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan agroindustri sesuai dengan kondisi agrindustri kelanting Strategi-strategi yang tepat dapat digunakan sebagai pandangan arah dalam keberlangsungan usaha dan upaya pengembangan agroindustri. Penentuan strategi pengembangan

agroindustri kelanting dilakukan dengan mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan eksternal agroindustri. Faktor-faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan agroindustri kelanting yang berupa kondisi keuangan, produksi, pemasaran, manajemen dan SDM. Adapaun faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman yang berupa kondisi perekonomian, kebijakan pemerintah, sosial dan budaya, teknologi, keadaan alam, pemasok dan konsumen serta perubahan pasar dan pesaing.

Penelitian diawali dengan melakukan analisis perhitungan biaya produksi,

(26)

7

melalui analisis SWOT untuk menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi agroindustri sesuai dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Strategi yang diprioritaskan yaitu berdasarkan hasil analisis SWOT dan posisi agroindustri kelanting. Diagram kerangka pemikiran pengembangan agroindustri kelanting disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram kerangka pemikiran pengembangan agroindustri kelanting

Matirks IFE Matirks EFE

Agroindustri Kelanting

Analisis Usaha

(Biaya, Penerimaan, Keuntungan, R/C)

Identifikasi Faktor Internal dan Ekternal

Faktor Eksternal:

1. Kondisi Perekonomian 2. Sosial dan Budaya 3. Kebijakan Pemerintah 4. Teknologi

5. Pesaing 6. Pelanggan 7. Pemasok

8. Keadaan Alam (Cuaca)

Faktor Internal:

1. Manajemen 2. Pemasaran 3. Kondisi Keuangan 4. Produksi

5. SDM

Matriks SWOT

(Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri Kelanting)

Analisis SWOT

(Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman)

Penyesuaian Strategi Pengembangan Agroindustri Kelanting

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Singkong

Singkong (Manihot esculenta) merupakan tanaman perdu penghasil umbi yang dapat hidup sepanjang tahun. Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebaran singkong hampir ke seluruh penjuru dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Cina, dan berkembang di negara-negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya salah satunya Indonesia. Singkong masuk ke

Indonesia pada tahun 1852, namun masyarakat Indonesia baru mengenal singkong pada tahun 1952 (Purwono, 2009). Penyebaran singkong di Indonesia dimulai dari pulau Jawa yang kemudian tersebar hampir diseluruh nusantara. Kehadiran singkong disambut hangat oleh masyarakat Indonesia karena tanaman singkong mudah dibudidayakan dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan alternatif.

(28)

9

Tabel 1. Perkembangan produksi singkong di Indonesia

Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton) 2008 1.204.933 180,57 21.756.991 2009 1.175.666 187,46 22.039.145 2010 1.183.047 202.17 23.918.118 2011 1.184.696 202.96 24.044.025 2012 1.129.688 214,02 24.177.372 2013 1.065.752 224,60 23.926.921 2014 1.075.784* 228,29* 24.558.778* (*) : Data adalah angka ramalan

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Indonesia masih memiliki banyak ketersediaan lahan pertanian yang kosong, sehingga produksi singkong setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sentra lahan singkong di Indonesia dikuasai oleh provinsi Lampung dengan luas lahan panen 324,100 ha pada tahun 2012. Tahun 2013, produksi singkong di Provinsi Lampung mencapai 8,33 juta ton. Keadaan ini menjadikan Lampung sebagai penyuplai sepertiga produksi singkong nasional dari produksi nasional sebesar 23,92 juta ton. Perkembangan produksi singkong pada tahun 2008 hingga 2011 menunjukkan tren yang terus meningkat yang didukung dengan luas panen dan produktivitas singkong (Badan Pusat Statistik, 2015). Data perkembangan luas panen dan produksi singkong di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan singkong di Provinsi Lampung

Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton)

2008 318.969 242,09 7.721.882

2009 309.047 244,92 7.569.178

2010 346.217 249,48 8.637.594

2011 368.096 249,76 9.193.676

2012 324.749 258,27 8.387.351

2013 318.107 261,84 8.329.201

2014 372.858* 260,83* 9.725.345* (*) : Data adalah angka ramalan

(29)

10

Dalam perkembangannya, singkong tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan yang dikonsumsi langsung namun juga digunakan sebagai bahan utama beberapa industri olahan berbahan baku singkong. Penggolongan jenis singkong dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu jenis singkong manis yang dapat dikonsumsi langsung dan singkong pahit yang perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Menurut Winarno (2004), singkong dapat dibedakan menurut warna, rasa, umur dan kandungan sianidanya (HCN), jika singkong memiiki rasa pahit maka kandungan sianidanya cukup tinggi. Karakteristik varietas unggul singkong disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik varietas unggul ubikayu/singkong

Varietas Rasa Warna Daging Umbi

Kadar Pati (%)

Kadar HCN (mg/kg)

Adira 1 Sedang Kuning 45 27,5

Adira 2 Sedang Putih 41 124

Adira 4 Pahit Putih 18-22 680

Malang 1 Manis Putih Kekuningan 32-36 <40 Malang 2 Manis Kuning muda 32-36 <40

Malang 4 - Putih 25-32 100

Malang 6 - Putih 25-32 100

Darul Hidayah Kenyal Putih 25-31,52 <40 UJ-3 Pahit Putih kekuningan 20-27 >100 UJ-5 Pahit Kuning keputihan 19-30 >100 Sumber : Wargiono, dkk., 2006; Balitkabi, 2005 didalam Roja, 2009

Menurut Winarno (2004), pengolahan secara tradisional dapat mengurangi dan bahkan dapat menghilangkan kandungan racun. Kadar HCN dapat dikurangi atau diperkecil dengan cara perendaman, ekstraksi pati dalam air, pencucian,

(30)

11

Dikalangan masyarakat, singkong diolah menjadi bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Berbagai macam upaya mengenai penanganan singkong telah banyak dilakukan yaitu dengan mengolahnya menjadi produk olahan baik basah maupun kering. Selain sebagai bahan makanan pokok, berbagai produk olahan singkong yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat luas adalah tape singkong, eyek-eyek singkong, peuyeum, opak, tiwul, kerupuk singkong, keripik singkong, kue, dan kelanting.

[image:30.595.114.519.524.706.2]

Berdasarkan bobot segar, singkong dapat bersaing dengan tanaman umbi lain dalam hal suplai kalori. Singkong dapat menghasilkan 150 kkal/100g bobot segar dibandingkan dengan ubi jalar yang menghasilkan 115 kkal/100g bobot segar. Singkong juga merupakan sumber vitamin C yang baik, karena mengandung 30-38 mg/100g bobot segar. Umumnya singkong memiliki kandungan serat yang rendah yaitu berkisar 1,4% dan kandungan lemak sebanyak 0,3%. Kandungan gizi singkong dalam 100 g singkong disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan gizi dalam 100 g singkong

Zat Gizi Kandungan

Kalori (kal) 154

Karbohidrat (g) 36,8

Lemak (g) 0,3

Protein (g) 1,2

Kalsium(mg) 33

Fosfor (mg) 40

Zat Besi (mg) 0,7

Vit B (mg) 0,6

Vit C (mg) 30

Air (g) 62,5

(31)

12

2.2 Kelanting

Kelanting merupakan salah satu makanan khas tradisional yang terbuat dari singkong. Makanan ini berasal dari daerah Kebumen Jawa Tengah yang secara turun-temurun dijadikan usaha rumah tangga. Kelanting terus berkembang dan tersebar ke beberapa daerah hingga Provinsi Lampung (Sagala dkk., 2013). Kelanting pada umumnya berbentuk angka delapan sebagai ciri khas kelanting Kebumen dengan warna merah dan putih. Seiring berkembangnya jaman, industri kelanting tidak megutamakan warna namun lebih mengutamakan variasi rasa seperti rasa jagung bakar, daging sapi, pedas, dan original.

Kelanting memiliki keunikan pada bentuk dan tekstur. Kelanting dari daerah Kebumen memiliki tekstur yang sedikit keras, sedangkan kelanting yang

berkembang di Lampung memiliki tekstur yang lebih renyah dan bentuknya bulat melingkar. Tekstur kelanting yang dihasilkan dipengaruhi oleh bahan baku dan bahan tambahannya. Dalam pembuatannya, untuk menghasilkan kelanting yang memiiki tekstur renyah maka perlu penambahan tepung singkong, pengembang, dan bumbu basah/kering.

(32)

13

2.3 Analisis Usaha

2.3.1. Biaya produksi

Biaya adalah nilai pengeluaran yang dapat diukur dan diperkirakan untuk

menghasilkan suatu produk (Sukirno, 2002). Menurut Suparmoko (2001), biaya tetap adalah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pembiayaan dan jumlahnya tidak berubah meskipun jumlah barang yang dihasilkan berubah-ubah. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan faktor produksi, sehingga dapat berubah-ubah sesuai dengan berubahnya jumlah barang yang digunakan. Adapun total biaya produksi merupakan jumlah total pengeluaran untuk setiap kali melakukan proses produksi (Samuelson dan Nordhaus 2003). Biaya produksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Keterangan:

TC : Total Cost(biaya total)

TFC : Total Fixed Cost(total biaya tetap) TVC : Total Variable Cost(total biaya variabel)

2.3.2 Penerimaan usaha

Penerimaan (revenue) adalah jumlah pembayaran yang diterima dari hasil penjualan produk yang dihasilkan. Penerimaan total merupakan hasil dari

perkalian antara jumlah barang yang dijual oleh agroindustri dengan harga produk tersebut sesuai dengan jumlah produk yang dijual (Nicholson, 2005). Penerimaan

(33)

14

total yang diterima produsen akan semakin besar apabila semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produk yang terjual. Secara matematis penerimaan total dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

TR : Total Revenue(penerimaan total) Q : Quantity(jumlah produk)

P : Price(harga jual)

2.3.3 Keuntungan usaha

Keuntungan adalah selisih dari penerimaan total dengan biaya total. Oleh karena itu, tingkat keuntungan bergantung pada jumlah penerimaan dan biaya oprasional. Jika perubahan penerimaan yang diterima lebih besar dari pada perubahan biaya oprasional, maka keuntungan yang diterima akan meningkat (Siagian dkk., 2000). Keuntungan (π) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

π : Keuntungan usaha yang diperoleh (Rupiah) TR : Penerimaan total (Rupiah)

TC : Biaya total produksi (Rupiah)

TR = Q x P

(34)

15

2.3.4 Analisis R/C

AnalisisRevinue(R) danCost(C)Ratio(R/C) dapat dihitung dengan cara membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses produksi (Soekartawi, 2001). Nilai R/C menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan oleh pelaku usaha dalam melakukan proses produksi sekaligus untuk menunjang kondisi suatu usaha. Ukuran kondisi ini sangat penting karena dapat dijadikan penilaian

terhadap suatu keputusan untuk mengembangkan usaha yang dijalankan. Secara matematis R/C dapat dirumuskan sebagai berikut :

Analisis R/C digunakan untuk melihat efisiensi tingkat keuntungan dan kelayakan dari usaha yang dijalankan. Usaha tersebut dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C lebih besar dari satu ( R/C > 1). Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap nilai rupiah yang digunakan dalam proses produksi dapat memberikan nilai penerimaan. Jika nilai R/C diatas satu rupiah yang digunakan maka akan

memperoleh manfaat penerimaan lebih dari satu rupiah.

2.4 Manajemen Strategi

Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan penentuan kinerja usaha jangka panjang. Manajemen strategi mencakup pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi, evaluasi

Total Penerimaan R/C =

(35)

16

serta pengendalian manajemen strategi. Proses manajemen strategi yaitu dimulai dengan menentukan tujuan, membuat kebijakan, dan kegiatan pengambilan keputusan (Hunger dan Wheelen, 2003). Menurut David (2006), manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan untuk mencapai tujuan. Perumusan strategi

merupakan suatu langkah pengembangan rencana jangka panjang yang diperoleh dari analisis kekuatan dan kelemahan. Perumusan strategi didasarkan pada analisis secara objektif terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal.

2.5 Analisis Faktor Internal-Eksternal

Analisis faktor internal dilakukan untuk mengembangkan daftar kekuatan yang dapat dimanfaatkan, serta mengetahui daftar kelemahan yang harus diatasi. Dengan demikian, kekuatan yang dimiliki dapat digunakan untuk meminimalisir kelemahan. Faktor internal yang dapat mempengaruhi perkembangan

agroindustri, yaitu manajemen, pemasaran, SDM, produksi dan operasi, serta keuangan (David, 2006). Menurut Saputrayadi (2004), unsur-unsur pokok yang harus dianalsis dalam lingkungan internal yaitu, struktur organisasi, peraturan, hubungan antar pekerja, serta sumberdaya manusia, produksi, keuangan, pemasaran, penelitian dan pengembangan.

(36)

17

agroindustri yaitu faktor ekonomi, kebijakan pemerintah dan politik, teknologi, pesaing, ancaman pendatang baru, kekuatan tawar-menawar konsumen, kekuatan tawar-menawar pemasok, serta ancaman produk substitusi (David, 2006).

Hasil identifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal yang diperoleh kemudian dirangkum dalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (Eksternal Factor Evaluation). Matriks IFE merupakan matriks yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan didalam pengembangan agroindustri kelanting, seperti jumlah produksi, sumber daya manusia, manajemen, keuangan, dan pemasaran. Sedangkan matriks EFE bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam upaya pengembangan agroindustri kelanting. Faktor eksternal yang dianalisis yaitu kondisi perekonomian, pemerintah, sosial budaya, teknologi, pemasok, dan konsumen serta pesaing (Rangkuti, 2006).

2.6 Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor lingkungan secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan(Strengths)dan peluang

(37)

18

Proses pengambilan keputusan strategis sangat berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan pengembangan daerah yang bersangkutan. Perencanaan strategi harus mempertimbangkan dan menganalisis faktor-faktor strategis yang dimiliki. Matriks SWOT dapat menggambarkan bagaimana

peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Menurut Rangkuti (2006), terdapat empat macam strategi yang dihasilkan melaui analisis SWOT, antara lain yaitu:

1. Strategi SO, yaitu strategi yang dilakukan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST, yaitu strategi yang dilakukan untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO, yaitu strategi yang dilaksanakan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan.

4. Strategi WT, yaitu strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha untuk meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.

(38)

19

Oportunity

Weakness Strength

[image:38.595.114.469.81.325.2]

Threath

Gambar 2. Diagram analisis SWOT Sumber : Rangkuti, 2006

a. Kuadran I

Strategi agresif merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada secara optimal. Pada posisi ini strategi yang tepat untuk diaplikasikan adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif(growth oriented strategy).

b. Kuadran II

Strategi diversifikasi menunjukkan kondisi masih memiliki kekuatan internal meskipun menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang tepat untuk diterapkan pada kondisi ini adalah dengan cara menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi ancaman dan memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi diversifikasi produk.

c. Kuadran III

Strategiturn arroundmerupakan strategi yang digunakan apabila memiliki peluang pasar yang cukup besar namun disisi lain sedang mengalami berbagai

Kuadran II Kuadran IV

Kuadran III

StrategiTurn around(-,+) Strategi Agresif (+,+) Kuadran I

(39)

20

kelemahan internal. Pada posisi ini masalah internal harus diminimalkan untuk memanfaatkan peluang pasar.

d. Kuadran IV

Strategi defensif menunjukkan pada posisi yang tidak menguntungkan karena menghadapi berbagai ancaman bersamaan dengan masalah internal yang dimiliki. Pada kondisi ini strategi yang tepat adalah strategi bertahan dengan cara

memperbaiki kondisi internal secara berkelanjutan untuk meminimalkan ancaman dan membangun kekuatan serta peluang dimasa mendatang (Rangkuti, 2006).

2.7 Penelitian Terdahulu

Hasil kajian yang dilakukan oleh Sriyana (2010), tentang“Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) : Studi Kasus di Kabupaten Bantul”, terdapat berbagai masalah yang dihadapi yaitu: pemasaran, modal dan pendanaan, inovasi dan pemanfaatan teknologi informasi, pemakaian bahan baku, peralatan produksi, penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja, rencana pengembangan usaha, dan kesiapan menghadapi tantangan lingkungan eksternal. Adapun strategi

pengembangan yang dilakukan yaitu perlunya dukungan daristakeholderserta asosiasi pengusaha, perguruan tinggi, dinas/instansi terkait di lingkungan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi, serta kebijakan pemerintah yang mendorong pengembangan UKM.

(40)

21

Rp.105.000.000; IRR 35,24%;Pay Back Periode2,17 tahun; BCR 1,84 dan titik impas produksi sebanyak 19.648,37 kg. Hasil matriks internal dan eksternal menunjukkan bahwa usaha berada pada kuadran II. Faktor internal dan internal memiliki nilai yang tinggi yaitu 2,802 dan 3,013. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh enam strategi efektif, yaitu: memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana unit usaha, membangaun kemitraan dan tetap menjaga mutu produk,

meningkatkan produksi dan produktivitas, meningkatkan peran manajer,

mengembangkan kelembagaan gapoktan, serta aktif menjalin kerjasama dengan stakeholderdalam menghadapi permasalahan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputra dkk. (2012), tentang “Strategi Pengembangan Usaha Gula Aren di Desa Rambah Tengah Barat

(41)

22

Strategi pengembangan pada penelitian“Pengembangan Strategi Pemasaran Produk Gula Tapo” oleh Azhari dkk. (2013),diperoleh alternatif strategi berada pada kuadran I, dimana strategi yang tepat berada pada strategi SO (kekuatan-peluang) yang disebut dengan strategi agresif. Adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan usaha, memaksimalkan pemanfaatan bahan baku yang cukup memadai, mempertahankan keaslian cita rasa untuk sasaran pasar nasional dan agrowisata, serta meningkatkan diversifikasi rasa produk menjadi produk unggulan agrowisata.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sagala, dkk. (2013) dengan judul “Kinerja

Usaha Agroindustri Kelanting di Desa Karang Anyar Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran”, menunjukkan performa dan nilai tambah dari agroindustri kelanting. Kinerja agroindustri kelanting di Desa Karang Anyar Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran secara keseluruhan sudah menguntungkan. Nilai rata-rata R/C lebih dari 1 yaitu sebesar 1,24; BEP sebesar 1042,69 kg atau lebih kecil dari 1168,80 kg (output rata-rata); produktivitas sebesar 16,07

kg/HOK, dan kapasitas sebesar 0,92. Nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan singkong menjadi kelanting adalah sebesar Rp. 1.184,02 per kilogram bahan atau sebesar 34,57 %.

Penelitian tentang “Strategi Pengembangan Agroindustri Plintir Pisang di Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean” yang dilakukan oleh Mu’awana dkk.

(42)

23

pemasok, lingkungan, pelanggan, pesaing, dan harga. Adapun hasil penyesuaian dengan Integrasi Matriks IE dan Matriks SWOT diperoleh alternatif strategi yang sesuai untuk pengembangan usaha yaitu dengan memanfaatkan bahan baku yang berlimpah serta biaya produksi yang rendah, meningkatkan kapasitas produksi serta meningkatkan kualitas produk dan SDM, mengembangkan area pemasaran dengan mencari pelanggan di luar Kepulauan Kangean, memperluas promosi dan pemasaran, mempunyai status perijinan dan label yang resmi, menerapkan

(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di agroindustri kelanting MT Production, Dua Saudara, Kadung Trisno, dan Mitra Lestari, Desa

Gantimulyo, Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei di lapangan. Hasil dari survei penelititan kemudian dianalisis secara deskriptif dengan memfokuskan pada pemecahan masalah yang ada secara aktual.

(44)

25

terkait. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

1. Wawancara. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara secara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Adapun

responden pada penelitian ini adalah pemilik agroindustri klanting MT Production, Dua Saudara, Kadung Trisno, dan Mitra Lestari.

2. Observasi. Observasi dilakukan dengan melihat secara langsung obyek yang akan diteliti terutama terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan sehingga diperoleh gambaran yang jelas.

3. Pencatatan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dari instansi atau lembaga yang mendukung dalam penelitian.

(45)

26

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Analisis usaha

Analisis usaha meliputi perhitungan biaya total produksi, penerimaan usaha, keuntungan dan R/C.

a. Biaya produksi

Biaya produksi/biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel yang harus dikeluarkan dari usaha pembuatan kelanting. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), analisis biaya produksi secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

TC :Total Cost(Rupiah) TFC :Total Fixed Cost(Rupiah) TVC :Total Variable Cost(Rupiah)

b. Penerimaan usaha

Total penerimaan usaha merupakan nilai uang dari total produk atau hasil perkalian antara total produk (Q) dan harga produk kelanting (PQ). Secara matematis, penerimaan usaha dapat dirumuskan sebagai berikut :

(46)

27

Keterangan :

TR : Total Revenue(Rupiah) Q : Quantity(Kg)

PQ : Price(Rupiah)

c. Keuntungan usaha

Keuntungan usaha merupakan hasil pengurangan penerimaan total dengan biaya total produksi dari usaha pembuatan kelanting. Secara matematis, keuntungan usaha dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

π : Keuntungan usaha dari usaha pembuatan kelanting (Rupiah) TR : Total penerimaan dari usaha pembuatan kelanting (Rupiah)

TC : Total biaya dari usaha pembuatan kelanting (Rupiah) (Soekartawi, 2001).

d. Analisis R/C

Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan analisis R/C, yaitu membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan produksi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR = Q x PQ

π = TR –TC

Total Penerimaan R/C =

(47)

28

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha yaitu :

R/C > 1 , berarti usaha agroindustri kelanting yang dijalankan menguntungkan; R/C = 1 , berarti usaha agroindustri kelanting yang dijalankan belum

menguntungkan;

R/C < 1 , berarti usaha agroindustri kelanting yang dijalankan tidak menguntungkan (Soekartawi, 2001).

3.4.2 Analisis Matriks IFE dan EFE

Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam pengembangan agroindustri kelanting, seperti jumlah produksi, sumber daya manusia, manajemen, keuangan, dan pemasaran. Sedangkan matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) bertujuan untuk mengidentifikasi dan

(48)
[image:48.595.112.508.112.296.2]

29

Tabel 5. Matriks IFE/EFE

Faktor Internal/Eksternal Bobot Rating Skor Kekuatan

1... 2... Kelemahan

1... 2... Peluang

1... 2... Ancaman

1... 2...

Sumber: Rangkuti, 2006 yang telah dimodifikasi

Adapun tahapan dalam penyusunan matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut:

1. Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan hasil identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada responden untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor strategis. Nilai bobot yang diberikan berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya terhadap faktor internal dan eksternal agroindustri kelanting. Pemberian bobot pada masing-masing faktor dengan nilai 1 (faktor strategis tidak penting), nilai 2 (faktor strategis agak penting), nilai 3 (faktor strategis penting), dan nilai 4 (faktor strategis sangat penting). Jumlah total bobot dari masing-masing faktor yang diperoleh harus samadengan satu, sehingga jumlah nilai setiap faktor strategis harus dibagi dengan jumlah total faktor strategis.

(49)

30

faktor yang bersifat positif (kekuatan/peluang) diberi nilai 1 (sangat kurang) sampai 4 (sangat baik), sedangkan faktor yang bersifat negatif

(kelemahan/ancaman) diberi nilai 4 (sangat kecil) sampai 1 (sangat besar).

3. Perhitungan skor yaitu dengan mengalikan nilai bobot dan rating pada setiap faktor strategis. Kemudian dihitung selisih skor tertimbang pada masing-masing faktor internal dan eksternal untuk memperoleh total skor pembobotan. Jumlah selisih faktor internal yaitu hasil pengurangan dari jumlah skor faktor kekuatan dengan jumlah faktor kelemahan, sedangkan jumlah selisih faktor eksternal yaitu hasil pengurangan dari jumlah skor peluang dengan jumlah skor ancaman

(Rangkuti, 2006).

3.4.3 Analisis SWOT

(50)
[image:50.595.109.513.111.341.2]

31

Tabel 6. Matriks SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S) Daftar Kekuatan:

1. ... 2. ...

Kelemahan (W) Daftar Kelemahan:

1. ... 2. ...

Peluang (O) Daftar Peluang: 1. ... 2. ...

Strategi S-O Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi W-O Memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan Ancaman (T) Daftar Ancaman: 1. ... 2. ...

Strategi S-T Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Strategi W-T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : David, 2006

Berdasarkan Tabel 6, penyusunan matriks SWOT dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal agroindustri kelanting; 2. Menentukan faktor-faktor ancaman agroindustri kelanting;

3. Menentukan faktor-faktor kekuatan agroindustri kelanting; 4. Menentukan faktor-faktor kelemahan agroindustri kelanting;

5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O;

6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O;

7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T;

(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Keuntungan tertinggi dari hasil penjualan per kilogram kelanting adalah sebesar Rp.3.238/kg dan dalam satu bulan periode produksi diperoleh keuntungan sebesar Rp.18.878.014.

2. Hasil analisis internal, faktor kekuatan utama agroindustri kelanting adalah kerjasama antar pengusaha dan distributor dengan skor nilai 0,36; sedangkan faktor internal yang menjadi kelemahan terbesar yaitu promosi produk dengan skor nilai 0,10. Hasil analisis eksternal, faktor peluang terbesar agroindustri kelanting adalah permintaan produk yang cukup tinggi dengan skor nilai 0,30; sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama yaitu adanya kenaikan harga sarana produksi dengan skor nilai 0,14. 3. Srategi yang dapat diterapkan pada agroindustri kelanting di Desa

(52)

61

5.2 Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, M.H., M.R. Yantu dan Dewi N. Asih. 2013. Pengembangan Strategi Pemasaran Produk Gula Tapo (Studi Kasus di Desa Ambesia Kecamatan Tomini Kabupaten Parigi Moutong).Jurnal Agrotekbis. Vol. 1 No.1. Hal. 81-92. Universitas Tadulako. Palu.

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Tanaman Palawija Provinsi Lampung Tahun 2008-2012. Lampung.

Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Menurut Provinsi (Dinamis). http://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 6 April 2015.

Balitkabi. 2005. Teknologi Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.

David, F.R. 2006.Manajemen Strategi(Terjemahan). Prenhallindo. Jakarta. Direktorat Jenderal Industri Kimia, Agro, dan Hasil Hutan (IKAH). 2004. Jakarta. Gardjito, M., Djuwardi, A. dan Harmayani, E. 2013.Pangan Nusantara

(Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Hunger,J.D. dan T. Wheelen. 2003.Manajemen Strategis. Edisi kedua. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Mahmud, H. dan Zulfianto. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Elex Media Komputindo. Jakarta.

Marimin. 2004.Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT. Gramedia. Jakarta.

Mu’awana, Taufik Rizaldan Dwi Adi Nugroho. 2014. Strategi Pengembangan

(54)

63

Nicholson, W. 2005.Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi Kedelapan. Alih Bahasa IGD Bayu Mahendra dan Abdul Aziz. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Panjaitan, J.L.U., W.H. Limbong dan Ani Suryani. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Agroindustri Tepung Gandum di Gapoktan Gandum, Kabupaten Bandung.Jurnal Institut Pertanian Bogor. Vol.7 No. 1.

Prihatman dan Kemal. 2000. Budidaya Pertanian Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima Pohl.). Deputi Menegristek. Jakarta.

Purwono. 2009.Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Buletin Konsumsi Pangan.

Jakarta.

Rangkuti, F. 2006.Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Roja, A. 2009. Ubi Kayu: Varietas dan Teknologi Budidaya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. Sumatera Barat.

Sagala, I. C., M. Irfan Affandi dan M. Ibnu. 2013. Kinerja Usaha Agroindustri Kelanting di Desa Karang Anyar Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran.Jurnal IIA. Vol. 1 No. 1.

Samuelson, A.P. dan W.D. Nordhaus. 2003.Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Rajawali Press. Jakarta.

Saputra, E., Laily Fitriana dan Edward Bahar. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Gula Aren di Desa Rambah Tengah Barat Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu.Jurnal Penelitian Sungkai. Vol. 1, No.1. Universitas Pasir Pengaraian.

Saputrayadi, A. 2004. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Dodol Nangka di Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara (Tesis). Program Pascasarjana. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.

Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2000.Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Siregar, F.O. 2010. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang

“Kondang Jaya” BinaanKoperasi Bmt Al-Ikhlash Kota Bogor. Skripsi. IPB.

Bogor.

(55)

64

Sriyana, J. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus Di Kabupaten Bantul. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Sukirno, S. 2002.Teori Mikro Ekonomi. Rajawali Press. Jakarta.

Suparmoko, M. 2001.Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan. Daerah. Edisi Pertama. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Wargiono, J., A. Hasanuddin dan Suyamto. 2006. Teknologi Produksi Ubikayu Mendukung Industri Bioethanol. Puslitbangtan Bogor. Bogor.

Gambar

Gambar 1.  Diagram kerangka pemikiran pengembangan agroindustri kelanting
Tabel 1. Perkembangan produksi singkong di Indonesia
Tabel 3. Karakteristik varietas unggul ubikayu/singkong
Tabel 4. Kandungan gizi dalam 100 g singkong
+4

Referensi

Dokumen terkait

Agar layanan kepada pelanggan berjalan dengan baik, pastikan komitmen Perusahaan / Organisasi pada layanan pelanggan secara internal sesuai dengan fokus

belum berhasil menembus Resistance pada level harga 3050 dan terbuka peluang untuk mencoba level Support pada level 2980 dalam jangka pendek. Trading Range: 2940

Data minimum ialah minimum ialah data data yang paling yang paling sederhana yang sederhana yang masih masih dapat mengenal dapat mengenal suatu kasus kanker yang

Risk dan return saham syariah pada sektor industri barang konsumsi Risk dan return saham syariah pada sektor industri barang konsumsi ini lebih rendah jika

Bentuk basis data dengan menggunakan Physical Data Model yang menampilkan relasi-relasi antar tabel yang digunakan pada aplikasi visualisasi data mahasiswa dan

Berdasarkan analisis dan pengujian data yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 7 orang responden atau 38,89%

Pasangan Batako tebal 1/2 bata, camp... Pemasangan

Dari hasil perbaikan pembelajaran terhadap materi hidup rukun dalam perbedaan di kelas I A SD Negeri 009 Balikpapan Barat menghasilkan kesimpulan yaitu cara